dampak penyuluhan partisipatif terhadap …

101
DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP PERUBAHAN SIKAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI MARKISA DI DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG KABUPATEN SINJAI NILMAYANTI 105960096511 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP PERUBAHAN

SIKAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI MARKISA

DI DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG

KABUPATEN SINJAI

NILMAYANTI

105960096511

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 2: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

i

DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP PERUBAHAN

SIKAP PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN PETANI MARKISA

DI DESA BATU BELERANG KECAMATAN SINJAI BORONG

KABUPATEN SINJAI

NILMAYANTI

105960096511

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

Strata Satu ( S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

Page 3: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap

Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batu

Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Nama : NILMAYANTI

Nim : 105960096511

Program Studi : Agribisnis

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Fakultas : Pertanian

Disetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Amruddin, S.Pt., M.Si Sitti Arwati, SP., M.Si

Diketahui :

Dekan fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis

Ir. Saleh Molla, M.M Amruddin, S.Pt., M.Si

Page 4: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI

Judul :Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap

Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batu

Bulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Nama : NILMAYANTI

Nim : 105960096511

Program Studi : Agribisnis

Konsentrasi : Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian

Fakultas : Pertanian

KOMISI PENGUJI :

Nama Tanda Tangan

1. Amruddin, S.Pt., M.Si ________________

KetuaSidang

2. Sitti Arwati, S.P., M.Si ________________

Sekretaris

3. Prof. Dr. Syafiuddin., M.Si ________________

Anggota

4. Asriyanti Syarif, SP ., M.Si ________________

Anggota

Tanggal Lulus :…………………………

Page 5: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Dampak Penyuluhan

Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap Keterampilan Petani

Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun . Semua sumber data dan informasi ya dang berasal

atau kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah

disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi

ini.

Makassar, July 2015

Nilmayanti

105960096511

Page 6: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

v

ABSTRAK

NILMAYANTI .105960096511. Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap

Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa

Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Dibawah bimbingan

AMRUDDIN dan SITTI ARWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penyuluhan partisipatif

terhadap perubahan Sikap pengetahuan dan keterampilan petani di Desa Batubulerang

Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Populasi dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling

dengan jumlah sampel 30 responden diambil adalah 20% dari jumlah populasi 143

yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, analisis

data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai dapat disimpulkan bahwa dampak penyuluhan partisipatif

dapat meningkatkan sikap pengetahuan dan keterampilan petani tergolong kategori

tinggi memperoleh skor nilai 2,78 dengan alasan karena dilapangan telah terjadi

perubahan sikap pada petani yaitu, petani lebih aktif, mandiri,dan terampil dalam

melakukan usahatani markisa dan karena petani sangat cepat menerima materi yang

diberikan oleh penyuluh pertanian, serta dengan alasan karena keterampilan petani

sudah meningkat dengan adanya penyuluhan pertanian mengenai tehnik berusahatani

markisa yang baik sehingga petani termotivasi untuk mengembangkan usahataninya.

Page 7: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas linpahan dan rahmat dan

hidayah-Nya , sehingga penulis dapat menyelesaikan skeripsi yang berjudul “

Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap dan

Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai “. Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tidak

terlepas dari berbagai hambatan dan kesulitan. Menyadari keterbatasan

kemanpuan yang penulis miliki,dengan penuh kerendahan hati penulis mengakui

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis menyampaikan ucapan terimah kasih kepada yang terhormat :

1. Ayahanda Ir. H. Saleh Molla, M.M Selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Amruddin S.Pt, M.Si, Selaku Ketua Jurusan Agribisnis Pertanian,

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Amruddin, S.Pt., M.Si selaku pembimbing I dan Sitti Arwati, SP.,

M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya yang

amat berharga untuk memberikan pengarahan dan petunjuk serta

bimbingan sejak awal penyusunan rencana hingga akhir penyusunan

skripsi ini.

4. Bapak Prof.Dr.Syaifuddin , M.Si dan Ibu Asriyanti Syarif, SP., M.Si

selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dan pikirannya yang

sangat berarti dalam memberikan kritikan dan saran dalam rangka

penyempurnaan skripsi ini.

Page 8: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

vii

5. Seluruh dosen, staf dan pegawai dilingkungan jurusan Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah mendidik dan

member ilmu pengetahuan yang begitu berharga kepada penulis selama di

bangku perkuliahan sejak pertama kali menginjak kaki di Universitas

Muhammadiyah Makassar sampai penulis merampungkan tugas akhir ini,

serta terimah kasih kepada staf dan pegawai atas bantuannya selama

penulis menjalani pendidikan khususnya dalam kegiatan administrasi

akademik.

6. Kedua orangtua ayahanda Akmal Dan Ibunda Darmawati dan adik-adikku

tercinta Andi otte dan segenap keluarga besar Andi Baso Kilo yang

senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun material sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Keluarga besar mahasiswa agribisnis terkhusus buat angkatan 2011 yang

banyak memberi kesan dan kenangan yang baik suka maupun duka yang

dilalui bersama ,terimah kasih atas doa, dukunganta dansemangat yang

telah di berikan.

8. Sahabatku Vidhil yang selalu ada dikalah susah dan senang sejak awal di

Makassar sampai hari ini Alfiani dan Sitti Nursida Yang Selalu memberi

dukungan dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9. Seluruh Saudara – Saudaraku di faperta Andi almalik, Suarni serta teman

seperjuanganku Wahyullah dan Andi Nasjuarfan yang telah memberi

motivasi, bantuan dan saran-saran dalam penulisan skripsi ini.

Page 9: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

viii

10. Kakanda senior Asrianto SP, Arman SP dan Maman SP yang begitu

banyak memberikan bantuan pengetahuan , arahan , serta saran dalam

penulisan skripsi ini dan juga teman –teman seangkatanku yang selalu

menemani dan memberi dukungan kepada saya Amriani amal, Jabal

Rahmat ,Ika ariana Sr,Vini alfionita, Hajrah, dan Abrar.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimah kasih kepada semua pihak

yang terkait dalam penulisan skripsi ini,semoga karya tulis ini bermanfaat dan

dapat memberikan sumbangan bagi pihak yang membutuhkan .Semoga apa yang

tersaji dalam skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 13 Juli 2015

Nilmayanti

Page 10: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : Dampak Penyuluhan

Partisipatif Terhadap Perubahan Pengetahuan Sikap Keterampilan Petani

Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun

kepada perguruan tinggi manapun . Semua sumber data dan informasi ya dang

berasal atau kutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka

dibagian akhir skripsi ini.

Makassar, July 2015

Nilmayanti

105960096511

Page 11: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................. ii

HALAMAN KOMISI PENGUJI .......................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian ............................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 6

2.1 Pengertian Penyuluhan ............................................................................ 6

2.2 Pengertian Partisipatif.............................................................................. 7

2.3 Penyuluhan Partisipatif .......................................................................... 13

2.4 Metode Penyuluhan Partisipatif............................................................. 16

2.5 Pengertian pengetahuan ......................................................................... 19

2.6 Sikap ...................................................................................................... 22

Page 12: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

x

2.7 Keterampilan ......................................................................................... 26

2.8 Markisa .................................................................................................. 28

2.9 Kerangka Pikir ....................................................................................... 29

III. METODE PENELITIAN ................................................................................ 32

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian................................................................ 32

3.2 Teknik Penentuan Sampel ..................................................................... 32

3.3 Jenis dan Sumber Data .......................................................................... 32

3.4 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 33

3.5 Teknik Analisis Data ............................................................................. 34

3.6 Definisi Operasional .............................................................................. 35

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN...................................... 37

4.1 letak Geografis ..................................................................................... 37

4.2 Topografi Desa .................................................................................... 37

4.3 Tipe Iklim dan Curah Hujan ................................................................ 38

4.4 Kondisi Demografis ............................................................................ 40

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 43

5.1 Identitas Responden ............................................................................. 43

5.1.1 Umur Petani .......................................................................... 43

5.1.2 Tingkat Pendidikan ............................................................... 44

5.1.3 Pengalaman Berusaha Tani ................................................... 45

5.1.4 Tanggungan Keluarga ........................................................... 46

5.1.5 Luas Lahan Usaha Tani ......................................................... 47

5.2 Dampak Penyuluhan Metode Penyuluhan Partisipatif ......................... 48

Page 13: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

xi

5.3 Metode Indera Penerima ...................................................................... 49

5.4Metode Pendekatan Sasaran .................................................................. 51

5.5 Dampak Penyuluhan Partisipatif .......................................................... 51

5.5.1 Sikap Petani Markisa ............................................................. 51

5.5.2 Tingkat Pengetahuan Petani Markisa .................................... 56

5.5.3 Tingkat Keterampilan Petani ................................................. 60

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 64

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

Page 14: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Tampilan Kusioner ............................................................................................ 68

2. Identitas Responden Di Desa Batubelerang ....................................................... 73

3. Skor Responden Aspek Sikap ........................................................................... 74

4. Skor Responden Aspek Pengetahuan ................................................................ 75

5. Skor Responden Aspek Keterampilan .............................................................. 76

6. Rekapitulasi Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap

Pengetahuan Dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batubelerang

Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ..................................................... 77

7. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ...................................................................... 78

Page 15: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

xii

DAFTAR TABEL

No Halaman

Teks

1. Keadaan Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ....................................... 38

2. Keaddaan Penduduk Berdasarkan Pendidikan .......................................... 39

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ................................. 40

4. Sarana Dan Prasarana ................................................................................ 41

5. Identitas Umur Petani Responden ............................................................. 43

6. Identitas Tingkat Pendidikan Responden .................................................. 44

7. Identitas Pengalaman Berusahatani........................................................... 45

8. Identitas Jumlah Tanggungan Keluarga .................................................... 46

9. Luas lahan Usaha Tani .............................................................................. 47

10. Pengetahuan Petani Terhadap Dampak PenyuluhanPartisipatif ............... 53

11. Sikap Petani Terhadap Dampak Penyuluhan Partisipatif.......................... 57

12. Keterampilan Terhadap Dampak Penyuluhan Partisipatif ........................ 60

Page 16: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

v

ABSTRAK

NILMAYANTI .105960096511. Dampak Penyuluhan Partisipatif

Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa

Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai. Dibawah bimbingan

AMRUDDIN dan SITTI ARWATI.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak penyuluhan

partisipatif terhadap perubahan Sikap pengetahuan dan keterampilan petani di

Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Populasi dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling

dengan jumlah sampel 30 responden diambil adalah 20% dari jumlah populasi

143 yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai,

analisis data yang digunakan adalah analisis deskriftif kuantitatif.

Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai dapat disimpulkan bahwa dampak penyuluhan

partisipatif dapat meningkatkan sikap pengetahuan dan keterampilan petani

tergolong kategori tinggi memperoleh skor nilai 2,78 dengan alasan karena

dilapangan telah terjadi perubahan sikap pada petani yaitu, petani lebih aktif,

mandiri,dan terampil dalam melakukan usahatani markisa dan karena petani

sangat cepat menerima materi yang diberikan oleh penyuluh pertanian, serta

dengan alasan karena keterampilan petani sudah meningkat dengan adanya

penyuluhan pertanian mengenai tehnik berusahatani markisa yang baik sehingga

petani termotivasi untuk mengembangkan usahataninya.

Page 17: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

I.PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan

nasional, karenanya isi dan misi pembangunan pertanian dirumuskan dalam

kerangka dan mengacu pada pencapaian visi dan misi pembangunan nasional.

Dalam era otonomi daerah pembangunan pertanian diarahkan pada pertanian

modern yang memiliki ciri: berdaya saing tinggi terutama dipasaran dunia,

bernuansa kerakyatan, berkelanjutan, tersentralisasi, serta mampu meningkatkan

sumberdaya manusia pertanian, dalam rangka pengembangan komoditas unggulan

bermutu tinggi.Visi pembangunan pertanian tersebut akan terwujud apabila

perumusan perencanaan menghasilkan nilai tambah yang berdanpak pada

peningkatan pendapatan petani (Soetomo,2006).

Berdasarkan atas kesadaran itu, maka pembangunan pertanian dalam era

otonomi ini sudah saatnya diselenggarakan dalam prospektif pembangunan

‘tatanan‘ yang dalam konteks ini disebut sebagai pembangunan berdimensi

kemandirian lokal, dimana basisnya adalah pergeseran paradigma sentralisitik

homogenitas ke paradigma koneksitas. Mosher (2003) menyebutkan bahwa

pertanian modern yang berorientasi bisnis memerlukan struktur tatanan yang

progresif yang memiliki sejumlah unsur yang saling terkait, sehingga seluruh

aktifitas yang terjadi didalamnya akan terwujud sebagai suatu kegiatan tunggal.

Pembangunan pertanian yang berbasis pada tatanan atau paradigma

kemandirin lokal adalah wujud pertanian yang tidak akan terpuruk atau berdaya

saing tinggi menghadapi persoalan global, karena dengan tatanan yang kuat ia

Page 18: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

2

dapat menghindari tekanan atau dominasi liberalisasi perdagangan. Oleh karena

itu berbagai upaya perlu dipersiapkan dan dilaksanakan antara lain berupa:

pengembalian kepercayaan masyarakat/petani terhadap niat baik dalam

kemampuan pemerintah yang tampil sebagai penggerak utama dalam merancang,

merumuskan berbagai kebijakan yang memihak kepada petani dengan

menyiapkan sumberdaya manusia pertanian yang sesuai dengan fungsi yang akan

diperankan petani sebagai aktor utama,pemerintah atau peneliti, penyuluh, dan

swasta sebagai mitra (Ndraha,T.1999).

Membangun perekonomian petani perlu adanya campurtangan pemerintah,

oleh karena itu dengan adanya penyuluhan patisipatif diharapkan dapat membawa

dampak yang baik dalam perubahan sikap petani sehingga petani dapat

mengelolah hasil usahataninya dengan baik dan mandiri, hal ini karena

meningkatnya pengetahuan petani, sikap dalam merespon serta memiliki

keterampilan yang baik maka dengan sendirinya pendapatan kesejahteraan petani

akan meningkat (Slamet,Y 2000).

Partisipasi masyarakat merupakan suatu prasyarat dan juga sekaligus

menjadi sasaran pelaksanaan pembangunan. Sebagai prasyarat, pembangunan

tidak dapat berlangsung dan mencapai suatu keberhasilan tanpa adanya partisipasi,

dan partisipasi masyarakat yang semakin meningkat, meluas serta berkualitas,

merupakan kondisi yang ingin di capai dalam pembangunan (Arifuddin, 2005).

Partisipasi masyarakat dalam pembangunan bukan hanya berarti pengerahan

tenaga kerja secara sukarela akan tetapi justru yang lebih penting adalah

tergeraknya masyarakat untuk mau memanfaatkan kesempatan-kesemptan

Page 19: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

3

memperbaiki kualitas hidup mereka (Slamet, 2000). Selanjutnya menurut Ndraha

(1999), menyatakan bahwa partisipasi merupakan input sekaligus output

pembangunan. Secara professional, partisipasi dalam pembangunan, akan

meliputi: partisipasi dalam perencanaan dan pengambilan keputusan

pembangunan, partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pembangunan dan

partisipasi dalam penilaian hasil-hasil pembangunan.

