d0210994.docx · web viewyang berarti “membuat sama”. pengertian diatas masihlah terlalu umum...
TRANSCRIPT
JURNAL
ANALISIS WACANA PEMBERITAAN “UJIAN NASIONAL” DALAM
PROGRAM KANAL 22 LPP TVRI STASIUN YOGYAKARTA PERIODE
13-23 APRIL 2015
Oleh:
PUTRO AGUNG NUGROHO
D0210094
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2017
ANALISIS WACANA PEMBERITAAN “UJIAN NASIONAL” DALAM
PROGRAM KANAL 22 LPP TVRI STASIUN YOGYAKARTA PERIODE
13-23 APRIL 2015
Putro Agung Nugroho
A. Eko Setyanto
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta Tahun 2017
Abstract
At the National Examination 2015 the government implements a new system called Computer Based Test (CBT). This is a program where the national exam is conducted using a computer and does not fill out the answer sheet anymore. This study intended to describe the independence of TVRI Yogyakarta in broadcast news related to Computer Based Test. This program is considered more practical and efficient. This study focused on channel TVRI Yogyakarta program Kanal 22 on edition 13-23 April 2015. This research type is descriptive qualitative. Using discourse analysis by Teun van Dijk. With text analysis, researchers will see how the thematic, schematic, semantic, synthetic, stylistic and rhetorical elements used by the media to build the discourse of the CBT national exam program on the news program Kanal 22 in accordance with the journalistic code of ethics.
This study has 2 conclusions, the first TVRI news station Yogyakarta is an independent news media and balancing. TVRI Yogyakarta news station is independent because they write news with facts and statistics. In the Journalistic Code of ethics, impartial independence, using balancing informants from each side have equal opportunity, and convey the facts. TVRI Yogyakarta news station presents a factual news, by presenting images that match with the news content. Provide accurate news, the interview statement with a relevant source. And also provide a balanced news, the sources not only from the government, but also from students and teachers. Therefore TVRI can be regarded as an independent media.
Keywords: Computer Based Test, independence of TVRI Yogyakarta.
PENDAHULUAN
Manusia tidak dapat lepas dari media. Melalui media manusia dapat
memperoleh informasi mengenai berbagai hal. Manusia juga diberikan
kesempatan untuk menyebarkan informasi melalui media. Penyebaran dan
perolehan informasi tersebut yang menghubungkan manusia dengan manusia
yang lainnya sebagai penikmat media sehingga fungsi media tidak lagi untuk
kepentingan individu melainkan kepentingan publik.
Media massa berkembang terus sejalan dengan perkembangan teknologi
komunikasi dan informasi. Seperti yang saat ini diantaranya yaitu media cetak
seperti surat kabar dan tabloid, dan media elektronik seperti radio, televisi dan
internet.
Pada tanggal 13 hingga 23 April 2015, TVRI Yogyakarta melalui
siaran Kanal 22 menayangkan beberapa berita mengenai ujian Nasional tingkat
SMA. TVRI selaku media milik pemerintah apakah bersikap netral dalam
menyiarkan berita mengenai “Ujian Nasional” yang dalam pelaksanaannya
dijalankan oleh Pemerintah. Ujian Nasional untuk tingkat Sekolah Menengah Atas
sendiri dilaksanakan pada 13-15 April 2015. TVRI Yogyakarta selaku media
massa selayaknya harus bersikap netral, namun TVRI Yogyakarta sendiri berdiri
di dua posisi, pertama TVRI adalah Media Massa yang harusnya bersikap netral.
Kedua TVRI sebagai lembaga yang didirikan oleh pemerintah. Disini peneliti
memilih berita yang ditayangkan oleh TVRI Yogyakarta lewat program Kanal 22
edisi 13-23 April 2015 sebagai obyek penelitian guna melihat apakah TVRI
Yogyakarta bersikap netral atau berpihak pada pemerintah dalam pemberitaannya.
Televisi sebagai media massa yang lebih diterima dalam masyarakat
dibanding media massa yang lainya berpeluang besar terhadap pembentukan opini
masyarakat dan pembentukan citra. Dalam suatu berita yang penting adalah
darimana angle berita tersebut ditunjukkan. Angle berita adalah sudut pandang
dari suatu peristiwa yang tertulis didalam sebuah berita. Memang benar bahwa
pemilihan angle sepenuhnya hak jurnalis. Jurnalis mempunyai kebebasan dalam
menentukan pilihan unsur berita mana yang ingin ditonjolkan, sesuai dengan
intended meaning yang diharapkan. Kenetralan media televisi secara absolut
memang sulit untuk direalisasikan, baik itu secara praktis maupun secara teoris.
Media televisi dalam menyajikan berita tentu saja memiliki 2 ruang penting dalam
proses pengangkatan berita. Pertama, ruang redaksi yang bertugas untuk
memproduksi tulisan atau tayangan berita. Kedua, ruang industri yang bertugas
dalam pendanaan dan pemasaran. Padahal kenetralan media telah diatur dalam
Undang-Undang Republik Indonesia pasal 36 ayat 4 tahun 2002 tentang penyiaran
yang menyebutkan, “isi siaran wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh
mengutamakan golongan.” Dari undang-undang tersebut dapat kita simpulkan
bahwa media seharusnya tidak memunculkan kesan menilai atau keberpihakanya
terhadap suatu pihak-pihak tertentu. Yang harus dilakukan media sebenarnya
hanya menampilkan informasi dengan sebenar-benarnya dan biarlah masyarakat
yang menilai sendiri.
