analisis leading dan coincident indicators...

114
ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS PERGERAKAN KURS DI INDONESIA: PENDEKATAN BUSINESS CYCLE ANALYSIS OLEH ANDRA DEVI BENAZIR H14104073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Upload: nguyennguyet

Post on 06-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS PERGERAKAN KURS DI INDONESIA:

PENDEKATAN BUSINESS CYCLE ANALYSIS

OLEH ANDRA DEVI BENAZIR

H14104073

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Page 2: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

RINGKASAN

ANDRA DEVI BENAZIR. Analisis Leading dan Coincident Indicators Pergerakan Kurs di Indonesia: Pendekatan Business Cycles Analysis (dibimbing oleh NOER AZAM ACHSANI).

Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang sangat dalam, hampir saja menghancurkan sendi-sendi perekonomian. Goncangan kurs seperti itu mungkin saja terjadi di masa mendatang. Variabel-variabel ekonomi yang membentuk suatu perekonomian saling terkait satu sama lain. Sehingga jika terjadi shock (goncangan) pada salah satu variabel maka akan berpengaruh pada variabel ekonomi lainnya. Shock tersebut menyebabkan fluktuasi pada perekonomian kita. Kondisi demikian seringkali berulang dan pada jangka panjang membentuk suatu siklus berupa naik turunnya perekonomian. Untuk mengantisipasi goncangan kurs tersebut maka diperlukan suatu sistem deteksi dini yang dikenal dengan early warning system (EWS).

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah Business Cycle Analysis (BCA). BCA pada prinsipnya dikembangkan untuk membangun leading, coincident, dan lagging indicators bagi pergerakan reference series (dalam hal ini kurs Rupiah), yang sampai saat ini belum banyak dikembangkan di Indonesia. Fokus penelitian ini adalah pada pembentukan leading dan coincident indicators. Leading indicators penting untuk dibangun dibandingkan coincident indicators karena kemampuannya sebagai indikator deteksi dini pada pergerakan kurs. Hasil empiris menunjukkan bahwa beberapa komponen beserta bobotnya seperti Ekspor (24.0 persen), impor (22.0 persen), foreign currency deposit (30.0 persen), dan forex banks demand deposits in foreign currency (24.0 persen) menjadi komponen penyusun leading index. Sedangkan empat komponen yang merupakan penyusun coincident index adalah foreign assets (20.66 persen), interbank call money rate 1 day (27.68 persen), indeks saham Jerman DAX (27.34 persen), dan indeks saham USA Nasdaq (24.32 persen).

Hasil-hasil tersebut mengindikasikan bahwa nilai tukar Rupiah sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti indeks saham Jerman DAX dan indeks saham USA Nasdaq serta adanya simpanan mata uang asing yang ada di dalam negeri. Sehingga implikasi kebijakan yang harus dilakukan adalah bahwa untuk mengantisipasi pergerakan kurs yang tidak normal maka pemerintah harus memberikan perhatian lebih pada komponen-komponen penyusun leading index sebagai indikator deteksi dini pergerakan kurs di Indonesia.

Kata kunci: Kurs, Leading Indicators, Coincident, Business Cycle Analysis

Page 3: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS PERGERAKAN KURS DI INDONESIA:

PENDEKATAN BUSINESS CYCLE ANALYSIS

Oleh

ANDRA DEVI BENAZIR H14104073

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

Page 4: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,

Nama Mahasiswa : Andra Devi Benazir

Nomor Registrasi Pokok : H14104073

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Leading dan Coincident Indicators

Pergerakan Kurs di Indonesia: Pendekatan

Business Cycle Analysis

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian

Bogor.

Menyetujui,

Dosen Pembimbing,

Noer Azam Achsani, Ph.D.

NIP. 132 014 445

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Rina Oktaviani, Ph.D.

NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan:

Page 5: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA

PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2008

Andra Devi Benazir H14104073

Page 6: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

RIWAYAT HIDUP

Andra Devi Benazir. Dilahirkan pada tanggal 8 September 1986 di

Bandung, Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara,

dari pasangan Andi Mulyawan (Almarhum) dan Rani Yanuwati. Jenjang

pendidikan penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak pada tahun 1991 yaitu di

TK Dewi Sartika Kuningan Jawa Barat, dilanjutkan ke sekolah dasar di SDN

Pajeleran Cibinong dan lulus pada tahun 1998, kemudian menamatkan pendidikan

menengah pertama di SMP Negeri 2 Cibinong. Setelah itu penulis melanjutkan

pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2004.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut

Pertanian Bogor (IPB). Penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi

Mahasiswa IPB (USMI) dan diterima sebagai mahasiswa Program Studi Ilmu

Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen (FEM). Selama menjadi mahasiswa,

penulis aktif sebagai asisten untuk responsi pada Mata Kuliah Ekonomi Umum

selama dua semester pada tahun ajaran 2006/ 2007 dan 2007/ 2008. Selain itu,

penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Profesi dan Peminat Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan (HIPOTESA) periode 2005/ 2006 sebagai Bendahara Umum,

Staf Divisi Research and Development HIPOTESA 2007, dan mengikuti berbagai

kepanitiaan baik di lingkungan kampus seperti Masa Perkenalan Fakultas dan

Departemen, Pelatihan Karya Tulis Ilmiah, dan kepanitiaan lainnya.

Page 7: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis memperoleh kemudahan dalam

menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah “Analisis

Leading dan Coincident Indicators Pergerakan Kurs di Indonesia:

Pendekatan Business Cycle Analysis”. Topik ini penting untuk diteliti karena

masih belum banyak dikembangkan di Indonesia serta kemampuan analisis ini

untuk melakukan peramalan ekonomi sangat diperlukan dalam rangka

mengantisipasi dampak goncangan perekonomian.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah

memberikan bantuan, perhatian, dan dorongan semangat sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, ucapan terima kasih dan

penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Noer Azam Achsani, Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

ilmu, nasehat-nasehat dan pengalaman yang berharga serta bimbingannya

dengan sabar kepada penulis baik secara teknis maupun teoritis dan motivasi

dalam proses penyusunan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

2. Nunung Nuryartono, Ph.D dan Widyastutik, M.Si selaku dosen penguji utama

dan komisi pendidikan yang telah memberikan saran-saran dan ilmu yang

bermanfaat.

3. Orang tua penulis yaitu Bapak Andi Mulyawan (Almarhum) dan Ibunda Rani

Yanuwati serta orang tua ke-2 penulis yaitu Bapak Didit Setiadi dan Ibu Yetti

Rusmiati atas doa dan dukungannya serta semangat yang tidak pernah henti-

hentinya diberikan pada penulis. Untuk adik-adikku Irna, Zia, dan Meiza

yang telah memberikan semangat serta keceriaan dalam kehidupan penulis

terutama selama penyusunan skripsi ini.

4. Kak Ade Holis, Kak Fickry, dan Kak Yogi atas ilmu yang bermanfaat,

bimbingan dalam proses pengolahan data, nasehat, saran serta kritikan, dan

dorongan semangat.

Page 8: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

5. Seluruh teman Ilmu Ekonomi angkatan 41. Teman-teman bimbingan skripsi

Titis Partisiwi, Ery Permatasari, dan Duvian Erika Puspaningrum yang telah

bersama penulis mengarungi suka duka dalam proses penyusunan skripsi,

saling menyemangati dan menguatkan. Teman seperjuangan Irma (Boim),

Septi, Hana, Rista, Rima, Rizki, Fikri, Dado, Pri, Irwan, Dita, Ririn G’boy,

Ratih, Agita, Dewi, Fitsol, Meda, Risti (EPS), Yudi (KPM), Sita (ARL), Fitri

(IT), Gyas (DPT), dan Rudie (AGB) terima kasih untuk motivasi serta support

yang diberikan.

6. Untuk sahabat-sahabat penulis yang telah memberikan inspirasi bagi penulis

dalam segala hal, semangat, nasehat, tempat berbagi serta telah memberikan

keceriaan di kampus dari awal sampai akhir penyusunan skripsi Iswanti N.R,

Yuliana, S.E, Marizka L, dan Annisa K.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritikan dari berbagai pihak

merupakan hal yang sangat berharga terutama untuk penyempurnaan skripsi ini.

Apabila terdapat kesalahan dalam penelitian ini, sepenuhnya menjadi tanggung

jawab penulis. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya

serta pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2008

Andra Devi Benazir H14104073

Page 9: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. vi

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... vii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. viii

I. PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1

1.2. Perumusan Masalah .......................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 8

1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .............. 10

2.1. Nilai Tukar ........................................................................................ 10

2.2. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar .................................................... 12

2.3. Model Early Warning System (EWS) ............................................... 16

2.4. Perkembangan Metode Penyusunan Leading Economic Indicators . 18

2.5. Leading Indicators dan Peramalan Aktivitas Ekonomi .................... 20

2.5.1. Leading Indicators dalam Analisis Siklus Bisnis ................... 21

2.5.2. Leading Indicators dalam Analisis

Siklus Pertumbuhan (Growth Cycle) ...................................... 23

2.6. Penelitian Terdahulu ......................................................................... 24

2.7. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 29

III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 30

3.1. Jenis dan Sumber Data ...................................................................... 30

3.2. Analisis Data ..................................................................................... 30

3.2.1. Tahapan Penyusunan Leading Economic Indicators ............... 31

3.2.2. Metode Penyusunan Early Warning Indicators ....................... 34

IV. PENYUSUNAN LEADING INDICATORS .......................................... 46

Page 10: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

4.1. Leading Indicators ............................................................................ 46

4.2. Penyusunan Leading Indicators ........................................................ 47

4.2.1. Mengisolir Pengaruh Musim dengan Metode X-12

ARIMA .................................................................................. 47

4.2.2. Pemilihan Kandidat Variabel Leading Indicators .................. 48

4.2.3. Penyusunan Composite Leading Index ................................... 53

4.2.4. Leading Index Growth Cycle .................................................. 55

4.2.5. Perbandingan Leading Index Business Cycle Analysis

dan Leading Index Growth Cycle ......................................... 56

4.3. Peramalan .......................................................................................... 57

4.4. Implikasi Kebijakan .......................................................................... 57

V. PENYUSUNAN COINCIDENT INDICATORS .................................. 62

5.1. Coincident Indicators ....................................................................... 62

5.2. Penyusunan Coincident Indicators ................................................... 62

5.2.1. Mengisolir Pengaruh Musim dengan Metode X-12

ARIMA ................................................................................... 63

5.2.2. Pemilihan Kandidat Variabel Coincident ................... 63

5.2.3. Penyusunan Composite Coincident Index .................. 68

5.2.4. Coincident Index Growth Cycle ................................. 70

5.3. Peramalan .......................................................................................... 71

5.4. Implikasi Kebijakan .......................................................................... 73

VI. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 74

6.1. Kesimpulan ...................................................................................... 74

6.2. Saran 75

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 77

LAMPIRAN ........................................................................................................ 79

Page 11: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1. Kelebihan Masing-Masing Model Early Warning System ........................... 17

2.2. Kekurangan Masing-Masing Model Early Warning System ........................ 17

4.1. Variabel yang Melalui Proses X-12 ARIMA ................................................ 47

4.2. Hasil Analisis Cross Correlation .................................................................. 50

4.3. Hasil Uji Granger Causality ......................................................................... 52

4.4. Kombinasi Terbaik Penyusun Leading Index Beserta Bobotnya ................. 53

5.1. Variabel yang Melalui Proses X-12 ARIMA ................................................ 63

5.2. Hasil Analisis Cross Correlation .................................................................. 65

5.3. Hasil Uji Granger Causality ......................................................................... 68

5.4. Kombinasi Terbaik Komponen Penyusun Coincident Index ........................ 69

Page 12: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1.1. Kurs Tengah Rupiah Terhadap USD periode 1986 sampai 2007 ............. 3

2.1. Kerangka Pemikiran ................................................................................. 29

3.1. Tahapan Penelitian .................................................................................... 45

4.1. Pergerakan Variabel Forex Banks Demand Deposits in Foreign

Currency Mendahului Kurs ...................................................................... 48

4.2. Pergerakan Leading Index Mendahului Reference Series

Nilai Tukar ............................................................................................... 54

4.3. Pergerakan Leading Index dan Nilai Tukar Setelah Trend

Dihilangkan .............................................................................................. 56

4.4. Perbandingan Leading Index Business Cycle Analysis

dan Growth Cycle .................................................................................... 57

4.5. Leading Index Pergerakan Nilai Tukar Januari 1993 sampai

Desember 2008 ........................................................................................ 58

4.6. Pergerakan Kurs Desember 2005 sampai Desember 2008 ...................... 58

4.7. Keterkaitan antara Ekspor dan Leading Index ......................................... 59

4.8. Keterkaitan antara Impor dan Leading Index ........................................... 60

4.9. Keterkaitan Foreign Currency Deposits dan Leading Index ................... 60

4.10. Keterkaitan Forex Banks Demand Deposits in Foreign Currency

dan Leading Index .................................................................................... 61

5.1. Pergerakan Foreign Assets Seiring dengan Kurs ...................................... 64

5.2. Pergerakan Coincident Index seiring dengan Reference Series Kurs ....... 69

5.3. Pergerakan Coincident Index dan Kurs Setelah Faktor Trend

Dihilangkan ............................................................................................... 70

5.4. Pergerakan Coincident Index dan Leading Index Growth Cycle .............. 71

5.5. Coincident Index Pergerakan Kurs Periode Januari 1993 sampai

Desember 2008 .......................................................................................... 72

5.6. Pergerakan Leading dan Coincident Index Periode Januari 1993

sampai Desember 2008 .............................................................................. 72

Page 13: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Variabel yang Digunakan dalam Penelitian ............................................. 9

2 Tahapan Penelitian dan Tampilan Pengolahan Data................................ 82

3 Variabel yang Memiliki Faktor Musiman Bergerak ................................ 90

4 Peramalan dengan Model VAR ............................................................... 92

Page 14: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam perekonomian global, variabel-variabel ekonomi yang membentuk

suatu perekonomian negara memiliki keterkaitan satu sama lain. Sehingga jika

terjadi shock (goncangan) pada salah satu variabel maka akan berpengaruh pada

variabel ekonomi lainnya. Shock yang terjadi dapat berupa shock internal

(goncangan yang berasal dari dalam negeri) maupun eksternal (pengaruh

goncangan pada perekonomian dunia). Shock tersebut menyebabkan fluktuasi atau

volatilitas dalam perekonomian. Kondisi ini akan berulang secara terus menerus

dan pada jangka panjang membentuk suatu siklus yang berupa naik turunnya

perekonomian. Siklus ini yang dikenal dengan istilah siklus bisnis (business

cycle).

Siklus bisnis sangat mungkin terulang di masa mendatang. Sehingga

menginspirasi para praktisi ekonomi dalam menciptakan suatu sistem deteksi dini

terhadap arah pergerakan agregat pada perekonomian suatu negara. Bagi

pemerintah, deteksi dini atau peramalan siklus perekonomian sangatlah penting

untuk keberlangsungan perekonomian suatu negara, terutama dalam rangka

perencanaan dan pengambilan kebijakan ekonomi. Sedangkan bagi dunia bisnis,

adanya sistem deteksi tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan

bisnis. Dengan demikian, adanya goncangan pada perekonomian suatu negara

dapat diantisipasi dengan sebaik-baiknya.

Page 15: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Pada penelitian ini, nilai tukar menjadi variabel makroekonomi yang patut

memperoleh perhatian besar serta penting untuk diprediksi pergerakannya. Nilai

tukar merupakan salah satu variabel makroekonomi yang menunjang jalannya

efektivitas kebijakan moneter di Indonesia. Selain itu volatilitasnya yang cukup

tinggi terutama pada masa krisis ekonomi tahun 1997/1998 berpengaruh negatif

terhadap perekonomian Indonesia. Pergerakan fluktuatif dari nilai tukar

ditunjukkan oleh Gambar 1.1.

Volatilitas pergerakan nilai tukar tergantung pada sistem nilai tukar yang

dianut oleh suatu negara. Indonesia mengalami tiga rezim nilai tukar, yaitu: nilai

tukar tetap, nilai tukar mengambang terkendali, dan nilai tukar mengambang

bebas. Sejak November 1978, sistem nilai tukar tetap telah ditinggalkan oleh

pemerintah Indonesia, yang kemudian berganti dengan sistem mengambang

terkendali sampai dengan 13 Agustus 1997 pada tanggal 14 Agustus 1997

berganti menjadi sistem nilai tukar mengambang bebas terkait dengan krisis

ekonomi yang terjadi di Indonesia.

Berdasarkan pengalaman krisis yang terjadi di Asia pada tahun 1997/1998,

terjadinya krisis yang berawal dari krisis nilai tukar berpengaruh negatif terhadap

perekonomian suatu negara. Krisis nilai tukar ini menyebabkan inflasi yang tinggi

dan kontraksi perekonomian yang cukup dalam. Melemahnya nilai tukar

mengakibatkan barang-barang impor, seperti bahan baku, barang modal, dan

barang konsumsi lebih mahal dan menyebabkan terjadinya kenaikan harga-harga

di dalam negeri. Selain itu melemahnya nilai tukar mengakibatkan semakin

besarnya kewajiban hutang luar negeri mengakibatkan semakin besarnya

Page 16: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

kewajiban hutang luar negeri perusahaan-perusahaan sehingga neraca perusahaan

dan bank-bank memburuk.

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 1.1. Kurs Tengah Rupiah Terhadap USD Periode 1986 sampai 2007

Krisis nilai tukar yang berdampak buruk terhadap aktivitas ekonomi

sehingga kebijakan untuk menstabilkan nilai tukar merupakan kebijakan ekonomi

yang penting pada beberapa negara, termasuk Indonesia. Oleh karena itu

diperlukan suatu deteksi dini terhadap pergerakan nilai tukar yang sangat volatile

untuk meramalkan arah pergerakan ekonomi ke depan. Sehingga para pembuat

kebijakan diharapkan mampu mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan

dengan menetapkan kebijakan yang tepat sasaran sehingga terwujudlah kestabilan

ekonomi di Indonesia.

1.2. Perumusan Masalah

Krisis yang terjadi pada tahun 1997/1998 di Indonesia dan beberapa

negara Asia yang dipicu oleh depresiasi nilai tukar yang dalam, memberikan

dampak yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia. Goncangan nilai tukar

yang terjadi pada saat itu memberikan efek yang buruk bagi kondisi

Oct-1986 Oct-1989 Oct-1992 Oct-1995 Oct-1998 Oct-2001 Oct-2004 Oct-2007

16000

14000

12000

10000

8000

6000

4000

2000

0

Spot FX Rate: Bank Indonesia: Rupiah to USDIDR to USD

Page 17: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

perekonomian Indonesia. Depresiasi nilai tukar yang sangat tinggi pada saat

terjadi krisis nilai tukar mengakibatkan harga-harga barang impor mengalami

peningkatan yang tajam. Kenaikan harga barang konsumsi yang berasal dari

impor secara langsung meningkatkan harga barang tersebut. Sedangkan

peningkatan harga barang modal akan meningkatkan secara tidak langsung harga-

harga barang industri yang bahan bakunya sangat bergantung pada impor. Untuk

selanjutnya, kenaikan harga-harga yang tinggi akan mengurangi permintaan

terhadap barang impor maupun barang industri yang menggunakan bahan baku

impor. Sehingga berdampak pada tidak terdapatnya barang substitusi di dalam

negeri, maka kegiatan ekonomi akan mengalami penurunan tajam.

Pengaruh langsung nilai tukar juga terjadi melalui neraca perusahaan

terutama perusahaan yang mempunyai hutang yang berasal dari luar negeri.

Terjadinya depresiasi nilai tukar berakibat pada semakin besarnya kewajiban

hutang luar negeri perusahaan dalam nilai mata uang domestik. Penggunaan

hutang luar negeri untuk membiayai barang-barang yang dipasarkan di dalam

negeri mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan untuk membayar kembali

hutangnya karena nilai penjualan barang dalam konversi valuta asing menjadi

sangat kecil yang dikenal dengan istilah currency missmatch. Currency missmatch

yang terjadi mendorong perusahaan menjadi bangkrut dan pada akhirnya

meningkatkan pengangguran. Peningkatan pengangguran ini disebabkan oleh

banyaknya pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh perusahaan-

perusahaan yang telah mengalami kebangkrutan. Pengaruh nilai tukar melalui

hutang luar negeri tersebut tidak hanya terjadi pada perusahaan yang menerima

hutang secara langsung, tetapi juga dapat terjadi melalui lembaga keuangan yang

Page 18: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

membiayai perusahaan, seperti bank. Hutang bank yang berasal dari luar negeri

jika digunakan untuk membiayai perusahaan yang barang-barangnya dipasarkan

di dalam negeri pada akhirnya memicu terjadinya currency missmatch pada bank

yang selanjutnya mengakibatkan bank dan perusahaan yang dibiayai oleh bank

tersebut mengalami kebangkrutan.

Transmisi nilai tukar ke sektor riil secara tidak langsung dapat melalui

permintaan dalam negeri maupun melalui permintaan ekspor dan impor. Kenaikan

harga barang impor relatif terhadap barang di dalam negeri dapat mengakibatkan

permintaan impor menurun dan permintaan terhadap barang di dalam negeri

meningkat. Namun jika negara tidak mempunyai produksi substitusi impor, maka

depresiasi justru akan mengakibatkan kontraksi ekonomi yang semakin dalam.

