jurnal d1216076.docx · web viewjurnal pola penggunaan media sosial generasi c (studi dekskriptif...

24
JURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten Vlog Oleh Vlogger Generasi C di Media Sosial) Oleh : YUNIZAR RISWANDA ARDI D1216076 Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

JURNAL

POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C

(Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi

Pesan dalam Konten Vlog Oleh Vlogger Generasi C di Media Sosial)

Oleh :

YUNIZAR RISWANDA ARDI

D1216076

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2019

Page 2: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C(Studi Dekskriptif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan

dalam Konten Vlog Oleh Vlogger Generasi C di Media Sosial)

Yunizar Riswanda ArdiMahfud Anshori

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Program Studi Ilmu KomunikasiUniversitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRACT

Renowned for the name produsage (production usage) generation, Generation C’s access to social media is not only known as a consumer. Moreover, they also tend to produce information in the form of vlog. Considered as one of information contents, the making of vlog is very popular among this Generation C. The purpose of this research is to find out the Generation C’s pattern of social media use, which consisted of the use of online identity, vlog production motive, and message production pattern of vlog content. Theories are used in this research are Computer Mediated Communication theory (CMC), content production motive in Youtube, and message design logic theory. This research is guided by qualitative method and a descriptive approach, while the data is analyzed by interactive analysis model.

This research results that Generation C tends to use a fake identity in creating a vlog, such as anonymity and pseudoidentity. In regard to the type of content, Generation C tends to produce personal and entertainment vlog, dominantly a daily vlog and food review. As the vlog production motive, Generation C possess two dominant motives in creating a vlog, there are; (a) personal-use motive; and (b) social motive, and one motive in addition (c) commercial motive, which is developed by the two dominant motives.

In regard to message production, the results show that Generation C tends to use these three message design logics in creating a vlog, consisted of; (a) expressive logic; (b) conventional logic; and (c) rhetoric logic. Both expressive and conventional are two dominantly logic used by Generation C vlogger, while rhetoric logic is rarely used in creating a vlog.

Keywords: Generation C, Social Media, Vlog, Vlog Production Motive, Message Production, Online Identity

Page 3: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

Pendahuluan

Media sosial telah menjadi ekosistem tersendiri bagi orang-orang yang masuk

dalam kategori genersi Y, generasi Z, dan generasi C yang berorientasi digital

atau digital savvy. Sebagian besar waktu dan aktivitas generasi ini selalu

bersinggungan dengan media sosial. Hal tersebut dikarenakan perkembangan jenis

serta fitur media sosial yang makin lengkap dan beragam sehingga mampu

mengakomodasi kebutuhan mereka.

Meskipun lahir pada era yang sama dengan generasi sebelumnya, generasi C

memiliki karakterisik yang unik. Mereka cenderung lebih suka berkolaborasi dan

berkomunitas. Generasi C juga dikenal aktif dalam membangun koneksi.

Perbedaan antara generasi C dan generasi Y atau Z juga terlihat dari aktivitasnya

dalam menggunakan media sosial. Namsu Park dan rekan-rekannya dalam

penelitiannya menyebutkan bahwa kecenderungan penggunaan media sosial

generasi Y ini adalah untuk pencarian informasi, pemanfaatan waktu luang atau

hiburan (Park dkk, 2009).

Generasi Z sendiri cenderung menggunakan media sosial untuk

mengeksplorasi dan bersosialisasi dengan komunitas online mereka. Generasi Z

juga cenderung menggunakan media sosial sebagai media hiburan, komunikasi,

dan memuaskan emosional mereka. Mereka tipe generasi yang menganggap

penting investasi aset sosial mereka, sehingga mereka terlalu sering membagi

informasi pribadi untuk mencari afiliasi sosial dalam dunia maya (Yadav dan Rai,

2017). Dari paparan beberapa temuan penelitian diatas terdapat kesamaan motif

antara generasi Y dan Z dalam menggunakan media sosial, yaitu mencari

informasi dan mengakses hiburan.

