csr eksplorasi an emas
TRANSCRIPT
October 6, 2010 [ ]
CSR EKSPLORASI PERTAMBANGAN EMAS
Definisi CSR
Definisi CSR sangat menentukan pendekatan audit program CSR. Sayangnya,
belum ada definisi CSR yang secara universal diterima oleh berbagai lembaga. Beberapa
definisi CSR di bawah ini menunjukkan keragaman pengertian CSR menurut berbagai
organisasi (lihat Majalah Bisnis dan CSR, 2007; Wikipedia, 2008; Sukada dan Jalal,
2008).
World Business Council for Sustainable Development: Komitmen
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan memberi
kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan kualitas kehidupan
karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal dan masyarakat luas pada
umumnya.
International Finance Corporation: Komitmen dunia bisnis untuk memberi
kontribusi terhadap pembangunan ekonomi berkelanjutan melalui kerjasama
dengan karyawan, keluarga mereka, komunitas lokal dan masyarakat luas untuk
meningkatkan kehidupan mereka melalui cara-cara yang baik bagi bisnis maupun
pembangunan.
Institute of Chartered Accountants, England and Wales: Jaminan bahwa
organisasi-organisasi pengelola bisnis mampu memberi dampak positif bagi
masyarakat dan lingkungan, seraya memaksimalkan nilai bagi para pemegang
saham (shareholders) mereka.
Canadian Government: Kegiatan usaha yang mengintegrasikan ekonomi,
lingkungan dan sosial ke dalam nilai, budaya, pengambilan keputusan, strategi,
dan operasi perusahaan yang dilakukan secara transparan dan bertanggung jawab
untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan berkembang.
European Commission: Sebuah konsep dengan mana perusahaan
mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis
Page 1
October 6, 2010 [ ]
mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.
CSR Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan
berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya menyeimbangkan
beragam kepentingan para stakeholders.
Dalam konteks global, istilah CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan mulai
digunakan sejak tahun 1970-an dan semakin populer terutama setelah kehadiran buku
Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21st Century Business (1998), karya
John Elkington yang isinya mengembangkan tiga komponen penting sustainable
development, yakni economic growth, environmental protection, dan social equity, yang
digagas the World Commission on Environment and Development (WCED) dalam
Brundtland Report (1987). Elkington mengemas CSR ke dalam tiga focus ( 3P ),
singkatan dari profit, planet dan people. Perusahaan yang baik tidak hanya memburu
keuntungan ekonomi belaka (profit). Melainkan pula memiliki kepedulian terhadap
kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat (people).
Industri tambang semakin memperkuat citra perusahaannya melalui peningkatan
program pengembangan masyarakat (community development/Comdev) atau biasa
disebut Corporate Social Responsibility (CSR). CSR dilakukan untuk memberi citra
sebagai korporasi yang tanggap terhadap kepentingan sosial. Singkatnya, realisasi CSR
yang bersifat akomodatif tidak melibatkan perubahan mendasar dalam kebijakan
korporasi sesungguhnya. Umumnya, program CSR yang dulu disebut Program Kemitraan
dan Bina Lingkungan (PKBL) itu masih tidak jauh dari triprogram, yakni pendidikan,
kesehatan, maupun lingkungan.
Dampak langsung kegiatan pertambangan diantaranya kerusakan ekologis seperti
berkurangnya debit air sungai dan tanah, pencemaran air laut, kerusakan hutan hingga
sedimentasi tanah masih menjadi masalah yang belum terpecahkan secara tuntas. Fakta
yang paling merisaukan kini adalah dampak buruk berantai dalam jangka panjang.
Intensitas dampak eksplorasi pertambangan (terutama emas dan tembaga) tidak hanya
Page 2
October 6, 2010 [ ]
mengubah derajat kualitas sumber daya alam dan lingkungan hidup yang merugikan
generasi masa kini tetapi juga kerugian bagi generasi yang akan datang. Pelajaran
mengajarkan bahwa kegiatan pra-ekplorasi telah memicu deforestation, sebab kandungan
emas, tembaga dan mineral berada dalam tanah pada kedalaman dan lapisan tertentu dari
perut bumi. Selain itu juga dijumpai fakta di berbagai kawasan pertambangan selalu
menjadi kantong kemiskinan massif.
