abstrak analisis pengaruh krisis keuangan global terhadap …
TRANSCRIPT
1
ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP
KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SYARIAH
Oleh:
SANDRA NOVA RISKI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh krisis keuangan global terhadap
kinerja keuangan perbankan syariah dengan membandingkan kinerja keuangan
perbankan syariah perioda sesudah krisis dengan perioda krisis apakah terjadi
penurunan kinerja. Serta penelitian ini juga ingin membuktikan apakah perbankan
syariah lebih tahan terhadap krisis dibandingkan perbankan non-syariah dengan
membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan non-syariah
pada perioda krisis serta perioda sesudah terjadinya krisis yang dilihat dari kinerja
keuangan dengan beberapa variabel penelitian yaitu Capital Adequacy Ratio, Non
Performing Financing, Return on Asset, Biaya Operasional terhadap Pendapatan
Operasional dan Financing to Deposit ratio.
Data dalam penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan
keuangan bank syariah dan bank non-syariah yang dipublikasikan oleh Bank
Indonesia. Terdapat 6 sampel bank dengan perioda pengamatan selama tiga tahun
(2008-2010). Tiga sampel merupakan bank syariah, sedangkan tiga lainnya
merupakan bank non-syariah sebagai pembanding.
Pengujian hipotesis yang dilakukan dengan uji beda independent sample t-test
menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan syariah pada perioda krisis hingga
perioda sesudah krisis mengalami penurunan namun pernurunan tersebut tidak
signifikan. Selain itu jika dibandingkan dengan kinerja keuangan perbankan non-
syariah maka kinerja keuangan perbankan syariah tidak lebih baik dibandingkan
perbankan non-syariah pada perioda krisis dan sesudah terjadinya krisis.
Kata kunci: Kinerja perbankan syariah, kinerja perbankan non-syariah, krisis
keuangan global
2
Nama : Sandra Nova Riski
NPM : 0811031014
Jurusan : Akuntansi
Pembimbing 1 : Tri Joko Prasetyo,S.E.,M.Si. Akt
Pembimbing 2 : Yuztitya Asmaranti,S.E.,M.Si
Telp. : 087899692991
Email : [email protected]
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Krisis keuangan global telah memberikan dampak buruk bagi perkembangan
perekonomian. Menurut Bank Indonesia (2009), krisis ini bermula dari krisis kredit
perumahan di Amerika Serikat. Kredit macet tersebut menyebabkan efek kehancuran
yang terus menular dan memberikan pengaruh terhadap Indonesia baik dalam sektor
riil maupun moneter. Dalam sektor riil, terjadi penurunan daya beli masyarakat dunia
yang memberikan pengaruh terhadap berkurangnya share ekspor Indonesia. Hal
tersebut diperparah dengan melemahnya nilai tukar rupiah.
Gambar 1.1
Tingkat Ekspor Indonesia Tahun 2006-2010
(Sumber: Data Badan Pusat Statistik)
Gambar 1.2
Gambar 1.2
Nilai Tukar Rupiah Tahun 2006-2010
4
Nilai tukar rupiah pada akhir tahun 2007 sebesar Rp. 9.419 dan melemah secara
bertahap menjadi Rp. 12.151/USD pada akhir November 2008 dan tahun 2009
mengalami penurunan menjadi Rp.9.945/USD pada 11 Agustus 2009.
Selain itu, krisis keuangan juga menyebabkan harga-harga komoditas meningkat
sehingga akan memicu terjadinya inflasi.
Gambar 1.3
Pergerakan Inflasi Tahun 2006-2010
Selain dari sektor riil, krisis keuangan juga berpengaruh terhadap sektor moneter
yaitu terjadinya fluktuasi suku bunga SBI 1 bulan dari tahun 2007 hingga 2010, yang
dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Gambar 1.5
Perubahan Suku Bunga SBI Tahun 2007-2010
(Sumber: Data SBI 1 bulan 2007-2010, Bank Indonesia)
5
Pada tahun 2008 suku bunga SBI mengalami peningkatan hingga mencapai 11,21%
pada bulan November yang disebabkan karena depresiasi rupiah terhadap USD,
meningkatnya laju inflasi, dan ketatnya likuiditas domestik karena imbas krisis
keuangan global.
Dampak lain yang terjadi akibat krisis ini adalah jatuhnya bursa saham yang terjadi
dalam pertengahan Oktober 2008 yang kemudian mengakibatkan terganggunya
kegiatan pasar modal (Mareisca, 2011). Pemerintah bahkan menutup perdagangan di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama 3 hari berturut-turut (suspended).
