dampak transaksi e-commerce terhadap penerimaan pajak
TRANSCRIPT
i
DAMPAK TRANSAKSI E-COMMERCE TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
DI KOTA MAKASSAR (STUDI PADA KPP PRATAMA MAKASSAR BARAT)
SKRIPSI
Oleh
NURUL AFIAH MUSTAKIM
NIM 105711114916
PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2020
ii
PERSEMBAHAN
MOTTO HIDUP
“Be yourself, love yourself, self reminder”
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis persembahkankan keharibaan Allah Rabbul Alamin,
yang senantiasa mencurahkan dan melimpahkan rahmat dan kasih sayang serta
memberi hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam
yang merupakan rahmat Lil Alamin yang mengantar manusia menuju kepada
peradaban yang Islami. Semoga perjalanan hidup umat menjadi jalan
keselamatan dunia akhirat.
Syukur Alhamdulillah, skripsi yang telah rampung berjudul “Dampak
Transaksi E-Commerce Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota
Makassar (Studi Pada Kpp Pratama Makassar Barat).” Penulis menyadari
bahwa isi skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu memerlukan
bimbingan dan masukan untuk lebih melengkapinya. Semoga skripsi ini
bermanfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis.
Alhamdulillah terutama penulis mengucapkan syukur telah diberikan
rahmat kesehatan dan kesempatan oleh ALLAH Subhanawata’ala untuk
menyelesaikan Skripsi ini, dan tak lupa untuk bersholawat kepada baginda
Rasulullah Muhammad Sallallahu A’laihi Wasallam, yang telah membawa kita
dari alam jahiliyyah menuju alam yang terang benderang ini, Masyaa ALLAH..
Dan Teristimewa dan tersayang penulis sampaikan ucapan terima kasih
kepada kedua orang tua penulis yaitu Ibu Kamaria dan Bapak Mustakim yang
senantiasa memberi dukungan matertil dan non materil lahir dan bathin, harapan,
semangat, perhatian, kasih sayang dan doa tulus tak pamrih. Dan yang
vi
terspesial yang insyaa Allah selalu ada dalam membantu penulis dalam
penyelesaian skripsi ini yang telah merangkap menjadi saudara, teman, sahabat,
sekaligus ibu kost penulis Halimah Achmad Makin, dan saudara-saudaraku
tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat dan dukungan
moril dan materil hingga akhir studi ini. Dan seluruh keluarga besar atas segala
pengorbanan, dukungan dan doa restu yang telah diberikan demi keberhasilan
penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada
penulis menjadi ibadah dan cahaya penerang kehidupan di dunia dan akhirat
aamiin.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa
adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula penghargaan
yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak disampaikan dengan hormat
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Bapak Ismail Rasulong, SE. MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Makassar
3. Ibu Hj. Naidah, SE., M.Si selaku Ketua Program Studi Universitas
Muhammadiyah Makassar
4. Bapak Asdar, SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan yang paling dikagumi
oleh kalangan mahasiswsa Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah
banyak menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah
vii
5. Bapak Dr. H. Muhammad Ikram Idrus, M.Si selaku Pembimbing I yang
senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan
penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.
6. Bapak Faidhul Adziem, SE., M.Si. selaku Pembimbing II yang telah
berkenan membantu selama penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.
7. Segenap Staf Dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar
8. Terima kasih kepada Kantor Pelayanan Pajak Makassar Barat,
khususnya Bidang Pajak Pertambahan Nilai yang telah membantu penulis
dalam memperoleh penelitian
9. Terima kasih kepada seluruh keluarga saya yang selalu mendoakan dan
mendorong saya dalam menyelesaikan skripsi ini
10. Terima kasih kepada teman kelas sekaligus sahabt saya, Ayuni, Ayu
Indah Lestari, Siti Halima, Dewi Purnama Sari, dan A. Sri Wulandari yang
telah memberi semangat dan dukungan selama ini dan ada disaat suka
maupun duka.
11. Teman-teman seperjuangan 2016 terkhusus EP16 D dan teman-teman
yang lain yang tidak sempat saya sebutkan namanya, terimakasih telah
memberikan semangat dan motivasi.
Terimakasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu persatu
yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan dukungannya
sehingga penulis dapat merampungkan penulisan skripsi ini.
viii
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya
para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan
kritikannya demi kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi yang
sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak utamanya almamater biru
universitas muhammadiyah makassar .
Billahi Fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Makassar, 10 Oktober 2020
Penulis,
Nurul Afiah Mustakim
ix
ABSTRAK
Nurul Afiah Mustakim. Tahun 2020. Dampak Transaksi E-Commerce Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota Makassar (Studi Pada KPP
Makassar Barat). Skripsi. Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Dr.
H. Muhammad Ikram Idrus, M.Si dan Faidhul Adzim, SE., M.Si
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak transaksi e-
commerce jenis barang terhadap penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di
area Kota Makassar yang merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
negara dan pembangunan. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif
dengan mengumpulkan data sekunder, serta metode analisis berupa deskriptif
kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan PPN dari wajib pajak
yang melakukan transaksi e-commerce di area Kota Makassar pada tahun 2015
adalah sebesar Rp.99 milyar, tahun 2016 meningkat 2% menjadi Rp.101 milyar
dari tahun sebelumnya. Lalu penerimaan pada tahun 2017 sebesar Rp.118
milyar atau meningkat 17% dari tahun sebelumnya, serta pada tahun 2018
sebesar Rp.145 milyar, yang berarti meningkat juga 23% dari tahun sebelumnya.
Namun pada tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 14% dengan nilai
penerimaan sebesar Rp.125 milyar.
Kata Kunci: Pajak Pertambahan Nilai (PPN), E-commerce
x
ABSTRACT
Nurul Afiah Mustakim. 2020. The Impact of E-Commerce Transactions on
Value Added Tax Revenues in Makassar City (Study at KPP Makassar Barat).
Thesis. Development Economics Study Program, Faculty of Economics and
Business, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Dr. H.
Muhammad Ikram Idrus, M.Si and Faidhul Adzim, SE., M.Si
The purpose of this study was to determine the impact of e-commerce
transactions on types of goods on Value Added Tax (PPN) revenues in the
Makassar City area, which is one of the sources of income for the state and
development. This type of research is descriptive by collecting secondary data,
and the method of analysis is descriptive quantitative.
The results showed that VAT receipts from taxpayers who conducted e-
commerce transactions in the Makassar City area in 2015 amounted to Rp. 99
billion, in 2016 it increased 2% to Rp. 101 billion from the previous year. Then
revenues in 2017 amounted to Rp. 118 billion or an increase of 17% from the
previous year, and in 2018 amounted to Rp. 145 billion, which means an increase
of 23% from the previous year. However, in 2019 it decreased by 14% with a total
revenue of IDR 125 billion.
Keywords: Value Added Tax (VAT), E-commerce
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSEMBAHAN .............................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................. iiI
HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ iv
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
ABSTRAK ........................................................................................................... x
ABSTRACT ........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ........................................................................................... 8
1. Pengertian E-Commerce ..................................................................... 8
2. Pengertian Pajak ............................................................................... 15
B. Penelitian Terdahulu................................................................................ 20
C. Kerangka Konsep .................................................................................... 24
III. METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ....................................................................................... 26
B. Lokasi Penelitian ..................................................................................... 26
C. Definisi Operasional Variabel .................................................................. 26
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 27
E. Teknik Analisis Data ................................................................................ 28
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................................. 29
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ........................................................ 29
B. Pembahasan Transaksi E-Commerce dan Penerimaan PPN .................. 33
C. Hasil Analisis Transaksi Barang E-Commerce dan Penerimaan PPN ..... 44
V. PENUTUP ..................................................................................................... 45
A. Kesimpulan ............................................................................................. 45
B. Saran ...................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 47
xii
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
4.1 Aktivitas E-Commerce 33
4.2 Data Realisasi Penerimaan PPN Secara Umum 36
4.3 Data Penerimaan PPN dari Transaksi Barang
E-Commerce 37
xiii
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Kerangka Konsep 25
4.1 Nilai Transaksi E-Commerce tahun 2015-2019 35
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Digitalisasi telah merasuk dihampir seluruh aspek kehidupan manusia.
Salah satunya adalah penggunaan internet (interconnecting) yang menjadi
hal terpenting untuk menunjang kegiatan sehari-hari terutama dalam kegiatan
perekonomian. Hampir semua kegiatan perekonomian di seluruh dunia pada
saat ini sudah ditunjang oleh penggunaan internet.
Internet dimanfaatkan sebagai media komunikasi dan sharing data. E-
commerce (electronic commerce) bisa dikatakan sebagai perdagangan
melalui media electronik di internet secara online (Nimda, 2012). Menurut
Shiao et. al., (2020), e-commerce adalah pembelian dan penjualan barang
dan jasa, atau transmisi dana atau data, melalui jaringan elektronik, terutama
internet. Transaksi bisnis ini bisa terjadi sebagai bisnis-ke-bisnis, bisnis-ke-
konsumen, konsumen-ke-konsumen atau konsumen-ke-bisnis. Istilah e-
commerce dan e-bisnis sering digunakan secara bergantian. Istilah e-tail juga
kadang digunakan dalam referensi untuk proses transaksi belanja online.
Menurut Adeogroup (2020), lebih dari 60% orang di seluruh dunia
menggunakan internet untuk membeli barang, memilih layanan, dan
mendapatkan barang, E-commerce telah merevolusi seluruh pengalaman
berbelanja. Hal ini memungkinkan orang untuk membeli barang-barang
melalui berbagai kemudahan dengan cara mengklik melalui jari. Sekarang
menjadi mudah untuk membeli apa saja dari mana saja dan kapan saja
melalui sistem operasi online E-commerce. E-commerce tidak saja
memberikan manfaat bagi pelanggan dan konsumen saja, juga bagi
2
pengecer. Melalui E-commerce, individu / perusahaan sekarang dapat
memperluas bisnisnya di seluruh dunia yang secara fisik tidak mungkin dan
memerlukan banyak investasi.