Kegiatan penyuluhan pertanian yang bersifat pendekatan partisipatif sudah

seharusnya menjadi pilihan pada masa desentralisasi ini. Pendekatan penyuluhan

partisipatif menekankan pada upaya menggalang partisipasi masyarakat untuk

bersatu padu dalam pembangunan yang diarahkan dengan model perencanaan dari

bawah. Pembangunan pertanian partisipatif ini menghendaki perluasan

desentralisasi dan penyebaran aktor pembangunan pertanian sehingga pertanian

lebih berperan. Melalui penyuluhan partisipatif diharapkan petani memiliki

pengaruh atau kontrol terhadap program penyuluhan sehingga, penyuluhan

pertanian dapat mengakomodasi kebutuhan petani dan mampu mengantisipasi

keberagaman masyarakat.

Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai kegiatan

penyuluhan pertanian dengan menggunakan metode partisipatif sudah dimulai

sejak tahun 2003. Pada tahun-tahun sebelumnya khususnya diera orde baru,

metode penyuluhan yang digunakan di desa tersebut masih menggunakan metode

konvensional yang dicanangkan oleh pemerintah. Berdasarkan konsep penyuluhan

partisipatif yang berorentasi kepada kebutuhan petani serta memberikan ruang

bagi petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan, melaksanakan, dan

Page 20: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

4

mengevaluasi program-program penyuluhan, maka diharapkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap petani dapat berubah menjadi lebih baik dan maju. Adanya

metode penyuluhan partisipatif juga diharapkan mempunyai dampak positif

terhadap tujuan sosiologis (pengetahuan, sikap, keterampilan) maupun tujuan

ekonomis (peningkatan pendapatan dan keuntungan usahatani).

Keterampilan adalah merupakan suatu hal yang sangat dibutuhkan dalam

meningkatkan usahatani dan perekonomian petani, Secara universal di Desa

Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai keterampilan petani

masih kurang, hal ini dapat dilihat dari pengunaan mesin produksi dan pola tanam

yang masih monoton atau hanya beberapa farietas saja. Pengetahuan adalah suatu

hal yang sangat mendasar bagi petani dalam mengelola usahataninya karena

dengan pengetahuan sangat dibutuhkan dalam peningkatan perekonomian petani,

dari segi pengetahuan petani yang ada di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai masih banyak petani yang memiliki tingkat pendidikan

pada jenjang SD, sehingga sikap dalam merespon inovasi-inovasi baru sangat

lamban.

Semua desa yang ada di Kecamatan Sinjai Borong, desa Batubulerang yang

kegiatan penyuluhan pertanian dengan menggunakan metode partisipatif, dimana

pada desa tersebut terdapat petani yang terlibat di dalamnya. Berdasarkan uraian

tersebut maka dianggap penting untuk melakukan penelitian dengan judul

Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap Petani Di Desa

Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

Page 21: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut : bagaimana dampak penyuluhan partisipatif terhadap perubahan sikap

pengetahuan dan keterampilan petani markisa di Desa Batubelerang Kecamatan

Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini : Untuk

mengetahui Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan Sikap

Pengetahuan dan Keterampilan Petani Markisa di Desa Batubelerang

Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

b. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bahan masukan bagi pemerintah untuk perumusan kebijakan baru dalam

penentuan program, penyusunan materi dan pengunaan metode

penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat.

2. Bahan masukan bagi petugas lapangan dalam penyusunan dan evaluasi

program penyuluhan partisipatif.

3. Bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan

judul penelitian.

Page 22: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

II .TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyuluhan

Reorientasi penyuluhan, mengharapkan penyuluh pertanian memiliki

peran strategis, yaitu menjadi jembatan (moderator dan fasilitator) antara

pemerintah, swasta,masyarakat petani, stakeholders, dan lain-lain. Selanjutnya

penyuluh pertanian juga diharapkan mampu berkontribusi positif, dalam

pelaksanaan pembangunan nasional, serta mampu mewujudkan perekonomian

nasional yang sehat, mempunyai kemampuan bersaing dalam kancah perdagangan

internasional, dan mampu mewujudkan kemampuan daerah untuk mengelola

pembangunan yang hasilnya dapat dinikmati oleh masyarakat luas

(Padmowihardjo, S. 2000).

Penyuluhan pertanian yang secara umum dimaknai sebagai kegiatan

menyebarluaskan informasi dan teknologi pertanian serta membimbing petani di

Indonesia telah mengalami masa keemasan dan kesuraman. Dinamika penyuluhan

pertanian bergerak sejalan dengan dinamika perubahan sosial, politik dan

ekonomi nasional. Ketika kebijakan nasional memberi prioritas yang tinggi pada

pembangunan pertanian maka aktivitas penyuluhan berkembang dengan sangat

dinamis, dan sebaliknya ketika prioritas pembangunan pertanian tidak menjadi

agenda utama maka penyuluhan pertanian mengalami masa suram dan stagnasi.

(Kartasapoetra, 1988)

Menurut Padmowihardjo,(2000) Menyatakan bahwa penyuluhan pertanian

adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal), bagi petani dan

Page 23: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

7

keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming),

berusahatani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better

living), dan bermasyarakat lebih baik (better community) serta menjaga

kelestarian lingkungannya (better environment).

Menurut Soedijanto (2004) penyuluhan pertanian adalah proses

pembelajaran bagi petani dan keluarganya serta pelaku usaha pertanian lainnya

agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam

mengakses pasar, tehnologi, permodalan dan sumber daya lainnya sebagai upaya

untuk meningkatkan produktifitas, efesiensi usaha, pendapatan dan

kesejahteraannya.

2.2 Pengertian Partisipatif

Partisipatif dalam kamus Bahasa Indonesia diartikan sebagai keikutsertaan

atau peran serta atau keterlibatan seseorang dalam suatu kegiatan. Berdasarkan

kamus sosiologi, partisipasi dalah setiap proses indentifikasi atau menjadi peserta

suatu proses komunikasi atau merupakan kegiatan bersama dalam situasi sosial

tertentu (Soekanto,2003). Menurut FAO dalam Nasriati (2002), partisipasi adalah

pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan

persiapan, pelaksanaan, onitiring agar memperoleh informasi mengenal konteks

lokal dan dampak-dampak sosial. Sedangkan menurut Cristovao dalam Nasriati

(2002), partisipatif adalah keterlibatan orang dalam refleksi dan tindakan, suatu

proses pemberdayaan aktif dala pembuatan keputusan di seluruh program, dan

akses serta control atas sumberdaya dan lembaga.

Page 24: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

8

Partisipasi memiliki konotasi yang berbeda-beda untuk berbagai orang

sebagaimana terumus dalam pokok-pokok berikut.

1. Sikap kerja sama petani dalam pelaksanaan program - program dengan

cara menghadiri rapat - rapat penyuluhan, mendemostrasikan metode

baru untuk usaha tani mereka, mengajukan pertanyaan pada agen

penyuluhan.

2. Pengorganisasian kegiatan-kegiatan penyuluhan kelompok-kelompok

petani, seperti pertemuan-pertemuan tempat agen penyuluhan

memberikan ceramah, mengelolah kursus-kursus demonstrasi,

menerbitkan surat kabar tani yang ditulis oleh agen penyuluhan dan

peneliti untuk petani.

3. Menyediakan informasi yang diperlukan untuk merencanakan program

penyuluhan efektif.

4. Petani atau para wakilnya berpartisipasi dalam organisasi jasa

penyuluhan dalam pengambilan keputusan mengenai tujuan, kelompok

sasaran, pesan-pesan dan metode dan dalam evaluasi kegiatan.

5. Petani atau organisasinya membayar seluruh atau sebagian biaya yang

dibutuhkan jasa penyuluhan.

6. Supervisi agen penyuluhan oleh anggota dewan organisasi petani yang

memperkerjakannya.

Alasan mengapa petani dianjurkan berpartisipasi dalam keputusan-

keputusan yang berkaitan dengan program penyuluhan.

Page 25: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

9

1. Mereka memiliki informasi yang sangat penting untuk merencanakan

program yang berhasil, termasuk tujuan, situasi, pengetahuan serta

pengalaman mereka dengan teknologi dan penyuluhan, serta struktur

sosial masyarakat mereka.

2. Mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja sama dalam program

penyuluhan jika ikut bertanggung jawab didalamnya.

3. Masyarakat yang demokratis secara umum menerima bahwa rakyat

yang telibat berhak berpartisipasi dalam keputusan mengenai tujuan

yang ingin mereka capai.

4. Banyak permasalahan pembangunan pertanian, seperti pengendalian

erosi tanah perolehan sistem usaha tani yang berkelanjutan dan

pengelolaan pendekatan komersial pada pertanian, tidak mungkin lagi

dipecahkan dengan pengambilan keputusan perorangan. Partisipasi

kelompok sasaran dalam keputusan kolektif sangat dibutuhkan.

Bentuk partisipasi mencakup (1) menjadi anggota kelompok masyarakat,

(2) melibatkan diri pada kegiatan diskusi kelompok, (3) melibatkan diri pada

kegiatan organisasi, (4) menggerakkan sumberdaya masyarakat, (5) mengambil

bagian dalam proses pengambilan keputusan, dan (6) memanfaatkan hasil-hasil

yang telah dicapai dari kegiatan masyarakat. Partisipatif masyarakat merupakan

faktor penting dalam pembangunan, sehingga hampir semua negara mengakui

adanya kebutuhan akan partisipasi dalam semua proses pembangunan. Hal ini

terlihat dengan munculnya konsep pembangunan dari bawah yang melibatkan

Page 26: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

10

peran serta masyarakat muncul dengan konsep bottom-up yang mengimbangi

model top down (Soekanto, 2003).

Konsep tersebut merupakan konsep elemen dasar Dari suatu strategi

pembangunan yang lebih luas yang bertujuan untuk mencapai suatu transformasi

pedesaan berdasarkan nilai-nilai yang terpusat pada manusia. Model

pembangunan yang terpusat pada rakyat memberikan peran warga masyarakat

bukan hanya sebagai subyek melainkan sebagai aktor yang menentukan tujuan

sendiri, menguasai sumberdaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan satu

hal yang harus diingat dalam bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan.

Pelatihan partisipatif hanya merupakan upaya percepatan dan pemberian

arah yang lebih tajam dari proses alamiah tersebut yaitu mempercepat terjadinya

perubahan, pertumbuhan dan perkembangan dalam pengetahuan keterampilan dan

sikap. Sehingga proses peningkatan kemampuan berkelompok secara dinamis

harus dapat menggali dan memperkuat potensi yang ada didalam diri manusia.

Selain itu juga mampu memberikan pengalaman belajar lansung yang dapat

mempengaruhi otak sebagai sumber intelegensia dan jiwa, sebagai sumber

persaan dan raga, serta sebagai sumber karya ( keterampilan).

Inti dari pelatihan partisipatif adalah belajar, artinya semua kegiatan yang

dilakukan serta semua atau sarana yang disediakan pada dasarnya ditujukan agar

seseorang benar-benar belajar. Seseorang dapat dikatakan belajar manakala

melibatkan aktivitas jasmani maupun rohani sekaligus dan kegiatan tersebut

dilakukan secara sadar. Sebagai contoh, seseorang sedang mencoba buku,

Page 27: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

11

mencoba memahami, berfikir dan membuat catatan kecil dapat dikatakan sedang

belajar .

Pelatihan partisipatif seringkali memakai permainan dinamika kelompok

sebagai mtode pendekatannya (Nuraeni & Suwandi, 2007). Permainan dinamika

kelompok merupakan suatu penyajian bahan latihan melalui bentuk “permainan”

yang Dilakukan oleh sekelompok peserta selama proses permainan setiap peserta

dapat mengamati, menghayati, dan setelah dilakukan diskusi diantara mereka bisa

ditarik suatu pelajaran atau hikmah dari permainan tersebut. Pada dasarnya,

permainan dinamika kelompok bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesadaran

pada peserta tentang perlunya pengembangan sikap dan keterampilan tertentu ; (2)

menyajikan bahan latihan secara menyenangkan agar mengurangi ketegangan ;

dan (3) memperkenalkan aspek tertentu dalam materi yang dibahas.

Ada empat kegiatan yang menunjukan kegiatan partisipatif masyarakat

dalam pembangunan yaitu: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2)

partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam monitoring dan

evaluasi pemabangunan, dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil

pembangunan. Pernyataan tersebut sejalan dengan indikator partisipasi dalam

kegiatan pembangunan meliputi tiga hal yaitu: (1) peluang ikut serta menentukan

kebijakan pembangunan, (2) peluang untuk melaksanakan rencana pembangunan,

(4) peluang menilai hasil pembangunan (Sayogya, 2004).

Perbedaan Latihan konvensional dan latihan partisipatif :

Latihan Konvensional tediri dari, pelatih menyusun tujuan sebagai

pedoman latihan, posisi pelatih dipandang melebihi peserta, pelatih memeajat ta

Page 28: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

12

decahkan masalah yang timbul secara personal sehingga kesimpulan dan tindak

lanjut dibuat oleh pelatih, pelatih bertindak sebagai pengarah dan pengawas

kelompok belajar, pelatih menggunakan setiap kesempatan untuk

mengaktualisasikan kemampuanya secara optimal sedangkan peserta sebagai

saksi. Sedangkan latihan partisipatif terdiri dari perumusan tujuan bersama antara

pelatih dan peserta, posisi pelatih dan peserta sederajat, pelatih menciptakan

kesempatan agar peserta menyumbangkan pendapat ,memberikan pemikiran

terbuka dan, membuat kesimpulan bersama, menjadi anggota pembimbing dan

pendorong kelompok belajar dan pelatih member kesempatan seluas-luasnya

kepada setiap individu untuk mengaktualkan dirinya secara penuh. (Wildan

Zulkarnain,2013)

Paradigma baru dalam pengembangan masyarakat desa sangat diperlukan

dalam era reformasi agar lebih bermakna dan berwawasan jauh ke depan.

Paradigma baru tersebut adalah paradigma yang mengutamakan penggalian

potensi swadaya dan partisipasi masyarakat dalam membangun dirinya sendiri

(Mubyarto, 2003)

Menurut Stahi dalam Muhajir (2001) bila masyarakat memahami maksud

dan lingkup suatu inovasi (program pembangunan) maka partisipasinya dalam

pengambilan keputusan, akan meningkat. Tingakat pendidikan masyarakat

berpengaruh terhadap partisipasi pada tahap perencanaan dan pengambilan

keputusan, serta partisipasi masyarakat akan lebih besar, jika pembangunan yang

dilakukan mempunyai keterkaitan dengan mata pencaharian mereka.

Page 29: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

13

Kesadaran partisipasi dipengaruhi oleh tingkat pemahaman atas obyek

partisipasi (program pembangunan). Oleh sebab itu, masyarakat perlu diberi

pengertian dan pemahaman tentang obyek partisipasi termasuk cara aktivitas

partisipasi itu dilaksanakan (Anonim, 1999).

