d 62109265

Upload: reynaldo-frastin-pasang

Post on 16-Jul-2015

450 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

PENGOLAHAN BAHAN GALIAN

MAKALAH PENGOLAHAN BAHAN GALIAN PENGOLAHAN MINERAL EMAS

OLEH REYNALDO FRASTIN PASANG D62109265

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN JURUSAN TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

MAKASSAR 2011

Daftar Isi

Daftar isi Bab 1 Pendahuluan Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Kekayaan alam, teknologi dan lingkungan 2.2 Defensi emas 2.3 Tujuan pengolahan emas 2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan emas Bab III Mineral Logam 3.1 Genesa pembentukan mineral logamemas 3.2 Sifat fisik dan kimia emas 3.3 jenis-jenis bijih emas dan distribusinya di indonesia maupun dunia Bab IV Metode pengolahan emas 4.1 jenis teknologi pengolahan emas 4.2 Pemilihan teknologi pengolahan emas Bab V Hasil Bab VI kesimpulan

i 1

2-3 3-4 4 4-6

7-9 9- 10 10

11-17 18-19 20-23 24-25

2

BAB I PENDAHULUAN Telah diketahui oleh banyak orang bahwa Indonesia memiliki banyak sumber daya emas; ada yang berkadar tinggi namun ada pula yang berkadar rendah, dan ada pula yang berukuran besar dan ada pula yang berukuran kecil. Semuanya merupakan anugerah Tuhan bagi kita semua bangsa Indonesia, baik bagi mereka yang hidup di masa lampau, masa kini, maupun masa mendatang. Namun, dapatkah kita memanfaatkan kekayaan alam ini sebaik-baiknya? Apakah kekayaan ala mini telah memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi kita sendiri ataukah malah sebaliknya kita merugi? Coba kita bercermin pada apa yang terjadi di sekitar kita, masyarakat telah memperoleh manfaat atas keberadaan urat-urat emas di daerahnya. Teknik yang dipakai adalah penggalian urat-urat emas dan pengolahan batuan (bijih) emas dengan air raksa (merkuri) dalam gelendung. Bijih emas yang kadarnya rendah tidak diolah dan dibuang. Demikian pula ampas gelundungnya dibuang. Sementara itu, sebagian air raksa terbawa dengan ampas gelundung dan sebagian lagi terbuang ke udara sewaktu dilakukan pemisahan emas dari air raksa. Kebijakan pemerintah mengenai usaha PSK (Pertambangan Skala Kecil) merupakan wujud kepedulian pemerintah dalam upaya meningkatkan peran serta rakyat kecil dalam usaha pertambangan. Namun, kebijakan ini akan berhasil apabila masyarakat sendiri memahami apa yang sedang dikerjakan dan apa yang seharusnya dilakukan. Bukan beebicara tentang meningkatkan kegiatan, tetapi yang lebih penting adalah meningkatkan kemampuan dan pengetahuan sehingga mudah-mudahan nantinya dapat bertindak bijak dan rasional. Oleh karena itu, perlu dipahami beberapa pengertian yang berkaitan dengan aspek kekayaan alam, teknologi dan lingkungan. Makalah ini akan membahas tentang mineral logam emas sebagai bagian dari kekayaan alam yang tak terbarukan,genesa pembentukan, kemudian dilanjutkan dengan teknologi yang menekankan pada pengolahan emas secara umum dan perkembangannya.

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEKAYAAN ALAM, TEKNOLOGI DAN LINGKUNGAN Dalam hubungan dengan aspek kekayaan alam, ada dua pengertian yang perlu dipahami. Pertama, emas adalah komoditi yang tidak dapat diperbaharui. Artinya, sekali emas diambil dari tempatnya di kulit bumi, kekayaan alam ini akan hilang selamanya dari tempat itu. Kedua, emas ditemukan di alam dengan konsentrasi yang rendah. Keberadaan emas di dalam kulit bumi sebesar 0,003-0,004 gram/ton (g/t). kandungan emas di dalam cebakan emas berkisar antara 1,7 gram per ton sampai dengan 34 gram per ton ( di beberapa urat secara terbatas mungkin lebih besar lagi ), dan rata-rata sebesar 10-17 gram per ton (konsentrasi yang ekonomis untuk diolah). Dalam hubungan dengan aspek teknologi ada lima pengertian yang perlu dipahami,yakni 1. Pertambangan mencakup kegiatan eksplorasi, penambanga, pengolahan dan pemasaran. 2. Penambangan bertujuan menyediakan batuan/bijih yang akan diolah dengan

memperhatikan kondisi dan kualitas urat. Apabila instalasi pengolahan dapat mengolah bijih yang berkadar, misalnya 10 gram per ton, maka diupayakan pengaturan agar urat yang kaya dan urat miskin terambil. Jadi apabila kita mengambil urat yang kaya saja tentu urat yang miskin akan tetinggal, dengan akibat bahwa penambangan dan pengolahan nantinya akan menjadi sulit. 3. Pengolahan bertujuan memperoleh nilai tambah dan menghindari pemborosan kekayaaan alam. Nilai tambah berarti bahwa jika kita menjual bulyon (emas) harganya tentu akan lebih tinggi dari pada apabila kita menjual bijih emasnya. Apabila teknologi pengolahannya dipilih dan dikerjakan dengan baik dan benar, maka tidak ada emas yang terbuang. Namun apabila teknologi pengolahannya telah ditentukan dan tidak dapat diubah, sehingga hanya sebagian emas yang terambil, maka bagian lainnya perlu disiapkan untuk dapat diolah di masa mendatang. 4. Terjadinya pemborosan kekayaan alam akan dimengerti apabila diketahui kandungan yang sebenarnya dalam batuan (bijih). 5. Kelima ialah teknologi pengolahan emas bervariasi dari yang sederhana dengan modal kecil sampai yang canggih dengan modal besar.4

Yang terakhir aspek yang berhubungan dengan lingkungan. 1. pertambangan dinilai sebagai kegiatan yang merusak lingkungan. Dalam tahap penambangan atau penggalian. Pemandangan akan berubah dan bahkan mungkin yang indah menjadi buruk, apabila kegiatan penambangan dilakukan di permukaan. Dan, apabila kegiatan dilakukan di bawah tanah, bahaya mengancam oleh lubang tambang yang ditinggalkan. 2. Kegiatan pengolahan menghasilkan limbah berupa bahan padat atau bahan cair. Dalam kaitannya dengan pengolahan emas, sudah dipastikan limbah yang dihasilkan mencemari lingkungan karena menggunakan bahan beracun. Bahan beracun ini dapat

membahayakan baik kepada orang yang melakukan pengolahan itu sendiri maupun pada masyarakat sekitarnya.

