daftar isi - bpppbppp.kemendag.go.id/media_content/2020/03/warta_ii_des...harus memungut pph pasal...
TRANSCRIPT
Daftar IsiDari Redaksi
Sejarah mencatat emas Indonesia telah dieksplorasi sejak ribuan tahun lalu. Emas bukan hanya logam mulia namun juga investasi abadi bagi siapapun yang memilikinya. Sepatutnya kekayaan emas yang terkandung dalam tanah nusantara dapat dinikmati oleh bangsa Indonesia sendiri.
Peningkatan kinerja ekspor merupakan salah satu fokus pemerintah untuk memperbaiki neraca perdagangan Indonesia. Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor ke negara-negara yang selama ini sudah lama mengadakan perjanjian dagang, tetapi juga harus mengembangkan ekspor ke negara-negara non-tradisional dengan memperhatikan pasar dan kebutuhan di negara tersebut, salah satunya Sri Lanka.
E-commerce juga dikenal sebagai perdagangan elektronik, adalah aktifitas pembelian dan penjualan barang atau jasa menggunakan internet. E-commerce telah berkembang menjadi sebuah platform dimana produk mudah ditemukan dan dibeli melalui online retailer serta marketplace. Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan negara, dengan menyumbang 8% dari total penjualan ritel di Indonesia pada tahun 2018 dan diprediksi akan mencapai 18% pada tahun 2023.
Perang dagang antara Amerika Serikat vs China telah mulai memasuki babak baru. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump mengeluarkan kebijakan proteksionisme yang dapat memicu ketegangan perdagangan diantara kedua negara raksasa tersebut.
Ada begitu banyak analisis untuk memantau harga dan menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan operasi pasar. Salah satu contoh alternatif analisis yaitu bagaimana jika garis Moving Average (MA), yang biasanya digunakan untuk analisis harga saham dan pengambilan keputusan buy/sell saham, digunakan untuk pengambilan keputusan kapan memulai atau mengakhiri operasi pasar beras.
Kebutuhan konsumsi daging sapi untuk penduduk Indonesia terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan pentingnya mendapatkan protein hewani. Laju permintaan daging sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi lokal dalam negeri.
Ekspor non-migas Indonesia memiliki potensi yang baik dan dapat menjadi alternatif solusi untuk mengatasi defisit neraca perdagangan Indonesia. Salah satu sektor non-migas yang berperan penting dalam mengatasi defisit neraca perdagangan adalah produk pertanian dan turunannya. Sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan dan perikanan berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekspor sektor pertanian Indonesia.
Kebijakan Fiskal Terkait Perdagangan Emas Perlu
Ditinjau Kembali
Menengok Peluang Daya Saing Produk Indonesia
di Sri Lanka
Dinamika E-Commerce di Indonesia dan
ASEAN
Produk Indonesia Dalam Pusaran Perang Dagang Amerika Serikat
dan China
Penggunaan Grafik Moving Average Untuk Analisis Harga Beras
dan Pelaksanaan Operasi Pasar
Perbaikan Produksi Untuk Peningkatan Stok Sapi
Lokal Berbasis Teknologi Modern
Potensi Daya Saing Eskpor Produk
Pertanian Indonesia di Pasar Global
Hal. 2
Hal. 10
Hal. 28Hal. 14
Hal. 25
Hal. 20
Hal. 5
Berita Pendek PerdaganganHalaman 34
Serba SerbiHalaman 40
Statistik PerdaganganHalaman 42
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 1
ISU PERDAGANGAN
KEBIJAKAN FISKAL TERKAIT PERDAGANGAN EMAS
PERLU DITINJAU KEMBALIHasni
Meningkatnya defisit neraca perdagangan secara tajam
pada tahun 2018, mengakibatkan pemerintah harus
berupaya lebih keras untuk meningkatkan ekspor dan
mengendalikan impor. Salah satu barang impor yang sedang
disorot saat ini adalah emas batangan. Nilai dan volume impor
emas batangan Indonesia rata-rata tumbuh 335,87% dan 293,42%
per tahun selama periode 2014-2018. Nilai dan volume impor
emas batangan pada tahun 2018 tumbuh 108,32% dan 105,18%
dibanding tahun 2017.
1
KEBIJAKAN FISKAL TERKAIT PERDAGANGAN EMAS PERLU DITINJAU KEMBALI
Hasni
Meningkatnya defisit neraca perdagangan secara tajam pada tahun 2018,
mengakibatkan pemerintah harus berupaya lebih keras untuk meningkatkan ekspor
dan mengendalikan impor. Salah satu barang impor yang sedang disorot saat ini
adalah emas batangan. Nilai dan volume impor emas batangan Indonesia rata-rata
tumbuh 335,87% dan 293,42% per tahun selama periode 2014-2018. Nilai dan
volume impor emas batangan pada tahun 2018 tumbuh 108,32% dan 105,18%
dibanding tahun 2017.
Gambar 1. Perkembangan Impor Emas Batangan (USD Juta)
Sumber: BPS (2019), diolah
Impor emas melonjak akibat permintaan di dalam negeri terhadap perhiasan
emas meningkat. Sedangkan harga emas batangan (sebagai bahan baku) dari dalam
negeri harganya lebih tinggi dibanding harga impor, karena terdapat beberapa
Gambar 1. Perkembangan Impor Emas Batangan (USD Juta)
Sumber: BPS (2019), diolah
Impor emas melonjak akibat permintaan di dalam negeri
terhadap perhiasan emas meningkat. Sedangkan harga emas
batangan (sebagai bahan baku) dari dalam negeri harganya lebih
tinggi dibanding harga impor, karena terdapat beberapa kebijakan
fiskal yaitu berupa pajak yang harus dibayar di dalam negeri. Bahan
baku yang digunakan dapat berupa emas batangan atau emas
granule. Produksi pertambangan emas Indonesia didominasi oleh
Izin Pertambangan Rakyat (IPR) dengan produksi 105 ton per tahun,
Freeport MacMoran 48,3 ton, Kontrak Karya 40 ton dan PT. Antam
2,5 ton (Dekintam, 2019). Jika emas yang dihasilkan dalam bentuk
granule dan dijual di dalam negeri maka akan dikenakan tarif PPN
sebesar 10%. Sehingga emas granule yang dihasilkan diekspor ke
berbagai negara karena tidak terserap di dalam negeri. Sementara
itu, di dalam negeri sendiri pelaku usaha mengaku kekurangan
bahan baku, sehingga impor emas menjadi tidak terelakkan. Impor
emas sendiri baik emas batangan maupun emas granule tidak
dikenakan tarif bea masuk. Kedua jenis emas tersebut masih dalam
pos tarif yang sama yaitu 71081210.
Tabel 1. Permintaan Emas per kapita Berdasarkan Negara (gram)
3
Tabel 1. Permintaan Emas per kapita Berdasarkan Negara (gram)
Country 2014 2015 2016 2017 2018 Tren 14-18 (%)
India 0,66 0,67 0,51 0,59 0,57 -4,1 Pakistan 0,19 0,20 0,22 0,23 0,20 2,2Sri Lanka 0,44 0,51 0,49 0,52 0,44 0,4Greater China
China 0,73 0,71 0,66 0,69 0,70 -1,3 Hong Kong 8,47 7,23 5,81 6,21 6,98 -5,3 Taiwan 0,71 0,57 0,53 0,51 0,49 -8,2
Japan 0,11 0,26 0,27 0,11 0,23 6,4Indonesia 0,25 0,23 0,23 0,22 0,24 -1,1 Malaysia 0,87 0,71 0,61 0,60 0,58 -9,4 Singapore 3,75 3,26 3,05 2,96 2,89 -6,0 S Korea 0,77 0,88 0,75 0,79 0,77 -1,4 Thailand 1,58 1,31 1,18 1,09 1,16 -7,7 Vietnam 0,73 0,69 0,63 0,58 0,62 -5,0 Middle East
Saudi Arabia 2,73 2,72 1,90 1,71 1,49 -15,4 UAE 7,09 6,28 5,20 5,15 4,02 -12,5 Kuwait 4,40 3,81 3,50 3,75 3,75 -3,3 Egypt 0,59 0,49 0,31 0,26 0,28 -19,1 Iran 0,96 0,85 0,56 0,79 1,11 2,2
Turkey 1,50 0,92 0,88 1,16 0,91 -7,5 Russia 0,53 0,33 0,29 0,30 0,32 -10,4 Americas
United States 0,52 0,59 0,65 0,49 0,48 -3,5 Canada 0,52 0,49 0,50 0,46 0,44 -3,5 Mexico 0,15 0,16 0,15 0,16 0,15 0,3Brazil 0,12 0,10 0,10 0,10 0,10 -4,0
Europe ex CISFrance 0,24 0,20 0,14 0,20 0,17 -6,1 Germany 1,37 1,54 1,47 1,42 1,30 -2,0 Italy 0,33 0,32 0,31 0,31 0,31 -1,6 Spain 0,18 0,18 0,18 0,18 0,19 0,9United Kingdom 0,51 0,53 0,56 0,51 0,51 -0,5 Switzerland 5,86 6,11 5,48 5,05 4,35 -7,6 Austria 1,20 1,41 1,24 1,10 0,92 -7,5
Sumber: Metals Focus, Refinitiv GFMS, IMF WEO, World Gold Council (2018)
Berdasarkan Tabel 1 di atas, permintaan konsumen per kapita di beberapa
negara menunjukkan pergerakan yang berbeda. Negara yang berada di kawasan
Timur Tengah (Middle East) permintaan emas per kapitanya mengalami penurunan
yang signifikan, antara lain Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Mesir yang tren
Sumber: Metals Focus, Refinitiv GFMS, IMF WEO, World Gold
Council (2018)
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 20192
Tarif impor emas saat ini masih 0%, sementara itu apabila
pelaku usaha melakukan pembelian emas granule dari dalam
negeri dikenakan tarif PPN 10%, mengakibatkan harga emas impor
menjadi lebih murah dibandingkan dengan harga emas granule
di dalam negeri. Di sisi lain para produsen emas granule dalam
negeri cenderung memilih untuk mengekspor emas granule ke
RRT, Hongkong, Swiss dan negara lainnya. Kemudian setelah emas
granule tersebut berubah menjadi emas batangan diimpor kembali
oleh pelaku usaha Indonesia. Dengan demikian kebijakan tarif impor
emas batangan 0% mendorong terjadinya peningkatan impor emas
batangan Indonesia.
Berdasarkan Tabel 1 di atas, permintaan konsumen per kapita
di beberapa negara menunjukkan pergerakan yang berbeda.
Negara yang berada di kawasan Timur Tengah (Middle
East) permintaan emas per kapitanya mengalami
penurunan yang signifikan, antara lain Arab Saudi, Uni
Emirat Arab dan Mesir yang tren permintaannya
masing-masing turun sebesar 15,4%; 12,5%;
19,1% per tahun selama periode 2014 -
2018 (Tabel 1).
Swiss merupakan negara
dengan permintaan emas per kapita
paling tinggi di dunia dimana pada
tahun 2018 mencapai 4,35 gram
per kapita. Disusul oleh Uni Emirat
Arab dimana permintaan emas per kapita
negara penghasil minyak ini mencapai 4,02 gram.
Jika memperhatikan tren selama periode 2014-2018, negara yang
paling tinggi pertumbuhan rata-rata tahunan permintaan emas per
kapitanya selama periode tersebut adalah Jepang dengan tren
6,4% per tahun. Selanjutnya Pakistan dan Iran juga memiliki tren
permintaan emas per kapita yang tumbuh 2,2% per tahun.
Indonesia sendiri permintaan emasnya pada tahun 2018
sebesar 0,24 gram per kapita sedikit mengalami peningkatan dari
tahun sebelumnya yaitu dengan tingkat permintaan 0,22 gram
emas per kapita. Selama periode 2014-2018 rata-rata pertumbuhan
permintaan emas per kapita Indonesia mengalami penurunan
1,1% per tahun. Negara-negara lain di ASEAN juga mengalami
rata-rata perlambatan permintaan konsumsi emas per kapita yang
lebih besar dibanding Indonesia yaitu Malaysia -9,4% per tahun,
Singapura -6,0% per tahun, Thailand -7,7% per tahun dan Vietnam
-5,0% per tahun.
Beberapa Kebijakan Fiskal Terkait Emas
Kebijakan pengenaan tarif PPh Pasal 22 untuk emas sesuai
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 34/PMK.010 tahun 2017
(PMK No 34/PMK.010/2017) tentang Pemungutan Pajak Penghasilan
Pasal 22 Sehubungan dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang
dan Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.
Selain itu transaksi perdagangan emas granule di dalam negeri juga
dikenakan tarif PPN 10% sesuai dengan Undang Undang Nomor 42
tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Pengenaan tarif PPh pasal 22
untuk impor emas batangan setidaknya meliputi tiga jenis PPh yaitu:
a. PMK No 34/PMK.010/2017 terkait Pengenaan Tarif PPh pasal 22
sebesar 0,45%
Kebijakan pengenaan tarif PPh 0,45% dikenakan bagi pembeli
emas batangan yang memiliki NPWP. Bagi pembeli
emas batangan yang tidak memiliki
NPWP dikenakan tarif PPh sebesar
0,9%. Kebijakan ini berlaku sejak
Maret 2017. Akibat dari
pengenaan tarif PPh
emas batangan ini,
terdapat importir
yang mengeluhkan
keber langsungan
usahanya. Dimana
importir emas batangan
tersebut khawatir terjadi
pengalihan pembelian
emas batangan di dalam negeri
dari yang semula kepada badan usaha
(importir) menjadi beralih kepada orang pribadi yang tidak
harus memungut PPh pasal 22.
Tarif PPh 0,45% tidak mempengaruhi kinerja pengrajin emas
perhiasan. Industri pengrajin tidak melakukan transaksi
pembelian emas batangan, sehingga tidak membayar PPh
pembelian emas batangan. Emas batangan disediakan oleh
pemesan (baik pelanggan dalam negeri maupun luar negeri).
Pengrajin hanya membayar tarif PPh 0,45% dari upah jasa yang
diterima sebagai pengrajin perhiasan dari para pemesan.
b. PMK No 34/PMK.010/2017 terkait Pengenaan Tarif PPh pasal 22
sebesar 1,5%
PPh Pasal 22 dikenakan atas pembelian barang/kebutuhan
usaha oleh BUMN termasuk pembelian mineral logam dan
mineral bukan logam dari badan usaha atau orang pribadi
pemegang izin usaha pertambangan, dengan besar transaksi
lebih dari Rp10 juta yaitu sebesar 1,5%. Tarif PPh 1,5%
dikenakan pada pembelian bahan baku yang berasal dari
buy back oleh industri pemurnian seperti PT Antam. Industri
pengrajin emas perhiasan untuk ekspor terbebas dari PPh
1,5% dengan menggunakan fasilitas SKB (Surat Keterangan
Bebas) (Pasal 22 dan SE-23/PJ.4 1998).
Sumber : https://www.pngdownload.id/
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 3
c. PMK Nomor 34/PMK.010/2017 terkait Pengenaan Tarif PPh
pasal 22 untuk Emas Batangan Impor sebesar 2,5%
Perusahaan yang melakukan kegiatan importasi emas
batangan dikenakan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22
impor sebesar 2,5%. Hal ini sesuai dengan PMK Nomor 34/
PMK.010/2017 pasal 2 ayat (1) huruf a. nomor 1. bagian d)
yang berbunyi Besarnya pungutan Pajak Penghasilan Pasal
22 untuk impor barang selain barang sebagaimana dimaksud
pada huruf a), huruf b), dan huruf c) yang menggunakan Angka
Pengenal Importir (API), sebesar 2,5% dari nilai impor.
UU Nomor 42 terkait Pengenaan Tarif PPN 10%
Sementara itu, Undang Undang Nomor 42 tahun 2009 tentang
Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah pada penjelasan pasal 7 ayat 1 menyebutkan bahwa
“Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah 10%”. Di ayat 2 (a dan
f) disebutkan pengenaan PPN pada barang hasil pertambangan
atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya
diantaranya bijih emas.
Pengenaan tarif PPN 10% tersebut berdampak pada perilaku
penambang emas yang menghasilkan emas granule dan pemilik
Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia (smelter) yaitu
PT Antam Tbk.
Adanya tarif PPN emas granule untuk transaksi dalam negeri
sebesar 10%, menyebabkan penambang menjual emas granulenya
ke luar negeri. Selain itu ekspor emas granule yang merupakan
Barang Kena Pajak (BKP) membuat penambang memperoleh
fasilitas restitusi PPN. Restitusi adalah fasilitas pengembalian pajak
yang telah dibayar oleh Wajib Pajak.
Sedangkan bagi pemilik pelaku Bisnis Pengolahan dan
Pemurnian Logam Mulia, dengan adanya tarif PPN 10% yang
dikenakan saat membeli emas granule di dalam negeri memberatkan
karena harga yang lebih mahal. Sehingga lebih memilih untuk
mengimpor emas batangan sebagai bahan baku.
Pelaku usaha berharap tarif PPN dan PPh dapat ditinjau
kembali oleh pemerintah yaitu (a) Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 42 tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga Atas
Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah,
dan (b) Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 34/
PMK.010/2017 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22
Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang dan
Kegiatan di Bidang Impor atau Kegiatan Usaha di Bidang Lain.
Peninjauan ulang kebijakan fiskal tersebut diharapkan dapat
mempermudah pelaku usaha atau industri emas perhiasan dalam
negeri untuk memperoleh pasokan emas sebagai bahan baku,
terutama yang bertujuan ekspor. Setelah kebijakan tersebut
dibenahi diharapkan industri emas perhiasan mendapatkan bahan
baku yang dapat dipenuhi dalam negeri, selanjutnya perlu dilihat
kembali kinerja perkembangan ekspor emas perhiasan dan impor
emas batangan. Apabila diperlukan, Direktorat Impor, Kementerian
Perdagangan dapat mengusulkan kembali penyusunan regulasi
terkait tata niaga emas.
Sumber : https://fbs-idn.asia/
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 20194
Peningkatan kinerja ekspor merupakan salah satu fokus
pemerintah untuk memperbaiki neraca perdagangan
Indonesia. Indonesia tidak hanya mengandalkan ekspor
ke negara-negara yang selama ini sudah lama mengadakan
perjanjian dagang, tetapi juga harus mengembangkan ekspor ke
negara-negara non-tradisional dengan memperhatikan pasar dan
kebutuhan di negara tersebut. Hal tersebut dilakukan agar pasar
untuk produk Indonesia semakin luas. Pasar ekspor ke negara-
negara non tradisional dapat menjadi salah satu solusi untuk
mengatasi defisit neraca perdagangan.
Negara non-tradisional merupakan negara yang bukan
negara mitra utama Indonesia, akan tetapi mempunyai potensi
perdagangan yang dapat memberikan dampak positif bagi
perdagangan Indonesia. Pemerintah melalui Kementerian
Perdagangan akan semakin gencar memperluas akses pasar
ekspor ke negara-negara non-tradisional. Langkah tersebut
sebagai upaya antisipasi jika pasar ekspor utama Indonesia
mengalami perlambatan akibat lemahnya pertumbuhan
ekonomi global. Indonesia harus dapat memanfaatkan perjanjian
perdagangan internasional dengan negara non-tradisional yang
juga sudah mulai menjadi fokus pemerintah, baik itu melalui skema
Preferential Tariff Agreement (PTA), Free Trade Agreement (FTA)
ataupun Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA).
Perjanjian ini dapat membantu Indonesia mengatasi hambatan
ekspor seperti bea masuk ke negara lain, sehingga harga produk
kita bisa semakin bersaing.
Salah satu negara non-tradisional yang memiliki peluang
untuk dicari potensi pasarnya yaitu Sri Lanka. Indonesia-Sri Lanka
sepakat untuk meningkatkan kerjasama perdagangan. Hal tersebut
disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam pertemuan bilateral
dengan Presiden Sri Lanka di Presidential Secretariat, Colombo, Sri
Lanka. Kesepakatan peningkatan kerja sama akan dilakukan dengan
memulai penjajakan dan pembicaraan kesepakatan perdagangan
bebas dua negara. Sebagai upaya peningkatan kerjasama
tersebut, Indonesia-Sri Lanka sepakat membentuk kelompok kerja
perdagangan dan investasi. Kelompok kerja tersebut diberi tugas
membahas dan mengatasi hambatan perdagangan dan investasi
antar dua negara. Untuk mendorong ekonomi kedua negara menjadi
lebih kompetitif, salah satunya dapat melalui pembentukan FTA.
Siti Mir’atul Khasanah & Devina Cieny Juventia
MENENGOK PELUANG DAYA SAING PRODUK INDONESIA
DI SRI LANKA
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 5
Profil Sri Lanka
Sri Lanka terletak di Benua Asia bagian Selatan (Asia Selatan).
Sri Lanka berada di antara 5°-10°LU dan 79°-82°BT, berbatasan laut
dengan India di sebelah barat laut dan utaranya, di sebelah barat
daya berbatasan dengan Maladewa. Sri Lanka memiliki luas wilayah
sebesar 65,610 km2 dengan jumlah penduduk 21,690 juta jiwa pada
tahun 2019.
Tabel 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2018 Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia mencapai USD 1.092,14 miliar, sementara
Sri Lanka sebesar USD 87,23 miliar. Jumlah populasi di Indonesia
pada tahun 2018 yaitu 265,32 juta jiwa dan memiliki PDB per kapita
penduduk mencapai USD 4.116,37 per tahun. Sementara di tahun
yang sama jumlah populasi di Sri Lanka yaitu 21,54 juta jiwa dengan
PDB per kapita sebesar USD 4.049,35 per tahun. Tingkat inflasi di
Indonesia lebih kecil dibandingkan dengan Sri Lanka, yaitu 3,91%.
Gambaran inflasi tersebut menunjukkan lonjakan harga secara
agregat di Indonesia yang cenderung lebih stabil dibandingkan
dengan Sri Lanka. Tingkat pengangguran di Sri Lanka juga relatif
lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia yaitu sebesar 4%,
sedangkan tingkat pengangguran di Indonesia mencapai 5,2%.
Tabel 1. Indikator Makroekonomi Indonesia-Sri Lanka Tahun 2018
Indikator Makroekonomi Indonesia Sri Lanka
PDB, Harga Berlaku (Miliar USD) 1.092,14 87,23
PDB Per Kapita, Harga Berlaku (USD) 4.116,37 4.049,35
Inflasi, Rata-rata Harga Konsumen (%) 3,91 5,03
Tingkat Pengangguran (%) 5,20 4,00
Populasi (Juta Jiwa) 265,32 21,54
Sumber: IMF, 2019 (diolah BPPP, Kemendag)
Perkembangan Perdagangan Indonesia – Sri Lanka
Total perdagangan Indonesia-Sri Lanka pada tahun 2014-
2018 menunjukkan tren penurunan rata-rata sebesar 4,49%. Kinerja
perdagangan Indonesia dengan Sri Lanka pada tahun 2015-2018
seluruhnya bersumber dari sektor non-migas. Kinerja ekspor
Indonesia ke Sri Lanka selama periode 2014-2018 mengalami
fluktuasi dan memiliki tren penurunan sebesar 5,13% per tahun.
Nilai ekspor tertinggi selama 5 tahun terakhir berada di tahun 2014
yaitu sebesar USD 386,3 juta dan ekspor terendah pada tahun 2016
sebesar USD 262,2 juta.
Tabel 2. Neraca Perdagangan Indonesia- Sri Lanka, 2014 - 2018
UraianRibu USD Trend
(%) 14-18
Jan-Feb Perub.(%)
2019/20182014 2015 2016 2017 2018 2018 2019
Total Perdagangan 432.324,0 382.772,1 306.531,6 342.038,1 363.523,7 -4,49 52.237,6 88.175,0 68,80
Migas 492,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Non-migas 431.831,5 382.772,1 306.531,6 342.038,1 363.523,7 -4,47 52.237,6 88.175,0 68,80
Ekspor 386.328,1 341.490,4 262.228,4 292.895,5 320.578,2 -5,13 45.111,0 81.974,3 81,72
Migas 492,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Non-migas 385.835,6 341.490,4 262.228,4 292.895,5 320.578,2 -5,11 45.111,0 81.974,3 81,72
Impor 45.995,9 41.281,7 44.303,2 49.142,5 42.945,5 0,37 7.126,6 6.200,7 -12,99
Migas 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Non-migas 45.995,9 41.281,7 44.303,2 49.142,5 42.945,5 0,37 7.126,6 6.200,7 -12,99
Neraca Perdagangan 340.332,2 300.208,7 217.925,2 243.753,0 277.632,7 -5,97 37.984,5 75.773,7 99,49
Migas 492,5 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Non-migas 339.839,7 300.208,7 217.925,2 243.753,0 277.632,7 -5,94 37.984,5 75.773,7 99,49
Sumber: BPS, 2019 (diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kemendag)
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 20196
Impor Indonesia dari Sri Lanka pada 2014-2018 seluruhnya
dari sektor non-migas dengan tren yang mengalami peningkatan
sebesar 0,37 % per tahun. Impor Indonesia mengalami fluktuasi
dengan impor tertinggi pada tahun 2017 sebesar USD 49,1 Juta dan
impor terendah pada tahun 2015 sebesar USD 41,3 Juta. Kinerja
neraca perdagangan Indonesia dengan Sri Lanka selalu mengalami
surplus dalam kurun lima tahun terakhir, namun dengan tren yang
menurun yaitu rata-rata sebesar 5,97% per tahun.
Posisi Sri Lanka dalam Ekspor Impor Indonesia
Sri Lanka merupakan negara tujuan ekspor non-tradisional
bagi Indonesia, dimana nilai ekspor Indonesia masih relatif kecil.
