dampak krisis keuangan asian1997-1998 dan krisis keuangan global (slide)
DESCRIPTION
Krisis keuangan Asian 1997-1998 dan krisis keuangan global 2008 memberikan dampak bagi stabilitas ekonomi nasional. Berbagai kebijakan pemerintah telah dilakukan, diantaranya melalui kebijakan BI terhadap industri perbankan agar terhindar dari bahaya likuiditas yang memperburuk kondisi perekonomian. Dampak kebijakan BI terhadap bank syariah pada saat krisis keuangan dapat dijelaskan dengan melihat indikator-indikator bank, diantaranya yaitu pertumbuhan pembiayaan, penghimpunan DPK, rasio FDR, NPF, ROA, ROE dan BOPO. Hasilnya, dua periode krisis keuangan yang terjadi di Indonesia berdampak terhadap industri perbankan syariah dengan karakteristik yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada sistem perbankan syariah dan dampak krisis keuangan terhadap sektor ekonomi riil domestik.TRANSCRIPT
Dampak Krisis Keuangan Asian1997-1998 dan
Krisis Keuangan Global 2008 terhadap
Bank Syariah di Indonesia
DANIAR, Mahasiswa Pascasarjana Universitas Airlangga Surabaya
ICIEF 2015
Dampak Krisis Keuangan
Asian1997-1998 dan Krisis
Keuangan Global 2008
Fiat Money and
Gold Standard
Good Corporate Governance
(GCG)
Model Bank Syariah
Tahan Krisis
IDENTIFIKASI DINI KRISIS
Krisis yang terjadi dapat dideteksi melalui pergerakan
indikator-indikator perekonomian seperti halnya
pergerakan neraca pembayaran, suku bunga, jumlah uang
yang beredar, inflasi nilai tukar dan pertumbuhan
perekonomian (Kaminsky et al 1998).
Demikian juga halnya krisis di sektor industri
perbankan, dapat dilihat melalui pergerakan indikator dari
aktivitas-aktivas yang biasa dilakukan oleh industri
perbankan yang datang disebabkan faktor internal
(kinerja) atau faktor eksternal (makro dan industri).
Faktor-faktor Penyebab Krisis Keuangan dan Perbankan
Meningkatnya
ketidakpastian
Buruknya kondisi
neraca perbankan
Peningkatan tingkat
suku bungaBuruknya kondisi
pasar modal
Spekuasi dan masalah moral
hazart memperburuk keadaan
Penurunan aktivitas
ekonomi: krisis nilai tukar
Kepanikan di sektor
perbankan: banking crisis
Penurunan dan kemunduran
kegiatan perekonomian suatu
negara
KRISIS 1997-1998 VS KRISIS 2008
1997-1998 2008
Sumber Mata Uang Bath
Thailand
KPR Sub Prime AS
Sifat Ekonomi, Politik,
Sosial, Ideologi,
Pertahanan dan
Keamanan
Finansial dan
Ekonomi
Respon Masyarakat Hilang kepercayaan Stabil
Tuntutan Masyarakat Pergantian
Kepemimpinan
Tidak
Sosial Masyarakat Tindakan anarkis Tidak
Pemerintah IMF Tidak
Lingkaran Permasalahan Ekonomi pada Masa Krisis
Suku bunga
meningkatInflasi meningkat
tajam
Nilai tukar
melemah
PERBANKAN TERPURUK
Dunia usaha lesu dan suram
Ekonomi terkontraksiPengangguran meningkat
Masalah sosial meningkat
Kepercayaan menurun
PERTUMBUHAN BANK SYARIAH
Selain 11 Bank Umum Syariah (BUS), juga tercatat
22 Unit Usaha Syariah (UUS), 163 Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS), dengan total
jaringan kantor sebanyak 2.934 (OJK 2015)
Namun pada saat krisis keuangan Aasian 1997-1998
terjadi berjumlah satu bank, yaitu Bank Muamalat
Indonesia (BM) dan pada saat krisis keuangan global
melanda Indonesia di tahun 2008 jumlah bank syariah
telah berkembang dengan total jumlah 7 bank syariah.
1. Bagaimana dampak
guncangan krisis keuangan
1997-1998 dan krisis
keuangan global 2008 ini
terhadap industri
perbankan syariah?
2. Dan bagaimana respon
bank syariah dalam
menghadapi dan
mengatasi kedua krisis
tersebut?
