dampak pemakaian gt mahkota terhadap kesehatan jaringan gingiva no

72
1 Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tujuan utama perawatan gigi geligi dengan gigi tiruan cekat adalah mempertahankan dan memelihara keseha- tan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik. Untuk mencapai tujuan dengan keberhasilan perawatan ini, harus dipertimbangkan beberapa faktor pendukung diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga khususnya pada perawatan dengan gigi tiruan cekat. 1 Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gusi, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan cementum yang melekat pada akar gigi. Kehilangan gigi geligi pada umumnya disebabkan karena karies gigi yang tidak dirawat, tetapi banyak pula disebabkan rusaknya salah satu atau lebih jaringan penyangga gigi yang akan menyebabkan gigi 1

Upload: dyah-kurnia-aulia

Post on 25-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

657uj87j5yj6u

TRANSCRIPT

Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan Gingiva41BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar BelakangTujuan utama perawatan gigi geligi dengan gigi tiruan cekat adalah mempertahankan dan memelihara kesehatan gigi geligi yang masih ada beserta seluruh sistem pengunyahan supaya dapat berfungsi dengan baik. Untuk mencapai tujuan dengan keberhasilan perawatan ini, harus dipertimbangkan beberapa faktor pendukung diantaranya pertimbangan faktor periodontal dari gigi-gigi penyangga khususnya pada perawatan dengan gigi tiruan cekat.1Jaringan penyangga gigi terdiri dari jaringan gusi, tulang alveolar, ligamentum periodontal dan cementum yang melekat pada akar gigi. Kehilangan gigi geligi pada umumnya disebabkan karena karies gigi yang tidak dirawat, tetapi banyak pula disebabkan rusaknya salah satu atau lebih jaringan penyangga gigi yang akan menyebabkan gigi menjadi kehilangan dukungan, goyang dan sampai terlepas dari socketnya. Kenyataan ini mutlak harus diperhatikan oleh para dokter gigi untuk membuat diagnosa dan rencana perawatan yang tepat dalam perawatan gigi dan jaringan penyangganya dengan restorasi cekat pada umumnya dan gigi tiruan cekat pada khususnya, yang setelah dipasang didalam mulut akan merupakan satu kesatuan dengan gigi yang masih ada beserta jaringan penyangganya.1Pemakaian restorasi cekat, khususnya gigi tiruan cekat secara ideal menyebabkan timbulnya karies gigi atau kelainan jaringan penyangganya. Karena itu upaya terbaik untuk membantu menjaga kesehatan gigi dan jaringan mulut pasien sebelum dan sesudah pemakaian gigi tiruan cekat adalah tindakan pencegahan terjadinya kelainan dengan pemeriksaan awal secara teratur serta pembuatannya yang memenuhi syarat-syarat terutama syarat histologis.1

I.2. Rumusan MasalahDari uraian pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam penulisan adalah :1. Apakah definisi dari gigitiruan mahkota ?2. Bahan-bahan apa sajakah yang dapat digunakan dalam pembuatan gigitiruan mahkota ?3. Apakah yang dimaksud dengan jaringan gingiva ?4. Bagaimana gambaran klinis dari gingiva yang normal atau sehat ?5. Apa yang dimaksud dengan gingivitis ?6. Apakah ada dampak pemakaian gigitiruan mahkota terhadap kesehatan jaringan gingiva ?

I.3. Tujuan PenelitianAdapun tujuan penulisan skripsi ini yaitu :1. Untuk mengetahui definisi dari gigitiruan mahkota2. Untuk mengetahui bahan-bahan apa sajakah yang dapat digunakan dalam pembuatan gigitiruan mahkota3. Untuk mengetahui pengertian dari jaringan gingiva4. Agar dapat memahami gambaran klinis dari gingiva normal atau sehat5. Agar dapat memahami apa yang dimaksud dengan gingivitis6. Untuk mengetahui dampak pemakaian gigitiruan mahkota terhadap kesehatan jaringan gingiva

I.4. Manfaat Penelitian1. Menambah pengetahuan mengenai dampak pemakaian gigitiruan penuh terhadap jaringan pendukung gigitiruan2. Sebagai bekal ilmu untuk tugas pengabdian sebagai dokter gigi di masa mendatang

I.5. HipotesisAda dampak yang ditimbulkan oleh pemakaian gigitiruan mahkota terhadap jaringan gingiva.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. Definisi Gigitiruan MahkotaGigi tiruan mahkota atau umum disebut jaket merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk gigi yang belum dicabut tetapi mengalami kerusakan yang parah sehingga sudah tidak bisa ditambal lagi, tetapi syaraf giginya belum mati. Gigi yang rusak tersebut dikurangi sedemikian rupa dengan bentuk tertentu, kemudian diganti dengan bahan akrilik/porselen/ kombinasi logam-porselen yang menyerupai selubung/jaket yang bentuk dan warnanya disesuaikan dengan gigi sebelumnya atau menggunakan gigi sebelahnya sebagai panduan. Gigi tiruan ini tidak dapat dilepas oleh pasien karena ditempelkan langsung ke gigi dengan semen khusus.2Dental crown atau mahkota tiruan diibaratkan seperti sarung yang berbentuk gigi. Gigi yang dimasukkan ke dalam sarung gigi ini berguna untuk mengembalikan bentuk, ukuran, dan kekuatan gigi palsu. Gigi tiruan mahkota terbuat dari porselen, campuran porselen, dan berbagai bahan metal dan emas.3II.1.1. Mahkota PenuhMahkota Penuh adalah restorasi yg menutupi seluruh permukaan mahkota gigi (mesial, distal, bukal, lingual & oklusal), jenis mahkota penuh adalah :41. Jacket Crown = Mahkota Jaket 2. Full Casted Crown ( FCC) = Mahkota tuang penuh 3. Full Veneer Crown ( FVCr)= Mahkota Pigura

Gambar 1. Mahkota Jaket(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available from :http://www.google.co.id/image/jacketcrown.php)

Gambar 2. Full Cast Crown(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available from :http://www.google.co.id/image/fullcastcrown.php)

II.1.2. Mahkota SebagianMahkota Sebagian adalah restorasi yang menutupi sebagian permukaan mahkota gigi (mesial, distal, lingual & oklusal saja), jenis mahkota sebagian adalah sebagai berikut :4 1. Mahkota anterior = Crown = Incisivus, caninus 2. Mahkota posterior = 4/5 Crown = Premolar dan Molar3. Mesial Half Crown = Gigi MolarII.1.3. Tujuan Pembuatan Gigitiruan MahktotaTujuan pembuatan Mahkota :4 Memperbaiki permukaan struktur gigi yang rusak karena: fraktur karies perubahan warna cacat enamel bawaan Pegangan klamer/cengkeram GTS Mengganti mahkota lama yang rusak