Sri Lanka menempati peringkat 40 sebagai negara tujuan ekspor
Indonesia pada tahun 2018 dengan total nilai ekspor sebesar USD
320,58 Juta atau setara dengan 0,18% dari total ekspor Indonesia ke
dunia. Negara tujuan ekspor utama Indonesia didominasi oleh Cina,
Jepang, dan Amerika Serikat.
Tabel 3. Peringkat Sri Lanka sebagai Negara Tujuan Ekspor Indonesia
No NegaraNilai : Juta USD
2014 2015 2016 2017 2018
1Rep.Rakyat Cina 17.605,94 15.046,43 16.790,80 23.083,09 27.126,93
2 Jepang 23.117,49 18.020,88 16.098,59 17.798,80 19.479,89
3Amerika Serikat 16.530,10 16.240,80 16.141,41 17.794,52 18.426,66
4 India 12.248,96 11.731,00 10.103,92 14.084,13 13.725,68
5 Singapura 16.728,33 12.632,63 11.860,98 12.724,90 12.991,59
40 Sri Lanka 386,33 341,49 262,23 292,90 320,58
Total Semua Negara 175.979,99 150.366,29 145.186,21 168.828,18 180.215,04
Sumber: BPS, 2019 (diolah)
Dari sisi impor, Sri Lanka menempati peringkat ke 80 sebagai negara asal impor Indonesia pada tahun 2018 dengan total impor
sebesar USD 42,95 Juta atau setara dengan 0,02 % dari total impor Indonesia dari dunia. Posisi negara asal impor utama Indonesia masih
didominasi oleh Cina, Singapura, dan Jepang.
Tabel 4. Peringkat Sri Lanka sebagai Negara Asal Impor untuk Indonesia
No NegaraNilai : Juta USD
2014 2015 2016 2017 2018
1 Rep.Rakyat Cina 30.624,34 29.410,89 30.800,49 35.766,83 45.537,83
2 Singapura 25.185,67 18.022,49 14.548,30 16.888,53 21.439,52
3 Jepang 17.007,58 13.263,52 12.984,77 15.240,04 17.976,71
4 Thailand 9.781,04 8.083,37 8.666,93 9.281,61 10.952,80
5 Amerika Serikat 8.170,11 7.593,20 7.298,44 8.121,63 10.176,23
80 Sri Lanka 46,00 41,28 44,30 49,14 42,95
Total Semua Negara 178.178,82 142.694,80 135.652,88 156.985,56 188.711,25
Sumber: BPS, 2019 (diolah)
Produk Ekspor-Impor Utama Indonesia dan Sri Lanka
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Sri Lanka dapat dilihat pada Tabel 5. Pada tahun 2018, produk Semen Portland (HS 252329)
menempati peringkat pertama dengan nilai sebesar USD 34,41 Juta dan pangsa pasar sebesar 10,73% (dari total ekspor Indonesia ke Sri
Lanka). Selama tahun 2014-2018, produk tersebut mengalami tren pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 51,83% per
tahun. Pangsa pasar 20 produk ekspor utama Indonesia ke Sri Lanka mencapai 60,45% dari total keseluruhan produk yang ada.
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 7
Tabel 5. Ekspor Produk Utama Indonesia ke Sri Lanka
13
Tabel 4. Peringkat Sri Lanka sebagai Negara Asal Impor untuk Indonesia
No Negara Nilai : Juta USD
2014 2015 2016 2017 2018 1 Rep.Rakyat Cina 30.624,34 29.410,89 30.800,49 35.766,83 45.537,83 2 Singapura 25.185,67 18.022,49 14.548,30 16.888,53 21.439,52 3 Jepang 17.007,58 13.263,52 12.984,77 15.240,04 17.976,71 4 Thailand 9.781,04 8.083,37 8.666,93 9.281,61 10.952,80 5 Amerika Serikat 8.170,11 7.593,20 7.298,44 8.121,63 10.176,23 80 Sri Lanka 46,00 41,28 44,30 49,14 42,95 Total Semua Negara 178.178,82 142.694,80 135.652,88 156.985,56 188.711,25
Sumber: BPS, 2019 (diolah)
Produk Ekspor-Impor Utama Indonesia dan Sri Lanka
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Sri Lanka dapat dilihat pada Tabel 5.
Pada tahun 2018, produk Semen Portland (HS 252329) menempati peringkat pertama
dengan nilai sebesar USD 34,41 Juta dan pangsa pasar sebesar 10,73% (dari total
ekspor Indonesia ke Sri Lanka). Selama tahun 2014-2018, produk tersebut mengalami
tren pertumbuhan yang cukup signifikan yaitu rata-rata sebesar 51,83% per tahun.
Pangsa pasar 20 produk ekspor utama Indonesia ke Sri Lanka mencapai 60,45% dari
total keseluruhan produk yang ada.
Tabel 5. Ekspor Produk Utama Indonesia ke Sri Lanka
Perub.(%) Trend (%) Share(%)2014 2015 2016 2017 2018 2018/17 2014-2018 2018
Total Ekspor 386.328,10 341.490,40 262.228,40 292.895,51 320.578,18 9,45 -5,13 100,001 252329 Cement; Portland, Other Than White, Whether Or Not Artificially Coloured5.143,71 19.071,79 13.116,26 27.748,31 34.411,78 24,01 51,83 10,73 2 400122 Rubber; Technically Specified Natural Rubber (tsnr), In Primary Forms Or In Plates, Sheets Or Strip (excluding Latex And Smoked Sheets)4.228,71 4.884,40 15.240,57 22.887,19 26.827,04 17,21 68,87 8,37 3 310210 Fertilizers, Mineral Or Chemical; Nitrogenous, Urea, Whether Or Not In Aqueous Solution5.858,40 - 5.491,20 4.893,54 14.708,18 200,56 - 4,59 4 240110 Tobacco, (not Stemmed Or Stripped) 17.690,93 24.378,51 15.609,11 9.813,69 14.421,32 46,95 12,35- 4,50 5 480256 Uncoated Paper And Paperboard (not 4801 Or 4803); Printing, Writing Or Graphic, 10% Or Less By Weight Of Mechanical Or Chemi-mechanical Processed Fibre, Weight 40-150g/m2, In Sheets 435mm Or Less By 297mm Or Less (unfolded)9.012,41 5.972,05 7.661,55 10.144,71 13.191,89 30,04 13,79 4,12 6 240120 Tobacco; Partly Or Wholly Stemmed Or Stripped 6.803,26 12.960,71 11.983,54 8.512,03 12.387,40 45,53 8,09 3,86 7 852872 Reception Apparatus For Television, Whether Or Not Incorporating Radio-broadcast Receivers Or Sound Or Video Recording Or Reproducing Apparatus; Incorporating A Colour Video Display Or Screen8.263,83 10.984,74 3.854,52 1.990,31 8.386,70 321,38 15,45- 2,62 8 440290 Wood; Charcoal Of Wood Other Than Bamboo (including Shell Or Nut Charcoal), Whether Or Not Agglomerated2.505,04 2.830,85 362,00 23,49 6.989,93 29.656,45 23,96- 2,18 9 392020 Plastics; Of Polymers Of Propylene, Plates, Sheets, Film, Foil And Strip (not Self-adhesive), Non-cellular And Not Reinforced, Laminated, Supported Or Similarly Combined With Other Materials5.755,82 6.190,29 5.936,74 6.282,45 6.576,04 4,67 2,85 2,05 10 380893 Herbicides, Anti-sprouting Products And Plant-growth Regulators; Other Than Containing Goods Of Subheading Note 1 To This Chapter; Put Up In Forms Or Packings For Retail Sale Or As Preparations Or Articles3.684,27 4.810,91 5.590,26 3.197,60 6.283,12 96,50 6,81 1,96 11 870322 Vehicles; With Only Spark-ignition Internal Combustion Reciprocating Piston Engine, Cylinder Capacity Over 1000 But Not Over 1500cc577,46 18,54 232,93 1.364,36 5.978,23 338,17 145,30 1,86 12 480100 Newsprint; Made Of Fibres Obtained Essentially By A Chemi-mechanical Process Or Of A Weight, Per M2, Of More Than 57g But Not More Than 65g, In Rolls Or Sheets2.528,03 522,86 1.331,52 - 5.772,94 - - 1,80 13 030389 Fish; Frozen, N.e.c. In Heading 0303, Excluding Fillets, Fish Meat Of 0304, And Edible Fish Offal Of Subheadings 0303.91 To 0303.99213,16 138,35 223,10 2.093,90 5.558,77 165,47 151,91 1,73 14 080280 Nuts, Edible; Areca Nuts, Fresh Or Dried, Whether Or Not Shelled Or Peeled44.046,32 32.102,58 4.407,98 14.125,46 5.380,58 61,91- 39,50- 1,68 15 151319 Vegetable Oils; Coconut (copra) Oil And Its Fractions, Other Than Crude, Whether Or Not Refined, But Not Chemically Modified851,44 2.040,88 288,92 1.762,92 5.137,62 191,43 41,18 1,60 16 300490 Medicaments; Consisting Of Mixed Or Unmixed Products N.e.c. In Heading No. 3004, For Therapeutic Or Prophylactic Uses, Packaged For Retail Sale5.589,56 3.784,60 4.248,75 5.507,11 5.020,26 8,84- 1,62 1,57 17 481029 Paper And Paperboard; Coated With Kaolin Or Other Inorganic Substances Only, Having More Than 10% Of Mechanically Processed Fibres, (excluding Light-weight Paper), For Writing, Printing Or Other Graphic Purposes, In Rolls Or Sheets6.549,08 6.391,85 6.054,37 5.574,67 4.936,51 11,45- 6,78- 1,54 18 270119 Coal; (other Than Anthracite And Bituminous), Whether Or Not Pulverised But Not Agglomerated15.613,57 4.348,31 - 9.351,64 4.510,00 51,77- - 1,41 19 030559 Fish; Dried, Whether Or Not Salted But Not Smoked, Other Than Edible Fish Offal, N.e.c. In Item No. 0305.52.916,69 2.123,37 2.785,54 3.700,99 3.671,52 0,80- 10,69 1,15 20 580620 Fabrics; Narrow (excluding Pile Fabrics), Containing By Weight 5% Or More Of Elastomeric Yarn Or Rubber Thread2.153,12 4.747,96 4.502,51 3.188,25 3.650,62 14,50 6,80 1,14
Sub Total 149.984,82 148.303,56 108.921,37 142.162,61 193.800,46 36,32 4,82 60,45 Others 236.343,29 193.186,84 153.307,03 150.732,90 126.777,71 15,89- 13,88- 39,55
No HS URAIANNilai : USD Ribu
Sumber: Trademap, 2019 (diolah) Sumber: Trademap, 2019 (diolah)
Komoditas impor utama Indonesia dari Sri Lanka dapat dilihat pada Tabel 6. Pada tahun 2018, produk tembakau (HS 240120)
menempati posisi pertama dengan nilai impor mencapai USD 9,63 juta dan pangsa pasar sebesar 22,42%. Selama tahun 2014-2018,
produk tembakau meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 3,92% per tahun. Pangsa pasar 20 produk impor utama Indonesia dari
Sri Lanka mencapai 69,28% dari total keseluruhan produk.
Tabel 6. Impor Produk Utama Indonesia dari Sri Lanka
14
Komoditas impor utama Indonesia dari Sri Lanka dapat dilihat pada Tabel 6.
Pada tahun 2018, produk tembakau (HS 240120) menempati posisi pertama dengan
nilai impor mencapai USD 9,63 juta dan pangsa pasar sebesar 22,42%. Selama tahun
2014-2018, produk tembakau meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
3,92% per tahun. Pangsa pasar 20 produk impor utama Indonesia dari Sri Lanka
mencapai 69,28% dari total keseluruhan produk.
Tabel 6. Impor Produk Utama Indonesia dari Sri Lanka
Perub.(%) Trend (%) Share(%)
2014 2015 2016 2017 20182018/17 2014-2018 2018
Total Impor 45.995,90 41.281,72 44.303,21 49.142,55 42.945,51 12,61- 0,37 100,00 1 240120 Tobacco; Partly Or Wholly Stemmed Or Stripped 7.733,07 10.695,65 12.572,60 10.130,43 9.628,36 4,96- 3,92 22,42 2 621210 Brassieres; Whether Or Not Knitted Or Crocheted 3.987,26 5.121,26 5.639,15 5.318,40 7.774,89 46,19 14,72 18,10 3 401290 Rubber; Tyres N.e.c. In Heading No. 4012 1.445,70 1.137,96 1.394,62 1.540,23 1.839,12 19,41 8,16 4,28 4 840710 Engines; For Aircraft, Spark-ignition Reciprocating Or Rotary Internal Combustion Piston Engines10,00 - - - 1.421,23 - - 3,31 5 090230 Tea, Black; (fermented) And Partly Fermented Tea, In Immediate Packings Of A Content Not Exceeding 3kg1.297,45 1.001,17 754,33 644,64 831,98 29,06 12,44- 1,94 6 600537 Fabrics; Warp Knit (including Those Made On Galloon Knitting Machines), Other Than Those Of Headings 60.01 To 60.04, Of Synthetic Fibres, Dyed- - 40,33 109,19 829,90 660,06 - 1,93 7 481930 Paper And Paperboard; Sacks And Bags Of Paper, Paperboard, Cellulose Wadding Or Fibres, Having A Base Of A Width Of 40cm Or More709,44 357,31 243,95 970,15 823,23 15,14- 13,84 1,92 8 090240 Tea, Black; (fermented) And Partly Fermented Tea, In Immediate Packings Of A Content Exceeding 3kg1.603,81 1.484,42 1.521,54 923,54 749,79 18,81- 18,09- 1,75 9 600632 Fabrics; Knitted Or Crocheted Fabrics, Other Than Those Of Headings 60.01 To 60.04, Of Synthetic Fibres, Dyed453,87 624,22 1.154,19 2.197,78 725,41 66,99- 24,56 1,69 10 282410 Lead; Lead Monoxide (l itharge, Massicot) 171,00 172,13 142,50 258,55 679,16 162,68 37,24 1,58 11 853590 Electrical Apparatus; N.e.c. In Heading No. 8535, For Switching Or Protecting Electrical Circuits, For A Voltage Exceeding 1000 Volts- - - - 673,10 - - 1,57 12 620462 Trousers, Bib And Brace Overalls, Breeches And Shorts; Women's Or Girls', Of Cotton (not Knitted Or Crocheted)406,30 683,47 714,64 730,99 639,64 12,50- 10,24 1,49 13 481940 Paper And Paperboard; Sacks And Bags, Including Cones, Of Paper, Paperboard, Cellulose Wadding Or Fibres, Having A Base Width Less Than 40cm- 170,07 306,34 482,65 549,95 13,94 - 1,28 14 842230 Machinery; For Fil l ing, Closing, Sealing, Capsuling Or Labelling Bottles, Cans, Bags Or Other Containers, Machinery For Aerating Beverages1,70 141,89 85,74 60,78 419,63 590,41 176,55 0,98 15 842131 Machinery; Intake Air Filters For Internal Combustion Engines - - 74,86 285,65 417,64 46,21 - 0,97 16 090210 Tea, Green; (not Fermented), In Immediate Packings Of A Content Not Exceeding 3kg1,28 132,23 217,90 292,82 379,55 29,62 237,96 0,88 17 610822 Briefs And Panties; Women's Or Girls', Of Man-made Fibres, Knitted Or Crocheted88,73 36,96 180,72 168,71 360,09 113,44 54,03 0,84 18 610910 T-shirts, Singlets And Other Vests; Of Cotton, Knitted Or Crocheted623,32 519,49 836,24 931,56 342,82 63,20- 5,93- 0,80 19 853720 Boards, Panels, Consoles, Desks And Other Bases; For Electric Control Or The Distribution Of Electricity, (other Than Switching Apparatus Of Heading No. 8517), For A Voltage Exceeding 1000 Volts- - 48,33 461,89 336,21 27,21- - 0,78 20 610990 T-shirts, Singlets And Other Vests; Of Textile Materials (other Than Cotton), Knitted Or Crocheted1.305,39 376,41 273,69 342,08 329,68 3,62- 24,78- 0,77
Sub Total 19.838,32 22.654,64 26.201,67 25.850,02 29.751,37 15,09 9,88 69,28 Others 26.157,58 18.627,09 18.101,54 23.292,53 13.194,14 43,35- 10,82- 30,72
No HS URAIANNilai : USD Ribu
Sumber: Trademap, 2019 (diolah)
Kinerja Perdagangan Indonesia – Sri Lanka
Pembentukan kerjasama perdagangan Internasional dapat dianalisis
menggunakan perhitungan Trade Complementary Index (TCI). TCI dapat menunjukkan
sejauh mana kesesuaian struktur ekspor dan impor suatu negara. Indeks yang tinggi
dapat mengindikasikan bahwa dua negara akan memperoleh keuntungan dari
peningkatan perdagangan, serta dapat berguna dalam mengevaluasi perjanjian
perdagangan bilateral atau regional yang akan terjadi.
Sumber: Trademap, 2019 (diolah)
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 20198
Kinerja Perdagangan Indonesia – Sri Lanka
Pembentukan kerjasama perdagangan Internasional dapat
dianalisis menggunakan perhitungan Trade Complementary
Index (TCI). TCI dapat menunjukkan sejauh mana kesesuaian
struktur ekspor dan impor suatu negara. Indeks yang tinggi dapat
mengindikasikan bahwa dua negara akan memperoleh keuntungan
dari peningkatan perdagangan, serta dapat berguna dalam
mengevaluasi perjanjian perdagangan bilateral atau regional yang
akan terjadi.
Gambar 1 menunjukkan pada tahun 2013-2017 tingkat
kesesuaian ekspor Indonesia terhadap struktur impor Sri Lanka
selalu lebih tinggi dibanding ekspor Sri Lanka terhadap struktur
impor Indonesia. Hal tersebut menunjukkan bahwa produk ekspor
Indonesia memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memenuhi
permintaan impor dari Sri Lanka dibanding Sri Lanka dalam
memenuhi permintaan impor Indonesia. Nilai TCI pada tahun
2017 menunjukkan tingkat kesesuaian struktur ekspor Indonesia
terhadap struktur impor Sri Lanka sebesar 22,73%, sedangkan
tingkat kesesuaian struktur ekspor Sri Lanka terhadap struktur impor
Indonesia sebesar 15,58%.
Gambar 1. Trade Complementary Index Indonesia – Sri Lanka
Sumber: Trademap, 2019 (diolah)
Nilai Revealed Symmetric Comparative Advantage (RSCA)
menunjukkan keunggulan komparatif atau daya saing ekspor dari
suatu negara dalam suatu komoditi terhadap dunia. Nilai RSCA
berkisar antara -1 sampai 1, di mana jika nilai RSCA kurang dari 0,
maka produk tersebut tidak memiliki daya saing dan jika nilai RSCA
lebih dari 0, maka produk tersebut memiliki daya saing.
Tabel 7. Revealed Symmetric Comparative Advantage
Sektor
RSCA Indonesia Relative to
RSCA Sri Lanka Relative to
Sri Lanka Global Indonesia Global
animal and animal product
0.01 0.06 -0.01 0.05
vegetable products -0.11 0.65 0.11 0.71
foodstuffs -0.02 0.08 0.02 0.10
mineral products 0.79 0.32 -0.79 -0.63chemical and allied industries
0.59 -0.15 -0.59 -0.68
plastics/rubber -0.15 0.15 0.15 0.30raw hides, skins, leather and furs
0.24 -0.33 -0.24 -0.53
wood and wooden products
0.59 0.48 -0.59 -0.16
textile -0.71 0.25 0.71 0.82
footwear/headgear 0.46 0.56 -0.46 0.12
stone/glass 0.16 -0.08 -0.16 -0.24
metals 0.52 -0.34 -0.52 -0.73
machinery/electrical 0.34 -0.49 -0.34 -0.71
transportation 0.07 -0.49 -0.07 -0.54
miscellaneous -0.08 -0.53 0.08 -0.47
Explanatory Note
Maximum Value of RSCA 1.00
Minimum Value of RSCA -1.00
Critical Point Comparative Advantafe =>0
Sumber: Trademap, 2019 (diolah)
Hasil perhitungan RSCA menunjukkan bahwa produk Indonesia
memiliki daya saing di pasar global lebih baik dari Sri Lanka yaitu
pada mineral products; dan wood and wooden products. RSCA
bilateral antara Indonesia dan Sri Lanka menunjukkan Indonesia
unggul pada sektor animal and animal product; mineral products;
chemical and allied industries; raw hides, skins, leather and furs;
wood and wooden products; footwear/headgear; stone/glass; metals;
machinery/electrical; dan transportation. Sedangkan Sri Lanka
memiliki daya saing relatif di pasar Indonesia untuk sektor vegetable
products; foodstuffs; plastics/rubber; textile; dan miscellaneous.
Penutup
Sri Lanka merupakan salah satu negara non-tradisional
yang memiliki potensi bagi perdagangan produk Indonesia.
Hal tersebut karena Indonesia memiliki kemampuan yang lebih
baik untuk memenuhi permintaan impor Sri Lanka dibandingkan
dengan kemampuan Sri Lanka dalam memenuhi permintaan
impor Indonesia. Selain itu, total perdagangan kedua negara juga
terus meningkat dalam tiga tahun terakhir sehingga kerjasama
perdagangan diantara kedua negara ini perlu ditingkatkan untuk
menambah keunggulan kompetitif bagi Indonesia.
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 9
E -commerce juga dikenal sebagai perdagangan elektronik,
adalah aktifitas pembelian dan penjualan barang atau
jasa menggunakan internet. Menurut Chaudhury, Abijit &
Jean-Pierre Kuilboer dalam laporannya di tahun 2002, e-commerce
memiliki kaitan erat dengan teknologi seperti perdagangan seluler,
transfer dana elektronik, manajemen rantai pasokan, pemasaran
internet, pemrosesan transaksi online, pertukaran data elektronik
(EDI), sistim manajemen inventaris, dan sistim pengumpulan
data otomatis. E-commerce sering digunakan untuk merujuk
pada penjualan produk fisik secara online, tetapi juga dapat
menggambarkan segala jenis transaksi komersial yang difasilitasi
melalui internet.
Mengutip dari artikel New York Times yang di cetak pada
tanggal 12 Agustus 1994, sejarah transaksi e-commerce pertama
terjadi pada 1994 dengan munculnya internet seperti yang kita
kenal sekarang. Transaksi pertama dilakukan oleh Dan Kohn,
seorang pengusaha berusia 21 tahun yang mengelola situs web
yang berbasis di New Hampshire bernama NetMarket. Pada 11
Agustus 1994, Kohn menjual album CD Sting dengan judul Ten
Summoner’s Tales kepada seorang temannya di Philadelphia, yang
menggunakan pembayaran dengan kartu kredit sebesar USD
12,48, ditambah biaya pengiriman, dalam sebuah transaksi yang
untuk pertama kalinya dilindungi oleh teknologi enkripsi. Ini adalah
transaksi pertama dari konsumen yang membeli produk dari penjual
Mario Herman Fazary & Aziza Rahmaniar Salam
DINAMIKA E-COMMERCE DI INDONESIA DAN ASEAN
melalui World Wide Web — atau “e-commerce” seperti
yang kita kenal sekarang.
Sejak itu, e-commerce telah berkembang
menjadi sebuah platform dimana produk mudah
ditemukan dan dibeli melalui online retailer serta
marketplace. Pengusaha individu, usaha mikro kecil
menengah (UMKM), hingga perusahaan besar telah
mendapatkan manfaat dari implementasi e-commerce
dalam bisnisnya, yang memungkinkan mereka
untuk menjual barang dan jasa pada skala yang
tidak mungkin dilakukan tanpa adanya e-commerce
(perluasan pasar).
E-Commerce di Indonesia
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kisah
sukses terbaik di wilayah ASEAN dalam pertumbuhan ekonomi.
Meskipun telah menghadapi gejolak ekonomi dalam Krisis Keuangan
Asia 1997, Indonesia merupakan salah satu negara dengan
pertumbuhan ekonomi tinggi di dunia. Pertumbuhan ekonomi walau
masih ditopang oleh perdagangan secara konvensional, akhir-akhir
ini perdagangan elektronik pun ikut memberikan kontribusi terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia.
20
Gambar 1. Overview Data Digital Indonesia per 2019
Source: Laporan oleh We Are Social dan Hootsuite “Digital 2019 Indonesia (January
2019)”
Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan negara, dengan menyumbang 8%
dari total penjualan ritel di Indonesia pada tahun 2018 dan diprediksi akan mencapai
18% pada tahun 2023, berdampingan dengan cepatnya pertumbuhan digitalisasi
penduduk Indonesia. Pertumbuhan pengguna internet juga diperkirakan akan
mencapai sekitar 50 juta pengguna baru diantara tahun 2015 sampai dengan 2020,
dengan total sekitar 150 juta pengguna internet di Indonesia (56% dari total
populasi). Pertumbuhan pengguna internet itu didasari oleh penetrasi pengguna
layanan telepon genggam yang sangat tinggi, dengan total 355 juta pengguna layanan
selular telepon genggam (133% dari total populasi, yang berarti satu penduduk ada
yang menggunakan lebih dari satu layanan selular). Penggunaan media sosial di
Indonesia juga termasuk yang tertinggi di dunia, dengan total pengguna aktif
Gambar 1. Overview Data Digital Indonesia per 2019
Source: Laporan oleh We Are Social dan Hootsuite “Digital 2019
Indonesia (January 2019)”
Sumber: https://www.freepik.com
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201910
Akhir-akhir ini, pertumbuhan ekonomi digital Indonesia juga
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan negara,
dengan menyumbang 8% dari total penjualan ritel di Indonesia pada
tahun 2018 dan diprediksi akan mencapai 18% pada tahun 2023,
berdampingan dengan cepatnya pertumbuhan digitalisasi penduduk
Indonesia. Pertumbuhan pengguna internet juga diperkirakan akan
mencapai sekitar 50 juta pengguna baru diantara tahun 2015 sampai
dengan 2020, dengan total sekitar 150 juta pengguna internet di
Indonesia (56% dari total populasi). Pertumbuhan pengguna internet
itu didasari oleh penetrasi pengguna layanan telepon genggam yang
sangat tinggi, dengan total 355 juta pengguna layanan selular telepon
genggam (133% dari total populasi, yang berarti satu penduduk ada
yang menggunakan lebih dari satu layanan selular). Penggunaan
media sosial di Indonesia juga termasuk yang tertinggi di dunia,
dengan total pengguna aktif sebanyak 150 juta orang (perbandingan
populasi yang telah menggunakan internet dengan jumlah pengguna
media sosial adalah 1:1).
