dampak dana penguatan modal untuk lembaga usaha · pdf fileselamatan dan lain-lain. dalam hal...

11
AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 8245X Yetty Oktarina, Hal; 78 88 78 Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP) Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa Gunung Kuripan Kec. Pengandonan Kabupaten OKU Oleh: Yetty Oktarina Abstract As for intention of this Research 1. To know role of Fund Reinforcement Of Capital Institute the Effort Rural Economics in taking care of price stability sell shell of rice and rice mounted [by] farmer/producer [in] Countryside Mount of Kuripan District of Pengandonan 2. Knowing storey;level earnings of farmer of rice field paddy with existence of Fund Reinforcement Of Capital Institute the Effort Rural Economics ( DPM-LUEP). As for usefulness of this Research is expected can good for as consideration and add knowledge for the interested parties in the effort improving ability of government in security of[is availibility of food and improve earnings of farmer [pass/through] institute of economic effort [in] rural able to push growth and move economics [in] rural . Pursuant to result of[is calculation hitting effectiveness of role of DPM-LUEP by Hulling of obtained Paddy average value equal to 73,66 [gratuity/ %], meaning proportion according to and requirement of which can fulfilled from DPM only reaching 73,66 [gratuity/ %], this indicate that storey;level effectiveness of role of DPM able to be channelled by Hulling of Paddy [in] Countryside Mount of Kuripan only equal to 73,66 % storey;level is. Ought to mount effectiveness of role of DPM-LUEP have to fufilled 100 %. Earnings of usahatani is acceptance difference with total expense which [released] to execute the usahatani. After have partner [to] with LUEP and get interest free fund loan for the fee of activity of pasca harvest so that the quality of shell of rice and rice fulfill standard specified by government, earnings of farmer which was have partner [to] with LUEP mount if/when compared to farmer is not partner, because price sell shell of rice and the rice of according to at the price of governmental standard. The increasing of earnings of farmer of partner of LUEP equal to Rp. 1.236.688,35 or equal to 30,41%. Key words: Farmeri, rice, capitall, rural economics, government PENDAHULUAN Para petani menghadapi banyak sekali persoalan, baik hasil pertaniannya, maupun persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para petani, pertanian selain merupakan usaha juga merupakan bagian dari kehidupan, bahkan sudah merupakan “cara hidupnya“ (way of life). Sudah manunggal di dalam dirinya, sehingga tidak hanya aspek ekonomi saja yang memegang peranan penting sebagai dasar pertimbangan petani dalam bertindak. Tetapi aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta aspek-aspek tradisi juga memegang peran penting (Mubyarto, 1972). Dosen Tetap dan PD II FP Universitas Baturaja

Upload: truongthien

Post on 06-Feb-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 78

Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan

(DPM-LUEP) Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah di Desa

Gunung Kuripan Kec. Pengandonan Kabupaten OKU

Oleh: Yetty Oktarina

Abstract

As for intention of this Research 1. To know role of Fund Reinforcement Of Capital Institute the Effort

Rural Economics in taking care of price stability sell shell of rice and rice mounted [by]

farmer/producer [in] Countryside Mount of Kuripan District of Pengandonan 2. Knowing storey;level

earnings of farmer of rice field paddy with existence of Fund Reinforcement Of Capital Institute the

Effort Rural Economics ( DPM-LUEP). As for usefulness of this Research is expected can good for as

consideration and add knowledge for the interested parties in the effort improving ability of

government in security of[is availibility of food and improve earnings of farmer [pass/through]

institute of economic effort [in] rural able to push growth and move economics [in] rural . Pursuant to

result of[is calculation hitting effectiveness of role of DPM-LUEP by Hulling of obtained Paddy

average value equal to 73,66 [gratuity/ %], meaning proportion according to and requirement of which

can fulfilled from DPM only reaching 73,66 [gratuity/ %], this indicate that storey;level effectiveness

of role of DPM able to be channelled by Hulling of Paddy [in] Countryside Mount of Kuripan only

equal to 73,66 % storey;level is. Ought to mount effectiveness of role of DPM-LUEP have to fufilled

100 %. Earnings of usahatani is acceptance difference with total expense which [released] to execute

the usahatani. After have partner [to] with LUEP and get interest free fund loan for the fee of activity

of pasca harvest so that the quality of shell of rice and rice fulfill standard specified by government,

earnings of farmer which was have partner [to] with LUEP mount if/when compared to farmer is not

partner, because price sell shell of rice and the rice of according to at the price of governmental

standard. The increasing of earnings of farmer of partner of LUEP equal to Rp. 1.236.688,35 or equal

to 30,41%.