II.2. Desain Preparasi Tepi Restorasi Gigitiruan MahkotaPreparasi gigi merupakan salah satu tahap yang penting dalam pembuatan mahkota logam porselen sehingga harus dilakukan secara hati-hati terutama pada preparasi subgingiva, agar tidak melukai jaringan gingiva terutama yang tipis dan halus. Bila perlekatan gingiva mengalami luka yang terjadi selama preparasi, dapat menyebabkan resesi. Preparasi subgingiva harus berakhir 0,5 mm lebih pendek dan perlekatan epitel.5Bur yang digunakan dapat melukai dan merusak jaringan gingiva, sehingga kontur jaringan lunak secara estetis menjadi buruk. Oleh karena itu diperlukan pengurangan jaringan gigi yang memadai untuk memberi ruangan yang cukup, baik untuk penampilan estetik maupun fungsi yang normal.5Berdasarkan lokasinya dikenal tiga jenis akhiran preparasi, yaitu akhiran preparasi supragingiva, akhiran preparasi subgingiva, dan akhiran preparasi setinggi gingiva. Sedangkan menurut bentuknya dikenal empat macam akhiran preparasi. yaitu knif-edgeijeather edge, preparasi shoulder, preparasi bevel shoulder, dan akhiran preparasi chamfer.5

II.3. Bahan Restorasi Gigitiruan MahkotaRestorasi gigitiruan cekat dapat dibuat dari berbagai macam bahan restorasi diantaranya akrilik, porselen dan logam. Dalam penggunaannya, bahan restorasi tersebut sangat berpengaruh terhadap kesehatan jaringan periodontal, terutama dalam hubungannya dengan tepi preparasi subgingiva. Beberapa sifat bahan harus dipertimbangkan ketika bahan tersebut dipilih untuk digunakan secara klinis. Pertimbangan ini termasuk biokompatibilitas, sifat fisik dan kimia, karakteristik penanganan, estetik, dan segi ekonomis.6Pada permulaan abad ke-19 penggunaan basis dari bahan logam emas dimulai. Teknik casting bahan logam emas sudah lama dikenal oleh bangsa Mesir dan pandai emas dari Salomon dalam pembuatan perhiasan kuil-kuil. Pada tahun 1907 Taggart adalah orang pertama yang menggunakan teknik tersebut dalam pembuatan inlay dan gigitiruan dari bahan emas. Namun karena sifat emas yang lunak akhirnya dikembangkanlah logam aloi yang mempunyai kekuatan yang lebih baik daripada logam emas yaitu sifatnya yang lebih tahan terhadap tekanan kunyah.7Namun lambat laun kebutuhan akan estetis pasien pengguna gigitiruan meningkat sehingga sekitar tahun 1935 penggunaan akrilik sebagai bahan restorasi gigi tiruan mulai dijajaki. Tetapi sekarang akrilik tidak dipergunakan lagi sebagai bahan pembuat gigi tiruan karena banyaknya laporan tentang seringnya bahan ini menimbulkan reaksi alergi bagi penggunaannya.7Akibat reaksi alergi yang sering ditimbulkan oleh akrilik orang mulai mencari bahan restorasi lain yang mempunyai estetik yang memuaskan tetapi tidak toksik dan tidak menimbulkan alergi terhadap jaringan mukosa rongga mulut dan bahan restorasi itu biasa disebut porselen. Pengguna porselen mulai populer sejak 1970 sebagai bahan dari basis gigi tiruan karena selain lebih estetik, porselen tidak menimbulkan reaksi alergi pada pasien.7II.3.1. AkrilikLebih dari 60% elemen gigitiruan di Amerika Serikat dibuat dari resin akrilik atau resin vinil akrilik. Seperti diduga, kebanyakan elemen gigitiruan resin memiliki basis dengan susunan linier poli (metil metakrilat). Resin poli (metil metakrilat) yang digunakan dalam pembuatan elemen gigitiruan adalah serupa dengan yang digunakan untuk pembuatan basis protesa. Namun besarnya ikatan silang dalam elemen gigitiruan adalah lebih besar dibandingkan dengan basis protesa yang terpolimerisasi. Peningkatan ini diperoleh dengan meningkatnya jumlah ikatan silang dalam cairan basis protesa, yaitu monomer. Polimer hasilnya menunjukkan peningkatan stabilitas dan sifat klinis yang disempurnakan.8Resin akrilik dipakai sebagai basis gigitiruan oleh karena bahan ini memiliki sifat tidak toksik, tidak iritasi, tidak larut dalam cairan mulut, estetik balk, mudah dimanipulasi, reparasinya mudah dan perubahan dimensinya kecil.9Poli(metil metakrilat) murni adalah tidak berwarna, transparan dan padat. Untuk mempermudah penggunaannya dalam kedokteran gigi, polimer diwarnai untuk mendapatkan warns dan derajat kebeningan. Warna serta sifat optik tetap stabil di bawah kondisi mulut yang normal dan sifat-sifat fisiknya telah terbukti sesuai untuk aplikasi kedokteran gigi. Satu keuntungan poli(metil metakrilat) sebagai bahan basis gigitiruan adalah relatif mudah pengerjaannya. Kurang kuat, mudah patah, tidak cukup tegar dan menyerap cairan mulut, merupakan beberapa kelemahan resin.8II.3.2. PorselenAda beberapa kategori porselen gigi: porselen konvensional yang mengandung leucite, porselen yang diperkaya leucite, porselen ultra-low-fusing yang mungkin mengandung leueite, porselen-kaca, porselen inti khusus ( alumina, alumina yang diperkaya kaca, magnesia dan spinel ), dan porselen CAD CAM.10Porselen gigi dapat diklasifikasi menurut tipe ( porselen feld spathic, porselen yang diperkaya leucite, porselen alumina, alumina yang diinfiltrasi kaca, spinel diinfiltrasi kaca, dan porselen-kaca ), menurut kegunaan ( gigitiruan, vinir, porselen logam, inlai, mahkota, dan jembatan anterior), menurut metode pemprosesan sintering, pengecoran, atau mesin ), menurut metode pemprosesan (sintering, pengecoran, atau mesin), menuntut materi substruktur (logam cor, logam swaged, porselen-kaca, porselen CAD-CAM atau inti porselen sintering). Metode pembuatan restorasi porselen mencakup koridensasi dan sintering.10Komposisi porselen gigi konvensional adalah porselen vitreus (seperti kaca) yang berbasis pada anyaman silica (SiO2) dan feldspar potas (K2OAl2O3.6SiO2) atau keduanya. Pigmen, bahan opak, dan kaca ditambahkan untuk mengontrol temperatur penggabungan, temperatur sintering, koefisien ekspansi eksternal, dan kelarutan. Feldspar yang digunakan untuk porselen gigi relatif murni dan tidak berwarna. Jadi, harus restorasi sewarna gigi yang sesuai dengan gigi tetangganya.10

