dampak limbah pabrik tahu terhadap lingkungan sungai 3
DESCRIPTION
dampak limbahTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah cair industri tahu yang dibuang ke badan air penerima tanpa
pengolahan merupakan salah satu sumber pencemar terhadap perairan yang
menyebabkan kematian biota aquatik sehingga perlu dilakukan penelitian uji
toksisitas akut. Uji toksisitas akut merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi
perairan. Uji tersebut berfungsi untuk 2 mengetahui apakah effluent yang masuk ke
badan air penerima mengandung senyawa toksik dalam konsentrasi tertentu
menyebabkan kematian hewan uji. Hewan uji yang digunakan adalah ikan karena
dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap senyawa
pencemar terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Ikan yang digunakan yaitu ikan
mas (Cyprinus carpio L) karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan sehingga
dapat ditentukan kadar limbah yang menyebabkan efek toksik terhadap ikan mas. Uji
toksisitas dengan menggunakan ikan mas juga dijadikan sebagai salah satu aspek
monitoring pencemaran terhadap kualitas air baku (early warning system)
Sungai merupakan sumber air permukaan yang memberikan manfaat kepada
kehidupan manusia . Dari mata air sebagai awal mengalirnya air , melintasi bagian-
bagian alur sungai hingga kebagian hilir yang terjadi secara dinamis . Kedinamisan
tersebut tergantung dengan musim,karakteristik alur sungai , dan pola hidup manusia
sekitarnya . Kondisi ini menyebabkan baik kuantintas maupun kualitasnya akan
mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan perkembangan lingkungan sungai
dan kehidupan manusia .
1
Pada bagian hulu sungai relatif sedikit adanya gangguan , dikarenakan
ekosistem disekitarnya belum mengalami kerusakan hal ini dapat dikatakan masih
dalam kondisi baik . Bagian tengah dari alur sungai akan semakin meningkat sesuai
dengan perkembangan perindustrian , maka kerusakan dan pencemaran mulai terlihat.
Sedangkan pada bagian hilir , merupakan kondisi yang cukup parah mengalami
kerusakan dan pencemaran .
Beberapa pencemaran sungai tentunya diakibatkann oleh kehidupan
dissekitarnya baik pada sungai itu sendiri maupun perilaku manusia sebagai
pengguna . Pengaruh dominan terjadinya pencemaran yang sangat terlihat adalah
kerusakan yang diakibatkan oleh manusia dalam kuantintas tergantung dari pola
kehidupannya . Setiap pinggiran sungai yang dekat dengan pabrik atau daerah
perindustrian, dipastikan akan terlihat saluran-saluran buangan yang menuju ke badan
sungai. Sehingga apabila dikumulatifkan dari beberaa cerobong buangan maka akan
menjadikan buangan yang cukup tinggi.
Akibat buangan dari aktivitas limbah yang datang dari daerah industri,
menyebabkan terganggunya ekosistem sungai. Ikan banyak yang mati, air berubah
warna, menimbulkan bau, pemandangan terganggu dan menimbulkan problem
kerehatan manusia lainnya. Masalah tersebut timbul dikarenakan juga
ketidakmampuan daya deukung sungai terhadap sungai untuk mengadakan
netralisasi.
Setiap sungai memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Perbedaan tersebut dapat dilihat dari keadaan fisik, kimia, dan lingkungan yang ada
di sungai. Dijelaskan oleh Thomann dan Muller (1987) bahwa secara fisik dapat
diperlihatkan dengan karakteristik luasan genangan, topografi, hidrologi, klimatologi
dan kemampuan untuk mengasimilasi adanya perubahan biologikal maupun
hidrogikal yang ada di sungai.
2
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa kandungan dalam limbah pabrik tahu?
2. Bagaimanakah dampak terhadap makhluk hidup yang ada didalam sungai?
3. Bagaimanakah dampak terhadap masyarakat sekitar?
4. Bagaimanakah proses pembuangan limbah pabrik tahu?
5. Bagaimanakah parameter kualitas air sungai tersebut? (Derajat Keasaman {pH}
dan tingkat toksisitas)
1.3 Pembatasan Masalah
1. Bagaimanakah parameter kualitas air sungai tersebut? (Derajat Keasaman
{pH} dan tingkat toksisitas)
2. Bagaimanakah dampak terhadap makhluk hidup yang ada didalam sungai
(contoh: ikan mas)?
1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah, penulis merumuskan permasalahan khusus
yakni Dampak Limbah Pabrik Tahu Terhadap Lingkungan Sungai.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui kandungan dalam limbah pabrik tahu
2. Untuk mengetahui parameter kualitas air sungai pada air limbah pabrik tahu
3
3. Untuk mengetahui dampak air limbah pabrik tahu terhadap makhluk hidup
yang ada di dalam sungai
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat-manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari
penelitian ini adalah:
1. Peneliti:
Peneliti dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana
tahapan menguji suatu bahan pencemar dalam limbah pabrik
industri. Serta mengetahui langsung bagaimana parameter
air sungai yang telah tercemar.
2. Orang Lain:
Pembaca dapat menambah referensi tentang dampak
pencemaran limbah pabrik di sungai.
1.7 Metode Penelitian
Metode dalam penelitian ini menggunakan metode kepustakaan, metode
penelitian, dan metode wawancara.
1.8 Sistematika Penelitian
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
4
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Pembatasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian
1.7. Metode Penelitian
1.8. Sistematika Penulisan
BAB II KAJIAN TEORI
2.1 Pabrik Tahu
2.1.1 Pengertian Limbah
2.1.2 Karakteristik Limbah
2.1.3 Sumber dan Jenis Limbah
2.1.4 Danpak Limbah Industri Tahu
2.2 Tahu
2.2.1 Pengertian Tahu
2.2.2 Manfaat Tahu
2.2.3 Dampak Negatif Tahu
2.2.4 Proses Pembuatan Tahu
2.3 Sungai
2.3.1 Pengertian dan Macam-macam Sungai
2.3.2 Manfaat Sungai
2.3.3 Kerugian Keberadaan Sungai
2.4 Pencemaran Air
2.4.1 Pengertian pencemaran air
2.4.2 Macam-macam Sumber Polusi Air
2.4.3 Bahaya dari Polusi Air
5
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Metode Wawancara
3.1.2 Metode Eksperimen
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.3 Tehnik Wawancara
3.3.1 Tehnik Pengumpulan Data
3.3.2 Tehnik Pengolhan Data
3.3.3 Sampel
3.3.4 Kisi-kisi Instrumen
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1 Tehnik Pengujian pH
3.5 Tehnik Pengujian oksisitas terhadap Ikan emas
3.5.1 Faktor-faktor Toksisitas
3.5. 2 Penelitian Toksisitas Akut
3.5.3 Pemelihan hewan uji
3.5.4 Tahapan Penlitian
BAB IV HASIL PENGAMATAN
4.1 Tehnik wawancara
4.1.1 Pembahasan maslah
4.2 Tehnik Eksperimen
4.2.1 Tabel Pengamatan pengujian pH
4.2.2 Tabel Pengamatan pengujian Toksisitas
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
6
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Pabrik Tahu
Industri tahu saat ini telah berkembang pesat dan menjadi salah satu industri
rumah tangga yang tersebar luas baik di kota-kota besar maupun kecil. Industri tahu
dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair dan padat. Limbah padat dari
hasil proses produksi tahu berupa ampas tahu. Limbah cair tahu dihasilkan dari
proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu sehingga kuantitas
limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu mengandung polutan
organik yang cukup tinggi serta padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan
mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi. Menurut Soedarmo dan Sediaoetama
dalam Dhahiyat (1990), di dalam 100 gram tahu terdapat 7,8 gram protein, 4,6 gram
lemak dan 1,6 gram karbohidrat. Polutan organik yang cukup tinggi tersebut apabila
terbuang ke badan air penerima dapat mengakibatkan terganggunya kualitas air dan
menurunkan daya dukung lingkungan perairan di sekitar industri tahu. Penurunan
daya dukung lingkungan tersebut menyebabkan kematian organisme air, terjadinya
alga blooming sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya dan
menimbulkan bau (Rossiana, 2006).
