rasio leverage saat krisis keuangan

62
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis keuangan 2007 – 2008 banyak dianggap oleh para ahli ekonomi sebagai krisis keuangan terburuk sejak terjadinya Great Depression pada tahun 1930. Banyak lembaga keuangan jatuh karena dampak yang ditimbulkan dari krisis keuangan tersebut. Sektor properti di berbagai area juga menjadi korban dari krisis tersebut, harga rumah di berbagai daerah di Amerika jatuh dan banyak terjadi penyitaan rumah. Di Amerika Serikat, rasio pengangguran meningkat dari 5% pada tahun 2008 menjadi 10% pada akhir tahun 2009. Jumlah pengangguran meningkat dari 7 juta orang pada tahun 2008 menjadi 15 juta orang pada akhir tahun 2009. International Labour Organization (ILO) memprediksikan terdapat 20 juta orang yang akan kehilangan pekerjaannya pada akhir tahun 2009 karena terjadinya krisis keuangan. Menurut ILO, angka pengangguran 1

Upload: muhammadfachri

Post on 15-Sep-2015

23 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

rasio leverage perusahaan bangkrut dan tidak bangkrut pada saat sebelum terjadinya krisis keuangan

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangKrisis keuangan 2007 2008 banyak dianggap oleh para ahli ekonomi sebagai krisis keuangan terburuk sejak terjadinya Great Depression pada tahun 1930. Banyak lembaga keuangan jatuh karena dampak yang ditimbulkan dari krisis keuangan tersebut. Sektor properti di berbagai area juga menjadi korban dari krisis tersebut, harga rumah di berbagai daerah di Amerika jatuh dan banyak terjadi penyitaan rumah. Di Amerika Serikat, rasio pengangguran meningkat dari 5% pada tahun 2008 menjadi 10% pada akhir tahun 2009. Jumlah pengangguran meningkat dari 7 juta orang pada tahun 2008 menjadi 15 juta orang pada akhir tahun 2009. International Labour Organization (ILO) memprediksikan terdapat 20 juta orang yang akan kehilangan pekerjaannya pada akhir tahun 2009 karena terjadinya krisis keuangan. Menurut ILO, angka pengangguran tersebut akan bertambah menjadi 50 juta orang seiring dengan memburuknya krisis keuangan pada tahun 2009.Negara-negara di Eropa juga terkena dampak yang ditimbulkan dari krisis keuangan di Amerika Serikat. Terus meningkatnya angka pengangguran, terutama pengangguran usia muda, merupakan konsekuensi dari krisis yang berkepanjangan di zona Eropa, contohnya Spanyol yang tingkat penganggurannya mencapai 18,7% pada Mei 2009. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya krisis keuangan di Amerika Serikat, yaitu, pemberian pinjaman dengan risiko tinggi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga keuangan Amerika Serikat, gagalnya peran regulasi, credit rating yang dinyatakan terlalu tinggi, dan produk keuangan berkualitas buruk dan berisiko tinggi yang didesain dan dijual oleh beberapa bank investasi. Faktor-faktor tersebut berkaitan satu sama lain dalam menciptakan krisis keuangan.Krisis ini diawali dengan terjadinya gelembung ekonomi di bidang perumahan, di mana harga-harga properti di Amerika Serikat terus meningkat hingga mencapai puncaknya di awal tahun 2006. Melihat harga rumah yang terus meningkat, banyak orang yang memanfaatkan kesempatan ini untuk membeli rumah. Para pembeli rumah kemudian mencari pinjaman untuk mendanai pembelian rumah tersebut. Bank memberikan pinjaman hipotek kepada peminjam yang memiliki kemampuan untuk membayar kembali pinjaman tersebut. Bank investasi kemudian membeli hipotek tersebut dari bank pemberi pinjaman, dan menggabungkan hipotek tersebut dengan pinjaman-pinjaman lain seperti pinjaman mobil, pinjaman rumah, hutang kartu kredit, dan lain-lain untuk menciptakan Collateralized Debt Obligation (CDO). Badan pemberi rating menilai CDO yang akan dijual bank investasi kepada investor, peringkat paling tinggi yang dapat diberikan adalah AAA. Semakin tinggi rating yang diberikan, maka semakin kecil risiko terjadinya kredit macet. Biasanya, investasi dengan rating AAA memiliki kemungkinan gagal kurang dari 1%. Bank investasi kemudian menjual CDO kepada investor-investor di seluruh dunia. Jadi, saat peminjam membayar utangnya, uang tersebut akan mengalir kepada investor, bukan kepada pemberi pinjaman.Untuk memaksimalkan volume pemberian pinjaman, maka bank pemberi pinjaman mempermudah syarat-syarat yang diperlukan seseorang untuk memperoleh pinjaman. Bahkan orang-orang dengan kemampuan membayar pinjaman yang rendah juga bisa mendapatkan pinjaman. Pinjaman hipotek yang diberikan kepada peminjam dengan kemampuan membayar yang rendah disebut subprime mortgage. Salah satu bank yang banyak memberikan pinjaman dengan risiko tinggi adalah Washington Mutual Bank. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan profitnya, Washington Mutual Bank memberikan ratusan miliar dollar pinjaman berisiko tinggi dan menerbitkan sekuritas dengan kualitas rendah yang mengakibatkan kerugian bagi investor dan bank, dan merusak sistem keuangan Amerika Serikat. Dalam empat tahun, pemberian pinjaman berisiko tinggi yang dilakukan Washington Mutual Bank mengalami peningkatan dari 19% dari seluruh pemberian pinjaman pada tahun 2003 menjadi 55% di tahun 2006, sementara itu, pemberian pinjaman dengan risiko rendah turun dari 64% menjadi 25%. Kemudahan dalam memperoleh pinjaman mengakibatkan pinjaman masyarakat meningkat dengan pesat. Pada tahun 2003, jumlah subprime mortgage kurang dari 1 untuk setiap 12 hipotek. Dalam dua tahun, angka tersebut meningkat menjadi 1 subprime mortgage dari setiap 5 hipotek. Kemudahan untuk mendapatkan pinjaman juga mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap rumah. Semakin tinggi permintaan, maka harga rumah juga semakin meningkat hingga menyebabkan terjadinya gelembung di sektor perumahan. Gelembung perumahan mencapai puncaknya pada awal tahun 2006, dan terus mengalami penurunan pada tahun 2006 dan 2007, hingga mencapai titik terendah pada tahun 2012. Gelembung perumahan mengakibatkan harga rumah yang relatif stabil sejak tahun 1890 hingga tahun 1997 berakhir. Kenaikan harga rumah pada periode tersebut hanya sebesar 2%. Ketika harga rumah mencapai puncaknya pada tahun 2006, nilainya menjadi dua kali lipat harga rumah rata-rata 1890-1997. Roubini telah memperingatkan terdapat banyak bukti yang menunjukkan bahwa gelembung aset yang telah beberapa kali terjadi dapat menyebabkan kerusakan dan instabilitas pada ekonomi baik sektor riil maupun sektor finansial.Bank pemberi pinjaman menjual Subprime mortgage kepada bank investasi. Bank investasi kemudian membuat CDO yang berasal dari subprime mortgage yang berisiko tinggi. Namun badan pemberi rating tetap memberikan rating AAA, yang merupakan rating paling tinggi. Bank investasi juga tidak peduli jika peminjam tidak mampu membayar, semakin banyak CDO yang mereka jual, semakin besar keuntungan yang mereka dapat.Rating AAA yang diberikan untuk CDO mengakibatkan semakin banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi dalam bentuk CDO. Para investor tidak hanya mempertaruhkan uang mereka dengan membeli investasi yang berisiko tinggi, tetapi juga memperbesar risiko tersebut melalui angka rasio pengungkit yang tinggi. Pengungkit merupakan strategi yang umum digunakan oleh bank dan investor-investor besar untuk meningkatkan ukuran investasi dengan cara meminjam uang agar laba (rugi) yang didapat dari investasi tersebut semakin besar. Sebagai contoh, investor ingin menginvestasikan uangnya sebesar $1 juta pada CDO, dengan tingkat