Key words: Farmeri, rice, capitall, rural economics, government

PENDAHULUAN

Para petani menghadapi banyak sekali persoalan, baik hasil pertaniannya, maupun

persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Bagi para petani, pertanian selain

merupakan usaha juga merupakan bagian dari kehidupan, bahkan sudah merupakan “cara

hidupnya“ (way of life). Sudah manunggal di dalam dirinya, sehingga tidak hanya aspek

ekonomi saja yang memegang peranan penting sebagai dasar pertimbangan petani dalam

bertindak. Tetapi aspek sosial dan kebudayaan, aspek kepercayaan dan keagamaan serta

aspek-aspek tradisi juga memegang peran penting (Mubyarto, 1972).

Dosen Tetap dan PD II FP Universitas Baturaja

Page 2: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 79

Dari segi ekonomi pertanian, berhasil tidaknya produksi petani dan tingkat harga yang

diterima oleh petani untuk hasil produksinya merupakan faktor yang sangat mempengaruhi

prilaku dan kehidupan petani. Perbedaan yang jelas antara persoalan-persoalan ekonomi

pertanian dan persoalan ekonomi di luar bidang pertanian adalah adanya jarak waktu (gap)

antara pengeluaran yang harus dilakukan para pengusaha pertanian dengan penerimaan hasil

penjualan. Jarak waktu ini sering pula disebut gestation period yang dalam bidang pertanian

jauh lebih besar daripada bidang industri. Dibidang industri, sekali produksi sudah berjalan

maka penerimaan dari penjualan akan mengalir setiap hari sebagaimana mengalirnya hasil

produksi. Dalam bidang pertanian tidak demikian, sebelum panennya dapat dijual maka

penerimaan belum diperoleh. Tidak saja petani padi misalnya yang harus menunggu 5 sampai

6 bulan sebelum panennya dapat dijual, tetapi juga perkebunan besar seperti perkebunan karet,

kelapa sawit, kopi dan lain-lain, jarak waktu antara pengeluaran dan penerimaan ini sangat

panjang, untuk tanaman yang bersifat musiman seperti padi, jagung dan kacang-kacangan

maka pada musim panen, dalam keadaan pasar yang normal terdapat harga yang rendah dan

pada musim paceklik terdapat harga yang tinggi. Perbedaan harga pada keadaan musim ini

sangat mencolok. Pada saat panen raya harga gabah dan beras petani biasanya anjlok,

sementara pada masa paceklik harga gabah dan beras dipasaran melambung tinggi. Fluktuasi

harga yang terlalu besar akan merupakan penghambat pembangunan pertanian. Harga dan

pendapatan yang rendah mengurangi semangat petani untuk berproduksi dan sebaliknya harga

dan pendapatan yang tinggi merangsang kaum tani (Soeratno, 1993).

Jadi ciri khas kehidupan petani adalah perbedaan pola penerimaan pendapatan dan

pengeluarannya. Pendapatan petani hanya diterima setiap musim panen, sedangkan

pengeluaran harus diadakan setiap hari, setiap minggu atau kadang-kadang dalam waktu yang

sangat mendesak sebelum panen tiba. Yang sering sangat merugikan petani adalah

pengeluaran-pengeluaran besar petani yang kadang-kadang tidak dapat diatur dan tidak dapat

ditunggu sampai panen tiba, misalnya kematian dan tidak jarang juga pesta perkawinan atau

selamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat

masih hijau di sawah atau pekarangan dan lading-ladang baik dengan harga penuh atau berupa

pinjaman sebagian (Mubyarto, 1972).

Usaha tani yang produktif atau efisien berarti usaha tani itu produktivitasnya tinggi.

Pengertian produktivitas merupakan penggabungan antara konsepsi efisiensi usaha dan

kapasitas tanah. Efisiensi fisik adalah mengukur banyaknya hasil produksi (output) yang dapat

diperoleh dari satu kesatuan input. Sedangkan kapasitas tanah menggambarkan kemampuan

tanah itu untuk menyerap tenaga dan modal sehingga memberikan hasil produksi bruto (kotor)

yang sebesar-besarnya pada tingkat teknologi tertentu.

Pada efisiensi ekonomi, setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto

produksinya yaitu luas tanah dikalikan hasil persatuan luas, kemudian dinilai dalam uang.