2.1.1 Pengertian Limbah
Limbah cair industri tahu yang dibuang ke badan air penerima tanpa
pengolahan merupakan salah satu sumber pencemar terhadap perairan yang
menyebabkan kematian biota aquatik sehingga perlu dilakukan uji toksisitas akut
merupakan suatu barang (benda) sisa dari sebuah kegiatan produksi yang tidak
bermanfaat/bernilai ekonomi lagi. Limbah sendiri dari tempat asalnya bisa beraneka
7
ragam, ada yang limbah dari rumah tangga, limbah dari pabrik-pabrik besar dan ada
juga limbah dari suatu kegiatan tertentu. Dalam dunia masyarakat yang semakin maju
dan modern, peningkatan akan jumlah limbah semakin meningkat. Logika yang
mudah seperti ini; dahulunya manusia hanya menggunakan jeruk nipis untuk mencuci
piring, namun sekarang manusia sudah menggunakan sabun untuk mencuci piring
sehingga peningkatan akan limbah tak bisa di elakkan lagi.
2.1.2 Karakteristik Limbah
Pada umumnya sesuatu yang ada di bumi ini memiliki suatu karakteristik
yang berbeda. Termasuk juga limbah yang mempunyai karakteristik sebagai
berikut :
Berukuran mikro
Karekteristik ini merupakan karakterisik pada besar kecilnya limbah/
volumenya. Contoh dari limbah yang berukuran mikro atau kecil atau bahkan tidak
bias terlihat adalah limbah industri berupa bahan kimia yang tidak terpakai yang di
buang tidak sesuai dengan prosedur pembuangan yang dianjurkan.
Dinamis
Mungkin yang dimaksud dinamis disini adalah tentang cara pencemarannya
yang tidak dalam waktu singkat menyebar dan mengakibatkan pencermaran.
Biasanya limbah dalam menyerbar di perlukan waktu yang cukup lama dan
tidak diketahui dengan hanya melihat saja. Hal ini dikarenakan ukuran
limbah yang tidak dapat dilihat
Berdampak luas (penyebarannya)
Luasnya dampak yang di timbulkan oleh limbah ini merupakan efek dari
karakteristik limbah yang berukuran mikro yang tak dapat dilihat dengan
mata telanjang. Contoh dari besarnya dampak yang ditimbulkan yaitu
8
adanya istilah “Minamata disease” atau keracunan raksa (Hg) di Jepang
yang mengakibatkan nelayan-nelayan mengidap paralis (hilangnya kemampuan
untuk bergerak karena kerusakan pada saraf). Kejadian ini terajadi di
Teluk Minamata dan Sungai Jintsu karena pencemaran oleh raksa (Hg).
Berdampak jangka panjang (antar generasi)
Dampak yang ditimbulkan limbah terutama limbah kimia biasanya tidak
sekedar berdampak pada orang yang terkena tetapi dapat mengakibatkan
turunannya mengalami hal serupa.
Dari karakteristik limbah di atas pencemaran limbah juga didukung oleh
adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran limbah terhadap
lingkungan diantaranya :
a.Volume Limbah
Tentunya semakin banyak limbah yang dihasilkan oleh manusia dampak yang akan
ditimbulkan semakin besar pula terasa.
b.Kandungan Bahan Pencemar
Kandunngan yang terdapat di limbah ini mengakibatkan pencemaran
lingkungan apabila kandunganya berbahaya dapat mengakibatkan pencemaran
yang fatal bahkan dapat membunuh manusia serta mahluk hidup sekitar.
c.Frekuensi Pembuangan Limbah
Pada saat sekarang ini pembuangan limbah semakin naik frekuensinya di
karenakan banyaknya industry yang berdiri. Dengan semakin banyak
frekuensi limbah tentunya pembuanganlimbah menjadi tidak terkandali dan
9
usaha untuk mengolahnya tidak dapat maksimal dikarenakan pengolahan
limbah yang masih jauh dari harapan kita semua.
2.1.3 Sumber dan Jenis Limbah
Sumber Utama Limbah
Sumber adanya limbah sebenarnya banyak sekali tetapi pada pengelompokannya
sumber limbah terdiri dari :
a. Aktivitas manusia
Saat manusia melakukan aktivitas untuk menghasikan sesuatu barang
produksi maka akan timbul suatu limbah karena tidak mampunya pengolahan
yang dilakukan oleh manusia menggunkan mesin dan juga sulitnya untuk
mengolah barang yang tidak berguna menjadi barang yang bias dimanfaatkan
untuk keperluan manusia. Berikut adalah limbah yang dihasilkan oleh
aktivitas manusia misalnya :
Hasil pembakaran bahan bakar pada industry dan juga kendaran bermotor
Pengolahan bahan tambang dan minyak bumi
Pembakaran hutan untuk membuka lahan pertanian ataupun perumahan
b. Aktivitas alam
Selain dari aktivitas diatas pencemaran limbah di bumi juga di timbulkan
oleh aktivitas alam walaupun jumlahnya sangat sedikit pengaruhnya
terhadap lingkungan karena lokasinya yang biasanya bersifat
lokal.berikut ini contoh dari aktivitas alam yang menghasilkan limbah
yaitu :
10
Pembusukan bahan organik alami
Adanya aktifitas gunung berapi
Banjir, longsor serta
Aktivitas alam yang lain
Karena kedua aktivitas ini menimbulkan limbah yang mencemari lingkungan,
manusia di bumi terus mengembangkan teknologi untuk mencegah dampak
pencemaran lingkungan. Walaupun dilain pihak limbah terus meningkat
terutamadiakibatkan oleh aktivitas manusia hal ini didorong oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
Perkembangan industri
Perkembangan industri yang sangat cepat baik pertambangan, transportasi
dan manufakur atau pabrik yang mengahsilkan limbah dalam jumlah yang
relative besar sehingga terjadi pembuangan limbah yang kurang terkontrol
karena kurannya teknologi untuk membuat limbah menjadi barang yang
terurai atau ramah lingkungan
Modernisasi
Pada saat sekarang perkembangan teknologi untuk menghasilkan barang
semakin marak digunakan dikalangan orang yang mengeluti bidang industry.
Hal ini bertujuan untuk menghasilkan barang dengan cepat tetapi di lain
hal perkembangan teknologi berakibat pada semakin banyaknya limbah yang
dihasilkan oleh teknologi itu sendiri.
Pertambahan penduduk
Semakin banyaknya penduduk di bumi ini mengakibatkan bertambah
meningkatnya kebutuhan akan tempat tinggal serta meingkatnya jumlah
11
kebutuhan akan barang. Hal ini dapat menimbulkan berberpa macam masal
seperti :
Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran transportasi
Pembukaan lahan untuk pemukiman dan saran transportasi berdampak
terhadap semakin berkurangnya hutan untuk mengurangi kadar pencemaran
lingkungan.
Penimbunan sampah
Semakin hari kita melihat banyaknya sampah yang menumpuk karena
pembuangannya yang sembarangan dan mungkin juga karena kurang mampunya
tempat pembuangan sampah untuk menampung sampah atau yang biasa disebut
TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dalam menampung sampah sehingga sampah
menumpuk di suatu tempat yang berdampak menurunnya kualitas lingkungan
sekitar
Jenis Limbah
Bermacam-macam limbah mungkin akan kita temui di sekitar kita.
Pernahkahanda melihat sampah plastic, kaleng,pecahan kaca, kotoran
hewan danlain sebagainya. Dari sekian banyaknya limbah ini dapat
dikelompokan berdasar sumber dari limbah ini berasal seperti penjelasan
di bawah ini :
o Garbage yaitu sisa pengelolaan atau sisa makanan yang mudah membusuk.
