daftar isi bab i pengantar bab ii standar...

79
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul F45 AMPI 02 004 01 Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012 Halaman: 1 dari 79 DAFTAR ISI Kata Pengantar ............................................................................................................. i Daftar Isi ....................................................................................................................... 1 BAB I PENGANTAR ................................................................................................. 2 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ........................... 2 1.2 Penjelasan Materi Pelatihan.................................................................. 2 1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini ............................................................ 3 1.4 Pengertian-pengertian / Istilah .............................................................. 4 BAB II STANDAR KOMPETENSI............................................................................... 6 2.1 Peta Paket Pelatihan ............................................................................ 6 2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi .................................................... 6 2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari .......................................................... 7 BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ....................................................... 12 3.1 Strategi Pelatihan ................................................................................. 12 3.2 Metode Pelatihan ................................................................................. 13 3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan .......................................... 13 BAB IV PERENCANAAN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI .............................. 27 4.1 Umum .................................................................................................. 27 4.2 Penetapan Bentuk dan Dimensi Saluran Irigasi ................................... 27 4.3 Perancangan bangunan irigasi .............................................................. 33 4.4 Perancangan Bangunan Pelengkap ...................................................... 40 4.5 Perencanaan bentuk dan dimensi saluran pembuang .......................... 67 BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN KOMPETENSI ................................................................................................ 77 5.1 Sumber Daya Manusia ......................................................................... 77 5.2 Sumber-sumber Perpustakaan ............................................................. 77 5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...................................................... 79

Upload: doanthuy

Post on 31-Jan-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 1 dari 79

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................. i

Daftar Isi ....................................................................................................................... 1

BAB I PENGANTAR ................................................................................................. 2

1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK) ........................... 2

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan .................................................................. 2

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini ............................................................ 3

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah .............................................................. 4

BAB II STANDAR KOMPETENSI ............................................................................... 6

2.1 Peta Paket Pelatihan ............................................................................ 6

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi .................................................... 6

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari .......................................................... 7

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ....................................................... 12

3.1 Strategi Pelatihan ................................................................................. 12

3.2 Metode Pelatihan ................................................................................. 13

3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan .......................................... 13

BAB IV PERENCANAAN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI .............................. 27

4.1 Umum .................................................................................................. 27

4.2 Penetapan Bentuk dan Dimensi Saluran Irigasi ................................... 27

4.3 Perancangan bangunan irigasi .............................................................. 33

4.4 Perancangan Bangunan Pelengkap ...................................................... 40

4.5 Perencanaan bentuk dan dimensi saluran pembuang .......................... 67

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI ................................................................................................ 77

5.1 Sumber Daya Manusia ......................................................................... 77

5.2 Sumber-sumber Perpustakaan ............................................................. 77

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan ...................................................... 79

Page 2: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 2 dari 79

BAB I

PENGANTAR 1.1 Konsep Dasar Pelatihan Berbasis Kompetensi (PBK)

1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi.

Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang

menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang sesuai dengan standar

kompetensi yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja.

1.1.2 Kompeten ditempat kerja.

Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang

bersangkutan memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja

yang perlu untuk ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan.

1.2 Penjelasan Materi Pelatihan

1.2.1 Desain materi pelatihan

Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan

Klasikal dan Pelatihan Individual / mandiri.

1) Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaikan oleh seorang

instruktur.

2) Pelatihan individual / mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh

peserta dengan menambahkan unsur-unsur / sumber-sumber yang

diperlukan dengan bantuan dari instruktur.

1.2.2 Isi Materi pelatihan

1) Buku Informasi

Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk instruktur maupun

peserta pelatihan.

2) Buku Kerja

Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat

setiap pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal

maupun Pelatihan Individual / mandiri.

Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk

mempelajari dan memahami informasi.

b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor

pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan

dalam melaksanakan praktek kerja.

Page 3: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 3 dari 79

3) Buku Penilaian

Buku penilaian ini digunakan oleh instruktur untuk menilai jawaban

dan tanggapan peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi :

a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai

pernyataan keterampilan.

b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian

keterampilan peserta pelatihan.

c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk

mencapai keterampilan.

d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku

Kerja.

e. Petunjuk bagi instruktur untuk menilai setiap kegiatan praktek.

f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan.

1.2.3 Penerapan materi pelatihan

1) Pada pelatihan klasikal, kewajiban instruktur adalah:

a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta

pelatihan sebagai sumber pelatihan.

b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.

c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam

penyelenggaraan pelatihan.

d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban /

tanggapan dan menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku

Kerja.

2) Pada Pelatihan individual / mandiri, kewajiban peserta pelatihan

adalah:

a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.

b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.

c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.

d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.

e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh instruktur.

1.3 Pengakuan Kompetensi Terkini

1.3.1 Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-

RCC)

Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang

diperlukan untuk elemen unit kompetensi tertentu, maka yang

bersangkutan dapat mengajukan pengakuan kompetensi terkini, yang

berarti tidak akan dipersyaratkan untuk mengikuti pelatihan.

1.3.2. Persyaratan

Untuk mendapatkan pengakuan kompetensi terkini, seseorang harus

sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja, yang diperoleh

melalui:

Page 4: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 4 dari 79

1) Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja yang sama atau

2) Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang

sama atau

3) Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan

keterampilan yang sama.

1.4 Pengertian-pengertian / Istilah

1.4.1 Profesi

Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap,

pengetahuan serta keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh

dari proses pendidikan, pelatihan serta pengalaman kerja atau

penguasaan sekumpulan kompetensi tertentu yang dituntut oleh suatu

pekerjaan/jabatan.

1.4.2 Standarisasi

Standardisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta

menerapkan suatu standar tertentu.

1.4.3 Penilaian / Uji Kompetensi

Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui

perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta

keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan

membandingkan bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang

dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk

mencapai suatu kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas

pelatihan serta lingkungan belajar yang ada terfokus kepada pencapaian

unjuk kerja pada kompetensi yang dipelajari.

1.4.5 Kompetensi

Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi

mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja

yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)

KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat

menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang

pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam

rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur

pekerjaan di berbagai sektor.

Page 5: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 5 dari 79

1.4.7 Standar Kompetensi

Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus

dimiliki seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang

didasari atas pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan

unjuk kerja yang dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)

SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek

pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan

pelaksanaan tugas dan syarat jabatan yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi

Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu

kepada seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh

Lembaga Sertifikasi Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi

Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara

sistematis dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada

standar kompetensi nasional dan/ atau internasional.

Page 6: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 6 dari 79

BAB II

STANDAR KOMPETENSI

2.1 Peta Paket Pelatihan

Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Ahli

Muda Perencana Irigasi yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi

Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi - Kode Unit F45 AMPI 02 004 01,

sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan

kemampuan mengaplikasikan dari materi pelatihan lainnya, yaitu:

Penerapan Peraturan dan Perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi

Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air

Pengumpulan Data Perencanaan Irigasi

Perencanaan Layout Daerah Irigasi

Perencanaan Bangunan Utama (Bendung)

Parameter Standar Penggambaran Irigasi

Panduan Operasi dan Pemeliharaan Irigasi

Aplikasi Model Matematis Jaringan Irigasi

2.2 Pengertian Unit Standar Kompetensi

2.2.1 Unit Kompetensi

Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas / pekerjaan

yang akan dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit

komptensi yang terdapat pada standar kompetensi kerja dalam suatu

jabatan kerja tertentu.

2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari

Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini

adalah “Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi”.

2.2.3 Durasi / waktu pelatihan

Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada

pencapaian kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang

berbeda mungkin membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi

kompeten dalam melakukan tugas tertentu.

2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten

Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan

pertama, Instruktur akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih

yang bersangkutan. Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali

kepada peserta untuk meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level

yang diperlukan.

Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga)

kali.

Page 7: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 7 dari 79

2.3 Unit Kompetensi yang Dipelajari

Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi

peserta pelatihan atau siswa untuk dapat :

mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.

mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.

memeriksa kemajuan peserta pelatihan.

menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja

telah dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.

2.3.1 Judul Unit

Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

2.3.2 Kode Unit

F45 AMPI 02 004 01

2.3.3 Deskripsi Unit

Unit kompetensi ini mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja

yang diperlukan untuk merencanakan saluran dan bangunan irigasi.

2.3.4 Kemampuan Awal

Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan Menerapkan

Peraturan dan perundang-undangan yang terkait Jasa Konstruksi, dan

Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja dan Lingkungan

(SMK3L).

Menerapkan Prinsip-Prinsip Pengelolaan Sumber Daya Air

Mengumpulkan data perencanaan irigasi

Merencanakan Layout Daerah Irigasi.

2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

1. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran irigasi

1.1 Bentuk penampang, bahan, dan struktur saluran irigasi dirancang dengan cermat berdasarkan kondisi tanah dan kriteria perencanaan.

1.2 Kapasitas setiap saluran dihitung dengan teliti berdasarkan luasan daerah yang akan diairi.

1.3 Dimensi saluran dihitung dengan cermat berdasarkan kriteria perencanaan yang telah ditetapkan.

1.4 Elevasi muka air di setiap saluran dan bangunan dihitung dengan cermat.

1.5 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran dikonsultasikan kepada pihak terkait.

Page 8: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 8 dari 79

Elemen Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja ( Performance Criteria )

2. Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi bangunan irigasi (bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan pengatur, dan bangunan ukur)

2.1 Bentuk , bahan, dan struktur bangunan dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsinya dan memenuhi criteria perencanaan.

2.2 Dimensi bangunan irigasi dihitung dengan cermat berdasarkan kondisi tanah serta mengacu pada criteria perencanaan.

2.3 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi dikonsultasikan kepada pihak terkait.

3. Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi bangunan pelengkap (gorong-gorong, talang, sipon, bangunan terjun, dsbnya)

3.1 Rencana letak, jenis, dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi diperiksa kembali dengan teliti.

3.2 Bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsi, dan kriteria perencanaan.

3.3 Dimensi bangunan pelengkap dihitung dengan cermat berdasarkan kondisi tanah serta mengacu pada kriteria perencanaan.

3.4 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan.

4. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran pembuang

4.1 Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dirancang dengan cermat berdasarkan kondisi tanah.

4.2 Kapasitas setiap saluran pembuang dihitung dengan teliti sesuai dengan kriteria perencanaan yang telah ditetapkan.

4.3 Dimensi saluran pembuang dihitung dengan cermat berdasarkan kriteria perencanaan yang telah ditetapkan.

4.4 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan.

2.3.6 Batasan Variabel

1) Kontek Variabel

a. Unit kompetensi ini diterapkan dalam satuan kerja individu dan

atau berkelompok, pada lingkup pekerjaan jasa konstruksi

utamanya pada perencanaan irigasi.

Page 9: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 9 dari 79

b. Unit kompetensi ini berllaku dalam merencanakan saluran dan

bangunan irigasi

c. Unit kompetensi ini diterapkan sebagai acuan dalam pelaksanaan

tugas perencanaan irigasi, meliputi:

(1) Identifikasi dalam perencanaan saluran dan bangunan irigasi.

(2) Pemahaman pemilihan kriteria bangunan irigasi

(3) Pemahaman langkah-langkah dalam perencanaan

2) Perlengkapan dan Peralatan

a. Peralatan: Komputer dan software dalam menyelesaikan tugas

individual dan kelompok

b. Bahan: studi kasus untuk tugas individu/kelompok Peta topografi,

Data survei, informasi dan hasil invertigasi lapangan

c. Fasilitas: Ruangan dan lokasi studi lapangan

3) Tugas-tugas yang harus dilakukan :

a. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran irigasi

b. Menetapkan bentuk, bahan dan dimensi bangunan irigasi

(bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan pengatur dan

bangunan ukur)

c. Menetapkan bentuk, bahan dan dimensi bangunan pelengkap

(gorong-gorong, talang, sipon, bangunan terjun, dsbnya)

d. Menetapkan bentuk dan dimensi saluran pembuang.

4) Materi dan peraturan-peraturan yang diperlukan :

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran

dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait.

2.3.7 Panduan Penilaian

1) Kondisi Pengujian

a. Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh

elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang

sebenarnya di tempat kerja atau di luar kerja secara simulasi

dengan kondisi seperti tempat kerja normal dengan menggunakan

kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan,

keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.

b. Penilaian dapat dilakukan dengan cara : Tes tertulis, Tes lisan

(wawancara) dan atau Praktek/simulasi, Porto folio atau metode

lain yang relevan;

2) Penjelasan prosedur penilaian; Unit kompetensi yang harus dikuasai

sebelumnya dan yang diperlukan sebelum menguasai unit kompetensi

ini serta unit-unit kompetensi yang terkait.

a. Unit kompetensi yang harus dikuasai sebelumnya, meliputi:

Page 10: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 10 dari 79

(1) F45 AMPI 01 001 01 Menerapkan Peraturan dan

perundang-undangan yang terkait

Jasa Konstruksi, dan Sistem

Manajemen Keselamatan &

Kesehatan Kerja dan Lingkungan

(SMK3L).

(2) F45 AMPI 02 001 01 Menerapkan Prinsip-Prinsip

Pengelolaan Sumber Daya Air

(3) F45 AMPI 02 002 01 Mengumpulkan data perencanaan

irigasi

(4) F45 AMPI 02 003 01 Merencanakan Layout Daerah

Irigasi

b. Unit kompetensi yang terkait, meliputi:

(1) F45 AMPI 02 005 01 Merencanakan Bangunan Utama

(Bendung)

(2) F45 AMPI 02 006 01 Menerapkan parameter

perencanaan, dan standar

penggambaran Irigasi

(3) F45 AMPI 02 007 01 Menyusun Panduan Operasi dan

Pemeliharaaan Irigasi berdasarkan

Kriteria Perencanaan

(4) F45 AMPI 02 008 01 Melakukan Aplikasi Model

Matematis jaringan irigasi

3) Pengetahuan yang dibutuhkan :

a. Perencanaan saluran irigasi

b. Bangunan irigasi (bangunan bagi, sadap, box tersier, box kwarter,

dsbnya)

c. Mekanika tanah

d. Hidrolika

e. Teknologi Bahan.

4) Keterampilan yang dibutuhkan :

a. Merencanakan saluran irigasi berdasarkan kriteria perencanaan

(KP-01, KP-03, dan KP-05)

b. Merencanakan bentuk dan dimensi bangunan irigasi sesuai

ketentuan dalam kriteria perencanaan irigasi

Page 11: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 11 dari 79

5) Aspek Kritis

Aspek kritis yang harus diperhatikan :

a. Ketelitian dalam menghitung dimensi saluran dan bangunan

irigasi berdasarkan criteria perencanaan

b. Ketelitian dalam menghitung tinggi muka air di bangunan

c. Kecermatan dalam merencanakan bentuk dan dimensi saluran

pembuang

d. Kecermatan dalam merencanakan Merencanakan bentuk, bahan,

dan dimensi bangunan pelengkap

2.3.8 Kompetensi kunci

No Kompetensi Kunci Tingkat

1. Mengumpulkan, menganalisa dan mengorganisasikan

informasi 3

2. Mengomunikasikan informasi dan ide-ide 2

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 2

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 3

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 2

6. Memecahkan masalah 3

7. Menggunakan teknologi 3

Page 12: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 12 dari 79

BAB III

STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1 Strategi Pelatihan

Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan

pelatihan klasikal yang diajarkan di kelas oleh instruktur. Pada sistem ini peserta

pelatihan akan bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya

bahwa peserta pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan

Instruktur dan kemudian melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana

yang telah dibuat.

3.1.1 Persiapan / perencanaan

1) Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap

belajar dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi

proses belajar yang harus diikuti.

2) Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.

3) Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh

berhubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah

dimiliki.

4) Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran

1) Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang

terdapat pada tahap belajar.

2) Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan

pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek

1) Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh

instruktur atau orang yang telah berpengalaman lainnya.

2) Mengajukan pertanyaan kepada instruktur tentang kesulitan yang

ditemukan selama pengamatan.

