dampak hospitalisasi pada anak dan orang tua

21
DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK DAN ORANG TUA KONSEP HOSPITALISASI Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi setiap orang. Khususnya hospitalisasi pada anak merupakan stressor baik terhadap anak itu sendiri mampu terhadap keluarga. Stres pada anak disebabkan karena mereka tidak mengerti mengapa mereka dirawat atau mengapa mereka terluka. Lingkungan yang asing, kebiasaan- kebiasaan yang berbeda, perpisahan dengan keluarga merupakan pengalaman yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Stres akibat hospitalisasi akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman baik pada anak maupun pada keluarga, hal ini akan memacu anak untuk menggunakan mekanisme koping dalam mengatasi stres. Jika anak tidak mampu menangani stres dapat berkembang menjadi krisis. Dengan mengerti kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya dan mampu memenuhi kebutuhan tersebut, perawat dapat mengurangi stres akibat hospitalisasi dan dapat meningkatkan perkembangan anak ke arah yang normal.

Upload: chaerani-triyuliana-rusli

Post on 12-Feb-2015

815 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK DAN ORANG

TUA

KONSEP HOSPITALISASI

Hospitalisasi merupakan pengalaman yang mengancam bagi setiap orang.

Khususnya hospitalisasi pada anak merupakan stressor baik terhadap anak itu sendiri

mampu terhadap keluarga. Stres pada anak disebabkan karena mereka tidak mengerti

mengapa mereka dirawat atau mengapa mereka terluka. Lingkungan yang asing,

kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, perpisahan dengan keluarga merupakan

pengalaman yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Stres akibat hospitalisasi

akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman baik pada anak maupun pada

keluarga, hal ini akan memacu anak untuk menggunakan mekanisme koping dalam

mengatasi stres. Jika anak tidak mampu menangani stres dapat berkembang menjadi

krisis.

Dengan mengerti kebutuhan anak sesuai dengan tahap perkembangannya dan

mampu memenuhi kebutuhan tersebut, perawat dapat mengurangi stres akibat

hospitalisasi dan dapat meningkatkan perkembangan anak ke arah yang normal.

REAKSI ANAK TERHADAP STRES AKIBAT SAKIT DAN DIRAWAT DI

RUMAH SAKIT BERDASARKAN TAHAP PERKEMBANGAN

Reaksi anak terhadap sakit dan di rawat di rumah sakit di pengaruhi oleh

perkembangan usia, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, dan dirawat di rumah

sakit, support sistem yang tersedia serta keterampilan koping dalam menangani stress.

Page 2: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

Reaksi anak berdasarkan tahap perkembangan :

1. Bayi (0-1 tahun)

Bila bayi berpisah dengan orang tua maka pembentukan rasa percaya dan

pembinaan kasih sayangnya terganggu.

Pada bayi usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal bagaimana reaksi

bayi bila dirawat, karena bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya.

Sedangkan pada bayi dengan usia lebih dari 6 bulan akan menunjukan banyak

perubahan.

Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai orang yang

berbeda dengan dirinya, sehingga akan terjadi “strategi anxiety“ (cemas pada orang

yang tidak dikenal), sehingga bayi akan menolak orang baru yang belum dikenal.

Kecemasan ini di manifestasikan dengan menagis, marah dan pergerakan yang

berlebihan.

Disamping itu bayi juga telah merasa memiliki ibunya, sehingga bila berpisah

dengan ibunya akan menimbulkan “separation anxient“ (cemas akan berpisah). Hal

ini akan kelihatan jika bayi di tinggalkan oleh ibunya, maka akan menangis sejadi-

jadinya, melekat dan sangat tergantung pada ibunya.

Respon bayi terhadap rasa nyeri dapat dilihat melalui ekspresi wajah yang tidak

menyenangkan, pergerakan tubuh seperti menggeliat, tersentak atau menagis dengan

kuat.

2. Todler (1-3 tahun)

Todler belum mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang memadai

dan pengertian terhadap realita terbatas. Hubungan anak dengan ibu sangat dekat

sehingga perpisahan dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan orang yang

terdekat bagi diri anak yang dikenal serta akan mengakibatkan rasa tidak aman dan

rasa cemas.