2.3 Penyuluhan Partisipatif

Penyuluhan pertanian sebagai bagian dari sistem pembangunan pertanian

merupakan upaya membangun kemampuan masyarakat secara persuasive edukatif

yang dilakukan melalui proses belajar mengajar, dan penyediaan jasa pendidikan

pertanian. Tujuan utama penyuluhan pertanian adalah membantu petani agar

mampu menolong dirinya sendiri dengan menerapkan kaidah-kaidah penyuluhan

pertanian yang bertumpu pada pemberdayaan kekuatan, kapasitas, dan

kemampuan yang tumbuh dari bawah, tanpa mengabaikan arah, kebijaksanaan,

dan misi pembangunan pertanian. Pendekatan alih teknologi atau pendekatan

penyuluhan exstension appoach diartikan sebagai suatu model aksi yang terdapat

didalam sebuah system tertentu, yang menyangkut aspek struktur, kepemimpinan,

program, sumberdaya, serta keterkaitannya. Secara operasional sebuah

pendekatan penyuluhan mempersoalkan bagaimana pemilihan petani yang

dijadikan target audience, bagaimana pemenuhan sumberdaya, sekaligus

alokasinya. Introduksi apa yang akan dipilih, serta perkiraan hasil dampak

kegiatan penyuluhan itu senduri nantinya (Nasriati, 2002).

Pengertian penyuluhan pertanian pada hakekatnya adalah suatu system

pendidkan non formal bagi petani dan keluarganya dengan cara belajar sambil

berbuat learning by doing untuk mengubah perilakunya sehingga mereka tahu,

Page 30: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

14

mau, dan mampu memecahkan persoalan –persoalan dihada (baik secara sendiri

maupun bersama) guna terus memajukan usahatani dan menaikan jumlah, mutu,

macam jenis serta nilai produksi untuk menaikkan pendapatan yang lebih

bermanfaat bagi dirinya, keluarganya serta kesejahteraan pada umumnya

(Anonim, 2002).

Metode dan konsep penyuluhan partisipatif diperkenalkan dan

dikembangkan karena selama ini praktek penyuluhan pertanian kurang melibatkan

partisipasi aktif petani. Melaui penyuluhan pertanian partisipatif diharapkan petani

memiliki pengaruh atau control terhadap program penyuluhan, sehingga

penyuluhan pertnian dapat mengakomodasi kebutuhan petani dan mampu

mengantisipasi keberagaman masyarakat tani Indonesia. Dengan demikian

pengertian penyuluhan pertanian partisipatif adalah suatu sistem pendidikan non

formal bagi petani yang berorientasi kepada kebutuhan petani serta memberi

ruang kepada petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi program-program penyuluhan (Slamet, 2000).

Tujuan penyuluhan pertanian partisipatif adalah untuk mengubah perilaku

petani dan keluarganya. Perubahan perilaku yang dikehendaki dari hasil

penyuluhan pertanian tersebut adalah:

1) Perubahan tingkat pengetahuan petani terutama mengenai ilmu teknis

pertanianan ilmu mengelola usahatani.

2) Perubahan dalam keterampilan teknis pertanian yang lebih baik serta

keterampilan dalam mengelola usahatani yang lebih efisien.

Page 31: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

15

3) Perubahan mengenai sikap yang lebih progresif dan motivasi tindakan yang

lebih rasional.

Berdasarkan tujuan tersebut dapat dilihat bahwa penyuluhan pertanian

sebagai wahana pendidikan mempunyai tujuan sosiologis (perubahan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap) dan tujuan ekonomis (berupa peningkatan

pendapatan dan keuntungan usaha tani). Dari tujuan tersebut menunjukan bahwa

ruang lingkup penyuluhan pertanian partisipatif cukup luas seperti yang

dikemukakan dengan istilah-istilah:

1) Better farming (bertani yang lebih baik) yaitu dengan menerapkan prinsip-

prinsip intensifikasi pertanian dan diversifikasi horizontal serta prinsip

pelestarian sumberdaya alam.

2) Better business (berusahatani yang lebih menguntungkan) yaitu dengan

menerapkan dasar-dasar pengelolaan usahatani yang efisien.

3) Better living (hidup yang lebih sejahtera) yaitu dengan menerapkan dasar

tatalaksana rumah tangga petani secara baik.

Usaha pencapaian tujuan-tujuan tersebut dalam penyuluhan pertanian

partisipatif harus sesuai dengan kebutuhan petani bukan kebutuhan pihak-pihak

lain ataupun kebutuhan yang dipaksakan bagi petani. Artinya dalam penyuluhan

pertanian partisipatif terjadinya perubahan perilaku petani bukan karena paksaan

tetapi karena swakarsa petani dalam memecahkan persoalan-persoalan yang

dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya. ( Slamet,2000 )

Page 32: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

16

2.4 Metode Penyuluhan Partisipatif

Metode penyuluhan merupakan cara penyampaian materi penyuluhan

pertanian melalui saluran atau media komunikasi oleh penyuluh pertanian kepada

petani agar mereka bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru,baik

secara lansung maupun tidak lansung. (Van den Ban dan Hawkins 1999)

Metode penyuluhan partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara

interaktif ,analisis – analisis dibuat secara bersama dan akhirnya membawa

kepada suatu rencana tindakan . Partisipasi disini menggunakan proses

pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode – metode

multidisiplin . (Suwandi,2006)

Metode penyuluhan partisipatif dapat digolongkan sesuai dengan macam –

macam pendekatan :

1. Dari segi komunikasi

Dari segi komunikasi dapat digolongkan ke dalam 2 golongan yaitu :

a. Metode penyuluhan lansung (Direct Communication) dalam hal ini

penyuluh lansung berhadapan muka dengan sasaran umpannya .

b. Metode penyuluhan tidak lansung (Inderect Communication)

dalam, hal ini penyuluh tidak lansung berhadapan secara tatap

muka dengan sasaran, tetapi dalam menyampaikan pesannya

melalui perantara (media).

2. Berdasarkan indera penerima

Adapun penggolongan metode berdasarkan indera penerima

Page 33: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

17

a. Metode yang di laksanakan dengan penglihatan atau visual yaitu

pesan diterima melalui penglihatan misalnya penempelan poster,

pemutaran film dan pemutaran slide.

b. Metode yang dilaksanakan dengan pendengaran atau audio yaitu

disampaikan melalui indera pendengaran, misalnya dari siaran

radio, telpon dan lain – lain.

c. Metode audiovisual yaitu metode yang dapat diterima melalui

indera penglihatan dan pendengaran , misalnya siaran televisi,

3. Berdasarkan pendekatan kepada sasaran

a. Metode berdasarkan pendekatan perseorangan

Dalam metode ini penyuluh berhubungan secara lansung dengan

sasarannya dengan cara perorangan, metode perorangan atau personal

approach menurut kartasaputra (Setiana,2005) sangat efektif digunakan

dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara lansung memecahkan

masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat

dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif

karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk pendekatan mengunjungi

dan membimbing sasaran secara individu . Metode pendekatan individu

akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokoh – tokoh masyarakat

yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang

menjadi panutan masyarakat setempat.

Menurut Van den Ban dan Hawkins (1998), metode pendekatan

perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif disbanding

Page 34: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

18

metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan didalamnya, maka

pendekatan ini jarang diterapkan pada program – program penyuluhan

yang membutuhkan waktu yang relatif cepat .

b. Metode berdasarkan pendekatan kelompok

Dalam metode pendekatan kelompok , penyuluh berhubungan

dengan sasaran penyulhuhan secara kelompok. Metode pendekatan

kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana,2005)

cukup efektif dikarenakan petani dibimbing dan diarahkan secara

kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas

dasar kerja sama, dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang

dapat diambil , disamping dari transfer teknologi informasi juga terjadiny

tukr pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam

kelompok yang bersangkutan.

c. Metode berdasarkan pendekatan massal

Metode pendekatan massal atau mass approach, sesuai dengan

namanya metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang

cukup banyak . Dipandang dari segi penyampaian informasi , metode ini

cukup baik namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan

keingintahuan semata . Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima

pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media

massa sehingga pesan yang disampaikan mengalami distorsi. (Van den

Ban dan Hawkins, 1999) . Termasuk dalam metode pendekatan massal

Page 35: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

19

antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film,

penyebaran leaflet , folder atau poster, surat kabar dan lain sebagainya.

2.5 Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, dan telinga). Deng

an sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan

penglihatan. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas yang

berbeda-beda. ( Pendit, Putu Laxman,2001)

Menurut Pendit (2001) secara garis besar pengetahuan dibagi atas 6

tingkatan yaitu.

1. Pengetahuan (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada

sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa

orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan

secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

Page 36: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

20

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui

tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan memisahkan,

kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam

suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

itu sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah membedakan

atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram terhadap pengetahuan

atas objek tersebut.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau

meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen

pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan

untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan

sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-

norma yang berlaku di masyarakat.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

Page 37: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

21

responden. Wawancara dilakukan dengan bercakap-cakap secara langsung dengan

responden atau tidak berhadapan langsung dengan responden (misalnya melalui

telepon). Angket berupa formulir yang berisi pernyataan yang diajukan secara

tertulis pada sekumpulan orang untuk mendapatkan keterangan.

Pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman

inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris atau pengetahuan aposteriori.

Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi

yang dilakukan secara empiris dan rasional. Pengetahuan empiris tersebut juga

dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat

melukiskan dan menggambarkan segala ciri, sifat, dan gejala yang ada pada objek

empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman

pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih

untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan

tentang manajemen organisasi, (Munir, 2001).

Spencer, (1996) membagi sejarah peradaban manusia dalam tiga

gelombang yaitu era pertanian, era industri dan era informasi. Dalam era pertanian

faktor yang menonjol adalah Muscle (otot) karena pada saat itu produktivitas

ditentukan oleh otot. Dalam era industri, faktor yang menonjol adalah Machine

(mesin), dan pada era informasi faktor yang menonjol adalah Mind (pikiran,

pengetahuan). Pengetahuan sebagai modal mempunyai pengaruh yang sangat

besar dalam menentukan kemajuan suatu organisasi. Dalam lingkungan yang

sangat cepat berubah, pengetahuan akan mengalami keusangan oleh sebab itu

perlu terus menerus diperbarui melalui proses belajar.

Page 38: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

22

2.6 Sikap

Sikap adalah respon tertutup seseoramg terhadap stimulus atau objek

tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (

senang - tidak senang, setuju - tidak setuju, baik – tidak baik, dan sebagainya ).

Soekanto, (2003 ) mendefinisikan sangat sederhana, yakni bahwa sikap itu

sindroma atau kumpulan gejala dalam merespon stimulus atau objek, sehingga

sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan yamg lain.

Hays, (1987), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan

pelaksanaan motif tertentu. Dalam kata lain, fungsi sikap belum merupakan

tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi

perilaku atau tindakan (reaksi tertutup).

Mitchell, (1990) mengemukakan definisi sikap sebagai keseluruhan

kecenderungan dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, ide-ide, ketakutan-

ketakutan, tantangan-tantangan dan keyakinan-keyakinan manusia mengenai topik

tertentu. Sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang dipelajari seseorang

individu untuk merespon secara positif atau negatif dengan intensitas yang

moderat dan atau memadai terhadap objek, situasi, konsep atau orang lain.

Definisi yang dikemukakan Aiken ini sudah lebih aktif dan operasional, baik

dalam hal mekanisme terjadinya maupun intensitas dari sikap itu sendiri.

Predisposisi yang diarahkan terhadap objek diperoleh dari proses belajar.

Page 39: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

23

Pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting

dalam pembentukan sikap. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai

tingkat-tingkat berdasarkan intensitasnya, sebagai berikut (Siagian, 1999)

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek).

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap

pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai positif

terhadap objek atau stimulus, dalam arti, membahasnya dengan orang lain dan

bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain dan bahkan

mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespon.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap

apa yang telah diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu

berdasarkan keyakinannya,dia harus berani mengambil risiko bila ada orang lain

yang mencemoohkan atau adanya risiko lain.

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung.

Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara

langsungjuga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan

Page 40: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

24

menggunakan kata”setuju” atau ”tidak setuju” terhadap pertanyaan terhadap

objek tertentu ( Irmawati, 2000)

Nilai dan mentalitas dalam banyak hal ditentukan oleh sesuai atau tidak

sesuainya perbuatan sesorang itu dengan pengetahuan dan keyakinannya. Bila

perbuatan atau sikap orang tersebut sesuai dengan pengetahuan dan keyakinannya,

mentalitasnya dinilai baik(terpuji) karena orang itu telah bersikap sungguh-

sungguh dan seadanya. Akan tetapi, tidak semua perbuatan yang dilakukan orang

yang bermental baik itu betul, bisa saja karena kurang pengetahuan, apa yang

dilakukannya itu berada pada pihak yang salah. Jadi, dalam hal ini yang dinilai

bukan hasil dari perbuatan itu, tetapi perbuatan itu sendiri. Perbuatan yang tidak

sengaja tidak tergolong perbuatan yang menjatuhkan sikap mental, tetapi dapat

mengurangi kualitas sumber daya (Lubis, 2005).

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap

suatu stimulus atau obyek (Soekidjo N, 2003). Newcomb dalam Notoatmodjo

(2003) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk

bertindak, dan bukan merupakan pelaksanan motif tertentu. Sikap belum

merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan “pre-

disposisi” tindakan atau reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka..Sikap

adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi terhadap suatu obyek, memihak atau

tidak memihak yang merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan

(afeksi), pemikiran (kognisi) dan predisposi tindakan (konasi) seseorang terhadap

suatu aspek di lingkungan sekitarnya (Saifudin A, 2005).

Page 41: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

25

Komponen Sikap Menurut Azwar (2005), komponen-komponen sikap

adalah

1) Kognitif

Kognitif terbentuk dari pengetahuan dan informasi yang diterima yang

selanjutnya diproses menghasilkan suatu keputusan untuk bertindak.

2) Afektif

Menyangkut masalah emosional subyektif sosial terhadap suatu obyek,

secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki

terhadap suatu obyek.

3) Konatif

Menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku yang

ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang

dihadapinya.

Macam – macam sikap Menurut Heri Purwanto (1998) :

1) Sikap Positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi dan

mengharapkan obyek tertentu.

2) Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci dan tidak menyukai obyek tertentu.

2.7 Keterampilan

Keterampilan merupakan pengetahuan eksperiensial yang dilakukan secara

berulang dan terus-menerus secara terstruktur sehingga membentuk kebiasaan dan

kebisaan baru seseorang. Jadi akhirnya yang disebut dengan kekuatan (strengths)

kita yang dapat menjadikan kita yang terbaik dalam bidang tertentu adalah

Page 42: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

26

gabungan dari adanya bakat, pengetahuan yang memadai, dan keterampilan

karena berlatih secara konsisten dalam jangka panjang. Masalahnya adalah

banyak dari kita tidak mengetahui apa sebenarnya bakat atau kekuatan

kita. (Soetomo,2006) Istilah keterampilan sulit untuk didefinisikan dengan suatu

kepastian yang tidak dapat dibantah.

Keterampilan dapat menunjuk pada aksi khusus yang ditampilkan atau pada

sifat di mana keterampilan itu dilaksanakan. Banyak kegiatan dianggap sebagai

suatu keterampilan, atau terdiri dari beberapa keterampilan dan derajat penguasan

yang dicapai oleh seseorang menggambarkan tingkat keterampilannya.

