dampak peralihan pajak pusat bphtb menjadi pajak …/dampak... · pendahuluan a. gambaran umum...

77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK DAERAH TERHADAP PAD KOTA SURAKARTA TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan Disusun Oleh : AYU SATIARINI F3409012 PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: buikhanh

Post on 03-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK DAERAH

TERHADAP PAD KOTA SURAKARTA

TUGAS AKHIR

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan

Disusun Oleh :

AYU SATIARINI

F3409012

PROGRAM DIPLOMA III PERPAJAKAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

ABSTRACT

The Impact Of The Tax Shift BPHTB Center To Be Local Tax For PAD

In The Surakarta City

Ayu Satiarini

F3409012

The duty of acquiring land rights and buildings (BPHTB) can be defined as the

taxes imposed on the acquisition of land and buildings. Previously, BPHTB is a central tax, but since the year 2010 in accordance with Local Rule No. 13 of 2010, then transferred BPHTB tax to be local tax.

Therefore, the authors conducted a study that aims to determine the tax reasons BPHTB transferred, the process of transition, the comparison of before and after BPHTB diverted and the impact of the tax shift BPHTB for PAD (the original local income).

Calculations have been carried out analysis of the effectiveness and contribution to local income. Based on the file from DPPKA in the Surakarta city that is BPHTB tax income before and after transferred, it has increased rapidly and positively impact the original reception area of the Surakarta city. Although the transition process, DPPKA encountered many obstacles and barriers, but DPPKA Surakarta so far can handle it well and always strive to provide good service. And always working to improve public awareness to pay taxes.

Keywords: Effectiveness and Contribution

Page 3: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul “DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB

MENJADI PAJAK DAERAH TERHADAP PAD KOTA SURAKARTA” telah

disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk diujikan guna mencapai derajat Ahli Madya

Program DIII Perpajakan FE UNS.

Surakarta, April 2012

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

Trisninik Ratih W. S.E, Ak

NRP. 340700003

Page 4: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji

Tugas Akhir Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret guna melengkapi

Tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar

Ahli Madya Perpajakan

Surakarta, Mei 2012

Tim Penguji Tugas Akhir

1. Arum Kusumaningdyah A, S.E., M.M., Ak. ( )

NRP. 34 07 00002

Dosen Penguji

2. Trisninik Ratih W. S.E, Ak ( )

NRP. 34 07 00003

Dosen Pembimbing

Page 5: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

§ Cara terbaik meramalkan masa depan Anda adalah dengan menciptakan

masa depan itu sendiri. (Peter F. Drucker)

§ Semakin dalam duka itu menggores ke dalam jiwa, maka semakin mampulah

jiwamu menampung bahagia. (Kahlil Gibran)

§ Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah.

(Thomas Alva Edison)

§ Keep Fight To Everything!! (Penulis)

Penulis mempersembahkan Tugas Akhir ini kepada:

1. Bapak dan ibuku tersayang, atas segala doa,

dukungan dan kasih sayangnya.

2. Kakakku tersayang dan keponakan kecilku.

3. Seluruh saudara dan keluarga besarku.

4. Teman-temanku semua yang aku cintai.

5. Dosen-dosen yang telah membimbingku.

6. Almamaterku.

Page 6: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

Rahmat dan Karunia-Nya sehingga Tugas Akhir dengan Judul “DAMPAK

PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK DAERAH

TERHADAP PAD KOTA SURAKARTA” ini dapat terselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

mendapatkan gelar Derajat Sarjana Ahli Madya pada Jurusan DIII Perpajakan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Menyadari bahwa penulisan Tugas Akhir ini banyak mengalami hambatan,

tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak, maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh

karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang selalu

membimbing dan memberi kemudahan dalam memenuhi segala kebutuhan

penulis.

2. Orang Tua, keluarga,

serta teman-teman dan sahabat penulis yang selalu memberikan support dalam

menyelesaikan tugas

3. Bapak Dr. Wisnu Untoro,

M.S, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Page 7: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

4. Bapak Drs. Hanung

Triatmoko, M.Si., Ak., selaku Ketua Program Diploma III Perpajakan Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret

5. Ibu Trisninik Ratih W.

S.E. Ak., selaku Pembimbing Tugas Akhir yang telah memberikan waktu dan

bimbingannya.

6. Bapak Taufik

Suryadharmawan, S.E, M.M, selaku Seksi Penagihan dan Keberatan DPPKA

Surakarta yang telah memberikan waktu dan bimbingannya.

7. Seluruh dosen Fakultas

Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah mendidik dan

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis.

8. Segenap karyawan

Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu

dan memberikan pelayanan yang baik kepada penulis.

9. Teman-teman Pajak A/B

’09, terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

10. Serta pihak-pihak lain

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari kekurangan dalam penulisan Tugas Akhir ini. Untuk itu

penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Namun demikian, karya

sederhana ini diharapakan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Page 8: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Surakarata, Mei 2012

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i

ABSTRACT .............................................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................... v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

Page 9: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI ............................................................................................................. viii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta ..................................... 1

B. Latar Belakang Masalah ................................................................... 18

C. Rumusan Masalah ............................................................................. 21

D. Tujuan Penelitian .............................................................................. 22

E. Manfaat Penelitian ............................................................................ 22

F. Metodologi Penelitian ...................................................................... 23

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 25

1. Pengertian Pajak........................................................................... 25

a. ..................................................................................... Fungsi

Pajak ....................................................................................... 25

b...................................................................................... Pengelol

aan Pajak ................................................................................ 25

c. ..................................................................................... Sistem

Pemungutan Pajak ................................................................. 27

2. Pengertian Pajak Daerah.............................................................. 27

a. ..................................................................................... Kriteria

Pajak Daerah .......................................................................... 28

Page 10: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

b...................................................................................... Jenis

dan Tarif Pajak Daerah.......................................................... 28

3. Pengertian Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan....... 29

a. ..................................................................................... Subjek

Pajak ....................................................................................... 30

b...................................................................................... Objek

Pajak ....................................................................................... 30

c. ..................................................................................... Objek

Pajak Yang Tidak Dikenakan BPHTB ................................. 31

d...................................................................................... Tarif

Pajak dan Dasar Pengenaan BPHTB .................................... 31

e. ..................................................................................... Pengena

an BPHTB Atas Perolehan Hak Karena Hibah

Wasiat .................................................................................... 32

f. ..................................................................................... Pengena

an BPHTB Atas Perolehan Hak Karena

Pemberian Hak Pengelolaan ................................................. 33

g...................................................................................... Nilai

Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak ........................... 33

h...................................................................................... Saat

Terutang BPHTB ................................................................... 34

i. ..................................................................................... Tempat

Pajak Terutang BPHTB......................................................... 35

Page 11: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

j. ..................................................................................... Cara

Perhitungan BPHTB .............................................................. 35

k...................................................................................... Pembay

aran, Penetapan dan Penagihan............................................. 35

l. ..................................................................................... Pengura

ngan ........................................................................................ 37

m..................................................................................... Keberat

an ............................................................................................ 38

n...................................................................................... Banding

................................................................................................ 40

o...................................................................................... Sanksi

Tidak Membayar BPHTB ..................................................... 41

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................... 42

1. Alasan Pajak Pusat BPHTB Dialihkan Menjadi Pajak

Daerah ........................................................................................... 42

2. Proses Peralihan BPHTB Menjadi Pajak Daerah ....................... 43

3. Analisis Hasil Perbandingan Pencapaian Target Sebelum dan

Sesudah Dialihkan Tahun Anggaran 2009-2011....................... 47

4. Dampak dari Kontribusi BPHTB Terhadap PAD..................... 53

BAB III TEMUAN

A. Kelebihan .......................................................................................... 54

B. Kelemahan......................................................................................... 55

BAB IV PENUTUP

Page 12: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

A. Simpulan............................................................................................ 56

B. Rekomendasi ..................................................................................... 57

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman

II.1. Efektifitas Penerimaan BPHTB Sebelum dan Sesudah Dialihkan

menjadi Pajak Daerah Tahun Anggaran 2009-2011 ..................................... 50

II.2. Kontribusi BPHTB Terhadap PAD Kota Surakarta Tahun Anggaran

2009 ................................................................................................. – 2011

.................................................................................................................. 52

Page 13: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. ........................................................................................................ Surat

Pernyataan Penulisan Tugas Akhir

2. ........................................................................................................ Surat

Keterangan Selesai Magang

3. ........................................................................................................ Surat

Permohonan Ijin Pengambilan Data

4. ........................................................................................................ Struktur

Organisasi DPPKA Kota Surakarta

5. ........................................................................................................ Mekanis

me Proses Pembayaran dan Validasi BPHTB Kota Surakarta

6. ........................................................................................................ Laporan

Realisasi Pendapatan Daerah Kota Surakarta Tahun 2009-2011

7. ........................................................................................................ Peratura

n Daerah No. 13 Tahun 2010 tentang BPHTB

Page 14: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

Page 15: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK

DAERAH TERHADAP PAD KOTA SURAKARTA

Ayu Satiarini

F3409012

Bea Perolehan Hak Atas dan Bangunan (BPHTB) dapat didefinisikan sebagai pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Sebelumnya, BPHTB merupakan pajak pusat, tapi sejak tahun 2010 sesuai dengan Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2010, maka pajak BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah.

Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui alasan pajak BPHTB dialihkan, proses peralihannya, hasil perbandingan penerimaan BPHTB sebelum dan sesudah dialihkan serta dampak dari peralihan tersebut terhadap penerimaan asli daerah (PAD)

Telah dilakukan analisis perhitungan tingkat efektifitas dan kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan data yang diperoleh dari DPPKA yaitu data penerimaan pajak BPHTB sebelum dan sesudah dialihkan, ternyata mengalami peningkatan pesat dan berdampak positif bagi penerimaan asli daerah Kota Surakarta. Meski pada proses peralihan, DPPKA mengalami banyak kendala dan hambatan, akan tetapi DPPKA Kota Surakarta sejauh ini dapat mengatasinya dengan baik dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang baik. Serta selalu berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak. Kata kunci : Tingkat Efektifitas dan Kontribusi

Page 16: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

The Impact Of The Tax Shift BPHTB Center To Be Local Tax For PAD

In The Surakarta City

Ayu Satiarini

F3409012

The duty of acquiring land rights and buildings (BPHTB) can be defined

as the taxes imposed on the acquisition of land and buildings. Previously, BPHTB is a central tax, but since the year 2010 in accordance with Local Rule No. 13 of 2010, then transferred BPHTB tax to be local tax.

Therefore, the authors conducted a study that aims to determine the tax reasons BPHTB transferred, the process of transition, the comparison of before and after BPHTB diverted and the impact of the tax shift BPHTB for PAD (the original local income).

Calculations have been carried out analysis of the effectiveness and contribution to local income. Based on the file from DPPKA in the Surakarta city that is BPHTB tax income before and after transferred, it has increased rapidly and positively impact the original reception area of the Surakarta city. Although the transition process, DPPKA encountered many obstacles and barriers, but DPPKA Surakarta so far can handle it well and always strive to provide good service. And always working to improve public awareness to pay taxes. Keywords: Effectiveness And Contribution

Page 17: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta

Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

tahun 1946 di Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya pertentangan

pendapat antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk

sementara waktu oleh pemerintah dengan mengeluarkan surat penetapan

pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan daerah

Surakarta sebagai daerah karesidenan dan dibentuk daerah baru dengan nama

Kota Surakarta.

Peraturan yang telah ada tersebut disempurnakan dengan dikeluarkan

Undang-Undang Nomor 16 tahun 1947 yang menetapkan Kota Surakarta

menjadi Haminte kota Surakarta. Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5

wilayah kecamatan dan 44 kelurahan, karena 9 kelurahan di wilayah

karanganyar itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950. Pelaksana

teknis pemerintah haminte kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan tersebut

antara lain jawatan Sekretariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum, Sosial,

Kesehatan, Perusahaan P.D.&.K, Pamong Praja, dan jawatan Perekonomian.

Penerimaan Pendapatan Daerah waktu itu diurusi oleh jawatan keuangan.

Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar Surakarta

Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintah, maka Jawatan

Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang terbagi dalam urusan-

Page 18: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

urusan dan setiap urusan-urusan tersebut terbagi lagi dalam bagian-bagian.

Dengan adanya perubahan tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk penanganan

pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya ditangani oleh Jawatan

Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh Urusan Pajak. Berdasarkan Surat

Keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta tanggal 23 Februari 1970

No. 259/ X. 10/ Kp. 70 tentang Struktur Organisasi Kotamadya Surakarta

termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi bagian dan bagian itu

membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas Pemerintahan Umum Urusan

Pajak diganti menjadi Bagian Pajak.

Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala daerah Kotamadya

Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No. 162/ Kep/ Kdh. IV/ Kp.72 tentang

Penghapusan Bagian Pajak dari Dinas Pemerintahan Umum karena bertalian

dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut adalah DIPENDA. Dinas

Pendapatan Daerah dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan langsung

dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada saat itu Dinas Pendapatan

Daerah dibagi menjadi empat seksi diantaranya Seksi Umum , Seksi Pajak

Daerah, Seksi Pajak Pusat/Propinsi yang diserahkan kepada daerah dan Seksi

Doleansi/ P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-masing seksi Dipimpin oleh

Kepala seksi yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan

bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Daerah.

Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah waktu itu adalah sebagai

pelaksana Walikota dibidang perencanaan, penyelenggaraan dan kegiatan

dibidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber pendapatan daerah.

Page 19: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Berdasarkan Undang-Undang Darurat No. 11 Tahun 1957 tentang Pajak Daerah

terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota Surakarta yang wewenang pemungutan

dan pengelolaannya ada pada DIPENDA. Tetapi saat itu baru empat macam

Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah,

yaitu dapat disebutkan sebagai berikut.

a. Pajak Pertunjukan yang

diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1992.

b. Pajak Reklame yang

diatur dalam Peraturan Daerah No. 11 Tahun 1971.

c. Pajak Anjing yang diatur

dalam Peraturan Daerah No. 54 Tahun 1953.

d. Pajak Penjualan Minuman

Keras yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 12 Tahun 1971.

Disamping itu DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang

diserahkan kepada daerah, yaitu sebagai berikut.

a. Pajak Potong Burung

yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 6 Tahun 1959.

b. Pajak Pembangunan I

yang diatur dalam Peraturan Daerah No. 8 Tahun 1960.

c. Pajak Bangsa Asing yang

diatur dalam Peraturan Daerah No. 1 Tahun 1970.

d. Pajak Radio yang diatur

dalam Peraturan Daerah No. 5 Tahun 1957.

Page 20: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD 7/12/ 41

– 101 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan

Daerah Kabupaten/ Kotamadya Daerah Tingkat II makin memperjelas

keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan Keputusan Menteri

Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No. 473 – 442 tentang Sistem dan Prosedur

Perpajakan, Retribusi Daerah dan Pendapatan Daerah lainnya telah

mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan berdasarkan tahapan

kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu pendataan, pemetaan, pembukuan

dan seterusnya. System dan prosedur tersebut dikenal dengan MAPADA

(Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini diterapkan di kotamadya Surakarta

dengan terbitnya peraturan daerah No. 6 Tahun 1990 tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II.

Seiring berjalannya waktu tata pemerintahan kota Surakarta

mengalami banyak perubahan dan perbaikan, berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan peraturan daerah No. 6 Tahun 1990 tentang susunan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II dirubah menjadi Peraturan

Daerah No. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kota Surakarta. Pada peraturan baru tersebut nama Dinas Pendapatan Daerah

(DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan

Aset (DPPKA) peraturan baru tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari

2009 yang mana Dinas tersebut merupakan gabungan dari tiga unsur instansi

pemerintah yaitu DIPENDA, Dinas Keuangan dan Kantor Aset. Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset. Dinas Pendapatan Pengelolaan

Page 21: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Keuangan dan Aset dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berkedudukan dan

bertanggung jawab kepada walikota melalui sekretaris daerah. Saat ini Dinas

Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam

beberapa bagian atau bidang yang dipimpin langsung oleh seorang kepala

bagian yang dalam menjalankan tugasnya langsung dibawah pimpinan dan

langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset.

Berdasarkan surat keputusan walikota kepala daerah kotamadya

Surakarta tanggal 30 Juni 1972 No. 162/ kep/kdh. IV/ kp. 72 tentang

penghapusan bagian pajak dari dinas pemerintahan umum karena berkaitan

dengan pembentukan dinas baru. Dinas baru tersebut yaitu DIPENDA atau

Dinas Pendapatan Daerah yang dipimpin oleh kepala dinas yang kedudukan dan

tanggung jawabnya langsung kepada walikota. Seiring berjalannya waktu tata

pemerintahan kota Surakarta mengalami banyak perubahan dan perbaikan,

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan peraturan daerah No. 6 tahun 1990

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat II

dirubah menjadi Peraturan Daerah No. 6 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Pada peraturan baru tersebut nama

Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA). Peraturan baru tersebut mulai

berlaku pada tanggal 1 Januari 2009.

Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset dipimpin oleh

seorang kepala dinas yang berkedudukan dan bertanggung jawab kepada

Page 22: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

walikota melalui sekretaris daerah. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan

Keuangan dan Aset atau DPPKA dibagi kedalam beberapa bagian atau bidang

yang dipimpin langsung oleh seorang kepala bagian yang dalam menjalankan

tugasnya langsung dibawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset.

1. Kedudukan, Tugas

Pokok dan Fungsi DPPKA

Adapun kedudukan, tugas pokok, dan fungsi Dinas Pendapatan

Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut.

1) Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset dalam melaksanakan tugas dipimpin

oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada walikota melalui Sekretaris Daerah.

2) Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset mempunyai tugas menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan dan

aset daerah.

3) Untuk melaksanakan

tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (2) Dinas Pendapatan,

Pengelolaan Keuangan dan Aset menyelenggarakan fungsi :

a. Penyelenggaraan

kesekretariatan dinas;

Page 23: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

b. Penyusunan rencana

program, pengendalian, evaluasi dan pelaporan;

c. Penyelenggaraan

pendaftaran dan pendataan wajib pajak dan wajib retribusi;

d. Pelaksanaan perhitungan,

penetapan dan angsuran pajak dan retribusi;

e. Pengelolaan dan

pembukuan penerimaan pajak dan retribusi serta pendapatan lain;

f. Pelaksanaan penagihan

atas keterlambatan pajak, retribusi dan pendapatan lain;

g. Penyelenggaraan

pengelolaan anggaran, perbendaharaan dan akutansi;

h. Pengelolaan aset barang

daerah;

i. Penyiapan penyusunan,

perubahan dan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah;

j. Penyelenggaran

administrasi keuangan daerah;

k. Penyelenggaraan

sosialisasi;

l. Pembinaan jabatan

fungsional;

Page 24: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

m. Pengelolaan Unit

Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)

2. Struktur Organisasi

DPPKA Surakarta

1) Adapun susunan

Organisasi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Surakarta

menurut Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 Perubahan Perda Nomor 6

tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah

Kota Surakarta yang terlampir terdiri dari :

a. Kepala

b. Sekretariat,

membawahkan :

1. Subbagian Perencanaan,

Evaluasi dan Pelaporan;

2. Subbagian Keuangan;

3. Subbagian Umum dan

Kepegawaian.

c. Bidang Pendaftaran,

Pendataan dan Dokumentasi, membawahkan :

1. Seksi Pendaftaran dan

Pendataan;

Page 25: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

2. Seksi Dokumentasi dan

Pengelolaan Data.

d. Bidang Penetapan,

membawahkan :

1. Seksi Perhitungan;

2. Seksi Penerbitan Surat

Ketetapan.

e. Bidang Penagihan,

membawahkan :

1. Seksi Penagihan dan

Keberatan;

2. Seksi Pengurangan Pajak

Daerah

f. Bidang Anggaran,

membwahkan :

1. Seksi Anggaran I;

2. Seksi Anggaran II.

g. Bidang Perbendaharaan,

membawahkan :

1. Seksi Perbendaharaan I;

2. Seksi Perbendaharaan II.

Page 26: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

h. Bidang Akutansi,

membawahkan :

1. Seksi Akutansi I;

2. Seksi Akutansi II.

i. Bidang Aset,

membawahkan :

1. Seksi Perencanaan Aset;

2. Seksi Pengelolaan Aset.

j. Unit Pelaksana Teknis

Dinas (UPTD).

k. Kelompok Jabatan

Fungsional.

