analisa hasil monev p s d h & d r

38
ANALISA HASIL MONEV IURAN HASIL KEHUTANAN PSDH DAN DR BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR) merupakan penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari sektor Kehutanan. DR dipergunakan untuk pembangunan kehutanan yang terkait dengan kegiatan reboisasi hutan dan rehabilitasi lahan serta kegiatan lain yang mendukung kelestarian hutan. Sedangkan PSDH dipergunakan untuk pembangunan nasional dan pembangunan daerah. Penerimaan PSDH-DR hasil hutan berasal dari baik kayu dan non kayu, tetapi sebagian besar berasal dari kayu. Nilai PSDH-DR tergantung pada tingkat produksi dan tarif untuk setiap jenis kayu. Semakin tinggi produksi hasil hutan semakin tinggi PSDH-DR yang dapat dipungut. Selama ini penerimaan negara dari PSDH-DR belum optimal karena banyaknya hasil hutan yang diproduksi secara ilegal. Hal ini antara lain disebabkan sistem pemantauan produksi dan peredaran kayu tidak efektif mengatasi kayu ilegal. Krisis sosial ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini juga menyebabkan maraknya peredaran kayu ilegal sehingga penerimaan PSDH-DR tidak optimal, (Triyono Puspitojati, 2000). MONEV PSDH - DR 1

Upload: ignoramus-financio

Post on 25-Dec-2014

6.599 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

 

TRANSCRIPT

Page 1: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

ANALISA HASIL MONEV

IURAN HASIL KEHUTANAN PSDH DAN DR

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Provisi sumber daya hutan (PSDH) dan dana reboisasi (DR) merupakan penerimaan

negara bukan pajak yang berasal dari sektor Kehutanan. DR dipergunakan untuk

pembangunan kehutanan yang terkait dengan kegiatan reboisasi hutan dan

rehabilitasi lahan serta kegiatan lain yang mendukung kelestarian hutan. Sedangkan

PSDH dipergunakan untuk pembangunan nasional dan pembangunan daerah.

Penerimaan PSDH-DR hasil hutan berasal dari baik kayu dan non kayu, tetapi

sebagian besar berasal dari kayu.

Nilai PSDH-DR tergantung pada tingkat produksi dan tarif untuk setiap jenis kayu.

Semakin tinggi produksi hasil hutan semakin tinggi PSDH-DR yang dapat dipungut.

Selama ini penerimaan negara dari PSDH-DR belum optimal karena banyaknya

hasil hutan yang diproduksi secara ilegal. Hal ini antara lain disebabkan sistem

pemantauan produksi dan peredaran kayu tidak efektif mengatasi kayu ilegal. Krisis

sosial ekonomi yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini juga menyebabkan

maraknya peredaran kayu ilegal sehingga penerimaan PSDH-DR tidak optimal,

(Triyono Puspitojati, 2000).

Sejak krisis multi dimensional menggoncangkan perekonomian Indonesia, sektor

kehutanan terus diharapkan menjadi sektor unggulan yang sangat berpotensi untuk

mendukung dan membangun kembali perekonomian negara. Hal ini karena antara

lain: (1) dengan depresiasi rupiah terhadap dolar, produk kehutanan yang

berorientasi ekspor justru bisa mendapatkan devisa yang lebihbesar, dan (2) biaya

investasi yang relatif murah dan berjangka panjang serta didukung oleh

ketersediaan sumberdaya bahan baku dan tenaga kerja. Mengingat pentingnya

sektor kehutanan dalam memberikan kontribusi penerimaan negara sekaligus

penyerapan tenaga kerja, terutama dalam masa krisis seperti ini, maka prioritas

MONEV PSDH - DR 1

Page 2: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

penerimaan negara dari sektor kehutanan perlu terus digalakkan. Sebagai

gambaran keragaman sektor kehutanan dalam perekonomian Indonesia, bisa dilihat

dari perkembangan PDB selama masa 1995-1998. Kontribusi sektor kehutanan

terhadap PDB negara relatif stabil, walaupun dalam masa krisis (Ginoga, Lugina dan

Erwidodo, 2001).

Dalam pengumpulan DR dan PSDH ini dilakukan oleh pihak yang berwenang

dengan menggunakanan Dokumen produksi atau Laporan Hasil Produksi tetapi

biasanya pihak berwenang melakukan cross check dengan dokumen laporan hasil

cruising (LHC) dan Surat keterangan Sahnya Kayu Bulat (SKSKB). Dokumen LHC

adalah dokumen rencana produksi yang diperoleh dari kegiatan survei potensi

tegakan. LHC antara lain memuat informasi tentang nama pohon, diameter, tinggi

dan volume pohon yang direncanakan untuk ditebang.

1.2. Maksud dan Tujuan Kajian

Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR dimaksdukan

untuk Membuat laporan tentang kegiatan monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan

DR sehingga BPPHP XVII Jayapura mengetahui kondisi riil hasil PSDH dan DR.

Adapun tujuan Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR

di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura adalah :

1. Mengetahui potensi dan perkembangan dana PSDH dan DR setiap tahun

2. Mengetahui rencana dan realisasi pemungutan PSDH, DR (dalam rupiah)

dan DR (dalam US$) setiap tahun.

3. Mengetahui manfaat PSDH dan DR bagi Propinsi Papua

4. Mengetahui hambatan dalam pemungutan PSDH dan DR

1.3. Sasaran Kajian

Sasaran Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR di

wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura adalah :

MONEV PSDH - DR 2

Page 3: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

1. Semua IUPHHK dan IUPHHTI di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura

2. Semua Kabupaten / Kota di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura

1.4. Ruang Lingkup

Ruang lingkup Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR

di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura adalah penyelenggaraan monitoring dan

evaluasi semua kegiatan yang berkaitan dengan pemungutan PSDH dan DR mulai

dari aktivitas kajian terhadap hasil Laporan Hasil Cruising (LHC) dan dibandingkan

dengan Laporan Hasil Produksi (LHP) perusahaan dan menghitung produksi riil

perusahaan.