Definisi keterampilan adalah kelebihan atau kecakapan yang dimiliki oleh

seseorang untuk mampu menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitasnya dalam

mengerjakan atau menyelesaikan sesuatu. sumber lain mengatakan keterampilan

yaitu kemampuan seseorang untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan

kreatifitasnya dalam mengerjakan, mengubah, menyelesaikan ataupun membuat

sesuatu menjadi lebih bermakna sehngga menghasilkan sebuah nilai dari hasil

pekerjaan tersebut.

Jika memperhatikan kondisi dari kedua hal yang digambarkan di atas, maka

istilah 'keterampilan' tersebut harus didefinisikan dengan dua cara. Pertama,

dengan menganggapnya sebagai kata benda, yang menunjuk pada suatu kegiatan

tertentu yang berhubungan dengan seperangkat gerak yang harus dipenuhi syarat-

syaratnya agar bisa disebut suatu keterampilan. Kedua, dengan menganggapnya

sebagai kata sifat. Yang sudah dilakukan orang selama ini dalam kaitannya

Page 43: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

27

dengan istilah keterampilan baru terbatas pada penjabaran definisi dalam konteks

yang terakhir.

Schmidt (1991) mencoba menggambarkan definisi keterampilan tersebut

dengan meminjam definisi yang diciptakan oleh E.R. Guthrie, yang mengatakan

bahwa: "Keterampilan merupakan kemampuan untuk membuat hasil akhir dengan

kepastian yang maksimum dan pengeluaran energi dan waktu yang minimum."

Sedangkan Singer (1980) menyatakan bahwa "keterampilan adalah derajat

keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan

efektif."

Sebagai kesimpulan, seperti dinyatakan oleh Schmidt, keterampilan pada

dasarnya merupakan upaya untuk mencapai tujuan-tujuan yang berhubungan

dengan lingkungan dengan cara:

• memaksimalkan kepastian prestasi.

• meminimalkan pengeluaran energi tubuh dan energi mental, dan

• meminimalkan waktu yang digunakan

Karakteristik dimaksud adalah untuk mengklasifikasikan keterampilan

menjadi beberapa macam dan kelas. Pengkelasan dilakukan untuk membantu para

peneliti dan pendidik untuk keperluan penelitian atau pengajarannya. Dengan

mengetahui perbedaan-perbedaan dalam keterampilan tersebut, maka akan

mudahlah bagi pendidik untuk membuat pentahapan pembelajarannya. Setiap

sistem klasifikasi didasarkan pada hakikat umum dari keterampilan gerak

dikaitkan dengan aspek-aspek spesifik dari keterampilan tersebut. Setidaknya ada

empat karakteristik yang dapat dikemukakan di sini, yaitu dilihat dari atau

Page 44: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

28

dikaitkan dengan: 1) stabilitas lingkungan, 2) cara tugas tersebut dilakukan, dan 3)

ketepatan gerakan yang dimaksud. 4) relativitas pentingnya elemen gerak dan

kognitif (Soetomo, 2006)

2.8 Markisa

Markisa merupakan salah satu jenis buah yang memiliki potensi yang bagus

dan yang layak di usahakan secara komersial sebagai komuditas unggulan

agribisnis.Buah markisa dimanfaatkan sebagai bahan baku industri minuman sirup

dan jus yang memiliki prospek pasar baik dalam Negeri maupun luar Negeri, buah

markisa adalah salah satu dari banyak buah yang berkembang diwilayah tropis

dan subtropis dan buah markisa adalah flora yang bersifat tahunan dengan batang

menjalar dan dibudidayakan untuk dikomsumsi buahnya .Buah ini disebut sebagai

passiflora edulis dalam bahasa latin dan merupakan tanaman asli Amerika Selatan,

buah ini juga banyak berkembang di Indonesia.Rasanya yang asam bercampur

manis memberikan cita rasa yang nikmat. Buah ini cukup disukai selain rasanya

yang khas karena manfaatnya yang baik untuk kesehatan tubuh manusia.

Manfaatnya yang cukup besar menjadi daya tarik masyarakat untuk

menkomsumsi buah ini,markisa memiliki nutrisi berupa vitamin yang sangat

tinggi, sehingga sangat baik di komsumsi sebagai pemeliharaan daya tahan

tubuh.( Admin 2012)

Di Indonesia terdapat dua jenis markisa,yaitu markisa ungu (Passiflora

edulis) yang tumbuh didaratan tinggi, dan markisa kuning (Passiflora flavicarva)

yang tumbuh di daratan rendah, tanaman markisa dapat tumbuh diberbagai jenis

tanah, terutama pada tanah yang gembur, tanaman markisa biasanya tumbuh dari

Page 45: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

29

biji. Bibit yang diperoleh untuk memperoleh bibit yang baik dari biji, diperlukan

buah yang matang dipohon berwarna kekuning-kuningan atau kira-kira 60 %

kuning untuk jenis P. Flavicarva. Buah tersebut dipetik langsung dari pohon

kemudian disimpan selama satu atau dua minggu sampai buak berkerikut dan

matang sempurna sebelum bijinya dikeluarkan. Bila biji segera disemaikan, maka

akan berkecambah Selma 2-3 minggu. Bila lendir yang meletak pada biji

dibersihkan dan disimpan akan menurunkan daya kecambah, persemaian dapat

dilakukan pada bak-bak pesemian atau bedengan, tergantung kebutuhan.( Rahmat

rukmana, 2010)

2.9 Kerangka Pikir

Reorientasi penyuluhan pertanian yaitu memiliki peran strategis, yakni

menjadi jembatan (moderator dan fasilitator) antara pemerintah, swasta,

masyarakat petani, stakeholders, dan lain-lain. Penyuluhan pertanian partisipatif

adalah suatu sistem pendidikan non formal bagi petani yang berorientasi kepada

kebutuhan petani serta memberi ruang kepada petani untuk berpartisipasi aktif

dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi program-program

penyuluhan.

Petani adalah individu yang melaukan suatu kegiatan usahataninya. Usaha

tani yang dimaksud adalah berupa usaha yang dilakukan oleh petani dalam

mengelolah hasilnya dengan segala pengetahuan, kemampuan, keterampilan dan

sikap yang dimilikinya. Kegiatan yang menunjukan partisipatif masyarakat dalam

pembangunan pertanian yaitu: (1) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2)

partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, (3) partisipasi dalam monitoring dan

Page 46: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

30

evaluasi pemabangunan, dan (4) partisipasi dalam pemanfaatan hasil-hasil

pembangunan. Pernyataan tersebut sejalan dengan indikator partisipasi dalam

pembangunan pertanian yaitu pengetahuan petani, sikap dan keterampilan petani.

Penyuluhan partisipatif perlu dikembangkan karena dengan adanya

penyuluhan partisipatif dapat memajukan usahatani dan menaikan jumlah, mutu,

macam jenis serta nilai produksi untuk menaikkan pendapatan yang lebih

bermanfaat bagi dirinya, keluarganya serta kesejahteraan pada umumnya

Page 47: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

31

Gambar 1. Diagram Kerangka Pikir Penelitian Dampak Penyuluhan Partisipatif

Terhadap Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani

Markisa. 2015

METODE

PENYULUH PARTISIPATIF :

KOMUNIKASI BERDASARKAN

PENDEKATAN

SASARAN

BERDASARKAN

INDERA PENERIMA

DAMPAK

PENYULUHAN

SIKAP PENGETAHUAN KETERAMPILAN

PENYULUH PERTANIAN

Page 48: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai. Pemilihan lokasi penelitian ini ditentukan dengan pertimbangan

karena tempat ini adalah tempat budidaya markisa untuk mengetahui dampak

penyuluhan partisipatif terhadap perubahan sikap pengetahuan dan keterampilan

petani markisa dapat meningkatkan kesejahteraan petani, Penelitian ini dilakukan

mulai Bulan Mei sampai Juli 2015 .

3.2 Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani, dimana jumlah populasi

sebanyak 143 orang. Penarikan sampel dengan menggunakan metode purposive

artinya setiap anggota dipilih secara sengaja, alasan di gunakan metode ini karena

diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar – benar sesuai dengan penelitian

yang akan di lakukan. Jumlah sampel yang diambil adalah 20% dari jumlah

populasi, dengan demikian jumlah sampel adalah 30 orang petani yang ada di

Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam melaksanakan penelitian jenis dan sumber data yang digunakan ada

dua yaitu:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi melalui wawancara

langsung dan juga melalui bantuan kuisioner.

Page 49: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

33

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh instansi atau lembaga-lembaga yang

terkait atau berhubungan dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data, yaitu

sebagai berikut;

1. Pengamatan (observasi)

Observasi digunakan untuk menemukan dan mendapatkan data primer yang

berkaitan dengan judul penelitian dengan cara terlibat lansung peneliti ikut

berpartisipasi sebagai anggota kelompok yang diteliti.

2. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi dalam

melakukan pengumpulan data melalui cara bertanya langsung pada responden,

dimana dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data informasi tentang

tingkat umur, pendidikan, tanggungan keluarga, pengalaman usaha tani, dan luas

lahan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi, yaitu pengumpulan data berupa catatan, transkrip,

buku,agenda dan sebagainya. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data

mengenai hal-hal yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan dalam

penelitian ini yaitu analisis deskriptif kuantitatif adalah data yang berbentuk angka

Page 50: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

34

yang diukur dengan cara menghitung skor. Teknik analisis data deskriptif

kuantitatif digunakan untuk memberi gambaran kepada petani setelah

dilaksanakan penyuluhan partisipatif ,kemudian untuk penilaian tingkat tersebut

analisis yang digunakan adalah skoring, dimana skor 3 dikategorikan tinggi

apabila responden menjawab pertanyaan dengan pilihan jawaban ya, skor 2

dikategorikan sedang apabila responden menjawab dengan pilihan jawaban

kadang-kadang, dan skor 1 dikategorikan rendah apabila responden menjawab

dengan pilihan jawaban tidak. ( Sugiyono, 2010 ).

Skoring yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3, 2, dan 1 dengan

kriteria adalah sebagai berikut:

1,00 – 1,67 = Rendah

1,68 – 2,34 = Sedang

2,35 – 3,00 = Tinggi

interval =Skor Maksimum − Skor minimum

Jumlah Kelas

Keterangan :

Skor maksimum = 3

Skor minimum = 2

Jumlah kelas = 3

Page 51: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

35

3.5 Defenisi Operasional

1. Penyuluh partisipatif adalah suatu system pendidikan non formal bagi

petani, yang berorientasi kepada kebutuhan petani serta memberi ruang

kepada petani untuk berpartisipasi aktif dalam merencanakan,

melaksanakan, dan mengevaluasi program-program penyuluhan.

2. Petani adalah partisipan, merupakan orang yang melakukan kegiatan

usahatani markisa.

3. Dampak adalah pengaruh yang kuat (adanya penyuluhan npertanian),

yang mendatangkan akibat (baik positif maupun negatif).

4. Perubahan sikap adalah perubahan mengenai sikap yang lebih progresif

dan motivasi tindakan yang lebih rasional.

5. Penyuluh pertanian adalah orang yang memberikan dorongan kepada para

petani agar mau mengubah cara berfikirnya dan cara hidupnya yang lama

dengan cara yang baru melalui proses penyebaran informasi dan inovasi.

6. Penyuluhan pertanian adalah arahan atau materi yang disampaikan oleh

penyuluh kepada petani.

7. Pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui yang diperoleh dari

persentuhan panca indera terhadap usaha tani markisa.

8. Keterampilan adalah derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai

suatu tujuan dengan efisien dan efektif dalam usaha tani markisa.

9. Markisa adalah komuditi yang akan diteliti yang merupakan tanaman yang

memiliki potensi yang bagus .

Page 52: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Letak Geografis

4.1.1 Letak dan Batas Wilayah

Desa Batu Belerang merupakan salah satu desa dari Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai Propinsi Sulawesi Selatan. Jarak tempuh ke Ibu kota

Kabupaten 45 Km dan 7 Km dari Ibu kota Kecamatan. Lokasi tersebut berada

pada koordinat 120 derajat 0’34” BT dan 5 derajat 18’39” LS. Luas Wilayah desa

Batu Belerang 905 Ha, berbatasan dengan wilayah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Barambang

Sebelah Timur : Bijinangka dan Bontosinala

Sebelah Selatan : Bonto Tennga dan Kabupaten Bulukumba

Sebelah Barat : Gunung Bawakaraeng

4.1.2 Topografi Desa

Topografi desa di Batu Belerang berada pada ketinggian rata – rata 1.417m

diatas permukaan laut. Keadaan topografi terdiri atas daratan : datar , landai , agak

curam sampai curam . Desa Batu Belerang masih sangat segar dengan hutan yang

rimbun dan lahan yang subur. Secara umum potensi alam Desa terbagi atas tanah

sawah, lahan kering, tanah perkebunan, tanah untuk fasilitas umum, dan tanah

hutan.

Page 53: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

37

4.1.3 Tipe Iklim dan Curah Hujan

Curah hujan adalah salah satu faktor iklim yang dipertimbangkan sangat

besar pengaruhnya terhadap proses kejadian erosi. Semakin tinggi intensitas curah

hujan dan semakin lama periode curah hujan jatuh, maka kemungkinan erosi yang

akan terjadi menjadi semakin besar, apabila faktor – faktor lain yang

mempengaruhi proses terjadinya erosi tidak berubah.

Secara klimatologis , Kabupaten Sinjai yang terletak pada posisi iklim

musim timur mempunyai curah hujan rata – rata tahunan berkisar antara 2.148

mm hujan/tahun . Curah hujan di Stasiun pengamat Manipi Kecamatan Sinjai

Barat yaitu 2.148 mm. Rata – rata Bulan Basah (BB = Curah hujan lebih dari 200

mm/bulan) yaitu 3 bulan , Bulan Lembab (h = curah hujan 100 – 200 mm/bulan ),

yaitu 6 bulan dan Bulan Kering (BK = curah hujan kurang dari 100 mm/bulan )

yaitu 3 bulan . Rata –rata curah hujan bulanan dari beberapa stasiun pengamat Di

desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong menurut Oldeman termasuk iklim

tipe D, biasanya hujan terjadi pada bulan Nopember dan berakhir pada bulan Mei

– Juli.

4.2. Kondisi Demografis

4.2.1 Keadaan penduduk berdasarkan jenis kelamin

Manusia selalu berusaha memanfaatkan sumber daya alam (natural

resource) yang terbatas guna memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan

kesejahteraannya . Pertambahan penduduk cenderung mengakibatkan

berkurangnya sumber daya alam , pada gilirannya akan berpengaruh terhadap

kesejahteraan hidup manusia . Sehingga dapat dipastikan akan timbul dampak

Page 54: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

38

negative dari pada pertambahan penduduk terhadap kualitas lingkungannya.

Jumlah penduduk di desa Batu Belerang adalah 1.980 jiwa terdiri dari : Laki –

laki 1.021 jiwa dan Perempuan 959 jiwa serta 560 Kepala Keluarga (KK), dapat

di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Batu Belerang

Kecamatan Sinjai Borong.