Page 3: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

Disebutkan bahwa sumber stress utama pada anak yaitu akibat perpisahan (15-30

bulan). Anxietas perpisahan disebut juga “analytic depression”.

Respon perilaku anak akibat perpisahan dibagi dalam 3 tahap, yaitu :

a. Tahap protes (protest)

Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat, menjerit, dan

memanggil ibunya atau menggunakan tingkah laku agresif agar orang lain

tahu bahwa ia tidak ingin ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian

orang lain.

b. Tahap putus asa (despair)

Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang, tidak aktif kurang

minat untuk bermain, tidak nafsu makan, menarik diri, sedih dan apatis.

c. Tahap menolak/ denial (detachment)

Pada tahap ini secara samara-samar anak menerima perpisahan, membina

hubungan dangkal dengan orang lain serta kelihatan menyukai lingkungan.

Todler telah mampu menunjukan kestabilan dalam mengontrol dirinya dengan

mempertahankan kegiatan rutin seperti : makan, tidur, mandi, toileting dan bermain.

Akibat sakit dan dirawat di rumah sakit anak akan kehilangan kebebasan dan

pandangan egosentrisnya dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan

menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik dari peran sakit. Anak

akan bereaksi terhadap ketergantungan dengan negatifisik dan agresif. Jika terjadi

ketergantungan dalam jangka waktu lama (karena penyakit kronik) maka anak akan

berespon dengan menarik diri dari hubungan interpersonal.

Reaksi anak terhadap pelukan tubuh dan rasa nyeri hampir mirip dengan bayi,

namun jumlah variabel yang mempengaruhi respon anak lebih kompleks. Anak akan

bereaksi terhadap nyeri dengan menangis, menggigit bibir, memukul, menyerang,

dsb. Anak sudah mampu mengkomunikasikan rasa nyeri dan dapat melokalisasi

dengan menunjukan lokasi nyeri.

Page 4: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

3. Usia Prasekolah (3-6 tahun)

Anak usia prasekolah telah dapat menerima perpisahan dengan orang tuanya dan

anak juga dapat membentuk rasa percaya dengan orang lain. Walaupun demikian

anak tetap membutuhkan perlindungan dari keluarganya. Akibat perpisahan akan

menimbulkan reaksi seperti : menolak makan, menangis pelan-pelan, sering bertanya

misalnya : kapan orang tua berkunjung, tidak kooperatif terhadap aktivitas sehari-

hari.

Kehilangan kontrol terjadi karena adanya pembatas aktivitas sehari-hari dan

karena kehilangan kekuatan diri. Anak prasekolah membayangkan bahwa dirawat di

rumah sakit merupakan suatu hukuman, dipisahkan, merasa tidak aman dan

kemandiriannya dihambat. Anak akan berespon dengan perasaan malu, bersalah dan

takut.

Anak usia prasekolah sangat memperhatikan penampilan dan fungsi tubuh.

Mereka menjadi ingin tahu dan bingung melihat seseorang dengan gangguan

penglihatan atau keadaan tidak normal.

Pada usia ini anak merasa takut bila mengalami perlukaan, anak

menganggapbahwa tindakan dan prosedur mengancam integritas tubuhnya. Anak

akan bereaksi dengan agresif, ekspresif verbal dan dependensi. Disamping itu juga

anak akan menangis, bingung, khususnya bila keluar darah. Maka sulit bagi anak

untuk percaya bahwa injeksi, mengukur tekanan darah, mengukur suhu perektal dan

prosedur tindakan lainnya tidak akan menimbulkan perlukaan.

Pada anak yang lebih muda, fantasi merupakan fase penting dalam

perkembangannya, sehingga ia percaya bahwa tubuhnya mungkin akan rusak seperti :

balon bila ditusuk atau patah seperti mainan bila diremas dengan keras seperti ketika

diukur tekanan darah.

Page 5: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

4. Usia sekolah (6-12 tahun)

Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa perpisahan dengan

sekolah dan teman sebayanya, takut kehilangan keterampilan merasa kesepian dan

sendiri. Anak membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang tua namun tidak

selalu di temani oleh orang tua.