pengembalian tiap tahunnya sebesar 5%, maka pada akhir tahun investor akan mendapatkan $50,000. Tapi dengan menggunakan pengungkit, investor dapat meminjam $100 juta dengan tingkat bunga 2% tiap tahun, maka investor dapat berinvestasi sebesar $101 juta. Dan pada akhir tahun, investor akan mendapatkan $5 juta dan memiliki utang bunga sebesar $2 juta. Dengan menggunakan pengungkit, investor bisa mendapatkan $3 juta. Keuntungan besar yang mungkin didapat dengan menggunakan pengungkit terbukti dapat menarik banyak investor untuk berinvestasi. Pada tahun 2004, SEC melonggarkan peraturan mengenai batas rasio pengungkit yang mengakibatkan bank-bank dapat meningkatkan perbandingan antara liabilitas dan ekuitasnya, semakin besar rasio pengungkit, semakin besar liabilitas suatu perusahaan dibandingkan dengan ekuitas. Sejak tahun 2002 hingga tahun 2007, rasio pengungkit bank investasi meningkat sebesar dua kali lipat.Peningkatan rasio pengungkit menunjukkan kepercayaan investor yang terlalu tinggi terhadap investasi yang mereka lakukan. Karena investor percaya bahwa nilai CDO akan terus meningkat, mereka berani untuk mempertaruhkan lebih banyak uang. Pertaruhan tersebut mungkin bisa membuat investor mendapat keuntungan yang sangat besar. Namun, ketika investasi mengalami penurunan, maka kerugian yang akan ditanggung investor semakin besar.Saat perusahaan yang memiliki rasio pengungkit tinggi mengalami kerugian, maka dampaknya juga dirasakan oleh perusahaan lain. Perusahaan tersebut akan kesulitan membayar utangnya kepada pemberi pinjaman. Jika perusahaan tersebut mengalami kebangrutan dan tidak bisa membayar utangnya, maka perusahaan pemberi pinjaman akan kehilangan investasinya. Ketika perusahaan pemberi pinjaman juga memiliki rasio pengungkit yang tinggi, hal ini dapat mendorong terjadinya kredit macet kepada bank ketiga yang mendanai pemberi pinjaman. Hal ini dapat menciptakan efek domino, di mana kegagalan sebuah lembaga keuangan akan mengakibatkan rantai kegagalan dan kebangkrutan lembaga lain.Tiga dari lima perusahaan terbesar di Wall Street yang mengalami kebangkrutan, yaitu, Merrill Lynch, Lehmann Brothers, dan Bear Sterns. Selain dari ketiga perusahaan tersebut, banyak perusahaan lain mengalami keadaan yang sama. Hal tersebut memaksa pemerintah Amerika Serikat pada saat itu untuk mengeluarkan bailout untuk mencegah kebangkrutan perusahaan yang lebih luas. Pada saat terjadinya krisis, perusahaan dengan kinerja yang baik seharusnya dapat bertahan dan perusahaan dengan kinerja buruk memiliki risiko bangkrut yang lebih besar. Untuk menilai kinerja suatu perusahaan, dapat digunakan rasio profitabilitas. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis memutuskan untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Diskriminan Terhadap Rasio Keuangan Lembaga Keuangan Di Amerika Serikat Tahun 200420071.2 Perumusan Masalah1. Apakah rasio pengungkit dan rasio profitabiltias dapat digunakan untuk mengidentifikasi perusahaan yang bangkrut atau diakuisisi dan perusahaan yang bertahan pada saat krisis keuangan global?1.3 Tujuan Penelitian1. Untuk mengetahui apakah rasio pengungkit dan rasio profitabilitas dapat digunakan untuk mengidentifikasi perusahaan yang bangkrut atau diakuisisi dan perusahaan yang bertahan pada saat krisis keuangan global.1.4 Manfaat Penelitian1. Bagi PenulisHasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan penulis mengenai krisis keuangan dan penyebabnya serta dampaknya terhadap lembaga keuangan di AS. 2. Bagi Lembaga KeuanganLembaga-lembaga keuangan besar diharapkan mampu membatasi tingkat rasio pengungkit agar krisis kuangan yang sama tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.3. Bagi Peneliti SelanjutnyaHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi peneliti selanjutnya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Lembaga KeuanganPerusahaan terbagi dua, yaitu, perusahaan non-keuangan dan perusahaan keuangan, atau biasa disebut lembaga keuangan. Perusahaan non-keuangan menjalankan usahanya dengan membuat produk seperti, mobil, komputer, dan lain-lain, dan menyediakan jasa seperti, jasa transportasi, jasa pengiriman, dan lain-lain. Lembaga keuangan adalah perusahaan yang menyediakan jasa-jasa keuangan kepada individu yang meliki penghasilan lebih tinggi dari pengeluarannya dan kepada individu yang pengeluarannya melebihi penghasilannya. Di dalam Fabozzi et al. (2009), lembaga keuangan menyediakan salah satu atau lebih jasa di bawah ini:1. Mengubah aset keuangan yang diperoleh dari pasar dan membuat aset-aset tersebut menjadi aset keuangan dengan jenis yang berbeda dan lebih disukai2. Melakukan pertukaran aset keuangan atas nama pelanggan3. Melakukan pertukaran aset keuangan untuk lembaga itu sendiri4. Memberikan bantuan dalam menciptakan aset keuangan untuk pelanggannya, dan kemudian menjual aset tersebut kepada anggota pasar lainnya5. Memberikan saran dalam berinvestasi kepada anggota pasar lainnya6. Mengatur portofolio milik anggota pasar lainnyaBurton et al. mengklasifikasikan lembaga keuangan sebagai berikut:1. Commercial BanksBank merupakan salah satu jenis perantara keuangan yang terbesar dan memiliki peranan penting dalam menjadi penyalur dana dari pemberi pinjaman kepada para peminjam. Bank meminjam dana dan kemudian membayar bunga atas pinjaman tersebut. Dana yang telah dipinjam tadi disalurkan bank kembali dalam bentuk pinjaman dan mengenakan bunga yang lebih tinggi kepada para peminjam untu mendapatkan laba. Sebagai perantara, bank komersial membuat keputusan-keputusan, seperti: 1) tingkat bunga yang akan dibayar oleh bank untuk dana yang dipinjamnya dari depositor, 2) jenis deposito yang akan mereka tawarkan ke publik, 3) bunga yang akan mereka bebankan kepada para peminjam dana, 4) jenis pinjaman yang akan mereka berikan, dan 5) jenis sekuritas yang akan mereka beli.2. Savings AssociationsBurton et al. mengklasifikasikan saving associations ke dalam dua jenis, yaitu savings banks dan savings and loan associations. a. Savings BanksKonsep saving banks dicetuskan oleh penulis Inggris, Daniel DeFoe. Namun, saving banks pertama didirikan oleh Henry Duncan pada tahun 1810. Tujuan pembentukannya adalah untuk mendorong orang-orang miskin dan para pekerja untuk menabung sehingga kemiskinan dapat berkurang.Di Amerika Serikat, saving banks mulai muncul tahun 1816 dengan dimulainya operasi The Philadelphia Savings Fund Society sebagai mutual saving banks. Mutual saving banks adalah saving banks yang tidak memiliki pemegang saham yang mana asetnya dikelola demi keuntungan para pemiliknya. Bentuk lain dari saving banks di Amerika Serikat adalah stock saving banks, yaitu saving banks yang menjual sahamnya kepada publik.b. Savings and Loan Associations (S&L)Tujuan dibentuknya S&L adalah mengumpulkan dana simpanan dari penduduk lokal untuk mendanai mereka dalam membeli rumah. S&L pertama didirikan pada tahun 1831 di Frankfort, Pennsylvania. Untuk menjamin kualitas pinjaman, keanggotaan dan pinjaman dibatasi secara geografis dalam radius 5 mil atau 8 km. Pada awal masa pembentukannya, S&L mendorong para pemegang sahamnya untuk meninggalkan dananya di lembaga tersebut hingga semua anggotanya mampu membeli sebuah rumah. Untuk mengambil dana lebih awal, pemilik dana harus mengajukan pemberitahuan satu bulan sebelumnya dan akan dikenakan denda sebesar 5%. Setelah seluruh anggota dapat membeli rumah, maka asosiasi tersebut dibubarkan.

