csr pendidikan csr pendidikan untuk masa depan bangsa · pengembangan pendidikan hanya 0,3%....

1
CSR Pendidikan | 7 MINGGU, 15 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA | LIPUTAN KHUSUS T ANGGUNG jawab sosial perusahaan atau CSR meru- pakan konsep relasi antara masyarakat dan pelaku bis- nis. Bisnis yang dijalankan sebuah perusahaan tidak terbatas pada bagai- mana memperoleh keuntungan sebe- sar-besarnya tanpa peduli dengan kepentingan masyarakat di sekitarnya, termasuk dunia pendidikan. Pendidikan menjadi sasaran utama program CSR setiap perusahaan besar. Program CSR yang mereka lakukan biasanya dalam bentuk pemberian beasiswa. Tujuannya adalah agar ma- syarakat di sekitarnya bisa mengakses pendidikan berkualitas. Idealnya 3%-4% keuntungan bersih per tahun disisihkan perusahaan untuk CSR pendidikan. Menurut pengamat pendidikan Prof Dr Sutjipto, dengan kondisi pendidikan Indonesia yang belum menggembirakan, mutlak diperlukan dana dari program CSR perusahaan- perusahaan di Indonesia. Utamanya dari perusahaan yang terkait dengan pemberdayaan sumber daya alam (SDA). “Dengan belum tercapainya 20% ang garan pendidikan dari APBN, program CSR sangat diperlukan. Saat ini jatah pendidikan yang sampai pada pengembangan pendidikan hanya 0,3%. Sementara itu, sisanya diguna- kan untuk kegiatan pendukung pen- didikan itu sendiri,” jelas Sutjipto yang juga Guru Besar Universitas Nasional Jakarta ini. Menurut Sutjipto, CSR harus benar- benar melihat kebutuhan rakyat. Itu, lanjutnya, sebagai perwujudan rasa terima kasih perusahaan kepada ma- syarakat atas keuntungan yang mere- ka peroleh. Program untuk melaksanakan CSR pendidikan, tambahnya, harus datang dari kesadaran perusahaan dalam me- lihat kondisi sekelilingnya. “Baiknya dana CSR itu seperti zakat, dan dibuat badan untuk mengelolanya. Kalau in- dependen lebih cenderung tertutup,” kata Sutjipto. Belum tepat sasaran Sementara itu, Rektor Institut Perta- nian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto menilai belum semua pelaksanaan CSR pendidikan yang dilakukan se- jumlah perusahaan tepat sasaran mau- pun cara. “Sebagian sudah tepat baik cara maupun sasarannya. Namun, sebagian lainnya masih random,” tutur Hery kepada Media Indonesia, beberapa waktu lalu. Menurut Herry, bentuk CSR yang dinilainya tepat sasaran di antaranya berupa pemberian beasiswa, pembina- an kewirausahaan, dan pengadaan sarana pendidikan. Sejatinya capaian maksimal dari pe- laksanaan CSR pendidikan itu, lanjut- nya, sangat bergantung pada proposal yang disampaikan lembaga pendi- dikan dan kebijakan dari perusahaan yang memberikan dana. Lantaran itulah, Herry memandang alangkah baiknya bila secara nasional ada me- kanisme atau panduan pengambilan keputusan. “Khususnya tentang prio- ritas hal-hal apa saja terkait dengan pendidikan yang akan didanai pada tahun tertentu,” pungkasnya. Pada bagian lain, Direktur Eksekutif A+ CSR Indonesia Jalal mengatakan agar program CSR bisa mencapai semua lapisan masyarakat, perusaha- an sebaiknya berkolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat atau pemerintah. Kerja sama dengan mereka, lanjut Jalal, merupakan keharusan. Namun, bukan berarti menyerahkan sepenuh- nya pendanaan program CSR kepada mereka. Di sisi lain, Jalal juga menyoroti pe- ranan pemerintah dalam pelaksanaan program CSR. Menurut dia pemerin- tah memiliki peranan tidak kalah pen- tingnya terutama dalam memberikan rangsangan agar perusahaan tetap konsisten dan tepat sasaran dengan melaksanakan program CSR mereka. Salah satunya adalah memberikan penghargaan bagi mereka yang mem- perlihatkan kinerja yang tinggi, dan mempromosikan praktik-praktik yang baik sehingga menjadi pemicu perusa- haan yang lain untuk konsisten dan komit dengan program CSR-nya. Salah satu perusahaan yang fokus pada pendidikan dalam program CSR-nya adalah Putera Sampoerna Foundation (PSF). Yayasan indepen- den yang berdiri pada 2001 ini semula fokus dalam pemberian beasiswa. “Namun, sekarang PSF coba me- lebarkan sayap dengan melatih dan mendidik generasi bangsa untuk jadi pemimpin,” papar Public Relations PSF Swasti Karim. Apa pun bentuk program CSR pen- didikan yang dilakukan setiap perusa- haan, semuanya berujung pada satu tujuan, yakni meningkatkan kualitas pendidikan anak untuk masa depan bangsa. (Nur/S-2) [email protected] CSR Pendidikan untuk Masa Depan Bangsa Dengan belum tercapainya 20% anggaran pendidikan dari APBN, program corporate social responsibility (CSR) sangat diperlukan. Ida Farida GRAFIS: FREDY

Upload: buinguyet

Post on 26-May-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

CSR Pendidikan | 7MINGGU, 15 AGUSTUS 2010 | MEDIA INDONESIA | LIPUTAN KHUSUS

TANGGUNG jawab sosial perusahaan atau CSR meru-pakan konsep relasi antara masyarakat dan pelaku bis-

nis. Bisnis yang dijalankan sebuah per usahaan tidak terbatas pada bagai-mana memperoleh keuntungan sebe-sar-besarnya tanpa peduli dengan ke pentingan masyarakat di sekitarnya, termasuk dunia pendidikan.