Misal limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga, restoran dan hotel.
o Rubbish yaitu bahan atau limbah yang tidak mudah membusuk yang terdiri
dari
12
·bahan yang mudah terbakar seperti kayu dan kertas
·bahan yang tidak mudah terbakar seperti klaeng dan kaca
o Ashes yaitu sejenis abu hasil dari proses pembakaran seperti pembakaran
kayu, batubara maupun abu dari hasil industry.
o Dead animal yaitu segala jenis bangkai yang membusuk seperti bangkai kuda,
sapi, kucing tikus dan lain-lain.
o Street sweeping yaitu segala jenis sampah atau kotoran yang berserakan di
jalan karena perbuatan orang yang tidak bertanggungjawab.
o Industrial waste yaitu benda-benda padat sisa dari industry yang tidak
2.1.4 Dampak Limbah Industri Tahu
Herlambang (2002) menyatakan bahwa dampak yang ditimbulkan
oleh pencemaran bahan organik limbah industri tahu adalah gangguan
terhadap kehidupan biotik yang disebabkan oleh meningkatnya kandungan
bahan organik. Selama proses metabolisme oksigen banyak dikonsumsi,
sehingga apabila bahan organik dalam air sedikit, oksigen yang hilang
dari air akan segera diganti oleh oksigen hasil proses fotosintesis dan oleh
reaerasi dari udara. Apabila konsentrasi beban organik terlalu tinggi,
maka akan tercipta kondisi anaerobik yang menghasilkan produk
dekomposisi berupa amonia, karbondioksida, asam asetat, hirogen sulfida,
dan metana. Senyawa-senyawa tersebut sangat toksik bagi sebagian besar
hewan air, dan akan menimbulkan gangguan terhadap keindahan
(gangguan estetika) yang berupa rasa tidak nyaman dan menimbulkan bau.
Bila kondisi anaerobik tersebut dibiarkan maka air limbah akan berubah
warnanya menjadi cokelat kehitaman dan berbau busuk. Apabila limbah
ini dialirkan ke sungai maka akan mencemari sungai dan bila masih
digunakan sebagai pemenuh kebutuhan sehari-hari maka akan
menimbulkan gangguan kesehatan berupa penyakit gatal, diare, kolera,
13
radang usus dan penyakit lainnya, khususnya yang berkaitan dengan air
yang kotor dan sanitasi lingkungan yang tidak baik (Kaswinarni, 2007).
2.2 Tahu
2.2.1 Pengertian Tahu
Tahu adalah adalah salah satu makanan tradisional yang biasa dikonsumsi
oleh masyarakat Indonesia. Tahu juga merupakan salah satu jenis makanan sumber
protein dengan bahan dasar kacang kedelai yang sangat digemari oleh masyarakat
Indonesia. Sebagian besar produk tahu di Indonesia dihasilkan oleh industri skala
kecil yang sebagian besar terdapat di Pulau Jawa. Industri tersebut berkembang pesat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di Indonesia. Namun, di sisi lain
industri tahu ini juga menghasilkan limbah cair yang berpotensi mencemari
lingkungan.
Pada dasarnya, proses produksi tahu menghasilkan dua macam limbah yaitu
limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pada umumnya dimanfaatkan sebagai
pakan ternak. Industri tahu membutuhkan air untuk melakukan proses sortasi,
perendaman, pengupasan kulit, pencucian, penggilingan, perebusan, dan penyaringan.
Kemudian, air buangan dari proses tersebut yang dinamakan limbah cair. Limbah cair
industri tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang sangat tinggi. Tanpa
proses penanganan yang baik, limbah tahu dapat menyebabkan berbagai dampak
negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tak sedap, meningkatkan pertumbuhan
nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar. Limbah cair yang dibuang ke
perairan tanpa pengelohan terlebih dahulu juga dapat mengakibatkan kematian
14
makhluk hidup dalam air termasuk mikroorganisme (jasad renik) yang berperan
penting dalam mengatur keseimbangan biologis dalam air.
2.2.2 Manfaat Tahu
Tahu merupakan sumber protein yang sangat bermanfaat untuk kesehatan.
Kandungan protein yang tinggi pada tahu, juga dapat dimanfaatkan untuk menjauhkan
segala macam penyakit berbahaya.
Tahu dibuat dengan mengentalkan sari kedelai menggunakan garam mineral
(biasanya kalsium sulfat). Sari kedelai inilah yang membuat tahu kaya dengan
manfaat kesehatan. Berikut ini ada beberapa manfaat tahu :
a. Mencegah penyakit jantung
Sejumlah studi dalam beberapa tahun terakhir telah menunjukkan bahwa
asupan rutin protein kedelai yang terkandung dalam tahu dapat membantu
menurunkan LDL (kolesterol buruk) tanpa menurunkan HDL (kolesterol baik), yang
menyebabkan penurunan risiko penyakit jantung.
b. Meningkatkan produksi energi
Tahu merupakan sumber makanan yang kaya zat besi, yang menyediakan 30
persen dari nilai harian yang direkomendasikan untuk zat besi dalam 100 gram. Zat
besi dalam tahu terutama digunakan sebagai bagian dari hemoglobin yang membantu
dalam ransportasi dan pelepasan oksigen ke seluruh tubuh mempromosikan produksi
energi.
15
Tahu juga menyediakan 10 persen dari nilai harian yang direkomendasikan
untuk tembaga, mineral penting yang dimanfaatkan dalam sel darah merah. Tembaga
juga membantu dalam mengurangi gejala rheumatoid arthritis. Makanan yang berasal
dari kedelai, seperti tahu mengandung isoflavon (fitoestrogen atau estrogen tanaman)
yang bekerja pada tubuh seperti bentuk estrogen.
c. Bermanfaat untuk wanita, khususnya wanita menopause
Selama menopause, estrogen wanita berfluktuasi, baik naik atau turun di
bawah tingkat normal. Nah, fitoestrogen dari kedelai dapat membantu menjaga
keseimbangan hormon tersebut. Hal ini dapat membantu mengurangi frekuensi dan
beratnya gejala hot flashes (rasa panas pada perut) pada wanita menopause.
d. Mencegah osteoporosis
Tahu juga bisa menjadi sumber yang kaya kalsium tergantung pada koagulan
yang digunakan dalam pembuatan (seperti kalsium sulfat yang digunakan oleh
produsen tahu).
Hal ini membantu melindungi terhadap penyakit seperti kehilangan tulang,
kelemahan tulang, rheumatoid arthritis dan osteoporosis. Penelitian baru juga
menunjukkan bahwa isoflavon dalam makanan kedelai dapat memperkuat densitas
(kepadatan tulang). Ini bisa membuat tahu berguna dalam menangkal penyakit tulang
pada wanita postmenopause.
e. Membantu menurunkan berat badan
16
Tinggi protein membuat perut tidak cepat merasa lapar. Juga, sifat rendah kalori
(sekitar 80 kalori dalam 100 gram) tidak menambahkan kalori ekstra untuk menu diet
Anda.
f. Membantu pasien diabetes dengan masalah ginjal
Diabetes dapat menyebabkan sejumlah komplikasi, salah satunya gagal ginjal.
Diabetes adalah penyebab utama kegagalan ginjal dengan anda awal adanya sejumlah
protein dalam urin. Sebuah penelitian dilakukan pada pria dengan diabetes tipe 2,
yang semuanya didiagnosis dengan penyakit ginjal yang terkait dengan diabetes,
menemukan bahwa protein kedelai dapat menurunkan 10 persen protein yang
ditemukan dalam air seni
2.2.3 Dampak Negatif Tahu
Banyak orang yang beranggapan bahwa tahu sebagai makanan yang tidak membawa
efek apa-apa. Karena tahu pada dasarnya tidak jauh beda dengan makanan tempe
yang mengandung phytoestrogen, atau estrogen yang berasal dari tumbuh-tumbuhan
sebagai pengganti kadar estrogen yang turun seiring dengan pertambahan usia. Tapi
dalam perjalanannya pengaruh tahu tidak sama dengan tempe. Justru dalam banyak
penelitian menyatakan bahwa mengkonsumsi tahu membawa dampak negatif.