Pertumbuhan Pembiayaan, DPK dan Aktiva
Bank Syariah 1996-2000 (Miliar Rupiah)
312,16
459,21462,09
432,1
914,85
386,68463,27
391,5
528,1
825,3
515,5
588,51446,94
693,3
1127
0
200
400
600
800
1000
1200
1996 1997 1998 1999 2000
Pembiayaan
DPK
Total Aktiva
Dana pembiayaan terus meningkat dari Rp 312,16 miliar di
tahun 1996 menjadi Rp 462,09 miliar atau 32% di tahun 1998.
Adapun DPK bergerak dengan nilai fluktuatif, dari Rp 386,68
miliar di tahun 1996, naik menjadi Rp 463,27 miliar di tahun
2007, kemudian merosot 15% di tahun berikutnya menjadi Rp
391,5 miliar
Kemerosotan ini
dipicu akibat dunia
usaha yang tidak
dinamis, dan kondisi
sosial politik yang
tidak kondusif dan
terus bergejolak
sebagai dampak
meluasnya
pengangguran dan
kemiskinan akibat
dari melemahnya
kegiatan produksi
dan investasi di
hampir seluruh
sektor ekonomi.
Kualitas Pembiayaan Bank Syariah 1995-2001
(persen)
85,32
63,26
79,53
107,15
68,07
97,9
90
3,34 5,457,99
65,61
53,33
19,34
6,18
0
20
40
60
80
100
120
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
FDR
NPF
Penurunan DPK berakibat pada peningkatan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR).
Semangkin tinggi FDR berarti semakin meningkatnya ekspansi pembiayaan BM Terlihat
bahwa BM pada tahun 1998 mengalami peningkatan sebesar 107, 15% melebihi batas
maksimal yang telah ditentukan BI sebesar 100%.
Non Performing Financing NPF BM mencapai angka 65,61% pada tahun 1998. Semakin
besar NPF, maka semakin besar penurunan pendapatan yang diterima. Tercatat
kerugian BM mencapai Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah bahkan kurang
dari sepertiga modal setor awal, yaitu Rp39,3 miliar.
Perkembangan Profitabilitas BM1995-2001
(persen)
1,78 0,62 1,28-23,94
0,58 0,964,016,53 3,06 6,89
-271,94
3,98 9,9841,16
-300
-250
-200
-150
-100
-50
0
50
100
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001
ROA
ROE
Penurunan ROA, yaitu
rasio yang
menggambarkan
keuntungan besarnya
tingkat keuntungan suatu
bank dan gambaran
penggunaan asset yang
baik. Semakin besar
tingkat rasio ROA
berarti semakin baik
kinerja bank disebabkan
besarnya profitabilitas
dari pengelolaan modal
yang dimiliki. Pada saat
krisis terjadi,ROA BM
menurun drastis dari
angka 1,28% di tahun
1997 menjadi -23,94% di
tahun 1998
Sedangkan ROE, rasio yang menggambarkanbesarnya
tingkat keuntungan suatu bank dan jauhnya bank tersebut
dari kondisi kemingkinan bermasalah, semakin besar ROE
semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
sehinga memungkinkan bank jauh dari kondisi bermasalah.
ROE BM pada saat krisis keuangan 1997-1998 terjadi
menurun secara drastis mencapai angka yang fenomenal
sepanjang sejarah BM berdiri, berkisar -271,94%.
Pertumbuhan DPK dan Pembiayaan Bank Syariah Tahun 2006-2010
20,672
28,012
36,852
52,271
76,036
20,445
27,944
38,19546,886
68,181
0
10
20
30
40
50
60
70
80
2006 2007 2008 2009 2010
DPK
Pembiayaan
Penyaluran
pembiayaan secara
konsisten terus
tumbuh meningkat
dari Rp 27,944
miliarpada tahun 2007
menjadi menjadi Rp
38,195 miliar pada
tahun 2008
DPK sepanjang tahun 2008 masih menujukkan angka pertumbuhan yang tinggi
sebesar 31,56%. Sumber DPK yang mengalami penurunan terjadi pada golongan
nasabah korporasi yang menurun di triwulan ketiga tahun 2008 menjadi 3,99% dari
18,47% di triwulan ketiga di tahun 2007.Meskipun mengalami perlambatan
pertumbuhan DPK pada triwulan ketiga tahun 2008, secara umum pertumbuhan
DPK berada pada angka yang relatif tinggi.
