daftar isi - bpppbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/warta_ii_des...harus memungut pph pasal...

44
Daftar Isi Dari Redaksi Sejarah mencatat emas Indonesia telah dieksplorasi sejak ribuan tahun lalu. Emas bukan hanya logam mulia namun juga investasi abadi bagi siapapun yang memilikinya. Sepatutnya kekayaan emas yang terkandung dalam tanah nusantara dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia sendiri. Peningkatan kinerja ekspor merupakan salah satu fokus pemerintah untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor ke negara-negara yang selama ini sudah lama mengadakan perjanjian dagang, tetapi juga harus mengembangkan ekspor ke negara-negara non-tradisional dengan memperhatikan pasar dan kebutuhan di negara tersebut, salah satunya Sri Lanka. E-commerce juga dikenal sebagai perdagangan elektronik, adalah aktifitas pembelian dan penjualan barang atau jasa menggunakan internet. E-commerce telah berkembang menjadi sebuah platform dimana produk mudah ditemukan dan dibeli melalui online retailer serta marketplace. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan negara, dengan menyumbang 8% dari total penjualan ritel di Indonesia pada tahun 2018 dan diprediksi akan mencapai 18% pada tahun 2023. Perang dagang antara Amerika Serikat vs China telah mulai memasuki babak baru. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengeluarkan kebijakan proteksionisme yang dapat memicu ketegangan perdagangan diantara kedua negara raksasa tersebut. Ada begitu banyak analisis untuk memantau harga dan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan operasi pasar. Salah satu contoh alternatif analisis yaitu bagaimana jika garis Moving Average (MA), yang biasanya digunakan untuk analisis harga saham dan pengambilan keputusan buy/sell saham, digunakan untuk pengambilan keputusan kapan memulai atau mengakhiri operasi pasar beras. Kebutuhan konsumsi daging sapi untuk penduduk Indonesia terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mendapatkan protein hewani. Laju permintaan daging sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi lokal dalam negeri. Ekspor non-migas Indonesia memiliki potensi yang baik dan dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi defisit neraca perdagangan Indonesia. Salah satu sektor non-migas yang berperan penting dalam mengatasi defisit neraca perdagangan adalah produk pertanian dan turunannya. Sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan dan perikanan berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekspor sektor pertanian Indonesia. Kebijakan Fiskal Terkait Perdagangan Emas Perlu Ditinjau Kembali Menengok Peluang Daya Saing Produk Indonesia di Sri Lanka Dinamika E-Commerce di Indonesia dan ASEAN Produk Indonesia Dalam Pusaran Perang Dagang Amerika Serikat dan China Penggunaan Grafik Moving Average Untuk Analisis Harga Beras dan Pelaksanaan Operasi Pasar Perbaikan Produksi Untuk Peningkatan Stok Sapi Lokal Berbasis Teknologi Modern Potensi Daya Saing Eskpor Produk Pertanian Indonesia di Pasar Global Hal. 2 Hal. 10 Hal. 28 Hal. 14 Hal. 25 Hal. 20 Hal. 5 Berita Pendek Perdagangan Halaman 34 Serba Serbi Halaman 40 Statistik Perdagangan Halaman 42 WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 1

Upload: others

Post on 22-Nov-2020

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Daftar IsiDari Redaksi

Sejarah mencatat emas Indonesia telah dieksplorasi sejak ribuan tahun lalu. Emas bukan hanya logam mulia namun juga investasi abadi bagi siapapun yang memilikinya. Sepatutnya kekayaan emas yang terkandung dalam tanah nusantara dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia sendiri.

Peningkatan kinerja ekspor merupakan salah satu fokus pemerintah untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor ke negara-negara yang selama ini sudah lama mengadakan perjanjian dagang, tetapi juga harus mengembangkan ekspor ke negara-negara non-tradisional dengan memperhatikan pasar dan kebutuhan di negara tersebut, salah satunya Sri Lanka.

E-commerce juga dikenal sebagai perdagangan elektronik, adalah aktifitas pembelian dan penjualan barang atau jasa menggunakan internet. E-commerce telah berkembang menjadi sebuah platform dimana produk mudah ditemukan dan dibeli melalui online retailer serta marketplace. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan negara, dengan menyumbang 8% dari total penjualan ritel di Indonesia pada tahun 2018 dan diprediksi akan mencapai 18% pada tahun 2023.

Perang dagang antara Amerika Serikat vs China telah mulai memasuki babak baru. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengeluarkan kebijakan proteksionisme yang dapat memicu ketegangan perdagangan diantara kedua negara raksasa tersebut.

Ada begitu banyak analisis untuk memantau harga dan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan operasi pasar. Salah satu contoh alternatif analisis yaitu bagaimana jika garis Moving Average (MA), yang biasanya digunakan untuk analisis harga saham dan pengambilan keputusan buy/sell saham, digunakan untuk pengambilan keputusan kapan memulai atau mengakhiri operasi pasar beras.

Kebutuhan konsumsi daging sapi untuk penduduk Indonesia terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mendapatkan protein hewani. Laju permintaan daging sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi lokal dalam negeri.

Ekspor non-migas Indonesia memiliki potensi yang baik dan dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi defisit neraca perdagangan Indonesia. Salah satu sektor non-migas yang berperan penting dalam mengatasi defisit neraca perdagangan adalah produk pertanian dan turunannya. Sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan dan perikanan berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekspor sektor pertanian Indonesia.

Kebijakan Fiskal Terkait Perdagangan Emas Perlu

Ditinjau Kembali

Menengok Peluang Daya Saing Produk Indonesia

di Sri Lanka

Dinamika E-Commerce di Indonesia dan

ASEAN

Produk Indonesia Dalam Pusaran Perang Dagang Amerika Serikat

dan China

Penggunaan Grafik Moving Average Untuk Analisis Harga Beras

dan Pelaksanaan Operasi Pasar

Perbaikan Produksi Untuk Peningkatan Stok Sapi

Lokal Berbasis Teknologi Modern

Potensi Daya Saing Eskpor Produk

Pertanian Indonesia di Pasar Global

Hal. 2

Hal. 10

Hal. 28Hal. 14

Hal. 25

Hal. 20

Hal. 5

Berita Pendek PerdaganganHalaman 34

Serba SerbiHalaman 40

Statistik PerdaganganHalaman 42

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 1

Page 2: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

ISU PERDAGANGAN

KEBIJAKAN FISKAL TERKAIT PERDAGANGAN EMAS

PERLU DITINJAU KEMBALIHasni

Meningkatnya defisit neraca perdagangan secara tajam

pada tahun 2018, mengakibatkan pemerintah harus

berupaya lebih keras untuk meningkatkan ekspor dan

mengendalikan impor. Salah satu barang impor yang sedang

disorot saat ini adalah emas batangan. Nilai dan volume impor

emas batangan Indonesia rata-rata tumbuh 335,87% dan 293,42%

per tahun selama periode 2014-2018. Nilai dan volume impor

emas batangan pada tahun 2018 tumbuh 108,32% dan 105,18%

dibanding tahun 2017.

1

KEBIJAKAN FISKAL TERKAIT PERDAGANGAN EMAS PERLU DITINJAU KEMBALI

Hasni

Meningkatnya defisit neraca perdagangan secara tajam pada tahun 2018,

mengakibatkan pemerintah harus berupaya lebih keras untuk meningkatkan ekspor

dan mengendalikan impor. Salah satu barang impor yang sedang disorot saat ini

adalah emas batangan. Nilai dan volume impor emas batangan Indonesia rata-rata

tumbuh 335,87% dan 293,42% per tahun selama periode 2014-2018. Nilai dan

volume impor emas batangan pada tahun 2018 tumbuh 108,32% dan 105,18%

dibanding tahun 2017.

Gambar 1. Perkembangan Impor Emas Batangan (USD Juta)

Sumber: BPS (2019), diolah

Impor emas melonjak akibat permintaan di dalam negeri terhadap perhiasan

emas meningkat. Sedangkan harga emas batangan (sebagai bahan baku) dari dalam

negeri harganya lebih tinggi dibanding harga impor, karena terdapat beberapa

Gambar 1. Perkembangan Impor Emas Batangan (USD Juta)

Sumber: BPS (2019), diolah

Impor emas melonjak akibat permintaan di dalam negeri

terhadap perhiasan emas meningkat. Sedangkan harga emas

batangan (sebagai bahan baku) dari dalam negeri harganya lebih

tinggi dibanding harga impor, karena terdapat beberapa kebijakan

fiskal yaitu berupa pajak yang harus dibayar di dalam negeri. Bahan

baku yang digunakan dapat berupa emas batangan atau emas

granule. Produksi pertambangan emas Indonesia didominasi oleh

Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dengan produksi 105 ton per tahun,

Freeport MacMoran 48,3 ton, Kontrak Karya 40 ton dan PT. Antam

2,5 ton (Dekintam, 2019). Jika emas yang dihasilkan dalam bentuk

granule dan dijual di dalam negeri maka akan dikenakan tarif PPN

sebesar 10%. Sehingga emas granule yang dihasilkan diekspor ke

berbagai negara karena tidak terserap di dalam negeri. Sementara

itu, di dalam negeri sendiri pelaku usaha mengaku kekurangan

bahan baku, sehingga impor emas menjadi tidak terelakkan. Impor

emas sendiri baik emas batangan maupun emas granule tidak

dikenakan tarif bea masuk. Kedua jenis emas tersebut masih dalam

pos tarif yang sama yaitu 71081210.

Tabel 1. Permintaan Emas per kapita Berdasarkan Negara (gram)

3

Tabel 1. Permintaan Emas per kapita Berdasarkan Negara (gram)

Country 2014 2015 2016 2017 2018 Tren 14-18 (%)

India 0,66 0,67 0,51 0,59 0,57 -4,1 Pakistan 0,19 0,20 0,22 0,23 0,20 2,2Sri Lanka 0,44 0,51 0,49 0,52 0,44 0,4Greater China

China 0,73 0,71 0,66 0,69 0,70 -1,3 Hong Kong 8,47 7,23 5,81 6,21 6,98 -5,3 Taiwan 0,71 0,57 0,53 0,51 0,49 -8,2

Japan 0,11 0,26 0,27 0,11 0,23 6,4Indonesia 0,25 0,23 0,23 0,22 0,24 -1,1 Malaysia 0,87 0,71 0,61 0,60 0,58 -9,4 Singapore 3,75 3,26 3,05 2,96 2,89 -6,0 S Korea 0,77 0,88 0,75 0,79 0,77 -1,4 Thailand 1,58 1,31 1,18 1,09 1,16 -7,7 Vietnam 0,73 0,69 0,63 0,58 0,62 -5,0 Middle East

Saudi Arabia 2,73 2,72 1,90 1,71 1,49 -15,4 UAE 7,09 6,28 5,20 5,15 4,02 -12,5 Kuwait 4,40 3,81 3,50 3,75 3,75 -3,3 Egypt 0,59 0,49 0,31 0,26 0,28 -19,1 Iran 0,96 0,85 0,56 0,79 1,11 2,2

Turkey 1,50 0,92 0,88 1,16 0,91 -7,5 Russia 0,53 0,33 0,29 0,30 0,32 -10,4 Americas

United States 0,52 0,59 0,65 0,49 0,48 -3,5 Canada 0,52 0,49 0,50 0,46 0,44 -3,5 Mexico 0,15 0,16 0,15 0,16 0,15 0,3Brazil 0,12 0,10 0,10 0,10 0,10 -4,0

Europe ex CISFrance 0,24 0,20 0,14 0,20 0,17 -6,1 Germany 1,37 1,54 1,47 1,42 1,30 -2,0 Italy 0,33 0,32 0,31 0,31 0,31 -1,6 Spain 0,18 0,18 0,18 0,18 0,19 0,9United Kingdom 0,51 0,53 0,56 0,51 0,51 -0,5 Switzerland 5,86 6,11 5,48 5,05 4,35 -7,6 Austria 1,20 1,41 1,24 1,10 0,92 -7,5

Sumber: Metals Focus, Refinitiv GFMS, IMF WEO, World Gold Council (2018)

Berdasarkan Tabel 1 di atas, permintaan konsumen per kapita di beberapa

negara menunjukkan pergerakan yang berbeda. Negara yang berada di kawasan

Timur Tengah (Middle East) permintaan emas per kapitanya mengalami penurunan

yang signifikan, antara lain Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir yang tren

Sumber: Metals Focus, Refinitiv GFMS, IMF WEO, World Gold

Council (2018)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 20192

Page 3: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Tarif impor emas saat ini masih 0%, sementara itu apabila

pelaku usaha melakukan pembelian emas granule dari dalam

negeri dikenakan tarif PPN 10%, mengakibatkan harga emas impor

menjadi lebih murah dibandingkan dengan harga emas granule

di dalam negeri. Di sisi lain para produsen emas granule dalam

negeri cenderung memilih untuk mengekspor emas granule ke

RRT, Hongkong, Swiss dan negara lainnya. Kemudian setelah emas

granule tersebut berubah menjadi emas batangan diimpor kembali

oleh pelaku usaha Indonesia. Dengan demikian kebijakan tarif impor

emas batangan 0% mendorong terjadinya peningkatan impor emas

batangan Indonesia.

Berdasarkan Tabel 1 di atas, permintaan konsumen per kapita

di beberapa negara menunjukkan pergerakan yang berbeda.

Negara yang berada di kawasan Timur Tengah (Middle

East) permintaan emas per kapitanya mengalami

penurunan yang signifikan, antara lain Arab Saudi, Uni

Emirat Arab dan Mesir yang tren permintaannya

masing-masing turun sebesar 15,4%; 12,5%;

19,1% per tahun selama periode 2014 -

2018 (Tabel 1).

Swiss merupakan negara

dengan permintaan emas per kapita

paling tinggi di dunia dimana pada

tahun 2018 mencapai 4,35 gram

per kapita. Disusul oleh Uni Emirat

Arab dimana permintaan emas per kapita

negara penghasil minyak ini mencapai 4,02 gram.

Jika memperhatikan tren selama periode 2014-2018, negara yang

paling tinggi pertumbuhan rata-rata tahunan permintaan emas per

kapitanya selama periode tersebut adalah Jepang dengan tren

6,4% per tahun. Selanjutnya Pakistan dan Iran juga memiliki tren

permintaan emas per kapita yang tumbuh 2,2% per tahun.

Indonesia sendiri permintaan emasnya pada tahun 2018

sebesar 0,24 gram per kapita sedikit mengalami peningkatan dari

tahun sebelumnya yaitu dengan tingkat permintaan 0,22 gram

emas per kapita. Selama periode 2014-2018 rata-rata pertumbuhan

permintaan emas per kapita Indonesia mengalami penurunan

1,1% per tahun. Negara-negara lain di ASEAN juga mengalami

rata-rata perlambatan permintaan konsumsi emas per kapita yang

lebih besar dibanding Indonesia yaitu Malaysia -9,4% per tahun,

Singapura -6,0% per tahun, Thailand -7,7% per tahun dan Vietnam

-5,0% per tahun.

Beberapa Kebijakan Fiskal Terkait Emas

Kebijakan pengenaan tarif PPh Pasal 22 untuk emas sesuai

dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010 tahun 2017

(PMK No 34/PMK.010/2017) tentang Pemungutan Pajak Penghasilan

Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang

dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

Selain itu transaksi perdagangan emas granule di dalam negeri juga

dikenakan tarif PPN 10% sesuai dengan Undang Undang Nomor 42

tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Pengenaan tarif PPh pasal 22

untuk impor emas batangan setidaknya meliputi tiga jenis PPh yaitu:

a. PMK No 34/PMK.010/2017 terkait Pengenaan Tarif PPh pasal 22

sebesar 0,45%

Kebijakan pengenaan tarif PPh 0,45% dikenakan bagi pembeli

emas batangan yang memiliki NPWP. Bagi pembeli

emas batangan yang tidak memiliki

NPWP dikenakan tarif PPh sebesar

0,9%. Kebijakan ini berlaku sejak

Maret 2017. Akibat dari

pengenaan tarif PPh

emas batangan ini,

terdapat importir

yang mengeluhkan

keber langsungan

usahanya. Dimana

importir emas batangan

tersebut khawatir terjadi

pengalihan pembelian

emas batangan di dalam negeri

dari yang semula kepada badan usaha

(importir) menjadi beralih kepada orang pribadi yang tidak

harus memungut PPh pasal 22.

Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas

perhiasan. Industri pengrajin tidak melakukan transaksi

pembelian emas batangan, sehingga tidak membayar PPh

pembelian emas batangan. Emas batangan disediakan oleh

pemesan (baik pelanggan dalam negeri maupun luar negeri).

Pengrajin hanya membayar tarif PPh 0,45% dari upah jasa yang

diterima sebagai pengrajin perhiasan dari para pemesan.

b. PMK No 34/PMK.010/2017 terkait Pengenaan Tarif PPh pasal 22

sebesar 1,5%

PPh Pasal 22 dikenakan atas pembelian barang/kebutuhan

usaha oleh BUMN termasuk pembelian mineral logam dan

mineral bukan logam dari badan usaha atau orang pribadi

pemegang izin usaha pertambangan, dengan besar transaksi

lebih dari Rp10 juta yaitu sebesar 1,5%. Tarif PPh 1,5%

dikenakan pada pembelian bahan baku yang berasal dari

buy back oleh industri pemurnian seperti PT Antam. Industri

pengrajin emas perhiasan untuk ekspor terbebas dari PPh

1,5% dengan menggunakan fasilitas SKB (Surat Keterangan

Bebas) (Pasal 22 dan SE-23/PJ.4 1998).

Sumber : https://www.pngdownload.id/

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 3

Page 4: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

c. PMK Nomor 34/PMK.010/2017 terkait Pengenaan Tarif PPh

pasal 22 untuk Emas Batangan Impor sebesar 2,5%

Perusahaan yang melakukan kegiatan importasi emas

batangan dikenakan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22

impor sebesar 2,5%. Hal ini sesuai dengan PMK Nomor 34/

PMK.010/2017 pasal 2 ayat (1) huruf a. nomor 1. bagian d)

yang berbunyi Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal

22 untuk impor barang selain barang sebagaimana dimaksud

pada huruf a), huruf b), dan huruf c) yang menggunakan Angka

Pengenal Importir (API), sebesar 2,5% dari nilai impor.

UU Nomor 42 terkait Pengenaan Tarif PPN 10%

Sementara itu, Undang Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang

Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas

Barang Mewah pada penjelasan pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa

“Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah 10%”. Di ayat 2 (a dan

f) disebutkan pengenaan PPN pada barang hasil pertambangan

atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya

diantaranya bijih emas.

Pengenaan tarif PPN 10% tersebut berdampak pada perilaku

penambang emas yang menghasilkan emas granule dan pemilik

Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (smelter) yaitu

PT Antam Tbk.

Adanya tarif PPN emas granule untuk transaksi dalam negeri

sebesar 10%, menyebabkan penambang menjual emas granulenya

ke luar negeri. Selain itu ekspor emas granule yang merupakan

Barang Kena Pajak (BKP) membuat penambang memperoleh

fasilitas restitusi PPN. Restitusi adalah fasilitas pengembalian pajak

yang telah dibayar oleh Wajib Pajak.

Sedangkan bagi pemilik pelaku Bisnis Pengolahan dan

Pemurnian Logam Mulia, dengan adanya tarif PPN 10% yang

dikenakan saat membeli emas granule di dalam negeri memberatkan

karena harga yang lebih mahal. Sehingga lebih memilih untuk

mengimpor emas batangan sebagai bahan baku.

Pelaku usaha berharap tarif PPN dan PPh dapat ditinjau

kembali oleh pemerintah yaitu (a) Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 42 tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan

Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,

dan (b) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 34/

PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22

Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan

Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.

Peninjauan ulang kebijakan fiskal tersebut diharapkan dapat

mempermudah pelaku usaha atau industri emas perhiasan dalam

negeri untuk memperoleh pasokan emas sebagai bahan baku,

terutama yang bertujuan ekspor. Setelah kebijakan tersebut

dibenahi diharapkan industri emas perhiasan mendapatkan bahan

baku yang dapat dipenuhi dalam negeri, selanjutnya perlu dilihat

kembali kinerja perkembangan ekspor emas perhiasan dan impor

emas batangan. Apabila diperlukan, Direktorat Impor, Kementerian

Perdagangan dapat mengusulkan kembali penyusunan regulasi

terkait tata niaga emas.

Sumber : https://fbs-idn.asia/

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 20194

Page 5: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Peningkatan kinerja ekspor merupakan salah satu fokus

pemerintah untuk memperbaiki neraca perdagangan

Indonesia. Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor

ke negara-negara yang selama ini sudah lama mengadakan

perjanjian dagang, tetapi juga harus mengembangkan ekspor ke

negara-negara non-tradisional dengan memperhatikan pasar dan

kebutuhan di negara tersebut. Hal tersebut dilakukan agar pasar

untuk produk Indonesia semakin luas. Pasar ekspor ke negara-

negara non tradisional dapat menjadi salah satu solusi untuk

mengatasi defisit neraca perdagangan.

Negara non-tradisional merupakan negara yang bukan

negara mitra utama Indonesia, akan tetapi mempunyai potensi

perdagangan yang dapat memberikan dampak positif bagi

perdagangan Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian

Perdagangan akan semakin gencar memperluas akses pasar

ekspor ke negara-negara non-tradisional. Langkah tersebut

sebagai upaya antisipasi jika pasar ekspor utama Indonesia

mengalami perlambatan akibat lemahnya pertumbuhan

ekonomi global. Indonesia harus dapat memanfaatkan perjanjian

perdagangan internasional dengan negara non-tradisional yang

juga sudah mulai menjadi fokus pemerintah, baik itu melalui skema

Preferential Tariff Agreement (PTA), Free Trade Agreement (FTA)

ataupun Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).

Perjanjian ini dapat membantu Indonesia mengatasi hambatan

ekspor seperti bea masuk ke negara lain, sehingga harga produk

kita bisa semakin bersaing.

Salah satu negara non-tradisional yang memiliki peluang

untuk dicari potensi pasarnya yaitu Sri Lanka. Indonesia-Sri Lanka

sepakat untuk meningkatkan kerjasama perdagangan. Hal tersebut

disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam pertemuan bilateral

dengan Presiden Sri Lanka di Presidential Secretariat, Colombo, Sri

Lanka. Kesepakatan peningkatan kerja sama akan dilakukan dengan

memulai penjajakan dan pembicaraan kesepakatan perdagangan

bebas dua negara. Sebagai upaya peningkatan kerjasama

tersebut, Indonesia-Sri Lanka sepakat membentuk kelompok kerja

perdagangan dan investasi. Kelompok kerja tersebut diberi tugas

membahas dan mengatasi hambatan perdagangan dan investasi

antar dua negara. Untuk mendorong ekonomi kedua negara menjadi

lebih kompetitif, salah satunya dapat melalui pembentukan FTA.

Siti Mir’atul Khasanah & Devina Cieny Juventia

MENENGOK PELUANG DAYA SAING PRODUK INDONESIA

DI SRI LANKA

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 5

Page 6: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Profil Sri Lanka

Sri Lanka terletak di Benua Asia bagian Selatan (Asia Selatan).

Sri Lanka berada di antara 5°-10°LU dan 79°-82°BT, berbatasan laut

dengan India di sebelah barat laut dan utaranya, di sebelah barat

daya berbatasan dengan Maladewa. Sri Lanka memiliki luas wilayah

sebesar 65,610 km2 dengan jumlah penduduk 21,690 juta jiwa pada

tahun 2019.

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2018 Produk Domestik

Bruto (PDB) Indonesia mencapai USD 1.092,14 miliar, sementara

Sri Lanka sebesar USD 87,23 miliar. Jumlah populasi di Indonesia

pada tahun 2018 yaitu 265,32 juta jiwa dan memiliki PDB per kapita

penduduk mencapai USD 4.116,37 per tahun. Sementara di tahun

yang sama jumlah populasi di Sri Lanka yaitu 21,54 juta jiwa dengan

PDB per kapita sebesar USD 4.049,35 per tahun. Tingkat inflasi di

Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan Sri Lanka, yaitu 3,91%.

Gambaran inflasi tersebut menunjukkan lonjakan harga secara

agregat di Indonesia yang cenderung lebih stabil dibandingkan

dengan Sri Lanka. Tingkat pengangguran di Sri Lanka juga relatif

lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia yaitu sebesar 4%,

sedangkan tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2%.

Tabel 1. Indikator Makroekonomi Indonesia-Sri Lanka Tahun 2018

Indikator Makroekonomi Indonesia Sri Lanka

PDB, Harga Berlaku (Miliar USD) 1.092,14 87,23

PDB Per Kapita, Harga Berlaku (USD) 4.116,37 4.049,35

Inflasi, Rata-rata Harga Konsumen (%) 3,91 5,03

Tingkat Pengangguran (%) 5,20 4,00

Populasi (Juta Jiwa) 265,32 21,54

Sumber: IMF, 2019 (diolah BPPP, Kemendag)

Perkembangan Perdagangan Indonesia – Sri Lanka

Total perdagangan Indonesia-Sri Lanka pada tahun 2014-

2018 menunjukkan tren penurunan rata-rata sebesar 4,49%. Kinerja

perdagangan Indonesia dengan Sri Lanka pada tahun 2015-2018

seluruhnya bersumber dari sektor non-migas. Kinerja ekspor

Indonesia ke Sri Lanka selama periode 2014-2018 mengalami

fluktuasi dan memiliki tren penurunan sebesar 5,13% per tahun.

Nilai ekspor tertinggi selama 5 tahun terakhir berada di tahun 2014

yaitu sebesar USD 386,3 juta dan ekspor terendah pada tahun 2016

sebesar USD 262,2 juta.