Kondisi ini berbeda dengan karakteristik generasi C, yang bukan sekedar

memilih dan mengkonsumsi konten media namun turut menciptakan konten

media itu sendiri. Fenomena tingginya aktivitas pembuatan konten oleh generasi

C di Indonesia dapat ditunjukkan dari meningkatnya jumlah unggahan konten

Youtube yang mencapai 278% dari tahun 2016 (Yordan dan Panji, 2017).

Page 4: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

Konten-konten tersebut salah satunya dibuat dalam bentuk video blog atau

vlog. Sama seperti blog pada umumnya, vlog berisikan opini, cerita atau kegiatan

harian penulis namun disajikan dalam bentuk video (David, dkk, 2017).

Penggunaan video memberikan kesempatan kepada vlogger untuk lebih bebas

mengekspresikan opini atau sudut pandang mereka dan berinteraksi dengan

penonton secara lebih dekat dan lebih interaktif (Warmbrodth, 2010).

Di Indonesia, kelahiran vlogger dari generasi C terbilang cukup masif.

Mereka biasa membuat beragam jenis konten vlog bersifat tematik. Jenis dan tema

konten tersebut diantaranya; konten hiburan, konten tutorial, aktivitas sehari-hari,

dan beberapa jenis konten lainnya. Namun berbagai macam vlog yang diproduksi

oleh generasi C juga tidak semuanya berisi konten positif. Seperti beberapa waktu

yang lalu beberapa vlogger terkena cekal dan teguran dari Komisi Perlindungan

Anak Indonesia (KPAI) terkait isi konten vlog yang dianggap vulgar dan kasar.

Berdasarkan penjelasan dan beberapa uraian contoh diatas, terlihat bahwa

generasi C juga terdiri dari orang-orang yang secara usia masuk dalam kategori

generasi millenial atau generasi Y dan Z. Namun mereka memiliki perbedaan

dalam penggunaan media sosial. Jika generasi Y dan Z menggunakan media sosial

sebagai sarana pencarian informasi untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan,

Generasi C sendiri bukanlah target audience dari sebuah informasi (Pankraz,

2017). Generasi ini cenderung aktif memproduksi konten informasi dan

menyebarluaskannya. Namun sayangnya cukup banyak konten informasi dalam

bentuk vlog yang dibuat dan disebarkan oleh generasi C mengandung unsur

kontroversial seperti ucapan dan perilaku kasar serta penampilan vulgar dan gaya

hidup hedonis.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana Pola Penggunaan

Media Sosial Generasi C terkait Penggunaan Identitas Online, Motif, dan

Produksi Pesan Konten Vlog?”

Page 5: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

Landasan Teori

1. Computer Mediated Communication (CMC) dalam Produksi Konten Vlog di Youtube

Computer-Mediated Communication (CMC) merupakan proses komunikasi

manusia melalui komputer yang melibatkan khalayak, tersituasi dalam konteks

tertentu (Nasrullah, 2014:79). Seperti yang dikatakan Andrew F. Wood dan

Matthew J. Smith (2005: 4) bahwa CMC merupakan sebuah integrasi teknologi

komputer dengan kehidupan sehari-hari. Di dalamnya seringkali terjadi adanya

batas-batas yang samar antara bentuk komunikasi yang bermediasi dan bentuk

komunikasi yang dimediasi. Batas-batas yang samar antara bentuk komunikasi

dalam CMC ini yang menjadikan CMC berbeda dengan bentuk komunikasi lain

yang lebih tegas seperti komunikasi interpersonal, komunikasi kelompok,

organisasi dan komunikasi massa.

