dadb

22
Topik: Diare Akut Dehidrasi Berat Tanggal (kasus): 3 Januari 2014 Persenter: dr. Ratmawati Tangal presentasi: Penyelia: dr. Ulfah Kartikasari Tempat presentasi: RSUD Majenang Obyektif presentasi: □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegar an □ Tinjauan pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa □ Neonatu s □ Bayi □ Ana k □ Remaj a □ Dewasa □ Lans ia □ Bumi l □ Deskripsi: Bayi, 4 bulan, kiriman klinik Raffa datang ke RSUD Majenang bersama kakek dan neneknya dengan penurunan kesadaran. Di perjalanan dari klinik Raffa, pasien sempat henti nafas dan dilakukan bantuan nafas dengan ambu bag. Pasien sebelumnya buang air besar cair sejak 2 hari ini. Dalam sehari buang air besar lebih dari 10 kali. BAB cair volume kurang lebih ¼ gelas belimbing setiap BAB, masih ada ampasnya, nyemprot, tidak ada lendir maupun darah. Sebelum buang air besar cair, pasien sempat demam selama 2 hari disertai batuk berdahak. Setelah demam turun, baru diikuti dengan BAB cair dan perut kembung. Saat diberi respon bayi tidak menanggapi respon yang diberikan. □ Tujuan: mengetahui penatalaksanaan diare

Upload: junmarujun

Post on 27-Dec-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

diare

TRANSCRIPT

Page 1: DADB

Topik: Diare Akut Dehidrasi Berat

Tanggal (kasus): 3 Januari 2014 Persenter: dr. Ratmawati

Tangal presentasi: Penyelia: dr. Ulfah Kartikasari

Tempat presentasi: RSUD Majenang

Obyektif presentasi:

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka

□ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil

□ Deskripsi:

Bayi, 4 bulan, kiriman klinik Raffa datang ke RSUD Majenang bersama kakek dan neneknya

dengan penurunan kesadaran. Di perjalanan dari klinik Raffa, pasien sempat henti nafas dan

dilakukan bantuan nafas dengan ambu bag. Pasien sebelumnya buang air besar cair sejak 2

hari ini. Dalam sehari buang air besar lebih dari 10 kali. BAB cair volume kurang lebih ¼

gelas belimbing setiap BAB, masih ada ampasnya, nyemprot, tidak ada lendir maupun

darah. Sebelum buang air besar cair, pasien sempat demam selama 2 hari disertai batuk

berdahak. Setelah demam turun, baru diikuti dengan BAB cair dan perut kembung. Saat

diberi respon bayi tidak menanggapi respon yang diberikan.

□ Tujuan: mengetahui penatalaksanaan diare

Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit

Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ E-mail □ Pos

Data pasien: Nama: By. F No registrasi: 022580

Nama klinik: dr. Ulfah Kartikasari Telp: 08121409345 Terdaftar sejak:

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/Gambaran Klinis:

Diare Akut Dehidrasi Berat dengan penurunan kesadaran.

2. Riwayat Pengobatan:

Page 2: DADB

Bayi tidak berobat.

3. Riwayat kesehatan/Penyakit:

Sebelumnya tidak pernah mengalami keluhan serupa

4. Riwayat keluarga:

Tidak ada keluarga yang mengeluhkan hal serupa.

5. Riwayat pekerjaan:

-

6. Lain-lain:

Kesadaran : apatis

Keadaan Umum : tampak pucat

TTV : HR : 124x/menit reguler, RR: 6x/menit, T: 38,30C

Status Gizi : Baik

Kepala : Mesocephal

Mata : CA-/-, SI-/-, pupil isokor φ 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, cekung +/+, air mata -/-

Telinga: tidak ada otorhea

Hidung : NCH -/-, disch -/-, deformitas-/-

Mulut : sianosis (+), bibir kering (+), lidah kotor (-), FH (-), T1-T1 .

Leher : pembesaran KGB (-), JVP 5+2cmH2O, deviasi trakhea (-)

Thorax :

Cor:

I : dinding dada simetris +/+, IC tidak tampak.