Pada usia ini anak berusaha independen dan produktif. Akibat dirawat di rumah

sakit menyebabkan perasaan kehilangan kontrol dan kekuatan. Hal ini terjadi karena

adanya perubahan dalam peran, kelemahan fisik, takut mati dan kehilangan kegiatan

dalam kelompok serta akibat kegiatan rutin rumah sakit seperti bedrest, penggunaan

pispot, kurangnya privacy, pemakaian kursi roda, dll.

Anak telah dapat mengekspresikan perasaannya dan mampu bertoleransi terhadap

rasa nyeri. Anak akan berusaha mengontrol tingkah lakunya pada waktu merasa

nyeri/ sakit dengan cara menggigit bibir atau menggenggam sesuatu dengan erat.

Anak ingin tahu alasan tindakan yang dilakukan pada dirinya, sehingga ia selalu

mengamati apa yang dikatakan perawat. Anak akan merasa takut terhadap mati pada

waktu tidur.

5. Usia remaja (12-18 tahun)

Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat di rumah sakit adalah

akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya dan kelompok. Anak tidak merasa

takut berpisah dengan orang tua akan tetapi takut kehilangan status dan hubungan

dengan teman sekelompok. Kecemasan lain disebabkan oleh akibat yang ditimbulkan

oleh akibat penyakit fisik, kecacatan serta kurangnya “privacy“.

Sakit dan dirawat merupakan ancaman terhadap identitas diri, perkembangan dan

kemampuan anak. Reaksi yang timbul bila anak remaja dirawat, ia akan merasa

kebebasannya terancam sehingga anak tidak kooperatif, menarik diri, marah dan

frustasi.

Remaja sangat cepat mengalami perubahan body image selama

perkembangannya. Adanya perubahan dalam body image akibat penyakit/

Page 6: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

pembedahan dapat menimbulkan stress atau perasaan tidak aman, cemas akan

berespon dengan banyak bertanya, menarik diri dan menolak orang lain.

REAKSI KELUARGA TERHADAP ANAK YANG SAKIT DAN DIRAWAT DI

RUMAH SAKIT

Seriusnya penyakit apakah akut atau kronis mempengaruhi tiap anggota dalam

keluarga.

a. Orang tua akan mengalami stress bila anaknya sakit dan dirawat di rumah

sakit. Kecemasan akan meningkat bila mereka kurang informasi tentang prosedur

dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap masa depan anak. Orang tua

bereaksi dengan tidak percaya terutama jika penyakit anaknya secara tiba-tiba dan

serius. Setelah menyadari tentang keadaan anak, maka mereka akan bereaksi

dengan marah dan merasa bersalah, sering menyalahkan diri karena tidak mampu

merawat anak sehingga anak sakit.

Orang tua sering mengekspresikan perasaan ketakutan ansietas dan

frustasi. Ketakutan dan ansietas dihubungkan dengan seriusnya penyakit dan tipe

dari prosedur medis. Frustasi dihubungkan dengan kurangnya informasi terhadap

prosedur dan pengobatan anak familiar dengan peraturan rumah sakit.

b. Reaksi sibling

Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat di rumah sakit adalah marah,

cemburu, benci dan bersalah. Orang tua seringkali mencurahkan perhatiannya lebih

besar terhadap anak yang sakit di bandingkan dengan anak yang sehat. Hal ini akan

menimbulkan perasaan cemburu pada anak yang sehat dan akan merasa ditolak.