3. Credit UnionsCredit unions merupakan lembaga penyimpanan kooperatif, nirlaba, milik anggota, dan bebas pajak yang beroperasi untuk keuntungan anggotanya, baik yang menabung atau yang meminjam dana, yang memiliki ikatan yang sama. Tidak seperti savings associations, yang mengadakan pinjaman rumah jangka panjang, credit unions mengkhususkan pinjaman jangka pendek dalam jumlah kecil. Hal lain yang membedakan credit unions dengan savings associations adalah keanggotannya, masyarakat umum tidak bisa mengikuti credit unions. Berdasarkan hukum, anggota credit unions harus memiliki kesamaan atau ikaatan yang sama, seperti pegawai, serikat pekerja, atau wilayah geografis.4. Insurance Companies (Perusahaan Asuransi)Insurance cimpanies (perusahaan asuransi) adalah jenis perantara keuangan berjenis kontraktual yang menawarkan proteksi kepada masyarakat akan biaya-biaya berkaitan dengan kehilangan nyawa, kesehatan, atau kepemilikan. Sebagai bayarannya, yang disebut premium, perusahaan asuransi setuju untuk melakukan pembayaran terhadap terjadinya peristiwa tertentu yang belum pasti. Premium digunakan untuk membeli aset keuangan hingga pemegang polis melakukan klaim. Selama perusahaan mampu menghasilkan pendapatan melalui premium dan penghasilan dari investasi lebih tinggi daripada klaim asuransi yang dilakukan, perusahaan akan mendapatkan laba. 5. Pension Plans (Dana Pensiun)Pension plans pertama di Amerika Serikat didirikan unutk menyediakan penghasilan bagi veteran perang yang cacat karena Perang Revolusi. Pemerintah federal terus menjad salah satu penyedia utama dana pensiun untuk para veteran dan pegawai pemerintah yang sudah pensiun melalui program-programnya. Untuk membantu para pekerja dan orang-orang yang akan segera memasuki masa pensiun, dana pensiun dibuat untuk menyediakan penghasilan kepada pekerja atau pasangan mereka setelah pekerja tersebut pensiun, menjadi cacat, atau meninggal. 6. Finance Companies (Perusahaan Pembiayaan)Perusahaan pembiayaan merupakan salah satu perantara keuangan yang meminjamkan dana 1) kepada rumah tangga yang digunakan untuk konsumsi mereka, 2) kepada perusahaan untuk mendanai pembelian mesin atau peralatan, dan 3) kepada konsumen dan perusahaan untuk pinjaman real estate. Berbeda dari bank komersial, perusahaan pembiayaan tidak menyediakan jasa penyimpanan uang. Dana yang didapat oleh perusahaan pembiayaan berasal dari penerbitan obligasi, atau meminjam dalam jumlah besar dari bank komersial. Dana tersebut kemudian dibuat untuk membuat pinjaman konsumsi, bisnis, dan real estate yang relatif kecil. Sebagai kompensasi atas risiko kredit macet yang lebih besar, tingkat bunga yang dibebankan oleh perusahaan pembiayaan lebih tinggi daripada bank-bank umumnya.