Tabel 1.3
Indeks Harga Saham Gabungan Perioda 2006-2010
Perioda IHSG Perioda IHSG Perioda IHSG Perioda IHSG Perioda IHSG
Jan_06 1230 Jan_07 1757 Jan_08 2627 Jan_09 1333 Jan_10 2611
Mar_06 1323 Mar_07 1831 Mar_08 2447 Mar_09 1407 Mar_10 2777
Mei_06 1330 Mei_07 2084 Mei_08 2444 Mei_09 1917 Mei_10 2797
Jul_06 1352 Jul_07 2349 Jul_08 2305 Jul_09 2323 Jul_10 3069
Sep_06 1534 Sep_07 2359 Sep_08 1833 Sep_09 2468 Sep_10 3501
Nov_06 1719 Nov_07 2688 Nov_08 1242 Nov_09 2416 Nov_10 3531
Sumber: Bank Indonesia
Dampak krisis keuangan global selanjutnya adalah terdapat salah satu bank di
Indonesia yaitu Bank Century sebagai bank gagal serta hasil pemantauan Bank
Indonesia yang memperlihatkan adanya 18 bank berpotensi mengalami kesulitan
likuiditas dan 5 bank mirip seperti Bank Century (Humas Bank Indonesia, 2010).
Perkembangan kredit dan pertumbuhan perbankan nasional juga mengalami
penurunan yang dapat dilihat pada grafik berikut:
6
Gambar 1.6
Perkembangan Kredit dan Pertumbuhan Perbankan Nasional 2006-2009
(dalam triliun Rupiah)
Sumber: Bank Indonesia
Krisis keuangan global juga mempengaruhi perbankan syariah yang mana perbankan
syariah merupakan bagian dari perbankan nasional. Walaupun perbankan syariah
telah membuktikan mampu bertahan menghadapi krisis ekonomi tahun 1997-1998
namun perbankan syariah tidak luput dari pengaruh krisis keuangan global. Hal
tersebut dikarenakan perbankan syariah tidak terlepas dari perekonomian nasional
dan juga karena perbankan syariah berinteraksi dengan dunia luar yaitu dengan
nasabah yang menyimpan tabungannya, dengan nasabah yang dibiayainya, dengan
supliers yang mendukung operasional sehari-harinya, dengan perusahaan induknya,
dengan para investornya, sehingga perbankan syariah tidak luput dari dampak krisis
keuangan global.
Oleh karena itu, penelitian ini ingin menganalisis pengaruh krisis keuangan global
terhadap kinerja keuangan perbankan syariah dengan membandingkan kinerja
keuangan perbankan syariah sesudah krisis dengan perioda krisis apakah terjadi
penurunan kinerja keuangan. Serta penelitian ini juga ingin membuktikan apakah
perbankan syariah lebih tahan terhadap krisis dibandingkan perbankan non-syariah
dengan membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan non-
syariah pada perioda krisis serta perioda sesudah terjadinya krisis.
7
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang
perbankan syariah dengan judul “Analisis Pengaruh Krisis Keuangan Global
Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Syariah”.
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah
penelitian sebagai berikut:
1. Apakah kinerja keuangan perbankan syariah perioda sesudah krisis lebih baik
secara signifikan dibandingkan perioda krisis?
2. Apakah kinerja keuangan perbankan syariah lebih baik secara signifikan
dibandingkan perbankan non-syariah pada perioda krisis?
3. Apakah kinerja keuangan perbankan syariah lebih baik secara signifikan
dibandingkan perbankan non-syariah pada perioda sesudah terjadinya krisis?
1.2.2 Batasan Masalah
Agar tujuan penelitian dapat tercapai, maka penulis membuat batasan penelitian
sebagai berikut:
1. Objek penelitian adalah perbankan syariah dan non-syariah yang terdaftar di
Bank Indonesia yang berbentuk bank umum tahun 2008-2010.
2. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perioda pengamatan dari tahun
2008 sampai dengan tahun 2010.
3. Laporan keuangan yang diteliti adalah laporan keuangan yang dipublikasikan
secara berkala di situs resmi Bank Indonesia.
4. Rasio keuangan yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan perbankan
syariah dan non-syariah adalah CAR, NPF, ROA, BOPO, dan FDR.
8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah adalah:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah kinerja keuangan perbankan
syariah perioda sesudah krisis lebih baik secara signifikan dibandingkan
perioda krisis.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah kinerja keuangan perbankan
syariah lebih baik secara signifikan dibandingkan perbankan non-syariah pada
perioda krisis.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah kinerja keuangan perbankan
syariah lebih baik secara signifikan dibandingkan perbankan non-syariah pada
perioda sesudah terjadinya krisis.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
a. Bagi perbankan syariah, dapat dijadikan sebagai catatan ataupun koreksi
untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki
apabila ada kelemahan dan kekurangan.
b. Bagi nasabah dan calon nasabah, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk menyimpan
dana ataupun mengajukan permohonan kredit pada bank syariah.
c. Bagi peneliti, penelitian dapat memberikan wawasan dan pemahaman
mendalam tentang kinerja keuangan suatu bank.
d. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Ruang Lingkup Perbankan
2.1.1 Pengertian Perbankan
Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang
dimaksud dengan bank adalah “ badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”
(Siamat, 2001).