Pa : IC teraba di SIC 5 LMCS

P : Batas jantung normal

A : S1>S2, reguler, gallop (-), murmur (-)

Pulmo :

I : pengembangan dada simetris kanan dan kiri, ketinggalan gerak (-), retraksi (+)

Pa : Vocal fremitus kanan = kiri

P : sonor di seluruh lapang paru

A : Suara dasar vesikuler, Wh -/-, RBH +/+, RBK +/+

Page 3: DADB

Abdomen:

Inspeksi : cembung

Auskultasi: peristaltik (+) meningkat

Perkusi : hipertimpani

Palpasi : defans muscular (-), nyeri tekan (-),H/L tidak teraba, turgor kulit >2 detik

Ekstrimitas : Tidak ada edema, akral dingin, turgor kulit buruk, gerakan ekstremitas tidak

berespon.

Daftar Pustaka:

1. Bass M. Rotavirus dan Agen-Agen Virus Gastroenteritis Lain. Dalam: Wahab S, editor.

Nelson Ilmu Kesehatan Anak. edisi 15. Jakarta EGC 1999.

2. Depkes RI, 2011. Buku Saku Lima Langkah Tuntaskan Diare (online) (http://www.dinkes-

tts.web.id/bank-data/category/7-pedoman-penanganan-diare.html?download=17:buku-

saku-lintas-diare., diakses tanggal 12 Januari 2014)

3. Hasan R, Alatas H. Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak. Buku 1. Jakarta. Badan Penerbit FK UI.

1997

4. International Child Health Review Collaboration, 2013. Diare. (http://www.ichrc.org/bab-5-

diare, diakses tanggal 20 Januari 2014).

Hasil pembelajaran:

1. Diagnosis Diare dengan Dehidrasi Berat

2. Patofisiologi Diare

3. Penatalaksanaan Diare dengan Dehidrasi Berat

4. Komplikasi Diare

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:

1. Subyektif :

Pasien datang dengan penurunan kesadaran kemudian selama di perjalanan pasien sempat henti

nafas dan diberikan ventilasi tekanan positif dengan ambu bag. Sebelumnya pasien mengalami

demam dan batuk selama 2 hari, setelah demam turun pasien mengalami BAB cair dan sering

dengan frekuensi >10 kali. Keadaan ini merupakan kegawatdaruratan dari komplikasi diare dengan

Page 4: DADB

dehidrasi berat. Diare dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti infeksi (bakteri, virus atau

infestasi parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan, imunodefisiensi dan psikologis. Dalam sehari

pasien buang air besar lebih dari 10 kali. BAB cair volume kurang lebih ¼ gelas belimbing setiap BAB,

masih ada ampasnya, nyemprot, tidak ada lendir maupun darah. Diare juga disertai dengan perut

kembung.

Dari anamnesis, didapatkan diagnosis bahwa pasien mengalami diare dengan dehidrasi berat yang

disebabkan oleh infeksi virus.

2. Objektif :

Kesadaran : Apatis

Keadaan Umum : Tampak pucat

TTV : N : 124x/menit reguler, Rr: 6x/menit, t: 38,30C

Status gizi : Baik

Kepala : Mesocephal

Mata : CA-/-, SI-/-, pupil isokor φ 3mm/3mm, refleks cahaya +/+, cekung +/+, air mata -/-

Telinga: tidak ada otorhea

Hidung : NCH -/-, disch -/-, deformitas-/-

Mulut : sianosis +/+, bibir kering (+), lidah kotor (-), FH (-), T1-T1 .

Leher : pembesaran KGB (-), JVP 5+2cmH2O, deviasi trakhea (-)

Thorax :

Cor:

I : dinding dada simetris +/+, IC tidak tampak.