Menurut sebuah laporan McKinsey Tahun 2018, sektor
e-commerce Indonesia terdiri dari USD 5 miliar dari online retailing
menggunakan platform (Tokopedia, Bukalapak, dan lainnya) dan lebih
dari USD 3 miliar dari perdagangan informal (perdagangan melalui
WhatsApp, Facebook, Instagram, dan lainnya).
E-commerce menyumbang 8% dari total penjualan ritel di Indonesia
pada tahun 2018, dan terus tumbuh dan diprediksi akan mencapai
18% pada tahun 2023. Hal ini didorong oleh perubahan perilaku
pembeli “melek” teknologi yang bersedia mengeluarkan lebih demi
mendapatkan kenyamanan dalam berbelanja. Hal diatas berdasarkan
sebuah studi yang dilakukan oleh bank investasi multinasional Amerika,
Morgan Stanley tahun 2019.
Berdasarkan studi diatas ukuran pasar e-commerce Indonesia
pada tahun 2018 berada di kisaran USD 12 miliar, tumbuh sebesar 50%
setiap tahunnya selama dua tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa
pasar e-commerce di ekonomi terbesar di Asia Tenggara itu mungkin
akan mengikuti jejak pertumbuhan yang sejenis dengan Tiongkok yang
diperkirakan akan berkembang setidaknya 32% per tahun selama lima
tahun ke depan menjadi USD 52 miliar pada tahun 2023.
3,189.40 3,104.20
1,895.00 1,859.40 1,976.70
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
Electronics & Media Fashion Toys, Hobby & DIY Furniture &Appliances
Food & Personal Care
(In million USD)
Revenue
Gambar 2. Revenue E-Commerce per Kategori di tahun 2018
Source: Statista (2019)
Sumber: https://www.freepik.com
E - C O M M E R C E
E - C O M M E R C E
E - C O M M E R C EMONEY BANK1234 5678 9101 1213
12 23
BUY NOW
SALExxlm-2
Global
ReachGlobal
ReachGlobal
Reach
CARDPAYMENT
CARDPAYMENT
CARDPAYMENT
OPEN24/7
OPEN24/7
OPEN24/7
guaranteedSafe purchase
guaranteedSafe purchase
guaranteedSafe purchase
Track
your orderTrack
your orderTrack
your orderDeliverywhereveryou like
Deliverywhereveryou like
Deliverywhereveryou like
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 11
Berdasarkan Gambar 2 penerimaan e-commerce, pada tahun
2018 ada lima kategori yang menyumbang pendapatan terbesar di
e-commerce. Elektronik dan media menempati kategori teratas dengan
menghasilkan sekitar USD 3,19 miliar, disusul oleh fashion USD 3,1
miliar. Di peringkat ke tiga terdapat kategori makanan dan kebutuhan
pribadi di angka USD 1,98 miliar, yang disusul oleh kategori mainan
dan hobi sebesar USD 1,89 miliar di peringkat ke empat. Furniture dan
perkakas menempati peringkat terakhir mencapai angka USD 1,86
miliar dengan selisih yang kecil dengan posisi ke empat.
Indonesia memiliki startup teknologi Unicorn terbanyak di
Asia Tenggara, termasuk Bukalapak, Go-Jek, Tokopedia, Traveloka
serta yang terbaru adalah OVO. Tokopedia adalah e-commerce
dengan jumlah pengunjung terbesar di Indonesia sebanyak 168 juta
pengunjung selama triwulan ke IV tahun 2018. Jumlah pengunjung
e-commerce yang didirikan oleh Willian Tanuwijaya tersebut naik
9,35% dari triwulan sebelumnya dan melonjak 45% dari triwulan yang
sama tahun sebelumnya. Di peringkat ke dua disusul oleh Bukalapak
dengan 116 juta pengunjung. Selain menciptakan peluang bisnis
yang signifikan, perkembangan pesat digital Indonesia memiliki
dampak yang substansial pada para penduduk Indonesia (dalam
bentuk pekerjaan baru, peningkatan akses ke layanan, dan tingkat
konektivitas yang lebih besar dengan masyarakat global).
23
Gambar 3. Jumlah Pengunjung Platform E-commerce Pada Triwulan ke-IV tahun
2018
Source: iPrice (databoks) (Triwulan ke-IV tahun 2018)
Peningkatan e-commerce juga didukung oleh penggunaan jasa keuangan
dengan telepon genggam serta kemudahan dalam melakukan transaksi melalui
perangkat tersebut. 61% dari orang-orang yang terkoneksi dengan internet
memanfaatkan fasilitas mobile banking dan 35% dari pengguna internet melakukan
pembayaran melalui telepon selular mereka. Peningkatan e-commerce juga
dikarenakan adanya user-friendly environment yang berarti kemudahan bagi para
pengguna dalam mengakses fasilitas-fasilitas e-commerce tersebut, salah satunya
dengan bertransaksi menggunakan telepon selular yang jumlahnya mencapai 76%
dari total pengguna internet pernah membeli barang online menggunakan telepon
selular.
Gambar 3. Jumlah Pengunjung Platform E-commerce
Pada Triwulan ke-IV tahun 2018
Source: iPrice (databoks) (Triwulan ke-IV tahun 2018)
Peningkatan e-commerce juga didukung oleh penggunaan
jasa keuangan dengan telepon genggam serta kemudahan dalam
melakukan transaksi melalui perangkat tersebut. 61% dari orang-
orang yang terkoneksi dengan internet memanfaatkan fasilitas
mobile banking dan 35% dari pengguna internet melakukan
pembayaran melalui telepon selular mereka. Peningkatan
e-commerce juga dikarenakan adanya user-friendly environment
yang berarti kemudahan bagi para pengguna dalam mengakses
fasilitas-fasilitas e-commerce tersebut, salah satunya dengan
bertransaksi menggunakan telepon selular yang jumlahnya
mencapai 76% dari total pengguna internet pernah membeli barang
online menggunakan telepon selular.
Gambar 4. Data Aktivitas Keuangan yang Terintegrasi dengan
Internet di Indonesia
Source: Laporan oleh We Are Social dan Hootsuite “Digital 2019
Indonesia (January 2019)”
Sektor perdagangan online Indonesia telah memiliki dampak
yang besar dalam menyediakan lowongan pekerjaan. Berdasarkan
laporan McKinsey (2018), pada tahun 2022 diperkirakan
perdagangan online akan secara langsung atau tidak langsung
mendukung sekitar 26 juta pekerjaan, meningkat dari sekitar empat
juta pekerjaan di tahun 2018. Dukungan langsung mencakup
pekerjaan baru yang tidak akan ada jika e-commerce tidak ada
(misalnya: programmer di perusahaan perdagangan online
dan perusahaan logistik). Dampak yang tidak langsung yang
ditimbulkan oleh pertumbuhan e-commerce sangat dipengaruhi
oleh aliran pendapatan perdagangan e-commerce, contohnya
dengan berdagang online UMKM mendapatkan untung lebih besar
sehingga pemilik UMKM beralih dari offline ke penjualan online atau
juga penyedia pembayaran yang mengubah layanan mereka dari
toko fisik ke penjualan online.
Selain dari dampak positif yang berpotensi dapat ditimbulkan
oleh e-commerce, menurut sebuah laporan yang dibuat oleh
Kementerian Perdagangan tahun 2019, terdapat beberapa
tantangan internal dan eksternal yang akan dihadapi oleh Indonesia
dalam perkembangan e-commerce. Secara internal Indonesia
belum memiliki sistim yang baik dalam pendataan transaksi
e-commerce, yang dapat menyebabkan tidak terdeteksinya atau
tidak dapat didatanya transaksi e-commerce tersebut. Untuk faktor
eksternalnya, e-commerce dapat memicu terjadinya cross-border
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201912
transfer of information by electronic means yang menyebabkan ada
potensi terjadinya penyalahgunaan atau pencurian informasi pribadi
milik pelanggan e-commerce.
E-Commerce di ASEAN
Asia Tenggara saat ini merupakan pasar yang sangat menarik
bagi perusahaan yang terlibat secara global di sektor e-commerce
dan juga pemain lokal yang memiliki skala lebih kecil. Dalam hal
penetrasi internet dan seluler, warga Asia Tenggara telah dengan
cepat beradaptasi dalam memanfaatkan peluang baru yang
tersedia untuk pembelian produk dan layanan online.
Berdasarkan laporan Temasek dan Google (2018), jumlah
pengguna Internet di Asia Tenggara, khususnya di enam negara
ASEAN terbesar jumlahnya mencapai 350 juta telah menciptakan
pasar besar yang belum termanfaatkan. Meskipun pasar
e-commerce Singapura sudah lebih matang dan pasar Malaysia
juga lebih dinamis, pasar e-commerce di Indonesia, Thailand,
Filipina, dan Vietnam, e-commerce yang masih pada tahap awal
dapat menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi yang penting
bagi ASEAN.
E-Commerce menjadi semakin penting di negara-negara
anggota ASEAN dalam beberapa tahun terakhir. Walaupun ASEAN
memiliki pasar yang secara kolektif besar, ada tantangan signifikan
untuk mengembangkan e-commerce di beberapa negara ASEAN.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, ASEAN berinisiatif untuk
membuat persetujuan ASEAN Agreement on E-Commerce.
Persetujuan ASEAN Agreement on E-Commerce merupakan
kesepakatan dalam hal e-commerce yang ditandatangani oleh
negara-negara ASEAN. Persetujuan ini dilakukan dikarenakan
negara-negara anggota ASEAN memandang e-commerce memiliki
peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi serta pengembangan
sosial di ASEAN. Persetujuan ini dibuat berdasarkan Article 5
(Facilitation of the Growth of Electronic Commerce) of the e-ASEAN
Framework Agreement yang telah di tandatangani oleh para
pemimpin ASEAN pada tanggal 24 November 2000 di Singapura.
Dibuatnya persetujuan ini juga mengakui pentingnya kontribusi
e-commerce dalam memfasilitasi perdagangan dan investasi cross-
border, dan mengurangi barriers to entry serta biaya operasional
dalam bisnis secara signifikan, terutama pada Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah (UMKM). Persetujuan ini menekankan pentingnya
koordinasi dan kerjasama di antara negara-negara anggota ASEAN
untuk meningkatkan perkembangan dan penggunaan e-commerce
serta memfasilitasi transaksi cross-border e-commerce guna
memaksimalkan keuntungan integrasi ekonomi regional ASEAN.
Persetujuan ASEAN Agreement on E-Commerce memiliki
tujuan untuk mengurangi hambatan-hambatan dalam perdagangan
barang dan jasa dalam bidang e-commerce (Perdagangan Melalui
Sistem Elektronik – PMSE) untuk meningkatkan efisiensi integrasi
ekonomi diantara anggotanya. Dalam mencapai hal tersebut,
berbagai komitmen dan disiplin dituangkan ke dalam 19 pasal dalam
persetujuan ASEAN Agreement on E-Commerce yang secara umum
mencakup disiplin dan komitmen dalam fasilitasi perdagangan
barang, perdagangan jasa (termasuk investasi sektor jasa), serta
hal-hal lain secara elektronik.
Berdasarkan hasil kajian Kementerian Perdagangan (2019),
dalam menghadapi perjanjian diatas pemerintah sedang
melaksanakan persiapan bersama dengan pihak swasta.
Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) sedang
mempersiapkan RUU Perlindungan Data Pribadi untuk upaya
perlindungan data konsumen. Pihak pemerintah yang dipimpin
oleh Kementerian Perdagangan juga sedang mempersiapkan
proses ratifikasi dari perjanjian ASEAN Agreement on E-Commerce
agar dapat segera diterapkan di Indonesia. Dalam persiapannya,
pemerintah juga bekerja sama dengan pihak swasta untuk
mempersiapkan infrastruktur perdagangan e-commerce Indonesia
agar dapat bersaing di ASEAN.
Sumber: https://www.freepik.com
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 13
Tabel 1. Ilustrasi Pembuatan Garis MA
Tanggal Harga Pasar Harga Rata-Rata (5 hari)
1-Jan-18 7.800
2-Jan-18 8.400
3-Jan-18 8.400
4-Jan-18 8.400
5-Jan-18 8.800 8.360 (rata-rata harga dari tanggal 1-5 Jan-18)
6-Jan-18 8.800 8.560 (rata-rata harga dari tanggal 2-6 Jan-18)
7-Jan-18 8.800 8.640 (rata-rata harga dari tanggal 3-7 Jan-18)
8-Jan-18 8.800 8.720 (rata-rata harga dari tanggal 4-8 Jan-18)
9-Jan-18 8.900 8.820 (rata-rata harga dari tanggal 5-9 Jan-18)
10-Jan-18 8.900 8.840 (rata-rata harga dari tanggal 6-10 Jan-18)
Fungsi Garis MA
Garis MA dalam analisis harga saham dan forex adalah:
a. Menentukan trend, support, dan resistance;
b. Menandakan atau mengkonfirmasi adanya sinyal bullish (harga
naik) dan sinyal bearish (harga turun). Bila harga saham
memotong garis MA dari bawah, maka terdapat sinyal bullish
yang dapat menjadi trend bullish. Bila harga saham memotong
garis MA dari atas, maka terdapat sinyal bearish yang dapat
menjadi trend bearish; dan
c. Sebagai filter pada indikator lain.
Fungsi garis MA tersebut di atas, yang biasa ditemukan dalam
analisis harga saham dan forex, akan disimulasikan pada harga
beras untuk mengetahui apakah garis MA dapat diaplikasikan
dalam analisis harga beras.
Sumber Data
Harga beras yang dianalisis adalah harga beras grosir di
Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), khususnya beras jenis IR 64-
III (beras medium), untuk periode tanggal 1 Desember 2018-31
Januari 2019 (425 hari). Pasar ini memasok beras yang sangat
banyak untuk wilayah Jakarta sehingga pergerakan harga di PIBC
sangat mempengaruhi pergerakan harga beras di pasar eceran.
Menurut Laporan Akhir Analisis Efektifitas Operasi Pasar Beras
yang diterbitkan tahun 2015 oleh Pusat Kebijakan Perdagangan
Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan
Perdagangan (BPPKP), Kementerian Perdagangan dinyatakan
bahwa setiap kenaikan harga beras di PIBC sebesar 1% akan
mendorong kenaikan harga rata-rata beras di tingkat eceran sebesar
0,48%—ceteris paribus.
Grafik Harga Beras, MA5, MA10, MA20 dan MA90
Untuk memahami bentuk dan sifat dari garis MA, berikut ini
adalah gambar grafik harga beras beserta beberapa contoh garis MA.
Gambar 1. Harga Beras dan MA5
31
Sumber Data
Harga beras yang dianalisis adalah harga beras grosir di Pasar Induk Beras
Cipinang (PIBC), khususnya beras jenis IR 64-III (beras medium), untuk periode
tanggal 1 Desember 2018-31 Januari 2019 (425 hari). Pasar ini memasok beras yang
sangat banyak untuk wilayah Jakarta sehingga pergerakan harga di PIBC sangat
mempengaruhi pergerakan harga beras di pasar eceran. Menurut Laporan Akhir
Analisis Efektifitas Operasi Pasar Beras yang diterbitkan tahun 2015 oleh Pusat
Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri, Badan Pengkajian dan Pengembangan
Kebijakan Perdagangan (BPPKP), Kementerian Perdagangan dinyatakan bahwa
setiap kenaikan harga beras di PIBC sebesar 1% akan mendorong kenaikan harga
rata-rata beras di tingkat eceran sebesar 0,48%—ceteris paribus.
Grafik Harga Beras, MA5, MA10, MA20 dan MA90
Untuk memahami bentuk dan sifat dari garis MA, berikut ini adalah gambar
grafik harga beras beserta beberapa contoh garis MA.
Gambar 1. Harga Beras dan MA5
Garis MA5 selalu menempel pada garis harga karena MA5
mempunyai periode yang pendek. Pada Gambar di atas terdapat titik
MA5 Cross, yaitu titik dimana garis harga memotong garis MA5 baik
dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari bawah,
seperti yang terjadi pada tanggal 6 Maret, 24 April dan 25 Oktober
2018, maka ada sinyal bullish atau cenderung naik. Jika garis harga
memotong dari atas, seperti pada tanggal 27 Maret, 24 Mei dan
23 November 2018, maka ada sinyal bearish atau cederung turun.
Terjadi cross sebanyak 48 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember
2018-31 Januari 2019) yang menunjukkan pergantian jenis sinyal
yang terlalu sering. Secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak enam
hari, dengan minimum selama satu hari dan maksimum selama 38
hari. Pergantian sinyal ini dapat memberi bahan untuk pengambilan
keputusan apakah akan memulai atau mengakhiri operasi pasar
beras. Sinyal bullish untuk memulai operasi pasar dan sinyal bearish
untuk mengakhiri operasi pasar.
Hal tersebut menunjukkan garis MA5 memiliki sifat yang sensitif
terhadap perubahan harga secara harian sehingga lebih cocok
digunakan untuk analisa harga secara harian. Namun demikian, MA5
Cross berhasil mengkonfimasi adanya trend kenaikan harga dari
tanggal 2-26 Januari 2018 dan 15 Oktober-23 November 2018. MA
Cross juga berhasil mengkonfirmasi adanya trend penurunan harga
dari tanggal 27 Maret-8 April 2018. D e n g a n
keberhasilan tersebut, garis
MA5 dapat digunakan
untuk analisis harga
dan operasi pasar
beras.
Sumber : https://www.pngdownload.id/
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 15
Gambar 2. Harga Beras dengan MA10
33
Gambar 2. Harga Beras dengan MA10
Serupa dengan garis MA5, garis MA10 juga menempel pada garis harga
dikarenakan MA10 termasuk dalam kategori periode pendek. Pada Gambar 2
terdapat titik MA10 Cross, yaitu titik dimana garis harga memotong garis MA10 baik
dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari bawah, seperti yang
terjadi pada tanggal 6 Maret, 24 April dan 11 Juli 2018, maka ada sinyal bullish. Jika
garis harga memotong dari atas, seperti pada tanggal 27 Januari, 27 Maret dan 25
Mei 2018, maka ada sinyal bearish. Terjadi cross sebanyak 30 kali dalam rentang 425
hari (1 Desember 2018-31 Januari 2019). Hal tersebut menunjukkan pergantian
sinyal yang terlalu sering, karena secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak 11 hari,
dengan minimum selama 1 hari dan maksimum selama 39 hari.
Hal tersebut menunjukkan bahwa garis MA10 memiliki sifat yang sensitif
terhadap perubahan harga secara harian sehingga lebih cocok digunakan untuk
analisa harga secara harian. Namun demikian, MA10 Cross berhasil mengkonfimasi
adanya trend bullish dari tanggal 2 Januari-27 Maret 2018 dan
15 Oktober-23 November 2018. MA10 Cross juga berhasil mengkonfirmasi adanya
Serupa dengan garis MA5, garis MA10 juga menempel pada
garis harga dikarenakan MA10 termasuk dalam kategori periode
pendek. Pada Gambar 2 terdapat titik MA10 Cross, yaitu titik dimana
garis harga memotong garis MA10 baik dari bawah atau dari atas.
Jika garis harga memotong dari bawah, seperti yang terjadi pada
tanggal 6 Maret, 24 April dan 11 Juli 2018, maka ada sinyal bullish.
Jika garis harga memotong dari atas, seperti pada tanggal 27
Januari, 27 Maret dan 25 Mei 2018, maka ada sinyal bearish. Terjadi
cross sebanyak 30 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember 2018-
31 Januari 2019). Hal tersebut menunjukkan pergantian sinyal yang
terlalu sering, karena secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak 11
hari, dengan minimum selama 1 hari dan maksimum selama 39 hari.
Hal tersebut menunjukkan bahwa garis MA10 memiliki sifat
yang sensitif terhadap perubahan harga secara harian sehingga
lebih cocok digunakan untuk analisa harga secara harian. Namun
demikian, MA10 Cross berhasil mengkonfimasi adanya trend
bullish dari tanggal 2 Januari-27 Maret 2018 dan 15 Oktober-23
November 2018. MA10 Cross juga berhasil mengkonfirmasi adanya
trend bearish harga dari tanggal 27 Maret-12 April 2018. Dengan
keberhasilan tersebut, garis MA10 dapat digunakan untuk analisis
harga dan operasi pasar beras.
Gambar 3. Harga Beras dengan MA20
34
trend bearish harga dari tanggal 27 Maret-12 April 2018. Dengan keberhasilan
tersebut, garis MA10 dapat digunakan untuk analisis harga dan operasi pasar beras.
Gambar 3. Harga Beras dengan MA20
Garis MA20 menggunakan periode waktu yang lebih lebar sehingga tidak
terlalu menempel pada garis harga seperti pada Gambar 1 dan 2. Trend yang
ditunjukkan lebih cocok digunakan untuk analisa harga secara mingguan. Pada
Gambar 3 terdapat MA20 Cross, yaitu titik dimana garis harga memotong garis
MA20 baik dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari bawah, seperti
yang terjadi pada tanggal 6 Maret, 25 April dan 16 Juli 2018, maka ada sinyal bullish
atau cenderung naik. Jika garis harga memotong dari atas, seperti pada tanggal 27
Januari, 27 Maret dan 28 Mei 2018, maka ada sinyal bearish atau cederung turun.
Terjadi cross sebanyak 26 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember 2018-31 Januari
2019). Pergantian sinyal tidak terlalu sering, seperti yang terjadi pada MA5 dan
MA10, karena secara rata-rata sinyal berganti sebanyak 13 hari dengan minimum
selama satu hari dan maksimum selama 53 hari.
Hal tersebut menunjukkan bahwa garis MA20 tidak memiliki sifat yang
sensitif terhadap perubahan harga secara harian. MA20 Cross berhasil
Garis MA20 menggunakan periode waktu yang lebih lebar
sehingga tidak terlalu menempel pada garis harga seperti pada
Gambar 1 dan 2. Trend yang ditunjukkan lebih cocok digunakan
untuk analisa harga secara mingguan. Pada Gambar 3 terdapat
MA20 Cross, yaitu titik dimana garis harga memotong garis MA20
baik dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari
bawah, seperti yang terjadi pada tanggal 6 Maret, 25 April dan 16 Juli
2018, maka ada sinyal bullish atau cenderung naik. Jika garis harga
memotong dari atas, seperti pada tanggal 27 Januari, 27 Maret dan
28 Mei 2018, maka ada sinyal bearish atau cederung turun. Terjadi
cross sebanyak 26 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember 2018-
31 Januari 2019). Pergantian sinyal tidak terlalu sering, seperti yang
terjadi pada MA5 dan MA10, karena secara rata-rata sinyal berganti
sebanyak 13 hari dengan minimum selama satu hari dan maksimum
selama 53 hari.
Hal tersebut menunjukkan bahwa garis MA20 tidak memiliki sifat
yang sensitif terhadap perubahan harga secara harian. MA20 Cross
berhasil mengkonfimasi adanya trend kenaikan harga dari tanggal 2
Januari-27 Maret 2018, 16 Juli-3 September 2018 dan 1 Oktober-23
November 2018. MA10 Cross juga berhasil mengkonfirmasi adanya
trend penurunan harga dari tanggal 27 Maret-24 April 2018. Dengan
keberhasilan tersebut, garis MA20 dapat digunakan untuk analisis
harga dan operasi pasar beras.
Gambar 4. Harga Beras dengan MA90
35
mengkonfimasi adanya trend kenaikan harga dari tanggal 2 Januari-27 Maret 2018,
16 Juli-3 September 2018 dan 1 Oktober-23 November 2018. MA10 Cross juga
berhasil mengkonfirmasi adanya trend penurunan harga dari tanggal 27 Maret-
24 April 2018. Dengan keberhasilan tersebut, garis MA20 dapat digunakan untuk
analisis harga dan operasi pasar beras.
Gambar 4. Harga Beras dengan MA90
Garis MA90 menggunakan periode waktu yang panjang sehingga tidak
menempel pada garis harga seperti pada Gambar 1, 2 dan 3. Pada Gambar 4
terdapat MA Cross 90, yaitu titik dimana garis harga aktual memotong garis MA90
baik dari bawah atau dari atas. Jika garis harga memotong dari bawah, seperti yang
terjadi pada tanggal 5 Januari, 6 Februari dan 1 Agustus 2018, maka ada sinyal
bullish atau cenderung naik. Jika garis harga memotong dari atas, seperti pada
tanggal 2 April, 25 Mei dan 27 November 2018, maka ada sinyal bearish atau
cederung turun. Terjadi cross sebanyak 12 kali dalam rentang 425 hari (1 Desember
2018-31 Januari 2019). Hal tersebut menunjukkan pergantian sinyal yang tidak
terlalu sering, karena secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak 30 hari dengan
minimum selama satu hari dan maksimum selama 118 hari.