2) Sekretariat dipimpin oleh

seorang sekretaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Kepala Dinas.

3) Bidang-bidang

sebagaimana dimaksud pada ayat 1, masing-masing dipimpin oleh seorang

Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala

Dinas yang bersangkutan.

4) Subbagian-subbagian

sebagaimana dimaksud pada ayat 1, masing-masing dipimpin oleh seorang

Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada

Sekretaris yang bersangkutan.

Page 27: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

5) Kelompok Jabatan

Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dipimpin oleh seorang

Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung jawab

kepada Kepala Dinas.

6) Bagan Organisasi Dinas

Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset sebagaimana tersebut dalam

lampiran XVII merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan Peraturan

Daerah ini.

3. Deskripsi Tugas Jabatan

dan Struktural

1) Kepala Dinas

Kepala Dinas mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan

pemerintah di bidang pendapatan. Uraian tugas seorang kepala dinas

adalah sebagai berikut.

1) Menyusun rencana

strategis dan rencana kerja dinas.

2) Memberikan petunjuk,

arahan dan mendistribusikan tugas pada bawahan.

3) Mempelajari, menelaah

peraturan perundang-undangan, keputusan, petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis program kegiatan dinas sesuai dengan bidang tugas.

Page 28: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

4) Menyelenggarakan sistem

pengendalian intern pelaksanaan kegiatan agar efektif dan efisien sesuai

peraturan perundangan yang berlaku.

5) Menerapkan standar

pelayanan minimal.

6) Menyelenggarakan

pengelolaan Kesekretariatan meliputi :

Perencanaan,Evaluasi, Pelaporan, Keuangan, Umum dan Kepegawaian.

7) Menyusun kebijakan

teknis di bidang pendaftaran, pendataan, dan dokumentasi.

8) Menyusun kebijakan

teknis di bidang penetapan, penagihan, anggaran, perbendaharaan,

akutansi dan aset.

2) Sekretariat

Sekretariat dipimpin oleh seorang sekretaris, sekretaris mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis,

pembinaan,pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu,

pelayanan administrasi, dan pelaksanaan di bidang perencanaan, evaluasi

dan pelaporan, keuangan, umum dan kepegawaian sesuai kebijakan teknis

yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.

a. Menyusun rencana kerja

Sekretariat berdasarkan rencana strategis dan rencana kerja dinas.

Page 29: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

b. Mengkoordinasikan

penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dinas.

c. Memberi petunjuk, arahan

dan mendistribusikan tugas kepada bawahan.

d. Merumuskan kebijakan

teknis, pembinaan dan pengkoordinasian penyelenggaraan urusan

kesekretariatan.

e. Mengelola administrasi

perencanaan, evaluasi dan pelaporan.

f. Mengelola administrasi

keuangan.

g. Mengelola administrasi

umum.

h. Mengelola administrasi

kepegawaian.

Sekretariat membawahkan :

a. Subbagian Perencanaan,

Evaluasi, Pelaporan

Kepala SubbagianPerencanaan, Evaluasi, Pelaporan mempunyai tugas

melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan,

pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu di bidang

perencanaan, evaluasi, dan pelaporan.

b. Subbagian Keuangan

Page 30: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Kepala subbagian keuangan mempunyai tugas melakukan pengelolaan

administrasi keuangan. Seperti melakukan penyusunan rencana kerja

subbagian keuangan berdasarkan rencana kerja sekretariat, menyiapkan

bahan usulan perubahan anggaran dan perhitungan anggaran.

c. Subbagian Umum dan

Kepegawaian

Kepala Subbagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas

melakukan pengelolaan administrasi Umum dan Kepegawaian. Seperti

melakukan administrasi surat menyurat dan perjalanan dinas, mengurus

peralatan dan perlengkapan kantor, pendokumentasian informasi hukum

serta kearsipan dan perpustakaan.

3) Bidang Pendaftaran,

Pendataan dan Dokumentasi

Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi mempunyai tugas pokok

melakukan penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang pendaftaran dan

pendataan serta dokumentasi dan pengelolaan data seperti melaksanakan

kegiatan pendataan wajib dan obyek pajak daerah serta wajib dan obyek

retribusi daerah yang dikelola oleh Dinas, melaksanakan pengelolaan

Dokumentasi wajib dan obyek pajak daerah serta wajib dan obyek retribusi

daerah yang dikelola oleh Dinas. Bidang pendaftaran, pendataan dan

dokumentasi membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

Page 31: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

a. Seksi Pendaftaran dan

Pendataan

Kepala Seksi Pendaftaran dan Pendataan mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang

pendaftaran dan pendataan meliputi pendaftaran, pendataan, dan

pemeriksaan di lapangan terhadap Wajib Pajak Daerah (WPD) dan

Wajib Retribusi Daerah (WRD).

b. Seksi Dokumentasi dan

Pengolahan Data

Kepala seksi Dokumentasi dan Pengolahan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang dokumentasi dan

pengolahan data meliputi menghimpun, mendokumentasi, menganalisa

dan mengolah data wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah.

4) Bidang Penetapan

Bidang Penetapan bertugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan

teknis di bidang perhitungan dan penerbitan surat ketetapan. Seperti

melaksanakan penetapan pajak dan retribusi daerah, melaksanakan

perhitungan jumlah Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) dan jumlah

ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang penagihannya dilimpahkan

kepada daerah berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Terutang dan Daftar

Himpunan Ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan (DHKP PBB).

Bidang Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

a. Seksi Perhitungan

Page 32: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Kepala Seksi Perhitungan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis di bidang perhitungan, meliputi perhitungan

dan penetapan besarnya pajak dan retribusi daerah.

b. Seksi Penerbitan Surat

Ketetapan

Kepala Seksi Penerbitan Surat Ketetapan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang Penerbitan Surat

Ketetapan, meliputi menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD),

Surat Ketetapan Retribusi Daerah (SKRD), dan surat-surat ketetapan

pajak daerah dan retribusi daerah lainnya.

5) Bidang Penagihan

Kepala Bidang Penagihan mempunyai tugas melakukan perumusan

kebijakan teknis pembinaan dan pelaksanaan di bidang penagihan dan

keberatan dan pengelolaan penerimaan sumber pendapatan lain. Seperti

melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada atasan sebagai pertanggung

jawaban pelaksanaan tugasi. Bidang Penagihan membawahi seksi-seksi

sebagai berikut.

a. Seksi Penagihan dan

Keberatan

Kepala Seksi penagihan dan keberatan mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang penagihan dan

keberatan, meliputi penagihan tunggakan pajak daerah, retribusi daerah

Page 33: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dan sumber pendapatan lainnya serta melayani permohonan keberatan

dan penyelesaiannya.

b. Seksi Pengurangan Pajak

Daerah

Kepala Seksi Pengurangan Pajak Daerah mempunyai tugas melakukan

penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengurangan

pajak daerah, meliputi mengumpulkan dan mengolah data sebab-sebab

pengurangan pajak daerah dengan ketentuan peraturan perundangan

yang berlaku.

6) Bidang Anggaran

Kepala Bidang Anggaran mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan, dan pelaksanaan di bidang anggaran.

Bidang Anggaran terdiri dari dua seksi yang merupakan satu kesatuan tim

kerja.

a. Seksi Anggaran I

Kepala Seksi Anggaran I mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis di bidang anggaran I.

b. Seksi Anggaran II

Kepala Seksi Anggaran II mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

perumusan kebijakan teknis di bidang anggaran II.

Page 34: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

7) Bidang Perbendaharaan

Kepala Bidang Perbendaharaan mempunyai tugas pokok melaksanakan

perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang

pengelolaan perbendaharaan I dan II. Bidang Perbendaharaan terdiri dari dua

Seksi.

a. Seksi Perbendaharaan I

Kepala Seksi Perbendaharaan I mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perbendaharaan I, seperti

melakukan penyiapan bahan perumusan penetapan Uang Persediaan

(UP) dari semua SKPD, melakukan penyiapan bahan pembuatan Daftar

Gaji Pegawai Negeri Sipil, melakukan penyiapan bahan penerbitan Surat

Perintah Pencairan Dana (SP2D).

b. Seksi Perbendaharaan II

Kepala Seksi Perbendaharaan II mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perbendaharaan II, seperti

melakukan penyiapan bahan perumusan penetapan Uang Persediaan

(UP) dari semua SKPD, melakukan penyiapan bahan pembuatan Daftar

Gaji Pegawai Negeri Sipil, melakukan penyiapan bahan penerbitan Surat

Perintah Pencaran Dana (SP2D).