E-commerce telah mengubah kehidupan orang-orang dan terus
memukau orang dengan banyak keberuntungan yang ditawarkannya yakni
dalam hal kenyamanan, kemudahan, menghemat waktu, dan banyak
manfaat lainnya bagi pelanggan dan konsumen. Desain situs web E-
commerce yang dirancang dengan baik, dapat membuat pengalaman
berharga bagi pengunjung online dan memaksanya untuk kembali lagi untuk
membeli produk / layanan itu (Adeogroup, 2020).
Penggunaan e-commerce merupakan syarat bagi sebuah organisasi/
perusahaan agar dapat bersaing secara global yang menuntut kreatifitas
karena menjamurnya kompetitor dan kompleksitas dunia bisnis serta
meningkatnya pelanggan. Jadi merupakan suatu keharusan dalam dunia
usaha yang menurut tulisan Maryama (2013) terdapat setidaknya 6 dampak
e-commerce, yaitu meingkatkan efisiensi, penghematan biaya, memperbaiki
kontrol terhadap barang, memperbaiki rantai distribusi (supply chain),
membantu perusahaan menjaga hubungan yang lebih baik terhadap
pelanggan dan pemasok (supplier).
Menurut Indonesian E-Commerce Association (2016) dalam tulisan Asima
(2017), bahwa maraknya perdagangan secara elektronik menimbulkan
dampak langsung kepada pola belanja di mall atau tempat perbelanjaan
konvensional lainnya, yang menyebabkan pergeseran tren cara berbelanja.
Hal ini sangat tercermin dalam kegiatan perdagangan atau jual beli. Tren
penggunaan internet dalam perdagangan atau proses bisnis terutama
3
dilakukan untuk mencapai manfaat-manfaat tertentu, salah satunya untuk
memperluas pasar, karena jika menggunakan internet, seluruh target pasar
dapat terjangkau dengan mudah karena akses yang sangat luas sehingga
pangsa pasar dalam perdagangan dapat meningkat dan semakin memberi
keuntungan. Selain itu, transaksi e-commerce memiliki rekaman transaksi
yang akurat sehingga sehingga jika dikaitkan dengan faktor pajak maka
transaksi e-commerce menjadi bagian dari penerimaan/pendapatan yang
efektif dan penting bagi negara untuk pembangunan.
Menurut Sitorus dan Yeni (2017), perkembangan bisnis e-commerce di
Indonesia sangat melesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir. Menurut hasil
riset yang diprakarsai oleh Asosiasi E-commerce Indonesia (IDEA), Google
Indonesia dan TNS (Taylor Nelson Sofres) memperlihatkan bahwa bisnis e-
commerce di Indonesia tahun 2013 nilai pasarnya mencapai US$ 8 miliar (Rp
94,5 Triliun) dan pada Tahun 2016 diperkirakan akan naik menjadi tiga kali
lipat sebesar US$ 25 miliar (Rp 295 Triliun).
Menurut Direktorat Jenderal Pajak, jumlah pelaku e-commerce adalah
sebanyak kurang lebih 1600 e-commerce, dan hanya 1000 yang baru
teridentifkasi dan 600 belum teridentifikasi. Dari 1000 pelaku e-commerce
tersebut, hanya 620 yang sudah memiliki NPWP. Menurut Kementerian
Komunikasi dan Informasi menyebutkan nilai transaksi e-commerce tahun
2014 sebesar US$12 miliar (Rp. 150 Triliun). Perkiraan tersebut didasari
pada seiring meningkatnya jumlah pengguna internet yang mencapai angka
82 juta orang atau sekitar 30% dari total jumlah penduduk di Indonesia
(Sitorus dan Yeni, 2017).
4
Sementara berdasarkan hasil survei pengguna digital Indonesia yang
diambil dari We Are Social & Hootsuite’s Digital in 2017 Report, bahwa total
populasi adalah sebesar 256,4 juta dan pengguna internet mencapai 132,7
juta serta pengguna aktif media sosial sebesar 130 juta. Dalam tahun 2017
disebutkan bahwa pemanfaatan internet di bidang ekonomi sebesar 45%
untuk transaksi jual online, 45% untuk mengunjungi online retail, 40% untuk
membeli barang online. Semakin meningkatnya pengguna internet yang
diprediksi mencapai 270 juta populasi pada musim mendatang, popularitas
sosial media dan penetrasi telepon seluler yang bisa menjadi peranti akses
internet, maka diperkirakan transaksi e-commerce akan semakin melonjak
ditahun- tahun berikutnya (Yustika, 2018).
Data lain juga ditunjukkan oleh Google Temasek pada 2019, yaitu bahwa
fenomena ini juga dirasakan Indonesia yang memiliki nilai transaksi digital
yang terbesar di Asia Tenggara yaitu US $21 miliar pada 2019. Lebih
menarik lagi, pada 2025 Indonesia diperkirakan akan memiliki jumlah
transaksi e-commerce US $82 miliar. Di sisi lain, pesaing terdekat Indonesia
adalah Vietnam dengan jumlah transaksi hanya US $23 miliar pada 2025
(Selano, 2020).
Untuk itu, Selano (2020) mengatakan bahwa perlu ada ketegasan
kembali dari Pemerintah, agar semua kalangan pelaku bisnis online yang
skala besar maupun kecil dapat melaksanakan kewajibannya sebagai wajib
pajak.
Melihat fakta tersebut, oleh Selano (2020) dikatakan bahwa upaya
Pemerintah Indonesia untuk mengejar pajak e-commerce menjadi sangat
masuk akal karena potensi penerimaan pajaknya sangat besar. Potensi pajak
5
digital ini juga dapat membantu pemerintah dalam merealisasikan target
penerimaan pajak. Pemerintah tentu membutuhkan strategi yang lebih efektif
agar dapat mencapai target penerimaan yang selama 10 tahun terakhir selalu
meleset. Ditjen Pajak (DJP) tentu membutuhkan strategi yang tepat untuk
memaksimalkan penerimaan pajak e-commerce (Selano, 2020).
Selano (2020) menegaskan bahwa diperlukan upaya mengoptimalkan
penerimaan pajak dengan implementasi perpajakan e-commerce untuk
pertumbuhan nasional, atau disingkat Retargeting (reoptimizing tax revenue
with goal-oriented e-commerce taxation implementation for national growth).
Retargeting menurut Selano (2020) merupakan kerangka kerja untuk
menjawab berbagai tantangan agar pemungutan pajak perusahaan e-
commerce menjadi lebih efektif dan efisien. Komponen retargeting itu terdiri
atas kebijakan hukum, infrastruktur digital, dan sumber daya manusia. Ketiga
komponen itu menurut Selano (2020) merupakan kriteria yang harus
dipenuhi untuk menggali penerimaan pajak e-commerce. Istilah retargeting
memiliki tujuan mencapai target realisasi penerimaan pajak yang kian
meningkat dengan mengkaji ulang beberapa aspek penerapan kebijakan
perpajakan e-commerce.
Selano (2020) kembali mengatakan pula bahwa kebijakan yang berkaitan
dengan pemungutan pajak e-commerce sebenarnya telah disusun dalam
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 210 Tahun 2018 tentang
Perlakuan Perpajakan atas Transaksi Perdagangan melalui Sistem Elektronik
(e-commerce). Potensi perpajakan yang muncul dari transaksi online dapat
dari jenis pajak Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan
(PPh). Pajak atas transaksi e-commerce bertujuan untuk menerapkan
6
keadilan bagi semua wajib pajak konvensional maupun e-commerce. Adanya
peningkatan transaksi e-commerce maka sewajarnya sebanding dengan
peningkatan pajak dari PPN dan PPh (Leonardo dan Tjen, 2020).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sendiri merupakan pajak Tidak Langsung
yaitu beban pajaknya dapat dialihkan kepada pembeli atau konsumen barang
atau jasa dan menjadi tanggung jawab bagi penjual (Sukardji, 2009:4). PPN
yang terutang atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau
Jasa Kena Pajak (JKP) dipungut oleh PKP yang bertindak sebagai penjual
(Gunadi, 2002:2). Besar tarif PPN yang dikenakan pada umumnya adalah
10% (sepuluh persen) dari nilai transaksi (Direktorat Jenderal Pajak,
2011:334).
Beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan analisis terhadap
penerapan pajak atas transaksi e-commerce diantaranya penelitian oleh
Anggia Yustika Sari (2018), Anita Sari (2019), Riris Rotua Sitorus dan Yeny
Kopong (2017), Ririn Puspita Sari (2018), Cut Inayatul Maulida dan Adnan
(2017), Ni Putu Milan Novita Handayani dan Naniek Noviari (2016), Lodang
Prananta Widya Sasana (2019) yang menunjukkan terdapat potensi
perpajakan yang berasal dari intensifikasi terhadap adanya transaksi e-
commerce.
Melihat kondisi dan fenomena membludaknya bisnis e-commerce ini serta
pentingnya penarikan PPN dari e-commerce ini, maka hal ini bisa menjadi
alasan dan menarik untuk mengkajinya melalui judul penelitian skripsi yaitu:
Dampak Transaksi E-Commerce Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai Di Kota Makassar (Studi Pada KPP Pratama Makassar Barat).
7
B. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang dikaji
dalam penelitian ini adalah bagaimana Dampak Transaksi E-Commerce
Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Di Kota Makassar (Studi
Pada KPP Pratama Makassar Barat) ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang penelitian ini adalah untuk mengetahui dampak dari adanya
transaksi e-commerce jenis barang terhadap penerimaan Pajak Pertambahan
Nilai di Kota Makassar yang merupakan salah satu sumber pendapatan bagi
Negara dan pembangunan.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta perbandingan
bagi peneliti selanjutnya yang hendak Peneliti Selanjutnya meneliti
permasalahan sejenis.