Namun hal tersebut tidak dilakukan oleh beberapa stasiun televisi di
negara ini yang seringkali terlihat ketika mendekati Pemilu. Sering sekali kita
jumpai televisi-televisi swasta menayangkan iklan partai politik pemilik stasiun
televisi tersebut. Tentunya untuk televisi milik negara seperti TVRI tidak akan
terlihat keterpihakannya secara gamblang seperti televisi milik swasta.
Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas maka dapat
dirumuskan permasalahan sebagai berikut : “ Bagaimana netralitas siaran
berita dalam program Kanal 22 LPP TVRI Stasiun Yogyakarta terkait
dengan berita Ujian Nasional 2015?”
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi Sebagai Produksi dan Pertukaran Makna
Menurut Littlejohn dalam buku karya Deddy Mulyana (2005 : 41),
“komunikasi sulit didefinisikan.” Pasalnya, komunikasi adalah suatu topik yang
amat sering diperbincangkan, bukan hanya dikalangan ilmuwan komunikasi,
melainkan juga dikalangan awam sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki
banyak arti yang berlainan. Secara etimologis, kata komunikasi berasal dari kata
latin communis yang berarti “sama”, communico, communication, atau
communicare yang berarti “membuat sama”. Pengertian diatas masihlah terlalu
umum untuk dikatakan sebagai makna komunikasi.
Dalam buku karya Deddy Mulyana (2005: 62) Gerald R. Miller
mengatakan “ketika suatu gambar menyampaikan suatu pesan kepada penerima
dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”. Everett M.
Rogers mengatakan “komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber ke suatu penerima atau lebih dengan maksud untuk mengubah pemikiran
mereka”.
2. Teks Sebagai Wacana
Berbicara tentang wacana tentu tidak bisa dibebaskan dari bahasa sebagai
akar dari wacana itu sendiri. Eriyanto (2009 : 222) menjelaskan teks bukan suatu
yang datang dari langit, bukan juga suatu ruang hampa yang mandiri. Akan tetapi,
teks dibentuk dalam suatu praktik diskursus, suatu praktik wacana. Kalau ada teks
yang memarjinalkan wanita, bukan berarti teks tersebut suatu ruang hampa, bukan
pula suatu yang datang dari langit. Teks tersebut hadir dari representasi yang
menggambarkan masyarakat yang patriarkal.. Van Djik membuat suatu jembatan
yang menghubungkan elemen besar berupa struktur sosial tersebut dengan elemen
wacana yang mikro dengan sebuah dimensi yang disebut kognisi sosial. Kognisi
sosial tersebut memiliki dua arti. Disatu sisi menunjukkan bagaimana proses teks
tersebut diproduksi oleh wartawan atau media, disisi lain menggambarkan
bagaimana nilai-nilai masyarakat yang patriarkal itu menyebar dan diserap oleh
kognisi wartawan kemudian digunakan untuk membuat teks berita.
Van Djik (Eriyanto, 2009 : 225) melihat suatu teks terdiri dari atas
beberapa struktur atau tingkatan yang masing-masing bagian saling mendukung.
Ia membaginya kedalam tiga tingkatan. Pertama struktur makro. Ini merupakan
makna global/umum dari suatu teks yang diamati dengan melihat topik atau tema
yang dikedepankan dalam suatu berita. Kedua superstruktur. Ini merupakan
struktur wacana yang berhubungan dengan kerangka suatu teks, bagaimana
bagian-bagian teks tersusun kedalam berita secara utuh. Ketiga, struktur mikro
adalah makna wacana yang dapat diamati dari bagian kecil suatu teks yakni kata,
kalimat, proposisi, anak kalimat, parafrase, dan gambar.
Menurut Van Djik, meskipun terdiri dari atas berbagai elemen, semua
elemen tersebut merupakan suatu kesatuan, saling berhubungan dan mendukung
satu sama lain. Makna global dari suatu teks (tema) didukung oleh kerangka teks
dan pada akhirnya pilihan kata dan kalimat yang dipakai. Menurut Littlejohn
(Eriyanto, 2009 : 226), antara bagian teks dalam model Van Djik dilihat saling
mendukung, mengandung arti yang koheren satu sama lain. Hal ini karena semua
teks dipandang Van Djik mempunyai suatu aturan yang dapat dilihat sebagai
piramida. Makna global suatu teks didukung oleh kata, kalimat dan proposisi yang
dipakai. Pernyataan/tema pada level umum didukung oleh pilihan kata, kalimat,
atau retorika tertentu. Prinsip ini membantu peneliti untuk mengamati bagaimana
suatu teks terbangun lewat elemen-elemen yang lebih kecil.