No Jenis Kelamin Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % )

1.

2.

Pria

Wanita

1,021

959

51,57

48,43

Total 1980 100

Sumber : Kantor Desa Batu Belerang, 2014

Berdasarkan Tabel 1 maka, dapat dilihat dengan jelas bahwa antara jumlah

pria lebih banyak dari pada jumlah wanita. Dimana jumlah penduduk berdasarkan

jenis kelamin pria sebanyak 1021 jiwa dengan persentase sebesar 51,57% ,

sedangkan jenis kelamin wanita sebanyak 959 jiwa dengan persentase sebesar

48,43%.

4.2.2 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan penduduk pada umumnya berpengaruh pada

pengelolaan usaha taninya, di samping itu dapat pula berpengaruh pada penerapan

teknologi dan inovasi baru yang akan di kembangkan. Tingkat Pendidikan

penduduk di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong dapat di lihat pada

Tabel 2.

Page 55: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

39

Tabel 2. Tingkat Pendidikan penduduk di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai

Borong

No Tingkat Pendidikan Jumlah

( Jiwa )

Persentase

( % )

1.

2.

3.

4.

5.

TK

SD

SMP

SMA

Sarjana

108

924

309

198

50

6,79

58,15

19,45

12,46

3,14

Total 1589 100

Sumber : Kantor Desa Batu Belerang, 2014

Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa tingkat pendidikan yang dominan di

kalangan penduduk di Desa Batubelerang adalah tingkat SD dengan jumlah

sekitar 924 jiwa ( 58,15 % ) dan tingkat pendidikan yang paling kecil adalah

sarjana dengan jumlah 50 jiwa ( 3,14 % ). Data di atas dapat di simpulkan bahwa

tingkat pendidikan penduduk di desa Batubelerang paling tinggi di dominasi

tamatan SD, di ikuti tamatan SMP, SMA dan TK. Keadaan ini menunjukkan

bahwa kebanyakan penduduk di Desa Batubelerang telah tamat pendidikan dasar

selama 9 tahun yang di persyaratkan pemerintah. Dan tingkat pendidikan

Sederhana yakni tamat SMP sebanyak 309 jiwa ( 19,45 % ) dan di susul tingkat

pendidikan SMA dengan jumlah jiwa 198 ( 12,46 % ) kemudian tamatan Sarjana

sebanyak 50 jiwa (3,14 % ) dan dapat dikategorikan dalam kategori cukup baik.

Page 56: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

40

4.3 Kondisi Pertanian

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian umumnya di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai bekerja sebagai petani sedangkan sisanya bermata

pencaharian sebagai pedagang, Pegawai Negeri Sipil atau TNI POLRI dan lain –

lain. Jenis mata pencaharian penduduk di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai

Borong dapat dilihat pada Tabel 3

Tabel 3. Jenis Mata Pencaharian Penduduk di Desa Batu Belerang Kecamatan

Sinjai Borong

No Mata Pencaharian Jumlah

( Jiwa )

Prosentase

( % )

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Petani

Buruh harian lepas

Buruh migrant

Guru Swasta

Karyawan Honorer

Karyawan Perusahaan Swasta

Polri

Pedagang

Pegawai negeri sipil

Pelaut

Pembantu rumah tangga

Sopir

Tukang batu

Tukang kayu

Wiraswasta

622

28

31

1

29

22

2

6

31

1

8

10

6

2

61

72,32

3,25

3,60

0,11

3,02

2,55

0,23

0,69

3,60

0,11

0,93

1,16

0,69

0,23

7,09

Total 860 100

Sumber: Kantor Desa Batu Belerang, 2014

Page 57: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

41

Berdasarkan Tabel 3 maka, dapat dilihat bahwa mata pencaharian

penduduk paling tinggi pada kategori petani dengan jumlah 622 jiwa dengan

persentase sebesar 72,32 %, yang kedua pada kategori wiraswasta sebanyak 61

jiwa dengan persentase sebesar 7,09 %, maka dapat kita ketahui bahwa rata-rata

mata pencaharian penduduk di desa batu balerang dalah petani.

4.2.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana salah satu faktor pelancar pendukung kegiatan sosial

ekonomi masyarakat dalam suatu daerah dengan tersedianya sarana dan prasarana,

untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sarana dan Prasarana di desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong

No Uraian Keterangan Unit

1

2

3

4

5

6

TK/Paud

Sekolah Dasar

SMA

Masjid

Posyandu

Kantor Desa

4

4

1

4

1

1

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Buah

Sumber : Data Desa Batubelerang ,2014

Berdasarkan Tabel 4 maka, bahwa sarana dan prasarana di Desa Batu

Belerang belum cukup memadai dan masih perlu di tambah demi kemajuan dan

kemakmuran suatu wilayah, salah satu perkembangan dan kemajuan masyarakat

sebagai salah satu faktor perkembangan ekonomi. Peran aktif pemerintah dalam

Page 58: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

42

menbantu masyarakat sangat diharapkan, sebab tanpa bantuan dan aluran tangan

pemerintah, maka perkembangan wilayah sangat lambat.

Page 59: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Identitas Petani Responden

5.1.1. Umur

Pada umumnya umur petani akan mempengaruhi kemampuan fisik bekerja

dan cara berpikirnya. Petani yang berumur muda dan sehat mempunyai

kemampuan fisik yang cenderung lebih besar daripada petani yang berumur tua.

Petani mudah yang lebih cepat menerima hal-hal baru dalam mengelolah

usahataninya. Petani mudah biasanya kurang memiliki pengalaman, untuk

mengimbangi kekurangan tersebut dia lebih dinamis sehingga cepat mendapatkan

pengalaman-pengalaman baru yang berharga bagi perkembangan hidupnya pada

masa yang akan datang.

Umur petani responden bervariasi sehingga untuk mengetahui tingkatan

umur dari masing-masing responden diklasifikasikan berdasarkan tingkat umur

petani responden. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Klasifikasi Umur Petani Responden di Desa Batu Belerang Kecamatan

Sinjai Borong Kabupaten Sinjai, 2015

No Klasifikasi Umur (tahun) Jumlah Orang Persentase (%)

1

2

3

4

5

6

26 – 33

34 – 41

42 – 50

51 – 58

59 – 66

67 – 74

5

5

9

4

5

2

16,67

16,67

30,00

13,33

16,66

6,66

Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Page 60: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

44

5.1.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor atau segi penilaian terhadap

kemajuan suatu bangsa pada umumnya dan daerah atau desa secara khusus.

Makin tinggi tingkat pendidikan petani, maka tingkat kemajuan suatu daerah

tersebut relatif tinggi. Faktor pendidikan akan mempermudah suatu inovasi dan

teknologi baru sehingga dapat dikatakan bahwa secara relatif petani yang

mempunyai tingkat pendidikan akan mengelola usahataninya dengan baik pula

dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah. Untuk lebih jelasnya

mengenai tingkat pendidikan petani responden di Desa Batu Belerang Kecamatan

Sinjai Barat dapat dilihat pada tabel 6 diwah ini:

Tabel 6. Tingkat Pendidikan Petani di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai

No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1

2

3

4

Tidak sekolah

Tamat SD

Tamat SLTP

Tamat SMA

3

20

5

2

10,00

66,67

16.67

6.66

Total 30 100

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Berdasarkan Tabel menunjukan bahwa sebagian besar petani responden

masih memiliki tingkat pendidikan yang rendah yakni hanya tamat Sekolah Dasar

sebanyak 20 orang dengan persentase sebanyak (66,67%). Pendidikan tertinggi

yang dicapai petani responden hanya sampai tamat Sekolah Menengah Atas

Page 61: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

45

sebanyak 2 orang dengan persentase sebesar (6,66%), yang tamat SLTP sebanyak

5 orang dengan persentase sebanyak (16.89%) sedangkan petani responden yang

tidak sekolah sebanyak 3 orang dengan persentase (10,00) dari total petani

responden. Dalam mengatasi hal tersebut, peran instansi pertanian yang salah satu

fungsinya merupakan pendidikan non formal di lingkungan petani perlu

ditingkatkan dalam menambah pengetahuan petani khususnya dalam penerimaan

informasi melalui saluran komunikasi, sehingga aktivitas penyuluh pertanian

perlu direncanakan secara berkala.

5.1.3. Pengalaman Berusahatani

Pengalaman berusahatani dapat menunjukkan keberhasilan petani dalam

mengelolah usahataninya. Sebab dapat menjadi pedoman pada masa yang datang.

Petani yang masih berusia muda belum berpengalaman, sehingga untuk

mengimbangi kekurangannya dia perlu dinamis. Sebaliknya petani yang sudah

berusia tua banyak berpengalaman dalam berusahatani sehingga sangat berhati-

hati dalam bertindak. Adapun pengalaman berusahatani petani responden dapat

dilihat pada Tabel 7 berikut ini.

Tabel 7. Pengalaman berusahatani di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai

No Pengalaman Berusahatani

(Tahun)

Jumlah

(jiwa)

Persentase

(%)

1

2

3

4

5

6

7 – 9

10 – 12

13 – 15

16 – 18

19 – 21

22 – 24

3

7

4

6

7

3

10,00

23,34

13,34

20,00

23,34

10,00

Total 30 100

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2015

Page 62: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

46

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan pengalaman berusahatani dalam kurung

waktu 7-9 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase sebesar 10,00 %, 10-12

tahun sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 23,34 %, 13-15 tahun sebanyak

4 orang dengan persentase sebesar 13,34 %, 16-18 tahun sebanyak 6 orang dengan

persentase sebesar 20,00 % dan 19-21 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase

sebesar 23,34 %. Dilihat dari hasil di atas menunjukkan bahwa Petani responden

terbanyak memiliki pengelaman berusahatani adalah dalam kurung waktu 10-12

dan 19 -21 tahun sebanyak 7 orang dengan persentase sebesar 23,34%.

Pengalaman berusahatani sangat erat hubungannya dengan keinginan peningkatan

keterampilan petani dalam pengembangan usahataninya, karena semakin lama

petani responden berusahatani, semakin besar pengetahuan dan keterampilan

dalam menerapkan teknologi, sehingga saluran komunikasi yang dilakukan

penyuluh dapat diterima dengan baik oleh petani.

5.1.4. Tanggungan Keluarga

Jumlah tanggungan keluarga petani cenderung turut berpengaruh pada

kegiatan operasional usahatani, karena keluarga yang relatif besar merupakan

sumber tenaga keluarga. Keadaan tanggungan keluarga petani responden dapat

dilihat dari Tabel 8 berikut ini.

Tabel 8. Jumlah Tanggungan Keluarga Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai

No Jumlah Tanggungan Keluarga

(Orang)

Jumlah

(jiwa)

Persentase

(%)

1

2

3

1 – 2

3 – 4

4 – 6

9

17

4

30,00

56,67

13,33

Total 30 100

Sumber : Data primer setelah diolah, 2015

Page 63: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

47

Berdasarkan tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga

petani responden mulai dari 1-2 orang sebanyak 9 orang petani responden dengan

persentase sebesar 30,00 %, 3-4 orang sebanyak 17 orang petani responden

dengan persentase sebesar 56,67 %, sedangkan 5-6 orang sebanyak 4 orang petani

responden dengan persentase sebesar 13,33 %. Dilihat dari hasil di atas

menunjukkan bahwa Petani responden yang memiliki tanggungan keluarga

terbanyak adalah jumlah tanggungan 5–6 orang berjumlah 4 orang Petani

responden denagan persentase sebesar 13,33 %. Keadaan demikian sangat

mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan keluarga dan untuk peningkatan

produksi dalam memenuhi kebutuhannya, sehingga petani berusaha untuk

menambah pendapatan melalui usahatani bersama keluarganya

5.1.5. Luas Lahan Usahatani

Lahan sebagai tempat berlangsungnya aktifitas bercocok tanam merupakan

salah satu faktor produksi di dalam usahatani. Luas lahan usahatani yang di

usahakan oleh setiap petani berfariasi, dimana petani yang memiliki lahan yang

lebih luas akan cenderung memperoleh produksi yang lebih besar dibandingkan

yang luas lahannya lebih sempit. Untuk mengetahui luas lahan yang diusahakan

petani responden dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.

Tabel 9. Luas Lahan Usahatani Petani Responden di Desa Batu Belerang

Kecamatan Sinjai Borong Kabup aten Sinjai

No Luas lahan

(hektar)

Jumlah

(orang)

1

2

3

4

0,1-0,5

0,6-1,0

1,1-1,6

1,7-2,1

7

17

3

2

T o t a l 30

Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Page 64: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

48

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa jumlah petani responden yang

memiliki luas lahan usaha tani antara 0,25 – 1,00 hektar mempunyai persentase

tertinggi (73,34%) dengan jumlah 22 responden, 1,01-1,75 hektar mempunyai

persentase sebesar (16,66%) dengan jumlah 5 responden, Sedangkan jumlah

petani responden yang memiliki luas lahan usahatani antara 1,76 – 2,00 hektar

hanya mencapai 10 % dengan jumlah 3 responden. Keadaan ini menunjukan

bahwa sebagian besar luas lahan usahatani yang dimiliki oleh petani responden

relatif sempit.

5.2 Dampak Penyuluhan Metode Komunikasi, Terhadap Sikap, Pengetahuan

Dan Keterampilan Petani

Komunikasi adalah suatu proses dimana pihak-pihak peserta saling

menggunakan informasi dengan tujuan untuk mencapai pengertian yang sama

(pengertian bersama) yang lebih baik mengenai masalah-masalah yang penting

bagi semua pihak yang bersangkutan. Komunikasi bukan jawabannya sendiri,

tetapi pada hakikatnya merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh

penerima rangsangan dan pembangkitan balasan (Mardikanto, 1994).

Komunikasi lansung melalui tatap muka untuk mendapatkan pengetahuan,

Bahasa yang digunakan dalam komunikasi adalah bahasa daerah karena

masyarakat yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten

Sinjai masih memakai bahasa bugis dalam berkomunikasi, dan pengetahuan dasar

yang menyangkut materi atau isi pesan yang ditransaksikan dalam sebuah

penyuluhan, akan semakin tinggi keaktifan sebuah komunikasi penyuluhan

sehingga penyuluh dapat secara langsung menyampaikan materi kepada petani

Page 65: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

49

karena tingkat pengetahuan petani lebih mudah diketahui apabila petani sudah

mengerti atau tidak mengerti apa yang disampaikan penyuluh.

Sedangkan metode tidak langsung terhadap perubahan pengetahuan petani

dapat dilihat dari tingkat pengetahuannya melalui perantara dengan menggunakan

media cetak yaitu poster dan media elektronik yaitu radio dan tv sebagai alat yang

digunakan untuk menyampaikan informasi yang akan disampaikan penyuluh

sehingga petani dapat membaca, mendengar dan memahami apa isi yang ada

didalam media tersebut. Agar penyuluh dapat membandingkan apakah tingkat

pengetahuan petani dimiliki dalam komunikasi dapat ditransaksikan dalam

penyuluhan karena tingkat pengetahuan petani dapat di ukur setelah dilaksanakan

penyuluhan dan melakukan adopsi inovasi atau informasi.