Gambar 3. Mahkota Porselen(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available from :http://www.google.co.id/image/.php)

Sifat-sifat porselen :101. Semua sisa air yang ada akan menguap selama pembakaran, disertai dengan hilangnya bahan pengikat (bila ada). Besarnya pengerutan berkisar 30 - 40 persen; terutama disebabkan oleh berkurangnya rongga-rongga udara selama proses pembulatan. Porselen tidak popular selama pembuatan inlay, oleh karena sukar mendapatkan hasil dengan ketepatan yang dibutuhkan.2. Porositas, adanya gelernbung-gelembung udara merupakan hal yang tidak dapat dihindari pada pembakaran porselen. Ini dapat menurunkan kekuatan bahan dan translusensi. Untuk mengurangi porositas tersebut beberapa peneliti menganjurkan cara sebagai berikut :a) Pembakaran pada tungku hampa tekanan untuk mengeluarkan airb) Pembakaran dengan adanya suatu gas yang dapat merembes ke luar dari porselenc) Pendinginan dibawah tekanan untuk mengurangi resultante besarnya pori-pori3. Sifat kimia : Salah satu daya tarik utama dari porselen sebagai bahan restorasi gigi adalah bahwa bahan ini tidak rusak karena pengaruh kimia pada hampir semua pada kondisi lingkungan mulut4. Sifat mekanis : porselen adalah bahan yang rapuh. Penemuan bahan porselen beberapa tahun ini diarahkan pada tercapainya sifat-sifat mekanis yang baik. seperti pada porselen alumina.5. Sifat termis : sifat pengantar panas yang rendah dan koefisien termal ekspansinya sangat mendekati email dan dentin6. Estetis : porselen menunjukkan nilai estetik yang baik, meskipun demikian apabila semen larut, dan terbentuk celah pada tepi restorasi, maka ini akan menyebabkan terjadinya perubahan warna oleh sisa-sisa makanan.Keunggulan dental porselen dibandingkan dengan bahan aklirik antara lain :101. Lebih keras dan lebih kuat pada ketebalan tertentu2. Mempunyai permukaan yang lebih mengkilap (bila proses glaze dilakukan dengan baik)3. Lebih tahan terhadap pengikisan / abrasi4. Warnanya lebih stabil selama pemakaian5. Tidak memberikan reaksi jaringanKekurangan yang utama adalah sifat kerapuhannya bila ketebalannya kurang penyusutan selama pembakaran.10II.3.3. LogamBahan yang biasa digunakan untuk membuat gigitiruan adalah logam, akrilik dan porselen. Adapun logam yang biasa dipakai adalah aloi emas, aloi chromium cobalt, dan aloi chromium nikel. Ketiga bahan gigi tersebut dapat dipilih sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan ketersediaan biaya.11Logam dan aloi berperan penting dalam bidang kedokteran gigi. Material ini sering digunakan pada praktek kedokteran gigi, termasuk dental laboratorium, restorasi langsung dan tidak langsung serta alat yang digunakan untuk preparasi dan manipulasi gigi. Paduan logam dasar mempunyai kekuatan lebih baik dan lebih ekonomis dari segi biaya bila dibandingkan dengan paduan logam mulia terutama dalam pembuatan mahkota tiruan dan restorasi jembatan. Logam padu tuang tembaga (Cu aloi) dan logam padu tuang perak (Ag aloi) masih digunakan sebagai bahan restorasi karena cukup keras sehingga mampu menahan daya kunyah, dapat dipoles dengan baik, tidak rnenyebabkan efek samping dan mudah pengelolaannya. Ni-Cr aloi secara luas digunakan untuk mengganti mahalnya precious metal aloi dan dapat mencegah korosi. Dalam mendeteksi logam tuang untuk suatu restorasi perlu dipertimbangkan kekasaran permukaan hasil tuangan logam, sebab kadang permukaan dari hasil tuangan logarn, terutama pada daerah tertentu kasar dan tidak sesuai dengan cetakan. Kekasaran permukaan dari restorasi tuang bisa mempersulit dalam proses finishing atau polishing dan dapat memperlemah suatu restorasi tuang. Permukaan yang kasar merupakan faktor yang paling besar untuk terjadinya perlekatan plak.12

Gambar 4. Mahkota Tiruan dari Logam(Sumber :[internet]. Accesess on: 02 November 2010. Available from :http://www.google.co.id/image/.php)

II.4. Jaringan GingivaII.4.1. Anatomi GingivaGingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi processus alveolar dan mengelilingi leher gigi. Gingiva meluas mulai dan daerah batas servical gigi, sampai ke daerah batas mucobuccal fold. Gingiva merupakan bagian dan apparatus pendukung gigi dan jaringan periodonsium, yang berfungsi melindungi jaringan dibawahnya terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut.13Pada permukaan vestibulum di kedua rahang, gingiva secara jelas dibatasi mukosa mulut yang lebih dapat bergerak oleh garis yang bergelombang disebut perlekatan mukogingiva. Garis demarkasi yang sama juga ditemukan pada aspek lingual mandibular antara gingival dan mukosa mulut. Pada palatum, gingiva menyatu dengan palatum dan tidak ada perlekatan mukogingiva yang nyata.14

Gambar 5. Anatomi Jaringan Gingiva (Sumber :[internet]. Accesess on: 20 Desember 2010. Available from: http://www.google-image.dentistry.org)Gingiva dibagi menjadi tiga menurut daerahnya yaitu marginal gingival, attached gingival dan gingival interdental. Marginal gingival adalah bagian gingival yang terletak pada daerah korona dan tidak melekat pada gingiva. Dekat tepi gingiva terdapat suatu alur dangkal yang disebut sulkus gingiva yang mengelilingi setiap gigi. Pada gigi yang sehat kedalaman sulkus gingival bervariasi sekitar 0,5 2 m. Attached gingiva merupakan kelanjutan dari marginal gingiva. Jaringan padat ini terikat kuat dengan periosteum tulang alveolar dibawahnya. Permukaan luar dari attached gingiva terus memanjang ke mukosa alveolar yang lebih kendur dan dapat digerakkan, bagian tersebut disebut mucogingival juntion. Interdental gingiva mewakili gingiva embrasure, dimana terdapat ruang interproksimal dibawah tempat berkontaknya gigi. Interdental gingiva dapat berbentuk piramidal atau berbentuk seperti lembah.14Suplai darah pada gingiva melalui 3 jalan yaitu :14a. Arteri yang terletak lebih superfisial dari periosteum, mencapai gingiva pada daerah yang berbeda di rongga mulut dari cabang arteri alveolar yaitu arteri infra orbital, nasopalatina, palatal, bukal, mental dan lingual. b. Pada daerah interdental percabangan arteri intrasepatal.c. Pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang ke luar ke arah gingival. Suplai saraf pada periodontal mengikuti pola yang sama dengan distribusi suplai darah.