Hal ini terungkap dalam penelitian ahli bidang geriatrik atau kesehatan lanjut
usia Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia Prof Tri Budi Rahardjo yang
bekerja sama dengan ahli geriatrik lainnya dari Loughborough University, Oxford
Institute of Ageing dan Universitas of Respati Health Institute Yogyakarta. Beliau
menyimpulkan bahwa kaum lansia yang mengkonsumsi minimal satu tahu setiap hari
ternyata kualitas fungsi memorinya lebih rendah daripada lansia yang jarang
mengkonsumsi tahu atau lansia yang lebih sering mengkonsumsi tempe.
Dari hasil penelitian tersebut bisa anda simpulkan ihwal bahaya tahu bagi
kaum lansia. Berbeda dengan tempe. Makanan sederhana yang sering satu paket
17
dengan tahu ini ternyata membawa dampak positif bagi lansia. Ternyata mereka yang
terlalu banyak makan tempe memiliki fungsi memori yang bagus. Tempe dapat
memberikan efek positif pada memori sedangkan tahu dari hasil penelitian tersebut
bisa menyebabkan kepikunan.1
2.2.4 Proses Pembuatan Tahu
Urutan proses atau cara pembuatan tahu secara umum sebagai berikut
(Kaswinarni, 2007):
1. Pemilihan (penyortiran) bahan baku kedelai merupakan pekerjaan paling
awal dalam pembuatan tahu. Tujuan dari penyortiran ini adalah agar kualitas tahu
tetap terjaga dengan baik.
2. Perendaman kedelai dilakukan di dalam bak atau ember yang berisi air
selama ± 3-12 jam. Setelah direndam, kemudian dilakukan pengupasan kulit kedelai
dengan cara meremas-remas kedelai di dalam air, kemudian dikuliti.
3. Setelah direndam dan dikuliti kemudian dicuci. Pencucian ini dilakukan
untuk menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercampur dalam kedelai.
4. Setelah kedelai direndam dan dicuci bersih, selanjutnya dilakukan
penggilingan. Pada saat penggilingan diberi air mengalir agar bubur kedelai terdorong
keluar kemudian ditampung dalam ember.
5. Proses selanjutnya adalah perebusan bubur kedelai dengan tujuan untuk
menginaktifkan zat antinutrisi kedelai yaitu tripsin inhibitor dan sekaligus
meningkatkan nilai cerna, mempermudah ekstraksi atau penggilingan dan
penggumpalan protein serta menambah keawetan produk. Bubur kedelai yang telah
terbentuk kemudian diberi air, selanjutnya dididihkan dalam tungku pemasakan.
Setelah mendidih sampai ± 5 (lima) menit kemudian dilakukan penyaringan.
18
6. Cairan bahan baku tahu atau bubur kedelai yang sudah direbus (pada
keadaan panas) kemudian disaring dengan kain blaco atau kain mori kasar sambil
dibilas dengan air hangat, sehingga susu kedelai dapat terekstrak keluar semua.
Proses ini menghasilkan limbah padat yang disebut dengan ampas tahu. Filtrat yang
masih dalam keadaan hangat secara pelan-pelan diaduk sambil diberi asam (catu).
Pemberian asam ini dihentikan kemudian dicuci. Pencucian ini dilakukan untuk
menghilangkan kotoran yang melekat maupun tercampur dalam kedelai. apabila
sudah terlihat pengumpalan.
7. Gumpalan tahu diambil dan dituangkan ke dalamm cetakan yang sudah
tersedia dan dialasi dengan kain kemudian diisi sampai penuh. Selanjutnya kain
ditutupkan ke seluruh gumpalan tahu dan dipres. Alat pemberat atau pres biasanya
mempunyai berat 3,5 kg dan lama pengepresan biasanya 1 menit, sampai airnya
keluar. Setelah dirasa cukup dingi, kemudian tahu dipotong-potong sesuai dengan
keinginan konsumen di pasar.
2.3 Sungai
2.3.1 Pengertian dan Macam-macam Sungai
Sungai adalah aliran air di permukaan tanah yang mengalir ke laut.
Berdasarkan kondisi fisiknya akan terbagi menjadi 3 yaitu :
1. Bagian hulu : pada kondisi hulu aliran air deras, batu-batuan juga besar dan erosi
yang terjadi adalah erosi vertikal ke bawah (air terjun).
2. Bagian tengah : Pada bagian ini aliran air sudah agak tenang, batu-batuan juga
sudah tidak besar lagi dan erosi yang terjadi ke samping/horizontal.
3. Pada bagian hilir : pada bagian ini aliran air sudah tenang, batu-batuan juga sudah
berubah menjadi kental/pasir dan sudah jarang terjadi erosi.
19
~ Sungai berdasarkan sumber airnya
Dibagi menjadi :
1. Sungai hujan : Sungai yang aliran airnya berasal dari air hujan. Contoh : Sungai
Cisadane, Sungai Mahakam.
2. Sungai Gletser : sungai yang terbentuk dari es yang mencair.
3. Sungai Campuran : Sungai yang aliran airnya berasal dari campuran gletser dan air
hujan. Contoh Sungai digul (Papua) dan sungai memberano (Papua)
~ Sungai berdasarkan debit aliran airnya :
1. Sungai permanen : Sungai yang debitnya stabil dan tidak dipengaruhi oleh
musim. Contoh Sungai Mahakam, Sungai Barito, Sungai Musi dan Sungai Kapuas.
2. Sungai periodik : Sungai yang aliran airnya dipengaruhi oleh musim, meluap
ketika musim hujan dan kering ketika musim kering. Contoh Sungai Ciliwung,
Sungai Cisadane.
3. Sungai episodik ; sungai yang aliran airnya ada hanya di musim penghujan,
contoh Sungai Kasada
2.3.2 Manfaat Sungai
Keuntungan dari keberadaan sungai antara lain sebagai berikut.
Sumber air bagi pertanian atau irigasi dan usaha perikanan darat.
Tempat pengembangbiakan dan penangkapan ikan guna memenuhi
kebutuhan manusia akan protein hewani.
Sumber tenaga untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Tempat rekreasi, misalnya melihat keindahan air terjun dan bendungan.
Untuk kehidupan sehari-hari bagi penduduk yang tinggal di tepi sungai.
seperti mencuci, mandi, dan membersihkan perabot rumah tangga.
Tempat berolahraga seperti arung jeram dan dayung.
20
2.3.3 Kerugian Keberadaan Sungai
Selain beberapa manfaat di atas, sungai dapat mendatangkan kerugian bagi
kehidupan manusia terutama yang tinggal di sekitar aliran sungai. Kerugian-kerugian
itu adalah sebagai berikut :
Sebagai media penyebaran bibit penyakit, seperti kolera, disentri, dan lain-
lain. Bibit penyakit disebarkan melalui air apabila air sungai digunakan untuk
keperluan hidup sehari-hari.
Dapat menyebabkan polusi air, terutama sungai-sungai yang penuh dengan
sampah.
Dapat menimbulkan banjir dan mendatangkan kerugian yang cukup besar bagi
manusia.
Berbagai dampak negatif yang telah dikemukakan tadi, sebagian besar
disebabkan oleh tindakan manusia sendiri, di samping adanya perubahan kondisi
fisik, seperti perubahan curah hujan. Oleh karena itu, pencegahannya harus
dilakukan terhadap faktor-faktor fisik dan manusia secara terpadu.
2.4 Pencemaran Air
2.4.1 Pengertian Pencemaran Air
Salah satu dampak negative dari kemjuan ilmu dan teknologi yang tidak
digunakan dengan benar adalah terjadinya polusi. Polusi adalah peristiwa masuknya
zat, unsure, zat atau komponen lain yang merugikan ke dalam lingkungan akibat
aktivitas manusia atau proses alami. Segala sesuatu yang menyebabkan polusi disebut
polutan.
Suatu benda dapat dikatakan polutan bila kadarnya melebihi batas normal,
berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Polutan dapat berupa suara, panas,
21
radiasi, debu, bahan kimia, zat- zat yang dihasilkan makhluk hidup dan sebagainya.
Adanya polutan dalam jumlah yang berlebihan dapat menyebabkan lingkungan tidak
dapat mengadakan pembersihan sendiri ( regenerasi). Oleh karena itu, polusi terhadap
lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera.