2.1.2 Fungsi Bank
Bank memiliki dua fungsi utama (Siamat, 2001), yaitu:
a. Funsi Perantara (Intermediation Roles)
b. Fungsi Transmisi (Transmission Roles)
Usaha perbankan meliputi tiga kegiatan utama (Siamat, 2001), yaitu:
a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
b. Menyalurkan dana ke masyarakat
c. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), Letter
of Credit, safe deposit box, bank garansi, bank notes dan jasa lainnya.
2.1.3 Jenis-Jenis Bank
Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat dua jenis perbankan yang
diatur dalam UU Perbankan (Kasmir, 2008), yaitu:
10
a. Bank umum
b. Bank Perkreditan Rakyat
Sementara Kasmir (2008) membagi jenis bank dengan melihat dari berbagai segi
diantaranya:
a. Bank dilihat dari segi kepemilikannya
1) Bank milik pemerintah
2) Bank milik swasta nasional
3) Bank milik koperasi
4) Bank milik asing
5) Bank milik campuran
b. Dilihat dari segi status
1) Bank Devisa
2) Bank Non Devisa
c. Dilihat dari segi cara menentukan harga
1) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional
2) Bank yang berdasarkan prinsip syariah
2.2 Bank Syariah
2.2.1 Pengertian Bank Syariah
Menurut Undang-Undang RI No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, “bank
syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah”. Bank syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan
yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadist
Nabi SAW (Muhammad, 2005).
2.2.2 Prinsip Dasar Bank Syariah
Terdapat lima prinsip dasar operasional bank syariah (Muhammad, 2005:176) yang
meliputi:
1) Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)
11
Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak lain, baik
individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si
penitip menghendaki (Antonio, 2001).
2) Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)
Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha antara
penyedia dana dengan pengelola dana (Rindawati, 2007). Bentuk produk yang
berdasarkan prinsip ini adalah Al-Mudharabah dan Al-Musyarakah
3) Prinsip Jual Beli
Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, bank akan
membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat nasabah sebagai
agen bank yang melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank
menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah
keuntungan (Rindawati, 2007). Implikasinya berupa Murabahah, Salam, Istishna’
4) Prinsip Sewa (Al-Ijarah)
Al-Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan hak kepemilikan atas
barang itu sendiri (Rindawati, 2007). Al-Ijarah terbagi menjadi dua jenis yaitu Ijarah,
sewa murni dan Ijarah al muntahiya bit tamlik
5) Prinsip Jasa (Fee-Based Service)
Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan bank
(Rindawati, 2007). Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain yaitu Al-
Wakalah, Al-Kafalah, Al-Hiwalah, Ar-Rahn, Al-Qardh
2.3 Bank Non-Syariah (Konvensional)
Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank umum dalam
pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan menghilangkan kalimat
12
“dan atau berdasarkan prinsip syariah”, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Sebagai lembaga perantara keuangan, bank akan memperoleh keuntungan dari selisih
bunga yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga yang diterima dari peminjam.
Kegiatan utama bank sebagai lembaga intermediasi keuangan adalah menghimpun
dan menyalurkan dana, maka bunga merupakan komponen biaya dan pendapatan bagi
bank.
2.4 Laporan Keuangan Bank
2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk dari proses akuntansi yang berisi mengenai
ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama perioda tertentu.
Laporan ini dibuat oleh pihak manajemen dengan maksud untuk
mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik
perusahaan.
2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan adalah
menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dalam pengambilan keputusan ekonomi.
2.4.3 Laporan Keuangan Bank
Dalam memenuhi kepentingan berbagai pihak, laporan keuangan bank harus disusun
berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang terdiri dari:
a. Neraca
b. Laporan Komitmen dan Kontijensi
c. Laporan Laba Rugi
13
d. Laporan Arus Kas
e. Catatan atas Laporan Keuangan
f. Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
2.4.4 Pemakai Laporan Keuangan Bank
Laporan keuangan yang diterbitkan oleh setiap bank ini dapat digunakan untuk
berbagai pihak dengan berbagai kepentingan (Simanjuntak, 2007), yaitu antara lain:
a. Kepentingan Masyarakat
b. Kepentingan Pemilik dan Pemegang Saham
c. Kepentingan Perpajakan
d. Kepentingan Pemerintah
e. Kepentingan Karyawan
f. Kepentingan Manajemen Bank
2.5 Kinerja Keuangan
Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank
dalam kegiatan operasionalnya baik penghimpunan dana maupun penyaluran
dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta
kelemahan suatu perusahaan, kekuatan tersebut dipahami agar dapat dimanfaatkan
dan kelemahan pun harus diketahui agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan
(Kusumo, 2008).