3. Media Massa Dalam Kode Etik Jurnalistik
Kemerdekaan pers adalah hak asasi yang dilindungi Pancasila, Undang-
Undang Dasar 1945, dan deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB
kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan
berkomunikasi guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas
kehidupan manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan
Indonesia menyadari adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial,
keberagaman masyarakat, dan norma-norma agama. Dalam melaksanakan fungsi,
hak, kewajiban serta peranannya, pers menghormati hak asasi setiap orang.
Karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, wartawan indonesia memerlukan landasan moral dan etika
profesi sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik.dan
menegakkan integritas serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan indonesia
menetapkan dan menaati Kode Etik Jurnalistik.
Dalam kode etik jurnalistik, terdapat 11 pasal yang dibuat. Penelitian ini
akan mengamati peran media TVRI dengan mengacu pada pasal 1 yang berbunyi:
Pasal 1 : “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita
yang akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk”
Dengan mengacu pada pasal tersebut, maka teks berita harus bersifat
independen dan berimbang, apapun jenis medianya. Media massa dalam setiap
pemberitaannya haruslah bersifat netral terutama berita politik karena pemberitaan
yang bersifat tidak netral akan memberikan dampak yang besar terhadap
masyarakat, dimana masyarakat memiliki suara yang dapat diberikan pada salah
satu pasangan, yang suaranya sangat menentukan maju mundurnya suatu Negara
atau Daerah.
Maka dalam hal ini media harus bersifat netral dalam memuat berita tidak
memihak pada salah satu partai politik atau partai politik yang berkuasa sekalipun,
dan tidak mengarahkan masyarakat pembacanya untuk memilih pasangan tertentu
dengan maksud tertentu.Sehingga media lebih mengutamakan fungsinya sebagai
sumber informasi bagi masyarakat. Berita yang netral adalah berita yang tidak
memihak. (Mursito, 2012 : 16 ) Netralitas lebih diorientasikan pada fakta. Yang
pertama, adalah kelengkapan fakta. Berita yang netral adalah berita yang
mengungkapkan peristiwa dengan fakta-fakta yang lengkap, tidak ada
penambahan atau pengurangan. Yang kedua, adalah akurasi fakta. Berita harus
bisa menggambarkan peristiwa dengan bahasa yang jelas.
4. Analisis Wacana
Istilah analisis wacana adalah istilah umum yang dipakai dalam banyak
disiplin ilmu dan dengan berbagai pengertian. Meskipun ada gradasi yang besar
dari berbagai definisi, titik singgungnya adalah analisis wacana berhubungan
dengan studi mengenai bahasa/pemakaian bahasa. Paling tidak ada tiga pandangan
mengenai bahasa dalam analisis wacana. Pandangan pertama diwakili oleh kaum
positiveme-empiris. Dalam hal ini, bahasa dilihat sebagai jembatan antara
manusia dan obyek diluar dirinya. Pengalaman-pengalaman manusia dianggap
dapat secara langsung diekspresikan melalui penggunaan bahasa tanpa ada
kendala atau distorsi, sejauh ini ia dinyatakan dengan memakai pernyataan-
pernyataan yang logis, sintaksis, dan memiliki hubungan dengan pengalaman
empiris. Salah satu ciri dari pemikiran ini adalah pemisahan antara pemikiran dan
realitas.
Menurut Eriyanto (2009 : 6) wacana sebagai praktik sosial menyebabkan
suatu hubungan dialektis di antara peristiwa diskursif tententu dengan situasi,
institusi dan struktur sosial yang membentuknya. Praktik wacana bisa
menampilkan efek ideologi dan dapat memproduksi dan mereproduksi hubungan
kekuasaan yang tidak seimbang dlaam sistem sosial. Oleh karena itu analisis
wacana dimaksudkan sebagai suatu analisis untuk membongkar maksud dan
makna-makna tersembunyi dari subyek yang mengemukakan suatu pernyataan.
Kerangka Pemikiran
Televisi merupakan bentuk komunikasi melalui media massa yang
ditujukan untuk massa atau khalayak luas. ini mempunyai fungsi untuk
memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan mempengaruhi.
Televisi akan dikonsumsi oleh masyarakat atau perusahaan sebagai sarana
informasi untuk mengetahui perkembangan yang ada di dunia sekitarnya.
Oleh karena itu obyektivitas dan netralitas perlu dikedepankan, dalam arti
mengungkapkan fakta-fakta yang lengkap, serta berita bisa
menggambarkan peristiwa dengan bahasa yang jelas (akurat).