3.1.4 Implementasi

1) Menerapkan pelatihan kerja yang aman.

2) Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan

praktek.

3) Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh.

3.1.5 Penilaian

Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta

pelatihan

Page 13: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 13 dari 79

3.2 Metode Pelatihan

Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa

kasus, kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan.

3.2.1 Belajar secara mandiri

Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar

secara individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.

Meskipun proses belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan

disarankan untuk menemui instruktur setiap saat untuk

mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan belajar.

3.2.2 Belajar berkelompok

Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang

bersama secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar

berkelompok. Walaupun proses belajar memiliki prinsip sesuai dengan

kecepatan belajar masing-masing, sesi kelompok memberikan interaksi

antar peserta, instruktur dan pakar/ahli dari tempat kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur

Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang

dilaksanakan oleh instruktur atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya

mencakup topik tertentu.

3.3 Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan

Rancangan pembelajaran materi pelatihan bertujuan untuk melengkapi hasil

analisis kebutuhan meteri pelatihan. Rancangan pembelajaran materi pelatihan

memberikan informasi yang bersifat indikatif yang selanjutnya dapat dijadikan oleh

instruktur sebagai pedoman dalam menyusun rencana pembelajaran (session

plan) yang lebih operasional dan yang lebih bersifat strategis untuk membantu

para peserta pelatihan mencapai unit kompetensi yang merupakan tugasnya

sebagai instruktur.

Rancangan Pembelajaran Materi Pelatihan sebagai berikut:

Unit Kompetensi Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

Elemen Kompetensi 1 Menetapkan bentuk dan dimensi saluran irigasi

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang

Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

1.1 Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dirancang dengan cermat berdasarkan kondisi tanah dan kriteria perencanaan 1) Dapat menjelaskan kriteria yang

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta dapat merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dengan cermat berdasarkan kondisi tanah

1. Ceramah 2. Diskusi

1. Menjelaskan tentang kriteria yang digunakan dalam merencanakan saluran irigasi

2. Menjelaskan tentang bentuk penampang yang umum digunakan dalam

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

10 menit

Page 14: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 14 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang

Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

digunakan dalam merencanakan saluran irigasi 2) Dapat menjelaskan bentuk penampang yang umum digunakan dalam perencanaan irigasi 3) Mampu mengidentifikasi jenis saluran berdasarkan layout jaringan irigasi 4) Mampu menetapkan perlunya penguatan pada saluran yang rawan terkena gerusan 5) Mampu merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi berdasarkan kondisi tanah 6) Harus mampu bersikap taat dan konsisten terhadap kriteria perencanaan dalam merencanakan saluran 7) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam merencanakan saluran irigasi

dan kriteria perencanaan

perencanaan irigasi

3. Menjelaskan tata cara mengidentifikasi jenis saluran berdasarkan layout jaringan irigasi

4. Menjelaskan tata cara menetapkan perlunya penguatan pada saluran yang rawan terkena gerusan

5. Menjelaskan tata cara merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi berdasarkan kondisi tanah

6. Menjelaskan tata cara merencanakan saluran irigasi secara cermat dan teliti

Pemerintah tentang Irigasi

1.2 Kapasitas setiap saluran dihitung dengan teliti berdasarkan luasan daerah yang akan diairi 1) Dapat menjelaskan cara menghitung kapasitas saluran irigasi berdasarkan kriteria perencanaan 2) Mampu menghitung

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu menghitung kapasitas setiap saluran dengan teliti berdasarkan luasan daerah yang akan diairi

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelasakan tentang cara menghitung kapasitas saluran irigasi berdasarkan kriteria perencanaan

2. Menjelaskan cara menghitung kapasitas saluran primer, sekunder, dan primer berdasarkan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

75 menit

Page 15: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 15 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang

Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

kapasitas saluran primer, sekunder, dan primer berdasarkan luasan daerah yang akan diairi 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung kapasitas setiap jenis saluran irigasi

luasan daerah yang akan diairi

3. Menjelaskan tentang tata cara menghitung kapasitas setiap jenis saluran irigasi dengan cermat dan teliti

1.3 Dimensi saluran dihitung dengan cermat berdasarkan kriteria perencanaan yang telah ditetapkan 1) Dapat menyebutkan kriteria perencanaan untuk dimensi saluran 2) Dapat menyebutkan data yang dibutuhkan untuk menghitung dimensi saluran 3) Dapat menjelaskan rumus yang digunakan dalam mendimensi saluran irigasi 4) Mampu menghitung dimensi saluran irigasi 5) Harus mampu bersikap cermat dan taat dalam menerapkan kriteria perencanaan pada perhitungan dimensi saluran

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu menghitung dimensi saluran dengan cermat berdasarkan kriteria perencanaan yang telah ditetapkan

1. Ceramah 2. Diskusi

1. Menjelaskan tentang kriteria perencanaan untuk dimensi saluran

2.Menjelaskan tentang data yang dibutuhkan untuk menghitung dimensi saluran

3.Menjelaskan tentang rumus yang digunakan dalam mendimensi saluran irigasi

4.Menjelaskan tentang cara menghitung dimensi saluran dengan cermat dan teliti

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

75 menit

1.4 Elevasi muka air di setiap saluran dan bangunan dihitung dengan cermat 1) Dapat menjelaskan cara menentukan elevasi muka air

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu menghitung elevasi muka air di setiap saluran dan bangunan

1. Ceramah 2. Diskusi

1. Menjelaskan tentang cara menentukan elevasi muka air di setiap saluran dan bangunan

2.Menjelaskan tata cara

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01

60 menit

Page 16: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 16 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan yang

Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

di setiap saluran dan bangunan 2) Mampu menghitung elevasi muka di setiap saluran 3) Mampu menghitung elevasi muka air di setiap bangunan 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung elavsi muka air di setiap saluran dan bangunan

dengan cermat menghitung elevasi muka di setiap saluran dengan cermat dan teliti

3.Menjelaskan tata cara menghitung elevasi muka air di setiap bangunan dengan cermat dan teliti

s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

1.5 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran dikonsultasikan kepada pihak terkait 1) Dapat menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran secara lengkap 2) Mampu memeriksa kembali hasil perancangan saluran irigasi 3) Mampu membuat rangkuman hasil perancangan saluran irigasi 4) Mampu mengonsultasikan hasil perancangan saluran irigasi kepada pihak terkait 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu mengkonsultasikan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait

1. Ceramah 2. Diskusi

1. Menjelaskan tentang hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran secara lengkap

2.Menjelaskan cara memeriksa kembali hasil perancangan saluran irigasi

3.Menjelaskan cara membuat rangkuman hasil perancangan saluran irigasi

4.Menjelaskan cara mengonsultasikan hasil perancangan saluran irigasi kepada pihak terkait

5.Memebrikan contoh cara menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait degan cermat dan teliti

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

10 menit

Diskusi:

Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Page 17: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 17 dari 79

Unit Kompetensi Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

Elemen Kompetensi 2 Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi bangunan irigasi (bangunan bagi, bangunan sadap, bangunan pengatur, dan bangunan ukur)

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

2.1 Bentuk , bahan dan struktur bangunan dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsinya dan memenuhi kriteria perencanaan 1) Dapat menjelaskan jenis dari masing-masing bangunan irigasi 2) Dapat menjelaskan fungsi dari masing-masing bangunan irigasi 3) Mampu merancang bentuk bangunan bagi dan bangunan sadap 4) Mampu merancang bahan yang digunakan untuk membangun bangunan irigasi 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam merancang bangunan irigasi 6) Harus mampu bersikat taat dan konsisten terhadap penerapan kriteria perencanaan dalam merancang bangunan irigasi

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta dapat merancang bentuk, bahan dan struktur bangunan dengan cermat sesuai dengan fungsinya dan memenuhi kriteria perencanaan

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang jenis dari masing-masing bangunan irigasi

2. Menjelaskan tentang fungsi dari masing-masing bangunan irigasi

3. Menjelaskan cara merancang bentuk bangunan bagi dan bangunan sadap

4. Menjelaskan cara merancang bahan yang digunakan untuk membangun bangunan irigasi

5. Menjelaskan cara merancang bangunan irigasi dengan cermat dan teliti

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

15 menit

2.2 Dimensi bangunan irigasi dihitung dengan cermat berdasarkan kondisi tanah serta mengacu pada kriteria perencanaan 1) Dapat menjelaskan kriteria perencanaan bangunan irigasi

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta dapat menghitung dimensi bangunan irigasi dengan cermat berdasarkan kondisi tanah serta mengacu pada kriteria

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang kriteria perencanaan bangunan irigasi

2. Menjelaskan cara merancang bangunan bagi yang terdapat pada jaringan irigasi berdasarkan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

60 menit

Page 18: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 18 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

2) Mampu merancang bangunan bagi yang terdapat pada jaringan irigasi berdasarkan kriteria perencanaan 3) Mampu merancang bangunan sadap yang terdapat pada jaringan irigasi berdasarkan kriteria perencanaan 4) Mampu merancang bangunan ukur yang terdapat pada jaringan irigasi berdasarkan kriteria perencanaan 5) Mampu membuat gambar sket hasil perancangan bangunan irigasi 6) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung dimensi bangunan irigasi 7) Harus mampu bersikat taat dan konsisten terhadap penerapan kriteria perencanaan dalam menghitung dimensi bangunan irigasi

perencanaan kriteria perencanaan

3. Menjelaskan tentang tata cara merancang bangunan sadap yang terdapat pada jaringan irigasi berdasarkan kriteria perencanaan

4. Menjelaskan tentang tata cara merancang bangunan ukur yang terdapat pada jaringan irigasi berdasarkan kriteria perencanaan

5. Menjelaskan cara membuat gambar sket hasil perancangan bangunan irigasi

6. Menjelaskan cara menghitung dimensi bangunan irigasi dengan cermat dan teliti

Pemerintah tentang Irigasi

2.3 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi dikonsultasikan kepada pihak terkait 1) Mampu memeriksa kembali hasil perhitungan dimensi bangunan irigasi

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta dapat mengkonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi kepada pihak terkait

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tata cara memeriksa kembali hasil perhitungan dimensi bangunan irigasi

2. Menjelaskan cara membuat rangkuman hasil perancangan bangunan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah

10 menit

Page 19: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 19 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

2) Mampu membuat rangkuman hasil perancangan bangunan irigasi 3) Dapat menjelaskan hasil perhitungan bangunan irigasi kepada pihak terkait 4) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi kepada pihak terkait

irigasi 3. Memberikan

contoh cara menjelaskan hasil perhitungan bangunan irigasi kepada pihak terkait

4. Menjelaskan cara mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi kepada pihak terkait dengan cermat dan teliti

tentang Irigasi

Diskusi:

Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

Elemen Kompetensi 3 Menetapkan bentuk, bahan, dan dimensi bangunan pelengkap (gorong-gorong, talang, sipon, bangunan terjun, dsbnya)

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

3.1 Rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi diperiksa kembali dengan teliti 1) Dapat menjelaskan jenis bangunan pelengkap pada jaringan irigasi 2) Dapat menjelaskan tata letak setiap jenis bangunan pelengkap pada jaringan irigasi 3) Dapat menjelaskan fungsi setiap

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu memeriksa kembali rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi dengan teliti

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang jenis bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

2. Menjelaskan tentang tata letak setiap jenis bangunan pelengkap pada jaringan irigasi

3. Menjelaskan tentang fungsi setiap jenis bangunan pelengkap

4. Menjelaskan cara menetapkan jenis bangunan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

15 menit

Page 20: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 20 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

jenis bangunan pelengkap 4) Mampu menetapkan jenis bangunan pelengkap sesuai kondisi topografi 5) Mampu memeriksa ulang rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi 6) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dakam memeriksa rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi

pelengkap sesuai kondisi topografi

5. Menjelaskan cara memeriksa ulang rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi dengan cermat dan teliti

3.2 Bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap dirancang dengan cermat sesuai dengan fungsi dan kriteria perencanaan 1) Dapat menjelaskan kriteria yang digunakan dalam perencanaan bangunan pelengkap 2) Dapat menjelaskan bentuk setiap jenis bangunan pelengkap 3) Dapat menjelaskan bahan yang digunakan dalam perencanaan bangunan pelengkap 4) Mampu merancang bentuk bahan, dan struktur bangunan pelengkap sesuai dengan fungsi

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu merancang bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap dengan cermat sesuai dengan fungsi dan kriteria perencanaan

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang kriteria yang digunakan dalam perencanaan bangunan pelengkap

2. Menjelaskan tentang bentuk setiap jenis bangunan pelengkap

3. Menjelaskan tentang bahan yang digunakan dalam perencanaan bangunan pelengkap

4. Menjelaskan cara merancang bentuk bahan, dan struktur bangunan pelengkap sesuai dengan fungsi dan kriteria perencanaan

5. Menjelaskan cara merancang bentuk bahan, dan struktur bangunan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

30 menit

Page 21: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 21 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

dan kriteria perencanaan 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam merancang bentuk bahan, dan struktur bangunan pelengkap sesuai dengan fungsi 6) Harus mampu bersikap taat dan konsisten terhadap penerapan criteria perencanaan dalam merencanakan bentuk bahan, dan struktur bangunan pelengkap

pelengkap sesuai dengan fungsi dengan cermat dan teliti

3.3 Dimensi bangunan pelengkap dihitung dengan cermat berdasarkan kondisi tanah serta mengacu pada kriteria perencanaan 1) Dapat menjelaskan cara menghitung dimensi bangunan pelengkap 2) Mampu menghitung dimensi gorong-gorong yang dibutuhkan berdasarkan kriteria perencanaan 3) Mampu merancang bangunan terjun berdasarkan kriteria perencanaan 4) Mampu merancang bangunan sipon berdasarkan kriteria perencanaan 5) Mampu

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu menghitung dimensi bangunan pelengkap dengan cermat berdasarkan kondisi tanah serta mengacu pada kriteria perencanaan

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang cara menghitung dimensi bangunan pelengkap

2. Menjelaskan tata cara menghitung dimensi gorong-gorong yang dibutuhkan berdasarkan kriteria perencanaan

3.Menjelaskan cara merancang bangunan terjun berdasarkan kriteria perencanaan

4. Menjelaskan tata cara merancang bangunan sipon berdasarkan kriteria perencanaan

5.Menjelaskan cara merancang merancang bangunan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

60 menit

Page 22: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 22 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

merancang bangunan talang berdasarkan kriteria perencanaan 6) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung dimensi bangunan pelengkap sesuai dengan fungsi 7) Harus mampu bersikap taat dan konsisten terhadap penerapan criteria perencanaan dalam menghitung dimensi bangunan pelengkap

talang berdasarkan kriteria perencanaan

6. Menjelaskan tata cara menghitung dimensi bangunan pelengkap sesuai dengan fungsi dengan cermat dan teliti

3.4 Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan 1) Dapat menjelaskan hasil penetapan bentuk dan perhitunan dimensi bangunan pelengkap 2) Mampu membuat rangkuman hasil perencanaan bangunan pelengkap irigasi 3) Mampu membuat gambar sket hasil perhitungan dimensi bangunan pelengkap jaringan irigasi 4) Dapat menjelaskan bentuk dan

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu mengkonsulta-sikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang hasil penetapan bentuk dan perhitunan dimensi bangunan pelengkap

2. Menjelaskan cara membuat rangkuman hasil perencanaan bangunan pelengkap irigasi

3.Menjelaskan cara membuat gambar sket hasil perhitungan dimensi bangunan pelengkap jaringan irigasi

4. Menjelaskan tentang bentuk dan rancangan bengunan pelengkap irigasi kepada pihak terkait

5. Memberikan contoh cara menjelaskan hasil penetapan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

10 menit

Page 23: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 23 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

rancangan bengunan pelengkap irigasi kepada pihak terkait 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menjelaskan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan

bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan dengan cermat dan teliti

Diskusi:

Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Unit Kompetensi Merencanakan Saluran dan Bangunan Irigasi