Garis MA90 menggunakan periode waktu yang panjang
sehingga tidak menempel pada garis harga seperti pada Gambar 1,
2 dan 3. Pada Gambar 4 terdapat MA Cross 90, yaitu titik dimana garis
harga aktual memotong garis MA90 baik dari bawah atau dari atas.
Jika garis harga memotong dari bawah, seperti yang terjadi pada
tanggal 5 Januari, 6 Februari dan 1 Agustus 2018, maka ada sinyal
bullish atau cenderung naik. Jika garis harga memotong dari atas,
seperti pada tanggal 2 April, 25 Mei dan 27 November 2018, maka
ada sinyal bearish atau cederung turun. Terjadi cross sebanyak 12
kali dalam rentang 425 hari (1 Desember 2018-31 Januari 2019). Hal
tersebut menunjukkan pergantian sinyal yang tidak terlalu sering,
karena secara rata-rata, sinyal berganti sebanyak 30 hari dengan
minimum selama satu hari dan maksimum selama 118 hari.
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201916
Jika diasumsikan bahwa bullish adalah kenaikan harga lebih
dari 1% sejak titik cross, dan bearish adalah penurunan harga lebih
dari 1% sejak titik cross, maka garis MA5 adalah garis yang paling
banyak mengkonfirmasi bullish dan bearish, sedangkan MA90
adalah garis yang paling sedikit mengkonfirmasi bullish dan bearish.
MA5 dan MA10 sensitif terhadap perubahan harga harian
sehingga sinyal yang ditampilkan sering berubah antara sinyal
bullish atau sinyal bearish. MA5 dan MA10 lebih sesuai untuk
analisis harga dalam jangka pendek. Sedangkan MA20 dan MA90
tidak terlalu sensitif terhadap perubahan harga harian sehingga
sinyal yang ditampilkan tidak sering berubah. MA20 lebih sesuai
untuk analisis harga dalam jangka menengah, sedangkan MA90
lebih sesuai untuk jangka panjang. Nilai interval MA harus diatur
untuk menentukan jangka waktu yang dianalisis.
Fake Signal (Sinyal Palsu)
Sering kali terjadi, walaupun garis harga telah berada di atas
garis MA, harga beras tidak melanjutkan kenaikan yang signifikan
namun justru turun dan kembali berada di bawah garis MA. Hal yang
sebaliknya juga dapat terjadi yaitu walaupun garis harga berada di
bawah garis MA, harga beras tidak melanjutkan penurunan yang
signifikan namun justru naik dan kembali berada di atas garis MA.
Kejadian tersebut dikenal dengan istilah fake signal (sinyal palsu).
Pada penelitian ini, persentase selisih harga beras dan MA yang
ditetapkan sebagai fake signal adalah diantara -1% hingga 1%.
Garis MA5 adalah garis yang paling banyak memiliki fake signal,
yaitu 39 kali karena garis MA5 sangat sensitif terhadap perubahan
harga. Adapun jumlah fake signal untuk MA10, MA20 dan MA90,
masing-masing sebanyak 21 kali, 21 kali dan 10 kali. Contoh fake
signal ditunjukkan pada Gambar 5.
Hal ini menunjukkan garis MA90 tidak memiliki sifat yang sensitif terhadap perubahan harga secara harian—jumlah cross MA 90
relatif lebih sedikit dibandingkan dengan MA5, MA10 dan MA20. Namun demikian MA90 Cross berhasil mengkonfirmasi adanya trend
kenaikan harga dalam jangka panjang dari tanggal 6 Februari-31 Maret 2018 dan 1 Agustus-26 November 2018. MA90 Cross juga berhasil
mengkonfirmasi adanya trend penurunan harga dalam jangka panjang dari tanggal 25 Mei-31 Juli 2018. Dengan keberhasilan tersebut,
garis MA90 dapat digunakan untuk analisis harga dan operasi pasar beras.
Perbedaan Fungsi MA5, MA10, MA20 dan MA90
Berdasarkan Gambar 1-4 dan uraian di atas, berikut adalah tabel yang menunjukkan perbedaan sifat dan bentuk grafik antara MA5,
MA10, MA20 dan MA90:
Tabel 2. Perbedaan MA5, MA10, MA20 dan MA90
GarisMA
Titik Cross
Bullish Bearish Sensitivitas Terhadap
HargaPeriodeUptrend
KenaikanTertinggi
PeriodeDowntrend
PenurunanTerendah
MA 5 48 kali(6 hari)
2-Jan-26-Jan-186-18-Mar-18
24-Apr-6-May-1810-12-Jul-1816-23-Jul-18
30-Jul-4-Aug-187-14-Aug-18
15-Oct-22-Nov-18
5,95%5,70%3,54%1,21%1,50%1,19%1,75%4,24%
27-Jan-5-Mar-1827-Mar-8-Apr-1824-May-4-Jun-18
24-28-Aug-187-11-Sep-18
-1,73%-7,10%-4,29%-1,12%-1,14%
Sensitif dalam jangka pendek (harian)
MA10 30 kali(11 hari)
2-26-Jan-186-26-Mar-18
24-Apr-6-May-1811-25-Jul-18
30-Jul-17-Aug-1815-Oct-22-Nov-18
5,95%6,27%3,54%1,81%3,56%4,24%
27-Jan-5-Mar-1827-Mar-12-Apr-1825-May-7-Jun-1822-Jun-10-Jul-18
7-12-Sep-18
-1,73%-7,38%-3,74%-2,08%-1,14%
MA20 26 kali(13 hari)
2-26-Jan-186-26-Mar-18
25-Apr-7-May-1816-Jul-2-Sep-181-Oct-22-Nov-18
5,95%6,27%3,24%7,51%4,83%
27-Jan-5-Mar-1827-Mar-24-Apr-1828-May-17-Jun-1822-Jun-11-Jul-18
7-13-Sep-18
-1,73%-8,20%-2,90%-2,08%-1,14%
Sensitif dalam jangka menengah
(mingguan)
MA90 12 kali(30 hari)
5-28-Jan-186-Feb-1 Apr-18
1-Aug-26-Nov-18
1,14%9,71%8,21%
2-29-Apr-1825-May-31-Jul-18
-3,72%-5,46%
Sensitif dalam jangka panjang (bulanan)
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 17
Gambar 5. Fake Signal Juni 2019
38
Gambar 5. Fake Signal Juni 2019
Penggunaan dua jenis garis MA (double MA)
Pengambilan keputusan terkait kapan memulai dan mengakhiri operasi pasar
bisa sangat sulit karena volatilitas harga selalu memunculkan banyak fake signal.
Untuk menghindari pengambilan keputusan yang salah akibat fake signal, maka garis
MA harus dibantu dengan garis MA lain yang intervalnya lebih lama untuk membuat
suatu titik konfirmasi. Misalnya, garis MA5 perlu dibantu dengan garis MA lain yang
tidak terlalu sensitif dengan pergerakan harga, misalnya MA20. Titik konfirmasi
diperoleh ketika garis MA20 memotong garis MA5 dari bawah atau atas garis.
Berikut adalah contoh grafik yang menyajikan penggunaan double MA:
Gambar 6: Double MA
Penggunaan dua jenis garis MA (double MA)
Pengambilan keputusan terkait kapan memulai dan mengakhiri
operasi pasar bisa sangat sulit karena volatilitas harga selalu
memunculkan banyak fake signal. Untuk menghindari pengambilan
keputusan yang salah akibat fake signal, maka garis MA harus
dibantu dengan garis MA lain yang intervalnya lebih lama untuk
membuat suatu titik konfirmasi. Misalnya, garis MA5 perlu dibantu
dengan garis MA lain yang tidak terlalu sensitif dengan pergerakan
harga, misalnya MA20. Titik konfirmasi diperoleh ketika garis MA20
memotong garis MA5 dari bawah atau atas garis. Berikut adalah
contoh grafik yang menyajikan penggunaan double MA:
Gambar 6: Double MA
38
Gambar 5. Fake Signal Juni 2019
Penggunaan dua jenis garis MA (double MA)
Pengambilan keputusan terkait kapan memulai dan mengakhiri operasi pasar
bisa sangat sulit karena volatilitas harga selalu memunculkan banyak fake signal.
Untuk menghindari pengambilan keputusan yang salah akibat fake signal, maka garis
MA harus dibantu dengan garis MA lain yang intervalnya lebih lama untuk membuat
suatu titik konfirmasi. Misalnya, garis MA5 perlu dibantu dengan garis MA lain yang
tidak terlalu sensitif dengan pergerakan harga, misalnya MA20. Titik konfirmasi
diperoleh ketika garis MA20 memotong garis MA5 dari bawah atau atas garis.
Berikut adalah contoh grafik yang menyajikan penggunaan double MA:
Gambar 6: Double MA
Setelah melewati titik konfirmasi (cross MA5&20) pada tanggal 6
Maret 2018, Pemerintah memutuskan untuk melakukan operasi pasar
beras dengan target garis harga beras berada di bawah garis MA5.
Bullish tersebut berlanjut hingga tanggal 18 Maret. Pada tanggal
19 Maret 2018 terdapat sinyal bearish yang segera berganti menjadi
sinyal bullish pada tanggal 21 Maret 2018. Pergantian sinyal yang
terlalu cepat akan membingungkan untuk pengambilan keputusan
kapan menghentikan operasi pasar. Oleh karena itu, diperlukan
garis MA20 untuk menghilangkan sensitivitas garis MA5 terhadap
harga. Cara penggunaannya adalah mencari titik potong (cross)
antara MA5 dan MA20 untuk dijadikan titik konfirmasi penghentian
operasi pasar, yang pada grafik di atas terjadi di tanggal 29 Maret
2018 saat harga beras mencapai Rp8.850.
Untuk memberikan gambaran lebih banyak penggunaan
double MA5&20, berikut adalah grafik penggunaannya dalam
rentang waktu setahun:
Gambar 7. Double MA (5 dan 20)
39
Setelah melewati titik konfirmasi (cross MA5&20) pada tanggal 6 Maret
2018, Pemerintah memutuskan untuk melakukan operasi pasar beras dengan target
garis harga beras berada di bawah garis MA5. Bullish tersebut berlanjut hingga
tanggal 18 Maret. Pada tanggal 19 Maret 2018 terdapat sinyal bearish yang segera
berganti menjadi sinyal bullish pada tanggal 21 Maret 2018. Pergantian sinyal yang
terlalu cepat akan membingungkan untuk pengambilan keputusan kapan
menghentikan operasi pasar. Oleh karena itu, diperlukan garis MA20 untuk
menghilangkan sensitivitas garis MA5 terhadap harga. Cara penggunaannya adalah
mencari titik potong (cross) antara MA5 dan MA20 untuk dijadikan titik konfirmasi
penghentian operasi pasar, yang pada grafik di atas terjadi di tanggal 29 Maret 2018
saat harga beras mencapai Rp8.850.
Untuk memberikan gambaran lebih banyak penggunaan double MA5&20,
berikut adalah grafik penggunaannya dalam rentang waktu setahun:
Gambar 7. Double MA (5 dan 20)
Dari Gambar 7, kondisi fake signal seperti tanggal 18-28 Maret
2018, terjadi pula pada tanggal 7-21 Mei 2018, di mana terdapat
banyak MA5 cross. Penggunaan double MA akan sangat membantu
menemukan titik konfirmasi atau titik keyakinan apakah suatu sinyal
bullish dan bearish yang diberikan garis MA5 dapat berlanjut dari
bullish/bearish jangka pendek menjadi jangka menengah.
Contoh fungsi lain dari double MA method adalah penggunaan
MA20 dan MA90 untuk menentukan apakah bullish/bearish jangka
menengah dapat menjadi bullish/bearish jangka panjang. Berikut
grafik double MA (20&90):
Gambar 8. Double MA (20 dan 90), April-September 2018
40
Dari Gambar 7, kondisi fake signal seperti tanggal 18-28 Maret 2018, terjadi
pula pada tanggal 7-21 Mei 2018, di mana terdapat banyak MA5 cross. Penggunaan
double MA akan sangat membantu menemukan titik konfirmasi atau titik keyakinan
apakah suatu sinyal bullish dan bearish yang diberikan garis MA5 dapat berlanjut
dari bullish/bearish jangka pendek menjadi jangka menengah.
Contoh fungsi lain dari double MA method adalah penggunaan MA20 dan
MA90 untuk menentukan apakah bullish/bearish jangka menengah dapat menjadi
bullish/bearish jangka panjang. Berikut grafik double MA (20&90):
Gambar 8. Double MA (20 dan 90), April-September 2018
Pada bulan Mei 2018, garis MA20 memberikan dua kali fake signal bullish,
yaitu pada tanggal 9 Mei dan 16 Mei 2018, namun sinyal tersebut tidak berlanjut ke
jangka panjang karena pada tanggal 28 Mei 2018 terjadi sinyal bearish yang
berlanjut menjadi trend bearish hingga harga mencapai titik terendah selama tahun
2018 yaitu Rp8.225 (7-9 Juli). Fake signal bullish juga muncul lagi pada tanggal
18 Juni dan 12 Juli, karena tidak berlanjut menjadi trend bullish. Pada saat-saat
terjadinya fake bullish, keputusan untuk melakukan operasi pasar berpotensi
merugikan pemerintah karena beras dijual dengan harga yang lebih murah padahal
Pada bulan Mei 2018, garis MA20 memberikan dua kali fake
signal bullish, yaitu pada tanggal 9 Mei dan 16 Mei 2018, namun
sinyal tersebut tidak berlanjut ke jangka panjang karena pada
tanggal 28 Mei 2018 terjadi sinyal bearish yang berlanjut menjadi
trend bearish hingga harga mencapai titik terendah selama tahun
2018 yaitu Rp8.225 (7-9 Juli). Fake signal bullish juga muncul lagi
pada tanggal 18 Juni dan 12 Juli, karena tidak berlanjut menjadi
trend bullish. Pada saat-saat terjadinya fake bullish, keputusan
untuk melakukan operasi pasar berpotensi merugikan pemerintah
karena beras dijual dengan harga yang lebih murah padahal tidak
terjadi kenaikan harga dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201918
itu, butuh suatu titik konfirmasi apakah bullish jangka panjang akan
terjadi dan operasi pasar bisa dilaksanakan.
MA20 kemudian menunjukkan sinyal bullish pada tanggal 16 Juli
2018 yang kemudian menjadi trend bullish jangka menengah, yaitu
saat garis MA20 memotong garis MA90 dari bawah pada tanggal 9
Agustus 2018. Dalam trend bullish jangka panjang tersebut, harga
naik dari Rp8.700 (tanggal 16/7/2018) menjadi Rp9.225 (16/11/2018)
atau naik sebesar 6% sejak titik konfirmasi tanggal 9 Agustus 2018.
Pemerintah perlu menunggu suatu titik konfirmasi (cross MA20&90),
yaitu pada tanggal 9 Agustus 2018 untuk memulai operasi pasar.
Untuk memberikan gambaran lebih banyak penggunaan
double MA20&90, berikut adalah grafik penggunaannya dalam
rentang waktu setahun:
Gambar 9. Double MA (20 dan 90), Januari – Desember 2018
41
tidak terjadi kenaikan harga dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, butuh
suatu titik konfirmasi apakah bullish jangka panjang akan terjadi dan operasi pasar
bisa dilaksanakan.
MA20 kemudian menunjukkan sinyal bullish pada tanggal 16 Juli 2018 yang
kemudian menjadi trend bullish jangka menengah, yaitu saat garis MA20 memotong
garis MA90 dari bawah pada tanggal 9 Agustus 2018. Dalam trend bullish jangka
panjang tersebut, harga naik dari Rp8.700 (tanggal 16/7/2018) menjadi Rp9.225
(16/11/2018) atau naik sebesar 6% sejak titik konfirmasi tanggal 9 Agustus 2018.
Pemerintah perlu menunggu suatu titik konfirmasi (cross MA20&90), yaitu pada
tanggal 9 Agustus 2018 untuk memulai operasi pasar.
Untuk memberikan gambaran lebih banyak penggunaan double MA20&90,
berikut adalah grafik penggunaannya dalam rentang waktu setahun:
Gambar 9. Double MA (20 dan 90), Januari – Desember 2018
Harga Normal
Garis MA dalam Gambar 1-9 sebenarnya menunjukkan suatu harga normal
karena dihitung berdasarkan harga rata-rata beras di tingkat konsumen yang telah
Harga Normal
Garis MA dalam Gambar 1-9 sebenarnya menunjukkan suatu
harga normal karena dihitung berdasarkan harga rata-rata beras
di tingkat konsumen yang telah berlangsung dalam kurun waktu
tertentu. Misalnya MA5 menunjukkan harga normal beras selama
lima hari, MA20 harga normal selama 20 hari, dan MA90 harga
normal selama 90 hari. Dengan adanya harga normal, lonjakan
harga setelah long-term bearish tidak selalu dianggap sebagai
pemicu operasi pasar karena lonjakan harga tersebut bertujuan
untuk mencapai harga normal. Kejadian ini dapat dilihat melalui
grafik di bawah ini, dengan berfokus pada MA90:
Gambar 10. Harga Normal Beras
42
berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Misalnya MA5 menunjukkan harga normal
beras selama lima hari, MA20 harga normal selama 20 hari, dan MA90 harga normal
selama 90 hari. Dengan adanya harga normal, lonjakan harga setelah long-term
bearish tidak selalu dianggap sebagai pemicu operasi pasar karena lonjakan harga
tersebut bertujuan untuk mencapai harga normal. Kejadian ini dapat dilihat melalui
grafik di bawah ini, dengan berfokus pada MA90:
Gambar 10. Harga Normal Beras
Pada tanggal 26 Maret-23 April terjadi bearish yang sangat curam karena
harga jatuh sebanyak 9,92%. Setelah bearish tersebut, dalam jangka waktu dua
bulan (23 April-21 Mei), terjadi dua kali lonjakan harga yaitu 4,27% dan 4,76%. Jika
digunakan sudut pandang garis MA90, kenaikan tersebut tidak perlu dikhawatirkan
dan dijadikan pemicu operasi pasar karena harga sedang menuju keadaan normal
setelah terjadi long-term bearish. Hal yang sama juga terjadi pada keadaan tanggal
9 Juli-1 Agustus, dimana harga naik sebanyak 3,65%. Kenaikan tersebut tidak perlu
meresahkan dan menjadi pemicu operasi pasar karena harga sedang menuju
keadaan normal menurut sudut pandang MA90.
Pada tanggal 26 Maret-23 April terjadi bearish yang sangat
curam karena harga jatuh sebanyak 9,92%. Setelah bearish
tersebut, dalam jangka waktu dua bulan (23 April-21 Mei), terjadi dua
kali lonjakan harga yaitu 4,27% dan 4,76%. Jika digunakan sudut
pandang garis MA90, kenaikan tersebut tidak perlu dikhawatirkan
dan dijadikan pemicu operasi pasar karena harga sedang menuju
keadaan normal setelah terjadi long-term bearish. Hal yang sama
juga terjadi pada keadaan tanggal 9 Juli-1 Agustus, dimana harga
naik sebanyak 3,65%. Kenaikan tersebut tidak perlu meresahkan
dan menjadi pemicu operasi pasar karena harga sedang menuju
keadaan normal menurut sudut pandang MA90.
Long-term bearish adalah pergerakan harga yang tidak normal
dan tentu saja tidak menguntungkan produsen dan pedagang,
sehingga kenaikan harga setelah terjadinya Long-term bearish
harus dipandang sebagai upaya mencapai keadaan normal. Dalam
kondisi inilah garis MA berfungsi memberikan standar kuantitatif
mengenai keadaan yang disebut normal, yang memberi keuntungan
pada produsen, pedagang dan konsumen.
Kesimpulan
1. Pemerintah dapat menggunakan MA sebagai alat analisis untuk
membuat keputusan mengenai kapan saat yang tepat memulai
dan menghentikan operasi pasar beras. Pertama-tama,
Pemerintah perlu menetapkan 3 jenis interval waktu sebagai
batas toleransi pergerakan harga. Jangka pendek berkisar
5-10 hari, jangka menengah 11-20 hari, dan jangka panjang
50-90 hari. Selanjutnya, pemerintah menetapkan kombinasi
garis MA yang akan digunakan dalam analisis double MA untuk
menentukan titik konfirmasi dan menghilangkan sensitifitas
garis MA terhadap volatilitas harga.
2. Jenis MA yang digunakan untuk analisis dapat dirubah sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi wilayah yang menjadi lingkup
analisis.
3. Analisis MA memiliki keunggulan yaitu memberikan standar
kuantitatif mengenai keadaan normal suatu harga dalam
periode tertentu.
Keterbatasan Analisis
Penulis tidak mendapatkan data pelaksanaan operasi pasar
beras yang dilakukan oleh Bulog sehingga tidak dapat dianalis
pengaruh operasi pasar terhadap pergerakan harga beras.
Biodata Penulis
Nam : Imran Malik Djunur
Jabatan : Auditor
Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan
Email : [email protected]
Nama : Gandhi Anwar Sani
Jabatan : Auditor
Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian
Keuangan
44
Biodata Penulis Nama : Imran Malik Djunur Jabatan : Auditor Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Email : [email protected] Biodata Penulis Nama : Gandhi Anwar Sani Jabatan : Auditor Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
44
Biodata Penulis Nama : Imran Malik Djunur Jabatan : Auditor Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan Email : [email protected] Biodata Penulis Nama : Gandhi Anwar Sani Jabatan : Auditor Instansi : Inspektorat Jenderal Kementerian Keuangan
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 19
Neraca perdagangan
Indonesia mengalami
defisit di tahun
2018 dan diawal tahun
2019 memberikan
beban yang berat bagi
devisa negara. Nilai
neraca perdagangan
yang defisit
menunjukkan bahwa
nilai barang dan jasa
yang di impor oleh Indonesia lebih tinggi
dibandingkan dengan nilai barang dan jasa yang
diekspor ke negara lain. Penggunaan devisa untuk pembiayaan
impor tersebut tentu akan mempengaruhi nilai tukar rupiah terhadap
mata uang asing karena mata uang asing menjadi lebih “dibutuhkan”
untuk membiayai defisit neraca perdagangan sehingga posisi
Rupiah pun menjadi lebih lemah (terdepresiasi). Terdepresiasinya
nilai tukar Rupiah (IDR) terhadap Dollar Amerika (USD) akan
menyebabkan biaya impor meningkat dan pada kasus impor bahan
baku kondisi tersebut akan meningkatkan biaya produksi.
Dampak negatif defisit neraca perdagangan tersebut
perlu menjadi perhatian mengingat bahwa di tahun
2018 Indonesia mengalami defisit neraca
perdagangan yang tinggi karena impor
yang tinggi di sektor migas (Tabel 1). Pada
Januari – Juni 2019, defisit neraca
perdagangan bahkan mencapai USD
1.933,9 juta.
Berdasarkan data pada
Tabel 1, defisit dalam perdagangan
migas sebagian besar ditutupi oleh
surplus perdagangan sektor non-migas. Hal ini
memperlihatkan bahwa ekspor non-migas Indonesia
memiliki potensi yang baik dan dapat menjadi alternatif solusi untuk
mengatasi defisit neraca perdagangan Indonesia. Salah satu sektor
non-migas yang berperan penting dalam mengatasi defisit neraca
perdagangan adalah produk pertanian dan turunannya. Peran
penting sektor pertanian tersebut tidak terlepas dari karakteristik
negara Indonesia yang dicirikan sebagai negara agraris. Tulisan ini
mengulas kinerja perdagangan sektor pertanian. Pertanyaan penting
yang ingin dijawab adalah dapatkah sektor pertanian dan produk
turunannya berperan menurunkan defisit neraca perdagangan? Dan
bagaimana daya saing ekspor komoditas pertanian Indonesia?
Sahara & Mutiara Probokawuryan
POTENSI DAYA SAING EKSPOR PRODUK PERTANIAN INDONESIA
DI PASAR GLOBAL
Tabel 1. Neraca Perdagangan Total Indonesia 2014 – 2019 (Juta USD)
NO Uraian 2014 2015 2016 2017 2018Januari-Juni*
2018 2019
I EKSPOR 175.980,0 150.366,3 145.186,2 168.828,2 180.012,7 87.855,6 80.324,3
- MIGAS 30.018,8 18.574,4 13.105,5 15.744,3 17.171,7 8.446,2 6.110,3
- Non MIGAS 145.961,2 131.791,9 132.080,8 153.083,9 162.840,9 79.409,4 74.214,0
II IMPOR 178.178,8 142.694,8 135.652,9 156.985,6 188.711,2 89.051,6 82.258,2
- MIGAS 43.459,9 24.613,2 18.739,3 24.316,0 29.868,4 14.063,6 10.892,0
- Non MIGAS 134.718,9 118.081,6 116.913,6 132.669,5 158.842,8 74.988,0 71.366,2
III Neraca -2.198,8 7.671,5 9.533,3 11.842,6 -8.698,6 -1.196,0 -1.933,9
- MIGAS -13.441,1 -6.038,8 -5.633,9 -8.571,7 -12.696,7 -5.617,4 -4.781,7
- Non MIGAS 11.242,3 13.710,3 15.167,2 20.414,3 3.998,1 4.421,4 2.847,8
Sumber: Kementerian Perdagangan (2019)
TINJAUAN PERDAGANGAN
Sumber : https://www.uihere.com
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201920
Kinerja Ekspor-Impor Pertanian Indonesia
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor penting di
Indonesia. Berdasarkan data BPS (2019), sektor pertanian masih
menjadi sektor dengan penyerapan tenaga kerja tertinggi di Indonesia
(sebesar 30,46% di Februari 2018 dan 29,46% di Februari 2019). Selain
itu, Produk Domestik Bruto (PDB) pertanian meningkat tajam dan telah
menjadi PDB pertanian urutan ke-5 dunia (Detik Finance, 2019). PDB
pertanian Indonesia terus mengalami kenaikan yaitu sebesar Rp. 900
triliun di tahun 2013 menjadi Rp. 1.460 triliun di tahun 2018. Dengan
kenaikan PDB pertanian tersebut, Indonesia menduduki peringkat lima
dunia dari 222 negara lainnya (Tagar.id, 2019).