Metodelogi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi (1989 : 51) jenis
penelitian yang penulis gunakan termasuk dalam kategori penelitian deskriptif
kualitatif. Deskriptif berarti penulis berusaha mendeskripsikan, menggambarkan
atau melukiskan fakta-fakta secara sistematis dan akurat dan tidak hanya terbatas
pada pengumpulan dan penyusunan data tetapi meliputi analisa dan interpretasi
tentang arti data secara kualitatif. Sementara penelitian deskriptif diterapkan untuk
melakukan pengukuran terhadap fenomena tertentu.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kognisi sosial
dengan tokoh utamanya Van Djik. Model Van Djik digunakan dalam analisis
wacana ini karena pendekatannya terbilang kompeherensif dan dapat membantu
kita dalam membongkar ideologi yang terkandung sebuah teks media. Dalam
analisis wacana Van Djik, pendekatan tidak hanya difokuskan pada analisis teks
semata. Melainkan ruang lingkup yang membentuk teks itu sendiri sehingga
membentuk sebuah wacana. Wacana merupakan konstruksi realitas yang
terbentuk dalam tiga dimensi yakni teks itu sendiri, kognisi sosial dan konteks
sosial. Teks adalah sebuah produk konstruksi realitas dimana setiap bagian-bagian
atau struktur-struktur yang ada didalamnya terintegrasi dan saling mendukung,
sehingga ketika sebuah teks dimaknai dan dianalisis maka sebuah aspek yang
saling mendukung (yang ada didalam teks) tersebut harus diteliti secara
keseluruhan. Pemahaman terhadap keseluruhan teks akan memudahkan kita untuk
mengurai wacana yang terkandung didalam sebuah teks.
2. Objek Penelitian
Objek yang menjadi penelitian adalah keseluruhan pemberitaan yang
berkaitan dengan ujian nasional tahun 2015 pada program Kanal 22 yang
disiarkan oleh TVRI stasiun Yogyakarta, dimana pemberitaan tersebut dimulai
dari 13 April 2015 hingga 23 April 2015.
3. Sumber Berita
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata
atau tindakan. Dalam penelitian sumber data yang menjadi acuan penulis
terdiri dari dua macam. Pertama, data primer yakni teks berita oleh TVRI
dalam program berita Kanal 22 yang berkaitan dengan ujian nasional
2015. Sumber data kedua adalah data sekunder, berupa buku-buku,
internet, jurnal ilmiah maupun referensi-referensi lain berkaitan dengan
tema yang penulis angkat.
4. Metodelogi Penelitian
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis wacana
sebagai pendekatan analisis. Analisis wacana berkaitan erat dengan sikap ideologi,
kognitif maupun sosio-culture yang mendasari terbentuknya teks tertulis seperti
berita, tajuk rencana, kolom opini maupun artikel oleh media yang bersangkutan.
Menurut Scot Jacobs ada tiga jenis masalah yang dapat dilacak
menggunakan analisis wacana. Pertama, masalah makna yaitu berhubungan
dengan hal bagaimana orang memahami pesan-pesan atau informasi-informasi
apa yang terkemas dalam struktur pesan. Kedua, masalah tindakan yakni
berkenaan dengan persoalan bagaimana cara yang digunakan oleh seseorang
untuk mendapatkan sesuatu dengan pesan-pesan yang disampaikan. Ketiga,
koherensi yakni berkenaan dengan persoalan bagaimana menyusun pola-pola
perbincangan yang mudah diterima dan logis serta prinsip bagaimana yang
dipakai dalam menjalin suatu pertanyaan lain (Scot dalam Pawito, 2007 : 104).
Table 1.1 Elemen Wacana Van Dijk
STRUKTUR HAL YANG DIAMATI ELEMEN
Struktur MakroTematik Tema/topik yang
dikedepankan dalam suatu beritaTopik
Super Struktur
WACANA Skematik Bagaimana
bagian dan urutan berita dalam teks
berita utuh
Skema
Struktur Mikro
Semantik Makna yang ingin
ditekankan dalam teks berita. Missal
dengan member detil pada satu sisi
atau membuat eksplisit satu sisi dan
mengurangi detil sisi lain
Latar, detail, maksud,
praanggapan,
nominalisasi
Struktur MikroSintaksis Bagaimana kalimat
(bentuk susunan) yang dipilih
Bentuk kalimat,
koherensi, kata ganti
Struktur MikroStilistik Bagaimana pilihan kata
yang dipakai dalam teks beritaLeksikon
Struktur MikroRetoris Bagaimana dan dengan cara
penekanan dilakukan
Grafis, metafora,
ekspresi
Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada prinsipnya
dimaksudkan untuk memberikan makna terhadap data, menafsirkan atau
mentransformasikan data ke dalam bentuk-bentuk narasi. Narasi ini kemudian
mengarah pada temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah yang
akhirnya sampai pada kesimpulan final.
Validitas dan Triangulasi Penelitian
Validitas (validity) data dalam penelitian komunikasi kualitatif
lebih menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh setelah
mengidentifikasi teks dengan elemen wacana Teun van Dijk (tematik,
skematik, semantik, sintaksis, stilistik, retoris) yang menonjol dalam teks
wacana pemberitaan “ujian nasional” dalam program kanal 22 LPP TVRI
Stasiun Yogyakarta periode 13-23 april 2015 dihubungkan netralitas
media sesuai dengan kode etik jurnalistik.
Sajian dan Analisis Data
Kanal 22 Untuk memenuhi tujuan penulisan tersebut, yang
dijadikan sampel adalah tayangan berita Kanal 22 TVRI Yogyakarta
tanggal 13 April s/d 23 April 2015 yang menyiarkan delapan berita,
yakni :
1. Berita 1 : Bupati Bantul pantau UNAS SMA 1 Kasihan.
2. Berita 2 : Siswa lebih senang dengan sistem CBT.
3. Berita 3 : Siswa SMA resah hadapi UN sistem CBT.
4. Berita 7 : Siswa kecewa ada dugaan kebocoran soal UN.
5. Berita 8 : Siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta ungkap kebocoran soal UN.
Terhadap kedelapan berita tersebut dilakukan analisis memalui
dengan urutan sebagai berikut :
Analisis Wacana teks berita dengan teori Van Djik.