Konten vlog yang diproduksi dan dipublikasikan oleh generasi C di YouTube

merupakan bentuk dari CMC. Generasi C yang berkolaborasi membuat konten

vlog pada satu sisi dapat menjadi komunikator dan dalam situasi dan kondisi lain

dapat menjadi komunikan ketika vlog yang dibuat dikomentari oleh khalayak.

Jenis level komunikasinya pun dapat berubah seketika, dari komunikasi yang

bersifat komunikasi massa ketika konten vlog oleh generasi C diproduksi dan

dipublikasikan untuk dapat diakases semua orang sekaligus dapat menjadi

komunikasi bersifat interpersonal ketika muncul komentar berbalas antara

vlogger generasi C dengan salah satu penontonnya.

2. Vlog Sebagai Bentuk Penyampaian Pesan dalam Proses Komunikasi

Vlog berkaitan dengan pemahaman komunikasi secara umum dapat dikatakan

sebagai bentuk tindakan sosial dimana vlogger baik perorangan ataupun

Page 6: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

kelompok yang memproduksi vlog menggunakannya sebagai media untuk

menyampaikan ide dan pesan kepada orang lain. “In general communication

understanding, vlog is a form of social action of a person or group of people

concerning to the delivery of ideas and message to others.” (Hamid, dkk,

2018:231). Pengertian ini dijelaskan dalam jurnal Motive, Meaning and Social

Action of Youtube Content Creators in Indonesia hasil penelitian Hamid dkk.

3. Tipe Vlog dan Motif Pembuatan Vlog

Terdapat tiga tipe utama vlog, yaitu: vlog pribadi, acara berita, dan vlog yang

berorientasi pada hiburan (Warmbrodt, dkk, 2010:44). Kebanyakan vlog ditulis

oleh individu dan fokus pada tema pribadi (Molyneaux, dkk, 2008: 2). Riset yang

dilakukan oleh Burgess dan Green menunjukkan bahwa vlog menjadi konten

video paling banyak diunggah di Youtube oleh pengguna amatir dengan angka

mencapai 40% (Burgess dan Green, 2009:43).

Hamid dan kawan-kawan dalam artikelnya Motive, Meaning and Social

Action of Youtube Content Creators in Indonesia menjelaskan setidaknya terdapat

tiga motif utama dan sebelas sub-motif seseorang atau sekelompok orang

memproduksi vlog di Youtube. Tiga motif utama tersebut adalah; (1) personal-

use motives, (2) social motives, dan (3) commercials motives (Hamid, dkk,

2018:233). Ketiga motif utama tersebut merupakan hasil pengelompokkan dari

sebelas sub-motif yaitu; killing time motive, sharing motive, video addict motive,

changing motive platform, self-expression motive, self-existence motive, content

business motive, spread motive portfolio, future business promotion, inspired by

motive, dan influencing motive (Hamid, dkk, 2018:233-234).

4. Logika Desain Pesan dalam Produksi Konten Vlog

Teori message design logic yang dirancang oleh Barbara J. O’Keefe

menjelaskan bahwa manusia berpikir dengan cara yang berbeda tentang

berkomunikasi dan membuat pesan serta mereka menggunakan logika yang

berbeda dalam memutuskan apa yang akan dikatakan kepada orang lain dalam

sebuah situasi (Littlejohn & Foss, 2009:188). Sementara Caughlin dan rekan-

rekannya menjelaskan bahwa “the design-logic” adalah sesuatu yang

Page 7: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

menghubungkan antara tujuan dengan pesan, dimana pesan yang dirancang harus

mendukung logika untuk mencapai berbagai tujuan (Babrbour dkk, 2013:357).

O’Keefe dalam teori message design logic menjelaskan bahwa terdapat tiga

logika dalam merancang pesan, yaitu: (a) logika ekspresif atau expressive logics,

(b) logika konvensional atau conventional logics, (c) logika retoris atau

rhetorical logics (Morissan, 2013:186-187). Dalam merancang pesan

komunikator bergantung pada salah satu atau setidaknya tiga logika desain pesan

tersebut.