2. Bagi Praktisi
Penelititan ini diharapkan dapat melaksanakan peraturan terkait dengan
kebijakan dan pelaksanaan perutkaran informasi untuk tujuan pajak serta
diharapkan penelitian ini menjadi bahan referensi dalam hal mendalami
kebijakan dan pelaksanaan pertukaran informasi untuk tujuan pajak serta
menjadi bahan bacaan dalam ilmu perpajakan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. E-Commerce
a. Pengertian E-Commerce
E-commerce awalnya diperkenalkan pada tahun 1994 pada saat
pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan
periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Business
Ensyclopedia, istilah E-commerce, juga dikenal sebagai perdagangan
elektronik atau perdagangan internet, mengacu pada pembelian dan
penjualan barang atau jasa menggunakan internet, dan transfer uang
dan data untuk melakukan transaksi ini. E-commerce sering
digunakan untuk merujuk pada penjualan produk fisik secara online,
tetapi juga dapat menggambarkan segala jenis transaksi komersial
yang difasilitasi melalui internet. Sedangkan e-bisnis mengacu pada
semua aspek operasi bisnis online, e-commerce merujuk secara
khusus pada transaksi barang dan jasa.
Perdagangan secara elektronik atau e-commerce (kadang-
kadang ditulis sebagai e-commerce) yang menurut Bloomenthal
(2019), adalah model bisnis yang memungkinkan perusahaan dan
individu membeli dan menjual barang melalui internet. E-commerce
beroperasi di keempat segmen pasar utama berikut: Bisnis ke bisnis;
Bisnis ke konsumen; Konsumen ke konsumen; dan Konsumen ke
bisnis.
9
Hampir semua produk dan layanan yang diinginkan dapat
tersedia melalui transaksi e-commerce, termasuk buku, musik, tiket
pesawat, dan layanan keuangan seperti investasi saham dan
perbankan online.
E-commerce mengacu pada ritel online dan belanja online serta
transaksi elektronik. E-Commerce telah sangat meningkat
popularitasnya selama beberapa dekade terakhir, dan dengan cara,
itu menggantikan penjualan dan pembelian secara tradisional.
Jadi, e-commerce memungkinkan untuk membeli dan menjual
produk dalam skala global, dua puluh empat jam sehari tanpa
menimbulkan biaya overhead seperti yang terjadi dalam menjalankan
toko sekitar secara langsung. Juga merupakan bauran pemasaran
terbaik dan tingkat konversi terbaik, namun usaha e-niaga juga harus
memiliki kehadiran fisik; ini lebih dikenal sebagai toko klik.
Jadi, e-commerce merupakan bagian dari e-business dengan
cakupan e-business lebih luas, tidak hanya sekadar perniagaan tetapi
mencakup juga pengkolaborasian mitra bisnis, pelayanan nasabah,
lowongan pekerjaan dan lain-lain. Selain teknologi jaringan www, e-
commerce juga memerlukan teknologi basisdata atau pangkalan data
(databases), surat elektronik (e-mail), dan bentuk teknologi non
komputer yang lain seperti halnya sistem pengiriman barang, dan alat
pembayaran untuk e-dagang ini.
10
b. Komponen E-Commerce
Pada praktiknya, di dalam e-commerce terdapat beberapa
komponen standar yang mendukung proses operasionalnya, yaitu
sebagaimana dikemukakan oleh Maxmanroe.com diantaranya adalah:
1) Produk
E-commerce mendukung penjualan berbagai jenis produk, mulai
dari produk fisik hingga produk digital.
a) Produk digital: ebook, membership, software, musik, dan lain-
lain
b) Produk fisik: buku, pakaian, gadget, makanan, elektronik, alat
rumah tangga, dan lain-lain.
2) Tempat Menjual Produk
Kegiatan e-commerce dilakukan di internet, maka dibutuhkan
domain dan hosting untuk membuat website sebagai media
pemasaran (baca: pengertian pemasaran).
3) Cara Menerima Pesanan
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk meneriman pesanan.
Diantaranya adalah dengan memanfaatkan email, telepon, SMS,
Chatting, dan lain-lain.
4) Metode Pembayaran
Beberapa metode pembayaran e-commerce pada umumnya
menggunakan transfer via ATM, kartu kredit, COD, e-payment
5) Metode Pengiriman
Cara pengiriman barang e-commerce di Indonesia biasanya
menggunakan jasa pengiriman barang (JNE, TIKI, Pos Indonesia,
11
dan lain-lain). Namun, ada juga yang menggunakan jasa antar
dari Ojek Online.
6) Customer Service
Layanan pelanggan merupakan komponen yang sangat penting
dalam operasional e-commerce. Aktivitas ini umumnya dilakukan
melalui email, formulir online, FAQ, telepon, chatting, dan sosial
media.
c. Manfaat E-Commerce
Menurut (Suyanto, 2003) manfaat e-commerce terbagi menjadi 3,
yaitu :
1) Bagi organisasi pemilik e-commerce
a) Memperluas market place hingga kepasar nasional dan
internasional.
b) E-Commerce menurunkan biaya pembuatan, pemprosesan,
pendistribusian, penyimpanan, dan pencarian informasi yang
menggunakan kertas.
c) E-Commerce mengurangi waktu antara outlay modal dan
penerimaan produk dan jasa.
2) Bagi konsumen
a) E-Commerce memungkinkan pelanggan untuk berbelanja
atau melakukan transaksi selama 24 jam sehari sepanjang
tahun dari hampir setiap lokasi.
b) E-Commerce memberikan lebih banyak pilihan kepada
pelanggan, mereka bisa memilih berbagai produk dari banyak
vendor.
12
c) E-Commerce menyediakan produk dan jasa yang tidak mahal
kepada pelanggan dengan cara mengunjungi banyak tempat
dan melakukan perbandingan secara cepat.
d) Pelanggan bisa menerima informasi yang relevan secara detil
dalam hitungan detik, bukan lagi hari atau minggu.
3) Bagi masyarakat
a) E-Commerce memungkinkan orang untuk bekerja didalam
rumah dan tidak harus keluar rumah untuk berbelanja. Ini
berakibat menurunkan arus kepadatan lalu lintas dijalan serta
mengurangi polusi udara.
b) E-Commerce memungkinkan orang di Negara-negara dunia
ketiga dan wilayah pedesaan untuk menikmati aneka produk
dan jasa yang akan susah mereka dapatkan tanpa e-
commerce.
Sedang kekurangan dari e-commerce menurut Šarić (2018) adalah :
1. Tidak adanya jaminan kualitas produk.
2. Loyalitas pelanggan menjadi masalah yang lebih besar karena
ada interaksi langsung antara pelanggan dan perusahaan.
3. Ketidakmampuan untuk mengalami produk sebelumnya
menyebabkan lebih banyak putus hubungan dan checkout.
4. Siapa pun dapat memulai bisnis online, yang terkadang
mengarah ke situs penipuan dan pengelabuan.
5. Peretas menargetkan toko web lebih sering daripada yang
dipikirkan.
6. Kegagalan mekanis bisa berakibat hukum.
13
d. Jenis-Jenis Transaksi E-Commerce
Berdasarkan surat edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 62 Tahun
2013, ada 4 jenis ransaksi Online yang akan masuk dalam
perhitungan Pajak adalah sebagai berikut :
1) Online Marketplace
Online Marketplace adalah kegiatan menyediakan tempat
kegiatan usaha berupa toko internet sebagai Online Marketplace
Merchant untuk menjual barang dan/atau jasa. Dalam model
transaksi ini, ada imbalan, dalam bentuk rent fee atau registration
fee, atas jasa penyediaan tempat dan/atau waktu memajang iklan
barang dan/atau jasa dan melakukan penjualan di toko internet
melalui mall internet. Jumlah penjual banyak dengan
karakterisktik penjualan toko permanen. Sistem penawaran,
pemesanan, pembayaran dilakukan secara online, tetapi sistem
pengiriman bisa dilakukan secara online ataupun offline. Selain
itu, ada sejumlah uang yang dibayarkan oleh Online Marketplace
Merchant ke penyelenggara Online Marketplace sebagai komisi
atas jasa perantara pembayaran atas penjualan barang dan/atau
jasa. Contoh dari Online Marketplace adalah Bukalapak,
Tokopedia, Shopee (Yustika, 2018).
2) Classified Ads
Classified Ads adalah kegiatan menyediakan tempat dan/atau
waktu untuk memajang iklan barang dan/atau jasa yang dilakukan
oleh pengiklan melalui situs yang disediakan oleh
Penyelenggaran Classified Ads. Jumlah penjual banyak dengan
14
karakterisktik penjual adalah penjual insidentil dimana penjual
hanya menjual barang dagangannya pada kesempatan atau pada
waktu-waktu tertentu. Sistem penawaran dilakukan secara online
(di pasarkan pada web tersebut), sedangkan sistem pemesanan,
sistem pembayaran dan sistem pengiriman bisa dilakukan secara
offline (di luar web tersebut atau langsung pada orang yang di
promosikan). Kemudian pengiklan membayar sejumlah uang
sebagai transaction fee kepada penyelenggara Classified Ads
yang merupakan objek PPh dan PPN. Contoh dari Classified Ads
adalah kaskus, tokobagus, berniaga.com, OLX.com
3) Daily Deals
Daily deals merupakan kegiatan menyediakan tempat kegiatan
usaha berupa situs Daily Deals sebagai tempat Daily Deals
Merchant menjual barang dan/atau jasa kepada pembeli dengan
menggunakan voucher sebagai sarana pembayaran. Jumlah
penjual banyak dengan karakterisktik penjualan toko hanya pada
promo-promo sesaat. Sistem penawaran, pemesanan dilakukan
secara online sedangkan untuk sistem pembayaran dan sistem
pengiriman bisa dilakukan secara online ataupun offline dalam
artian pembayaran dapat dilakukanlangsung pada saat
pembayaran ataupun melalui web tersebut serta pengiriman diket
bisa langsung dikirim kepada web tersebut atau di ambil langsung
pada toko yang bersangkutan. Contoh dari Daily Deals adalah
groupon disdus, traveloka, tiket.com, pegipegi, barang yang di
jual seperti voucher ticket hotel, pesawat, dan makanan.