Analisis teknik pengambilan gambar.
Analisis Teks
Secara tematik, teks berita dengan judul “bupati bantul pantau unas
sma 1 kasihan” ini mengangkat tema utama mengenai bupati bantul Sri
Surya Widati memantau jalannya ujian nasional tingkat SMA dan
sederajat pada hari pertama. Informasi ini dijelaskan dalam lead berita
dimana diinformasikan bahwa ujian nasional bukanlah penentu kelulusan.
Pada berita pertama ini unsur What-lah ini yang ditonjolkan, terlihat dari
judul dan body pada berita pertama. Dalam berita satu memiliki 7 kalimat
dan satu statement serta 4 sub bahasan. Secara skematik Kanal 22
menjelaskan pada lead 1 mengenai Ujian Nasional yang tidak lagi mejadi
menentukan kelulusan siswa. Lalu pada lead 2 disebutkan bahwa lembaga
dan siswa di daerah bantul sudah melakukan persiapan dengan matang.
Pada sub berikutnya menjelaskan bahwa bupati bantul memantau jalannya
ujian nasional. Pada sub berikutnya menjelaskan bahwa siswa
berkomitmen untuk meraih hasil yang maksimal.
Skematik tersebut didukung dengan detil yang menonjol dari
uraian berita 1, Kanal 22 menggunakan Unsur detail, dan maksud untuk
menjelaskan bupati bantul memantau jalannya ujian nasional.
Hari ini ujian nasional serentak diselenggarakan sekolah tingkat SMA, SMK dan
sederajat. Bupati bantul sri surya widati saat memantau pelaksanaan UN di SMA
negeri satu kasihan bantul mengatakan, UN bukan penentu kelulusan.
Dari awal memberitakan tentang bupati Sri Surya Widati
melakukan pantauan akan jalannya ujian nasional, berita ini bermaksud
mengarahkan pembaca untuk memandang bahwa pemerintah tidak tinggal
diam dan turut memantau akan jalannya ujian nasional meskipun hasilnya
bukan penentu hasil kelulusan.
Dari segi semantik yang ditunjukan dalam berita ini adalah elemen
detail seperti pada kalimat kelima pada berita pertama ini menekankan
bahwa persiapan yang dilakukan oleh dinas pendidikan setempat sudah
cukup maksimal. Bermaksud memancing pembaca agar berpendapat
bahwa kinerja dinas pendidikan atau instansi pemerintah terkait sudah
cukup maksimal dalam mempersiapkan ujian nasional.
Dari pemantauan bupati bantul sri surya widati di beberapa sekolah,
pelaksanaan UN berlangsung lancar dan baik.
Sedangkan elemen lesikon terlihat pada penggunaan kata “pantau”
pada judul “bupati bantul pantau unas sma 1 kasihan”. Kemudian pada
body kata “pantau” diganti dengan “memantau” dan “pemantauan” yang
berarti melakukan pantauan, kenapa Kanal 22 memilih kata “memantau”
daripada kata yang lain (sinonim) seperti melihat, mengecek, karena kata
memantau yang berarti lebih dalam (melihat lebih dalam) bermaksud
memberitahukan bahwa pemerintah benar-benar melakukan tindakan
dalam melaksanakan proses ujian nasional dan “pemantauan” dapat berarti
bahwa tindakan ini sudah dilakukan.
Analisis Gambar
Analisis gambar dapat dilakukan dengan melihat sinkronisasi
antara teks berita dengan gambar yang ditampilkan apakah sudah sesuai
dengan naskah yang dibuat. Pada berita I, terdapat beberapa gambar
(visualisasi) yang tidak sesuai dengan narasi/teks yang dibacakan. Sebagai
contoh, ketika reporter membacakan narasi:
Kepala SMA negeri satu kasihan bantul Suharja mengatakan, peserta UN yang
berjumlah 230 siswa, berkomitmen meraih hasil maksimal. mengharumkan nama sekolah
dan siswa mudah diterima di perguruan tinggi negeri.
Ketika narasi di atas dibacakan, seharusnya gambar yang
ditampilkan adalah gambar gambar kepala sekolah SMA 1 Kasihan
Bantul. Namun kenyataannya, pada berita I yang dimunculkan adalah
medium shot para guru yang sedang berkumpul, sehingga kita tidak tahu
apakah kepala sekolah SMA 1 Kasihan benar-benar ada disitu dan
memberikan pernyataan. Namun sebagian besar gambar dan narasi pada
berita I sudah sesuai. Kita dapat mengambil contoh ketika narasi:
Bupati bantul sri surya widati saat memantau pelaksanaan UN di SMA negeri
satu kasihan bantul mengatakan, UN bukan penentu kelulusan. namun siswa diharapkan
tetap fokus agar mampu meraih hasil yang lebih maksimal.