Semua transmisi diatas menjelaskan adanya dampak yang terjadi akibat

goncangan nilai tukar terhadap perekonomian Indonesia pada masa krisis.

Goncangan ini menunjukkan pelemahan nilai tukar yang tidak terkendali dan

gangguan perekonomian yang cukup hebat. Krisis nilai tukar pada tahun

1997/1998 telah merusak sendi-sendi perekonomian dan kehidupan sosial.

Depresiasi nilai tukar yang sangat tinggi telah mengakibatkan harga barang-

barang impor membumbung tinggi dan inflasi mencapai nilai 77,6 persen pada

tahun 1998 (Bank Indonesia, 1998). Goncangan nilai tukar pada masa krisis ini

juga mengakibatkan banyak industri di dalam negeri mengalami kesulitan

terutama industri yang bahan bakunya bergantung pada impor Kondisi ini

diperparah dengan besarnya kewajiban hutang luar negeri perusahaan dan

perbankan di Indonesia serta munculnya kerusuhan sosial yang terjadi diberbagai

daerah di Indonesia. Keseluruhan faktor tersebut terakumulasi dan menyebabkan

Page 19: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

kegiatan ekonomi mengalami kontraksi yang sangat dalam hingga mencapai -13,1

persen pada tahun 1998 (IFS dan Bank Indonesia, 1998) dan pengangguran pun

meningkat pesat.

Pelemahan Rupiah yang terjadi pada Agustus 2007, kembali

mengingatkan kita akan masa krisis yang terjadi di tahun 1997/1998 dan

menyebabkan beberapa kalangan khawatir akan terjadinya krisis ekonomi kedua.

Namun kekhawatiran tersebut tidak terbukti, karena fluktuasi nilai tukar Rupiah

saat ini tidak separah beberapa tahun yang lalu. Menurut Sadewa (2007), pada

periode 2003-2005, nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar bergerak dari Rp 8.285

nilai tukar pada akhir bulan pada Juni 2003 menjadi Rp 10.310 per US Dollar di

bulan September 2005.

Tahun 2006 Rupiah relatif stabil dan tidak pernah melemah ke nilai diatas

sepuluh ribu. Fluktuasi nilai tukar Rupiah tidak dapat dihilangkan sepenuhnya, hal

ini terbukti di bulan Mei 2007 Rupiah menguat ke Rp 8.828 dan diprediksi oleh

beberapa kalangan akan terus menguat sampai berada di bawah Rp 8.500 per

dollar. Namun, pada kenyataannya Rupiah melemah hingga ke level Rp 9.410 per

dollar (nilai tukar pada akhir bulan) Agustus 2007. Nilai tukar hariannya sampai

menembus di atas Rp 9.500 per dollar (Sadewa, 2007).

Pemicu utama gejolak nilai tukar yang terjadi akhir-akhir ini adalah

pergerakan di bursa saham Amerika Serikat (AS). Berawal dari masalah kredit

perumahan (subprime mortgage) menyebabkan bursa saham AS terkoreksi secara

signifikan. Hal ini menyebabkan bursa saham global juga terkoreksi secara

signifikan.

Page 20: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Untuk Indonesia, dampaknya tidak hanya berhenti di bursa saham. Ketika

investor asing melepas sahamnya di pasar domestik, timbul kekhawatiran akan

terjadinya hot money keluar dari Indonesia secara masif. Akibatnya, timbul

ekspektasi Rupiah akan melemah secara signifikan, yang menyebabkan banyak

kalangan membeli Dollar (untuk spekulasi atau pun untuk menutupi kebutuhan

Dollarnya pada masa yang akan datang) yang membuat Rupiah menjadi benar-

benar melemah.

Nilai tukar Rupiah kita saat ini memang tidak lagi dipatok terhadap Dollar.

Saat ini nilai tukar Rupiah dibiarkan bergerak agak longgar sesuai dengan

kekuatan pasar. Namun, pergerakan nilai tukar yang terlalu liar juga bukan hal

yang dikehendaki di dalam sistem nilai tukar yang kita anut sekarang.

Melihat kasus yang terjadi pada masa krisis akibat goncangan nilai tukar

yang sangat ekstrim, dapat menjadi pelajaran yang berharga bagi Indonesia.

Kondisi tersebut mungkin saja berulang di masa mendatang. Oleh karena itu, agar

goncangan tersebut mampu diantisipasi sebelumnya, maka berbagai sistem untuk

mendeteksi terjadinya goncangan tersebut pun diterapkan di berbagai negara

termasuk Indonesia. Sistem deteksi yang berkembang saat ini menggunakan

metode business cycle analysis. Metode ini sudah dirintis sejak tahun 1920-an,

namun metode ini baru berkembang di beberapa negara maju saja. Sedangkan di

Indonesia sendiri metode ini masih tergolong langka. Dalam metode ini dikenal

leading index sebagai early warning indicators yang dapat memberikan deteksi

dini tentang arah pergerakan perekonomian secara agregat. Sedangkan coincident

index mampu menggambarkan kondisi perekonomian saat ini. Pada penelitian ini

nilai tukar menjadi variabel yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian

Page 21: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

secara agregat. Oleh karena itu, pembentukan leading dan coincident indicators

pada pergerakan kurs menjadi permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalahnya adalah

bagaimana membangun leading dan coincident indicators pergerakan kurs di

Indonesia?

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah membangun leading dan coincident

indicators bagi pergerakan nilai tukar yang dapat memberikan kemampuan untuk

melakukan peramalan arah pergerakan perekonomian Indonesia dan kondisi

perekonomian saat ini (current economic situation).

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

informasi dan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, terutama:

a. Memberikan wawasan dan menambah khazanah pengetahuan mengenai

indikator-indikator yang menjadi leading dan coincident pada pergerakan nilai

tukar.

b. Sebagai bahan referensi bagi para pembuat kebijakan dalam mengantisipasi

gejolak nilai tukar.

Page 22: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mencakup penyusunan leading indicator pada pergerakan

nilai tukar dengan menggunakan analisis siklus bisnis. Namun secara garis besar

penelitian ini terbatas pada terbentuknya indikator-indikator leading yang

memiliki kemampuan untuk memprediksi arah pergerakan perekonomian di masa

mendatang dan coincident indicators untuk melihat kondisi perekonomian saat ini

(current economy situation). Oleh karena kondisi kurs saat ini dapat diketahui

dengan mudah, sehingga pada pergerakan kurs ini coincident indicators

sebenarnya tidak terlalu diutamakan. Untuk peramalan arah pergerakan ekonomi

akan dilakukan oleh otoritas tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Oleh

karena itu, penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi bagi para pembuat

kebijakan.

Page 23: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Nilai Tukar (Exchange Rate)

Menurut Salvatore (1997), nilai tukar mata uang (exchange rate) atau yang

sering disebut dengan kurs adalah harga mata uang luar negeri dalam satuan harga

mata uang domestik. Sedangkan pengertian lainnya, kurs (exchange rate)

didefinisikan sebagai harga sebuah mata uang dari suatu negara yang dinyatakan

dalam mata uang yang lain (Krugman, 2000). Kurs antara dua negara adalah

tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan

perdagangan (Mankiw, 2000). Sedangkan menurut istilah perbankan kurs adalah

harga satu unit mata uang asing dalam mata uang domestik terhadap mata uang

asing. Sebagai contoh kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika (USD) adalah harga

satu Dolar Amerika (USD) dalam Rupiah (Rp), atau dapat juga sebaliknya

diartikan harga satu Rupiah terhadap satu USD (Simorangkir dan Suseno, 2004).

Nilai tukar (kurs) dibedakan menjadi dua, yaitu nilai tukar nominal dan

nilai tukar riil. Definisi dari kedua nilai tukar tersebut adalah sebagai berikut:

1. Nilai Tukar Nominal

Nilai tukar nominal (nominal exchange rate), adalah harga relatif dari mata

uang dua negara. Sebagai contoh, jika kurs antara Dolar AS dan Yen Jepang

adalah 120 Yen per Dolar, maka 1 dolar dapat ditukar dengan 120 Yen di pasar

dunia untuk mata uang asing. Menurut Mishkin (2001), nilai tukar nominal

menyatakan satuan mata uang asing baik yang berbentuk hard cash maupun

dalam bentuk surat berharga.

Page 24: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Mankiw (2000) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga relatif dari mata

uang dua negara. Ketika orang mengacu pada kurs di antara kedua negara, maka

yang dimaksud adalah kurs nominal. Sejalan dengan itu, dengan redaksi lain,

Batiz (1994) mengartikan nilai tukar nominal sebagai nilai suatu mata uang

dibandingkan dengan mata uang lainnya.

Nilai tukar uang nominal (e) dapat dirumuskan sebagai berikut.:

f

d

PPe = (2.1)

di mana Pd adalah tingkat harga domestik dan Pf adalah tingkat harga

internasional.

2. Nilai Tukar Riil

Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang

dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat di mana bisa memperdagangkan barang-

barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil di antara

kedua negara dihitung dari kurs nominal dan rasio tingkat harga dari kedua

negara, yang dapat dirumuskan sebagai berikut (Elgar,1998).

d

f

PP

e=ε (2.2)

di mana Pd adalah tingkat harga domestik dan Pf adalah tingkat harga

internasional.

Sejalan dengan pengertian di atas, Mankiw (2000) mendefinisikan kurs riil

sebagai kurs nominal dikalikan dengan harga barang domestik dibagi harga

barang luar negeri. Sedangkan Mishkin (2001) menjelaskan bahwa nilai tukar riil

adalah rasio harga domestik dengan harga internasional.

Page 25: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

2.2. Sistem dan Kebijakan Nilai Tukar

Menurut Simorangkir dan Suseno (2004), kebijakan nilai tukar suatu

negara diarahkan untuk mendukung neraca pembayaran dan membantu efektivitas

kebijakan moneter. Penetapan nilai tukar yang overvalue dapat mengakibatkan

harga-harga barang ekspor menjadi lebih mahal di luar negeri dan barang-barang

impor menjadi lebih murah sehingga menyebabkan neraca pembayaran

memburuk. Depresiasi nilai tukar yang berlebihan dapat mengakibatkan tingginya

laju inflasi sehingga dapat mengganggu tujuan kebijakan moneter dalam

memelihara kestabilan harga.

Setelah runtuhnya sistem nilai tukar Bretton Woods dikenal beberapa

sistem nilai tukar. Corden dalam Simorangkir dan Suseno (2004)

mengklasifikasikan sistem nilai tukar menjadi 3, yaitu sistem nilai tukar tetap

murni (Absolutely fixed rate regime), sistem nilai tukar mengambang murni (Pure

floating regime), dan sistem nilai tukar tetap tetapi dapat disesuaikan (Fixed But

Adjustable Rate/FBAR) yang merupakan kombinasi sistem nilai tukar tetap dan

mengambang.

1. Sistem Nilai Tukar Tetap Murni (Abolutely Fixed Rate Regime)

Pada sistem nilai tukar tetap ini, mata uang suatu negara ditetapkan secara

fixed terhadap mata uang asing tertentu, misalnya mata uang Rupiah ditetapkan

secara tetap terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Dengan penetapan nilai tukar

secara tetap, terdapat kemungkinan nilai tukar ditetapkan terlalu tinggi (over-

valued) atau terlalu rendah (under-valued) dari nilai sebenarnya.

Setelah runtuhnya sistem Bretton Woods, banyak negara meninggalkan

sistem nilai tukar tetap. Hal ini dikarenakan sistem ini dapat mengganggu neraca

Page 26: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

perdagangan, dengan menerapkan sistem nilai tukar tetap, maka nilai tukar mata

uang domestik menjadi lebih mahal dibandingkan nilai sebenarnya. Kondisi

tersebut mengakibatkan barang-barang ekspor di suatu negara menjadi lebih

mahal di luar negeri dan akan mengurangi daya kompetisi yang selanjutnya akan

menurunkan volume ekspor. Nilai tukar yang over-valued juga mengakibatkan

harga barang impor menjadi lebih murah dan memberikan indikasi peningkatan

impor. Penyebab lainnya adalah ketidakcukupan cadangan devisa untuk

mempertahankan sistem ini. Negara-negara yang mempunyai cadangan devisa

sedikit akan rentan terhadap serangan nilai tukar karena negara tidak mempunyai

cadangan devisa yang cukup untuk melakukan intervensi ke pasar valas dalam

mempertahankan nilai tukar.

Beberapa negara masih menggunakan sistem nilai tukar tetap karena

sistem nilai tukar ini dapat digunakan sebagai jangkar nominal (nominal anchor).

Jangkar nominal dalam pengertian ini adalah nilai tukar tetap dapat digunakan

sebagai alat pengendali inflasi. Depresiasi nilai tukar akan mendorong terjadinya

inflasi, dengan dipatoknya nilai tukar, maka harga barang impor juga relatif tetap

sehingga inflasi pada barang-barang impor dapat dikendalikan. Untuk menjamin

efektivitas kebijakan nilai tukar tetap, maka perlu diimbangi dengan sistem devisa

terkontrol sehingga serangan spekulan terhadap nilai tukar dapat diatasi.

2. Sistem Nilai Tukar Mengambang Penuh (Pure Floating Exchange

Regime)

Berdasarkan sistem ini, mekanisme penetapan nilai mata uang domestik

terhadap mata uang asing ditentukan oleh mekanisme pasar. Sehingga pada sistem

ini mata uang akan dapat berubah setiap saat tergantung dari permintaan dan

penawaran mata uang domestik relatif terhadap mata uang asing dan perilaku para

Page 27: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

spekulan. Dalam hal ini bank sentral tidak menargetkan besarnya nilai tukar dan

tidak melakukan intervensi langsung ke pasar valuta asing.

Jika permintaan valuta asing relatif terhadap mata uang domestik lebih

besar dari penawarannya, maka nilai mata uang domestik akan menurun.

Sebaliknya nilai tukar akan menguat jika penawaran lebih besar dari permintaan

valuta asing. Besarnya nilai tukar juga dipengaruhi oleh perilaku penjual dan

pembeli khususnya spekulan. Dalam perkembangannya uang diperdagangkan

sebagai barang dan tidak ada batas antar negara sehingga keberadaannya sangat

rentan terhadap serangan para spekulan yang selalu mengambil keuntungan di

setiap kesempatan, seperti halnya pada krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia

dan beberapa negara Asia lainnya pada tahun 1997/1998.

Beberapa negara menganut sistem nilai tukar mengambang ini karena

alasan tertentu. Pertama, sistem ini memungkinkan suatu negara mengisolasi

kebijakan ekonomi makronya dari dampak kebijakan luar sehingga negara dapat

memiliki kebijakan yang independen. Kedua, sistem ini tidak memerlukan

cadangan devisa yang besar karena tidak ada kewajiban untuk mempertahankan

nilai tukar. Beberapa kelemahan dari sistem ini adalah penetapan nilai tukar

berdasarkan mekanisme pasar mengakibatkan nilai tukar berfluktuasi.

3. Sistem Nilai Tukar Tetap yang Disesuaikan (Fixed but Adjustable Rate)

Sistem nilai tukar fixed but adjustable rate (FBAR) merupakan kombinasi

dari sistem nilai tukar tetap dengan sistem nilai tukar mengambang murni. Sistem

nilai tukar FBAR memegang peranan penting pada masa sistem Bretton Woods.

Sistem ini banyak digunakan oleh sebagian besar negara berkembang setelah

runtuhnya sistem Bretton Woods.

Page 28: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Pada sistem ini, besarnya nilai tukar ditetapkan oleh bank sentral dan

dipertahankan melalui intervensi langsung di pasar valuta asing dengan kata lain

bank sentral mengarahkan pasar dengan menjual dan membeli valuta asing

dengan harga tetap. Ciri dari sistem ini adalah adanya komitmen dari bank sentral

untuk mempertahankan nilai tukar dengan nilai tertentu. Nilai tukar dapat

mengalami perubahan namun penyesuaiannya jarang dilakukan untuk menjaga

kredibilitas. Perubahan nilai tukar mencerminkan persepsi pemerintah tentang

perubahan fundamental ekonomi yang memerlukan penyesuaian nilai tukar.

Sistem FBAR dapat mendorong terciptanya kebijakan moneter dan

kebijakan nilai tukar yang independen pada mobilitas arus modal rendah.

Rendahnya arus modal dapat mempermudah otoritas moneter dalam menyusun

dan mengimplementasikan kebijakannya tanpa kekhawatiran adanya arus modal

masuk dan keluar. Pada arus modal yang cukup tinggi, kebijakan moneter tiadak

dapat dilakukan secara independen, sedangkan kebijakan nilai tukar masih dapat

dilakukan secara independen. Semakin tinggi arus modal maka semakin tinggi

pula tekanan terhadap nilai tukar sehingga kebijakan bank sentral diarahkan untuk

menjaga kestabilan nilai tukar.

2.3. Model Early Warning System (EWS)

Model Early Warning System (EWS) merupakan suatu model yang

digunakan untuk mengantisipasi apakah dan kapan suatu negara dipengaruhi oleh

krisis atau ketidakstabilan ekonomi. Model ini dibangun terkait dengan siklus

perekonomian khususnya pada saat krisis keuangan yang terjadi seperti di Eropa

(1992-1993), Turki (1994), Amerika Latin (1994-1995) dan Asia (1997-1998).

EWS pada siklus perekonomian sangat penting bagi pemerintah serta sektor riil

Page 29: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

dalam kerangka perencanaan dan formulasi kebijakan serta pengambilan

keputusan.

Menurut Nasution (2007), pendekatan metode untuk model EWS dapat

dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

1. Macroeconometric model dan time series analysis

2. Business cycle analysis

Kedua pendekatan tersebut memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan,

diantaranya dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan Tabel 2.2.

Tabel 2.1. Kelebihan Masing-Masing Model Early Warning System

MACROECONOMETRIC & TIME SERIES MODEL

COMPOSITE LEADING & COINCIDENT INDICATORS

Pembentukan model didasarkan pada teori ekonomi dan diestimasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonometrika.

Data tersedia lebih cepat (timeliness) dan high frequency (monthly basis).

Berdasarkan model dapat dilakukan simulasi dengan berbagai skenario.

Tidak ada hubungan fungsional antara leading dengan coincident index maupun reference series, sehingga di sini tidak diperlukan proyeksi atau peng-asumsian nilai variabel bebas.

Model dapat menjelaskan hubungan antar variabel secara kuantitatif.

Leading index dapat memberikan deteksi dini (early warning system) tentang arah pergerakan perekonomian secara agregat baik level maupun laju pertumbuhannya. Dengan kata lain metode ini dapat memberikan signal tentang kemungkinan terjadinya turning-point dalam beberapa periode mendatang.

Sumber: InterCAFE (2007)

Page 30: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Tabel 2.2. Kekurangan Masing-Masing Model Early Warning System

MACROECONOMETRIC & TIME SERIES MODEL

COMPOSITE LEADING & COINCIDENT INDICATORS

Pembentukan model dengan frekuensi tingggi seringkali sulit karena keterbatasan data.

Komponen pembentuk indeks dipilih berdasarkan judgement, studi literatur serta statistical test. Sehingga beberapa ahli mengatakan metode ini atheoritical.

Untuk membuat proyeksi nilai-nilai variabel eksogen harus terlebih dahulu diprediksi/diasumsikan. Kesalahan dalam prediksi ini akan terbawa secara kumulatif dalam proyeksi nilai variabel endogen.

Tidak dapat digunakan untuk membuat simulasi dengan berbagai skenario serta tidak dapat menunjukkan hubungan antar variabel ekonomi dalam bentuk persamaan matematika.

Sumber: InterCAFE (2007)

2.4. Perkembangan Metode Penyusunan Leading Economic Indicators

Penyusunan Leading Economic Indicators (LEI) pertama kali dirintis pada

tahun 1920-an oleh Badan Statistik Amerika, yang dikenal dengan National

Bureau of Economic Research (NBER). Pada saat itu ilmu Ekonometrika masih

belum berkembang, sehingga metode penyusunan LEI pun lebih bersifat analisis

deskriptif. Selain itu karena keterbatasan dalam metode penyusunannya, LEI

hanya disajikan dalam bentuk tabel angka-angka statistik. Pada masa itu juga

hanya terdapat LEI saja dan belum memiliki composite index.

Pada tahun 1930-an, dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan,

NBER mengembangkan LEI-nya dengan menyusun composite index untuk United

State of America (USA). Composite index yang disusun pada saat itu merupakan

pembentuk LEI telah mengalami beberapa kali revisi. Saat ini komponen LEI

terdiri dari 10 variabel. Ke-10 variabel tersebut yaitu:

1. Average weekly hours, manufacturing

2. Average weekly initial claims for unemployment insurance

Page 31: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

3. Manufactures’ new orders, consumer goods and materials

4. Vendor performance, slower deliveries diffusion index

5. Manufactures’ new orders, non defense capital goods

6. Building permits, new private housing units

7. Stock prices, 500 common stocks

8. Money Supply M2

9. Interest rate spread, 10-year Treasury bonds minus federal funds

10. Index of consumer expectation

Seiring dengan perkembangan ilmu ekonometrika dan statistika, metode

penyusunan LEI juga mengalami banyak perkembangan. Hal ini antara lain

terlihat dari makin bervariasinya metode yang digunakan oleh para ahli dalam

penyusunan LEI di berbagai negara. Berikut beberapa variasi penyusunan LEI di

berbagai negara:

a. Penggunaan Principal Component atau Factor Analysis dan Analisis

Regresi.