MONEV PSDH - DR 3

Page 4: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

BAB 2. SEKILAS TENTANG BPPHP XVII JAYAPURA

2.1. Organisasi dan Tata Laksana

2.1.1 Tugas Pokok dan Fungsi

Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi XVII Papua adalah unit pelaksana

teknis di bidang pemantauan pemanfaatan hutan produksi yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan, yang

mempunyai tugas melaksanakan sertifikasi tenaga teknis bidang bina produksi

kehutanan, penilaian sarana dan metode pemanfaatan hutan produksi serta

pengembangan informasi, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan pemanfaatan

hutan produksi lestari.

Balai Pemantauan Pemanfaatan Hutan Produksi menyelenggarakan fungsi:

a. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pelaksanaan tugas pokok;

b. penilaian kinerja dan pengembangan profesi tenaga teknis bidang bina

produksi kehutanan;

c. Penyiapan tenaga teknis bidang bina produksi kehutanan dan penyiapan

rekomendasi pemberian ijin operasional teknis fungsional;

d. Pemberian perpanjangan atau usulan pencabutan ijin operasional teknis

fungsional;

e. Penilaian sarana dan pengembangan metode pemanfaatan hutan produksi

yang digunakan oleh tenaga teknis bidang bina produksi kehutanan;

f. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan rencana kerja usaha pemanfaatan

hutan produksi jangka panjang, rencana pemenuhan bahan baku industri,

industri primer kapasitas di atas 6000 M3/tahun dan dokumen peredaran hasil

hutan;

g. Pelaksanaan pengembangan informasi pemanfaatan hutan produksi lestari;

h. Pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga.

2.1.2 Jumlah Pegawai BP2HP XVII Jayapura

MONEV PSDH - DR 4

Page 5: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Potensi sumberdaya manusia merupakan salah satu unsur penting dalam

pelaksanaan pemantauan kegiatan pengelolaan kawasan hutan. Dengan jumlah dan

kualifikasi tenaga yang cukup diharapkan mampu meningkatkan kinerja BP2HP XVII

jayapuran dalam menjalankan tugas-tugas pokok dan fungsinya. Sampai dengan

bulan Juli tahun 2009, jumlah pegawai sebanyak 38 orang dengan wilayah kerja

yang sangat luas dengan tingkat aksesibilitas yang relatif rendah dan sulit.

Berdasarkan jabatan, jumlah tenaga non struktural dan fungsional yang terbanyak

yaitu 31 orang (82%), terdiri atas non struktural sebanyak 16 orang (42%) dan

tenaga fungsional 15 orang (40%), sedang sisanya berada pada level jabatan

eselon III dan IV berjumlah 4 orang dan upah/harian sebanyak 3 orang (Gambar-1).

Dominasi kedua jenis jabatan ini berkaitan dengan tugas dan fungsi pokok BP2HP

yang mengutamakan fungsionalisasi dalam pemantauan dan pengendalian hasil

hutan di wilayah kerja.

13

16 15

3

0

5

10

15

20

(Ora

ng

)

Gambar-1. Perkembangan Pegawai Berdasarkan Jabatan S/D Juli 2009

ESELON III

ESELON IV

NON STRUKTURAL

FUNGSIONAL

UPAH/HARIAN

Selain ketersediaan jumlah tenaga kerja, maka faktor lain yang sangat penting

dalam mempermudah kinerja pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BP2HP adalah

adalah tingkat pendidikan. Berdasarkan jumlah pegawai sampai dengan data bulan

Juli 2009, pegawai dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTA yaitu

sebanyak 20 orang (53%) dan S1 berjumlah 15 orang (40%), sedangkan untuk level

MONEV PSDH - DR 5

Page 6: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

pendidikan S2 sebanyak 1 orang dan Sarjana Muda (SM) sebanyak 2 orang

(Gambar-2) .

1

15

2

20

0

5

10

15

20

(ora

ng

)

Gambar-2. Perkembangan Pegawai Berdasarkan Pendidikan S/D Juli 2009

S2

S1

SM

SLTA

Distribusi pendidikan pegawai yang dominan pada level SLTA perlu semakin

ditingkatkan ke jenjang yang lebih tinggi (SM dan S1) agar memiliki pengetahuan

dan pengalaman yang layak agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara

optimal guna mendukung tugas pokok dan fungsi BP2HP dalam mendukung dan

menunjang pencapaian pelaksanaan PHPAL dimasa mendatang.

2.2. Visi dan Misi

A. Visi

”Terwujudnya profesionalisme tenaga teknis kehutanan dalam rangka

terselenggaranya pemantauan pemanfaatan hutan produksi untuk menjamin

kelestarian hutan dan peningkatan kemakmuran rakyat di Provinsi Papua”

B. Misi

(1) Meningkatkan profesionalisme tenaga teknis bidang bina produksi kehutanan;

(2) Mendorong peningkatan sarana dan pengembangan metode pemanfaatan

hutan produksi;

(3) Membina pengembangan industri primer hasil hutan;

MONEV PSDH - DR 6

Page 7: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

(4) Memantapkan sistem peredaran hasil hutan dalam rangka peningkatan

penerimaan negara;

(5) Mengembangkan sistem informasi pemanfaatan hutan produksi lestari;

(6) Meningkatkan kapasitas kelembagaan BP2HP Wilayah XVII yang profesional

dan akuntabel.