8) Bidang Akuntansi

Kepala Bidang Akutansi mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang akutansi, seperti

Page 35: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

merumuskan laporan realisasi anggaran Pemerintah Kota Surakarta secara

keseluruhan.

Bidang Akuntansi membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

a. Seksi Akuntansi I

Kepala Seksi Akuntansi I mempunyai tugas penyiapan bahan perumusan

kebijakan teknis di bidang akuntansi I, seperti melakukan penyiapan

bahan perumusan laporan arus kas Pemerintah Kota Surakarta secara

keseluruhan.

b. Seksi Akuntansi II

Kepala Seksi Akuntansi II mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis di bidang akuntansi II, seperti

melakukan penyiapan bahan perumusan laporan arus kas Pemerintah

Kota Surakarta secara keseluruhan.

9) Bidang Aset

Kepala Bidang Aset mempunyai tugas pokok melaksanakan perumusan

kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang perencanaan aset

dan pengelolaan aset, seperti menginventarisasi data barang milik daerah.

Bidang Aset membawahi seksi-seksi sebagai berikut.

a. Seksi Perencanaan Aset

Page 36: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Kepala Seksi Perencanaan Aset mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan aset, seperti

memproses pengadaan tanah.

b. Seksi Pengelolaan Aset

Kepala Seksi Pengelolaan Aset mempunyai tugas melakukan penyiapan

bahan perumusan kebijakan teknis di bidang pengelolaan aset, seperti

melakukan pengawasan barang milik daerah.

10) Unit Pelaksana Teknis

Dinas (UPTD)

UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi Daerah

Kota Surakarta.

11) Kelompok Jabatan

Fungsional

Kelompok ini bertugas melaksanakan sebagian tugas Kepala Dinas pada

Cabang Dinas di Kecamatan.

4. VISI DAN MISI

DPPKA

1) Visi DPPKA

Page 37: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Terwujudnya peningkatan pendapatan daerah yang optimal dalam rangka

menjamin likuiditas keuangan daerah untuk mendukung pembangunan

daerah.

2) Misi DPPKA

a. Pengembangan pola

intensifikasi dan ekstensifikasi pengelolaan pendapatan daerah

b. Peningkatan kualitas

pelayanan yang bertumpu pada standar pelayanan

c. Mewujudkan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang profesional

d. Menciptakan sistem

pengawasan yang efektif.

B. Latar Belakang Masalah

Salah satu pendapatan terbesar Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

bersumber dari pajak. Dengan pajak yang dibayar oleh masyarakat, dapat

dilaksanakan pembangunan disegala sektor. Hidup dan tumbuhnya suatu negara

tergantung dari pembayaran pajak. Maka dari itu bangsa yang besar dan maju,

pastinya memiliki masyarakat yang sadar dan taat membayar pajak.

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) tentu tidak asing

bagi masyarakat Indonesia karena merupakan pajak yang menyangkut

kepemilikan tanah dan bangunan. BPTHB dapat didefinisikan sebagai pajak

Page 38: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan bangunan. Yang dimaksud

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau peristiwa

hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau dimilikinya hak atas tanah dan

atau bangunan oleh orang perseorangan pribadi atau badan. Jadi objek pajak

BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, sedangkan subjek

BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh hak atas tanah dan

atau bangunan.

Selama ini pelaksanaan pemungutan BPHTB dilakukan oleh Pemerintah

Pusat dan penerimaan pajaknya diberikan kembali ke Pemerintah Daerah

melalui pola bagi hasil. Salah satu alasan penting mengapa BPHTB lebih

cenderung menjadi pajak daerah yaitu terkait dengan unsur pelayanan

masyarakat. Akuntabilitas dan transparansi menjadi isu yang paling disoroti di

era otonomi daerah. Pengalaman di banyak negara menunjukkan bahwa beban

pajak properti sering dikaitkan langsung dengan pelayanan masyarakat yang

diberikan oleh pemerintah daerah, misalnya dalam menyediakan/memelihara

sarana-prasarana, sehingga secara logika wajar bila pajak properti dikelola

langsung oleh pemerintah daerah.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009

yang memberikan diskresi tarif dan perluasan basis pajak, maka diharapkan

kemampuan daerah untuk membiayai kebutuhannya akan jauh meningkat.

Daerah juga akan lebih mudah dalam menyesuaikan jumlah dan sumber

pendapatannya. Jika kita lihat dari sisi penerimaan BPHTB, sebenarnya

Pemerintah Pusat hanya akan kehilangan penerimaan sekitar 7,4 triliun rupiah

Page 39: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

(1%) saja dari total penerimaan pajak di APBN. Namun dari sisi Pemerintah

Daerah khususnya bagi daerah yang penerimaan BPHTB-nya kecil, maka

dengan devolusi ini akan berdampak negatif terhadap PAD-nya. Karena selama

ini seluruh Pemda Kabupaten/Kota akan menerima bagi rata sekitar 2 miliar

rupiah per tahun. Mulai tahun 2011 penerimaan pajak dari bagi rata ini tidak

akan diperoleh lagi. Menurut data realisasi penerimaan BPHTB tahun 2009,

diperkirakan kemungkinan hanya 89 Kabupaten/Kota (18%) saja yang

penerimaan BPHTB-nya akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya,

sisanya akan mengalami penurunan penerimaan. Tetapi hal ini mungkin tidak

akan terjadi pada daerah kota surakarta, karena berdasarkan data yang diperoleh,

setelah dialihkan menjadi pajak daerah, penerimaan BPHTB-nya meningkat.

Lalu dari sisi pelayanan, dengan jauh berkurangnya Wajib Pajak yang dilayani

oleh Pemerintah Pusat, maka diharapkan pelayanan perpajakan akan jauh lebih

baik.

Pelayanan yang baik akan meningkatkan kepatuhan perpajakan, yang

pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan pajak. Dilimpahkannya

pengelolaan BPHTB kepada Kabupaten/Kota, bukanlah sekadar untuk

meningkatkan kemampuan daerah dalam memenuhi kebutuhan pengeluarannya,

tetapi juga dalam rangka mengefektifkan pengelolaan administrasi dan

pelayanannya. Pemerintah Kabupaten/Kota tentu akan lebih memahami seluk

beluk daerahnya serta mengetahui pula apa yang terbaik bagi daerahnya. Dari

sisi pelayanan kepada Wajib Pajak, pengelolaan BPHTB diharapkan akan

menjadi lebih baik.

Page 40: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis akan menganalisis mengapa

pajak pusat BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah, hasil perbandingan

pencapaian target sebelum dan sesudah dialihkan, dan dampak dari kontribusi

BPHTB tersebut terhadap PAD Kota Surakarta. Penulis berharap tugas akhir ini

dapat memberikan manfaat agar masyarakat lebih sadar dan taat membayar

pajak untuk pembangunan daerah menjadi lebih maju.

Atas dasar latar belakang tersebut diatas, penulis dalam menyusun tugas

akhir mengambil judul : “ DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB

MENJADI PAJAK DAERAH TERHADAP PAD KOTA SURAKARTA “

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan bahwa

yang permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengapa pajak pusat BPHTB dialihkan menjadi pajak daerah?

2. Bagaimana proses, hambatan dan upaya dari peralihan pajak BPHTB

tersebut?

3. Bagaimana hasil analisis yang diperoleh dari hasil perbandingan pencapaian

target sebelum dan sesudah dialihkan pada tahun 2009 sampai dengan 2011?

4. Bagaimana dampak dari kontribusi BPHTB tersebut terhadap PAD sebelum

dan sesudah dialihkan?

Page 41: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apa alasan pajak pusat BPHTB dialihkan menjadi pajak

daerah pada Kota Surakarta.

2. Untuk mengetahui bagaimana proses, hambatan dan upaya-upaya yang

dilakukan dalam peralihan pajak pusat BPHTB menjadi pajak daerah.

3. Untuk mengetahui bagaimana hasil yang diperoleh setelah dialihkan apakah

semakin membaik atau tidak dari penganalisisan dan perbandingan data

pajak BPHTB sebelum dan sesudah dialihkan pada tahun 2009 sampai

dengan 2011.

4. Untuk mengetahui bagaimana kontribusi BPHTB tersebut terhadap PAD

sebelum dan sesudah pajak BPHTB dialihkan.

E. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat kepada

beberapa pihak sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Dapat menambah pengetahuan dan menerapkan ilmu pengetahuan dalam

bidang perpajakan yang telah diperoleh di bangku kuliah ke dalam kenyataan

yang sesungguhnya khususnya dalam bidang pajak Bea Perolehan Hak

Tanah dan Bangunan (BPHTB).

2. Bagi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta

Diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam penjelasan

atau sosialisasi kepada wajib pajak dan masyarakat tentang pajak BPHTB.

Page 42: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

3. Bagi Mahasiswa dan Pembaca Lain

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan, referensi,

dasar bagi penelitian selanjutnya dan informasi khususnya bagi mahasiswa

Jurusan Perpajakan yang sedang menyusun Tugas Akhir dengan pokok

permasalahan yang sama.

F. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini

adalah metode pengumpulan data primer, yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Data

primer diperoleh melalui beberapa metode yang dilakukan, antara lain :

1) Metode Observasi adalah pengamatan dan pencatatan dengan sistematik

fenomena – fenomena yang diselidiki (Hadi, 1996 : 13). Observasi ini

dilakukan dengan cara memeriksa dengan menggunakan panca indra

terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu selama kurun waktu tertentu

untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah.

Penulis mencari dan mengumpulkan data berdasarkan pengamatan dan

praktek langsung yang dilakukan ketika pelaksanaan program magang

selama 1,5 bulan dari tanggal 16 Januari 2012 sampai 29 Februari 2012 di

bidang penagihan Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota

Surakarta.