Pa : IC teraba di SIC 5 LMCS

P : Batas jantung normal

A : S1>S2, reguler, gallop (-), murmur (-)

Pulmo :

I : pengembangan dada simetris kanan dan kiri, ketinggalan gerak (-), retraksi (+)

Pa : Vocal fremitus kanan = kiri

Page 5: DADB

P : sonor di seluruh lapang paru

A: Suara dasar vesikuler, Wh -/-, RBH +/+, RBK +/+

Abdomen:

Inspeksi : cembung

Auskultasi: peristaltik (+) meningkat

Perkusi : hipertimpani

Palpasi : defans muscular (-), nyeri tekan (-),H/L tidak teraba, turgor > 2 detik

Ekstrimitas :

Tidak ada edema, akral dingin, turgor kulit buruk, gerakan pada ekstrimitas tidak ada.

Hasil pemeriksaan fisik, mendukung diagnosis diare akut dehidrasi berat. Diagnosis ditegakkan

berdasar:

Gejala klinis (BAB cair 2 hari. Dalam sehari > 10 kali, volume kurang lebih ¼ gelas belimbing

setiap BAB, masih ada ampasnya, nyemprot, tidak ada lendir maupun darah. Sebelumnya

diawali demam dan batuk. Perut kembung. Pasien mengalami penurunan kesadaran).

Keadaan Umum apatis, respirasi 6x/menit, mata cekung +/+, air mata -/-, mulult kering +/+,

sianosis (+), perut cembung, bising usus (+) meningkat, hipertimpani, turgor kulit >2 detik, gerak

ekstremitas tidak berespon.

3. ”Assessment”( penalaran klinis):

Dehidrasi merupakan salah satu komplikasi dari diare baik yang terjadi secara akut maupun kronis.

Menurut derajat dehidrasinya diare terbagi menjadi tiga yaitu

Gejala / Derajat

Dehidrasi

Diare Tanpa Dehidrasi Diare Dehidrasi

Ringan/Sedang

Diare Dehidrasi Berat

Bila terdapat dua tanda atau lebih

Keadaan Umum Baik, sadar Gelisah, rewel Lesu, lunglai/tidak sadar

Mata Tidak cekung Cekung Cekung

Keinginan untuk Normal, tidak ada rasa Ingin minum terus, Malas minum

Page 6: DADB

minum haus ada rasa haus

Turgor kulit Kembali segera Kembali lambat Kembali sangat lambat

Dehidrasi pada diare terjadi akibat peningkatan hilangnya cairan dan elektrolit (natrium,

kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja cair anak yang tidak diganti secara adekuat,

sehingga timbullah kekurangan cairan dan elektrolit.

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan betambahnya frekuensi defekasi lebih dari

biasanya (>3x perhari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan atau tanpa darah

dan atau lendir.

Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen antara lain tidak

memberikan ASI eksklusif selama 4-6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya

penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan atau MCK,

kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak

higienis dan cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor yang ada

pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk terjangkit diare antara lain umur, gizi

buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita

campak dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.

Prinsip mekanisme terjadinya diare cair terbagi menjadi dua, yaitu sekretorik dan osmotik.

Meskipun dapat melalui kedua mekanisme tersebut, diare sekretorik lebih sering ditemukan pada

infeksi saluran cerna. Walaupun begitu, kedua mekanisme tersebut dapat terjadi bersamaan pada

satu anak.

1. Diare osmotik

Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilalui oleh air dan elektrolit dengan

cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara lumen usus dengan cairan ekstrasel.

Adanya bahan yang tidak diserap, menyebabkan bahan intraluminal pada usus halus bagian

proksimal tersebut bersifat hipertoni dan menyebabkan hiperosmolaritas. Akibat perbedaan

tekanan osmose antara lumen usus dan darah maka pada segmen usus jejunum yang bersifat

permeable, air akan mengalir kearah jejunum, sehingga akan banyak terkumpul air dalam lumen

usus. Na+ akan mengikuti masuk ke dalam lumen, dengan demikian akan terkumpul cairan

intraluminal yang besar dengan kadar Na+ normal. Sebagian kecil cairan ini akan dibawa kembali,

Page 7: DADB

akan tetapi sebagian yang lainnya akan tetap tinggal di lumen usus karena ada bahan yang tidak

dapat diserap seperti Mg, glukosa, sukrose, laktose, maltose di segmen ileum dan melebihi

kemampuan absorbsi kolon, sehinga terjadi diare. Bahan-bahan seperti karbohidrat dan jus buah,

atau bahan yang mengandung sorbitol dalam jumlah berlabihan akan memberikan dampak yang

sama.