Variabel-variabel yang menjadi LEI dipilih berdasarkan signifikansi

koefisien regresi masing-masing variabel terhadap reference series (biasanya

GDP atau IPI). Composite index diperoleh dengan rata-rata tertimbang dari

beberapa variabel. Dalam hal ini factor loading (characteristic vector pertama)

digunakan sebagai penimbang. Pendekatan ini digunakan oleh Artus et. al. (1996)

dalam penyusunan LEI di Prancis.

b. Pendekatan Ekonometrika

Langkah pertama dalam pemilihan komponen LEI adalah uji kointegrasi

setiap calon komponen LEI dengan reference series untuk melihat ada tidaknya

hubungan jangka panjang. Kemudian dilakukan pengujian Granger Causality Test

Page 32: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

antara calon komponen LEI (dengan berbagai spesifikasi lag) dengan reference

series. Dengan pengujian ini dapat diperoleh variabel-variabel yang tergolong

sebagai leading indicators. Penyusunan composite index dilakukan dengan

meregresikan variabel-variabel leading indicators terhadap reference series dan

yang menjadi composite index adalah fitted value dari regresi tersebut.

Pendekatan ini digunakan oleh Salazar et. al. (1996) dalam penyusunan LEI

United Kingdom.

c. Perkembangan Terakhir

Berdasarkan pengalaman di berbagai negara, maka muncul pemikiran baru

akan perlunya menambahkan variabel hasil survei sebagai salah satu komponen

LEI untuk meningkatkan kualitas hasil prediksi. Survei tersebut dilakukan untuk

memperoleh gambaran tentang ekspektasi pelaku ekonomi terhadap arah

pergerakan perekonomian, seperti inflasi, nilai tukar, tingkat suku bunga dan lain-

lain. Survei ini dilakukan terhadap top executive beberapa perusahaan besar

(Business Sentiment Survey) dan terhadap masyarakat (Consumer Confidence

Survey). Survey seperti ini di banyak negara maju telah berlangsung sejak lama

seperti yang dilakukan di Jepang dengan nama Tankan Survey. Di USA survey

sejenis dikoordinasikan oleh the Conference Board.

2.5. Leading Indicator dan Peramalan Aktivitas Ekonomi

Shock yang berasal dari faktor internal maupun eksternal menyebabkan

fluktuasi (volatilitas) dalam perekonomian. Dalam jangka panjang fluktuasi

tersebut akan mengakibatkan naik atau turunnya aktivitas perekonomian. Perilaku

naik turunnya perekonomian seringkali terulang pada masa-masa sesudahnya dan

Page 33: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

membentuk suatu siklus. Karena sifatnya yang terus berulang, maka adanya

deteksi dini atau peramalan siklus perekonomian sangat penting, baik bagi

pemerintah maupun dunia usaha dalam rangka perencanaan dan formulasi

kebijakan di bidang ekonomi serta pengambilan keputusan bisnis.

2.5.1. Leading Indicators dalam Analisis Siklus Bisnis (Business Cycle)

Leading indicator untuk peramalan ekonomi dan siklus bisnis, dipelopori

oleh National Bureau of Economic Research (NBER) Amerika Serikat lebih dari

setengah abad lalu dan sekarang digunakan secara luas dalam mempredikasi titik

balik dari siklus bisnis di beberapa negara maju dan mulai dikembangkan di

negara berkembang.

Penyusunan Leading Indicators merupakan adopsi dari analisis business

cycles yang dibangun untuk mendeteksi siklus perekonomian. Hal yang mendasari

analisis business cycles ini adalah shock (goncangan) baik yang berasal dari

internal maupun eksternal menyebabkan volatilitas (fluktuasi) aktifitas

perekonomian. Dalam jangka panjang fluktuasi tersebut akan membentuk suatu

siklus (business cycles) yaitu naik turunnya (rebounds dan declines, atau

recoveries dan recessions) perekonomian.

Dalam analisis business cycles dikenal tiga indikator komposit yaitu

leading, coincident, dan lagging indicators serta reference series. Reference series

merupakan variabel yang dapat menggambarkan kondisi perekonomian secara

agregat seperti PDB, inflasi, nilai tukar, saham, indeks produksi industri, dsb.

Coincident indicators merupakan variabel yang menggambarkan kondisi

perekonomian saat ini dan bergerak seiring dengan reference series. Leading

Page 34: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

indicator adalah variabel yang menggambarkan keadaan ekonomi dalam beberapa

bulan kedepan dan bergerak mendahului coincident maupun leading indicators.

Lagging indicators adalah variabel yang mengikuti (lag) pergerakan coincident

maupun leading indicators. Dari ketiga indikator tersebut, leading indicators

mendapatkan perhatian khusus karena fungsinya yang mampu memberikan

deteksi dini (early warning system) tentang arah pergerakan perekonomian secara

agregat.

Sejak awal perkembangannya, analisis business cycles ini terutama

penyusunan leading indicators sangat populer dalam mendeteksi siklus

perekonomian. Kepopuleran dari metode ini antara lain karena beberapa kelebihan

yang dimilikinya, seperti yang dikemukakan (Zhang dan Zhuang, 2002) sebagai

berikut:

1. Deteksi secara dini dan diketahuinya periode titik balik suatu siklus bisnis

merupakan hal yang penting bagi: a) pemerintah sebagai pembuat kebijakan

sehingga mampu membuat kebijakan yang bersifat antisipatif, b) bagi sektor

riil untuk dapat menyesuaikan penjualan ataupun strategi investasi, dan c)

bagi investor untuk dapat memutuskan realokasi aset diantara investasi

alternatif untuk mengoptimalkan return-nya.

2. Peramalan yang hanya didasarkan pada model makroekonomi standar

seringkali gagal mendeteksi terjadinya titik balik dalam perekonomian.

3. Pendekatan leading indicators dikenal sebagai teknik peramalan yang reliable,

murah dan memberikan hasil yang dapat diandalkan.

Leading Indicators dari analisis siklus bisnis banyak diaplikasikan di

negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Penyusunan leading indicators ini

Page 35: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

memerlukan data dengan frekuensi tinggi, umumnya berupa data bulanan dengan

time series yang panjang. Untuk negara-negara berkembang, penggunaan Leading

Indicators of business cycles masih sangat langka. Keterbatasan di negara

berkembang adalah ketersediaan data yang umumnya belum terdokumentasi

dengan baik tidak seperti di negara-negara maju.

Sejak terjadinya krisis di Asia pada tahun 1997, negara-negara di kawasan

ini mulai menyadari pentingnya sistem statistik yang lebih baik untuk tujuan

monitoring dan sebagai alat untuk pencegahan terulangnya kembali krisis.

Berbagai indikator keuangan dan makroekonomi yang awalnya tidak tersedia

sekarang mulai tersedia. Namun demikian, berbagai indikator yang terbukti

mampu menjadi leading indicators yang baik di negara-negara maju belum

tersedia di negara-negara Asia termasuk Indonesia. Sehingga, penyusunan leading

indicators dalam penelitian ini hanya menggunakan indikator-indikator yang telah

dipublikasi dan datanya tersedia dalam rentang waktu yang cukup panjang.

2.5.2. Leading Indicators dalam Analisis Siklus Pertumbuhan

(Growth Cycle)

Seiring dengan perkembangan ekonomi berbagai negara terutama negara

maju yang telah lebih dahulu menerapkan pendekatan leading indicators dengan

analisis business cycles, mengakibatkan analisis ini semakin berkembang. Hal ini

didasari oleh fakta bahwa sejak tahun 1960 banyak negara maju tidak mengalami

resesi ekonomi dalam jangka waktu yang cukup panjang dan kondisi ini

memberikan gambaran bahwa di negara tersebut masih didominasi oleh faktor

trend yang cenderung bergerak naik. Sehingga timbul pemikiran apakah analisis

business cycles masih relevan dilakukan. Berdasarkan pemikiran tersebut, para

Page 36: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

ekonom dan peneliti mulai mengembangkan analisis growth cycles. Perbedaan

mendasar antara analisis business cycles dan growth cycles adalah bahwa growth

cycles menganalisis aktivitas ekonomi dari pergerakan siklikal (cyclical

movements) di sekitar trend-nya. Konsekuensinya, leading indicators yang

dikembangnya saat ini, seperti yang digunakan oleh negara-negara yang

tergabung dalam Uni Eropa (OECD) didasari pada analisis growth cycle.

Menurut Nasution (2007), growth cycle lebih menarik dianalisis

dikarenakan oleh beberapa hal, yaitu:

1. Growth cycle indexes dapat menjadi “early warning system” karena indeks ini

akan mencapai peak lebih awal dibandingkan dengan business cycle index,

dan cenderung bersifat coincident pada saat trough.

2. Growth cycle analysis dapat digunakan sebagai alat untuk mendeteksi adanya

mild setbacks dalam perekonomian yang tidak dapat ditunjukan oleh business

cycle index. Dalam hal ini growth cycle index bisa saja menunjukkan adanya

penurunan, sementara business cycle index-nya masih menunjukkan adanya

kenaikan. Keadaan seperti ini disebut juga growth recessions.

2.6. Penelitian Terdahulu

Kibritcioglu, Kose dan Ugur (1999) menganalisis banyak indikator

sebelum akhirnya mendapatkan indikator terbaik dalam memprediksi krisis nilai

tukar menggunakan pendekatan leading economic indicators dengan studi kasus

negara Turki. Mereka menganalisis pergerakan siklikal 51 indikator untuk

mendapatkan LEI. Unsur musiman dihilangkan dengan menggunakan program X-

11 Census, dan proses estimasi trend yang menggunakan Hodrick Prescott filter.

Page 37: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Hasil yang diperoleh dari 51 indikator tersebut adalah hanya lima indikator yang

dapat diidentifikasi sebagai leading indicators, yaitu terms of trade, opini

kemungkinan ekspor dibanding bulan sebelumnya, jumlah pesanan dari pasar

ekspor tiga bulan terakhir, jumlah pesanan dari pasar ekspor tiga bulan ke depan,

dan nilai tukar. Perbedaan utamanya adalah penelitian tersebut menggunakan

foreign exchange market pressure index sebagai reference series-nya. Hasil yang

diperoleh adalah LEI yang dihasilkan masih mungkin memprediksi tipe krisis

yang disebabkan oleh peranan kebijakan yang rendah, tetapi untuk jenis krisis

yang lain akan sangat sulit untuk diprediksi.

McGuckin, Ozyildirim, dan Zarnowitz (2001) membangun metode baru

dalam pembentukan leading index untuk melakukan peramalan aktivitas ekonomi.

Metode ini mengkombinasikan informasi keuangan dengan peramalan atau

estimasi dari variabel riil yang hanya tersedia dengan suatu lag tertentu. Bukti

empiris menunjukkan harga saham dan atau interest rate spread sebagai leading

indicators yang baik dan predictor dari turning points dalam siklus bisnis (lihat

penelitian Stock and Watson (1989,1999), Estrella and Mishkin (1998) and

Chauvet (1999). Sedangkan pada metode leading index sebelumnya tidak pernah

memasukkan informasi mengenai harga saham dan yields spread dalam

penentuan leading index. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 10 komponen

indeks leading indicators U.S. yang terbentuk yaitu 1) average weekly hours; 2)

average initial claims; 3) new orders, consumer goods; 4) vendor performance;

5) new orders, capital goods; 6) building permits; 7) stock prices; 8) money

supply; 9) interest rate spread; 10) consumer expectations.

Page 38: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Leigh dan Rossi (2002) membangun leading indicators dalam

memprediksi inflasi dan pertumbuhan output riil di Turki. Data yang digunakan

merupakan data series dengan periode 1986-2002. Terdapat 41 indikator dengan

frekuensi data bulanan dan 42 indikator dengan frekuensi data kuartalan. Semua

variabel melalui proses penyesuaian faktor musiman dengan menggunakan

metode tambahan X-11 dari U.S. Bureau of The Census.

Ramakrishnan dan Vamvakidis (2002) membangun model inflasi

sederhana untuk memprediksi inflasi di Indonesia, menggunakan pendekatan

leading indicators dengan metode Granger Causality Test. Penelitian ini

menggunakan data kuartalan dengan periode waktu dari 1980-2000. Variabel

dalam penelitian ini adalah CPI, pertumbuhan base money, rata-rata inflasi luar

negeri menggunakan pembobotan INS, pertumbuhan rata-rata kurs rupiah per US

dollar, pertumbuhan upah minimum dalam industri manufaktur, perubahan tingkat

produktivitas yang didefinisikan sebagai GDP per tenaga kerja, gap output yang

diestimasi dengan Hodrick-Prescott filter, perubahan overnight interest rate,

deviasi sektor moneter dari kondisi steady state-nya, deviasi labor market dari

kondisi steady state-nya, deviasi sektor eksternal dari kondisi steady state-nya,

variabel dummy dengan nilai 1 pada 1997Q3-1998Q4, quarterly seasonal

dummies, WPI, WPI non-oil, dan CPI non-food. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa 1) model yang digunakan mampu mengidentifikasi kurs dan inflasi luar

negeri sebagai variabel utama dalam memprediksi inflasi dengan kekuatan

prediksi yang kuat; 2) pertumbuhan base money secara statistik signifikan tapi

memiliki pengaruh yang kecil terhadap inflasi; 3) tanpa memasukkan kurs dalam

model, pertumbuhan base money menjadi variabel penting dalam memprediksi

Page 39: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

inflasi; 4) produktivitas juga memiliki pengaruh yang signifikan; 5) untuk model

inflasi yang memasukkan kurs, beberapa efek dari variabel penting lainnya

memungkinkan perubahaan terhadap kurs tersebut.

Zhang dan Zhuang (2002) membangun leading indicators untuk business

cycles di Malaysia dan Filipina. Dengan menggunakan data Januari 1981 – Maret

2002, hasil penelitian menunjukkan: 1) adanya 9 titik balik di Malaysia, yang

terdiri dari 5 puncak dan 4 lembah; 2) Filipina memiliki 8 titik balik, masing-

masing 4 puncak dan 4 lembah; dan 3) terdapat sinkronisasi business cycles di

antara kedua negara tersebut.

Mongardini dan Saadi-Sedik (2003), menggunakan pendekatan

ekonometrik untuk membangun coincident dan leading indicators dalam

memprediksi aktivitas ekonomi di negara dengan perekonomian terbuka kecil

(studi kasus negara Jordan). Data sampel yang digunakan merupakan data

observasi bulanan, dengan 40 variabel dari semua sektor ekonomi (sektor riil,

fiskal, moneter, dan ekternal). Periode waktu yang digunakan mulai dari Januari

1996 sampai Desember 2002 (84 observasi). Semua variabel akan melalui proses

penyesuaian faktor musiman yang selalu bergerak (kalender Gregorian dan

kalender hari besar Muslim), menggunakan metode X12 dari The U.S. Census

Bureau. Reference series yang digunakan adalah industrial production index

Jordan. Hasil penelitian menunjukkan: 1) ada lima indikator yang teridentifikasi

sebagai coincident index yang secara statistik signifikan pada level 1 persen,

yaitu: terms of trade (TOT), trade balance (TB), impor barang modal, employee

payroll deductions, dan sejumlah izin kontruksi; 2) leading indicators yang

terbentuk ada lima dengan tingkat signifikansi yang berbeda, yaitu pertumbuhan

Page 40: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

kredit bersih dari sektor privat, interest rate spread diantara suku bunga Jordan 3

bulan dan U.S. treasury bill rates, pertumbuhan permintaan untuk ekspor

domestik, dan Amman stock exchange. Semua variabel signifikan pada level 5

persen kecuali Amman stock exchange yang secara statistik signifikan pada level

15 persen.

2.7. Kerangka Pemikiran

Penelitian ini didasari oleh pemikiran bahwa pada suatu perekonomian

global, variabel-variabel ekonomi saling terkait satu sama lain. Sehingga jika

terjadi shock (guncangan) pada salah satu variabel maka akan berpengaruh pada

variabel lain. Shock yang terjadi dapat berupa internal maupun eksternal. Keadaan

tersebut akan menyebabkan fluktuasi ekonomi. Hal ini mungkin saja berulang di

masa mendatang dan dalam jangka panjang membentuk suatu siklus. Siklus

tersebut yang disebut siklus bisnis (Business Cycle).

Adanya siklus yang terus berulang dalam setiap periode tertentu

mempermudah para ekonom untuk memprediksi aktivitas ekonomi suatu negara.

Berdasarkan hal itu maka dibangunlah early warning system (EWS) untuk

memprediksi arah pergerakan perekonomian ke depan. EWS pada siklus

perekonomian sangat penting bagi pemerintah serta sektor riil dalam kerangka

perencanaan dan formulasi kebijakan serta pengambilan keputusan.

Penelitian ini menggunakan pergerakan nilai tukar sebagai reference

series. Hal ini dikarenakan nilai tukar merupakan salah satu tolak ukur efektifitas

kebijakan moneter serta volatilitas pergerakannya yang tinggi sehingga perlu

mendapat perhatian yang cukup besar, terutama setelah adanya krisis yang secara

Page 41: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

umum terjadi di beberapa negara Asia pada tahun 1997/1998 termasuk Indonesia.

Oleh karena itu, penelitian ini memfokuskan pada pergerakan kurs. Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

Variabel ekonomi memiliki keterkaitan satu sama lain

SHOCK (Goncangan) internal maupun eksternal

FLUKTUASI EKONOMI

Jangka Panjang: BUSINESS CYCLE

EARLY WARNING

SYSTEM (EWS): 1. Nilai Tukar (Kurs) 2. PDB 3. IPX 4. Money Supply 5. Inflasi 6. dll

EWS NILAI TUKAR

Perekonomian secara global

Page 42: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,

deret waktu bulanan mulai Januari 1993 hingga September 2007. Data ini

dikumpulkan dari berbagai sumber, diantaranya dari CEIC, International

Financial Statistics (IFS) terbitan IMF, dan FX Sauder. Terdapat 102 variabel

yang dikumpulkan dan mengalami proses seleksi. Variabel-variabel tersebut dapat

dilihat pada Lampiran 1.

3.2. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis siklus bisnis (Business Cycle

Analysis) dan selanjutnya dikembangkan dengan analisis growth cycle. Dalam

prosesnya, menggunakan software Microsoft Excel 2003, Eviews 4.1, Eviews 5.1

dan Genhol.

Penyusunan Leading Indicators merupakan adopsi dari analisis business

cycles yang dibangun untuk mendeteksi siklus perekonomian. Hal yang mendasari

analisis business cycles adalah bahwa shock (guncangan) baik yang berasal dari

internal maupun eksternal menyebabkan volatilitas (fluktuasi) aktifitas

perekonomian. Dalam jangka panjang fluktuasi tersebut akan membentuk suatu

siklus (business cycles) yaitu turun naiknya (declines dan rebounds, atau

recessions dan recoveries) perekonomian. Dalam analisis business cycles

Page 43: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

pergerakan naik dan turunnya aktivitas perekonomian tersebut berada dalam level

absolut.

3.2.1. Tahapan Penyusunan Leading Economic Indicators

Secara umum, tahapan-tahapan untuk membangun Leading Indicators

dengan analisis business cycles adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data sekunder

Tahap pertama adalah mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber.

Idealnya data yang dikumpulkan mencapai ratusan variabel yang diperkirakan

dapat menjadi kandidat komponen leading, coincident dan lagging index. Untuk

memperoleh hasil yang baik, data yang dikumpulkan sebaiknya memiliki periode

yang panjang dengan frekuensi tinggi (bulanan). Kriteria pemilihan variabel harus

dilihat dari aspek ekonomi dan perilaku data secara statistika.

2. Disagregasi Data

Tahap kedua adalah melakukan disagregasi data dengan menggunakan

metode Qubic Splines atau dapat pula digunakan metode interpolasi lainnya. Hal

ini dilakukan apabila data yang tersedia memiliki frekuensi observasi tahunan atau

kuartalan untuk disesuaikan menjadi data bulanan.

3. Mengisolir Pengaruh Musim

Tahap ketiga adalah membersihkan data dengan mengisolir pengaruh

musim sehingga tidak menyebabkan misleading dan indeks yang diperoleh tidak

volatile. Di banyak negara faktor musim biasanya bersifat fix (tetap) seperti Natal

dan Tahun Baru, musim hujan dan kemarau, musim dingin dan panas. Namun

Page 44: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

untuk kasus Indonesia, selain faktor musim yang tetap, juga ada faktor musim

yang bergerak seperti Idul Fitri & Chinese New Year.

4. Pemilihan Kandidat Variabel Coincident dan Leading Indicators

Tahap keempat adalah pemilihan kandidat variabel Coincident dan

Leading Indicators. Ada beberapa metode yang digunakan untuk memilih suatu

variabel menjadi kandidat dari leading indicators yaitu pendekatan grafis, uji

granger causality dan uji cross-correlation. Mengingat leading indicators

bergerak mendahului reference series, maka kandidat leading indicators secara

visual melalui grafis seharusnya bergerak mendahului reference series.