II.4.2 Gambaran Klinis Gingiva Sehat1. Warna GingivaDalam keadaan normal, akibat permukaan pada epitelium lebih tipis dan vaskularisasi yang lebih banyak dibanding orang dewasa, gingiva pada anak berwarna merah tua. Warna gingiva normal pada anak sangat dipengaruhi oleh vaskularisasi pada pembuluh darah dan jaringan pendukung. Mukosa alveolar berwarna merah, halus dan lebih terang.13Warna gingiva sangat bervariasi pada setiap orang dan berhubungan dengan pigmentasi kulit. Warna gingiva lebih terang pada orang kulit putih dibandingkan pada orang kulit hitam. Melanin berperan pada pigmentasi normal kulit, gingiva, dan membaran mukosa mulut, dimana melanin ini lebih banyak terdapat pada orang kulit hitam. Menurut Dummet ( Carranza, 2002 ), distribusi pigmen pada orang kulit hitam yaitu gingiva 60 %, palatum 61 %, membran mukosa 22 %, dan lidah 15%.132. Kontur GingivaKontur gingiva sangat bervariasi dan bergantung, pada bentuk maupun kesejajarannya dalam lengkung gigi, lokasi dan bentuk daerah kontak proksimal, serta luas embrasure gingiva sebelah facial dan lingual. Marginal gingiva mengelilingi gigi berbentuk menyerupai kerah baju. Selama masa erupsi gigi permanen, marginal gingiva lebih tebal dan memiliki protuberantia atau tonjolan. Bentuk interdental gingiva ditentukan oleh kontur permukaan proksimal gigi, lokasi, bentuk daerah kontak, dan luas embrassure gingiva.13

3. KonsistensiKonsistensi gingiva padat, keras, kenyal, dan melekat erat pada tulang alveolar. Kepadatan attached gingiva didukung oleh susunan lamina propria secara alami dan hubungannya dengan mucoperiosteum tulang alveolar, sedangkan kepadatan marginal gingiva di dukung oleh serat-serat gingiva.134. Tekstur PermukaanGingiva memiliki telcstur permukaan seperti kulit jeruk yang lembut dan tampak tidak beraturan, yang disebut stippling. Stippling adalah gambaran gingiva sehat, dimana berkurang atau menghilangnya stippling umumnya dihubungkan dengan adanya penyakit gingiva. Stippling tampak terlihat pada anak usia 3 dan 10 tahun, sedangkan gambaran ini tidak terlihat pada bayi. Pada awal masa erupsi gigi permanen, stippling menunjukkan gambaran yang beregerombol dan lebih lebar 1/8 inchi, meluas dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah attached gingiva.13

Gambar 6. Gingiva Sehat (Sumber :[internet]. Accesess on: 20 Desember 2010. Available from: http://www.google-image.dentistry.org)

5. KeratinisasiEpitel yang menutupi permukaan luar marginal dan attached gingiva mengalami keratinisasi maupun parakeratinisasi. Keratinisasi dianggap sebagai suatu bentuk perlindungan terhadap penyesuaian fungsi gingiva dari rangsangan atau iritasi. Lapisan pada permukaan dilepaskan dalam bentuk helaian tipis dan diganti dengan sel dari lapisan granular dibawahnya. Keratinisasi mukosa mulut bervariasi pada daerah yang berbeda. Daerah yang paling banyak mengalami keratinisasi adalah palatum, gingiva, lidah dan pipi.136. PosisiPosisi gingiva menunjukkan tingkatan dimana marginal gingiva menyentuh gigi. Ketika masa erupsi gigi, marginal dan sulkus gingiva berada di puncak mahkota. Selama proses erupsi berlangsung, marginal dan sulkus gingiva terlihat lebih dekat ke arah apikal.137. UkuranUkuran gingiva menunjukkan jumlah total elemen seluler dan interseluler, serta vaskularisasinya. Penyakit gingiva biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan ukiiran dari komponen mikroskopik.13