7. Securities Firms (Perusahaan Sekuritas)Perusahaan sekuritas membantu sistem keuangan berjalan dengan baik. Dua fungsi utama perusahaan sekuritas adalah investment banking dan membeli serta menjual sekuritas yang diterbitkan. Investment banking bertugas memasarkan sekuritas yang baru diterbitkan ke dalam pasar utama. Broker dan dealer membantu pemasaran sekuritas tersebut ke pasar sekunder. Pada tahun 1990-an, perusahaan sekuritas mengalami pertumbuhan pesat dengan volume perdagangan harian rata-rata sekuritas di Amerika Serikat meningkat sebesar 512%. Industri ini mengalami penurunan pada awal 2000-an, dan naik kembali mulai tahun 2003 hingga tahun 2007. Namun, tren tersebut berhenti di tahun 2008 ketika krisis keuangan terjadi.8. Investment Companies (Perusahaan Investasi)Perusahaan investasi dapat berbentuk open-end atau closed-end. Perushaan berbentuk open-end terus-menerus menjual saham baru kepada publik atau membeli kembali saham yang beredar di publik. Mayoritas perusahaan investasi yang berbentuk open-end disebut mutual funds. Mutual funds adalah perusahaan investasi yang mengumpulkan dana dari banyak investor kecil dengan cara menjual saham. Ketika permintaan meningkat, saham yang diterbitkan juga akan lebih banyak. Karena mutual funds hanya menjual dan membeli saham milik mereka sendiri, maka sahamnya tidak diperdagangkan di bursa saham. Perusahaan yang memiliki bentuk closed-end juga menjual saham seperti perusahaan lainnya, namun tidak membeli kembali saham-saham tersebut.9. Financial ConglomeratesFinancial conglomerates adalah perusahaan yang memiliki dan mengoperasikan beberapa jenis perusahaan perantara keuangan dan lembaga keuangan yang berbeda. Financial conglomerates biasanya lahir dari merger antara beberapa perusahaan. sebagai contoh, sebuah financial conglomerates dapat memiliki bank komersial, dana pensiun, perusahaan sekuritas, dan perusahaan asuransi.Lembaga keuangan yang memiliki peranan paling penting adalah perantara keuangan, yaitu lembaga yang menyediakan jembatan penghubung antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana. Lembaga keuangan merupakan bagian dari sistem keuangan yang memiliki fungsi dan struktur yang kompleks.Karena sistem keuangan merupakan hal vital untuk ekonomi yang sehat, pemerintah membuat regulasi dan mengawasi kegiatannya. Aturan-aturan tersebut dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan dan mengefisienkan sistem keuangan. Dengan membuat dan memberlakukan regulasi pada pasar keuangan dan lembaga keuangan, regulator berusaha untuk meningkatkan kompetisi dan efisiensi dengan tetap mempertahankan keamanan dan kekuatan sistem.2.2 Krisis KeuanganSeiring berjalannya waktu, cara-cara baru untuk mengumpulkan dan menggunakan dana semakin berkembang. Karena inovasi keuangan yang terjadi dan beberapa faktor lainnya, badan regulator di Amerika Serikat mulai mempertimbangkan kembali manfaat dari beberapa regulasi. Beberapa regulasi dihapus karena peraturan-peraturan tersebut dianggap tidak lagi efektif karena terdapat celah-celah yang dapat dimanfaatkan perusahaan. Pada tahun 2008, terjadi krisis keuangan yang dianggap para analis bahwa deregulasi yang dilakukan merupakan sebagian sebabnya.Teori instabilitas keuangan Minsky menyatakan kecenderungan suatu sistem keuangan untuk mengalami periode krisis dan kebangkrutan. Krisis keuangan yang mengakibatkan merosotnya perekonomian terjadi karena kondisi perusahaan yang bergantung pada pinjaman untuk menjalankan kegiatan mereka semakin memburuk. Selama ekonomi dalam keadaan stabil, pemberi pinjaman terlalu yakin bahwa pinjaman yang mereka berikan akan dibayar, hal ini menyebabkan krisis keuangan dapat terjadi. Keyakinan yang berlebihan tersebut menyebabkan kreditor memberikan pinjaman berisiko, yang mana akan menghasilkan kredit macet, berkurangnya penyaluran kredit, dan berakibat buruk pada sistem keuangan secara menyeluruh.Minsky berpendapat bahwa ekonomi terdiri dari tiga unit pengeluaran, yaitu:1. Hedge Spending UnitPada unit ini, pendapatan (arus masuk) yang diantisipasi lebih besar daripada pembayaran kewajiban (arus keluar). Sebagai contoh, perusahaan yang penjualannya dapat dengan mudah menutup semua pengeluaran, termasuk pembayaran pinjaman ke bank, gaji, sewa, dan berbagai pengeluaran lainnya, kondisi seperti ini diharapkan akan terus bertahan hingga masa depan. Kemungkinan terjadinya kredit macet atau kebangkrutan pada unit ini sangat kecil, kecuali terjadi penurunan arus masuk yang tiba-tiba.2. Speculative Spending UnitPada unit ini, arus keluar berpotensi lebih besar daripada arus masuk ketika terjadi kenaikan pada tingkat suku bunga. Speculative unit memiliki ketidakpastian yang lebih besar daripada hedge unit. Ketika terjadi kenaikan tingkat suku bunga, perusahaan hedge unit dapat bertahan dengan arus kas masuk yang ada, sedangkan perusahaan speculative unit harus mencari dana lain, misalnya dengan menerbitkan obligasi baru, agar arus kas masuk bisa menutupi arus kas keluar.3. Ponzi Spending UnitPada unit ini, arus masuk ke perusahaan tidak dapat digunakan untuk membayar baik kewajiban maupun bunganya. Dengan kondisi seperti itu, perusahaan harus meminjam lebih banyak dana atau menjual aset-asetnya guna membayar kewajiban yang telah jatuh tempo. Menurut Minsky, ketiga unit tersebut digunakan untuk menentukan kesehatan sistem keuangan. Jika perekonomian didominasi oleh hedge spending unit, maka perekonomian berada dalam keadaan sehat, kecil kemungkinan terjadi kredit macet dan krisis keuangan. Ketika perekonomian didominasi oleh speculative spending unit, sistem keuangan menjadi lebih rapuh dan memiliki ketergantungan lebih tinggi terhadap dana pinjaman. Terjadinya kebangkrutan atau kenaikan pada tingkat suku bunga dapat mengakibatkan meluasnya kegagalan membayar pinjaman, hingga menyebabkan kebangkrutan yang lebih luas pada perekonomian. Jika yang mendominasi perekonomian adalah ponzi spending unit, kebangkrutan akan segera terjadi jika perusahaan tidak dapat meningkatkan pinjamannya untuk menutupi pinjaman sebelumnya. Tingkat rasio pengungkit perusahaan menjadi sangat tinggi. Jika perusahaan gagal untuk mendapatkan pinjaman tambahan, maka perusahaan tidak dapat membayar utangnya, mengakibatkan kredit macet yang lebih jauh dan luas. Semakin besar ketergantungan ini, potensi terjadinya krisis keuangan semakin besar. Ketika perekonomian sedang berada dalam kondisi yang baik, perusahaan meningkatkan rasio utang terhadap laba mereka. Perekonomian berada dalam kondisi yang berbahaya dan rapuh. Kebangkrutan suatu bank menjadi berbahaya karena dapat menyebabkan efek domino ketika tingkat pengungkit tinggi. Selama terjadi penurunan dalam perkenomian seperti yang terjadi saat Great Depression, kebangkrutan meluas dan terjadi deflasi pada nilai aset. Kreditor menjadi berhati-hati dalam memberi pinjaman. Utang-utang perusahaan semakin berkurang dibandingkan saat terjadinya krisis. Kreditor dan debitor enggan untuk meningkatkan pinjaman mereka. Perusahaan tidak lagi memiliki tingkat pengungkit yang tinggi untuk menjaga agar arus keluar tidak lebih tinggi daripada arus masuk. Mishkins dan Eakins (2012) membagi krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat ke dalam tiga tahap.1. Inisiasi Krisis KeuanganKrisis keuangan dapat diawali dengan beberapa cara, yaitu: Inovasi dan kebebasan keuangan dengan manajemen yang salahKrisis keuangan terjadi ketika suatu negara menganut kebebasan keuangan, penghapusan beberapa larangan dalam pasar dan lembaga keuangan, atau munculnya bentuk pinjaman dengan jenis yang baru atau produk keuangan yang baru. Kebebasan keuangan memiliki kekurangan, yaitu dapat mendorong lembaga keuangan mengeluarkan lebih banyak pinjaman, yang disebut credit boom. Namun, pemberi