Pada bagian narasi ini visual yang ditampilkan adalah Medium
Shot siswa siswi berada dalam kelas. Long Shot Bupati Bantul tiba dengan
para stafnya lalu berkeliling SMA 1 Kasihan Bantuk guna melakukan
sidak.
Dalam berita pertama ini ditemukan banyak akurasi data seperti
bupati bantul yang melakukan pemantauan secara langsung dan ujian
Nasional yang dilakukan secara serentak pada hari itu.
Berita 2
Analisis Teks
Secara tematik berita kedua yang berjudul “Siswa lebih senang
dengan sistem CBT” ini mengangkat tema utama bahwa sistem CBT lebih
mudah dan efisien oleh para peserta Ujian Nasional. Hal tersebut terlihat
dari kalimat ke-3 dan ke-4 pada berita tersebut.
Sistem computer based test, atau UN berbasis komputer tidak sesulit yang
dibayangkan.
Usai mengerjakan soal ujian nasional CBT sejumlah siswa keluar ruangan ujian
tampak ceria, anand sanjaya dan luluk sekar ariyati siswa SMK Negeri Depok Dua
menilai sistem CBT lebih efisien, karena saat menjawab tidak harus menghitamkan kertas
dengan pensil.
Berita dua ini terdiri dari 7 kalimat dan 2 statement serta 3 sub
bahasan. Secara skematik Kanal 22 menjelaskan mengenai sistem CBT
yang baru pertama kali diaplikasikan, terlihat pada lead berita.
Dan mengenai sistem CBT yang menurut para siswa lebih efisien
terlihat pada body berita.
Anand Sanjaya dan Luluk Sekar Ariyati siswa SMK Negeri Depok
Dua menilai sistem CBT lebih efisien, karena saat menjawab tidak harus
menghitamkan kertas dengan pensil.
Serta menjelaskan bagaimana sistem CBT berjalan, terlihat pada
kalimat terakhir berita kedua ini.
Naskah soal baru dapat dibuka menjelang ujian pukul 7.30, karena terlebih dulu
disinkronisasi dari puspendik kemendikbud ke server sekolah, setelah selesai
mengerjakan soal, data diunggah ke puspendik kemendikbud.
Berita ke-2 ini menggunakan elemen detail yang menekankan pada
unsur Why. Sesuai dengan judul berita yang mengatakan bahwa sistem ini
lebih disenangi dan pada body berita dijelaskan kenapa sistem CBT lebih
disenangi oleh para siswa bagaimana cara sistem CBT ini berkeja,
disampaikan pada kalimat terakhir.
Dalam berita kedua ini menggunakan elemen lesikon, terlihat dari
judul berita. Pemilihan kata “lebih” bertemu dengan kata “senang”
sehingga menciptakan maksud yang terlihat kuat sehingga mengarahkan
bahwa pemerintah telah sukses menerapkan sistem baru ini.
Analisis Gambar
Analisis gambar dapat dilakukan dengan melihat inkronisasi
antara teks berita dengan gambar yang ditampilkan apakah sudah sesuai
dengan naskah yang dibuat. Pada berita 2, terdapat beberapa gambar
(visualisasi) yang tidak sesuai dengan narasi/teks yang dibacakan. Sebagai
contoh, ketika reporter membacakan narasi:
Naskah soal baru dapat dibuka menjelang ujian pukul tujuh.30, karena terlebih
dulu disinkronisasi dari puspendik kemendikbud ke server sekolah, setelah selesai
mengerjakan soal, data diunggah ke puspendik kemendikbud.
Ketika narasi dibacakan hanya ditunjukan para siswa mengerjakan
Ujian, tidak ditunjukan pukul berapa naskah ujian dapat di buka. Dalam
berita II ini unsur akurat dan factual tetap dijaga didukung oleh statement
para siswa yang mengakui bahwa system CBT ini lebih efisien daripada
system yang lama. Sinkronisasi gambar hanya ada satu narasi yang tidak
sesuai dengan gambar yang disertakan.
Berita 3
Analisis Teks
Pada berita ketiga yang berjudul “siswa SMA resah hadapi UN
sistem CBT” secara tematik terlihat dari judul berita yang dan diperkuat
oleh lead yang menyebutkan.
Sejumlah siswa di gunungkidul merasa khawatir pada ujian nasional berbasis
komputer. pada saat latihan sebelumnya, terjadi kendala, para siswa tidak bisa log in dan
listrik padam.
Berita ketiga ini terdiri dari 9 kalimat dan 2 statement serta 3 sub
bahasan. Pada lead menyebutkan beberapa siswa di daerah Gunungkidul
merasa khawatir pada ujian nasional yang berbasis CBT dikarenakan pada
saat latihan sebelumnya terjadi kendala berupa mati listrik dan siswa tidak
bisa log in. pada lead ini wartawan memasukkan elemen detail Why,
dengan langsung menjelaskan alasan kenapa para siswa merasa cemas.