Tabel 2. Neraca Perdagangan Indonesia- Sri Lanka, 2014 - 2018

UraianRibu USD Trend

(%) 14-18

Jan-Feb Perub.(%)

2019/20182014 2015 2016 2017 2018 2018 2019

Total Perdagangan 432.324,0 382.772,1 306.531,6 342.038,1 363.523,7 -4,49 52.237,6 88.175,0 68,80

Migas 492,5 0,0 0,0 0,0 0,0   0,0 0,0  

Non-migas 431.831,5 382.772,1 306.531,6 342.038,1 363.523,7 -4,47 52.237,6 88.175,0 68,80

Ekspor 386.328,1 341.490,4 262.228,4 292.895,5 320.578,2 -5,13 45.111,0 81.974,3 81,72

Migas 492,5 0,0 0,0 0,0 0,0   0,0 0,0  

Non-migas 385.835,6 341.490,4 262.228,4 292.895,5 320.578,2 -5,11 45.111,0 81.974,3 81,72

Impor 45.995,9 41.281,7 44.303,2 49.142,5 42.945,5 0,37 7.126,6 6.200,7 -12,99

Migas 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0   0,0 0,0  

Non-migas 45.995,9 41.281,7 44.303,2 49.142,5 42.945,5 0,37 7.126,6 6.200,7 -12,99

Neraca Perdagangan 340.332,2 300.208,7 217.925,2 243.753,0 277.632,7 -5,97 37.984,5 75.773,7 99,49

Migas 492,5 0,0 0,0 0,0 0,0   0,0 0,0  

Non-migas 339.839,7 300.208,7 217.925,2 243.753,0 277.632,7 -5,94 37.984,5 75.773,7 99,49

Sumber: BPS, 2019 (diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kemendag)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 20196

Page 7: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Impor Indonesia dari Sri Lanka pada 2014-2018 seluruhnya

dari sektor non-migas dengan tren yang mengalami peningkatan

sebesar 0,37 % per tahun. Impor Indonesia mengalami fluktuasi

dengan impor tertinggi pada tahun 2017 sebesar USD 49,1 Juta dan

impor terendah pada tahun 2015 sebesar USD 41,3 Juta. Kinerja

neraca perdagangan Indonesia dengan Sri Lanka selalu mengalami

surplus dalam kurun lima tahun terakhir, namun dengan tren yang

menurun yaitu rata-rata sebesar 5,97% per tahun.

Posisi Sri Lanka dalam Ekspor Impor Indonesia

Sri Lanka merupakan negara tujuan ekspor non-tradisional

bagi Indonesia, dimana nilai ekspor Indonesia masih relatif kecil.

Sri Lanka menempati peringkat 40 sebagai negara tujuan ekspor

Indonesia pada tahun 2018 dengan total nilai ekspor sebesar USD

320,58 Juta atau setara dengan 0,18% dari total ekspor Indonesia ke

dunia. Negara tujuan ekspor utama Indonesia didominasi oleh Cina,

Jepang, dan Amerika Serikat.

Tabel 3. Peringkat Sri Lanka sebagai Negara Tujuan Ekspor Indonesia

No NegaraNilai : Juta USD

2014 2015 2016 2017 2018

1Rep.Rakyat Cina 17.605,94 15.046,43 16.790,80 23.083,09 27.126,93

2 Jepang 23.117,49 18.020,88 16.098,59 17.798,80 19.479,89

3Amerika Serikat 16.530,10 16.240,80 16.141,41 17.794,52 18.426,66

4 India 12.248,96 11.731,00 10.103,92 14.084,13 13.725,68

5 Singapura 16.728,33 12.632,63 11.860,98 12.724,90 12.991,59

40 Sri Lanka 386,33 341,49 262,23 292,90 320,58

Total Semua Negara 175.979,99 150.366,29 145.186,21 168.828,18 180.215,04

Sumber: BPS, 2019 (diolah)

Dari sisi impor, Sri Lanka menempati peringkat ke 80 sebagai negara asal impor Indonesia pada tahun 2018 dengan total impor

sebesar USD 42,95 Juta atau setara dengan 0,02 % dari total impor Indonesia dari dunia. Posisi negara asal impor utama Indonesia masih

didominasi oleh Cina, Singapura, dan Jepang.

Tabel 4. Peringkat Sri Lanka sebagai Negara Asal Impor untuk Indonesia

No NegaraNilai : Juta USD

2014 2015 2016 2017 2018

1 Rep.Rakyat Cina 30.624,34 29.410,89 30.800,49 35.766,83 45.537,83

2 Singapura 25.185,67 18.022,49 14.548,30 16.888,53 21.439,52

3 Jepang 17.007,58 13.263,52 12.984,77 15.240,04 17.976,71

4 Thailand 9.781,04 8.083,37 8.666,93 9.281,61 10.952,80

5 Amerika Serikat 8.170,11 7.593,20 7.298,44 8.121,63 10.176,23

80 Sri Lanka 46,00 41,28 44,30 49,14 42,95

Total Semua Negara 178.178,82 142.694,80 135.652,88 156.985,56 188.711,25

Sumber: BPS, 2019 (diolah)

Produk Ekspor-Impor Utama Indonesia dan Sri Lanka

Komoditas ekspor utama Indonesia ke Sri Lanka dapat dilihat pada Tabel 5. Pada tahun 2018, produk Semen Portland (HS 252329)

menempati peringkat pertama dengan nilai sebesar USD 34,41 Juta dan pangsa pasar sebesar 10,73% (dari total ekspor Indonesia ke Sri

Lanka). Selama tahun 2014-2018, produk tersebut mengalami tren pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 51,83% per

tahun. Pangsa pasar 20 produk ekspor utama Indonesia ke Sri Lanka mencapai 60,45% dari total keseluruhan produk yang ada.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 7

Page 8: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Tabel 5. Ekspor Produk Utama Indonesia ke Sri Lanka

13

Tabel 4. Peringkat Sri Lanka sebagai Negara Asal Impor untuk Indonesia

No Negara Nilai : Juta USD

2014 2015 2016 2017 2018 1 Rep.Rakyat Cina 30.624,34 29.410,89 30.800,49 35.766,83 45.537,83 2 Singapura 25.185,67 18.022,49 14.548,30 16.888,53 21.439,52 3 Jepang 17.007,58 13.263,52 12.984,77 15.240,04 17.976,71 4 Thailand 9.781,04 8.083,37 8.666,93 9.281,61 10.952,80 5 Amerika Serikat 8.170,11 7.593,20 7.298,44 8.121,63 10.176,23 80 Sri Lanka 46,00 41,28 44,30 49,14 42,95 Total Semua Negara 178.178,82 142.694,80 135.652,88 156.985,56 188.711,25

Sumber: BPS, 2019 (diolah)

Produk Ekspor-Impor Utama Indonesia dan Sri Lanka

Komoditas ekspor utama Indonesia ke Sri Lanka dapat dilihat pada Tabel 5.

Pada tahun 2018, produk Semen Portland (HS 252329) menempati peringkat pertama

dengan nilai sebesar USD 34,41 Juta dan pangsa pasar sebesar 10,73% (dari total

ekspor Indonesia ke Sri Lanka). Selama tahun 2014-2018, produk tersebut mengalami

tren pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 51,83% per tahun.

Pangsa pasar 20 produk ekspor utama Indonesia ke Sri Lanka mencapai 60,45% dari

total keseluruhan produk yang ada.

Tabel 5. Ekspor Produk Utama Indonesia ke Sri Lanka

Perub.(%) Trend (%) Share(%)2014 2015 2016 2017 2018 2018/17 2014-2018 2018

Total Ekspor 386.328,10 341.490,40 262.228,40 292.895,51 320.578,18 9,45 -5,13 100,001 252329 Cement; Portland, Other Than White, Whether Or Not Artificially Coloured5.143,71 19.071,79 13.116,26 27.748,31 34.411,78 24,01 51,83 10,73 2 400122 Rubber; Technically Specified Natural Rubber (tsnr), In Primary Forms Or In Plates, Sheets Or Strip (excluding Latex And Smoked Sheets)4.228,71 4.884,40 15.240,57 22.887,19 26.827,04 17,21 68,87 8,37 3 310210 Fertilizers, Mineral Or Chemical; Nitrogenous, Urea, Whether Or Not In Aqueous Solution5.858,40 - 5.491,20 4.893,54 14.708,18 200,56 - 4,59 4 240110 Tobacco, (not Stemmed Or Stripped) 17.690,93 24.378,51 15.609,11 9.813,69 14.421,32 46,95 12,35- 4,50 5 480256 Uncoated Paper And Paperboard (not 4801 Or 4803); Printing, Writing Or Graphic, 10% Or Less By Weight Of Mechanical Or Chemi-mechanical Processed Fibre, Weight 40-150g/m2, In Sheets 435mm Or Less By 297mm Or Less (unfolded)9.012,41 5.972,05 7.661,55 10.144,71 13.191,89 30,04 13,79 4,12 6 240120 Tobacco; Partly Or Wholly Stemmed Or Stripped 6.803,26 12.960,71 11.983,54 8.512,03 12.387,40 45,53 8,09 3,86 7 852872 Reception Apparatus For Television, Whether Or Not Incorporating Radio-broadcast Receivers Or Sound Or Video Recording Or Reproducing Apparatus; Incorporating A Colour Video Display Or Screen8.263,83 10.984,74 3.854,52 1.990,31 8.386,70 321,38 15,45- 2,62 8 440290 Wood; Charcoal Of Wood Other Than Bamboo (including Shell Or Nut Charcoal), Whether Or Not Agglomerated2.505,04 2.830,85 362,00 23,49 6.989,93 29.656,45 23,96- 2,18 9 392020 Plastics; Of Polymers Of Propylene, Plates, Sheets, Film, Foil And Strip (not Self-adhesive), Non-cellular And Not Reinforced, Laminated, Supported Or Similarly Combined With Other Materials5.755,82 6.190,29 5.936,74 6.282,45 6.576,04 4,67 2,85 2,05 10 380893 Herbicides, Anti-sprouting Products And Plant-growth Regulators; Other Than Containing Goods Of Subheading Note 1 To This Chapter; Put Up In Forms Or Packings For Retail Sale Or As Preparations Or Articles3.684,27 4.810,91 5.590,26 3.197,60 6.283,12 96,50 6,81 1,96 11 870322 Vehicles; With Only Spark-ignition Internal Combustion Reciprocating Piston Engine, Cylinder Capacity Over 1000 But Not Over 1500cc577,46 18,54 232,93 1.364,36 5.978,23 338,17 145,30 1,86 12 480100 Newsprint; Made Of Fibres Obtained Essentially By A Chemi-mechanical Process Or Of A Weight, Per M2, Of More Than 57g But Not More Than 65g, In Rolls Or Sheets2.528,03 522,86 1.331,52 - 5.772,94 - - 1,80 13 030389 Fish; Frozen, N.e.c. In Heading 0303, Excluding Fillets, Fish Meat Of 0304, And Edible Fish Offal Of Subheadings 0303.91 To 0303.99213,16 138,35 223,10 2.093,90 5.558,77 165,47 151,91 1,73 14 080280 Nuts, Edible; Areca Nuts, Fresh Or Dried, Whether Or Not Shelled Or Peeled44.046,32 32.102,58 4.407,98 14.125,46 5.380,58 61,91- 39,50- 1,68 15 151319 Vegetable Oils; Coconut (copra) Oil And Its Fractions, Other Than Crude, Whether Or Not Refined, But Not Chemically Modified851,44 2.040,88 288,92 1.762,92 5.137,62 191,43 41,18 1,60 16 300490 Medicaments; Consisting Of Mixed Or Unmixed Products N.e.c. In Heading No. 3004, For Therapeutic Or Prophylactic Uses, Packaged For Retail Sale5.589,56 3.784,60 4.248,75 5.507,11 5.020,26 8,84- 1,62 1,57 17 481029 Paper And Paperboard; Coated With Kaolin Or Other Inorganic Substances Only, Having More Than 10% Of Mechanically Processed Fibres, (excluding Light-weight Paper), For Writing, Printing Or Other Graphic Purposes, In Rolls Or Sheets6.549,08 6.391,85 6.054,37 5.574,67 4.936,51 11,45- 6,78- 1,54 18 270119 Coal; (other Than Anthracite And Bituminous), Whether Or Not Pulverised But Not Agglomerated15.613,57 4.348,31 - 9.351,64 4.510,00 51,77- - 1,41 19 030559 Fish; Dried, Whether Or Not Salted But Not Smoked, Other Than Edible Fish Offal, N.e.c. In Item No. 0305.52.916,69 2.123,37 2.785,54 3.700,99 3.671,52 0,80- 10,69 1,15 20 580620 Fabrics; Narrow (excluding Pile Fabrics), Containing By Weight 5% Or More Of Elastomeric Yarn Or Rubber Thread2.153,12 4.747,96 4.502,51 3.188,25 3.650,62 14,50 6,80 1,14

Sub Total 149.984,82 148.303,56 108.921,37 142.162,61 193.800,46 36,32 4,82 60,45 Others 236.343,29 193.186,84 153.307,03 150.732,90 126.777,71 15,89- 13,88- 39,55

No HS URAIANNilai : USD Ribu

Sumber: Trademap, 2019 (diolah) Sumber: Trademap, 2019 (diolah)

Komoditas impor utama Indonesia dari Sri Lanka dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tahun 2018, produk tembakau (HS 240120)

menempati posisi pertama dengan nilai impor mencapai USD 9,63 juta dan pangsa pasar sebesar 22,42%. Selama tahun 2014-2018,

produk tembakau meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,92% per tahun. Pangsa pasar 20 produk impor utama Indonesia dari

Sri Lanka mencapai 69,28% dari total keseluruhan produk.

Tabel 6. Impor Produk Utama Indonesia dari Sri Lanka

14

Komoditas impor utama Indonesia dari Sri Lanka dapat dilihat pada Tabel 6.

Pada tahun 2018, produk tembakau (HS 240120) menempati posisi pertama dengan

nilai impor mencapai USD 9,63 juta dan pangsa pasar sebesar 22,42%. Selama tahun

2014-2018, produk tembakau meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar

3,92% per tahun. Pangsa pasar 20 produk impor utama Indonesia dari Sri Lanka

mencapai 69,28% dari total keseluruhan produk.

Tabel 6. Impor Produk Utama Indonesia dari Sri Lanka

Perub.(%) Trend (%) Share(%)

2014 2015 2016 2017 20182018/17 2014-2018 2018

Total Impor 45.995,90 41.281,72 44.303,21 49.142,55 42.945,51 12,61- 0,37 100,00 1 240120 Tobacco; Partly Or Wholly Stemmed Or Stripped 7.733,07 10.695,65 12.572,60 10.130,43 9.628,36 4,96- 3,92 22,42 2 621210 Brassieres; Whether Or Not Knitted Or Crocheted 3.987,26 5.121,26 5.639,15 5.318,40 7.774,89 46,19 14,72 18,10 3 401290 Rubber; Tyres N.e.c. In Heading No. 4012 1.445,70 1.137,96 1.394,62 1.540,23 1.839,12 19,41 8,16 4,28 4 840710 Engines; For Aircraft, Spark-ignition Reciprocating Or Rotary Internal Combustion Piston Engines10,00 - - - 1.421,23 - - 3,31 5 090230 Tea, Black; (fermented) And Partly Fermented Tea, In Immediate Packings Of A Content Not Exceeding 3kg1.297,45 1.001,17 754,33 644,64 831,98 29,06 12,44- 1,94 6 600537 Fabrics; Warp Knit (including Those Made On Galloon Knitting Machines), Other Than Those Of Headings 60.01 To 60.04, Of Synthetic Fibres, Dyed- - 40,33 109,19 829,90 660,06 - 1,93 7 481930 Paper And Paperboard; Sacks And Bags Of Paper, Paperboard, Cellulose Wadding Or Fibres, Having A Base Of A Width Of 40cm Or More709,44 357,31 243,95 970,15 823,23 15,14- 13,84 1,92 8 090240 Tea, Black; (fermented) And Partly Fermented Tea, In Immediate Packings Of A Content Exceeding 3kg1.603,81 1.484,42 1.521,54 923,54 749,79 18,81- 18,09- 1,75 9 600632 Fabrics; Knitted Or Crocheted Fabrics, Other Than Those Of Headings 60.01 To 60.04, Of Synthetic Fibres, Dyed453,87 624,22 1.154,19 2.197,78 725,41 66,99- 24,56 1,69 10 282410 Lead; Lead Monoxide (l itharge, Massicot) 171,00 172,13 142,50 258,55 679,16 162,68 37,24 1,58 11 853590 Electrical Apparatus; N.e.c. In Heading No. 8535, For Switching Or Protecting Electrical Circuits, For A Voltage Exceeding 1000 Volts- - - - 673,10 - - 1,57 12 620462 Trousers, Bib And Brace Overalls, Breeches And Shorts; Women's Or Girls', Of Cotton (not Knitted Or Crocheted)406,30 683,47 714,64 730,99 639,64 12,50- 10,24 1,49 13 481940 Paper And Paperboard; Sacks And Bags, Including Cones, Of Paper, Paperboard, Cellulose Wadding Or Fibres, Having A Base Width Less Than 40cm- 170,07 306,34 482,65 549,95 13,94 - 1,28 14 842230 Machinery; For Fil l ing, Closing, Sealing, Capsuling Or Labelling Bottles, Cans, Bags Or Other Containers, Machinery For Aerating Beverages1,70 141,89 85,74 60,78 419,63 590,41 176,55 0,98 15 842131 Machinery; Intake Air Filters For Internal Combustion Engines - - 74,86 285,65 417,64 46,21 - 0,97 16 090210 Tea, Green; (not Fermented), In Immediate Packings Of A Content Not Exceeding 3kg1,28 132,23 217,90 292,82 379,55 29,62 237,96 0,88 17 610822 Briefs And Panties; Women's Or Girls', Of Man-made Fibres, Knitted Or Crocheted88,73 36,96 180,72 168,71 360,09 113,44 54,03 0,84 18 610910 T-shirts, Singlets And Other Vests; Of Cotton, Knitted Or Crocheted623,32 519,49 836,24 931,56 342,82 63,20- 5,93- 0,80 19 853720 Boards, Panels, Consoles, Desks And Other Bases; For Electric Control Or The Distribution Of Electricity, (other Than Switching Apparatus Of Heading No. 8517), For A Voltage Exceeding 1000 Volts- - 48,33 461,89 336,21 27,21- - 0,78 20 610990 T-shirts, Singlets And Other Vests; Of Textile Materials (other Than Cotton), Knitted Or Crocheted1.305,39 376,41 273,69 342,08 329,68 3,62- 24,78- 0,77

Sub Total 19.838,32 22.654,64 26.201,67 25.850,02 29.751,37 15,09 9,88 69,28 Others 26.157,58 18.627,09 18.101,54 23.292,53 13.194,14 43,35- 10,82- 30,72

No HS URAIANNilai : USD Ribu

Sumber: Trademap, 2019 (diolah)

Kinerja Perdagangan Indonesia – Sri Lanka

Pembentukan kerjasama perdagangan Internasional dapat dianalisis

menggunakan perhitungan Trade Complementary Index (TCI). TCI dapat menunjukkan

sejauh mana kesesuaian struktur ekspor dan impor suatu negara. Indeks yang tinggi

dapat mengindikasikan bahwa dua negara akan memperoleh keuntungan dari

peningkatan perdagangan, serta dapat berguna dalam mengevaluasi perjanjian

perdagangan bilateral atau regional yang akan terjadi.

Sumber: Trademap, 2019 (diolah)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 20198

Page 9: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Kinerja Perdagangan Indonesia – Sri Lanka

Pembentukan kerjasama perdagangan Internasional dapat

dianalisis menggunakan perhitungan Trade Complementary

Index (TCI). TCI dapat menunjukkan sejauh mana kesesuaian

struktur ekspor dan impor suatu negara. Indeks yang tinggi dapat

mengindikasikan bahwa dua negara akan memperoleh keuntungan

dari peningkatan perdagangan, serta dapat berguna dalam

mengevaluasi perjanjian perdagangan bilateral atau regional yang

akan terjadi.

Gambar 1 menunjukkan pada tahun 2013-2017 tingkat

kesesuaian ekspor Indonesia terhadap struktur impor Sri Lanka

selalu lebih tinggi dibanding ekspor Sri Lanka terhadap struktur

impor Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa produk ekspor

Indonesia memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memenuhi

permintaan impor dari Sri Lanka dibanding Sri Lanka dalam

memenuhi permintaan impor Indonesia. Nilai TCI pada tahun

2017 menunjukkan tingkat kesesuaian struktur ekspor Indonesia

terhadap struktur impor Sri Lanka sebesar 22,73%, sedangkan

tingkat kesesuaian struktur ekspor Sri Lanka terhadap struktur impor

Indonesia sebesar 15,58%.

Gambar 1. Trade Complementary Index Indonesia – Sri Lanka

Sumber: Trademap, 2019 (diolah)

Nilai Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)

menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari

suatu negara dalam suatu komoditi terhadap dunia. Nilai RSCA

berkisar antara -1 sampai 1, di mana jika nilai RSCA kurang dari 0,

maka produk tersebut tidak memiliki daya saing dan jika nilai RSCA

lebih dari 0, maka produk tersebut memiliki daya saing.

Tabel 7. Revealed Symmetric Comparative Advantage

Sektor

RSCA Indonesia Relative to

RSCA Sri Lanka Relative to

Sri Lanka Global Indonesia Global

animal and animal product

0.01 0.06 -0.01 0.05

vegetable products -0.11 0.65 0.11 0.71

foodstuffs -0.02 0.08 0.02 0.10

mineral products 0.79 0.32 -0.79 -0.63chemical and allied industries

0.59 -0.15 -0.59 -0.68

plastics/rubber -0.15 0.15 0.15 0.30raw hides, skins, leather and furs

0.24 -0.33 -0.24 -0.53

wood and wooden products

0.59 0.48 -0.59 -0.16

textile -0.71 0.25 0.71 0.82

footwear/headgear 0.46 0.56 -0.46 0.12

stone/glass 0.16 -0.08 -0.16 -0.24

metals 0.52 -0.34 -0.52 -0.73

machinery/electrical 0.34 -0.49 -0.34 -0.71

transportation 0.07 -0.49 -0.07 -0.54

miscellaneous -0.08 -0.53 0.08 -0.47

Explanatory Note

Maximum Value of RSCA 1.00

Minimum Value of RSCA -1.00

Critical Point Comparative Advantafe =>0

Sumber: Trademap, 2019 (diolah)

Hasil perhitungan RSCA menunjukkan bahwa produk Indonesia

memiliki daya saing di pasar global lebih baik dari Sri Lanka yaitu

pada mineral products; dan wood and wooden products. RSCA

bilateral antara Indonesia dan Sri Lanka menunjukkan Indonesia

unggul pada sektor animal and animal product; mineral products;

chemical and allied industries; raw hides, skins, leather and furs;

wood and wooden products; footwear/headgear; stone/glass; metals;

machinery/electrical; dan transportation. Sedangkan Sri Lanka

memiliki daya saing relatif di pasar Indonesia untuk sektor vegetable

products; foodstuffs; plastics/rubber; textile; dan miscellaneous.

Penutup

Sri Lanka merupakan salah satu negara non-tradisional

yang memiliki potensi bagi perdagangan produk Indonesia.

Hal tersebut karena Indonesia memiliki kemampuan yang lebih

baik untuk memenuhi permintaan impor Sri Lanka dibandingkan

dengan kemampuan Sri Lanka dalam memenuhi permintaan

impor Indonesia. Selain itu, total perdagangan kedua negara juga

terus meningkat dalam tiga tahun terakhir sehingga kerjasama

perdagangan diantara kedua negara ini perlu ditingkatkan untuk

menambah keunggulan kompetitif bagi Indonesia.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 9

Page 10: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

E -commerce juga dikenal sebagai perdagangan elektronik,

adalah aktifitas pembelian dan penjualan barang atau

jasa menggunakan internet. Menurut Chaudhury, Abijit &

Jean-Pierre Kuilboer dalam laporannya di tahun 2002, e-commerce

memiliki kaitan erat dengan teknologi seperti perdagangan seluler,

transfer dana elektronik, manajemen rantai pasokan, pemasaran

internet, pemrosesan transaksi online, pertukaran data elektronik

(EDI), sistim manajemen inventaris, dan sistim pengumpulan

data otomatis. E-commerce sering digunakan untuk merujuk

pada penjualan produk fisik secara online, tetapi juga dapat

menggambarkan segala jenis transaksi komersial yang difasilitasi

melalui internet.

Mengutip dari artikel New York Times yang di cetak pada

tanggal 12 Agustus 1994, sejarah transaksi e-commerce pertama

terjadi pada 1994 dengan munculnya internet seperti yang kita

kenal sekarang. Transaksi pertama dilakukan oleh Dan Kohn,

seorang pengusaha berusia 21 tahun yang mengelola situs web

yang berbasis di New Hampshire bernama NetMarket. Pada 11

Agustus 1994, Kohn menjual album CD Sting dengan judul Ten

Summoner’s Tales kepada seorang temannya di Philadelphia, yang

menggunakan pembayaran dengan kartu kredit sebesar USD

12,48, ditambah biaya pengiriman, dalam sebuah transaksi yang

untuk pertama kalinya dilindungi oleh teknologi enkripsi. Ini adalah

transaksi pertama dari konsumen yang membeli produk dari penjual

Mario Herman Fazary & Aziza Rahmaniar Salam

DINAMIKA E-COMMERCE DI INDONESIA DAN ASEAN

melalui World Wide Web — atau “e-commerce” seperti

yang kita kenal sekarang.