Tingkat Margin Pembiayaan Bank Syariah 2006-2010
(persen)
13,73
16,93
19,38 19,17
17,39
10,2511,23 11,06 10,93
14,52
12,09
14,66 14,92 15,0415,3
0
5
10
15
20
25
2006 2007 2008 2009 2010
Mudharabah
Musyarakah
Murabahah
DPK pada produk murabahah dari 16.93% di tahun 2007 menjadi 19.38% di akhir tahun
2008 adalah upaya untuk menghindari likuiditas akibat krisis keuangan global dan
mempertahankan loyalitas deposan
98,9 99,76103,65
89,7 89,67
4,75 4,05 1,42 4,01 3,02
0
20
40
60
80
100
120
2006 2007 2008 2009 2010
FDR
NPF
Kualitas Pembiayaan Perbankan Syariah 2006-2010 (persen)
Akibat dari pertumbuhan jumlah pembiayaan yang yang tidak
didukung dengan pertumbuhan DPK secara signifikan
menyebabkan FDR mencapai level 103,65%. Namun besarnya
rasio FDR juga dapat diartikan bahwa ekspektasi keuntungan
bank syariah lebih besar dari produk pembiayaan.
Dibandingkan pada krisis yang terjadi pada tahun 1997-
1998, bank syariah yang saat itu masih berjumlah 1 bank, yaitu
Bank Muamalat, mencapai rasio FDR sebesar 107,15%, namun
rasio NPF juga mencapai lebih dari 60%.
Keadaan yang berbeda
dialami bank syariah
pada saat krisis
keuangan global
2008,dimana tumbuhnya
pembiayaan, kualitas
pembiayaan perbankan
dari portofolio
pembiayaan di tahun
2008 juga ikut
meningkat. Peningkatan
tersebut dapat dilihat
dari penurunan
persentase non
performing finance (NPF)
perbankan syariah dari
4.05% di tahun 2007
manjadi 1.42% di tahun
2008
Profitabilitas Perbankan Syariah 2006-2010 (persen)
1,55 2,07 1,42 1,48 1,67
28,45
40,38 38,79
26,09
17,58
76,77 76,5481,75
84,3980,54
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2006 2007 2008 2009 2010
ROA
ROE
BOPO
Terjadi penurunan prosentase ROA dan ROE pada tahun 2008.
Dimana ROA industri perbankan syariah hanya sebesar 1.42%
dan ROE sebesar 38,79% bila dibandingkan tahun 2007 dimana
ROA mencapai 2.07% dan ROE sebesar 40,38%. Kondisi
tersebut menyebabkan tekanan pada profitabilitas terhadap
perbankan syariah dan menyebabkan penurunan kinerja yang
dapat dilihat dari rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional (BOPO) yang meningkat di tahun 2008 sebesar
81.75% dari 76.54% di tahun 2007.
Namun angka
tersebut masih di
bawah bank
konvensional yang
menembus angka
88.9% di tahun 2008.
Diantara penyebab
lain naiknya nilai
BOPO bank syariah
adalah besarnya biaya
operasional bank
syariah yang
mengadakan ekspansi
jaringan kantor
sehingga memerlukan
investasi yang cukup
besar (BI, 2008)
Kesimpulan...........
Krisis keuangan Asian 1997-1998 berdampak pada sektor perbankan syariah; yaitu pada pertumbuhan pembiayaan yang tidak diimbangi dengan pertumbuhan DPK ditambah dengan NPF yang tinggi sehingga tingkat kesehatan pembiayaan dalam kondisi buruk, ditambah penurunan ROA dan ROE pada angka yang sangat rendah membawa bank syariah kepada bahaya likuiditas.
Hal berbeda terjadi pada saat krisis keuangan global 2008, besarnya pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah pada saat krisis keuangan global 2008 diikuti dengan tingkat kesehatan pembiayaan yang masih dipelihara dengan baik. Meskipun pada tahun 2008 DPK mengalami perlambatan, namun masih pada angka yang relatif tinggi. Begitupun tingkat ROA dan ROE mengalami penuruan prosentasi, namun masih pada tingkatan yang aman.
Next....
Pembuktian lainnya juga, bahwa krisis keuangan tidak berdampak pada kemampuan nasabah untuk membayarkan kewajibannya di bank syariah, sejalan dengan penurunan NPF bank syariah pada saat krisis keuangan 2008 terjadi. Namun berbeda halnya terhadap NPF bank syariah pada saat krisis keuangan 1997-1998. Tingginya NPF disebabkan pada krisis pada aktifitas riil ekonomi domestik akibat dari krisis keuangan yang memicu pada ketidakpastian politik dan sosial yang menjelma menjadi krisis kepercayaan masyarakat dan investor terhadap dunia perbankan. Dengan kata lain, krisis keuangan berdampak pada industri perbankan syariah apabila krisis tersebut berdampak besar terhadap sektor riil.