Pada infeksi virus menyebabkan terjadinya perubahan morfologi dan fisiologis mukosa

jejunum. Virus enteropatogen seperti Rotavirus menyebabkan infeksi lisis pada enterosit. Invasi

dan replikasi virus dalam sel menginduksi kematian lepasnya sel. Enterosit yang lepas digantikan

oleh sel imatur. Akibatnya terjadi penurunan enzim lactase dan gangguan transport glukosa-

Natrium karena penurunan aktivitas Na-K-ATPase. Hal ini menyebabkan terjadinya maldigesti

karbohidrat dan diare osmotic.

2. Diare Sekretorik

Diare sektorik terjadi karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus yang terjadi akibat

gangguan absorbsi natrium oleh vilus saluran pencernaan, sedangkan sekresi klorida tetap

berlangsung atau meningkat. Keadaan ini menyebabkan air dan elektrolit keluar dari tubuh sebagai

tinja cair. Diare sekretorik ditemukan pada diare yang disebabkan oleh infeksi bakteri akibat

adanya rangsangan pada mukosa usus halus oleh toksin E.coli atau V. cholera.01.

Beberapa bahan-bahan yang menstimulasi sekresi lumen yaitu enterotoksin bakteri dan bahan

kimia yang dapat menstimulasi seperti laksansia, garam empedu bentuk dihidroxy, serta asam

lemak rantai panjang. Toksin penyebab diare ini terutama bekerja dengan cara meningkatkan

konsentrasi intrasel cAMP dengan aktivasi adenil siklase (Vibrio cholerae), aktivasi guanil siklase

dengan akumulasi cGMP intraselular (ETEC), perubahan Ca++ intraseluler yang selanjutnya akan

mengaktifasi protein kinase (EPEC) dan stimulasi system saraf enterik (Vibrio cholerae). Pengaktifan

protein kinase akan menyebabkan fosforilase membrane protein sehingga mengakibatkan

perubahan saluran ion, dan menyebabkan keluarnya Cl- di kripta saluran pencernaan. Disisi lain

terjadi peningkatan pompa natrium yang masuk ke dalam lumen usus bersama klorida.

Tanda dan gejala diare berdasarkan penyebabnya

Gejala klinis

Etiologi

Rotavirus Shigella Salmonella ETEC EIEC Kolera

Masa Tunas:

Page 8: DADB

Panas 17-72 jam 24-48 jam 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam

Mual + ++ ++ - ++ -

Muntah Sering Jarang Sering + - Sering

Nyeri perut Tenesmus Tenesmus,

kramp

Tenesmus,

kolik

- Tenesmus,

kramp

Kramp

Nyeri kepala - + + - - -

Lamanya

sakit

5-7 hari >7 hari 3-7 hari 2-3 hari variasi 3 hari

Sifat tinja:

Volume Sedang Sedikit Sedikit Banyak Sedikit Banyak

Frekuensi 5-10 x > 10x Sering Sering Sering Terus

menerus

Konsistensi Cair Lembek Lembek Cair Lembek Cair

Darah - + Kadang - + -

Bau Langu - Busuk - - Amis khas

Warna Kuning

Hijau

Merah-hijau Kehijauan Tak berwarna Merah-hijau Seperti air

cucian beras

Leukosit - + + - - -

Lain-lain Anoreksia Kejang ± Sepsis ± Meteorismus Infeksi

sistemik ±

-

4. ”Plan” :

Diagnosis: Kecil kemungkinannya penyebab penurunan kesadaran ini bukan disebabkan oleh diare

akibat virus. Upaya diagnosis sudah optimal.