Sejak itu, e-commerce telah berkembang

menjadi sebuah platform dimana produk mudah

ditemukan dan dibeli melalui online retailer serta

marketplace. Pengusaha individu, usaha mikro kecil

menengah (UMKM), hingga perusahaan besar telah

mendapatkan manfaat dari implementasi e-commerce

dalam bisnisnya, yang memungkinkan mereka

untuk menjual barang dan jasa pada skala yang

tidak mungkin dilakukan tanpa adanya e-commerce

(perluasan pasar).

E-Commerce di Indonesia

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kisah

sukses terbaik di wilayah ASEAN dalam pertumbuhan ekonomi.

Meskipun telah menghadapi gejolak ekonomi dalam Krisis Keuangan

Asia 1997, Indonesia merupakan salah satu negara dengan

pertumbuhan ekonomi tinggi di dunia. Pertumbuhan ekonomi walau

masih ditopang oleh perdagangan secara konvensional, akhir-akhir

ini perdagangan elektronik pun ikut memberikan kontribusi terhadap

pertumbuhan ekonomi Indonesia.

20

Gambar 1. Overview Data Digital Indonesia per 2019

Source: Laporan oleh We Are Social dan Hootsuite “Digital 2019 Indonesia (January

2019)”

Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga memberikan

kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan negara, dengan menyumbang 8%

dari total penjualan ritel di Indonesia pada tahun 2018 dan diprediksi akan mencapai

18% pada tahun 2023, berdampingan dengan cepatnya pertumbuhan digitalisasi

penduduk Indonesia. Pertumbuhan pengguna internet juga diperkirakan akan

mencapai sekitar 50 juta pengguna baru diantara tahun 2015 sampai dengan 2020,

dengan total sekitar 150 juta pengguna internet di Indonesia (56% dari total

populasi). Pertumbuhan pengguna internet itu didasari oleh penetrasi pengguna

layanan telepon genggam yang sangat tinggi, dengan total 355 juta pengguna layanan

selular telepon genggam (133% dari total populasi, yang berarti satu penduduk ada

yang menggunakan lebih dari satu layanan selular). Penggunaan media sosial di

Indonesia juga termasuk yang tertinggi di dunia, dengan total pengguna aktif

Gambar 1. Overview Data Digital Indonesia per 2019

Source: Laporan oleh We Are Social dan Hootsuite “Digital 2019

Indonesia (January 2019)”

Sumber: https://www.freepik.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201910

Page 11: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga

memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan negara,

dengan menyumbang 8% dari total penjualan ritel di Indonesia pada

tahun 2018 dan diprediksi akan mencapai 18% pada tahun 2023,

berdampingan dengan cepatnya pertumbuhan digitalisasi penduduk

Indonesia. Pertumbuhan pengguna internet juga diperkirakan akan

mencapai sekitar 50 juta pengguna baru diantara tahun 2015 sampai

dengan 2020, dengan total sekitar 150 juta pengguna internet di

Indonesia (56% dari total populasi). Pertumbuhan pengguna internet

itu didasari oleh penetrasi pengguna layanan telepon genggam yang

sangat tinggi, dengan total 355 juta pengguna layanan selular telepon

genggam (133% dari total populasi, yang berarti satu penduduk ada

yang menggunakan lebih dari satu layanan selular). Penggunaan

media sosial di Indonesia juga termasuk yang tertinggi di dunia,

dengan total pengguna aktif sebanyak 150 juta orang (perbandingan

populasi yang telah menggunakan internet dengan jumlah pengguna

media sosial adalah 1:1).

Menurut sebuah laporan McKinsey Tahun 2018, sektor

e-commerce Indonesia terdiri dari USD 5 miliar dari online retailing

menggunakan platform (Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya) dan lebih

dari USD 3 miliar dari perdagangan informal (perdagangan melalui

WhatsApp, Facebook, Instagram, dan lainnya).

E-commerce menyumbang 8% dari total penjualan ritel di Indonesia

pada tahun 2018, dan terus tumbuh dan diprediksi akan mencapai

18% pada tahun 2023. Hal ini didorong oleh perubahan perilaku

pembeli “melek” teknologi yang bersedia mengeluarkan lebih demi

mendapatkan kenyamanan dalam berbelanja. Hal diatas berdasarkan

sebuah studi yang dilakukan oleh bank investasi multinasional Amerika,

Morgan Stanley tahun 2019.

Berdasarkan studi diatas ukuran pasar e-commerce Indonesia

pada tahun 2018 berada di kisaran USD 12 miliar, tumbuh sebesar 50%

setiap tahunnya selama dua tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa

pasar e-commerce di ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu mungkin

akan mengikuti jejak pertumbuhan yang sejenis dengan Tiongkok yang

diperkirakan akan berkembang setidaknya 32% per tahun selama lima

tahun ke depan menjadi USD 52 miliar pada tahun 2023.

3,189.40 3,104.20

1,895.00 1,859.40 1,976.70

0

500

1000

1500

2000

2500

3000

3500

Electronics & Media Fashion Toys, Hobby & DIY Furniture &Appliances

Food & Personal Care

(In million USD)

Revenue

Gambar 2. Revenue E-Commerce per Kategori di tahun 2018

Source: Statista (2019)

Sumber: https://www.freepik.com

E - C O M M E R C E

E - C O M M E R C E

E - C O M M E R C EMONEY BANK1234 5678 9101 1213

12 23

BUY NOW

SALExxlm-2

Global

ReachGlobal

ReachGlobal

Reach

CARDPAYMENT

CARDPAYMENT

CARDPAYMENT

OPEN24/7

OPEN24/7

OPEN24/7

guaranteedSafe purchase

guaranteedSafe purchase

guaranteedSafe purchase

Track

your orderTrack

your orderTrack

your orderDeliverywhereveryou like

Deliverywhereveryou like

Deliverywhereveryou like

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 11

Page 12: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Berdasarkan Gambar 2 penerimaan e-commerce, pada tahun

2018 ada lima kategori yang menyumbang pendapatan terbesar di

e-commerce. Elektronik dan media menempati kategori teratas dengan

menghasilkan sekitar USD 3,19 miliar, disusul oleh fashion USD 3,1

miliar. Di peringkat ke tiga terdapat kategori makanan dan kebutuhan

pribadi di angka USD 1,98 miliar, yang disusul oleh kategori mainan

dan hobi sebesar USD 1,89 miliar di peringkat ke empat. Furniture dan

perkakas menempati peringkat terakhir mencapai angka USD 1,86

miliar dengan selisih yang kecil dengan posisi ke empat.

Indonesia memiliki startup teknologi Unicorn terbanyak di

Asia Tenggara, termasuk Bukalapak, Go-Jek, Tokopedia, Traveloka

serta yang terbaru adalah OVO. Tokopedia adalah e-commerce

dengan jumlah pengunjung terbesar di Indonesia sebanyak 168 juta

pengunjung selama triwulan ke IV tahun 2018. Jumlah pengunjung

e-commerce yang didirikan oleh Willian Tanuwijaya tersebut naik

9,35% dari triwulan sebelumnya dan melonjak 45% dari triwulan yang

sama tahun sebelumnya. Di peringkat ke dua disusul oleh Bukalapak

dengan 116 juta pengunjung. Selain menciptakan peluang bisnis

yang signifikan, perkembangan pesat digital Indonesia memiliki

dampak yang substansial pada para penduduk Indonesia (dalam

bentuk pekerjaan baru, peningkatan akses ke layanan, dan tingkat

konektivitas yang lebih besar dengan masyarakat global).

23

Gambar 3. Jumlah Pengunjung Platform E-commerce Pada Triwulan ke-IV tahun

2018

Source: iPrice (databoks) (Triwulan ke-IV tahun 2018)

Peningkatan e-commerce juga didukung oleh penggunaan jasa keuangan

dengan telepon genggam serta kemudahan dalam melakukan transaksi melalui

perangkat tersebut. 61% dari orang-orang yang terkoneksi dengan internet

memanfaatkan fasilitas mobile banking dan 35% dari pengguna internet melakukan

pembayaran melalui telepon selular mereka. Peningkatan e-commerce juga

dikarenakan adanya user-friendly environment yang berarti kemudahan bagi para

pengguna dalam mengakses fasilitas-fasilitas e-commerce tersebut, salah satunya

dengan bertransaksi menggunakan telepon selular yang jumlahnya mencapai 76%

dari total pengguna internet pernah membeli barang online menggunakan telepon

selular.

Gambar 3. Jumlah Pengunjung Platform E-commerce

Pada Triwulan ke-IV tahun 2018

Source: iPrice (databoks) (Triwulan ke-IV tahun 2018)

Peningkatan e-commerce juga didukung oleh penggunaan

jasa keuangan dengan telepon genggam serta kemudahan dalam

melakukan transaksi melalui perangkat tersebut. 61% dari orang-

orang yang terkoneksi dengan internet memanfaatkan fasilitas

mobile banking dan 35% dari pengguna internet melakukan

pembayaran melalui telepon selular mereka. Peningkatan

e-commerce juga dikarenakan adanya user-friendly environment

yang berarti kemudahan bagi para pengguna dalam mengakses

fasilitas-fasilitas e-commerce tersebut, salah satunya dengan

bertransaksi menggunakan telepon selular yang jumlahnya

mencapai 76% dari total pengguna internet pernah membeli barang

online menggunakan telepon selular.

Gambar 4. Data Aktivitas Keuangan yang Terintegrasi dengan

Internet di Indonesia

Source: Laporan oleh We Are Social dan Hootsuite “Digital 2019

Indonesia (January 2019)”

Sektor perdagangan online Indonesia telah memiliki dampak

yang besar dalam menyediakan lowongan pekerjaan. Berdasarkan

laporan McKinsey (2018), pada tahun 2022 diperkirakan

perdagangan online akan secara langsung atau tidak langsung

mendukung sekitar 26 juta pekerjaan, meningkat dari sekitar empat

juta pekerjaan di tahun 2018. Dukungan langsung mencakup

pekerjaan baru yang tidak akan ada jika e-commerce tidak ada

(misalnya: programmer di perusahaan perdagangan online

dan perusahaan logistik). Dampak yang tidak langsung yang

ditimbulkan oleh pertumbuhan e-commerce sangat dipengaruhi

oleh aliran pendapatan perdagangan e-commerce, contohnya

dengan berdagang online UMKM mendapatkan untung lebih besar

sehingga pemilik UMKM beralih dari offline ke penjualan online atau

juga penyedia pembayaran yang mengubah layanan mereka dari

toko fisik ke penjualan online.

Selain dari dampak positif yang berpotensi dapat ditimbulkan

oleh e-commerce, menurut sebuah laporan yang dibuat oleh

Kementerian Perdagangan tahun 2019, terdapat beberapa

tantangan internal dan eksternal yang akan dihadapi oleh Indonesia

dalam perkembangan e-commerce. Secara internal Indonesia

belum memiliki sistim yang baik dalam pendataan transaksi

e-commerce, yang dapat menyebabkan tidak terdeteksinya atau

tidak dapat didatanya transaksi e-commerce tersebut. Untuk faktor

eksternalnya, e-commerce dapat memicu terjadinya cross-border

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201912

Page 13: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

transfer of information by electronic means yang menyebabkan ada

potensi terjadinya penyalahgunaan atau pencurian informasi pribadi

milik pelanggan e-commerce.

E-Commerce di ASEAN

Asia Tenggara saat ini merupakan pasar yang sangat menarik

bagi perusahaan yang terlibat secara global di sektor e-commerce

dan juga pemain lokal yang memiliki skala lebih kecil. Dalam hal

penetrasi internet dan seluler, warga Asia Tenggara telah dengan

cepat beradaptasi dalam memanfaatkan peluang baru yang

tersedia untuk pembelian produk dan layanan online.

Berdasarkan laporan Temasek dan Google (2018), jumlah

pengguna Internet di Asia Tenggara, khususnya di enam negara

ASEAN terbesar jumlahnya mencapai 350 juta telah menciptakan

pasar besar yang belum termanfaatkan. Meskipun pasar

e-commerce Singapura sudah lebih matang dan pasar Malaysia

juga lebih dinamis, pasar e-commerce di Indonesia, Thailand,

Filipina, dan Vietnam, e-commerce yang masih pada tahap awal

dapat menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi yang penting

bagi ASEAN.

E-Commerce menjadi semakin penting di negara-negara

anggota ASEAN dalam beberapa tahun terakhir. Walaupun ASEAN

memiliki pasar yang secara kolektif besar, ada tantangan signifikan

untuk mengembangkan e-commerce di beberapa negara ASEAN.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, ASEAN berinisiatif untuk

membuat persetujuan ASEAN Agreement on E-Commerce.

Persetujuan ASEAN Agreement on E-Commerce merupakan

kesepakatan dalam hal e-commerce yang ditandatangani oleh

negara-negara ASEAN. Persetujuan ini dilakukan dikarenakan

negara-negara anggota ASEAN memandang e-commerce memiliki

peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi serta pengembangan

sosial di ASEAN. Persetujuan ini dibuat berdasarkan Article 5

(Facilitation of the Growth of Electronic Commerce) of the e-ASEAN

Framework Agreement yang telah di tandatangani oleh para

pemimpin ASEAN pada tanggal 24 November 2000 di Singapura.

Dibuatnya persetujuan ini juga mengakui pentingnya kontribusi

e-commerce dalam memfasilitasi perdagangan dan investasi cross-

border, dan mengurangi barriers to entry serta biaya operasional

dalam bisnis secara signifikan, terutama pada Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah (UMKM). Persetujuan ini menekankan pentingnya

koordinasi dan kerjasama di antara negara-negara anggota ASEAN

untuk meningkatkan perkembangan dan penggunaan e-commerce

serta memfasilitasi transaksi cross-border e-commerce guna

memaksimalkan keuntungan integrasi ekonomi regional ASEAN.

Persetujuan ASEAN Agreement on E-Commerce memiliki

tujuan untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam perdagangan

barang dan jasa dalam bidang e-commerce (Perdagangan Melalui

Sistem Elektronik – PMSE) untuk meningkatkan efisiensi integrasi

ekonomi diantara anggotanya. Dalam mencapai hal tersebut,

berbagai komitmen dan disiplin dituangkan ke dalam 19 pasal dalam

persetujuan ASEAN Agreement on E-Commerce yang secara umum

mencakup disiplin dan komitmen dalam fasilitasi perdagangan

barang, perdagangan jasa (termasuk investasi sektor jasa), serta

hal-hal lain secara elektronik.

Berdasarkan hasil kajian Kementerian Perdagangan (2019),

dalam menghadapi perjanjian diatas pemerintah sedang

melaksanakan persiapan bersama dengan pihak swasta.

Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) sedang

mempersiapkan RUU Perlindungan Data Pribadi untuk upaya

perlindungan data konsumen. Pihak pemerintah yang dipimpin

oleh Kementerian Perdagangan juga sedang mempersiapkan

proses ratifikasi dari perjanjian ASEAN Agreement on E-Commerce

agar dapat segera diterapkan di Indonesia. Dalam persiapannya,

pemerintah juga bekerja sama dengan pihak swasta untuk

mempersiapkan infrastruktur perdagangan e-commerce Indonesia

agar dapat bersaing di ASEAN.

Sumber: https://www.freepik.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 13

Page 14: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri
Page 15: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Tabel 1. Ilustrasi Pembuatan Garis MA

Tanggal Harga Pasar Harga Rata-Rata (5 hari)

1-Jan-18 7.800

2-Jan-18 8.400

3-Jan-18 8.400

4-Jan-18 8.400

5-Jan-18 8.800 8.360 (rata-rata harga dari tanggal 1-5 Jan-18)

6-Jan-18 8.800 8.560 (rata-rata harga dari tanggal 2-6 Jan-18)

7-Jan-18 8.800 8.640 (rata-rata harga dari tanggal 3-7 Jan-18)

8-Jan-18 8.800 8.720 (rata-rata harga dari tanggal 4-8 Jan-18)

9-Jan-18 8.900 8.820 (rata-rata harga dari tanggal 5-9 Jan-18)

10-Jan-18 8.900 8.840 (rata-rata harga dari tanggal 6-10 Jan-18)

Fungsi Garis MA

Garis MA dalam analisis harga saham dan forex adalah:

a. Menentukan trend, support, dan resistance;

b. Menandakan atau mengkonfirmasi adanya sinyal bullish (harga

naik) dan sinyal bearish (harga turun). Bila harga saham

memotong garis MA dari bawah, maka terdapat sinyal bullish

yang dapat menjadi trend bullish. Bila harga saham memotong

garis MA dari atas, maka terdapat sinyal bearish yang dapat

menjadi trend bearish; dan

c. Sebagai filter pada indikator lain.

Fungsi garis MA tersebut di atas, yang biasa ditemukan dalam

analisis harga saham dan forex, akan disimulasikan pada harga

beras untuk mengetahui apakah garis MA dapat diaplikasikan

dalam analisis harga beras.

Sumber Data

Harga beras yang dianalisis adalah harga beras grosir di

Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), khususnya beras jenis IR 64-

III (beras medium), untuk periode tanggal 1 Desember 2018-31

Januari 2019 (425 hari). Pasar ini memasok beras yang sangat

banyak untuk wilayah Jakarta sehingga pergerakan harga di PIBC

sangat mempengaruhi pergerakan harga beras di pasar eceran.

Menurut Laporan Akhir Analisis Efektifitas Operasi Pasar Beras

yang diterbitkan tahun 2015 oleh Pusat Kebijakan Perdagangan

Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Perdagangan (BPPKP), Kementerian Perdagangan dinyatakan

bahwa setiap kenaikan harga beras di PIBC sebesar 1% akan

mendorong kenaikan harga rata-rata beras di tingkat eceran sebesar

0,48%—ceteris paribus.

Grafik Harga Beras, MA5, MA10, MA20 dan MA90

Untuk memahami bentuk dan sifat dari garis MA, berikut ini

adalah gambar grafik harga beras beserta beberapa contoh garis MA.

Gambar 1. Harga Beras dan MA5

31

Sumber Data

Harga beras yang dianalisis adalah harga beras grosir di Pasar Induk Beras

Cipinang (PIBC), khususnya beras jenis IR 64-III (beras medium), untuk periode

tanggal 1 Desember 2018-31 Januari 2019 (425 hari). Pasar ini memasok beras yang

sangat banyak untuk wilayah Jakarta sehingga pergerakan harga di PIBC sangat

mempengaruhi pergerakan harga beras di pasar eceran. Menurut Laporan Akhir

Analisis Efektifitas Operasi Pasar Beras yang diterbitkan tahun 2015 oleh Pusat

Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan

Kebijakan Perdagangan (BPPKP), Kementerian Perdagangan dinyatakan bahwa

setiap kenaikan harga beras di PIBC sebesar 1% akan mendorong kenaikan harga

rata-rata beras di tingkat eceran sebesar 0,48%—ceteris paribus.

Grafik Harga Beras, MA5, MA10, MA20 dan MA90

Untuk memahami bentuk dan sifat dari garis MA, berikut ini adalah gambar

grafik harga beras beserta beberapa contoh garis MA.

Gambar 1. Harga Beras dan MA5

Garis MA5 selalu menempel pada garis harga karena MA5

mempunyai periode yang pendek. Pada Gambar di atas terdapat titik

MA5 Cross, yaitu titik dimana garis harga memotong garis MA5 baik

dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari bawah,

seperti yang terjadi pada tanggal 6 Maret, 24 April dan 25 Oktober

2018, maka ada sinyal bullish atau cenderung naik. Jika garis harga

memotong dari atas, seperti pada tanggal 27 Maret, 24 Mei dan

23 November 2018, maka ada sinyal bearish atau cederung turun.

Terjadi cross sebanyak 48 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember

2018-31 Januari 2019) yang menunjukkan pergantian jenis sinyal

yang terlalu sering. Secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak enam

hari, dengan minimum selama satu hari dan maksimum selama 38

hari. Pergantian sinyal ini dapat memberi bahan untuk pengambilan

keputusan apakah akan memulai atau mengakhiri operasi pasar

beras. Sinyal bullish untuk memulai operasi pasar dan sinyal bearish

untuk mengakhiri operasi pasar.

Hal tersebut menunjukkan garis MA5 memiliki sifat yang sensitif

terhadap perubahan harga secara harian sehingga lebih cocok

digunakan untuk analisa harga secara harian. Namun demikian, MA5

Cross berhasil mengkonfimasi adanya trend kenaikan harga dari

tanggal 2-26 Januari 2018 dan 15 Oktober-23 November 2018. MA

Cross juga berhasil mengkonfirmasi adanya trend penurunan harga

dari tanggal 27 Maret-8 April 2018. D e n g a n

keberhasilan tersebut, garis

MA5 dapat digunakan

untuk analisis harga

dan operasi pasar

beras.

Sumber : https://www.pngdownload.id/

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 15

Page 16: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Gambar 2. Harga Beras dengan MA10

33

Gambar 2. Harga Beras dengan MA10

Serupa dengan garis MA5, garis MA10 juga menempel pada garis harga

dikarenakan MA10 termasuk dalam kategori periode pendek. Pada Gambar 2

terdapat titik MA10 Cross, yaitu titik dimana garis harga memotong garis MA10 baik

dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari bawah, seperti yang

terjadi pada tanggal 6 Maret, 24 April dan 11 Juli 2018, maka ada sinyal bullish. Jika

garis harga memotong dari atas, seperti pada tanggal 27 Januari, 27 Maret dan 25

Mei 2018, maka ada sinyal bearish. Terjadi cross sebanyak 30 kali dalam rentang 425

hari (1 Desember 2018-31 Januari 2019). Hal tersebut menunjukkan pergantian

sinyal yang terlalu sering, karena secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak 11 hari,

dengan minimum selama 1 hari dan maksimum selama 39 hari.

Hal tersebut menunjukkan bahwa garis MA10 memiliki sifat yang sensitif

terhadap perubahan harga secara harian sehingga lebih cocok digunakan untuk

analisa harga secara harian. Namun demikian, MA10 Cross berhasil mengkonfimasi

adanya trend bullish dari tanggal 2 Januari-27 Maret 2018 dan

15 Oktober-23 November 2018. MA10 Cross juga berhasil mengkonfirmasi adanya

Serupa dengan garis MA5, garis MA10 juga menempel pada

garis harga dikarenakan MA10 termasuk dalam kategori periode

pendek. Pada Gambar 2 terdapat titik MA10 Cross, yaitu titik dimana

garis harga memotong garis MA10 baik dari bawah atau dari atas.

Jika garis harga memotong dari bawah, seperti yang terjadi pada

tanggal 6 Maret, 24 April dan 11 Juli 2018, maka ada sinyal bullish.

Jika garis harga memotong dari atas, seperti pada tanggal 27

Januari, 27 Maret dan 25 Mei 2018, maka ada sinyal bearish. Terjadi

cross sebanyak 30 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember 2018-

31 Januari 2019). Hal tersebut menunjukkan pergantian sinyal yang

terlalu sering, karena secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak 11

hari, dengan minimum selama 1 hari dan maksimum selama 39 hari.

Hal tersebut menunjukkan bahwa garis MA10 memiliki sifat

yang sensitif terhadap perubahan harga secara harian sehingga

lebih cocok digunakan untuk analisa harga secara harian. Namun

demikian, MA10 Cross berhasil mengkonfimasi adanya trend

bullish dari tanggal 2 Januari-27 Maret 2018 dan 15 Oktober-23

November 2018. MA10 Cross juga berhasil mengkonfirmasi adanya

trend bearish harga dari tanggal 27 Maret-12 April 2018. Dengan

keberhasilan tersebut, garis MA10 dapat digunakan untuk analisis

harga dan operasi pasar beras.

Gambar 3. Harga Beras dengan MA20

34

trend bearish harga dari tanggal 27 Maret-12 April 2018. Dengan keberhasilan

tersebut, garis MA10 dapat digunakan untuk analisis harga dan operasi pasar beras.

Gambar 3. Harga Beras dengan MA20

Garis MA20 menggunakan periode waktu yang lebih lebar sehingga tidak

terlalu menempel pada garis harga seperti pada Gambar 1 dan 2. Trend yang

ditunjukkan lebih cocok digunakan untuk analisa harga secara mingguan. Pada

Gambar 3 terdapat MA20 Cross, yaitu titik dimana garis harga memotong garis

MA20 baik dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari bawah, seperti

yang terjadi pada tanggal 6 Maret, 25 April dan 16 Juli 2018, maka ada sinyal bullish

atau cenderung naik. Jika garis harga memotong dari atas, seperti pada tanggal 27

Januari, 27 Maret dan 28 Mei 2018, maka ada sinyal bearish atau cederung turun.

Terjadi cross sebanyak 26 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember 2018-31 Januari

2019). Pergantian sinyal tidak terlalu sering, seperti yang terjadi pada MA5 dan

MA10, karena secara rata-rata sinyal berganti sebanyak 13 hari dengan minimum

selama satu hari dan maksimum selama 53 hari.

Hal tersebut menunjukkan bahwa garis MA20 tidak memiliki sifat yang

sensitif terhadap perubahan harga secara harian. MA20 Cross berhasil

Garis MA20 menggunakan periode waktu yang lebih lebar

sehingga tidak terlalu menempel pada garis harga seperti pada

Gambar 1 dan 2. Trend yang ditunjukkan lebih cocok digunakan

untuk analisa harga secara mingguan. Pada Gambar 3 terdapat

MA20 Cross, yaitu titik dimana garis harga memotong garis MA20

baik dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari

bawah, seperti yang terjadi pada tanggal 6 Maret, 25 April dan 16 Juli

2018, maka ada sinyal bullish atau cenderung naik. Jika garis harga

memotong dari atas, seperti pada tanggal 27 Januari, 27 Maret dan

28 Mei 2018, maka ada sinyal bearish atau cederung turun. Terjadi

cross sebanyak 26 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember 2018-

31 Januari 2019). Pergantian sinyal tidak terlalu sering, seperti yang

terjadi pada MA5 dan MA10, karena secara rata-rata sinyal berganti

sebanyak 13 hari dengan minimum selama satu hari dan maksimum

selama 53 hari.