Polusi air adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsure atau komponen
lainnya ke dalam air, sehingga kualitas air terganggu yang ditandai dengan perubahan
warna, bau dan rasa. Beberapa contoh polutan antara lain: Fosfat yang berasal dari
penggunaan pupuk buatan dan detergen, Poliklorin Bifenil (PCB) senyawa ini berasal
dari pemanfaatan bahan- bahan peluma dan plastic, Minyak dan Hidrokarbon dapat
berasal dari kebocoran pada roda dan kapal pengangkut minyak, logam- logam berat
berasal dari industri bahan kimia dan bensin, Limbah Pertanian berasal dari kotoran
hewana dan tempat penyimpanan makanan ternak, Kotoran Manusia berasal dari
saluran pembuangan tinja manusia.( Djambur, 1993 )
2.4.2 Macam- Macam Sumber Polusi Air
Sumber polusi air antara lain sampah masyarakat, limbah industri, limbah
pertanian dan limah rumah tangga. Ada beberapa tipe polutan yang dapat merusak
perairan yaitu; bahan- bahan yang mengandung bibit penyakit, bahan- bahan yang
banyak membutuhakan oksigen untuk penguraiannya, bahan- bhan kimia organic dari
industri atau limbah pupuk pertanian, bahan- bahan yang tidak sediment, bahan-
bahan yang mengandung radioaktif dan panas.
Pembuangan sampah dapat mengakibatkan kadar O2 terlarut dalam air
semakin berkurang karena sebagian besar dipergunakan oleh bakteri pembusuk.
Pembuangan sampah organic maupun anorganik yang dibuang kesungai terus-
menerus, selain menemari air, terutama di musim hujan akan mengakibatkan banjir.
22
Air adalah unsure alam yang penting bagi mahluk hidup dengan sifat
mengalir dan meresap. Apabila jalur aliran- alirannya tersumbat akan mengakibatkan
banjir. Polusi air terjadi karena kurangnya rasa disiplian masyarakat, misalnya dalam
kebersihan lingkungan dan membuang sampah sembarangan.
Musibah banjir terbagi menjadi dua macam yaitu banjir banding ( besar) dan banjir
genangan.
Banjir banding terjadi akibat air meluap dari jaur- jalur aliran (sungai) dengan
volume air yang besar
Banjir genangan terjadi tergenangnya air hujan disuatu daerah yang saluran
air dan daya seraonya terbatas. ( Salman, 1993 )
2.4.3 Bahaya dari Polusi Air
Bibit- bibit penyakit berbagai zat yang bersifat racun dan bahan radioaktif
dapat merugikan manusia. Berbagai polutan memerlukan O2 untuk penguraiannya.
Jika O2 kurang, penguraiannya tidak sempurna dan menyebabkan air berubah
warnanya dan berbau busuk. Bahan atau logam yang berbahaya seperti arsenat,
uradium, krom, timah, air raksa, benzon, tetraklorida, karbon dan lain- lain dapat
merusak organ tubuh manusia atau dapatmenyebabkan kanker. Sejumlah besar
limbah dari sungai akan masuk ke laut.
Polutan ini dapat merusak kehidupan air sekitar muara sungai dan sebagian
kecil laut muara. Bahan- bahan yang berbahaya masuk ke laut atau samudera
mempunyai akibat jangka panjang yang belum diketahui. Banyak jenis kerang-
kerangan yang mungin mengandung zat- zat yang berbahaya untuk dimakan. Laut
23
dapat pula tercemar oleh yang asalnya mungkin dari pemukiman, pabrik, melalui
sungai, atau dari kapal tanker yang rusak. Minyak dapat mematikan burung dan
hewan laut lainnya, sebagai contoh efek keracunan dapat dilihat di Jepang. Merkuri
yang dibuang oleh sebuah industri ke teluk minamata terakumulasi di jaringan tubuh
ikan dan masyarakat yang mengkonsumsinya menderita cacat dan meninggal.
Banyak akibat yang ditimbulkan oleh polusi air, diantaranya:
1. Terganggunya kehidupan organisme air karena berkurangnya kandungan
oksigen
2. Terjadinya ledakan ganggang dan tumbuhan air
3. Pendangkalan dasar perairan
4. Tersumbatnya penyaring reservoir, dan menyebabkan perubahan ekologi
5. Dalam jangka panjang mengakibatkan kanker dan kelahiran cacat
6. Akibat penggunaan pestisida yang berlebihan selain membunuh hama dan
penyakit, juga membunuh serangga dan makhluk yang berguna terutama
predator
7. Kematian biota kuno, seperti plankton, ikan bahkan burung
8. Dapat mengakibatkan mutasi sel kanker dan leukemia
24
BAB III
METODE PENELITIAN
Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini meliputi persiapan
penelitian seperti
pengumpulan data, pelaksanaan observasi ke tempat tujuan,
metode penelitian dan
pengolahan data.
3.1 Metode Penelitian
3.1.1 Metode wawancara
Penulis membagikan angket kepada warga sekitar daerah sungai
3.1.2 Metode Eksperimen
Penulis melakukan penelitan dengan cara melakukan percobaan
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan pada tanggal 18 Februari 2014 hari
selasa mulai pukul 11.30 – 14.15 di sungai yang terletak di Jalan
Pondok Jaya, Duren Tiga, Jakarta Selatan. Sedangkan penelitian
terhadap kadar pH dan kandungan BOD dilakukan pada tanggal 27
25
Februari 2014 hari kamis mulai pukul 15.30 – 16.30 di SMAN 79
Jakarta Selatan.
3.3 Tehnik Wawancara
3.3.1 Tehnik Pengumpulan Data
Sebelum proses pengumpulan data dilakukan, terlebih dahulu
dilakukan berbagai
persiapan. Adapun persiapan-persiapan yang akan dilakukan oleh
penulis sebagai
berikut :
1. Membuat pertanyaan dalam bentuk tulisan atau angket
2. Menentukan hari untuk membagikan angket tersebut
3. Membagikan angket sesuai yang diundi oleh penulis
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, data yang dibutuhkan meliputi
data sekunder :
Data yang diambil dengan cara mempelajari dari buku
maupun sumber dari internet yang ada kaitannya dengan masalah
yang diteliti sehingga memiliki landasan teori.
3.3.2 Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data, penulis memilih untuk membagikan
angket ke masyarakat di daerah dekat sungai Jln Pondok Jaya,
Duren tiga Jakarta Selatan dan setelah selesainya diisi angket
tersebut penulis segera menganalisis data tersebut dan akan
dibahas pada bab 4.
26
3.3.3 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat sekitar sungai
yang tercemar Jalan Pondok Jaya,Duren Tiga yang berjumlah 20
orang .
MASYARAKAT SEKITARJUMLAH
LAKI-LAKI PEREMPUAN
√ 17 Orang
√ 3 Orang
JUMLAH 20 Orang
3.3.4 Kisi-kisi Instrumen
Berikut ini adalah kisi-kisi instrumen dalam bentuk pertanyaan yang
disusun oleh
penulis :
Angket
Gender :
1. Apakah Menurut anda sungai ini tercemar atau tidak ?
a. Iya b.Tidak
27
2. Apakah sungai ini pernah menimbulkan banjir ?
a. Iya b.Tidak
3. Apakah dampak dari sungai ini mengganggu kenyamanan anda ?
a. Iya b.Tidak
4. Apakah masyarakat pernah mengeluhkan tentang kondisi sungai ini ?
a. Iya b.Tidak
5. Pernahka h anda melihat orang yang terkena penyakit karena pencemaran dari
sungai tersebut ?
a.Iya b.Tidak
6. Menurut anda , faktor utama yang menyebabkan sungai tercemar
adalah………
7. Apakah sudah ditindak lanjuti oleh masyarakat setempat ?
a.Iya b.Tidak
8. Apakah pencemaran ini sudah lama terjadi ?
a.Iya b.Tidak
3.4 Instrumen Penelitian
3.4.1Tehnik Pengujian pH
Sebelum melakukan pengujian pH, terlebih dahulu penulis menyiapkan bahan
untuk di uji, sebagai berikut:
1. Sampel air , yang di ambil dari tiga titik berbeda (sebelum tercemar, ketika
terkena polutan, dan setelah tercemar).