Wartawan, dalam lead ini memilih kata “merasa” padahal bisa saja diganti
dengan kata mengaku. Dalam kalimat ini kata “merasa” dipilih karna
terkesan lebih lemah dibandingkan dengan mengaku. Pada sub bahasan
berikutnya menginformasikan bahwa di daerah Gunungkidul hanya
terdapat 7 sekolah yang menggunakan sistem CBT dalam Ujian Nasional
kali ini. Berita tersebut ingin memancing pemirsa untuk berpikir apakah
hanya terdapat 7 sekolah di wilayah Gunungkidul, ataukah memang sistem
ini belum bisa diterapkan oleh semua sekolah.
Pada sub basahan selanjutnya Kanal 22 mengangkat soal Ujian
Nasional kali ini dipantau langsung oleh direktorat pembinaan SMA dan
kementerian pendidikan dan kebudayaan, dan beliau mengatakan
pelaksaan UN hari pertama berjalan lancar. Seperti yang tertera pada
kalimat ke 9. Pada kalimat ini elemen detail diterapkan, dikatakan bahwa
ujian dipantau langsung oleh instansi pemerintah terkait.
Analisis Gambar
Analisis gambar dapat dilakukan dengan melihat sinkronisasi
antara teks berita dengan gambar yang ditampilkan apakah sudah sesuai
dengan naskah yang dibuat. Pada berita 3, terdapat beberapa gambar
(visualisasi) yang tidak sesuai dengan narasi/teks yang dibacakan. Sebagai
contoh, ketika reporter membacakan narasi:
Tujuh sekolah di gunung kidul melaksanakan ujian nasional berbasis komputer,
salah satunya SMA negri satu wonosari, yang merupakan satu – satunya SMA yang
mengadakan ujian sistem CBT di DIY.
Ketika narasi di atas dibacakan, seharusnya gambar yang
ditampilkan adalah sekolah-sekolah yang menggunakan system CBT.
Namun kenyataannya, pada berita 3 yang dimunculkan adalah medium
shot para siswa mengerjakan ujian, sehingga kita tidak tahu apakah siswa
tersebut benar-benar siswa SMA negri satu Wonosari atau bukan. Hal
tersebut di atas merupakan salah satu contoh ketidaksesuaian gambar dan
narasi berita. Dalam berita 3 ini terdapat beberapa gambar yang tidak
sinkron dengan narasi saat diucapkan.
Sejumlah siswa mengaku resah dengan sistem yang baru pertama kali
dilaksanakan ini, karena saat latihan sebelumnya mengalami berbagai kendala seperti
tidak bisa log in (masuk) dan mati listrik.
Di gunungkidul sendiri ada tujuh sekolah yang melaksanakan ujian nasional.
Ketika narasi diatas diucapkan gambar yang ditunjukkan adalaha
gambar siswa mengerjakan Ujian. Gambar tersebut tidak mewakili narasi
yang diucapkan. Namun pada berita 3 ini didukung oleh statement siswa
bernama Havil Wintas yang mengungkapkan rasa khawatir akan sistem
yang baru pertama diterapkan ini.
Berita 7
Analisis Teks
Secara tematik berita 7 adalah tentang ada dugaan kebocoran soal
UN. Berita 7 secara skematik terdiri dari 7 kalimat termasuk 2 statement
dan 4 sub bahasan. Yang pertama adalah mengenai dugaan bocornya soal
ujian mata pelajaran ipa untuk SMA. Kemudian mengenai Tsaqif Wismadi
yang mengirimkan surat kepada pihak UGM supaya tidak menggunakan
hasil UN sebagai penentu ujian masuk universitas. Lalu mengenai
statement bapak Agus Santosa selaku kepala sekolah SMA Negeri 3
Yogya yang mengaku menyesal sampai terjadi kebocoran soal. serta para
siswa SMA 3 yang berharap agar pemerintah lebih serius dalam mencegah
terjadinya kebocoran soal, agar ujian nasional benar-benar bisa dijadikan
tolak ukur kemampuan siswa.
Berita 7 ini menggunakan elemen praanggapan, terlihat dari
penggunaan kata “dugaan” daripada kata seperti telah terjadi, . Kata
“dugaan” dipilih untuk memperkuat bahwa kebocoran soal masih
dipertanyakan benar tidaknya. Karena bukti tautan internet pun sudah
tidak dapat diakses lagi. Namun praduga tersebut terbantahkan oleh
statement Tsaqif Wismadi yang mengatakan bahwa dirinya memiliki bukti
screen capture dari handphone temannya terkait kesamaan soal ujian
dengan soal latihan ujian dari tautan tersebut ternyata sama persis.
Analisis Gambar
Analisis gambar dapat dilakukan dengan melihat sinkronisasi
antara teks berita dengan gambar yang ditampilkan apakah sudah sesuai
dengan naskah yang dibuat. Pada berita 7, semua gambar dan narasi
tersusun secara sinkron. Serta dari seluruh gambar yang disajikan
menunjukan fakta dan akurasi yang sangat detil.
Berita 8
Analisis Teks
Unsur tematik dalam berita 8 ini adalah mengenai “ungkap
kebocoran UN, siswa SMA N 3 Yogyakarta dapat penghargaan KPK”.