Elemen Kompetensi 4 Menetapkan bentuk dan dimensi saluran pembuang

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

4.1 Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang dirancang dengan cermat berdasarkan kondisi tanah 1) Dapat menjelaskan fungsi saluran pembuang pada jaringan irigasi 2) Dapat menjelaskan kriteria perencanaan saluran pembuang 3) Mampu merancang bentuk penampang saluran pembuang

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang dengan cermat berdasarkan kondisi tanah

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang fungsi saluran pembuang pada jaringan irigasi

2. Menjelaskan tentang kriteria perencanaan saluran pembuang

3. Menjelaskan cara merancang bentuk penampang saluran pembuang

4. Menjelaskan cara merancang bahan dan struktur saluran pembuang

3. Menjelaskan cara

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

10 menit

Page 24: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 24 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

4) Mampu merancang bahan dan struktur saluran pembuang 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang berdasarkan kondisi tanah

merancang bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang berdasarkan kondisi tanah dengan cermat dan teliti

4.2 Kapasitas setiap saluran pembuang dihitung dengan teliti sesuai dengan kriteria perencanaan 1) Dapat menjelaskan cara menghitung kapasitas saluran pembuang berdasarkan kriteria perencanaan 2) Mampu menghitung kapasitas setiap saluran pembuang pada jaringan irigasi 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung kapasitas saluran pembuang 4) Harus mampu bersikat taat dan konsisten terhadap penerapan kriteria perencanaan perhitungan kapasitas saluran pembuang

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu menghitung kapasitas setiap saluran pembuang dengan teliti sesuai dengan kriteria perencanaan

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang cara menghitung kapasitas saluran pembuang berdasarkan kriteria perencanaan

2. Menjelaskan cara menghitung kapasitas setiap saluran pembuang pada jaringan irigasi

3. Menjelaskan cara menghitung kapasitas saluran pembuang dengan cermat dan teliti

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

45 menit

4.3 Dimensi saluran pembuang dihitung dengan cermat berdasarkan kriteria perencanaan yang telah

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu menghitung dimensi saluran pembuang

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang cara menghitung dimensi saluran pembuang berdasarkan kriteria perencanaan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B

45 menit

Page 25: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 25 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

ditetapkan 1) Dapat menjelaskan cara menghitung dimensi saluran pembuang berdasarkan kriteria perencanaan 2) Mampu menghitung dimensi saluran pembuang sesuai dengan kapasitasnya 3) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menghitung dimensi saluran pembuang 4) Harus mampu bersikat taat dan konsisten terhadap penerapan kriteria perencanaan perhitungan dimensi saluran pembuang

dengan cermat berdasarkan kriteria perencanaan yang telah ditetapkan

2. Menjelaskan cara menghitung dimensi saluran pembuang sesuai dengan kapasitasnya dengan cermat dan teliti

3. Menjelaskan cara menghitung dimensi saluran pembuang sesuai dengan kapasitasnya

4. Menjelaskan perlunya penerapan kriteria perencanaan dalam perhitungan dimensi saluran pembuang secara konsisten

01-02 b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

4.4 Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan 1) Dapat menjelaskan hasil penetapan bentuk dan perhitunan dimensi saluran pembuang 2) Mampu memeriksa kembali hasil perancangan saluran pembuang irigasi 3) Mampu membuat rangkuman hasil perancangan saluran pembuang yang terdapat pada jaringan irigasi

Pada akhir pembelajaran sesi ini, peser-ta mampu mengkonsulta-sikan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan

1. Ceramah 2. Diskusi

1.Menjelaskan tentang hasil penetapan bentuk dan perhitunan dimensi saluran pembuang

2. Menjelaskan tata cara memeriksa kembali hasil perancangan saluran pembuang irigasi

3. Menjelaskan cara membuat rangkuman hasil perancangan saluran pembuang yang terdapat pada jaringan irigasi

4. Memberikan contoh cara menjelaskan bentuk dan rancangan

a. Pedoman atau peraturan tentang criteria perencanaan saluran dan bangunan irigasi (KP-01 s.d KP-05) & B 01-02

b. SNI terkait c. Peraturan

Pemerintah tentang Irigasi

10 menit

Page 26: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 26 dari 79

No Kriteria Unjuk Kerja/Indikator

Unjuk Kerja

Tujuan Pembelajaran

Metode Pelatihan

yang Disarankan

Tahapan Pembelajaran

Sumber/ Referensi yang

Disarankan

Jam Pelajaran Indikatif

4) Dapat menjelaskan bentuk dan rancangan saluran pembuang irigasi kepada pihak terkait 5) Harus mampu bersikap cermat dan teliti dalam menjelaskan hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan

saluran pembuang irigasi kepada pihak terkait dengan cermat dan teliti

Diskusi:

Dilakukan setelah selesai penjelasan atau ceramah untuk setiap materi yang diajarkan

Page 27: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 27 dari 79

BAB IV

PERENCANAAN SALURAN DAN BANGUNAN IRIGASI

4.1 Umum

Bab ini berisi uraian mengenai penetapan bentuk dan dimensi saluran irigasi,

merancang bangunan irigasi, merancang bangunan pelengkap, serta uraian

mengenai cara merencanakan bentuk dan dimensi saluran pembuang.

4.2 Penetapan Bentuk dan Dimensi Saluran Irigasi

Sistem irigasi di Indonesia secara umum menerapkan saluran irigasi tanpa

pasangan sejauh secara teknis bisa dipertanggung jawabkan. Pada ruas tertentu

jika keadaan tidak memungkinkan dapat digunakan saluran pasangan.

4.2.1 Perencanaan Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi

Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran irigasi dirancang dengan

cermat berdasarkan kondisi tanah dan kriteria perencanaan. Kriteria

perencanaan yang digunakan dalam merencanakan saluran irigasi adalah

KP-03.

Untuk pengaliran air irigasi, saluran berpenampang trapesium tanpa

pasangan adalah bangunan pembawa yang paling umum dipakai dan

ekonomis. Perencanaan saluran harus memberikan penyelesaian biaya

pelaksanaan dan pemeliharaan yang paling rendah. Erosi dan sedimentasi

di setiap potongan melintang harus minimal dan berimbang sepanjang

tahun. Ruas-ruas saluran harus mantap.

Jenis saluran berdasarkan layout jaringan irigasi secara umum dapat

dibedakan menjadi;

a. Jaringan irigasi utama

1) Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan

ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah

pada bangunan bagi yang terakhir, lihat juga Gambar 4.1.

2) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak

tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung

saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.

3) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan

sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan

irigasi primer.

4) Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke

petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran

ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu

pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.

Page 28: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 28 dari 79

b. Jaringan saluran irigasi tersier

1) Saluran tersier membawa air dari bangunan sadap tersier di jaringan

utama ke dalam petak tersier lalu ke saluran kuarter. Batas ujung

saluran ini adalah boks bagi kuarter yang terakhir.

2) Saluran kuarter membawa air dari boks bagi kuarter melalui

bangunan sadap tersier atau parit sawah ke sawah-sawah

3) Perlu dilengkapi jalan petani ditingkat jaringan tersier dan kuarter

sepanjang itu memang diperlukan oleh petani setempat dan dengan

persetujuan petani setempat pula, karena banyak ditemukan di

lapangan jalan petani yang rusak sehingga akses petani dari dan ke

sawah menjadi terhambat, terutama untuk petak sawah yang paling

ujung.

4) Pembangunan sanggar tani sebagai sarana untuk diskusi antar

petani sehingga partisipasi petani lebih meningkat, dan

pembangunannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani

setempat serta diharapkan letaknya dapat mewakili wilayah P3A

atau GP3A setempat.

c. Garis Sempadan Saluran

Dalam rangka pengamanan saluran dan bangunan maka perlu ditetapkan

garis sempadan saluran dan bangunan irigasi yang jauhnya ditentukan

dalam peraturan perundangan sempadan saluran.

Gambar 4.1. Saluran-saluran primer dan sekunder

Saluran yang airnya bisa disadap langsung oleh sawah, adalah saluran

kwarter. Di beberapa ruas tertentu, perlu adanya penguatan pada saluran

yang rawan terkena gerusan. Alasan dilakukannya penguatan terhadap

saluran pada lokasi tersebut adalah untuk menahan gerusan yang dapat

menyebabkan erosi dan longsoran pada dinding saluran.

Page 29: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 29 dari 79

Untuk mengalirkan air dengan penampang basah sekecil mungkin,

potongan melintang yang berbentuk setengah lingkaran adalah yang

terbaik.

Usaha untuk mendapatkan bentuk yang ideal dari segi hidrolis dengan

saluran tanah berbentuk trapesium, akan cenderung menghasilkan

potongan melintang yang terlalu dalam atau sempit. Hanya pada saluran

dengan debit rencana sampai dengan 0,5 m3/dt saja yang potongan

melintangnya dapat mendekati bentuk setengah lingkaran. Saluran dengan

debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan dangkal dengan

perbandingan b/h (n) sampai 10 atau lebih.

Harga n yang tinggi untuk debit-debit yang lebih besar adalah perlu, sebab

jika tidak, kecepatan rencana akan melebihi batas kecepatan maksimum

yang diizinkan. Lebih-lebih lagi, saluran yang lebih lebar mempunyai

variasi muka air sedikit saja dengan debit yang berubah-ubah, dan ini

mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar, efek erosi atau

pengikisan talut saluran tidak terlalu berakibat serius terhadap kapasitas

debit. Dan karena ketinggian air yang terbatas, kestabilan talut dapat

diperoleh tanpa memerlukan bahu (berm) tambahan.

Kerugian utama dari saluran yang lebar dan dangkal adalah persyaratan

pembebasan tanah dan penggaliannya lebih tinggi, dan dengan demikian

biaya pelaksanaannya secara umum lebih mahal.

Salah satu metode untuk mendimensi penampang saluran adalah

menggunakan metode kecepatan ijin. Dalam perencanaan saluran

dibedakan langkah-langkah berikut:

1) Untuk tiap ruas saluran tentukan debit rencana dan kemiringan yang

terbaik berdasarkan kemiringan medan yang ada dan ketinggian

bangunan sadap tersier yang diperlukan

2) Untuk masing-masing saluran berikutnya, mulai dari bangunan utama

hingga ujung saluran sekunder, plotlah data Q-I setiap ruas saluran

(dari Gambar 4.2)

3) Untuk tiap ruas saluran tentukan besarnya kecepatan yang diizinkan

sesuai dengan kondisi tanah

4) Cek apakah garis I√R makin besar dengan berkurangnya Qd (ke arah

hilir)

5) Cek apakah kecepatan rencana tidak melebihi kecepatan yang

diizinkan

6) Jika pada langkah 4 dan 5 tidak ditemui kesulitan, maka perencanaan

saluran akan diselesaikan dengan kemiringan yang dipilih dari langkah

1.

7) Kemiringan saluran dapat dimodifikasi sebagai berikut:

Page 30: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 30 dari 79

a) Bila kecepatan rencana melebihi kecepatan yang diizinkan, maka

besarnya kemiringan saluran akan dipilih dan mungkin akan

diperlukan bangunan terjun

b) Bila kemiringan saluran pada langkah 1 untuk suatu ruas tertentu

akan lebih landai daripada yang diperlukan untuk garis I√R, maka

kemiringan tersebut akan ditambah dan akan dibuat dalam galian

Selanjutnya lihat bagian KP – 03 Saluran.

Gambar 4.2. Bagan perencanaan saluran

Perlunya ketaatan dan konsistensi terhadap kriteria perencanaan dalam

merencanakan saluran, serta kecermatan dan ketelitian dalam

merencanakan saluran irigasi.

4.2.2 Menghitung Kapasitas saluran

Kapasitas setiap saluran irigasi dihitung dengan teliti berdasarkan luasan

daerah yang akan diairi. Berdasarkan kriteria perencanaan, rumus di

bawah ini dapat digunakan untuk menghitung kapasitas saluran:

e

ANFRCQ

..

dimana;

Q : Debit rencana, l/dt

c : Koefisien pengurangan karena adanya sistem golongan, (lihat

pasal 2.2.4 KP-03)

NFR : Kebutuhan bersih (netto) air di sawah, l/dt/ha

A : Luas daerah yang diairi, ha

Page 31: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 31 dari 79

e : Efisiensi irigasi secara keseluruhan

Sebagai contoh perhitungan, jika luas daerah yang akan diairi 100 ha, nilai

kebutuhan air disawah 1,2 lt/det/ha dan koefisien golongan adalah 1, maka

kapasitas saluran tersebut adalah 166.67 l/det jika efisiensi irigasinya

diasumsikan 0,72.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung kapasitas setiap

jenis saluran irigasi.

4.2.3 Menghitung Dimensi Saluran

Dimensi saluran dihitung dengan cermat berdasarkan kriteria perencanaan

yang telah ditetapkan. Yang termasuk kriteria perencanaan saluran irigasi,

adalah koefisien Strikler (K) tergantung pada debit yang dialirkan. Data

penting yang dibutuhkan untuk mendimensi saluran adalah debit air (Q,

m3/det).

Untuk perencanaan potongan saluran pembuang, aliran dianggap sebagai

aliran tetap dan untuk itu diterapkan rumus Strickler (lihat juga pasal 3.2.1.

KP-03) untuk menghitung kecepatan aliran, dengan rumus sebagai berikut:

dimana :

v : kecepatan aliran, m/dt

k : koefisien kekasaran strickler, m1/3/dt

R : jari-jari hidrolis, m

I : kemiringan energi

Untuk menghitung dimensi saluran irigasi, maka data penting yang

diperlukan adalah debit yang dialirkan (Q, m3/det) serta kecepatan aliran

(v, m.det) yang akan dirancang dengan tetap mengacu pada kecepatan

minimum dan maksimum yang diijinkan. Dari kedua data tersebut, bisa

dihitung luas penampang desain saluran (A = Q/v), yang kemudian dengan

mengasumsikan bentuk penampang adalah trapezium, dan perhitungan

iterasi/ trial dengan menetapkan salah satu parameter (kedalaman aliran

(h) atau kah lebar dasar saluran (b)) awal yang tetap.

Perlunya kecermatan dan ketaatan dalam menerapkan kriteria

perencanaan pada perhitungan dimensi saluran

4.2.4 Menghitung Elevasi Muka Air di Saluran dan Bangunan

Elevasi muka air di setiap saluran dan bangunan dihitung dengan cermat

sesuai dengan kriteria perencanaan.

Page 32: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 32 dari 79

Salah satu faktor penting dalam menentukan elevasi muka air di saluran

atau bangunan adalah tinggi tekanan hilang (head loss). Secara umum,

untuk menghitung elevasi muka air di saluran dapat didekati

denganpersamaan; Elevasi muka air di saluran hulu = tinggi muka air di

hilir saluran + kehilangan tinggi tekanan (head loss) sepanjang saluran.

Secara rinci perhitungan elevasi muka air di setiap bangunan, melalui

tahapan berikut:

1) hitung tinggi muka air dibangunan sadap tersier.

2) Hitung kehilangan di saluran kuarter dan tersier serta bangunan,

dijumlahkan menjadi tinggi muka disawah yang diperlukan dalam

petak tersier.

3) Tentukan kehilangan tinggi energi di bangunan sadap tersier dan

persediaan untuk variasi muka air akibat eksploitasi jaringan utama.

Rumusnya :

P = A + a + b + c + d + e + f + g + h + Z

di mana:

P : muka air di saluran primer atau sekunder

A : elevasi di sawah

a : lapisan air di sawah, ≈ 10 cm

b : kehilangan tinggi energi di saluran kuarter kesawah ≈ 5 cm

c : kehilangan tinggi energi di boks bagi kuarter ≈ 5 cm/boks

d : kehilangan tinggi energi selama pengaliran di saluran irigasi =

kemiringan kali panjang atau I x L (disaluran tersier; lihat Gambar

4.1)

e : kehilangan tinggi energi di boks bagi, ≈ 5 cm/boks

f : kehilangan tinggi energi di gorong-gorong, ≈ 5 cm per bangunan

g : kehilangan tinggi eriergi di bangunan sadap

Δh : variasi tinggi muka air, 0,10 h100 (kedalaman rencana)

Z : kehilangan tinggi energi di bangunan-bangunan tersier yang lain

(misal jembatan).