Komunikasi tidak langsung terhadap perubahan keterampilan yaitu petani

tidak langsung bertatapan muka oleh penyuluh tetapi hal itu tidak membuat petani

sulit untuk mengetahui keterampilan yang akan disampaikan penyuluh tetapi akan

mendapatkan informasi melalui media yang akan membantu dalam membaca,

mendengarkan dan berfikir melalui radio dan tv misalnya petani diajarkan dalam

budidaya markisa baik mulai dari pemilihan bibit sampai pasca panen, metode

tidak langsung dapat menolong banyak sekali perhatian dan mengunggah hati

petani dan dapat menarik perhatian petani.

5.3 Metode Berdasarkan Indera Penerima Terhadap Perubahan Sikap,

Pengetahuan dan Keterampilan Petani

Metode yang dilaksanakan dengan penglihatan (visual) yaitu pesan yang

diterima melalui penglihatan dimana penyuluh menyampaikan pesan atau materi

Page 66: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

50

kepada petani dengan jalan memperhatikan pesan yang diterima melalui

penempelan poster yang isinya tentang cara budidaya markisa, yang dapat

merubah sikap, pengetahuan dan keterampilan perilaku petani sesuai yang

diinginkan penyuluh, namun metode ini sulit dipahami oleh petani karena

penyampaiannya tidak secara efektif . Karena itu tingkat pengetahuan petani dapat

diukur setelah melihat poster, yang di tempel penyuluh, hal ini juga

mempengaruhi keterampilan petani sehingga petani dapat terampil dalam

pemilihan bibit markisa, penanaman, serta cara membuat tempat merambatnya

tanaman markisa sampai cara pasca panen, kemudian diperaktekkan oleh petani.

Metode yang dilaksanakan dengan pendengaran (audio) yaitu pesan yang

diterima melalui pendengaran misalnya telepon dan radio penyuluh

menyampaikan pesan atau materi pertanian melalui radio karena tempatnya tidak

bisa dijangkau oleh penyuluh sehingga tingkat pengetahuan dan keterampilan

petani dapat merespon apa yang disampaikan petani serta adanya umpan balik dari

penyuluhan.

Metode audiovisual yaitu metode yang dapat diterima melalui indera

pendengaran dan penglihatan, misalnya dari siaran tv petani dapat melihat materi

– materi pertanian yang ditayangkan tetapi tidak semua masyarakat di Desa

Batubulerang menyukai hal tersebut, melainkan mereka lebih menyukai sinetron

dan film dibanding untuk melihat berita - berita tentang pertanian, dan peragaan

yaitu penyuluh memperagakan materi yang akan disampaikan kepada masyarakat

dengan penjelasan memudahkan petani dalam cara kerja dan tingkat pengetahuan

petani mengalami perubahan agar tahu, mampu dan menerapkan inovasi demi

Page 67: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

51

tercapainya perbaikan mutu petani. Jadi dalam kegiatan penyuluhan agar kegiatan

itu mencapai keberhasilan dalam proses adopsinya dengan lancar atau baik

penyuluh perlu memperdengarkan, memperlihatkan dan melakukan praktek

keterampilan terhadap materi yang disampaikan penyuluh.

5.4 Metode Berdasarkan Pendekatan Pada Sasaran Terhadap Perubahn

Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Petani

a. Metode Berdasarkan Pendekatan Perseorangan Terhadap Perubahan

Sikap, Pengetahuan dan Keterampilan Petani

Metode dengan perseorangan penyuluh berkomunikasi secara pribadi orang

seorang setiap sasarannya, metode ini penyuluh berhubungan secara langsung

dengan sasaran yaitu seorang petani, sangat efektif digunakan dalam penyuluhan

karena sasaran dapat secara lansung memecahkan masalah yang dihadapi petani

markisa yaitu masalah yang sering kali di hadapi petani markisa pada saat

tanaman markisanya terserang hama. Adapun dilihat dari jumlah segi sasaran

yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan

penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing petani dalam perubahan sikap,

pengetahuan dan keterampilan yang petani miliki dengan melakukan kunjungan

ke rumah petani.

b. Metode Berdasarkan Kelompok Terhadap Perubahan Sikap,

Pengetahuan dan Keterampilan Petani

Pendekatan kelompok banyak manfaat dapat diambil, terjadinya tukar

pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang

bersangkutan, metode kelompok ini biasanya dilaksanakan pada pertemuan

dilapangan, metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya

Page 68: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

52

umpan balik atau respon dari petani dan interaksi kelompok yang memberi

kesempatan bertukar pengalaman maupun kesasaran.

c. Metode Berdasarkan Pendekatan Massal Terhadap Perubahan Sikap,

Pengetahuan dan Keterampilan

Metode ini penyuluh pertanian tertuju kepada para petani umumnya di

kampung - kampung dan dipedesaan - pedesaan, sehingga dilaksanakan di Desa

Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai agar mereka dapat

mendengarkan penyuluhan pertanian, dipandang dari segi penyampaian informasi

memang metode ini baik, akan tetapi dipandang dari keberhasilan adalah kurang

efektif karena pada dasarnya hanya dapat menimbulkan tahap kesadaran dan tahap

minat para petani pendengar penyuluhan, itupun kalau pendekatannya dilakukan

dengan baik, dapat menarik perhatian para petani kepada suatu hal yang lebih

menguntungkan yaitu tidak terlalu resmi, penuh kepercayaan dan lansung dapat

dirasakan hasilnya yaitu tentang materi yang disampaikan penyuluh pertanian.

5.5 Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Sikap, Pengetahuan Dan

Keterampilan Petani Markisa

5.5.1 Sikap Petani Markisa Terhadap Penyuluhan ( Komunikasi )

Sikap merupakan suatu respons evaluasi. Respon hanya akan timbul apabila

individu dihadapakan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi

individual. Respon berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap

tersebut timbul karena didasari oleh proses dari dalam individu yang memberi

kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik atau buruk, positif atau

Page 69: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

53

negatif, setuju atau tidak setuju, atau menyenangkan atau tidak menyenangkan,

yang kemudian mengkristal sebagian potensi reaksi terhadap obyek sikap.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap, yakni

pengalaman, kebudayaan orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi

atau lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri

individu (Aswar, 1995).

Klasifikasi sikap petani setelah adanya penyuluhan partisipatif, tercamtum

pada Tabel 10 berikut.

Tabel 10. Distribusi Sikap Petani Responden Terhadap Penyuluhan Partisipatif

Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

No Jenis Pertanyaan Skor Kategori

1 Penerapan yang di sampaikan penyuluh pertanian

sesuai dengan pengalaman 2,77 Tinggi

2 Pelatihan yang di berikan penyuluh pertanian

sudah memuaskan 2,70 Tinggi

3 Keberadaan penyuluh sangat membantu masalah

petani 2,70 Tinggi

4 Penyuluh pertanian melakukan tinjauan langsung

setelah melakukan penyuluhan 2,63 Tinggi

5 Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah

mendapatkan penyuluhan pertanian 2,80 Tinggi

Nilai Rata-rata 2,72 Tinggi

Sumber: Data Primer, 2015

1. Penerapan yang disampaikan penyuluh pertanian sesuai dengan

pengalaman

Pengalaman petani markisa di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai, petani tetap menerapkan apa yang di sampaikan

penyuluh pertanian karena pengalaman dapat dilihat dari lamanya seorang petani

markisa menekuni kegiatan penyuluh pertanian, semakin lama petani markisa

Page 70: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

54

melakukan usahataninya maka semakin besar pengalaman yang dimiliki. Dengan

pengalaman yang cukup besar akan berkembang suatu sikap petani dalam

merespon dengan cara menerapkan teknik-teknik dalam usahatani markisa yang

disampaikan penyuluh.

2. Pelatihan yang diberikan penyuluh pertanian

Penyuluh pertanian juga memberi pelatihan kepada petani markisa yaitu

pelatihan budidaya markisa, dimana Kelompok tani diajarkan untuk melatih

petani markisa dalam menyediakan bibit markisa melalui seleksi biji dan cara

perbanyakan tanaman dengan menggunakan polyback, serta cara panen yang baik

dengan menggunakan alat yaitu sabit atau pisau, kemudian melatih untuk praktek

pengolahan buah markisa, pengaturan jarak tanaman demi mengoptimalkan

pertumbuhan tanaman, penggunaan mesin pertanian lebih mengefisiensikan

tenaga dan waktu, pemupukan yang berimbang dapat meningkatkan perubahan

tanaman markisa yaitu pemupukan dengan NPK sebanyak 25 – 100 gr per

tanaman, tergantung umurnya, dampak pemupukan pada tanaman markisa

3. Keberadaan penyuluh dapat membantu masalah petani

Dengan keberadaan penyuluh pertanian membantu petani dalam mengatasi

masalah yang sering petani markisa hadapi yaitu masalah yang dominan terjadi

adalah adanya serangan hama dan penyakit , menurut sejumlah responden petani

yang ditemui bahwa hama lalat buah ( pemakan daun ), busuknya akar dan

penyakit bercak coklat yang sering menyerang tanaman markisa, sehingga

tanaman markisa saat ini hanya rata – rata mampu hidup setahun pasca

penanaman. Karena itu dengan keberadaan penyuluh bisa mengupayakan

Page 71: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

55

terobosan baru dengan mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang

tanaman markisa, dengan memberi petunjuk cara mengendalikan hama dan

penyakit tersebut, caranya yaitu mengatur tajuk tanaman agar tidak terlalu rapat

dengan pemangkasan yang teratur, membuang bagian tanaman yang terserang

kemudian membakarnya, sehingga petani menjadi tahu yang dulunya mereka

tidak ketahui cara pengendalian hama tersebut.

4. Penyuluh pertanian melakukan tinjauan langsung setelah melakukan

penyuluhan

Penyuluh biasanya melakukan tinjauan langsung setelah melakukan

penyuluhan, guna untuk mengetahui hasil dan melihat perubahan sikap petani

markisa terhadap penyuluh pertanian dalam memaparkan dan memperaktekkan

apa yang telah disampaikan oleh penyuluh terhadap pembelajaran dalam budidaya

markisa, dengan adanya pelatihan yang diberikan penyuluh ke petani markisa

dapat meningkatkan pendapatan petani karena petani responden sudah mulai

merespon program-program yang disampaikan penyuluh dan juga mulai

menjalankan pelatihan – pelatihan yaitu cara pemilihan bibit sampai dengan pasca

panen.

5. Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan penyuluhan

Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan

penyuluhan mengalami perubahan dimana petani markisa yang dulunya tidak

memperhatikan bagaimana cara budidaya markisa dengan baik, sekarang petani

markisa sudah mulai mengetahui hal itu dengan memperhatikan pemilihan bibit

sebelum melakukan penanaman, serta memperhatikan jarak tanam, hal ini terjadi

Page 72: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

56

karena petani sudah mulai merespon apa yang di sampaikan penyuluh tentang cara

budidaya markisa dengan baik.

Tabel 10, dapat dilihat perubahan sikap petani terhadap peran penyuluhan

partisipatif sangat tampak, dimana diperoleh hasil dari 5 jenis pertanyaan

responden yang masing – masing pada pertanyaan, penerapan penyuluhan sesuai

dengan pengalaman petani markisa skor nilai mencapai 2,77 dan dikategorikan

tinggi, sedangkan pertanyaan mengenai pelatihan yang diberikan penyuluh

skornya 2,70 juga kategori tinggi kemudian pertanyaan keberadaan penyuluh

terhadap masalah yang dihadapi petani markisa diperoleh skor 2,70, pertanyaan

selanjutnya yaitu penyuluh pertanian melakukan tinjauan lansung setelah

melakukan penyuluhan mendapatkan skor 2,63 dan tingkat pengembangan

pengetahuan petani setelah mendapatkan penyuluhan pertanian juga termasuk

kategori tinggi dengan skor 2.80.

Kelima pertanyaan di atas maka rata – rata skor yang diperoleh 2,72 dengan

kategori tinggi karena berdasarkan penelitian dilapangan bahwa terrjadi

perubahan sikap pada petani yaitu, petani lebih aktif, mandiri,dan terampil dalam

melakukan usahatani markisa

5.3.2 Tingkat Pengetahuan Petani Terhadap Penyuluhan Partisipatif

Pengetahuan adalah pemahaman seseorang tentang sesuatu hal yang

dinilainya lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya. Tahu berarti benar–benar

memahami dengan pikirannya tentang segala ilmu atau teknologi dan informasi

yang disampaikan oleh orang lain (Mardikanto, 1991). Tingkat pengetahuan

Page 73: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

57

petani pada setiap tahapan teknologi usahatani sebelum adanya penyuluhan

partisipatif disajikan pada Tabel 11

Tabel 11. Distribsusi Petani Responden Menurut Tingkat Pengetahuan Terhadap

Penyuluhan Partisipatif di Desa Batu Belerang Kecamatan Sinjai

Borong Kabupaten Sinjai

No Jenis Pertanyaan Skor Kategori

1 Sering mengikuti penyuluhan pertanian 2,73 Tinggi

2 Informasi yang diberikan penyuluh bermanfaat

dalam berusaha tani 2,90 Tinggi

3 Informasi yang disampaikan penyuluh pertanian

sudah sesuai dengan yang di harapkan dalam

pengembangan usaha tani

2,80 Tinggi

4 Pemahaman yang di sampaikan penyuluh guna

untuk pengembangan pengetahuan 2,83 Tinggi

5 Tingkat pengembangan sikap petani setelah

mendapatkan penyuluhan pertanian 2,83 Tinggi

Nilai Rata-rata 2,82 Tinggi

Sumber: Data Primer, 2015

Tabel 11 menunjukan ada perubahan tingkat pengetahuan petani yang

mengikuti penyuluhan partisipatif dengan klasifikasi nilai rata – rata pengetahuan

tinggi yaitu 2,82, hal ini karena petani sudah memahami pola penyuluhan

partisipatif.

1. Sering mengikuti penyuluhan pertanian

Petani markisa sering melakukan penyuluhan dengan skor tinggi dengan

nilai 2,73 di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai itu

karena kegiatan penyuluhan tersebut dilakukan ditempat perkumpulan keluarga

tani ( kelompok tani ), biasa juga ditempat yang strategis dan mudah di jangkau

oleh petani untuk melansungkan kegiatan penyuluhan. Penyuluhan dilakukan

untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada petani markisa, karena penyuluh

pertanian memegang peranan penting dalam penyebaran informasi disektor

Page 74: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

58

pertanian dan merupakian penghubung sumber informasi dengan petani dan

keluarganya. Oleh karena itu keberhasilan petani juga ditentukan oleh

pelaksanaan tugas penyuluh pertanian dalam memberikan materi yang dibutuhkan

dalam meningkatkan pengetahuan petani markisa petani agar mau mengubah pola

berfikirnya apabila diberi materi mengenai budidaya markisa. Adapun metode

penyuluhan yang digunakan pada saat dilakukan penyuluhan yang bersifat

mendidik, membimbing, dan menerapkannya sehingga dapat mengubah

pemahaman sikap, prilaku petani agar dapat menolong dirinya sendiri dengan

komunikasi lansung melalui percakapan atau tatap muka agar petani lebih mudah

memahami apa yang disampaikan penyuluh tidak sesuai yang diinginkan petani.