15
4) Online Retail
Online Retail adalah kegiatan menjual barang dan/atau jasa yang
dilakukan secara langsung oleh penyelenggara Online Retail
kepada pembeli di situs Online Retail. Jumlah penjual hanya satu
yaitu yang memiliki web tersebut dengan karakterisktik penjualan
toko permanen karena toko tersebut merupakan toko milik
sendiri. Sistem penawaran dilakukan secara online, sedangkan
sistem pemesanan, sistem pembayaran dan sistem pengiriman
bisa dilakukan secara online ataupun offline dalam artian
pembayaran dapat dilakukanlangsung pada saat pembayaran
ataupun melalui web tersebut serta pengiriman diket bisa
langsung dikirim kepada web tersebut atau di ambil langsung
pada toko yang bersangkutan. Contoh dari Online Retail adalah
blibli.com, bhinneka.com, lazada.com. Amazon (Yustika, 2018).
2. Pajak
a. Pengertian Pajak
Menurut Resmi (2016), pajak adalah suatu kewajiban untuk
menyerahkan sebagian kekayaan negara karena suatu keadaan,
kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu.
Pungutan tersebut bukan sebagai hukuman, tetapi menurut
peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dipaksakan
untuk tidak ada jasa balik dari negara secara langsung, misalnya
memelihara kesejahteraan umum. Menurut Waluyo (2016) pajak
adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh
penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup biaya
16
produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai
kesejahteraan umum.
Dapat disimpulkan bahwa pajak merupakan salah satu usaha
untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
pembiayaan pembangunan adalah menggali sumber dana yang
berasal dari dalam negeri berupa pajak yang digunakan untuk
membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama
(Yustika, 2018).
b. Ciri-Ciri Pajak
Berdasarkan Undang Undang KUP Nomor 28 Tahun 2007, pajak
memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Pajak merupakan kontribusi wajib warga negara
2) Pajak bersifat memaksa untuk setiap warga negara
3) Warga negara tidak mendapat imbalan langsung
4) Berdasarkan undahng-undang
c. Fungsi Pajak
Fungsi pajak menurut (Resmi, 2016) terdiri atas :
1) Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan
salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai
pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber
keuangan negara, pemerintah berupaya memasukkan uang
sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Upaya tersebut ditempuh
dengan cara ekstensifikasi maupun intensifikasi pemungutan
pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak
17
seperti pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi
dan Bangunan (PBB), dan lain-lain.
2) Fungsi regulasi (mengatur)
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam
bidang sosial dan ekonomi, serta mencapai tujuan-tujuan tertentu
di luar bidang keuangan. Berdasarkan penjelasan fungsi pajak,
dapat disimpulkan bahwa pajak berfungsi untuk membiayai
pengeluaran rutin maupun pembangunan dan untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah.
d. Jenis Pajak
Terdapat berbagai jenis pajak yang dapat dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu pengelompokan menurut golongan, menurut sifat, dan
menurut lembaga pemungutnya (Resmi, 2016).
1) Menurut Golongannya
a) Pajak langsung adalah pajak yang bebannya harus
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan
tidak dapat dialihkan kepada pihak lain.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak tidak langsung, pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak
ketiga.
Contoh : Pajak Penjualan dan Pajak Pertambahan Nilai
(PPn).
18
2) Menurut Sifatnya
a) Pajak subjektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan
keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan pajak yang
memperhatikan keadaan subjeknya.
b) Pajak objektif, pajak yang pengenaannya memperhatikan
objeknya, baik berupa benda, keadaan, perbuatan, maupun
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban
membayar pajak tanpa memperhatikan keadaan pribadi
Subjek Pajak (Wajib Pajak) dan tempat tinggal
3) Menurut lembaga Pemungutnya
a) Pajak negara (Pajak Pusat), pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah
tangga negara pada umumnya.
Contoh : Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPn) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM),
Pajak Bumi dan Bangunan).
b) Pajak Daerah, pajaak yang dipungut oleh pemerintah daerah,
baik daerah tingkat 1 (pajak provinsi), maupun pajak tingkat II
(pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk membiayai
rumah tangga masing-masing.
Contoh : Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Reklame, Pajak
Parkir, Pajak Restoran, Pajak Hiburan.
e. Pajak Terhadap Transasksi E-Commerce
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah
menyebabkan transformasi model dan strategi bisnis yang perlu
19
ditegaskan aspek perpajakannya. Pada prinsipnya, transaksi
perdagangan barang dan/atau jasa melalui sistem elektronik, yang
selanjutnya disebut e-commerce sama dengan transaksi perdagangan
barang dan/atau jasa lainnya, tetapi berbeda dalam hal cara atau alat
yang digunakan. Oleh karena itu, tidak ada perbedaan perlakuan
perpajakan antara transaksi e-commerce dan transaksi perdagangan
barang dan/atau jasa lainnya.
f. Pajak Pertambahan Nilai
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah pajak atas konsumsi
barang dan jasa di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat
di setiap jalur produksi dan distribusi (Resmi, 2016). Dalam Dirjen
Pajak, Pajak Pertambahan Nilai (PPN) didefinisikan sebagai pajak
yang dikenakan atas setiap pembelian Barang Kena Pajak dan
pemanfaatan Jasa Kena Pajak baik di dalam wilayah Indonesia
maupun dari luar daerah Pabean.
g. Objek PPN
1) Penyerahan /impor/pemanfaatan/ekspor terhadap BKP /JKP/BKP
tidak berwujud.
2) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan
yang hasilnya diigunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
3) Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva
tersebut tidak untuk diperjual belikan sepanjang pajak masukan
yang dibayar pada saat perolehan menurut ketentuan dapat
dikreditkan.
20
h. Subjek Pajak
1) Pengusaha Kena Pajak, yaitu pengusaha yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
2) Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang
PPN, yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang,
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah Pabean.
i. Tarif Pengenaan Pajak
1) Tarif PPN adalah 10%.
Dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam daerah
pabean/impor BKP/penyerahan JKP di dalam daerah
pabean/pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam pabean/pemanfaatan JKP dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean.
2) Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tersebut dapat
diubah menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% yang
perubahan tarifnya diatur dengan Peraturan Pemerintah. Hal ini
dapat disebabkan berbagai faktor, misalnya pertimbangan
perkembangan perekonomian Indonesia, sehingga tarif PPN bisa
diturunkan. Sebaliknya, misalnya jika Pemerintah membutuhkan
penerimaan pajak yang besar, sehingga tarif PPN bisa dinaikkan.
21
3) Tarif PPN sebesar 0% diterapkan atas Ekspor Barang Kena
Pajak Berwujud, Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, dan
Ekspor Jasa Kena Pajak.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu adalah langkah penting dalam penelitian. Langkah
ini meliputi identifikasi, lokasi dan analisis dari dokumen yang berisi informasi
yang berhubungan dengan permasalahan penelitian secara sistematis.
Dokumen ini dapat meliputi jurnal, hasil penelitian skripsi, dan laporan
penelitian lainnya yang mirip atau relevan dan dijadikan referensi untuk
penelitian ini untuk melihat persamaan ataupun perbedaannya.
Beberapa hasil penelitian terdahulu sebagai berikut.
1. Penelitian Anggia Yustika Sari, 2018 mengenai Analisis Terhadap
Penerapan Pajak Atas Transaksi E-Commerce. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa pajak terhadap transaksi e-commerce wajib di
kenakan kepada para pedagang online mengingat peraturan perpajakan
sudah jelas adanya dan pendapatan tertinggi negara di dapatkan dari
sektor perpajakan. Namun para pelaku bisnis e-commerce yang belum
maksimal, sosialisasi yang belum dilakukan secara menyeluruh dan
transaksi e-commerce yang sulit di deteksi wujud usahanya yang
mendatangkan masalah tersendiri, yaitu sulitnya pemerintah menetapkan
peraturan pajak yang jelas dan adil.
2. Penelitian Anita Sari, 2019 mengenai Aspek Hukum Perlakuan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Transaksi Perdagangan Eleketronik
(E-Commerce) Di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
regulasi yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah yaitu PMK Nomor
22
210/PMK/010/2018 Tentang Perlakuan Perpajakan Atas Transaksi
Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (E-Commerce) belum maksimal
dalam menyikapi perdagangan elektronik (E-Commerce) yang terjadi di
Indonesia terutama pada aturan yang menerapkan pengenaan pajak
transaksi elektronik.
3. Penelitian Riris Rotua Sitorus dan Yeny Kopong, 2017 mengenai
Pengaruh E-Commerce Terhadap Jumlah Pajak Yang Disetor Dengan
Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening. Hasil penelitian
membuktikan bahwa e-commerce dan kepatuhan wajib pajak berpengaruh
signifikan terhadap jumlah pajak yang disetor. E-commerce berpengaruh
signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak. E-commerce berpengaruh
signifikan terhadap jumlah pajak yang disetor melalui perantara kepatuhan
wajib pajak.
4. Penelitian Ririn Puspita Sari, 2018 mengenai Kebijakan perpajakan atas
transaksi e-commerce. Hasil dari penelitian ditemukan bahwa terdapat
beberapa kondisi dimana transaksi e-commerce akan sulit dikenakan
pajaknya. Sehingga Direktorat Jenderal Pajak memberlakukan Surat
Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor SE-662/PJ/2013 tentang
Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce sebagai
kebijakan untuk mengotimalkan penerimaan negara atas Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPn) terhadap transaksi
e-commerce.