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung elavsi muka air di

setiap saluran dan bangunan

4.2.5 Konsultasi Hasil Penetapan dan Perhitungan Dimensi Saluran

Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran dikonsultasikan kepada

pihak terkait.

Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran harus memuat detail

komponen dimensi yang lengkap. Komponen dimensi saluran dikatakan

lengkap, jika terdiri dari komponen: lebar (b), kedalaman aliran (h),

kemiringan talud (1/m), tinggi jagaan (h’) dan kemiringan dasar saluran (S).

Page 33: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 33 dari 79

Dalam konsultasi dengan pihak terkait, perlu diperiksa kembali hasil

perancangan saluran irigasi apakah sudah sesuai dengan kriteria yang

berlaku atau tidak. Indikasi hasil perancangan saluran irigasi yang telah

sesuai standar pedoman, diantaranya:

1) Kecepatan aliran lebih kecil dari kecepatan izin

2) Bentuk dan dimensi saluran memenuhi kriteria perencanaan saluran

Selanjutnya, komponen dimensi saluran yang didesain hasil perhitungan

dapat dirangkum dalam suatu table disertai gambar potongan melintang

penampang yang ditinjau untuk sepanjang saluran, dengan memuat

besaran dari masing-masing parameter berikut:

1) Lebar saluran

2) Kedalam saluran

3) Kemiringan talud

4) Kemiringan dasar saluran

5) Tinggi jagaan

6) Kecepatan aliran

7) Panjang saluran

Hasil perhitungan dan rangkuman perancangan saluran irigasi di atas

selanjutnya dikonsultasikan kepada pihak terkait. Adapun tujuan

mengonsultasikan hasil perancangan saluran irigasi tersebut adalah untuk

mendapat persetujuan terhadap rancangan yang dilakukan dan pada

akhirnya dapat menjadi rancangan definitif.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menjelaskan hasil penetapan

dan perhitungan dimensi saluran kepada pihak terkait.

4.3 Perancangan bangunan irigasi

Berdasarkan kriteria perencanaan KP-04, maka yang dimaksud dengan bangunan

irigasi meliputi seluruh bangunan yang melengkapi saluran-saluran irigasi dan

pembuang, termasuk bangunan-bangunan yang diperlukan untuk keperluan

komunikasi, angkutan, eksploitasi dan pemeliharaan.

4.3.1 Perencanaan bentuk, bahan dan struktur bangunan Irigasi

Bentuk, bahan dan struktur bangunan dirancang dengan cermat sesuai

dengan fungsinya dan memenuhi kriteria perencanaan.

a. Bangunan Utama

Bangunan utama (bendung) dapat didefinisikan sebagai kompleks

bangunan yang direncanakan di sepanjang sungai atau aliran air. Fungsi

utamanya adalah untuk menaikkan muka air, sehingga dapat dialirkan ke

dalam jaringan saluran agar dapat dipakai untuk keperluan irigasi.

Page 34: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 34 dari 79

Bangunan utama bisa mengurangi kandungan sedimen yang berlebihan,

serta mengukur banyaknya air yang masuk. Bangunan utama terdiri dari

bendung dengan peredam energi, satu atau dua pengambilan utama pintu

bilas kolam olak dan (jika diperlukan) kantong lumpur, tanggul banjir

pekerjaan sungai dan bangunanbangunan pelengkap.

b. Saluran irigasi

Pada jaringan irigasi utama, saluran irigasi dapat digolongkan menjadi

empat bagian, sebagai berikut:

1) Saluran primer membawa air dari bendung ke saluran sekunder dan

ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer adalah

pada bangunan bagi yang terakhir.

2) Saluran sekunder membawa air dari saluran primer ke petak-petak

tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut. Batas ujung

saluran ini adalah pada bangunan sadap terakhir.

3) Saluran pembawa membawa air irigasi dari sumber air lain (bukan

sumber yang memberi air pada bangunan utama proyek) ke jaringan

irigasi primer.

4) Saluran muka tersier membawa air dari bangunan sadap tersier ke

petak tersier yang terletak di seberang petak tersier lainnya. Saluran

ini termasuk dalam wewenang dinas irigasi dan oleh sebab itu

pemeliharaannya menjadi tanggung jawabnya.

c. Bangunan bagi dan Sadap

Bangunan bagi dan sadap pada irigasi teknis dilengkapi dengan pintu dan

alat pengukur debit untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sesuai jumlah

dan pada waktu tertentu.

Namun dalam keadaan tertentu sering dijumpai kesulitan-kesulitan dalam

operasi dan pemeliharaan sehingga muncul usulan system proporsional.

Yaitu bangunan bagi dan sadap tanpa pintu dan alat ukur tetapi dengan

syarat-syarat sebagai berikut :

1. Elevasi ambang ke semua arah harus sama

2. Bentuk ambang harus sama agar koefisien debit sama.

3. Lebar bukaan proporsional dengan luas sawah yang diairi.

Tetapi disadari bahwa sistem proporsional tidak bisa diterapkan dalam

irigasi yang melayani lebih dari satu jenis tanaman dari penerapan sistem

golongan.

Untuk itu kriteria ini menetapkan agar diterapkan tetap memakai pintu dan

alat ukur debit dengan memenuhi tiga syarat proporsional.

1) Bangunan bagi terletak di saluran primer dan sekunder pada suatu

titik cabang dan berfungsi untuk membagi aliran antara dua saluran

atau lebih.

Page 35: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 35 dari 79

2) Bangunan sadap tersier mengalirkan air dari saluran primer atau

sekunder ke saluran tersier penerima.

3) Bangunan bagi dan sadap mungkin digabung menjadi satu rangkaian

bangunan.

4) Boks-boks bagi di saluran tersier membagi aliran untuk dua saluran

atau lebih (tersier, subtersier dan/atau kuarter)

Fungsi bangunan sadap pada saluran sekunder, adalah untuk mengalirkan

air ke saluran tersier yang langsung dapat dimanfaatkan oleh sawah.

Bentuk bangunan bagi ataupun sadap umumnya berupa segiempat,

dengan alasan agar efisien dalam penggunaan material.

d. Bangunan–bangunan pengukur dan Pengatur

Aliran akan diukur di hulu (udik) saluran primer, di cabang saluran jaringan

primer dan di bangunan sadap sekunder maupun tersier. Bangunan ukur

dapat dibedakan menjadi bangunan ukur aliran atas bebas (free overflow)

dan bangunan ukur alirah bawah (underflow). Beberapa dari bangunan

pengukur dapat juga dipakai untuk mengatur

aliran air.

Tabel 4.1. Alat-alat ukur

Page 36: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 36 dari 79

e. Bangunan Pembawa

Bangunan-bangunan pembawa membawa air dari ruas hulu ke ruas hilir

saluran. Aliran yang melalui bangunan ini bisa superkritis atau subkritis.

Bangunan pembawa dapat berupa: bangunan terjun, got miring, gorong-

gorong, talang, siphon, terowongan.

f. Bangunan Lindung

Diperlukan untuk melindungi saluran baik dari dalam maupun dari luar.

Dari luar bangunan itu memberikan perlindungan terhadap limpasan air

buangan yang berlebihan dan dari dalam terhadap aliran saluran yang

berlebihan akibat kesalahan eksploitasi atau akibat masuknya air dan luar

saluran.

Bangunan lindung dapat berupa; bangunan pembuang silang, pelimpah,

bangunan penggelontor sedimen, bangunan penguras, saluran pembuang

samping, dan saluran gendong.

g. Jalan dan Jembatan

Jalan-jalan inspeksi diperlukan untuk inspeksi, eksploitasi dan

pemeliharaan jaringan irigasi dan pembuang oleh Dinas Pengairan.

Apabila saluran dibangun sejajar dengan jalan umum didekatnya, maka

tidak diperlukan jalan inspeksi di sepanjang ruas saluran tersebut.

Biasanya jalan inspeksi terletak di sepanjang sisi saluran irigasi. Jembatan

dibangun untuk saling menghubungkan jalan-jalan inspeksi di seberang

saluran irigasi/pembuang atau untuk menghubungkan jalan inspeksi

dengan jalan umum.

h. Bangunan Pelengkap

Tanggul-tanggul diperlukan untuk melindungi daerah irigasi terhadap banjir

yang berasal dari sungai atau saluran pembuang yang besar. Pada

umumnya tanggul diperlukan di sepanjang sungai di sebelah hulu bendung

atau di sepanjang saluran primer. Bangunan-bangunan pelengkap yang

dibuat di dan sepanjang saluran meliputi:

1) Pagar, rel pengaman dan sebagainya, guna memberikan pengaman

sewaktu terjadi keadaan-keadaan gawat;

2) Tempat-tempat cuci, tempat mandi ternak dan sebagainya, untuk

memberikan sarana untuk mencapai air di saluran tanpa merusak

lereng;

3) Kisi-kisi penyaring untuk mencegah tersumbatnya bangunan (sipon

dan gorong-gorong panjang) oleh benda-benda yang hanyut;

4) Jembatan-jembatan untuk keperluan penyeberangan bagi penduduk.

5) Sanggar tani sebagai sarana untuk interaksi antar petani, dan antara

petani dan petugas irigasi dalam rangka memudahkan penyelesaian

permasalahan yang terjadi di lapangan. Pembangunannya

Page 37: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 37 dari 79

disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi petani setempat serta

letaknya di setiap bangunan sadap/offtake.

Bahan/material yang digunakan untuk membangun bangunan irigasi pada

umumnya adalah pasangan batu kali.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam merancang bangunan irigasi,

serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria perencanaan

dalam merancang bangunan irigasi.

4.3.2 Menghitung Dimensi Bangunan Irigasi

Dimensi bangunan irigasi dihitung dengan cermat berdasarkan kondisi

tanah serta mengacu pada kriteria perencanaan.

Kriteria perencanaan bangunan irigasi didasarkan pada:

1) Kesesuaian dengan fungsi yang dibebankan kepada bangunan,

2) Mudahnya perencanaan dan pelaksanaan

3) Mudahnya operasional dan pemeliharaan

4) Biaya konstruksi dan pemeliharaan

5) Terbiasanya petugas operasi dengan tipe bangunan tersebut

Menurut kriteria perencanaan, ketentuan untuk merancang bangunan bagi

yang terdapat pada jaringan irigasi, adalah sebagai berikut:

1) Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan

mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Salah satu dari pintu-

pintu bangunan bagi berfungsi sebagai pintu pengatur muka air,

sedangkan pintu-pintu sadap lainnya mengukur debit.

2) Pada cabang saluran dipasang pintu pengatur untuk saluran terbesar

dan dipasang alat-alat pengukur dan pengatur di bangunan-bangunan

sadap yang lebih kecil

3) Untuk membatasi sudut aliran dalam percabangan bangunan bagi

dibuat sudut aliran antara 0o sampai 90o. (lihat KP-04)

4) Untuk saluran primer garis tinggi, kehilangan tinggi energi harus tetap

kecil: 5 sampai 10 cm. Akibatnya bangunan pengatur di saluran primer

lebar.

5) Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus mencegah

penggerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan

pengatur sampai kurang lebih 1,5 m/dt.

6) Lebar pintu didesain sedemikian sehingga pada waktu pintu dibuka

penuh, mercu samping belum mempunyai pengaruh terhadap

pembendungan positif pada debit air sebesar 85% kali debit rencana

maksimum (Q85%).

7) Untuk lebih lengkap dapat dilhat buku kriteria perencanaan irigasi

tentang bangunan, KP-04

Page 38: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 38 dari 79

Berdasarkan kriteria perencanaan, cara untuk merancang bangunan

sadap sekunder yang terdapat pada jaringan irigasi, adalah sebagi berikut:

1) Bangunan sadap sekunder akan memberi air ke saluran sekunder dan

oleh sebab itu, melayani lebih dari satu petak tersier. Kapasitas

bangunan-bangunan sadap ini secara umum lebih besar daripada

0,250 m3/dt

2) Ada empat tipe bangunan yang dapat dipakai untuk bangunan sadap

sekunder, yakni :

a) Alat ukur Romijn Bangunan Bagi dan Sadap 81 Kriteria

Perencanaan - Bangunan

b) Alat ukur Crump-de Gruyter

c) Pintu aliran bawah dengan alat ukur ambang lebar

d) Pintu aliran bawah dengan alat ukur Flume

3) Untuk kehilangan tinggi energi kecil, alat ukur Romijn dipakai hingga

debit sebesar 2 m3/dt ; dalam hal ini dua atau tiga pintu Romijn

dipasang bersebelahan. Untuk debit-debit yang lebih besar, harus

dipilih pintu sorong yang dilengkapi dengan alat ukur yang terpisah,

yakni alat ukur ambang lebar.

Berdasarkan kriteria perencanaan, cara merancang bangunan ukur yang

terdapat pada jaringan irigasi adalah dengan menggunakan ambang lebar.

Bangunan ukur ambang lebar merupakan bangunan yang kokoh dan

mudah dibuat, juga karena mempunyai berbagai bentuk mercu dan

bangunan ini mudah disesuaikan dengan tipe saluran apa saja.

Persamaan debit untuk alat ukur ambang lebar dengan bagian pengontrol

segi empat adalah:

dimana :

Q : debit m3/dt

Cd : koefisien debit

Cd = 0,93 + 0,10 h1/L, for 0,1 < h1/L < 1,0

h1 : tinggi energi hulu, m

L : panjang mercu, m

Cv : Koefisien kecepatan datang

g : percepatan gravitasi, m/dt2 (≈ 9,8)

bc : lebar mercu, m

h1 : kedalaman air hulu terhadap ambang bangunan ukur, m

Harga koefisien kecepatan datang dapat dicari dari Gambar 4.3, yang

memberikan harga – harga Cv untuk berbagai bentuk bagian pengontrol.

Page 39: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 39 dari 79

Gambar 4.3. Cv sebagai fungsi perbandingan CdA*/A1

Karakteristik alat ukur ambang lebar :

a. Asal saja kehilangan tinggi energi alat ukur cukup untuk menciptakan

aliran kritis, tabel debit dihitung dengan kesalahan kurang dari 2 %

b. Kehilangan tinggi energi untuk memperoleh aliran moduler lebih

rendah, jika dibandingkan dengan kehilangan tinggi energi bangunan

lain.

c. Sudah ada teori hidrolika untuk menghitung kehilangan energi yang

diperlukan.

d. Karena peralihan penyempitan bertahap, alat ukur ini mempunyai

masalah sedikit saja dengan benda-benda hanyut.

e. Pembacaan debit dilapangan mudah, khususnya jika papan duga

diberi satuan debit.

f. Alat ukur ini mengangkut sedimen, bahkan disaluran dengan aliran

subkritis.

g. Bangunan kuat tidak mudah rusak.

h. Dibawah kondisi hidrolis dan batas yang serupa, adalah yang paling

ekonomis dari semua jenis bangunan ukur lain.

Ketentuan/ cara membuat gambar sket hasil perancangan bangunan

irigasi, adalah sebagai berikut:

a. Sket gambar harus dibuat cukup jelas untuk memudahkan dalam

menstransformasikan kedalam gambar perencanaan.

b. Jenis gambar yang harus dibuat berupa: gambar denah, potongan

memanjang, potongan melintang dan detil, jika diperlukan gambar tiga

dimensi.

c. Ukuran dimensi, skala dan symbol harus jelas

d. Dsbnya.

Page 40: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 40 dari 79

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung dimensi bangunan

irigasi, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria

perencanaan dalam menghitung dimensi bangunan irigasi.

4.3.3 Konsultasi Hasil Penetapan Bentuk dan Perhitungan Dimensi Bangunan Irigasi

Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi

dikonsultasikan kepada pihak terkait.