II.5. GingivitisGingivitis adalah inflamasi gingiva yang hanya meliputi jaringan gingiva sekitar gigi. Secara mikroskopik, gingivitis ditandai dengan adanya eksudat inflamasi dan oedem, kerusakan serat kolagen gingiva, terjadi ulserasi, proliferasi epithelium dan permukaan gigi sampai ke attached gingiva. Gingivitis atau inflamasi gingiva adalah bentuk umum dari penyakit gingiva. Inflamasi hampir selalu ada pada semua bentuk penyakit gingiva karena bakteri OA yang menyebabkan inflamasi dan faktor iritasi yang membantu akumulasinya sangat sering tampak pada lingkungan gingiva.13Ada suatu kesepakatan bahwa gingivitis disebabkan oleh plak. Plak bakteri dihasilkan oleh deposit bakteri yang berada pada permukaan gigi. Dalam jumlah tertentu plak ini dapat menganggu kehidupan parasit normal sehingga bisa menyebabkan karies dan penyakit periodontal. Kalkulus pada gigi terbentuk sebagai akibat proses kalsifikasi dari plak. Proses kalsifikasi ini biasa terbentuk pada daerah supragingiva atau subgingiva. Kalkulus adalah suatu faktor penting yang berperan dalam proses terjadinya gingivitis dan penyakit periodontal.13Gingivitis menurut etiologinya dibagi atas etiologi utama dan penunjang. Dimana etiologi utama adalah bakteri plak, sedangkan etiologi penunjang dapat dibagi dua yaitu lokal seperti kalkulus, tambalan overhanging, stain, tepi tambalan yang buruk, frenulum yang tinggi, traumatik oklusi dan penyebab sistemik yaitu penyakit-penyakit vaskuler dan defek pada fungsi imun.13Secara klinis plak merupakan lapisan bakteri yang lunak, tidak terkalsifikasi, menumpuk dan melekat pada permukaan gigi dan Benda lain yang berada pada rongga mulut seperti tumpatan, geligi tiruan, maupun kalkulus. Dalam bentuk lapisan tipis, plak umumnya tidak terlihat dan hanya dapat dilihat dengan bantuan Disclosing Solutions.13Gingivitis terjadi dalam 3 tahap. Batas setiap tahap tidak terlalu jelas. Tahap I berupa lesi inisial atau awal dengan adanya perubahan vaskular berupa dilasi kapiler dan peningkatan aliran darah. Perubahan ini terjadi sebagai respons dari aktivasi mikroba terhadap leokosit setempat dan stimulasi terhadap sel endotel.respons awal dari gingiva ini subklins. Juga dapat sudah terjadi perubahan pada perlekatan epitelium dan jaringan ikat perivaskuler. Leukosit bermigrasi dan berakumulasi didalam sulkus menyertai peningkatan aliran cairan gingiva ke dalam sulkus, jika keadaan berlanjut, makrofag dan sel-sel limfoid juga terinfiltrasi dalam beberapa hari.15Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi. Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlihat mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada tahapan ini belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke permukaan akar.16Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting dri penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan pembuluih darah baru. Aktivitas pemulihan yang produktif ibni merupakan karekteristrik yang sangat penting dari lesi kronis dan pada keadaan iritasi serta inflamasi jangka panjang, elemen jaringan fibrosa akan menjadi komponen utama dari perubahan jaringan. Jadi, kerusakan dan perbaikan berlangsung bergantian dan proporsi dari tiap-tiap proses ini akan mempengaruhi warna dan bentuk gingiva. Bila inflamsi dominan, jaringan akan berwarna merah, lunak dan mudah berdarah;bila produksi jaringan fibrosa yang dominan, gingiva akan menjadi keras dan berwarna merah muda walaupun bengkak perdarahan kurng , bahkan tidak ada.16

Gambar 7. Gingivitis (Sumber :[internet]. Accesess on: 20 Desember 2010. Available from: http://www.google-image.dentistry.org)II.6. Dampak Pemakaian Gigitiruan Mahkota terhadap Kesehatan Jaringan GingivaMenurut Drg Esti Prasetyo dari Rumah Sakit Mitra Kemayoran, Jakarta Utara, penyebab gingivitis yang paling sering terjadi yaitu menumpuknya karang pada gigi yang berasal dari sisa makanan yang tidak dibersihkan. Karang gigi itu berasal dari sisa-sisa makanan yang tidak dibersihkan, sehingga terjadi penumpukkan dan menjadi karang. Jika plak tetap melekat pada gigi selama lebih dari 72 jam, maka akan mengeras dan membentuk karang gigi. Gingivitis banyak juga ditemukan pada orang yang menggunakan gigitiruan yang tidak pernah memperhatikan faktor kebersihan gigitiruan dan rongga mulutnya. Apalagi jika gigitiruan itu terbuat dari bahan yang kasar sehingga ada kemungkinan bisa melukai gusi sehingga menyebabkan radang.17Penyakit periodontal harus dikenali dan dirawat sebelum pembuatan gigi tiruan terutama gigi tiruan cekat yang sepenuhnya didukung oleh jaringan penyangga gigi, sedang letak tepi gusi dapat dipakai sebagai pedoman letak tepi gigi tiruan cekat yang sempurna berkaitan dengan faktor estetis.1Faktor yang juga memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan jaringan penyangga gigi adalah kontur mahkota. Kontur mahkota ini dapat dibahas dari 4 sudut pandang yaitu :11. Hubungan kontur mahkota dengan perlindungan jaringan gusi. Wheeler (1961), Bessett dkk (1964), -Glickman (1972) dan Kornfeld (1974) mendukung pemikiran bahwa kontur dengan kecembungan sedikit saja akan melindungi jaringan gusi dan mudah dibersihkan dari sisa-sisa makanan (self cleansing).2. Hubungan kontur mahkota dengan aktivitas otot. Morris (1962) dan Herlands dick (1962) menganjurkan kontak restorasi dengan pipi, bibir dan lidah dapat mempunyai efek pembersihan mahkota gigi dan jaringan gusi. Kontur mahkota yang berlebihan (overcontured) akan menghalangi efek pembersihan ini.3. Hubungan kontur mahkota dengan dimensi anatomi. Kraus (1969), Burch (1971) dan Beaudreau (1973) menganjurkan bahwa pembuatan mahkota tiruan harus meniru kontur gigi aslinya, tapi anjuran ini tidak didukung oleh penelitian.4. Hubungan kontur mahkota dengan kontrol plak. Berdasarkan pengertian bahwa terdapatnya plak adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka Haren dan Osbone (1967), Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973) menyarankan kontur mahkota yang memungkinkan kontrol plak secara optimum. Sackett dan Gildenhuys (1976) menunjukkan secara eksperimen bahwa kontur mahkota yang berlebihan menghilangkan kesempatan untuk pembersihan plak serta menyebabkan peradangan jaringan gusi, sedangkan kontur mahkota yang kurang (undercontoured) tidak menyebabkan kerusakan yang berarti.1Ketahanan struktur restorasi pada gigitiruan cekat, harus cukup kuat untuk mencegah lapisan semen dibawahnya agar tidak patah. Oleh karena itu jaringan gigi yang dihilangkan harus cukup, sehingga terdapat jarak untuk membentuk kontur restorasi yang normal. Jika restorasi dibuat dengan kontur normal pada preparasi dengan pengurangan aksial yang tidak adekuat, maka dinding restorasi akan tipis dan mudah terjadi distorsi. Kurangnya celah pada daerah aksial menyebabkan tekniker sulit membuat pola malam, memendam dan menuang tanpa terjadi distorsi. Biasanya sebagai kompensasi, tekniker akan membuat dinding overcontour. Cara ini akan menimbulkan masalah pada jaringan periodontium. Prinsip berikutnya adalah integritas marginal.18Ada tiga syarat untuk mendapatkan tepi restorasi yang baik, yakni harus serapat mungkin dengan tepi akhir preparasi, cukup kuat menahan tekanan kunyah, dan jika memungkinkan harus ditempatkan pada daerah yang mudah diperiksa oleh dokter gigi dan mudah dibersihkan oleh penderita. Restorasi cekat dapat bertahan lama dalam rongga mulut jika tepinya beradaptasi baik dengan cavosurvace finish line. Konfigurasi dari garis akhir preparasi menentukan bentuk dan ketebalan dari logam serta kecekatan tepi restorasi.18Preparasi gigi untuk mahkota metal porselen seringkali tidak adekuat sehingga ruang yang optimal yang dibutuhkan untuk mahkota tidak diperoleh, sehingga akan menyebabkan warna mahkota tiruan menjadi buram karena ketebalan porselen yang menutupi coping metal tidak optimal. Dibutuhkan ruangan preparasi minimal tebal 1,5 mm untuk mendapatkan warna mahkota tiruan yang estetis. Akan tetapi pada beberapa kasus tidak semua gigi dapat direduksi teba1 1,5 mm. Kadang-kadang pada saat dilakukan preparasi yang adekuat malah terjadi trauma pada pulpa.19Hal lain yang sering mengganggu tampilan pengguna mahkota tiruan metal porselen adalah adanya grey area pada tepi mahkota, biasanya disebabkan gingiva yang resesi setelah pemakaian dalam jangka waktu lama, sehingga bagian metal pada tepi sedikit terlihat dan terjadinya diskolorisasi gingiva akibat korosi metal.19

