dapus tekanan

13
4. Pembahasan 4.1 Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuran Tekanan Darah Denyut nadi ( pulse rate ) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang. Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-ujung jari dan sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh (Saladin, 2003). Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior (Michael, 2006). Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik; kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Quan, 2006). PMI, atau Point of Maximal Impulse, dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang lebih 2 inci ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada

Upload: aldhi-van-zantaniz

Post on 20-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pressing

TRANSCRIPT

Page 1: dapus tekanan

4. Pembahasan

4.1 Pemeriksaan Denyut Nadi dan Pengukuran Tekanan Darah

Denyut nadi ( pulse rate ) menggambarkan frekuensi kontraksi jantung seseorang.

Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah

cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-

ujung jari dan sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan

dilakukan dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh

(Saladin, 2003). Pada umumnya, pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada sembilan

titik yaitu arteri radialis, arteri brakhialis, arteri carotis communis, arteri femoralis, arteri

dorsalis pedis, arteri popolitea, arteri temporalis, arteri apical, arteri tibialis posterior

(Michael, 2006). Pulsa denyut nadi terbentuk seiring dengan didorongnya darah melalui

arteri. Untuk membantu sirkulasi, arteri berkontraksi dan berelaksasi secara periodik;

kontraksi dan relaksasi arteri bertepatan dengan kontraksi dan relaksasi jantung seiring

dengan dipompanya darah menuju arteri dan vena. Dengan demikian, pulse rate juga

dapat mewakili detak jantung per menit atau yang dikenal dengan heart rate (Quan,

2006).

PMI, atau Point of Maximal Impulse, dapat ditemukan pada sisi kiri dada, kurang

lebih 2 inci ke kiri dari ujung sternum. Titik ini dapat dipalpasi dengan mudah; dan pada

titik ini pula biasanya apical pulse diperiksa secara auskultasi dengan menggunakan

stetoskop. Tekanan darah adalah gaya yang ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas

dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan ini harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk

menghasilkan gaya dorong terhadap darah dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat

menimbulkan kerja tambahan bagi jantung. Umumnya, dua harga tekanan darah

diperoleh dalam pengukuran, yakni tekanan sistole dan diastole. Sistole dan diastole

merupakan dua periode yang menyusun satu siklus jantung. Diastole adalah kondisi

relaksasi, yakni saat jantung terisi oleh darah yang kemudian diikuti oleh periode

kontraksi atau sistole. Satu siklus jantung tersusun atas empat fase (Saladin, 2003),

1. Pengisian ventrikel ( ventricular filling ) Adalah fase diastolik, saat ventrikel

mengembang dan tekanannya turun dibandingkan dengan atrium. Pada fase ini, ventrikel

Page 2: dapus tekanan

terisi oleh darah dalam tiga tahapan, yakni pengisian ventrikel secara cepat, diikuti

dengan pengisian yang lebih lambat ( diastasis ), hingga kemudian proses diakhiri dengan

sistole atrial. Hasil akhir diperoleh EDV ( End Diastolic Volume ), yang merupakan

volume darah total yang mengisi tiap ventrikel, besarnya kurang lebih 130 mL.

2. Kontraksi isovolumetrik ( isovolumetric contraction ) Mulai fase ini, atria repolarisasi,

dan berada dalam kondisi diastole selama sisa siklus. Sebaliknya, ventrikel mengalami

depolarisasi dan mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat tajam, namun

darah masih belum dapat keluar dari jantung dikarenakan tekanan pada aorta (80 mmHg)

dan pulmonary trunk (10 mmHg) masih lebih tinggi dibandingkan tekanan ventrikel,

serta masih menutupnya keempat katup jantung. Dalam fase ini, volume darah dalam

ventrikel adalah tetap, sehingga dinamakan isovolumetrik.