2.3. Rencana Strategi

Sesuai dengan visi dan misi, maka disusun rencana strategi yang akan memberikan

arah dan tujuan, sasaran, strategi dan program kebijakan oleh Balai Pemantauan

Pemanfaatan Hutan Produksi (BP2HP) Wilayah XVII Jayapura sebagai berikut:

2.3.1. Tujuan

(1) Tujuan dari misi 1 : “Meningkatkan profesionalisme tenaga teknis bidang bina

produksi kehutanan”, adalah untuk :

a. Menyiapkan rencana pemenuhan tenaga teknis bidang bina produksi

kehutanan.

b. Menyiapkan rencana penilaian kinerja tenaga teknis bidang bina

produksi kehutanan.

(2) Tujuan dari misi 2 : “Mendorong peningkatan sarana dan pengembangan

metode pemanfaatan hutan produksi”, adalah untuk : Mendorong

terwujudnya peningkatan sarana dan pengembangan metode pemanfaatan

hutan produksi oleh pemegang ijin/unit manajemen.

(3) Tujuan dari misi 3 : “Membina pengembangan industri primer hasil hutan”,

adalah untuk: Mewujudkan industri primer hasil hutan yang tertib, efesien dan

berbahan baku legal.

(4) Tujuan dari misi 4 : “Memantapkan sistem peredaran hasil hutan dalam

rangka peningkatan penerimaan negara”, adalah untuk: Mewujudkan sistem

pemantauan peredaran hasil hutan yang tertib dan optimalisasi PNBP.

(5) Tujuan dari misi 5 : “Mengembangkan sistem informasi pemanfaatan hutan

produksi lestari”, adalah untuk: Mewujudkan sistem informasi pemanfaatan

hutan produksi yang uptodate, online dan valid.

MONEV PSDH - DR 7

Page 8: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

(6) Tujuan dari misi 6 : “Meningkatkan kapasitas kelembagaan BP2HP Wilayah

XVII yang profesional dan akuntabel”, adalah untuk: Mewujudkan

kelembagaan BP2HP Wilayah XVII yang kredibel, profesional dan akuntabel

dalam mendukung pengelolaan hutan produksi secara lestari.

2.3.2. Sasaran

Dalam rangka mencapai tujuan yang ingin dicapai, maka ditetapkan sasaran yang

akan dicapai sebagai berikut:

(1) Tersosialisasinya peraturan-peraturan bidang bina produksi kehutanan;

(2) Tercapainya standar kebutuhan tenaga teknis bidang bina produksi

kehutanan;

(3) Terwujudnya pengelolaan hutan produksi secara lestari oleh pemegang

IUPHHK;

(4) Terwujudnya industri primer hasil hutan yang tertib dan legal bahan baku;

(5) Terwujudnya tertib peredaran hasil hutan dan optimalisasi penerimaan

negara bukan pajak;

(6) Terlaksananya penguatan kapasitas kelembagaan BP2HP Wilayah XVII;

(7) Terwujudnya tata hukum struktur kelembagaan dan tata hubungan kerja

dalam mendorong penyelenggaraan PHPL.

2.3.3. Strategi

a. Kebijakan

Dalam rangka mewujudkan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran yang ingin dicapai oleh

BP2HP Wilayah XVII maka ditetapkan kebijakan-kebijakan yang mengacu pada

kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan Direktorat Jenderal Bina Produks

Kehutanan sebagai berikut :

(1) Pelayanan prima satu pintu;

(2) Peningkatan kemampuan SDM BP2HP dan mitra;

(3) Meningkatkan pembinaan pengelolaan hutan produks lestari oleh unit

manajemen;

(4) Mendorong pengembangan produk industri hasil hutan;

(5) Menerapkan pengembangan PUHH berbasis teknologi informasi;

MONEV PSDH - DR 8

Page 9: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

(6) Mendorong berkembangnya kemampuan kelembagaan dan kualitas

pengelolaan hutan produksi lestari.

b. Program

Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004 -2009 telah

ditetapkan Program Pembangunan dan terkait langsung dengan pembangunan

pembinaan produksi kehutanan dalam 5 tahun kedepan yaitu :

(1) Program Pemantapan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan;

(2) Program Penyelenggaraan Pimpinaan Kenegaraan dan Kepemerintahan

c. Fokus Kegiatan dan Kegiatan

(1) Fokus Kegiatan

Dari sasaran-sasaran strategis tersebut yang akan dicapai, selanjutnya dituangkan

kedalam beberapa fokus kegiatan yaitu :

a. Pengelolaan kawasan yang tidak dibebani hak;

b. Pengelolaan pemanfaatan hutan produksi alam;

c. Pengelolaan pemanfaatan hutan tanaman;

d. Pengembangan industri dan pemasaran hasil hutan

e. Penertiban peredaran hasil hutan;

f. Penunjang fokus kegiatan

(2) Kegiatan

Dari beberapa fokus kegiatan tersebut dirinci menjadi beberapa kegiatan yang akan

dilaksanakan BP2HP Wilayah XVII sebagai  berikut  :

a. Pengelolaan kawasan yang tidak dibebani hak;

Pengawasan dan pengamanan areal eks HPH/HTI;

b. Pengelolaan pemanfaatan hutan produksi alam;

Penilaian kinerja usaha pemanfaatan  hutan alam

c. Pengelolaan pemanfaatan hutan tanaman;

Penilaian kinerja usaha pemanfaatan  hutan alam

d. Pengembangan industri dan pemasaran hasil hutan

MONEV PSDH - DR 9

Page 10: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Pembinaan dan pengendalian bahan baku dan produk industri hasil hutan

e. Penertiban peredaran hasil hutan;

Pengembangan sertifikasi dan pengujian hasil hutan

Optimalisasi penerimaan bukan pajak

Pengendalian peredaran hasil hutan dan penertiban hasil hutan ilegal

Pengembangan sistem informasi manajemen pengujian dan penatausahaan

hasil hutan

BAB 3. METODOLOGI PELAKSANAAN KAJIAN

3.1. Kerangka Pendekatan Kajian

MONEV PSDH - DR 10

Page 11: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Kajian terhadap Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil Kehutanan PSDH dan DR

di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas

pengelolaan hutan agar tercipta kondisi hutan yang lestari baik ekologi, ekonomi dan

budaya masyarakat setempat. Banyak pihak beranggapan bahwa kegiatan

pemungutan PSDH dan DR hanyalah kegiatan menerima laporan setelah semua

kegiatan produksi selesai, padahal kegiatan pemungutan PSDH dan DR dimulai dari

kalkulasi potensi hutan, monitoring rencana cruising, mencermati Laporan Hasil

Cruising (LHC) dan membandingkan dengan Laporan Hasil Produksi IUPHHK.