2) Metode Wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara

untuk memperoleh nformasi dari yang terwawancara (Arikunto Suharsimi,

Page 43: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2002 : 201). Wawancara dilakukan secara face to face antara peneliti dengan

responden untuk mendapatkan informasi secara lesan dengan tujuan untuk

memperoleh data yang dapat menjelaskan atau menjawab suatu

permasalahan berkaitan dengan penelitian.

Penulis menginterview pegawai Bidang Penagihan DPPKA Kota Surakarta

termasuk kepala bidang penagihan berkenaan dengan bagaimana peralihan

pajak pusat BPHTB menjadi pajak daerah dilakukan, serta hal-hal lain yang

menyangkut informasi tentang BPHTB.

3) Metode Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen,

legger, agenda, dsb (Arikunto Suharsimi, 2002 : 236).

Dalam penelitian ini data yang digunakan oleh penulis yaitu tentang pajak

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

Page 44: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

BAB II

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Pajak

Menurut Dr. P. J. A Andriani dalam buku Akutansi Perpajakan

(Sukrisno : 2010), Pajak adalah iuran kepada kas negara (yang dapat

dipisahkan) yang terutang oleh wajib pajak yang membayarnya menurut

peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung

dapat ditunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-

pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara yang

menyelenggarakan pemerintah.

a. Fungsi Pajak

1) Fungsi Budgeter yaitu sebagai sumber dana yang diperuntukan

bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2) Fungsi Reguler yaitu sebagai alat mengatur atau melaksanakan

kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.

b. Penggolongan Pajak

Berdasarkan golongannya pajak dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Pajak Langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat

dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban lansung wajib

pajak yang bersangkutan.

Page 45: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

2) Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat

dilimpahkan ke pihak lain.

Berdasarkan sifatnya pajak dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Pajak Subyektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

pada obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar

pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subyek pajak

maupun tempat tinggal.

2) Pajak Obyektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan

pada obyeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau

peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar

pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subyek pajak

maupun tempat tinggal.

Berdasarkan lembaga pemungutannya pajak dibedakan menjadi dua,

yaitu :

1) Pajak Pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat

dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara pada

umumnya.

2) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah

baik tingkat I maupun daerah tingkat II dan digunakan untuk

membiayai rumah tangga daerah masing-masing.

Page 46: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

c. Sistem Pemungutan Pajak

1) Official Assesment System adalah sistem pemungutan yang

memberi wewenang kepada pemerintah untuk menentukan

besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.

2) Self Assesment System adalah sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang kepada wajib pajak menentukan sendiri

besarnya pajak yang terutang.

3) With Holding System adalah sistem pemungutan pajak yang

memberi wewenang pada pihak ketiga.

2. Pengertian Pajak Daerah

Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau

badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat

dipaksakan berdasarkan peraturan khusus disediakan dan atau diberikan oleh

daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Mardiasmo : 2009).

Pajak Daerah menurut Undang-Undang nomor 34 tahun 2002 adalah

iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah

tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.

Page 47: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

a. Kriteria Pajak Daerah

Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak pusat

yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutannya. Pajak pusat

dipungut oleh pemerintah pusat, sedangkan pajak daerah secara spesifik

diuraikan oleh Davey (1998) dalam bukunya Financing Regional

Goverment, yang terdiri dari 4 hal yaitu :

1) Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan

daerah sendiri,

2) Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat tetapi

penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah,

3) Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah,

4) Pajak yang dipungut dan administrasikan oleh pemerintah pusat

tetapi hasil pungutannya diberikan kepada pemerintah daerah.

Dari kriteria pajak tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian

pajak daerah tersebut terdiri dari pajak yang ditetapkan dan dipungut di

wilayah daerah dan bagi hasil pajak dengan pemerintah pusat.

b. Jenis dan Tarif Pajak Daerah

Dalam Undang-Undang No.34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah ada beberapa jenis pajak beserta tarif pajak yang

dipungut yaitu:

1) Pajak profinsi yang terdiri dari:

a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas air 5%

Page 48: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas air

10%

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5%

d. Pajak Pengembalian dan Pemanfaatan Air Dalam Tanah dan Air

Permukaan 20%

2) Pajak Kabupaten yang terdiri dari:

a. Pajak Hotel 10%

b. Pajak Restoran 10%

c. Pajak Hiburan 35%

d. Pajak Reklame 25%

e. Pajak Penerangan Jalan 10%

f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 20%

g. Pajak Parkir 20%

3. Pengertian Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) merupakan

pajak yang menyangkut kepemilikan tanah dan bangunan. BPTHB dapat

didefinisikan sebagai pajak yang dikenakan atas perolehan hak atas tanah

dan bangunan. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah

perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya atau

dimilikinya hak atas tanah dan atau bangunan oleh orang perseorangan

pribadi atau badan (Mardiasmo : 2009).

Page 49: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

a. Subjek Pajak

Subjek Pajak BPHTB adalah orang pribadi atau badan yang

memperoleh hak atas tanah dan atau bangunan.

Subjek pajak sebagaimana tersebut di atas yang dikenakan kewajiban

membayar pajak menjadi Wajib Pajak menurut Undang-undang Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

b. Objek Pajak

Objek pajak BPHTB adalah perolehan hak atas tanah dan atau

bangunan.

Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan meliputi :

1) Pemindahan hak karena :

- Jual beli

- Tukar menukar

- Hibah

- Hibah wasiat

- Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

- Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan

- Penunjukan pembelian dalam lelang

- Pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan

hukum tetap

- Hadiah

2) Pemberian hak baru karena :

- Kelanjutan pelepasan hak

Page 50: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

- Di luar pelepasan hak

Hak atas tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna

bangunan, hak pakai, hak milik atas satuan rumah susun atau hak

pengelolaan.

c. Objek Pajak Yang Tidak Dikenakan BPHTB

- Perwakilan diplomatik, konsulat berdasarkan asas perlakuan

timbal balik

- Negara untuk penyelenggaraan pemerintah dan atau untuk

pelaksanaan pembangunan guna kepentingan umum

- Badan atau perwakilan organisasi internasional yang

ditetapkan oleh Menteri

- Orang pribadi atau badan karena konversi hak dan perbuatan

hukum lain dengan tidak adanya perubahan lama

- Karena wakaf

- Karena warisan

- Digunakan untuk kepentingan ibadah

d. Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan BPHTB

- Tarif pajak ditetapkan sebesar 5% (lima persen)

- Dasar Pengenaan BPHTB

Dasar pengenaan pajak adalah nilai perolehan objek pajak

yang berupa :

Ø Harga Transaksi untuk :

1. Jual beli

Page 51: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

2. Penunjukan pembeli dalam lelang

Ø Nilai pasar, untuk :

1. Tukar menukar

2. Hibah

3. Hibah wasiat

4. Waris

5. Pemberian hak baru, dan lain-lain

Ø Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB dalam hal apabila

NPOP tidak diketahui atau lebih rendah dari NJOP PBB.

e. Pengenaan BPHTB Atas Perolehan Hak Karena Hibah Wasiat

Besarnya bea atau pajak yang terutang atas perolehan hak atas tanah

dan atau bangunan karena hibah wasiat yang diterima oleh:

- Orang pribadi yang masih dalam hubungan kelurga sedarah

dalam garis keturunan lurus satu derajat ke atas dan kebawah

termasuk suami/ istri dikenakan 0% bea atau pajak atas

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya

terutang.

- Orang pribadi selain yang disebutkan diatas dan badan hukum

tertentu dikenakan sebesar 50% dari bea atau pajak atas

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya

terutang.

Page 52: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

f. Pengenaan BPHTB Atas Perolehan Hak Karena Pemberian Hak

Pengelolaan

Besarnya bea atau pajak yang terutang atas perolehan hak atas tanah

dan atau bangunan karena pemberian hak pengelolaan:

- 0% (nol persen) dari bea atau pajak atas perolehan hak atas

tanah dan atau bangunan yang seharusnya terutang, apabila

penerima hak pengelolaan adalah Departemen, Pemerintah

Daerah I, II, Lembaga Pemerintah lainnya dan Perusahaan

Umum (PERUM), Pembangunan Perumahan Nasional

(PERUMNAS) dan dinyatakan dengan Surat Keterangan

Bebas BPHTB yang diterbitkan oleh kepala KPPBB yang

wilayah kerjanya meliputi letak tanah yang diberikan hak

pengelolaan.

- 25% (dua puluh lima persen) dari bea atau pajak atas

perolehan hak atas tanah dan atau bangunan yang seharusnya

terutang, apabila penerima hak pengelolaan selain dimaksud

pada point diatas.

g. Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak

Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NPOPTKP)

ditetapkan sebesar Rp 30.000.000,00,- (tiga puluh juta rupiah) dan

dapat diubah dengan peraturan daerah.

Page 53: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

h. Saat Terhutang BPHTB

- jual beli adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta

- tukar-menukar adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani

akta

- hibah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta

- pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya

adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatangani akta

- pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah sejak

tanggal dibuat dan ditandatangani akta

- lelang adalah sejak tanggal penunjukan pemenang lelang

- putusan hakim adalah sejak tanggal putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum yang tetap

- hibah wasiat adalah sejak tanggal yang bersangkutan

mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor Pertanahan

- pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari

pelepasan hak adalah sejak tanggal diterbitkannya surat

keputusan pemberian hak

- pemberian hak baru di luar pelepasan hak adalah sejak

tanggal diterbitkannya surat keputusan pemberian hak

- hadiah adalah sejak tanggal dibuat dan ditandatanganinya

akta

Pajak yang terutang harus dilunasi pada saat terjadinya perolehan hak.