Terapi:

- O2 2 liter per menit

- Ventilasi Efektif

- IVFD RL 50 cc dalam 1 jam pertama

150 cc dalam 5 jam berikutnya

Page 9: DADB

- Inj. Dexametason 2,5 mg

Pengobatan:

Pengobatan diare bertujuan untuk:

1. Mengatasi dehidrasi yang telah ada

2. Mencegah kekurangan nutrisi dengan memberikan makanan selama dan setelah diare setelah

dehidrasi teratasi

3. Mengurangi lama dan beratnya diare, serta berulangnya episode diare, dengan memberikan

suplemen zinc

Lima pilar tatalaksana diare:

1. Rehidrasi

2. Pemberian Zinc selama 10 hari berturut-turut

3. Pemberian ASI dan makanan selama ataupun setelah diare

4. Pemberian Antibiotik selektif

5. Nasehat kepada orang tua

Penilaian A B C

Lihat:Keadaan umum

MataAir mataMulut dan lidahRasa haus

Baik,sadar

NormalAdaBasahMinum biasa,tidak haus

*Gelisah,rewel

CekungTidak adaKering*haus ingin minum banyak

*lesu,lunglai/tidak sadarSangat cekungKeringSangat kering*malas minum atau tidak bisa minum

Periksa: turgor kulit Kembali cepat *kembali lambat *kembali sangat lambat

Hasil pemeriksaan Tanpa dehidrasi Dehidrasi ringan/sedangBila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih tanda lain

Dehidrasi beratBila ada 1 tanda* ditambah 1 atau lebih tanda lain

Terapi Rencana terapi A Rencana terapi B Rencana terapi C

Tabel Penetuan derajat dehidrasi menurut WHO 1995

Tujuan pengobatan diatas dapat dicapai dengan cara mengikuti rencana terapi yang sesuai,

seperti yang tertera pada gambar dibawah ini:

1. Rencana terapi A : penanganan diare di rumah

Page 10: DADB

Jelaskan kepada ibu tentang 4 aturan perawatan di rumah:

Beri cairan tambahan (sebanyak anak mau)

Jelaskan pada ibu:

- pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama.

Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian.

- jika anak memeperoleh ASI eksklusif, beri oralit, atau air matang sebagai tambahan

- jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri 1 atau lebih cairan berikut ini: oralit,

cairan makanan(kuah sayur, air tajin) atau air matang

Anak harus diberi larutan oralit dirumah jika:

- anak telah diobati dengan rencana terapi B atau dalam kunjungan

- anak tidak dapat kembali ke klinik jika diarenya bertambah berat

Ajari pada ibu cara mencampur dan memberikan oralit. Beri ibu 6 bungkus oralit (200ml)

untuk digunakan dirumah. Tunjukan pada ibu berapa banyak cairan termasuk oralit yang

harus diberikan sebagai tambahan bagi kebutuhan cairanya sehari-hari:

- <2 tahun: 50 sampai 100 ml setiap kali BAB

- > 2 tahun : 100 samapai 200 ml setiap kali BAB

Katakan pada ibu

- agar meminumkan sedikit-sedikit tetapi sering dari mangkuk/ cangkir/gelas

- jika anak muntah, tunggu 10 menit. kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat.

- lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Beri tablet Zinc

Pada anak berumur 2 bulan keatas, beri tablet zinc selama 10 hari dengan dosis :

- umur <6 bulan : ½ tablet (10 mg) perhari

- umur >6 bulan : 1 tablet (20 mg) perhari

Lanjutkan pemberian makanan

Kapan harus kembali

2. Rencana terapi B

Penanganan dehidrasi sedang/ ringan dengan oralit. Beri oralit di klinik sesuai yang dianjurkan

selama periode 3 jam.

Page 11: DADB

Usia <4 bulan 4-11 bulan 12-23 bulan 5-4 tahun 5-14tahun >15 tahun

Berat badan <5 kg 5-7,9 kg 8-10,9 kg 11-15,9 kg 16-29,9 kg >30 kg

Jumlah (ml) 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000

Jumlah oralit yang diperlukan 75 ml/kgBB. Kemudian setelah 3 jam ulangi penilaian dan

klasifikasikan kembali derajat dehidrasinya, dan pilih rencana terapi yang sesuai untuk

melanjutkan pengobatan.

Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai tunjukan cara menyiapkan oralit di

rumah, tunjukan berapa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk

menyelesaikan 3 jam pertama. Beri bungkus oralit yang cukup untuk rehidrasi dengan

menambah 6 bungkus lagi sesuai yang dianjurkan dalam rencana terapi A.