5. Penelitian Cut Inayatul Maulida dan Adnan, 2017 mengenai Pengaruh Self
Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Dan Penagihan Pajak Terhadap
Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Pada Kpp Pratama Banda
23
Aceh. Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, dan Penagihan Pajak
secara bersama-sama berpengaruh terhadap penerimaan pajak
pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016. Self
Assessment System tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.
Pemeriksaan Pajak tidak berpengaruh terhadap penerimaan pajak
pertambahan nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.
Penagihan Pajak berpengaruh terhadap penerimaan pajak pertambahan
nilai pada KPP Pratama Banda Aceh tahun 2014-2016.
6. Penelitian Ni Putu Milan Novita Handayani dan Naniek Noviari, 2016
mengenai Pengaruh Persepsi Manajemen Atas Keunggulan Penerapan E-
Billing Dan E-Spt Pajak Pertambahan Nilai Pada Kepatuhan Perpajakan.
Hasil analisis data dan pembahasan sebelumnya, maka dapat ditarik
simpulan persepsi manajemen atas keunggulan penerapan e-billing
berpengaruh positif pada kepatuhan perpajakan, artinya apabila persepsi
manajemen atas keunggulan penerapan e-billing baik, maka akan
meningkatkan kepatuhan perpajakan Pengusaha Kena Pajak Badan.
Variabel persepsi manajemen atas keunggulan penerapan e-SPT PPN
berpengaruh positif pada kepatuhan perpajakan, artinya apabila persepsi
manajemen atas keunggulan penerapan e-SPT PPN baik, maka akan
meningkatkan kepatuhan perpajakan Pengusaha Kena Pajak Badan.
7. Penelitian Lodang Prananta Widya Sasana, 2019 mengenai Analisis
Penerapan Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Atas Transaksi E-
Commerce Pada Direktorat Jenderal Pajak. Hasil penelitian ini Indonesia
masih dimungkinkan melakukan pengenaan PPN atas transaksi e-
24
commerce berdasarkan ketentuan undang-undang perpajakan terutama
UU No.42 tahun 2009 tentang PPN dan PPn BM.
C. Kerangka Konsep
Konsep penelitian skripsi ini adalah menyajikan kaitan secara teoritis
antara praktik e-commerce dan jenis pajak yang melingkunginya yakni
perspektif pajak pertambahan nilai (PPN) yang berasal dari transaksi daring
(online), yang tentu saja sangat relevan dengan situasi terkini.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan
transformasi model dan strategi bisnis yang perlu ditegaskan aspek
perpajakannya. Pada prinsipnya, transaksi perdagangan barang dan/atau
jasa melalui sistem elektronik, yang selanjutnya disebut e-commerce sama
dengan transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya, tetapi berbeda
dalam hal cara/mekanisme atau alat yang digunakan. Oleh karena itu, tidak
ada perbedaan perlakuan perpajakan antara transaksi e-commerce dan
transaksi perdagangan barang dan/atau jasa lainnya, katakanlah itu cara
konvensional.
Berdasar itu, pertumbuhan perdagangan yang berbentuk e-commerce /
online ini sekaligus tentu dapat memberi dampak pada sektor pajak
khususnya Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Transaksi elektornik
berpengaruh kepada pengakuan saat dan tempat terutang PPN karena
transaksi yang dilakukan penjual dan pembeli tidak dapat bertemu secara
langsung.
Pengenaan PPN ditujukan bagi orang pribadi maupun badan usaha
yang membeli memproduksi Barang Kena Pajak (BKP), mengimpor,
25
memperdagangkan BKP dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya.
Dalam transaksi e-commerce, pengenaan pajaknya adalah kepada
konsumen yang berkewajiban untuk membayar PPN. karena pada dasarnya
transaksi e-commerce tidak ada perbedaan dengan transaksi konvensional
hanya yang membedakan adalah mekanisme perdagangannya. Sehingga
diperlukan adanya penyesuaian kepada beberapa pihak serta kerja sama
untuk menerapkan PPN.
PPN merupakan pajak yang dikenakan terhadap pertambahan nilai
(value added) yang timbul akibat dipakainya faktor-faktor produksi disetiap
jalur perusahaan dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan
memperdagangkan barang atau pemberian pelayanan jasa kepada
konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak
tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak
atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak
menyetorkan langsung pajak yang ditanggung.
Oleh karenanya, penelitian ini mengkaji keterkaitan dan dampak dari
hasil transaksi e-commerce terhadap pengenaan pajak berupa PPN, yaitu
secara skematik digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1
E-commerce
Pajak
Pertambahan
Nilai (PPN)
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan di sini adalah Deskriptif. Menurut Hayati
(2019), penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan suatu situasi, subjek, perilaku, atau fenomena. Ini
digunakan untuk menjawab pertanyaan tentang siapa, apa, kapan, di mana,
dan bagaimana terkait dengan pertanyaan atau masalah penelitian tertentu.
Penelitian deskriptif di sini adalah dalam format studi kasus yang
ditetapkan sebagai metode pengumpulan data dan bersifat konklusif. Metode
studi kasus adalah kajian mendalam tentang suatu fenomena, yang
memungkinkan peneliti terlibat maupun tidak terlibat interaksi dengan subyek
yang diteliti.
Studi kasus menurut Hayati (2019) adalah tidak digunakan untuk
menentukan sebab dan akibat karena tidak memiliki kapasitas untuk
membuat prediksi yang akurat karena mungkin ada bias pada bagian peneliti.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi penelitian yang ditetapkan adalah pada Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Kota Makassar Barat, Sulawesi Selatan.
2. Penelitian ini dilakukan kurang lebih 2 bulan dimulai dari bulan agustus
sampai bulan september tahun 2020
C. Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini menggunakan 2 variabel, yakni variabel e-commerce yang
jika terjadi transaksi secara elektronis antara penjual dan pembeli maka
27
terjadi dampak atau pengenaan pajak atas transaksi tersebut dalam bentuk
PPN..
Kedua variabel secara operasional didefinisikan sebagai berikut :
1. Electronic Commerce (e-commerce) adalah kegiatan yang meliputi
semua aktifitas internal perusahaan melalui internet untuk melakukan
pertukaran barang, jasa dan informasi, menjual produk perusahaan,
kepada pembeli perorangan maupun kelompok.
Kegiatan dalam e-commerce antara lain meliputi transfer dana elektronik,
pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan
sistem pengumpulan data otomatis.
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan Pajak Tidak Langsung yang
beban pajaknya dapat dialihkan kepada pembeli atau konsumen barang
atau jasa dan menjadi tanggung jawab bagi penjual (Sukardji, 2009:4).
PPN yang terutang atas transaksi penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
atau Jasa Kena Pajak (JKP) dipungut oleh PKP yang bertindak sebagai
penjual (Gunadi, 2002:2). Besar tarif PPN yang dikenakan pada
umumnya adalah 10% (sepuluh persen) dari nilai transaksi (Direktorat
Jenderal Pajak, 2011:334).
Kedua variabel ini akan dilihat dari aktifitas transaksi yang dihubungkan
dengan penarikan pajak, dalam hal ini PPN.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan untuk penelitian skripsi ini adalah data sekunder,
yakni data yang telah terekam atau tersedia pada Kantor KPP Makassar
Barat berupa data elektronik dan dokumen tertulis ataupun yang telah
dipublikasi.
28
Data yang dimaksudkan di sini adalah hasil transaksi online selama
periode 2015 – 2019 antara pembeli dan penjual dan pengenaan PPN dari
hasil transaksi yang dapat berasal pembelian barang dalam wilayah kerja
KPP Makassar Barat.
Selain itu, dilakukan wawancara terhadap pimpinan ataupun staf yang
berwenang pada KPP Makassar Barat untuk mendapatkan data seperti
proses transaksi online, mekanisme pengenaan pajak elektronik, besaran
pengenaan pajak menurut jenis barang, transfer atau pertukaran data dan
dana secara elektornik, dan lain-lain sesuai kondisi kebutuhan data di
lapangan.
E. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode analisis data secara
dekriptif didukung oleh data kuantitatif, yaitu sebagai berikut :
1. Jumlah transaksi dari pembelian barang dari pihak penjual / perusahaan.
2. Nilai seluruh transaksi e-commerce jenis barang yang menghasilkan PPN
sesuai Peraturan/Perundang-undangan Pajak RI.
3. Penerimaan PPN selanjutnya dihitung secara persentase yang terjadi
menurut periode dan sekaligus akan dapat dilihat perkembangannya.
Menggunakan rumus perhitungan persentase kenaikan.
Rumus : Persentase Kenaikan (%) = (akhir – awal) x 100%
awal
4. Mendeskripsikan hasil analisis termasuk persoalan transaksi elektronik
dan masalah penarikan PPN yang terjadi.
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Makassar Barat
Sejak tahun 2002, secara bertahap KPP telah mengalami
modernisasi sistem dan struktur organisasi menuju sebuah instansi yang
berorientasi pada fungsi. Kantor Pelayanan Pajak yang telah mengalami
modernisasi ini merupakan penggabungan dari Kantor Pelayanan Pajak
Konvensional dan Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak. Kemudian
di tahun yang sama, dibentuklah dua KPP Wajib Pajak Besar atau yang
dikenal juga sebagai LTO (Large Tax Office). Satu tahun setelahnya yaitu
pada tahun 2003, dibentuklah sebanyak sepuluh KPP khusus.
DJP kemudian membentuk KPP Madya atau MTO (Medium Tax
Office) di tahun 2004 . Selanjutnya, dua tahun kemudian KPP Modern
yang lebih dikenal dengan KPP Pratama atau STO (Small Tax Office)
mulai dibuka untuk melayani Wajib Pajak. KPP Pratama mulai terbentuk
pada tahun 2006 hingga tahun 2008. KPP Pratama ini merupakan KPP
terbanyak yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Selain itu, KPP
Pratama juga menangani Wajib Pajak yang terbanyak.