Hal tersebut menunjukkan bahwa garis MA20 tidak memiliki sifat

yang sensitif terhadap perubahan harga secara harian. MA20 Cross

berhasil mengkonfimasi adanya trend kenaikan harga dari tanggal 2

Januari-27 Maret 2018, 16 Juli-3 September 2018 dan 1 Oktober-23

November 2018. MA10 Cross juga berhasil mengkonfirmasi adanya

trend penurunan harga dari tanggal 27 Maret-24 April 2018. Dengan

keberhasilan tersebut, garis MA20 dapat digunakan untuk analisis

harga dan operasi pasar beras.

Gambar 4. Harga Beras dengan MA90

35

mengkonfimasi adanya trend kenaikan harga dari tanggal 2 Januari-27 Maret 2018,

16 Juli-3 September 2018 dan 1 Oktober-23 November 2018. MA10 Cross juga

berhasil mengkonfirmasi adanya trend penurunan harga dari tanggal 27 Maret-

24 April 2018. Dengan keberhasilan tersebut, garis MA20 dapat digunakan untuk

analisis harga dan operasi pasar beras.

Gambar 4. Harga Beras dengan MA90

Garis MA90 menggunakan periode waktu yang panjang sehingga tidak

menempel pada garis harga seperti pada Gambar 1, 2 dan 3. Pada Gambar 4

terdapat MA Cross 90, yaitu titik dimana garis harga aktual memotong garis MA90

baik dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari bawah, seperti yang

terjadi pada tanggal 5 Januari, 6 Februari dan 1 Agustus 2018, maka ada sinyal

bullish atau cenderung naik. Jika garis harga memotong dari atas, seperti pada

tanggal 2 April, 25 Mei dan 27 November 2018, maka ada sinyal bearish atau

cederung turun. Terjadi cross sebanyak 12 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember

2018-31 Januari 2019). Hal tersebut menunjukkan pergantian sinyal yang tidak

terlalu sering, karena secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak 30 hari dengan

minimum selama satu hari dan maksimum selama 118 hari.

Garis MA90 menggunakan periode waktu yang panjang

sehingga tidak menempel pada garis harga seperti pada Gambar 1,

2 dan 3. Pada Gambar 4 terdapat MA Cross 90, yaitu titik dimana garis

harga aktual memotong garis MA90 baik dari bawah atau dari atas.

Jika garis harga memotong dari bawah, seperti yang terjadi pada

tanggal 5 Januari, 6 Februari dan 1 Agustus 2018, maka ada sinyal

bullish atau cenderung naik. Jika garis harga memotong dari atas,

seperti pada tanggal 2 April, 25 Mei dan 27 November 2018, maka

ada sinyal bearish atau cederung turun. Terjadi cross sebanyak 12

kali dalam rentang 425 hari (1 Desember 2018-31 Januari 2019). Hal

tersebut menunjukkan pergantian sinyal yang tidak terlalu sering,

karena secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak 30 hari dengan

minimum selama satu hari dan maksimum selama 118 hari.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201916

Page 17: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Jika diasumsikan bahwa bullish adalah kenaikan harga lebih

dari 1% sejak titik cross, dan bearish adalah penurunan harga lebih

dari 1% sejak titik cross, maka garis MA5 adalah garis yang paling

banyak mengkonfirmasi bullish dan bearish, sedangkan MA90

adalah garis yang paling sedikit mengkonfirmasi bullish dan bearish.

MA5 dan MA10 sensitif terhadap perubahan harga harian

sehingga sinyal yang ditampilkan sering berubah antara sinyal

bullish atau sinyal bearish. MA5 dan MA10 lebih sesuai untuk

analisis harga dalam jangka pendek. Sedangkan MA20 dan MA90

tidak terlalu sensitif terhadap perubahan harga harian sehingga

sinyal yang ditampilkan tidak sering berubah. MA20 lebih sesuai

untuk analisis harga dalam jangka menengah, sedangkan MA90

lebih sesuai untuk jangka panjang. Nilai interval MA harus diatur

untuk menentukan jangka waktu yang dianalisis.

Fake Signal (Sinyal Palsu)

Sering kali terjadi, walaupun garis harga telah berada di atas

garis MA, harga beras tidak melanjutkan kenaikan yang signifikan

namun justru turun dan kembali berada di bawah garis MA. Hal yang

sebaliknya juga dapat terjadi yaitu walaupun garis harga berada di

bawah garis MA, harga beras tidak melanjutkan penurunan yang

signifikan namun justru naik dan kembali berada di atas garis MA.

Kejadian tersebut dikenal dengan istilah fake signal (sinyal palsu).

Pada penelitian ini, persentase selisih harga beras dan MA yang

ditetapkan sebagai fake signal adalah diantara -1% hingga 1%.

Garis MA5 adalah garis yang paling banyak memiliki fake signal,

yaitu 39 kali karena garis MA5 sangat sensitif terhadap perubahan

harga. Adapun jumlah fake signal untuk MA10, MA20 dan MA90,

masing-masing sebanyak 21 kali, 21 kali dan 10 kali. Contoh fake

signal ditunjukkan pada Gambar 5.

Hal ini menunjukkan garis MA90 tidak memiliki sifat yang sensitif terhadap perubahan harga secara harian—jumlah cross MA 90

relatif lebih sedikit dibandingkan dengan MA5, MA10 dan MA20. Namun demikian MA90 Cross berhasil mengkonfirmasi adanya trend

kenaikan harga dalam jangka panjang dari tanggal 6 Februari-31 Maret 2018 dan 1 Agustus-26 November 2018. MA90 Cross juga berhasil

mengkonfirmasi adanya trend penurunan harga dalam jangka panjang dari tanggal 25 Mei-31 Juli 2018. Dengan keberhasilan tersebut,

garis MA90 dapat digunakan untuk analisis harga dan operasi pasar beras.

Perbedaan Fungsi MA5, MA10, MA20 dan MA90

Berdasarkan Gambar 1-4 dan uraian di atas, berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan sifat dan bentuk grafik antara MA5,

MA10, MA20 dan MA90:

Tabel 2. Perbedaan MA5, MA10, MA20 dan MA90

GarisMA

Titik Cross

Bullish Bearish Sensitivitas Terhadap

HargaPeriodeUptrend

KenaikanTertinggi

PeriodeDowntrend

PenurunanTerendah

MA 5 48 kali(6 hari)

2-Jan-26-Jan-186-18-Mar-18

24-Apr-6-May-1810-12-Jul-1816-23-Jul-18

30-Jul-4-Aug-187-14-Aug-18

15-Oct-22-Nov-18

5,95%5,70%3,54%1,21%1,50%1,19%1,75%4,24%

27-Jan-5-Mar-1827-Mar-8-Apr-1824-May-4-Jun-18

24-28-Aug-187-11-Sep-18

-1,73%-7,10%-4,29%-1,12%-1,14%

Sensitif dalam jangka pendek (harian)

MA10 30 kali(11 hari)

2-26-Jan-186-26-Mar-18

24-Apr-6-May-1811-25-Jul-18

30-Jul-17-Aug-1815-Oct-22-Nov-18

5,95%6,27%3,54%1,81%3,56%4,24%

27-Jan-5-Mar-1827-Mar-12-Apr-1825-May-7-Jun-1822-Jun-10-Jul-18

7-12-Sep-18

-1,73%-7,38%-3,74%-2,08%-1,14%

MA20 26 kali(13 hari)

2-26-Jan-186-26-Mar-18

25-Apr-7-May-1816-Jul-2-Sep-181-Oct-22-Nov-18

5,95%6,27%3,24%7,51%4,83%

27-Jan-5-Mar-1827-Mar-24-Apr-1828-May-17-Jun-1822-Jun-11-Jul-18

7-13-Sep-18

-1,73%-8,20%-2,90%-2,08%-1,14%

Sensitif dalam jangka menengah

(mingguan)

MA90 12 kali(30 hari)

5-28-Jan-186-Feb-1 Apr-18

1-Aug-26-Nov-18

1,14%9,71%8,21%

2-29-Apr-1825-May-31-Jul-18

-3,72%-5,46%

Sensitif dalam jangka panjang (bulanan)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 17

Page 18: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Gambar 5. Fake Signal Juni 2019

38

Gambar 5. Fake Signal Juni 2019

Penggunaan dua jenis garis MA (double MA)

Pengambilan keputusan terkait kapan memulai dan mengakhiri operasi pasar

bisa sangat sulit karena volatilitas harga selalu memunculkan banyak fake signal.

Untuk menghindari pengambilan keputusan yang salah akibat fake signal, maka garis

MA harus dibantu dengan garis MA lain yang intervalnya lebih lama untuk membuat

suatu titik konfirmasi. Misalnya, garis MA5 perlu dibantu dengan garis MA lain yang

tidak terlalu sensitif dengan pergerakan harga, misalnya MA20. Titik konfirmasi

diperoleh ketika garis MA20 memotong garis MA5 dari bawah atau atas garis.

Berikut adalah contoh grafik yang menyajikan penggunaan double MA:

Gambar 6: Double MA

Penggunaan dua jenis garis MA (double MA)

Pengambilan keputusan terkait kapan memulai dan mengakhiri

operasi pasar bisa sangat sulit karena volatilitas harga selalu

memunculkan banyak fake signal. Untuk menghindari pengambilan

keputusan yang salah akibat fake signal, maka garis MA harus

dibantu dengan garis MA lain yang intervalnya lebih lama untuk

membuat suatu titik konfirmasi. Misalnya, garis MA5 perlu dibantu

dengan garis MA lain yang tidak terlalu sensitif dengan pergerakan

harga, misalnya MA20. Titik konfirmasi diperoleh ketika garis MA20

memotong garis MA5 dari bawah atau atas garis. Berikut adalah

contoh grafik yang menyajikan penggunaan double MA:

Gambar 6: Double MA

38

Gambar 5. Fake Signal Juni 2019

Penggunaan dua jenis garis MA (double MA)

Pengambilan keputusan terkait kapan memulai dan mengakhiri operasi pasar

bisa sangat sulit karena volatilitas harga selalu memunculkan banyak fake signal.

Untuk menghindari pengambilan keputusan yang salah akibat fake signal, maka garis

MA harus dibantu dengan garis MA lain yang intervalnya lebih lama untuk membuat

suatu titik konfirmasi. Misalnya, garis MA5 perlu dibantu dengan garis MA lain yang

tidak terlalu sensitif dengan pergerakan harga, misalnya MA20. Titik konfirmasi

diperoleh ketika garis MA20 memotong garis MA5 dari bawah atau atas garis.

Berikut adalah contoh grafik yang menyajikan penggunaan double MA:

Gambar 6: Double MA

Setelah melewati titik konfirmasi (cross MA5&20) pada tanggal 6

Maret 2018, Pemerintah memutuskan untuk melakukan operasi pasar

beras dengan target garis harga beras berada di bawah garis MA5.

Bullish tersebut berlanjut hingga tanggal 18 Maret. Pada tanggal

19 Maret 2018 terdapat sinyal bearish yang segera berganti menjadi

sinyal bullish pada tanggal 21 Maret 2018. Pergantian sinyal yang

terlalu cepat akan membingungkan untuk pengambilan keputusan

kapan menghentikan operasi pasar. Oleh karena itu, diperlukan

garis MA20 untuk menghilangkan sensitivitas garis MA5 terhadap

harga. Cara penggunaannya adalah mencari titik potong (cross)

antara MA5 dan MA20 untuk dijadikan titik konfirmasi penghentian

operasi pasar, yang pada grafik di atas terjadi di tanggal 29 Maret

2018 saat harga beras mencapai Rp8.850.

Untuk memberikan gambaran lebih banyak penggunaan

double MA5&20, berikut adalah grafik penggunaannya dalam

rentang waktu setahun:

Gambar 7. Double MA (5 dan 20)

39

Setelah melewati titik konfirmasi (cross MA5&20) pada tanggal 6 Maret

2018, Pemerintah memutuskan untuk melakukan operasi pasar beras dengan target

garis harga beras berada di bawah garis MA5. Bullish tersebut berlanjut hingga

tanggal 18 Maret. Pada tanggal 19 Maret 2018 terdapat sinyal bearish yang segera

berganti menjadi sinyal bullish pada tanggal 21 Maret 2018. Pergantian sinyal yang

terlalu cepat akan membingungkan untuk pengambilan keputusan kapan

menghentikan operasi pasar. Oleh karena itu, diperlukan garis MA20 untuk

menghilangkan sensitivitas garis MA5 terhadap harga. Cara penggunaannya adalah

mencari titik potong (cross) antara MA5 dan MA20 untuk dijadikan titik konfirmasi

penghentian operasi pasar, yang pada grafik di atas terjadi di tanggal 29 Maret 2018

saat harga beras mencapai Rp8.850.

Untuk memberikan gambaran lebih banyak penggunaan double MA5&20,

berikut adalah grafik penggunaannya dalam rentang waktu setahun:

Gambar 7. Double MA (5 dan 20)

Dari Gambar 7, kondisi fake signal seperti tanggal 18-28 Maret

2018, terjadi pula pada tanggal 7-21 Mei 2018, di mana terdapat

banyak MA5 cross. Penggunaan double MA akan sangat membantu

menemukan titik konfirmasi atau titik keyakinan apakah suatu sinyal

bullish dan bearish yang diberikan garis MA5 dapat berlanjut dari

bullish/bearish jangka pendek menjadi jangka menengah.

Contoh fungsi lain dari double MA method adalah penggunaan

MA20 dan MA90 untuk menentukan apakah bullish/bearish jangka

menengah dapat menjadi bullish/bearish jangka panjang. Berikut

grafik double MA (20&90):

Gambar 8. Double MA (20 dan 90), April-September 2018

40

Dari Gambar 7, kondisi fake signal seperti tanggal 18-28 Maret 2018, terjadi

pula pada tanggal 7-21 Mei 2018, di mana terdapat banyak MA5 cross. Penggunaan

double MA akan sangat membantu menemukan titik konfirmasi atau titik keyakinan

apakah suatu sinyal bullish dan bearish yang diberikan garis MA5 dapat berlanjut

dari bullish/bearish jangka pendek menjadi jangka menengah.

Contoh fungsi lain dari double MA method adalah penggunaan MA20 dan

MA90 untuk menentukan apakah bullish/bearish jangka menengah dapat menjadi

bullish/bearish jangka panjang. Berikut grafik double MA (20&90):

Gambar 8. Double MA (20 dan 90), April-September 2018

Pada bulan Mei 2018, garis MA20 memberikan dua kali fake signal bullish,

yaitu pada tanggal 9 Mei dan 16 Mei 2018, namun sinyal tersebut tidak berlanjut ke

jangka panjang karena pada tanggal 28 Mei 2018 terjadi sinyal bearish yang

berlanjut menjadi trend bearish hingga harga mencapai titik terendah selama tahun

2018 yaitu Rp8.225 (7-9 Juli). Fake signal bullish juga muncul lagi pada tanggal

18 Juni dan 12 Juli, karena tidak berlanjut menjadi trend bullish. Pada saat-saat

terjadinya fake bullish, keputusan untuk melakukan operasi pasar berpotensi

merugikan pemerintah karena beras dijual dengan harga yang lebih murah padahal

Pada bulan Mei 2018, garis MA20 memberikan dua kali fake

signal bullish, yaitu pada tanggal 9 Mei dan 16 Mei 2018, namun

sinyal tersebut tidak berlanjut ke jangka panjang karena pada

tanggal 28 Mei 2018 terjadi sinyal bearish yang berlanjut menjadi

trend bearish hingga harga mencapai titik terendah selama tahun

2018 yaitu Rp8.225 (7-9 Juli). Fake signal bullish juga muncul lagi

pada tanggal 18 Juni dan 12 Juli, karena tidak berlanjut menjadi

trend bullish. Pada saat-saat terjadinya fake bullish, keputusan

untuk melakukan operasi pasar berpotensi merugikan pemerintah

karena beras dijual dengan harga yang lebih murah padahal tidak

terjadi kenaikan harga dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201918

Page 19: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

itu, butuh suatu titik konfirmasi apakah bullish jangka panjang akan

terjadi dan operasi pasar bisa dilaksanakan.

MA20 kemudian menunjukkan sinyal bullish pada tanggal 16 Juli

2018 yang kemudian menjadi trend bullish jangka menengah, yaitu

saat garis MA20 memotong garis MA90 dari bawah pada tanggal 9

Agustus 2018. Dalam trend bullish jangka panjang tersebut, harga

naik dari Rp8.700 (tanggal 16/7/2018) menjadi Rp9.225 (16/11/2018)

atau naik sebesar 6% sejak titik konfirmasi tanggal 9 Agustus 2018.

Pemerintah perlu menunggu suatu titik konfirmasi (cross MA20&90),

yaitu pada tanggal 9 Agustus 2018 untuk memulai operasi pasar.

Untuk memberikan gambaran lebih banyak penggunaan

double MA20&90, berikut adalah grafik penggunaannya dalam

rentang waktu setahun:

Gambar 9. Double MA (20 dan 90), Januari – Desember 2018

41

tidak terjadi kenaikan harga dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, butuh

suatu titik konfirmasi apakah bullish jangka panjang akan terjadi dan operasi pasar

bisa dilaksanakan.

MA20 kemudian menunjukkan sinyal bullish pada tanggal 16 Juli 2018 yang

kemudian menjadi trend bullish jangka menengah, yaitu saat garis MA20 memotong

garis MA90 dari bawah pada tanggal 9 Agustus 2018. Dalam trend bullish jangka

panjang tersebut, harga naik dari Rp8.700 (tanggal 16/7/2018) menjadi Rp9.225

(16/11/2018) atau naik sebesar 6% sejak titik konfirmasi tanggal 9 Agustus 2018.

Pemerintah perlu menunggu suatu titik konfirmasi (cross MA20&90), yaitu pada

tanggal 9 Agustus 2018 untuk memulai operasi pasar.

Untuk memberikan gambaran lebih banyak penggunaan double MA20&90,

berikut adalah grafik penggunaannya dalam rentang waktu setahun:

Gambar 9. Double MA (20 dan 90), Januari – Desember 2018

Harga Normal

Garis MA dalam Gambar 1-9 sebenarnya menunjukkan suatu harga normal

karena dihitung berdasarkan harga rata-rata beras di tingkat konsumen yang telah

Harga Normal

Garis MA dalam Gambar 1-9 sebenarnya menunjukkan suatu

harga normal karena dihitung berdasarkan harga rata-rata beras

di tingkat konsumen yang telah berlangsung dalam kurun waktu

tertentu. Misalnya MA5 menunjukkan harga normal beras selama

lima hari, MA20 harga normal selama 20 hari, dan MA90 harga

normal selama 90 hari. Dengan adanya harga normal, lonjakan

harga setelah long-term bearish tidak selalu dianggap sebagai

pemicu operasi pasar karena lonjakan harga tersebut bertujuan

untuk mencapai harga normal. Kejadian ini dapat dilihat melalui

grafik di bawah ini, dengan berfokus pada MA90:

Gambar 10. Harga Normal Beras

42

berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Misalnya MA5 menunjukkan harga normal

beras selama lima hari, MA20 harga normal selama 20 hari, dan MA90 harga normal

selama 90 hari. Dengan adanya harga normal, lonjakan harga setelah long-term

bearish tidak selalu dianggap sebagai pemicu operasi pasar karena lonjakan harga

tersebut bertujuan untuk mencapai harga normal. Kejadian ini dapat dilihat melalui

grafik di bawah ini, dengan berfokus pada MA90:

Gambar 10. Harga Normal Beras

Pada tanggal 26 Maret-23 April terjadi bearish yang sangat curam karena

harga jatuh sebanyak 9,92%. Setelah bearish tersebut, dalam jangka waktu dua

bulan (23 April-21 Mei), terjadi dua kali lonjakan harga yaitu 4,27% dan 4,76%. Jika

digunakan sudut pandang garis MA90, kenaikan tersebut tidak perlu dikhawatirkan

dan dijadikan pemicu operasi pasar karena harga sedang menuju keadaan normal

setelah terjadi long-term bearish. Hal yang sama juga terjadi pada keadaan tanggal

9 Juli-1 Agustus, dimana harga naik sebanyak 3,65%. Kenaikan tersebut tidak perlu

meresahkan dan menjadi pemicu operasi pasar karena harga sedang menuju

keadaan normal menurut sudut pandang MA90.

Pada tanggal 26 Maret-23 April terjadi bearish yang sangat

curam karena harga jatuh sebanyak 9,92%. Setelah bearish

tersebut, dalam jangka waktu dua bulan (23 April-21 Mei), terjadi dua

kali lonjakan harga yaitu 4,27% dan 4,76%. Jika digunakan sudut

pandang garis MA90, kenaikan tersebut tidak perlu dikhawatirkan

dan dijadikan pemicu operasi pasar karena harga sedang menuju

keadaan normal setelah terjadi long-term bearish. Hal yang sama

juga terjadi pada keadaan tanggal 9 Juli-1 Agustus, dimana harga

naik sebanyak 3,65%. Kenaikan tersebut tidak perlu meresahkan

dan menjadi pemicu operasi pasar karena harga sedang menuju

keadaan normal menurut sudut pandang MA90.

Long-term bearish adalah pergerakan harga yang tidak normal

dan tentu saja tidak menguntungkan produsen dan pedagang,

sehingga kenaikan harga setelah terjadinya Long-term bearish

harus dipandang sebagai upaya mencapai keadaan normal. Dalam

kondisi inilah garis MA berfungsi memberikan standar kuantitatif

mengenai keadaan yang disebut normal, yang memberi keuntungan

pada produsen, pedagang dan konsumen.

Kesimpulan

1. Pemerintah dapat menggunakan MA sebagai alat analisis untuk

membuat keputusan mengenai kapan saat yang tepat memulai

dan menghentikan operasi pasar beras. Pertama-tama,

Pemerintah perlu menetapkan 3 jenis interval waktu sebagai

batas toleransi pergerakan harga. Jangka pendek berkisar

5-10 hari, jangka menengah 11-20 hari, dan jangka panjang

50-90 hari. Selanjutnya, pemerintah menetapkan kombinasi

garis MA yang akan digunakan dalam analisis double MA untuk

menentukan titik konfirmasi dan menghilangkan sensitifitas

garis MA terhadap volatilitas harga.

2. Jenis MA yang digunakan untuk analisis dapat dirubah sesuai

dengan kebutuhan dan kondisi wilayah yang menjadi lingkup

analisis.

3. Analisis MA memiliki keunggulan yaitu memberikan standar

kuantitatif mengenai keadaan normal suatu harga dalam

periode tertentu.

Keterbatasan Analisis

Penulis tidak mendapatkan data pelaksanaan operasi pasar

beras yang dilakukan oleh Bulog sehingga tidak dapat dianalis

pengaruh operasi pasar terhadap pergerakan harga beras.

Biodata Penulis

Nam : Imran Malik Djunur

Jabatan : Auditor

Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian

Keuangan

Email : [email protected]

Nama : Gandhi Anwar Sani

Jabatan : Auditor

Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian

Keuangan

44

Biodata Penulis Nama : Imran Malik Djunur Jabatan : Auditor Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Email : [email protected] Biodata Penulis Nama : Gandhi Anwar Sani Jabatan : Auditor Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

44

Biodata Penulis Nama : Imran Malik Djunur Jabatan : Auditor Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Email : [email protected] Biodata Penulis Nama : Gandhi Anwar Sani Jabatan : Auditor Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 19

Page 20: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Neraca perdagangan

Indonesia mengalami

defisit di tahun

2018 dan diawal tahun

2019 memberikan

beban yang berat bagi

devisa negara. Nilai

neraca perdagangan

yang defisit

menunjukkan bahwa

nilai barang dan jasa

yang di impor oleh Indonesia lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai barang dan jasa yang

diekspor ke negara lain. Penggunaan devisa untuk pembiayaan

impor tersebut tentu akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap

mata uang asing karena mata uang asing menjadi lebih “dibutuhkan”

untuk membiayai defisit neraca perdagangan sehingga posisi

Rupiah pun menjadi lebih lemah (terdepresiasi). Terdepresiasinya

nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) akan

menyebabkan biaya impor meningkat dan pada kasus impor bahan

baku kondisi tersebut akan meningkatkan biaya produksi.

Dampak negatif defisit neraca perdagangan tersebut

perlu menjadi perhatian mengingat bahwa di tahun

2018 Indonesia mengalami defisit neraca

perdagangan yang tinggi karena impor

yang tinggi di sektor migas (Tabel 1). Pada

Januari – Juni 2019, defisit neraca

perdagangan bahkan mencapai USD

1.933,9 juta.

Berdasarkan data pada

Tabel 1, defisit dalam perdagangan

migas sebagian besar ditutupi oleh

surplus perdagangan sektor non-migas. Hal ini

memperlihatkan bahwa ekspor non-migas Indonesia

memiliki potensi yang baik dan dapat menjadi alternatif solusi untuk

mengatasi defisit neraca perdagangan Indonesia. Salah satu sektor

non-migas yang berperan penting dalam mengatasi defisit neraca

perdagangan adalah produk pertanian dan turunannya. Peran

penting sektor pertanian tersebut tidak terlepas dari karakteristik

negara Indonesia yang dicirikan sebagai negara agraris. Tulisan ini

mengulas kinerja perdagangan sektor pertanian. Pertanyaan penting

yang ingin dijawab adalah dapatkah sektor pertanian dan produk

turunannya berperan menurunkan defisit neraca perdagangan? Dan

bagaimana daya saing ekspor komoditas pertanian Indonesia?