Sedangkan hasil bersih (netto) adalah hasil bruto dikurang biaya-biaya (harga pupuk, bibit,

pestisida, upah pengolahan tanah, upah menanam, upah merumput, biaya panen, pengolahan

hasil dan biaya pemasaran). Biaya yang dikeluarkan oleh seorang petani dan proses produksi

disebut biaya produksi (Hermanto, 1991). Besarnya biaya produksi ditentukan oleh faktor-

faktor produksi yang digunakan. Menurut Adiwilaga (1982), faktor-faktor produksi pada

usaha tani padi sawah adalah luas garapan, tenaga kerja, pupuk, pestisida dan bibit/benih.

Pendapatan atau penerimaan usaha tani, selain dipengaruhi oleh tingkat produktivitas

persatuan luas yang diperoleh, juga tingkat harga jual produk sangat menentukan. Oleh karena

itu untuk mengatasi persolan-persoalan tersebut, pemerintah mengeluarkan kebijakan

pertanian yang bertujuan untuk menstabilkan harga dan meningkatkan pendapatan petani

Page 3: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 80

antara musim yang satu dengan musim yang lain dari tahun ke tahun. Kebijakan pemerintah

tersebut antara lain alokasi dana APBN untuk Kabupaten OKU tahun 2007 sebesar 3,6 milyar

melalui program penyediaan dana penguatan modal bagi Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan

(LUEP) untuk pembelian gabah dan beras petani.

Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (LUEP) dapat berbentuk koperasi pegawai negeri,

koperasi tani, koperasi unit desa (KUD), lumbung pangan dan pengusaha penggilingan padi.

Dengan adanya dana penguatan modal dalam bentuk dana talangan (pinjaman) tanpa bunga

kepada LUEP diharapkan petani akan menerima harga sesuai dengan kebijakan pemerintah

tersebut di atas. Di samping itu juga melalui dana talangan persoalan tentang permodalan yang

dihadapi oleh LUEP secara bertahap akan teratasi, harga gabah dan beras stabil, kemampuan

pemerintah dalam pengamanan ketersediaan pangan meningkat dan meningkatnya pendapatan

petani (Departemen Pertanian, 2002). Harga dasar diperlukan untuk menjaga agar harga pasar

pada saat panen tidak menurun jauh dibawah harga yang seharusnya diterima oleh produsen

dan diupayakan agar harga pasar minimal sama dengan harga dasar (Soekartawi, 1991).

Tetapi kenyataannya dilapangan tidak demikian. Apabila harga dasar gabah ditetapkan

tersebut dikonversikan ke harga beras dengan derajat sosoh 85%, maka akan didapat harga

dasar beras kurang lebih Rp. 4.315,- per kilogram. Sedangkan harga dipasaran atau konsumen

berkisar Rp. 4.400,- per kilogram, sedangkan harga jual di tingkat produsen atau petani Rp.

3.800,- – Rp. 4.000,- per kilogram. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa harga dasar

belum efektif melindungi petani.

Tujuan dan Kegunaan

Adapun tujuan dari Penelitian ini:

1. Untuk mengetahui peranan Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan

dalam menjaga stabilitas harga jual gabah dan beras ditingkat petani/produsen di Desa

Gunung Kuripan Kecamatan Pengandonan.

2. Mengetahui tingkat pendapatan petani padi sawah dengan adanya Dana Penguatan Modal

Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-LUEP).

Adapun kegunaan dari Penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan

pertimbangan dan menambah wawasan bagi pihak yang berkepentingan dalam upaya

meningkatkan kemampuan pemerintah dalam pengamanan ketersediaan pangan dan

meningkatkan pendapatan petani melalui kelembagaan usaha ekonomi di perdesaan yang

dapat mendorong pertumbuhan dan menggerakkan perekonomian di perdesaan.

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Gunung Kuripan Kecamatan Pengandonan

Kabupaten Ogan Komering Ulu Propinsi Sumatera Selatan. Penentuan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja (Purposive).

Adapun yang menjadi pertimbangan tersebut di atas karena desa ini merupakan salah

satu desa yang mendapat program Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha Ekonomi

Perdesaan (DPM-LUEP) untuk pembelian gabah/beras di tingkat petani anggota kelompok

Page 4: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 81

tani yang bermitra dengan LUEP yang ada di desa tersebut. Penelitian ini dilaksanakan pada

bulan Juli sampai dengan Agustus 2008.

Metode Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode survey, dilakukan dengan melihat

kegiatan yang dilakukan secara langsung dengan melakukan wawancara guna mendapatkan

data primer yang diperlukan berdasarkan jawaban langsung dari petani responden terhadap

pertanyaan yang diajukan, dengan menggunakan daftar pertanyanan (kuisioner).