2. Visi dan Misi
Visi
Menjadi Mitra Tepercaya Pembangunan Bangsa untuk Menghimpun
Penerimaan Negara melalui Penyelenggaraan Administrasi Perpajakan
yang Efisien, Efektif, Berintegritas, dan Berkeadilan dalam rangka
mendukung Visi Kementerian Keuangan: "Menjadi Pengelola Keuangan
30
Negara untuk Mewujudkan Perekonomian Indonesia yang Produktif,
Kompetitif, Inklusif dan Berkeadilan".
Misi
a. Merumuskan regulasi perpajakan yang mendukung pertumbuhan
ekonomi Indonesia;
b. Meningkatkan kepatuhan pajak melalui pelayanan berkualitas
dan terstandardisasi, edukasi dan pengawasan yang efektif, serta
penegakan hukum yang adil; dan
c. Mengembangkan proses bisnis inti berbasis digital didukung budaya
organisasi yang adaptif dan kolaboratif serta aparatur pajak yang
berintegritas, profesional, dan bermotivasi.
3. Tugas KPP Pratama
Tugas pokok KPP Pratama yaitu melaksanakan penyuluhan, pelayanan,
dan pengawasan Wajib Pajak dibidang:
a. Pajak Penghasilan (PPh).
b. Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
c. Dan Pajak penjualan atas Barang Mewah (PPnBM).
d. Serta Pajak Tidak Langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Fungsi KPP Pratama
Dalam melaksanakan tugasnya, KPP Pratama memiliki fungsi sebagai
berikut:
a. Berfungsi sebagai pengumpulan, pencarian dan pengolahan data,
pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan,
serta pendataan objek dan subjek pajak.
31
b. Berfungsi sebagai penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan.
c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan
dan pengolahan surat, pemberitahuan dan penerimaan surat lainnya.
d. Penyuluhan dan pelayanan perpajakan.
e. Pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak, pelaksanaan ekstensifikasi.
f. Pengurangan sanksi pajak, pelaksanaan pemeriksaan pajak,
pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak.
g. Pelaksanaan konsultasi perpajakan, pembetulan ketetapan pajak, dan
pelaksanaan administrasi kantor.
5. Struktur Organisasi
32
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan RI No.206.2/PMK.01/2014
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
167/PMK.01/2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
DJP, berikut ini struktur KPP Pratama:
a. Sub Bagian Umum dan Kepatuhan Internal. Bagian ini bertugas untuk
melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah
tangga, pengelolaan kinerja pegawai, dan sebagainya.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi, yang bertugas untuk
melakukan pengumpulan, pencairan, pengolahan data, pengamatan
potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, dan masih
banyak lainnya.
c. Seksi Pelayanan, yang bertugas untuk melakukan penetapan dan
penerbitan produk hukum perpajakan, dan sejenisnya.
d. Selanjutnya ada Seksi Penagihan, yang bertugas untuk
melaksanakan urusan penatausahaan piutang pajak, dan urusan
piutang lainnya.
e. Seksi Pemeriksaan yang bertugas untuk melakukan penyusunan
rencana pemeriksaan, pengawasan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dan administrasi
pemeriksaan perpajakan lainnya.
f. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan, bertugas melakukan
pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak.
Tugas lainnya adalah pembentukan basis data nilai objek pajak dalam
menunjang ekstensifikasi, dan masih banyak lagi.
33
g. Selain itu ada Seksi Pengawasan dan Konsultasi 1. Tugasnya adalah
melakukan proses penyelesaian permohonan wajib pajak. Tugas
lainnya adalah melakukan bimbingan dan konsultasi teknis
perpajakan kepada wajib pajak dan usulan pengurangan PBB.
h. Dan Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III, IV, yang masing-masing
memiliki tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban
perpajakan wajib pajak. Dan penyusunan profil wajib pajak, analisis
kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam melakukan
intensifikasi dan himbauan kepada wajib pajak.
B. Pembahasan Transaksi E-Commerce dan Penerimaan PPN
1. Jumlah Transaksi Pembelian Barang E-Commerce
Bisnis e-commerce di Indonesia telah memasuki tahapan baru
kemajuan teknologi dalam bidang perdagangan e-commerce bukan
hanya tumbuh sangat pesat di Indonesia, namun juga ekosistem yang
menyertainya akan meningkat pesat. Semakin mudah dan nyamannya
konsumen melakukan transaksi jual beli melalui e-commerce (electronic
commerce atau perdagangan elektronik), membuat transaksi
perdagangan konvensional turun secara signifikan.
Tabel 4.1
Aktivitas E-Commerce di Indonesia Tahun 2015 s.d 2019
Jenis
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Mencari Produk/Jasa secara
online 18% 31% 48% 45% 93%
Mengunjungi online retail 16% 26% 46% 45% 90%
34
Membeli barang online 11% 27% 41% 40% 86%
Membeli online menggunakan
laptop/desktop 16% 24% 34% 31% 37%
Membeli online menggunakan
gadget 9% 20% 33% 31% 76%
Sumber: We Are Social & Hootsuite’s Digital Indonesia in 2015 s.d 2019
Berdasarkan We Are Social & Hootsuite’s Digital Indonesia in 2019
Report, pengguna internet di Indonesia per Januari 2020 telah mencapai
175,4 juta orang. Berdasarkan survey aktivitas e-commerce di Indonesia
yang juga di ambil dari We Are Social & Hootsuite’s Digital in 2019
Report, menyebutkan bahwa pemanfaatan internet di bidang ekonomi
sebesar 93% untuk transaksi jual online, 90% untuk mengunjungi online
retail, 86% untuk membeli barang online, 37% untuk membeli online
menggunakan laptop/desktop dan 76% untuk membeli online
menggunakan gadget.
Data Pertumbuhan Nilai Transaksi e-commerce di Indonesia
menunjukkan pada tahun 2015 sebesar Rp. 42,5 triliun (Katadata, 2020).
Nilai tersebut terus merangkak naik menjadi Rp. 69,8 triliun pada tahun
2016, Rp. 108,3 triliun pada tahun 2017, dan pada tahun 2018 menjadi
Rp. 144 triliun.
Menurut Surat Edaran No. 63 Tahun 2013, pajak yang terutang
melalui transaksi konvensional dan pajak yang terutang melalui transaksi
e-commerce telah dipungut sesuai aturan yang berlaku. Sehingga
pedagang yang berjualan secara konvensional ataupun melalui e-
commerce sama-sama telah melaksanakan kewajiban perpajakannya.
35
Selain itu, konsumen yang berbelanja melalui pedagang konvensional
ataupun e-commerce juga dikenakan pajak yang sama. Tidak ada
perbedaan tarif pajak yang dikenakan atas transaksi melalui e-commerce
dengan transaksi melalui cara konvensional.
2. Nilai Transaksi Barang E-Commerce yang Menghasilkan PPN
Bisnis online di Indonesia berkembang dengan sangat pesat
dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Masyarakat
Indonesia pada umumnya lebih memilih melakukan sistem berbelanja
dengan memanfaatkan internet/website.
Gambar 4.1
Nilai Transaksi Perusahaan E-Commerce Tahun 2015 s.d 2019
Sumber: Katadata tahun 2015 s.d 2019
Menjalankan usaha di internet dipercaya akan lebih mudah dan
membutuhkan biaya yang lebih sedikit dibandingan melakukan usaha
secara konvensional, mulai dari menjual barang hingga jasa mereka
tawarkan di internet. Proses transaksi yang dilakukan di penjualan online
Rp-
Rp2,000,000,000
Rp4,000,000,000
Rp6,000,000,000
Rp8,000,000,000
Rp10,000,000,000
Rp12,000,000,000
2015 2016 2017 2018 2019
Shopee
Bukalapak
Tokopedia
36
tergolong sederhana. Biaya operasional yang dikeluarkan lebih rendah
dari pedagang konvensional pada umumnya. Pedagang tidak perlu
menyewa bangunan dan cukup memasarkan barang dagangannya atau
jasa melalui internet.
Berikut data realisasi PPN secara umum yang telah diambil dari KPP
Makassar Barat, 25% dari penerimaan PPN adalah nilai transaksi e-
commerce yang terdaftar sebagai wajib pajak pada KPP Pratama
Makassar Barat.
Tabel 4.2
Data Realisasi Penerimaan PPN Secara Umum (25% adalah penerimaan
PPN dari transaksi barang e-commerce) Tahun 2015 s.d 2019
Tahun Penerimaan PPN
Jumlah Wajib
Pajak (WP)
2015 Rp. 398.474.128.839 2.096
2016 Rp. 406.771.988.281 2.149
2017 Rp. 474.177.556.077 2.040
2018 Rp. 581.534.883.942 2.079
2019 Rp. 501.612.242.807 2.059
Sumber: KPP Pratama Makassar Barat tahun 2015 s.d 2019
Pihak Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dalam mengadakan
pengawasan serta penanganan terhadap penerimaan pajak di bidang e-
commerce memerlukan langkah yang tepat di dalam penerapannya. Hal
tersebut karena pada subjek dan objek pajak adalah pihak-pihak yang
37
terlibat di dalam dunia maya yang secara fisik sulit untuk ditemukan.
Kegiatan e-commerce sendiri merupakan kegiatan perdagangan yang
menggunakan jaringan elektronik.
Para pelakunya tidak dapat diindentifikasi langsung secara fisik,
karena kegiatannya yang berada di dunia maya. Terlihat bahwasanya
masih perlu adanya pengawasan serta penanganan yang dilakukan
dalam aspek penerimaan pajak di bidang e-commerce. Permasalahan
yang terjadi adalah terletak pada siapa subjek dan apa objek pajak yang
melekat pada transaksi ini.