2. Indikator universal , sebanyak tiga lembar.
Pengujian pH dilakukan dengan beberapa tahapan:
28
1. Mempersiapkan bahan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
2. Mencelupkan indikator universal kedalam air sampel selama beberapa detik,
lalu diamkan agar kering.
3. Bandingkan hasil indikator universal dengan perbandingan warna pH yang
telah tertera pada petunjuknya.
3.5 Tehnik Pengujian Toksisitas Terhadap Ikan Emas
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari efek merugikan dari zat-zat kimia
terhadap organisme hidup. Selain itu toksikologi juga mempelajari kerusakan/cedera
pada organisme (hewan, tumbuhan, dan manusia) yang diakibatkan oleh suatu materi
substansi/energi, mempelajari racun tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan
terhadap organisme. Serta mempelajari secara kuantitatif dan kualitatif pengaruh
jelek dari zat kimiawi, fisis, dan biologis terhadap sistem biologis (Soemirat, 2003).
3.5.1 Faktor-faktor Toksisitas
Limbah atau toksikan di alam ada yang bersifat tunggal dan campuran.
Keberadaannya di lingkungan (terutama perairan) akan berinteraksi dengan
komponen atau faktor lain. Tingkat toksisitas dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebagai berikut (Mangkoediharjo dan Samudro, 2009):
1 Berkaitan dengan toksikan itu sendiri. Toksisitas toksikan dapat dipengaruhi
oleh komposisi toksikan. Ada kemungkinan komponen toksikan mempunyai
perbedaan toksisitas. Faktor lain adalah sifat-sifat fisik kimia toksikan.
2. Berkaitan dengan pemaparan toksikan. Toksikan akan menghasilkan efek
negatif jika kontak dan bereaksi dengan target biota pada konsentrasi tertentu dan
29
waktu tertentu. Faktor-faktor yang berkaitan dalam pemaparan toksikan adalah:
Jenis toksikan Toksikan hidrofilik (suka air) akan terlarut dalam air dan lebih
cepat mengadakan kontak reaksi dibanding toksikan hidrofobik bagi biota
pelagik.
Durasi pemaparan Pemaparan jangka pendek (skala waktu jam dan hari)
secara umum sangat pendek dibandingkan umur reproduksi biota dari
toksikan (misalnya hidrofilik) dapat memberikan efek akut. Pemaparan jangka
panjang (skala waktu hari, minggu, bulan dan tahun) secara umum meliputi
umur generasi biota mungkin diperlukan bagi toksikan (misalnya hidrofobik)
agar memberi kesempatan toksikan mengadakan kontak reaksi dan
memberikan efek kronis.
Frekuensi pemaparan Frekuensi pemaparan bisa sekali, berulang atau kontinu.
Konsentrasi toksikan Pada umumnya berkaitan dengan frekuensi pemaparan.
Pemaparan sekali terjadi pada konsentrasi tinggi dan menurun untuk pemaparan
berulang hingga kontinu.
a. Berkaitan dengan lingkungan Sifat-sifat lingkungan yang mempengaruhi
toksikan di atas juga mempengaruhi toksisitas toksikan.
b. Berkaitan dengan biota Toksisitas toksikan berbeda untuk berbagai spesies
biota, karena adanya perbedaan ketahanan dan kemudahan spesies biota
menerima toksikan. Perbedaan diantara spesies biota tersebut berkaitan
dengan faktor-faktor genetik, umur dan status kesehatan.
3.5.2 Penelitian Toksisitas Akut
Toksisitas diartikan sebagai kemampuan racun (molekul) untuk
menimbulkan kerusakan apabila masuk ke dalam tubuh dan lokasi organ yang rentan
terhadapnya (Soemirat, 2003). Toksisitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara
lain komposisi dan jenis toksikan, konsentrasi toksikan, durasi dan frekuensi
pemaparan, sifat lingkungan, dan spesies biota penerima. Toksikan merupakan zat
(berdiri sendiri atau dalam campuran zat, limbah, dan sebagainya) yang dapat
menghasilkan efek negatif bagi semua atau sebagian dari tingkat organisasi biologis
30
(populasi, individu, organ, jaringan, sel, biomolekul) dalam bentuk merusak struktur
maupun fungsi biologis.
Toksikan dapat menimbulkan efek negatif bagi biota dalam bentuk
perubahan struktur maupun fungsional, baik secara akut maupun kronis/ sub kronis.
Efek tersebut dapat bersifat reversibel sehingga dapat pulih kembali dan dapat pula
bersifat irreversibel yang tidak mungkin untuk pulih kembali.
Uji toksisitas merupakan uji hayati yang berguna untuk menentukan tingkat
toksisitas dari suatu zat atau bahan pencemar dan digunakan juga untuk pemantauan
rutin suatu limbah. Uji toksisitas akut dengan menggunakan hewan uji merupakan
salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan yang berfungsi untuk mengetahui
apakah effluent atau badan perairan penerima mengandung senyawa toksik dalam
konsentrasi yang menyebabkan toksisitas akut. Parameter yang diukur biasanya
berupa kematian hewan uji, yang hasilnya dinyatakan sebagai konsentrasi yang
menyebabkan 50% kematian hewan uji (LC50) dalam waktu yang relatif pendek satu
sampai empat hari.
Toksisitas akut suatu effluent umumnya ditentukan dengan menggunakan
multikonsentrasi atau tes defenitif yang terdiri dari kontrol serta minimal digunakan
lima jenis konsentrasi effluent. Sedangkan penentuan toksisitas terhadap badan air
penerima menggunakan kontrol dan badan air penerima tanpa pengenceran ataupun
dengan satu seri pengenceran. Hal yang perlu diperhatikan dalam pengenceran adalah
air yang akan digunakan sebagai pengencer, tidak dianjurkan menggunakan air dari
kran karena kandungan klor yang tersisa dalam air kran, kecuali telah dilakukan
proses deklorinasi.
Berdasarkan kepada lamanya, metode penambahan larutan uji, maka uji
toksisitas diklasifikasikan sebagai berikut :
Klasifikasi menurut waktu, yaitu uji hayati jangka pendek (short term
31
bioassay), jangka menengah (intermediate bioassay) dan uji hayati jangka panjang
(long term bioassay);
Klasifikasi menurut metode penambahan larutan atau cara aliran larutan,
yaitu uji hayati statis (static bioassay), pergantian larutan (renewal biossay), mengalir
(flow trough bioassay).
3.5.3 Pemilihan Hewan Uji
Untuk keperluan penelitian toksikologi diperlukan hewan uji, pemilihan
hewan uji dalam penelitian toksisitas dilakukan berdasarkan tingkat trofis masing-
masing hewan uji pada piramida rantai makanan. Berikut dijelaskan beberapa jenis
organisme yang biasa digunakan dalam uji toksisitas yang mewakili setiap tingkat
trofis dalam piramida rantai makanan (Soemirat, 2003):
Organisme trofis tingkat 1 Dapat digunakan algae air tawar Selenastrium
capricornatum, Scendemus subspicatus dan Chlorella vulgaris, dimana spesies
tersebut dapat tumbuh dengan cepat dan mudah dikultur.
Organisme trofis tingkat 2 Mewakili organisme akuatik air tawar adalah Daphnia
magna sedang akuatik laut digunakan Artemia salina.
Organisme trofis tingkat 3 Tidak termasuk dalam uji toksisitas, karena secara
biokimia dan fisiologi relatif sama dengan organisme tingkat 4, sehingga respons
terhadap senyawa toksik relatif sama.
Organisme trofis tingkat 4 Pada tingkat ini diwakili oleh ikan, jenis yang paling
sering digunakan adalah Rainbow trout (Salmo gairdneri), blue gilled sunfish
(Lepomis macrochirus). Di indonesia digunakan ikan mujair (Tilapia mozambica),
ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan nila (Orechromis niloticus).
Organisme trofis tingkat 5 Merupakan konsumen pada tingkat atas dari rantai
makanan, yang dapat menerima efek yang paling merugikan. Biasanya diwakili oleh
kelompok burung-burungan.