3. Pompa ventrikuler ( ventricular ejection )

Pompa darah keluar jantung dimulai ketika tekanan dalam ventrikel melampaui

tekanan arterial, sehingga katup semilunaris terbuka. Harga tekanan puncak adalah 120

mmHg pada ventrikel kiri dan 25 mmHg pada ventrikel kanan. Darah yang keluar

jantung saat pompa ventrikuler dinamakan Stroke Volume (SV), yang besarnya sekitar

54% dari EDV. Sisa darah yang tertinggal disebut End Systolic Volume (ESV); dengan

demikian SV = EDV – ESV. 4. Relaksasi isovolumetrik ( isovolumetric relaxation )

4. Relaksasi isovolumetrik (isovolumetric relaxation)

Awal dari diastole ventrikuler, yakni saat mulai terjadinya repolarisasi. Fase ini

juga disebut sebagai fase isovolumetrik, karena katup AV belum terbuka dan ventrikel

belum menerima darah dari atria. Maka yang dimaksud dengan tekanan sistole adalah

tekanan puncak yang ditimbulkan di arteri sewaktu darah dipompa ke dalam pembuluh

tersebut selama kontraksi ventrikel, sedangkan tekanan diastole adalah tekanan terendah

yang terjadi di arteri sewaktu darah mengalir ke pembuluh hilir sewaktu relaksasi

ventrikel. Selisih antara tekanan sistole dan diastole, ini yang disebut dengan blood

pressure amplitude atau pulse pressure (Stegemann, 1981).

Page 3: dapus tekanan

Sphygmomanometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah

arteri. Alat ini terdiri dari sebuah manset elastis yang berisi kantong karet tiup. Ketika

manset diikatkan pada lengan, inflasi dari kantong karet memampatkan jaringan bawah

manset. Jika kantong karet membengkak untuk tekanan yang melebihi nilai puncak

gelombang nadi, arteri terus melemah dan tidak ada gelombang pulsa yang bisa teraba di

arteri perifer. Jika tekanan dalam spontan secara bertahap dikurangi, suatu titik akan

tercapai di mana terdapat gelombang pulsa sedikit melebihi tekanan pada jaringan

sekitarnya dan dalam kantong karet. Pada tingkat itu, denyut nadi menjadi teraba dan

tekanan yang ditunjukkan pada manometer air raksa adalah ukuran dari nadi puncak atau

tekanan sistolik. Aliran darah mengalir melalui arteri di bawah manset dengan cepat dan

mempercepat kolom darah di cabang arteri perifer, menghasilkan turbulensi dan suara

khas, yang dapat didengar melalui stetoskop. Sebagian tekanan dalam manset dikurangi

lebih lanjut. Perbedaan antara tekanan sistolik dan tekanan manset semakin melebar dan

arteri terbuka selama beberapa waktu. Secara umum, jumlah darah bergelombang di

bawah manset juga sama meningkatnya, dan suara jantung melalui stetoskop cenderung

mengeras. Ketika tekanan dalam manset turun di bawah tekanan minimal gelombang

nadi, arteri tetap terbuka terus menerus dan suara yang dipancarkan menjadi teredam

karena darah terus mengalir dan derajat percepatan darah oleh gelombang pulsa tiba-tiba

dikurangi. Pada masih rendah manset tekanan, suara hilang sama sekali sebagai aliran

laminar dan aliran darah menjadi normal kembali (Rushmer, 1970). Adapun bunyi yang

didengar saat auskultasi pemeriksaan tekanan darah disebut dengan bunyi korotkoff ,

yakni bunyi yang ditimbulkan karena turbulensi aliran darah yang ditimbulkan karena

oklusi parsial dari arteri brachialis. Berbagai faktor memepengaruhi denyut nadi dan

tekanan darah, seperti halnya aktivitas hormon, rangsang saraf simpatis, jenis kelamin,

umur, suhu tubuh, termasuk juga diantaranya posisi dan aktivitas fisik.

4.2 Pengaruh Posisi Tubuh Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Denyut nadi merupakan cermin respon jantung terhadap kebutuhan oksigen

tubuh. Kecepatan denyut nadi dapat digunakan sebagai patokan respon tubuh terhadap

kebutuhan oksigen pada keadaan basal. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada praktikum

ini hasil yang di dapat menunjukkan peningkatan denyut nadi pada perubahan posisi dari

Page 4: dapus tekanan

berbaring telentang, duduk, dan berdiri. Ketika mahasiswa coba berbaring telentang di

dapatkan rata-rata sebesar 80,25, ketika duudk di dapatkan rata-rata denyut nadi sebesar