Sahara & Mutiara Probokawuryan

POTENSI DAYA SAING EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA

DI PASAR GLOBAL

Tabel 1. Neraca Perdagangan Total Indonesia 2014 – 2019 (Juta USD)

NO Uraian 2014 2015 2016 2017 2018Januari-Juni*

2018 2019

I EKSPOR 175.980,0 150.366,3 145.186,2 168.828,2 180.012,7 87.855,6 80.324,3

  - MIGAS 30.018,8 18.574,4 13.105,5 15.744,3 17.171,7 8.446,2 6.110,3

  - Non MIGAS 145.961,2 131.791,9 132.080,8 153.083,9 162.840,9 79.409,4 74.214,0

II IMPOR 178.178,8 142.694,8 135.652,9 156.985,6 188.711,2 89.051,6 82.258,2

  - MIGAS 43.459,9 24.613,2 18.739,3 24.316,0 29.868,4 14.063,6 10.892,0

  - Non MIGAS 134.718,9 118.081,6 116.913,6 132.669,5 158.842,8 74.988,0 71.366,2

III Neraca -2.198,8 7.671,5 9.533,3 11.842,6 -8.698,6 -1.196,0 -1.933,9

  - MIGAS -13.441,1 -6.038,8 -5.633,9 -8.571,7 -12.696,7 -5.617,4 -4.781,7

  - Non MIGAS 11.242,3 13.710,3 15.167,2 20.414,3 3.998,1 4.421,4 2.847,8

Sumber: Kementerian Perdagangan (2019)

TINJAUAN PERDAGANGAN

Sumber : https://www.uihere.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201920

Page 21: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Kinerja Ekspor-Impor Pertanian Indonesia

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di

Indonesia. Berdasarkan data BPS (2019), sektor pertanian masih

menjadi sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi di Indonesia

(sebesar 30,46% di Februari 2018 dan 29,46% di Februari 2019). Selain

itu, Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian meningkat tajam dan telah

menjadi PDB pertanian urutan ke-5 dunia (Detik Finance, 2019). PDB

pertanian Indonesia terus mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 900

triliun di tahun 2013 menjadi Rp. 1.460 triliun di tahun 2018. Dengan

kenaikan PDB pertanian tersebut, Indonesia menduduki peringkat lima

dunia dari 222 negara lainnya (Tagar.id, 2019).

Kinerja perdagangan dari sektor pertanian disajikan pada

Tabel 2. Sebagai catatan, sektor pertanian yang dibahas dalam

tulisan ini adalah sektor pertanian dalam arti luas yang meliputi

sub-sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan,

dan peternakan. Berdasarkan Tabel 2, terlihat hanya dua sub-

sektor pertanian yang memiliki neraca perdagangan yang surplus

sepanjang tahun 2012-2017, yaitu sub-sektor perkebunan dan

perikanan. Surplus perdagangan dari sub-sektor perkebunan

cukup besar dengan rata-rata surplus selama 2012 hingga 2017

adalah sebesar USD 25.073,85 juta. Sedangkan, jumlah surplus

perdagangan dari hasil perikanan cukup menjanjikan walaupun

tidak setinggi perkebunan, yakni dengan rata-rata sebesar USD

3.784,5 juta selama periode 2012-2017. Sementara itu, sub-sektor

tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan konsisten mengalami

defisit neraca perdagangan selama tahun 2012-2017. Defisit neraca

perdagangan tertinggi terutama dialami oleh sub-sektor tanaman

pangan yaitu secara rata-rata mengalami defisit sebesar USD

6.969,87 juta selama periode 2012-2017.

Tabel 2. Neraca Perdagangan Sub-sektor Pertanian 2012 – 2017 (Juta USD)

Sub-Sektor 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata

Tanaman Pangan (7624.6) (7333,1) (7606,4) (6577,4) (6356,1) (6321,6) -6969,87

Hortikultura (1117,6) (1095,4) (1121,7) (884,1) (1273,5) (1790,0) -1213,72

Perkebunan 28171,7 25235,1 25631,3 23505,2 21162,5 26737,3 25073,85

Peternakan (2070,6) (2582,2) (3225,7) (2490,8) (2647,7) (2747,5) -2627,42

Hasil Perikanan* 3418,0 3701,0 4225,0 3566,0 3758,0 4039,0 3784,50

Total 20776,9 17925,4 17902,5 17118,9 14643,2 19917,2 18047,35

Sumber: Kementerian Pertanian (2018), diolah; *) Kementerian Kelautan dan Perikanan (2018)

Secara lebih rinci, ekspor komoditas pertanian diperlihatkan pada Tabel 3. Komoditas dengan nilai ekspor tertinggi sepanjang tahun

2014 sampai dengan 2019 adalah lemak dan minyak hewan nabati, dimana produk CPO (crude palm oil), dari sub-sektor perkebunan, ada

di dalam kelompok komoditas tersebut. Pada tahun 2018, ekspor lemak dan minyak hewan nabati Indonesia mencapai USD 20.348,1 juta.

Komoditas perkebunan lain yang produk turunannya memiliki nilai ekspor yang tinggi adalah komoditas karet dan barang dari karet.

Komoditas ini berada pada posisi kedua ekspor non-migas Indonesia dengan nilai ekspor ditahun 2018 mencapai USD 6.380,1 juta.

Produk ikan dan udang yang merupakan bagian dari sub-sektor perikanan menempati peringkat ke lima ekspor non-migas Indonesia yang

mencapai USD 3.219 juta di tahun 2018.

Tabel 3. Perkembangan Ekspor Non-Migas Indonesia (Juta USD)

HS Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 Trend2014-18

Jan-Apr2018 2019

15 Lemak & Minyak Hewan/Nabati 21.059,5 18.658,8 18.233,5 22.966,5 20.348,1 1,40 6.789,6 5.510,740 Karet dan Barang dari Karet 7.100,0 5.913,5 5.664,2 7.740,7 6.380,1 0,56 2.253,5 1.956,944 Kayu, Barang dari Kayu 4.071,1 4.005,8 3.872,4 4.005,1 4.434,2 1,72 1.467,9 1.280,048 Kertas/Karton 3.743,8 3.565,1 3.413,9 3.825,1 4.477,1 4,37 1.464,1 1.438,603 Ikan dan Udang 3.111,9 2.658,6 2.923,7 3.273,3 3.219,0 2,79 1.057,4 1.007,047 Bubur Kayu/Pulp 1.721,5 1.727,8 1.562,8 2.383,6 2.649,5 12,57 889,0 882,809 Kopi, Teh, Rempah-Rempah 1.835,1 2.196,0 1.896,5 1.964,7 1.550,0 -4,39 445,0 473,218 Kakao/Coklat 1.244,5 1.307,8 1.239,6 1.120,3 1.245,8 -1,52 393,1 310,221 Berbagai Makanan Olahan 779,7 844,0 949,0 1.027,1 1.184,9 10,89 393,0 382,219 Olahan dari Tepung 725,5 706,9 814,0 969,4 1.016,3 10,41 316,7 284,008 Buah-Buahan 655,2 776,1 712,0 936,2 825,2 6,71 298,4 256,116 Daging dan Ikan Olahan 1.135,8 945,0 940,4 940,2 1.253,8 1,94 375,8 392,133 Minyak Atsiri, Kosmetik Wangi-Wangian 659,8 637,4 694,7 716,2 779,2 4,59 276,3 252,123 Ampas/Sisa Industri Makanan 771,8 569,1 553,7 604,5 801,7 1,37 243,6 239,142 Barang-Barang dari Kulit 322,2 323,9 358,3 460,2 595,8 17,12 187,9 250,767 Bulu Unggas 315,4 348,0 386,0 441,3 423,3 8,61 142,4 130,304 Susu, Mentega, Telur 221,9 153,0 229,7 316,9 333,8 16,71 107,8 105,020 Olahan dari Buah-Buahan/Sayuran 243,8 282,3 243,5 289,9 249,5 0,73 86,0 77,0

Sumber: Kementerian Perdagangan (2019)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 21

Page 22: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa pada tahun

2012-2017 sub-sektor yang memiliki nilai neraca perdagangan

yang positif adalah sub-sektor perkebunan dan perikanan. Oleh

sebab itu dapat disimpulkan bahwa kedua sub-sektor tersebut

merupakan sub-sektor pertanian yang potensial untuk mendorong

kinerja ekspor non-migas Indonesia. Namun demikian, bagaimana

dengan daya saing sub-sektor perkebunan dan perikanan tersebut

di pasar internasional? Bagian berikut akan membahas daya saing

komoditas perkebunan dan perikanan di pasar internasional.

Daya Saing Ekspor Perkebunan dan Perikanan Indonesia

Secara teori daya saing dapat diukur melalui beberapa

metode, diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage

(RCA) dan Export Dynamic Product (EPD). RCA merupakan salah

satu indikator keunggulan komparatif suatu produk di pasar dunia,

dimana jika hasil RCA lebih dari satu maka produk tersebut memiliki

daya saing. RCA dihitung dari rasio antara pangsa pasar dari

sebuah produk suatu negara di dalam pasar dunia, dengan pangsa

ekspor dari suatu negara terhadap total ekspor dunia. Sedangkan,

EPD digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi daya saing

suatu produk serta untuk mengetahui apakah suatu produk dalam

performa yang dinamis atau tidak. Dalam EPD terdapat matriks

posisi daya saing seperti dalam Tabel 4, bahwa ada empat posisi

yaitu Rising Star, Lost Opportunity, Falling Star, dan Retreat.

Tabel 4. Posisi Daya Saing dalam EPD

Share of Country’s Export in World Trade

Share of Product in World Trade

Rising (Dynamic) Falling (Stagnant)

Rising (Competitive) Rising Star Falling Star

Falling (Non-competitive) Lost Opportunity Retreat

Sumber: Hasibuan, Nurmalina, dan Wahyudi (2012)

Share of Country’s Export in World Trade dapat diartikan

sebagai kekuatan bisnis dan Share of Product in World Trade adalah

daya tarik pasar dari suatu produk. Jika dijelaskan dalam gambar,

maka kekuatan bisnis ada pada sumbu Y dan daya tarik pasar ada

pada sumbu X (Gambar 1).

Gambar 1. Posisi Daya Saing EPD dalam Kuadran Grafik

Sumber: Hasibuan, Nurmalina, dan Wahyudi (2012)

Posisi yang diharapkan berada pada posisi Rising Star dimana

produk tersebut berdaya saing karena memiliki kekuatan bisnis dan

daya tarik pasar yang baik. Rising star juga menggambarkan posisi

pasar tertinggi atau dapat dikatakan pasar yang paling ideal. Lost

opportunity adalah kondisi dimana pasar mengalami penurunan daya

saing sehingga produk yang dihasilkan di suatu negara kehilangan

kesempatan untuk menjangkau ekspor di pasar internasional. Falling

star mirip dengan Lost opportunity, merupakan kondisi yang tidak

diharapkan oleh suatu negara. Namun kondisi falling star tidak

seburuk kondisi Lost opportunity karena pada kondisi ini masih

terdapat peningkatan pangsa pasar meskipun tidak terjadi untuk

produk barang yang dinamis. Lalu, kondisi Retreat adalah keberadaan

dimana suatu produk tidak lagi diinginkan oleh pasar.

Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya,

perkebunan dan perikanan adalah sub-sektor pertanian potensial

dalam mendorong ekspor nasional. Udang merupakan salah satu

produk unggulan ekspor dari sub-sektor perikanan (Ashari, Sahara, dan

Hartoyo, 2016). Sementara kopi, kakao, dan CPO merupakan unggulan

dari sub-sektor perkebunan (LPEI dan ITAPS- FEM IPB, 2018).

Tabel 5. Hasil RCA Udang Segar dan Udang Beku Indonesia, 2005 – 2014

Tahun Udang Segar Udang BekuIndonesia Thailand Indonesia China Thailand India Vietnam

2005 1,88 10,84 15,15 0,14 17,06 9,07 28,73

2006 1,95 8,27 18,08 0,08 19,42 6,32 23,182007 3,03 5,29 17,01 0,04 18,30 5,40 22,532008 3,33 7,56 19,18 0,03 20,83 4,55 18,892009 1,59 3,74 13,51 0,19 19,99 4,04 13,622010 1,53 0,47 13,62 0,22 21,79 6,96 14,372011 1,32 1,14 16,35 0,16 17,90 8,21 11,762012 0,91 11,12 20,29 0,11 14,28 9,97 10,582013 2,18 4,40 23,18 0,05 8,64 15,00 9,682014 5,34 1,89 26,51 0,03 5,72 14,13 9,71

Sumber: Ashari, Sahara, Hartoyo (2016)

Berdasarkan hasil penelitian Ashari, Sahara, dan Hartoyo

(2016), komoditas udang segar dan udang beku Indonesia memiliki

daya saing tinggi di pasar internasional yang ditunjukkan oleh

Sumber : https://www.merdeka.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201922

Page 23: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

nilai RCA > 1. Pada tahun 2005 – 2014 (Tabel 5) nilai RCA udang

segar Indonesia meningkat dari 1,88 di 2005 menjadi 5,34 di 2014,

walaupun masih fluktuaktif bahkan sempat turun menjadi 0,91 di

tahun 2012. Sedangkan, RCA udang segar Thailand dimulai dengan

daya saing kuat di nilai 10,84 tahun 2005 namun terus berfluktuasi

dan akhirnya turun drastis di tahun 2014 dengan nilai RCA 1,89.

Secara rata-rata, nilai RCA udang segar Thailand memang lebih

tinggi dari Indonesia, namun tren penurunan RCA udang segar

Thailand merupakan peluang baik bagi Indonesia untuk dapat

mengisi pasar udang segar internasional.

Kondisi serupa juga terjadi pada udang beku Indonesia,

dimana udang beku Indonesia memiliki nilai RCA > 1 dan cenderung

naik dari tahun 2012 (sebesar 15,51) hingga 2014 (sebesar 26,51).

Sementara itu di negara pesaing, RCA udang beku China di bawah

satu yang berarti tidak memiliki daya saing. Adapun RCA udang

beku Thailand dan Vietnam bernilai tinggi dan jauh di atas satu,

namun nilai RCA tersebut cenderung turun selama 2005 – 2014.

Hanya RCA udang beku India yang mengalami kenaikan namun

masih lebih kecil dibandingkan RCA Indonesia. Hal ini menunjukkan

bahwa Indonesia masih memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan

daya saing dan menjadi eksportir utama udang beku di pasar global.

Berdasarkan hasil analisis EPD (Gambar 2), udang Indonesia

merupakan rising star produk di negara Kanada, Norwegia,

Rusia, Swiss, dan Ukraina. Udang Indonesia kehilangan pasar

(lost opportunity) di negara Amerika Serikat, Kazakhstan, Mesir,

Hungaria, dan Filipina. Untuk tuna, Indonesia berhasil mendapatkan

posisi rising star di beberapa negara tujuan ekspor yaitu Swiss,

Ukraina, USA, Bahrain, Kanda, Ekuador, Lebanon, Meksiko, Papua

Nugini, Filipina, dan Rusia. Sedangkan kondisi lost opportunity

tuna Indonesia ada di pasar Bulgaria, Kroasia, Timor Leste, Mesir,

Portugal, dan Yaman.

53

(a) Udang (b) Tuna

Gambar 2. Posisi Udang dan Tuna Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor

Sumber: LPEI-ITAPS FEM IPB (2018)

Bagaimana dengan komoditas perkebunan, di negara mana saja produk

tersebut memiliki daya saing? Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh LPEI

dan IPTAS-FEM-IPB (2018) dengan menggunakan analisis EPD, terlihat bahwa

komoditas kopi, kakao, dan CPO Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di

beberapa negara tujuan ekspor. Pada komoditas kopi, Indonesia memiliki posisi

rising star di negara Bulgaria, Kanada, Ceko, Estonia, Filipina, Polandia dan Rusia.

Komoditas kakao memiliki posisi rising star di negara Mesir, Uni Emirat Arab,

Meksiko, Pakistan, Uruguay, Yaman, Myanmar, Maroko, Kamboja, dan Swiss.

Sementara itu, komoditas CPO memiliki posisi rising star di Maroko dan Pakistan.

Gambar 2. Posisi Udang dan Tuna Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor

Sumber: LPEI-ITAPS FEM IPB (2018)

Bagaimana dengan komoditas perkebunan, di negara mana

saja produk tersebut memiliki daya saing? Berdasarkan hasil

penelitian yang dilakukan oleh LPEI dan IPTAS-FEM-IPB (2018)

dengan menggunakan analisis EPD, terlihat bahwa komoditas

kopi, kakao, dan CPO Indonesia memiliki daya saing yang tinggi

di beberapa negara tujuan ekspor. Pada komoditas kopi, Indonesia

memiliki posisi rising star di negara Bulgaria, Kanada, Ceko, Estonia,

Filipina, Polandia dan Rusia. Komoditas kakao memiliki posisi rising

star di negara Mesir, Uni Emirat Arab, Meksiko, Pakistan, Uruguay,

Yaman, Myanmar, Maroko, Kamboja, dan Swiss. Sementara itu,

komoditas CPO memiliki posisi rising star di Maroko dan Pakistan.

54

(a) Kopi (b) Kakao (c) CPO

Gambar 3. Posisi Kopi, Kakao, dan CPO Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor Sumber: LPEI-ITAPS FEM IPB (2018)

Faktor Penentu Daya Saing Ekspor Produk Pertanian Indonesia:

Penelitian terkait faktor-faktor yang menentukan kinerja ekspor pertanian

telah cukup banyak dilakukan oleh beberapa peneliti (Amoro dan Shen, 2013;

Bonansi, 2014; Tesfaye, 2014). Untuk kasus di Indonesia, Daryanto dan Sahara

(2016) menemukan hasil bahwa faktor kualitas logistik, hambatan perdagangan tarif,

dan hambatan perdagangan non-tarif merupakan tiga faktor penentu utama yang

akan mempengaruhi kinerja ekspor pertanian. Bagian berikut menguraikan

pentingnya kualitas logistik terhadap kinerja ekspor perdagangan Indonesia.

Kualitas logistik dan tarif

Kualitas logistik menjadi salah satu faktor penentu dalam perdagangan

internasional, termasuk dalam ekspor dan impor di sektor pertanian. Stephenson

dalam World Economic Forum tahun 2012 menyatakan bahwa ada korelasi antara

keterbukaan di pasar jasa dengan semakin baiknya kualitas dalam distribusi dan

logistik.

Hasil penelitian Daryanto dan Sahara (2016) menunjukkan bahwa kinerja

logistik berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia. Dengan

Gambar 3. Posisi Kopi, Kakao, dan CPO Indonesia di Pasar

Tujuan Ekspor

Sumber: LPEI-ITAPS FEM IPB (2018)

Faktor Penentu Daya Saing Ekspor Produk Pertanian

Indonesia:

Penelitian terkait faktor-faktor yang menentukan kinerja ekspor

pertanian telah cukup banyak dilakukan oleh beberapa peneliti

(Amoro dan Shen, 2013; Bonansi, 2014; Tesfaye, 2014). Untuk kasus

di Indonesia, Daryanto dan Sahara (2016) menemukan hasil bahwa

faktor kualitas logistik, hambatan perdagangan tarif, dan hambatan

perdagangan non-tarif merupakan tiga faktor penentu utama yang

akan mempengaruhi kinerja ekspor pertanian. Bagian berikut

menguraikan pentingnya kualitas logistik terhadap kinerja ekspor

perdagangan Indonesia.

Kualitas logistik dan tarif

Kualitas logistik menjadi salah satu faktor penentu dalam

perdagangan internasional, termasuk dalam ekspor dan impor di

sektor pertanian. Stephenson dalam World Economic Forum tahun

2012 menyatakan bahwa ada korelasi antara keterbukaan di pasar

jasa dengan semakin baiknya kualitas dalam distribusi dan logistik.

Hasil penelitian Daryanto dan Sahara (2016) menunjukkan

bahwa kinerja logistik berpengaruh signifikan terhadap kinerja

ekspor Indonesia. Dengan menggunakan data panel (21 negara

tujuan ekspor dengan periode data 2005-2013) terlihat bahwa

pendapatan nasional (GDP) negara tujuan ekspor, tarif impor, dan

kinerja logistik yang diukur melalui Logistics Performance Index

(LPI) menentukan kinerja ekspor komoditas pertanian Indonesia

ke negara tujuan. Peningkatan 1% dari GDP negara tujuan ekspor

akan meningkatkan nilai ekspor pertanian Indonesia sebesar 0,3%.

Penurunan tarif ekspor sebesar 10% dapat meningkatkan nilai

ekspor pertanian Indonesia sebesar 0,04%. Kenaikan skor LPI

sebesar 1 poin menandakan adanya perbaikan kinerja logistik akan

mendorong ekspor pertanian nasional sebesar 36%.

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 23

Page 24: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Hambatan Perdagangan (Non-Tarif)

Selain faktor kualitas logistik dan tariff, Non-Tariff Measures

(NTMs) juga menentukan kinerja ekspor sektor pertanian. Dewasa ini,

hambatan perdagangan yang diterapkan oleh negara-negara di dunia

tidak hanya berupa hambatan tarif, tetapi juga non-tarif atau disebut

NTMs. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa hambatan NTMs lebih

banyak diterapkan, terutama perdagangan produk pertanian.

55

menggunakan data panel (21 negara tujuan ekspor dengan periode data 2005-2013)

terlihat bahwa pendapatan nasional (GDP) negara tujuan ekspor, tarif impor, dan

kinerja logistik yang diukur melalui Logistics Performance Index (LPI) menentukan

kinerja ekspor komoditas pertanian Indonesia ke negara tujuan. Peningkatan 1% dari

GDP negara tujuan ekspor akan meningkatkan nilai ekspor pertanian Indonesia

sebesar 0,3%. Penurunan tarif ekspor sebesar 10% dapat meningkatkan nilai ekspor

pertanian Indonesia sebesar 0,04%. Kenaikan skor LPI sebesar 1 poin menandakan

adanya perbaikan kinerja logistik akan mendorong ekspor pertanian nasional

sebesar 36%.

Hambatan Perdagangan (Non-Tarif)

Selain faktor kualitas logistik dan tariff, Non-Tariff Measures (NTMs) juga

menentukan kinerja ekspor sektor pertanian. Dewasa ini, hambatan perdagangan

yang diterapkan oleh negara-negara di dunia tidak hanya berupa hambatan tarif,

tetapi juga non-tarif atau disebut NTMs. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa

hambatan NTMs lebih banyak diterapkan, terutama perdagangan produk pertanian.

Gambar 4. Perbandingan Hambatan Tarif dan Non Tarif di High Income, Middle Income, dan Low Income Sumber: UNCTAD (2016)

Gambar 4. Perbandingan Hambatan Tarif dan Non Tarif di High

Income, Middle Income, dan Low Income

Sumber: UNCTAD (2016)

Jika dilihat lebih detil dalam perdagangan pertanian, seperti

pada perdagangan kertas, rotan, karet, CPO, dan perikanan,

ternyata paling tinggi penerapan NTMs ada pada perdagangan

hasil perikanan kemudian diikuti dengan CPO (Widyastutik et al,

2019) . Padahal, CPO adalah produk pertanian unggulan yang

menyumbang nilai ekspor tertinggi bagi Indonesia. Tiga tipe NTMs

yang paling banyak di diterapkan di negara di Kawasan APEC

untuk produk sawit (WITS, 2019) adalah tipe A630 (Food and feed

processing) dan A310 (Labelling requirements) dan A420 (Hygienic

practices during production).

Kesimpulan dan Implikasi

Peningkatkan kinerja ekspor diperlukan terutama untuk mengatasi

defisit neraca perdagangan Indonesia yang semakin meningkat

selama tahun 2018 dan 2019. Berdasarkan analisis yang telah

diuraikan di atas, sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan

dan perikanan berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekspor sektor

pertanian Indonesia. Pada sub-sektor perkebunan, komoditas CPO

dan produk turunannya, kakao dan kopi dapat diandalkan sebagai

komoditas ekspor utama. Adapun di sub-sektor perikanan, komoditas

udang dan ikan tuna merupakan komoditas yang ekspornya dapat

diandalkan untuk menutupi defisit neraca perdagangan.

Ada dua strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan

ekspor yaitu peningkatan daya saing dan membuka pasar baru di

negara yang potensial. Berdasarkan hasil analisis, komoditas CPO,

kakao, kopi, tuna dan udang memiliki daya saing yang baik. Adapun

negara-negara yang potensial untuk dijadikan sebagai tujuan

ekspor adalah: Bulgaria, Kanada, Ceko, Estonia, Filipina, Polandia

dan Rusia (komoditas kopi), Mesir, Uni Emirat Arab, Meksiko,

Pakistan, Uruguay, Yaman, Myanmar, Maroko, Kamboja, Swiss

(kakao); sementara Maroko dan Pakistan untuk komoditas CPO.

Pada komoditas udang negara yang berpotensi dijadikan sebagai

tujuan ekspor utama adalah Kanada, Norwegia, Rusia, Swiss, dan

Ukraina, sedangkan komoditas tuna berpotensi untuk diekspor ke

negara Swiss, Ukraina, USA, Bahrain, Kanada, Ekuador, Libanon,

Meksiko, Papua Nugini, Filipina, dan Rusia.