Petugas pemungutan pajak dalam melaksanakan tugas ini memiliki filosofi

mendasar bahwa kegiatan hilir tidak akan terlaksana jika kegiatan di hulu tidak

berjalan dengan baik. Untuk itu dalam menjalankan kegiatan hilir berupa

pemungutan PSDH dan DR tim teknis selalu berkoordinasi dengan tim teknis ada

bagian hulu terutama dengan Dinas Kehutanan Kabupaten, Propinsi dan pemegang

izin IUPHHK.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P. 18/Menhut-II/2007 tentang

Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, dan Pembayaran Provisi

Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi (DR) pasal 3 bahwa Hasil hutan

yang dikenakan PSDH meliputi ;

a. Hasil hutan kayu pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang berasal dari

hutan negara

b. Hasil hutan kayu atau bukan kayu yang telah ada dan tumbuh secara alami

walaupun areal tersebut telah dibebani alas titel yang mengalami perubahan

peruntukan menjadi bukan kawasan hutan negara

c. Hasil hutan bukan kayu pada hutan alam dan atau hutan tanaman yang

berasal dari hutan negara

d. Hasil hutan kayu dari hutan tanaman pada Hutan Tanaman Rakyat atau Hutan

Tanaman Hasil Rehabilitasi pada Hutan Produksi

e. Hasil hutan kayu yang berasal dari penjualan tegakan

f. Hasil hutan kayu yang berasal dari pemanfaatan kayu pada hutan

kemasyarakatan

Dan pada pasal 4 disebutkan bahwa Dana Reboisasi (DR) dikenakan pada :

MONEV PSDH - DR 11

Page 12: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

a. Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam.

b. Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman

yang memanfaatkan kayu dari pembersihan (land clearing) areal hutan alam.

c. Pemilik hasil hutan kayu yang telah ada dan tumbuh secara alami walaupun

areal tersebut telah dibebani alas titel yang mengalami perubahan peruntukan

menjadi bukan kawasan hutan negara.

d. Pemenang lelang kayu sitaan.

e. Pembeli hasil hutan kayu dari penjualan tegakan.

f. Pemegang izin hak pengelolaan hutan desa.

g. Pemegang izin lainnya yang sah, yaitu:

Izin pemanfaatan kayu bagi pemanfaatan kawasan hutan yang diubah

statusnya menjadi bukan kawasan hutan;

Izin pemanfaatan kayu pada izin pemanfaatan kawasan hutan alam;

Izin pemanfaatan kayu pada hutan kemasyarakatan.

Efektivitas dari kegiatan pemantauan oleh BP2HP yang merupakan kepanjangan

dari Pemerintah (Departemen Kehutanan) sebagai pemegang status kepemilikan

lahan pada kawasan hutan negara dengan status kawasan hutan alan produksi,

menjadi semakin penting dalam upaya melindungi dan melestarikan kawasan hutan

dalam jangka panjang. Upaya perlindungan dan pelestarian kawasan hutan salah

satunya adalah dengan cara untuk melakukan Kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran

Hasil Kehutanan PSDH dan DR di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura. Melalui

kajian ini diharapkan terdapat kesesuaian data antara pengusahaan hutan alam

produksi dengan data pada BPPHP XVII Jayapura dan sesuai dengan peraturan

perundangan sehingga daya dukung kawasan hutan dapat berkelanjutan baik dari

segi fungsi ekologis, ekonomi dan sosial – budaya masyarakat sekitar hutan.

3.2. Pengumpulan Data

Sebagai rujukan utama dalam pelaksana an kegiatan pemungutan pajak pada

BPPHP XVII Jayapura, merujuk pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.

18/Menhut-II/2007 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan,

dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH), dan Dana Reboisasi (DR).

MONEV PSDH - DR 12

Page 13: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Pada Paraturan Menteri Kehutanan ini dalam pasal 6 disebutkan tentang tata cara

pengenaan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) berdasarkan atas hasil hutan, hasil

hutan bukan kayu dan hutan tanaman didasarkan pada LHP serta Pengenaan

PSDH atas hasil hutan kayu dari hasil penjualan tegakan didasarkan pada LHP.

Sedangkan mengenai besarnya PSDH dihitung berdasarkan : (a) tarif dikalikan

harga patokan dikalikan jumlah satuan/Volume hasil hutan kayu dari LHP dan (b)

tarif dikalikan harga patokan dikalikan jumlah satuan/Volume/berat hasil hutan bukan

kayu dari LHP.

Pada pasal 10 tentang Dana Reboisasi, disebutkan pengenaan DR atas atas hasil

hutan pada hutan alam didasarkan pada LHP dan pengenaan DR atas hasil hutan

kayu dari hasil penjualan tegakan didasarkan pada LHP.

Dengan demikian LHP adalah alat utama dalam bekerja bagi pemungut pajak.