Bentuk kemiskinan massif ini ditandai dengan munculnya masalah kelaparan
ditengah kemewahan, putus sekolah massal ditengah pemborosan anggaran pendidikan,
keringkihan massal ditengah gaya hidup royal dan boros kaum pemodal. Belum lagi
kemiskinan akibat kehilangan sumberdaya untuk memberdayakan diri dan
mempertahankan hidupnya, hilangnya akses untuk ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan dan pemanfaatan sumberdaya yang ada adi sekitarnya. Sedihnya, fakta
demikian terjadi pada hampir seluruh kawasan dimana kaum pemodal sektor
pertambangan melakukan explorasi (terutama bahan logam ). Pada decade ini, explorasi
mineral meningkat tanpa kendali. Kebijakan dapat “dibeli” bahkan sengaja dibuat untuk
“mengamankan” kegiatan usaha pemodal. Kegiatan Corporate Sosial Responsibility
(CSR) juga dianggap mandul, karena dinilai hanya sebagai upaya “tutup mulut” atas
bentuk konversi dari dampak lingkungan yang semakin rusak parah.
Saat ini dampak kegiatan pertambangan emas dan tembaga diakui telah
memberikan keuntungan ekonomi sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan
yang penting, namun tak dapat dipungkiri pula bahwa side effect lain terhadap penurunan
kualitas lingkungan hidup (ecocide) dan hilangnya akses masyarakat lokal terhadap
sumberdaya mereka yakni tanah dan air juga terjadi secara selaras dengan penerimaan
yang diperoleh.
Secara internasional saat ini tercatat sejumlah inisiatif code of conduct
implementasi CSR. Inisiatif itu diusulkan, baik oleh organisasi internasional independen
(Sullivan Principles, Global Reporting Initiative), organisasi negara (Organization for
Economic Cooperation and Development), juga organisasi nonpemerintah (Caux
Roundtables), dan lain-lain. Di Indonesia, acuannya belum ada. Bahkan peraturan tentang
Page 3
October 6, 2010 [ ]
pembangunan komunitas (community development/CD) saat ini masih dalam bentuk draf
yang diajukan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Tak heran jika berbagai
korporasi sebenarnya berada dalam situasi "bingung" untuk melaksanakan CSR.
Selain gambaran itu, tampak pula kecenderungan pelaksanaan CSR di Indonesia yang
sangat tergantung pada chief executive officer (CEO) korporasi. Artinya, kebijakan CSR
tidak otomatis selaras dengan visi dan misi korporasi. Jika CEO memiliki kesadaran
moral bisnis berwajah manusiawi, besar kemungkinan korporasi tersebut menerapkan
kebijakan CSR yang layak. Sebaliknya, jika orientasi CEO-nya hanya pada kepentingan
kepuasan pemegang saham (produktivitas tinggi, profit besar, nilai saham tinggi) serta
pencapaian prestasi pribadi, boleh jadi kebijakan CSR sekadar kosmetik.
Sifat CSR yang sukarela, absennya produk hukum yang menunjang dan lemahnya
penegakan hukum telah menjadikan Indonesia sebagai negara ideal bagi korporasi yang
memang memperlakukan CSR sebagai kosmetik. Yang penting, Laporan Sosial
Tahunannya tampil mengkilap, lengkap dengan tampilan foto aktivitas sosial serta dana
program pembangunan komunitas yang telah direalisasi.
Di pihak lain, kondisi itu juga membuat frustrasi korporasi yang berupaya
menunjukkan itikad baik. Celakanya, bagi yang terakhir ini, walau dana dalam jumlah
besar dikucurkan, manajemen CSR dibentuk, serta strategi dan program dibuat, nyatanya
tuntutan serta demo dari masyarakat dan aktivis organisasi nonpemerintah masih tetap
berlangsung. Sementara itu, sikap pemerintah sejauh ini masih memprihatinkan.
Secara teoretis CSR mengasumsikan korporasi sebagai agen pembangunan yang penting,
khususnya dalam hubungan dengan pihak pemerintah dan kelompok masyarakat sipil.
Dengan menggunakan alur pemikiran motivasi dasar, berbagai stakeholder kunci dapat
memantau, bahkan menciptakan tekanan eksternal yang bisa "memaksa" korporasi
mewujudkan konsep dan penjabaran CSR yang lebih sesuai dengan kondisi Indonesia.