80, dan ketika berdiri didapatkan rata-rata denyut nadi sebesar 89. Tekanan darah

memiliki sifat yang dinamis. Pada perubahan posisi tubuh dari berbaring telentan, duduk,

dan berdiri, tekanan darah mengadakan penyusaian untuk dapat tetap menunjang kegiatan

tubuh. (Mohrman D and Jane H,2006) Pada keadaan berbaring telentang didapatkan rata-

rata tekanan sistolik sebesar 118,25 dan diastolic sebesar 79, sedangkan pada keadaan

duduk tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 118,75 dan diastolic sebesar 80,75,

pada keadaan berdiri tekanan sistolik didapatkan rata-rata sebesar 116,25 dan diastolic

sebesar 83. Pengukuran tekanan sistolik dan diastolic mengalami fluktasi, seharusnya

tekanan sistolik dan diastolic menunjukkan peningkatan dari posisi berbaring telentang,

duduk dan berdiri. Naiknya tekanan sistolik dan diastolik dipengaruhi oleh : (Mohrman D

and Jane H,2006)

1. Tonus Otot Tonus otot ketika berbaring telentang lebih kecil dibandingkan dengan

tonus pada saat duduk atau berdiri. Ketika duduk atau berdiri tonus otot meningkat

sehingga oksigen yang dibutuhkan menjadi lebih besar dan curah jantung (cardiac output)

menjadi lebih besar. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan sistolik dan tekanan

diastolic serta denyut jantung. (Mohrman D and Jane H,2006)

2. Efek Gravitasi dan baroreseptor Pada perubahan posisi tubuh, tekanan darah bagian

atas tubuh akan menurun karena pengaruh gravitasi. Darah akan mengumpul pada

pembuluh kapasitans vena ekstermitas inferior sehingga pengisian atrium kanan jantung

berkurang dengan sendirinya curah jantung juga berkurang. Penurunan curah jnatung

akibat pengumpulan darah pada anggota tubuh bagian bawah cenderung mengurangi

darah ke otak. Secara reflektoris, hal ini akan merangsang baroreseptor. Baroreseptor

banyak terdapat pada arcus aorta dan sinus caroticus. Respon yang ditimbulkan

baroreseptor berupa peningkatan tekanan pembuluh darah perifer, peningkatan tekanan

jaringan pada otot kaki dan abdomen, peningkatan frekuensi respirasi, kenaikan frekuensi

denyut jantung serta sekresi zat-zat vasoaktif. Kedua efek ini (gravitasi dan baroreseptor)

dapat meningkatkan tekanan darah sistolik dan diastolic serta denyut nadi. (Mohrman D

and Jane H,2006)

Page 5: dapus tekanan

4.3 Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Denyut Nadi dan Tekanan Darah

Pada percobaan pengaruh latihan fisik terhadap denyut nadi dan tekanan darah di

kelompok kami, didapatkan hasil melalui pengukuran langsung pada mahasiswa coba,

Rizka Febriyanti yang berumur 19 tahun yang melakukan aktivitas naik turun

bangku/kursi selama dua menit. Sebelum melakukan aktivitas, Rizka sebagai mahasiswa

coba diukur terlebih dahulu denyut nadi dan tekanan darahnya, hal ini bertujuan untuk

mendapatkan data yang digunakan sebagai control sebelum melakukan latihan fisik. Data

pra-latihan yang didapat adalah sebesar 72 kali/ menit untuk variable denyut nadi dengan

tekanan darah sebesar 119/79,5 . Setelah melakukan latihan fisik berupa naik-turun

bangku selama 1 menit, denyut nadi dan tekanan darah mahasiswa coba diukur kembali.