Tetapi pejabat teknis pemungut pajak tentu saja tidak begitu saja menerima apa

yang di LHP, tim teknis mempelajari LHC sebelum kegiatan penebangan dan

dibandingkan dengan LHP. Model perbandingan ini sangat perlu dilakukan untuk

melakukan cross check data sejak awal dan suatu metode untuk melakukan

komunikasi intensfi sejak awal sehingga kecurigaan pada akhir program bisa

dieliminir.

3.3. Metode Analisis

3.3.1. Deskripsi

Bahwa berdasarkan Pasal 80 Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang

Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan

ditetapkan bahwa pemungutan PSDH dan DR atas hasil hutan kayu yang berasal

dari hutan alam serta pemungutan PSDH atas hasil hutan kayu dan bukan kayu

yang berasal dari hutan alam atau hutan tanaman didasarkan pada laporan hasil

produks. Untuk menindaklanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 6 ini, Menteri

Kehutanan mengeluarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.

MONEV PSDH - DR 13

Page 14: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

18/Menhut-II/2007 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan,

dan Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR).

Sebagai rujukan utama dalam pekerjaan pemungutan pajak, dalam pasal 2

disebutkan bahwa Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dikenakan pada :

Pemegang izin usaha pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu pada hutan Alam,

Pemegang izin usaha pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu pada hutan

Tanaman, Pemegang izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu dari

hutan tanaman dan atau hutan alam, Pemegang izin usaha pemanfaatan kawasan

hutan produksi, Pemegang izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, Pemegang izin

hak pengelolaan hutan desa, Pembeli hasil hutan kayu dari hasil penjualan tegakan,

dan Pemegang izin lainnya yang sah, yaitu: Izin pemanfaatan kayu dan/atau bukan

kayu bagi pemanfaatan kawasan hutan yang diubah statusnya menjadi bukan

kawasan hutan, Izin pemanfaatan bukan kayu pada izin pemanfaatan kawasan

hutan tanaman, Izin pemanfaatan kayu dan/atau bukan kayu pada izin pemanfaatan

kawasan dalam hutan alam dan Izin pemanfaatan kayu pada hutan

kemasyarakatan.

Dalam pasal 4 disebutkan bahwa Dana Reboisasi (DR) dikenakan pada : Pemegang

izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam, Pemegang izin usaha

pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman yang memanfaatkan kayu dari

pembersihan (land clearing) areal hutan alam, Pemilik hasil hutan kayu yang telah

ada dan tumbuh secara alami walaupun areal tersebut telah dibebani alas titel yang

mengalami perubahan peruntukan menjadi bukan kawasan hutan negara,

Pemenang lelang kayu sitaan, Pembeli hasil hutan kayu dari penjualan tegakan,

Pemegang izin hak pengelolaan hutan desa, dan Pemegang izin lainnya yang sah,

yaitu; Izin pemanfaatan kayu bagi pemanfaatan kawasan hutan yang diubah

statusnya menjadi bukan kawasan hutan, Izin pemanfaatan kayu pada izin

pemanfaatan kawasan hutan alam serta Izin pemanfaatan kayu pada hutan

kemasyarakatan.

3.3.2. Perbandingan Rencana dan Realisasi PSDH / DR

MONEV PSDH - DR 14

Page 15: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Dalam melakukan analisis data pendapatan negara dari PSDH dan DR, sumbernya

berasal dari Surat Perintah Pembayaran Provisi Sumber Daya Hutan (SPP-PSDH)

sebagai dasar pembayaran PSDH dan Surat Perintah Pembayaran Dana Reboisasi

(SPP-DR) sebagai dasar pembayaran DR yang diperoleh dari wajib apajk, atau

Dinas Kehutanan Kabupaten / Kota atau Dinas Kehutanan Propinsi.

Pembahasan dalam kajian ini menggunakan metode perbandingan antara rencana

dan realisasi PSDH dan DR yang dikatikan dengan kondisi existing suatu wilayah.

Semua data dicross check dengan data yang dimiliki oleh pihak lain dan

didiskusikan secara bersama.

BAB 4. MEKANISME PELAKSANAAN MONEV IURAN HASIL KEHUTANAN PSDH/DR

4.1. Dasar Hukum

MONEV PSDH - DR 15

Page 16: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Dasar hukum yang terkait dengan kegiatan Analisa Hasil Monev Iuran Hasil

Kehutanan PSDH dan DR di wilayah kerja BPPHP XVII Jayapura, sebagai berikut:

a. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan

Pajak

b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah

Daerah

c. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1997 tentang Jenis DanPenyetoran

Penerimaan Negara Bukan Pajak

d. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1998 tentang Provisi Sumber Daya

Hutan (PSDH)

e. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Peraturan

Pemerintah Nomor 22 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan

Pajak

f. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

g. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 jis. Nomor 74 Tahun 1999 dan

Nomor 92 Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak

Yang Berlaku Pada Departemen Kehutanan Dan Perkebunan

h. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2001 tentang Penyelenggaraan Tugas

Pembantuan

i. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002 tentang

Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara

j. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan

k. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan

Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan

l. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2007 Tentang Rencana

Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI) Primer Hasil Hutan Kayu

m. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 43/Menhut-II/2009

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

MONEV PSDH - DR 16

Page 17: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

P.16/Menhut-II/2007 tentang Rencana Pemenuhan Bahan Baku Industri (RPBBI)

Primer Hasil Hutan Kayu

n. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.24/Menhut-II/2009

Tentan Pendaftaran Ulang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu

o. Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.51/Menhut-II/2006 Tentang Penggunaan Surat Keterangan Asal Usul (SKAU)

Untuk Pengangkutan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari Hutan Hak;

p. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan

Bukan Kayu

q. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 tentang Organisasi

dan Tata Kerja Departemen Kehutanan sebagaimanatelah beberapa kali diubah

terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.64/Menhut-II/2008

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 80)

r. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.19/Menhut-Ii/2009

Tentang Strategi Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Nasional

s. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P. 50/Menhut-II/2009

Tentang Penegasan Status Dan Fungsi Kawasan Hutan;

t. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.45/Menhut-II/2009

Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

P.55/Menhut-II/2006 Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Yang Berasal Dari

Hutan Negara;

4.2. Tata Cara dan Mekanisme MONEV

Tata cara dan mekanisme monev pelaksanaan serta hasil PSDH dan DR ini meliputi

waktu, tempat, edministrasi, peraturan dan tenaga pelaksana tugas. Semua proses

yang diealuasi ini akan dibuat laporan sesuai temuan dan menurut waktu yang

MONEV PSDH - DR 17

Page 18: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

sudah ditentukan. Kegiatan ini dilakukan setiap tahun pada semua wilayah yang

memiliki aktivitas yang berkaitan dengan PSDH dan DR.