Bahan dan Alat Bahan dan Alat yang digunakan dalam pelaksanaan Penelitian ini diantaranya:

1. Adanya Dana Penguatan Modal bagi Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan yang

dikucurkan oleh pemerintah kepada Kelompok Tani.

2. Adanya Kelompok Tani Penerima Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi

Perdesaan.

3. Adanya Petani penerina Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan.

4. Kuisioner sebagai alat Bantu dalam pengumpulan data dari responden.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dana Penguatan Modal (DPM)

Dana Penguatan Modal (DPM) adalah dana yang disediakan melalui APBN yang

sifatnya dana talangan (Bridging Fund) untuk modal kerja Lembaga Usaha Ekonomi

Perdesaan (DPM-LUEP) tersebut diharapkan petani akan menerima harga jual gabah dan

beras sesuai dengan kebijakan pemerintah.

Melalui berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan, diharapkan program ini dapat

memberikan sumbangan yang signifikan bagi upaya stabilisasi harga gabah dan beras baik

antar waktu maupun antar kecamatan, sehingga dapat meningkatkan ketahanan pangan di

tingkat Rumah Tangga, Desa, Kecamatan dan Kabupaten.

Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (LUEP)

Dalam realisasinya, persyaratan LUEP untuk mendapatkan pinjaman Dana Penguatan

Modal adalah sebagai berikut: a) Berbadan Hukum sekurang-kurangnya 2 tahun; b) Memiliki

rekening giro pada Bank Sumatera Selatan; c) Berpengalaman dalam perdagangan

gabah/beras; d) Tidak memiliki tunggakan kredit program; e) Memiliki dan atau melakukan

kontrak kerja sama dalam sarana pengeringan, pengolahan dan penyimpanan (bilamana sarana

tersebut belum dimiliki); f) Memiliki Surat Perjanjian Kontrak Pembelian Gabah Beras

dengan petani yang tergabung dalam kelompok tani; g) Memiliki kontrak pemasaran beras

yang jelas (Dolog, KPRI, atau pasar umum); g) Mampu menyediakan agunan senilai dana

yang dipinjam, yang antara lain dapat berupa: surat/sertifkat tanah/bangunan, benda atau surat-

surat berharga lainnya, dan; i) Sanggup membayar bea meterai dan biaya administrasi lainnya

yang diperlukan.

1. Penggilingan Padi

Penggilingan padi ini didirikan pada tahun 1987 bertujuan untuk membantu para petani

dalam hal pengadaan sarana alat-alat, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian, pada

tahun 2007 penggilingan padi ini ditetapkan sebagai salah satu Lembaga Usaha Ekonomi

Page 5: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 82

Perdesaan di Kabupaten Ogan Komering Ulu yang menerima pinjaman Dana Penguatan

Modal untuk pembelian gabah/beras petani sebesar Rp. 150.000.000,- (Seratus lima puluh

juta rupiah), di Desa Gunung Kuripan khususnya di Kecamatan Pengandonan pada

umumnya. Setelah lolos melalui proses penetapan sebagai berikut:

1. Tim Teknis Kabupaten melakukan identifikasi dan penilaian terhadap penggilingan

padi sebagai calon peserta kegiatan ini;

2. Penggilingan padi yang dinilai memenuhi persyaratan kemudian membuat surat

perjanjian pembelian gabah dan beras dengan kelompok tani/petani;

3. Atas dasar surat perjanjian dan hasil verifikasi tim teknis Kabupaten Ogan Komering

Ulu Bupati mengusulkan calon Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan dan kebutuhan

Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan kepada Gubernur

Sumatera Selatan melalui Kepala Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Selatan;

4. Usulan dari Bupati diverifikasi oleh tim teknis Propinsi Sumatera Selatan yang

hasilnya disampaikan kepada Gubernur Sumatera Selatan melalui Kepala Badan

Ketahanan Pangan Propinsi Sumatera Selatan, dan;

5. Gubernur Sumatera Selatan melalui Kepala Badan Ketahanan Pangan Propinsi

Sumatera Selatan berdasarkan hasil verifikasi tim teknis Propinsi Sumatera Selatan

menetapkan Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan sebagai pelaksana kegiatan dan

menetapkan jumlah Dana Penguatan Modal bagi Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan

untuk pembelian gabah dan beras.