Pada menit ke-1 didapatkan peningkatan aktivitas pada denyut nadi yaitu sebesar 110

kali/ menit. Peningkatan denyut nadi yang signifikan ini merupakan hasil dari respon

kardiovaskular terhadap adanya kontraksi otot. Kerja ini juga berfungsi untuk

mengangkut O2 yang dibutuhkan oleh otot untuk melakukan kontraksi selama latihan

(Ganong, 2003) Pada latihan fisik akan terjadi perubahan pada sistem cardiovaskular

yaitu peningkatan curah jantung dan redistribusi darah dari organ yang kurang aktif ke

organ yang aktif. Peningkatan curah jantung ini dilakukan dengan meningkatkan isi

sekuncup dan denyut jantung10. Disaat melakukan latihan fisik maka otot jantung akan

mengkonsumsi O2 yang ditentukan oleh faktor tekanan dalam jantung selama kontraksi

sistole. Ketika tekanan meningkat maka konsumsi O2 ikut naik pula. Konsumsi O2 oleh

otot jantung ini dapat dihitung dengan mengalikan denyut nadi dan tekanan darah

sistolik.(Nadi H, 1992) Selain denyut nadi, perubahan juga dapat dilihat pada tekanan

darah sistolik dan diastolik. Berbeda dengan denyut nadi, pada menit ke-1 setelah

melakukan latihan, kami menemukan adanya penurunan pada tekanan darah baik pada

tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik. Setelah melakukan latihan fisik

tekanan darah turun hingga mencapai angka 115/78. Menurut teori yang ada penurunan

tekanan darah setelah melakukan latihan fisik dapat terjadi karena pembuluh darah

mengalami pelebaran dan 19 relaksasi. Aktivitas fisik tersebut dapat melemaskan

pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama halnya dengan

melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini, latihan fisik/olahraga

dapat mengurangi tahanan perifer. Penurunan tekanan darah juga dapat terjadi akibat

Page 6: dapus tekanan

berkurangnya aktivitas memompa jantung (Medical Journal, 2006). Otot jantung pada

orang yang rutin melakukan latihan fisik sangat kuat, maka otot jantung pada individu

tersebut berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung individu yang jarang

berolahraga, untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin G and Hoffman M,

1978). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung (Fox EL,1988),

maka olahraga akan menurunkan cardiac output , yang pada akhirnya menyebabkan

penurunan tekanan darah.Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan dengan

penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer dicerminkan dengan

penurunan tekanan diastolik. (Ganong, 1995) Pengukuran pada denyut nadi dan tekanan

darah dilakukan kembali pada menit ke-3 setelah latihan fisik, ditemukan perubahan yang

menunjukkan sistem kerja jantung menuju kembali ke keadaan awal yaitu berupa

turunnya kembali denyut nadi. Akan tetapi kondisi ini belum diikuti dengan

meningkatnya kembali tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Ketiga variable

baru dapat kembali ke keadaan normal pada menit ke-5 yaitu dengan denyut nadi sebesar

74 kali/ menit dan tekanan darah sebesar 110/82.

5. Diskusi Jawaban Pertanyaan

1) Sebutkan pengertian dari tekanan darah! Tekanan darah adalah gaya yang

ditimbulkan oleh darah terhadap satuan luas dinding pembuluh darah (arteri). Tekanan

darah harus adekuat, yaitu cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong terhadap darah

dan tidak boleh terlalu tinggi yang dapat menimbulkan kerja tambahan bagi jantung.

2) Pada pembuluh darah apa sajakah saudara dapat memeriksa denyut nadi?

Arteri Radialis (pada pergelangan tangan lateral), Arteri Brachialis (pada lengan atas

medial), Arteri Karotis (pada leher), Arteri Temporalis (pada tulang pelipis), Arteri

Femoralis (pada lipatan paha), Arteri Poplitea (pada lipatan lutut), Arteri Dorsalis Pedis

(pada punggung kaki), Ictus Cordis (pada dinding iga).

3) Sebutkan perbedaan antara pengukuran tekanan darah cara palpasi dengan cara

auskultasi ?

Page 7: dapus tekanan

Pemeriksaan denyut nadi sederhana, biasanya dilakukan secara palpasi. Palpasi adalah

cara pemeriksaan dengan meraba, menyentuh, atau merasakan struktur dengan ujung-

ujung jari; sedangkan pemeriksaan dikatakan auskultasi, apabila pemeriksaan dilakukan

dengan mendengarkan suara-suara alami yang diproduksi dalam tubuh. Alat yang

digunakan pada saat pengukuran tekanan darah dengan mengunakan cara palpasi adalah

sphygmomanometer (tensimeter) sedangkan pengukuran tekanan darah dengan cara

auskultasi menggunakan sphygmomanometer (tensimeter) ditambah dengan stethoscope.