Tujuan dari mekanisme monitoring dan evaluasi pelaksanaan hasil PSDH dan DR

agar proses kegiatan yang ditujukan dapat berjalan secara tangguh, kompetitif, efisien

dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal

yang dimonitor dalam kegiatan ini adalah proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan.

Dengan adanya monitoring ini diharapkan pada masa yang akan datang ada

penyempurnaan sistem untuk pencapaian program yang dibuat.

4.3. Pelaksanaan MONEV PSDH - DR

Pelaksanaan monev PSDH dan DR dilakukan oleh pelaksana tugas yang sudah

ditunjuk, menurut tempat yang sudah direncanakan dan untuk waktu yang sudah

ditentukan. Sebelum hasil monev dibuat dalam bentuk laporan, semua data yang

diperoleh akan dikonfirmasi pada pihak-pihak yang bersangkutan untuk akurasi

data.

BAB 5. HASIL MONEV IURAN HASIL KEHUTANAN PSDH/DR

5.1. Rencana dan Realisasi PSDH-DR

MONEV PSDH - DR 18

Page 19: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Pemerintah sudah memberikan target penerimaan PSDH setiap tahun berdasarkan

kondisi pencapaian tahun sebelumnya. Tahun 2006, target PSDH Propinsi Papua

sebesar 2.678.000.000,- rupiah. Dari target ini terealisasi sebesar 1.319.00.000,-

rupiah atau tercapai 49,23 %. Dengan demikian kekurangan dari target sekitar

1.360.000.000,- rupiah.

Pada tahun 2007 target PSDH ditetapkan sebesar 109.821.000.000,- rupiah. Hal ini

dilakukan mengingat target produksi oleh perusahaan IUPHHK yang ada di Propinsi

Papua. Realisasi penarikan PSDH tahun 2007 sebesar 21.518.000.000,- rupiah atau

terealisasi sebanyak 19,59 %. Dengan demikian ada kekurangan realisasi dari target

yaitu sebesar 88.303.000.000,- rupiah.

Berdasarkan pengalaman dua tahun sebelumnya yang persentase pencapaian

PSDH jauh dibawah target maka tahun 2008 target PSDH Propinsi Papua

direncanakan hanya sebesar 8.631.000.000,- rupiah. Reliasi pencapaian enarikan

PSDH tahun 2008 sebesar 8.631.000.000,- rupiah atau tercapai 100 % (lihat

Gambar 3).

-

20.000

40.000

60.000

80.000

100.000

120.000

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

Rencana PSDH (RpJuta))

Realisasi PSDH (Rp.Juta)

Persentase (%)

RencanaPSDH (RpJuta))

2.678 109.821 8.631

RealisasiPSDH (Rp.Juta)

1.319 21.518 8.631

Persentase(%)

49,23 19,59 100,00

2006 2007 2008

Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura

Gambar 3. Rencana dan Realisasi PSDH Tahun 2006 - 2008

MONEV PSDH - DR 19

Page 20: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Seperti halnya PSDH, pemerintah melalui Dinas Kehutana Papua juga membuat

rencana pendapatan dari DR dalam mata uang rupiah (Rp). Tahun 2006 rencana

pendapatan dari DR sebesar 545.000.000,- rupiah dan terealisasi sebesar

545.000.000,- atau terealisasi 100 %.

Tahun 2007 pendapatan dari DR direncanakan sebesar 44.487.000.000,- rupiah dan

terealisasi sebesar 40.287.000.000,- rupiah atau terealisasi sebanyak 91 %. Dengan

demikian ada kekurangan penghasilan dari target sebesar 4.200.000.000,- rupiah

(empat milyar dua ratus juta rupiah).

Target pendapatan dari DR (dalam satuan rupiah) tahun 2008 direncanakan sebesar

415.000.000,- rupiah dan terealisasi sebesar 415.000.000,- rupiah atau terealisasi

100%. Dalam pencapaian pencapatan dari DR (dalam satuan rupiah) sangat

menggembrikan, selama tiga tahun terakhir (2006 – 2008) rata-rata pencapaian

pendapatan DR sebesar 97 % (lihat Gambar 4).

-

5.000

10.000

15.000

20.000

25.000

30.000

35.000

40.000

45.000

50.000

84

86

88

90

92

94

96

98

100

102

Rencana DR (Rp Juta)

Realisasi DR (Rp. Juta)

Persentase (%)

Rencana DR(Rp Juta)

545 44.487 415

Realisasi DR(Rp. Juta)

545 40.287 415

Persentase(%)

100 91 100

2006 2007 2008

Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura

MONEV PSDH - DR 20

Page 21: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Gambar 4. Rencana dan Realisasi Pendapatan DR (dalam satuan rupiah)

Selain rencana pendapatan negara dari PSDH dan DR (dalam satuan rupiah),

pemerintah juga menetapkan rencana pendapatan dari DR (dalam satuan US$).