Page 54: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

i. Tempat Pajak Terutang BPHTB

Tempat Pajak yang terutang adalah di wilayah Kabupaten Daerah

Tingkat II, atau Kotamadya Daerah Tingkat II, atau Propinsi Daerah

Tingkat I untuk Kotamadya Administratif yang meliputi letak tanah

dan atau bangunan.

j. Cara Perhitungan BPHTB

Besarnya pajak yang terutang :

5% X Nilai Perolehan Objek Pajak Kena Pajak

Contoh :

Pada tanggal 1 Agustus 2005 membeli tanah dengan Nilai Perolehan

Objek Pajak Rp 50.000.000,00, Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak

Kena Pajak Rp 30.000.000,00, Nilai Perolehan Objek Pajak Kena

Pajak Rp 20.000.000,00, jadi pajak yang terutang sebesar :

5% X Rp 20.000.000,00 = Rp 1.000.000,00

k. Pembayaran, Penetapan dan Penagihan

Menurut Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2010 adalah :

- BPHTB yang terutang harus dibayar/ dilunasi pada saat

terjadinya perolehan hak yaitu sama dengan saat terutangnya

BPHTB.

- Sistem pemungutan BPHTB adalah self assessment, yaitu

wajib pajak dipercaya untuk menghitung dan membayar

Page 55: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

sendiri BPHTB yang terutang dengan menggunakan Surat

Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

- Pembayaran BPHTB dilakukan pada saat:

1. Sebelum akta pemindahan hak atas tanah dan bangunan

ditandatangani oleh pejabat pembuat akta tanah/ notaris.

2. Sebelum risalah lelang untuk pembeli ditandatangani oleh

kantor lelang/ pejabat lelang.

3. Sebelum dilakukan pendaftaran hak oleh Kepala Kantor

Pertahanan Kabupaten/ Kotamadya dalam hal pemberian

hak baru dan pemindahan hak karena pelaksanaan putusan

hakim atau hibah wasiat.

- Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya

BPHTB Direktur Jendral Pajak menerbitkan Surat Ketetapan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SKBKB)

apabila berdasarkan pemeriksaan atau keterangan lain

ternyata jumlah BPHTB yang terutang kurang bayar dan atas

kekurangan bayar tersebut diberikan sanksi administrasi

berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk jangka waktu paling

lama 24bulan, dihitung mulai saat terutangnya BPHTB

sampai dengan diterbitkannya SKBKB.

- Dalam jangka waktu 5 tahun sesudah saat terutangnya

BPHTB Direktur Jendral Pajak menerbitkan Surat Ketetapan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Tambahan

Page 56: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

(SKBKBT) apabila ditemukan data baru dan/atau data yang

sebelumnya belum terungkap yang menambahkan jumlah

BPHTB yang terutang setelah diterbitkannya Surat Ketetapan

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (SKBKB).

- Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan wajib pajak

dikenai sanksi administrasi apabila:

1. BPHTB yang terutang tidak atau kurang bayar.

2. Dari hasil Surat Setoran Bea Perolehan Hak atas Tanah

dan Bangunan terdapat kekurangan pembayaran BPHTB

sebagai akibat salah tulis atau salah hitung.

l. Pengurangan

Menurut Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2010 maka

ketentuan dalam pengurangan pajak BPHTB adalah sebagai

berikut:

- Atas permohonan Wajib Pajak, Kepala Daerah dapat

memberikan pengurangan pajak yang terutang kepada Wajib

Pajak karena:

1. Kondisi tertentu wajib pajak yang ada hubungannya

dengan objek pajak

2. Kondisi tertentu wajib pajak yang ada hubungannya

dengan sebab akibat tertentu

Page 57: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Tanah dan atau bangunan digunakan untuk kepentingan

sosial atau pendidikan yang semata-mata tidak mencari

keuntungan

- Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian pengurangan

pajak yang terutang ditetapkan dengan Peraturan Kepala

Daerah

m. Keberatan

Menurut Peraturan Daerah No. 13 Tahun 2010, maka

ketentuan keberatan dalam pengenaan pajak BPHTB adalah

sebagai berikut:

- Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahas Indonesia

dengan mengemukakan jumlah pajak yang terutang menurut

perhitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang

jelas.

- Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3

(tiga) bulan sejak tanggal diterimanya Surat Ketetapan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Kurang Bayar atau

Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Kurang Bayar Tambahan atau Surat Ketetapan Bea

Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan LebihBayar atau

Surat Ketetapan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Nihil oleh Wajib Pajak oleh Wajib Pajak, kecuali

apabila Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu

Page 58: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.

Keberatan yang tidak memenuhi syarat tidak dianggap

sebagai Surat Keberatan sehingga tidak dipertimbangkan.

- Tanda terima Surat Keberatan yang diberikan oleh Pejabat

Direktorat Jenderal Pajak yang ditunjuk untuk itu atau tanda

pengiriman Surat Keberatan melalui pos tercatat menjadi

tanda bukti penerimaan Surat Keberatan tersebut bagi

kepentingan Wajib Pajak.

- Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk mengajukan

keberatan, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan

keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar

pengenaan pajak.

- Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar

pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

- Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 12 (dua belas)

bulan sejak tanggal Surat Keberatan diterima, harus memberi

keputusan atas keberatan yang diajukan.

Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat

menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis.

- Apabila jangka waktu telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak

tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan

tersebut dianggap dikabulkan.

Page 59: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

- Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat

berupa mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, atau

menambah besarnya jumlah pajak yang terutang.

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal

Pajak atas :

1. Surat Ketetapan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Kurang Bayar;

2. Surat Ketetapan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Kurang Bayar Tambahan;

3. Surat Ketetapan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Lebih Bayar;

4. Surat Ketetapan Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan

Bangunan Nihil.

n. Banding

Menurut Peraturan Daerah No.13 Tahun 2010, maka

ketentuan Wajib Pajak dalam mengajukan banding adalah

sebagai berikut:

- Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya

kepada Badan Peradilan Pajak terhadap keputusan mengenai

keberatannya yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

- Permohonan sebagaimana dimaksud diajukan secara tertulis

dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-alasan yang

Page 60: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

jelas dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak

keputusan keberatan diterima, dilampiri salinan dari surat

keputusan tersebut.

- Pengajuan permohonan banding tidak menunda kewajiban

membayar pajak dan pelaksanaan penagihan pajak.

- Apabila pengajuan keberatan atau permohonan banding

dikabulakan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran

pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar

2% (dua persen) sebulan untuk jangka waktu paling lama 24

(dua puluh empat) bulan dihitung sejak tanggal pembayaran

yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai

dengan diterbitkannya keputusan Keberatan atau Putusan

Banding.

- Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian

atas kelebihan pembayaran pajak kepada Direktur Jenderal

Pajak, c.q Kantor Pelayanan Pratama atau Kantor Pelayanan

PBB setempat.

o. Sanksi Tidak Membayar BPHTB

Apabila Wajib Pajak diketahui kurang bayar BPHTB maka

Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB (SKBKB)

beserta denda sebesar 2% perbulan untuk jangka waktu maksimal 24

bulan dihitung mulai saat terhutang pajak sampai diterbitkan

SKBKB. Dirjen Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan BPHTB

Page 61: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

kurang Bayar (SKBKBT) jika ditemukan data baru atau data yang

sebelumnya tidak terungkap yang mengakibatkan menambahnya

jumlah pajak terutang setelah SKBKB terbit, maka dapat dikenakan

denda sanksi administrasi sebesar 100% dari kekurangan pajak

tersebut kecuali WP melaporkan sendiri sebelum adanya tindakan

pemeriksaan.

B. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

1. Alasan Pajak Pusat BPHTB Dialihkan Menjadi Pajak Daerah

a. Kebanyakan negara maju menyerahkan pajak properti menjadi urusan

pemerintah daerah.

b. Migas (Minyak bumi dan gas) sudah tidak bisa lagi diandalkan sebagai

sumber pendapatan bagi APBN (anggaran dan pendapatan belanja

negara), mengingat Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor

minyak bumi, tetapi sebaliknya sebagai suatu negara yang mengimpor

minyak bumi. Akibatnya, sumber utama pendapatan bagi APBN

bergeser dari penerimaan migas kepada penerimaan pajak. Dengan

demikian, pajak menempati posisi strategis dalam APBN. Sebagai

gambarannya adalah penerimaan APBNP 2010 adalah Rp 992-an Triliun

yang mana penerimaan pajak adalah Rp 743-an Triliun.

c. Dari penerimaan pajak sebesar Rp 743-an Triliun tersebut, maka

penerimaan PBB (seluruh sektor) adalah Rp 26-an Triliun dan BPHTB

Rp 7-an Triliun. Namun demikian, hampir seluruh penerimaan PBB dan

Page 62: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BPHTB tersebut diserahkan kepada pemerintah provinsi, pemerintah

kabupaten dan pemerintah kota. Landasan hukumnya adalah PMK No.

34/PMK.03/2005 tanggal 23 Mei 2005 tentang Pembagian Hasil

Penerimaan PBB antara Pemerintah Pusat dan Daerah, artinya bahwa,

memang sejak awal penerimaan PBB dan BPHTB sudah menjadi bagian

dari pemerintah daerah. Hal yang sama berlaku juga untuk BPHTB,

dasar hukumnya adalah PMK No. 32/PMK.03/2005 tanggal 23 Mei 2005

tentang Pembagian Hasil Penerimaan BPHTB antara Pemerintah Pusat

dan Daerah. Dengan dialihkannya PBB P2 (yang penuh dengan

permasalahannya karena berjuta-juta jumlah objek pajaknya) menjadi

pajak daerah, maka Ditjen Pajak akan lebih berkonsentrasi dalam

pemenuhan target penerimaan pajak pusat.