2.2. DEFENISI EMAS Emas adalah logam mineral yang

merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Logam ini juga merupakan logam pertama yang ditambang karena sering

dijumpai dalam bentuk logam murni. Bahan galian ini sering dikelompokkan ke dalam logam mulia (precious metal). Penggunaan emas telah dimulai lebih dari 5000 tahun yang lalu oleh bangsa Mesir. Emas digunakan untuk uang logam dan merupakan suatu standar untuk sistem keuangan di beberapa negara. Di samping itu emas juga digunakan secara besar-besaran pada industri barang perhiasan Emas merupakan logam yang bersifat lunak dan mudah ditempa. Tingkat kekerasannya berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs). Berat jenisnya dipengaruhi oleh jenis dan kandungan logam lain yang berpadu dengannya. Umumnya emas didapatkan dalam bentuk bongkahan, tetapi di Indonesia hal tersebut sudah jarang ditemukan. Batuan berkadar emas rendah merupakan batuan5

yang mengandung emas lebih kecil dari 100 mg emas dalam 1 kg batuan. Emas ialah unsur kimia dalam sistem periodik unsur dengan simbol Au (aurum) dan nomor atom 79. Emas merupakan logam lembut, berkilat, berwarna kuning, padat, dan tidak banyak bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia, walau dapat bereaksi dengan klorin, fluorin dan akua regia. Logam ini selalu ada dalam bentuk bongkahan dan butiran batuan maupun dalam pendaman alluvial. (Esna, 1988). Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak dan berat jenis tinggi. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan perak. Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit. Pertama sebagai urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Endapan lain adalah placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Selain itu, emas sering ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga. (Addison, 1980). 2.3.TUJUAN PENGOLAHAN EMAS Logam emas adalah komoditi yang unik. Baik produsen maupun konsumen senang apabila harganya naik. Produsen senang karena keuntungannya bertambah dengan naiknya harga emas. Sementara itu, konsumen senang karena simpanannya akan mempunyai nilai yang lebih tinggi.. Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku perhiasan dan benda-benda seni. Selain itu, karena konduktif, emas penting dalam aplikasi elektronik. Kegunaan lain ada di bidang fotografi, pigment, dan pengobatan. 2.4.FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEROLEHAN EMAS Pengetahuan tentang mineralogy emas sangat diperlukan dalam memahami teknologi pengolahan emas. Keberhasilan atau kegagalan penerpan suatu teknologi pengolahan dapat dimengerti atau dijelaskan oleh kondisi mineralogy batuan (bijih) emas yang sedang dikerjakan. Mineralogy dari batuan (bijih) emas yang dimiliki harus diketahui sebelum menentukan teknologi pengolahan yang akan diterapkan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas adalah: 1. Mineral-mineral pembawa emas Emas urai merupakan mineral emas yang amat biasa editemukan di alam. Mineral emas

6

yang menempati urutan kedua dalam keberadaannya di alam adalah electrum. Minerl-mineral pembawa emas lainnya sangat jarang dan langka. Mineral-mineral emas dapat dilihat pada table dibawah ini Table 1. mineral-mineral pembawa emas

2. Ukuran butiran mineral emas Ukuran butiran mineral-mineral pembawa emas (misalnya emas urai atau elektrum) berkisar dari butiran yang dapat dilihat tanpa lensa (bebnerapa nm) sampai partikel-partikel berukuran fraksi (bagian) dari satu mikron (1 mikron= 0,001 mm= 0,0000001 cm). ukuran butiran biasanya sebanding dengan kadar bijih, kadar emas yang rendah dalam batuan (bijih) menunjukkan butran yang halus. 3. Mineral-mineral induk Emas berasosiasi dengan kebanyakan mineral yang biasa membentuk batuan. Bila ada sulfida, yaitu mineral yang mengandung sulfur/belerang (S), emas biasanya berasosiasi dengan sulfida. Pirit merupakan mineral induk yang paling biasa untuk emas. Emas ditemukan dalam7

pirit sebagai emas urai dan elektrum dalam berbagai bentuk dan ukuran yang bergantung pada kadar emas dalam bijih dan karakteristik lainnya. Selain itu emas juga ditemukan dalam arsenopirit dan kalkopirit. Mineral sulfida lainnya (lihat tabel 3) berpotensi juga menjadi mineral induk bagi emas.Bila mineral sulfida tidak terdapat dalam batuan, maka emas berasosiasi dengan oksida besi (magnetit dan oksida besi sekunder), silikat dan karbonat, material berkarbon serta pasir dan krikil (endapan plaser) Table 2. mineral induk berupa sulfida

4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk Dari sudut pandang pengolahan/metalurgi ada tiga variasi distribusi emas dalam bijih. Pertama, emas didistribusikan dalam retakan-retakan atau diberi batas antara butiran-butiran mineral yang sama (misalnya retyakan dalam butiran mineral pirit atau dibatasi antara dua butiran mineral (pirit). Kedua, emas didistribusikan sepanjang batas diantara butiran-butiran dua mineral yang berbeda ( misalnya dibatas butiran pirit dan arsenopirit atau dibatas antara butiran mineral kalkopirit dan butiran mineral silikat). Dan yang ketiga emas terselubung dalam mineral induk (misal, emas terbungkus ketat dalam mineral pirit).