Sedangkan kriteria leading indicators berdasarkan uji cross correlation dapat

dilihat dari adanya korelasi yang cukup tinggi dengan lag yang cukup jauh. Pada

uji granger causality, dapat dilihat dari adanya hubungan causality yang sifatnya

satu arah pada lag yang cukup jauh pula. Pengujian koefisien korelasi antara

reference series dengan variabel-variabel yang diperkirakan akan menjadi

kandidat leading indicators dilakukan secara terpisah-pisah untuk masing-masing

periode leading yang ingin kita bentuk. Untuk mencari kandidat leading

indicators 3 bulan maka kita harus mencari korelasi antara reference series

dengan seluruh variabel pada tiga bulan berikutnya. Begitu pula halnya jika kita

ingin mencari kandidat leading indicators 6 dan 12 bulan. Sebaliknya karena

sifatnya yang bergerak sejalan, kandidat coincident indicators secara grafis

haruslah sejalan dengan reference series dengan korelasi yang tinggi di sekitar lag

nol. Causality antara coincident indicators dan reference series haruslah bersifat

dua arah dengan lag yang pendek.

5. Penyusunan Composite Coincident Index (CI) dan Leading Index (LI)

Page 45: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Tahap kelima adalah penyusunan Composite Coincident Index (CI) dan

Leading Index (LI) dengan basis indicators yang diperoleh dari tahap keempat

dengan cara menggabungkan (compose) variabel-variabel kandidat. Akan tetapi

karena amplitudo dari masing-masing variabel atau series bisa jadi berbeda-beda,

maka penyusunan index tanpa terlebih dahulu dilakukan standardisasi data bisa

mengakibatkan terjadinya distorsi pada index yang terbentuk. Untuk menghindari

distorsi tersebut, perlu dilakukan normalisasi terhadap semua komponen siklikal

yang diturunkan dari variabel-variabel kandidat serta reference series. Pada

prinsipnya, proses standardisasi diarahkan agar semua variabel kandidat memiliki

mean 100 serta varian yang sama.

• Proses penggabungan (compose) variabel-variabel kandidat untuk

mendapatkan Coincident Index (CI) dan Leading Index (LI) “terbaik”

dilakukan dengan cara trial-and-error. Indikator baiknya Coincident Index

didasarkan pada kesamaan pergerakannya dengan Reference Series, sementara

untuk LI didasarkan pada kemampuannya untuk memprediksi CI dan

Reference Series.

• Setiap indikator/variabel pembentuk composite CI dan LI terbaik tersebut

memiliki bobot tertentu yang dapat memberikan indikasi variabel apa saja

yang paling berperan dan perlu mendapat perhatian dalam pengambilan

keputusan terkait dengan fokus industri properti dan stabilitas sistem

keuangan.

3.2.2. Metode Penyusunan Early Warning Indicators

Page 46: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Metode-metode yang digunakan dalam proses penyusunan Early Warning

indicators dapat dijelaskan seperti berikut.

1. Metode Cubic-Spline

Data sekunder yang dipublikasi umumnya memiliki frekuensi release yang

berbeda seperti data mingguan, bulanan, kuartalan, semesteran bahkan tahunan.

Dalam penyusunan Leading Indicators data yang digunakan umumnya berupa

data bulanan. Apabila data yang tersedia memiliki frekuensi kuartalan maka perlu

dilakukan disagregasi menjadi bulanan, sehingga diperlukan metode khusus yang

dapat memberikan hasil optimal, salah satunya adalah Metode Cubic-Spline.

2. X12-ARIMA

Fluktuasi data yang bersifat musiman dan periodik sepanjang waktu

seringkali mengganggu pergerakan siklikal dan oleh karenanya perlu dihilangkan

terlebih dahulu. Metode X-12 ARIMA adalah salah satu metode yang dapat

digunakan untuk de-seasonality data. Penelitian ini menggunakan X-12 ARIMA

karena sifatnya yang lebih sesuai dengan kondisi di Indonesia.

Menurut pandangan Jackson dan Leonard (2001), penyesuaian musiman

(seasonal adjustment) dari sebuah series didasarkan pada asumsi bahwa fluktuasi-

fluktuasi musiman dapat diukur dari series awal (xt, t=1,2, …, n) dan dipisahkan

dari trend cycle component (Ct), trading day component (Dt), dan fluktuasi

irregular (It). Komponen musiman atau seasonal (St) dapat didefinisikan sebagai

variasi dalam setahun yang berulang secara konstan dari tahun ke tahun. Ct

mengukur variasi variabel menuju faktor siklus jangka panjang, siklus bisnis, dan

factor-faktor siklus jangka panjang lainnya. Dt adalah variasi yang ditujukan pada

komposisi dari kalender. Sebagai tambahan, It adalah variasi residual. Banyak

Page 47: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

variabel makroekonomi yang time series mempunyai bentuk hubungan

multiplicative (xt=CtDtStIt) dan yang lainnya berbentuk additive (xt=Ct+Dt+St+It).

Sebuah time series yang disesuaikan secara musiman hanya terdiri atas trend

cycle dan komponen irregular.

X-12 ARIMA merupakan sebuah model yang dapat digunakan untuk

mendekomposisi sebuah time series baik dengan asumsi additive ataupun

multiplicative untuk memperoleh komponen-komponen Ct, Dt, St, ataupun It.

Model ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

digunakan untuk seasonal time series. Model ARIMA dengan asumsi

multiplicative seasonal time series, xt dapat dituliskan menjadi:

( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ts

tDsds aBBxBBBB Θ=−−Φ θφ 11

dimana:

B adalah operator lag (Bxt=xt-1),

s adalah periode musiman,

( ) ( )ppBBB φφφ −−−= ...1 1 adalah operator non seasonal autoregressive (AR),

( ) ( )PsP

ss BBB Φ−−Φ−=Φ ...1 1 adalah operator seasonal AR,

( ) ( )qqBBB φφθ −−−= ...1 1 adalah operator non seasonal moving average (MA),

( ) ( )QsQ

ss BBB Φ−−Φ−=Φ ...1 1 adalah operator seasonal moving average

ats ~i.i.d dengan rata-rata nol dan varian σ2. ( ) ( )Dsd BB −− 11 mengimplikasikan

perbedaan non seasonal orde ke-d dan perbedaan seasonal orde ke-D. Jika

d=D=0 (tidak ada perbedaan), maka umumnya dilakukan perhitungan kembali xt

pada persamaan di atas dengan mengurangkannya terhadap rata-ratanya, yaitu:

dengan xt-µ dimana μ = E[xt].

Page 48: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

3. Cross Correlation

Metode ini digunakan untuk menganalisis dan menentukan apakah

variabel-variabel ekonomi dan `keuangan lainnya, jika dikorelasi silangkan

dengan reference series akan menjadi Leading Indicators, Coincident Indicators,

atau Lagging Indicators. Jika ternyata ada beberapa variabel yang dapat dijadikan

Leading Indicators, maka bisa dibentuk Composite Leading Indicators (CLI).

Korelasi silang (cross correlation) antara dua variabel, katakan x dan y dapat

dihitung:

( ) ( )( ) ( )0.0 yyxx

xyxy cc

lclr = dimana: l = 0, ± 1, ± 2, ... (3.2)

dan

( )( )( )( )

( )( )( )⎪⎪⎩

⎪⎪⎨

−−

−−=

∑+

=−

=+

1

11

1

11

/

/

T

ttt

T

ttt

xy

Txxyy

Tyyxxlc (3.3)

Periode waktu yang digunakan untuk menguji korelasi silang adalah 12

periode atau selama satu tahun dengan data bulanan. Untuk dapat dijadikan

sebagai indicators maka nilai rxy yang dicari adalah nilai yang paling tinggi

selama periode pengujian.

Kriteria pemilihan kandidat leading pada uji korelasi silang adalah dengan

melihat korelasi yang tinggi pada lag yang cukup jauh. Sedangkan untuk kandidat

coincident, sama halnya dengan kandidat leading harus memiliki korelasi yang

tinggi dengan reference series namun dengan lag yang ada di sekitar nol.

4. Granger Causality Test

dimana: l = 0, 1, 2, ...

dimana: l = 0, -1, -2, ...

Page 49: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Salah satu tahap dalam analisis siklus bisnis adalah penggunaan metode

ekonometrik dalam pemilihan kandidat leading indicators. Langkah pertama

dalam pemilihan komponen LEI adalah uji kointegrasi setiap calon komponen

LEI dengan reference series untuk melihat ada tidaknya hubungan jangka

panjang. Kemudian dilakukan pengujian Granger Causality Test antara calon

komponen LEI (dengan berbagai spesifikasi lag) dengan reference series. Uji

granger yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan 4 spesifikasi lag yaitu

1, 3, 6, dan 12. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, penentuan lag tersebut

diasumsikan telah mampu memberikan hasil yang cukup akurat dan cukup

mewakili keseluruhan lag. Penggunaan 4 spesifikasi lag tersebut dilakukan untuk

mengetahui perbandingan tingkat signifikansi pada lag yang semakin jauh.

Dengan pengujian ini dapat diperoleh variabel-variabel yang tergolong sebagai

leading indicators.

Granger Causality test dilakukan untuk melihat adanya hubungan sebab-

akibat (kausalitas) dan arah kausalitas diantara variabel-variabel yang digunakan

dalam analisis. Uji kausalitas dilakukan karena terdapat tiga kemungkinan arah

kausalitas yang terjadi antara dua variabel (misalnya X dan Y) yaitu: 1) X

menyebabkan (Granger cause) Y; 2) Y menyebabkan (Granger cause) X; atau 3)

X dan Y memiliki hubungan timbal balik yang terjadi apabila X menyebabkan Y

dan pada saat yang bersamaan Y juga menyebabkan X. Dengan menggunakan

Granger Causality test dapat diketahui apakah antara X dan Y memiliki hubungan

kausalitas dan bagaimana arah kausalitas diantara kedua variabel tersebut. Nilai

probabilitas (P value) yang dihasilkan menentukan signifikansi arah hubungan

kausalitas antar variabel. Ketentuan yang secara konvensional disepakati adalah

Page 50: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

jika probabilitas lebih kecil dari 5 persen maka dikatakan terjadi kausalitas yang

signifikan.

Kriteria kandidat leading pada uji Granger Causality ini adalah adanya

hubungan kausalitas satu arah pada lag yang cukup jauh. Sedangkan untuk

pemilihan kandidat coincident dilihat dari adanya hubungan kausalitas dua arah

dengan lag di sekitar nol.

5. Hodrick-Prescott Filter

Metode Hodrick-Prescott (HP) Filter berfungsi untuk mengestimasi trend

dan kemudian menghilangkan faktor trend tersebut. Metode ini merupakan alat

analisis ekonomi yang sederhana dan sangat fleksibel dan merupakan pilihan inti

trend. Komponen trend bersifat stokastik tapi bergerak mulus sepanjang waktu

dan tidak berhubungan dengan komponen siklikal.

Metode HP filter membutuhkan perhitungan dari komponen trend yaitu

Y* untuk t=1, 2, 3,..... dari data seri yang telah dihilangkan unsur musiman dan

irregular-nya yaitu Y. T dapat diestimasi dengan meminimalisasi fungsi

kerugiannya, yaitu

(3.4) dimana:

: parameter yang merefleksikan varians dari komponen trend relatif terhadap

komponen siklikal.

Selain itu λ dapat juga diartikan sebagai faktor pembobot yang

mengontrol seberapa mulus hasil trend tersebut. Nilai λ yang rendah akan

menghasilkan trend yang mengikuti seri yang telah dihilangkan unsur

musimannya secara dekat, sebaliknya nilai λ yang tinggi tidak akan menghasilkan

Page 51: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

fluktuasi jangka pendek dari seri yang dihilangkan unsur musimannya. Untuk data

tahunan nilai λ yang digunakan adalah 100, sedangkan untuk data triwulanan,

Hodrick dan Prescott memberikan nilai sebesar 1600 dan untuk data bulanan nilai

λ yang diberikan adalah 14400.

6. Vector Auto Regressive (VAR)

Metode ini adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap

peubah sebagai fungsi linier dari konstanta dan nilai lag dari peubah itu sendiri

serta nilai lag dari peubah lain yang ada dalam sistem. Dengan dapat memasukkan

unsur waktu, hubungan kausalitas antara dua varibel merupakan hubungan

kausalitas dalam VAR. Jadi dapat disimpulkan hubungan kausalitas ini

berdasarkan pada pemikiran Granger. Menurut Enders (2004), dalam

menggunakan metode VAR, jika data-data yang digunakan tidak stasioner pada

tingkat level tetapi stasioner pada First Difference dimana data tersebut sudah

terkointegrasi, maka metode yang digunakan adalah VECM atau VAR First

Difference, tapi jika data stasioner pada tingkat level maka metode yang

digunakan adalah VAR tradisional.

Metode VAR ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan

metode ekonometrik konvensional seperti yang dikemukan oleh Klein dalam

Sitorus (1995) yaitu :

1. Mengembangkan model secara bersamaan di dalam suatu sistem yang

kompleks (multivariate), sehingga dapat menangkap hubungan keseluruhan

variabel di dalam persamaan itu. Hubungan yang terdeteksi dapat bersifat

langsung maupun tidak langsung.

Page 52: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

2. Uji VAR yang bersifat multivariate dapat menghindari parameter yang bias

akibat tidak dimasukkannya variabel yang relevan.

3. Metode VAR dapat mendeteksi hubungan antarvariabel dalam sistem

persamaan, dengan menjadikan seluruh variabel sebagai endogenous.

4. Karena bekerja berdasarkan data, metode VAR terbebas dari berbagai batasan

teori ekonomi yang sering muncul termasuk gejala perbedaan semu (spurious

variable endogenty dan exogenty) di dalam model ekonometrik konvensional

terutama pada persamaan simultan, sehingga menghindari penafsiran yang

salah.

5. Dengan teknik VAR maka yang akan terpilih hanya variabel yang relevan

untuk disinkronisasi dengan teori yang ada.

Metode VAR tidak berarti tanpa kelemahan. Metode ini juga memiliki

beberapa kelemahan. Salah satunya model VAR merupakan pengukuran yang

tidak dilandasi teori tentang hubungan antar variabel (model non-struktural).

Implikasi kebijakan menjadi kurang tepat karena metode VAR tidak

mempermasalahkan perbedaan variabel eksogen dan endogen.

a. Model Umum VAR

Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis VAR adalah semua peubah tak

bebas bersifat stasioner, semua sisaan beresifat white noise yang artinya memiliki

rataan nol, ragam konstan, dan diantara peubah tak bebas tidak ada korelasi.

Sistem persamaan multivariat lebih rumit hubungan kausalitas antar

variabelnya dibandingkan sistem persamaan bivariat. VAR membuat seluruh

variabel menjadi endogenous dan menurunkan distributed lag-nya. VAR dengan

Page 53: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

ordo p dengan n buah peubah tak bebas pada waktu ke-t dapat dimodelkan

sebagai berikut :

(3.5)

dimana :

: vektor peubah tak bebas (y1, t ......yn, t) berukuran n x 1

: vektor intersep berukuran n x 1

: matrik parameter berukuran n x n untuk setiap i = 1, 2, ...., p

: vektor sisaan ( ε1, t......εn, t) berukuran n x 1

b. Pengujian Model

1. Uji Stasioneritas Data

Hal terpenting dalam menganalisis data yang bersifat time series adalah uji

stasioneritas. Suatu deret waktu disebut stasioner apabila secara stokastik data

menunjukkan pola yang konstan dari waktu ke waktu atau dengan kata lain tidak

terdapat pertumbuhan atau penurunan pada data. Hal ini berarti data harus

horizontal sepanjang sumbu waktu.

Jika data berfluktuasi dengan varian yang tetap dari waktu ke waktu maka

data tersebut juga bersifat stasioner pada variannya (variance). Kondisi seperti ini

dinotasikan sebagai berikut :

(3.6) dimana :

: ragam

: nilai tengah variabel y

Page 54: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Augmented Dicky Fuller (ADF) test merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan untuk mengukur kestasioneran data. Jika nilai mutlak ADF statistiknya

lebih besar dari Mackinnon Critical Value untuk nilai yang positif dan lebih kecil

jika angka negatif maka nilai ADF statistiknya harus lebih kecil dan dapat

disimpulkan bahwa series tersebut stasioner. Apabila suatu series tidak stasioner

berdasarkan ADF test maka dapat dilakukan difference non stasionary processes.

ADF test sendiri pada dasarnya melakukan estimasi terhadap persamaan regresi

sebagai berikut :

(3.7) dimana :

:

: white noise

Pada ADF, yang diuji adalah apakah δ = 0 dengan hipotesis alternatif δ <

0. Jika nilai absolut dari nilai t hitung untuk δ lebih besar dari nilai absolut Dicky,

maka hipotesis nol yang mengatakan bahwa data tidak stasioner ditolak terhadap

hipotesis alternatifnya.

2. Penetapan Lag Optimal

Penentuan lag optimal sangat penting dalam model VAR, hal ini

dikarenakan suatu variabel juga dipengaruhi oleh variabel itu sendiri, selain

dipengaruhi oleh variabel lain. Sebelum menentukan lag optimal, perlu dilakukan

pengujian lag maksimal. Lag maksimal didapat jika roots memiliki modulus lebih

kecil dari satu dan semuanya terletak dalam unit circle, sehingga didapat

persamaan VAR yang stabil.

Page 55: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Pengujian lag optimal dapat ditetapkan dengan beberapa kriteria, antara

lain Akaike Information Criterion (AIC), Schwarz Information Criterion (SIC),

Hannan-Quinn Information Criterion (HQ), dan Likelihood Ratio (LR). Pengujian

lag yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada uji SIC.

3. Uji Kointegrasi

Kointegrasi adalah suatu hubungan jangka panjang antara variabel-

variabel yang secara individual tidak stasioner, tapi kombinasi linier antar variabel

tersebut dapat menjadi stasioner. Oleh karena itu, kointegrasi dapat dilakukan

sebagai salah satu cara untuk menghindari masalah spurious regression (regresi

palsu). Beberapa cara yang dilakukan untuk mengujinya yaitu dengan Engle-

Granger cointegration test Johansen cointegration test dan Cointegrating

Regression Durbin-Watson (CRDW) test.

Page 56: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Gambar 3.1. Tahapan

Penelitian

Pengumpulan variabel/ data sekunder

Data hasil seleksi

Data siap digunakan

Kandidat Lagging Kandidat Leading Kandidat Coincident

Lagging Index Coincident Index

Seleksi variabel penyusun reference

series

Generating Data

Seleksi Kandidat Composite Index

Metode: 1. Disagregasi data (Cubic Splines) 2. Menghilangkan faktor musim (X12 ARIMA)

Metode; 1. Grafis 2. Cross-Correlation

3. Granger Causality Test

Penyusunan Composite

Index

Leading Index

1. Berdasarkan ketersediaan data 2. Kriteria ekonomi 3. Kriteria statistik

Metode: Business Cycle Analysis

Growth Leading index

Growth Cycle

Metode: Hodrick-Prescott Filter

EARLY WARNING

INDICATORS: PERAMALAN

(MODEL AR dan VAR)

Page 57: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

BAB IV

PENYUSUNAN LEADING INDICATORS

4.1. Leading Indicators

Leading indicators (LI) merupakan indikator business cycle analysis yang

pergerakannya mendahului variabel acuan (reference series). Indikator ini

merupakan indikator komposit yang paling mendapatkan perhatian, karena

kemampuannya sebagai early warning indicators untuk melakukan peramalan

kondisi perekonomian ke depan. Dengan kata lain, leading indicators memiliki

kemampuan dalam melakukan peramalan tentang perubahan yang terjadi pada

periode mendatang serta dapat memprediksi siklus perekonomian. Siklus ekonomi

yang dimaksud yaitu kapan perekonomian mencapai puncak (peak), masih

berlanjut (steady), mulai menurun (contraction), sampai titik terendah (trough),

dan kembali naik (expansion). Early Warning System (EWS) pada siklus

perekonomian sangat penting bagi pemerintah serta sektor riil dalam kerangka

perencanaan dan formulasi kebijakan serta pengambilan keputusan.

Menurut Nasution (2007), kandidat LI diperoleh dengan bantuan peralatan

statistika berupa grafik, analisis korelasi silang (cross correlation), dan uji

granger causality. Secara visual, kandidat LI bergerak mendahului variabel acuan.

Sedangkan berdasarkan analisis korelasi silang, kandidat LI diperoleh dengan

melihat korelasi yang paling tinggi pada lag yang cukup jauh. Kriteria leading

indicators berdasarkan uji granger causality adalah dengan melihat hubungan

kausalitas satu arah yang signifikan dari variabel penyusun dengan variabel acuan

Page 58: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

kurs pada lag yang cukup jauh. Tingkat signifikansi yang disepakati adalah nilai

probabilitasnya harus lebih kecil dari 0,05 (α=5 persen)

4.2. Penyusunan Leading Indicators

Setelah data dikumpulkan, diseleksi serta dilakukan proses disagregasi,

maka data selanjutnya akan melalui proses berikut:

4.2.1. Mengisolir Pengaruh Musim dengan Metode X-12 ARIMA

Berdasarkan kandidat yang telah diperoleh, beberapa variabel sangat

dipengaruhi oleh faktor musim yang bergerak yaitu Idul Fitri dan Tahun Baru

Cina. Dalam analisis siklus bisnis, pengaruh musim harus dihilangkan dari data.

Sehingga tidak menyebabkan misleading dan indeks yang diperoleh tidak volatile.