2.6 Rasio Keuangan
Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja bank dan salah
satunya adalah dengan cara mengukur rasio keuangan bank sesuai Peraturan Bank
Indonesia No. 9/1/PBI/2007 yang dalam penilaiannya menggunakan pendekatan
CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity), yang meliputi:
1. Permodalan (Capital)
14
Kecukupan modal merupakan faktor yang penting bagi bank. Faktor capital atau
permodalan digunakan untuk menilai sampai dimana bank memenuhi permodalan
bank dan kecukupan penyediaan modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR).
2. Kualitas Aktiva Produktif
Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk
antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul.
Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah NPF yang merupakan aktiva
produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan dan macet.
3. Rentabilitas (Earning)
Earning merupakan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
laba terhadap aset yang dimiliki perusahaan. Analisis rasio rentabilitas bank adalah
alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai oleh bank yang bersangkutan (Siamat, 2001).
4. Likuiditas
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta
dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan (Kasmir,
2008).
2.8 Penelitian Terdahulu
Sebagai landasan dalam penelitian ini, digunakan beberapa penelitian yang dahulu
pernah dilakukan, salah satunya adalah penelitian oleh Beni Suhendra Winarso
(2008) dalam penelitian yang berjudul “Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Syariah Sebelum dan pada Masa Krisis Ekonomi; Pendekatan Model CAMEL”.
Penelitian ini menyatakan bahwa secara keseluruhan kinerja keuangan perbankan
syariah pada masa krisis ekonomi mengalami penurunan.
15
Ardiana (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja
Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional Sebelum, Selama dan Sesudah
Krisis Global Tahun 2008 dengan Menggunakan Metode CAMEL (Studi Kasus pada
PT Bank Syariah Mandiri dan PT Bank Mandiri Tbk)”. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa nilai rasio Bank Mandiri lebih unggul daripada Bank Syariah Mandiri, namun
untuk pertumbuhan rasio Bank Syariah Mandiri lebih unggul daripada Bank Mandiri
Tbk.
2.10 Rerangka Penelitian
Uji Beda
Uji Beda Uji Beda
2.11 Hipotesis Penelitian
Ha1 : Kinerja keuangan perbankan syariah perioda sesudah krisis lebih baik secara
signifikan dibandingkan perioda krisis.
Ha2 : Kinerja keuangan perbankan syariah lebih baik secara signifikan dibandingkan
perbankan non-syariah pada perioda krisis.
Perbankan Syariah
Krisis Sesudah
Bank
Syariah
Bank Non-
Syariah
Bank
Syariah
Bank Non-
Syariah
Kinerja Keuangan
CAR, NPF, ROA,
BOPO dan FDR
16
Ha3 : Kinerja keuangan perbankan syariah lebih baik secara signifikan dibandingkan
perbankan non-syariah pada perioda sesudah krisis.
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data
Dalam melaksanakan penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder berupa
laporan keuangan triwulan perbankan syariah dan perbankan non-syariah yang telah
dipublikasikan di Bank Indonesia tahun 2008-2010. Perioda krisis dalam penelitian
ini yaitu tahun 2008 dan 2009 serta perioda sesudah krisis tahun 2010. Data yang
digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Neraca Keuangan tahun 2008-2010.
2. Laporan Laba-Rugi tahun 2008-2010.
3. Laporan Kualitas Aktiva Produktif tahun 2008-2010.
4. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum tahun 2008-2010.
5. Ikhtisar Keuangan tahun 2008-2010.
3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bank syariah dan bank non-syariah dengan
perioda pengamatan 2008-2010.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Bank Umum Syariah Bank Umum Non-Syariah
Bank Muamalat Indonesia Bank Negara Indonesia
Bank Syariah Mandiri Bank Mandiri
Bank Syariah Mega Indonesia Bank Mega
18
3.3 Definisi Operasional
1. Rasio Permodalan (Capital)
Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap
kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi (Kusumo, 2008). Rasio permodalan
yang digunakan dalam perhitungan ini adalah:
Sumber: SE BI No.12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif
Rasio ini digunakan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko
gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul (Statistik Perbankan
Indonesia, 2011). Rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Sumber: SE BI No.12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010
3. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat
efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan
(Ardiyana, 2011). Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Sumber: SE BI No.12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010
4. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi
kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua deposannya, serta
dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan
(Kasmir,2008). Rasio likuiditas yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
19
Sumber: SE BI No.12/11/DPNP tanggal 31 Maret 2010
3.5 Teknik Analisis Data
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal
atau tidak dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov.