8

BAB III MINERAL LOGAM 3.1. GENESA PEMBENTUKAN MINERAL LOGAM EMAS Emas merupakan logam yang banyak digunakan sebagai perhiasan dan cadangan devisa negara. Hal ini dikarenaka sifat emas yang lunak dan mudah ditempa. Emas memiliki kekerasan berkisar antara 2,5 3 (skala Mohs) dan berat jenis yang tergantung pada kandungan logam dan jenis logam lain yang berpadu di dalam emas. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral ikutan (Gangue Minerals). Mineral ikutan umumnya berupa kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar dan sejumlah kecil mineral non logam. Mineral pembawa emas juga berasosiasi dengan endapan sulfida yang telah teroksidasi. Mineral pembawa emas terdiri dari emas nativ, elektrum, emas telurida, sejumlah paduan senyawa emas dengan unsur-unsur belerang, antimon dan selenium. Elektrum sebenarnya jenis lain dari emas native yang memiliki kandungan perak di dalamnya > 20%. Cebakan emas di dalam bumi terdapat dua jenis, yaitu pertama emas alluvium (emas sekunder) terdapat bersama endapan sungai berupa pasir atau kerakal. Emas alluvium merupakan obyek tambang rakyat karena penambangannya yang sangat sederhana dan sangat mudah ditambang. Kedua adalah emas primer yang juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu dalam bentuk porphiry copper (tembaga porfiri) merupakan mineral ikutan dari logam utama tembaga. Tipe porfiri biasanya volumenya besar. Profiri copper merupakan cebakan emas dalam batuan massif (gunung). Emas primer yang lain adalah berupa endapan emas epitermal yang bentuk vein (urat) dan biasanya memiliki cadangan yang kecil. Indonesia termasuk dalam 7 atau 8 produsen emas penting di dunia. Sumber daya emas Indonesia sebesar 10.000 ton, sedangkan cadangannya sebesar 3.450 ton. Angka ini belum termasuk endapan alluvial yang diperkirakan sebesar 167 ton dengan angka produksi rata-rata 90 ton per tahun. Maka emas Indonesia dapat ditambang hingga 100 tahun ke depan.

9

Emas dalam bentuk cebakan (mineral deposit) di alam dijumpai dalam dua tipe, yaitu cebakan emas primer dan emas sekunder. Cebakan emas primer terbentuk oleh aktifitas hidrotermal yang membentuk tubuh bijih dengan kandungan mineral utama silika. Cebakan emas primer mempunyai bentuk sebaran berupa urat atau tersebar pada batuan. Proses erosi, transportasi dan sedimentasi yang terjadi terhadap hasil disintegrasi cebakan emas pimer akan menghasilkan cebakan emas sekunder. Emas sekunder dapat berada pada tanah residu dari cebakan emas primer sebagai endapan koluvial, kipas aluvial dan umumnya terdapat pada endapan sungai. Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu: 1. endapan primer; 2. endapan plaser (sekunder). Kandungan emas dalam cebakan bijih logam dapat dikategorikan sebagai komponen utama atau bisa juga merupakan komoditas ikutan, hal ini tergantung pada tipe cebakannya. Pada cebakan Cu-Au tipe porfiri komoditas utama berupa tembaga, sedangkan emas dan perak sebagai mineral ikutan. Cebakan bijih emas tipe urat kuarsa epitermal, emas merupakan komoditas utama dan perak sebagai bahan ikutan. Sebaran cebakan bijih emas yang berupa urat kuarsa pada satu wilayah dapat dijumpai dalam bentuk beberapa urat tunggal atau berupa zona urat. Panjang bijih emas urat kuarsa dapat mencapai tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk beberapa kilometer dan ketebalan beberapa kumpulan butiran emas dengan tekstur meter, dapat pula lebih kecil berupa urat dengan permukaan kasar. Akibat proses tersebut, panjang hanya beberapa meter, tebal beberapa butiran-butiran emas pada cebakan emas sentimeter. Bijih emas selain mengandung unsur lain sebagai komoditas ikutan yang dapat bernilai ekonomi, sering juga dijumpai berasosiasi dengan mineral dengan kandungan unsur berbahaya bagi lingkungan. Unsur-unsur tersebut antara lain Hg As, Cd dan Pb. Cebakan bijih emas dengan karakteristik fisik dan kimianya memungkinkan untuk ditambang dan diolah menggunakan peralatan dan teknologi sederhana, sehingga banyak dijumpai pertambangan emas yang diusahakan oleh masyarakat setempat.

10

Emas sekunder (alluvial) pada umumnya alluvial menempati cekungan Kuarter berupa lembah sungai yang membentuk morfologi dataran atau undak. Cebakan terdiri dari bahan bersifat lepas atau belum terkonsolidasi secara sempurna, berukuran pasir kerakal, dapat berselingan dengan lapisan lempung atau lanau. Lapisan pembawa emas berupa lapisan tunggal atau perulangan memiliki kemiringan relatif datar, ketebalan hingga beberapa meter dengan kedalaman relatif dangkal. Kelimpahan kandungan emas ke arah vertikal dan lateral sangat heterogen (erratic). Bentuk butiran emas umumnya cenderung pipih. Potensi sumber daya emas aluvial di Indonesia banyak dijumpai di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua. Endapan pembawa emas alluvial disusun oleh fragmen dan matriks, terpilah buruk sampai baik. Fragmen berukuran kerikil sampai kerakal, kadang disertai berangkal sampai bongkahan yang umumnya berbentuk membulat. Matriks terdiri dari mineral berat dan mineral ringan. Cebakan emas alluvial dapat dijumpai berupa tanah lapukan dari cebakan bijih emas primer (eluvial), endapan koluvial, endapan fluviatil dan endapan pantai. Cebakan emas pada tanah lapukan dari cebakan emas primer mempunyai sumber daya kecil, bijih emas primer merupakan batuan resisten cenderung membentuk morfologi terjal, sehingga tanah penutup cenderung tipis dan mudah tererosi. Cebakan emas koluvial mempunyai pemilahan buruk, fragmen penyusun berukuran bervariasi hingga dapat mencapai ukuran bongkah. Penyebaran pada daerah sempit di sekitar tekuk atau punggung lereng perbukitan. Pada alur sungai stadium muda, cebakan emas alluvial dijumpai berupa endapan dengan sebaran sempit pada sepanjang badan sungai dengan fragmen penyusun yang umumnya berukuran kasar, sebagian besar mengandung bongkah. Pada endapan sungai stadium dewasa sampai tua dapat dijumpai cebakan emas dengan sebaran luas. Ketebalan alluvial mengandung emas dapat mencapai beberapa meter, lebar beberapa ratus meter dan panjang beberapa kilometer. Selain umumnya terdapat pada endapan berumur Resen - Kuarter, cebakan emas letakan dapat dijumpai juga pada batuan lebih tua berupa konglomerat. Cebakan emas alluvial yang umum ditemukan di Indonesia dalam bentuk endapan kipas alluvial, endapan gravel bars, endapan channel, endapan dataran banjir dan endapan pantai.