2. Mekanisme Pelaksanaan

Penyelenggaraan Dana Penguatan Modal bagi Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-

LUEP) untuk pembelian gabah/beras petani, dilakukan melalui tiga mekanisme yang

saling terkait yaitu mekanisme pencairan dana, mekanisme penyaluran dana dan

mekanisme pengembalian dana, yang ditunjang dengan mekanisme koordinasi, mekanisme

pengawasan dan mekanisme pelaporan.

a) Mekanisme Pencairan Dana

Pencairan Dana Penguatan Modal bagi penggilingan padi untuk pembelian gabah dan

beras petani dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut;

1) Penggilingan Padi bersama Pemimpin Proyek Pengembangan Kelembagaan dan

Ketahanan Pangan Masyarakat Propinsi Sumsel membuat perjanjian kontrak

pembelian gabah dan beras petani yang diketahui oleh Kepala Badan Ketahanan

Pangan Propinsi Sumsel.

2) Pemimpin Proyek PK2PM Sumatera Selatan mengajukan surat permintaan

pembayaran langsung (SPP-LS) kepada KPKN Propinsi Sumsel dengan

melampirkan: Surat Permohonan Permintaan Pembayaran Langsung oleh

Penggilingan Padi; Kwitansi Permintaan Pembayaran dari Penggilingan kepada

Pimpro PK2PM Sumsel; SK Kepala Badan Ketahanan Pangan Propinsi Sumsel

tantang Penetapan Penggilingan Padi sebagai pelaksana pembelian gabah dan beras

petani; Surat perjanjian kerja sama jual beli gabah/beras antara penggilingan padi

dengan kelompok tani yang direkomendasi oleh tim teknis Kabupaten OKU, dan;

Surat perjanjian kontrak pembelian gabah/beras antara penggilingan padi dengan

Pimpro PK2PM Sumatera Selatan yang diketahui Kepala Badan Ketahanan Pangan

Propinsi Sumsel.

Page 6: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 83

3) KPKN Propinsi Sumselmenerbitkan SPM-LS atas nama rekanan/LUEP

Penggilingan Padi sesuai dengan perjanjian.

4) Penarikan dana pada rekening giro I, dilakukan bersama antara LUEP Penggilingan

Padi dengan Pimpro PK2PM Sumsel untuk selanjutnya dan ditransfer ke rekening

giro II masing-masing mitra LUEP antara lain Penggilingan Padi setelah

direkomendasi oleh tim teknis Propinsi Sumsel.

b) Mekanisme Penyaluran Dana

Dana yang telah diterima melalui rekening giro I Penggilingan Padi di Bank Sumsel

dapat dicairkan bersama Pimpro PK2PM Sumsel dengan tahapan dan mekanisme

sebagai berikut;

1) Penggilingan Padi mengajukan usaha penarikan dana pembelian gabah dan beras

ke Bank Sumsel berdasarkan rekomendasi Badan Ketahanan Pangan Sumsel dan

tim teknis Kabupaten OKU dengan persetujuan Pimpro PK2PM Sumatera Selatan

untuk tahap pertama, usaha pengambilan dana oleh Penggilingan Padi hanya

diperkenankan maksimal 40 % dari nilai kontrak sebesar Rp. 150.000.000,- atau

Rp.60.000.000,-.

2) Pencarian dana untuk tahap berikutnya dapat dilaksanakan berdasarkan

rekomendasi tim teknis Kebupaten OKU sesuai penilaian kinerja Penggilingan

Padi dan persetujuan Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pimpro PK2PM

Propinsi Sumsel.

3) Berdasarkan point (2) di atas, selanjutnya Bank Sumsel mentransfer dana ke

rekening giro II pada Bank Sumatera Selatan Mitra LUEP.

4) Penggilingan Padi dapat mencairkan Dana Penguatan Modal dari rekening giro II,

dengan membuat surat usulan pencairan dana ke Kantor Ketahanan Pangan

Kabupaten OKU berdasarkan rekomendasi tim teknis Kabupaten OKU, dana

tersebut dapat dicairkan untuk selanjutnya digunakan untuk pembelian gabah dan

beras petani sesuai dengan perjanjian kontrak jual beli dengan kelompok tani.

Mekanisme pencairan dan penyaluran Dana Penguatan Modal secara diagramatik

dapat dilihat gambarkan.

c) Mekanisme Pengembalian Dana

1) Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (LUEP) dalam hal ini Penggilingan Padi

wajib mengembalikan Dana Penguatan Modal (DPM) sebesar dana yang diterima

ke rekening PUMK Proyek PK2PM Sumatera Selatan.