pinjaman tidak memiliki keahlian untuk mengelola risiko yang akan dihadapi dengan baik. Bahkan dengan manajemen yang baik, credit boom pada akhirnya akan mengalahkan kemampuan lembaga tersebut untuk memantau risiko kredit, yang akan membawa lembaga tersebut memberikan pinjaman dengan risiko yang tinggi. Harga aset yang meningkat pesat dan turun tiba-tibaHarga aset seperti saham dapat meningkat dari nilai fundamentalnya berdasarkan psikologi investor. Peningkatan harga aset tersebut disebut gelembung harga aset (asset-price bubble). Gelembung harga aset sering juga diakibatkan karena ledakan kredit, di mana peningkatan pinjaman yang besar digunakan untuk mendanai pembelian aset, sehingga harga aset menjadi naik.Ketika gelembung itu pecah, maka harga aset akan kembali sejajar dengan nilai fundamentalnya, harga saham jatuh, dan net worth perusahaan akan turun. Turunnya harga aset juga mengakibatkan neraca perusahaan terlihat semakin buruk, memaksa mereka untuk menurunkan tingkat rasio pengungkit, dan menyebabkan aktivitas ekonomi menurun. Tingkat suku bunga yang naikSuku bunga yang meningkat juga menjadi sebab terjadinya krisis keuangan melalui dampaknya terhadap arus kas. Arus kas yang cukup berarti perusahaan dapat mendanai kegiatan usahanya. Peningkatan suku bunga yang terjadi dapat mengakibatkan arus kas perusahaan menurun. Berkurangnya arus kas membuat perusahaan harus mendapatkan dana dari sumber eksternal, dari bank misalnya. Ketidakpastian yang meningkatKrisis keuangan di AS biasanya dimulai pada periode di mana tingkat ketidakpastian tinggi, seperti pada awal resesi, jatuhnya pasar saham, atau kegagalan lembaga keuangan besar. Di mana informasi sulit didapat, masalahmasalah pilihan yang merugikan (adverse selection) dan bahaya moral (moral hazard) semakin meningkat, sehingga mengurangi pemberian pinjaman dan aktivitas ekonomi.2. Krisis PerbankanMemburuknya neraca perusahaan dan kondisi bisnis yang semakin keras memaksa sebagian lembaga keuangan ke arah insolvensi, ketika net worth menjadi negatif. Ketidakmampuan bank dalam membayar nasabah dan para kreditor menyebabkan bank menjadi bangkrut. Jika kondisi tersebut cukup parah, hal ini dapat memicu kepanikan bank, di mana banyak bank mengalami kegagalan secara bersamaan. Semakin sedikit bank yang beroperasi, informasi mengenai kelayakan kredit para peminjam menjadi hilang. Masalah adverse selection dan moral hazard semakin parah, dan perekonomian jatuh semakin dalam. Pada akhirnya, pihak berwenang memeriksa sistem perbankan, menutup perusahaan yang insolven dan menjualnya atau melikuidasi mereka. Ketidakpastian dalam pasar keuangan menurun, pasar saham membaik, dan tingkat suku bunga menurun. Masalah adverse selection dan moral hazard menghilang, krisis keuangan mereda, dan perekonomian kembali pulih.3. Deflasi UtangKetika merosotnya perkekonomian menyebabkan harga-harga menurun dengan tajam, proses pemulihan ekonomi akan berbeda. Dalam kondisi ini, terjadi proses deflasi utang, di mana terjadi penurunan yang tak diduga pada tingkat harga, menyebabkan net worth perusahaan semakin buruk karena bertambahnya tanggungan utang. Aktivitas perekonomian juga semakin menurun.2.3 Rasio PengungkitMenurut Kasmir dan Jakfar (2003: 126), rasio pengungkit adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Rasio ini juga mengukur kemampuan perusahaan untuk menjaga keberlangsungan operasinya dengan membandingkan tingkat utang dengan ekuitas dan aset perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini menilai going-concerns perusahaan dan kemampuannya membayar kewajiban dalam jangka panjang. 2.3.1 Debt to Asset RatioDebt atau kewajiban merupakan kemungkinan pengorbanan masa depan dari manfaat ekonomi yang timbul dari kewajiban sekarang dari kesatuan tertentu untuk mentransfer aktiva atau jasa produktif ke kesatuan lain dimasa depan sebagai hasil dari transaksi masa lalu. Kewajiban dikelompokkan berdasarkan jatuh temponya, yaitu:1. Kewajiban Jangka Pendek2. Kewajiban Jangka PanjangMenurut FASB Statement of Financial Accounting Concepts No. 3 Aset adalah keuntungan ekonomis masa depan yang mungkin akan diperoleh atau dikendalikan perusahaan tertentu sebagai hasil transaksi atau peristiwa masa lalu. Aset perusahaan dapat memiliki wujud fisik, seperti kas dan persediaan, atau tidak memiliki wujud, seperti paten dan goodwill.Untuk melihat porsi utang yang terdapat di dalam aset perusahaan, dapat digunakan debt to asset ratio atau yang dikenal juga sebagai debt ratio. Rasio ini digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aset. Total utang yang optimal pada satu perusahaan dapat berbeda dengan perusahaan lainnya. Pada umumya, utang yang rendah mengindikasikan risiko yang lebih rendah bagi para investor2.3.2 Debt to Equity RatioSetiap perusahaan membutuhkan dana untuk menjalankan setiap aktivitasnya. Dana yang digunakan perusahaan berasal dari utang dan dari modal pemilik. Pada laporan posisi keuangan, struktur kepemilikan perusahaan dapat dilihat pada bagian ekuitas. Ekuitas adalah hak residual pemilik dalam perusahaan yaitu selisih antara aset dengan liabilitas perusahaan. Debt to equity ratio digunakan untuk melihat perbandingan seberapa banyak perusahaan didanai melalui utang dan modal pemilik. Debt to equity ratio digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total ekuitas. Perusahaan yang memiliki jumlah utang yang tinggi akan memiliki Debt to equity ratio yang tinggi, sebaliknya, perusahaan dengan ekuitas yang tinggi memiliki Debt to equity ratio yang rendah. 2.4 Rasio ProfitabilitasRasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba. Tingkat profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa manajemen perushaan mampu menghasilkan laba secara efektif. Rasio profitabilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Profit Margin. Rasio ini membandingkan operating income perusahaan dengan net sales. Operating income juga disebut EBIT. Pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan merupakan hal yang penting bagi investor dan manajer. 2.5 Tinjauan Penelitian TerdahuluPenelitian mengenai kondisi rasio pengungkit pada saat sebelum dan ketika terjadi krisis keuangan telah beberapa kali dilakukan. Kalemli-Ozcan et al. meneliti rasio pengungkit perusahaan-perusahaan di dunia untuk tahun 2000-2009. Data yang digunakan pada penelitian tersebut bersumber dari database ORBIS yang disediakan Bureau van Dijk Electronic Publishing antara tahun 2000-2009. Sampel yang digunakan pada penelitian ini hanya bank / perusahaan jasa keuangan dan perusahaan non-keuangan besar karena perusahaan non-keuangan yang kecil tidak memiliki peran dalam krisis keuangan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa hanya terdapat perbedaan antara rasio pengungkit perusahaan non-keuangan dan bank komersial di dunia dengan rasio pengungkit bank komersial di Amerika Serikat dan bank investasi di seluruh dunia. Pada awal 2000-an, terdapat peningkatan rasio pengungkit pada bank investasi dan perusahaan keuangan. Peningkatan rasio pengungkit tidak terlihat pada bank komersial dan perusahaan non-keuangan. Bank-bank yang beroperasi pada pasar yang memiliki regulasi bank ketat dan perlindungan investor yang lebih kuat menujukkan penurunan rasio pengungkit yang lebih rendah secara signifikan.Penelitian lain dilakukan oleh Altunok dan Oduncu. Penelitian dilakukan terhadap perusahaan non-keuangan untuk periode 2003-2009. Data-data yang diperlukan diperoleh dari Borsa Istanbul. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan pertumbuhan penjualan perusahaan non-keuangan yang kurang baik seiring dengan meningkatnya rasio pengungkit perusahaan.Tabel 2.1 Penelitian TerdahuluNama PenelitiJudul PenelitianAnalisis PenelitianHasil Penelitian