Tahun 2006, Propinsi Papua menetapkan rencana pendapatan dari DR sebesar

828.201 US$ dan terealisasi sebesar 408.508 US$ atau terealisasi sebesar 49 %. Ini

artinya ada kekurangan dari rencana sebesar 419.693 US$.

Tahun 2007 pendapatan pemerintah melalui DR (satuan US$) di Propinsi Papua

direncanakan sebear 33.816.336 US$ dan terealisasi sebesar 3.746.125 US$ atau

terealisasi sebesar 11 %. Rendahnya realisasi ini disebebakan beberapa hal antara

lain tidak terealisasinya target produksi prusahaan dan masalah administrasi

perusahaan.

Target pendapatan dari DR (satuan US$) tahun 2008 sebesar 2.526.234 US$ dan

terealisasi sebesar 2.481.361 US$ atau terealisasi sebesar 98 %. Secara

persentase pendapatan tahun 2008 sangat tinggi (98 %) tetapi secara nominal lebih

rendah dari tahun 2007 dan pendapatan ini adalah yang yang sesuai dengan kondisi

lapangan (lihat Gambar 5).

MONEV PSDH - DR 21

Page 22: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

-

5.000.000

10.000.000

15.000.000

20.000.000

25.000.000

30.000.000

35.000.000

40.000.000

-

20

40

60

80

100

120

Rencana DR (US$)

Realisasi DR ( US$)

Persentase (%)

RencanaDR (US$)

828.201 33.816.336

2.526.234

RealisasiDR ( US$)

408.508 3.746.125

2.481.361

Persentase(%)

49 11 98

1 2 3

Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura

Gambar 5. Rencana dan Realisasi Pendapatan DR (dalam satuan US$)

Realisasi penerimaan pemerintah melalui DR di Propinsi Papua dari tahun 2006 –

2008 berdasarkan persentase yang terbesar diperoleh melalui DR (satuan rupiah)

yang rata-rata dari tahun 2006 – 2008 sebesar 96,85 %. Sedangkan rata-rata

persentase untuk penerimaan PSDH dari tahun 2006 – 2008 sebesar 56,28 % dan

DR (satuan US$) sebesar 52,88 % (lihat Gambar 6).

Berdasarkan pemasukan nominal tahun 2006 – 2008 (jika dirupiahkan semua dan

US$ dengan kurs Rp 10.000,-), maka yang terbesar adalah adalah penerimaan

melalui DR (dalam US$) yang jika dirupiahkan bernilai sekitar 66 milyar. Sedangkan

total penerimaan DR dalam rupiah pada tahun 2006 – 2008 sebesar RP45 milyar

dan melalui PSDH sekitar 31 milyar.

MONEV PSDH - DR 22

Page 23: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

-

20,00

40,00

60,00

80,00

100,00

120,00

2006 2007 2008 Rataan

-

20

40

60

80

100

120

Realisasi PSDH(%)

Realisasi DRdalam Rp (%)

Realisasi DRdalam US$ (%)

Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura

Gambar 6. Perbandingan realisasi berdasarkan persentase PSDH, DR (dalam rupiah) dan DR (dalam US$)

5.2. Kontribusi PSDH/DR Terhadap Pembangunan Daerah

Pasal 6 ayat 5 UU No.25 Tahun 1999 menyebutkan bahwa Penerimaan Negara dari

sumberdaya alam sektor kehutanan dari Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) dan

Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dibagi dengan imbangan 20% untuk

Pemerintah Pusat dan 80% untuk Daerah. Sedangkan pasal 8 ayat 4 UU No. 25

Tahun 1999 menyebutkan bahwa penerimaan negara dari dana reboisasi (DR)

dibagi dengan imbangan 40% untuk Daerah dan 60% untuk Pemerintah Pusat

(Tabel 1). Dalam peraturan sebelumnya, 100% DR dan 80% PSDH dikelola oleh

Pemerintah Pusat (20% PSDH untuk Daerah).

Tabel 1. Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah sektor kehutanan

(%)

MONEV PSDH - DR 23

Page 24: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

SumberDasar Bagi

HasilPusat

Daerah

PropinsiKabupaten/Kota

PenghasilLainnya dalam

propinsi

IHPHTotal

penerimaan20 16 64 -

PSDHTotal

penerimaan20 16 32 32

DRTotal

penerimaan60 40 - -

Sumber: UU No.25 Tahun 1999

Pembangunan daerah didukung oleh berbagai sektor termasuk salah satunya sektor

kehutanan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Paeitno tahun 2003,

diperoleh informasi bahwa selama 10 tahun (1993 – 2002) rata-rata peningkatan

pendapatan daerah (Propinsi Papua) sebesar 12,021 milyar pertahun atau

berkontribusi sebesar 6,70 % dari pendapatan daerah Papua. Tentu saja kontribusi

sebesar ini sangat membantu bagi pembangunan daerah apalagi ada indikasi

kenaikan pendapatan dari sektor kehutanan setiap tahun.

Alokasi dana dari konstribusi sektor kehutanan ini sudah dikelola oleh pemerintah

daerah untuk kepentingan berbagai sektor seperti; pendidikan, jasa, keagamaan dan

kepentingan publik lainnya. Selain PSDH dan DR sektor kehutanan juga turut

menyumbang untuk pembangunan daerah melalui penghasilan Iuran Hak

Pengusahaan Hutan (IHPH) dan PBB sektor kehutanan (pajak bumi dan bangunan)

serta kegiatan PMDH yang dilakukan langsung oleh perusahaan.

5.3. Hambatan dan Masalah Pencapaian Realisasi PSDH / DR

Krisis keuangan global, sorotan negatif berbagai pihak terhadap aktivitas kehutanan,

paradigma masyarakat setempat yang berubah dan hambatan internal perusahaan

membuat banyak IUPHHK tidak dapat melakukan produksi sesuai dengan jatah

MONEV PSDH - DR 24

Page 25: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

tebangan tahunan (JPT) yang diberikan. Banyak IUPHHK yang berproduksi < 50 %

dari target produksi.