2) Dana Pengembalian dari LUEP langsung disetor ke Bendaharawan Proyek PK2PM

Sumatera Selatan untuk seterusnya disetor ke rekening kas Negara selambat-

lambatnya tanggal 15 Nopember tahun berjalan.

3. Keefektifan Penyalur DPM-LUEP

Penyaluran Dana Penguatan Modal bagi Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan (DPM-

LUEP) untuk pembelian gabah dan beras petani yang dilakukan oleh Penggilingan Padi

bertujuan untuk;

a) Membantu modal bagi penggilingan padi yang bergerak di bisnis perberasan.

b) Menjaga stabilitas harga bagah dan beras yang diterima petani pada tingkat yang

wajar.

Page 7: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 84

c) Meningkatkan pendapatan petani padi di wilayah sentra produksi melalui pengamanan

penerapan harga dasar pembelian dan penjualan.

d) Menumbuh kembangkan kelembagaan usaha ekonomi perdesaan yang dapat

mendorong pertumbuhan dan menggerakkan perekonomian di perdesaan.

Berdasarkan hasil perhitungan mengenai keefektifan peranan DPM-LUEP oleh

Penggilingan Padi nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 73,66%, yang berarti proporsi

kesesuaian dan kebutuhan yang dapat dipenuhi dari DPM hanya mencapai 73,66 persen,

ini menunjukkan bahwa tingkat keefektifan peranan DPM yang dapat disalurkan oleh

Penggilingan Padi di Desa Gunung Kuripan hanya sebesar 73,66% tingkat sedang.

Seharusnya tingkat keefektifan peranan DPM-LUEP harus terpenuhi 100 %.

4. Tingkat Pendapatan Petani Padi Sawah

Pendapatan usaha tani ditentukan oleh biaya total dan penerimaan usaha tani tersebut.

Biaya total merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel, sedangkan penerimaan

merupakan hasil jumlah produksi dan harga jual.

a) Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu kali produksi dan

besarnya tidak tergantung dari jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap alam

penelitian ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak tanah, iuran P3A

dan peralatan. Besarnya pajak dan iuran P3A yang dikeluarkan petani di Desa Gunung

Kuripan dalam satu hektar berkisar antara Rp. 28.836,67.- sampai Rp. 31.625,00.-

Biaya penyusutan alat yang dikeluarkan oleh petani dalam usaha tani adalah biaya

penyusutan alat-alat yang digunakan petani dalam kegiatan usaha tani per musim

tanam. Alat-alat yang digunakan berupa cangkul, arit, bajak, sprayer, garu dan karung.

Perhitungan biaya penyusutan alat (BP) berdasarkan metode garis lurus dengan rumus

:

BP pakaiLama

akhirNilaiNilaiawal

Biaya penyusutan alat-alat dilihat pada tabel 4. berikut ini :

Tabel 4.

Rata-Rata Biaya Penyusutan Alat-Alat pada Usaha Tani Padi Sawah di Desa Gunung Kuripan

No. Jenis Alat

Biaya Penyusutan (Rp./Ha)

Petani Mitra DPM-LUEP

Bukan Mitr DPM-LUEP

Rata-rata/MT (Rp)

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Cangkul Bajak Garu Sabit Sprayer Karung

5.442,13 3.998,90 3.873,33 2.205,13 5.560,80 13.945,93

5.857,25 3.383,30 2.470,00 2.893,86 5.076,00 10.921,33

5.649,69 3.691,10 3.171,66 2.549,49 5.318,40 12.433,63

Jumlah 35.026,22 30.601,74 32.633,985

Sumber: Data Primer

Page 8: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 85

Biaya penyusutan alat yang terbesar adalah karung yaitu sebesar Rp. 12.433,63,-. Hal

ini dikarenakan alat-alat tersebut tidak tahan lama dipakai sedangkan untuk alat-alat

lain biaya penyusutannya lebih kecil karena alat-alat tersebut lebih tahan lama dipakai.

b) Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih, pupuk, pestisida,

tenaga kerja dan alat-alat. Biaya yang mengalami perubahan dalam penelitian ini

adalah biaya tenaga kerja, sedangkan biaya lainnya diasumsikan tetap. Karena biaya

untuk pembelian benih, pupuk, pestisida dan alat-alat yang dikeluarkan oleh petani

mitra dengan petani bukan mitra DPM-LUEP tidak ada perbedaan. Biaya tenaga kerja

dalam keluarga diperhitungkan karena usaha tani padi yang tersebut diperhitungkan

berdasarkan tingkat upah yang berlaku di Desa Gunung Kuripan.