Fatih Altunok dan Arif OduncuFirm Leverage and Financial CrisisPeneltitan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Borsa IstanbulPertumbuhan penjualan yang kurang baik berkaitan dengan meningkatnya rasio pengungkit perusahaan sebelum krisis keuangan global.

Sebnem Kalemli-Ozcan, Bent Sorensen, dan Sevcan YesiltasLeverage Across Firms, Banks, and CountriesMenggunakan data sekunder yang diperoleh dari database ORBIS.Data-data dari beberapa negara kemudian dibandingkan.Pada penilitian ini ditemukan: 1) terdapat peningkatan rasio pengungkit pada bank investasi sebelum krisis sub-prime; 2) tidak nampak peningkatn rasio pengungkit pada bank komersial dan perusahaan non-keuangan.

2.6 Kerangka KonseptualDalam menjalankan kegiatannya, perusahaan membutuhkan dana, yang berasal dari pemilik perusahaan itu sendiri atau berasal dari utang. Untuk mendapatkan tambahan dana, perusahaan menerbitkan saham dan obligasi. saham termasuk ke dalam ekuitas dan obligasi termasuk ke dalam utang perusahaan. Jumlah utang dan ekuitas suatu perusahaan yang digunakan untuk mendanai kegiatannya dapat dibandingkan dengan menggunakan debt to equity ratio. Semakin besar nilai rasio tersebut, semakin besar perusahaan didanai oleh utang. Perusahaan yang sebagian besar kegiatannya didanai melalui utang, maka perusahaan tersebut akan memiliki debt to asset ratio yang besar.Teori Minsky mengatakan terdapat tiga spending unit, yaitu hedge spending unit, speculative spending unit, dan ponzi spending unit. Masing-masing unit memiliki risiko kebangkrutan yang berbeda-beda. Unit yang memiliki risiko kebangrutan yang paling rendah adalah hedge spending unit dan unit yang paling berisiko mengalami kebangkrutan adalah ponzi spending unit.Risiko yang tinggi pada ponzi spending unit disebabkan karena penggunaan utang yang berlebihan sehingga arus masuk perusahaan menjadi lebih kecil daripada arus keluar. Perusahaan yang meminjam terlalu banyak dana dapat mengalami kebangkrutan ketika dunia usaha mengalami penurunan, sedangkan perusahaan dengan rasio pengungkit yang rendah dapat bertahan. Arus masuk yang menjadi semakin kecil karena meningkatnya arus keluar menjadikan profitabilitas perusahaan semakin menurun, menyebabkan risiko perusahaan mengalami kebangkrutan semakin besar. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diasumsikan bahwa perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan perusahaan yang bertahan menghadapi krisis keuangan 2008 memiliki rasio pengungkit yang berbeda.

Debt to Asset RatioDebt to Equity RatioProfit MarginDebt to Asset RatioDebt to Equity RatioProfit MarginPerusahaan jasa keuangan yang bangkrut atau diakuisisi.Perusahaan jasa keuangan yang bertahan pada saat krisis keuanganGambar 2.1Kerangka Konseptual2.7 Hipotesis PenelitianMenurut Sarwono (2006 : 26) hipotesis adalah jawaban sementara dari persoalan yang kita teliti. Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, landasan teori dan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:1. H1: rasio pengungkit dapat digunakan untuk mengidentifikasi perusahaan yang bangkrut atau diakuisis dan perusahaan yang bertahan pada saat krisis keuangan global.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN3.1 Jenis PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Sugiono (2003:14) penelitian kuantitatif adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Sifat dari penelitian komparatif adalah membandingkan. Penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Jenis penelitian ini digunakan untuk membandingkan antara dua kelompok atau lebih dari suatu variabel tertentu. 3.2 Definisi Operasional VariabelVariabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel merupakan suatu konsep yang dapat diukur dengan menggunakan salah satu dari empat skala pengukuran. Variabel juga dapat berarti sarana untuk memperoleh pemahaman terhadap masalah yang sedang diteliti secara benar. Peneliti menggunakan variabel-variabel yang telah ditentukannya untuk menguji benar atau tidaknya asumsi dan rumusan masalah yang sudah dibuat sebelumnya. Variabel memiliki posisi penting dalam penelitian, yaitu sebagai objek penelitian. Untuk memudahkan peneliti dalam mengukur dan mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, peneliti perlu mendefinisikan variabel secara operasional. Menurut Sarwono (2006), operasionalisasi variabel bermanfaat untuk: 1) mengidentifikasi kriteria yang dapat diobservasi yang sedang didefinisikan; 2) menunjukkan bahwa suatu konsep atau objek mungkin mempunyai lebih dari satu definisi operasional; 3) mengetahui bahwa definisi operasional bersifat unik dalam situasi di mana definisi tersebut harus digunakan.Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:a. Variabel IndependenMenurut Kumar (2011), variabel independen adalah penyebab yang dapat mengubah suatu situasi atau fenomena. Variabel ini sering disebut sebagai variable bebas, variabel perlakuan, variabel pengaruh, variabel kausa, atau variabel stimulusb. Variabel DependenVariabel dependen adalah variabel yang menunjukkan hasil atau akibat dari perubahaan yang terjadi pada variabel independen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, konsekuen, variabel terpengaruh, atau variabel terikat.3.2.1 Variabel Independen3.2.1.1 Debt to Asset Ratio (X1)Aset dan debt (kewajiban) merupakan komponen dari laporan keuangan yang harus diungkapkan perusahaan. Aset adalah tiap sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Aset tersebut diperoleh perusahaan melalui dana yang didapat melalui utang atau modal pemilik.Debt atau utang merupakan kewajiban perusahaan kepada entitas lain akibat dari transaksi yang terjadi di masa lalu. Kewajiban yang dimaksud meliputi seluruh kewajiban perusahaan yang diungkapkan di laporan keuangan pada bagian liabilitas, baik kewajiban jangka panjang maupun kewajiban jangka pendek.. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi total liabilitas dengan total aset. Rumus debt ratio adalah:

3.2.1.2 Debt to Equity Ratio (X2)Ekuitas adalah hak pemilik terhadap aset perusahaan. Pada laporan keuangan, ekuitas disajikan dibawah liabilitas. Jumlah total ekuitas dan total liabilitas harus sama dengan jumlah total aset. Ekuitas menunjukkan jumlah dana perusahaan yang diperoleh dari pemilik. Debt to equity ratio dapat digunakan untuk melihat perbandingan antara dana yang diperoleh dari kreditor dan pemilik. Rasio ini dapat dihitung dengan membagi total liabilitas dengan total ekuitas, dengan rumus sebagai berikut:

3.2.1.3 Profit Margin (X3)Profit margin merupakan rasio salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio yang digunakan untuk menilai efektivitas kinerja suatu perusahaan. Rasio ini digunakan untuk membandingkan operating income dengan net sales. Jumlah operating income dan net sales perusahaan dapat dilihat pada laporan laba rugi. Rasio ini dihitung dengan cara membagi jumlah operating income dengan net sales. Rumus Profit Margin:

3.2.2 Variabel Dependen (Y) Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah lembaga keuangan di Amerika Serikat. Lembaga keuangan yang dimaksud adalah perusahaan jasa keuangan, yaitu perusahaan di industri keuangan yang menyediakan jasa-jasa keuangan seperti melakukan pengelolaan dana. Pada saat terjadi krisis keuangan di Amerika Serikat, banyak lembaga keuangan yang mengalami kebangkrutan dan diakuisisi. Tidak sedikit juga lembaga keuangan yang dapat bertahan menghadapi krisis tersebut. Maka, pada penelitian ini variabel dependen dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu: 1) lembaga keuangan yang bangkrut atau diakuisisi dan;2) lembaga keuangan yang bertahan pada saat terjadi krisis keuangan 2007-2008.3.3 Skala Pengukuran VariabelVariabel penelitian dapat diukur dengan menggunakan empat skala, yaitu:a. Skala NominalSkala nominal merupakan sistem pengukuran yang memberikan simbol angka kepada peristiwa-peristiwa untuk memberikan tanda pada tiap peristiwa tersebut. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi tiap peristiwa yang berbeda. Skala nominal mampu mengklasifikasikan individual dan objek berdasarkan karakteristik yang sama. Objek-objek tersebut dibagi ke dalam beberapa subgrup yang mana subgrup-subgrup tersebut memiliki ciri yang sama.b. Skala OrdinalSkala ordinal memiliki semua sifat yang dimiliki skala nominal. Selain mengkategorikan objek penelitian kedalam beberapa kategori, skala ordinal juga mengurutkan kategori tersebut.c. Skala IntervalSkala ini memiliki ciri seperti skala ordinal, yaitu memiliki subkategori dan mengurutkannya baik dari urutan terbesar ke terkecil atau sebaliknya. Skala interval juga menggunakan skala pengukuran yang menempatkan objek penelitian ke dalam suatu interval. d. Skala RasioSkala rasio memiliki sifat dari ketiga skala lainnya dengan kelebihan skala ini memiliki nilao nol (0) absolut. Pengukuran skala rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara satu individu atau objek dengan yang lainnya.Variabel pada penelitian ini diukur dengan menggunakan skala nominal dan skala rasio. Skala nominal digunakan untuk mengukur variabel dependen dan skala rasio digunakan untuk mengukur variabel independen. Tabel 3.1Definisi Operasional dan Skala Pengukuran VariabelVariabelDefinisi OperasionalParameterSkala Pengukuran

Debt to Asset ratio (X1)Perbandingan antara total liabilitas dengan total aset perusahaanRasio

Debt to Equity Ratio (X2)Perbandingan antara total liabilitas dengan total ekuitas perusahaanRasio

Profit Margin(X3)Perbandingan antara operating income panjang dengan net salesRasio

Lembaga Keuangan (Y)Perusahaan yang memberikan jasa-jasa keuangan.Perusahaan yang beroperasi di industri keuangan yang menyediakan jasa-jasa dan produk-produk keuangan.Nominal

3.4 Populasi dan Sampel PenelitianSarwono (2006: 111) mendefinisikan populasi sebagai seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti. Populasi dari penelitian ini adalah lembaga keuangan di Amerika Serikat yang menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2004-2007. Lembaga keuangan dipilih sebagai populasi dikarenakan krisis keuangan yang terjadi diakibatkan oleh lembaga keuangan yang memiliki rasio pengungkit tinggi.Setelah menentukan populasi, langkah selanjutnya adalah menetapkan sampel penelitian. Menurut Sarwono (2006: 111) sampel adalah sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari. Sampel pada penelitian ini dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Untuk itu, ditetapkan kriteria sampel sebagai berikut:1. Memiliki aset minimal sebesar $ 150 miliar pada tahun 2006.2. Menerbitkan laporan keuangan untuk tahun 2004 - 2007.3. Masuk ke dalam daftar Forbes 2000 tahun 2007.Tabel 3.2Daftar Sampel Penelitian Untuk Perusahaan yang BertahanNo.PeringkatNama PerusahaanIndustriAset (miliar $)

1.1CitigroupBanking1,884.32

2.2Bank of AmericaBanking1,459.74

3.5JPMorgan ChaseBanking1,120.65

4.16Berkshire HathawayDiversified Financials1,020.93

5.25Morgan StanleyDiversified Financials979.41

6.25Goldman Sachs GroupDiversified Financials841.3

7.34Wells FargoBanking527.72

8.62MetLifeInsurance707.12

9.88Prudential FinancialInsurance346.29

10.91LoewsInsurance157.55

11.99AllstateInsurance350.43

12.102American ExpressDiversified Financials326.71

13.109US BancorpBanking178.49

14.135Travelers CosInsurance199.95

15.140Hartford Financial ServiceInsurance248.44

Tabel 3.3Daftar Sampel Penelitian Untuk Perusahaan yang Bangkrut atau DiakuisisiNo.PeringkatCompanyIndustryAset (miliar $)

1.6AIGInsurance1,351.52

2.32Merrill LynchDiversified Financials838.2

3.35WachoviaBanking503.55

4.57Fannie MaeDiversified Financials752.25

5.83Lehman Bros HoldingsDiversified Financials482

6.104Freddie MacDiversified Financials446.9

7.110Washington MutualBanking219.23

8.168Countrywide FinancialDiversified Financials182.2

9.202Bear Stearns CosDiversified Financials150

3.5 Jenis DataPenelitian ini menggunakan data sekunder. Menurut Sarwono (2006:123), data sekunder adalah data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal mencari dan mengumpulkan data tersebut. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan tahunan lembaga keuangan di Amerika Serikat pada tahun 2004-2007. Laporan keuangan diperoleh melalui situs Stock and Exchange Commission atau dari sumber lain untuk periode pengamatan yang dibutuhkan. 3.6 Metode Pengumpulan DataMetode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi. Menurut Indrawan dan Yaniawati (2014: 139), teknik pengumpulan data melalui studi dokumentasi diartikan sebagai upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa catatan tertulis/gambar yang tersimpan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Kajian dokumen dilakukan dengan cara menelaah data yang telah diperoleh dari dokumen, catatan, file, dan sumber-sumber lain yang sudah didokumentasikan.