Kinerja perdagangan dari sektor pertanian disajikan pada
Tabel 2. Sebagai catatan, sektor pertanian yang dibahas dalam
tulisan ini adalah sektor pertanian dalam arti luas yang meliputi
sub-sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, perikanan,
dan peternakan. Berdasarkan Tabel 2, terlihat hanya dua sub-
sektor pertanian yang memiliki neraca perdagangan yang surplus
sepanjang tahun 2012-2017, yaitu sub-sektor perkebunan dan
perikanan. Surplus perdagangan dari sub-sektor perkebunan
cukup besar dengan rata-rata surplus selama 2012 hingga 2017
adalah sebesar USD 25.073,85 juta. Sedangkan, jumlah surplus
perdagangan dari hasil perikanan cukup menjanjikan walaupun
tidak setinggi perkebunan, yakni dengan rata-rata sebesar USD
3.784,5 juta selama periode 2012-2017. Sementara itu, sub-sektor
tanaman pangan, hortikultura, dan peternakan konsisten mengalami
defisit neraca perdagangan selama tahun 2012-2017. Defisit neraca
perdagangan tertinggi terutama dialami oleh sub-sektor tanaman
pangan yaitu secara rata-rata mengalami defisit sebesar USD
6.969,87 juta selama periode 2012-2017.
Tabel 2. Neraca Perdagangan Sub-sektor Pertanian 2012 – 2017 (Juta USD)
Sub-Sektor 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Rata-rata
Tanaman Pangan (7624.6) (7333,1) (7606,4) (6577,4) (6356,1) (6321,6) -6969,87
Hortikultura (1117,6) (1095,4) (1121,7) (884,1) (1273,5) (1790,0) -1213,72
Perkebunan 28171,7 25235,1 25631,3 23505,2 21162,5 26737,3 25073,85
Peternakan (2070,6) (2582,2) (3225,7) (2490,8) (2647,7) (2747,5) -2627,42
Hasil Perikanan* 3418,0 3701,0 4225,0 3566,0 3758,0 4039,0 3784,50
Total 20776,9 17925,4 17902,5 17118,9 14643,2 19917,2 18047,35
Sumber: Kementerian Pertanian (2018), diolah; *) Kementerian Kelautan dan Perikanan (2018)
Secara lebih rinci, ekspor komoditas pertanian diperlihatkan pada Tabel 3. Komoditas dengan nilai ekspor tertinggi sepanjang tahun
2014 sampai dengan 2019 adalah lemak dan minyak hewan nabati, dimana produk CPO (crude palm oil), dari sub-sektor perkebunan, ada
di dalam kelompok komoditas tersebut. Pada tahun 2018, ekspor lemak dan minyak hewan nabati Indonesia mencapai USD 20.348,1 juta.
Komoditas perkebunan lain yang produk turunannya memiliki nilai ekspor yang tinggi adalah komoditas karet dan barang dari karet.
Komoditas ini berada pada posisi kedua ekspor non-migas Indonesia dengan nilai ekspor ditahun 2018 mencapai USD 6.380,1 juta.
Produk ikan dan udang yang merupakan bagian dari sub-sektor perikanan menempati peringkat ke lima ekspor non-migas Indonesia yang
mencapai USD 3.219 juta di tahun 2018.
Tabel 3. Perkembangan Ekspor Non-Migas Indonesia (Juta USD)
HS Uraian 2014 2015 2016 2017 2018 Trend2014-18
Jan-Apr2018 2019
15 Lemak & Minyak Hewan/Nabati 21.059,5 18.658,8 18.233,5 22.966,5 20.348,1 1,40 6.789,6 5.510,740 Karet dan Barang dari Karet 7.100,0 5.913,5 5.664,2 7.740,7 6.380,1 0,56 2.253,5 1.956,944 Kayu, Barang dari Kayu 4.071,1 4.005,8 3.872,4 4.005,1 4.434,2 1,72 1.467,9 1.280,048 Kertas/Karton 3.743,8 3.565,1 3.413,9 3.825,1 4.477,1 4,37 1.464,1 1.438,603 Ikan dan Udang 3.111,9 2.658,6 2.923,7 3.273,3 3.219,0 2,79 1.057,4 1.007,047 Bubur Kayu/Pulp 1.721,5 1.727,8 1.562,8 2.383,6 2.649,5 12,57 889,0 882,809 Kopi, Teh, Rempah-Rempah 1.835,1 2.196,0 1.896,5 1.964,7 1.550,0 -4,39 445,0 473,218 Kakao/Coklat 1.244,5 1.307,8 1.239,6 1.120,3 1.245,8 -1,52 393,1 310,221 Berbagai Makanan Olahan 779,7 844,0 949,0 1.027,1 1.184,9 10,89 393,0 382,219 Olahan dari Tepung 725,5 706,9 814,0 969,4 1.016,3 10,41 316,7 284,008 Buah-Buahan 655,2 776,1 712,0 936,2 825,2 6,71 298,4 256,116 Daging dan Ikan Olahan 1.135,8 945,0 940,4 940,2 1.253,8 1,94 375,8 392,133 Minyak Atsiri, Kosmetik Wangi-Wangian 659,8 637,4 694,7 716,2 779,2 4,59 276,3 252,123 Ampas/Sisa Industri Makanan 771,8 569,1 553,7 604,5 801,7 1,37 243,6 239,142 Barang-Barang dari Kulit 322,2 323,9 358,3 460,2 595,8 17,12 187,9 250,767 Bulu Unggas 315,4 348,0 386,0 441,3 423,3 8,61 142,4 130,304 Susu, Mentega, Telur 221,9 153,0 229,7 316,9 333,8 16,71 107,8 105,020 Olahan dari Buah-Buahan/Sayuran 243,8 282,3 243,5 289,9 249,5 0,73 86,0 77,0
Sumber: Kementerian Perdagangan (2019)
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 21
Berdasarkan data pada Tabel 3 terlihat bahwa pada tahun
2012-2017 sub-sektor yang memiliki nilai neraca perdagangan
yang positif adalah sub-sektor perkebunan dan perikanan. Oleh
sebab itu dapat disimpulkan bahwa kedua sub-sektor tersebut
merupakan sub-sektor pertanian yang potensial untuk mendorong
kinerja ekspor non-migas Indonesia. Namun demikian, bagaimana
dengan daya saing sub-sektor perkebunan dan perikanan tersebut
di pasar internasional? Bagian berikut akan membahas daya saing
komoditas perkebunan dan perikanan di pasar internasional.
Daya Saing Ekspor Perkebunan dan Perikanan Indonesia
Secara teori daya saing dapat diukur melalui beberapa
metode, diantaranya adalah Revealed Comparative Advantage
(RCA) dan Export Dynamic Product (EPD). RCA merupakan salah
satu indikator keunggulan komparatif suatu produk di pasar dunia,
dimana jika hasil RCA lebih dari satu maka produk tersebut memiliki
daya saing. RCA dihitung dari rasio antara pangsa pasar dari
sebuah produk suatu negara di dalam pasar dunia, dengan pangsa
ekspor dari suatu negara terhadap total ekspor dunia. Sedangkan,
EPD digunakan untuk mengetahui atau mengidentifikasi daya saing
suatu produk serta untuk mengetahui apakah suatu produk dalam
performa yang dinamis atau tidak. Dalam EPD terdapat matriks
posisi daya saing seperti dalam Tabel 4, bahwa ada empat posisi
yaitu Rising Star, Lost Opportunity, Falling Star, dan Retreat.
Tabel 4. Posisi Daya Saing dalam EPD
Share of Country’s Export in World Trade
Share of Product in World Trade
Rising (Dynamic) Falling (Stagnant)
Rising (Competitive) Rising Star Falling Star
Falling (Non-competitive) Lost Opportunity Retreat
Sumber: Hasibuan, Nurmalina, dan Wahyudi (2012)
Share of Country’s Export in World Trade dapat diartikan
sebagai kekuatan bisnis dan Share of Product in World Trade adalah
daya tarik pasar dari suatu produk. Jika dijelaskan dalam gambar,
maka kekuatan bisnis ada pada sumbu Y dan daya tarik pasar ada
pada sumbu X (Gambar 1).
Gambar 1. Posisi Daya Saing EPD dalam Kuadran Grafik
Sumber: Hasibuan, Nurmalina, dan Wahyudi (2012)
Posisi yang diharapkan berada pada posisi Rising Star dimana
produk tersebut berdaya saing karena memiliki kekuatan bisnis dan
daya tarik pasar yang baik. Rising star juga menggambarkan posisi
pasar tertinggi atau dapat dikatakan pasar yang paling ideal. Lost
opportunity adalah kondisi dimana pasar mengalami penurunan daya
saing sehingga produk yang dihasilkan di suatu negara kehilangan
kesempatan untuk menjangkau ekspor di pasar internasional. Falling
star mirip dengan Lost opportunity, merupakan kondisi yang tidak
diharapkan oleh suatu negara. Namun kondisi falling star tidak
seburuk kondisi Lost opportunity karena pada kondisi ini masih
terdapat peningkatan pangsa pasar meskipun tidak terjadi untuk
produk barang yang dinamis. Lalu, kondisi Retreat adalah keberadaan
dimana suatu produk tidak lagi diinginkan oleh pasar.
Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya,
perkebunan dan perikanan adalah sub-sektor pertanian potensial
dalam mendorong ekspor nasional. Udang merupakan salah satu
produk unggulan ekspor dari sub-sektor perikanan (Ashari, Sahara, dan
Hartoyo, 2016). Sementara kopi, kakao, dan CPO merupakan unggulan
dari sub-sektor perkebunan (LPEI dan ITAPS- FEM IPB, 2018).
Tabel 5. Hasil RCA Udang Segar dan Udang Beku Indonesia, 2005 – 2014
Tahun Udang Segar Udang BekuIndonesia Thailand Indonesia China Thailand India Vietnam
2005 1,88 10,84 15,15 0,14 17,06 9,07 28,73
2006 1,95 8,27 18,08 0,08 19,42 6,32 23,182007 3,03 5,29 17,01 0,04 18,30 5,40 22,532008 3,33 7,56 19,18 0,03 20,83 4,55 18,892009 1,59 3,74 13,51 0,19 19,99 4,04 13,622010 1,53 0,47 13,62 0,22 21,79 6,96 14,372011 1,32 1,14 16,35 0,16 17,90 8,21 11,762012 0,91 11,12 20,29 0,11 14,28 9,97 10,582013 2,18 4,40 23,18 0,05 8,64 15,00 9,682014 5,34 1,89 26,51 0,03 5,72 14,13 9,71
Sumber: Ashari, Sahara, Hartoyo (2016)
Berdasarkan hasil penelitian Ashari, Sahara, dan Hartoyo
(2016), komoditas udang segar dan udang beku Indonesia memiliki
daya saing tinggi di pasar internasional yang ditunjukkan oleh
Sumber : https://www.merdeka.com
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201922
nilai RCA > 1. Pada tahun 2005 – 2014 (Tabel 5) nilai RCA udang
segar Indonesia meningkat dari 1,88 di 2005 menjadi 5,34 di 2014,
walaupun masih fluktuaktif bahkan sempat turun menjadi 0,91 di
tahun 2012. Sedangkan, RCA udang segar Thailand dimulai dengan
daya saing kuat di nilai 10,84 tahun 2005 namun terus berfluktuasi
dan akhirnya turun drastis di tahun 2014 dengan nilai RCA 1,89.
Secara rata-rata, nilai RCA udang segar Thailand memang lebih
tinggi dari Indonesia, namun tren penurunan RCA udang segar
Thailand merupakan peluang baik bagi Indonesia untuk dapat
mengisi pasar udang segar internasional.
Kondisi serupa juga terjadi pada udang beku Indonesia,
dimana udang beku Indonesia memiliki nilai RCA > 1 dan cenderung
naik dari tahun 2012 (sebesar 15,51) hingga 2014 (sebesar 26,51).
Sementara itu di negara pesaing, RCA udang beku China di bawah
satu yang berarti tidak memiliki daya saing. Adapun RCA udang
beku Thailand dan Vietnam bernilai tinggi dan jauh di atas satu,
namun nilai RCA tersebut cenderung turun selama 2005 – 2014.
Hanya RCA udang beku India yang mengalami kenaikan namun
masih lebih kecil dibandingkan RCA Indonesia. Hal ini menunjukkan
bahwa Indonesia masih memiliki potensi tinggi untuk meningkatkan
daya saing dan menjadi eksportir utama udang beku di pasar global.
Berdasarkan hasil analisis EPD (Gambar 2), udang Indonesia
merupakan rising star produk di negara Kanada, Norwegia,
Rusia, Swiss, dan Ukraina. Udang Indonesia kehilangan pasar
(lost opportunity) di negara Amerika Serikat, Kazakhstan, Mesir,
Hungaria, dan Filipina. Untuk tuna, Indonesia berhasil mendapatkan
posisi rising star di beberapa negara tujuan ekspor yaitu Swiss,
Ukraina, USA, Bahrain, Kanda, Ekuador, Lebanon, Meksiko, Papua
Nugini, Filipina, dan Rusia. Sedangkan kondisi lost opportunity
tuna Indonesia ada di pasar Bulgaria, Kroasia, Timor Leste, Mesir,
Portugal, dan Yaman.
53
(a) Udang (b) Tuna
Gambar 2. Posisi Udang dan Tuna Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor
Sumber: LPEI-ITAPS FEM IPB (2018)
Bagaimana dengan komoditas perkebunan, di negara mana saja produk
tersebut memiliki daya saing? Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh LPEI
dan IPTAS-FEM-IPB (2018) dengan menggunakan analisis EPD, terlihat bahwa
komoditas kopi, kakao, dan CPO Indonesia memiliki daya saing yang tinggi di
beberapa negara tujuan ekspor. Pada komoditas kopi, Indonesia memiliki posisi
rising star di negara Bulgaria, Kanada, Ceko, Estonia, Filipina, Polandia dan Rusia.
Komoditas kakao memiliki posisi rising star di negara Mesir, Uni Emirat Arab,
Meksiko, Pakistan, Uruguay, Yaman, Myanmar, Maroko, Kamboja, dan Swiss.
Sementara itu, komoditas CPO memiliki posisi rising star di Maroko dan Pakistan.
Gambar 2. Posisi Udang dan Tuna Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor
Sumber: LPEI-ITAPS FEM IPB (2018)
Bagaimana dengan komoditas perkebunan, di negara mana
saja produk tersebut memiliki daya saing? Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh LPEI dan IPTAS-FEM-IPB (2018)
dengan menggunakan analisis EPD, terlihat bahwa komoditas
kopi, kakao, dan CPO Indonesia memiliki daya saing yang tinggi
di beberapa negara tujuan ekspor. Pada komoditas kopi, Indonesia
memiliki posisi rising star di negara Bulgaria, Kanada, Ceko, Estonia,
Filipina, Polandia dan Rusia. Komoditas kakao memiliki posisi rising
star di negara Mesir, Uni Emirat Arab, Meksiko, Pakistan, Uruguay,
Yaman, Myanmar, Maroko, Kamboja, dan Swiss. Sementara itu,
komoditas CPO memiliki posisi rising star di Maroko dan Pakistan.
54
(a) Kopi (b) Kakao (c) CPO
Gambar 3. Posisi Kopi, Kakao, dan CPO Indonesia di Pasar Tujuan Ekspor Sumber: LPEI-ITAPS FEM IPB (2018)
Faktor Penentu Daya Saing Ekspor Produk Pertanian Indonesia:
Penelitian terkait faktor-faktor yang menentukan kinerja ekspor pertanian
telah cukup banyak dilakukan oleh beberapa peneliti (Amoro dan Shen, 2013;
Bonansi, 2014; Tesfaye, 2014). Untuk kasus di Indonesia, Daryanto dan Sahara
(2016) menemukan hasil bahwa faktor kualitas logistik, hambatan perdagangan tarif,
dan hambatan perdagangan non-tarif merupakan tiga faktor penentu utama yang
akan mempengaruhi kinerja ekspor pertanian. Bagian berikut menguraikan
pentingnya kualitas logistik terhadap kinerja ekspor perdagangan Indonesia.
Kualitas logistik dan tarif
Kualitas logistik menjadi salah satu faktor penentu dalam perdagangan
internasional, termasuk dalam ekspor dan impor di sektor pertanian. Stephenson
dalam World Economic Forum tahun 2012 menyatakan bahwa ada korelasi antara
keterbukaan di pasar jasa dengan semakin baiknya kualitas dalam distribusi dan
logistik.
Hasil penelitian Daryanto dan Sahara (2016) menunjukkan bahwa kinerja
logistik berpengaruh signifikan terhadap kinerja ekspor Indonesia. Dengan
Gambar 3. Posisi Kopi, Kakao, dan CPO Indonesia di Pasar
Tujuan Ekspor
Sumber: LPEI-ITAPS FEM IPB (2018)
Faktor Penentu Daya Saing Ekspor Produk Pertanian
Indonesia:
Penelitian terkait faktor-faktor yang menentukan kinerja ekspor
pertanian telah cukup banyak dilakukan oleh beberapa peneliti
(Amoro dan Shen, 2013; Bonansi, 2014; Tesfaye, 2014). Untuk kasus
di Indonesia, Daryanto dan Sahara (2016) menemukan hasil bahwa
faktor kualitas logistik, hambatan perdagangan tarif, dan hambatan
perdagangan non-tarif merupakan tiga faktor penentu utama yang
akan mempengaruhi kinerja ekspor pertanian. Bagian berikut
menguraikan pentingnya kualitas logistik terhadap kinerja ekspor
perdagangan Indonesia.
Kualitas logistik dan tarif
Kualitas logistik menjadi salah satu faktor penentu dalam
perdagangan internasional, termasuk dalam ekspor dan impor di
sektor pertanian. Stephenson dalam World Economic Forum tahun
2012 menyatakan bahwa ada korelasi antara keterbukaan di pasar
jasa dengan semakin baiknya kualitas dalam distribusi dan logistik.
Hasil penelitian Daryanto dan Sahara (2016) menunjukkan
bahwa kinerja logistik berpengaruh signifikan terhadap kinerja
ekspor Indonesia. Dengan menggunakan data panel (21 negara
tujuan ekspor dengan periode data 2005-2013) terlihat bahwa
pendapatan nasional (GDP) negara tujuan ekspor, tarif impor, dan
kinerja logistik yang diukur melalui Logistics Performance Index
(LPI) menentukan kinerja ekspor komoditas pertanian Indonesia
ke negara tujuan. Peningkatan 1% dari GDP negara tujuan ekspor
akan meningkatkan nilai ekspor pertanian Indonesia sebesar 0,3%.
Penurunan tarif ekspor sebesar 10% dapat meningkatkan nilai
ekspor pertanian Indonesia sebesar 0,04%. Kenaikan skor LPI
sebesar 1 poin menandakan adanya perbaikan kinerja logistik akan
mendorong ekspor pertanian nasional sebesar 36%.
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 23
Hambatan Perdagangan (Non-Tarif)
Selain faktor kualitas logistik dan tariff, Non-Tariff Measures
(NTMs) juga menentukan kinerja ekspor sektor pertanian. Dewasa ini,
hambatan perdagangan yang diterapkan oleh negara-negara di dunia
tidak hanya berupa hambatan tarif, tetapi juga non-tarif atau disebut
NTMs. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa hambatan NTMs lebih
banyak diterapkan, terutama perdagangan produk pertanian.
55
menggunakan data panel (21 negara tujuan ekspor dengan periode data 2005-2013)
terlihat bahwa pendapatan nasional (GDP) negara tujuan ekspor, tarif impor, dan
kinerja logistik yang diukur melalui Logistics Performance Index (LPI) menentukan
kinerja ekspor komoditas pertanian Indonesia ke negara tujuan. Peningkatan 1% dari
GDP negara tujuan ekspor akan meningkatkan nilai ekspor pertanian Indonesia
sebesar 0,3%. Penurunan tarif ekspor sebesar 10% dapat meningkatkan nilai ekspor
pertanian Indonesia sebesar 0,04%. Kenaikan skor LPI sebesar 1 poin menandakan
adanya perbaikan kinerja logistik akan mendorong ekspor pertanian nasional
sebesar 36%.
Hambatan Perdagangan (Non-Tarif)
Selain faktor kualitas logistik dan tariff, Non-Tariff Measures (NTMs) juga
menentukan kinerja ekspor sektor pertanian. Dewasa ini, hambatan perdagangan
yang diterapkan oleh negara-negara di dunia tidak hanya berupa hambatan tarif,
tetapi juga non-tarif atau disebut NTMs. Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa
hambatan NTMs lebih banyak diterapkan, terutama perdagangan produk pertanian.
Gambar 4. Perbandingan Hambatan Tarif dan Non Tarif di High Income, Middle Income, dan Low Income Sumber: UNCTAD (2016)
Gambar 4. Perbandingan Hambatan Tarif dan Non Tarif di High
Income, Middle Income, dan Low Income
Sumber: UNCTAD (2016)
Jika dilihat lebih detil dalam perdagangan pertanian, seperti
pada perdagangan kertas, rotan, karet, CPO, dan perikanan,
ternyata paling tinggi penerapan NTMs ada pada perdagangan
hasil perikanan kemudian diikuti dengan CPO (Widyastutik et al,
2019) . Padahal, CPO adalah produk pertanian unggulan yang
menyumbang nilai ekspor tertinggi bagi Indonesia. Tiga tipe NTMs
yang paling banyak di diterapkan di negara di Kawasan APEC
untuk produk sawit (WITS, 2019) adalah tipe A630 (Food and feed
processing) dan A310 (Labelling requirements) dan A420 (Hygienic
practices during production).
Kesimpulan dan Implikasi
Peningkatkan kinerja ekspor diperlukan terutama untuk mengatasi
defisit neraca perdagangan Indonesia yang semakin meningkat
selama tahun 2018 dan 2019. Berdasarkan analisis yang telah
diuraikan di atas, sektor pertanian terutama sub sektor perkebunan
dan perikanan berpotensi untuk meningkatkan kinerja ekspor sektor
pertanian Indonesia. Pada sub-sektor perkebunan, komoditas CPO
dan produk turunannya, kakao dan kopi dapat diandalkan sebagai
komoditas ekspor utama. Adapun di sub-sektor perikanan, komoditas
udang dan ikan tuna merupakan komoditas yang ekspornya dapat
diandalkan untuk menutupi defisit neraca perdagangan.
Ada dua strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
ekspor yaitu peningkatan daya saing dan membuka pasar baru di
negara yang potensial. Berdasarkan hasil analisis, komoditas CPO,
kakao, kopi, tuna dan udang memiliki daya saing yang baik. Adapun
negara-negara yang potensial untuk dijadikan sebagai tujuan
ekspor adalah: Bulgaria, Kanada, Ceko, Estonia, Filipina, Polandia
dan Rusia (komoditas kopi), Mesir, Uni Emirat Arab, Meksiko,
Pakistan, Uruguay, Yaman, Myanmar, Maroko, Kamboja, Swiss
(kakao); sementara Maroko dan Pakistan untuk komoditas CPO.
Pada komoditas udang negara yang berpotensi dijadikan sebagai
tujuan ekspor utama adalah Kanada, Norwegia, Rusia, Swiss, dan
Ukraina, sedangkan komoditas tuna berpotensi untuk diekspor ke
negara Swiss, Ukraina, USA, Bahrain, Kanada, Ekuador, Libanon,
Meksiko, Papua Nugini, Filipina, dan Rusia.
Selain faktor tarif, hambatan NTMs juga penting untuk
diperhatikan dalam upaya peningkatan ekspor Indonesia. Dari sisi
kebijakan bukan tarif, biaya logistik dan NTMs sangat mempengaruhi
kinerja ekspor sehingga kebijakan terkait perbaikan kualitas
logistik dan juga fasilitasi perdagangan perlu dilakukan. Sebagai
contoh adalah pembangunan infrastruktur agar dapat menurunkan
dwelling time di pelabuhan; peningkatan pengetahuan di antara
produsen, pedagang, dan pejabat di lembaga terkait di negara-
negara berkembang tentang persyaratan untuk ekspor dan cara
untuk memenuhi persyaratan tersebut; tata kelola perkebunanan
yang ramah lingkungan; peningkatan harmonisasi internasional
dalam persyaratan, standar nasional, dan regional; serta diplomasi
perdagangan baik Government to Government (G to G); business to
business (B to B), maupun pelibatan institusi penelitian. Diplomasi
perdagangan diperlukan terutama untuk membantu Indonesia
dalam merumuskan posisi runding, dimana dalam hal ini, argumen
ilmiahnya dapat didukung dan didasari oleh policy-based research
yang dilakukan oleh institusi penelitian.