Berdasarkan kondisi produksi yang dibawah JPT yang diberikan, berdampak

langsung terhadap penurunan pendapatan pemerintah melalui PSDH dan DR.

Penerimaan kayu olahan yang menurun dari negara pengimpor dalam empat tahun

terakhir, kenaikan BBM yang sangat tinggi pada tahun 2005-2006 dan adanya

berbagai perubahan kebijakan nasional dan internasional terhadap lingkungan turut

menurunkan pendapatan negara dari PSDH dan DR. Tentu saja hal seperti ini

bukan hanya terjadi di Propinsi Papua tetapi juga terjadi di propinsi lainnya di

Indonesia.

5.4. Upaya-Upaya Peningkatan Iuran Hasil Kehutanan PSDH / DR

Otonomi khusus di Papua telah memberikan dampak positif bagi pemerintah daerah

dan masyarakat untuk bisa berperan lebih besar dalam pembangunan daerah.

Dengan adanya otonomi khusus ini berbagai potensi daerah akan dioptimalkan

untuk meningkatkan pendapatan asli daerah sesuai dengan Undang-Undang yang

berlaku.

Ada beberapa strategi yang akan dilakukan oleh Dinas terkait di daerah untuk

meningkatkan pendapatan pemerintah melalui PSDH dan DR antara lain :

1. Berkoordinasi dengan semua stakeholders tentang peran penting PSDH dan

DR bagi pembangunan Propinsi Papua

2. Meningkatkan intensitas komunikasi khususnya dengan pemegang izin

IUPHHK untuk memecahkan berbagai persoalan mengenai adanya

tunggakan pembayaran PSDH dan DR

3. Memberikan berbagai terobosan kebijakan bagi perusahaan untuk bisa

membayar kewajiban PSDH dan DR sesuai dengan jumlah dan waktu yang

telah ditentukan

MONEV PSDH - DR 25

Page 26: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Kesimpulan

1. Penerimaan pemerintah di Propinsi Papua melalui PSDH tahun 2006

sebesar 1,3 milyar rupiah, tahun 2007 21,5 milyar rupiah dan tahun 2008

sebesar 8,6 milyar rupiah atau total sebesar 31,5 juta rupiah.

2. Penerimaan pemerintah melalui DR (dalam rupiah) tahun 2006 sebesar 545

juta rupiah, tahun 2007 sebesar 40,3 milyar rupiah dan tahun 2008 sebesar

415 juta rupiah atau total sebesar 45,5 milyar rupiah.

3. Penerimaan pemernitah melalui DR (dalam satuan US$) tahun 2006 sebesar

408.508 US$, tahun 2007 sebesar 3.746.125 US$ dan tahun 2008 sebesar

2.481.361 US$ atau total (dirupiahkan dengan kurs Rp 10.000,-/1 US$)

tahuan 2004 – 2008 sebesar 66,4 milyar.

4. Bila dihitung realisasi penerimaan pemerintah melalui DR di Propinsi papua

tahun 2006 - 2008 berdasarkan persentase yang terbesar diperoleh melalui

DR (satuan rupiah) yang rata-rata dari tahun 2006 – 2008 sebesar 96,85 %.

Sedangkan rata-rata persentase untuk penerimaan PSDH dari tahun 2006 –

2008 sebesar 56,28 % dan DR (satuan US$) sebesar 52,88 %.

6.2. Rekomendasi

1. Pemerintah daerah perlu berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk

melakukan sosiaslisasi bahwa keberadaan PSDH dan DR sangat penting

bagi pembangunan daerah.

2. Pemerintah (dalam hal ini Dinas Kehutanan Propinsi) perlu lebih intensif

untuk berkomunuikasi dengan pemegang izin IUPHHK untuk dapat

membayar PSDH dan DR sesuai jumlah dan waktu pembayaran.

3. Semua pihak diminta untuk saling bekerjasama dalam menyukseskan

penerimaan PSDH dan DR bagi pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

MONEV PSDH - DR 26

Page 27: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Paeitno, 2003.

Ginoga, Lugina dan Erwidodo, 2001.

Triyono Puspitojati, 2000.

MONEV PSDH - DR 27

Page 28: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

Lampiran 1. Perkembangan Penerimaan Iuran Kehutanan Berdasarkan Laporan Perusahaan Periode

Tahun 2004 S/D Tahun 2008

NO BULAN

SPB/SPP REALISASI PENYETORAN KEKURANGANKET.PSDH DR PSDH DR PSDH DR

Rp Rp US $ Rp Rp US $ Rp Rp US $  

Tahun 2004  

Tahun 2005  

Tahun 2006

2,678,299,461.68

544,529,086.00

828,201.02

1,318,570,224.00

544,529,086.00

408,507.84

1,359,729,237.68

-

419,693.18  

Tahun 2007

109,821,087,629.53

44,486,530,091.90

33,816,336.03

21,518,258,935.03

40,287,011,182.70

3,746,124.83

88,383,828,722.50

4,199,518,909.20

30,318,681.34  

Tahun 2008

8,630,557,288.00

2,526,233.56

8,630,557,288.00

415,188,589.00

2,481,361.11  

 

J U M L A H 121,129,944,379.21

45,031,059,177.90

37,170,770.61

31,467,386,447.03

41,246,728,857.70

6,635,993.78

89,743,557,960.18

4,199,518,909.20

30,738,374.52

Sumber : Statistik Laporan Tahun 2004 s/d Tahun 2008, BP2HP XVII Jayapura

MONEV PSDH - DR 28

Page 29: Analisa  Hasil  Monev  P S D H &  D R

MONEV PSDH - DR 29