3.2. SIFAT-SIFAT FISIK DAN KIMIA EMAS Logam emas merupakan logam yang tahan akan korosi,mudah ditempa dan relatif stabil di alam karena tidak banyak bereaksi dengan kebanyakan bahan kimia. oleh karena itu, logam ini11

banyak dimanfaatkan di berbagai kehidupan manusia. pada saat ini, emas banyak digunakan sebagai perhiasan, cadangan kekayaan negara, medali, elektroda, dan komponen di dalam komputer. oleh karena itu, emas memiliki nilai ekonomi yang tinggi. pada tabel 2.1 berikut ini ditampilkan sifat-sifat fisik dan kimia dari logam emas.

3.3. JENIS-JENIS BIJIH EMAS DAN DISTRIBUSINYA DI INDONESIA MAUPUN DUNIA

Emas umumnya didapatkan dari batuan atau mineral. Mineral ikutan umumnya adalah kuarsa, karbonat, turmalin, flourpar, electrum, emas telurida, dan sejumlah kecil mineral non logam. Namun, karena sifat kimia dari logam emas yang relatif tidak reaktif maka emas dapat diemukan dalam bentuk nativ atau bentuk murninya. Sejumlah paduan dan senyawa emas juga dapat ditemukan dengan unsur-unsur belerang, antimon, dan selenium. Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. (Setiabudi, 2005). Selain itu, emas sering ditemukan dalam penambangan bijih perak dan tembaga. Penambangan emas dilakukan besar-besaran untuk memenuhi permintaan dunia, diantaranya ditambang di Afsel, Autralia, USA, Meksiko, Brasil, dan negara lainnya.

12

BAB 1V METODE PENGOLAHAN EMAS

4.1. JENIS TEKNOLOGI PENGOLAHAN EMAS Teknologi pengolahan emas memanfaatkan sifat-sifat emas, baik fisika maupun kimia. Teknologi pengolahan emas yang dapat diterapan untuk bijih emas adalah 1. Konsentrasi gavitasi, 2. Flotasi, 3. Ekstraksi a. amalgasi b. pelindihan 4. Metalurgi 5. Elektrolisis a. Konsentrasi gavitasi adalah suatu metode pengolahan yang berdasarkan gravitasi atau gaya tarik bumi. Karena berat jenis berdasarkan gaya tarik bumi, maka konsentrasi gravitasi bertujuan memisahkan butiran mineral berharga (emas) dari butiran-butiran mineral lainnya dalam bijih dengan menggunakan perbedaan berat jenis antara mineral emas dan mineral-mineral lainnya. Dengan beat jenis 15,5-19,3, butiran emas urai akan mengendap lebih dahulu daripada butian-butiran lain yang berat jenisnya berkisar antara 2,6 (kuasa) sampai 7,5 (galena). Alat yang digunakan adalah kotak slus, jig dan meja goyang. Konsentrasi gravitasi adalah teknologi yang termurah, dan biasabnya diterapkan pada biji plaser (endapan sungai) dimana butiran emas bebas dan berukuran kasar (tanpa melalui pemecahan atau penggerusan). Walaupun teknologi ini (dikombinasikan dengan teknologi lain) dipakai juga untuk bijih emas primer pada beberapa kasus, namun teknologi ini tidak akan dibahas secara khusus.

b. Flotasi adalah suatu metode pengolahan yang bertujuan memisahkan butiran mineral berharga (emas) dari butian mineral-mineral lainnya dengan menggunakan perbedaan dalam kemampuan menempel pada gelembung udara antara butiran mineral berharga (emas) dan mineral-mineral lainnya. Beberapa bahan kimia digunakan dalam metode ini:13

1. Zat pembuih, yaitu bahan kimia yang membuat gelembung udara tiodak pecah (dalam air) 2. Zat pengumpul, yaitu bahan kimia yang membuat butiran emas menempel paad gelembung udar 3. Zat pengaktif, yaitu bahan kimia yang mengaktifkan mineral induk sehingga zat pengumpul bekerja efektif. 4. Zat penekan, yaitu bahan kimia yang mencegah mineral lain menempel pada gelembung udara. 5. Zat pengatur pH yaitu bahan kimia yang mengatur keasaman atau kebasaancairan (asam untuk menuunkan pH dan kapur untuk menaikkan pH) Walaupun flotasi biasa dikombinasikan dengan teknologi lain, tidak berdiri sendiri, teknologi ini sangat penting karena disejajarkan dengan sianida dalam hal ukuran butiran yang diolah dan tingkat perolehan emas. C. Ekstraksi adalah proses pemisahan berdasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur.. Dalam mengekstraksi logam dari bijihnya, tidak semua tahapan proses harus dilakukan. Apabila suatu bijih secara teknologi dapat diolah langsung dengan proses hidrometalurgi, maka faktor selanjutnya yang mempengaruhi pemilihan proses adalah faktor ekonomis. Dalam skala industri, pelindian sianidasi merupakan suatu proses hidrometalurgi yang paling ekonomis dan hingga kini telah diterapkan pada berbagai pabrik pengolahan emas di dunia. Istilah proses pelindian yang selektif dipakai dengan tujuan agar dapat memilih pelarut tertentu yang dapat melarutkan logam berharga tanpa melarutkan pengotornya. Logam emas sangat mudah larut dalam KCN, NaCN, dan Hg, sehingga emas dapat diambil dari mineral pengikatnya melalui amalgamasi (Hg) atau dengan menggunakan larutan sianida (biasanya NaCN). Selain itu emas dapat larut pada aquaregia, dengan persamaan reaksi : Au(s) + 4HCl(aq) + HNO3(aq) HAuCl4(aq) + NO (g) + 2H2O(l)