Setelah penetapan bentuk dan perhitungan dimensi selesai dilakukan, ,ala

hasil perhitungan dimensi bangunan irigasi perlu diperiksa kembali.

Indikasi hasil rancangan bangunan irigasi sudah sesuai dengan pedoman/

standar, terlihat dari:

a. tata letak bangunan sudah memenuhi kriteria

b. Jenis, tipe, bentuk dan dimensi bangunan sudah ditentukan yang

dihitung berdasarkan kriteria perencanaan bangunan irigasi

c. Pintu ukur pada setiap bangunan sudah ditentukan

d. Sket gambar untuk semua bangunan irigasi telah dibuat sesuai

dengan ketentuan

Selanjutnya, perlu dibuat rangkuman hasil perancangan bangunan irigasi

yang telah dilakukan. Komponen yang terdapat dalam rangkuman

perancangan bangunan irigasi, antara lain:

a. Jenis bangunan

b. Dimensi bangunan

c. Lokasi bangunan

Hasil penetapan bentuk dan perhitungan bangunan irigasi kemudian

disampaikan kepada pihak terkait. Tujuan pennyampaian hasil rancangan

bangunan irigasi kepada pihak terkait adalah untuk memberikan

penjelasan tentang hasil rancangan bangunan irigasi, apakah rancangan

tersebut sudah sesuai dengan kriteria perencanaan baik dari bentuk

maupun cara melakukan perhitungan dimensinya.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam mengonsultasikan hasil

penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan irigasi kepada pihak

terkait.

4.4 Perancangan Bangunan Pelengkap

Berdasarkan kriteria perencanaan KP-05, terdapat beberapa jenis bangunan

pelengkap yang terdapat pada jaringan irigasi diantaranya:

a. Bangunan pembawa

b. Gorong-gorong

Page 41: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 41 dari 79

c. Sipon

d. Talang dan flum

e. Bangunan terjun

f. Got miring

g. Jalan inspeksi

h. Bangunan akhir

4.4.1 Memeriksa Ulang Rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap

pada layout jaringan irigasi

Rencana letak, jenis dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan

irigasi diperiksa kembali dengan teliti.

Bangunan pembawa adalah bangunan yang diperlukan untuk membawa

aliran air di tempat-tempat di mana tidak mungkin dibuat potongan saluran

biasa tanpa pasangan. Bangunan pembawa mungkin diperlukan karena:

1) persilangan dengan jalan, yang diperlukan: gorong-gorong, jembatan

2) keadaan topografi yang berakibat terbatasnya lebar saluran atau

perubahan kemiringan secara tiba-tiba, atau di tempat-tempat di mana

kemiringan medan melebihi kemiringan saluran; yang diperlukan:

talang, flum, bangunan terjun atau saluran pasangan,

3) persilangan dengan saluran atau sungai; yang diperlukan: sipon atau

gorong-gorong,

4) menjaga agar muka air tetap setinggi yang diperlukan di daerah-

daerah rendah; yang dibutuhkan: talang, flum atau saluran pasangan,

5) perlu membuang kelebihan air dengan bangunan pembuang; yang

dibutuhkan: bangunan pembuang.

a. Gorong-gorong

a.1. Umum

Gorong-gorong adalah bangunan yang dipakai untuk membawa aliran air

(saluran irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya

(biasanya saluran), bawah jalan, atau jalan kereta api. Gorong-gorong

berupa saluran tertutup, dengan peralihan pada bagian masuk dan keluar.

Gorong-gorong akan sebanyak mungkin mengikuti kemiringan saluran.

Gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka selama bangunan tidak

tenggelam.

Gorong-gorong (lihat Gambar 4.4) mempunyai potongan melintang yang

lebih kecil daripada luas basah saluran hulu maupun hilir. Sebagian dari

potongan melintang mungkin berada diatas muka air. Dalam hal ini

gorong-gorong berfungsi sebagai saluran terbuka dengan aliran bebas.

Page 42: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 42 dari 79

Gambar 4.4. Standar peralihan saluran

a.2. Kecepatan aliran

Kecepatan yang dipakai di dalam perencanaan gorong-gorong bergantung

pada jumlah kehilangan energi yang ada dan geometri lubang masuk dan

keluar. Untuk tujuan-tujuan perencanaan, kecepatan diambil: 1,5 m/dt

untuk gorong-gorong di saluran irigasi dan 3 m/dt untuk gorong-gorong di

saluran pembuang.

a.3. Ukuran-ukuran Standar

Hanya diameter dan panjang standar saja yang mempunyai harga praktis.

Diameter minimum pipa yang dipakai di saluran primer adalah 0,60 m.

Gambar 4.5. menyajikan dimensi-dimensi dan detail khusus untuk pipa

beton standar.

Page 43: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 43 dari 79

Gambar 4.5. Standar pipa beton

a.4. Penutup Minimum

Penutup di atas gorong-gorong pipa di bawah jalan atau tanggul yang

menahan berat kendaraaan harus paling tidak sama dengan diameternya,

dengan minimum 0,60 m. Gorong-gorong pembuang yang dipasang di

bawah saluran irigasi harus memakai penyambung yang kedap air, yaitu

dengan ring penyekat dari karet. Seandainya sekat penyambung ini tidak

ada, maka semua gorong-gorong di bawah saluran harus disambung

dengan beton tumbuk atau pasangan.

a.5. Gorong – gorong Segi Empat

Gorong-gorong segi empat dibuat dari beton bertulang atau dari pasangan

batu dengan pelat beton bertulang sebagai penutup. Gorong-gorong tipe

pertama terutama digunakan untuk debit yang besar atau bila yang

dipentingkan adalah gorong-gorong yang kedap air.

Page 44: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 44 dari 79

Gorong-gorong dari pasangan batu dengan pelat beton bertulang sangat

kuat dan pembuatannya mudah. Khususnya untuk tempat-tempat

terpencil, gorong – gorong ini sangat ideal. Gambar 4.6 menyajikan contoh

tipe gorong-gorong yang telah dijelaskan diatas.

Gambar 4.6. Gorong-gorong segi empat

a.6. Kehilangan tinggi energi untuk gorong-gorong yang mengalir penuh

Untuk gorong-gorong pendek (L<20m) seperti yang biasa direncana dalam

jaringan irigasi, harga-harga seperti yang diberikan pada Tabel 4.2.

dapat dianggap sebagai mendekati benar atau untuk rumus :

dimana :

Q : debit, m3/dt

µ : koefisien debit (lihat Tabel 4.2)

A : luas pipa, m3

g : percepatan gravitasi, m/dt² (≈ 9,8)

z : kehilangan tinggi energi pada gorong – gorong, m

Tabel 4.2. Harga-harga µ dalam gorong-gorong pendek

Page 45: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 45 dari 79

a.7. Standar Ukuran dan Penulangan Gorong-Gorong Segi Empat

a.7.1 Analisis Pembebanan

Perhitungan struktur didasarkan pada asumsi tanah lunak yang umumnya

disebut highly compressible, dengan mengambil hasil pembebanan

terbesar/maksimum dari kombinasi pembebanan sebagai berikut :

1) berat sendiri gorong-gorong persegi beton bertulang

2) beban roda atau muatan rencana untuk middle tire sebesar 5 ton

3) beban kendaraan di atas konstruksi gorong-gorong persegi ini

diperhitungkan setara dengan muatan tanah setinggi 100 cm

4) tekanan tanah aktif

5) tekanan air dari luar

6) tekanan hidrostatik (qa)

7) asumsi kedalaman lapisan penutup tanah adalah sebesar 1,0 m

a.7.2 Desain Parameter

Parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan struktur gorong-

gorong ini disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 4.3. Parameter desain gorong-gorong persegi empat (box culvert)

Page 46: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 46 dari 79

a.7.3 Penulangan

Penulangan gorong-gorong beton bertulang ini dirancang sedemikian rupa

sehingga :

1) diameter tulangan yang digunakan 16 mm dan 12 mm

2) bentuk/ukuran segmen penulangan sederhana, praktis dan dapat

dipakai pada beberapa segmen gorong-gorong serta beratnya pun

diperhitungkan sedemikian rupa sehingga mudah dirakit/dipasang dan

diikat

3) pembengkokan dan penempatan tulangan direncanakan sedemikian

rupa sehingga tidak membahayakan pemakai jalan bila penutup beton

pecah karena benturan keras atau aus (ujung tulangan tidak akan

menonjol ke permukaan lantai kendaraan)

a.7.4 Dasar-dasar Pelaksanaan

Konstruksi gorong-gorong persegi beton bertulang ini dirancang dengan

cara pengecoran di tempat, menggunakan perancah sementara dan

bekisting yang harus dibongkar segera setelah kekuatan beton tercapai

yaitu umur beton kurang lebih 28 hari.

Panjang gorong-gorong persegi, merupakan lebar jalan ditambah dua kali

lebar bahu jalan dan dua kali tebal dinding sayap. Konstruksi gorong-

gorong persegi beton bertulang ini direncanakan dapat menampung

berbagai variasi lebar perkerasan jalan, sehingga pada prinsipnya panjang

gorong-gorong persegi adalah bebas, tetapi pada perhitungan volume dan

berat besi tulangan diambil terbatas dengan lebar perkerasan jalan yang

umum yaitu 3,5 ; 4,5 ; 6 dan 7 m.

Fungsi dari bangunan terjun pada saluran irigasi adalah untuk mengatasi

perbedaan ketinggian yang terlalu besar antara kemiringan saluran

dengan kemiringan medan. Dengan kata lain, bangunan terjun berfungsi

sebagai pengatur tinggi mukai air.

b. Sipon

b.1. Umum

Sipon (Gambar 4.7) adalah bangunan yang membawa air melewati bawah

saluran lain (biasanya pembuang) atau jalan. Pada sipon air mengalir

karena tekanan.

Perencanaan hidrolis sipon harus mempertimbangkan kecepatan aliran,

kehilangan pada peralihan masuk, kehilangan akibat gesekan, kehilangan

pada bagian siku sipon serta kehilangan pada peralihan keluar.

Diameter minimum sipon adalah 0,60 m untuk memungkinkan

pembersihan dan inspeksi. Karena sipon hanya memiliki sedikit fleksibilitas

dalam mengangkut lebih banyak air daripada yang direncana, bangunan

Page 47: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 47 dari 79

ini tidak akan dipakai dalam pembuang. Walaupun debit tidak diatur, ada

kemungkinan bahwa pembuang mengangkut lebih banyak benda-benda

hanyut.

Gambar 4.7. Contoh bangunan sipon

Agar pipa sipon tidak tersumbat dan tidak ada orang atau binatang yang

masuk secara kebetulan, maka mulut pipa ditutup dengan kisi-kisi

penyaring (trashrack).

Biasanya pipa sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di sebelah hulu

agar air tidak meluap di atas tanggul saluran hulu. Di saluran-saluran yang

lebih besar, sipon dibuat dengan pipa rangkap (double barrels) guna

menghindari kehilangan yang lebih besar di dalam sipon jika bangunan itu

Page 48: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 48 dari 79

tidak mengalirkan air pada debit rencana. Pipa rangkap juga

menguntungkan dari segi pemeliharaan dan mengurangi biaya

pelaksanaan bangunan.

Sipon yang panjangnya lebih dari 100 m harus dipasang dengan lubang

periksa (manhole) dan pintu pembuang, jika situasi memungkinkan,

khususnya untuk jembatan sipon. Pemasangan sipon (yang panjangnya

lebih dari 100 m) memerlukan seorang ahli mekanik dan hidrolik.

b.2. Kecepatan aliran

Untuk mencegah sedimentasi kecepatan aliran dalam sipon harus tinggi.

Tetapi, kecepatan yang tinggi menyebabkan bertambahnya kehilangan

tinggi energi. Oleh sebab itu keseimbangan antara kecepatan yang tinggi

dan kehilangan tinggi energi yang diizinkan harus tetap dijaga. Kecepatan

aliran dalam sipon harus dua kali lebih tinggi dari kecepatan normal aliran

dalam saluran, dan tidak boleh kurang dari 1 m/dt, lebih disukai lagi kalau

tidak kurang dari 1,5 m/dt Kecepatan maksimum sebaiknya tidak melebihi

3 m/dt.

b.3. Perapat pada lubang masuk pipa

Bagian atas lubang pipa berada sedikit di bawah permukaaan air normal

ini akan mengurangi kemungkinan berkurangnya kapasitas sipon akibat

masuknya udara ke dalam sipon. Kedalaman tenggelamnya bagian atas

lubang sipon disebut air perapat (water seal). Tinggi air perapat

bergantung kepada kemiringan dan ukuran sipon, pada umumnya: 1,1hv

< air perapat < 1,5hv (sekitar 0,45 m, minimum 0,15 m) di mana hv =

beda tinggi kecepatan pada pemasukan.

b.4. Kehilangan tinggi energi

Kehilangan tinggi energi pada sipon terdiri dari :

1) Kehilangan masuk

2) kehilangan akibat gesekan

3) kehilangan pada siku

4) kehilangan keluar

b.5. Kisi-kisi penyaring

Kisi-kisi penyaring (lihat Gambar 4.8) harus dipasang pada bukaan/ lubang

masuk bangunan di mana benda-benda yang menyumbat menimbulkan

akibat-akibat yang serius, misalnya pada sipon dan gorong-gorong yang

panjang. Kisi-kisi penyaring dibuat dari jeruji-jeruji baja dan mencakup

seluruh bukaan. Jeruji tegak dipilih agar bisa dibersihkan dengan

penggaruk (rake).

Page 49: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 49 dari 79

Gambar 4.8 Kisi-kisi penyaring

b.6. Pelimpah

Biasanya sipon dikombinasi dengan pelimpah tepat di hulu bangunan itu

(lihat Gambar 4.7). Dalam kondisi penempatan bangunan pengeluaran

sedimen direncanakan pada ruas ini, serta ketersediaan lahan/ruang

mencukupi, maka disarankan dilakukan penggabungan bangunan

pelimpah dengan bangunan pengeluar sedimen(sediment excluder).

Pelimpah samping adalah tipe paling murah dan sangat cocok untuk

pengaman terhadap kondisi kelebihan air akibat bertambahnya air dari luar

saluran. Debit rencana pelimpah sebaiknya diambil 60% atau 120% dari

Qrencana (lihat Bab 7 KP-04).

Penggabungan peluap dan bangunan pengeluar sedimen (sediment

excluder) dalam satu kompleks perlu mempertimbangkan debit dan

keleluasaan ruang yang ada.

b.7. Sipon Jembatan

Kadang-kadang akan sangat menguntungkan untuk membuat apa yang

disebut jembatan sipon. Bangunan ini membentang di atas lembah yang

lebar dan dalam. Mungkin juga (dan ekonomi) untuk membuat “talang

bertekanan”.

c. Talang dan Flum

Talang (Gambar 4.9) adalah saluran buatan yang dibuat dari pasangan

beton bertulang, kayu atau baja maupun beton ferrocement, didalamnya

air mengalir dengan permukaan bebas, dibuat melintas lembah dengan

panjang tertentu (umumnya di bawah 100 m), saluran pembuang, sungai,

jalan atau rel kereta api, dan sebagainya. Saluran talang, minimum

ditopang oleh 2 (dua) pilar atau lebih dari konstruksi pasangan batu untuk

tinggi kurang 3 meter (beton bertulang pertimbangan biaya) dan konstruksi

pilar dengan beton bertulang untuk tinggi lebih 3 meter.

Page 50: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 50 dari 79

Gambar 4.9. Contoh bangunan talang

Sedangkan flum adalah saluran-saluran buatan yang dibuat dari

pasangan, beton baik yang bertulang maupun tidak bertulang, baja atau

kayu maupun beton ferrocement. Didalamnya air mengalir dengan

permukaan bebas, dibuat melintas lembah yang cukup panjang > 60 meter

atau disepanjang lereng bukit dan sebagainya. Dan dasar saluran flum

tersebut terletak diatas muka tanah bervarasi tinggi dari 0 meter dan

maksimum 3 meter. Untuk menopang perbedaan tinggi antara muka tanah

dan dasar saluran flum dapat dilaksanakan dengan tanah timbunan atau

pilar pasangan batu atau beton bertulang.