Dampak desain tepi restorasi yang buruk terhadap jaringan gingiva5 Knife-edge/feather edge atau shoulderlessBentuk preparasi ini dapat digunakan untuk restorasi yang terbuat dari logam. Keuntungan dari bentuk akhiran preparasi ini adalah pengambilan jaringan yang lebih sedikit, namun preparasi tidak dapat dievaluasi secara tepat pengurangan di bagian tepi servikal sehingga dapat mengakibatkan akhiran tepi servikal terlalu dalam di sulkus gingiva dan mengiritasi jaringan periodontal.5Kekurangan dari akhiran tepi servikal knife-edge ini adalah batasnya sulit dilihat secara jelas pada gigi yang dipreparasi maupun pada model. Bentuk akhiran ini memerlukan pengamatan secara lebih teliti oleh laboran terutama pada saat membuat pola malamnya. Bentuk knife-edge merupakan akhiran tepi servikal yang digunakan pula pada restorasi yang terbuat dari bahan emas karena preparasinya dapat dibuat secara lebih mudah dan pengambilan jaringan gigi tidak terlalu banyak, sehingga tidak membahayakan jaringan pulpa gigi.5 Preparasi shoulder (bentuk hahu penuh)Preparasi shoulder ini adalah preparasi yang mempunyai bahu mengelilingi seluruh servikal sehingga disebut full shoulder atau partial shoulder jika hanya bagian labial/bukal. Preparasi ini lebih menjamin adanya ruangan yang cukup di daerah servikal terutama untuk kelompok restorasi metal porselen atau metal akrilik. Teknik preparasi ini lebih sulit dan tidak mungkin dikerjakan pada gigi yang mempunyai ruang pulpa yang besar. Bur yang digunakan dalam pembuatan akhiran tepi servikal ini adalah bur bentuk fisur runcing yang ujungnya rata. Bur ini digunakan apabila diperlukan ruangan untuk penempatan restorasi yang terbuat dari porselen.5

Preparasi bevel shoulder (bentuk setengah bahu) Bentuk akhiran tepi servikal ini merupakan kombinasi dari bentuk bahu penuh yang disertai dengan bevel. Preparasi bevel shoulder ternyata dapat menghasilkan kontur yang baik untuk penempatan tepi restorasi karena jika bahu ditempatkan pada lokasi yang tepat maka tepi bevel dapat berada dalam sulkus gingival tanpa mengganggu dasar sulkus gingiva. Preparasi ini memenuhi dua syarat penting pada daerah servikal yaitu, memberikan ruangan yang cukup untuk bahan restorasi yang diperoleh dari bahu dan memungkinkan adaptasi tepi yang adekuat dari bevel. untuk membuat bahu dan bevel di sub gingiva, bahu perlu dipreparasi setinggi tepi gusi yang sehat dan kemudian ditambahkan bevel 0,3-0,5 mm. Cara preparasi ini memungkinkan kontrol penempatan tepi restorasi dengan baik. Bentuk bevel shoulder ini digunakan sebagai akhiran tepi servikal pada restorasi metal porselen, namun porselen tidak ditempatkan pada bagian bevelnya. Bagian bevel biasanya ditempati oleh metal collar atau restorasi yang bagian leher/tepi servikalnya terbuat dari logam.5 Akhiran preparasi bentuk chamferBeberapa peneliti menganggap sebuah akhiran servikal yang bersudut tumpul atau bentuk dengan potongan melintang yang melengkung disebut dengan chamfer. Bell dkk yang dikutip oleh Reitemeier menyatakan bahwa preparasi dilakukan dengan pengurangan setebal 1,5 mm, sudut garis internal yang membulat dari sudut cavosurface sebesar 135. Desain preparasi tepi ini sangat menguntungkan jika dipakai untuk lahkota logam porselin, karena tepi logamnya dapat dibuat relatif tipis. Bentuk chamfer seringkali digunakan sebagai akhiran tepi servikal dari restorasi yang terbuat dari logam, namun bukan berarti bahwa bentuk chamfer lebih istimewa jika dibandingkan dengan bentuk akhiran preparasi servikal lainnya.5

BAB IIIMETODE PENELITIAN

III.1. Jenis PenelitianJenis penelitian adalah Observasional Analitik. Yaitu mengamati sampel tanpa memberikan perlakuan, kemudian dari hasil pengamatan dilakukan uji statistik untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan yang lainnya.

III.2. Rancangan PenelitianRancangan penelitian ini adalah Cross Sectional Study.

III.3. Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitian dilaksanakan di kecamatan Panakukkang pada tanggal 1 Desember sampai 20 Desember 2010.

III.4. Populasi PenelitianPopulasi penelitian adalah karyawan pengguna gigitiruan mahkota di kecamatan Panakukkang.

III.5. Metode SamplingMetode sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling1. Penelitian dilakukan pada seluruh pasien pengguna gigitiruan sebagian lepasan yang terdapat di kecamatan Panakukkang. 2. Dari sebanyak 56 pasien pengguna gigitiruan mahkota dilakukan pemilihan secara acak, sehingga terpilih 48 pasien pengguna gigitiruan mahkota yang menjadi sampel.