Palpasi hanya dapat mengukur tekanan sistolik sedangkan auskultasi dapat mengukur

tekanan sistolik dan diastolik. Pada cara palpasi kita bisa mendapatkan tekanan sistolik

pada saat tidak adanya lagi teraba denyutan dari arteri radialis. Sedangkan pada

pengukuran secara auskultasi kita bisa mendapatkan tekanan sistolik saat terdengar suara

denyut nadi pertama dan pada saat suara denyut nadi itu menghilang maka kita bisa

mendapatkan tekanan diastolik.

4) Mengapa pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada lengan atas kanan?

Pemeriksaan pada lengan atas hasilnya lebih akurat karena lokasinya lebih jauh dari

jantung disbanding dari lengan kiri sehingga suaranya tidak terlalu bising. Dengan

demikian dapat menentukan tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolic dengan

tepat dan mendapat hasil yang akurat ) Jelaskan mengenai mekanisme yang mendasari

timbul dan hilangnya suara bising yang dipakai untuk menentukan tekanan darah sistolik

dan diastolik! - Bising sistolik terjadi antara suara 1 dan 2 - Bising diastolic antara 2 dan

1

Bising terjadi di awal diastole.

Awal diastole, sebelum katup atrioventrikularis membuka dan sebelum katup

semilunaris menutup. Saat membuka dan menutupnya tidak bersamaan,ada

keadaan isovolumetrik terlebih dulu(katup semilunar menutup). Saat ini tidak

ada katup yang membuka akses masuk darah ke ventrikel setelah itu katup

atrioventrikuler terbuka. Urutannya menutupnya katup semilunar – isovolumetrik

– membuka katup atrioventrikuler (diastole). Bising ini bernada rendah dan

paling jelas didengar dengan bel stetoskop dan pasien berbaring dalam posisi

dekubitus lateral kiri. Karena katup atrioventrikular mengalami stenosis,

Page 8: dapus tekanan

pengisian cepat tidak terjadi dan ada perbedaan tekanan di sepanjang diastol. Jika

pasien mempunyai irama sinus yang normal, kontraksi atrium akan memperbesar

perbedaan tekanan pada akhir diastole, atau presistole, dan akan terjadi

peningkatan bising pada saat ini. Bising atrioventrikular diastolik merupakan

tanda yang sensitif dan spesifik untuk stenosis katup atrioventrikular.

Bising sistolik

Bising sistolik dianggap sebagai bising ejeksi, yaitu bising selama mid-diastolik

sesudah fase awal kontraksi isovolumetrik, atau bisa juga dianggap sebagai

bising insufisiensi yang terjadi pada seluruh sistolik. Bising yang terjadi pada

seluruh sistolik disebut sebagai pansistolik atau holosistolik Suara 1 terjadi saat

menutupnya katup atrioventrikuler. Apabila bisingnya setelah suara 1, berarti

penutupan katup atrioventrikularisnya tidak bermasalah. Setelah itu ada fase

isovolumetrik,apabila tidak terdenar bising berarti katuo semilunarnya

membuka(stenosis) (swartz,1995)

Daftar Pustaka

Mohrman D, Jane H. Cardiovascular physiology . Sixth edition. USA: McGraw-Hill Companies, Inc; 2006.

Guyton AC, MD, Hall JE, Ph.d. 2006. Textbook of Medical Physiology . USA: Elsevier

Michael, dkk. 2006. Kecepatan Denyut Nadi Siswa SMA Kelas X. Mahatma Gading School

Rushmer, Robert F., M.D. 1970. Cardiovascular Dynamics . W.B Saunders Company: USA

Ganong WF. Review of medical physiology . Ed 21. United States : The McGraw-Hill Companies Inc; 2003

Nadi H, Iwan NB. Manula dan olahraga ditinjau dari sistem cardiovaskular. Cermin Dunia Kedokteran no. 78, 1992

Fox EL, Bowers RW, Foss ML. The physiological basis of education and atlhetics 4th ed. Philadelphia: Saunders College Publishing, 1988.