Jika anak menginginkan oralit lebih banyak dari pedoman diatas, berikan sesuai kehilangan

cairan yang sedang berlangsung. Untuk anak berumur kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu,

beri juga 100-200 ml air matang selama periode ini. Mulailah memberi makan segera setelah

anak ingin makan dan lanjutkan pemberian ASI. Tunjukan pada ibu cara memberikan larutan

oralit dan berikan tablet zinc selama 10 hari.

3. Rencana terapi C (penanganan dehidrasi berat dengan cepat)

Beri cairan intravena secepatnya. Jika anak bisa minum, beri oralit melalui mulut,

sementara infus disiapkan. Beri 100 ml/kgBB cairan ringer laktat atau ringer asetat (atau jika tak

tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai berikut.

Umur Pemberian pertama 30ml/kgBB selama

Pemebrian berikut 70ml/kgBB selama

Bayi

(dibawah umur12 bulan)

1 jam* 5 jam

Anak

(12 bulan sampai 5 tahun)

30 menit* 2 ½ jam

*ulangi sekali lagi jika denyut nadi sangat lemah atau tidak teraba

Periksa kembali anak setiap 15-30 menit. Jika status hidrasi belum membaik, beri tetesan

intravena lebih cepat. Juga beri oralit (kira-kira 5ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum,

Page 12: DADB

biasanya sesudah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak) dan beri anak tablet zinc sesuai dosis dan

jadwal yang dianjurkan. Periksa kembali bayi sesudah 6 jam atau anak sesudah 3 jam

(klasifikasikan dehidrasi), kemudian pilih rencana terapi untuk melanjutkan penggunaan.

Prinsip pemberian terapi cairan pada gangguan cairan dan elektrolit ditujukan:

1. Memenuhi kebutuhan akan rumatan (maintenance) dari cairan dan elektrolit

2. Mengganti kehilangan cairan yang terjadi

3. Mencukupi kehilangan cairan abnormal dari yang sedang berlangsung.

Pada diare Cairan Rehidrasi Oral merupakan terapi cairan utama. CRO telah 25 tahun

berperan dalam menurunkan angka kematian bayi dan anak dibawah 5 tahun karena diare.

Jika dikaitkan dengan kasus, pada pasien ini setelah pemberian 50cc cairan yang pertama

menunjukkan perbaikan yang cukup signifikan. Bayi mulai bernapas regular dengan irama 24

kali per menit walaupun bayi belum menangis keras. Kemudian pemberian cairan dilanjutkan

dengan maintenance yaitu 150cc dalam 5 jam. Selama pemberian maintenance, keadaan pasien

berangsur membaik. Kulit dan mulut mulai memerah dan suara napas tambahan mulai

menghilang. Tepat 5 jam setelah pemberian cairan maintenance pasien menangis keras dan

kesadarannya mulai pulih. Pasien masuk ruangan dan dibolehkan pulang dengan keadaan

membaik.

PENGOBATAN DIETETIK

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.

Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak mampu menerima. Sebagian

besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul kembali setelah dehidrasi teratasi.

Meneruskan pemberian makanan akan mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk

kemampuan menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi

dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan

penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan kembalinya fungsi usus akan lebih

lama. Makanan yang diberikan pada anak diare tergantung pada, makanan yang disukai dan pola

makan sebelum sakit serta budaya setempat.

ZINC

Page 13: DADB

Pemberian Zinc terbukti mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan

nafsu makan anak. Zinc termasuk mikronutrien yang mutlak dibutuhkan untuk memelihara

kehidupan yang optimal. Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan

pada efeknya terhadap imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan terhadap proses

perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan

absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus,

meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat

pembersihan patogen di usus. Pemberian zinc dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada

anak. Dosis zinc untuk anak-anak:

- anak dibawah umur 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari

- anak diatas umur 6 bulan : 20 mg (1 tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut, meskipun anak telah sembuh dari diare. Untuk

bayi tablet zinc diberikan dalam air matang, ASI atau oralit. Untuk anak lebih besar, zinx dapat

dikunyah atau dilarutkan dalam air matang atau oralit.