5. Generasi C

Generasi C menurut lembaga riset Nielsen dan Booz Allen Consulting

merupakan gambaran dari generasi millenials, namun setelah tahun 2013 generasi

ini disegmenkan berdasarkan psikografis, bukan lagi demografis seperti usia

(Google.Inc dan Ipsos Media, 2012). Definisi lain tentang generasi C adalah dari

Kietzmann dan Angell dalam artikelnya yang berjudul Generation-C: creative

consumers in a world of intellectual property rights sebagai berikut:

“Constantly connected citizens – creative, capable, content-centric, community-oriented – who collectively communicate, collaborate, copy, co-develop, combine, contribute and consume common content” (Kietzmann dan Angell, 2014:92).

Definisi generasi C dari Kietzmann dan Angell tersebut merujuk pada

kesamaan psikografis bukan faktor demografis. Generasi ini terbiasa membuat

ulasan atau konten berdasarkan pengalaman nyata dan alami (Hardey, 2011:7).

Generasi C juga kerap menceritakan tentang aktivitas mereka seperti di blog,

membangun hubungan dengan konsumen kreatif lainnya melalui Twitter,

mengembangkan reputasi di komunitas mereka misal menggunakan LinkedIn atau

grup seperti di Facebook, dan berbagi prestasi mereka dengan dunia misal melalui

konten yang diunggah ke Youtube (Kietzmann dkk, 2012).

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan

Page 8: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

berbagai kondisi, berbagai situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada

di masyarakat yang menjadi objek penelitian, dan berupaya menarik realitas itu ke

permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda, atau gambaran tentang

kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2007:68).

Penentuan sample atau informan dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling dengan jumlah informan empat orang yang terdiri dari

vlogger profesional, semi-profesional, dan amatir serta berdomisili di kota

Surakarta dan kota Semarang. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan wawancara dengan teknik analisis data menggunakan model

analisis interaktif. Pengujian validitas data dalam penelitian ini menggunakan

teknik triangulasi sumber data yang meliputi; (1) wawancara tatap muka; dan (2)

observasi terhadap konten vlog yang diunggah di Youtube periode September

2017-Oktober 2018.

Sajian dan Analisis Data

1. Penggunaan Identitas Online Generasi C dalam Vlog

Identitas merupakan fitur dalam media sosial yang ditampilkan pada halaman

muka. Identitas ini menjadi hal yang seringkali dikonstruksi oleh pengguna media

sosial dengan sedemikian rupa seperti yang dirinya inginkan. Wood dan Smith

menjelaskan adanya tiga tipe identitas yang digunakan dalam berinterkasi di

internet, yaitu: (a) real-life identity yaitu pengguna menunjukan identitas asli

dirinya, (b) pseudoidentity yaitu identitas asli diri pengguna mulai kabur dan

bahkan menjadi palsu, meskipun beberapa hal representasi dari diri pengguna

masih menunjukan identitas aslinya, (c) anonymity yaitu bentuk baru identitas

pengguna yang benar-benar terpisah dan sama sekali tidak merujuk kepada

identitas asli (Nasrullah, 2014:145).

Terdapat beberapa bentuk penggunaan identitas online serta alasan

penggunaannya yang ditemukan dalam penelitian ini, seperti informan 1 dan 3

yang menggunakan palsu yang sama sekali berbeda dari identitas asli mereka.

Menurut informan 1 penggunaan nama palsu yang tidak merujuk pada identitas

asli dirinya adalah karena nama tersebut telah populer dia gunakan. Orang-orang

Page 9: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

dalam lingkungan sekitarnya sehari-hari telah mengenal nama informan 1 dengan

nama tersebut sehingga informan 1 beranggapan bahwa nama palsu yang

digunakan dalam vlog tersebut dapat memudahkan orang-orang untuk

menemukan channel atau konten vlog yang dirinya buat.