Dari perspektif masyarakat sipil, pola kemitraan sangat menguntungkan karena kegiatan
bisnis memiliki berbagai sumber daya penting dan kapabilitas yang dapat digabungkan
untuk tujuan-tujuan pembangunan. Misalnya, pembangunan infrastruktur industri
pertambangan di wilayah pedalaman mampu menyumbang secara signifikan pada
penyediaan berbagai fasilitas publik, yang dapat dilihat dalam perkembangan kota
Page 4
October 6, 2010 [ ]
Sangatta,Pekanbaru dan Balikpapan. Namun, peran masyarakat sipil dalam
pendayagunaan berbagai sumber daya dan kapabilitas perlu disalurkan dan diperkuat oleh
organisasi nonpemerintah dan pemerintah. Artinya, kemitraan adalah prasyarat dasar.
Dalam khazanah kemitraan dikenal istilah "kompetensi inti pelengkap" (complementary
core competencies). Kapasitas rekayasa teknis, logistik, finansial, dan sumber daya
manusia yang dimiliki korporasi dapat dipadu dengan modal sosial, ekonomi, budaya,
dan pengetahuan lokal. Tentu juga dengan kerangka pembangunan yang lebih luas yang
dilakukan pemerintah. Peningkatan posisi tawar masyarakat sipil masih harus
diperjuangkan. Masyarakat sipil perlu memainkan peran lebih aktif dalam membentuk
wacana tentang CSR. Hal ini mengisyaratkan kalangan organisasi nonpemerintah juga
harus lebih memahami agenda CSR. Bukan hanya retorikanya, tetapi juga unsur-unsur
terukurnya, seperti aspek legislasi dan berbagai indikator kuantitatif keberhasilan CSR
dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada awal perkembangannya, bentuk CSR yang paling umum adalah pemberian
bantuan terhadap organisasi-organisasi lokal dan masyarakat miskin di negara-negara
berkembang. Pendekatan CSR yang berdasarkan motivasi karitatif dan kemanusiaan ini
pada umumnya dilakukan secara ad-hoc, partial, dan tidak melembaga. CSR pada tataran
ini hanya sekadar do good dan to look good, berbuat baik agar terlihat baik. Perusahaan
yang melakukannya termasuk dalam kategori ”perusahaan impresif”, yang lebih
mementingkan ”tebar pesona” (promosi) ketimbang ”tebar karya” (pemberdayaan)
(Suharto,2008)
Dewasa ini semakin banyak perusahaan yang kurang menyukai pendekatan
karitatif semacam itu, karena tidak mampu meningkatkan keberdayaan atau kapasitas
masyarakat lokal. Pendekatan community development kemudian semakin banyak
diterapkan karena lebih mendekati konsep empowerment dan sustainable development.
Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti fairness, transparency, accountability,
dan responsibility kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan program
CSR. Sebagai contoh, Shell Foundation di Flower Valley, Afrika Selatan, membangun
Early Learning Centre untuk membantu mendidik anak-anak dan mengembangkan
keterampilan-keterampilan baru bagi orang dewasa di komunitas itu. Di Indonesia,
Page 5
October 6, 2010 [ ]
perusahaan-perusahaan seperti Freeport, Rio Tinto, Inco, Riau Pulp, Kaltim Prima Coal,
Pertamina serta perusahaan BUMN lainnya telah cukup lama terlibat dalam menjalankan
CSR.Kegiatan CSR yang dilakukan saat ini juga sudah mulai beragam, disesuaikan
dengan kebutuhan masyarakat setempat berdasarkan needs assessment. Mulai dari
pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pemberian pinjaman modal bagi UKM,
social forestry, penakaran kupu-kupu, pemberian beasiswa, penyuluhan HIV/AIDS,
penguatan kearifan lokal, pengembangan skema perlindungan sosial berbasis masyarakat
dan seterusnya. CSR pada tataran ini tidak sekadar do good dan to look good, melainkan
pula to make good, menciptakan kebaikan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Upaya-upaya yang dilakukan perusahaan dalam menerapkan
Corporate Social Responsibilities
Menurut Triple Bottom Line, saat ini sudah banyak perusahaan yang mulai
menerapkan program-program tanggung jawab sosialnya, baik yang melakukannya
secara terpaksa hanya karena peraturan yang ada ataupun perusahaan-perusahaan yang
menjalankannya secara serius dengan mendirikan yayasan-yayasan khusus untuk
menjalankan program-program tanggung jawab social mereka tersebut.