3.5.2 Uji Beda Independent Sample t-Test
Independent sample t-test digunakan untuk membandingkan dua kelompok mean dari
dua sampel yang berbeda (independent). Dalam penelitian ini, uji beda independent
sample t-test digunakan untuk menguji apakah secara statistik terdapat perbedaan
signifikan antara kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan non-syariah baik
pada perioda krisis dan sesudah terjadinya krisis.
20
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian
Pengujian statistik deskriptif merupakan proses analisis yang merupakan proses
menyeleksi data (screening data), sehingga data yang akan dianalisis memiliki
distribusi normal. Deskripsi dari masing-masing variabel dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
Bank Syariah Bank Non-syariah
N
Minimu
m
Maximu
m Mean
Std.
Deviation N
Minimu
m
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
CAR 36 .0957 .1814 .123950 .0188203 36 .1202 .2214 .156728 .0214130
NPF 36 .0073 .0709 .042769 .0177403 36 .0096 .1191 .045458 .0293012
ROA 36 .0016 .0239 .011208 .0056126 36 .0013 .0282 .013117 .0069617
BOPO 36 .7156 .9677 .856900 .0579394 36 .7294 .9915 .824048 .0730627
FDR 36 .7617 1.0443 .865619 .0757920 36 .4763 .7593 .628633 .0658202
Valid N
(listwise)
36
36
Sumber: Output SPSS 18.0 (data diolah)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 4.1, dapat dilihat bahwa dari perioda tiga
tahun pengamatan, rasio CAR bank syariah memiliki nilai rata-rata sebesar 0,123950
dan standar deviasi rasio CAR sebesar 0.0188203 menunjukkan bahwa ukuran
penyebaran dari variabel proporsi rasio CAR adalah sebesar 0,0188203. Nilai rasio
CAR terendah terjadi pada Bank Muamalat Indonesia saat triwulan 2 tahun 2008
yaitu sebesar 9,57%. Sedangkan nilai rasio CAR tertinggi yaitu pada triwulan 2 tahun
2008 di Bank Mega Syariah sebesar 18,14%. Sedangkan rata-rata rasio CAR bank
21
non-syariah yaitu 0,156728 dan standar deviasi rasio CAR sebesar 0,0214130
menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari variabel proporsi rasio CAR bank non-
syariah adalah sebesar 0,0214130. Nilai rasio CAR terendah terjadi pada Bank
Negara Indonesia saat triwulan 3 tahun 2010 yaitu sebesar 12,02%. Sedangkan nilai
rasio CAR tertinggi yaitu pada triwulan 1 tahun 2008 di Bank Mandiri sebesar
22,14%.
Nilai rasio NPF bank syariah memiliki nilai rata-rata sebesar 0,042769 dan standar
deviasi rasio NPF sebesar 0,0177403 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari
variabel proporsi rasio NPF adalah sebesar 0,0177403. Nilai rasio NPF terendah
terjadi pada triwulan 1 tahun 2009 Bank Mega Syariah sebesar 0,73% dan nilai
tertinggi terjadi pada Bank Muamalat Indonesia triwulan 1 tahun 2010 sebesar
7,09%. Sedangkan rata-rata rasio NPF bank non-syariah yaitu 0,045458 dan standar
deviasi sebesar 0,0293012 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari variabel
proporsi rasio NPF adalah sebesar 0,0293012. Nilai rasio NPF terendah terjadi pada
triwulan 4 tahun 2010 Bank Mega sebesar 0,96% sedangkan nilai tertinggi terjadi
pada Bank Negara Indonesia triwulan 1 tahun 2008 sebesar 11,91%.
Nilai rasio ROA bank syariah memiliki nilai rata-rata sebesar 0,011208 dan standar
deviasi rasio ROA sebesar 0,0056126 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari
variabel proporsi rasio ROA adalah sebesar 0,0056126. Nilai rasio ROA terendah
terjadi pada triwulan 1 tahun 2009 di Bank Mega Syariah yaitu sebesar 0,16%. Nilai
rasio ROA tertinggi terjadi pada triwulan 4 tahun 2008 di Bank Muamalat Indonesia
yaitu sebesar 2,39%. Sedangkan rata-rata rasio ROA bank non-syariah yaitu 0,013117
dan standar deviasi sebesar 0,0069617 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari
variabel proporsi rasio ROA adalah sebesar 0,0069617. Nilai rasio ROA terendah
yaitu pada triwulan 1 tahun 2008 Bank Negara Indonesia sebesar 0,13% dan nilai
rasio ROA tertinggi yaitu pada triwulan 4 tahun 2010 Bank Mandiri sebesar 2,82%.