Selain faktor tarif, hambatan NTMs juga penting untuk

diperhatikan dalam upaya peningkatan ekspor Indonesia. Dari sisi

kebijakan bukan tarif, biaya logistik dan NTMs sangat mempengaruhi

kinerja ekspor sehingga kebijakan terkait perbaikan kualitas

logistik dan juga fasilitasi perdagangan perlu dilakukan. Sebagai

contoh adalah pembangunan infrastruktur agar dapat menurunkan

dwelling time di pelabuhan; peningkatan pengetahuan di antara

produsen, pedagang, dan pejabat di lembaga terkait di negara-

negara berkembang tentang persyaratan untuk ekspor dan cara

untuk memenuhi persyaratan tersebut; tata kelola perkebunanan

yang ramah lingkungan; peningkatan harmonisasi internasional

dalam persyaratan, standar nasional, dan regional; serta diplomasi

perdagangan baik Government to Government (G to G); business to

business (B to B), maupun pelibatan institusi penelitian. Diplomasi

perdagangan diperlukan terutama untuk membantu Indonesia

dalam merumuskan posisi runding, dimana dalam hal ini, argumen

ilmiahnya dapat didukung dan didasari oleh policy-based research

yang dilakukan oleh institusi penelitian.

Biodata Penulis

Nama : Sahara

Jabatan : Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Instansi : FEM-IPB

Email : [email protected]

Biodata Penulis

Nama : Mutiara Probokawuryan

Jabatan : Dosen Departemen Ilmu Ekonomi

Instans : FEM-IPB

Sumber : https://bisnisukm.com

Biodata Penulis

Nama : Sahara

Jabatan : Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Instansi : FEM-IPB

Email : [email protected]

Nama : Mutiara Probokawuryan

Jabatan : Dosen Departemen Ilmu Ekonomi

Instansi : FEM-IPB

58

Biodata Penulis Nama : Mutiara Probokawuryan Jabatan : Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Instansi : FEM-IPB

57

Myanmar, Maroko, Kamboja, Swiss (kakao); sementara Maroko dan Pakistan untuk

komoditas CPO. Pada komoditas udang negara yang berpotensi dijadikan sebagai

tujuan ekspor utama adalah Kanada, Norwegia, Rusia, Swiss, dan Ukraina,

sedangkan komoditas tuna berpotensi untuk diekspor ke negara Swiss, Ukraina,

USA, Bahrain, Kanada, Ekuador, Libanon, Meksiko, Papua Nugini, Filipina, dan Rusia.

Selain faktor tarif, hambatan NTMs juga penting untuk diperhatikan dalam

upaya peningkatan ekspor Indonesia. Dari sisi kebijakan bukan tarif, biaya logistik

dan NTMs sangat mempengaruhi kinerja ekspor sehingga kebijakan terkait

perbaikan kualitas logistik dan juga fasilitasi perdagangan perlu dilakukan. Sebagai

contoh adalah pembangunan infrastruktur agar dapat menurunkan dwelling time di

pelabuhan; peningkatan pengetahuan di antara produsen, pedagang, dan pejabat di

lembaga terkait di negara-negara berkembang tentang persyaratan untuk ekspor

dan cara untuk memenuhi persyaratan tersebut; tata kelola perkebunanan yang

ramah lingkungan; peningkatan harmonisasi internasional dalam persyaratan,

standar nasional, dan regional; serta diplomasi perdagangan baik Government to

Government (G to G); business to business (B to B), maupun pelibatan institusi

penelitian. Diplomasi perdagangan diperlukan terutama untuk membantu Indonesia

dalam merumuskan posisi runding, dimana dalam hal ini, argumen ilmiahnya dapat

didukung dan didasari oleh policy-based research yang dilakukan oleh institusi

penelitian.

Biodata Penulis Nama : Sahara Jabatan : Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Instansi : FEM-IPB Email : [email protected]

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201924

Page 25: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Kebutuhan konsumsi daging sapi untuk penduduk Indonesia

terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah

penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

pentingnya mendapatkan protein hewani. Laju permintaan daging

sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi

daging sapi lokal dalam negeri. Sehingga saat ini ketersediaan

daging sapi nasional masih mengalami kekurangan, kekurangan

yang terjadi tersebut ditutup melalui impor sapi dari Australia

yang tergolong besar dari total kebutuhan daging sapi nasional.

Perkembangan impor daging sapi bisa di lihat pada Gambar 1.

59

PERBAIKAN PRODUKSI UNTUK PENINGKATAN STOK SAPI LOKAL BERBASIS

TEKNOLOGI MODERN

Rafi Chanssa Ardiannantha

Kebutuhan konsumsi daging sapi untuk penduduk Indonesia terus meningkat

sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran

masyarakat akan pentingnya mendapatkan protein hewani. Laju permintaan daging

sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi lokal

dalam negeri. Sehingga saat ini ketersediaan daging sapi nasional masih mengalami

kekurangan, kekurangan yang terjadi tersebut ditutup melalui impor sapi dari

Australia yang tergolong besar dari total kebutuhan daging sapi nasional.

Perkembangan impor daging sapi bisa di lihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan Volume Daging Sapi Impor dan Sapi dalam Ton

Sumber : Kemendag (2019)

Gambar 1. Perkembangan Volume Daging Sapi Impor dan

Sapi dalam Ton

Sumber : Kemendag (2019)

Pada Oktober 2018, total volume impor sapi senilai 26,33

ribu ton atau naik 58,0% jika dibandingkan volume impor bulan

September yakni sebesar 16,66 ribu ton. Sementara total volume

impor daging sapi pada bulan Oktober 2018 tercatat 14,78 ribu

ton atau turun 1,1% jika dibandingkan volume impor daging sapi

bulan sebelumnya yakni sebesar 14,94 ribu ton. Jika dibandingkan

tahun lalu, volume impor sapi naik 139,5% dimana tercatat volume

impor sapi tahun lalu sebesar 10,99 ribu ton. Sementara total volume

impor daging sapi tercatat naik 58,35% dibanding tahun lalu dimana

tercatat volume impor daging sapi tahun lalu sebesar 9,33 ribu ton

(Kemendag, 2019).

Gambar 2. Statistik Produksi dan Kebutuhan daging sapi

dari tahun 2014-2018

Sumber : Indonesia.go.id (2019)

Tingginya jumlah impor daging sapi yang dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan daging nasional tidak sebanding dengan

produksi sapi dalam negeri sendiri karena peningkatan konsumsi

daging sapi ini tidak diimbangi dengan jumlah p r o d u k s i

daging sapi dalam negeri. Laju peningkatan

konsumsi daging sapi meningkat kurang

Rafi Chanssa Ardiannantha

PERBAIKAN PRODUKSI UNTUK PENINGKATAN STOK SAPI LOKAL BERBASIS TEKNOLOGI MODERN

60

Pada Oktober 2018, total volume impor sapi senilai 26,33 ribu ton atau naik

58,0% jika dibandingkan volume impor bulan September yakni sebesar 16,66 ribu

ton. Sementara total volume impor daging sapi pada bulan Oktober 2018 tercatat

14,78 ribu ton atau turun 1,1% jika dibandingkan volume impor daging sapi bulan

sebelumnya yakni sebesar 14,94 ribu ton. Jika dibandingkan tahun lalu, volume

impor sapi naik 139,5% dimana tercatat volume impor sapi tahun lalu sebesar 10,99

ribu ton. Sementara total volume impor daging sapi tercatat naik 58,35% dibanding

tahun lalu dimana tercatat volume impor daging sapi tahun lalu sebesar 9,33 ribu

ton (Kemendag, 2019).

Gambar 2. Statistik Produksi dan Kebutuhan daging sapi dari tahun 2014-2018

Sumber : Indonesia.go.id (2019)

Tingginya jumlah impor daging sapi yang dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan daging nasional tidak sebanding dengan produksi sapi dalam negeri

sendiri karena peningkatan konsumsi daging sapi ini tidak diimbangi dengan jumlah

produksi daging sapi dalam negeri. Laju peningkatan konsumsi daging sapi

Sumber : https://www.poultryshop.id

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 25

Page 26: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

lebih 4% setiap tahun atau 55,3 ribu ton perbulan, sementara

produksinya hanya sebesar 2% atau 35,8 ribu ton perbulan.

Melalui data diatas dapat dilihat produksi daging sapi lokal

berbanding terbalik dengan kebutuhan daging yang sangat tinggi

tiap tahunnya. Hal inipun dibenarkan melalui data dari Kementerian

Perdagangan dibawah ini (Tabel 1).

Tabel 1. Prognosa Produksi dan Kebutuhan Daging Sapi/Kerbau

(Ribu Ton)

61

meningkat kurang lebih 4% setiap tahun atau 55,3 ribu ton perbulan, sementara

produksinya hanya sebesar 2% atau 35,8 ribu ton perbulan.

Melalui data diatas dapat dilihat produksi daging sapi lokal berbanding

terbalik dengan kebutuhan daging yang sangat tinggi tiap tahunnya. Hal inipun

dibenarkan melalui data dari Kementerian Perdagangan dibawah ini (Tabel 1).

Tabel 1. Prognosa Produksi dan Kebutuhan Daging Sapi/Kerbau (Ribu Ton)

Sumber : Kemendag (2019)

Berdasarkan bahan hasil rapat koordinasi teknis antar instansi pemerintah

yang dikoordinir oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, diperoleh

informasi bahwa berdasarkan prognosa, terjadi defisit sepanjang tahun 2018. Sejak

Januari hingga Desember 2018, tercatat total defisit sebesar 233,1 ribu ton. Tingkat

kebutuhan daging sapi pada bulan Desember sama dengan kebutuhan daging sapi

Sumber : Kemendag (2019)

Berdasarkan bahan hasil rapat koordinasi teknis antar

instansi pemerintah yang dikoordinir oleh Menteri Koordinator

Bidang Perekonomian, diperoleh informasi bahwa berdasarkan

prognosa, terjadi defisit sepanjang tahun 2018. Sejak Januari

hingga Desember 2018, tercatat total defisit sebesar 233,1 ribu ton.

Tingkat kebutuhan daging sapi pada bulan Desember sama dengan

kebutuhan daging sapi pada bulan sebelumnya yakni sebesar 55,3

ribu ton. Ketersediaan diprediksi sebesar 35,8 ribu ton (Kemendag,

2018). Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan, pemerintah telah

melakukan impor sebagai mana diuraikan pada Gambar 1 dan 2.

Jika melihat data tersebut maka seharusnya impor tidak akan terus

naik untuk mengimbangi kebutuhan pada beberapa bulan atau

beberapa tahun ke depan sebagai upaya persiapan mencukupi

pasokan saat ini. Hal diatas sebenarnya sangat memprihatinkan

karena Indonesia sendiri sangat berpotensi mencukupi daging

sapi hanya dengan mengandalkan produksi sapi lokal tanpa harus

banyak mengimpor dari negara lain. Tulisan ini mengulas tentang

kebijakan apa saja yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk produksi

daging sapi dalam negeri? Dapatkah sektor peternakan di Indonesia

menggunakan teknologi modern secara merata? Bagaimana peran

pemerintah untuk mewujudkan hal diatas?.

Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Peningkatan Produksi

Dalam Negeri

Salah satu kebijakan penting yang telah di buat oleh Pemerintah

adalah swasembada daging sapi berbasis sumberdaya domestik,

yang sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2005 sampai 2014.

Kebijakan tersebut bertujuan meningkatkan populasi dan perbaikan

mutu sapi potong yang aman dan tentunya sehat seperti yang di

jelaskan tentang deskripsi program swasembada daging sapi

pada tahun 2005, 2010, dan 2014 (Gambar 3). Melalui program

ini diharapkan ketergantungan atas impor sapi dan impor daging

sapi bisa diperkecil dengan meningkatkan potensi sapi dalam

negeri, yaitu impor sapi dan daging sapi tidak sampai 15% dari total

kebutuhan konsumsi masyarakat.

Melalui program diatas harusnya Indonesia mampu

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, menjaga

kelestarian lingkungan hidup, meningkatkan daya saing, menjamin

usaha ternak lokal, meningkatkan produksi daging sapi lokal dan

mengurangi impor daging sapi. Namun demikian apakah cukup

dengan hanya mengeluarkan kebijakan dengan program tersebut?

Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan

guna mendukung program tersebut, salah satunya adalah Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Ternak

(Tambahan Lembaran Negara Nomor 5391). Undang-undang

tersebut mengatur kegiatan usaha peternakan mulai sektor hulu,

budidaya, dan hilir. Usaha budidaya ternak seringkali harus

menanggung risiko usaha yang besar dengan nilai keuntungan yang

kecil, jika dibandingkan kegiatan usaha di sektor hulu, misalnya

penyediaan sarana produksi, dan sektor hilir.

Sumber : https://surabayaonline.co

Biodata Penulis

Nama : Rafi Chanssa Ardiannantha

Jabatan : Mahasiswa

Instansi : Fakultas Peternakan – Universitas

Brawijaya

Email : [email protected]

65

mesin yang memberi secara otomatis sesuai kebutuhn per ekor sapi. Sedangkan di

Indonesia, peternak cenderung membeli rumput untuk memberi pakan sapi, sistim

ini sangat mahal. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi sapi lokal berbasis

teknologi juga bisa dilakukan dengan mengupgrade atau memodifikasi alat

peternakan dengan menciptakan sebuah aplikasi sistim pakan dan vaksin yang dapat

di atur secara otomatis melalui perangkat android untuk memudahkan para

peternak. Dengan melakukan modernisasi sistim pakan dan vaksin ini, diharapkan ini

dapat meringankan pekerjaan para peternak, sehingga kegiatan produksi dapat lebih

efisien.

Peran Pemerintah

Peran pemerintah diperlukan untuk meningkatkan populasi sapi lokal sebagai

sumber utama daging sapi, melalui (1) pengurangan pemotongan sapi lokal betina

produktif, dan (2) memperluas jangkauan program kawin silang sapi betina lokal

dengan inseminasi buatan. Jika kualitas peternakan sapi dalam negeri meningkat,

maka produksi sapi dalam negeri juga akan meningkat. Selain itu, usaha lain yang

dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi daging sapi lokal adalah dengan

memberikan penyuluhan dan pemahaman tentang teknologi kepada para peternak

sapi lokal serta mengajak peternak sapi lokal maupun para pelaku usaha yang

bekerja di bidang pakan ternak ataupun para masyarakat untuk dapat berperan aktif

dalam usaha peningkatan jumlah produksi sapi dalam negeri.

Biodata Penulis Nama : Rafi Chanssa Ardiannantha Jabatan : Mahasiswa Instansi : Fakultas Peternakan – Universitas Brawijaya Email : [email protected]

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201926

Page 27: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

63

Gambar 3. Deskripsi Program Swasembada Sapi

Sumber: Ashari et al (2012)

Melalui program diatas harusnya Indonesia mampu meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan peternak, menjaga kelestarian lingkungan hidup,

meningkatkan daya saing, menjamin usaha ternak lokal, meningkatkan produksi

daging sapi lokal dan mengurangi impor daging sapi. Namun demikian apakah cukup

dengan hanya mengeluarkan kebijakan dengan program tersebut? Oleh karena itu,

Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan guna mendukung program tersebut,

salah satunya adalah Undang-undang Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan

Ternak (Tambahan Lembaran Negara Nomor 5391). Undang-undang tersebut

Gambar 3. Deskripsi Program Swasembada Sapi

Sumber: Ashari et al (2012)

sesuai kebutuhn per ekor sapi. Sedangkan di Indonesia, peternak

cenderung membeli rumput untuk memberi pakan sapi, sistim ini

sangat mahal. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi sapi lokal

berbasis teknologi juga bisa dilakukan dengan mengupgrade atau

memodifikasi alat peternakan dengan menciptakan sebuah aplikasi

sistim pakan dan vaksin yang dapat di atur secara otomatis melalui

perangkat android untuk memudahkan para peternak. Dengan

melakukan modernisasi sistim pakan dan vaksin ini, diharapkan ini

dapat meringankan pekerjaan para peternak, sehingga kegiatan

produksi dapat lebih efisien.

Peran Pemerintah

Peran pemerintah diperlukan untuk meningkatkan populasi sapi

lokal sebagai sumber utama daging sapi, melalui (1) pengurangan

pemotongan sapi lokal betina produktif, dan (2) memperluas

jangkauan program kawin silang sapi betina lokal dengan inseminasi

buatan. Jika kualitas peternakan sapi dalam negeri meningkat, maka

produksi sapi dalam negeri juga akan meningkat. Selain itu, usaha

lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi daging sapi

lokal adalah dengan memberikan penyuluhan dan pemahaman

tentang teknologi kepada para peternak sapi lokal serta mengajak

peternak sapi lokal maupun para pelaku usaha yang bekerja di

bidang pakan ternak ataupun para masyarakat untuk dapat berperan

aktif dalam usaha peningkatan jumlah produksi sapi dalam negeri.

Penggunaan Teknologi Modern Di Sektor Peternakan Indonesia

Secara Merata

Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki beberapa

peternakan sapi yang modern tetapi itu masih sedikit dan tidak merata

di semua daerah di Indonesia. Jika Indonesia ingin meningkatkan

produksi sapi dalam negeri maka sebaiknya pemerintah melakukan

penyuluhan tentang bagaimana peternakan sapi yang baik dengan

teknologi modern, melakukan pengembangan atau reservasi ke

tiap daerah dan memberi dukungan kepada seluruh peternakan

agar peternakan di Indonesia dapat menggunakan teknologi

modern secara merata khususnya dari segi perkandangan, pakan,

reproduksi atau inseminasi buatan (IB), bibit bahkan sampai limbah

peternakannya. Sebagai contoh kita dapat belajar dari Australia

untuk sistim perkandangan yang menggunakan sistim kandang

terbuka dan kandang kelompok yang tertutup. Australia juga

memisahkan antara kandang sapi yang unggul dan tidak. Berbeda

dengan Indonesia yang rata-rata masih menggunakan kandang

tertutup berisi lima sampai enam sapi. Sistim ini akan memakan

tenaga ekstra karena harus membersihkan kandang setiap hari.

Untuk pemberian pakan di Australia sapi di biarkan menggembala

sendiri jadi mereka bisa makan sesuai kebutuhan mereka, ini sangat

menghemat karena jika rumput akan habis kita hanya tinggal sebar

pupuk maka rumput akan tumbuh kembali dan hanya di saat

waktu tertentu saja sapi di masukan dalam kandang untuk di beri

pakan tambahan, dengan mesin yang memberi secara otomatis

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 27

Page 28: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Era perdagangan bebas

dengan dibentuknya World

Trade Organization (WTO)

di tahun 1995 sebagai upaya untuk

mempermudah dan memperlancar

arus barang dan jasa dalam

sistim perdagangan multilateral.

Namun kini, niatan itu justru mulai

didistorsi oleh berbagai hambatan

perdagangan yang justru dilakukan

oleh sejumlah negara maju (dan

besar) yang awalnya adalah pelopor

perdagangan bebas. Perang

dagang antara Amerika Serikat dan

China adalah bentuk pengingkaran

tujuan dari WTO dan merendahkan

secara ekonomi pada lembaga

multilateral tersebut.

Perang dagang antara

Amerika Serikat vs China telah

mulai memasuki babak baru.

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengeluarkan

kebijakan proteksionisme dapat memicu ketegangan perdagangan

diantara kedua negara raksasa tersebut. Di satu sisi, perekonomian

China tumbuh dengan cepat dan pesat seiring dengan adanya

efek globalisasi perdagangan, yang menyebabkan keterikatan

perekonomian antara Amerika Serikat dan China semakin terkait

satu sama lainnya. Ikatan keduanya sangat menguntungkan

bagi tumbuhnya perekonomian dunia, namun di sisi lain adanya

gangguan hubungan dagang dan politik juga bisa menyebabkan

ketegangan. Ketegangan terjadi karena beberapa kebijakan

ekonomi dan perdagangan China dituduh bersifat proteksionis,

mengarah ketidakadilan dalam perdagangan bilateral ini dan

merusak kondisi perekonomian di Amerika Serikat. Kondisi

perdagangan yang dilakukan dengan China, membuat China

terus menerus mengalami surplus dan meraup keuntungan yang

lebih besar dari Amerika Serikat (Morrison, 2018). Tidak hanya

itu, Amerika Serikat menuduh China melakukan pencurian hak

kekayaan intelektual dan pemaksaan pengalihan teknologi milik

Amerika Serikat yang terjadi di China. Hal ini dimungkinkan karena

adanya kekhawatiran perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat

yang menghadapi praktik dagang yang dirasa tidak adil oleh China

untuk menyukseskan tujuan dari kebijakan Made in China 2015.

Kebijakan tersebut bertujuan untuk menjadikan China sebagai basis

produksi utama dunia khususnya dalam manufaktur berbasis sains

dan teknologi. Pencurian hak kekayaan intelektual ini menyebabkan

Amerika Serikat mengalami kerugian yang tidak sedikit setiap

tahunnya (Munawaroh, 2019).

Presiden Trump menerapkan kebijakan yang mengarah ke

proteksionisme untuk perekonomian Amerika Serikat yang saat

itu (2018) sedang mengalami defisit terbesar dari tahun tahun

sebelumnya, karena tidak ingin Amerika Serikat kehilangan predikat

sebagai negara adidaya. Presiden Trump memberlakukan kebijakan

Reninta Dewi Nugraheni & Zamroni Salim

PRODUK INDONESIA DALAM PUSARAN PERANG DAGANG

AMERIKA SERIKAT DAN CHINA

Sumber : https://money.kompas.com/

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201928

Page 29: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

pengenaan tarif impor sebesar USD 50-USD 60 miliar untuk sejumlah

produk China. Langkah protektif lainnya pada tanggal 8 Maret 2018,

Presiden Trump mengumumkan pemberlakuan tarif tambahan pada

barang impor dari China yaitu baja sebesar 25% dan aluminium

sebesar 10%. Chinapun tidak tinggal diam, dan membalas kebijakan

Amerika Serikat dengan mengumumkan kenaikan tarif dari 15%

menjadi 25% pada berbagai produk yang berasal dari Amerika

Serikat dan berencana melaporkan tindakan Amerika Serikat ini ke

WTO. Hal inilah yang menjadi pemicu perang dagang kedua negara

raksasa tersebut. Tindakan seperti ini tentu merugikan kepentingan

kedua negara sekaligus merugikan kepentingan seluruh dunia,

karena kedua negara tersebut mempunyai keterkaitan ekonomi

(economic linkages) dengan hampir semua negara di dunia.

Gambar 1 dan Gambar 2 menjelaskan bahwa dampak perang

dagang yang dialami oleh pelaku utama yaitu China dan Amerika

Serikat mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi dan permintaan

domestik (private consumption). Pertumbuhan ekonomi Amerika

Serikat mengalami kontraksi dari 2,7% di tahun 2018 menjadi 2,4%

di tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi China melambat dari 6,5% di

tahun 2018 dan mengalami koreksi pertumbuhan menjadi 6,3 % di

tahun 2019 ini. Kontraksi ekonomi China akibat perang dagang juga

berdampak pada meningkatnya inflasi di kedua negara tersebut.

68

Gambar 1 dan Gambar 2 menjelaskan bahwa dampak perang dagang yang

dialami oleh pelaku utama yaitu China dan Amerika Serikat mengalami kontraksi

pertumbuhan ekonomi dan permintaan domestik (private consumption).

Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi dari 2,7% di tahun

2018 menjadi 2,4% di tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi China melambat dari 6,5%

di tahun 2018 dan mengalami koreksi pertumbuhan menjadi 6,3 % di tahun 2019 ini.

Kontraksi ekonomi China akibat perang dagang juga berdampak pada meningkatnya

inflasi di kedua negara tersebut.

Gambar 1. Dampak Perang Dagang pada Perekonomian Amerika Serikat

Sumber: FocusEconomic Forecast (2018)

Gambar 1. Dampak Perang Dagang pada Perekonomian Amerika Serikat

Sumber: FocusEconomic Forecast (2018)

69

Gambar 2. Dampak Perang Dagang pada Perekonomian China

Sumber: FocusEconomic Forecast (2018)

Langkah yang ditempuh oleh China untuk menghadapi Amerika Serikat

adalah membiarkan mata uang Yuan melemah terhadap dolar AS. China

menggunakan mata uangnya sebagai senjata untuk menghadapi Amerika Serikat.

Keputusan yang dilakukan oleh China merupakan salah satu respon dari kebijakan

perdagangan Amerika Serikat dan upaya untuk melindung kepentingan negaranya

sendiri, setelah sebelumnya China membalas dengan mengenakan tarif impor dari

Amerika Serikat. Bertambahnya instrumen untuk perang dagang (yang bermula dari

tarif dan mata uang) tentu menambah resiko yang bisa memicu kelesuan ekonomi

dunia.

Gambar 2. Dampak Perang Dagang pada Perekonomian China

Sumber: FocusEconomic Forecast (2018)

Langkah yang ditempuh oleh China untuk menghadapi Amerika

Serikat adalah membiarkan mata uang Yuan melemah terhadap

dolar AS. China menggunakan mata uangnya sebagai senjata untuk

menghadapi Amerika Serikat. Keputusan yang dilakukan oleh China

merupakan salah satu respon dari kebijakan perdagangan Amerika

Serikat dan upaya untuk melindung kepentingan negaranya sendiri,

setelah sebelumnya China membalas dengan mengenakan tarif

impor dari Amerika Serikat. Bertambahnya instrumen untuk perang

dagang (yang bermula dari tarif dan mata uang) tentu menambah

resiko yang bisa memicu kelesuan ekonomi dunia.

Dampak Global Perang Dagang

Ketegangan perdagangan bilateral antara Amerika Serikat

dan China sangat mempengaruhi kondisi perekonomian global,

mengingat keduanya merupakan negara dengan ekonomi terbesar

yang pada satu sisi berperan dalam menjaga stabilitas perekonomian

dunia. Di sisi lain, perang dagang tersebut menjadi ancaman

perekonomian global bila tidak bisa diselesaikan dengan baik.