Tingkat upah tenaga kerja di Desa Gunung Kuripan untuk pria berkisar antara Rp.

17.500,- sampai dengan Rp. 25.000,- per hari (8 jam), wanita Rp.12.500,- per hari ( 6

jam). Tenaga kerja wanita biasanya bekerja dengan sistem borongan. Upah tenaga

kerja ternak sapi Rp. 24.500,- dan kerbau Rp. 35.000,- per hari. Hasil perhitungan

menunjukkan bahwa untuk melaksanakan usaha taninya, petani mitra DPM-LUEP

mengeluarkan biaya tenaga kerja sebesar Rp. 2.238.586,6,- setiap hektar per musim

tanam, berarti lebih besar bila dibandingkan dengan petani bukan mitra DPM-LUEP.

Tabel 5.

Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Per Hektar

pada Usahatani Padi Sawah di Desa Gunung Kuripan

Kegiatan Mitra DPM-LUEP

(Rp/Ha) Bukan Mitra DPM-

LUEP (Rp/Ha) Rata-rata (Rp/Ha)

Pengolahan Tanah Penanaman Pemeliharaan Panen Pasca Panen

450.000 330.000 180.000 350.000

928.586,66

450.576,92 330.423,07 180.230,77 350.449,03 870.800,00

450.288,46 330.211,53

180.115,385 350.224,515 899.693,33

Jumlah 2.238.586,66 2.182.478,85 2.210.533,22

Sumber: Data Primer

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa total biaya tenaga kerja petani mitra DPM-LUEP lebih

besar bila dibandingkan dengan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani bukan

mitra DPM-LUEP. Karena penjualan produksi baik dalam bentuk gabah maupun beras

oleh petani mitra DPM-LUEP harus memenuhi standar kualitas yang dicantumkan

dalam perjanjian jual beli beras antara petani dengan LUEP, sehingga biaya tenaga

kerja untuk panen dan pasca panen petani mitra DPM-LUEP lebih besar Rp. 57.786,66

per hektar. Bila dibandingkan dengan petani bukan mitra DPM-LUEP. Biaya ini

diperoleh petani mitra DPM-LUEP dari pinjaman tanpa bunga yang bersumber dari

dana penguatan modal untuk lembaga usaha ekonomi perdesaan.

Page 9: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 86

Tabel 5.

Rata-Rata Biaya Tenaga Kerja Pasca Panen Petani Contoh Mitra DPM-LUEP

Kegiatan Besarnya Biaya (Rp/Kg)

Pembersihan gabah kering giling sebelum disimpan atau digiling Pengeringan dan penyimpanan Ongkos angkut ke pabrik/LUEP Ongkos pabrik/upah giling

25,- 10,- 50,-

100,-

Jumlah 185,-

Sumber: Data primer

Harga jual gabah dan beras di Desa Gunung Kuripan 3 bulan di musim panen tahun

2007 pada bulan Juli, Agustus dan September 2007 ada perbedaan yang nyata antara

harga jual gabah dan beras yang diterima oleh petani mitra DPM-LUEP dengan petani

bukan mitra DPM-LUEP.

Tabel 5.

Rata-Rata Biaya Harga Jual Gabah dan Beras Per Kilogram

Petani Contoh di Desa Gunung Kuripan pada Bulan Jul s/d September 2007

Uraian Harga (Rp/Kg)

Mitra DPM-LUEP Bukan Mitra DPM-LUEP

Gabah Kering Giling (GKG) Beras

1.510 2.315

1.172,66 1.968,33

Jumlah 3.825 3.140,99

Sumber: Data Primer

Perbedaan ini terjadi karena jaminan kualitas dan harga jual yang telah disepakati pada

perjanjian kontrak kerja antara petani anggota kelompok tani dengan DPM-LUEP

sebelum masa panen tiba.

c) Biaya Total

Biaya total produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan petani untuk

menghasilkan produk usahataninya dalam bentuk beras. Biaya tersebut adalah semua

biaya yang telah disebutkan terdahulu ditambah biaya pajak, sewa dan iuran-iuran

seperti P3A, retribusi dan nilai.

d) Penerimaan

Kegiatan usaha tani bertujuan untuk mencapai produksi di bidang pertanian, pada

akhirnya akan dinilai dengan uang yang diperhitungkan dari nilai produksi yang

dinamakan dengan penerimaan usahatani. Penerimaan usahatani padi adalah produksi

yang dihasilkan dalam bentuk gabah atau beras dikalikan dengan harga pada waktu

produksi dijual.