2. Informasi yang diberikan penyuluh bermanfaat dalam berusaha tani

Pertanyaan mengenai manfaat informasi yang disampaikan penyuluh

mendapatkan skor nilai 2,90 juga merupakan kategori tinggi karena Informasi

yang disampaikan penyuluh sudah bermanfaat bagi petani markisa di Desa

Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai karena aktifnya petani

senantiasa mengikuti sosialisasi penyuluh, sehingga mereka mengerti akan hal

budidaya markisa yang disampaikan penyuluh.

3. Informasi yang diterapkan penyuluh sudah sesuai yang diharapkan dalam

pengembangan usahatani

Penyuluh pertanian sudah sesuai dengan yang diharapkan petani dalam

pengembangan usahataninya diperoleh skor 2,80 termasuk tinggi hal ini terjadi

karena informasi yang disampaikan penyuluh sudah diterapkan petani sehingga

dalam perkembangan usahatani markisa mengalami perubahan disebabkan petani

bukan hanya mendapatkan informasi dari penyuluh saja melainkan juga

mendapatkan informasi dari mulut ke mulut petani yang mempunyai pengalaman

Page 75: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

59

tentang budidaya markisa serta informasi yang mereka dapatkan dari media sosial

dan juga karena melihat keberhasilan orang lain.

4. Pemahaman yang disampaikan penyuluh dalam peningkatan pengetahuan

petani

Pemahaman yang disampaikan penyuluh dalam peningkatan pengetahuan

petani terhadap petani markisa mendapatkan skor 2,83 termasuk kategori tinggi,

karena petani sangat cepat menerima materi yang diberikan oleh penyuluh

pertanian dapat dilihat dari tingkat pendidikan rata – rata petani disana pernah

duduk di bangku sekolah walaupun hanya tammat masalah bagi petani sehingga

penyuluh pertanian tidak kesulitan dalam memberikan materi apalagi tingkat umur

responden di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai ditingkat SD, namun hal itu

tidak mjadi Borong Kabupaten Sinjai masih terbilang mudah karena umurnya

sekian rata - rata masih berumur 42 – 49 tahun sehingga kemampuan fisik bekerja

dan cara berfikirnya masih cepat menerima hal – hal yang disampaikan oleh

penyuluh baik dalam mengelolah usaha taninya.

5. Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan penyuluhan

pertanian

Tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan

penyuluhan pertanian juga termasuk kategori tinggi dengan skor 2,83, karena

petani mulai menumbuhkan perubahan – perubahan dalam dirinya yang mencakup

tingkat kemampuan, kecakapan, sikap , dan motivasi petani terhadap kegiatan

usahatani yang dilakukankanya dengan mulai mengetahui tata cara budidaya

markisa sampai pasca panen yang baik dan cara membasmi hama dan penyakit

yang sering dialami petani markisa.

Berdasarkan hasil dari data yang di peroleh nilai rata-rata 2,82 termasuk

dalam skor tinggi sehingga dapat dikatakan bahwa distribusi petani responden

Page 76: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

60

menurut tingkat pengetahuan terhadap penyuluhan partisipatif dapat memberikan

perilaku positif pada masyarakat di lihat dari tingkat pemahaman petani yang

kemudian di terapakan pada usaha taninya.

5.3.3. Tingkat Keterampilan Petani Terhadap Penyuluhan Partisipatif

Keterampilan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan semua

kegiatan, kemampuan untuk mengupayakan sendiri sumberdaya ( input ) yang

diperlukan demi tercapainya tujuan yang diinginkan atau terjadi perubahan,

baik perubahan tingkat pendapatan, tingkat produsi maupun perubahan tingkat

kesejahteraan masyarakat (Mardikanto, 1991).

Distribusi keterampilan petani dalam penerapan teknologi usahatani

markisa, sebelum dan sesudah adanya penyuluhan partisipatif dapat di lihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Tingkat Keterampilan Petani Responden Terhadap

Penyuluhan Partisipatif

No Jenis Pertanyaan Skor Kategori

1 Pengajaran keterampilan berusahatani oleh

penyuluh pertanian 2,73 Tinggi

2 Penerapan yang telah di sampaikan oleh penyuluh

pertanian 2,80 Tinggi

3 Kemudahan yang didapatkan setelah mendapat

pelatihan dari penyuluh pertanian 2,83 Tinggi

4 Penyuluhan pertanian melakukan evaluasi tentang

pengembangan yang dialami oleh petani 2,83 Tinggi

5 Mendapatkan pendampingan lansung dari penyuluh

pertanian dalam mengarahkan cara usatani markisa 2,80 Tinggi

Nilai Rata-rata 2,80 Tinggi

Sumber: Data Primer, 2015

Page 77: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

61

Tabel 12 menunjukkan ada perubahan tingkat keterampilan yang

mengikuti penyuluhan partisipatif yaitu :

1. Petani diajarkan keterampilan berusaha tani terhadap tanaman markisa

Petani diajarkan keterampilan berusahatani terhadap tanaman markisa

yang ada di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

dengan skor 2,73 termasuk kategori tinggi karena petani markisa diajarkan

keterampilan pada saat melakukan penyuluhan pertanian selain itu penyuluh tidak

hanya mengajarkan tentang keterampilan dalam berusahatani markisa melainkan

juga mengajarkan kepada petani dalam keterampilan berbicara, agar petani

mampu menguasai tentang budidaya markisa, pasca panen, seleksi buah atau

biji,perbanyakan tanaman, serta pemangkasan, cara pembuatan para-para (tempat

merambat) dan cara pengolahan markisa.

2. Penerapan yang telah disampaikan oleh penyuluh pertanian

Menerapkan apa yang telah disampaikan oleh penyuluh pertanian

mendapatkan skor tinggi dengan nilai 2,80 yaitu karena petani markisa yang ada

di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai sudah mulai

menerapkan apa yang telah disampaikan oleh penyuluh pertanian sesuai dengan

kemanpuan maupun kebutuhan petani mengenai keterampilan – keterampilan

yang dapat menghasilkan keuntungan serta mendapat manfaat dalam usahatani.

3. Kemudahan setelah mendapatkan pelatihan dari penyuluh pertanian

Kemudahan setelah mendapatkan pelatihan dari penyuluh pertanian

mendapatkan skor 2,83 juga termasuk kategori tinggi hal ini terjadi karena setelah

petani markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai

Page 78: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

62

mendapatkan pelatihan dari penyuluh, petani lebih mendapatkan kemudahan

dalam usahatani yang sebelumnya petani tidak ketahui bagaimana cara budidaya

markisa dengan baik, cara mengatasi hama dan penyakit yang sering menyerang

tanaman markisa,dan cara pemilihan bibit, cara penanaman dan pemeliharaannya

serta cara panen yang baik. Petani mulai mengetahui hal tersebut namun belum

mahir tetapi sudah ada perubahan dari sebelum petani mendapatkan penyuluhan

dibanding setelah mendapatkan penyuluhan.

4. Penyuluh pertanian melakukan evaluasi

Penyuluh pertanian melakukan evaluasi tentang pengembangan yang

dialami oleh petani markisa dengan skor nilai 2,83 termasuk tinggi, karena di

Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai setelah panen

biasanya penyuluh turun lansung ke lapangan guna untuk melihat hasil yang

didapatkan petani, apakah mengalami perubahan atau tidak. Evaluasi ini

dilakukan agar penyuluh dapat terus memperbaiki kinerja yang dilakukan serta

tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukanya, namun Alhamdulillah

petani markisa di Desa Batubelerang saat ini dalam hasil panennya mengalami

perubahan produksi yang lumayan meningkat dibandingkan hasil panen

sebelumnya.

5. Mendapatkan pendampingan lansung dari penyuluh pertanian

Skor nilai 2,80 termasuk kategori tinggi pada petani markisa yang

mendapatkan pendampingan lansung dari penyuluh pertanian dalam mengarahkan

cara - cara dalam usahatani markisa, karena petani markisa di Desa Batubelerang

tersebut sudah mulai mengalami perubahan baik dari pemilihan bibit sampai

Page 79: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

63

panen serta cara pengendalian hama dan penyakit yang mulai mereka terapkan

agar mendapatkan perkembangan dan hasil panen yang meningkat. Hal ini terjadi

akibat adanya pendampingan lansung kepada petani sehingga penyuluh mudah

mengetahui apa yang di perlukan petani pada saat mengalami masalah dalam

usahatani markisa.

Uraian dari pertanyaan diatas dapat perubahan tingkat keterampilan petani,

setelah adanya penyuluhan partisipatif, yaitu nilai rata-rata 2,80 termasuk tinggi

dari lima kategori pertanyaan untuk 30 responden. Hal ini disebabkan

keterampilan petani sudah meningkat dengan adanya penyuluhan partisipatif

mengenai tehnik berusahatani markisa yang baik sehingga petani termotivasi

untuk mengembangkan usahataninya.

Page 80: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa dampak penyuluhan partisipatif

terhadap perubahan sikap, pengetahuan dan keterampilan petani markisa

memperoleh skor nilai 2,78 atau dengan kategori tinggi dimana pada sikap petani

terhadap penyuluh partisipatif di Desa Batubulerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai memperoleh nilai 2,72, atau masuka pada kategori tinggi dengan

alasan karena dilapangan telah terjadi perubahan sikap pada petani yaitu,, petani

lebih aktif, mandiri, dan terampil dalam melakukan usaha tani markisa dan pada

tingkat pengetahuan petani terhadap penyuluhan partisipatif memperoleh nilai

2,82 atau dengan kategori tinggi, karena petani sangat cepat menerima materi

yang diberikan oleh penyuluh pertanian,sedangkan tingkat keterampilan petani

mencapai nilai 2,80 atau juga masuk pada kategori tinggi karena keterampilan

petani sudah meningkat dengan adanya penyuluhan pertanian mengenai tehnik

berusahatani markisa yang baik, sehingga petani termotivasi untuk

mengembangkan usaha taninya.

6.2 Saran

Sebaiknya penyuluh terus meningkatkan tingkat pengetahuan, sikap, dan

keterampilan petani, maka materi penyuluhan pertanian partisipatif harus

senantiasa disesuaikan dengan kondisi yang nyata seperti kondisi sosial atau

budaya, ekonomi dan kemampuan masyarakat. Penyuluhan pertanian partisipatif

sebaiknya diberikan kepada petani dan keluarganya sesuai dengan apa yang

Page 81: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

65

dibutuhkannya, sehingga pengaruh yang lebih baik senantiasa dapat di raih serta

diberikan solusi dan bimbingan dalam menghadapi permasalahan sehingga sikap,

pengetahuan dan keterampilan akan semakin bertambah.

Page 82: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

LAMPIRAN

Page 83: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

68

Lampiran1. Kuesioner Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap

Perubahan Sikap Pengetahuan dan Keterampilan Petani

Markisa di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai

KUESIONER

Nama Responden :

Umur :………….. Tahun

Tanggungan Keluarga :…………. Orang

Pengalaman Usahatani :…………. Tahun

Luas Lahan :…………. Are

Tingkat Pendidikan : (Tidak Sekolah) ( SD) (SMP) (SMA) (Serjana)

I. Sikap

1. Dari pengalaman selama ini, apakah bapak/ibu menerapkan apa yang

disampaikan oleh penyuluh pertanian?

a. Ya, diterapkan

b. Jarang

c. Tidak

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………….

2. Dari pengalaman bapak/ibu selama ini apakah pelatihan yang diberikan

penyuluh pertanian sudah sangat memuaskan terhadap tanaman markisa?

a. Ya, memuaskan

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………….

Page 84: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

69

3. Dari pengalaman bapak/ibu selama ini, apakah dengan keberadaan penyuluh

sangat membantu masalah petani?

a. Ya, mebatu

b. Cukup membantu

c. Kurang membantu

Jelaskan : …………………………………………………………………..

………………………………….……………………………….

4. Dari pengalaman bapak/ibu selama ini, Apakah penyuluh pertanian

melakukan tinjauan langsung setelah melakukan penyuluhan?

a. Ya, memuaskan

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………….

5. Dari pengalaman bapak/ibu selama ini, apakah dengan adanya pelatihan yang

diberikan penyuluh kepetani meningkatkan pendapatan petani?

a. Ya, meningkat

b. Cukup meningkat

c. Kurang meningkat

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………..

II. Pengetahuan

1. Apakah sebelumnya bapak/ibu pernah mengikuti penyuluhan pertanian,?

a. Semua bagian

b. Bagian tertentu

c. Sulit

Jelaskan : ……………………………………………………………………

…………………………………………………………………….

Page 85: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

70

2. Apakah informasi yang diberikan oleh penyuluh pertanian bermanfaat buat

bapak/ibu dalam pengembangan usahatani markisa ?

a. Ya, bermanfaat

b. Kurang, bermanfaat

c. Tidak

Jelaskan : ............................................................................................................

...........................................................................................................

3. Apakah informasi yang disampaikan oleh penyuluh pertanian sudah sesuai

dengan yang diharapkan bapak/ibu dalam pengembangan usahatani markisa ?

a. Ya, sesuai

b. Kurang, sesuai

c. Tidak

Jelaskan : ………………………………………………………………………

…..…………………………………………………………………..

4. Apakah bapak/ibu memahami apa yang disampaikan oleh penyuluh pertanian

guna peningkatan pengetahuan petani terhadap tanaman markisa?

a. Ya, dipahami

b. Kurang, dipahami

c. Tidak

Jeaskan : ………………………………………………………………………

…………………………………………………………..…………….

5. Bagaimana tingkat pengembangan pengetahuan petani setelah mendapatkan

penyuluhan pertanian?

a. Ada perkembangan

b. Kurang berkembang

c. Tidak

Jelaskan : …………………………………………………………………

……………………………………………………………………

Page 86: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

71

III. Keterampilan

1. Apakah bapak/ibu diajarkan keterampilan berusahatani terhadap tanaman

markisa oleh penyuluh pertanian ?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………….

2. Apakah bapak/ibu menerapkan apa yang telah disampaikan oleh penyuluh

pertanian dalam usahatani markisa ?

a. Ya, menerapkan

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………….

3. Apakah bapak/ibu mendapatkan kemudahan setelah mendapatkan pelatihan

dari penyuluh pertanian?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………….

4. Apakah penyuluh pertanian melakukan evaluasi tentang pengembangan yang

dialami oleh petani markisa?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Page 87: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

72

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………….

5. Apakah bapak / ibu mendapatkan pendampingan lansung dari penyuluh

pertanian dalam mengarahkan cara-cara dalam usahatani markisa ?

a. Ya

b. Kadang-kadang

c. Tidak

Jelaskan : …………………………………………………………………

………………………………….……………………………….