TERAPI MEDIKAMENTOSA

Berbagai macam obat telah digunakan untuk pengobatan diare seperti antibiotika, antidiare,

absorben, antiemetic, dan obat yang mempengaruhi mikroflora usus. Beberapa obat mempunyai

lebih dari satu mekanisme kerja, banyak diantaranya mempunyai efek toksik sistemik dan sebagian

besar tidak direkomendasikan untuk anak umur kurang dari 2-3 tahun. Secara umum dikatakan

bahwa obat-obat tersebut tidak diperlukan untuk pengobatan diare akut. Probiotik dapat

diberikan sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi yang menunjang

kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang lebih baik. Pencegahan

diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu yang panjang terutama untuk bayi

yang tidak minum ASI.

KOMPLIKASI

1. Dehidrasi berat yang berakibat pada kematian

2. Gangguan elektrolit dapat berupa hipernatremia, hiponatremia, hiperkalemia, hipokalemia

Page 14: DADB

3. Demam

4. Edema/overhidrasi

5. Asidosis metabolik

6. Ileus paralitik

7. Kejang

o Hipoglikemia: terjadi jika anak dipuasakan terlalu lama.

o Kejang demam

o Hipernatremia dan hiponatremia

8. Malabsorbsi dan intoleransi laktosa

Pada penderita malabsorbsi atau intoleransi laktosa, pemberian susu formula selama diare

dapat menyebabkan: Volume tinja bertambah, berat badan tidak bertambah atau gejala/tanda

dehidrasi memburuk, dalam tinja terdapat reduksi dalam jumlah cukup banyak.

Tindakan:

a. Mencampur susu dengan makanan lain untuk menurunkan kadar laktosa dan menghidari

efek “bolus”

b. Mengencerkan susu jadi ½-1/3 selama 24 -48 jan. Untuk mangatasi kekeurangan gizi akibat

pengenceran ini, sumber nutrient lain seperti makanan padat, perlu diberikan.

c. Pemberian “yogurt” atau susu ynag telah mengalami fermentasi untuk mengurangi laktosa

dan membantu pencernaan oleh bakteri usus.

d. Berikan susu formula yang tidak mengandung/rendah laktosa, atau ganti dengan susu

kedelai.

9. Malabsorbsi glukosa

Jarang terjadi. Dapat terjadi pada penderita diare yang disebabkan oleh infeksi, atau penderita

dengan gizi buruk. Tindakan: pemberian oralit dihentikan, berikan cairan intravena

10. Muntah

Muntah dapat disebabkan oleh dehidrasi, iritasi usus atau gastritis yang menyebabkan

gangguan fungsi usus atau mual yang berhubungan dengan infeksi sistemik. Muntah dapat juga

disebabkan karena pemberian cairan oral terlalu cepat.

11. Akut kidney injury

Page 15: DADB

Mungkin terjadi pada penderita diare dengan dehidrasi berat dan syok.

PENCEGAHAN

1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare

Kuman-kuman patoggen penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal oral. Pemutusan

penyebaran kuman penyebab diare perlu difokuskan pada cara penyebaran ini. Upaya

pencegahan diare yang terbukti efektif meliputi:

a. Pemberian ASI yang benar

b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI

c. Menggunakan air bersih yang cukup

d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan

sebelum makan

e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga

f. Membuang tinja bayi yang benar

2. Memperbaiki daya tahan tubuh penderita

Cara-cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak dan dapat juga

mengurangi resiko diare antara lain:

a. Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun

b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan member makan dalam jumlah yang

cukup untuk memperbaiki status , gizi anak.

c. Imunisasi campak.

d. Vaksin rotavirus, diberikan untuk meniru respon tubuh seperti infeksi alamiah, tetapi infeksi

pertama oleh vaksin tidak menimbulkan, manifestasi diare.

Majenang, Januari 2014

DOKTER PENDAMPING DOKTER INTERNSHIP

dr. Ratmawati dr. Ulfah Kartikasari