Untuk menaksir efek toksikologis dari beberapa polutan kimia dalam
lingkungan dapat diuji dengan menggunakan species yang mewakili lingkungan yang
32
ada di perairan tersebut. Species yang diuji harus dipilih atas dasar kesamaan
biokemis dan fisiologis dari species dimana hasil percobaan digunakan (Soemirat,
2003). Kriteria organisme yang cocok untuk digunakan sebagai uji hayati tergantung
dari beberapa faktor :
1. Organisme harus sensitif terhadap material beracun dan perubahan lingkungan;
2. Penyebarannya luas dan mudah didapat dalam jumlah yang banyak;
3. Mempunyai arti ekonomi, rekreasi dan kepentingan ekologi baik secara daerah
maupun nasional;
4. Mudah dipelihara dalam laboratorium;
5. Mempunyai kondisi yang baik, bebas dari penyakit dan parasit;
6. Sesuai untuk kepentingan uji hayati (American Public Health Associaton, 1976).
3.5. 4 Tahapan Penelitian
1.Aklimatisasi Hewan Uji
Aklimatisasi hewan uji dilakukan untuk mengkondisikannya pada kultur
media air untuk memberikan waktu hewan uji beradaptasi dengan lingkungan yang
baru. Kultur media ini dikondisikan untuk selalu mempunyai temperatur antara 250C
- 300C. Penggantian kultur media dilakukan apabila kondisinya sudah terlalu keruh.
Selama aklimatisasi hewan uji diberi pakan pelet ikan setiap tiga hari sekali serta
diberi aerasi yang cukup, hal ini bertujuan mempertahankan kadar oksigen terlarut.
Aklimatisasi dilakukan selama tiga hari pada setiap uji pendahuluan dan uji dasar.
2.Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan dilakukan untuk menentukan batas kisaran kritis (critical
range test) yang menjadi dasar dari penentuan konsentrasi yang digunakan dalam uji
33
lanjutan atau uji toksisitas sesungguhnya, yaitu konsentrasi yang dapat menyebabkan
kematian terbesar mendekati 50% dan kematian terkecil mendekati 50%.
Perlakuan percobaan dilakukan dengan 3 variasi sampel limbah cair tahu. Percobaan
ini dilakukan dengan dua kali pengulangan atau duplo. Perlakuan percobaan
dilakukan dengan 5 variasi pengenceran limbah cair tahu dan satu sebagai kontrol
untuk. Percobaan ini dilakukan dengan dua kali pengulangan atau duplo. Setiap
akuarium berkapasitas 10 L; 6,25% (limbah cair 0,625 L dan air 9,375 L), 12,5%
(limbah cair 1,25 L dan air 8,75 L); 25% (limbah cair 2,5 L dan air 7,5 L), 50%
(limbah cair 5 L dan air 5 L), 100% (limbah cair 10 Ldan air 0 L).
3. Uji Dasar
Uji dasar dilakukan terhadap limbah cair industri tahu dengan variasi konsentrasi
yang berada pada rentang dimana nilai LC50 uji pendahuluan berada didalamnya. Uji
dasar dilakukan dengan waktu pengamatan 24 jam. Uji dasar dilakukan dengan
tahapan sebagai berikut:
a. Percobaan dilakukan terhadap ikan mas (Cyprinus carpio L) di dalam
akuarium sebanyak 12 buah dengan hewan uji sebanyak 10 ekor setiap
akuarium. Masing-masing akuarium diberi aerator sebagai supply
oksigen selama percobaan berlangsung. Pengamatan dilakukan setelah
diaklimatisasi, dimana hewan uji telah beradaptasi dengan lingkungan
yang baru dan kondisi ikan tetap segar dan tidak ada yang mati.
b. Akuarium diisi ikan dan sampel limbah cair berdasarkan konsentrasi
(A%-E%) yang memuat nilai LC50 sementara yang didapatkan dari
uji pendahuluan.
c. Data kematian ikan dianalisis dengan metode analisis data. Hasil uji
dapat diterima apabila 90% hewan uji pada kontrol di akhir
pengamatan masih hidup. Apabila yang bertahan hidup lebih kecil dari
90% maka uji harus diulang.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini penulis melakukan pembahasan masalah. Yang akan diuraikan dari
hasil pembagian angket dan hasil penelitian melalui eksprimen .
4.1 Tehnik Wawancara
4.1.1 Pembahasan masalah
No Pertanyaan Jawaban (orang)
Point
(a)
Prosentase
(%)
Point (b) Prosentase
(%)
35
1
Apakah Menurut
anda sungai ini
tercemar atau tidak
?
20 100 % - 0%
2
Apakah sungai ini
pernah
menimbulkan
banjir ?
19 95 % 1 5%
3
Apakah dampak
dari sungai ini
mengganggu
kenyamanan anda?
15 75 % 5 25%
4
Apakah
masyarakat pernah
mengeluhkan
tentang kondisi
sungai ini ?
12 60% 8 40%
5 Pernahkah anda
melihat orang yang
terkena penyakit
karena pencemaran
dari sungai
tersebut ?
11 55% 9 45%
6 Apakah sudah 12 60% 8 40%
36
ditindak lanjuti
oleh masyarakat
setempat?
7
Apakah
pencemaran ini
sudah lama
terjadi ?
16 80% 4 20%
Dari tabel diatas maka penulis menjelaskan hasil dari daftar tabel tersebut :
1. Pada soal nomor satu, jumlah koresponden yang menganggap sungai telah
tercemar sebanyak 20 dari 20 koresponden.
\
Ya100%
Jumlah Koresponden
37
2. Pada soal nomor dua, jumlah koresponden yang menganggap sungai tersebut
menimbulkan banjir sebanyak 19 dari 20 koresponden.
Ya95%
Tidak5%
Jumlah Koresponden
3. Pada soal nomor tiga, jumlah koresponden yang menganggap sungai tersebut
mengganggu kenyamanan masyarakat sekitar sebanayak 15 dari 20
koresponden.
Ya75%
Tidak25%
Jumlah Koresponden
38
4. Pada soal nomor empat, jumlah koresponden yang mengeluhkan tentang
kondisi sungai tersebut sebanyak 12 dari 20 koresponden.
Ya60%
Tidak40%
Jumlah Koresponden
5. Pada soal nomor lima, jumlah koresponden yang menyatakan bahwa
masyarakat sekitar pernah terkena penyakit akibat air sungai sebanyak 11 dari
20 koresponden.
Ya55%
Tidak45%
Jumlah Koresponden
39
6. Pada soal nomor 7, jumlah koresponden yang menyatakan bahwa sungai
telah ditindaklanjuti sebanyak 12 dari 20 koresponden.
Ya60%
Tidak40%
Jumlah Koresponden
7. Pada soal nomor 8, jumlah koresponden yang menyatakan bahwa sungai
telah lama tercemar sejumlah 16 dari 20 koresponden.
Ya80%
Tidak20%
Jumlah Koresponden
40
4.2 Tehnik Eksperimen
4.2.1Tabel Pengamatan Pengujian pH
Pita Indikator pH Keterangan
41
± 6pH air sebelum
tercemar air limbah, bersifat asam
± 8
pH air saat terkena air limbah, bersifat
lebih basa dibandingkan
sesudah terkena air limbah
± 7pH air saat sesudah terkena air limbah (± 8 m dari pabrik)
4.2.2 Tabel Pengamatan Pengujian Toksisitas Terhadap Ikan Emas
GelasKeadaan Ikan pada saat
2 menit 4 menit 6 menit
Gelas 1
(sebelum
terkena
limbah)
Ikan berenang dengan
normal
Ikan berenang dengan
normal
Ikan berenang dengan
normal
Gelas 2
(saat
terkena
limbah)
Ikan berenang dengan
normal
Ikan mulai meronta-
rota dan kemudian
diam
Satu dari dua ikan mati
42
Gelas 3
(Sesudah
terkena
limbah)
Ikan berenang dengan
normal
Ikan mulai meronta-
ronta dengan mulut
terbuka
Satu dari dua ikan mati
Faktor-faktor penyebab perbedaan pada hasil pengamatan
1.Adaptasi
Dari hasil percobaan didapat bahwa waktu bertahan ikan-ikan dia air sungai
yang terkena limbah pabrik berbeda-beda . Bahka Jenis ikan yang sam pun memiliki
ketahanan yang berbeda-beda sehingga waktu bertahan di air sungai yang terkena
limbah menjadi bervariasi
2. Habitat
Ikan memiliki habitat yang ekstrim ,yaitu di parit-parit atau selokan baik yang
jernih maupun yang tercemar maka akan lebih bertahan lama .