Banyak negara yang menggantungkan perekonomian globalnya

kepada China dan Amerika Serikat. Jika kondisi politik perdagangan

keduanya tidak kunjung mereda, kebijakan yang diterapkan oleh

kedua negara tersebut akan melemahkan perekonomian dunia

yang utamanya dipicu oleh penurunan perdagangan (ekspor dan

impor) dari banyak negara, sekaligus bisa mempengaruhi kontraksi

investasi dunia.

Menurut Organisation for Economic Co-operation and

Development (OECD) (2019) dengan memanasnya hubungan

politik perdagangan China dan Amerika Serikat, ekspansi kondisi

ekonomi global akan kehilangan momentum. Hal itu karena adanya

ketidakpastian kebijakan yang tinggi, ketegangan perdagangan

yang terjadi diantara dua negara besar, adanya krisis dalam bisnis

dan kepercayaan yang berkontribusi pada perlambatan kondisi

ekonomi dunia. Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi global

Sumber : https://ekbis.sindonews.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 29

Page 30: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

diproyeksikan akan menurun menjadi 3,3 % pada tahun 2019 dan

3,4 % pada tahun 2020. Perang dagang tersebut juga berdampak

terhadap ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia

tahun 2020 diproyeksikan berkisar pada 5 % seperti tahun-tahun

sebelumnya. Sedangkan China dan Amerika mengalami penurunan

masing-masing sebesar 6 % dan 2,2 % pada tahun 2020. Gambar

3 menjelaskan rangkuman pertumbuhan ekonomi global, G20,

Amerika Serikat, China dan Indonesia tahun 2018 dan prediksi dua

tahun berikutnya.

71

Gambar 3. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sementara bulan Maret 2019 -

Pertumbuhan PDB riil (yoy % change)

Sumber: (Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), 2019)

Menurut Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Roberto

Azevedo, eskalasi ketegangan perang dagang akan menimbulkan resiko nyata bagi

ekonomi global, yang berpotensi menurunkan produksi dan meningkatkan

pengangguran. Dalam kondisi ini, untuk bisa tetap eksis, perusahaan-perusahaan

harus bisa mencari produk dan pasar baru, demikian juga dengan negara dagang

yang harus bisa menemukan pasar baru sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi.

Prof. James Bacchus (mantan Chairman Appellate Body WTO) menyatakan bahwa

dampak perang dagang akan terlihat lebih serius pada tahun depan, dimana pebisnis

akan kesulitan membuat keputusan dalam investasi karena timbulnya ketidakpastian

dalam perdagangan, dan terhambatnya rantai pasokan global yang mengarah pada

penurunan daya saing produsen. Negara berkembang akan menjadi negara yang

paling rentan terkena dampak negatif dengan semakin berlarut-larutnya perang

dagang antara kedua negara tersebut. Hal ini disebabkan karena dampak spin-off

Gambar 3. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sementara bulan

Maret 2019 - Pertumbuhan PDB riil (yoy % change)

Sumber: (Organisation for Economic Co-operation and Development

(OECD), 2019)

Menurut Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia

(WTO) Roberto Azevedo, eskalasi ketegangan perang dagang akan

menimbulkan resiko nyata bagi ekonomi global, yang berpotensi

menurunkan produksi dan meningkatkan pengangguran. Dalam

kondisi ini, untuk bisa tetap eksis, perusahaan-perusahaan harus

bisa mencari produk dan pasar baru, demikian juga dengan negara

dagang yang harus bisa menemukan pasar baru sebagai stimulus

pertumbuhan ekonomi. Prof. James Bacchus (mantan Chairman

Appellate Body WTO) menyatakan bahwa dampak perang dagang

akan terlihat lebih serius pada tahun depan, dimana pebisnis akan

kesulitan membuat keputusan dalam investasi karena timbulnya

ketidakpastian dalam perdagangan, dan terhambatnya rantai pasokan

global yang mengarah pada penurunan daya saing produsen.

Negara berkembang akan menjadi negara yang paling rentan terkena

dampak negatif dengan semakin berlarut-larutnya perang dagang

antara kedua negara tersebut. Hal ini disebabkan karena dampak

spin-off dari konfrontasi dagang kedua negara berimbas pada pasar

keuangan dan instrumen moneter secara global.

Dampak Perang Dagang Amerika-China Bagi Indonesia

Kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Trump menimbulkan

kekhawatiran bagi dunia, Indonesia menjadi salah satu negara

yang tidak luput dari dampak perang dagang tersebut terutama

perdagangan. Kondisi ekonomi dunia yang masih diliputi

ketidakpastian, akan memengaruhi permintaan dunia terhadap

produk-produk Indonesia. Kinerja perdagangan Indonesia terhadap

China dan Amerika Serikat cenderung akan mengalami ketimpangan

(defisit), mengingat kedua negara merupakan negara tujuan utama

perdagangan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik

(BPS), tahun 2018 Indonesia mengalami lonjakan impor sebesar USD

188,63 miliar, sementara ekspornya hanya USD 180,06 miliar, atau

defisit sebesar USD 8,57 miliar. Defisit pada tahun 2018 merupakan

defisit perdagangan terburuk setidaknya dalam lima tahun terakhir.

BPS mencatat bahwa, tahun sebelumnya (2017) neraca perdagangan

mencatat surplus tinggi mencapai USD 11,84 miliar. Pada tahun 2016

kinerja perdagangan surplus USD 8,78 miliar, surplus masih mampu

dipertahankan pada tahun 2015 sebesar USD 7,67 miliar, sedangkan

di tahun 2014 mengalami defisit USD 2,19 miliar. Defisit ini semakin

besar pada tahun 2013 yaitu USD 4,06 miliar. Selain kondisi eksternal/

global yang mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia, defisit

neraca perdagangan juga dipengaruhi oleh penurunan ekspor

nonmigas, dan lonjakan impor migas.

Tekanan pada Produk Ekspor Indonesia

Meskipun perang dagang masih terus berlangsung, China

dan Amerika Serikat tetap menjadi negara tujuan utama ekspor

Indonesia. Data yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan

(2019) mencatat bahwa Indonesia semakin kebanjiran produk impor

dari China. Lonjakan barang impor terbesar terjadi pada tahun 2018

yang mencapai USD 45 miliar, dan nilai ekspor juga ikut meningkat

dibanding tahun sebelumnya yang mencapai USD 27 miliar.

Sedangkan untuk pasar Amerika Serikat, kinerja ekspor Indonesia

cenderung lebih baik.

Perang dagang ini menyebabkan beberapa implikasi terhadap

perekonomian Indonesia. Implikasi pertama adalah kelebihan

produksi barang di China yang sebelumnya dipasarkan di Amerika

menuntut adanya pasar baru. Tarif yang dikenakan oleh Presiden

Trump untuk barang-barang dari China menyebabkan tidak semua

barang tersebut berhasil menguasai pangsa pasar di Amerika

Serikat (sebagai pasar utama dunia), begitu pula dengan Amerika

Serikat yang menjadikan China sebagai salah satu pasar utamanya

selain Eropa. Tidak mudah untuk Amerika Serikat memasarkan

Sumber : https://money.kompas.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201930

Page 31: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

produknya di pasar China karena balasan tarif yang dikenakan oleh China, sehingga kedua negara tersebut akan mencari negara destinasi

ekspor baru untuk memasarkan produk–produk yang terhambat. Indonesia adalah salah satu pasar besar bagi produk kedua negara. Hal

ini bisa dilihat dari membanjirnya produk dari China di pasar dalam negeri. Implikasi lainnya adalah menurunnya kinerja perdagangan

global, akan membuat rantai pasok di industri manufaktur dunia terhambat. Negara-negara yang mengandalkan perdagangan internasional

akan mengalami global weakening dan trade weakening. Permintaan bahan baku dunia bisa saja terhambat dan mengalami penurunan

dan menghantam perekonomian banyak negara, tidak terkecuali Indonesia. Selain itu penurunan tingkat permintaan produk di pasar global

dipicu oleh adanya tren proteksionisme yang diberlakukan beberapa negara.

Gambar 4. Neraca Perdagangan Indonesia dengan negara mitra

Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan (2019)

(b)

Gambar 6. Perubahan nilai ekspor komoditas bahan bakar, besi

dan lainnya 2019/2018 (%) dan Perubahan nilai ekspor komoditas

lemak & minyak hewan/nabati, dan beberapa sektor pertanian (%)

Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian

Perdagangan (2019)

Apabila dilihat kembali tahun 2018, sebagian besar nilai

perdagangan sektor pertambangan (sebagian besar mineral dan

batu bara) terus membaik sampai kuartal pertama tahun 2018,

tetapi kemudian terjadi penurunan nilai ekspor yang kemungkinan

disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan konstruksi dan properti

di China, dan adanya kekhawatiran dampak perang dagang antara

Indonesia mengalami penurunan ekspor dengan adanya

perubahan tren dunia sebagai akibat perang dagang China

dan Amerika Serikat. BPS mencatat bahwa ekspor bahan bakar

mineral Indonesia termasuk batu bara mengalami penurunan 9,26

% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, pada

tahun 2018 komoditas andalan Indonesia seperti kelapa sawit,

karet, tembaga, timah mengalami penurunan yang berlanjut hingga

Januari-Juli 2019 (Badan Pusat Statistik, 2019).

Berdasarkan data BPS, penurunan yang tajam tahun 2019

dialami oleh sejumlah komoditas bijih kerak dan abu logam sebesar

34 % dibandingkan periode 2018, komoditas besi dan baja sebesar

18 %, komoditas nikel sebesar 13 %, aluminium, timah dan tembaga

masing-masing sebesar sebesar 10 % dan bahan bakar mineral

mengalami penurunan sebesar 5 % (Gambar 6).

(a)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 31

Page 32: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

China dan Amerika (Badan Pusat Statistik, 2018). Pada akhir Maret

2018, Cina mengumumkan bea impor hingga USD 3 miliar tidak

lama setelah Presiden Trump mengumumkan rencana tarif barang-

barang China senilai USD 60 miliar, di samping pajak impor baja dan

aluminium. Perang dagang China dan Amerika bila terus berlanjut,

tentunya akan berdampak lebih besar pada sektor pertambangan,

karena komoditas pertambangan ini menjadi bahan baku bagi

industri di negara-negara besar khususnya China dan Amerika

Serikat. Dengan situasi yang tidak kunjung damai tersebut dipastikan

pertumbuhan ekonomi akan merosot tajam (PwC Indonesia, 2018).

Tidak hanya komoditas pertambangan yang mengalami penurunan,

ekspor lemak dan minyak hewan/nabati pun merosot hingga 47 %

bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu, kopi, teh

dan rempah-rempah juga mengalami penurunan sebesar 14 %,

produk kakao turun hingga 18 %, tembakau turun sebesar 6 % dan

produk kapas sebesar 15 %.

Gambar 7 menunjukkan, bahwa meskipun banyak mengalami

penurunan di sektor pertambangan dan pertanian, tidak semua

produk Indonesia mengalami penurunan ekspor dibandingkan

tahun 2018. BPS mencatat bahwa produk karet dan barang olahan

dari karet mengalami kenaikan sebesar 36 %, komoditas kayu dan

turunannya mengalami peningkatan sebesar 23 %, produk alas kaki

sebesar 26 % dan komoditas plastik dan produk olahan dari plastik

mengalami peningkatan sebesar 15 % (Pusat Data dan Sistem

Informasi, Kementerian Perdagangan, 2019).

76

pertambangan ini menjadi bahan baku bagi industri di negara-negara besar

khususnya China dan Amerika Serikat. Dengan situasi yang tidak kunjung damai

tersebut dipastikan pertumbuhan ekonomi akan merosot tajam (PwC Indonesia,

2018). Tidak hanya komoditas pertambangan yang mengalami penurunan, ekspor

lemak dan minyak hewan/nabati pun merosot hingga 47 % bila dibandingkan

dengan periode sebelumnya. Selain itu, kopi, teh dan rempah-rempah juga

mengalami penurunan sebesar 14 %, produk kakao turun hingga 18 %, tembakau

turun sebesar 6 % dan produk kapas sebesar 15 %.

Gambar 7 menunjukkan, bahwa meskipun banyak mengalami penurunan di

sektor pertambangan dan pertanian, tidak semua produk Indonesia mengalami

penurunan ekspor dibandingkan tahun 2018. BPS mencatat bahwa produk karet dan

barang olahan dari karet mengalami kenaikan sebesar 36 %, komoditas kayu dan

turunannya mengalami peningkatan sebesar 23 %, produk alas kaki sebesar 26 %

dan komoditas plastik dan produk olahan dari plastik mengalami peningkatan

sebesar 15 % (Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan, 2019).

Gambar 7. Komoditas yang mengalami peningkatan nilai ekspor 2018 (%)

Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

(2019)

Gambar 7. Komoditas yang mengalami peningkatan nilai ekspor

2018 (%)

Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian

Perdagangan (2019)

Bila disoroti lebih dalam, sebenarnya dengan adanya perang

dagang maka pangsa pasar produk China di Amerika Serikat lebih

terbatas. Hal tersebut bisa menjadi peluang bagi negara lain untuk

mengambil alih pangsa pasar di Amerika. Termasuk Indonesia

memiliki potensi untuk masuk ke pasar terbuka Amerika Serikat.

Namun, yang harus menjadi perhatian dalam mengambil pasar

yang terdistorsi akibat perang dagang ini, produk Indonesia harus

kompetitif di pasar Amerika Serikat. Indonesia memiliki beberapa

komoditas ekspor unggulan ke Amerika Serikat, diantaranya mineral,

Sumber : https://www.alinea.id

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201932

Page 33: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

furnitur, pakaian, besi, dan baja, termasuk produk perikanan seperti

ikan dan udang. Meskipun, ada kemungkinan juga bagi Amerika

untuk menerapkan kebijakan lain untuk melindungi industri dalam

negerinya, untuk produk dengan tarif 0 % seperti karet, udang,

dan furnitur dan produk lainnya dengan menggunakan non-Tariff

Measures (NTM), seperti halnya yang terjadi pada produk sawit (bio-

fuel) (Indonesian for Gobal Justice, 2018).

Melihat berbagai dampak global yang muncul dari perang

dagang Amerika Serikat dan China ini, dan tingginya hubungan

dagang negara-negara di dunia dengan China dan Amerika Serikat,

maka perdagangan global akan terpengaruh secara signifikan.

Semakin tinggi tingkat hubungan/keterkaitan ekonomi melalui sektor

perdagangan dan industri (misal dalam hal Global Value Chain

(GVC), maka dampak yang dirasakannya akan semakin besar, seperti

Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Rasio perdagangan

Indonesia terhadap PDB hanya 30 %, sebaliknya, negara-negara

tetangga di ASEAN, seperti Singapura dengan rasio perdagangan

terhadap PDB lebih dari 200 % dan Vietnam, Malaysia, dan Thailand

sekitar 100 %, akan terpukul karena situasi ini (Basri, 2019). Negara-

negara ASEAN tersebut lebih terekspos perdagangannya dengan

China dan Amerika Serikat sehingga lebih rentan.

Posisi dan Langkah Strategis Indonesia

Posisi Indonesia dalam percaturan perdagangan dunia belum

menjadi pemain utama yang bisa menentukan arah perdagangan

dunia. Posisi Indonesia lebih cenderung sebagai pemain biasa yang

mengikuti arus pemain besar seperti China, Amerika Serikat dan Uni

Eropa.

Dampak perang dagang bagi Indonesia ini harus disiasati

dengan segera mencari partner dagang baru sebagai kompensasi

negatif perang dagang tersebut. Pencarian pasar baru ini tentu

tidaklah mudah karena tergantung oleh sejumlah faktor. Pertama

adalah kemampuan daya saing produk Indonesia sendiri untuk

bisa menembus pasar baru tersebut. Kedua, pasar baru tersebut

haruslah cukup besar sebagai target tujuan ekspor. Ketiga, aspek

biaya transportasi karena negara baru tersebut biasanya mempunyai

lokasi geografis yang jauh yang tentu saja akan meningkatkan biaya

pengirimannya.

Upaya untuk mencari pasar baru tersebut juga harus dibarengi

dengan langkah aktif melalui jalur diplomasi perdagangan dengan

negara calon mitra melalui upaya pembentukan perjanjian kerjasama

perdagangan bilateral maupun regional. Strategi ini diperlukan

mengingat makin meningkatnya proteksi perdagangan yang

dilakukan oleh negara mitra dagang, sehingga pendekatan secara

bilateral dinilai akan lebih efektif. Hal itu bisa dilakukan mengingat

dalam perjanjian bilateral atau regional kebijakan request offer bisa

jadi jalan tengah dalam melakukan negosiasi dengan mitra dagang.

Selain kebijakan pencarian pasar baru tersebut, pemerintah juga

harus tetap memperhatikan pasar domestik mengingat Indonesia

dikenal sebagai pasar besar oleh sejumlah negara pemain utama

dunia. Memperhatikan pasar domestik khususnya bagi produk

yang selama ini lebih diutamakan untuk ekspor. Bila strategi ini

berhasil diperkirakan akan ikut mengontrol besarnya defisit neraca

perdagangan, neraca berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.

Sumber : https://suaramuslim.net

Biodata Penulis

Nama : Reninta Dewi Nugraheni

Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi

(P2E)

Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI

Email : [email protected]

Nama : Zamroni Salim

Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi

(P2E)

Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia (LIPI

Email : [email protected]

79

sebagai pasar besar oleh sejumlah negara pemain utama dunia. Memperhatikan

pasar domestik khususnya bagi produk yang selama ini lebih diutamakan untuk

ekspor. Bila strategi ini berhasil diperkirakan akan ikut mengontrol besarnya defisit

neraca perdagangan, neraca berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.

Biodata Penulis Nama : Reninta Dewi Nugraheni

Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)

Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI

Email : [email protected]

Biodata Penulis Nama : Zamroni Salim Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)

Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI

Email : [email protected]

79

sebagai pasar besar oleh sejumlah negara pemain utama dunia. Memperhatikan

pasar domestik khususnya bagi produk yang selama ini lebih diutamakan untuk

ekspor. Bila strategi ini berhasil diperkirakan akan ikut mengontrol besarnya defisit

neraca perdagangan, neraca berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.

Biodata Penulis Nama : Reninta Dewi Nugraheni

Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)

Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI

Email : [email protected]

Biodata Penulis Nama : Zamroni Salim Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)

Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI

Email : [email protected]

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 33

Page 34: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki posisi

penting dalam keberlangsungan perekonomian Jawa

Timur. Berdasarkan informasi dari Dinas perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Jawa Timur, UMKM berkontribusi sebesar

5,52% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada

Semester I dan diharapkan terus meningkat saat akhir tahun 2019.

Pemerintah Kota Surabaya sendiri berkomitmen mendorong

laju perekonomian Kota Surabaya lewat UMKM. Untuk itu, berbagai

program dan fasilitas digalakkan, misalnya program Pahlawan

Ekonomi dan Pejuang Muda Surabaya. Setiap bulan minggu

terakhir, seluruh dinas di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya

selalu membantu para pelaku usaha mengurus perizinan secara

gratis di Kaza City Mall.

Tim survey Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan

(BPPP), Kementerian Perdagangan melakukan kunjungan ke Rumah

Kreatif yang membina beberapa UMKM khususnya usaha Batik di

lingkungan Putat Jaya di bawah Pemerintah Kota Surabaya. Putat

Jaya merupakan daerah yang dulunya terkenal dengan kegiatan

prostitusi terbesar di Asia Tenggara yang biasa disebut “Gang

Dolly”. Kegemerlapan dunia malam tersebut akhirnya hilang setelah

Wali Kota Surabaya menutup pada Juni 2014. Perlahan, tempat

prostitusi tersebut disulap menjadi tempat berkembangnya UMKM.

Tim berkesempatan berdiskusi

dengan Bapak Mulyadi Gunawan alias Pak

Pengky yang merupakan Pimpinan rumah

kreatif ini. Dalam diskusinya disampaikan

bahwa Rumah Kreatif ini dibangun tahun

2016. Rumah Kreatif ini merupakan rumah

komunitas bagi pecinta dan pembuat batik

yang tujuan awalnya adalah memberikan

pelatihan dan pembinaan bagi masyarakat

di sekitar lingkungan Putat Jaya yang

terkena imbas penutupan kegiatan

prostitusi tersebut melalui fasilitasi dan

kelola oleh Dinas Perdagangan Kota

Surabaya agar mereka tidak bergantung

pada bisnis prostitusi kembali.

Rumah Kreatif ini awalnya fokus

memberikan pelatihan dan pembinaan desain motif, pembuatan

batik, teknik pewarnaan, peningkatan kualitas batik agar layak

dijual dengan mendatangkan ahlinya masing-masing bagi warga

eks “Gang Dolly”. Dalam perkembangannnya, saat ini rumah kreatif

tersebut tidak hanya untuk warga Putat Jaya akan tetapi terbuka

bagi seluruh warga Surabaya atau masyarakat Indonesia yang

berminat menimba ilmu. Rumah Kreatif ini juga memberikan fasilitas

konseling bagi alumni peserta pelatihan jika dalam perkembangan

usahanya mendapatkan kesulitan. Semua pelatihan dan konseling

berkelanjutan ini tidak dipungut biaya. Rumah Kreatif ini juga menjadi

tempat diskusi bagi kalangan profesional di bidang garmen.

Dalam rangka peningkatan kualitas batik dan penjualan

hasil produksinya, selain mendatangkan beberapa ahli di bidang

perbatikan Rumah Kreatif juga bekerjasama dengan beberapa

perguruan tinggi di Surabaya yaitu Institut Teknologi Surabaya (ITS),

Universitas Airlangga, dan Universitas Kristen Petra Surabaya.

Dengan desain dan kualitas batik yang bagus yaitu motif batik khas

daun dan buah Jarak, UMKM batik di Putat Jaya beberapa kali

mendapatkan penghargaan dari beberapa lomba yang diadakan

oleh Provinsi Jawa Timur, Dinas Pariwisata Jawa Timur, dan Ikatan

Pengusaha Muda Indonesia.

Reni K. Arianti

RUMAH KREATIF DAN WAJAH BARU GANG DOLLY

BERITA PENDEK PERDAGANGAN

Sumber : https://kumparan.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201934

Page 35: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Sumber: Koleksi pribadi (2019)

82

Kreatif telah mendirikan koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya,

misalnya kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi tersebut

bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik masing-masing kelompok

untuk dipasarkan.

Sumber: Koleksi pribadi (2019)

82

Kreatif telah mendirikan koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya,

misalnya kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi tersebut

bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik masing-masing kelompok

untuk dipasarkan.

Sumber: Koleksi pribadi (2019)

82

Kreatif telah mendirikan koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya,

misalnya kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi tersebut

bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik masing-masing kelompok

untuk dipasarkan.

Sumber: Koleksi pribadi (2019)

82

Kreatif telah mendirikan koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya,

misalnya kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi tersebut

bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik masing-masing kelompok

untuk dipasarkan.

Sumber: Koleksi pribadi (2019)

Rumah Kreatif tidak hanya sebagai tempat pelatihan dan

diskusi juga menjadi rumah produksi batik baik batik cap, tulis,

dan lukis. Kemudian di awal 2019, Rumah Kreatif telah mendirikan

koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya, misalnya

kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi

tersebut bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik

masing-masing kelompok untuk dipasarkan.

Selain berkesempatan mengunjungi dan berdiskusi dengan

Pimpinan Rumah Kreatif, tim juga berkesempatan mengunjungi

sentra UMKM Siola “Surabaya Square”. UMKM Siola membawahi

80 UMKM yang ada di Kota Surabaya. Gedung UMKM ini, di

2019 juga dimanfaatkan menjadi Mall Pelayanan Terpadu, kantor

Dispendukcapil, dan Co Working Space. Selain itu, UMKM

Siola juga menyediakan tempat pijat dan tempat nongkrong

yang cantik yang buka hingga jam 20.00 mengikuti jam buka

Sentra UMKM. Pengunjung tidak hanya bisa membeli beragam

makanan, minuman, dan oleh-oleh buatan warga Surabaya, tetapi

juga bisa menikmatinya langsung di sudut Sentra UMKM yang di

desain ala cafe.

Perubahan gedung ini diharapkan dapat mendongkrak

omzet penjualan produk UMKM di Siola sendiri, yang sebelumnya

berdasarkan informasi rata-rata Rp140 juta per bulan, dapat

meningkat lagi karena semakin banyaknya pengunjung yang datang

dan berbelanja (Reni K. Arianti).

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 35

Page 36: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak hanya dikenal

dengan keindahannya panorama alamnya saja, namun provinsi

NTB juga memiliki sumber kekayaan alam melimpah baik di sektor

perikanan maupun pertanian. Dengan banyaknya potensi tersebut,

NTB mempunyai banyak pilihan untuk bisa meningkatkan pasar

ekspor terutama dari sektor non-tambang.

Ekspor Non-Tambang

84

Peningkatan Potensi Ekspor Produk Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak hanya dikenal dengan

keindahannya panorama alamnya saja, namun provinsi NTB juga memiliki sumber

kekayaan alam melimpah baik di sektor perikanan maupun pertanian. Dengan

banyaknya potensi tersebut, NTB mempunyai banyak pilihan untuk bisa

meningkatkan pasar ekspor terutama dari sektor non-tambang.

Ekspor Non-Tambang Ekspor Total

Gambar 1. Kinerja Ekspor NTB 2017 dan 2018 (USD)

Sumber: Penerbitan SKA dan Lap PT. AMNT (2018).