Tabel 4.3
Data Penerimaan PPN Berdasarkan Nilai Transaksi Barang E-Commerce
Tahun 2015 s.d 2019
Tahun Penerimaan PPN Jumlah Wajib Pajak
(Penjual/Perusahaan)
2015 Rp 99.618.532.210 524
2016 Rp 101.692.997.070 537
2017 Rp 118.544.389.019 510
2018 Rp 145.383.720.986 519
2019 Rp 125.403.060.702 514
Sumber: KPP Pratama Makassar Barat Tahun 2015 s.d 2019
3. Prosedur Penerimaan Pajak
a. Penerimaan pajak merupakan sumber utama atau tulang punggung
penerimaan negara yang digunakan untuk pembiayaan pemerintah
dan pembangunan. Penerimaan dari sektor pajak diharapkan
mampu mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri serta
38
membangkitkan kembali kepercayaan diri bangsa Indonesia. Hal ini
selaras dengan misi yang diemban oleh Direktorat Jenderal Pajak
(DJP) selaku otoritas pajak untuk menghimpun penerimaan negara
dari sektor pajak guna menunjang kemandirian pembiayaan
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
Penerimaan pajak dilaksanakan oleh seksi Pengolahan Data dan
Informasi (PDI) dengan cara menyusun estimetis penerimaan Pajak
berdasarkan potensi pajak, perkembangan Ekonomi dan Keuangan.
Prosedur operasi ini menguraikan tata cara pemrosesan dan
penatausahaan dokumen masuk secara umum di Seksi PDI. Yang
dimaksud dengan dokumen dalam SOP ini adalah surat, laporan,
formulir, kartu, daftar, dan buku yang digunakan di lingkungan
Direktorat Jenderal Pajak.
1) Kepala Seksi PDI menerima dokumen masuk yang telah
didisposisi Kepala KPP, memberikan disposisi, menugaskan
untuk menatausahakan atau untuk memproses dokumen
masuk, dan meneruskan dokumen masuk tersebut kepada
Pelaksana Seksi PDI. Dalam hal telah terdapat SOP untuk
memroses dokumen masuk tersebut, maka Kepala Seksi
menindaklanjutinya sesuai dengan SOP terkait.
2) Dokumen untuk disimpan kemudian ditatausahakan, sedangkan
untuk dokumen yang akan diproses ditindaklanjuti sesuai
dengan penugasan Kepala Seksi PDI. Dalam hal atas dokumen
masuk tersebut harus dibuatkan respon/balasan/tindak lanjut,
Pelaksana Seksi PDI melakukan penghimpunan bahan,
39
membuat konsep dokumen keluar, dan meneruskan konsep
dokumen tersebut ke Kepala Seksi PDI.
3) Kepala Seksi PDI meneliti dan mengotorisasi konsep dokumen
keluar serta meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
4) Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan
menandatangani dokumen keluar.
5) Dokumen yang telah ditandatangani, diterima, dicatat datanya,
serta diberi cap, nomor, dan tanggal oleh Sekretaris Kepala
KPP, kemudian diteruskan ke Pelaksana Seksi PDI.
6) Pelaksana Seksi PDI menerima, menginput/mencatat data
dokumen keluar, menatausahakan arsip yang berasal dari
dokumen masuk maupun arsip dari dokumen keluar,
meneruksan tembusan ke seksi terkait, serta meneruskan
dokumen keluar yang siap dikirim ke Sub bag Umum dengan
manggunakan buku eskpedisi.
7) Penyampaian dokumen keluar kepada Pihak Eksternal oleh Sub
bagian Umum.
8) Proses Selesai.
Rencana Penerimaan Pajak Prosedur berdasarkan potensi pajak,
perkembangan Ekonomi dan Keuangan yang meliputi proses kompilasi
rencana penerimaan pajak dari masing-masing Seksi Pengawasan dan
Konsultasi dengan mempertimbangkan potensi Wajib Pajak, penerimaan
pajak dan perkembangan ekonomi menjadi rencana penerimaan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dan dalam penelitian ini adalah KPP Pratama
Makassar Barat, dengan prosedur sebagai berikut:
40
a. Kepala Kantor menerima Rencana Penerimaan Pajak dari Kepala
Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV dan menugaskan
Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk mengkompilasi
menjadi Rencana Penerimaan Kantor.
b. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menerima Rencana
Penerimaan Pajak yang telah disetujui Kepala Kantor Pelayanan
Pajak dan menugaskan Pelaksana untuk mengkompilasi rencana
penerimaan pajak.
c. Pelaksana menghimpun dan mengkompilasi Rencana Penerimaan
Pajak dari Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, II, III, dan IV,
membuat konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan
kepada Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
d. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi meneliti dan
mengotorisasi Rencana Penerimaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak,
konsep Nota Dinas Pengantar, dan menyampaikan kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak.
e. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan menandatangani
Rencana Penerimaaan Pajak Kantor Pelayanan Pajak dan konsep
Nota Dinas Pengantar, kemudian mengembalikan kepada Kepala
Seksi Pengolahan Data dan Informasi.
f. Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi menugaskan
Pelaksana untuk mengirimkan Rencana Penerimaan Pajak Kantor
Pelayanan Pajak ke Kantor Wilayah.
g. Pelaksana menyampaikan Rencana Penerimaan Pajak Kantor
Pelayanan Pajak yang telah ditandatangani Kepala Kantor
41
Pelayanan Pajak ke Sub bagian Umum untuk dikirim ke Kantor
Wilayah melalui SOP Tata Cara Penyampaian Dokumen di KPP.
h. Proses selesai.
4. Perhitungan Nilai PPN Secara Persentase
Penerimaan PPN Secara Persentase menurut periode 2015 s.d 2019
Rumus : Persentase Kenaikan (%) = (akhir – awal) x 100%
Awal
2016 = (Rp. 101.692.997.070 – Rp. 99.618.532.210) x 100%
Rp. 99.618.532.210
= Rp. 2.074.464.860 x 100%
Rp. 99.618.532.210
= 0,020824085779812 x 100%
= 2%
2017 = (Rp. 118.544.389.019 – Rp. 101.692.997.070) x 100%
Rp. 101.692.997.070
= Rp. 16.851.391.949 x 100%
Rp. 101.692.997.070
= 0,1657084797825401 x 100%
= 17%
2018 = (Rp. 145.383.720.986 – Rp. 118.544.389.019) x 100%
Rp. 118.544.389.019
= Rp. 26. 839.331.967 x 100%
Rp. 118.544.389.019
= 0,2264074427234026 x 100%
= 23%
42
2019 = (Rp. 145.383.720.986 – Rp. 125.403.060.702) x 100%
Rp. 145.383.720.986
= Rp. 19.980.660.284 x 100%
Rp. 145.383.720.986
= 0,1374339585511371 x 100%
= 14%
Diperlukan pemahaman yang lebih terkait mekanisme serta aspek
penerimaan pajak yang melekat untuk kegiatan e-commerce ini. Data-
data laporan keuangan yang terjadi di dalam suatu objek perpajakan
menjadi penanganan yang mendapatkan sedikit kesulitan dalam hal
pengenaan penerimaan pajak. Di dalam e-commerce tidak ada
perbedaan dengan transaksi perdagangan secara konvesional, hanya
saja karena transaksi yang digunakan melalui media elektronik, maka
menjadi hal yang penting dalam penegasan aspek perpajakannya. Sesuai
dengan Surat Edaran DJP Nomor SE-62/PJ/2013 tentang Penegasan
Ketentuan Perpajakan atas transaksi e-commerce, telah dijelaskan
bahwasanya perlu adanya pengoptimalan dalam potensi penerimaan
pajak dari transaksi e-commerce.
5. Penanganan terhadap Pajak di bidang e-Commerce
Penanganan yang dilakukan oleh para Account Representative
(AR) pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Makassar Barat
memuat dari berbagai klasifikasi model bisnis masing-masing transaksi
e-commerce. Para Wajib Pajak pelaku usaha online dilakukan
pemungutan oleh pihak fiskus berdasarkan aspek perpajakan atas
kegiatan dagangnya. Baik dari segi penjualan, pembelian, pajak atas
43
pertambahan nilai barang tersebut maupun seluruh proses yang
berkaitan dengan pemungutan pajak yang sebelumnya telah diatur di
dalam undang-undang perpajakan. Aspek perpajakan tersebut berlaku
bagi setiap pihak-pihak yang berkaitan dengan penyelenggaraan
kegiatan e-commerce. Para pelakunya merupakan subjek dan objek
yang di dalam kegiatan perdagangannya memiliki aspek perpajakan
yang dikenakan. Selain itu penanganan untuk transaksi e-commerce ini
adalah sesuai dengan transaksi pada perdagangan secara konvensional.
Tidak ada perbedaan dalam hal pemungutannya, yaitu sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hanya saja penerapannya terhadap para pelaku bisnis di bidang
e-commerce membutuhkan proses penangkapan atau penjaringan data
yang cukup sulit. Keadaan para pelaku yang menggunakan media dunia
maya, menyebabkan pihak Direktorat Jenderal Pajak menjadi kesulitan.
a. Pengawasan Account Representative (AR)
Account Representative merupakan ujung tombak dari pelayanan
yang dilakukan oleh pihak Direktorat Jenderal Pajak kepada para
wajib pajak. Salah satu tugas dan tanggung jawab dari Account
Representative adalah meneliti pengawasan kepatuhan formal Wajib
Pajak serta melakukan penelitian dan analisa kepatuhan material
Wajib Pajak atas pemenuhan kewajiban perpajakannya. Maka,
secara tidak langsung pengawasan atas pemenuhan potensi
perpajakan yang sesuai dengan wilayahnya merupakan tanggung
jawab dari para Account Representative tersebut. Proses
pengawasan yang dilakukan para Account Representative adalah
44
dengan melakukan penggalian data, melalui data internal yang telah
dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak sesuai dengan basis wilayah
perpajakannya. Maupun melalui kegiatan pencarian data pelaku e-
commerce dengan data dari internet maupun surat kabar.
Hal ini bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi
dari e-commerce di Kantor Pelayanan Pajak KPP) Pratama
Makassar Barat melalui pengawasan yang dilakukan para Account
Representative.