Berdasarkan hasil pengujian, nilai rata-rata dari rasio BOPO bank syariah adalah
sebesar 0,856900 dan standar deviasi rasio BOPO sebesar 0,0579394 menunjukkan
22
bahwa ukuran penyebaran dari variabel proporsi rasio BOPO adalah sebesar
0,0579394. Rasio BOPO pada bank syariah memiliki nilai terendah sebesar 71,56%
yang ditetapkan oleh Bank Mega Syariah pada triwulan 1 tahun 2008. Nilai rasio
BOPO tertinggi adalah sebesar 96,77% pada Bank Mega Syariah di triwulan 1 tahun
2009. Sedangkan rata-rata rasio BOPO bank non-syariah adalah 0,824048 dan standar
deviasi sebesar 0,0730627 menunjukkan bahwa ukuran penyebaran dari variabel
proporsi rasio BOPO adalah sebesar 0,0730627. Nilai rasio BOPO bank non-syariah
terendah pada triwulan 1 tahun 2008 Bank Mandiri sebesar 72,94% dan nilai tertinggi
rasio BOPO pada triwulan 1 tahun 2008 Bank Negara Indonesia sebesar 99,15%.
Sedangkan nilai rasio FDR bank syariah memiliki nilai rata-rata sebesar 0,865619
dan standar deviasi rasio FDR sebesar 0,0757920 yang menunjukkan bahwa ukuran
penyebaran dari variabel proporsi rasio FDR adalah sebesar 0,0757920. Nilai rasio
FDR terendah terjadi pada Bank Mega Syariah triwulan 4 tahun 2010 sebesar 76,17%
dan nilai rasio FDR tertinggi pada Bank Muamalat Indonesia triwulan 3 tahun 2008
sebesar 104,43%. Sedangkan rata-rata rasio FDR bank non-syariah yaitu 0,628633
dan standar deviasi sebesar 0,0658202 yang menunjukkan bahwa ukuran penyebaran
dari variabel proporsi rasio FDR adalah sebesar 0,0658202. Nilai rasio FDR terendah
pada triwulan 1 tahun 2008 Bank Mandiri sebesar 47,63% dan nilai rasio FDR
tertinggi pada triwulan 3 tahun 2009 Bank Negara Indonesia sebesar 75,93%.
4.3 Uji Normalitas
Dalam penelitian hipotesis diperlukan uji normalitas untuk mengetahui alat analisis
yang akan digunakan berdasarkan jenis data yang terdistribusi normal atau tidak
normal. Berikut adalah tabel hasil pengujian statistik Kolmogorov Smirnov:
23
Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Bank Syariah Bank Non-Syariah
Mean Std. Deviation Sig. 2 tailed Mean Std. Deviation Sig. 2 tailed
CAR .123950 .0188203 .236 CAR .156728 .0214130 .888
NPF .042769 .0177403 .566 NPF .045458 .0293012 .075
ROA .011208 .0056126 .733 ROA .013117 .0069617 .832
BOPO .856900 .0579394 .892 BOPO .824028 .0730627 .798
FDR .865619 .0757920 .692 FDR .628633 .0658202 .901
Sumber: Output SPSS 18.0 (data diolah)
Dari Tabel 4.2 di atas, hasil pengujian statistik Kolmogorov Smirnov menunjukkan
bahwa data memiliki nilai signifikansi di atas 0,05 (α = 5%). Hal ini menunjukkan
bahwa data di atas berdistribusi normal. Oleh karena itu dalam penelitian ini alat uji
yang digunakan untuk seluruh hipotesis adalah uji beda independent sample t-test.
4.4 Hasil Pengujian Hipotesis 1
Ha1 : Kinerja keuangan perbankan syariah perioda sesudah krisis lebih baik secara
signifikan dibandingkan perioda krisis.
Hasil perhitungan rasio CAR, NPF, ROA, BOPO dan FDR pada bank syariah perioda
krisis dan sesudah krisis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 Hasil Uji Rasio Keuangan Bank Syariah dan Bank Non-Syariah Perioda
Krisis dan Sesudah Krisis
Rasio
Mean Bank Syariah
Sig. 2
tailed
Mean Bank Non-
Syariah
Sig. 2
tailed
Sesudah
Krisis
Perioda
Krisis
Sesudah
Krisis
Perioda
Krisis
CAR 0.120875 0.125488 0.496 0.150267 0.159958 0.205
NPF 0.043858 0.042225 0.756 0.027958 0.054208 0.002
ROA 0.011258 0.011183 0.971 0.015525 0.011913 0.145
BOPO 0.864625 0.853038 0.490 0.780325 0.845879 0.002
FDR 0.863367 0.866746 0.902 0.647525 0.619188 0.228
24
Sumber: Hasil Output SPSS 18.0 (Data diolah)
Kinerja keuangan perbankan syariah perioda sesudah terjadinya krisis lebih rendah
dibandingkan perioda krisis yaitu pada rasio CAR, NPF dan BOPO sebaliknya rasio
ROA dan FDR mengalami peningkatan namun dari kelima rasio tersebut secara
statistik tidak ada yang menunjukkan perbedaan yang signifikan sehingga Ha1 ditolak
yang artinya bahwa kinerja keuangan perbankan syariah jika dilihat dari rasio CAR,
NPF, ROA, BOPO dan FDR perioda sesudah krisis tidak lebih baik secara signifikan
dibandingkan perioda krisis. Hal ini sesuai dengan penelitian Marpaung (2011) yang
menyatakan bahwa kinerja keuangan perbankan syariah perioda sesudah krisis tidak
menunjukkan penurunan yang signifikan dibanding perioda sebelumnya.