Biodata Penulis
Nama : Sahara
Jabatan : Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Instansi : FEM-IPB
Email : [email protected]
Biodata Penulis
Nama : Mutiara Probokawuryan
Jabatan : Dosen Departemen Ilmu Ekonomi
Instans : FEM-IPB
Sumber : https://bisnisukm.com
Biodata Penulis
Nama : Sahara
Jabatan : Ketua Departemen Ilmu Ekonomi
Instansi : FEM-IPB
Email : [email protected]
Nama : Mutiara Probokawuryan
Jabatan : Dosen Departemen Ilmu Ekonomi
Instansi : FEM-IPB
58
Biodata Penulis Nama : Mutiara Probokawuryan Jabatan : Dosen Departemen Ilmu Ekonomi Instansi : FEM-IPB
57
Myanmar, Maroko, Kamboja, Swiss (kakao); sementara Maroko dan Pakistan untuk
komoditas CPO. Pada komoditas udang negara yang berpotensi dijadikan sebagai
tujuan ekspor utama adalah Kanada, Norwegia, Rusia, Swiss, dan Ukraina,
sedangkan komoditas tuna berpotensi untuk diekspor ke negara Swiss, Ukraina,
USA, Bahrain, Kanada, Ekuador, Libanon, Meksiko, Papua Nugini, Filipina, dan Rusia.
Selain faktor tarif, hambatan NTMs juga penting untuk diperhatikan dalam
upaya peningkatan ekspor Indonesia. Dari sisi kebijakan bukan tarif, biaya logistik
dan NTMs sangat mempengaruhi kinerja ekspor sehingga kebijakan terkait
perbaikan kualitas logistik dan juga fasilitasi perdagangan perlu dilakukan. Sebagai
contoh adalah pembangunan infrastruktur agar dapat menurunkan dwelling time di
pelabuhan; peningkatan pengetahuan di antara produsen, pedagang, dan pejabat di
lembaga terkait di negara-negara berkembang tentang persyaratan untuk ekspor
dan cara untuk memenuhi persyaratan tersebut; tata kelola perkebunanan yang
ramah lingkungan; peningkatan harmonisasi internasional dalam persyaratan,
standar nasional, dan regional; serta diplomasi perdagangan baik Government to
Government (G to G); business to business (B to B), maupun pelibatan institusi
penelitian. Diplomasi perdagangan diperlukan terutama untuk membantu Indonesia
dalam merumuskan posisi runding, dimana dalam hal ini, argumen ilmiahnya dapat
didukung dan didasari oleh policy-based research yang dilakukan oleh institusi
penelitian.
Biodata Penulis Nama : Sahara Jabatan : Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Instansi : FEM-IPB Email : [email protected]
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201924
Kebutuhan konsumsi daging sapi untuk penduduk Indonesia
terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah
penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya mendapatkan protein hewani. Laju permintaan daging
sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi
daging sapi lokal dalam negeri. Sehingga saat ini ketersediaan
daging sapi nasional masih mengalami kekurangan, kekurangan
yang terjadi tersebut ditutup melalui impor sapi dari Australia
yang tergolong besar dari total kebutuhan daging sapi nasional.
Perkembangan impor daging sapi bisa di lihat pada Gambar 1.
59
PERBAIKAN PRODUKSI UNTUK PENINGKATAN STOK SAPI LOKAL BERBASIS
TEKNOLOGI MODERN
Rafi Chanssa Ardiannantha
Kebutuhan konsumsi daging sapi untuk penduduk Indonesia terus meningkat
sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya mendapatkan protein hewani. Laju permintaan daging
sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi lokal
dalam negeri. Sehingga saat ini ketersediaan daging sapi nasional masih mengalami
kekurangan, kekurangan yang terjadi tersebut ditutup melalui impor sapi dari
Australia yang tergolong besar dari total kebutuhan daging sapi nasional.
Perkembangan impor daging sapi bisa di lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan Volume Daging Sapi Impor dan Sapi dalam Ton
Sumber : Kemendag (2019)
Gambar 1. Perkembangan Volume Daging Sapi Impor dan
Sapi dalam Ton
Sumber : Kemendag (2019)
Pada Oktober 2018, total volume impor sapi senilai 26,33
ribu ton atau naik 58,0% jika dibandingkan volume impor bulan
September yakni sebesar 16,66 ribu ton. Sementara total volume
impor daging sapi pada bulan Oktober 2018 tercatat 14,78 ribu
ton atau turun 1,1% jika dibandingkan volume impor daging sapi
bulan sebelumnya yakni sebesar 14,94 ribu ton. Jika dibandingkan
tahun lalu, volume impor sapi naik 139,5% dimana tercatat volume
impor sapi tahun lalu sebesar 10,99 ribu ton. Sementara total volume
impor daging sapi tercatat naik 58,35% dibanding tahun lalu dimana
tercatat volume impor daging sapi tahun lalu sebesar 9,33 ribu ton
(Kemendag, 2019).
Gambar 2. Statistik Produksi dan Kebutuhan daging sapi
dari tahun 2014-2018
Sumber : Indonesia.go.id (2019)
Tingginya jumlah impor daging sapi yang dilakukan untuk
memenuhi kebutuhan daging nasional tidak sebanding dengan
produksi sapi dalam negeri sendiri karena peningkatan konsumsi
daging sapi ini tidak diimbangi dengan jumlah p r o d u k s i
daging sapi dalam negeri. Laju peningkatan
konsumsi daging sapi meningkat kurang
Rafi Chanssa Ardiannantha
PERBAIKAN PRODUKSI UNTUK PENINGKATAN STOK SAPI LOKAL BERBASIS TEKNOLOGI MODERN
60
Pada Oktober 2018, total volume impor sapi senilai 26,33 ribu ton atau naik
58,0% jika dibandingkan volume impor bulan September yakni sebesar 16,66 ribu
ton. Sementara total volume impor daging sapi pada bulan Oktober 2018 tercatat
14,78 ribu ton atau turun 1,1% jika dibandingkan volume impor daging sapi bulan
sebelumnya yakni sebesar 14,94 ribu ton. Jika dibandingkan tahun lalu, volume
impor sapi naik 139,5% dimana tercatat volume impor sapi tahun lalu sebesar 10,99
ribu ton. Sementara total volume impor daging sapi tercatat naik 58,35% dibanding
tahun lalu dimana tercatat volume impor daging sapi tahun lalu sebesar 9,33 ribu
ton (Kemendag, 2019).
Gambar 2. Statistik Produksi dan Kebutuhan daging sapi dari tahun 2014-2018
Sumber : Indonesia.go.id (2019)
Tingginya jumlah impor daging sapi yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan daging nasional tidak sebanding dengan produksi sapi dalam negeri
sendiri karena peningkatan konsumsi daging sapi ini tidak diimbangi dengan jumlah
produksi daging sapi dalam negeri. Laju peningkatan konsumsi daging sapi
Sumber : https://www.poultryshop.id
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 25
lebih 4% setiap tahun atau 55,3 ribu ton perbulan, sementara
produksinya hanya sebesar 2% atau 35,8 ribu ton perbulan.
Melalui data diatas dapat dilihat produksi daging sapi lokal
berbanding terbalik dengan kebutuhan daging yang sangat tinggi
tiap tahunnya. Hal inipun dibenarkan melalui data dari Kementerian
Perdagangan dibawah ini (Tabel 1).
Tabel 1. Prognosa Produksi dan Kebutuhan Daging Sapi/Kerbau
(Ribu Ton)
61
meningkat kurang lebih 4% setiap tahun atau 55,3 ribu ton perbulan, sementara
produksinya hanya sebesar 2% atau 35,8 ribu ton perbulan.
Melalui data diatas dapat dilihat produksi daging sapi lokal berbanding
terbalik dengan kebutuhan daging yang sangat tinggi tiap tahunnya. Hal inipun
dibenarkan melalui data dari Kementerian Perdagangan dibawah ini (Tabel 1).
Tabel 1. Prognosa Produksi dan Kebutuhan Daging Sapi/Kerbau (Ribu Ton)
Sumber : Kemendag (2019)
Berdasarkan bahan hasil rapat koordinasi teknis antar instansi pemerintah
yang dikoordinir oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, diperoleh
informasi bahwa berdasarkan prognosa, terjadi defisit sepanjang tahun 2018. Sejak
Januari hingga Desember 2018, tercatat total defisit sebesar 233,1 ribu ton. Tingkat
kebutuhan daging sapi pada bulan Desember sama dengan kebutuhan daging sapi
Sumber : Kemendag (2019)
Berdasarkan bahan hasil rapat koordinasi teknis antar
instansi pemerintah yang dikoordinir oleh Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian, diperoleh informasi bahwa berdasarkan
prognosa, terjadi defisit sepanjang tahun 2018. Sejak Januari
hingga Desember 2018, tercatat total defisit sebesar 233,1 ribu ton.
Tingkat kebutuhan daging sapi pada bulan Desember sama dengan
kebutuhan daging sapi pada bulan sebelumnya yakni sebesar 55,3
ribu ton. Ketersediaan diprediksi sebesar 35,8 ribu ton (Kemendag,
2018). Untuk mengantisipasi kekurangan pasokan, pemerintah telah
melakukan impor sebagai mana diuraikan pada Gambar 1 dan 2.
Jika melihat data tersebut maka seharusnya impor tidak akan terus
naik untuk mengimbangi kebutuhan pada beberapa bulan atau
beberapa tahun ke depan sebagai upaya persiapan mencukupi
pasokan saat ini. Hal diatas sebenarnya sangat memprihatinkan
karena Indonesia sendiri sangat berpotensi mencukupi daging
sapi hanya dengan mengandalkan produksi sapi lokal tanpa harus
banyak mengimpor dari negara lain. Tulisan ini mengulas tentang
kebijakan apa saja yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk produksi
daging sapi dalam negeri? Dapatkah sektor peternakan di Indonesia
menggunakan teknologi modern secara merata? Bagaimana peran
pemerintah untuk mewujudkan hal diatas?.
Kebijakan Pemerintah Dalam Upaya Peningkatan Produksi
Dalam Negeri
Salah satu kebijakan penting yang telah di buat oleh Pemerintah
adalah swasembada daging sapi berbasis sumberdaya domestik,
yang sebenarnya sudah dilakukan sejak tahun 2005 sampai 2014.
Kebijakan tersebut bertujuan meningkatkan populasi dan perbaikan
mutu sapi potong yang aman dan tentunya sehat seperti yang di
jelaskan tentang deskripsi program swasembada daging sapi
pada tahun 2005, 2010, dan 2014 (Gambar 3). Melalui program
ini diharapkan ketergantungan atas impor sapi dan impor daging
sapi bisa diperkecil dengan meningkatkan potensi sapi dalam
negeri, yaitu impor sapi dan daging sapi tidak sampai 15% dari total
kebutuhan konsumsi masyarakat.
Melalui program diatas harusnya Indonesia mampu
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak, menjaga
kelestarian lingkungan hidup, meningkatkan daya saing, menjamin
usaha ternak lokal, meningkatkan produksi daging sapi lokal dan
mengurangi impor daging sapi. Namun demikian apakah cukup
dengan hanya mengeluarkan kebijakan dengan program tersebut?
Oleh karena itu, Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan
guna mendukung program tersebut, salah satunya adalah Undang-
undang Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan Ternak
(Tambahan Lembaran Negara Nomor 5391). Undang-undang
tersebut mengatur kegiatan usaha peternakan mulai sektor hulu,
budidaya, dan hilir. Usaha budidaya ternak seringkali harus
menanggung risiko usaha yang besar dengan nilai keuntungan yang
kecil, jika dibandingkan kegiatan usaha di sektor hulu, misalnya
penyediaan sarana produksi, dan sektor hilir.
Sumber : https://surabayaonline.co
Biodata Penulis
Nama : Rafi Chanssa Ardiannantha
Jabatan : Mahasiswa
Instansi : Fakultas Peternakan – Universitas
Brawijaya
Email : [email protected]
65
mesin yang memberi secara otomatis sesuai kebutuhn per ekor sapi. Sedangkan di
Indonesia, peternak cenderung membeli rumput untuk memberi pakan sapi, sistim
ini sangat mahal. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi sapi lokal berbasis
teknologi juga bisa dilakukan dengan mengupgrade atau memodifikasi alat
peternakan dengan menciptakan sebuah aplikasi sistim pakan dan vaksin yang dapat
di atur secara otomatis melalui perangkat android untuk memudahkan para
peternak. Dengan melakukan modernisasi sistim pakan dan vaksin ini, diharapkan ini
dapat meringankan pekerjaan para peternak, sehingga kegiatan produksi dapat lebih
efisien.
Peran Pemerintah
Peran pemerintah diperlukan untuk meningkatkan populasi sapi lokal sebagai
sumber utama daging sapi, melalui (1) pengurangan pemotongan sapi lokal betina
produktif, dan (2) memperluas jangkauan program kawin silang sapi betina lokal
dengan inseminasi buatan. Jika kualitas peternakan sapi dalam negeri meningkat,
maka produksi sapi dalam negeri juga akan meningkat. Selain itu, usaha lain yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi daging sapi lokal adalah dengan
memberikan penyuluhan dan pemahaman tentang teknologi kepada para peternak
sapi lokal serta mengajak peternak sapi lokal maupun para pelaku usaha yang
bekerja di bidang pakan ternak ataupun para masyarakat untuk dapat berperan aktif
dalam usaha peningkatan jumlah produksi sapi dalam negeri.
Biodata Penulis Nama : Rafi Chanssa Ardiannantha Jabatan : Mahasiswa Instansi : Fakultas Peternakan – Universitas Brawijaya Email : [email protected]
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201926
63
Gambar 3. Deskripsi Program Swasembada Sapi
Sumber: Ashari et al (2012)
Melalui program diatas harusnya Indonesia mampu meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan peternak, menjaga kelestarian lingkungan hidup,
meningkatkan daya saing, menjamin usaha ternak lokal, meningkatkan produksi
daging sapi lokal dan mengurangi impor daging sapi. Namun demikian apakah cukup
dengan hanya mengeluarkan kebijakan dengan program tersebut? Oleh karena itu,
Pemerintah mengeluarkan beberapa peraturan guna mendukung program tersebut,
salah satunya adalah Undang-undang Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pemberdayaan
Ternak (Tambahan Lembaran Negara Nomor 5391). Undang-undang tersebut
Gambar 3. Deskripsi Program Swasembada Sapi
Sumber: Ashari et al (2012)
sesuai kebutuhn per ekor sapi. Sedangkan di Indonesia, peternak
cenderung membeli rumput untuk memberi pakan sapi, sistim ini
sangat mahal. Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi sapi lokal
berbasis teknologi juga bisa dilakukan dengan mengupgrade atau
memodifikasi alat peternakan dengan menciptakan sebuah aplikasi
sistim pakan dan vaksin yang dapat di atur secara otomatis melalui
perangkat android untuk memudahkan para peternak. Dengan
melakukan modernisasi sistim pakan dan vaksin ini, diharapkan ini
dapat meringankan pekerjaan para peternak, sehingga kegiatan
produksi dapat lebih efisien.
Peran Pemerintah
Peran pemerintah diperlukan untuk meningkatkan populasi sapi
lokal sebagai sumber utama daging sapi, melalui (1) pengurangan
pemotongan sapi lokal betina produktif, dan (2) memperluas
jangkauan program kawin silang sapi betina lokal dengan inseminasi
buatan. Jika kualitas peternakan sapi dalam negeri meningkat, maka
produksi sapi dalam negeri juga akan meningkat. Selain itu, usaha
lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi daging sapi
lokal adalah dengan memberikan penyuluhan dan pemahaman
tentang teknologi kepada para peternak sapi lokal serta mengajak
peternak sapi lokal maupun para pelaku usaha yang bekerja di
bidang pakan ternak ataupun para masyarakat untuk dapat berperan
aktif dalam usaha peningkatan jumlah produksi sapi dalam negeri.
Penggunaan Teknologi Modern Di Sektor Peternakan Indonesia
Secara Merata
Indonesia sendiri sebenarnya sudah memiliki beberapa
peternakan sapi yang modern tetapi itu masih sedikit dan tidak merata
di semua daerah di Indonesia. Jika Indonesia ingin meningkatkan
produksi sapi dalam negeri maka sebaiknya pemerintah melakukan
penyuluhan tentang bagaimana peternakan sapi yang baik dengan
teknologi modern, melakukan pengembangan atau reservasi ke
tiap daerah dan memberi dukungan kepada seluruh peternakan
agar peternakan di Indonesia dapat menggunakan teknologi
modern secara merata khususnya dari segi perkandangan, pakan,
reproduksi atau inseminasi buatan (IB), bibit bahkan sampai limbah
peternakannya. Sebagai contoh kita dapat belajar dari Australia
untuk sistim perkandangan yang menggunakan sistim kandang
terbuka dan kandang kelompok yang tertutup. Australia juga
memisahkan antara kandang sapi yang unggul dan tidak. Berbeda
dengan Indonesia yang rata-rata masih menggunakan kandang
tertutup berisi lima sampai enam sapi. Sistim ini akan memakan
tenaga ekstra karena harus membersihkan kandang setiap hari.
Untuk pemberian pakan di Australia sapi di biarkan menggembala
sendiri jadi mereka bisa makan sesuai kebutuhan mereka, ini sangat
menghemat karena jika rumput akan habis kita hanya tinggal sebar
pupuk maka rumput akan tumbuh kembali dan hanya di saat
waktu tertentu saja sapi di masukan dalam kandang untuk di beri
pakan tambahan, dengan mesin yang memberi secara otomatis
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 27
Era perdagangan bebas
dengan dibentuknya World
Trade Organization (WTO)
di tahun 1995 sebagai upaya untuk
mempermudah dan memperlancar
arus barang dan jasa dalam
sistim perdagangan multilateral.
Namun kini, niatan itu justru mulai
didistorsi oleh berbagai hambatan
perdagangan yang justru dilakukan
oleh sejumlah negara maju (dan
besar) yang awalnya adalah pelopor
perdagangan bebas. Perang
dagang antara Amerika Serikat dan
China adalah bentuk pengingkaran
tujuan dari WTO dan merendahkan
secara ekonomi pada lembaga
multilateral tersebut.
Perang dagang antara
Amerika Serikat vs China telah
mulai memasuki babak baru.
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump yang mengeluarkan
kebijakan proteksionisme dapat memicu ketegangan perdagangan
diantara kedua negara raksasa tersebut. Di satu sisi, perekonomian
China tumbuh dengan cepat dan pesat seiring dengan adanya
efek globalisasi perdagangan, yang menyebabkan keterikatan
perekonomian antara Amerika Serikat dan China semakin terkait
satu sama lainnya. Ikatan keduanya sangat menguntungkan
bagi tumbuhnya perekonomian dunia, namun di sisi lain adanya
gangguan hubungan dagang dan politik juga bisa menyebabkan
ketegangan. Ketegangan terjadi karena beberapa kebijakan
ekonomi dan perdagangan China dituduh bersifat proteksionis,
mengarah ketidakadilan dalam perdagangan bilateral ini dan
merusak kondisi perekonomian di Amerika Serikat. Kondisi
perdagangan yang dilakukan dengan China, membuat China
terus menerus mengalami surplus dan meraup keuntungan yang
lebih besar dari Amerika Serikat (Morrison, 2018). Tidak hanya
itu, Amerika Serikat menuduh China melakukan pencurian hak
kekayaan intelektual dan pemaksaan pengalihan teknologi milik
Amerika Serikat yang terjadi di China. Hal ini dimungkinkan karena
adanya kekhawatiran perusahaan-perusahaan di Amerika Serikat
yang menghadapi praktik dagang yang dirasa tidak adil oleh China
untuk menyukseskan tujuan dari kebijakan Made in China 2015.
Kebijakan tersebut bertujuan untuk menjadikan China sebagai basis
produksi utama dunia khususnya dalam manufaktur berbasis sains
dan teknologi. Pencurian hak kekayaan intelektual ini menyebabkan
Amerika Serikat mengalami kerugian yang tidak sedikit setiap
tahunnya (Munawaroh, 2019).
Presiden Trump menerapkan kebijakan yang mengarah ke
proteksionisme untuk perekonomian Amerika Serikat yang saat
itu (2018) sedang mengalami defisit terbesar dari tahun tahun
sebelumnya, karena tidak ingin Amerika Serikat kehilangan predikat
sebagai negara adidaya. Presiden Trump memberlakukan kebijakan
Reninta Dewi Nugraheni & Zamroni Salim
PRODUK INDONESIA DALAM PUSARAN PERANG DAGANG
AMERIKA SERIKAT DAN CHINA
Sumber : https://money.kompas.com/
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201928
pengenaan tarif impor sebesar USD 50-USD 60 miliar untuk sejumlah
produk China. Langkah protektif lainnya pada tanggal 8 Maret 2018,
Presiden Trump mengumumkan pemberlakuan tarif tambahan pada
barang impor dari China yaitu baja sebesar 25% dan aluminium
sebesar 10%. Chinapun tidak tinggal diam, dan membalas kebijakan
Amerika Serikat dengan mengumumkan kenaikan tarif dari 15%
menjadi 25% pada berbagai produk yang berasal dari Amerika
Serikat dan berencana melaporkan tindakan Amerika Serikat ini ke
WTO. Hal inilah yang menjadi pemicu perang dagang kedua negara
raksasa tersebut. Tindakan seperti ini tentu merugikan kepentingan
kedua negara sekaligus merugikan kepentingan seluruh dunia,
karena kedua negara tersebut mempunyai keterkaitan ekonomi
(economic linkages) dengan hampir semua negara di dunia.
Gambar 1 dan Gambar 2 menjelaskan bahwa dampak perang
dagang yang dialami oleh pelaku utama yaitu China dan Amerika
Serikat mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi dan permintaan
domestik (private consumption). Pertumbuhan ekonomi Amerika
Serikat mengalami kontraksi dari 2,7% di tahun 2018 menjadi 2,4%
di tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi China melambat dari 6,5% di
tahun 2018 dan mengalami koreksi pertumbuhan menjadi 6,3 % di
tahun 2019 ini. Kontraksi ekonomi China akibat perang dagang juga
berdampak pada meningkatnya inflasi di kedua negara tersebut.
68
Gambar 1 dan Gambar 2 menjelaskan bahwa dampak perang dagang yang
dialami oleh pelaku utama yaitu China dan Amerika Serikat mengalami kontraksi
pertumbuhan ekonomi dan permintaan domestik (private consumption).
Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat mengalami kontraksi dari 2,7% di tahun
2018 menjadi 2,4% di tahun 2019. Pertumbuhan ekonomi China melambat dari 6,5%
di tahun 2018 dan mengalami koreksi pertumbuhan menjadi 6,3 % di tahun 2019 ini.
Kontraksi ekonomi China akibat perang dagang juga berdampak pada meningkatnya
inflasi di kedua negara tersebut.
Gambar 1. Dampak Perang Dagang pada Perekonomian Amerika Serikat
Sumber: FocusEconomic Forecast (2018)
Gambar 1. Dampak Perang Dagang pada Perekonomian Amerika Serikat
Sumber: FocusEconomic Forecast (2018)
69
Gambar 2. Dampak Perang Dagang pada Perekonomian China
Sumber: FocusEconomic Forecast (2018)
Langkah yang ditempuh oleh China untuk menghadapi Amerika Serikat
adalah membiarkan mata uang Yuan melemah terhadap dolar AS. China
menggunakan mata uangnya sebagai senjata untuk menghadapi Amerika Serikat.
Keputusan yang dilakukan oleh China merupakan salah satu respon dari kebijakan
perdagangan Amerika Serikat dan upaya untuk melindung kepentingan negaranya
sendiri, setelah sebelumnya China membalas dengan mengenakan tarif impor dari
Amerika Serikat. Bertambahnya instrumen untuk perang dagang (yang bermula dari
tarif dan mata uang) tentu menambah resiko yang bisa memicu kelesuan ekonomi
dunia.
Gambar 2. Dampak Perang Dagang pada Perekonomian China
Sumber: FocusEconomic Forecast (2018)
Langkah yang ditempuh oleh China untuk menghadapi Amerika
Serikat adalah membiarkan mata uang Yuan melemah terhadap
dolar AS. China menggunakan mata uangnya sebagai senjata untuk
menghadapi Amerika Serikat. Keputusan yang dilakukan oleh China
merupakan salah satu respon dari kebijakan perdagangan Amerika
Serikat dan upaya untuk melindung kepentingan negaranya sendiri,
setelah sebelumnya China membalas dengan mengenakan tarif
impor dari Amerika Serikat. Bertambahnya instrumen untuk perang
dagang (yang bermula dari tarif dan mata uang) tentu menambah
resiko yang bisa memicu kelesuan ekonomi dunia.
Dampak Global Perang Dagang
Ketegangan perdagangan bilateral antara Amerika Serikat
dan China sangat mempengaruhi kondisi perekonomian global,
mengingat keduanya merupakan negara dengan ekonomi terbesar
yang pada satu sisi berperan dalam menjaga stabilitas perekonomian
dunia. Di sisi lain, perang dagang tersebut menjadi ancaman
perekonomian global bila tidak bisa diselesaikan dengan baik.
Banyak negara yang menggantungkan perekonomian globalnya
kepada China dan Amerika Serikat. Jika kondisi politik perdagangan
keduanya tidak kunjung mereda, kebijakan yang diterapkan oleh
kedua negara tersebut akan melemahkan perekonomian dunia
yang utamanya dipicu oleh penurunan perdagangan (ekspor dan
impor) dari banyak negara, sekaligus bisa mempengaruhi kontraksi
investasi dunia.