2. Proses Peralihan BPHTB Menjadi Pajak Daerah

Setelah diputuskan oleh undang-undang bahwa Bea Perolehan Hak Atas

Tanah dan Bangunan menjadi pajak daerah maka pemerintah daerah segera

memproses semua yang berkaitan dengan pajak BPHTB agar ketika

pelaksanaannya tidak terjadi banyak kesalahan ataupun sesuatu yang

mengakibatkan masyarakat pada umumnya tidak bingung dengan peralihan

pajak ini.

Proses dimulai sejak 1 Januari 2010 yaitu ketika sudah berlakunya UU

nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD)

yang mengamatkan kepada pemerintah daerah untuk mengelola pajak

Page 63: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

BPHTB dan PBB perkotaan dan Pedesaan secara mandiri. Selama 1 tahun

telah dilakukan banyak proses maka pada tanggal 1 januari 2011 pajak

BPHTB dan PBB Perkotaan dan Pedesaan secara resmi telah menjadi pajak

daerah.

a. Tahapan proses peralihan BPHTB

1) Persiapan

Pengenalan pengalihan BPHTB menjadi pajak daerah dengan dasar

UU No 28 tahun 2009, meliputi :

a) Rapat persiapan pengalihan PBB dan BPHTB.

b) Sosialisasi internal pokok-pokok pengelolaan BPHTB.

c) Pengumpulan bahan dan informasi yang diperlukan pengelolaan

BPHTB.

2) Penyiapan aturan yuridis fiskal peraturan dan pelaksanaannya,

meliputi :

a) Menyiapkan Peraturan Daerah (PERDA) tentang tarif BPHTB

dan NPOPTKP.

b) Menyiapkan Peraturan Kepala Daerah tentang tata cara sebagai

berikut:

1. Pemberian pengurangan BPHTB

2. Proses keberatan dan banding

3. Restitusi dan kompensasi

4. Penagihan dengan surat paksa

Page 64: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

5. Pembayaran dan pemantauan administrasi penerimaan

BPHTB

6. Penelitian administrasi atau validasi BPHTB

7. Penetapan surat tagihan

8. Penerbitan SKBKB, KKBKBT, SKBKBN.

3) Menyiapkan peraturan atau keputusan kepala daerah tentang standart

operating procedure (SOP) pelaksanaan tugas.

4) Pelatihan SDM mengenai pengelolaan BPHTB

Mengadakan diklat untuk beberapa SDM mengenai pengelolaan

BPHTB agar bisa disebarkan kepada para SDM yang lain.

5) Penetapan organisasi dan SDM

a) Penentuan struktur organisasi pengelolaan BPHTB.

b) Penyusunan dan penentuan jumlah personal yang diperlukan

menurut fungsinya.

c) Penyusunan uraian jabatan tugas pokok fungsi dalam organisasi.

d) Penentuan beban kerja dan tanggung jawab satuan kerja.

6) Pengadaan Prasarana

a) Pengadaan kantor ruang kerja

b) Pengadaan ruang tempat pelayanan terpadu.

7) Pengadaan aplikasi penunjang pengelolaan BPHTB

a) Pengadaan server BPHTB.

b) Pengadaan hardware dan software dan lain-lain.

c) Pengadaan PC, UPS, Printer dan lain-lain.

Page 65: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

8) Sosialisasi pihak terkait

a) Sosialisasi internal di lingkungan Pemerintah Daerah

b) Sosialisasi internal jajaran camat dan lurah.

c) Sosialisasi teknis kepada notaris / PPAT, BPN, Bank dan

DPPKAD.

d) Sosialisasi kepada masyarakat luas.

b. Hambatan – hambatan dalam proses peralihan BPHTB

Hambatan-hambatan yang terjadi dalam pemerintah daerah dalam

pelaksanaan proses peralihan BPHTB menjadi pajak daerah diantaranya :

1) Untuk jenis pajak yang baru awalnya pemerintah daerah tidak

menyiapkan atau membuat format struktur organisasi baru untuk pajak

ini dan biasanya pajak ini dibebankan pada fungsi yang menangani Pajak

Bumi dan Bangunan (PBB) sehingga, sumber daya manusia (SDM) yang

ada minim dan kurang terorganisir.

2) Ketersediaan sarana dan prasarana dalam pengelolaan BPHTB masih

sangat minim misalnya aplikasi untuk BPHTB, sehingga meskipun sudah

ada pendiklatan atau pelatihan sumber daya manusia tetapi alat yang

digunakan belum ada maka itu menjadi kendala dalam proses maupun

pelaksanaan.

3) Kurangnya persiapan kepala daerah (walikota) dalam menyusun

peraturan untuk standart operating produce (SOP) untuk pelaksanaan

pajak BPHTB.

Page 66: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

c. Usaha – usaha yang perlu dilakukan untuk mengatasi hambatan yang ada

dalam proses peralihan BPHTB

1) Menyediakan sumber daya manusia yang cukup dan menyusun struktur

organisasi dengan pemisahan fungsi yang jelas sehingga semua sumber

daya dapat berjalan dengan baik menurut wewenang dan tugas masing-

masing untuk pelaksanaan pengalihan pajak BPHTB dan untuk

mengawasi perubahan harga tanah dan struktur bangunan yang terjadi

pada tanah milik wajib pajak.

2) Menyediakan sarana dan prasarana khususnya aplikasi BPHTB agar

mudah dalam pelaksanaannya.

3) Mempercepat penyusunan peraturan walikota atau kepala daerah

khususnya tentang standart operating produce (SOP) untuk pelaksanaan

BPHTB sehingga para jajaran pemerintah bisa melaksanakan tugas dan

wewenang dengan baik sesuai peraturan yang ada.

3. Analisis Hasil Perbandingan Pencapaian Target Sebelum dan Sesudah

Dialihkan Tahun Anggaran 2009 - 2011

a. Bagi Hasil BPHTB Sebelum menjadi Pajak Daerah

Penerimaan negara dari BPHTB dibagi dengan imbangan 20% untuk

pemerintah pusat dan 80% untuk pemerintah daerah, dengan rincian

sebagai berikut:

1) 16% untuk daerah propinsi yang bersangkutan dan disalurkan ke

rekening kas daerah propinsi.

Page 67: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

2) 64% untuk daerah kabupaten/ kota penghasil dan disalurkan ke

rekening daerah.

Bagi pemerintah pusat dari penerimaan BPHTB dibagi dengan porsi

pembagian didasarkan atas realisasi BPHTB tahun anggaran berjalan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Bagi Hasil BPHTB Setelah menjadi Pajak Daerah

Bagi hasil BPHTB setelah menjadi pajak daerah adalah 100% untuk

sepenuhnya menjadi milik daerah dan jumlahnya sesuai dengan realisasi

pajak BPHTB, sehingga berpengaruh pada penerimaan pendapatan asli

daerah (PAD) juga meningkat jika penerimaan dari pajak BPHTB ini

juga meningkat disetiap tahunnya.

c. Perbandingan Pencapaian Target dengan Menghitung Presentase

Efektifitas dan Kontribusinya terhadap PAD

Untuk mengetahui dampak yang diperoleh dari peralihan pajak pusat

BPHTB menjadi pajak daerah salah satunya adalah dengan menghitung

tingkat efektifitas dan kontribusinya. Rincian perhitungannya adalah

sebagai berikut:

1) Efektifitas

Efektifitas disebut juga hasil guna, sehingga dalam pemungutan

pajak BPHTB dapat dikatakan efektif apabila data menunjukkan

bahwa realisasi penerimaan lebih besar atau sama dengan target

Page 68: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

penerimaan yang telah ditetapkan. Menurut Dwi Prastowo dalam

bukunya Analisis Laporan Keuangan tahun 2005, tingkat efektifitas

dan presentase perubahan dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Efektifitas : Realisasi BPHTB x 100% Target BPHTB Perhitungan:

Tahun 2009 : Rp 27.139.800.751,00 x 100% = 103,06% Rp 26.331.503.000,00 Tahun 2010 : Rp 30.715.772.392,00 x 100% = 113,67% Rp 27.021.091.000,00 Tahun 2011 : Rp 49.827.022.392,00 x 100% = 144,42% Rp 34.500.000.000,00 Presentase Perubahan Penerimaan BPHTB

Rumus :

Ptx : Ti – To x 100% To Ket : Ptx = Presentase perubahan tahun x

Ti = Realisasi tahun x

To = Realisasi tahun sebelumnya

Perhitungan :

Presentase perubahan tahun anggaran 2009 – 2010

= Rp 30.715.772.392,00 – Rp 27.139.800.715,00 x 100% Rp 27.139.800.715,00 = 13,17%

Page 69: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Tahun 2010 – 2011

= Rp 49.827.022.392,00 – Rp 30.715.772.392,00 x 100% Rp 30.715.772.392,00 = 62,21%

Dari hasil perhitungan diatas maka dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

TABEL II.1

Efektifitas Penerimaan BPHTB Sebelum dan Sesudah Dialihkan

menjadi Pajak Daerah Tahun Anggaran 2009 - 2011

Ket. Tahun Target Realisasi Efektifitas Presentase

Perubahan

Sebelum 2009 26.331.503.000 27.139.800.751 103,06% -

Sebelum 2010 27.021.091.000 30.715.772.392 113,67% 13,17%

Sesudah 2011 34.500.000.000 49.827.022.392 144,42% 62,21%

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta

Data yang diperoleh dari DPPKA Kota Surakarta, menunjukkan

bahwa penerimaan BPHTB dari tahun 2009 sampai dengan 2011 selalu

memenuhi target. Dibandingkan dari realisasi penerimaan BPHTB

sebelum dialihkan pada tahun 2009 - 2010 sebesar Rp 27.139.800.751,00

dan Rp 30.715.772.392,00, realisasi penerimaan BPHTB meningkat

pesat dan jauh melebihi target yang ditetapkan yaitu sebesar Rp

49.827.022.392,00 pada tahun 2011 setelah dialihkan menjadi pajak

daerah. Diketahui dari perhitungan tingkat efektifitasnya yang semakin

Page 70: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

meningkat tiap tahun dan presentase perubahan cukup tinggi setelah

dialihkan, mencapai 62,21%. Hal tersebut berarti pengalihan pajak pusat

BPHTB menjadi pajak daerah akan berdampak positif untuk realisasinya

terhadap PAD Kota Surakarta

2) Kontribusi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian kontribusi

adalah sumbangan, sedangkan menurut kamus ekonomi, kontribusi

adalah sesuatu yang diberikan bersama-sama dengan pihak lain untuk

tujuan biaya, atau kerugian tertentu/ bersama. Sehingga kontribusi disini

dapat diartikan sebagai sumbangan yang diberikan terhadap PAD.