e) Pendapatan

Pendapatan usahatani merupakan selisih penerimaan dengan biaya total yang

dikeluarkan untuk melaksanakan usahatani tersebut. Setelah bermitra dengan LUEP

dan mendapatkan pinjaman dana tanpa bunga untuk upah kegiatan pasca panen

sehingga kualitas gabah dan beras memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah,

Page 10: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 87

pendapatan petani yang bermitra dengan LUEP meningkat bila dibandingkan dengan

petani bukan mitra, karena harga jual gabah dan berasnya sesuai dengan harga standar

pemerintah. Meningkatnya pendapatan petani mitra LUEP sebesar Rp. 1.236.688,35

atau sebesar 30,41% dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :

Tabel 8.

Rata-Rata Penerimaan, Biaya Total dan Pendapatan Petani

Per Hektar Bermitra dengan DPM-LUEP di Desa Gunung Kuripan

Uraian Penerimaan

(Rp/Ha) Biaya Total

(Rp/Ha) Pendapatan

(Rp/Ha)

Petani mitra DPM-LUEP Petani bukan mitra DPM-LUEP

8.281.740,92 6.813.059,45

2.978.634,26 2.746.640,67

5.303.107,13 4.066.418,78

Selisih 1.468.681,47 231.993,59 1.236.688,35

Sumber: Analisis Data Primer

Sesuai dengan kaidah keputusan yang ada maka Dana Penguatan Modal yang

disalurkan melalui Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan Penggilingan Padi di Desa

Gunung Kuripan berpengaruh positif karena tingkat pendapatan petani meningkat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari praktek lapangan yang telah dilakukan di Desa Gunung Kuripan Kecamatan

Pengandonan Kabupaten Ogan Komering Ulu dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dengan adanya penyaluran Dana Penguatan Modal bagi Lembaga Usaha Ekonomi

Perdesaan (DPM-LUEP) tampak bahwa ada pengaruh terhadap kesetabilan harga ,

walaupun tidak 100% dapat menstabilkan harga jual gabah dan beras di tingkat petani.

2. Tingkat pendapatan petani mitra DPM-LUEP meningkat, karena harga penjualan gabah

dan berasnya lebih tinggi bila dibandingkan harga jual gabah dan beras di pasaran umum

yang diperoleh petani bukan mitra DPM-LUEP. Meningkatnya sebesar 30,41% atau

sebesar Rp. 1.236.688,35/Ha.

Saran

Dari penelitian ini dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut :

1. Pabrik penggilingan padi sebagai Lembaga Usaha Ekonomi Perdesaan dan sebagai

penyalur Dana Penguatan Modal untuk menstabilkan harga jual gabah dan beras di tingkat

petani produsen diharapkan dapat meningkatkan kinerjanya.

2. Kelompok tani agar meningkatkan bimbingan kepada para petani anggotanya, untuk

meningkatkan motivasi dalam bermitra dengan LUEP sehubungan upaya meningkatkan

produksi dan pendapatan usaha tani padi sawah.

Page 11: Dampak Dana Penguatan Modal untuk Lembaga Usaha · PDF fileselamatan dan lain-lain. Dalam hal demikian petani sering menjual tanamannya pada saat masih hijau di sawah atau pekarangan

AgronobiS, Vol. 1, No. 1, Maret 2009 ISSN: 1979 – 8245X

Yetty Oktarina, Hal; 78 – 88 88

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2001. Petunjuk Pelaksanaan Penanganan Gabah/Beras Petani di Sumatera Selatan.

Palembang: Badan Ketahanan Pangan.

_______ 1996. Sistem Kewaspadaan Distribusi Pangan. Jakarta: Kantor Menteri Negara

Urusan Pangan Republik Indonesia.

_______ 2000. Indikator Produksi Tanaman Bahan Makanan Kabupaten Ogan Komering

Ulu. Baturaja: Badan Pusat Statistik OKU.

________ 2003. Petunjuk Teknis Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi

Perdesaan untuk Pembelian Gabah/Beras Petani. Baturaja: Kantor Ketahanan

Pangan Kab. OKU.

Azzaino, Z. 1988. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi

Pertanian Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Adiwilaga. 1988. Ilmu Usahatani. Bandung: Alumni Bandung.

Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Soeratno. 1993. Ekonomi Pertanian. Jakarta: Universitas Terbuka.