III.6. Jumlah SampelJumlah sampel adalah sebanyak 48 sampel

III.7. Alat dan BahanAlat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :1. Kuisioner2. Alat Diagnostik Oral3. Masker dan Handskun4. Alkohol dan Betadine

III.8. Data1. Jenis data: Data primer2. Penyajian data: Data disajikan dalam bentuk tabel3. Pengolahan data: Data diolah dengan program SPSS 4. Analisis data: Untuk mengetahui gambaran karakteristik pemakaian gigitiruan cekat mahkota yang dilakukan secara deskriptif. Mengetahui hubungan antara stabilitas gigitiruan mahkota dengan kesehatan jaringan gingiva dengan menggunakan uji Chi-square Mengetahui hubungan antara retensi gigitiruan mahkota dengan kesehatan jaringan gingiva dengan menggunakan uji Chi-square Mengetahui hubungan antara keadaan gigi penyangga gigitiruan mahkota dengan kesehatan jaringan gingiva dengan menggunakan uji Chi-square Mengetahui hubungan antara Oral hygiene pemakai gigitiruan mahkota dengan kesehatan jaringan gingiva dengan menggunakan uji Chi-square.

III.9. Variabel Penelitian 1. Variabel Dependent: Kesehatan jaringan gingiva2. Variabel Independent: - Stabilitas gigitiruan - Retensi gigitiruan3. Variabel Antara: Oral Hygiene

III.10. Kriteria1. Kriteria inklusi: - Pasien pengguna gigitiruan mahkota - Pasien yang menyetujui untuk diteliti2. Kriteria eksklusi: Pasien yang tidak menyetujui untuk diteliti

III.11. Jalannya Penelitian1. Kecamatan Panakukang ditentukan sebagai lokasi penelitian. Dari 56 pasien pengguna gigitiruan mahkota di kecamatan Panakukkang dilakukan pemilihan secara acak atau pengambilan sample dengan metode simple random sampling, sehingga terpilih 48 pasien yang menjadi sampel.2. Peneliti mendatangi rumah sampel satu persatu dan melakukan pendataan serta pemeriksaan mengenai dampak pemakaian gigitiruan terhadap jaringan gingiva, kemudian mengisi kuesioner penelitian.3. Data yang diperoleh kemudian ditabulasi dan diolah dengan menggunakan program SPSS.4. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji Chi-Square

BAB IVKERANGKA KONSEP

Gigitiruan Cekat Mahkota

1. Oral Hygiene

StabilitasSupportRetensi

Proses pembuatan

BurukDenture stomatitisBaik

Jaringan periodontal sehat

BAB VHASIL PENELITIAN

V.1. Karakteristik Sampel Penelitian

Tabel 1. Karakteristik sampel (n=48)

Karakteristik Sampel n%

Kelompok umur (tahun)

16 - 20918,8

21 - 251735,4

26 - 301122,9

31 - 35918,8

36 - 4024,2

Jenis kelamin

Laki-Laki2756,3

Perempuan2143,8

Tempat pembuatan Gigitiruan Mahkota

Dokter Gigi2858,3

Mahasiswa/Coass1122,9

Tukang Gigi918,8

Bahan

Akrilik3777,1

Logam612,5

Porselen510,4

Sumber : Data Primer Pada tabel 1 menunjukkan karakteristik subyek penelitian yaitu terdiri dari jenis kelamin laki laki 27 orang (56,3%) dan jenis kelamin perempuan 21 orang (43,8%). Tempat melakukan perawatan pada dokter gigi lebih dominan (28 orang, 58,3%) dibanding pada mahasiswa/coass (11 orang, 22,9%) dan pada tukang gigi (9 orang, 18,8%). Bahan yang paling banyak digunakan adalah akrilik yaitu 37 orang (77,1%), kemudian logam 6 orang (12,5%), dan terakhir adalah porselen 5 orang (10,4%).Tabel 2. Distribusi Variabel Penelitian

Variabel Penelitian n%

Sisa makanan nempel

Tidak1837,5

Ya3062,5

Sulit dibersihkan

Tidak1735,4

Ya3164,6

Stabilitas

BaikBuruk311764,635,4

RetensiBaik3981,3

Buruk918,8

Gingiva

SehatTidak sehat321666,733,3

Sariawan Tidak2245,8

Ya2654,2

Inflamasi Ada2756,3

Tidak ada2143,8

Perdarahan

Ada2041,7

Tidak ada2858,3

Sumber : Data PrimerPada tabel 2 diperlihatkan distribusi variabel penelitian yang terdiri dari sisa makanan yang menempel pada gigitiruan dimana 30 orang (62,5%) terdapat sisa makanan dan 18 orang (37,5%) yang tidak terdapat sisa makanan yang menempel pada gigitiruan mahkotanya. Menurut kesulitan pembersihannya terdapat 31 orang (64,6%) yang gigitiruannya sulit dibersihkan dan 17 orang (35,4%) yang tidak sulit dibersihkan. Untuk stabilitas, terdapat 31 orang (64,6%) yang memiliki stabilitas baik dan 17 orang (35,4%) yang stabilitasnya buruk. Untuk retensi dominan memiliki retensi yang baik yaitu 39 orang (81,3%) dan retensi buruk 9 orang (18,8%). Keadaan jaringan gingiva responden umumnya sehat yaitu 32 orang (66,7%) dan tidak sehat ada 16 orang (33,3%). Peneliti juga mendeteksi ada tidaknya sariawan pada responden, dan ditemukan 26 orang (54,2%) menderita sariawan dan 22 orang (45,8%) tidak mengalami sariawan. Dominan responden mengalami inflamasi 27 orang (56,3%) dan tidak mengalami inflamasi sebesar 21 orang (43,8%). 20 orang (41,7%) mengalami perdarahan pada gingiva dan 28 orang (58,3%) tidak mengalami perdarahan gingiva.