Beberapa kandidat yang mengalami penyesuaian dari pengaruh musim

tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1. Variabel yang Melalui Proses X-12 ARIMA

No Kandidat Leading

1. Ekspor riil

2. Impor riil

3. Foreign Currency Deposits

4. Forex Banks Demand Deposits in Foreign Currency

5. Ekspor Indonesia ke Jepang

Sumber: Lampiran 3

4.2.2. Pemilihan Kandidat Variabel Leading Indicators

Pemilihan kandidat tersebut diperoleh dari beberapa uji yang dilakukan,

diantaranya adalah dengan melihat pergerakannya secara grafis, uji cross

correlation dengan menggunakan lag 12 dan berdasarkan uji granger causality

Page 59: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

dengan menggunakan 4 spesifikasi lag yaitu 1, 3, 6, dan 12. Berdasarkan 3 uji

yang dilakukan, indikator yang diperoleh didasarkan pada seberapa sering

kemunculan (modus) variabel yang digunakan pada proses pengujian tersebut.

1. Uji secara Grafis

Kandidat leading seharusnya secara visual bergerak mendahului reference

series nilai tukar. Pada penelitian ini, pergerakan yang dilihat melalui grafis tidak

seluruhnya mampu menggambarkan secara jelas mana variabel yang mendahului

pergerakan kurs. Oleh karena kesulitan tersebut, uji secara grafis kadang

diabaikan. Salah satu hasil olahan secar visual yang dapat menggambarkan

kandidat leading adalah sebagai berikut:

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.1. Pergerakan Variabel Forex Banks Demand Deposits in Foreign Currency Mendahului Kurs

2. Uji Korelasi Silang (Cross Correlation)

Pemilihan kandidat leading melalui uji Cross Correlation dilakukan

dengan kriteria yaitu melihat korelasi yang paling tinggi pada lag yang cukup

jauh. Seperti salah satu tampilan hasil olahan berikut:

Page 60: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Date: 07/23/08 Time: 23:22 Sample: 1993:01 2007:09 Included observations: 177 Correlations are asymptotically consistent approximations

KURS,FBDDFC(-i) KURS,FBDDFC(+i) i lag lead . |***** | . |***** | 0 0.5308 0.5308 . |***** | . |**** | 1 0.5485 0.4332 . |***** | . |**** | 2 0.5333 0.3838 . |****** | . |**** | 3 0.5767 0.3644 . |******* | . |**** | 4 0.6642 0.3554 . |******* | . |*** | 5 0.7363 0.3518 . |******** | . |*** | 6 0.7734 0.3243 . |******** | . |*** | 7 0.7738 0.3057 . |******** | . |*** | 8 0.8134 0.2906 . |******** | . |*** | 9 0.8386 0.2544 . |******** | . |** | 10 0.7871 0.2353 . |******** | . |** | 11 0.7542 0.2178 . |******* | . |** | 12 0.7202 0.1893

Berdasarkan tampilan diatas dapat dilihat bahwa korelasi yang paling

tinggi ada pada (-i) yaitu sebesar 0.8386 pada lag 9. FBDDFC(-i) menunjukkan

bahwa variabel Forex Banks Demand Deposits in Foreign Currency bergerak

lebih dahulu dibandingkan dengan kurs. Berdasarkan uji ini diperoleh kandidat

sebagai berikut:

Tabel 4.2. Hasil Analisis Cross Correlation

No Kandidat Leading Cross Correlation

Lead/Lag rxy

1. Ekspor riil -8 0.4180

2. Impor riil -5 0.4486

3. Foreign Currency Deposits (FCD) -5 0.8032

4. Forex Banks Demand Deposits in Foreign

Currency (FBDDFC)

-9 0.8386

5. Ekspor Indonesia ke Jepang (XJP) -12 0.3271

6. Indeks Saham United Kingdom (FTSE 100) -4 0.5424

Sumber: Lampiran 2

Page 61: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

3. Uji Granger Causality

Kriteria kandidat leading berdasarkan uji granger causality adalah adanya

hubungan kausalitas satu arah yang signifikan pada lag yang cukup jauh.

Pengujian ini dapat dilihat pada hasil berikut:

Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/14/08 Time: 21:14 Sample: 1993:01 2007:09 Lags: 1 ========================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ========================================================== M does not Granger Cause KURS 176 0.22985 0.63224 KURS does not Granger Cause M 0.01370 0.90697 ========================================================= Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/14/08 Time: 21:14 Sample: 1993:01 2007:09 Lags: 3 ========================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ========================================================== M does not Granger Cause KURS 174 4.02921 0.00847 KURS does not Granger Cause M 1.88446 0.13414 Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/14/08 Time: 21:14 Sample: 1993:01 2007:09 Lags: 6 ========================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ========================================================== M does not Granger Cause KURS 171 3.63208 0.00210 KURS does not Granger Cause M 1.49925 0.18169 ========================================================== Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/14/08 Time: 21:14 Sample: 1993:01 2007:09 Lags: 12 ========================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ========================================================== M does not Granger Cause KURS 165 2.25403 0.01225 KURS does not Granger Cause M 0.92624 0.52274

Page 62: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

==========================================================

Berdasarkan tampilan Granger Causality diatas, menunjukkan bahwa

adanya hubungan kausalitas satu arah yang signifikan dengan signifikansi yang

disepakati yaitu lebih kecil dari 0.05. Tampak pada contoh di atas terdapat pola

yang menunjukkan penolakan hipotesis nol. Dimana hipotesis nol-nya

menyatakan bahwa impor tidak mempengaruhi kurs. Sehingga penolakan

hipotesis nol tersebut berarti bahwa impor mempunyai pengaruh terhadap kurs.

Kuat atau tidaknya pengaruh tersebut dilihat dari nilai probabilitasnya yang

semakin signifikan (nilai yang paling kecil) yaitu pada nilai 0.00210 di lag 6.

Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil sebagai berikut (Tabel 4.4). Pada

Tabel 4.4 dapat dijelaskan bahwa komponen ekspor pada uji granger memiliki

hipotesis nol ekspor tidak mempengaruhi kurs. Hasil yang diperoleh terlihat

bahwa terdapat hubungan kausalitas satu arah dalam hubungan variabel ekspor

dan kurs, dimana ekspor secara signifikan memiliki pengaruh pada pergerakan

kurs dengan nilai probabilitas sebesar 0.00228. Dalam hal ini impor juga secara

signifikan memiliki pengaruh terhadap pergerakan kurs dengan nilai probabilitas

sebesar 0.00210. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol impor tidak mempengaruhi

kurs ditolak. Begitu juga komponen foreign currency deposits (FCD), dengan

hipotesis nol FCD tidak mempengaruhi kurs dan ternyata probabilitasnya sebesar

2.2x10-13 menunjukkan hasil yang signifikan. Hal ini berarti tolak H0, dimana

FCD secara signifikan memiliki pengaruh terhadap pergerakan kurs. Pada

komponen forex banks demand deposits in foreign currency (FBDDFC)

menunjukkan probabilitas signifikan sebesar 0, yang berarti bahwa FBDDFC

memiliki pengaruh terhadap pergerakan kurs. Variabel ekspor Indonesia ke

Page 63: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Jepang (XJP) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurs. Hal ini dapat

ditunjukkan dengan probabilitasnya sebesar 0.00846. Untuk indeks saham Inggris

yaitu FTSE menunjukkan hasil yang signifikan dengan probabilitas sebesar

0.04352.

Tabel 4.3. Hasil Uji Granger Causality No Kandidat Leading Granger Cusality Test

H0 Lag Probabilitas Hasil Artinya

1. Ekspor does not Granger Cause kurs 3 0.00228 Tolak H0 Signifikan

2. Impor does not Granger cause kurs 6 0.00210 Tolak H0 Signifikan

3. FCD does not Granger Cause kurs 6 2.2x10-13 Tolak H0 Signifikan

4. FBDDFC does not Granger Cause

kurs

12 0.00000 Tolak H0 Signifikan

5. XJP does not Granger Cause kurs 12 0.00846 Tolak H0 Signifikan

6. FTSE 100 does not Granger Cause

kurs

1 0.04352 Tolak H0 Signifikan

Sumber; Lampiran 2

4.2.3. Penyusunan Composite Leading Index

Setelah ratusan variabel dikelompokkan ke dalam kandidat CI dan LI,

selanjutnya adalah menyusun composite LI. Beberapa tahapan yang dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Perhitungan Month-on-Month (MoM) Symmetric Percent Change

2. Adjusment MoM

3. Penjumlahan Adjusment MoM (it)

4. Adjustment it

5. Perhitungan Preliminary Leading

(Proses perhitungan dari tahapan tersebut dapat dilihat pada lampiran 3)

Composite LI terbaik diperoleh dengan cara trial-and-error dengan

mengkombinasikan komponen penyusun leading sampai terbentuk gambar akhir

Page 64: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

leading terbaik. Setelah melalui proses trial-and- error maka diperoleh kombinasi

LI terbaik dan bobot sebagai berikut (Tabel 4.4) dan secara visual dapat dilihat

pada Gambar 4.2.

Tabel 4.4. Kombinasi Terbaik Penyusun Leading Index Beserta Bobotnya

Komponen LI Bobot (Persen)

Ekspor 24.0

Impor 22.0

Foreign Currency Deposit 30.0

Forex Banks Demand Deposit in Foreign Currency 24.0

Total 100.0

Sumber: Lampiran 2

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.2. Pergerakan Leading Index Mendahului Reference Series Nilai Tukar

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa ekspor memberikan

kontribusi sebesar 24 persen pada penyusunan leading index ini, sedangkan impor

memberikan kontribusi sebesar 22 persen, foreign currency deposits sebesar 30

persen dan forex banks demand deposits in foreign currency juga 24 persen.

Page 65: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Kontribusi terbesar diberikan oleh foreign currency deposits dan kontribusi

terkecil oleh komponen impor. Hal ini mengindikasikan bahwa nilai tukar di

Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh simpanan mata uang asing yang ada di

dalam negeri. Dengan kata lain, nilai tukar Rupiah sangat dipengaruhi oleh

banyak atau sedikitnya mata uang asing dalam hal ini USD yang ada di dalam

negeri.

4.2.4. Leading Index Growth Cycle

Berdasarkan hasil leading index pada analisis business cycle yang

diperoleh, menunjukan adanya faktor trend cenderung naik pada periode-periode

akhir. Hal ini diduga karena komponen penyusun leading index yang cenderung

masih memiliki trend naik. Pengaruh trend yang kuat seringkali terjadi pada kasus

negara-negara yang tidak pernah mengalami resesi ekonomi. Oleh karena itu

untuk memperoleh hasil yang lebih baik maka faktor trend harus dihilangkan dari

business cycle, sehingga diperoleh growth cycle index yang merupakan deviasi

business cycle dari long-term trend-nya

Pendugaan pada analisis growth cycle ini dilakukan dengan

mendekomposisikan indeks siklus bisnis (leading dan coincident index) ke dalam

tiga komponen, yaitu faktor trend, cyclical, dan random. Faktor trend diestimasi

dengan menggunakan beberapa metode filtering. Dalam penelitian ini digunakan

metode filter Hodrick Prescott, yang nantinya akan diperoleh faktor trend dan

cyclical-nya. Sedangkan growth cycle index merupakan rasio indeks siklus bisnis

dengan faktor trend-nya. Hasil yang diperoleh setelah melakukan filtering dengan

metode Hodrick Prescott dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Page 66: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Berdasarkan hasil yang diperoleh (lihat Gambar 4.1.) dapat disimpulkan

bahwa leading index yang diperoleh pada analisis business cycle terbukti masih

memiliki faktor trend (semakin naik) yang sangat jelas pada periode akhir. Hal ini

diduga karena komponen penyusun leading index-nya yang masih memiliki faktor

trend yang cenderung naik. Sedangkan nilai tukar memiliki sifat yang stabil (tidak

dipengaruhi faktor trend). Hal ini dapat dibuktikan dari gambar sebelum (Gambar

4.1) dan setelah faktor trend dihilangkan (Gambar 4.2). Tampak bahwa setelah

dihilangkan faktor trend, leading index yang diperoleh lebih baik daripada

sebelumya. Indikatornya baik atau tidaknya leading index yang diperoleh dapat

dilihat berdasarkan kesamaan pergerakan antara leading index dengan reference

series.

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.3. Pergerakan Leading Index dan Nilai Tukar Setelah Trend Dihilangkan

4.2.5. Perbandingan Leading Index Business Cycle Analysis dan Leading

Index Growth Cycle

Setelah diperoleh leading index dari hasil analisis siklus bisnis dan leading

index growth cycle dapat dilihat pada Gambar 4.3. Perbandingan dari kedua grafik

Page 67: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

dimaksudkan untuk mengetahui apakah leading Index yang dibangun berdasarkan

analisis siklus bisnis mampu memberikan gambaran yang jelas bagi leading index

dengan analisis growth cycle

Pada Gambar 4.3 tampak jelas adanya trend pada leading index dari

analisis siklus bisnis dan faktor trend tersebut sudah tidak tampak lagi pada

leading index dari growth cycle.

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.4. Perbandingan Leading Index Business Cycle Analysis dan Growth Cycle

4.3. Peramalan

Berdasarkan data yang digunakan dari Januari 1993 sampai dengan

September 2007 diperoleh peramalan dari Oktober 2007 sampai dengan

Desember 2008. Peramalan tersebut menggunakan model VAR, dimana dapat

dilihat pada Gambar 4.4. Tampak pada gambar bahwa nilai tukar pada periode

peramalan tersebut bergerak naik mengikuti trend, dengan pergerakan yang tidak

terlalu volatile. Sedangkan pertumbuhan kurs sendiri relatif stabil pada kisaran

nilai 1 satuan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.5.

Page 68: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

050

100150200250300350400450

Jan-

93

Jan-

94

Jan-

95

Jan-

96

Jan-

97

Jan-

98

Jan-

99

Jan-

00

Jan-

01

Jan-

02

Jan-

03

Jan-

04

Jan-

05

Jan-

06

Jan-

07

Jan-

08

00.20.40.60.811.21.41.61.8

t_li_f li g_li_f

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.5. Leading Index Pergerakan Nilai Tukar Januari 1993 sampai Desember 2008

050

100150200250300350400

Dec-05

Mar-06

Jun-0

6

Sep-06

Dec-06

Mar-07

Jun-0

7

Sep-07

Dec-07

Mar-08

Jun-0

8

Sep-08

Dec-08

0.90.920.940.960.9811.021.041.06

t_li_f li g_li_f

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.6. Pergerakan Kurs Desmber 2005 sampai Desember 2008

Page 69: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

4.4. Implikasi Kebijakan

Terbentuknya leading indicators memberikan kontribusi besar dalam

perekonomian terutama dalam rangka perumusan kebijakan ekonomi. Perumusan

kebijakan tersebut difokuskan pada kebijakan dalam menstabilkan nilai tukar

Rupiah yang menjadi inti dari penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian,

diperoleh beberapa variabel yang merupakan komponen penyusun leading index

sebagai early warning indicators. Komponen-komponen yang terdiri dari ekspor

riil, impor riil, foreign currency deposits dan forex banks demand deposits in

foreign currency dengan bobotnya masing-masing perlu memperoleh perhatian

yang lebih besar dari pemerintah guna mengantisipasi gejolak kurs yang sifatnya

sangat fluktuatif. Namun berdasarkan bobot yang diperoleh, dimana foreign

currency deposits memberikan kontribusi terbesar dalam penyusunan leading

index sehingga untuk mengantisipasi pergerakan kurs yang tidak normal maka

otoritas moneter perlu memberikan perhatian yang besar pada komponen tersebut.

Untuk melihat keterkaitan antara komponen penyusun dengan leading index dapat

ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.7. Keterkaitan antara Ekspor dan Leading Index

Page 70: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.8. Keterkaitan antara Impor dan Leading Index

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.9. Keterkaitan Foreign Currency Deposits dan Leading Index

Page 71: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 4.10. Keterkaitan Forex Banks Demand Deposits in Foreign Currency dan Leading Index

Page 72: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

BAB V

PENYUSUNAN COINCIDENT INDICATORS

5.1. Coincident Indicators

Coincident indicators (CI) adalah indikator siklus bisnis yang

pergerakannya seiring dengan variabel yang menjadi acuan (reference series).

Indikator ini dapat memberikan gambaran tentang situasi ekonomi saat ini

(current economic situation). Sama halnya dengan leading indicators, kandidat CI

diperoleh dengan bantuan peralatan statistik berupa grafik, analisis korelasi silang

(cross correlation), dan uji granger causality. Secara visual, kandidat CI akan

bergerak seiring dengan reference series kurs. Sedangkan berdasarkan analisis

korelasi silang, kandidat CI diperoleh dengan melihat korelasi yang paling tinggi

pada lag di sekitar nol. Kriteria coincident indicators berdasarkan uji granger

causality adalah dengan melihat hubungan kausalitas dua arah yang signifikan

dari variabel-variabel penyusun dengan variabel acuan kurs pada lag di sekitar

nol. Tingkat signifikansi yang disepakati adalah nilai probabilitasnya harus lebih

kecil dari 0,05 (α= 5 persen)

5.2. Penyusunan Coincident Indicators

Setelah data dikumpulkan, diseleksi serta dilakukan proses disagregasi,

maka data selanjutnya akan melalui proses yang sama seperti pada penyusunan

leading indicators, yaitu:

5.2.1. Mengisolir Pengaruh Musim dengan Metode X-12 ARIMA

Page 73: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Berdasarkan kandidat yang telah diperoleh, beberapa variabel sangat

dipengaruhi oleh faktor musim yang bergerak yaitu Idul Fitri dan Tahun Baru

Cina. Dalam analisis siklus bisnis, pengaruh musim harus dihilangkan dari data.

Sehingga tidak menyebabkan misleading dan indeks yang diperoleh tidak volatile.

Beberapa kandidat yang mengalami penyesuaian dari pengaruh musim

dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Variabel yang Melalui Proses X-12 ARIMA

No Kandidat Coincident

1 Foreign Assets

2 Ekspor Indonesia ke Singapura

3 CPI Cina

4 Ekspor Indonesia ke United Kingdom

5 Ekspor Indonesia ke United State

Sumber: Lampiran 3

5.2.2. Pemilihan Kandidat Variabel Coincident

Pemilihan kandidat tersebut diperoleh dari beberapa uji yang dilakukan,

diantaranya adalah dengan melihat pergerakannya secara grafis, uji cross

correlation dengan menggunakan lag 12 dan berdasarkan uji granger causality

dengan menggunakan 4 spesifikasi lag yaitu 1, 3, 6, dan 12. Berdasarkan 3 uji

yang dilakukan, indikator yang diperoleh didasarkan pada seberapa sering

kemunculan (modus) variabel yang digunakan pada proses pengujian tersebut.

Page 74: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

1. Uji secara Grafis

Secara visual kandidat coincident seharusnya memiliki pergerakan yang

seiring dengan reference series nilai tukar. Pada penelitian ini, uji secara grafis

juga kurang menggambarkan secara jelas apakah pergerakannya seiring dengan

nilai tukar. Namun ada beberapa variabel yang dapat ditentukan sebagai kandidat

coincident melalui uji grafis seperti berikut:

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 5.1. Pergerakan Foreign Assets Seiring dengan Kurs

2. Uji Korelasi Silang (Cross Correlation)

Selain melalui uji secara grafis, pemilihan kandidat coincident pun

dilakukan melalui uji Cross Correlation. Namun kriteria yang diminta tentu saja

berbeda dengan pemilihan kandidat leading. Kriteria pemilihan kandidat

coincident adalah adanya nilai korelasi yang paling tinggi pada lag di sekitar nol.

Seperti tampilan berikut:

Page 75: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Date: 07/24/08 Time: 06:43 Sample: 1993:01 2007:09 Included observations: 177 Correlations are asymptotically consistent approximations

KURS,FA(-i) KURS,FA(+i) i Lag Lead . |******** | . |******** | 0 0.8073 0.8073 . |******* | . |******* | 1 0.7415 0.7270 . |******* | . |******* | 2 0.6801 0.6717 . |****** | . |******* | 3 0.6402 0.6482 . |****** | . |****** | 4 0.6300 0.6460 . |****** | . |****** | 5 0.6299 0.6441 . |****** | . |****** | 6 0.5886 0.6069 . |***** | . |****** | 7 0.5474 0.5690 . |***** | . |***** | 8 0.5177 0.5410 . |***** | . |***** | 9 0.4695 0.5016 . |**** | . |***** | 10 0.4362 0.4803 . |**** | . |***** | 11 0.4077 0.4654 . |**** | . |***** | 12 0.3801 0.4525

Sehingga berdasarkan uji ini diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 5.2. Hasil Analisis Cross Correlation

No Kandidat Coincident Cross Correlation

Lead/Lag rxy

1 Foreign Assets 0 0.8073

2 Interbank Call Money Rate: 1 Day 1 0.5734

3 Ekspor Indonesia ke Singapura 0 0.8041

4 Indeks Saham Singapura: Strait Times Index (STI) 3 -0.3204

5 CPI Cina 0 0.6065

6 Ekspor Indonesia ke United Kingdom 0 0.8505

7 Indeks Saham Jerman: DAX 1 0.5210

8 Ekspor Indonesia ke United State 0 0.8608

9 Indeks Saham United State (Nasdaq) 0 0,4283

Sumber: Lampiran 2

3. Uji Granger Causality

Berdasarkan uji granger causality, kriteria untuk pemilihan coincident

adalah dengan melihat adanya hubungan signifikan dua arah yang berarti bahwa

Page 76: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

variabel penyusun dengan nilai tukar memiliki hubungan kausalitas yang saling

mempengaruhi pada spesifikasi lag yang semakin jauh dan memiliki pola yang

sama di setiap lag. Tingkat signifikansi yang disepakati adalah nilai probabilitas

yang diperoleh lebih kecil dari 0,05 (α=5 persen). Semakin kecil dari 0,05 pada

nilai probabilitasnya maka semakin signifikan dan pengaruhnya semakin kuat.

Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/14/08 Time: 21:16 Sample: 1993:01 2007:09 Lags: 1 ========================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ========================================================== FA does not Granger Cause KURS 176 0.63111 0.42804 KURS does not Granger Cause FA 6.19769 0.01374 ========================================================== Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/14/08 Time: 21:16 Sample: 1993:01 2007:09 Lags: 3 ========================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ========================================================== FA does not Granger Cause KURS 174 0.81415 0.48771 KURS does not Granger Cause FA 3.50393 0.01675 ========================================================== Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/14/08 Time: 21:16 Sample: 1993:01 2007:09 Lags: 6 ========================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ========================================================== FA does not Granger Cause KURS 171 2.63562 0.01833 KURS does not Granger Cause FA 3.10319 0.00670 Pairwise Granger Causality Tests Date: 06/14/08 Time: 21:16 Sample: 1993:01 2007:09 Lags: 12 ========================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ========================================================== FA does not Granger Cause KURS 165 1.78475 0.05613

Page 77: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

KURS does not Granger Cause FA 1.94819 0.03352 ==========================================================

Pada Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa untuk komponen Foreign Assets (FA)

memiliki hipotesis nol FA tidak mempengaruhi kurs dan kurs tidak

mempengaruhi FA dan probabilitas yang paling signifikan ada di lag 6 sebesar

0.01833 dan 0.00670. Hasil yang diperoleh mengindikasikan adanya hubungan

kausalitas 2 arah di dalam hubungan variabel FA dan kurs. Sama halnya dengan

FA, Interbank Call Money Rate (ICMR) juga mengindikasikan hubungan

kausalitas 2 arah, hal ini dibuktikan dengan nilai probabilitasnya yang lebih kecil

dari 5 persen yaitu sebesar 5.7x10-15 dan 5.3x10-05. Beberapa variabel lain yang

memiliki hubungan kausalitas 2 arah yang signifikan yaitu ekspor Indonesia ke

Singapura, ekspor Indonesia ke Inggris (UK), dan ekspor Indonesia ke Amerika

(USA). Variabel tersebut memiliki nilai probabilitas yang lebih kecil dari alpha 5

persen (lihat Tabel 4.9). Sedangkan variabel lain mengindikasikan hubungan 1

arah bahkan ada beberapa variabel yang tidak signifikan sama sekali diantarnya

indeks saham Jerman DAX dan indeks saham Amerika (Nasdaq). Beberapa

variabel yang tidak memiliki hubungan kausalitas granger sama sekali (tidak

signifikan) tersebut tetap dimasukkan karena memiliki korelasi yang cukup tinggi.

Kondisi ini disesuaikan dengan kondisi empiris pada penelitian dimana penentuan

kandidat baik LI maupun CI diperoleh berdasarkan banyaknya kemunculan

(modus) variabel-variabel tersebut pada tiga pengujian yang dilakukan (grafis, uji

korelasi silang/ cross correlation, dan uji granger causality).

Page 78: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Tabel 5.3. Hasil Uji Granger Causality No Kandidat Coincident Granger Cusality Test

H0 Lag Probabilitas Hasil Artinya

1. FA does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause FA

6 0.01833

0.00670

Tolak H0 Signifikan

dua arah

2. ICMR does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause ICMR

6 5.7x10-15

5.3x10-05

Tolak H0 Signifikan

dua arah

3. XSG does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause XSG

6 0.04081

2.9x10-10

Tolak H0 Signifikan

dua arah

4. SGX does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause SGX

12 0.64322

0.01862

Tolak H0 Signifikan

satu arah

5. CCN does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause CCN

1 0.02047

0.83671

Tolak H0 Signifikan

satu arah

6. XUK does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause XUK

12 0.00050

8.3x10-05

Tolak H0 Signifikan

dua arah

7. DAX does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause DAX

1 0.07663

0.37469

Terima H0 Tidak

signifikan

8. XUS does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause XUS

12 0.00259

0.00010

Tolak H0 Signifikan

dua arah

9. NSDQ does not Granger Cause kurs

Kurs does not Granger Cause NSDQ

1 0.10195

0.97620

Terima H0 Tidak

signifikan

Sumber: Lampiran 2

5.2.3. Penyusunan Composite Coincident Index

Sama halnya dengan penyusunan composite leading index, indeks

coincident ini pun melalui beberapa tahapan seperti berikut:

1. Perhitungan Month-on-Month (MoM) Symmetric Percent Change,

2. Adjusment MoM

3. Penjumlahan Adjusment MoM (it)

4. Adjustment it

5. Perhitungan Preliminary Coincident index

(Rumus perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 2)

Page 79: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Sedangkan untuk indeks akhir diperoleh dari kombinasi terbaik komponen

penyusun nilai tukar, dengan proses yang sama yaitu trial-and-error sampai

akhirnya ditemukan indeks yang menghasilkan gambar terbaik. Composite

coincident terbaik diukur berdasarkan kesamaan pergerakannya dengan nilai tukar

sebagai reference series-nya. Berdasarkan kriteria yang dinyatakan sebelumnya,

maka diperoleh kombinasi terbaik dari komponen penyusun coincident yang dapat

dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Kombinasi Terbaik Komponen Penyusun Coincident Index

Komponen CI Bobot (Persen) Foreign Assets 20.66 Interbank Call Money Rate 1 Day 27.68 Indeks Saham DAX Jerman 27.34 Indeks Saham US Nasdaq 24.32 Total 100.00

Sumber: Lampiran 2

Berdasarkan hasil pada Tabel 5.4. dapat dilihat secara visual sebagai berikut:

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 5.2. Pergerakan Coincident Index seiring dengan Reference Series Kurs

Page 80: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

5.2.4. Coincident Index Growth Cycle

Pada Gambar 5.1. tampak jelas bahwa di periode akhir grafik coincident

index bergerak naik. Hal ini diduga karena adanya faktor trend pada komponen CI

yang cenderung naik. Oleh karena itu, untuk menghilangkan faktor trend tersebut

indeks coincident pada analisis business cycle dibagi dengan faktor trend-nya

sehingga diperoleh growth cycle index, yang merupakan deviasi business cycle

pada jangka panjang. Hasil yang diperoleh telah membuktikan dugaan sementara

berupa adanya trend yang semakin naik pada gambar coincident index hasil

analisis siklus bisnis tersebut. Sedangkan setelah menggunakan growth cycle

hasilnya menjadi lebih baik dibandingkan dengan analisis sebelumya. Indikator

baik atau tidak didasarkan atas kesamaan gambar leading index dan reference

series-nya. Hasil yang diberikan ditunjukkan oleh Gambar 4.5.

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 5.3. Pergerakan Coincident Index dan Kurs Setelah Faktor Trend Dihilangkan

Page 81: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 5.4. Pergerakan Coincident Index dan Leading Index Gowth Cycle

5.3. Peramalan

Berdasarkan data yang digunakan dari Januari 1993 sampai dengan

September 2007 diperoleh peramalan terhadap coincident index dari Oktober

2007 sampai dengan Desember 2008. Peramalan tersebut menggunakan model

VAR, dimana dapat dilihat pada Gambar 4.4. Tampak pada gambar bahwa nilai

tukar pada periode peramalan tersebut bergerak naik mengikuti trend, dengan

pergerakan yang tidak terlalu volatile. Sedangkan pertumbuhan kurs sendiri relatif

stabil pada kisaran nilai 1 satuan. Untuk lebih jelasnya lihat Gambar 5.4

Page 82: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

0

100

200

300

400

500

600

Jan-

93

Jan-

94

Jan-

95

Jan-

96

Jan-

97

Jan-

98

Jan-

99

Jan-

00

Jan-

01

Jan-

02

Jan-

03

Jan-

04

Jan-

05

Jan-

06

Jan-

07

Jan-

08

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

1.2

1.4

t_ci_f ci g_ci_f

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 5.5. Coincident Index Pergerakan Kurs Januari 1993 sampai Desember 2008

0

100

200

300

400

500

600

Jan-

93

Jan-

94

Jan-

95

Jan-

96

Jan-

97

Jan-

98

Jan-

99

Jan-

00

Jan-

01

Jan-

02

Jan-

03

Jan-

04

Jan-

05

Jan-

06

Jan-

07

Jan-

08

li ci

Sumber: CEIC (2008), diolah

Gambar 5.6. Pergerakan Leading dan Coincident Index Periode Januari 1993 sampai Desember 2008

Page 83: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

5.4. Implikasi Kebijakan

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh komponen penyusun coincident

index yaitu foreign assets, interbank call money rate 1 day, indeks saham Jerman

DAX, dan indeks saham Amerika Nasdaq. Oleh karena itu, dalam merumuskan

kebijakan untuk menstabilkan rupiah pemerintah dalam hal ini otoritas moneter

perlu concern terhadap keempat variabel tersebut. Namun dari keempat

komponen tersebut, berdasarkan bobotnya yang paling besar adalah interbank call

money rate 1 day dalam penyusunan coincident index sehingga untuk mengetahui

kondisi kurs saat ini maka pemerintah perlu memberikan perhatian yang ekstra

dan mempertimbangkan setiap kebijakannya mengacu pada komponen-komponen

penyusun coincident. Untuk kurs sendiri keberadaan indeks coincident bukan

suatu hal yang utama. Hal ini disebabkan karena kondisi kurs saat ini (current

economic situation) dapat diketahui setiap saat.

Page 84: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh enam kandidat

yang menjadi leading indicators dan sembilan kandidat coincident indicators

pada pergerakan nilai tukar. Setelah melalui proses trial and error untuk

memperoleh hasil terbaik berupa kesamaan pergerakan antara indeks yang

diperoleh dengan kurs diperoleh hanya sebanyak empat komponen yang

memberikan hasil terbaik sebagai penyusun leading dan coincident index.

Komponen penyusun leading yang dianggap tebaik adalah ekspor riil (24.0

persen), impor riil (22.0 persen), foreign currency deposits (30.0 persen), dan

forex banks demand deposits in foreign currency (24.0 persen). Sedangkan

komponen penyusun coincident index terbaik adalah foreign assets (20,66

persen), interbank call money rate 1 day (27.68 persen), indeks saham Jerman

DAX (27.34 persen), dan indeks saham Amerika Nasdaq (24.32 persen).

Peramalan yang dilakukan pada leading dan coincident index dari Oktober

2007 sampai Desember 2008 menunjukkan bahwa kedua indeks tersebut bergerak

naik mengikuti trend-nya. Sedangkan growth kedua indeks sendiri bergerak relatif

stabil pada kisaran satu satuan. Hal ini mengindikasikan bahwa kurs sampai

dengan Desember 2008 akan melemah namun fluktuasinya tidak terlalu besar

sehingga pertumbuhannya dapat dikatakan relatif stabil.

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pergerakan kurs di Indonesia

masih dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti indeks sahan DAX Jerman dan

Page 85: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Nasdaq Amerika serta sangat dipengaruhi oleh simpanan mata uang asing di

dalam negeri. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia merupakan negara dengan

perekonomian terbuka kecil dimana setiap goncangan yang terjadi pada

perekonomian dunia akan memberikan pengaruh besar terhadap perekonomian

Indonesia.

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperlukan kebijakan

moneter dalam rangka menjaga kestabilan nilai tukar rupiah:

1. Bank Indonesia selaku otoritas moneter diharapkan menetapkan kebijakan

yang efektif dalam rangka mengantisipasi goncangan kurs baik internal

maupun eksternal, sehingga kestabilan nilai tukar rupiah tetap terjaga. Hal ini

dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian yang lebih pada

komponen-komponen penyusun leading maupun coincident index.

2. Penggunaan metode X-12 ARIMA yang digunakan pada penelitian EWS

untuk selanjutnya diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih signifikan.

3. Untuk melengkapi penelitian ini, diperlukan penentuan turning point (untuk

menetapkan waktu dimana CI dan LI mengalami pembalikan dari fase

ekspansi ke kontraksi) dan perhitungan diffusion index (menggambarkan

proporsi komponen CI dan LI yang mengalami kenaikan).

4. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan reference series yang

berbeda, menambah variabel penyusun reference series dan

memperpanjang periode series data yang digunakan agar diperoleh indeks

peramalan yang lebih baik.

Page 86: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

DAFTAR PUSTAKA

Alexander, E. S. 2004. “Constructing Early Warning System of Currency Crises for Indonesia: Leading Indicator Approach”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan.

Arsana, I. G. P. 2005. VAR (Vector Auto Regressive): Lab Komputasi,

Universitas Indonesia. Batiz, F. R. and L. R. Batiz. 1985. International Finance and Open Economy

Macroeconomy. Macmilan Publishing co. New York. Brischetto, A. and G. Voss. 2000. “Forecasting Australian Economic Activity

Using Leading Indicators”. Research Discussion Paper. (Economic Research Department Reserve Bank of Australia)

CEIC Data Manager. 2008. Asian Data. Danih, U. 2006. Sistem Deteksi Dini Krisis Nilai Tukar dan Krisis Perbankan di

Indonesia [Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Firdaus, M. 2006. Analisis Deret Waktu Satu Ragam (ARIMA, SARIMA, ARCH-

GARCH). IPB Press, Bogor. Kibritcioglu, B., B. Kose and G. Ugur.1999. A Leading Indicators Approach to

The Predictability of Currency Crisis: The Case of Turkey. (General Directorate of Economic Research, Ankara, Turkey).

Krugman, P. dan M. Obsfelt. 1994. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan.

Munandar dan Basri [Penerjemah]. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Leigh, D. and M. Rossi. 2002. “Leading Indicators of Growth and Inflation in

Turkey”, IMF Working Paper, No. 02/231. Mankiw, G. 2003. Teori Makroekonomi (Macroeconomics). Edisi kelima.

Erlangga, Jakarta. McGuckin, R. H, A. Ozyildirim, V. Zarnowitz. 2001.”The Composite Index of

Leading Economic Indicators: How To Make It More Timely”. NBER Working Paper Series Vol 8430.

Mishkin, F. 1998. The Economics of Money, Banking, and Financial Market.

Fifth editon. Columbia University, Addison-Wesley.

Page 87: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Mongardini, J. and T. Saadi-Sedik. 2003.”Estimating Indexes of Coincident and Leading Indicators: An Aplication to Jordan”. IMF Working Paper, WP/03/170.

Nasution, D. 2007. Materi Presentasi InterCAFE. Bogor. Ramakrishnan, U. and A. Vamvakidis. 2002.”Forecasting Inflation in Indonesia”.

IMF Working Paper, WP/02/111. Pasaribu, S. H., D. Hartono, dan T. Irawan. 2005. Pedoman Penulisan Skripsi.

Departemen Ilmu Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. IPB. Sadewa, P. Y. 2007. “Mengendalikan Resiko Nilai Tukar”. [Kompas online]

danareksa.com [22 Oktober 2007] Salvatore. 1997. Ekonomi Internasional. Edisi kelima. Jilid 1. Haris Munandar

[Penerjemah]. Erlangga, Jakarta. Setiana, M. 2006. Analisis Leading Indicator Untuk Business Cycle Indonesia

[Skripsi]. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Simorangkir, I. dan Suseno. 2004. Seri Kebanksentralan: Sistem Kebijakan dan

Nilai Tukar. Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK) Bank Indonesia, Jakarta.

The Conference Board. 2000. Business Cycle Indicators Handbook. Victor,S. 2002. A System of Leading Indicators for Russia. 28th CIRET

Conference. Taipei. Winarno, W. W. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP

STIM YKPN, Yogyakarta. www.imfstatistics.org Zhang, W. and J. Zhuang. 2002. “Leading Indicators of Business Cycle in

Malaysia and the Philippines”. ERD Working Paper No. 32.

Page 88: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

LAMPIRAN

Page 89: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Lampiran 1. Variabel yang digunakan dalam penelitian No Variabel Sumber 1. Kurs IFS 2. Gross Domestic Product (GDP) 2000p CEIC 4. Consumer Price Index (CPI) 2000p CEIC 5. Wholesaler Price Index (WPI) CEIC 6. Industrial Production Index (IPI) CEIC 7. Trade balance CEIC 8. Ekspor CEIC 9. Impor CEIC 10. Indeks Harga Saham Gabungan CEIC 11. Jakarta Stock Exchange (JSX) Market Capitalization CEIC 12. M1 CEIC 13. M2 CEIC 14. Money Supply M2: Net Foreign Assets CEIC 15. Money Supply M2: Claims on Official & State Entities CEIC 16. Money Supply M2: Claims on Private Entities CEIC 17. Quasi money CEIC 18. Monetary Survey: Quasi Money: Foreign Currency Deposits CEIC 19. Monetary Survey: Quasi Money: Time & Saving Deposits CEIC 20. Commercial Banks Deposits CEIC 21. Time Deposit Rate: Commercial Banks: 1 Month CEIC 22. Time Deposit Rate: Commercial Banks: 3 Months CEIC 23. Time Deposit Rate: Commercial Banks: 6 Months CEIC 24. Time Deposit Rate: Commercial Banks: 12 Months CEIC 25. Time Deposit Rate: Commercial Banks: 24 Months CEIC 26. Time Deposit Rate: State Banks: 1 Month CEIC 27. Time Deposit Rate: State Banks: 3 Months CEIC 28. Time Deposit Rate: State Banks: 6 Months CEIC 29. Time Deposit Rate: State Banks: 12 Months CEIC 30. Time Deposit Rate: State Banks: 24 Months CEIC 31. Time Deposit Rate: Regional Govt Banks: 1 Month CEIC 32. Time Deposit Rate: Regional Govt Banks: 3 Months CEIC 33. Time Deposit Rate: Regional Govt Banks: 6 Months CEIC 34. Time Deposit Rate: Regional Govt Banks: 12 Months CEIC 35. Time Deposit Rate: Regional Govt Banks: 24 Months CEIC 36. Time Deposit Rate: Private National Banks: 1 Month CEIC 37. Time Deposit Rate: Private National Banks: 3 Months CEIC 38. Time Deposit Rate: Private National Banks: 6 Months CEIC 39. Time Deposit Rate: Private National Banks: 12 Months CEIC 41 Time Deposit Rate: Foreign & Joint Venture Banks: 1 M CEIC 42 Time Deposit Rate: Foreign & Joint Venture Banks: 3 M CEIC 43 Time Deposit Rate: Foreign & Joint Venture Banks: 6 M CEIC 44 Time Deposit Rate: Foreign & Joint Venture Banks: 12 M CEIC 45 Time Deposit Rate: Foreign & Joint Venture Banks: 24 M CEIC 46 Commercial Banks: Total Assets or Liabilities CEIC 47 Commercial Banks: Reserve: Total CEIC 48 MA: Total Assets or Liabilities CEIC 49 MA: Foreign Assets CEIC 50 MA: Claims on Public Sector: Central Government CEIC 51 MA: Reserve Money: Total CEIC

Page 90: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

52 MA: Reserve Money: Currency in Circulation (CC) CEIC 53 MA: Reserve Money: CC: Currency CEIC 54 MA: Reserve Money: CC: Cash in Vault held by DMBs CEIC 55 MA: Reserve Money: DMBs Demand Deposits CEIC 56 MA: Reserve Money: Private Sector Demand Deposits CEIC 57 MA: Forex Banks Demand Deposits in Foreign Currency CEIC 58 MA: Foreign Liabilities CEIC 59 MA: Capital Accounts CEIC 60 Monetary Survey: Net Foreign Assets CEIC 61 Monetary Survey: Net Domestic Assets CEIC 62 Monetary Survey: Money: Currency in Circulation CEIC 63 Monetary Survey: Money: Demand Deposits CEIC 64 SBI 1 bulan CEIC 65 Interbank Call Money Rate: 1 Day CEIC 66 Visitors Arrivals: Seven Main Gates CEIC 67 Visitors Arrivals: Four Main Gates: Total CEIC 68 Investment Application Approved: Domestic CEIC 69 Investment Application Approved: Foreign CEIC 70 GDP Singapura CEIC 71 CPI Singapura CEIC 72 Ekspor Indonesia ke Singapura CEIC 73 Impor dari Singapura ke Indonesia CEIC 74 Suku Bunga Singapura CEIC 75 Indeks Saham Singapura: Strait Times Index (STI) CEIC 76 GDP Cina CEIC 77 CPI Cina CEIC 78 Ekspor Indonesia ke Cina CEIC 79 Impor dari Cina ke Indonesia CEIC 80 Suku Bunga Cina CEIC 81 Indeks Saham Cina (SSE) CEIC 82 GDP Jepang CEIC 83 CPI Jepang CEIC 84 Ekspor Indonesia ke Jepang CEIC 85 Impor dari Jepang ke Indonesia CEIC 86 GDP United Kingdom CEIC 87 CPI United Kingdom CEIC 88 Ekspor Indonesia ke United Kingdom CEIC 89 Impor dari United Kingdom ke Indonesia CEIC 90 Suku Bunga United Kingdom CEIC 91 Indeks Saham United Kingdom (FTSE 100) CEIC 92 GDP Jerman CEIC 93 CPI Jerman CEIC 94 Ekspor Indonesia ke Jerman CEIC 95 Impor dari Jerman ke Indonesia CEIC 96 Indeks Saham Jerman (DAX) CEIC 97 GDP United State CEIC 98 CPI United State CEIC 99 Ekspor Indonesia ke United State CEIC 100 Impor dari United State ke Indonesia CEIC 101 Federal Fund Rate CEIC 102 Indeks Saham US (Nasdaq) CEIC

Page 91: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Lampiran 2. Tahapan Penelitian dan Tampilan Pengolahan Data

1. Menentukan variabel yang menjadi acuan (reference series).

• Reference series adalah variabel yang dapat menggambarkan

perekonomian secara agregat, seperti PDB, indeks produksi industri,

nilai tukar, inflasi, dan lain-lain.