Page 51: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 51 dari 79

c.1. Talang

c.1.1 Potongan Melintang

Potongan melintang bangunan tersebut ditentukan oleh nilai banding b/h,

dimana b adalah lebar bangunan dan h adalah kedalaman air. Nilai-nilai

banding berkisar antara 1 sampai 3 yang menghasilkan potongan

melintang hidrolis yang lebih ekonomis.

c.1.2 Kemiringan dan Kecepatan

Kecepatan di dalam bangunan lebih tinggi daripada kecepatan dipotongan

saluran biasa. Tetapi, kemiringan dan kecepatan dipilih sedemikian rupa

sehingga tidak akan terjadikecepatan superkritis atau mendekati kritis,

karena aliran cenderung sangat tidak stabil. Untuk nilai banding potongan

melintang pada pasal c.1, ini memberikan kemiringan maksimum I = 0,002.

c.1.3 Peralihan

Peralihan masuk dan keluar dapat diperkirakan dengan Gambar 4.10 dan

menghitung kehilangan tinggi energi. Untuk menentukan panjang peralihan

di hulu maupun dihilir dihitung dengan rumus:

dimana;

B : lebar permukaan air di saluran

b : lebar permukaan air di bagian talang

L : panjang peralihan atau transisi antara talang dengan saluran

α : sudut antara garis as talang dengan garis pertemuan permukaan air

Gambar 4.10. Panjang peralihan talang

c.1.4 Tinggi Jagaan

Tinggi jagaan untuk air yang mengalir dalam talang atau flum didasarkan

pada debit, kecepatan dan faktor-faktor lain. Harga-harga tinggi jagaan

dapat diambil dari KP – 03 Saluran, pasal 4.3.6 Saluran Pasangan.

Untuk talang yang melintas sungai atau pembuang, harus dipakai harga-

harga ruang bebas berikut

1) pembuang intern Q5 + 0,50 m

2) pembuang ekstern Q25 + 1,00 m

Page 52: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 52 dari 79

3) sungai: Q25 + ruang bebas bergantung kepada keputusan perencana,

tapi tidak kurang dari 1,50 m. Perencana akan mendasarkan

pilihannya pada karakteristik sungai yang akan dilintasi, seperti

kemiringan, benda-benda hanyut, agradasi atau degradasi.

c.1.5 Bahan

Pipa-pipa baja sering digunakan untuk talang kecil karena mudah

dipasang dan sangat kuat. Untuk debit kecil, pipa-pipa ini lebih ekonomis

daripada tipe-tipe bangunan atau bahan lainnya. Tetapi baja memiliki satu

ciri khas yang harus mendapat perhatian khusus baja mengembang

(ekspansi) jika kena panas. Ekspansi baja lebih besar dari bahan-bahan

lainnya.

Oleh sebab itu harus dibuat sambungan ekspansi. Sambungan ekspansi

hanya dapat dibuat di satu sisi saja atau di tengah pipa, bergantung

kepada bentang dan jumlah titik dukung (bearing point). Pipa-pipa

terpendam tidak begitu memerlukan sarana-sarana semacam ini karena

variasi temperatur lebih kecil dibanding untuk pipa-pipa di udara terbuka.

Flum dibuat dari kayu, baja atau beton. Untuk menyeberangkan air lewat

saluran pembuang atau irigasi yang lain, petani sering menggunakan flum

kayu. Flum baja atau beton dipakai sebagai talang. Untuk debit-debit yang

besar, lebih disukai flum beton. Kedua tipe bangunan tersebut dapat

berfungsi ganda jika dipakai sebagai jembatan orang (baja) atau

kendaraan (beton). Flum merupakan saluran tertutup jika dipakai sebagai

jembatan jalan.

c.1.6 Standar Ukuran dan Penulangan Talang

a). Analisis Pembebanan

Pembebanan talang (aquaduct) irigasi selain beban air irigasi

diperhitungkan juga beban lalu lalang sesuai fungsi jembatan sebagai

jembatan inspeksi. Pembebanan akibat berat air sesuai volume air yang

melalui talang yaitu debit x panjang bentang talang. Sedang pembebanan

jembatan telah diuraikan dalam KP-06 parameter bangunan. Bangunan

talang dilengkapi jembatan terdiri dari dua bagian yaitu : bangunan atas

dan bangunan bawah (hitungan selengkapnya lihat KP-04).

c.2 Bangunan Elevated Flume

Elevated flume merupakan saluran air melalui celah sempit yang

ditinggikan dari permukaan tanah. Kemiringan memanjang saluran flume

dibuat curam daripada saluran dihulu atau dibagian hilirnya.

Kecepatan maksimum yang diijinkan 4 m/det, kecepatan normal 0,7

sampai 3 m/dt. Bila tingginya cukup maka kemiringan saluran flume dapat

dibuat lebih besar daripada 1/250 atau 1/400 (0,00285 atau 0,00250).

Page 53: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 53 dari 79

Secara umum aliran dielevated flume ini dihitung sebagai aliran merata di

hilir dan hulu saluran. Standar panjang saluran transisi sebagai berikut :

Gambar 4.11 Standar Saluran Transisi

Konstruksi flume umumnya menggunakan beton dengan potongan

melintang segi empat dan secara normal setiap 8 m diberi waterstop

seperti gambar dibawah ini.

Gambar 4.12 Saluran tiap 6 atau 8 m diberi water stop

c.2.1 Penentuan dimensi

Penentuan dimensi potongan flume segi empat dapat dilakukan dengan 2

(dua) cara yaitu:

a) Menggunakan Grafik

Konstruksi flume biasanya menggunakan beton, dimensinya diketahui

melalui grafik yang tertera pada Gambar 4.13 di bawah ini. Dimensi

dapat ditentukan jika diketahui debit (Q) dan slope atau kemiringan

memanjang saluran serta koefisien kekasaran (n).

Page 54: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 54 dari 79

Gambar 4.13. Grafik untuk menentukan dimensi Flume berdasarkan b

dan d flume

dimana :

b : lebar saluran

d : tinggi aliran dalam saluran

n : koefisien kekasaran

I : kemiringan (slope) potongan memanjang

b) Dengan perhitungan

Perhitungan yang digunakan sama dengan rumus untuk perhitungan

saluran terbuka.

Tinggi jagaan (freeboard) dihitung dengan :

1. minimum tinggi jagaan sekitar 0,10 sampai 1,50 kali lining saluran

dihulu dan dihilir.

2. Fb = 0,07 d + hv + (0,05 – 0,15)

Gambar 4.14. Potongan memanjang flume

Page 55: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 55 dari 79

Persamaan untuk perhitungan gesekan karena kemiringan I di elevated

flume dan perhitungan kehilangan tinggi (jenis peralihan punggung patah)

dapat dilihat pada KP-04. Sedangkan Harga-harga koefisien kehilangan

tinggi energi masuk (inlet) dan keluar (outlet) dapat dilihat pada Tabel 5.3

pada Kriteria Perencanaan Saluran (KP-03).

Di Indonesia pada umumnya saluran flume diletakkan diatas timbunan

(kurang dari 3 m). Elevated flume diletakkan diatas pilar dengan

pertimbangan antara lain :

1) Bila timbunan lebih dari 3 m

2) Harga biaya timbunan tanah lebih mahal daripada biayapilar yang

disebabkan antara lain sumber tanah timbunan lokasinya jauh dari

proyek.

3) Terkait masalah pembebasan tanah

c.2.2 Daftar Dimensi Elevated Flume

Untuk memudahkan menentukan dimensi saluran Elevated Flume, maka

dibuat daftar yang terkait dimensi, debit, kecepatan dan kemiringan

memanjang saluran seperti yang terlihat pada Tabel 5.10 KP-04.

Desain parameter-parameter yang digunakan dalam perhitungan struktur

elevated flume dan kriteria penulangan talang beton bertulang ini

dirancang sedemikian dapat dilihat pada KP-04.

d. Bangunan Terjun

d.1 Umum

Bangunan terjun atau got miring diperlukan jika kemiringan permukaan

tanah lebih curam daripada kemiringan maksimum saluran yang diizinkan.

Bangunan semacam ini mempunyai empat bagian fungsional, masing-

masing memiliki sifat-sifat perencanaan yang khas (lihat Gambar 4.15).

1) Bagian hulu pengontrol, yaitu bagian di mana aliran menjadi

superkritis

2) bagian di mana air dialirkan ke elevasi yang lebih rendah

3) bagian tepat di sebelah hilir potongan U dalam Gambar 4.15, yaitu

tempat di mana energi diredam

4) bagian peralihan saluran memerlukan lindungan untuk mencegah

erosi

d.2 Bagian Pengontrol

Pada bagian pertama dari bangunan ini, aliran di atas ambang dikontrol.

Hubungan tinggi energi yang memakai ambang sebagai acuan (h1) dengan

debit (Q) pada pengontrol ini bergantung pada ketinggian ambang (p1),

potongan memanjang mercu bangunan, kedalaman bagian pengontrol

yang tegak lurus terhadap aliran, dan lebar bagian pengontrol ini.

Page 56: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 56 dari 79

Bangunan-bangunan pengontrol yang mungkin adalah alat ukur ambang

lebar atau flum leher panjang, bangunan pengatur mercu bulat dan

bangunan celah pengontrol trapesium (Lihat KP-04).

Gambar 4.15 Bangunan terjun dan peredam energy

Pada waktu menentukan bagian pengontrol, kurve Q-h1 dapat diplot pada

grafik. Pada grafik yang sarna harus diberikan plot debit versus kedalaman

air saluran hulu, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.16. Dengan cara

menganekaragamkan harga-harga pengontrol, kedua kurve dapat dibuat

untuk bisa digabung dengan harga-antara umum aliran di saluran tersebut.

Keuntungan dari penggabungan semacam ini adalah bahwa bangunan

pengontrol tidak menyebabkan kurve pengempangan (dan sedimentasi)

atau menurunnya muka air (dan erosi) di saluran hulu.

Gambar 4.16 Penggabungan kurve Q – y1 dan Q – h1 sebuah bangunan

Page 57: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 57 dari 79

d.3 Bangunan Terjun Tegak

Bangunan terjun tegak menjadi lebih besar apabila ketinggiannya

ditambah. Juga kemampuan hidrolisnya dapat berkurang akibat variasi di

tempat jatuhnya pancaran di lantai kolam jika terjadi perubahan debit.

Bangunan terjun sebaiknya tidak dipakai apabila perubahan tinggi energi,

diatas bangunan melebihi 1,50 m.

Dengan bangunan terjun tegak, luapan yang jatuh bebas akan mengenai

lantai kolam dan bergerak ke hilir pada potongan U (lihat Gambar 4.15).

Akibat luapan dan turbulensi (pusaran air) di dalam kolam di bawah tirai

luapan, sebagian dari energi direndam di depan potongan U. Energi

selebihnya akan diredam di belakang potongan U. Sisa tinggi energi hilir

yang memakai dasar kolam sebagai bidang persamaan, Hd, tidak berbeda

jauh dari perbandingan Z/H1, dan kurang lebih sama dengan 1,67H1 (lihat

Persamaan 5.13 KP-04). Harga Hd ini dapat dipakai untuk menentukan Z

sebuah bangunan terjun tegak.

Bangunan terjun dengan bidang tegak sering dipakai pada saluran induk

dan sekunder, bila tinggi terjun tidak terlalu besar.

Menurut Perencanaan Teknis Direktorat Irigasi (1980) tinggi terjun tegak

dibatasi sebagai berikut :

(1) Tinggi terjun maksimum 1,50 meter untuk Q < 2,50 m3 / dt.

(2) Tinggi terjun maksimum 0,75 meter untuk Q > 2,50 m3 / dt

Perencanaan hidrolis bangunan terjun dipengaruhi oleh besaran-besaran

berikut :

H1 = tinggi energi di muka ambang, m

H = perubahan tinggi energi pada bangunan, m

Hd = tinggi energi hilir pada kolam olak, m

q = debit per satuan lebar ambang, m2/dt

g = percepatan gravitas, m/dt2 (≈ 9,8)

n = tinggi ambang pada ujung kolam olak, m

Besaran-besaran ini dapat digabungkan untuk membuat perkiraan awal

tinggi bangunan terjun :

Z = (H + Hd) – H1

Untuk perikiraan awal Hd, boleh diandaikan, bahwa

Hd ≈ 1,67 H1

Kemudian kecepatan aliran pada potongan U dapat diperkirakan dengan

dan selanjutnya,

Page 58: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 58 dari 79

yu = q/vu

Aliran pada potongan U kemudian dapat dibedakan sifatnya dengan

bilangan Froude tak berimensi :

Geometri bangunan terjun tegak dengan perbandingan panjang yd/ z dan

Lp/z kini dapat dihitung dari Gambar 4.17. Pada Gambar 4.17. ditunjukkan

yd dan Lp

Gambar 4.17. Grafik tak berdimensi dari geometri bangunan terjun tegak

Kriteria bangunan terjun tegak, antara lain:

1) Jika dibuat dari pasangan batu, kehilangan ketinggian permukaan air

kurang dari 1 m (Z < 1 m)

2) Jika dibuat dari pasangan beton, maka Z > 1 meter

3) Terjunan tegak umumnya ditempatkan pada saluran tersier

Analisis hidrolisnya, lihat KP-05

d.4 Bangunan Terjun Miring

Permukaan miring, yang menghantar air ke dasar kolam olak, adalah

praktek perencanaan yang umum, khususnya jika tinggi energi jatuh

melebihi 1,5 m. Pada bangunan terjun, kemiringan permukaan belakang

dibuat securam mungkin dan relatif pendek. Jika peralihan ujung runcing

dipakai di antara permukaan pengontrol dan permukaan belakang (hilir),

disarankan untuk memakai kemiringan yang tidak lebih curam dari 1:2

(lihat Gambar 4.18).

Page 59: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 59 dari 79

Gambar 4.18. Bangunan terjun miring

Alasannya adalah untuk mencegah pemisahan aliran pada sudut miring.

Jika diperlukan kemiringan yang lebih curam, sudut runcing harus diganti

dengan kurve peralihan dengan jari-jari r ≈ 0,5 Hlmaks. Harga-harga yu dan

Hd, yang dapat digunakan untuk perencanaan kolam di belakang potongan

U, mungkin dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel A2.6 (Lampiran

2 KP-04) Tinggi energi Hu pada luapan yang masuk kolam pada potongan

U mempunyai harga yang jauh lebih tinggi jika digunakan permukaan hilir

yang miring, dibandingkan apabila luapan jatuh bebas seperti pada

bangunan terjun tegak.

Sebabnya ialah bahwa dengan bangunan terjun tegak, energi diredam

karena terjadinya benturan luapan dengan lantai kolam dan karena

pusaran turbulensi air di dalam kolam di bawah tirai luapan. Dengan

bangunan terjun miring, peredaman energi menjadi jauh berkurang akibat

gesekan dan aliran turbulensi di atas permukaan yang miring.

e. Got Miring

Bila saluran mengikuti kemiringan lapangan yang panjang dan curam ,

maka sebaiknya dibuat got miring. Aliran dalam got miring (lihat Gambar

4.19) adalah superkritis dan bagian peralihannya harus licin dan berangsur

agar tidak terjadi gelombang. Gelombang ini bisa menimbulkan masalah di

dalam potongan got miring dan kolam olak karena gelombang sulit

diredam.

Page 60: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 60 dari 79

Gambar 4.19 Tipe-tipe got mirin segiempat

e.1 Peralihan

USBR (1978) mengajurkan agar aturan-aturan berikut diikuti dalam

perencanaan geometris bagian peralihan (masuk dan keluar) :

1) Kotangen sudut lentur permukaan air (α) tidak boleh kurang dari 3,375

kali bilangan Froude aliran (Bila kriteria ini tidak berhasil mengontrol

pelenturan, maka pelenturan maksimum sebaiknya 30o pada peralihan

masuk dan 25o pada peralihan keluar)

2) Peralihan masuk nonsimetris dan perubahan-perubahan pada trase

tepat didepan bangunan harus dihindari karena hal-hal tersebut bisa

mengakibatkan terjadinya gelombang-gelombang silang di dalam got

miring dan arus deras di dalam kolam olak.