Secara skematik berita 8 terdapat 8 kalimat dan 2 statement dengan dua
topic bahasan, yang pertama mengenai kebocoran soal mata pelajaran IPA
yang sempat terjadi dan yang kedua mengenai KPK berikan penghargaan
untuk lima orang siswa yang berani mengungkap terjadinya kebocoran
soal UN. Elemen detail berita 8 ini terletak pada kalimat terakhir “
kejujuran dan keberanian para siswa ini, merupakan nilai dasar untuk anti-
korupsi yang patut ditiru dan dihargai”. Wartawan memilih kata “patut”
bertemu dengan “ditiru” bertujuan agar pemirsa menanamkan nilai
kejujuran dan keberanian pada diri masing-masing.
Analisis Gambar
Analisis gambar dapat dilakukan dengan melihat sinkronisasi
antara teks berita dengan gambar yang ditampilkan apakah sudah sesuai
dengan naskah yang dibuat. Pada berita 8, terdapat beberapa gambar
(visualisasi) yang tidak sesuai dengan narasi/teks yang dibacakan. Sebagai
contoh, ketika reporter membacakan narasi:
Selain menyampaikan kepada pihak sekolah, kebocoran soal UN
juga disampaikan melalui surat terbuka kepada universitas gajah mada
Yogyakarta, agar tidak menjadikan hasil ujian nasional sebagai referensi
Kesimpulan
Jika kembali memaknai independensi dalam kode etik jurnalistik
yang berlaku, tidak sebatas hanya pada pemilihan narasumber yang
berimbang, tetapi juga harus menyampaikan fakta, beritanya akurat, dan
tidak memiliki itikad buruk ketika menulis berita tersebut, maka TVRI
dapat dikatakan independen. TVRI menyajikan berita sesuai dengan data
di lapangan yang berisi tanggapan narasumber yang dipilih. Berita yang
ditulis TVRI dinilai akurat yaitu dapat dipercaya dan sesuai keadaan
secara obyektif ketika peristiwa terjadi. TVRI dikatakan independen
adalah jika memperhatikan berita-berita TVRI dengan mengacu pada
salah satu kriteria prinsip lembaga penyiaran publik yaitu sikap tidak
memihak. Maka TVRI dalam program berita Kanal 22 ini dapat dikatakan
tidak memihak pada siapapun. Sikap tidak memihak terjadi dari beberapa
praktek sederhana:
1. Tidak ada fakta dalam berita dihilangkan oleh TVRI. Jadi sikap independen
mencakup keadaan lengkap.
2. TVRI tidak mengorbankan atau menghilangkan fakta-fakta penting (faktual)
dan relevan. Jadi sikap tidak memihak mencakup relevansi.
3. TVRI tidak memihak karena berita tidak menyesatkan atau menipu pembaca
secara sengaja maupun tidak sengaja. Maka sikap tidak memihak mencakup
kode etik jurnalistikujuran terhadap pembaca.
Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, peniliti menyarankan:
1. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan riset mengenai wacana
pemberitaan, penelitian ini dapat dijadikan acuan meskipun menggunakan
pendekatan dan metode yang berbeda dengan penelitian ini. Hal itu semata
hanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih luas lagi dalam
menganalisis wacana berita.
2. Bagi penelitian selanjutnya, dapat mengambil periode setelah penelitian
ini. Karena teks berita mengenai netralitas TVRI masih terus berkembang
hingga saat ini. Sehingga diharapkan penelitian dapat dilakukan lebih
menyeluruh.
3. Bagi penonton, sebaiknya lebih kritis dalam memaknai apa yang disajikan
oleh media swasta maupun lembaga penyiaran publik saat ini. Karena
tidak semua media bersikap netral dalam melakukan proses pemberitaan.
4. Untuk pihak TVRI, terutama program Kanal 22 perlu lebih menyesuaikan
penyajian gambar dengan isi berita yang disajikan, karena terdapat
beberapa kalimat yang tidak sesuai dengan gambar yang disajikan.
DAFTAR PUSTAKAAbede Pareno, Sam. (2002). Kuliah Komunikas. Surabaya: Papyrus.Dennis, McQuail. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta : Erlangga.Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta:
LKiS Printing Cemerlang.Eriyanto. 2009. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta.Eriyanto. 2009. Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta.Eriyanto. Analisis Framing Konstruksi, Ideologi dan Politik Media. Yogyakarta:
LKiS Printing Cemerlang.Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu komunikasi Teori dan Praktek. Bandung.Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi. 1989. Metode Penelitian Survey. Jakarta.Maurer, Peter. 2011. Explaining Perceived Media Influence in Politics. 56. 27. Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya.Mursito, BM. 2006. Memahami Institusi Media. Jawa Tengah.Nimmo, Dan. 2000. Komunikasi Politik-Khalayak dan Efek. Bandung : PT
Remaja Rosdakarya.Pawito. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta.Rodney Benson dan Matthew Bowers, 2011. Public Media and Political
Independence. 1-71.Gazali, Efendi. 2002. Penyiaran Alternatif tapi Mutlak; Sebuah Acuan Tentang Penyiaran Publik dan Komunitas.Jakarta. Penerbit Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP UI.William L. Rivers dan Cleve Mathews, 1994. Etika Media Massa. Jakarta.