Pendidikan menjadi sasaran utama program CSR setiap perusahaan besar. Program CSR yang mereka lakukan biasanya dalam bentuk pemberian bea siswa. Tujuannya adalah agar ma-syarakat di sekitarnya bisa mengakses pendidikan berkualitas. Idealnya 3%-4% keuntungan bersih per tahun disisihkan perusahaan untuk CSR pendidikan.

Menurut pengamat pendidikan Prof Dr Sutjipto, dengan kondisi pen didikan Indonesia yang belum menggembirakan, mutlak diperlukan dana dari program CSR perusahaan-perusahaan di Indonesia. Utamanya dari perusahaan yang terkait dengan pemberdayaan sumber daya alam (SDA).

“Dengan belum tercapainya 20% ang garan pendidikan dari APBN, program CSR sangat diperlukan. Saat ini jatah pendidikan yang sampai pada pengembangan pendidikan hanya 0,3%. Sementara itu, sisanya diguna-kan untuk kegiatan pendukung pen-didik an itu sendiri,” jelas Sutjipto yang

juga Guru Besar Universitas Nasional Jakarta ini.

Menurut Sutjipto, CSR harus benar-benar melihat kebutuhan rakyat. Itu, lanjutnya, sebagai perwujudan rasa terima kasih perusahaan kepada ma-syarakat atas keuntungan yang mere-ka peroleh.

Program untuk melaksanakan CSR pendidikan, tambahnya, harus datang dari kesadaran perusahaan dalam me-lihat kondisi sekelilingnya. “Baiknya dana CSR itu seperti zakat, dan dibuat badan untuk mengelola nya. Kalau in-dependen lebih cenderung tertutup,” kata Sutjipto.

Belum tepat sasaranSementara itu, Rektor Institut Perta-

nian Bogor (IPB) Herry Suhardiyanto menilai belum semua pelaksanaan CSR pendidikan yang dilakukan se-jumlah perusahaan tepat sasaran mau-pun cara. “Sebagian sudah tepat baik cara maupun sasarannya. Namun, sebagian lainnya masih random,” tutur Hery kepada Media Indonesia, beberapa waktu lalu.

Menurut Herry, bentuk CSR yang dinilainya tepat sasaran di antaranya berupa pemberian beasiswa, pembina-an kewirausahaan, dan pengadaan sarana pendidikan.

Sejatinya capaian maksimal dari pe-laksanaan CSR pendidikan itu, lanjut-nya, sangat bergantung pada proposal yang disampaikan lembaga pendi-dikan dan kebijakan dari perusahaan yang memberikan dana. Lantaran itulah, Herry memandang alangkah

baiknya bila secara nasional ada me-kanis me atau panduan pengambilan keputusan. “Khususnya tentang prio-ritas hal-hal apa saja terkait dengan pendidikan yang akan didanai pada tahun tertentu,” pungkasnya.

Pada bagian lain, Direktur Eksekutif A+ CSR Indonesia Jalal mengatakan agar program CSR bisa mencapai semua lapisan masyarakat, perusaha-an sebaiknya berkolaborasi dengan lembaga swadaya masyarakat atau

pemerintah.Kerja sama dengan mereka, lanjut

Jalal, merupakan keharusan. Namun, bukan berarti menyerahkan sepenuh-nya pendanaan program CSR kepada mereka.

Di sisi lain, Jalal juga menyoroti pe-ranan pemerintah dalam pelaksanaan program CSR. Menurut dia pemerin-tah memiliki peranan tidak kalah pen-tingnya terutama dalam memberikan rangsangan agar perusahaan tetap konsisten dan tepat sasaran dengan melaksanakan program CSR mereka.

Salah satunya adalah memberikan penghargaan bagi mereka yang mem-perlihatkan kinerja yang tinggi, dan mempromosikan praktik-praktik yang baik sehingga menjadi pemicu perusa-haan yang lain untuk konsisten dan komit dengan program CSR-nya.

Salah satu perusahaan yang fokus pada pendidikan dalam program CSR-nya adalah Putera Sampoerna Foundation (PSF). Yayasan indepen-den yang berdiri pada 2001 ini semula fokus dalam pemberian beasiswa. “Namun, sekarang PSF coba me-lebarkan sayap dengan melatih dan mendidik generasi bangsa untuk jadi pemimpin,” papar Public Relations PSF Swasti Karim.

Apa pun bentuk program CSR pen-didikan yang dilakukan setiap perusa-haan, semuanya berujung pada satu tujuan, yakni meningkatkan kualitas pendidikan anak untuk masa depan bangsa. (Nur/S-2)

[email protected]

CSR Pendidikan untuk Masa Depan Bangsa

Dengan belum tercapainya 20% anggaran pendidikan dari APBN, program corporate social responsibility (CSR) sangat diperlukan.

Ida Farida

GRAFIS: FREDY