Alasan informan 3 menggunakan nama palsu yang tidak merujuk pada

identitas asli dirinya adalah karena nama tersebut merepresentasikan konten vlog

yang dibuat. Menurut informan 3 hal tersebut akan memudahkan orang-orang

untuk mengetahui konten vlog apa yang akan dilihat dari awal mengetahui nama

identitas channel vlog tersebut.

Informan 2 dan 4 menggunakan identitas palsu yang merujuk pada identitas

asli. Alasan informan 2 menggunakan identitas tersebut adalah untuk melakukan

branding pada konten vlog yang dibuat. Informan 2 merasa perlu menyamakan

seluruh nama akun media sosial yang dimiliki agar menjadi satu brand name yang

sama dan konsisten. Menurut informan 2 dengan brand name yang sama yaitu

nama panggung dirinya yang merupakan seorang entertainer akan memudahkan

orang-orang mengidentifikasi atau mengetahui channel dan konten vlog yang

dirinya buat. Terlebih bagi orang-orang yang telah lama mengikuti dan menikmati

karya-karyanya di media sosial milik informan 2 lainnya.

Alasan informan 4 menggunakan identitas palsu yang merujuk pada

indentitas asli adalah karena identitas tersebut menjadi motivasi informan 4 untuk

memenangkan persaingan dalam dunia vlog di Youtube. Penggunaan nama palsu

informan 4 adalah menggabungkan nama asli dan nama tokoh Islam yang menjadi

inspirasi bagi informan 4.

Penelitian ini menunjukan bahwa vlogger generasi C dalam membuat vlog

lebih senang menggunakan nama palsu baik bersifat anonim (anonymity) maupun

nama buatan yang merujuk pada identitas asli pengguna (pseudoidentity). Mereka

merasa bahwa dengan menggunakan nama palsu mereka yang telah populer baik

di dunia nyata maupun di dunia online akan memudahkan orang-orang untuk

Page 10: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

menemukan vlog mereka, mengidentikan konten video yang mereka buat dengan

identitas diri mereka dan merepresentasikan konten vlog yang mereka buat.

2. Tipe Vlog dan Motif Generasi C Memproduksi Vlog

Wambrodt dan rekan-rekan dalam jurnalnya menjelaskan bahwa terdapat tiga

tipe utama vlog, yaitu: vlog pribadi, acara berita, dan vlog yang berorientasi pada

hiburan (Warmbrodt, dkk, 2010:44). Vlog peribadi berisi video-video yang dibuat

oleh vloggers tentang aktivitas kehidupan sehari-hari. Vlog acara berita berisi

video-video ulasan atau informasi yang dikemas seperti berita di televisi namun

bersifat informal, interaktif, dan terfokus pada budaya website. Sementara vlog

yang berorientasi pada hiburan berisi video-video bersifat informatif atau lucu.

Penelitian ini menemukan adanya 2 tipe vlog yang dibuat oleh generasi C

yaitu, vlog pribadi dan vlog berorientasi hiburan. Tipe vlog pribadi dibuat oleh

informan 1, informan 2, dan informan 4. Vlog pribadi yang dibuat oleh ketiga

informan tersebut berjenis daily vlog yang berisi video aktivitas keseharian seperti

saat jalan-jalan, makan, berkumpul dengan teman, bermain game dan profesi

sehari-hari yang dijalani.

Tipe vlog kedua adalah vlog berorientasi hiburan. Tipe vlog ini dibuat oleh

informan 3 bersama tim dan informan 4. Vlog berorientasi hiburan milik informan

3 dan tim tersebut berjenis informasi kuliner sementara vlog milik informan 4

berjenis prank. Vlog ini dibuat oleh informan bertujuan untuk dapat menghibur,

memberikan informasi kepada para penonton vlog mereka, dan menyalurkan hobi

yang mereka miliki serta menjadikan hobi tersebut sebagai sebuah profesi yang

memberikan keuntungan material. Dari kedua tipe vlog ini juga dapat diketahui

bahwa generasi C dapat memproduksi 2 tipe vlog dengan beragam tema konten

dalam satu channel.