Menurut Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD) (2019) dengan memanasnya hubungan
politik perdagangan China dan Amerika Serikat, ekspansi kondisi
ekonomi global akan kehilangan momentum. Hal itu karena adanya
ketidakpastian kebijakan yang tinggi, ketegangan perdagangan
yang terjadi diantara dua negara besar, adanya krisis dalam bisnis
dan kepercayaan yang berkontribusi pada perlambatan kondisi
ekonomi dunia. Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi global
Sumber : https://ekbis.sindonews.com
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 29
diproyeksikan akan menurun menjadi 3,3 % pada tahun 2019 dan
3,4 % pada tahun 2020. Perang dagang tersebut juga berdampak
terhadap ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia
tahun 2020 diproyeksikan berkisar pada 5 % seperti tahun-tahun
sebelumnya. Sedangkan China dan Amerika mengalami penurunan
masing-masing sebesar 6 % dan 2,2 % pada tahun 2020. Gambar
3 menjelaskan rangkuman pertumbuhan ekonomi global, G20,
Amerika Serikat, China dan Indonesia tahun 2018 dan prediksi dua
tahun berikutnya.
71
Gambar 3. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sementara bulan Maret 2019 -
Pertumbuhan PDB riil (yoy % change)
Sumber: (Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), 2019)
Menurut Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Roberto
Azevedo, eskalasi ketegangan perang dagang akan menimbulkan resiko nyata bagi
ekonomi global, yang berpotensi menurunkan produksi dan meningkatkan
pengangguran. Dalam kondisi ini, untuk bisa tetap eksis, perusahaan-perusahaan
harus bisa mencari produk dan pasar baru, demikian juga dengan negara dagang
yang harus bisa menemukan pasar baru sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi.
Prof. James Bacchus (mantan Chairman Appellate Body WTO) menyatakan bahwa
dampak perang dagang akan terlihat lebih serius pada tahun depan, dimana pebisnis
akan kesulitan membuat keputusan dalam investasi karena timbulnya ketidakpastian
dalam perdagangan, dan terhambatnya rantai pasokan global yang mengarah pada
penurunan daya saing produsen. Negara berkembang akan menjadi negara yang
paling rentan terkena dampak negatif dengan semakin berlarut-larutnya perang
dagang antara kedua negara tersebut. Hal ini disebabkan karena dampak spin-off
Gambar 3. Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Sementara bulan
Maret 2019 - Pertumbuhan PDB riil (yoy % change)
Sumber: (Organisation for Economic Co-operation and Development
(OECD), 2019)
Menurut Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia
(WTO) Roberto Azevedo, eskalasi ketegangan perang dagang akan
menimbulkan resiko nyata bagi ekonomi global, yang berpotensi
menurunkan produksi dan meningkatkan pengangguran. Dalam
kondisi ini, untuk bisa tetap eksis, perusahaan-perusahaan harus
bisa mencari produk dan pasar baru, demikian juga dengan negara
dagang yang harus bisa menemukan pasar baru sebagai stimulus
pertumbuhan ekonomi. Prof. James Bacchus (mantan Chairman
Appellate Body WTO) menyatakan bahwa dampak perang dagang
akan terlihat lebih serius pada tahun depan, dimana pebisnis akan
kesulitan membuat keputusan dalam investasi karena timbulnya
ketidakpastian dalam perdagangan, dan terhambatnya rantai pasokan
global yang mengarah pada penurunan daya saing produsen.
Negara berkembang akan menjadi negara yang paling rentan terkena
dampak negatif dengan semakin berlarut-larutnya perang dagang
antara kedua negara tersebut. Hal ini disebabkan karena dampak
spin-off dari konfrontasi dagang kedua negara berimbas pada pasar
keuangan dan instrumen moneter secara global.
Dampak Perang Dagang Amerika-China Bagi Indonesia
Kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Trump menimbulkan
kekhawatiran bagi dunia, Indonesia menjadi salah satu negara
yang tidak luput dari dampak perang dagang tersebut terutama
perdagangan. Kondisi ekonomi dunia yang masih diliputi
ketidakpastian, akan memengaruhi permintaan dunia terhadap
produk-produk Indonesia. Kinerja perdagangan Indonesia terhadap
China dan Amerika Serikat cenderung akan mengalami ketimpangan
(defisit), mengingat kedua negara merupakan negara tujuan utama
perdagangan Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS), tahun 2018 Indonesia mengalami lonjakan impor sebesar USD
188,63 miliar, sementara ekspornya hanya USD 180,06 miliar, atau
defisit sebesar USD 8,57 miliar. Defisit pada tahun 2018 merupakan
defisit perdagangan terburuk setidaknya dalam lima tahun terakhir.
BPS mencatat bahwa, tahun sebelumnya (2017) neraca perdagangan
mencatat surplus tinggi mencapai USD 11,84 miliar. Pada tahun 2016
kinerja perdagangan surplus USD 8,78 miliar, surplus masih mampu
dipertahankan pada tahun 2015 sebesar USD 7,67 miliar, sedangkan
di tahun 2014 mengalami defisit USD 2,19 miliar. Defisit ini semakin
besar pada tahun 2013 yaitu USD 4,06 miliar. Selain kondisi eksternal/
global yang mempengaruhi kinerja perdagangan Indonesia, defisit
neraca perdagangan juga dipengaruhi oleh penurunan ekspor
nonmigas, dan lonjakan impor migas.
Tekanan pada Produk Ekspor Indonesia
Meskipun perang dagang masih terus berlangsung, China
dan Amerika Serikat tetap menjadi negara tujuan utama ekspor
Indonesia. Data yang diperoleh dari Kementerian Perdagangan
(2019) mencatat bahwa Indonesia semakin kebanjiran produk impor
dari China. Lonjakan barang impor terbesar terjadi pada tahun 2018
yang mencapai USD 45 miliar, dan nilai ekspor juga ikut meningkat
dibanding tahun sebelumnya yang mencapai USD 27 miliar.
Sedangkan untuk pasar Amerika Serikat, kinerja ekspor Indonesia
cenderung lebih baik.
Perang dagang ini menyebabkan beberapa implikasi terhadap
perekonomian Indonesia. Implikasi pertama adalah kelebihan
produksi barang di China yang sebelumnya dipasarkan di Amerika
menuntut adanya pasar baru. Tarif yang dikenakan oleh Presiden
Trump untuk barang-barang dari China menyebabkan tidak semua
barang tersebut berhasil menguasai pangsa pasar di Amerika
Serikat (sebagai pasar utama dunia), begitu pula dengan Amerika
Serikat yang menjadikan China sebagai salah satu pasar utamanya
selain Eropa. Tidak mudah untuk Amerika Serikat memasarkan
Sumber : https://money.kompas.com
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201930
produknya di pasar China karena balasan tarif yang dikenakan oleh China, sehingga kedua negara tersebut akan mencari negara destinasi
ekspor baru untuk memasarkan produk–produk yang terhambat. Indonesia adalah salah satu pasar besar bagi produk kedua negara. Hal
ini bisa dilihat dari membanjirnya produk dari China di pasar dalam negeri. Implikasi lainnya adalah menurunnya kinerja perdagangan
global, akan membuat rantai pasok di industri manufaktur dunia terhambat. Negara-negara yang mengandalkan perdagangan internasional
akan mengalami global weakening dan trade weakening. Permintaan bahan baku dunia bisa saja terhambat dan mengalami penurunan
dan menghantam perekonomian banyak negara, tidak terkecuali Indonesia. Selain itu penurunan tingkat permintaan produk di pasar global
dipicu oleh adanya tren proteksionisme yang diberlakukan beberapa negara.
Gambar 4. Neraca Perdagangan Indonesia dengan negara mitra
Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan (2019)
(b)
Gambar 6. Perubahan nilai ekspor komoditas bahan bakar, besi
dan lainnya 2019/2018 (%) dan Perubahan nilai ekspor komoditas
lemak & minyak hewan/nabati, dan beberapa sektor pertanian (%)
Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian
Perdagangan (2019)
Apabila dilihat kembali tahun 2018, sebagian besar nilai
perdagangan sektor pertambangan (sebagian besar mineral dan
batu bara) terus membaik sampai kuartal pertama tahun 2018,
tetapi kemudian terjadi penurunan nilai ekspor yang kemungkinan
disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan konstruksi dan properti
di China, dan adanya kekhawatiran dampak perang dagang antara
Indonesia mengalami penurunan ekspor dengan adanya
perubahan tren dunia sebagai akibat perang dagang China
dan Amerika Serikat. BPS mencatat bahwa ekspor bahan bakar
mineral Indonesia termasuk batu bara mengalami penurunan 9,26
% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, pada
tahun 2018 komoditas andalan Indonesia seperti kelapa sawit,
karet, tembaga, timah mengalami penurunan yang berlanjut hingga
Januari-Juli 2019 (Badan Pusat Statistik, 2019).
Berdasarkan data BPS, penurunan yang tajam tahun 2019
dialami oleh sejumlah komoditas bijih kerak dan abu logam sebesar
34 % dibandingkan periode 2018, komoditas besi dan baja sebesar
18 %, komoditas nikel sebesar 13 %, aluminium, timah dan tembaga
masing-masing sebesar sebesar 10 % dan bahan bakar mineral
mengalami penurunan sebesar 5 % (Gambar 6).
(a)
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 31
China dan Amerika (Badan Pusat Statistik, 2018). Pada akhir Maret
2018, Cina mengumumkan bea impor hingga USD 3 miliar tidak
lama setelah Presiden Trump mengumumkan rencana tarif barang-
barang China senilai USD 60 miliar, di samping pajak impor baja dan
aluminium. Perang dagang China dan Amerika bila terus berlanjut,
tentunya akan berdampak lebih besar pada sektor pertambangan,
karena komoditas pertambangan ini menjadi bahan baku bagi
industri di negara-negara besar khususnya China dan Amerika
Serikat. Dengan situasi yang tidak kunjung damai tersebut dipastikan
pertumbuhan ekonomi akan merosot tajam (PwC Indonesia, 2018).
Tidak hanya komoditas pertambangan yang mengalami penurunan,
ekspor lemak dan minyak hewan/nabati pun merosot hingga 47 %
bila dibandingkan dengan periode sebelumnya. Selain itu, kopi, teh
dan rempah-rempah juga mengalami penurunan sebesar 14 %,
produk kakao turun hingga 18 %, tembakau turun sebesar 6 % dan
produk kapas sebesar 15 %.
Gambar 7 menunjukkan, bahwa meskipun banyak mengalami
penurunan di sektor pertambangan dan pertanian, tidak semua
produk Indonesia mengalami penurunan ekspor dibandingkan
tahun 2018. BPS mencatat bahwa produk karet dan barang olahan
dari karet mengalami kenaikan sebesar 36 %, komoditas kayu dan
turunannya mengalami peningkatan sebesar 23 %, produk alas kaki
sebesar 26 % dan komoditas plastik dan produk olahan dari plastik
mengalami peningkatan sebesar 15 % (Pusat Data dan Sistem
Informasi, Kementerian Perdagangan, 2019).
76
pertambangan ini menjadi bahan baku bagi industri di negara-negara besar
khususnya China dan Amerika Serikat. Dengan situasi yang tidak kunjung damai
tersebut dipastikan pertumbuhan ekonomi akan merosot tajam (PwC Indonesia,
2018). Tidak hanya komoditas pertambangan yang mengalami penurunan, ekspor
lemak dan minyak hewan/nabati pun merosot hingga 47 % bila dibandingkan
dengan periode sebelumnya. Selain itu, kopi, teh dan rempah-rempah juga
mengalami penurunan sebesar 14 %, produk kakao turun hingga 18 %, tembakau
turun sebesar 6 % dan produk kapas sebesar 15 %.
Gambar 7 menunjukkan, bahwa meskipun banyak mengalami penurunan di
sektor pertambangan dan pertanian, tidak semua produk Indonesia mengalami
penurunan ekspor dibandingkan tahun 2018. BPS mencatat bahwa produk karet dan
barang olahan dari karet mengalami kenaikan sebesar 36 %, komoditas kayu dan
turunannya mengalami peningkatan sebesar 23 %, produk alas kaki sebesar 26 %
dan komoditas plastik dan produk olahan dari plastik mengalami peningkatan
sebesar 15 % (Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan, 2019).
Gambar 7. Komoditas yang mengalami peningkatan nilai ekspor 2018 (%)
Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan
(2019)
Gambar 7. Komoditas yang mengalami peningkatan nilai ekspor
2018 (%)
Sumber : BPS, diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian
Perdagangan (2019)
Bila disoroti lebih dalam, sebenarnya dengan adanya perang
dagang maka pangsa pasar produk China di Amerika Serikat lebih
terbatas. Hal tersebut bisa menjadi peluang bagi negara lain untuk
mengambil alih pangsa pasar di Amerika. Termasuk Indonesia
memiliki potensi untuk masuk ke pasar terbuka Amerika Serikat.
Namun, yang harus menjadi perhatian dalam mengambil pasar
yang terdistorsi akibat perang dagang ini, produk Indonesia harus
kompetitif di pasar Amerika Serikat. Indonesia memiliki beberapa
komoditas ekspor unggulan ke Amerika Serikat, diantaranya mineral,
Sumber : https://www.alinea.id
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201932
furnitur, pakaian, besi, dan baja, termasuk produk perikanan seperti
ikan dan udang. Meskipun, ada kemungkinan juga bagi Amerika
untuk menerapkan kebijakan lain untuk melindungi industri dalam
negerinya, untuk produk dengan tarif 0 % seperti karet, udang,
dan furnitur dan produk lainnya dengan menggunakan non-Tariff
Measures (NTM), seperti halnya yang terjadi pada produk sawit (bio-
fuel) (Indonesian for Gobal Justice, 2018).
Melihat berbagai dampak global yang muncul dari perang
dagang Amerika Serikat dan China ini, dan tingginya hubungan
dagang negara-negara di dunia dengan China dan Amerika Serikat,
maka perdagangan global akan terpengaruh secara signifikan.
Semakin tinggi tingkat hubungan/keterkaitan ekonomi melalui sektor
perdagangan dan industri (misal dalam hal Global Value Chain
(GVC), maka dampak yang dirasakannya akan semakin besar, seperti
Singapura, Malaysia, Vietnam dan Thailand. Rasio perdagangan
Indonesia terhadap PDB hanya 30 %, sebaliknya, negara-negara
tetangga di ASEAN, seperti Singapura dengan rasio perdagangan
terhadap PDB lebih dari 200 % dan Vietnam, Malaysia, dan Thailand
sekitar 100 %, akan terpukul karena situasi ini (Basri, 2019). Negara-
negara ASEAN tersebut lebih terekspos perdagangannya dengan
China dan Amerika Serikat sehingga lebih rentan.
Posisi dan Langkah Strategis Indonesia
Posisi Indonesia dalam percaturan perdagangan dunia belum
menjadi pemain utama yang bisa menentukan arah perdagangan
dunia. Posisi Indonesia lebih cenderung sebagai pemain biasa yang
mengikuti arus pemain besar seperti China, Amerika Serikat dan Uni
Eropa.
Dampak perang dagang bagi Indonesia ini harus disiasati
dengan segera mencari partner dagang baru sebagai kompensasi
negatif perang dagang tersebut. Pencarian pasar baru ini tentu
tidaklah mudah karena tergantung oleh sejumlah faktor. Pertama
adalah kemampuan daya saing produk Indonesia sendiri untuk
bisa menembus pasar baru tersebut. Kedua, pasar baru tersebut
haruslah cukup besar sebagai target tujuan ekspor. Ketiga, aspek
biaya transportasi karena negara baru tersebut biasanya mempunyai
lokasi geografis yang jauh yang tentu saja akan meningkatkan biaya
pengirimannya.
Upaya untuk mencari pasar baru tersebut juga harus dibarengi
dengan langkah aktif melalui jalur diplomasi perdagangan dengan
negara calon mitra melalui upaya pembentukan perjanjian kerjasama
perdagangan bilateral maupun regional. Strategi ini diperlukan
mengingat makin meningkatnya proteksi perdagangan yang
dilakukan oleh negara mitra dagang, sehingga pendekatan secara
bilateral dinilai akan lebih efektif. Hal itu bisa dilakukan mengingat
dalam perjanjian bilateral atau regional kebijakan request offer bisa
jadi jalan tengah dalam melakukan negosiasi dengan mitra dagang.
Selain kebijakan pencarian pasar baru tersebut, pemerintah juga
harus tetap memperhatikan pasar domestik mengingat Indonesia
dikenal sebagai pasar besar oleh sejumlah negara pemain utama
dunia. Memperhatikan pasar domestik khususnya bagi produk
yang selama ini lebih diutamakan untuk ekspor. Bila strategi ini
berhasil diperkirakan akan ikut mengontrol besarnya defisit neraca
perdagangan, neraca berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.
Sumber : https://suaramuslim.net
Biodata Penulis
Nama : Reninta Dewi Nugraheni
Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi
(P2E)
Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI
Email : [email protected]
Nama : Zamroni Salim
Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi
(P2E)
Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia (LIPI
Email : [email protected]
79
sebagai pasar besar oleh sejumlah negara pemain utama dunia. Memperhatikan
pasar domestik khususnya bagi produk yang selama ini lebih diutamakan untuk
ekspor. Bila strategi ini berhasil diperkirakan akan ikut mengontrol besarnya defisit
neraca perdagangan, neraca berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.
Biodata Penulis Nama : Reninta Dewi Nugraheni
Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)
Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI
Email : [email protected]
Biodata Penulis Nama : Zamroni Salim Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)
Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI
Email : [email protected]
79
sebagai pasar besar oleh sejumlah negara pemain utama dunia. Memperhatikan
pasar domestik khususnya bagi produk yang selama ini lebih diutamakan untuk
ekspor. Bila strategi ini berhasil diperkirakan akan ikut mengontrol besarnya defisit
neraca perdagangan, neraca berjalan dan neraca pembayaran Indonesia.
Biodata Penulis Nama : Reninta Dewi Nugraheni
Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)
Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI
Email : [email protected]
Biodata Penulis Nama : Zamroni Salim Jabatan : Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi (P2E)
Instansi : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI
Email : [email protected]
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 33
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki posisi
penting dalam keberlangsungan perekonomian Jawa
Timur. Berdasarkan informasi dari Dinas perindustrian dan
Perdagangan Provinsi Jawa Timur, UMKM berkontribusi sebesar
5,52% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada
Semester I dan diharapkan terus meningkat saat akhir tahun 2019.
Pemerintah Kota Surabaya sendiri berkomitmen mendorong
laju perekonomian Kota Surabaya lewat UMKM. Untuk itu, berbagai
program dan fasilitas digalakkan, misalnya program Pahlawan
Ekonomi dan Pejuang Muda Surabaya. Setiap bulan minggu
terakhir, seluruh dinas di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya
selalu membantu para pelaku usaha mengurus perizinan secara
gratis di Kaza City Mall.
Tim survey Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan
(BPPP), Kementerian Perdagangan melakukan kunjungan ke Rumah
Kreatif yang membina beberapa UMKM khususnya usaha Batik di
lingkungan Putat Jaya di bawah Pemerintah Kota Surabaya. Putat
Jaya merupakan daerah yang dulunya terkenal dengan kegiatan
prostitusi terbesar di Asia Tenggara yang biasa disebut “Gang
Dolly”. Kegemerlapan dunia malam tersebut akhirnya hilang setelah
Wali Kota Surabaya menutup pada Juni 2014. Perlahan, tempat
prostitusi tersebut disulap menjadi tempat berkembangnya UMKM.
Tim berkesempatan berdiskusi
dengan Bapak Mulyadi Gunawan alias Pak
Pengky yang merupakan Pimpinan rumah
kreatif ini. Dalam diskusinya disampaikan
bahwa Rumah Kreatif ini dibangun tahun
2016. Rumah Kreatif ini merupakan rumah
komunitas bagi pecinta dan pembuat batik
yang tujuan awalnya adalah memberikan
pelatihan dan pembinaan bagi masyarakat
di sekitar lingkungan Putat Jaya yang
terkena imbas penutupan kegiatan
prostitusi tersebut melalui fasilitasi dan
kelola oleh Dinas Perdagangan Kota
Surabaya agar mereka tidak bergantung
pada bisnis prostitusi kembali.
Rumah Kreatif ini awalnya fokus
memberikan pelatihan dan pembinaan desain motif, pembuatan
batik, teknik pewarnaan, peningkatan kualitas batik agar layak
dijual dengan mendatangkan ahlinya masing-masing bagi warga
eks “Gang Dolly”. Dalam perkembangannnya, saat ini rumah kreatif
tersebut tidak hanya untuk warga Putat Jaya akan tetapi terbuka
bagi seluruh warga Surabaya atau masyarakat Indonesia yang
berminat menimba ilmu. Rumah Kreatif ini juga memberikan fasilitas
konseling bagi alumni peserta pelatihan jika dalam perkembangan
usahanya mendapatkan kesulitan. Semua pelatihan dan konseling
berkelanjutan ini tidak dipungut biaya. Rumah Kreatif ini juga menjadi
tempat diskusi bagi kalangan profesional di bidang garmen.
Dalam rangka peningkatan kualitas batik dan penjualan
hasil produksinya, selain mendatangkan beberapa ahli di bidang
perbatikan Rumah Kreatif juga bekerjasama dengan beberapa
perguruan tinggi di Surabaya yaitu Institut Teknologi Surabaya (ITS),
Universitas Airlangga, dan Universitas Kristen Petra Surabaya.
Dengan desain dan kualitas batik yang bagus yaitu motif batik khas
daun dan buah Jarak, UMKM batik di Putat Jaya beberapa kali
mendapatkan penghargaan dari beberapa lomba yang diadakan
oleh Provinsi Jawa Timur, Dinas Pariwisata Jawa Timur, dan Ikatan
Pengusaha Muda Indonesia.
Reni K. Arianti
RUMAH KREATIF DAN WAJAH BARU GANG DOLLY
BERITA PENDEK PERDAGANGAN
Sumber : https://kumparan.com
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201934
Sumber: Koleksi pribadi (2019)
82
Kreatif telah mendirikan koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya,
misalnya kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi tersebut
bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik masing-masing kelompok
untuk dipasarkan.
Sumber: Koleksi pribadi (2019)
82
Kreatif telah mendirikan koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya,
misalnya kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi tersebut
bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik masing-masing kelompok
untuk dipasarkan.
Sumber: Koleksi pribadi (2019)
82
Kreatif telah mendirikan koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya,
misalnya kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi tersebut
bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik masing-masing kelompok
untuk dipasarkan.
Sumber: Koleksi pribadi (2019)
82
Kreatif telah mendirikan koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya,
misalnya kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi tersebut
bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik masing-masing kelompok
untuk dipasarkan.
Sumber: Koleksi pribadi (2019)
Rumah Kreatif tidak hanya sebagai tempat pelatihan dan
diskusi juga menjadi rumah produksi batik baik batik cap, tulis,
dan lukis. Kemudian di awal 2019, Rumah Kreatif telah mendirikan
koperasi bagi kelompok-kelompok UMKM batik Putat Jaya, misalnya
kelompok Alpujabar, Jalak Arum, dan Canting Surya. Koperasi
tersebut bertugas membantu menyalurkan hasil produksi batik
masing-masing kelompok untuk dipasarkan.
Selain berkesempatan mengunjungi dan berdiskusi dengan
Pimpinan Rumah Kreatif, tim juga berkesempatan mengunjungi
sentra UMKM Siola “Surabaya Square”. UMKM Siola membawahi
80 UMKM yang ada di Kota Surabaya. Gedung UMKM ini, di
2019 juga dimanfaatkan menjadi Mall Pelayanan Terpadu, kantor
Dispendukcapil, dan Co Working Space. Selain itu, UMKM
Siola juga menyediakan tempat pijat dan tempat nongkrong
yang cantik yang buka hingga jam 20.00 mengikuti jam buka
Sentra UMKM. Pengunjung tidak hanya bisa membeli beragam
makanan, minuman, dan oleh-oleh buatan warga Surabaya, tetapi
juga bisa menikmatinya langsung di sudut Sentra UMKM yang di
desain ala cafe.
Perubahan gedung ini diharapkan dapat mendongkrak
omzet penjualan produk UMKM di Siola sendiri, yang sebelumnya
berdasarkan informasi rata-rata Rp140 juta per bulan, dapat
meningkat lagi karena semakin banyaknya pengunjung yang datang
dan berbelanja (Reni K. Arianti).
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 35
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak hanya dikenal
dengan keindahannya panorama alamnya saja, namun provinsi
NTB juga memiliki sumber kekayaan alam melimpah baik di sektor
perikanan maupun pertanian. Dengan banyaknya potensi tersebut,
NTB mempunyai banyak pilihan untuk bisa meningkatkan pasar
ekspor terutama dari sektor non-tambang.
Ekspor Non-Tambang
84
Peningkatan Potensi Ekspor Produk Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak hanya dikenal dengan
keindahannya panorama alamnya saja, namun provinsi NTB juga memiliki sumber
kekayaan alam melimpah baik di sektor perikanan maupun pertanian. Dengan
banyaknya potensi tersebut, NTB mempunyai banyak pilihan untuk bisa
meningkatkan pasar ekspor terutama dari sektor non-tambang.
Ekspor Non-Tambang Ekspor Total
Gambar 1. Kinerja Ekspor NTB 2017 dan 2018 (USD)
Sumber: Penerbitan SKA dan Lap PT. AMNT (2018).