• Penelitian ini menggunakan nilai tukar sebagai reference series.

2. Mengumpulkan data sekunder dari berbagai sumber.

• Biasanya mencapai ratusan variabel yang diperkirakan dapat menjadi

komponen leading, coincident, dan lagging indicators.

• Adapun sumber data sekunder tentang makroekonomi yang umum

antara lain BPS, BI, Asosiasi, BUMN, Departemen, Data provider

seperti CEIC, Bloomberg, Reuters, kantor Pemda dan lain-lain.

• Data yang dikumpulkan harus sepanjang mungkin (jika data tersedia,

gunakan dari tahun 1970-an) dengan frekuensi tinggi (bulanan).

• Sebanyak 102 variabel telah dikumpulkan pada penelitian ini.

3. Disagregasi data

• Data dengan frekuensi observasi tahunan dan kuartalan/ triwulanan

(biasanya data historis yang sudah lama) terlebih dahulu di-

disagregasikan menggunakan metode Chow-Lin, Qubic Splines atau

dapat pula dengan menggunakan metode interpolasi lainnya.

• Hal ini dilakukan apabila data yang tersedia memiliki frekuensi

observasi tahunan atau kuartalan untuk disesuaikan menjadi data

bulanan. Misalnya: PDB triwulanan.

Page 92: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

4. Mengisolir pengaruh musim yang bergerak di Indonesia seperti Idul

Fitri dan Tahun Baru Cina

• Menggunakan metode X-12 ARIMA dari US Census Bureau untuk

mengadjust faktor musim dari seluruh series data yang dikumpulkan.

• Penggunaan X-12 juga memungkinkan untuk mengadjust data dari

pengaruh trading-day.

• Metode X-12 ARIMA ini dilakukan dengan proses trial dan error

sampai menemukan hasil yang signifikan.

Sebagian Tampilan X-12 ARIMA Regression Model ------------------------------------------------------------------ Parameter Standard Variable Estimate Error t-value ------------------------------------------------------------------ Trading Day Mon -0.0019 0.00566 -0.34 Tue 0.0037 0.00573 0.65 Wed -0.0025 0.00577 -0.42 Thu 0.0123 0.00541 2.28 Fri -0.0174 0.00565 -3.08 Sat 0.0099 0.00557 1.77 *Sun (derived) -0.0041 0.00537 -0.77 User-defined BeforeCNY -0.0096 0.01821 -2.53 BetweenCNY -0.0077 0.02300 -3.33 AfterCNY 0.0590 0.01952 3.02 BeforeIdulFitri -0.0221 0.02286 -4.97 BetweenIdulFitri 0.0744 0.03098 2.40 AfterIdulFitri -0.0838 0.02101 -3.99 Automatically Identified Outliers AO1995.Dec 0.1481 0.03225 4.59 LS1998.Jan 0.9258 0.04782 19.36 LS1998.Apr -0.2788 0.04396 -6.34 LS1998.Aug -0.2335 0.04380 -5.33 LS1999.Jan -0.5669 0.04645 -12.20 LS1999.Mar 0.1902 0.04389 4.33 AO1999.Jun -0.1555 0.03182 -4.89 LS2001.Sep -0.1892 0.04401 -4.30 LS2002.Jan -0.2048 0.04638 -4.41 ------------------------------------------------------------------ *For full trading-day and stable seasonal effects, the derived parameter estimate is obtained indirectly as minus the sum of the directly estimated parameters that define the effect. Chi-squared Tests for Groups of Regressors ------------------------------------------------------------------ Regression Effect df Chi-Square P-Value ------------------------------------------------------------------ Trading Day 6 12.39 0.03 User-defined 6 33.96 0.00 ------------------------------------------------------------------

Page 93: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

ARIMA Model: (0 1 0)(1 1 0)12 Nonseasonal differences: 1 Seasonal differences: 1 Standard Parameter Estimate Errors ----------------------------------------------------- Seasonal AR Lag 12 -0.5052 0.06732 Variance 0.2726 1E-02 ----------------------------------------------------- Likelihood Statistics ------------------------------------------------------------------ Effective number of observations (nefobs) 164 Number of parameters estimated (np) 23 Log likelihood 249.7255 Transformation Adjustment -953.0761 Adjusted Log likelihood (L) -703.3506 AIC 1452.7013 AICC (F-corrected-AIC) 1460.5870 Hannan Quinn 1481.6451 BIC 1523.9982 ------------------------------------------------------------------ DIAGNOSTIC CHECKING Sample Autocorrelations of the Residuals -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 +----+----+----+----+----+----+----+----+----+----+ 1 .XXX| . -0.109 2 . XX| . -0.065 3 .XXX| . -0.102 4 . | . 0.012 5 . |XX . 0.090 6 . |XXX. 0.114 7 . |XX . 0.075 8 . XX| . -0.065 9 . X| . -0.047 10 .XXX| . -0.104 11 . |XX . 0.080 12 - - - - - - - - - . X| . - - - - - - - - -0.034 13 XXXX| . -0.179 14 . |XX . 0.084 15 . |X . 0.029 16 . | . -0.014 17 .XXX| . -0.103

Page 94: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

18 XXXX| . -0.141 19 . | . 0.002 20 . |XX . 0.067 21 . | . 0.006 22 . |X . 0.022 23 .XXX| . -0.101 24 - - - - - - - - - . XX| . - - - - - - - - -0.074 25 . |X . 0.030 26 . |XX . 0.082 27 . |XX . 0.096 28 . XXX| . -0.102 29 . |X . 0.027 30 . |X . 0.055 31 . |XX . 0.073 32 . | . -0.002 33 . |XX . 0.089 34 . |X . 0.051 35 . X| . -0.033 36 - - - - - - - - - . | . - - - - - - - - 0.003 Sample Autocorrelations of the Squared Residuals -1.0 -0.8 -0.6 -0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 +----+----+----+----+----+----+----+----+----+----+ 1 . X| . -0.023 2 . |XX . 0.068 3 . X| . -0.043 4 .XXX| . -0.109 5 . XX| . -0.076 6 . XX| . -0.080 7 . | . -0.017 8 . X| . -0.055 9 . | . 0.004 10 . |XXX. 0.102 11 . X| . -0.037

Page 95: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

12 - - - - - - - - - . | . - - - - - - - - 0.014

• Tingkat signifikansi pada proses X-12 ARIMA dapat dilihat dari:

a. Regresion models, mutlak dari nilai user defined lebih besar dari

1,96.

b. Pada Chi-Squared-nya, nilai P-Value trading day dan user defined lebih

kecil dari 5 persen (0,05).

c. Diagnostic checking, dikatakan signifikan jika berada di dalam garis

Bartlet.

5. Pemilihan kandidat variabel coincident dan leading indicator

• Uji secara grafis

Kandidat coincident indicator secara visual bergerak seiring dengan

reference series.

Kandidat leading indicator secara visual bergerak mendahului reference

series.

• Uji korelasi silang (cross correlation)

Kriteria kandidat coincident indicator adalah adanya korelasi yang cukup

tinggi pada lag di sekitar nol.

KRITERIA KANDIDAT COINCIDENT

Cross Correlogram of KURS and FA

Date: 05/28/08 Time: 08:07 Sample: 1993:01 2007:12 Included observations: 177 Correlations are asymptotically consistent approximations ================================================== KURS,FA(-i) KURS,FA(+i) i lag lead ================================================== . |******** | . |******** | 0 0.8073 0.8073 . |******* | . |******* | 1 0.7415 0.7270 . |******* | . |******* | 2 0.6801 0.6717 . |****** | . |******* | 3 0.6402 0.6482 . |****** | . |****** | 4 0.6300 0.6460 . |****** | . |****** | 5 0.6299 0.6441 . |****** | . |****** | 6 0.5886 0.6069 . |***** | . |****** | 7 0.5474 0.5690 . |***** | . |***** | 8 0.5177 0.5410 . |***** | . |***** | 9 0.4695 0.5016 . |**** | . |***** | 10 0.4362 0.4803 . |**** | . |***** | 11 0.4077 0.4654 . |**** | . |***** | 12 0.3801 0.4525

Page 96: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Kriteria kandidat leading indicatora adalah adanya korelasi yang cukup tinggi

pada lag yang cukup jauh KRITERIA KANDIDAT LEADING Cross Correlogram of KURS and FBDDFC Date: 05/28/08 Time: 08:07 Sample: 1993:01 2007:12 Included observations: 177 Correlations are asymptotically consistent approximations ================================================== KURS,FBDDFC(-i) KURS,FBDDFC(+i) i lag lead ================================================== . |***** | . |***** | 0 0.5308 0.5308 . |***** | . |**** | 1 0.5485 0.4332 . |***** | . |**** | 2 0.5333 0.3838 . |****** | . |**** | 3 0.5767 0.3644 . |******* | . |**** | 4 0.6642 0.3554 . |******* | . |*** | 5 0.7363 0.3518 . |******** | . |*** | 6 0.7734 0.3243 . |******** | . |*** | 7 0.7738 0.3057 . |******** | . |*** | 8 0.8134 0.2906 . |******** | . |*** | 9 0.8386 0.2544 . |******** | . |** | 10 0.7871 0.2353 . |******** | . |** | 11 0.7542 0.2178 . |******* | . |** | 12 0.7202 0.1893

• Uji granger causality

Kriteria kandidat coincident adalah adanya hubungan kausalitas dua arah

dengan lag di sekitar nol.

Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/28/08 Time: 05:26 Sample: 1993:01 2007:12 Lags: 1 ================================================== Null Hypothesis: Obs F-StatisticProbability ================================================== ICMR does not Granger Cause KURS 176 1.81031 0.18023 KURS does not Granger Cause ICMR 5.00773 0.02651 ================================================== Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/28/08 Time: 05:26 Sample: 1993:01 2007:12 Lags: 3 ================================================== Null Hypothesis: Obs F-StatisticProbability ================================================== ICMR does not Granger Cause KURS 174 0.99645 0.39600 KURS does not Granger Cause ICMR 3.62139 0.01438

Page 97: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

================================================== Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/28/08 Time: 05:26 Sample: 1993:01 2007:12 Lags: 6 ================================================== Null Hypothesis: Obs F-Statistic Probability ================================================== ICMR does not Granger Cause KURS 171 16.8270 5.7E-15 KURS does not Granger Cause ICMR 5.29599 5.3E-05 ================================================== Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/28/08 Time: 05:26 Sample: 1993:01 2007:12 Lags: 12 ================================================== Null Hypothesis: Obs F-StatisticProbability ================================================== ICMR does not Granger Cause KURS 165 10.0223 5.6E-14 KURS does not Granger Cause ICMR 4.27490 9.5E-06 ==================================================

Kriteria kandidat leading adalah terdapat hubungan kausalitas satu arah pada lag

yang cukup jauh.

Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/28/08 Time: 05:20 Sample: 1993:01 2007:12 Lags: 1 ============================================================ Null Hypothesis: Obs F-StatisticProbability ============================================================ M does not Granger Cause KURS 176 0.22985 0.63224 KURS does not Granger Cause M 0.01370 0.90697 ============================================================ Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/28/08 Time: 05:20 Sample: 1993:01 2007:12 Lags: 3 ============================================================ Null Hypothesis: Obs F-StatisticProbability ============================================================ M does not Granger Cause KURS 174 4.02921 0.00847 KURS does not Granger Cause M 1.88446 0.13414 ============================================================ Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/28/08 Time: 05:20 Sample: 1993:01 2007:12 Lags: 6 ============================================================ Null Hypothesis: Obs F-StatisticProbability ============================================================ M does not Granger Cause KURS 171 3.63208 0.00210 KURS does not Granger Cause M 1.49925 0.18169 ============================================================

Page 98: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Pairwise Granger Causality Tests Date: 05/28/08 Time: 05:20 Sample: 1993:01 2007:12 Lags: 12 ============================================================ Null Hypothesis: Obs F-StatisticProbability ============================================================ M does not Granger Cause KURS 165 2.25403 0.01225 KURS does not Granger Cause M 0.92624 0.52274

6. Penyusunan Composite CI dan LI

Prosedur penyusunan CI dan LI:

a. Hitung month-on-month (MoM) symmetric percent change untuk

setiap variabel atau komponen dengan formula:

xt = 200*(Xt – Xt-1)/( Xt + Xt-1)

dimana:

Xt adalah nilai observasi untuk komponen X pada waktu t.

Jika satuan pengukuran untuk komponen X berupa persentase (seperti

suku bunga), maka month-on-month change dihitung dengan formula:

xt = (Xt – Xt-1)

b. Lakukan adjustment terhadap MoM change dari setiap komponen. Hal

ini dimaksudkan untuk menyamakan volatilitas MoM change dari

semua komponen. Adjustment tersebut dilakukan dengan prosedur

sebagai berikut:

• Hitung standard deviation dari MoM change setiap komponen

(misalkan = σx).

• Hitung inverse dari σx (misalkan = wx = 1/σx).

• Jumlahkan semua wx (misalkan = k).

• Hitung faktor standarisasi (weight) untuk setiap komponen

dengan formula:

rx = (1/k)*wx

Adjustment terhadap MoM change dari setiap komponen

dihitung dengan formula: mt = rx*xt

c. Jumlahkan MoM change yang telah di-adjust (langkah 2); misalkan

= it

Page 99: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

d. Lakukan adjustment terhadap it untuk menyamakan volatilitas

dengan reference series;

• untuk CEI, menggunakan reference series GDP

• untuk LEI menggunakan reference series CEI

e. Hitung angka preliminary leading dan coincident index dengan

menetapkan nilai indeks awal sama dengan 100. Nilai indeks

berikutnya dihitung dengan menggunakan formula:

It = It-1*(200 + it)/ (200 – it)

Kombinasi variabel yang menghasilkan composite CI dan LI “terbaik” diperoleh

dengan cara trial-and-error. Ukuran kebaikan CI didasarkan pada kesamaan

pergerakannya dengan PDB (reference series), sementara untuk LI didasarkan

pada kemampuannya memprediksi pergerakan CI.

Page 100: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Lampiran 3. Variabel yang Memiliki Faktor Musiman Bergerak

Page 101: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang
Page 102: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Lampiran 4. Peramalan dengan Model VAR

1. Uji Stasioneritas

Leading Index Growth Cycle Null Hypothesis: LI_G has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 6 (Automatic based on SIC, MAXLAG=13)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.834314 0.0032 Test critical values: 1% level -3.468980

5% level -2.878413 10% level -2.575844

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(LI_G) Method: Least Squares Date: 07/08/08 Time: 02:53 Sample(adjusted): 1993:08 2007:09 Included observations: 170 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. LI_G(-1) -0.231670 0.060420 -3.834314 0.0002

D(LI_G(-1)) -0.132200 0.085341 -1.549078 0.1233 D(LI_G(-2)) -0.121718 0.085514 -1.423372 0.1566 D(LI_G(-3)) -0.064932 0.085074 -0.763242 0.4464 D(LI_G(-4)) 0.070968 0.082107 0.864331 0.3887 D(LI_G(-5)) 0.320631 0.077523 4.135969 0.0001 D(LI_G(-6)) 0.219763 0.076398 2.876563 0.0046

C 0.231031 0.060411 3.824302 0.0002 R-squared 0.287956 Mean dependent var -7.33E-05 Adjusted R-squared 0.257189 S.D. dependent var 0.065651 S.E. of regression 0.056582 Akaike info criterion -2.860332 Sum squared resid 0.518649 Schwarz criterion -2.712765 Log likelihood 251.1282 F-statistic 9.359165 Durbin-Watson stat 2.007174 Prob(F-statistic) 0.000000

Ekspor Null Hypothesis: EKS_G has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=13)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.835761 0.0001 Test critical values: 1% level -3.467633

5% level -2.877823 10% level -2.575530

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(EKS_G) Method: Least Squares Date: 07/08/08 Time: 02:49

Page 103: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Sample(adjusted): 1993:02 2007:09 Included observations: 176 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. EKS_G(-1) -0.235740 0.048749 -4.835761 0.0000

C 0.234079 0.049255 4.752387 0.0000 R-squared 0.118472 Mean dependent var -0.000971 Adjusted R-squared 0.113406 S.D. dependent var 0.112226 S.E. of regression 0.105671 Akaike info criterion -1.645670 Sum squared resid 1.942954 Schwarz criterion -1.609642 Log likelihood 146.8190 F-statistic 23.38458 Durbin-Watson stat 1.946663 Prob(F-statistic) 0.000003

Impor Null Hypothesis: IM_G has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=13)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.902793 0.0001 Test critical values: 1% level -3.467633

5% level -2.877823 10% level -2.575530

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(IM_G) Method: Least Squares Date: 07/08/08 Time: 02:53 Sample(adjusted): 1993:02 2007:09 Included observations: 176 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. IM_G(-1) -0.242441 0.049450 -4.902793 0.0000

C 0.241593 0.050009 4.831009 0.0000 R-squared 0.121378 Mean dependent var -0.000193 Adjusted R-squared 0.116328 S.D. dependent var 0.117068 S.E. of regression 0.110048 Akaike info criterion -1.564500 Sum squared resid 2.107242 Schwarz criterion -1.528471 Log likelihood 139.6760 F-statistic 24.03737 Durbin-Watson stat 2.074613 Prob(F-statistic) 0.000002

Foreign Currency Deposit Null Hypothesis: FCD_G has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 8 (Automatic based on SIC, MAXLAG=13)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.694632 0.0001 Test critical values: 1% level -3.469451

5% level -2.878618 10% level -2.575954

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Page 104: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(FCD_G) Method: Least Squares Date: 07/08/08 Time: 02:52 Sample(adjusted): 1993:10 2007:09 Included observations: 168 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FCD_G(-1) -0.338345 0.072071 -4.694632 0.0000

D(FCD_G(-1)) 0.165126 0.089033 1.854649 0.0655 D(FCD_G(-2)) -0.136835 0.089302 -1.532268 0.1275 D(FCD_G(-3)) 0.004729 0.087655 0.053945 0.9570 D(FCD_G(-4)) 0.010496 0.087396 0.120094 0.9046 D(FCD_G(-5)) 0.409840 0.083597 4.902565 0.0000 D(FCD_G(-6)) 0.080050 0.084875 0.943153 0.3470 D(FCD_G(-7)) 0.212491 0.076720 2.769705 0.0063 D(FCD_G(-8)) 0.240733 0.076851 3.132455 0.0021

C 0.337451 0.072060 4.682908 0.0000 R-squared 0.348985 Mean dependent var 0.000148 Adjusted R-squared 0.311902 S.D. dependent var 0.098248 S.E. of regression 0.081498 Akaike info criterion -2.118791 Sum squared resid 1.049431 Schwarz criterion -1.932840 Log likelihood 187.9784 F-statistic 9.410872 Durbin-Watson stat 1.999225 Prob(F-statistic) 0.000000

Forex Banks Demand Deposits in Foreign Currency Null Hypothesis: FBDDFC_G has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=13)

t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.492919 0.0003 Test critical values: 1% level -3.467633

5% level -2.877823 10% level -2.575530

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

Augmented Dickey-Fuller Test Equation Dependent Variable: D(FBDDFC_G) Method: Least Squares Date: 07/08/08 Time: 02:51 Sample(adjusted): 1993:02 2007:09 Included observations: 176 after adjusting endpoints

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. FBDDFC_G(-1) -0.202227 0.045010 -4.492919 0.0000

C 0.200530 0.045439 4.413160 0.0000 R-squared 0.103953 Mean dependent var -0.001113 Adjusted R-squared 0.098804 S.D. dependent var 0.099296 S.E. of regression 0.094263 Akaike info criterion -1.874159 Sum squared resid 1.546077 Schwarz criterion -1.838131 Log likelihood 166.9260 F-statistic 20.18632 Durbin-Watson stat 1.939684 Prob(F-statistic) 0.000013