Untuk keperluan ekstraksi dari bijihnya, proses dengan melibatkan senyawa sianida dapat diterapkan pada ekstraksi logam emas. Emas membentuk berbagai senyawa kompleks. Terdapat dua metoda pilihan yang dapat diterapkan dalam ekstraksi emas yaitu sianidasi dan amalgamasi C.1 . Amalgasi adalah suatu metode pengolahan emas yang menggunakan sifat emas yang mudah dibasahi air raksa dalam air. Teknologi ini dapat berdiri sendiri, tidak dikombinasikan14

dengan teknologi lain. Mekanisme Amalgamasi Air raksa atau merkuri (Hg), pad temperature (suhu) kamar, adalah zat cair. Bila terjadi kontak antara merkuri (zat cair) deengan logam (zat padat), maka air raksa membasahi dan menembus logam untuk membentuk larutan padat merkuri-logam yang disebut amalgam. Proses yang terjadi disebut amalgamasi. Logam-logam yang dapat membentuk amalgam adalah emas, perak, tembaga, timah, cadmium, seng, alkali dan alkali tanah. Paduan merkuri-emas disebut amalgam emas, yang mempunyai rumus kimia dari kombinasi 2 atau bahkan 3 dari 4 rumus kimia berikut ini yaitu AuHg2, Au2Hg, Au3Hg atau AuHg. Kelarutan emas dalam air raksa bertambah dengan naiknya temperature. Pada temperature kamar kandungan emas dalam amlgam kira-kira 0,14% Au, sedangkan pada temperatu 1000C sebesar 0,65% Au. Produk amalgasi bijih emas selanjutnya disebut amalgam, karena tidak hanya mengandung emas melainkan juga logam lain terutama perak dan tembaga. Ukuran Butiran Butiran emas yang bebas, tidak terselubung mineral induk, menjadi pasyarat dalam amalgasi, sehingga pembasahan emas dalam bijih emas bervariasi dari yang kasa (bijih emas yang kaya) sampai yang halus (bijih emas yang miskn). Dengan demikian batuan atau bijih perlu dipecah atau digerus sampai diperoleh butiran emas yang bebas (tidak terselubung oleh mineral induk). Namun, kenyataan menunjukkan bahwa butiran emas yang berukuran lebih besar dari 0,074 mm yang dapat diolah dengan teknik amalgamasi. Gangguan Amalgamasi Keberhasilan amalgamasi ditentukan oleh dua kondisi, yaitu (1) kondisi mineralogy dari bijih yang diolah dan (2) kondisi pulp (campuran material padat yang halus dan air). Kondisi yang buruk menyebabkan butiran emas tidak dapat dibasahi oleh merkuri dam merkuri terpecah menjadi partikel-partikel halus, sehingga amlgamasi tidak dapat berlangsung secara baik. Butiran emas yang berasal dari bijih emas primer yang tidak teroksidasi biasanya bersih dan mengkilap. Kondisi ini baik untuk amlgamsi. Namun, butiran emas yang berasal dari bijih yang teroksidasi biasanya kusam dan sering dilapisi oleh oksida besi. Emas kusam mengurangi kemampuan beramalgamasi dan emas yang dilapisi oksida besi cendrung tidak bisa beramalgamasi. Untuk menghindari terdapatnya emas kusam dan emas yang dilapisi oksida besi dapat dicegah secar mekanik (sambil menggerus).15

Pengikatan Emas oleh Merkuri Pengikatan emas oleh merkuri atau amalgamasi dapat dilakukan dengan menggunakan 4 jenis cara atau alat yaitu pelat, kantong, penggerusan dan pencampuran. Perolehan Emas Cara perolehan emas (bulyon) dan juga merkuri (cair) disajikan pada gambar 1. Penggarangan dan pengembunan Hg dilakukan dalam ruangan tertutup.

C.2. Pelindia/ sianida adalah suatu metode pengolahan emas yang menggunakan sifat emas yang larut dalam bahan kimia tertentu. Apabila bahan kimia yang dipakai adalah sianida, maka pelindian dengan sianida disebut sianidasi. Teknologi pengolahan emas ini sangat penting karena sampai saat ini dipandang sebagai teknologi standar untuk pengolahan emas. Produksi emas dunia kebanyakan berasal dari hasil teknologi sianida. Metode pelarutan emas dengan sianida, antara lain adalah : a) Metode heap leaching (pelindian tumpukan) yaitu pelindian emas dengan cara menyiramkan larutan sianida pada tumpukan bijih emas (diameter bijih < 10 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur. Air lindian yang mengalir di dasar tumpukkan yang kedap kemudian di kumpulkan untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Kemampuan ekstraksi emas berkisar 35 65 %.

16

b) VAT leaching : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas (diameter bijih < 5 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada bak kedap. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk dilakukan proses berikutnya. Proses pelindian berlangsung antara 3 7 hari dan setelah itu tangki dikosongkan untuk pengolahan bijih yang baru. Kemampuan ekstraksi emas berkisar 40 70 %. c) Agitated tank leached : pelindian emas yang dilakukan dengan cara merendam bijih emas (diameter < 0.15 cm) yang sudah dicampur dengan batu kapur dengan larutan sianida pada suatu tangki dan selalu diaduk atau diaerasi dengan gelembung udara. Lamanya pengadukan biasanya selama 24 jam untuk menghasilkan pelindian yang optimal. Air lindian yang dihasilkan kemudian dikumpulkan untuk kemudian dilakukan proses berikutnya. Kemampuan ekstraksi emas dapat mencapai lebih dari 90 %. Pemisahan logam emas dari larutannya, dilakukan dengan cara: a) Pengendapan dengan menggunakan serbuk Zn (Zinc precipitation/ Process Merill Crowe). Penggunaan serbuk seng (Zn) merupakan salah satu cara yang efektif untuk larutan yang mengandung konsentrasi emas kecil. Serbuk seng yang ditambahkan ke dalam larutan kaya, akan mengendapkan logam emas dan perak dalam bentuk ikatan seng emas yang berwarna hitam. Proses selanjutnya dilakukan penambahan asam sulfat pada endapan tersebut yang akan melarutkan Seng dan meninggalkan emas sebagai residunya. Untuk meningkatkan perolehan emas dari proses merill crowe dilakukan dengan cara melebur emas yang dicampur dengan borax dan siliceous fluxing agent pada temperatur 12000C b) Penyerapan dengan menggunakan karbon aktif. Penyerapan dengan menggunakan karbon aktif saat ini banyak digunakan dalam proses sianidasi pada skala industri pertambangan besar maupun pertambangan rakyat di Indonesia. Karbon aktif yang dipergunakan dapat berasal dari arang batok kelapa,maupun arang kayu yang lain dengan ukuran pallet yang dipergunakan umumnya berdiameter antara 1- 2 mm. Kemampuan penyerapan emas dari arang batok kelapa ini mencapai 10 15 g emas untuk setiap kg-nya, namun umumnya hanya berkisar 2 5 g emas untuk setiap kg-nya. Karbon aktif dapat digunakan pada larutan kaya yang sudah jernih melalui kolom maupun pada tangki pelindian, baik itu dengan cara menggantungkan karbon yang terletak pada kantong permeable (carbon in leach-CIL) maupun dengan mencampurkan karbon aktif langsung pada bubur campuran bijih (carbon in pulp-CIP).