Total nilai ekspor NTB periode Januari-Desember 2018 dibanding periode
yang sama tahun 2017 menunjukkan penurunan kinerja sebesar 58% namun khusus
untuk komoditi non tambang pada periode Januari-Desember 2018 melonjak cukup
signifikan sebesar 2.048% dibanding 2017. Ekspor non-tambang NTB masih
didominasi oleh komoditi jagung dengan pangsa pasar sebesar 80,16% kemudian
disusul oleh komoditi mutiara yang mempunyai pangsa pasar sebesar 13,33%. Selain
sepuluh komoditi tersebut ternyata masih banyak produk potensial lainnya yang
masih diperdagangkan melalui perdagangan antar pulau karena tidak menerbitkan
Ekspor Total
84
Peningkatan Potensi Ekspor Produk Unggulan Provinsi Nusa Tenggara Barat
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak hanya dikenal dengan
keindahannya panorama alamnya saja, namun provinsi NTB juga memiliki sumber
kekayaan alam melimpah baik di sektor perikanan maupun pertanian. Dengan
banyaknya potensi tersebut, NTB mempunyai banyak pilihan untuk bisa
meningkatkan pasar ekspor terutama dari sektor non-tambang.
Ekspor Non-Tambang Ekspor Total
Gambar 1. Kinerja Ekspor NTB 2017 dan 2018 (USD)
Sumber: Penerbitan SKA dan Lap PT. AMNT (2018).
Total nilai ekspor NTB periode Januari-Desember 2018 dibanding periode
yang sama tahun 2017 menunjukkan penurunan kinerja sebesar 58% namun khusus
untuk komoditi non tambang pada periode Januari-Desember 2018 melonjak cukup
signifikan sebesar 2.048% dibanding 2017. Ekspor non-tambang NTB masih
didominasi oleh komoditi jagung dengan pangsa pasar sebesar 80,16% kemudian
disusul oleh komoditi mutiara yang mempunyai pangsa pasar sebesar 13,33%. Selain
sepuluh komoditi tersebut ternyata masih banyak produk potensial lainnya yang
masih diperdagangkan melalui perdagangan antar pulau karena tidak menerbitkan
Gambar 1. Kinerja Ekspor NTB 2017 dan 2018 (USD)
Sumber: Penerbitan SKA dan Lap PT. AMNT (2018).
Total nilai ekspor NTB periode Januari-Desember 2018
dibanding periode yang sama tahun 2017 menunjukkan penurunan
kinerja sebesar 58% namun khusus untuk komoditi non tambang
pada periode Januari-Desember 2018 melonjak cukup signifikan
sebesar 2.048% dibanding 2017. Ekspor non-tambang NTB masih
didominasi oleh komoditi jagung dengan pangsa pasar sebesar
80,16% kemudian disusul oleh komoditi mutiara yang mempunyai
pangsa pasar sebesar 13,33%. Selain sepuluh komoditi tersebut
ternyata masih banyak produk potensial lainnya yang masih
diperdagangkan melalui perdagangan antar pulau karena tidak
menerbitkan Surat Keterangan Asal (SKA) di NTB tetapi menerbitkan
SKA melalui provinsi lain seperti dari Provinsi Bali maupun Provinsi
Jawa Timur (Tabel 1).
Tabel 1. Sepuluh Komoditi Ekspor Non-Tambang NTB
Tahun 2018
NO. KOMODITIVOLUME
(TON)NILAI (USD) %
1 Jagung 71.415,00 19.708.075,00 80,162 Mutiara 0,52 3.276.436,09 13,333 Frozen Fish 72,41 958.321,26 3,904 Kerajinan Buah
Kering140,18 332.139,15 1,35
5 Udang Vannamei 0,25 243.750,00 0,996 Gerabah 6,11 23.583,86 0,107 Ikan Hias 0,10 22.221,57 0.098 Melon 2,91 8.415,99 0,039 Kerajinan Ketak 0,26 8.036,67 0,0310 Lobster 0,25 4.050,00 0,0211 4 (empat)
komoditi lainnya0,77 1.564,08 0,01
71.638,75 24.586.593,67 100,00
Sumber: Penerbitan SKA dan Lap PT. AMNT (2018)
Berikut ini beberapa komoditi potensial unggulan lainnya dari
provinsi NTB yang telah menembus pasar dunia:
1. Rumput Laut: Komoditas rumput laut di NTB berdaya saing
tinggi, karena dapat dibudidayakan sepanjang tahun dengan
periode budidaya yang singkat, hanya 40-60 hari, ditambah
Dwi Yulianto
PENINGKATAN POTENSI EKSPOR PRODUK UNGGULAN PROVINSI
NUSA TENGGARA BARAT
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201936
teknologinya sederhana. Potensi areal budidaya mencapai
30.000 hektar. Tingkat pemanfaatannya saat ini baru mencapai
sekitar 7.900 hektar dengan produksi hampir mencapai 1 juta
Ton.
2. Tembakau Virginia: Tembakau virginia NTB mepunyai Kualitas
terbaik ke tiga di dunia sebagai bahan baku utama rokok
putih. Luas lahan produksi saat ini 22.824 hektar dan rata-rata
produksi 30.000 ton per tahun.
3. Manggis: Buah manggis menjadi salah satu primadona ekspor
Indonesia. Provinsi NTB merupakan sentra utama penghasil
buah manggis. Permintaan buah manggis dari Cina terus
meningkat dari tahun ke tahun bahkan Vietnam mere-ekpsor
lagi buah manggis dari Indonesia ke Cina. Tetapi selama ini
buah manggis asal NTB di ekspor melalui Bali karena belum
adanya fasilitas packaging buah manggis yang memenuhi
standar ekspor di NTB. Daerah sekitar hutan di area Lingsar
dan Suranadi termasuk pemasok buah manggis yang besar di
LomboK Barat.
4. Kopi: Kopi Lombok dan kopi Sumbawa termasuk kopi yang
memiliki citarasa yang khas sehingga sangat potensial untuk
diterima oleh pasar dunia baik di Eropa, Amerika maupun Asia
dan Afrika. Potensi produksi 5.000 ton per tahun dari jenis
arabika dan robusta. Korea saat ini sudah meminta kopi robusta
gangga KLU untuk dikirim sebanyak 100 ton/tahun.
5. Gula Aren: Pohon aren yang menghasilkan gula aren dan
produk turunannya sebagian besar tersebar di Pulau Lombok
dan dibudidayakan oleh masyarakat. Potensi lahan untuk
tanaman aren yang mencapai 966,3 hektar. Potensi yang dapat
diekspor dari gula aren adalah jenis gula semut yang sangat
diminati oleh pasar luar negeri.
6. Kerajinan: Ragam jenis kerajinan asal NTB yang tercipta dari
kearifan lokal masyarakat NTB telah terbukti mampu menembus
pasar ekspor mancanegara dan dapat menjadi daya tarik
utama bagi pasar dunia yang membutuhkan sesuatu yang unik
dan bernilai seni untuk kebutuhan interior dan eksterior ataupun
fungsional sehari-hari.
Tantangan Ekspor Produk Unggulan NTB
Kurangnya dukungan permodalan dari perbankan terhadap
eksportir yang potensial.
Belum berkembangnya kemampuan SDM IKM ekspor di NTB
dalam melakukan negosiasi secara langsung dengan pihak
buyer di luar negeri.
Terbatasnya infrastruktur pendukung seperti fasilitas pelabuhan
ekspor yang masih belum memadai.
Belum memiliki perusahaan di daerah yang berfungsi sebagai
trading house untuk produk ekspor NTB.
Sarana Promosi yang masih terbatas untuk produk NTB di luar
negeri.
Strategi Kebijakan Pengembangan Ekspor NTB
Hulu (penguatan kapasitas)
Identifikasi UKM potensial/orientasi ekspor & produk unggulan
daerahà database UKM potensial ekspor, komoditi ungggulan
Kab/Kota.
Mapping negara tujuan ekspor sesuai Jenis produk yang di
utamakan.
Fasilitasi peningkatan kapasitas (capacity building)à manajerial,
teknis, entrepreneurialà training, bimbingan teknis, magang,
pelatihan tata cara ekspor.
Fasilitasi peningkatan produktivitas dan mutu produk UKMà
sosialisasi dan sertifikasi standarisasi ISO/SNI/HACCP/GMP,
HaKI dan kehalalan produk, branding, inovasi desain, bantuan
peralatan dan teknologi olahan
Peningkatan desain kemasan produk UKM
Pengembangan kemitraan UKM (pola waralaba, subkontrak,
pariwisata, BUMN)
Fasilitasi akses kepada sumber daya produktif:
– Pembiayaan à KUR, dana bergulir , LPDB, PKBL
– Pemasaran
Middle (pengembangan infrastruktur/sarana dan prasarana)
Revitalisasi pelabuhan bongkar muat bagi produk ekspor NTB.
Penetrasi pasar ke ritel modern.
Pengembangan kemitraan strategis UKM.
Penguatan kelembagan sinergi antar instansi terkait.
Membangun kerjasama dengan perbankan untuk Permodalan
dan Sistem transaksi ekspor.
Mendorong peranan BUMD PT GNE sebagai bussines partner
eksportir/calon eksportir sebagai cikal bakal trading house.
Hilir (Promosi dan Akses Pasar)
Fasilitasi promosi melalui pameran dalam negeri (Inacraf, Trade
Expo Indonesia) dan partisipasi pada event promosi strategis.
Diversifikasi komoditi negara tujuan ekspor:
- Peningkatan akses dan jaringan pasar; Promosi produk
unggulan IKM melalui: pameran berskala internasional
di dalam & luar negeri, trading board, UKM gallery, temu
bisnis/bisnis matching, display produk di IKM gallery &
pavillion provinsi, Katalog, fasilitasi kemitraan usaha.
- Pemanfaatan ITPC dan KBRI sebagai windows shoping
produk unggulan NTB
Katalog promosi produk unggulan UKM NTB dan guide book
eksportir NTB
Kerjasama pemasaran dan penggunaaan produk UKM NTB
pada hotel-hotel berbintang di NTB
Pemasaran online melalui i-shop NTB (Dwi Yulianto).
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 37
P rovinsi Sulawesi Barat yang merupakan provinsi baru di
Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang
besar dan beragam. Potensi itu dari sektor
pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan,
peternakan, dan perkebunan. Untuk sektor
perkebunan, komoditas unggulan provinsi
ini adalah kakao, kelapa sawit, kopi
(robusta dan arabika), kelapa dalam,
kelapa hibrida, cengkih, dan lada;
Berdasarkan kinerja ekspor Provinsi
Sulawesi Barat periode Januari–Maret 2019, komoditi
kelapa sawit memiliki nilai ekspor terbesar diantara
6 (enam) komoditi unggulan tersebut, yaitu sebesar
USD 100,2 juta. Besarnya nilai ini dibandingkan dengan
komoditi lainnya karena industri kelapa sawit di Sulawesi Barat
lebih banyak daripada industri komoditi lain, yaitu sebanyak 17
perusahaan. Kecilnya nilai ekspor komoditi yang lain, disebabkan
salah satunya karena terjadi penurunan produksi. Sebagai contoh,
kakao di Sulawesi Barat sebanyak 60% merupakan tanaman tua,
penyakit kakao yang juga menyebabkan penurunan produksi. Selain
itu, karena selama ini kakao Sulawesi Barat yang dihasilkan diekspor
memalalui pelabuhan Makassar sehingga tercatat sebagai ekspor
Makassar. Namun demikian, Kabupaten Mamuju mempunyai potensi
yang besar untuk pengembangan tanaman budidaya kakao. Potensi
wilayah lahan yang mungkin untuk dikembangkan adalah seluas
13.530,49 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten
Mamuju.
Berdasarkan data International Cocoa Organization (ICCO),
pertumbuhan permintaan kakao di dunia adalah sebesar 4,8%.
Permintaan biji kakao dunia pada tahun 2014 sebanyak 5.283.000 ton
dengan permintaan terbesar berasal dari Eropa sebanyak 2.222.000
ton dan permintaan dari Amerika sebanyak 1.301.000 ton, dari Asia
sebanyak 989.000 ton, dan dari Afrika 770.000 ton. Dengan tingkat
pertumbuhan permintaan biji kakao dunia sebesar 4,8% dapat
dipahami bahwa peluang ekspor biji kakao masih sangat terbuka.
Indonesia termasuk tiga negara terbesar produsen kakao dunia. Dalam
rentang
w a k t u
dari 2007-
2014 pertumbuhan ekspor
biji kakao Indonesia adalah sebesar 4%
per-tahun. Dengan tingkat pertumbuhan tersebut
dan mempertimbangkan permintaan dunia, dapat diperkirakan
permintaan ekspor biji kakao Indonesia pada masa-masa yang akan
datang akan lebih prospektif.
Dalam upaya menyambut terbukanya potensi permintaan
kakao, maka Pemerintah Daerah Kabupaten Mamuju merencanakan
pengembangan tanaman budidaya kakao di Kabupaten Mamuju.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Mamuju adalah dengan melakukan perluasan lahan tanam untuk
budidaya kakao. Potensi pengembangan lahan tanam di Kabupaten
Mamuju relatif besar karena di Kabupaten Mamuju tersedia potensi
lahan seluas 13.530,49 ha yang tersebar di seluruh kecamatan di
Kabupaten Mamuju. Dengan adanya pengembangan lahan tersebut
diharapkan Kabupaten Mamuju dapat meningkatkan jumlah produksi
tanaman budidaya kakao pada masa-masa yang akan datang.
Selain itu, pemerintah daerah provinsi Sulawesi Barat juga
menggenjot peningkatan produksi kakao salah satunya dengan
cara memberikan label tersendiri pada kakao yang akan diekspor.
Selain itu, upaya yang dilakukan adalah dengan mengusulkan bahwa
Reni K. Arianti
PELUANG PENGEMBANGAN KAKAO
DI KABUPATEN MAMUJU
Sumber: https://www.pngdownload.id
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201938
Permentan Nomor 67/Permentan /OT.140/5/2014 tentang persyaratan
mutu dan pemasaran biji kakao perlu direvisi, karena seharusnya
dengan adanya regulasi ini terjadi peningkatan mutu biji kakao
(melalui fermentasi), yang diharapkan petani biji kakao mendapatkan
harga lebih tinggi sehingga kesejahteraannya meningkat.
Fermentasi yang dilakukan pasca panen maka perlakuan
terhadap hasil panen biji kakao menjadi lebih panjang serta
mengalami penyusutan sebesar 4%. Panjangnya perlakuan ini
bagi sebagian petani dianggap tidak menguntungkan karena
bagi petani kakao Sulawesi Barat akan lebih untung jika mereka
langsung menjual saat panen, karena tidak membutuhkan tenaga
fermentasi lagi.
Alasan lain mengapa Permentan 67 perlu direvisi menurut
salah satu Narasumber dari Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi
Barat, karena harga yang didapat oleh petani dari penjualan
biji kakao yang mengalami perlakuan fermentasi dengan yang
tidak difermentasi sama nilainya hampir sama, sehingga petani
lebih memilih tidak melakukan fermentasi, dan yang melakukan
fermentasi adalah tengkulak.
Rantai pemasaran kakao yang ada di Sulawesi Barat melalui
mitra pemasaran yaitu petani – tengkulak (2 hari), kemudian
difermentasi selama 5 hari - pedagang pengumpul. Selain melalui
mitra pemasaran, ada juga perusahaan yang langsung membeli ke
petani. Hal ini menyebabkan banyak industri kakao yang membeli biji
kakao tanpa fermentasi, hal ini bukan hal yang tidak mungkin jika
akhirnya industri kakao Indonesia akan mengimpor biji kakao.
Peran pemerintah pusat sangat diharapkan dalam meningkatkan
kualitas biji kakao lokal sehingga tidak perlu lagi impor biji kakao,
misalnya dengan melakukan intervensi terhadap industri yang
melakukan pembelian kakao tanpa fermentasi maka ijinnya akan
dicabut.
Target pemerintah daerah Sulawesi Barat untuk kakaonya adalah
meningkatkan prosentasi sertifikasi terhadap mitra pemasaran, yang
saat ini baru 10% dari 85.000 mitra pemasaran, meningkatkan target
kontribusi terhadap kakao nasional menjadi 12%. Karena secara
nasional, sebenarnya nilai tukar tingkat perkebunan Sulawesi Barat
berada di atas rata-rata nasional yaitu berada di peringkat ke 5 yang
disebabkan faktor kepemilikan lahan, artinya tingkat kesejahteraan
petani lebih tinggi (Reni K. Arianti).
Sumber: https://cocoainfo.wordpress.com
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 39
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan, menyelenggarakan cara High Level – Forum Diskusi Terbatas dengan topik Langkah Kongkret Upaya Peningkatan Ekspor Non – Migas di Hotel Sari Pacific pada tanggal 18 Juli 2019. High Level-Forum Diskusi Terbatas diadakan untuk merumuskan strategi yang dapat dilakukan oleh Kementerian Perdagangan untuk meningkatkan ekspor non-migas Indonesia sehingga dapat mengurangi defisit dan bahkan meningkatkan surplus neraca perdagangan. Acara dihadiri oleh Staf Ahli Bidang Pengamanan Pasar, Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional, Dr. Y. Anggadinata (Konsultan PT. LAPI Institut Teknologi Bandung) , Tatang Suheri, M.T (Konsultan PT. LAPI Institut Teknologi Bandung) , Muhammad Faisal, Ph. D (Direktur Eksekutif CORE Indonesia) , Nunung Nuryantono (Dekan Fakultas Ekonomi dan Manejemen IPB) dan Muhammad Fidaus (Guru Besar IPB).
High Level – Forum Diskusi Terbatas
Forum Diskusi Terbatas Penerapan Kebijakan Trade Remedies di Kawasan Free Trade Zone (FTZ)
Pembahasan Laporan Sementara Kajian BPPP
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP)
menggelar Forum Diskusi Terbatas Penerapan Kebijakan Trade
Remedies di Kawasan Free Trade Zone (FTZ) yang berlangsung di
Hotel Aryaduta, Jakarta, pada tanggal 21 Agustus 2019. Kepala BPPP,
Kasan membuka sekaligus memberikan sambutan dalam acara
tersebut bersama dengan Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Luar
Negeri. Dalam acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Kementerian/
Lembaga, Asosiasi dan Para Pelaku Usaha.
2. Forum Diskusi Terbatas Penerapan Kebijakan Trade Remedies di Kawasan Free Trade Zone (FTZ)
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) menggelar Forum Diskusi Terbatas Penerapan Kebijakan Trade Remedies di Kawasan Free Trade Zone (FTZ) yang berlangsung di Hotel Aryaduta, Jakarta, pada tanggal 21 Agustus 2019. Kepala BPPP, Kasan membuka sekaligus memberikan sambutan dalam acara tersebut bersama dengan Kepala Pusat Pengkajian Perdagangan Luar Negeri. Dalam acara tersebut dihadiri oleh perwakilan Kementerian/Lembaga, Asosiasi dan Para Pelaku Usaha.
Badan Pengkajian dan Pengembangan
Perdagangan (BPPP) melaksanakan pembahasan
Laporan Sementara Kajian BPPP tahun 2019 dengan
mengundang stakeholder di Hotel Sari Pan Pacific,
Jakarta, pada tanggal 27 Agustus 2019. Tujuan
pembahasan ini adalah mendapatkan masukan
terhadap kajian BPPP untuk hasil akhir yang berkualitas.
Kajian yang dibahas sebanyak 9 kajian
3. Pembahasan Laporan Sementara Kajian BPPP
Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) melaksanakan pembahasan Laporan Sementara Kajian BPPP tahun 2019 dengan mengundang stakeholder di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, pada tanggal 27 Agustus 2019. Tujuan pembahasan ini adalah mendapatkan masukan terhadap kajian BPPP untuk hasil akhir yang berkualitas.Kajian yang dibahas sebanyak 9 kajian
SERBA SERBI
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201940
DATA STATISTIK PERDAGANGAN
HARGA ECERAN BEBERAPA KOMODITAS BAHAN POKOKSEPTEMBER 2018-OKTOBER 2019 (RUPIAH)
Bulan
Beras Umum
GulaDaging
Sapi
Daging Ayam Ras
Telur Ayam Ras
TeriguCabe Merah
Cabe Rawit
Minyak Goreng
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (liter)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
September ‘18 13,877 12,303 106,520 43,101 22,195 8,196 34,648 41,002 14,367
Oktober 13,910 12,238 107,415 42,648 21,234 8,230 38,674 42,109 14,272
November 14,007 12,163 107,254 42,413 21,565 8,274 38,098 39,747 14,178
Desember 14,119 12,142 107,436 44,674 24,120 8,304 37,096 40,506 14,134
Januari ‘19 14,274 12,130 107,221 45,420 24,422 8,316 35,397 42,118 14,145
Februari 14,313 12,071 107,232 43,376 23,015 8,338 31,252 37,346 14,070
Maret 14,211 12,153 107,854 42,305 22,329 8,370 31,061 36,405 14,062
April 14,021 12,233 107,886 41,928 22,811 8,388 34,900 36,860 14,037
Mei 13,958 12,495 107,843 43,806 23,443 8,370 41,304 40,048 14,031
Juni 13,951 12,610 108,792 43,145 22,972 8,385 52,687 43,720 13,961
Juli 13,957 12,585 108,477 43,305 23,062 8,401 64,905 62,887 13,855
Agustus 13,944 12,541 108,651 43,101 23,090 8,405 71,960 79,087 13,795
September 13,961 12,510 109,042 41,429 22,303 8,406 61,425 68,481 13,838
Oktober 13,978 12,504 109,206 43,181 21,411 8,424 56,695 62,181 13,846
Oktober ‘19 thd September ‘19
0.12 -0.05 0.15 4.06 -4.17 0.21 -8.34 -10.13 0.06
Oktober ‘19 thd Oktober ‘18 (dalam persen)
0.49 2.13 1.64 1.23 0.83 2.31 31.79 32.28 -3.01
Sumber: BPS (2019)
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201942
NERACA PERDAGANGAN INDONESIA PERIODE 2019 (BULANAN)
NERACA PERDAGANGAN INDONESIA PERIODE 2014 - 2019 ( JANUARI - SEPTEMBER )
No. UraianNILAI : JUTA (USD)
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
I. Ekspor 13,929 12,56 14,122 13,114 14,825 11,793 15,454 14,282 14,100
- Migas 1,235 1,110 1,141 741 1,137 746 1,606 875 830
- Non Migas 12,693 11,446 12,981 12,372 13,688 11,047 13,849 13,406 13,269
II. Impor 14,991 12226.00 13,451 15,399 14,607 11,495 15,518 14,169 14,263
- Migas 1,657 1584.00 1,521 2,235 2,182 1,713 1,748 1,630 1,592
- Non Migas 13,335 10,642 11,930 13,164 12,425 9,783 13,770 12,539 12,672
III. Total Perdagangan 28,919 24,782
27,573 28,512 29,432 23,288 30,973 28,451 28,363
- Migas 2,891 2,694 2,661 2,977 3,318 2,459 3,354 2,506 2,422
- Non Migas 26,028 22,088 24,912 25,536 26,113 20,829 27,619 25,945 25,941
IV. Neraca -1,064 330 671 -2,286 219 297 -64 112 164
- Migas -422 -474 -380 -1,493 -1,045 -967 -142 -755 -762
- Non Migas -642 804 1,051 -792 1,264 1,264 78 867 598
Sumber: BPS (2019), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan
No. URAIAN
NILAI : JUTA (USD)
Perub. % Trend (%)
2014 2015 2016 2017 2018
JANUARI - SEPTEMBER
2018 2019 19/18 14 - 18
I. Ekspor 175,980 150,366 145,186 168,828 180,013 134,962 124,173 -7.99 1.62
- Migas 30,019 18,574 13,105 15,744 17,172 12,607 9,421 -25.27 -12.04
- Non Migas 145,961 131,792 132,081 153,084 162,841 122,355 114,751 -6.21 3.76
II. Impor 178,179 142,695 136,653 156,986 188,711 138,777 126,121 -9.12 2.13
- Migas 43,460 24,613 18,739 24,316 29,868 22,060 15,862 -28.1 -7.34
- Non Migas 134,719 118,082 116,914 132,670 158,843 116,717 110,259 -5.53 4.56
III. Total Perdagangan 354,159 293,061 280,839 325,814 368,724 273,739 250,294 -8.56 1.88
- Migas 73,479 43,188 31,845 40,060 47,040 34,666 25,283 -27.07 -9.22
- Non Migas 280,680 249,874 248,994 285,753 321,684 239,072 225,011 -5.88 4.15
IV. Neraca -2,199 7,671 9,533 11,843 -8,699 -3,815 -1,948 -48.93 24.25
- Migas -13,441 -6,039 -5,634 -8,572 -12,697 -9,453 -6,440 -31.87 0
- Non Migas 11,242 13,710 15,167 20,214 3,998 5,638 4,492 -20.33 -15.38
Sumber: BPS (2019), diolah Pusat Data dan Sistem Informasi, Kementerian Perdagangan
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 2019 43
-15,000-10,000
-5,0000
5,00010,00015,00020,00025,000
2014 2015 2016 2017 2018 Jan-Sep 2019 Jan-Sep 2019- M I G A S -13,441 -6,039 -5,634 -8,572 -12,697 -9,453 -6,440- NON M I G A S 11,242 13,710 15,167 20,214 3,998 5,638 4,492
NERACA PERDAGANGAN INDONESIAPERIODE 2014-209 (JANUARI-SEPTEMBER)
2014 2015 2016 2017 2018 Jan-Sep 2019 Jan-Sep 2019E K S P O R 175,980 150,366 145,186 168,828 180,013 134,962 124,173I M P O R 178,179 142,695 136,653 156,986 188,711 138,777 126,121
020,00040,00060,00080,000
100,000120,000140,000160,000180,000200,000
EKSPOR-IMPOR INDONESIA2014-2019 (JANUARI-SEPTEMBER)
WARTA PENGKAJIAN PERDAGANGAN, Volume II, No. 18, Tahun 201944