V.2. Analisis Hubungan 1. Hubungan Stabilitas Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan GingivaTabel 3. Hubungan Stabilitas Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan GingivaStabilitasGingivaJumlahp

SehatTidak Sehat

n%n%n%

Baik2858,336,33164,60,0001

Buruk48,31327,11735,4

Total3266,71633,348100,0

Sumber : Data PrimerTabel 3 menunjukan hubungan antara stabilitas gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva. Tampak bahwa pasien yang memiliki stabilitas gigitiruan yang baik mempunyai gingiva sehat sebanyak 28 orang (58,3%) dan sisanya memiliki gingiva tidak sehat sebanyak 3 orang (6,3%). Sedangkan pasien yang memiliki stabilitas gigitiruan yang buruk mempunyai gingiva sehat sebanyak 4 orang (8,3%) dan sisanya memiliki gingiva tidak sehat sebanyak 13 orang (27,1%). Dari hasil analisis data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,0001 yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara stabilitas gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva, karena nilai p < 0,05.2. Hubungan Retensi Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan GingivaTabel 4. Hubungan Retensi Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan GingivaRetensi GingivaJumlahp

SehatTidak Sehat

n%n%n%

Baik2858,31122,93981,30,121

Buruk48,3510,4918,8

Total3266,71633,348100,0

Tabel 4 menunjukan hubungan antara retensi gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva. Tampak bahwa pasien yang memiliki retensi gigitiruan yang baik mempunyai gingiva sehat sebanyak 28 orang (58,3%) dan sisanya memiliki gingiva tidak sehat sebanyak 11 orang (22,9%). Sedangkan pasien yang memiliki retensi gigitiruan yang buruk mempunyai gingiva sehat sebanyak 4 orang (8,3%) dan sisanya memiliki gingiva tidak sehat sebanyak 5 orang (10,4%). Dari hasil analisis data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,121 yang berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara retensi gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva, karena nilai p > 0,05.3. Hubungan Oral Hygiene Pemakai Gigitiruan Mahkota dengan Kesehatan Jaringan GingivaTabel 5. Hubungan Oral Hygiene dilihat dari Sisa Makanan yang MenempelSisa Makanan MenempelGingivaJumlahp

SehatTidak Sehat

n%n%n%

Tidak1429,248,31837,50,02

Ya1837,51225,03062,5

Total3266,71633,348100,0

Sumber : Data PrimerPada tabel 5 terlihat bahwa responden yang tidak memiliki sisa makanan yang menempel pada gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 14 orang (29,2%) dan gingiva tidak sehat sebanyak 4 orang (8,3%). Sedangkan yang mempunyai sisa makanan yang menempel pada gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 18 orang (37,5%) dan gingiva tidak sehat sebanyak 12 orang (25%). Dari hasil analisis data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,02 yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara sisa makanan yang menempel dengan kesehatan jaringan gingiva, karena nilai p < 0,05.

Tabel 6. Hubungan Oral Hygiene dilihat dari Tingkat Kesulitan Pembersihan Gigitiruan MahkotaSulitGingivaJumlahp

SehatTidak Sehat

n%n%n%

Tidak1020,8714,61735,40,03

Ya2245,8918,83164,6

Total3266,71633,348100,0

Sumber : Data PrimerPada tabel 6 terlihat bahwa responden yang tidak sulit membersihkan gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 10 orang (20,8%) dan gingiva tidak sehat sebanyak 7 orang (14,6%). Sedangkan yang sulit membersihkan gigitiruannya memiliki gingiva sehat sebanyak 22 orang (45,8%) dan gingiva tidak sehat sebanyak 9 orang (18,8%). Dari hasil analisis data dengan uji Chi-square diperoleh nilai nilai p = 0,393 yang berarti bahwa ada hubungan bermakna antara tingkat kesulitan membersihkan gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva, karena nilai p < 0,05.

BAB VIPEMBAHASAN

VI.1. Karakteristik Sampel PenelitianBerdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, pada tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden melakukan perawatan gigitiruan mahkota pada dokter gigi dan sisanya lagi melakukan perawatan pada mahasiswa/coass dan tukang gigi. Sebagian besar responden masih mempercayakan perawatan gigitiruannya pada dokter gigi, hal ini mungkin disebabkan karena responden pada umumnya lebih memmercayai dokter gigi dalam membuat gigitiruan mahkota yang diharapkan minim komplikasi daripada mahasiswa/coass dan tukang gigi. Jenis bahan gigitiruan yang umumnya digunakan oleh pasien adalah akrilik, hal ini mungkin dikarenakan oleh akrilik yang terbilang ekonomis dan estetiknya baik serta tahan lama, bila dirawat dengan baik.Berdasarkan jenis kelamin, rata-rata yang paling banyak melakukan perawatan gigitiruan cekat mahkota adalah laki-laki. Seperti diketahui, gigitiruan mahkota umumnya dipasang di daerah anterior, dan sebagian besar karena mengalami fraktur karena kecelakaan. Banyaknya responden laki-laki yang memakai gigitiruan mahkota mungkin saja disebabkan oleh resiko laki-laki mengalami kecelakaan yang terbilang lebih tinggi dibanding wanita. Data stabilitas gigitiruan menunjukkan perbandingan yang sama antara responden yang memiliki stabilitas gigitiruan yang baik dengan responden yang memiliki stabilitas gigitiruan yang buruk. Sedangkan berdasarkan data retensi gigitiruan menunjukkan sebagian besar gigitiruan memiliki retensi yang bagus, sedangkan sisanya lagi memiliki retensi yang buruk yang mengakibatkan mudahnya mengalami kelainan gingiva.Data keadaan jaringan gingiva menunjukkan sebagian besar responden mengalami sariawan, inflamasi, dan perdarahan pada gingiva. Hal ini berhubungan dengan stabilitas, retensi, serta tingkat kebersihan rongga mulut responden yang memakai gigitiruan cekat mahkota.

VI.2. Hubungan antara Stabilitas Gigitiruan Mahkota dan Kesehatan Jaringan GingivaPada tabel 3 menunjukkan hasil uji chi-square yang menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara stabilitas gigitiruan dengan kesehatan jaringan gingiva (p0,05). Disini retensi berhubungan dengan desain tepi restorasi gigitiruan dan bentuk desain mahkota gigitiruan yang baik. Berdasarkan pengertian bahwa terdapatnya plak adalah penyebab utama penyakit periodontal, maka Haren dan Osbone (1967), Barkley (1971) dan Yuodelis dkk (1973) menyarankan kontur mahkota yang memungkinkan kontrol plak secara optimum. Sackett dan Gildenhuys (1976) menunjukkan secara eksperimen bahwa kontur mahkota yang berlebihan menghilangkan kesempatan untuk pembersihan plak serta menyebabkan peradangan jaringan gusi, sedangkan kontur mahkota yang kurang (undercontoured) tidak menyebabkan kerusakan yang berarti.

VI.3. Hubungan antara Oral Hygiene Gigitiruan dan Kesehatan Jaringan GingivaHubungan oral hygiene dengan gigitiruan diperlihatkan dalam dua tabel, pada tabel 5 menunjukkan oral hygiene dilihat dari sisa makanan yang menempel, dimana ketika ada sisa makanan yang menempel berarti oral hygiene responden buruk. Sedangkan pada tabel 6 oral hygiene dilihat dari sulit tidaknya gigitiruan dibersihkan, dan jika sulit berarti oral hygiene responden buruk. Kedua tabel menunjukkan hasil uji Chi-square p