Page 105: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Roots of Characteristic Polynomial Endogenous variables: LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G Exogenous variables: C Lag specification: 1 25 Date: 07/05/08 Time: 12:00 Root Modulus 0.957640 + 0.279612i 0.997626 0.957640 - 0.279612i 0.997626 0.941939 + 0.325268i 0.996518 0.941939 - 0.325268i 0.996518 -0.198097 - 0.975820i 0.995725 -0.198097 + 0.975820i 0.995725 -0.644460 - 0.754078i 0.991949 -0.644460 + 0.754078i 0.991949 0.742422 - 0.656689i 0.991177 0.742422 + 0.656689i 0.991177 0.329248 + 0.934587i 0.990887 0.329248 - 0.934587i 0.990887 -0.974970 - 0.176141i 0.990754 -0.974970 + 0.176141i 0.990754 0.971282 - 0.190350i 0.989758 0.971282 + 0.190350i 0.989758 -0.989665 0.989665 0.020066 - 0.989379i 0.989582 0.020066 + 0.989379i 0.989582 -0.014004 - 0.989478i 0.989577 -0.014004 + 0.989478i 0.989577 0.878004 + 0.453935i 0.988406 0.878004 - 0.453935i 0.988406 0.415044 + 0.896142i 0.987589 0.415044 - 0.896142i 0.987589 0.978156 - 0.133960i 0.987287 0.978156 + 0.133960i 0.987287 0.390590 + 0.905904i 0.986520 0.390590 - 0.905904i 0.986520 0.807765 + 0.565535i 0.986060 0.807765 - 0.565535i 0.986060 -0.983969 - 0.061290i 0.985876 -0.983969 + 0.061290i 0.985876 -0.976879 - 0.128637i 0.985313 -0.976879 + 0.128637i 0.985313 -0.796858 + 0.578465i 0.984685 -0.796858 - 0.578465i 0.984685 -0.830866 + 0.528426i 0.984669 -0.830866 - 0.528426i 0.984669 -0.742185 - 0.645849i 0.983849 -0.742185 + 0.645849i 0.983849 0.689195 + 0.701904i 0.983697 0.689195 - 0.701904i 0.983697 -0.268765 - 0.945849i 0.983293 -0.268765 + 0.945849i 0.983293 -0.945963 + 0.267345i 0.983016 -0.945963 - 0.267345i 0.983016 0.903022 - 0.387255i 0.982555 0.903022 + 0.387255i 0.982555 0.638830 + 0.746401i 0.982455

Page 106: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

0.638830 - 0.746401i 0.982455 -0.525624 - 0.828560i 0.981220 -0.525624 + 0.828560i 0.981220 -0.105364 + 0.975080i 0.980756 -0.105364 - 0.975080i 0.980756 0.193852 + 0.960128i 0.979502 0.193852 - 0.960128i 0.979502 -0.915780 + 0.346327i 0.979079 -0.915780 - 0.346327i 0.979079 0.765190 + 0.608427i 0.977599 0.765190 - 0.608427i 0.977599 0.479336 + 0.852003i 0.977585 0.479336 - 0.852003i 0.977585 0.268976 + 0.939707i 0.977444 0.268976 - 0.939707i 0.977444 -0.882266 - 0.418985i 0.976700 -0.882266 + 0.418985i 0.976700 -0.943898 - 0.249850i 0.976406 -0.943898 + 0.249850i 0.976406 0.831665 + 0.511149i 0.976187 0.831665 - 0.511149i 0.976187 0.079732 - 0.971626i 0.974891 0.079732 + 0.971626i 0.974891 -0.683975 + 0.691399i 0.972551 -0.683975 - 0.691399i 0.972551 0.937471 - 0.257573i 0.972211 0.937471 + 0.257573i 0.972211 -0.341425 - 0.909250i 0.971240 -0.341425 + 0.909250i 0.971240 0.542172 - 0.804839i 0.970421 0.542172 + 0.804839i 0.970421 -0.388628 + 0.887496i 0.968855 -0.388628 - 0.887496i 0.968855 0.967453 - 0.051445i 0.968820 0.967453 + 0.051445i 0.968820 0.247387 + 0.936532i 0.968655 0.247387 - 0.936532i 0.968655 -0.826572 - 0.504987i 0.968624 -0.826572 + 0.504987i 0.968624 0.964513 + 0.079807i 0.967809 0.964513 - 0.079807i 0.967809 0.621846 + 0.737881i 0.964966 0.621846 - 0.737881i 0.964966 0.131173 - 0.953896i 0.962872 0.131173 + 0.953896i 0.962872 -0.709048 - 0.642335i 0.956736 -0.709048 + 0.642335i 0.956736 -0.142801 + 0.944780i 0.955511 -0.142801 - 0.944780i 0.955511 -0.843881 + 0.444747i 0.953905 -0.843881 - 0.444747i 0.953905 -0.580194 + 0.751802i 0.949648 -0.580194 - 0.751802i 0.949648 -0.442165 + 0.836806i 0.946442 -0.442165 - 0.836806i 0.946442 -0.530714 - 0.778725i 0.942374 -0.530714 + 0.778725i 0.942374 0.847061 + 0.395415i 0.934808

Page 107: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

0.847061 - 0.395415i 0.934808 0.518199 - 0.757168i 0.917515 0.518199 + 0.757168i 0.917515 -0.410026 - 0.778304i 0.879703 -0.410026 + 0.778304i 0.879703 -0.818309 + 0.154273i 0.832725 -0.818309 - 0.154273i 0.832725 0.792425 + 0.227721i 0.824496 0.792425 - 0.227721i 0.824496 0.024433 - 0.758586i 0.758979 0.024433 + 0.758586i 0.758979 0.482279 - 0.444484i 0.655866 0.482279 + 0.444484i 0.655866 -0.473069 + 0.265801i 0.542628 -0.473069 - 0.265801i 0.542628 0.268413 - 0.234441i 0.356382 0.268413 + 0.234441i 0.356382 No root lies outside the unit circle. VAR satisfies the stability condition.

Page 108: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

2, Penetuan Lag Optimum VAR Lag Order Selection Criteria Endogenous variables: LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G Exogenous variables: C Date: 07/05/08 Time: 12:00 Sample: 1993:01 2007:09 Included observations: 152

Lag LogL LR FPE AIC SC 0 983.4253 NA 1.76E-12 -12.87402 -12.77455 1 1292.589 593.9189 4.20E-14 -16.61301 -16.01619* 2 1348.361 103.4719 2.80E-14 -17.01790 -15.92374 3 1387.940 70.82577 2.32E-14 -17.20973 -15.61822 4 1425.179 64.18920 1.98E-14 -17.37078 -15.28192 5 1453.545 47.02764 1.91E-14 -17.41507 -14.82885 6 1482.249 45.69936 1.84E-14 -17.46380 -14.38024 7 1508.444 39.98269 1.85E-14 -17.47953 -13.89862 8 1543.339 50.96470 1.66E-14 -17.60973 -13.53147 9 1584.525 57.44343 1.38E-14 -17.82270 -13.24709 10 1628.224 58.07371 1.12E-14* -18.06874 -12.99578 11 1649.139 26.41891 1.24E-14 -18.01499 -12.44468 12 1670.839 25.98277 1.37E-14 -17.97157 -11.90391 13 1700.499 33.56319 1.38E-14 -18.03289 -11.46788 14 1727.359 28.62690 1.47E-14 -18.05736 -10.99501 15 1758.994 31.63429 1.48E-14 -18.14465 -10.58495 16 1799.435 37.78104* 1.37E-14 -18.34783 -10.29078 17 1834.985 30.87197 1.37E-14 -18.48664 -9.932243 18 1875.218 32.29237 1.33E-14 -18.68708 -9.635330 19 1914.344 28.82994 1.35E-14 -18.87295 -9.323854 20 1942.071 18.60643 1.65E-14 -18.90883 -8.862390 21 1968.864 16.21650 2.14E-14 -18.93242 -8.388626 22 1999.819 16.69957 2.79E-14 -19.01078 -7.969637 23 2074.121 35.19567 2.21E-14 -19.65949 -8.120998 24 2127.105 21.61190 2.55E-14 -20.02770 -7.991860 25 2185.971 20.13813 3.10E-14 -20.47330* -7.940108

* indicates lag order selected by the criterion LR: sequential modified LR test statistic (each test at 5% level) FPE: Final prediction error AIC: Akaike information criterion SC: Schwarz information criterion HQ: Hannan-Quinn information criterion

Date: 07/05/08 Time: 12:02 Sample: 1993:01 2007:09 Included observations: 175 Series: LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G Lags interval: 1 to 1

Data Trend: None None Linear Linear Quadratic Rank or No Intercept Intercept Intercept Intercept Intercept

No. of CEs No Trend No Trend No Trend Trend Trend Selected (5% level) Number

of Cointegrating Relations by

Page 109: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

Model (columns)

Trace 4 5 5 5 5 Max-Eig 4 5 5 2 2

Log Likelihood by Rank (rows)

and Model (columns)

0 1504.252 1504.252 1504.314 1504.314 1504.375 1 1530.602 1533.099 1533.161 1533.178 1533.238 2 1544.586 1559.375 1559.423 1559.447 1559.500 3 1554.909 1570.937 1570.939 1571.025 1571.043 4 1563.653 1580.954 1580.955 1581.042 1581.059 5 1563.685 1587.373 1587.373 1587.468 1587.468

Akaike Information

Criteria by Rank (rows) and

Model (columns)

0 -16.90573 -16.90573 -16.84930 -16.84930 -16.79286 1 -17.09259 -17.10971 -17.06470 -17.05346 -17.00843 2 -17.13812 -17.28429 -17.25055 -17.22797 -17.19429 3 -17.14182 -17.29071* -17.26788 -17.23458 -17.21192 4 -17.12747 -17.27948 -17.26806 -17.22334 -17.21211 5 -17.01355 -17.22711 -17.22711 -17.17107 -17.17107

Schwarz Criteria by Rank

(rows) and Model

(columns)

0 -16.45362 -16.45362 -16.30677 -16.30677 -16.15990 1 -16.45963* -16.45866 -16.34132 -16.31199 -16.19463 2 -16.32432 -16.43432 -16.34633 -16.28758 -16.19964 3 -16.14717 -16.24181 -16.18281 -16.09525 -16.03643 4 -15.95197 -16.03165 -16.00214 -15.88508 -15.85577 5 -15.65721 -15.78036 -15.78036 -15.63388 -15.63388

Date: 07/05/08 Time: 12:06 Sample(adjusted): 1993:03 2007:09 Included observations: 175 after adjusting endpoints Trend assumption: No deterministic trend Series: LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G Lags interval (in first differences): 1 to 1

Unrestricted Cointegration Rank Test

Hypothesized Trace 5 Percent 1 Percent No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value

None ** 0.260028 118.8671 59.46 66.52

At most 1 ** 0.147702 66.16707 39.89 45.58 At most 2 ** 0.111284 38.19882 24.31 29.75 At most 3 ** 0.095104 17.55271 12.53 16.31

Page 110: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

At most 4 0.000366 0.064088 3.84 6.51 *(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level Trace test indicates 4 cointegrating equation(s) at both 5% and 1% levels

Hypothesized Max-Eigen 5 Percent 1 Percent No. of CE(s) Eigenvalue Statistic Critical Value Critical Value

None ** 0.260028 52.70004 30.04 35.17

At most 1 * 0.147702 27.96825 23.80 28.82 At most 2 * 0.111284 20.64611 17.89 22.99 At most 3 ** 0.095104 17.48862 11.44 15.69 At most 4 0.000366 0.064088 3.84 6.51

*(**) denotes rejection of the hypothesis at the 5%(1%) level Max-eigenvalue test indicates 4 cointegrating equation(s) at the 5% level Max-eigenvalue test indicates 1 cointegrating equation(s) at the 1% level

Unrestricted Cointegrating Coefficients (normalized by b'*S11*b=I):

LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G 15.14714 -17.58935 -5.184618 -0.010665 7.642543 47.76312 -11.63889 -5.522755 -14.63557 -16.06556 -6.055842 5.581988 3.304488 -4.536162 1.663746 14.63647 -3.812549 -13.97160 -3.122738 6.288193 4.791394 -0.632372 -0.280023 -1.360666 -1.525258

Unrestricted Adjustment Coefficients (alpha):

D(LI_G) -0.001700 0.014858 -0.011264 0.002117 -0D(FCD_G) 0.011312 0.012621 -0.023235 -0.005363 -0D(IM_G) -0.016907 0.018365 -0.018455 0.021444 -0

D(FBDDFC_G) 0.022856 0.026720 0.005991 -0.005280 -0D(EKS_G) -0.031218 0.020265 -0.018207 0.002271 -0

1 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 1530.602 Normalized cointegrating coefficients (std.err. in parentheses)

LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G 1.000000 -1.161232 -0.342284 -0.000704 0.504553

(0.11818) (0.10410) (0.06533) (0.13316)

Adjustment coefficients (std.err. in parentheses) D(LI_G) -0.025747

(0.06949) D(FCD_G) 0.171343

(0.10247) D(IM_G) -0.256097

(0.12699) D(FBDDFC_G) 0.346202

(0.10069) D(EKS_G) -0.472870

(0.11838)

2 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 1544.586 Normalized cointegrating coefficients (std.err. in parentheses)

Page 111: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G 1.000000 0.000000 -0.055434 -0.387611 -0.559685

(0.06364) (0.02678) (0.05969) 0.000000 1.000000 0.247022 -0.333186 -0.916474

(0.12077) (0.05082) (0.11326)

Adjustment coefficients (std.err. in parentheses) D(LI_G) 0.683910 -0.143030

(0.22264) (0.09372) D(FCD_G) 0.774158 -0.345862

(0.33548) (0.14121) D(IM_G) 0.621088 0.083636

(0.41407) (0.17429) D(FBDDFC_G) 1.622413 -0.713007

(0.31675) (0.13333) D(EKS_G) 0.495068 0.313245

(0.38374) (0.16153)

3 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 1554.909 Normalized cointegrating coefficients (std.err. in parentheses)

LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G 1.000000 0.000000 0.000000 -0.562764 -0.441485

(0.04262) (0.04258) 0.000000 1.000000 0.000000 0.447324 -1.443190

(0.17265) (0.17247) 0.000000 0.000000 1.000000 -3.159681 2.132267

(0.64426) (0.64358)

Adjustment coefficients (std.err. in parentheses) D(LI_G) 0.752125 -0.205908 -0.110467

(0.21996) (0.09508) (0.03602) D(FCD_G) 0.914866 -0.475560 -0.205130

(0.32565) (0.14077) (0.05332) D(IM_G) 0.732851 -0.019382 -0.074755

(0.41089) (0.17761) (0.06728) D(FBDDFC_G) 1.586132 -0.679565 -0.246268

(0.31821) (0.13755) (0.05210) D(EKS_G) 0.605328 0.211612 -0.010231

(0.38002) (0.16427) (0.06222)

4 Cointegrating Equation(s): Log likelihood 1563.653 Normalized cointegrating coefficients (std.err. in parentheses)

LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000 -0.999918

(0.01932) 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000 -0.999309

(0.01847) 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000 -1.003095

(0.02098) 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000 -0.992304

(0.04553)

Adjustment coefficients (std.err. in parentheses) D(LI_G) 0.783109 -0.213979 -0.140043 -0.172948

(0.22886) (0.09645) (0.07069) (0.06810) D(FCD_G) 0.836373 -0.455114 -0.130203 -0.062690

Page 112: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

(0.33838) (0.14261) (0.10452) (0.10069) D(IM_G) 1.046710 -0.101137 -0.374357 -0.251852

(0.41894) (0.17657) (0.12941) (0.12466) D(FBDDFC_G) 1.508852 -0.659435 -0.172498 -0.401988

(0.33063) (0.13935) (0.10213) (0.09838) D(EKS_G) 0.638567 0.202954 -0.041960 -0.220763

(0.39557) (0.16671) (0.12219) (0.11771)

Vector Error Correction Estimates Date: 07/05/08 Time: 12:32 Sample(adjusted): 1993:03 2007:09 Included observations: 175 after adjusting endpoints Standard errors in ( ) & t-statistics in [ ]

Cointegrating Eq: CointEq1 CointEq2 CointEq3 CointEq4 LI_G(-1) 1.000000 0.000000 0.000000 0.000000

FCD_G(-1) 0.000000 1.000000 0.000000 0.000000

IM_G(-1) 0.000000 0.000000 1.000000 0.000000

FBDDFC_G(-1) 0.000000 0.000000 0.000000 1.000000

EKS_G(-1) -0.999918 -0.999309 -1.003095 -0.992304

(0.01949) (0.01863) (0.02116) (0.04594) [-51.3049] [-53.6331] [-47.3964] [-21.6005]

Error Correction: D(LI_G) D(FCD_G) D(IM_G) D(FBDDFC_G) D(ECointEq1 0.783109 0.836373 1.046710 1.508852 0.6

(0.23092) (0.34142) (0.42271) (0.33361) (0.3 [ 3.39130] [ 2.44969] [ 2.47620] [ 4.52285] [ 1.5

CointEq2 -0.213979 -0.455114 -0.101137 -0.659435 0.2 (0.09732) (0.14389) (0.17815) (0.14060) (0.1 [-2.19868] [-3.16284] [-0.56770] [-4.69011] [ 1.2

CointEq3 -0.140043 -0.130203 -0.374357 -0.172498 -0.0 (0.07133) (0.10546) (0.13057) (0.10305) (0.1 [-1.96333] [-1.23458] [-2.86704] [-1.67393] [-0.3

CointEq4 -0.172948 -0.062690 -0.251852 -0.401988 -0.2 (0.06871) (0.10159) (0.12578) (0.09927) (0.1 [-2.51698] [-0.61706] [-2.00228] [-4.04947] [-1.8

D(LI_G(-1)) -1.157722 1.958329 -3.853614 -0.744019 -4.6 (1.04225) (1.54101) (1.90791) (1.50575) (1.8 [-1.11079] [ 1.27081] [-2.01981] [-0.49412] [-2.5

D(FCD_G(-1)) 0.311990 -0.443755 1.041230 0.323266 1.0 (0.28483) (0.42114) (0.52140) (0.41150) (0.4 [ 1.09535] [-1.05371] [ 1.99697] [ 0.78558] [ 2.2

D(IM_G(-1)) 0.155708 -0.409064 0.502991 0.066426 0.9 (0.20657) (0.30542) (0.37813) (0.29843) (0.3 [ 0.75380] [-1.33937] [ 1.33020] [ 0.22259] [ 2.5

D(FBDDFC_G(-1)) 0.338309 -0.231846 0.966733 0.076795 1.1

Page 113: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

(0.20910) (0.30916) (0.38277) (0.30209) (0.3 [ 1.61793] [-0.74991] [ 2.52561] [ 0.25421] [ 3.1

D(EKS_G(-1)) 0.136934 -0.478754 0.846336 -0.143509 0.8 (0.20363) (0.30108) (0.37276) (0.29419) (0.3 [ 0.67246] [-1.59012] [ 2.27043] [-0.48781] [ 2.3

R-squared 0.231175 0.246180 0.216293 0.319186 0.2 Adj. R-squared 0.194123 0.209852 0.178525 0.286376 0.2 Sum sq. resids 0.560904 1.226182 1.879573 1.170703 1.6 S.E. equation 0.058129 0.085946 0.106408 0.083979 0.1 F-statistic 6.239222 6.776478 5.726748 9.728234 6.5 Log likelihood 254.1975 185.7628 148.3881 189.8142 158 Akaike AIC -2.802257 -2.020146 -1.593007 -2.066448 -1.7 Schwarz SC -2.639497 -1.857386 -1.430247 -1.903687 -1.5 Mean dependent -0.000324 0.000217 -0.000228 -0.000676 -0.0 S.D. dependent 0.064752 0.096687 0.117403 0.099411 0.1 Determinant Residual Covariance 1.55E-14 Log Likelihood 1563.653 Log Likelihood (d.f. adjusted) 1540.554 Akaike Information Criteria -16.86348 Schwarz Criteria -15.68798

Sample: 1993:01 2007:09 Included observations: 175 Series: LI_G FCD_G IM_G FBDDFC_G EKS_G Lags interval: 1 to 1

Data Trend: None None Linear Linear Quadratic Rank or No Intercept Intercept Intercept Intercept Intercept

No. of CEs No Trend No Trend No Trend Trend Trend Selected (5% level) Number

of Cointegrating Relations by

Model (columns)

Trace 4 5 5 5 5 Max-Eig 4 5 5 2 2

Log Likelihood by Rank (rows)

and Model (columns)

0 1504.252 1504.252 1504.314 1504.314 1504.375 1 1530.602 1533.099 1533.161 1533.178 1533.238 2 1544.586 1559.375 1559.423 1559.447 1559.500 3 1554.909 1570.937 1570.939 1571.025 1571.043 4 1563.653 1580.954 1580.955 1581.042 1581.059 5 1563.685 1587.373 1587.373 1587.468 1587.468

Akaike Information

Criteria by Rank (rows) and

Model

Page 114: ANALISIS LEADING DAN COINCIDENT INDICATORS …repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/17774/H08adb.pdf · Krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang diawali depresiasi Rupiah yang

(columns) 0 -16.90573 -16.90573 -16.84930 -16.84930 -16.79286 1 -17.09259 -17.10971 -17.06470 -17.05346 -17.00843 2 -17.13812 -17.28429 -17.25055 -17.22797 -17.19429 3 -17.14182 -17.29071* -17.26788 -17.23458 -17.21192 4 -17.12747 -17.27948 -17.26806 -17.22334 -17.21211 5 -17.01355 -17.22711 -17.22711 -17.17107 -17.17107

Schwarz Criteria by Rank

(rows) and Model

(columns)

0 -16.45362 -16.45362 -16.30677 -16.30677 -16.15990 1 -16.45963* -16.45866 -16.34132 -16.31199 -16.19463 2 -16.32432 -16.43432 -16.34633 -16.28758 -16.19964 3 -16.14717 -16.24181 -16.18281 -16.09525 -16.03643 4 -15.95197 -16.03165 -16.00214 -15.88508 -15.85577 5 -15.65721 -15.78036 -15.78036 -15.63388 -15.63388