Dari Tugas Akhir yang diselesaikan oleh Fajar Mur Pratomo

tahun 2010, presentase kontribusi dapat dihitung menggunakan rumus

sebagai berikut :

Kontribusi : Realisasi BPHTB x 100% Realisasi PAD Perhitungan :

Tahun 2009 : Rp 27.139.800.751,00 x 100% = 26,61% Rp 101.972.318.682,00 Tahun 2010 : Rp 30.715.772.392,00 x 100% = 26,91% Rp 114.141.348.067,00

Tahun 2011 : Rp 49.827.022.392,00 x 100% = 27,51% Rp 181.095.479.831,00

Dari hasil perhitungan kontribusi diatas maka diperoleh hasil sebagai

berikut:

Page 71: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

TABEL II.2

Kontribusi BPHTB Terhadap PAD Kota Surakarta Tahun

Anggaran 2009-2011

Ket. Tahun Realisasi

Penerimaan BPHTB

Realisasi

Penerimaan PAD

Kontribusi

Sebelum 2009 27.139.800.751 101.972.318.682 26,61%

Sebelum 2010 30.715.772.392 114.141.348.067 26,91%

Sesudah 2011 49.827.022.392 181.095.479.831 27,51%

Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta

Dari hasil analisis diatas menggunakan rumus perhitungan

kontribusi menunjukkan bahwa sebelum dialihkan pada tahun 2009 –

2010 kontribusi BPHTB terhadap PAD mengalami peningkatan yang

tidak terlalu banyak sebesar 26,61% dan 26,91%. Setelah dialihkan,

presentase kontribusinya semakin meningkat yaitu sebesar 27,51%. Hal

tersebut didukung dengan meningkatnya pula realisasi penerimaan

BPHTB setiap tahunnya.

Perbandingan diatas menunjukkan bahwa penerimaan PAD untuk

pajak BPHTB setelah dialihkan menjadi pajak daerah lebih besar

dibandingkan sebelumnya ketika masih menjadi pajak pusat. Hal ini

dapat dilihat dari selisih penerimaan BPHTB pada tahun 2010 – 2011

yang cukup besar yaitu Rp 19.111.250.000,00.

Page 72: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

4. Dampak dari Kontribusi BPHTB terhadap PAD

a. Sesudah dialihkan, jumlah penerimaan BPHTB mengalami peningkatan

dari tahun 2010 – 2011 sebesar Rp 19.111.250.000,00. Hal ini

menunjukkan bahwa pelaksanaan pengelolaan BPHTB Kota Surakarta

telah dilaksanakan secara memadai, dan menunjukkan keadaan

perekonomian dan pembangunan daerah Kota Surakarta mengalami

perkembangan.

b. Dari berkembangnya pembangunan daerah Kota Surakarta, maka akan

berdampak menurunnya tingkat pengangguran, dan meningkatnya

kesejahteraan masyarakat.

c. Menambah salah satu sumber dana bagi pembiayaan penyelenggaraan

pemerintahan, dan pelayanan kepada masyarakat di daerah Kota

Surakarta.

d. Menambah jumlah penerimaan disektor pajak, mengingat sekarang ini

pajak menempati posisi strategis dalam APBN (Anggaran dan

Pendapatan Belanja Negara) setelah diputuskan bahwa migas sudah tidak

lagi bisa diandalkan sebagai sumber pendapatan bagi APBN.

e. Dapat digunakan untuk menutup kekurangan pendapatan asli daerah dari

sektor lain yang tidak memenuhi target yang ditetapkan. Contohnya

adalah hasil pajak daerah dari pajak air tanah pada tahun 2011 yang

targetnya Rp 708.670.000,00 tapi hanya terealisasi sebesar Rp

283.867.200,00.

Page 73: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

BAB III

TEMUAN

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan yang penulis lakukan, dapat

ditemukan adanya kelebihan dan kelemahan proses peralihan BPHTB menjadi pajak

daerah di DPPKA Surakarta. Adapun kelebihan dan kelemahannya adalah berikut ini :

A. Kelebihan

1. Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Surakarta, karena

setelah dialihkan maka pendapatan dari pajak BPHTB 100% masuk ke

dalam pendapatan daerah.

2. Bagi wajib pajak dan para notaris peralihan ini memudahkan untuk

melakukan pembayaran BPHTB di satu tempat sehingga jika ada dokumen

yang kurang lengkap dapat segera dilengkapi terkait pelunasan Pajak Bumi

dan Bangunan yang merupakan syarat utama untuk bisa melakukan validasi

BPHTB.

3. Mempermudah Wajib Pajak yang akan melakukan balik nama sertifikat

tanah, karena pemungutan pajak dilakukan oleh Pemerintah Daerah sehingga

tidak membutuhkan waktu yang lama dalam pengurusan pajak BPHTB.

4. Seiring dengan berjalannya waktu DPPKA mulai membuat standart

operating procedure dalam beberapa versi sehingga dapat dipilih mana yang

paling efektif dan efisien dalam pelaksanaan pemungutan BPHTB sekarang.

Page 74: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

B. Kelemahan

1. Kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menangani masalah

BPHTB sehingga pengelolaannya masih bergabung dengan Pajak Bumi dan

Bangunan (PBB).

2. Belum ada aplikasi untuk proses BPHTB, sehingga masih harus diproses

secara manual serta membutuhkan banyak waktu dan tenaga.

3. Masih ada Wajib Pajak yang curang dalam melaporkan data di lapangan

untuk perhitungan pajak.

4. Minimnya wawasan Wajib Pajak terkait pajak BPHTB sehingga kesadaran

dalam memenuhi kewajiban membayar pajak masih kurang.

Page 75: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

BAB IV

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan yang penulis lakukan, maka

dapat ditarik simpulan yang berkenaan dengan proses peralihan BPHTB menjadi pajak

daerah di DPPKA Surakarta.

A. Simpulan

1. Alasan utama mengapa dialihkan menjadi pajak daerah BPHTB karena

kebanyakan negara maju menyerahkan pajak properti menjadi urusan

pemerintah daerah. Kemudian migas sudah tidak bisa lagi diandalkan

menjadi sumber pendapatan bagi APBN, sehingga sumber utama

pendapatan bagi APBN bergeser pada penerimaan pajak. Sesuai dasar

hukum BPHTB yaitu PMK No. 32/PMK. 03/2005 tanggal 23 Mei 2005

diperkirakan penerimaan pajak BPHTB sekitar Rp 7-an Triliun dapat

menambah sumber pendapatan khususnya pada pemerintah daerah.

2. Dalam proses peralihan BPHTB menjadi pajak daerah terdapat banyak

kendala, salah satunya adalah minimnya SDM dan belum adanya aplikasi

untuk proses BPHTB, sehingga semua masih dilakukan secara manual.

Tetapi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta

dapat dengan cepat beradaptasi dengan peralihan pajak BPHTB tersebut,

terbukti dari penerimaan pajak BPHTB yang melebihi target yang

ditetapkan.

Page 76: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

3. Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surakarta setelah menjadi pajak

daerah meningkat cukup tinggi yaitu di atas rata-rata penerimaan ketika

menjadi pajak pusat. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis

perbandingan tingkat efektifitas dan kontribusi pajak BPHTB sebelum dan

sesudah dialihkan. Dari hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kinerja

DPPKA dalam mengelola pajak yang terbilang baru di daerah ini sangat

bagus.

4. Meningkatnya kontribusi BPHTB pada tahun 2011 yang cukup tinggi

menyebabkan kenaikan realisasi PAD yang berdampak positif, salah

satunya yaitu makin berkembangnya perekonomian dan pembangunan

daerah Kota Surakarta.

B. Rekomendasi

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, maka penulis dapat

memberikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Menyediakan sumber daya manusia yang cukup dan menyusun struktur

organisasi dengan pemisahan fungsi yang jelas sehingga semua sumber

daya dapat berjalan dengan baik menurut wewenang dan tugas masing-

masing untuk pelaksanaan pengalihan pajak BPHTB dan untuk mengawasi

perubahan harga tanah dan struktur bangunan yang terjadi pada milik

wajib pajak.

2. Menyediakan sarana dan prasarana khususnya aplikasi BPHTB agar

mudah dalam pelaksanaannya.

Page 77: DAMPAK PERALIHAN PAJAK PUSAT BPHTB MENJADI PAJAK …/Dampak... · PENDAHULUAN A. Gambaran Umum DPPKA Kota Surakarta Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

3. Mempercepat penyusunan peraturan wali kota atau kepala daerah

khususnya tentang standart operating procedure (SOP) untuk pelaksanaan

BPHTB sehingga para jajaran pemerintah bisa melaksanakan tugas dan

wewenangan dengan baik sesuai peraturan yang ada.

4. Agar DPPKA lebih giat untuk mengadakan penyuluhan dan pelayanan

yang lebih memuaskan, lebih tegas dalam menerapkan sanksi agar wajib

pajak dapat lebih menanti peraturan yang berlaku.