Page 88: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

73

Lampiran 2. Identitas Responden di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong

Kabupaten Sinjai

No.Res

Nama

Responden

Usia

(tahun)

Tingkat

Pendidikan

Jumlah

Tanggungan

Keluarga

Pengalaman

Usaha Tani

(tahun)

Luas

Lahan (Ha)

1 Baba 45 SD 6 13 1,0

2 Baso 31 SMA 3 9 1,0

3 Cale 40 SD 3 16 0,7

4 Ence 45 SD 2 17 0,5

5 Hama 42 SD 2 12 0,6

6 Jufri 49 SD 4 13 0,8

7 Kikka 34 SMP 5 19 0,5

8 Maddi 64 SD 3 20 1,3

9 Malling 67 SD 3 23 1,0

10 Mare 47 Tidak Sekolah 3 11 0,10

11 Nurdin 44 Tidak Sekolah 2 19 0,6

12 Radeng 53 SD 3 11 0,9

13 Syamsir 35 SMA 2 18 0,5

14 Malla 54 SMP 4 20 2,0

15 Sese 55 SD 3 18 1,0

16 Taho 65 SD 2 21 0,9

17 Upe 26 SD 2 7 1,8

18 Usman 27 SMP 3 7 0,5

19 Saeni 28 SMP 2 11 0,7

20 Ahmad 66 SD 3 21 0,8

21 Baton 40 SD 5 15 0,7

22 Cadeng 42 SD 3 17 0,6

23 Tahia 49 Tidak Sekolah 4 11 1,5

24 Sakka 38 SD 3 10 0,15

25 Basri 33 SD 2 10 0,5

26 Safinang 66 SMP 4 22 1,5

27 Pasimai 44 SD 5 16 2,0

28 Aning 68 SD 4 22 1,6

29 Katibi 58 SD 1 15 1,5

30 Jumadi 60 SD 4 21 0,5

Page 89: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

74

Lampiran 3. Data Pertanyaan Responden Dari Aspek Sikap

No. Res Nama

Aspek Sikap

Jumlah Skor 1 2 3 4 5

1 Baba 2 3 3 3 3 14 2.80

2 Baso 3 2 3 2 3 13 2.60

3 Cale 2 3 2 3 3 13 2.60

4 Ence 2 3 3 3 2 13 2.60

5 Hama 3 3 3 3 3 15 3.00

6 Jufri 3 3 3 2 3 14 2.80

7 Kikka 3 3 2 3 3 14 2.80

8 Maddi 3 2 3 2 3 13 2.60

9 Malling 3 3 3 2 2 13 2.60

10 Mare 2 2 2 3 3 12 2.40

11 Nurdin 3 3 3 3 3 15 3.00

12 Radeng 3 2 2 2 3 12 2.40

13 Syamsir 3 3 3 3 3 15 3.00

14 Malla 2 3 3 2 2 12 2.40

15 Sese 3 2 2 3 3 13 2.60

16 Taho 3 2 2 2 3 12 2.40

17 Upe 3 2 2 2 3 12 2.40

18 Usman 3 3 3 3 3 15 3.00

19 Saeni 3 3 3 2 2 13 2.60

20 Ahmad 3 3 3 3 3 15 3.00

21 Baton 2 3 2 2 2 11 2.20

22 Cadeng 3 2 3 2 3 13 2.60

23 Tahia 3 3 3 3 3 15 3.00

24 Sakka 3 3 3 3 3 15 3.00

25 Basri 3 3 3 3 3 15 3.00

26 Safinang 2 2 2 3 3 12 2.40

27 Pasimai 3 3 3 3 2 14 2.80

28 Aning 3 3 3 3 3 15 3.00

29 Katibi 3 3 3 3 3 15 3.00

30 Jumadi 3 3 3 3 3 15 3.00

Jumlah 83 81 81 79 84 408 81.60

Rata-rata 2.77 2.70 2.70 2.63 2.80 2.72 2.72

Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Ket : 1.00 - 1,66 Rendah

1.67 – 2.33 Sedang

2.34 – 3.00 Tinggi

Page 90: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

75

Lampiran 4. Data Pertanyaan Responden Aspek Pengetahuan

No.

Res Nama

Aspek Pengetahuan

Jumlah Skor 1 2 3 4 5

1 Baba 2 3 3 2 3 13 2.60

2 Baso 3 2 3 3 2 13 2.60

3 Cale 3 3 3 3 3 15 3.00

4 Ence 2 3 3 2 2 12 2.40

5 Hama 3 3 3 3 2 14 2.80

6 Jufri 3 2 3 3 3 14 2.80

7 Kikka 3 3 3 3 3 15 3.00

8 Maddi 3 3 3 3 3 15 3.00

9 Malling 3 3 3 3 2 14 2.80

10 Mare 2 3 3 3 3 14 2.80

11 Nurdin 3 3 3 3 3 15 3.00

12 Radeng 2 3 2 3 3 13 2.60

13 Syamsir 3 3 3 3 3 15 3.00

14 Malla 3 3 3 3 3 15 3.00

15 Sese 3 3 3 3 3 15 3.00

16 Taho 2 3 2 3 3 13 2.60

17 Upe 3 2 3 2 3 13 2.60

18 Usman 3 3 3 3 3 15 3.00

19 Saeni 3 3 2 3 3 14 2.80

20 Ahmad 3 3 3 2 3 14 2.80

21 Baton 3 3 2 3 3 14 2.80

22 Cadeng 3 3 3 3 3 15 3.00

23 Tahia 3 3 3 3 3 15 3.00

24 Sakka 3 3 3 2 2 13 2.60

25 Basri 2 3 3 3 3 14 2.80

26 Safinang 3 3 3 3 3 15 3.00

27 Pasimai 2 3 2 3 3 13 2.60

28 Aning 3 3 3 3 3 15 3.00

29 Katibi 2 3 2 3 3 13 2.60

30 Jumadi 3 3 3 3 3 15 3.00

Jumlah 82 87 84 85 85 423 84.6

Rata-rata 2.73 2.90 2.80 2.83 2.83 2.82 2.82

Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Ket : 1.00 - 1,66 Rendah 1.67 – 2.33 Sedang

2.34 – 3.00 Tinggi

Page 91: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

76

Lampiran 5. Data Pertanyaan dari Aspek Keterampilan

No. Res Nama

Aspek Keterampilan

Jumlah Skor 1 2 3 4 5

1 Baba 2 2 3 2 3 12 2.40

2 Baso 3 3 2 3 3 14 2.80

3 Cale 3 2 3 3 2 13 2.60

4 Ence 3 3 2 2 3 13 2.60

5 Hama 3 3 3 3 3 15 3.00

6 Jufri 3 3 3 3 3 15 3.00

7 Kikka 3 3 3 2 2 13 2.60

8 Maddi 2 3 3 3 3 14 2.80

9 Malling 3 3 3 3 3 15 3.00

10 Mare 3 3 3 3 3 15 3.00

11 Nurdin 3 3 3 3 2 14 2.80

12 Radeng 2 3 2 3 3 13 2.60

13 Syamsir 3 3 2 2 2 12 2.40

14 Malla 2 2 3 3 3 13 2.60

15 Sese 3 3 3 3 3 15 3.00

16 Taho 2 3 3 3 3 14 2.80

17 Upe 2 3 3 3 2 13 2.60

18 Usman 3 3 3 3 3 15 3.00

19 Saeni 3 3 3 3 3 15 3.00

20 Ahmad 2 3 3 2 3 13 2.60

21 Baton 3 2 3 3 3 14 2.80

22 Cadeng 3 3 3 3 3 15 3.00

23 Tahia 3 3 3 3 3 15 3.00

24 Sakka 3 3 3 3 3 15 3.00

25 Basri 3 2 3 3 2 13 2.60

26 Safinang 2 3 2 3 3 13 2.60

27 Pasimai 3 3 3 3 3 15 3.00

28 Aning 3 2 3 3 3 14 2.80

29 Katibi 3 3 3 3 3 15 3.00

30 Jumadi 3 3 3 3 3 15 3.00

Jumlah 82 84 85 85 84 420 84.00

Rata-rata 2.73 2.80 2.83 2.83 2.80 2.80 2.80

Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Ket : 1.00 - 1,66 Rendah

1.67 – 2.33 Sedang

2.34 – 3.00 Tinggi

Page 92: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

77

Lampiran 6. Dampak Penyuluhan Partisipatif

No.Res Nama Dampak Penyuluhan Partisipatif Jumlah

Pengetahuan Sikap Keterampilan

1 Baba 13 14 12 39

2 Baso 13 13 14 40

3 Cale 15 13 13 41

4 Ence 12 13 13 38

5 Hama 14 15 15 44

6 Jufri 14 14 15 43

7 Kikka 15 14 13 42

8 Maddi 15 13 14 42

9 Malling 14 13 15 42

10 Mare 14 12 15 41

11 Nurdin 15 15 14 44

12 Radeng 13 12 13 38

13 Syamsir 15 15 12 42

14 Malla 15 12 13 40

15 Sese 15 13 15 43

16 Taho 13 12 14 39

17 Upe 13 12 13 38

18 Usman 15 15 15 45

19 Saeni 14 13 15 42

20 Ahmad 14 15 13 42

21 Baton 14 11 14 39

22 Cadeng 15 13 15 43

23 Tahia 15 15 15 45

24 Sakka 13 15 15 43

25 Basri 14 15 13 42

26 Safinang 15 12 13 40

27 Pasimai 13 14 15 42

28 Aning 15 15 14 44

29 Katibi 13 15 15 43

30 Jumadi 15 15 15 45

Jumlah 423 408 420 1251

Rata-rata 2.82 2.72 2.80 2.78

Kategori Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi

Ket : 1.00 - 1,66 Rendah

1.67 – 2.33 Sedang

2.34 – 3.00 Tinggi

Page 93: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

78

Lampiran 7. Dokumentasi

Gambar 1 : Wawancara Responden

Gambar 2 : Wawancara Responden

Page 94: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

79

Gambar 3 : Pemangkasan Daun Tua

Gambar 4 : Markisa umur 4 Bulan

Page 95: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

80

PETA LOKASI PENELITIAN

Page 96: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

PETA LOKASI PENELITIAN

Page 97: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pikir Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap

Perubahan Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan Petani Markisa

Di Desa Batubelerang Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ........... 31

Page 98: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Kerangka Pikir Dampak Penyuluhan Partisipatif Terhadap Perubahan

Pengetahuan Sikap Dan Keterampilan Petani Markisa Di Desa Batubelera

ng Kecamatan Sinjai Borong Kabupaten Sinjai ....................................31

Page 99: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

66

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1999. Panduan Operasiaonal Pembangunan Desa. Ditjen PMD.

Depdagri. Jakarta

Anonim,2002. Mengelolah Penyuluhan Partisipatif. Deptan. Jakarta

Arifuddin, S., 2005. Partisipasi Masyarakat Tani Pengguna Lahan Sawah Dalam

Pembangunan Pertanian. di daerah Lombok Nusa Tenggara Barat.

Disertasi program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor,Tidak

Dipublikasikan.

Azwar, S. 1995. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar.

Yogyakata

Dajan, A., 1997. Pengantar Metode Statistik. LP3ES. Jakarta

Didik Suharjito, 2001. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri. Remaja

Karya. Bandung

Hays, W.L, 1987. Quantification in Psichology. Prentice Hall. New Delhi.

Irmayanti, 2007. MPKT Modu Artikel "Pengetahuan" 1. Lembaga Penerbitan.

Jakarta

Kartasapoetra, A.G., 1988. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Bumi Aksara,

Jakarta.

Lubis, S. 2005. Pengaruh Budaya Kerja dan dan sikap inovatif terhadapa kinerja

gur MAN di Kota Medan, Tesis. Medan:PPS Unimed.

Mardikanto, T. 1991. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret

niversity Press. Srakarta

Moser, A.T.,2003. Mengerakan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna

Jakarta

Mubyarto. 2003. Memacu Perekonomian Rakyat. Kerjasama Bappenas dan

Yayasan dan Agroekonomika Yogyakarta.

Muhajir, Noeng-, 2001. Kepemimpinan Adopsi Untuk Masarakat. Rake Press.

Yogyakarta.

Mitchell 1990. Sikap Manusia Perubahan serta Pengukuran. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Page 100: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

67

Nasriati. 2002. Pengaruh Pendekatan Penyuluhan Partisipatif Terhadap Adopsi

Tehnologi Budidaya Kakao Dikampung Lampung Timur. Tesis Program

Paska Sarjana, Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Tidak

Dipublikasikan.

Ndraha, T.,1999. Pembangunan Desa dan Admistrasi Pemerintah Desa. Yayasan

Karya Dharma. Jakarta.

Ningky Munir. 2001. Proses Penciptaan Pengetahuan di Perusahaan. Seminar

Ikatan Pustakawan Indonesia. Jakarta

Padmowihardjo, S., 2000. Metode dan teknik penyuluhan pertanian, Universitas

Terbuka, Jakarta.

Pendit, Putu Laxman. 2001. Manajemen Pengetahuan dan Kompetensi

Profesional Informasi. Seminar IMPI. Jakarta

Sayogya, D., 2004. Sosiologi Pedesaan. UGM Press. Yogyakarta

Siagian, P.S.1999. Manajemen Sumber daya manusia, Bumi Aksara. Jakarta

Slamet, Y., 2000. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. Sebelas

Maret University Press. Surakarta.

Schmidt, Richard A. (1991). Motor Learning and Performance: From Principle

into Practice. Human Kinetics. Champaign, IL

Singer, Robert N. (1980). Motor Learning and Human Performance: An

Application to Motor Skills and Movement Behaviors. Macmillan Pub.

New York.

Soekanto, S. 2003. Pengantar Sosiologi. Rajawali Press. Jakarta

Soetomo, 2006. Stratei-stratei pembangunan masyarakat. Pustaka pelajar.

Yogyakarta

Soedijanto, 2004. Menata Kembali Penyuluhan Pertanian di Era Agribisnis,

Departemen Pertanian, Jakarta.

Spencer, J-C. 1996. Making Knowledge the Basis of a Dynamic Theory of the

Firm” Dalam Management Learning, 25

Wiriaatmadja, Soekandar. 1986. Pokok-pokok Penyuluhan Pertanian. Penerbit

CV Yasaguna. Jakarta. 127 halaman

Page 101: DAMPAK PENYULUHAN PARTISIPATIF TERHADAP …

RIWAYAT HIDUP

NILMAYANTI, Lahir di Sinjai pada tanggal 07 Januari

1992,anak pertama dari 5 bersaudara dari pasangan Akmal dan

Darmawati. Tingkat pendidikan formal yang telah di lalui

adalah Taman Kanak – Kanak Al-Ikwan Tanete tamat tahun

1998. Kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) 88 Jennae Sinjai Borong

tamat tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke

Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Sinjai Utara dan tamat pada tahun 2007,

kemudian pada tahun yang sama pula penulis melanjutkan kejenjang Sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 1 Sinjai Utara.

Setelah tamat pendidikan di bangku SMK , pada tahun 2010 penulis

mengikuti jalur seleksi di kampus Universitas Muhammadiyah Makassar dan

berhasil lulus di Jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian .

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kepengurusan

Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Agribisnis pada tahun 2011 sebagai

anggota dan di periode yang sama diangkat menjadi wakil Bendahara Umum .

Dan selain itu penulis juga aktif di Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) tahun

2011-2013 sebagai Sekretaris pada komisi pengembangan minat dan bakat.

Kemudian kembali menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Agribisnis

(HIMAGRI) di periode 2014 – 2015,Alhamdulillah di beri kepercayaan dan

amanah oleh semua pengurus HIMAGRI di pilih sebagai bendahara umum pada

periode tersebut.