Page 7: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

PERAN PERAWAT DALAM MENGURANGI STRESS AKIBAT

HOSPITALISASI

Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk

meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi keperawatan

adalah meminimalkan stresor perpisahan, kehilangan kontrol, dan perlukaan tubuh

atau rasa nyeri pada anak serta memberi support kepada keluarga seperti membantu

perkembangan hubungan dalam keluarga dan memberikan informasi :

1. Mencegah/ meminimalkan dampak dari perpisahan tujuan keperawatan yang

utama adalah mencegah perpisahan terutama pada anak usia kurang dari 5 tahun.

a. “Rooming In“

Yaitu orang tua dan anak tinggal bersama. Jika tidak bisa, sebaiknya orang tua

dapat melihat anak setiap saat untuk mempertahankan kontak/ komunikasi

antara orang tua dan anak.

b. Partisipasi orang tua

Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi dalam merawat anak yang sakit

terutama dalam perawatan yang bisa dilakukan misal : memberikan

kesempatan pada orang tua untuk menyiapkan makanan pada anak atau

memandikan.

c. Membuat ruang perawatan seperti situasi di rumah dengan mendekorasi

dinding memakai poster/ kartu bergambar sehingga anak merasa aman jika

berada di ruang tersebut.

d. Membantu anak mempertahankan kontak dengan kegiatan sekolah dengan

mendatangkan tutor khusus atau melalui kunjungan teman-teman sekolah,

surat menyurat atau melalui telepon.

Page 8: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

2. Mencegah perasaan kehilangan kontrol

a. Physical Restriction (pembatasan fisik)

Pembatasan fisik / imobilisasi pada ekstremitas untuk mempertahankan aliran

infus dapat dicegah jika anak kooperatif. Untuk bayi dan toddler, kontak

orang tua-anak mempunyai arti penting untuk mengurangi stress akibat

restrain. Pada tindakan/ prosedur yang menimbulkan nyeri, orang tua

dipersiapkan untuk membantu, mengobservasi atau menunggu di luar

ruangan. Pada beberapa kasus pasien yang diisolasi, misal luka bakar berat,

lingkungan dapat dimanipulasi untuk meningkatkan kebebasan sensori missal

dengan menempatkan tempat tidur didekat pintu atau jendela, memberi musik,

dsb.

b. Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari-hari

Respon anak terhadap kehilangan kegiatan rutinitas dapat dilihat dengan

ukuran masalah dalam makan, tidur, berpakaian, mandi, toileting dan interaksi

sosial.

Teknik untuk meminimalkan gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-

hari yaitu dengan “time planning“.

Pendekatan ini sesuai untuk anak usia sekolah dan remaja yang telah

mempunyai konsep intelektualisasi, ini meliputi pembuatan jadwal kegiatan

penting bagi perawat dan anak, misalnya : prosedur pengobatan, latihan,

nonton tv, waktu bermain, dsb. Jadwal tersebut dibuat dengan kesepakatan

antara perawat, orang tua dan anak.

3. Meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri

Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri adalah

penting untuk mengurangi ketakutan. Perawat dapat menjelaskan apa yang akan

dilakukan, siapa yang dapat ditemui oleh anak jika dia merasa takut, dsb.

Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi ketakutan akibat perlukaan tubuh.

Page 9: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

Misalnya jika anak takut diukur tempertaurnya melalui anus, maka dapat

dilakukan melalui ketiak atau aksila.

4. Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi

Walaupun hospitalisasi merupakan stressfull bagi anak dan keluarga, tetapi

juga membantu memfasilitasi perubahan kearah positif antara anak dan anggota

keluarga.

a. Membantu perkembangan hubungan orang tua-anak

Hospitalisasi memberi kesempatan pada anak dan orang tua untuk belajar

tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika orang tua tahu reaksi anak

terhadap stress, seperti regresi, maka mereka dapat memberi support dan juga

akan memperluas pandangan orang tua dalam merawat anak yang sakit.

b. Memberi kesempatan untuk pendidikan

Hospitalisasi memberi kesempatan pada anak dan anggota keluarga belajar

tentang tubuh, profesi kesehatan dan sebagainya.

c. Meningkatkan Self Mastery

Pengalaman menghadapi krisis seperti penyakit/ hospitalisasi akan memberi

kesempatan untuk self mastery. Anak pada usianya lebih mudah punya

kesempatan untuk mengatasi fantasi atau realita. Anak yang usianya lebih

besar, punya kesempatan untuk membuat keputusan, tidak tergantung dan

percaya diri, perawar dapat memfasilitasi perasaan self mastery dengan

menekankan kemampuan personal anak.

d. Memberi kesempatan untuk sosialisasi

Jika anak yang dirawat dalam suatu ruangan usianya sebaya maka akan

membantu anak untuk belajar tentang diri mereka. Sosialisasi juga dapat

dilakukan dengan tim kesehatan selain itu orang tuanya memperoleh

kelompok sosial baru dengan orang tua anak yang punya masalah yang sama.