3. Konsentrasi limbah tahu
Konsentrasi larutan sangat berpengaruh terhadap berapa lamanya ikan dapat
bertahan . Semakin tinggi konsentrasi limbah tahu maka semakin cepat pula ikan
akan mati . Begitu pula sebaliknaya jika konsentrasi larutan limbah tahunya rendah ,
mungkin ikan dapat bertahan lama dalam air dengan melakukan berbagai adaptasi .
Penyebab ikan mati pada air sungai limbah pabrik tahu
Limbah pabrik tahu adalah limbah yang dihasilkan dalam proses pembuatan
tahu maupun pada saat pencucian kedelai . Limbah yang dihasilkan berupa limbah
padat dan limbah cair . Limbah padat belum dirasa dampaknya terhadap lingkungan
karena dapat dimanfaatkan untuk makanan terrnak , tetapi limbah cair akan
43
mengakibatkan bau busuk dan bila dibuang di sungai akan menyebabkan tercemarnya
sungai . Untuk memproduksi 1 ton tahu dihasilkan limbah 3000-5000 liter . Limbah
cair yang dihasilkan mengandung padatan tersuspensi maupun terlarut , akan
mengalami perubahan fisika,kimia,dan hayati yang akan menghasilkan racun atau
menciptakan media untuk tumbuhnya bakteri . Bila dibiarkan dalam air limbah ini
akan berubah menjadi semakin keruh yang akan mengakibatkan gangguan
pernapasan seperti apa yang telah terjadi pada ikan di dalam pecobaan air limbah
pabrik tahu .
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa air sungai yang mengandung
limbah pabrik tahu memiliki kandungan pH basa (8), dan dapat menganggu
keseimbangan biota air yang ada didalamnya seperti ikan-ikan kecil dalam jangka
waktu yang singkat. Selain itu, bila air sungai mengalami perubahan fisika,kimia,dan
hayati akan menghasilkan racun atau menciptakan media untuk tumbuhnya bakteri .
Bila dibiarkan dalam air limbah ini akan berubah warna menjadi semakin keruh yang
akan mengakibatkan gangguan pernapasan seperti apa yang telah terjadi pada ikan di
dalam pecobaan air limbah pabrik tahu. Maka tidak dapat dipungkiri bahwa sekarang
44
tidak dapat ditemukan biota air lagi seperti ikan di dalam sungai-sungai yang
tercemar khususnya di wilayah DKI Jakarta.
5.2 Saran
Penulis memberikan saran bagi pembaca yaitu :
1. Pabrik-pabrik dalam membuang air limbahnya jangan langsung dibuang ke
sungai namun harus disaring terlebih dahulu
2. Para pelaku yang melakukan pencemaran lingkungan (termasuk air di
dalamnya) akan mendapatkan sanksi pidana sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam pasal 98, pasal 99, pasal 100, pasal
101, pasal 102, dan pasal 103.
· 2.1.1 Dimensi Ekonomi
1. Aktivitas Ekonomi
Aktivitas ekonomi yang mereka lakukan ialah berdagang dengan berjualan di pinggir-pinggir jalan atau lebih dikenal dengan pedagang kaki lima.
Mereka pun bermacam-macam pedagang yang terdapat disana yakni, pedagang hewan, pedagang pernak-pernik, pedagang minuman dan makanan pedagang buku-buku bekas dan baru, serta para pedagang obat-obatan tradisional.
2. Pola dan proses aktivitas ekonomi
Mereka berjualan setiap hari, dari mulai pukul 07.00 WIB pagi hingga pukul 17.00, bahkan hingga pukul 18.00 WIB setiap harinya.
45
3. Kelas sosial berdasarkan basis ekonomi
Terdapat dua kelas berdasarkan basis ekonomi disana setelah kami melakukan observasi dan analisis sosial yaitu :
• Pedagang resmi, yaitu pedagang yang mempunyai kios yakni para pedagang yang berada di dalam JT 007.
• Pedagang kaki lima yang berada di jalan raya, trotoar, bahkan berjualan di depan kios pedagang JT 07.
· 2.1.2 Dimensi Sosial Politik
1. Sejarah komunitas
Sejarah berdirinya pedagang kaki lima di dekat Pasar Jatinegara, sejak tahun 1964 berdirinya JT 007 oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta waktu itu, maka sejak tahun tersebut sudah ada pedagang kaki lima di sekitar Jatinegara hingga saat ini. Walaupun sekarang JT 007 sudah di pegang atau di bina oleh UKM, dengan sistem berupa hak pakai.
Dan sejak tahun 1964 lah, para pedagang kaki lima pun sudah ada di sekitar JT 007 yang bertempat di dekat pasar dan stasiun Jatinegara tersebut.
2. Hubungan sosial (gender, status, suku, agama, dll)
Hubungan sosial (gender, status, suku, agama, dll) baik, Walaupun dalam keseharian mereka lebih cenderung mengobrol atau berinteraksi dengan pedagang yang barang dagangan yang sejenis, sebab mereka biasanya posisi mereka berjualan berdekatan dan bersampingan, serta juga cenderung kepada asal daerah yang sama, misal dari Bogor, Sumedang dan lainnya. Jadi hubungan sosial mereka satu sama lain cukup dekat dan erat tidak terdapat masalah walau terdapat persaingan dalam berdagang tapi menurut mereka rezeki sudah diatur dan sudah masing-masing porsinya.
Untuk gender sendiri hampir 70% untuk PKL disana adalah laki-laki, sebagian besar ialah bapak-bapak atau yang sudah berkeluarga. Selebihnya baru perempuan dan kebanyakan atau sebagian besar ialah ibu-ibu. Kemudian mayoritas para pedagang disana ialah Islam hampir 90 % Islam, sementara agama lain selain
46
Islam ialah Kristen yaitu para pedagang-pedagang resmi di JT 007 yang mayoritas beragama Kristen.
Berdasarkan suku: Betawi (Asli orang Jatinegara) , Sunda (Bogor, Sumedang, Cimahi dan lain-lain), Jawa Namun mereka tidak membeda-bedakan satu sama lain,menurut mereka pedagang disana satu sama lain seperti saudara,jadi tidak pernah dipermasalahkan.
· 2.1.3 Dimensi Budaya
1. Heterogen/Homogen budaya
Budaya disana sendiri ialah heterogen atau bermacam-macam budaya saling bercampur di sana, Sebab budaya hetrogen ialah bermacam-macamnya asal daerah dari masing-masing pedagang kaki lima, bahkan kebanyakan atau sebagian besar ialah para pendatang dari luar Jakarta para PKL disana, mulai dari, Banten, Jateng, Jabar, Jatim, Sumatera dan daerah lain.
2. Relasi antar budaya jika Heterogen
Relasiatauhubunganbudayaheterogendariparapedagang kaki lima disanacukupbaik, karenaterbuktidenganbegitubanyaknyapedagang kaki lima di tambah pula berbeda-bedabudayatermasuksuku, namun, merekasalingmenghargaisatusama lain, bahkanpersaingandalamberdagang pun sehat, karenaadabeberapapedagangsendiri yang mengaggap bahwa rezeki sudah ada Allah yang mengatur jadi jarang sekali para pedagang yang bersaing secara negatif.
3. Pendidikan
47
RiwayatPendidikandariparapedagang kaki lima (PKL) di sekitarpasarJatinegarabermacam-macamyaitu :
SD
SMP
SMA
Bahkanada yang sempatkuliah, namun tidak menyelesaikan sampai selesai, sebab sudah merasa enak dengan berjualan.
48