C. Hasil Analisis Transaksi Barang E-Commerce dan Penerimaan PPN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada Kantor Pelayanan
Pajak (KPP) Pratama Makassar Barat, dapat dilihat bahwa data penerimaan
ppn dari para pelaku wajib pajak yang terdaftar di KPP Makassar Barat pada
tahun 2015 adalah sebesar Rp.99 milyar, tahun 2016 meningkat 2% menjadi
Rp.101 milyar. Kemudian penerimaan ppn meroket 17% pada tahun 2017
sebesar Rp.118 milyar dan 23% pada tahun 2018 sebesar Rp.145 milyar,
akan tetapi pada tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 14% dengan
nilai penerimaan ppn sebesar Rp.125 milyar.
Kemudian penulis juga mengambil tambahan data dari website resmi We
Are Social Report Indonesia in 2015-2019 tentang aktivitas para konsumen e-
commerce dalam mencari produk secara online, mengunjungi online retail,
membeli barang online, membeli online menggunakan laptop/desktop dan
membeli online menggunakan gadget terus mengalami peningkatan dari
tahun 2015 sampai tahun 2017 dan mengalami penurunan ditahun 2018 dan
kembali meningkat pesat pada tahun 2019. Untuk lebih detailnya dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
45
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan,
maka simpulan dalam penelitian ini adalah: dampak e-commerce atas
penerimaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Makassar
Barat dinilai cukup baik karena penerimaan pajak mengalami peningkatan
selama tiga tahun secara berturut-turut yakni pada tahun 2015 sampai 2018
tetapi pada tahun 2019 mengalami penurunan yang signifikan sebesar 14%.
Penurunan yang signifikan ini disebabkan karena kurangnya kepatuhan
dan kesadaran wajib pajak sebagai pelaku transaksi e-commerce untuk
membayar pajaknya setiap tahun, tetapi tak dapat kita pungkiri juga sebagian
besar para pelaku wajib pajak ini juga telah melakukan kewajibannya sebagai
pelaku usaha online, hal ini dapat terjadi karena pembayaran pajak melalui
sistem e-commerce dapat dilakukan dengan mudah, cepat, menghemat
waktu dan biaya serta dapat dilakukan setiap waktu, sehingga potensi
penerimaan pajak dapat dipungut secara optimal dengan menjunjung asas
keadilan social dan memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak, hal ini
menciptakan transparansi yang dapat meminimalisasi segala kecurangan,
kebocoran dan penyimpangan (KKN) dalam penerimaan pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat.
46
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti memberikan
saran sebagai berikut:
1. Perlunya perhatian untuk permasalahan yang terjadi yaitu terletak pada
siapa subjek dan apa objek yang dijual pada transaksi e-commerce ini,
sehingga akan lebih mudah menentukan klasifikasi lapangan usaha atau
KLU dari pelaku usaha online tersebut.
2. Pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Makassar Barat hendaknya
mengadakan komunikasi yang lebih baik dengan wajib pajak sebagai
pelaku usaha online mengenai proses transaksi e-commerce dibidang
perpajakan agar penerimaan pajak bisa lebih ditingkakan lagi sesuai
dengan target yang sudah ditetapkan, sehingga pengenaan pajak untuk
transaksi e-commerce bisa terealisasi secara maksimal.
3. Terlihat bahwasanya masih perlu adanya pengawasan serta
penanganan yang dilakukan dalam aspek penerimaan pajak di bidang e-
commerce.
47
DAFTAR PUSTAKA
Adeogroup, 2020. What are the benefits of E-commerce to the customer? https://www.adeogroup.co.uk/ecommerce-benefits/
Asima, Anasthasya Debora. 2017. E-Commerce : Potensi Dan Tantangan.
Universitas Indonesia. http://pajak.vokasi.ui.ac.id/e-commerce-potensi-dan-tantangan/
Bloomenthal, Andrew. 2019. Electronic Commerce (e-commerce).
https://www.investopedia.com/terms/e/ecommerce.asp Business Ensyclopedia. Ecommerce. Shopify. https://www.shopify.com/
encyclopedia/what-is-ecommerce Direktorat Jenderal Pajak. 2011. Susunan Dalam Satu Naskah Undang-Undang
Perpajakan. Jakarta: Kementerian Keuangan Republik Indonesia. ____________________2011, Direktorat Penyuluhan Pelayanan Dan Hubungan Masyarakat.
____________________2013. Penegasan Ketentuan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce. Surat Edaran. Jakarta, Indonesia: Direktorat Jendral Pajak.
Fuady, Munir. 2005. Pengantar Hukum Bisnis Menata Bisnis Modern Di Era Globalisasi. Edisi Ke Dua. Bandung: Pt Citra Aditya Bakti.
Gunadi. 2002. Panduan Komperehensif Ppn. Jakarta: Multi Utama Publishing. Handayani, Ni Putu Milan Novita Dan Naniek Noviari. 2016. Pengaruh
PersepsiManajemen Atas Keunggulan Penerapan E-Billing Dan E-Spt Pajak Pertambahan Nilai Pada Kepatuhan Perpajakan. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 15(2): 1001-1028. 1001.
Hayati, Rina. 2019. Pengertian Penelitian Deskriptif, Macam, Ciri, dan Cara
Menulisnya. https://penelitianilmiah.com/penelitian-deskriptif/ Indonesian E-Commerce Association. 2016. Diakses 24 Juli. https://www.idea.or.id/berita/detail/penelitian-konsumen-industri e commerce-indonesia-siapakah-pilihan-konsumen-indonesia- Katadata, 2019. Nilai Transaksi E-Commerce Tokopedia Shopee Bukalapak. Diakses 20 September. https://databoks.katadata.co.id/ datapublish /2019 / 10/15/2014-2023 ________2020. Transaksi E-Commerce. Diakses 20 September. https://databoks.katadata.co.id/transaksi-e-commerce-indonesia-naik-500 dalam-5-tahun#
48
Leonardo, Posma, dan Christine Tjen. 2020. Penerapan Ketentuan Perpajakan Pada Transaksi E-Commerce Pada Platform Marketplace. Jurnal Pendidikan Akuntansi Dan Keuangan. 8(1): 45-54.
Maryama, Siti. 2013. Penerapan E-Commerce Dalam Meningkatkan Daya Saing Usaha. Jurnal Liquidity. 1(1): 73-79.
Maulida, Cut Inayatul, dan Adnan. 2017. Pengaruh Self Assessment System, Pemeriksaan Pajak, Dan Penagihan Pajak Terhadap Penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (Ppn) Pada Kpp Pratama Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Ekonomi Akuntansi (Jimeka). 2(4): 67-74. Maxmanroe. 2014. 3 Jenis Transaksi Jual Beli Online Terpopuler di Indonesia. https://www.maxmanroe,com/2014/14/01/3-jenis-transaksi jual-beli online-terpopuler-di-indonesia Mudrajad Kuncoro. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis Dan Ekonomi, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga. Nimda. 2012. Internet yang Membangun Dunia E-commerce. Universitas
Pasundan. http://www.unpas.ac.id/internet-yang-membangun-dunia-e-commerce-2/
Nugrahani, Dewi Shanty. 2011. E-Commerce Untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Dan Menengah 1 Segmen. Jurnal Manajemen Dan Bisnis. Resmi, S. 2016. Perpajakan Teori Dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Sari, Anita. 2019. Aspek Hukum Perilaku Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Terhadap Transaksi Perdagangan Elektronik (E-Commerce) Di Indonesia. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah. Sari, Ririn Puspita. 2018. Kebijakan Perpajakan Atas Transaksi E-Commerce Akuntabel. 15(1): 67-7. Šarić, Darko. 2018. Advantages and Disadvantages of E-commerce. ttps://gauss-
development.com/advantages-and-disadvantages-of-e-commerce/ Sasana, Lodang Prananta Widya. 2019. Analisis Penerapan Kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Atas Transaksi E-Commerce Pada Direktorat Jenderal Pajak. Jurnal Mandiri. 3:(1) 2019 50-66.
Selano, Joshua Michael. 2020. Melihat Kembali Efektivitas Pajak E-Commerce. https://news.ddtc.co.id/melihat-kembali-efektivitas-pajak-e-commerce 18483?page_y=528 Shiao, Dennis., Brian Holak and Ben Cole. 2020. Definition of e-commerce
(electronic commerce). https://searchcio.techtarget.com/definition/e-commerce
49
Sitorus, Riris Rotua dan Yeny Kopong. 2017. Pengaruh E-Commerce Terhadap Jumlah Pajak Yang Disetor Dengan Kepatuhan Wajib Pajak Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Ekonomi / Media Akuntansi Perpajakan Publikasi oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta, 2( 2): 40-53.
Sukardji, Untung. 2009. Ppn Pajak Pertambahan Nilai Edisi Revisi. Jakarta: Pt. Rajagrafindo Persada.
Suyanto, M. 2003 Strategi Periklanan Pada E-Commerce Perusahaan Top Dunia, Andi Offset, Yogyakarta. Waluyo. 2016. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. We Are Social and Hootsuite. 2017. Diakses 29 Januari. digital in 2018 global
overview. Retrieved May 25, 2018, from https://www.slideshare.net/:https://www.slideshare.net/wearesocial/digital-in-2018-in-southeast-asia part-2-southeast-86866464
We Are Social & Hootsuite’s Digital Indonesia in 2015-2019 Report. Diakses 20 September.https://www.slideshare.net/:https://www.slideshare.net/weare ocial/digital-in-2018-in-southeast-asia part-2-southeast-86866464
Wikipedia. 2020. Perdagangan Elektronik. Diakses 22 Juli. https://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_elektronik
Yustika, Anggia Sari. 2018. Analisis Terhadap Penerapan Pajak Atas Transaksi E-Commerce. Skripsi Fakultas Ekonomi UIN Yogyakarta.
50
LAMPIRAN
51