4.5 Hasil Pengujian Hipotesis 2
Ha2 : Kinerja keuangan perbankan syariah lebih baik secara signifikan dibandingkan
perbankan non-syariah pada perioda krisis.
Hasil perhitungan rasio CAR, NPF, ROA, BOPO dan FDR bank syariah dan bank
non-syariah pada perioda krisis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Rasio Keuangan Bank Syariah dan Bank Non-Syariah pada
Perioda Krisis
Rasio
Mean Perioda Krisis
Sig. 2 tailed Bank Syariah
Bank Non-
Syariah
CAR 0.125488 0.159958 0.000
NPF 0.042225 0.054208 0.119
ROA 0.011183 0.011913 0.687
BOPO 0.853038 0.845879 0.733
FDR 0.866746 0.619188 0.000
Sumber: Hasil Output SPSS 18.0 (Data diolah)
Kinerja keuangan perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan non-syariah
pada perioda krisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan syariah lebih
rendah dibandingkan perbankan non-syariah yang mana perbankan non-syariah lebih
25
baik pada rasio CAR, ROA, BOPO dan FDR sedangkan perbankan syariah hanya
lebih baik pada rasio NPF. Oleh karena itu kinerja keuangan perbankan syariah jika
dilihat dari rasio CAR, NPF, ROA, BOPO dan FDR tidak lebih baik secara signifikan
dibandingkan perbankan non-syariah pada perioda krisis sehingga Ha2 ditolak. Hal
ini sesuai dengan penelitian Ardiana (2011) yang menyatakan bahwa kinerja
keuangan perbankan syariah tidak lebih baik dibandingkan perbankan non-syariah.
4.6 Hasil Pengujian Hipotesis 3
Ha3 : Kinerja keuangan perbankan syariah lebih baik secara signifikan dibandingkan
perbankan non-syariah pada perioda sesudah krisis
Hasil perhitungan rasio CAR, NPF, ROA, BOPO dan FDR bank syariah dan bank
non-syariah pada perioda sesudah terjadinya krisis dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Uji Rasio Keuangan Bank Syariah dan Bank Non-Syariah pada
Perioda Sesudah Krisis
Rasio
Mean Sesudah Krisis Sig. 2
tailed Bank Syariah Bank Non-Syariah
CAR 0.120875 0.150267 0.001
NPF 0.043858 0.027958 0.012
ROA 0.011258 0.015525 0.118
BOPO 0.864625 0.780325 0.000
FDR 0.863367 0.647525 0.000
Sumber: Hasil Output SPSS 18.0 (Data diolah)
Kinerja keuangan perbankan syariah dibandingkan dengan perbankan non-syariah
pada perioda sesudah krisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan syariah
lebih rendah dibandingkan perbankan non-syariah yang mana perbankan non-syariah
lebih baik secara signifikan pada rasio CAR, NPF, BOPO dan FDR sedangkan rasio
ROA tidak lebih baik secara signifikan. Oleh karena itu, kinerja keuangan perbankan
syariah jika dilihat dari rasio CAR, NPF, ROA, BOPO dan FDR tidak lebih baik
secara signifikan dibandingkan perbankan non-syariah pada perioda sesudah krisis
sehingga Ha3 ditolak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ardiana ( 2011)
26
yang menyatakan bahwa kinerja keuangan perbankan syariah tidak lebih baik
dibandingkan perbankan non-syariah.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil beberapa pengujian yang dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah antara perioda krisis dan
sesudah terjadinya krisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan pada perioda
sesudah terjadinya krisis lebih rendah dibandingkan perioda krisis yang
ditunjukkan oleh rasio CAR, NPF dan BOPO sedangkan untuk rasio ROA dan
FDR mengalami peningkatan pada perioda sesudah krisis (lebih baik). Setelah
dilakukan uji independent sample t-test tidak ada rasio keuangan yang
menunjukkan perbedaan yang signifikan. Sedangkan kinerja keuangan
perbankan non-syariah perioda sesudah krisis mengalami peningkatan pada
rasio NPF, ROA dan BOPO dan mengalami penurunan pada rasio CAR dan
FDR.
2. Perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan non-syariah
pada perioda krisis menunjukkan hasil bahwa kinerja keuangan perbankan
non-syariah lebih baik dibandingkan perbankan syariah kecuali pada rasio
NPF . Setelah dilakukan uji independent sample t-test, yang menunjukkan
perbedaan yang signifikan terdapat pada rasio CAR dan FDR sedangkan rasio
NPF, ROA dan BOPO tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
3. Perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dan perbankan non-syariah
perioda sesudah krisis menunjukkan bahwa kinerja keuangan perbankan non-
syariah lebih baik dibandingkan perbankan syariah. Setelah dilakukan uji
independent sample t-test terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio CAR,
NPF, BOPO dan FDR sedangkan rasio ROA tidak menunjukkan perbedaan
28
yang signifikan. Namun jika dilihat dari standar tingkat kesehatan bank yang
ditetapkan oleh BI maka kedua bank baik bank syariah dan bank non-syariah
dalam keadaan sehat.
5.2 Saran
Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya mempertimbangkan beberapa saran di bawah ini
demi hasil penelitian yang lebih baik dan lebih akurat, yaitu :
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar dapat mengambil sampel dalam jumlah
lebih banyak untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, mengingat pertumbuhan
bank syariah yang semakin pesat dari tahun ke tahun.
2. Peneliti selanjutnya juga disarankan untuk mempertimbangkan variabel-variabel
lain yang dapat mendukung atau tidak mendukung hasil penelitian ini.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan tahun pengamatan sehingga dapat
meminimalisir adanya faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja keuangan
perbankan syariah dan non-syariah.
29
DAFTAR PUSTAKA
Antonio, Syafi’i. 2001. “Bank Syariah dari Teori ke Praktek”. Jakarta: Gema Insani
Press.
Ardiyana, Marissa. 2011. “Analisis Perbandingan Kinerja Bank Syariah dan Bank
Konvensional Sebelum, Selama, dan Setelah Krisis Keuangan Global dengan
Menggunakan Metode Camel”. Skripsi, Universitas Diponegoro.
Badan Pusat Statistik. 2009. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Jakarta. Mei 2009
http://www.bps.go.id/brs_file/pdb-15mei09 (download 21 Februari 2012)
Badan Pusat Statistik. 2011. Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi. Jakarta. Maret
2011. http://www.bps.go.id/download_file/IP_Maret_2011 (downlod 21
Februari 2012)
Bank Indonesia.2004. Peraturan Bank Indonesia No.6/10/PBI/2004.
http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/ketentuan+perbankan.htm,
(download 21 Februari 2012)
Bank Indonesia. 2007. Peraturan Bank Indonesia No.9/1/PBI/2007.
http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/ketentuan+perbankan.htm,
(download 21 Februari 2012)
Bank Indonesia. 2009. Penyebab dan Dampak Krisis Keuangan Global.
http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7621/ (download 15 Februari
2012)
Bank Indonesia. 2009. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia. Jakarta. Mei 2009.
http://www.bi.go.id/web/id/statistik/seki_0509 (download 1 Maret 2012)
Bank Indonesia. 2010. Surat Edaran Bank Indonesia No.12/11/DPNP tanggal 31
Maret 2010. http://www.bi.go.id/web/id/Peraturan/Perbankan/se_121110.htm.
Bank Indonesia.2011. Statistik Perbankan Indonesia Vol.9 No.12 November 2011.
http://www.bi.go.id (download 15 Februari 2012)
Humas Bank Indonesia, 2010. Krisis Global dan Penyelamatan Sistem Perbankan
Indonesia. Jakarta: Bank Indonesia.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2002. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Jakarta.
30
Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia. Bank
Indonesia. Jakarta.
Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Kusumo, Yunanto Adi. 2008. “Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri
Perioda 2002– 2007 (dengan Pendekatan PBI No. 9/1/PBI/2007)”. La Riba
Jurnal Ekonomi Islam volume II No.1, Yogyakarta.
Mareischa. 2011. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dan Saham Perioda
Krisis dan Non-krisis Sektor Industri Manufaktur. Skripsi. Universitas
Lampung.
Muhammad. 2005. Pengantar Akuntansi Syariah. Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
Republik Indonesia. 1998. Undang-Undang RI No. 10 Tahun 1998 Tentang
Perbankan Nasional.
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang RI No. 21 Tahun 2008 Tentang
Perbankan Syariah.
Rindawati, Ema. 2007. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah
dengan Perbankan Konvensional”.Skripsi, UII Yogyakarta.
Siamat, Dahlan. 2001. “Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Ketiga”. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Simanjuntak, Martha Triana. 2007. “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Sebelum
dan Sesudah Pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan”. Skripsi.
Universitas Lampung.
Winarso, Beni Suhendra.2008. “Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah
Sebelum dan Pada Masa Krisis Ekonomi; Pendekatan Model CAMEL”.
Jurnal Logos Universitas Ahmad Dahlan, Vol. 6 No. 1 Juli 2008, hal. 20-36.
www.bps.go.id
www.bi.go.id