Pembuatan konten vlog dengan beragam jenis dan tipe tentutnya didorong

oleh adanya motif dari vlogger. Hamid dan kawan-kawan dalam artikelnya

Motive, Meaning and Social Action of Youtube Content Creators in Indonesia

menjelaskan setidaknya terdapat tiga motif utama dan sebelas sub-motif seseorang

atau sekelompok orang memproduksi vlog di Youtube. Tiga motif utama tersebut

Page 11: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

adalah; (1) personal-use motives, (2) social motives, dan (3) commercials motives

(Hamid, dkk, 2018:233).

Penelitian ini menemukan bahwa vlogger generasi C dalam memproduksi

vlog memiliki lebih dari satu motif. Mereka cenderung mengawali produksi vlog

dengan motif personal-use motives (menghabiskan atau menggunakan waktu

luangnya, ingin memiliki karya dalam bentuk vlog, ingin terkenal) dan sharing

motives (ingin membagikan informasi dan pengalaman), namun seiring

berjalannya waktu motif tersebut berkembang menjadi lebih banyak dan

kompleks.

Personal-use motives dan sharing motives juga merupakan motif yang

dimiliki oleh semua vlogger generasi C. Sementara commercial motives sendiri

cenderung menjadi motif kelanjutan yang dimiliki oleh vlogger generasi C setelah

melihat peluang bahwa dari membuat vlog dapat dapat menghasilkan uang dari

berkolaborasi secara profesional dengan merek atau perusahaan dan menjadi

media iklan berbayar melalui kurasi mesin iklan ad sense. Namun tidak semua

vlogger generasi C memiliki motif ini.

3. Generasi C dalam Memproduksi Pesan dalam Konten Vlog

Produksi pesan atau message production oleh Barbara O’Keefe dijelaskan

melalui teori logika penyusunan pesan atau message design logic. Message

design logic didasari pada pengamatan O’Keefe terhadap pesan yang dibuat

orang-orang dalam situasi tertentu terlihat sama namun pada situasi lain terlihat

berbeda (O’Keefe, 1995:755).

Teori message design logic yang dirancang oleh Barbara J. O’Keefe

menjelaskan bahwa manusia berpikir dengan cara yang berbeda tentang

berkomunikasi dan membuat pesan serta mereka menggunakan logika yang

berbeda dalam memutuskan apa yang akan dikatakan kepada orang lain dalam

sebuah situasi (Littlejohn & Foss, 2009:188). Sementara Caughlin dan rekan-

rekannya menjelaskan bahwa “the design-logic” adalah sesuatu yang

menghubungkan antara tujuan dengan pesan, dimana pesan yang dirancang harus

mendukung logika untuk mencapai berbagai tujuan (Babrbour dkk, 2013:357).

Page 12: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

O’Keefe dalam teori message design logic menjelaskan bahwa terdapat tiga

logika dalam merancang pesan, yaitu: (a) logika ekspresif atau expressive logics,

(b) logika konvensional atau conventional logics, (c) logika retorika atau

rhetorical logics (Morissan, 2013:186-187). Dalam merancang pesan

komunikator bergantung pada salah satu atau setidaknya tiga logika desain pesan

tersebut.