17

Proses selanjutnya dilakukan pemisahan emas dari karbon yang dapat dilakukan dengan beberapa cara: (1) Membakar karbon yang mengandung emas sehingga yang akan tertinggal berupa abu dan logam emas. Cara ini paling sederhana namun sulit dikontrol apabila dilakukan di tempat terbuka. Jika terdapat kandungan merkuri dalam karbon tersebut akan menghasilkan asap merkuri yang beracun yang akan membayakan penambang dan lingkungan. (2) Merendam karbon (carbon stripping) tersebut pada larutan yang mengandung 2 g sianida per liter larutan dan dipanaskan sampai mendekati temperatur didih air (80 90 C) pada tangki baja (stainless steel) selama paling tidak 2 hari. Larutan hasil proses ini kemudian diolah dengan proses merill crowe di atas atau dengan cara electro winning. (Permen-LH No.23 Tahun 2008). 00 C.

d. Metalurgi adalah proses pengolahan bahan-bahan alam menjadi logam unsur yang selanjutnya menjadi logam dengan sifat-sifat yang diinginkan. Bahan anorganik alam yang ditemukan di kerak bumi disebut mineral, contohnya bauksit dan aluminosilikat, sedang mineral yang dapat dijadikan sumber untuk memproduksi bahan secara komersial disebut bijih. Bijih logam yang18

paling umum adalah berupa oksida, sulfida, karbonat, silikat, halida dan sulfat. (Rosenqvist, 1974). Metalurgi melalui tiga tahapan, yaitu: 1. Pemekatan Bijih Di dalam bijih mengandung batuan tak berharga yang disebut batureja (ganggue). Pemekatan bijih bertujuan untuk menyingkirkan sebanyak mungkin batureja. Biji dihancurkan dan digiling sehingga butiran terlepas dari batureja. Pemisahan selanjutnya dapat dilakukan dengan cara fisis seperti pengapungan (flotasi) atau penarikan dengan magnet. Pada proses pengapungan, bijih yang telah dihancurkan diberi minyak tertentu. Mineral akan melekat pada buih sehingga terlepas dari batureja atau batureja akan melekat pada buih. 2. Peleburan (smelting) adalah proses reduksi bijih sehingga menjadi logam unsur yang dapat digunakan berbagai macam zat seperti karbid, hidrogen, logam aktif atau dengan cara elektrolisis. Pemilihan zat pereduksi ini tergantung dari 3 kereaktifan masing-masing zat. Makin aktif logam makin sukar direduksi, sehingga sehingga diperlukan pereduksi yang lebih kuat. Logam yang kurang aktif seperti tembaga dan emas dapat direduksi hanya dengan pemanasan. Logam dengan kereaktifan sedang seperti besi, nikel dan timah dapat direduksi dengan karbon, sedang logam aktif seperti magnesium dan aluminium dapat direduksi dengan elektrolisis. Seringkali proses peleburan ditambah dengan fluks, yaitu suatu bahan yang mengikat pengotor dan membentuk zat yang mudah mencair, yang disebut terak. 3. Pemurnian (refining) adalah penyesuaian komposisi kotoran dalam logam kasar. Beberapa cara pemurnian antara lain elektrolisis, destilasi, peleburan. (Jakson, 1986). e. Elektrolisis adalah peristiwa penguraian elektrolit oleh arus listrik searah dengan menggunakan dua macam elektroda. Pada sel elektrolisis energi listrik menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Dalam larutan elektrolit, zat terlarut mengalami ionisasi. Kation (ion positif) akan bergerak ke katoda, dan anion (ion negatif) akan bergerak ke anoda. Elektroda tersebut adalah katoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub negatif) dan anoda (elektroda yang dihubungkan dengan kutub positif). Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, yaitu anion (ion negatif) ditarik oleh anoda dan jumlah elektronnya berkurang sehingga bilangan oksidasinya bertambah, sedangkan pada katoda terjadi reaksi reduksi.

19

4.2. PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN EMAS Teknologi pengolahan emas bervariasi dari yang sederhana dengan modal kecil sampai yang canggih dengan modal besar. Pemilihan teknologi pengolahan emas yang akan dipakai ditentukan oleh lima factor utama, yaitu : 1. Komposisi dan kondisi mineralogy dari bijih emas 2. Pengaruh setiap komponen mineral terhadap berbagai teknologi pengolahan emas yang tersedia. 3. Jumlah bijih yang dapat disiapkan. 4. Biaya investasi ( peralatan, bangunan, dll.) 5. Biaya produksi ( bahan kimia, listrik, tenaga kerja, dll). Dipandang dari sudut kemudahan dimengerti dan tingkat kesulitan dalam penerapannya, teknologi pengolahan emas dibagi menjadi dua grup. Grup pertama adalah konsentrasi grafitasi dan amalgamasi, sdangkan flotasi dan pelindian dengan sianida digolongkan kedalam grup kedua. Grup pertama mudah dimengerti dan tidak sulit untuk diterapkan, sehingga biaya investasi dan biaya prioduksinya rendah. Oleh karena itu, kedua teknologi ini biasa digunakan untuk mengolah bijih dalam skala kecil. Sementara itu, flotasi dan sianidasi sulit dipahami dan memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga biaya investasi dan produksinya tinggi. Oleh Karena itu, grup kedua biasa diterapkan untuk mengolah bijih dalam skala menengah sampai besar. Karena teknologi konsentrasi gravitasi dan amalgasi sederhana atau dibuat sederhana, maka perolehan emasnya pun semakin rendah. Sebaliknya teknologi flotasi dan sianidasi tidak mudah untuk dibuat sederhana, sehingga perolehan emasnya tinggi pengertian perolehan didapat sebagai perbandingan, dalam persen (%), antara berat emas dalam produk (hasil pengolahan) dan emas dalam umpan (sebelum diolah). Pengertian ektraksi dalam pelindian dapat dijelaskan dalam bentuk persamaan berikut:

Dipandang dari sudut jenis produk yang dihasilkan, maka teknologi pengolahan emas dibagi20

dalam kelompok konsentrasi dan kelompok ekstraksi. Dalam hal ini, konsentrasi gravitasi dan flotasi dikelompokkan dalam satu grup yaitu grup konsentrasi. Kedua teknologi ini memiliki persamaan yaitu dan produk merupakan merupakan mineral atau kumpulan mineral. Jadi, kedua teknologi bertujuan untuk menigkatkan nilai tambah dengan menaikkan kadar emasnya, semula kadar emas dalam umpan rendah, namun setelah diolah kadar emas dalam produk menjadi lebih tinggi. Sementara itu, amalgasi dan sianidasi dimasukkan kedalam kelompok ekstraksi. Emas dalam umpan diekstraksi secar fisika (amalgamasi) atau secara kimia (sianidasi). Produk pengolahan tidak lagi berbentuk mineral melainkan menjadi bentuk lain, yaitu paduan merkuri emas (dalam hal amalgamasi) atau larutan emas sianida (dalam hal sianidasi). Konsentrasi gravitasi merupakan teknologi pengolahan emas yang paling sederhana. Komposisi mineralogy tidak menjadi masalah karena ada perbedaan berat jenis yang besar antara mineral emas dan mineral lainnya. Yang menjdi masalah adalah ukuran butiran emas. Konsentrasi gravitasi berhasil baik apabila butiran emas berukuran kasar, yaitu labih besar dari 0,074mm. amalgamasi pun akan berhasil baik apabila diterapkan pada butiran emas yang kasar seperti untuk konsentrasi grafitasi. Namun perlu dicatat bahwa mineralogy perlu diperhatikan dalam amalgamasi. Karena masalah yang timbul dapat dijelaskan dengan mengetahui mineralogy bijih yang diolah. Apabila butiran emas berukuran halus, yaitu lebih kecil dari 0,074 mm maka teknologi pengolahan emas sebaiknya menggunakan flotasi atau sianidasi. Dengan semakin menipisnya bijih emas yang berkadar tinggi, kita berhadapan dengan bijih emas berkadar rendah (sampai 2,84 gram per ton atau mungkin lebih rendah lagi). Hal ini berarti butiran emas semakin halus. Situasi ini membawa kita semakin jauh memperhatikan teknologi pelindian (dengan sianida atau bahan lain yang sedang dikembangkan).

21

BAB V HASIL

Emas adalah logam mineral yang merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan

pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit, pertama sebagai urat (vein) dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Lainnya yaitu endapan atau placer deposit , dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan

terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas terbentuk karena adanya kegiatan vulkanisme, bergerak berdasarkan adanya thermal atau panas di dalam bumi. Dalam proses geokimia, emas biasanya dapat diangkut dalam bentuk larutan komplek sulfida atau klorida. Pengendapan emas sangat tergantung kepada besarnya perubahan pH, H2S, oksidasi, pendidihan, pendinginan, dan adsorpsi oleh mineral lain. Sebagai contoh, emas akan mengendap jika suasana menjadi sedikit basa dan terjadi perubahan dari reduksi menjadi oksidasi. Atau emas akan mengendap jika terikat mineral lain, seperti pirit. (Nelson, 1990). Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu: 1. endapan primer; 2. endapan plaser (sekunder). Kandungan emas dalam cebakan bijih logam dapat dikategorikan sebagai komponen utama atau bisa juga merupakan komoditas ikutan, hal ini tergantung pada tipe cebakannya. Pada cebakan Cu-Au tipe porfiri komoditas utama berupa tembaga, sedangkan emas dan perak sebagai mineral ikutan. Cebakan bijih emas tipe urat kuarsa epitermal, emas merupakan22

komoditas utama dan perak sebagai bahan ikutan. Sebaran cebakan bijih emas yang berupa urat kuarsa pada satu wilayah dapat dijumpai dalam bentuk beberapa urat tunggal atau berupa zona urat. Panjang bijih emas urat kuarsa dapat mencapai tubuh bijih dan sekitarnya, membentuk beberapa kilometer dan ketebalan beberapa kumpulan butiran emas dengan tekstur meter, dapat pula lebih kecil berupa urat dengan permukaan kasar. Akibat proses tersebut, panjang hanya beberapa meter, tebal beberapa butiran-butiran emas pada cebakan emas sentimeter Penggunaan utama emas adalah untuk bahan baku perhiasan dan benda-benda seni. Selain itu, karena konduktif, emas penting dalam aplikasi elektronik. Kegunaan lain ada di bidang fotografi, pigment, dan pengobatan

Gambar. Emas dalam barang elektronik Bahaya pengolahan emas apabila tidak memperhatikan aspek lingkungan Pengolahan emas ini selain menguntungkan juga dapat memberikan beberapa efek negatif. Selain melakukan eksplorasi alam secara berlebihan, penambangan emas dan pengolahan emas akan menghasilkan limbah yang dapat mencemari lingkungan. Kasus pencemaran limbah akibat penambangan emas salah satunya terjadi di Perairan Pantai Buyat. Dugaan terjadinya pencemaran logam berat di perairan pantai Buyat karena pembuangan limbah padat (tailing) seharusnya tidak akan terjadi, seandainya limbah tersebut sebelum dibuang dilakukan pengolahan lebih dulu. Pengolahan limbah bertujuan untuk mengurangi hingga kadarnya seminimal mungkin bahkan jika mungkin menghilangkan sama sekali bahan-bahan beracun yang terdapat dalam limbah sebelum limbah tersebut dibuang. Walaupun peraturan dan tatacara pembuangan limbah beracun telah diatur oleh Pemerintah dalam hal ini Kementrian Lingkungan Hidup, tetapi dalam prakteknya dilapangan, masih banyak ditemukan terjadinya pencemaran akibat limbah industri. Mungkin terbatasnya tenaga pengawas disamping proses23