Page 10: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

5. Memberi support pada anggota keluarga

Perawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan anak,

membantu orang tua, mengidentifikasi alasan spesifik dari perasaan dan

responnya terhadap stress, memberi kesempatan kepada orang tua untuk

mengurangi beban emosinya

a. Memberikan informasi

Salah satu intervensi keperawatan yang penting adalah memberikan

informasi sehubungan dengan penyakit, pengobatan serta prognosa, reaksi

emosional anak terhadap sakit dan di rawat,serta reaksi emosional keluarga

terhadap anak yang sakit dan di rawat

b. Melibatkan sibling

Keterlibatan sibling sangat pening untuk mengurangi stres pada anak.

Misalnya keterlibatan dalam program RS (program bermain), mengunjungi

saudara yang sakit secara teratur dan sebagainya.

Page 11: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

Hasil Diskusi

1. Kasus seorang anak di rawat dengan amputasi atau cacat, bagaimana dampak

psikologis anak tersebut dan apa peran perawat?

Jawab :

dampak psikologis pada anak perasaan takut, cemas, kehilangan, sedih,

peran perawat :

Menjelaskan menggunakan komunikasi sesuai umur

Memotivasi agar tidak HDR

Meminimalkan stressor pada anak dan orang tua dengan cara perawat

berkolaborasi dengan psikolog

2. Bagaimana cara mengatasi terhadap ibu yang tidak bisa di ajak kerja sama

sedangkan anaknya butuh tindakan invasif contohnya pemasangan infus?

Jawab:

Pendekatan pada orang tua dengan cara :

Membina kepercayaan

Memberi penjelasan

Membujuk

Jika orang tua tetap tidak bisa di ajak kerja sama maka dikembalikan lagi kepada

orang tua tersebut

3. apa peran perawat dengan anak yang tempramen atau anak yang keter belakangan

mental?

Jawab:

Kolaborasi dengan orang tua tentang kebiasaan sehari-hari sehingga dapat di

aplikasikan di rumah sakit

Pendekatan dengan cara yang halus

Memberikan rasa kepercayaan

Page 12: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

Latar belakang

Pada kegiatan belajar sebelumnya terutama tentang bermain bagi anak yang di

rawat di rumah sakit, bahwa akan membuat anak menjadi cemas, takut, sedih, dan

timbul perasaan tidak nyaman lainnya. Penelitian membuktikan bahwa hospitalisasi

anak dapat menjadi suatu pengalaman yang menimbulkan trauma baik pada anak

maupun orang tua. Oleh karena itu, betapa pentingnya perawat memahami konsep

hospitalisasi dan dampaknya pada anak dan orang tua sebagai dasar dalam

pemberian asuhan keperawatan.

Pada kegiatan ini akan di kemukakan pengertian hospitalisasi, reaksi anak

terhadap hospitalisasi, reaksi orang tua terhadap hospitalisasi, dan prinsip

keperawatan dalam mengatasi reaksi hospitalisasi pada anak dan orang tua.

Page 13: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

DAFTAR PUSTAKA

Supartini, Yupi,S.KP,MEC. 2004.KONSEP DASAR KEPERAWATAN ANAK. Jakarta : EGC

Davida Welni Dana Kontributor: Eunike Septiani Morib.

Lindawati, S. Psi. Konselor di Pusat Konseling dan Pelatihan IPEKA

Page 14: Dampak Hospitalisasi Pada Anak Dan Orang Tua

LAPORAN KEPERAWATAN ANAK

DAMPAK HOSPITALISASI PADA ANAK

DAN ORANG TUA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

keperawatan anak

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Ety fatmayati

Evin noviani

Esti agustini

Suryani rosmawati

Triani rukmana

Uci eri winarti

AKADEMI KEPERAWATAN ‘AISYIYAH

Jln. Banteng Dalam No. 6

Bandung

2007