Hasil penelitian untuk produksi pesan, generasi C dalam memproduksi konten

vlog menggunakan tiga logika desain pesan, yang terdiri dari; (a) logika

ekspresif; (b) logika konvensional; (c) logika retoris. Logika ekspresif dan logika

konvensional menjadi logika yang dominan digunakan oleh vlogger generasi C,

sementara logika retoris jarang digunakan dalam memproduksi vlog. Logika

ekspresif digunakan untuk penegasan identitas dan citra vlogger, hiburan dan

citra konten, serta penegasan dari situasi dan emosi tertentu yang dirasakan

vlogger. Logika konvensional digunakan untuk efektivitas penyampaian pesan,

penerimaan masyarakat, dan menghindari konflik. Logika retoris digunakan

untuk menarik sentimen positif masyarakat untuk mendukung tujuan sosial

tertentu, mengajak melakukan aktivitas baik dan sebagai pesan pelengkap pada

konten vlog.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah bahwa Dalam memproduksi konten vlog di YouTube, vlogger

generasi C lebih memilih menggunakan nama tidak asli atau identitas palsu dan

menggunakan foto profil yang berbeda-beda baik foto diri maupun gambar lain.

Ada dua macam tipe vlog yang diproduksi oleh generasi C di YouTube, yaitu:

vlog personal dan vlog berorientasi hiburan. Vlog personal sendiri berisi tentang

aktivitas keseharian vlogger generasi C sementara vlog berorientasi hiburan

memiliki konten lebih beragam seperti prank maupun ulasan kuliner.

Terdapat tiga motif utama vlogger generasi C dalam memproduksi vlog,

yaitu: personal-use motives atau motif penggunaan pribadi dan social motives atau

motif untuk keperluan sosial, serta commercial motives atau motif komersial

Page 13: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

untuk mendapatkan keuntungan dari pembuatan vlog. Personal-use motives dan

social motives menjadi motif yang mendasari generasi C memproduksi konten

vlog di YouTube.

Terdapat tiga jenis logika produksi pesan yang digunakan oleh vlogger

generasi C dalam memproduksi vlog di media sosial YouTube, yaitu: logika

ekspresif, logika konvensional, dan logika retoris. Logika ekspresif dan logika

konvensional merupakan logika dasar yang digunakan oleh vlogger generasi C

dalam memproduksi konten vlog di YouTube. Sementara logika retoris hanya

sebagai pesan pelengkap yang dibuat atau digunakan untuk tujuan sosial tertentu.

Sementara saran yang dapat peneliti rekomendasikan adalah sebaiknya

generasi C Vlogger Generasi C dalam memproduksi vlog dan mengunggahnya di

media sosial YouTube perlu untuk menampilkan identitas asli atau nama yang

merujuk pada identitas asli dalam konten vlog yang dibuat dan menggunakan foto

profil asli. Hal ini agar para penonton vlog lebih mempercayai kualitas isi konten

yang dibuat dan bentuk dari tanggung jawab atas konten vlog yang dibuat.

Generasi C dalam memproduksi vlog sebaiknya tidak selalu menonjolkan

tema kehidupan pribadi. Vlogger generasi C dapat lebih mengeksplorasi banyak

tema yang menarik dengan ragam tipe konten yang dibuat seperti tipe news vlog.

Vlogger generasi C juga perlu mengembangkan motif yang dimilikinya yaitu

commercial motive karena banyaknya peluang dari vlog dapat menjadi profesi dan

menghasilkan profit. Dengan adanya motif komersial, vlogger generasi C dapat

lebih tertantang untuk memproduksi konten vlog yang lebih baik.

Vlogger generasi C sebaiknya menyeimbangkan antara pesan ekspresif dan

konvensional yang diproduksi di dalam vlog. Beberapa diantaranya dengan

mengurangi dialog-dialog yang berbentuk umpatan serta melakukan sensor dan

filter pada dialog dan tindakan yang tidak sesuai norma yang berlaku di Indonesia.

Selain itu vlogger generasi C juga sebaiknya menyisipkan pesan retoris di dalam

vlog yang mereka buat seperti pesan-pesan moral atau ajakan melakukan

kebaikan.

Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu akses geografis informan

sehingga mayoritas informan memiliki latar belakang budaya Jawa dan lokasi

Page 14: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

penelitian yang berada di Jawa Tengah saja. Untuk penelitian selanjutnya variasi

informan dapat diperbanyak dengan berbagai latar belakang budaya dan cakupan

lokasi yang lebih luas. Keterbatasan lain dari penelitian ini adalah peneliti baru

dapat menjangkau vlogger dengan tipe vlog personal dan entertain. Penelitian

selanjutnya dapat meneliti vlogger generasi C yang memproduksi tipe vlog news.

Daftar PustakaAndrew F. Wood & Matthew J. Smith. (2005). Online Communication: Linking

Technology, Identity and Culture. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates, Inc.

Barbour, Joshua B., Jacocks, Cara W., Wesner, Kylene J. (2013). The Message Design Logic of Organizational Change. Communication Monographs, Vol. 80, No. 3, hal. 354 – 378.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Burgess, Jean dan Green, Joshua. (2009). Youtube Online Video and 7 Participatory Culture (first edition). Cambridge: Polity Press.

David, Eribka Ruthelia, dkk. (2017). Pengaruh Konten Vlog dalam Youtube terhadap Pembentukan Sikap Mahasiswa Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sam Ratulangi. E-journal “Acta Diurna”, Volume VI, No. 1.

Hamid, Farid U., Mulyana, A., Regina, M. (2018). Motive, Meaning and Social Action of Youtube Content Creators in Indoensia. Saudi Journal of Humanities and Social Sciences. Vol.-3, Iss-2.

Hardey, Mariann. (2011). Generation C: content, creation, connections and choice. International Journal of Market Research, Vol. 53, No.6.

Ipsos Media CT and Google Thinks. The Power of Gen C Connecting with Your Best Consumer. Think Insight Google, diakses pada 9 Oktober 2017, pukul 21.15 WIB. https://www.thinkwithgoogle.com/consumer-insights/the-power-of-gen-c-connecting-with-your-best-customers/.

Kietzmann, Jan H. dan Angell, Ian. (2014). Generation-C: creative consumers in a world of intellectual property rights. International Journal Technology Marketing, Vol. 9, No.1.

Littlejhon, Stephen W. dan Foss, Karen A. (2009). Teori Komunikasi Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika.

Molyneaux, Heather, dkk. (2008). Exploring the Gender Divide on Youtube: An Analysis of the Creation and Reception of Vlogs. American Communication Journal, Vol. 10, No. 2.

Page 15: JURNAL D1216076.docx · Web viewJURNAL POLA PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL GENERASI C (Studi Dekskriptif Kualitatif Penggunaan Identitas Online, Motif, dan Produksi Pesan dalam Konten …

Morissan. (2013). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nasrullah, Rulli. (2014). Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta: Prenadamedia Group.

O’Keefe, Barbara J. (1995). Identity and Influence in Social Interaction. Journal Argumentation 9: 785 – 800.

Pankraz, Dan. Introducing Generations C The Connected Collective Consumer. Nielsen Company, diakses pada 9 Oktober 2017, pukul 21.00 WIB. http://www.nielsen.com/us/en/insights/news/2010/introducing-gen-c-the-connected-collective-consumer.html.

Park, Namsu. (2009). Being Immersed in Social Networking Environment: Facebook Groups, Uses and Gratification. Journal of Psychology and Behavior, Vol. 12, No. 6.

Warmbrodth, Jhon. (2007). Understanding of the Videoblogger’s Community. International Journal of Virtual Communities and Social Networking, 2(2), 43-59.

Wood, N.T dan Solomon, M.R. (2009). Virtual Social Identity and Consumer Behavior. New York: M.E Sharpe.

Yadav, Gyan Prakash dan Rai, Jyotsna. (2017). The Generation Z and their Social Media Usage: A Review and a Research Outline. Global Journal of Enterprise Information System. Vol.9, Issue 2, Online ISSN: 0975-1432. DOI: 10.18311/gjeis/2017/15748.