3.7 Metode Analisis3.2.1 Uji Asumsi dalam Analisis DiskriminanAda dua asumsi utama yang harus dipenuhi dalam analisis diskriminan, yaitu:a. Uji NormalitasUji Normalitas adalah sebuah pengujian yang dilakukan untuk mengecek apakah data yang sedang diteliti mempunyai sebaran normal atau tidak . Uji statistik yang dapat digunakan dalam uji normalitas adalah Uji Kolmogorov Smirnov. Di lihat melalui grafik, data yang terdistribusi secara normal akan menyebar di garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Sedangkan data yang menyebar jauh dari diagonalnya dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka asumsi normalitas tidak terpenuhi.Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan nilai signifikansi diatas 0,05. Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis:Ho = Data berdistribusi normalH1 = Data tidak berdistribusi normalBesar taraf signifikansi, yaitu sebesar 0,05.Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:a. Apabila Asymp sig (2 tailed) < 0,05, maka Ho ditolak, yang berarti data berdistribusi tidak normal.b. Apabila Asymp sig (2 tailed) > 0,05, maka Ho diterima, yang berarti data berdistibusi normal.b. Uji Kesamaan VarianUji Kesamaan Varian dilakukan untuk melihat apakah matriks varian-kovarian dalam kelompok sama atau berbeda. Jika covariance kedua kelompok tidak sama, maka proses analisis tidak dapat dilanjutkan. Untuk melakukan pengujian terhadap asumsi ini dilakukan melalui Boxs Test of Equality of Covariance Matrices. Covariance matrices kedua kelompok dapat dikatakan sama, jika memenuhi kriteria sebagai berikut:a. Jika nilai signifikansi pada Boxs M < 0,05, maka dikatakan kovarian kedua kelompok berbeda, dan proses analisis diskriminan tidak bisa dilakukan.b. Jika nilai signifikansi pada Boxs M > 0,05, maka dikatakan kovarian kedua kelompok sama, dan proses analisis diskriminan dapat dilanjutkan.3.2.2 Uji Hipotesis3.2.1.1 Uji PerbedaanUji Perbedaan dilakukan untuk melihat apakah terdaat perbedaan dalam rasio pengungkit lembaga keuangan yang bertahan dan lembaga keuangan yang bangkrut atau diakuisisi. Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan uji Independent sample t Test. Uji Independent sample t Test dilakukan terhadap data yang terdistribusi normal, dan menggunakan alat uji Mann Whitney Test jika data terdistribusi tidak normal.Dasar pengambilan keputusan uji Independent sample t Test adalah sebagai berikut:1. Apabila nilai asymp. Sig (2-tailed) > 05 atau probabilitas variabel bebas > 0,05 maka rasio keuangan antara lembaga keuangan yang bertahan dan yang bangkrut tidak terdapat perbedaan.2. Apabila nilai asymp. Sig (2-tailed) < 05 atau probabilitasnya < 0,05 maka terdapat perbedaan rasio keuangan lembaga keuangan yang bertahan dan yang bangkrut.3.2.1.2 Analisis DiskriminanMenurut Indrawan dan Yaniawati (2014:179) analisis diskriminan adalah salah satu teknik yang digunakan untuk menjelaskan atau memprediksi variabel terikat berdasarkan dua atau lebih kelompok variabel bebas dengan mengklasifikasikan objek beberapa kelompok. Analisis diskriminan digunakan untuk mengetahui apakah antarkelompok variabel dependen terdapat perbedaan yang jelas. Pengujian yang dilakukan akan menggunakan Multiple Discriminant Analysis (MDA). Metode stepwise digunakan untuk menguji dan menyeleksi variabel independen sehingga model prediksi yang paling tepat untuk memprediksi status perusahaan bisa diperoleh. Model prediksi yang diperoleh dengan menggunakan MDA:

D1 = d0 + d1X1 + d2X2 +.+ dpXpDi mana:D1= skor dari fungsi diskriminand1 = koefisien pembobotd0 = konstantaX = variabel-variabel diskriminan yang digunakan dalam analisis

Dengan membandingkan skor fungsi diskriminan dengan nilai optimum cutting score (Zcu), perusahaan dapat diklasifikasikan ke dalam perusahaan yang bertahan atau perusahaan yang bangkrut.

DAFTAR PUSTAKAKasmir dan Jakfar, 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Perpustakaan Nasional, Jakarta.Subramanyam, K.R. dan John J. Wild, 2010. Analisis Laporan Keuangan Buku 1, Salemba Empat, Jakarta.Indrawan, R. dan Poppy Yaniawati, 2014. Metodologi Penelitian, Refika Aditama, Bandung.Sarwono, Jonathan, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta.Kothari, C.R., 2004. Research Methodology: Methods and Techniques, New Age International, New Delhi.Burton, M., Reynold Nesiba dan Bruce Brown, 2015. An Introduction to Financial Markets and Institutions 2nd Edition, Routledge, New York.Mishkin, F.S. dan Stanley G. Eakins, 2012. Financial Markets and Institutions 7th Edition, Pearson Education, Boston.Fabozzi, F.J., Franco Modigliani dan Frank F. Jones, 2010. Foundation of Financial Markets and Institutions 4th Edition, Pearson Education, Boston.Rist, M. dan Albert J. Pizzica, 2015. Financial Ratio for Executives, Apress, New York.Kumar, R., 2011. Research Methodology: a Step-by-Step Guide for Beginners, Sage, London.Tuanakotta, T.M., 1986. Teori Akuntansi Buku Dua, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.Hendriksen, E.S., 1982. Teori Akuntansi Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.Reeve, J.M., Carl S. Warren dan Jonathan E. Duchac, 2007. Principles of Accounting 22nd Edition, Thompson South-Western, Mason.

Committee on Homeland and Governmental Affairs. 2011. Wall Street and The Financial Crisis: Anatomy of A Financial Collapse. http:// www.hsgac.senate.gov/public/_files/Financial_Crisis/FinancialCrisisReport.pdf (11 April 2015)Roubini, Nouriel. 2006. Why Central Banks Should Burst Bubbles. http://www.iie.com/publications/wp/wp06-1.pdf (11 April 2015)Beachy, Ben. 2012. A Financial Crisis Manual: Causes, Consequences, and Lessons of the Financial Crisis. http://www.ase.tufts.edu/gdae/Pubs/wp/12-06BeachyFinancialCrisis.pdf (15 April 2015)

6