3) Kecepatan saluran di got miring tidak melebihi 2 m/dt untuk saluran

pasangan batu dan 3 m/dt untuk saluran dari pasangan beton.

Kriteria dan persamaan untuk perhitungan lantai peralihan dapat dilihat

dalam KP-04.

e.2. Bangunan Pembawa

Persamaan Bernoulli’s dipakai untuk menghitung perubahan aliran di

dasar got miring.

Persamaan tersebut harus dicoba dulu :

d1 + hv1 + Z1 = d2 + hv2 + hf + Z2

dimana :

d1 : kedalaman diujung hulu kolam, m

Page 61: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 61 dari 79

hv1 : tinggi kecepatan di ujung hulu, m

d2 : kedalaman di ujung hilir kolam, m

hv2 : tinggi kecepatan di ujung hilir, m

hf : kehilangan energi akibat gesekan pada ruas, m

Z1 : jarak bidang referensi, m

Z2 : jarak bidang referensi, m

Kehilangan energi karena gesekan hf sama dengan sudut gesekan rata-

rata Sa pada ruas kali panjangnya L. Dengan rumus Manning/ Strickler,

sudut gesekan tersebut adalah :

dimana :

v : kecepatan, m/dt

k : koefisien kekasaran, m1/3/dt

R : jari-jari hidrolis, m

Kehilangan energi akibat gesekan, hf boleh diabaikan untuk got miring

yang panjangnya kurang dari 10 m.

Potongan biasa untuk bagian miring bangunan ini adalah segi empat.

Tetapi, andaikata ada bahaya terjadinya aliran yang tidak stabil dan

timbulnya gelombang, maka potongan dengan dasar berbentuk segi tiga

dan dinding vertikal dapat dipilih.

Tinggi dinding got miring yang dianjurkan sama dengan kedalaman

maksimum ditambah dengan tinggi jagaan (lihat Tabel 4.4) atau 0,4 kali

kedalaman kritis di dalam potongan got miring ditambah dengan tinggi

jagaan, yang mana saja yang lebih besar.

Tabel 4.4. Tinggi minimum untuk got miring (dari USBR, 1973)

Bila kecepatan di dalam got miring lebih dari 9 m/dt, maka kemungkinan

volume air tersebut bertambah akibat penghisapan udara oleh air.

Peninggian dinding dalam situasi ini termasuk persyaratan yang harus

dipenuhi, di samping persyaratan bahwa kedalaman air tidak boleh kurang

dari 0,4 kali kedalaman kritis.

Page 62: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 62 dari 79

f. Jalan inspeksi

Layout petak tersier juga mencakup perencanaan jalan inspeksi dan jalan

petani. Operasi dan pemeliharaan saluran dan bangunan di dalam petak

tersier membutuhkan jalan inspeksi di sepanjang saluran irigasi sampai ke

boks bagi yang terletak paling ujung/hilir. Karena kendaraan yang di pakai

oeh ulu-ulu dan para pembantunya adalah sepeda atau sepeda motor,

maka lebar jalan inspeksi diambil sekitar 1,5 - 2,0 m.

Jalan inspeksi untuk saluran tersier dibangun dengan lapisan dasar dan

kerikil setebal 0,20 m supaya cukup kuat. Kerikil terbaik untuk pembuatan

jalan adalah bahan aluvial alamiah yang dipilih dari sungai yang mengalir

di daerah proyek. Jalan inspeksi untuk saluran tersier dapat juga dibangun

dengan lapisan dasar dari sirtu dan/atau Lapis Pondasi Agregat Kelas B

setebal 0.20 m supaya kuat. Batu-batu bongkah yang terlalu besar atau

kerikil bergradasi jelek hendaknya dihindari. Di daerah-daerah datar atau

rawa-rawa sebaiknya tinggi jalan diambil 0,3 - 0,5 m di atas tanah di

sekelilingnya.

Gambar 4.20. Jembatan pada jalan petani dan jalan inspeksi

Page 63: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 63 dari 79

g. Bangunan akhir

Bangunan akhir harus dibuat di ujung saluran pembawa kuarter untuk

membuang kelebihan air. Bangunan akhir berupa pelimpah yang

disesuaikan dengan muka air rencana. Untuk membilas endapan,

bangunan itu dilengkapi dengan skot balok.

Gambar 4.21. Bangunan akhir di saluran kwarter

Penentuan jenis bangunan pelengkap yang diperlukan juga dipengaruhi

oleh lokasi dan kondisi topografi setempat. Sebagai contoh, jenis

bangunan pelengkap yang dapat digunakan pada saluran yang melintasi

lembah/sungai yang cukup dalam adalah talang air.

Tujuan pemeriksaan ulang terhadap rencana letak, jenis dan tipe

bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi adalah untuk memastikan

bahwa rancangan yang dibuat sudah sesuai tata aturan yang telah

ditetapkan berdasarkan pedoman krietria dan kondisi lapangan

sebenarnya.

Page 64: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 64 dari 79

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam memeriksa rencana letak, jenis

dan tipe bangunan pelengkap pada layout jaringan irigasi

4.4.2 Perencanaan Bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap

Bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap dirancang dengan

cermat sesuai dengan fungsi dan kriteria perencanaan.

Dalam merencanakan dan merancang jenis bangunan pembawa berupa

sipon yang relative pendek dengan aliran penuh, maka kecepatan aliran

yang diijinkan adalah kurang dari 2 m/det.

Yang termasuk dalam bangunan pengatur, antara lain adalah:

a. Pintu Skot balok

b. Pintu sorong

c. kontrol celah trapezium

Bahan/material yang umum digunakan dalam merancang bangunan

pelengkap berupa terjunan di saluran tersier adalah pasangan batu kali.

Sedangkan untuk bangunan talang/flum yang terdapat pada saluran

pembawa dapat menggunakan bahan dari kayu.

Cara merancang bentuk, bahan, dan struktur bangunan pelengkap dapat

dilihat pada sub bab sebelumnya, sedangkan detail pedoman dan lampiran

dapat dilihat pada kriteria perencanaan KP-04.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam merancang bentuk bahan, dan

struktur bangunan pelengkap sesuai dengan fungsi, serta ketaatan dan

konsistensi terhadap penerapan kriteria perencanaan dalam

merencanakan bentuk bahan, dan struktur bangunan pelengkap.

4.4.3 Perhitungan Dimensi bangunan pelengkap

Dimensi bangunan pelengkap dihitung dengan cermat berdasarkan kondisi

tanah serta mengacu pada kriteria perencanaan. Perhitungan dimensi

bangunan pelengkap disajikan pada sub bab 4.4.1. Berikut ini diberikan

beberapa contoh perhitungan ketentuan untuk masing-masing bangunan

pelengkap.

Kehilangan energi yang terjadi pada sipon terkait dengan rancangan sipon

adalah:

1) Kehilangan masuk

2) kehilangan akibat gesekan

3) kehilangan pada siku

4) kehilangan keluar

Page 65: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 65 dari 79

Salah satu rumus yang dapat digunakan untuk menghitung dimensi

gorong-gorong yang dibutuhkan berdasarkan kriteria perencanaan adalah:

Q=μ.A√(2.g.z)

dimana :

Q : debit, m3/dt

μ : koefisien debit

A : luas pipa, m3

g : percepatan gravitasi, m/dt² (≈ 9,8)

z : kehilangan tinggi energi pada gorong-gorong, m

Kriteria rancangan untuk bangunan terjunan tegak berdasarkan KP-04,

Panjang kolam olakan:

25,0..1 dcZCL

lebar bukaan:

Q = B×1,71×H3/2

Ketinggian energi disebelah hulu:

g

VhH

.2

2

11

lebar total :

Bt = B + 0,2×h1

Kriteria rancangan untuk bangunan sipon berdasarkan kriteria

perencanaan, antara lain: kecepatan aliran dalam sipon harus dua kali dari

kecepatan di saluran, berkisar 1,5 < V sipon < 3,0 m/det. Dan termasuk

aliran tertutup. yang harus diperhatikan, adalah terjadi beberapa

kehilangan energi, diantaranya:

1) Kehilangan akibat adanya kisi-kisi

2) Kehilangan pada saat masuk

3) Kehilangan akibat gesekan

4) Kehilangan akibat adanya tikungan

5) Kehilangan pada saat keluar

Kriteria rancangan untuk bangunan talang berdasarkan kriteria

perencanaan, harus memperhatikan;

• Ketinggian air didalam talang ditentukan dengan persamaan :

).(.2... 212 hHghbQ

• Tinggi energi di hulu talang

Page 66: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 66 dari 79

g

VhH

.2

2

111

• Kehilangan energi yang diperhitungkan, diantaranya:

- Kehilangan energi pada saat masuk

- Kehilangan energi akibat gesekan

- Kehilangan energi pada saat keluar

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung dimensi bangunan

pelengkap sesuai dengan fungsi, serta ketaatan dan konsistensi terhadap

penerapan criteria perencanaan dalam menghitung dimensi bangunan

pelengkap.

4.4.4 Mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi

bangunan pelengkap

Hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap

dikonsultasikan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan. Indikasi

bahwa rancangan bangunan pelengkap telah disetujui dan ditetapkan,

terlihat dari semua rancangan bangunan pelengkap telah mendapatkan

persetujuan dari pemberi tugas atau pihak terkait yang berwenang untuk

menetapkan.

Rangkuman hasil perencanaan bangunan pelengkap irigasi juga harus

dibuat untuk memudahkan dalam pemeriksaan dan analisis berikutnya.

Hal penting yang harus ada dalam rangkuman atas hasil perancangan

bangunan pelengkap irigasi, diantaranya adalah:

1) Jenis bangunan,

2) Dimensi bangunan

3) material yang digunakan,

4) elevasi muka air dihulu dan dihilir bangunan,

5) lokasi bangunan

6) Jumlah bangunan

Selain rangkuman hasil perancangan, gambar sket hasil perhitungan

dimensi bangunan pelengkap jaringan irigasi juga harus dibuat. Tujuan

pembuatan sket gambar hasil perhitungan dimensi bangunan pelengkap

jaringan irigasi adalah sebagai landasan bagi juru gambar untuk

mentransfer menjadi gambar perencanaan berdasarkan pedoman KP-07.

Rancangan bangunan pelengkap irigasi yang telah selesai dibuat

berdasarkan kriteria perencanaan harus dijelaskan kepada pihak terkait.

Tujuan memberikan penjelasan hasil rancangan banguna pelengkap

kepada pihak terkait, adalah untuk diketahui dan dicek apakah sudah

Page 67: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 67 dari 79

sesuai dengan standar dan pedoman, untuk kemudian disetujui dan

ditetapkan.

Untuk itu perlu kecermatan dan ketelitian dalam menjelaskan hasil

penetapan bentuk dan perhitungan dimensi bangunan pelengkap kepada

pihak terkait agar diperoleh persetujuan.

4.5 Perencanaan bentuk dan dimensi saluran pembuang Perencanaan saluran pembuang harus memberikan pertimbangan biaya pelaksanaan dan pemeliharaan yang terendah. Ruas-ruas harus stabil terhadap erosi dan sedimentasi minimal pada setiap potongan melintang dan seimbang. Dengan adanya saluran pembuang, air dari persawahan menjadi lebih bersih dari sedimen. Erosi di saluran pembuang akan merupakan kriteria yang menentukan. Kecepatan rencana hendaknya tidak melebihi kecepatan maksimum yang diizinkan. Kecepatan maksimum yang diizinkan bergantung kepada bahan tanah serta kondisinya. Saluran pembuang direncana di tempat-tempat terendah dan melalui daerah-daerah depresi. Kemiringan alamiah tanah dalam trase ini menentukan kemiringan memanjang saluran pembuang tersebut. Apabila kemiringan dasar terlalu curam dan kecepatan maksimum yang diizinkan akan terlampaui, maka harus dibuat bangunan pengatur (terjun). Kecepatan rencana sebaiknya diambil sama atau mendekati kecepatan maksimum yang diizinkan, karena debit rencana atau debit puncak tidak sering terjadi, debit dan kecepatan aliran pembuang akan lebih rendah di bawah kondisi eksploitasi rata-rata. Khususnya dengan debit pembuang yang rendah, aliran akan cenderung berkelok-kelok (meander) bila dasar saluran dibuat lebar. Oleh karena itu, biasanya saluran pembuang direncana relatif sempit dan dalam. Variasi tinggi air dengan debit yang berubah-ubah biasanya tidak mempunyai arti penting. Potongan-potongan yang dalam akan memberikan pemecahan yang lebih ekonomis. Kemiringan dasar saluran pembuang biasanya mengecil di sebelah hilir sedangkan debit rencana bertambah besar. Parameter angkutan sedimen relatif I√R dalam prakteknya akan menurun di sebelah hilir akibat akar R kuadrat. Sejauh berkenaan dengan air buangan yang relatif bersih dari sawah, hai ini tidak akan merupakan masalah yang berarti. Keadaan ini harus dihindari apabila air buangan yang bersedimen harus dialirkan. Bila saluran air alamiah digunakan sebagai saluran pembuang, maka umumnya akan lebih baik untuk tidak mengubah trasenya karena saluran alamiah ini sudah menyesuaikan potongan melintang dan kemiringannya dengan alirannya sendiri. Dasar dan talutnya mempunyai daya tahan yang lebih tinggi terhadap kikisan jika dibandingkan dengan saluran pembuang yang baru dibangun dengan kemiringan talut yang sama.

Page 68: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 68 dari 79

Pemantapan saluran air dan sungai alamiah untuk menambah kapasitas pembuang sering terbatas pada konstruksi tanggul banjir dan sodetan dari lengkung meander. Air dari saluran pembuang mempunyai pengaruh negatif pada muka air tanah atau pada air yang masuk dari laut dan sebagainya. Oleh sebab itu perencana harus mempertimbangkan faktor tersebut dengan hati-hati guna memperkecil dampak yang mungkin timbul.

4.5.1 Perencanaan Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran

pembuang

Bentuk penampang, bahan dan struktur saluran pembuang dirancang

dengan cermat berdasarkan kondisi tanah. Fungsi saluran pembuang

pada jaringan irigasi adalah untuk mengalirkan air yang sudah tidak

terpakai dan membuang kelebihan air akibat curah hujan yang tinggi.

a. Kriteria Saluran Pembuang

a.1 Geometri

Potongan melintang saluran pembuang direncana relatif lebih dalam

daripada saluran irigasi dengan alasan sebagai berikut :

1) Untuk mengurangi biaya pelaksanaan dan pembebasan tanah

2) Variasi tingggi muka air lebih besar, perubahan-perubahan pada debit

pembuangan dapat diterima untuk jaringan pembuang permukaan

3) Saluran pembuang yang dalam akan memiliki aliran yang lebih stabil

pada debit-debit rendah, sedangkan saluran pembuang yang lebih

besar akan menunjukkan aliran yang berbelok-belok.

Perbandingan kedalam lebar dasar air (n = b/h) untuk saluran pembuang

sekunder diambil antara 1 dan 3. Untuk saluran pembuang yang lebih

besar, nilai banding ini harus paling tidak 3. Tipe-tipe potongan melintang

disajikan pada gambar 4.22 Untuk saluran pembuang skunder dan primer,

lebar dasar minimum diambil 0,60 m.

a.2 Kemiringan Talut Saluran Pembuang

Pertimbangan-pertimbangan untuk kemiringan talut sebuah saluran

pembuang buatan mirip dengan pertimbangan untuk saluran irigasi.

Harga-harga kemiringan minimum talut untuk saluran pembuang pada

berbagai bahan tanah diambildari Tabel 4.5 dan Gambar 4.22.