Oleh karena itu, sangat diharapkan bagi para perusahaan tersebut untuk menjaga
keseimbangan Triple Bottom Line tersebut dengan tidak mengabaikan peranan
stakeholder ( konsumen, pekerja, masyarakat, pemerintah, dan mitra bisnis ) guna
mencegah terjadinya gangguan pada manusia dan lingkungan sekitar perusahaan yang
dapat menimbulkan reaksi seperti demo masyarakat sekitar atau kerusakan lingkungan
sekitar akibat aktifitas perusahaan yang mengabaikan keseimbangan tersebut. Jadi, ada
atau tidaknya sebuah peraturan yang mewajibkan sebuah perusahaan yang menjalankan
program tanggung jawab sosial atau tidak sebenarnya tidak akan terlalu membawa
perubahan karena jika perusahaan tidak menjaga keseimban gan antara people, profit, dan
planet maka cepat atau lambat pasti akan timbul reaksi dari pihak yang dirugikan kepada
perusahaan tersebut.
Page 6
October 6, 2010 [ ]
Berikut kita akan melihat beberapa contoh perusahaan besar beserta upaya yang
telah mereka lakukan untuk memenuhi tanggung jawab sosialnya, yaitu :
PT Freeport Indonesia mengklaim telah menyediakan layanan medis bagi
masyarakat Papua melalui klinik-klinik kesehatan dan rumah sakit modern di
Banti dan Timika. Di bidang pendidikan, PT Freeport menyediakan bantuan dana
pendidikan untuk pelajar Papua, dan bekerja sama dengan pihak pemerintah
Mimika melakukan peremajaan gedung-gedung dan sarana sekolah. Selain itu,
perusahaan ini juga melakukan program pengembangan wirausaha seperti di
Komoro dan Timika.
Melalui Program Kemitraan dan Bina Lingkungan, Pertamina terlibat dalam aktivitas
pemberdayaan ekonomi dan sosial masyarakat, terutama di bidang pendidikan,
kesehatan dan lingkungan. Pada aspek pendidikan, BUMN ini menyediakan beasiswa
pelajar mulai dari tingkatan sekolah dasar hingga S2, maupun program pembangunan
rumah baca, bantuan peralatan atau fasilitas belajar. Sementara di bidang kesehatan
Pertamina menyelanggarakan program pembinaan posyandu, peningkatan gizi anak
dan ibu, pembuatan buku panduan untuk ibu hamil dan menyusui dan berbagai
pelatihan guna menunjang kesehatan masyarakat. Sedangkan yang terkait dengan
persoalan lingkungan, Pertamina melakukan program kali bersih dan penghijauan
seperti pada DAS Ciliwung dan konservasi hutan di Sangatta.
PT HM Sampoerna, salah satu perusahaan rokok besar di negeri ini juga menyediakan
beasiswa bagi pelajar SD, SMP, SMA maupun mahasiswa. Selain kepada anak-anak
pekerja PT HM Sampoerna, beasiswa tersebut juga diberikan kepada masyarakat
umum. Selain itu,melalui program bimbingan anak Sampoerna, perusahaan ini terlibat
sebagai sponsor kegiatan-kegiatan konservasi dan pendidikan lingkungan.
PT Coca Cola Bottling Indonesia melalui Coca Cola Foundation melakukan
serangkaian aktivitas yang terfokus pada bidang-bidang: pendidikan, lingkungan,
bantuan infrastruktur masyarakat, kebudayaan, kepemudaan, kesehatan,
pengembangan UKM, juga pemberian bantuan bagi korban bencana alam.
Page 7
October 6, 2010 [ ]
PT Bank Central Asia, Tbk berkolaborasi dengan PT Microsoft Indonesia
menyelenggarakan pelatihan IT bagi para guru SMP dan SMA negeri di Tanggamus,
Lampung. Pelatihan ini sebagai pelengkap dari pemberian bantuan pendirian
laboratorium komputer untuk beberapa SMP dan SMA di Gading Rejo, Tanggamus
yang merupakan bagian dari kegiatan dalam program Bakti BCA.
Nokia Mobile Phone Indonesia telah memulai program pengembangan masyarakat
yang terfokus pada lingkungan dan pendidikan anak-anak perihal konservasi alam.