Total nilai ekspor NTB periode Januari-Desember 2018 dibanding periode

yang sama tahun 2017 menunjukkan penurunan kinerja sebesar 58% namun khusus

untuk komoditi non tambang pada periode Januari-Desember 2018 melonjak cukup

signifikan sebesar 2.048% dibanding 2017. Ekspor non-tambang NTB masih

didominasi oleh komoditi jagung dengan pangsa pasar sebesar 80,16% kemudian

disusul oleh komoditi mutiara yang mempunyai pangsa pasar sebesar 13,33%. Selain

sepuluh komoditi tersebut ternyata masih banyak produk potensial lainnya yang

masih diperdagangkan melalui perdagangan antar pulau karena tidak menerbitkan

Ekspor Total

84

Peningkatan Potensi Ekspor Produk Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak hanya dikenal dengan

keindahannya panorama alamnya saja, namun provinsi NTB juga memiliki sumber

kekayaan alam melimpah baik di sektor perikanan maupun pertanian. Dengan

banyaknya potensi tersebut, NTB mempunyai banyak pilihan untuk bisa

meningkatkan pasar ekspor terutama dari sektor non-tambang.

Ekspor Non-Tambang Ekspor Total

Gambar 1. Kinerja Ekspor NTB 2017 dan 2018 (USD)

Sumber: Penerbitan SKA dan Lap PT. AMNT (2018).

Total nilai ekspor NTB periode Januari-Desember 2018 dibanding periode

yang sama tahun 2017 menunjukkan penurunan kinerja sebesar 58% namun khusus

untuk komoditi non tambang pada periode Januari-Desember 2018 melonjak cukup

signifikan sebesar 2.048% dibanding 2017. Ekspor non-tambang NTB masih

didominasi oleh komoditi jagung dengan pangsa pasar sebesar 80,16% kemudian

disusul oleh komoditi mutiara yang mempunyai pangsa pasar sebesar 13,33%. Selain

sepuluh komoditi tersebut ternyata masih banyak produk potensial lainnya yang

masih diperdagangkan melalui perdagangan antar pulau karena tidak menerbitkan

Gambar 1. Kinerja Ekspor NTB 2017 dan 2018 (USD)

Sumber: Penerbitan SKA dan Lap PT. AMNT (2018).

Total nilai ekspor NTB periode Januari-Desember 2018

dibanding periode yang sama tahun 2017 menunjukkan penurunan

kinerja sebesar 58% namun khusus untuk komoditi non tambang

pada periode Januari-Desember 2018 melonjak cukup signifikan

sebesar 2.048% dibanding 2017. Ekspor non-tambang NTB masih

didominasi oleh komoditi jagung dengan pangsa pasar sebesar

80,16% kemudian disusul oleh komoditi mutiara yang mempunyai

pangsa pasar sebesar 13,33%. Selain sepuluh komoditi tersebut

ternyata masih banyak produk potensial lainnya yang masih

diperdagangkan melalui perdagangan antar pulau karena tidak

menerbitkan Surat Keterangan Asal (SKA) di NTB tetapi menerbitkan

SKA melalui provinsi lain seperti dari Provinsi Bali maupun Provinsi

Jawa Timur (Tabel 1).

Tabel 1. Sepuluh Komoditi Ekspor Non-Tambang NTB

Tahun 2018

NO. KOMODITIVOLUME

(TON)NILAI (USD) %

1 Jagung 71.415,00 19.708.075,00 80,162 Mutiara 0,52 3.276.436,09 13,333 Frozen Fish 72,41 958.321,26 3,904 Kerajinan Buah

Kering140,18 332.139,15 1,35

5 Udang Vannamei 0,25 243.750,00 0,996 Gerabah 6,11 23.583,86 0,107 Ikan Hias 0,10 22.221,57 0.098 Melon 2,91 8.415,99 0,039 Kerajinan Ketak 0,26 8.036,67 0,0310 Lobster 0,25 4.050,00 0,0211 4 (empat)

komoditi lainnya0,77 1.564,08 0,01

71.638,75 24.586.593,67 100,00

Sumber: Penerbitan SKA dan Lap PT. AMNT (2018)

Berikut ini beberapa komoditi potensial unggulan lainnya dari

provinsi NTB yang telah menembus pasar dunia:

1. Rumput Laut: Komoditas rumput laut di NTB berdaya saing

tinggi, karena dapat dibudidayakan sepanjang tahun dengan

periode budidaya yang singkat, hanya 40-60 hari, ditambah

Dwi Yulianto

PENINGKATAN POTENSI EKSPOR PRODUK UNGGULAN PROVINSI

NUSA TENGGARA BARAT

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201936

Page 37: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

teknologinya sederhana. Potensi areal budidaya mencapai

30.000 hektar. Tingkat pemanfaatannya saat ini baru mencapai

sekitar 7.900 hektar dengan produksi hampir mencapai 1 juta

Ton.

2. Tembakau Virginia: Tembakau virginia NTB mepunyai Kualitas

terbaik ke tiga di dunia sebagai bahan baku utama rokok

putih. Luas lahan produksi saat ini 22.824 hektar dan rata-rata

produksi 30.000 ton per tahun.

3. Manggis: Buah manggis menjadi salah satu primadona ekspor

Indonesia. Provinsi NTB merupakan sentra utama penghasil

buah manggis. Permintaan buah manggis dari Cina terus

meningkat dari tahun ke tahun bahkan Vietnam mere-ekpsor

lagi buah manggis dari Indonesia ke Cina. Tetapi selama ini

buah manggis asal NTB di ekspor melalui Bali karena belum

adanya fasilitas packaging buah manggis yang memenuhi

standar ekspor di NTB. Daerah sekitar hutan di area Lingsar

dan Suranadi termasuk pemasok buah manggis yang besar di

LomboK Barat.

4. Kopi: Kopi Lombok dan kopi Sumbawa termasuk kopi yang

memiliki citarasa yang khas sehingga sangat potensial untuk

diterima oleh pasar dunia baik di Eropa, Amerika maupun Asia

dan Afrika. Potensi produksi 5.000 ton per tahun dari jenis

arabika dan robusta. Korea saat ini sudah meminta kopi robusta

gangga KLU untuk dikirim sebanyak 100 ton/tahun.

5. Gula Aren: Pohon aren yang menghasilkan gula aren dan

produk turunannya sebagian besar tersebar di Pulau Lombok

dan dibudidayakan oleh masyarakat. Potensi lahan untuk

tanaman aren yang mencapai 966,3 hektar. Potensi yang dapat

diekspor dari gula aren adalah jenis gula semut yang sangat

diminati oleh pasar luar negeri.

6. Kerajinan: Ragam jenis kerajinan asal NTB yang tercipta dari

kearifan lokal masyarakat NTB telah terbukti mampu menembus

pasar ekspor mancanegara dan dapat menjadi daya tarik

utama bagi pasar dunia yang membutuhkan sesuatu yang unik

dan bernilai seni untuk kebutuhan interior dan eksterior ataupun

fungsional sehari-hari.

Tantangan Ekspor Produk Unggulan NTB

Kurangnya dukungan permodalan dari perbankan terhadap

eksportir yang potensial.

Belum berkembangnya kemampuan SDM IKM ekspor di NTB

dalam melakukan negosiasi secara langsung dengan pihak

buyer di luar negeri.

Terbatasnya infrastruktur pendukung seperti fasilitas pelabuhan

ekspor yang masih belum memadai.

Belum memiliki perusahaan di daerah yang berfungsi sebagai

trading house untuk produk ekspor NTB.

Sarana Promosi yang masih terbatas untuk produk NTB di luar

negeri.

Strategi Kebijakan Pengembangan Ekspor NTB

Hulu (penguatan kapasitas)

Identifikasi UKM potensial/orientasi ekspor & produk unggulan

daerahà database UKM potensial ekspor, komoditi ungggulan

Kab/Kota.

Mapping negara tujuan ekspor sesuai Jenis produk yang di

utamakan.

Fasilitasi peningkatan kapasitas (capacity building)à manajerial,

teknis, entrepreneurialà training, bimbingan teknis, magang,

pelatihan tata cara ekspor.

Fasilitasi peningkatan produktivitas dan mutu produk UKMà

sosialisasi dan sertifikasi standarisasi ISO/SNI/HACCP/GMP,

HaKI dan kehalalan produk, branding, inovasi desain, bantuan

peralatan dan teknologi olahan

Peningkatan desain kemasan produk UKM

Pengembangan kemitraan UKM (pola waralaba, subkontrak,

pariwisata, BUMN)

Fasilitasi akses kepada sumber daya produktif:

– Pembiayaan à KUR, dana bergulir , LPDB, PKBL

– Pemasaran

Middle (pengembangan infrastruktur/sarana dan prasarana)

Revitalisasi pelabuhan bongkar muat bagi produk ekspor NTB.

Penetrasi pasar ke ritel modern.

Pengembangan kemitraan strategis UKM.

Penguatan kelembagan sinergi antar instansi terkait.

Membangun kerjasama dengan perbankan untuk Permodalan

dan Sistem transaksi ekspor.

Mendorong peranan BUMD PT GNE sebagai bussines partner

eksportir/calon eksportir sebagai cikal bakal trading house.

Hilir (Promosi dan Akses Pasar)

Fasilitasi promosi melalui pameran dalam negeri (Inacraf, Trade

Expo Indonesia) dan partisipasi pada event promosi strategis.

Diversifikasi komoditi negara tujuan ekspor:

- Peningkatan akses dan jaringan pasar; Promosi produk

unggulan IKM melalui: pameran berskala internasional

di dalam & luar negeri, trading board, UKM gallery, temu

bisnis/bisnis matching, display produk di IKM gallery &

pavillion provinsi, Katalog, fasilitasi kemitraan usaha.

- Pemanfaatan ITPC dan KBRI sebagai windows shoping

produk unggulan NTB

Katalog promosi produk unggulan UKM NTB dan guide book

eksportir NTB

Kerjasama pemasaran dan penggunaaan produk UKM NTB

pada hotel-hotel berbintang di NTB

Pemasaran online melalui i-shop NTB (Dwi Yulianto).

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 37

Page 38: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

P rovinsi Sulawesi Barat yang merupakan provinsi baru di

Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang

besar dan beragam. Potensi itu dari sektor

pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan,

peternakan, dan perkebunan. Untuk sektor

perkebunan, komoditas unggulan provinsi

ini adalah kakao, kelapa sawit, kopi

(robusta dan arabika), kelapa dalam,

kelapa hibrida, cengkih, dan lada;

Berdasarkan kinerja ekspor Provinsi

Sulawesi Barat periode Januari–Maret 2019, komoditi

kelapa sawit memiliki nilai ekspor terbesar diantara

6 (enam) komoditi unggulan tersebut, yaitu sebesar

USD 100,2 juta. Besarnya nilai ini dibandingkan dengan

komoditi lainnya karena industri kelapa sawit di Sulawesi Barat

lebih banyak daripada industri komoditi lain, yaitu sebanyak 17

perusahaan. Kecilnya nilai ekspor komoditi yang lain, disebabkan

salah satunya karena terjadi penurunan produksi. Sebagai contoh,

kakao di Sulawesi Barat sebanyak 60% merupakan tanaman tua,

penyakit kakao yang juga menyebabkan penurunan produksi. Selain

itu, karena selama ini kakao Sulawesi Barat yang dihasilkan diekspor

memalalui pelabuhan Makassar sehingga tercatat sebagai ekspor

Makassar. Namun demikian, Kabupaten Mamuju mempunyai potensi

yang besar untuk pengembangan tanaman budidaya kakao. Potensi

wilayah lahan yang mungkin untuk dikembangkan adalah seluas

13.530,49 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten

Mamuju.

Berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO),

pertumbuhan permintaan kakao di dunia adalah sebesar 4,8%.

Permintaan biji kakao dunia pada tahun 2014 sebanyak 5.283.000 ton

dengan permintaan terbesar berasal dari Eropa sebanyak 2.222.000

ton dan permintaan dari Amerika sebanyak 1.301.000 ton, dari Asia

sebanyak 989.000 ton, dan dari Afrika 770.000 ton. Dengan tingkat

pertumbuhan permintaan biji kakao dunia sebesar 4,8% dapat

dipahami bahwa peluang ekspor biji kakao masih sangat terbuka.

Indonesia termasuk tiga negara terbesar produsen kakao dunia. Dalam

rentang

w a k t u

dari 2007-

2014 pertumbuhan ekspor

biji kakao Indonesia adalah sebesar 4%

per-tahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut

dan mempertimbangkan permintaan dunia, dapat diperkirakan

permintaan ekspor biji kakao Indonesia pada masa-masa yang akan

datang akan lebih prospektif.

Dalam upaya menyambut terbukanya potensi permintaan

kakao, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju merencanakan

pengembangan tanaman budidaya kakao di Kabupaten Mamuju.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten

Mamuju adalah dengan melakukan perluasan lahan tanam untuk

budidaya kakao. Potensi pengembangan lahan tanam di Kabupaten

Mamuju relatif besar karena di Kabupaten Mamuju tersedia potensi

lahan seluas 13.530,49 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di

Kabupaten Mamuju. Dengan adanya pengembangan lahan tersebut

diharapkan Kabupaten Mamuju dapat meningkatkan jumlah produksi

tanaman budidaya kakao pada masa-masa yang akan datang.

Selain itu, pemerintah daerah provinsi Sulawesi Barat juga

menggenjot peningkatan produksi kakao salah satunya dengan

cara memberikan label tersendiri pada kakao yang akan diekspor.

Selain itu, upaya yang dilakukan adalah dengan mengusulkan bahwa

Reni K. Arianti

PELUANG PENGEMBANGAN KAKAO

DI KABUPATEN MAMUJU

Sumber: https://www.pngdownload.id

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201938

Page 39: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Permentan Nomor 67/Permentan /OT.140/5/2014 tentang persyaratan

mutu dan pemasaran biji kakao perlu direvisi, karena seharusnya

dengan adanya regulasi ini terjadi peningkatan mutu biji kakao

(melalui fermentasi), yang diharapkan petani biji kakao mendapatkan

harga lebih tinggi sehingga kesejahteraannya meningkat.

Fermentasi yang dilakukan pasca panen maka perlakuan

terhadap hasil panen biji kakao menjadi lebih panjang serta

mengalami penyusutan sebesar 4%. Panjangnya perlakuan ini

bagi sebagian petani dianggap tidak menguntungkan karena

bagi petani kakao Sulawesi Barat akan lebih untung jika mereka

langsung menjual saat panen, karena tidak membutuhkan tenaga

fermentasi lagi.

Alasan lain mengapa Permentan 67 perlu direvisi menurut

salah satu Narasumber dari Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi

Barat, karena harga yang didapat oleh petani dari penjualan

biji kakao yang mengalami perlakuan fermentasi dengan yang

tidak difermentasi sama nilainya hampir sama, sehingga petani

lebih memilih tidak melakukan fermentasi, dan yang melakukan

fermentasi adalah tengkulak.

Rantai pemasaran kakao yang ada di Sulawesi Barat melalui

mitra pemasaran yaitu petani – tengkulak (2 hari), kemudian

difermentasi selama 5 hari - pedagang pengumpul. Selain melalui

mitra pemasaran, ada juga perusahaan yang langsung membeli ke

petani. Hal ini menyebabkan banyak industri kakao yang membeli biji

kakao tanpa fermentasi, hal ini bukan hal yang tidak mungkin jika

akhirnya industri kakao Indonesia akan mengimpor biji kakao.

Peran pemerintah pusat sangat diharapkan dalam meningkatkan

kualitas biji kakao lokal sehingga tidak perlu lagi impor biji kakao,

misalnya dengan melakukan intervensi terhadap industri yang

melakukan pembelian kakao tanpa fermentasi maka ijinnya akan

dicabut.

Target pemerintah daerah Sulawesi Barat untuk kakaonya adalah

meningkatkan prosentasi sertifikasi terhadap mitra pemasaran, yang

saat ini baru 10% dari 85.000 mitra pemasaran, meningkatkan target

kontribusi terhadap kakao nasional menjadi 12%. Karena secara

nasional, sebenarnya nilai tukar tingkat perkebunan Sulawesi Barat

berada di atas rata-rata nasional yaitu berada di peringkat ke 5 yang

disebabkan faktor kepemilikan lahan, artinya tingkat kesejahteraan

petani lebih tinggi (Reni K. Arianti).

Sumber: https://cocoainfo.wordpress.com

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 39

Page 40: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, menyelenggarakan cara High Level – Forum Diskusi Terbatas dengan topik Langkah Kongkret Upaya Peningkatan Ekspor Non – Migas di Hotel Sari Pacific pada tanggal 18 Juli 2019. High Level-Forum Diskusi Terbatas diadakan untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan oleh Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan ekspor non-migas Indonesia sehingga dapat mengurangi defisit dan bahkan meningkatkan surplus neraca perdagangan. Acara dihadiri oleh Staf Ahli Bidang Pengamanan Pasar, Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional, Dr. Y. Anggadinata (Konsultan PT. LAPI Institut Teknologi Bandung) , Tatang Suheri, M.T (Konsultan PT. LAPI Institut Teknologi Bandung) , Muhammad Faisal, Ph. D (Direktur Eksekutif CORE Indonesia) , Nunung Nuryantono (Dekan Fakultas Ekonomi dan Manejemen IPB) dan Muhammad Fidaus (Guru Besar IPB).

High Level – Forum Diskusi Terbatas

Forum Diskusi Terbatas Penerapan Kebijakan Trade Remedies di Kawasan Free Trade Zone (FTZ)

Pembahasan Laporan Sementara Kajian BPPP

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP)

menggelar Forum Diskusi Terbatas Penerapan Kebijakan Trade

Remedies di Kawasan Free Trade Zone (FTZ) yang berlangsung di

Hotel Aryaduta, Jakarta, pada tanggal 21 Agustus 2019. Kepala BPPP,

Kasan membuka sekaligus memberikan sambutan dalam acara

tersebut bersama dengan Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Luar

Negeri. Dalam acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Kementerian/

Lembaga, Asosiasi dan Para Pelaku Usaha.

2. Forum Diskusi Terbatas Penerapan Kebijakan Trade Remedies di Kawasan Free Trade Zone (FTZ)

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) menggelar Forum Diskusi Terbatas Penerapan Kebijakan Trade Remedies di Kawasan Free Trade Zone (FTZ) yang berlangsung di Hotel Aryaduta, Jakarta, pada tanggal 21 Agustus 2019. Kepala BPPP, Kasan membuka sekaligus memberikan sambutan dalam acara tersebut bersama dengan Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri. Dalam acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Kementerian/Lembaga, Asosiasi dan Para Pelaku Usaha.

Badan Pengkajian dan Pengembangan

Perdagangan (BPPP) melaksanakan pembahasan

Laporan Sementara Kajian BPPP tahun 2019 dengan

mengundang stakeholder di Hotel Sari Pan Pacific,

Jakarta, pada tanggal 27 Agustus 2019. Tujuan

pembahasan ini adalah mendapatkan masukan

terhadap kajian BPPP untuk hasil akhir yang berkualitas.

Kajian yang dibahas sebanyak 9 kajian

3. Pembahasan Laporan Sementara Kajian BPPP

Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) melaksanakan pembahasan Laporan Sementara Kajian BPPP tahun 2019 dengan mengundang stakeholder di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, pada tanggal 27 Agustus 2019. Tujuan pembahasan ini adalah mendapatkan masukan terhadap kajian BPPP untuk hasil akhir yang berkualitas.Kajian yang dibahas sebanyak 9 kajian

SERBA SERBI

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201940

Page 41: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri
Page 42: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

DATA STATISTIK PERDAGANGAN

HARGA ECERAN BEBERAPA KOMODITAS BAHAN POKOKSEPTEMBER 2018-OKTOBER 2019 (RUPIAH)

Bulan

Beras Umum

GulaDaging

Sapi

Daging Ayam Ras

Telur Ayam Ras

TeriguCabe Merah

Cabe Rawit

Minyak Goreng

(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (liter)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

September ‘18 13,877 12,303 106,520 43,101 22,195 8,196 34,648 41,002 14,367

Oktober 13,910 12,238 107,415 42,648 21,234 8,230 38,674 42,109 14,272

November 14,007 12,163 107,254 42,413 21,565 8,274 38,098 39,747 14,178

Desember 14,119 12,142 107,436 44,674 24,120 8,304 37,096 40,506 14,134

Januari ‘19 14,274 12,130 107,221 45,420 24,422 8,316 35,397 42,118 14,145

Februari 14,313 12,071 107,232 43,376 23,015 8,338 31,252 37,346 14,070

Maret 14,211 12,153 107,854 42,305 22,329 8,370 31,061 36,405 14,062

April 14,021 12,233 107,886 41,928 22,811 8,388 34,900 36,860 14,037

Mei 13,958 12,495 107,843 43,806 23,443 8,370 41,304 40,048 14,031

Juni 13,951 12,610 108,792 43,145 22,972 8,385 52,687 43,720 13,961

Juli 13,957 12,585 108,477 43,305 23,062 8,401 64,905 62,887 13,855

Agustus 13,944 12,541 108,651 43,101 23,090 8,405 71,960 79,087 13,795

September 13,961 12,510 109,042 41,429 22,303 8,406 61,425 68,481 13,838

Oktober 13,978 12,504 109,206 43,181 21,411 8,424 56,695 62,181 13,846

Oktober ‘19 thd September ‘19

0.12 -0.05 0.15 4.06 -4.17 0.21 -8.34 -10.13 0.06

Oktober ‘19 thd Oktober ‘18 (dalam persen)

0.49 2.13 1.64 1.23 0.83 2.31 31.79 32.28 -3.01

Sumber: BPS (2019)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201942

Page 43: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA PERIODE 2019 (BULANAN)

NERACA PERDAGANGAN INDONESIA PERIODE 2014 - 2019 ( JANUARI - SEPTEMBER )

No. UraianNILAI : JUTA (USD)

Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September

I. Ekspor 13,929 12,56 14,122 13,114 14,825 11,793 15,454 14,282 14,100

- Migas 1,235 1,110 1,141 741 1,137 746 1,606 875 830

- Non Migas 12,693 11,446 12,981 12,372 13,688 11,047 13,849 13,406 13,269

II. Impor 14,991 12226.00 13,451 15,399 14,607 11,495 15,518 14,169 14,263

- Migas 1,657 1584.00 1,521 2,235 2,182 1,713 1,748 1,630 1,592

- Non Migas 13,335 10,642 11,930 13,164 12,425 9,783 13,770 12,539 12,672

III. Total Perdagangan 28,919 24,782

27,573 28,512 29,432 23,288 30,973 28,451 28,363

- Migas 2,891 2,694 2,661 2,977 3,318 2,459 3,354 2,506 2,422

- Non Migas 26,028 22,088 24,912 25,536 26,113 20,829 27,619 25,945 25,941

IV. Neraca -1,064 330 671 -2,286 219 297 -64 112 164

- Migas -422 -474 -380 -1,493 -1,045 -967 -142 -755 -762

  - Non Migas -642 804 1,051 -792 1,264 1,264 78 867 598

Sumber: BPS (2019), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

No. URAIAN

NILAI : JUTA (USD)

Perub. % Trend (%)

2014 2015 2016 2017 2018

JANUARI - SEPTEMBER

2018 2019 19/18 14 - 18

I. Ekspor 175,980 150,366 145,186 168,828 180,013 134,962 124,173 -7.99 1.62

- Migas 30,019 18,574 13,105 15,744 17,172 12,607 9,421 -25.27 -12.04

- Non Migas 145,961 131,792 132,081 153,084 162,841 122,355 114,751 -6.21 3.76

II. Impor 178,179 142,695 136,653 156,986 188,711 138,777 126,121 -9.12 2.13

- Migas 43,460 24,613 18,739 24,316 29,868 22,060 15,862 -28.1 -7.34

- Non Migas 134,719 118,082 116,914 132,670 158,843 116,717 110,259 -5.53 4.56

III. Total Perdagangan 354,159 293,061 280,839 325,814 368,724 273,739 250,294 -8.56 1.88

- Migas 73,479 43,188 31,845 40,060 47,040 34,666 25,283 -27.07 -9.22

- Non Migas 280,680 249,874 248,994 285,753 321,684 239,072 225,011 -5.88 4.15

IV. Neraca -2,199 7,671 9,533 11,843 -8,699 -3,815 -1,948 -48.93 24.25

- Migas -13,441 -6,039 -5,634 -8,572 -12,697 -9,453 -6,440 -31.87 0

- Non Migas 11,242 13,710 15,167 20,214 3,998 5,638 4,492 -20.33 -15.38

Sumber: BPS (2019), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 43

Page 44: Daftar Isi - BPPPbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/Warta_II_Des...harus memungut PPh pasal 22. Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas perhiasan. Industri

-15,000-10,000

-5,0000

5,00010,00015,00020,00025,000

2014 2015 2016 2017 2018 Jan-Sep 2019 Jan-Sep 2019- M I G A S -13,441 -6,039 -5,634 -8,572 -12,697 -9,453 -6,440- NON M I G A S 11,242 13,710 15,167 20,214 3,998 5,638 4,492

NERACA PERDAGANGAN INDONESIAPERIODE 2014-209 (JANUARI-SEPTEMBER)

2014 2015 2016 2017 2018 Jan-Sep 2019 Jan-Sep 2019E K S P O R 175,980 150,366 145,186 168,828 180,013 134,962 124,173I M P O R 178,179 142,695 136,653 156,986 188,711 138,777 126,121

020,00040,00060,00080,000

100,000120,000140,000160,000180,000200,000

EKSPOR-IMPOR INDONESIA2014-2019 (JANUARI-SEPTEMBER)

WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201944