Tabel 4.5 Kemiringan talut minimum untuk saluran pembuang

Page 69: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 69 dari 79

Gambar 4.22. Tipe-tipe potongan melintang saluran pembuang

a.3 Lengkung saluran pembuang

Jari-jari minimum lengkung sebagai yang diukur dalam as untuk saluran

pembuang buatan adalah sebagai berikut:

Page 70: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 70 dari 79

Tabel 4.6 jari-jari lengkung untuk saluran pembuang tanah

Jika diperlukan jari-jari yang lebih kecil, jari- jari tersebut boleh dikurangi

sampai 3xlebar dasar dengan cara memberi pasangan bagian luar

lengkungan saluran.

a.4 Tinggi jagaan

Karena debit pembuang rencana akan terjadi dengan periode ulang rata-

rata 5 tahun, maka tinggi muka air rencana maksimum diambil sama

dengan tinggi muka tanah. Galian tambahan tidak lagi diperlukan.

Apabila jaringan pembuang utama juga mengalirkan air hujan buangan

dari daerah-daerah bukan sawah dan harus memberikan perlindungan

penuh terhadap banjir, maka tinggi jagaan akan diambil 0,4 - 0,1 m (lihat

gambar 4.22 dan 4.23).

Gambar 4.23 Tinggi jagaan untuk saluran pembuang (dari USBR)

Untuk keperluan drainase, tinggi tanggul dihilir bendung didesain

menggunakan Q20 atau Q25 th. Jika ternyata resiko jika terjadi banjir di hilir

juga tinggi maka dapat dipertimbangkan debit banjir yang sama dengan

debit banjir rencana untuk bendungnya.

Page 71: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 71 dari 79

Bentuk saluran pembuang umumnya menggunakan bentukn trapezium.

Sedangkan bahan dan struktur saluran pembuang antara lain berupa:

a) Untuk saluran pembuang yang lurus dan tanah yang tahan erosi

b) Pada daeran tikungan atau tanah yang labil, saluran diperkuat dengan

menggunakan pasangan

Perlunya kecermatan dan ketelitian merancang bentuk penampang, bahan

dan struktur saluran pembuang berdasarkan kondisi tanah.

4.5.2 Menghitung Kapasitas Saluran Pembuang

Kapasitas setiap saluran pembuang dihitung dengan teliti sesuai dengan

kriteria perencanaan.

Saluran pembuang merupakan gabungan dari buang dari sawah dan

kelebihan air hujan:

Q buangan = Qd (sawah) + Qd (tempat lain)

Menurut kriteria perencanaan, perhitungan kapasitas saluran pembuang,

dipengaruhi oleh:

• Air buang dari sawah; Qd = 1,62 Dm A0,92

• Air buangan dari tempat-tempat lain di luar sawah; Qd = 0,116 R (1)5

A0,92

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung kapasitas saluran

pembuang, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria

perencanaan perhitungan kapasitas saluran pembuang

4.5.3 Menghitung Dimensi Saluran Pembuang

Dimensi saluran pembuang dihitung dengan cermat berdasarkan kriteria

perencanaan yang telah ditetapkan.

a. Rumus dan Kriteria Hidrolis

a.1. Rumus Aliran

Untuk perencanaan potongan saluran pembuang, aliran dianggap sebagai

aliran tetap dan untuk itu diterapkan rumus Strickler (atau dengan metode

Manning).

dimana :

v : kecepatan aliran, m/dt

k : koefisien kekasaran strickler, m1/3/dt

R : jari-jari hidrolis, m

I : kemiringan energi

Page 72: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 72 dari 79

a.2. Koefisien Kekasaran Strickler

Koefisien Strickler k bergantung kepada sejumlah faktor, yakni:

- Kekasaran dasar dan talut saluran

- Lebatnya vegetasi

- Panjang batang vegetasi

- Ketidak teratruan dan trase, dan

- Jari-jari hidrolis dan dalamnya saluran.

Karena saluran pembuang tidak selalu terisi air, vegetasi akan mudah

sekali tumbuh disitu dan banyak mengurangi harga k. Penyiangan yang

teratur akan memperkecil harga pengurangan ini. Harga-harga k pada

Tabel 4.7. dapat dipakai untuk merencanakan saluran pembuang, dengan

mengandaikan bahwa vegetasi dipotong secara teratur.

Tabel 4.7. Koefisien kekasaran Strickler untuk saluran pembuang

Untuk saluran-saluran alamiah tidak ada harga umum k yang dapat

diberikan. Cara terbaik untuk memperkirakan harga itu ialah

membandingkan saluran-saluran alamiah tersebut dengan harga-harga k

dijelaskan di dalam keputusan yang relevan (sebagai contoh, lihat Ven Te

Chow ,1985).

a.3. Kecepatan maksimum yang di izinkan

Penentuan kecepatan maksimum yang diijinkan untuk saluran pembuang

dengan bahan kohesif mirip dengan yang diambil untuk saluran irigasi;

Vmaks = vbx A x B x C x D

Faktor D ditambahkan apabila dipakai banjir rencana dengan priode ulang

yang tinggi.Dianggap bahwa kelangkaan terjadinya banjir dengan priode

ulang diatas 10 tahun menyebabkan terjadinya sedikit kerusakan akibat

erosi. Ini dinyatakan dengan menerima vmaks yang lebih tinggi untuk

keadaan semacam ini; lihat Gambar 4.24 untuk harga-harga D. Nilai D

sama dengan 1 untuk priode ulang dibawah 10 tahun.

Page 73: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 73 dari 79

Gambar 4.24. Koefesien koreksi untuk berbagai priode ulang D

Untuk jaringan pembuangan intern, air akan dihitung sebagai bebas

sedimen. Untuk aliran pembuang silang, asal air harus diperiksa. Jika air

itu berasal dari daerah-daerah yang berpembuang alamiah, maka

konsentrasi sedimen dapat diambil 3.000 ppm. Air dihitung sebagai bebas

sedimen, apabila air pembuang silang berasal dari daerah persawahan.

Untuk konstruksi pada tanah-tanah nonkohesif, kecepatan dasar yang di

izinkan adalah 0,6 m/dt.

Apabila dikehendaki saluran pembuang juga direncanakan mempunyai

fungsi untuk menunjang pemeliharaan lingkungan dan cadangan air tanah

maka kecepatan saluran pembuang pada daerah yang memerlukan

konservasi lingkungan tersebut dapat dikurangi. Hal ini dimaksudkan untuk

memperbesar waktu dan tekanan infiltrasi dan sehingga akan menambah

kapasitas peresapan air kedalam tanah, namun perlu dipertimbangkan

adanya perubahan demensi saluran yang lebih besar akibat pengurangan

kecepatan ini.

7.2.4 Tinggi muka air

Tinggi muka air saluran pembuang di jaringan intern bergantung kepada

fungsi saluran. Di jaringan tersier, saluran tanah membuang airnya

langsung kesaluran pembuangan (kuarter dan tersier) dan tinggi muka air

pembuang rencana mungkin sama dengan tinggi permukaan air tanah.

Jaringan pembuang primer menerima air buangan dari petak-petak tersier

dilokasi yang tepat. Tinggi muka air rencana di jaringan utama ditentukan

dengan muka air yang diperlukan di ujung saluran pembuang tersier.

Tinggi muka air di jaringan pembuang primer yang berfungsi untuk

pembuang air dari sawah dan mungkin daerah-daerah bukan sawah

dihitung sebagai berikut:

Page 74: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 74 dari 79

1) untuk pengaliran debit rencana, tinggi muka air mungkin naik sampai

sama dengan tinggi permukaan tanah.

2) Untuk pengaliran debit puncak, pembuang air dari sawah dianggap nol;

harga-harga tinggi muka air yang diambil ditunjukan pada Gambar 4.22.

Konsep dasar perencanaan saluran pembawa tidak menghendaki adanya

pengendapan di saluran sedangkan pada perencanaan saluran pembuang

diusahakan agar air cepat dapat dibuang sehingga tidak menyebabkan

penggenangan yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman /padi.

Sejalan dengan menguatnya aspek lingkungan maka saluran pembuang

dapat direncanakan dengan kecepatan yang tidak terlalu tinggi dengan

tujuan agar terjadi infiltrasi yang besar sebelum mengalir kembali ke

sungai. Hal ini dimaksudkan untuk membantu kwalitas lingkungan yang

lebih hijau, memperbesar cadangan air tanah dan mengurangi debit air di

saluran pembuang.

Batas atas kecepatan atas yang diizinkan adalah kecepatan yang tidak

menyebabkan erosi untuk jenis tanah tertentu pada saluran dan dapat

dihitung berdasar gaya seret. Batas atas kecepatan yang diizinkan atau

yang tidak menyebabkan erosi, untuk saluran lurus dengan kemiringan

kecil serta kedalaman aliran lebih kecil dari 0,90 m menurut U.S Bereau of

Reclamation (Fortier dan Scobey 1925) sebagai berikut :

Tabel 4.8. Kecepatan Maksimum yang diizinkan (oleh Portier dan Scobey)

Page 75: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 75 dari 79

Batas bawah kecepatan air dalam saluran pembuang disesuaikan dengan

data kandungan sedimen, sedemikian sehingga tidak terjadi akumulasi

pengendapan yang dapat menyebabkan pendangkalan dan menghalangi

aliran yang memungkinkan terjadinya efek pembendungan. Batas

kecepatan bawah 0,3 m/det dapat menghindari pengendapan.

Beberapa faktor yang dapat dipertimbangan adalah:

1) Keliling basah yang lebih besar akan memperbesar infiltrasi

2) Makin besar lebar penampang saluran akan memperbesar

pembebasan tanah, tetapi dapat mengurangi perubahan kedalaman

air

3) Makin lambat kecepatan air dalam saluran tanpa terjadi pengendapan

akan memperbesar kapasitas peresapan / infiltrasi

4) Hubungan antara data sedimen dan kecepatan rencana dapat didekati

dengan cara perencanaan saluran kantong lumpur / sand trap.

Metode penghitungan ini hanya boleh diterapkan untuk debit-debit sampai

30 m3/dt saja. Bila diperkirakan akan terjadi debit lebih besar, maka debit

puncak dari daerah-daerah nonsawah dan debit pembuang sawah yang

terjadi secara bersamaan harus dipelajari secara bersama-sama dengan

kemungkinan pengurangan debit puncak dan pengaruh banjir sementara

yang mungkin juga terjadi.

Muka air rencana pada titik pertemuan antara dua saluran pembuang

sebaiknya diambil sebagai berikut:

1) Evaluasi muka air yang sesuai dengan banjir dengan priode ulang 5

kali per tahun untuk sungai,

2) Muka air rencana untuk saluran pembuangan intern yang tingkatnya

lebih tinggi lagi,

3) Mean muka air laut (MSL) untuk laut.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menghitung dimensi saluran

pembuang, serta ketaatan dan konsistensi terhadap penerapan kriteria

perencanaan perhitungan dimensi saluran pembuang.

4.5.4 Mengonsultasikan hasil penetapan bentuk dan perhitungan dimensi

Saluran Pembuang

Hasil penetapan dan perhitungan dimensi saluran pembuang dikonsultasi-

kan kepada pihak terkait agar diperoleh persetujuan. Berdasarkan kriteria

perencanaan, maka dalam perancangan dimensi saluran pembuang dapat

digunakan rumus kecepatan dari Strickler, maupun Manning.

Page 76: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 76 dari 79

Hasil perancangan saluran pembuang irigasi perlu diperiksa kembali

apakah desain yang dilakukan sudah sesuai standar atau pedoman. Salah

satu indikasi yang bisa dipakai untuk memeriksa kembali saluran

pembuang, adalah pada bagian hilir (semakin ke hilir) akan terlihat lebar

saluran yang semakin membesar.

Rangkuman hasil perancangan saluran pembuang yang terdapat pada

jaringan irigasi juga perlu dibuat untuk lebih memudahkan dalam

pemeriksaan. Sebagai contoh, komponen yang setidaknya terdapat dalam

rangkuman perancangan saluran pembuang, antara lain:

a. Panjang saluran

b. Kemiringan saluran

c. Lebar saluran

Selanjutnya rangkuman hasil perancangan yang mencakup bentuk dan

rancangan saluran pembuang irigasi harus disampaikan kepada pihak

terkait. Tujuan penyampaian hasil rancangan saluran pembuang irigasi

kepada pihak terkait adalah untuk memberiksan penjelasan tentang hasil

rancangan saluran pembuang irigasi, yang mana bila rancangan tersebut

sudah sesuai dengan kriteria perencanaan baik dari bentuk maupun cara

melakukan perhitungan dimensinya maka bisa disetujui dan ditetapkan.

Perlunya kecermatan dan ketelitian dalam menjelaskan hasil penetapan

dan perhitungan dimensi saluran pembuang kepada pihak terkait agar

diperoleh persetujuan

Page 77: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 77 dari 79

BAB V

SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN

KOMPETENSI

5.1 Sumber Daya Manusia

5.1.1 Instruktur

Instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran instruktur adalah

untuk :

1) Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.

2) Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan

dalam tahap belajar.

3) Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan

untuk menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.

4) Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber

tambahan lain yang diperlukan untuk belajar.

5) Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.

6) Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika

diperlukan.

5.1.2 Penilai

Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di

tempat kerja. Penilai akan :

1) Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan

merencanakan proses belajar dan penilaian selanjutnya dengan

peserta.

2) Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk

diperbaiki dan merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan

peserta.

3) Mencatat pencapaian / perolehan peserta.

5.1.3 Teman kerja / sesama peserta pelatihan

Teman kerja /sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber

dukungan dan bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses

belajar dengan mereka. Pendekatan ini akan menjadi suatu yang

berharga dalam membangun semangat tim dalam lingkungan

belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar peserta.

5.2 Sumber-sumber Kepustakaan ( Buku Informasi )

5.2.1 Sumber pustaka penunjang pelatihan

Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung

proses pembelajaran ketika peserta pelatihan sedang menggunakan

materi pelatihan ini.

Page 78: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 78 dari 79

Sumber-sumber tersebut dapat meliputi :

Buku referensi (text book)/ buku manual servis

Lembar kerja

Diagram-diagram, gambar

Contoh tugas kerja

Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.

Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk

membantu peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada

suatu unit kompetensi.

Prinsip-prinsip dalam pelatihan Berbasis Kompetensi mendorong

kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam

suatu unit kompetensi tertentu, dengan mengijinkan peserta untuk

menggunakan sumber-sumber alternatif lain yang lebih baik atau jika

ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan dalam pedoman belajar

ini tidak tersedia/tidak ada.

5.2.2 Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:

Judul : Pedoman Kriteria Perencanaan 01-07 dan B01-02

Pengarang : -

Penerbit : -

Tahun terbit : 2006

Judul : Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

Pengarang/Peng- : -

himpun

Penerbit : -

Tahun terbit : -

Judul : Undang-undang tentang Pengelolaan SDA

Pengarang : -

Penerbit : -

Tahun terbit : -

Judul : Peraturan Pemerintah No. 20 tentang Irigasi

Pengarang :

Penerbit :

Tahun terbit :

Page 79: DAFTAR ISI BAB I PENGANTAR BAB II STANDAR …binakonstruksi.pu.go.id/v2/portal2/modul/dddda408c67a5d63844a537d... · Ahli Muda Perencana Irigasi ... BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi

Ahli Muda Perencana Irigasi Kode Modul

F45 AMPI 02 004 01

Judul Modul: Perencanaan Saluran dan Bangunan Irigasi Buku Informasi Edisi: 1-2012

Halaman: 79 dari 79

5.3 Daftar Peralatan/Mesin dan Bahan

5.3.1 Peralatan yang digunakan:

1) Naskah Undang-undang tentang SDA;

2) Naskah PP dan Perda tentang Irigasi

3) Naskah irigasi air tanah

5.3.2 Bahan yang dibutuhkan:

1) Kriteria Perencanaan Irigasi 01 s.d. 07 dan B01-02;

2) Undang-undang tentang Pengelolaan SDA

3) Peraturan Pemerintah tentang Irigasi