Perusahaan ini berupaya meningkatkan kesadaran sekaligus melibatkan kaum muda
dalam proyek perlindungan orangutan, salah satu fauna asli Indonesia yang dewasa ini
terancam punah.
PT Timah, dalam rangka melaksanakan tanggung jawab sosialnya menyebutkan
bahwa ia telah menyelenggarakan program-program yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Perusahaan ini menyatakan bahwa
banyak dari program tersebut yang terbilang sukses dalam menjawab aspirasi
masyarakat diantaranya berupa pembiakan ikan air tawar, budidaya rumput laut
dan pendampingan bagi produsen garmen
Astra Group, melalui Yayasan Dharma Bhakti Astra menyebutkan bahwa mereka
telah melakukan program pemberdayaan UKM melalui peningkatan kompetensi
dan kapasitas produsen. Termasuk di dalam program ini adalah pelatihan
manajemen, studi banding, magang, dan bantuan teknis. Di luar itu, grup Astra
juga mendirikan yayasan Toyota dan Astra yang memberikan bantuan pendidikan.
Yayasan ini kemudian mengembangkan beberapa program seperti: pemberian
beasiswa, dana riset, mensponsori kegiatan ilmiah universitas, penerjemahan dan
donasi buku-buku teknik, program magang dan pelatihan kewirausahaan di
bidang otomotif.
Contoh diatas hanya merupakan sebagian kecil dari sedikit perusahaan di Indonesia yang
telah menerapkan program program tanggung jawab sosial. Masih banyak perusahaan
yang melihat program tanggung jawab sosial sebagai suatu program yang menghabiskan
Page 8
October 6, 2010 [ ]
banyak biaya dan merugikan bagi mereka. Perusahaan yang telah menjalankan program
tanggung jawab sosial pun ada yang menerapkan program tanggung jawab sosial tersebut
karena alasan untuk mengantisipasi penolakan dari masyarakat dan lingkungan sekitar
perusahaan. Masih jarang ada perusahaan yang menjadikan program tanggung jawab
sosial sebagai bagian dari perencanaan strategis perusahaan. Mereka tidak melihat
kenyataan di lapangan bahwa perusahaan yang menjadikan menjadikan program
tanggung jawab sosial sebagai bagian dari perencanaan strategis perusahaan mempunyai
corporate image yang lebih tinggi sehingga dapat berdampak pada loyalitas yang tinggi
pada baik bagi masyarakat yang telah di untungkan oleh perusahaan tersebut juga bagi
konsumen yang sering mengandalkan corporate image dalam mengonsumsi apa yang
mereka beli.
Kesimpulan
Istilah CSR (Corporate Social Responsibility) mulai digunakan sejak tahun 1970an dan di
Indonesia istilah CSR baru digunakan sejak tahun 1990-an. Sebagian besar perusahaan di
Indonesia menjalankan CSR melalui kerjasama dengan mitra lain, seperti LSM,
perguruan tinggi atau lembaga konsultan. Dimana pengertian dari CSR (Corporate Social
Responsibility) dapat didefenisikan sebagai Kepedulian perusahaan yang menyisihkan
sebagian keuntungannya (profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan
lingkungan (planet) secara berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat
dan profesional. Undang-undang tentang CSR di Indonesia diatur dalam UU PT No.40
Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa PT yang menjalankan usaha di bidang dan/atau
bersangkutan dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan
lingkungan (Pasal 74 ayat 1). UU No.25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15
(b) menyatakan bahwa ”Setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung
jawab sosial perusahaan.” Selajutnya lebih terperinci adalah UU No.19 Tahun 2003
tentang BUMN. UU ini kemudiaan dijabarkan lebih jauh oleh Peraturan Menteri Negara
BUMN No.4 Tahun 2007 yang mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara
pelaksanaan CSR. Kepedulian perusahaan yang menyisihkan sebagian keuntungannya
(profit) bagi kepentingan pembangunan manusia (people) dan lingkungan (planet) secara
berkelanjutan berdasarkan prosedur (procedure) yang tepat dan professional merupakan
Page 9
October 6, 2010 [ ]
wujud nyata dari pelaksanaan CSR di Indonesia dalam upaya penciptaan kesejahteraan
bagi masyarakat Indonesia.
By Boozy Prime
Faculty of Geology Padjadjaran University
Page 10