pengolahan limbah biasanya memerlukan biaya yang cukup besar.Logam berat adalah logam yang massa atom relatifnya besar, kelompok logam-logam ini mempunyai peranan yang sangat penting dibidang industri misalnya : Kadmium Cd digunakan untuk bahan batery yang dapat diisi ulang. Kromium Cr untuk pemberi warna cemerlang atau verkrom pada perkakas dari logam. Kobalt Co untuk bahan magnet yang kuat pada loudspeker atau microphone. Tembaga Cu untuk kawat listrik. Nikel Ni untuk bahan baja tahan karat atau stainless steel. Timbal Pb untuk bahan battery atau Accu pada mobil. Seng Zn untuk pelapis kaleng. Mercury Hg dapat melarutkan emas sehingga banyak digunakan untuk memisahkan emas dari campurannya dengan tanah, bahan pengisi termometer dan dan masih banyak lagi kegunaan logam berat yang tidak mungkin saya sebutkan semuanya disini. Hanya sangat disayangkan disamping begitu banyak kegunaannya, kelompok logam-logam berat ini sangat beracun misalnya Hg, Pb Cd dan Cr dan lain-lain. Ditambah lagi sifatnya yang akumulatif di dalam tubuh manusia, dimana setelah logam berat ini masuk ke dalam tubuh manusia, biasanya melalui makanan yang tercemar logam berat. Logam berat ini tidak dapat dikeluarkan lagi oleh tubuh sehingga makin lama jumlahnya akan semakin meningkat. Jika jumlahnya telah cukup besar baru pengaruh negatifnya terhadap kesehatan mulai terlihat, biasanya logam-logam berat ini menumpuk di otak, syaraf, jantung, hati, ginjal yang dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan yang ditempatinya. Tersebarnya logam berat di tanah, peraian ataupun udara dapat melalui berbagai hal misalnya, pembuangan secara langsung limbah industri, baik limbah padat maupun limbah cair, tetapi dapat pula melalui udara karena banyak industri yang membakar begitu saja limbahnya dan membuang hasil pembakaran ke udara tanpa melalui pengolahan lebih dulu. Banyak orang beranggapan bahwa dengan cara membakar maka limbah beracun tersebut akan hilang, padahal sebenarnya kita hanya memindahkan dan menyebarkan limbah beracun tersebut keudara. Pencemaran dengan cara ini lebih berbahaya karena udara lebih dinamis sehingga dampak yang diakibatkannya juga akan lebih luas dan membersihkan udara jauh lebih sulit. Dalam kasus Buyat, logam berat mercury kemungkinan dapat berasal dari limbah proses pemisahan biji emas atau dari tanah bahan tambangnya sendiri memang mengandung mercury. Banyak alternatif yang dapat digunakan untuk mengolah limbah yang mengandung logam berat kususnya mercury diantaranya ialah dengan teknologi Low TemperatureThermal Desorption (LTTD) atau dengan teknologi Phytoremediation. Pada sistem thermal desorption, material diuraikan pada suhu rendah (< 300 oC) dengan pemanasan tidak langsung serta kondisi tekanan24

udara yang rendah (vakum). Dengan kondisi tersebut material akan lebih mudah diuapkan dibandingkan dalam tekanan tinggi. Jadi dalam sistem ini yang terjadi adalah proses fisika tidak ada reaksi kimia seperti misalnya reaksi oksidasi. Cara ini sangat efektif untuk memisahkan bahan-bahan organik yang mudah menguap misalnya, (volatile organic compounds/VOCs), semi-volatile organic compounds (SVOCs), (poly aromatic hydrocarbon/PAHs), (poly chlorinated biphenyl/PCBs), minyak, pestisida dan beberapa logam Cadmium, Mercury Timbal serta non logam misal Arsen, Sulfur, Chlor dan lain-lain. Material yang telah terpisah dalam bentuk uapnya akan lebih mudah untuk dikumpulkan kembali dengan cara dikondensasikan, diadsorbsi menggunakan filter, larutan atau media lain sehingga tidak tersebar kemana-mana. Dengan sistem thermal desorption material yang berbahaya di pisahkan agar lebih mudah untuk ditangani entah akan dibuang atau dimanfaatkan kembali, sedangkan bahan-bahan organik yang sukar menguap akan terkarbonisasi menjadi arang.

25

BAB VI KESIMPULAN

Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari pembuatan makalah ini , yakni: Emas adalah logam mineral yang merupakan salah satu bahan galian logam yang bernilai tinggi baik dari sisi harga maupun sisi penggunaan. Kenampakan fisik bijih emas hampir mirip dengan pirit, markasit, dan kalkopirit dilihat dari warnanya, namun dapat dibedakan dari sifatnya yang lunak dan berat jenis tinggi. Emas berasosiasi dengan kuarsa, pirit, arsenopirit, dan perak. Emas terdapat di alam dalam dua tipe deposit. Pertama sebagai urat/vein dalam batuan beku, kaya besi dan berasosiasi dengan urat kuarsa. Endapan lain adalah placer deposit, dimana emas dari batuan asal yang tererosi terangkut oleh aliran sungai dan terendapkan karena berat jenis yang tinggi. Emas terbentuk dari proses magmatisme atau pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer). Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu: 1. endapan primer; 2. endapan plaser (sekunder). Faktor-faktor yang mempengaruhi perlehan emas dalam pengolahan emas adalah: 1. Mineral-mineral pembawa emas 2. Ukuran butiran mineral emas 3. Mineral-mineral induk 4. Asosiasi mineral pembawa emas dengan mineral induk Teknologi pengolahan emas yang dapat diterapan untuk bijih emas adalah 1. Konsentrasi gavitasi, 2. Flotasi, 3. Ekstraksi a. amalgasi b. pelindihan 4. Metalurgi

26

5. Elektrolisis Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua

27

DAFTAR PUSTAKA

http://jalanrejeki.wordpress.com/2009/01/28/pengolahan-emas-dengan-kimia/ (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 21.09)

http://knol.google.com/k/mohammad-andito/proses-pengolahan-emas-darikonsentrat/mkhc7n3ejyzc/5# (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 21.18) http://mineraltambang.com/tehnologi-pengolahan-emas.html (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 21.15) http://pengolahanemas.wordpress.com/ (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 22.00) http://psdg.bgl.esdm.go.id/kepmen_pp_uu/Amdal_Bid_Pertambangan.pdf (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 22.56) http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23124/4/Chapter%20II.pdf emas (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 22.30) http://www.bgl.esdm.go.id/dmdocuments/jurnal20080303.pdf (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 23.00) http://www.ret.gov.au/resources/Documents/LPSDP/LPSDP-TailingsIndo.pdf (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 21.45) http://www.yousaytoo.com/pengolahan-bijih-emas-kadar-rendah-di-lampung/271960 (diakses tanggal 14/10/2011, pukul 21.34)

28

29