critical review - disertasi transmisi hadis nusantara (fatihunnada)

32
1 Critical Review of Disertation Transmisi Hadis di Nusantara: Peran Ulama Hadis Muḥammad Maḥfūẓ al-Tarmasi>, Karya Muhajirin Oleh: Fatihunnada A. PENGANTAR Pendekatan dan Metodologi Studi Islam (PMSI) merupakan mata kuliah wajib 1 yang diampu Team Dosen 2 yang dikoordinatori oleh Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar, MSPD bagi mahasiswa SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan tujuan membentuk penguasaan menganalisis hasil penelitian yang ada dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metodologi kajian Islam yang telah didapat kemudian menawarkan alternatif desain penelitian terhadap studi yang dikritisi 3 . 1 SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011 – 2015 (Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 20. 2 Tim Dosen beranggotakan 7 pakar dibidang masing-masing, yaitu, Prof. Drr. H.M. Atho Mudzhar, MSPD, Prof. Dr. Abudin Nata, MA, Prof. Dr. A. Rodoni, MM, Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, MA, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Dr. Yusuf Rahman, MA dan Dr. Oman Fathurahman,Mhum. 3 SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik, 85-86.

Upload: fatihunnada

Post on 30-Jun-2015

2.243 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Critical Review of Disertation

Transmisi Hadis di Nusantara:

Peran Ulama Hadis Muḥammad Maḥfūẓ al-Tarmasi>, Karya Muhajirin

Oleh: Fatihunnada

A. PENGANTAR

Pendekatan dan Metodologi Studi Islam (PMSI) merupakan mata kuliah wajib1 yang diampu Team Dosen2 yang dikoordinatori oleh Prof. Dr. H.M. Atho Mudzhar, MSPD bagi mahasiswa SPS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan tujuan membentuk penguasaan menganalisis hasil penelitian yang ada dengan menggunakan berbagai pendekatan dan metodologi kajian Islam yang telah didapat kemudian menawarkan alternatif desain penelitian terhadap studi yang dikritisi3.

Namun, hasil kritik ini tidaklah menjadi hal yang paling baik untuk diterapkan dalam penelitian, karena reviewer hanya memberikan kritik dari aspek metodologi dan teori kemudian tidak lupa menyumbangkan tawaran alternatif yang bersifat konstruktif jika reviewer melakukan penelitian sejenis ini, seperti yang dilansir pada Kontrak Perkuliahan Pendekatan dan Metodologi Studi Islam (PMSI).

B. RINGKASAN DISERTASI

Sebelum mengkritik disertasi ini, reviewer memaparkan gambaran singkat terhadap isi hasil penelitian Muhajirin per-bab sebagai bahan acuan kritik dan alternatif yang akan ditawarkan, sehingga dapat ditemukan perbaikan yang tepat.

BAB I : PENDAHULUAN1SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik

Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011 – 2015 (Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), 20.

2Tim Dosen beranggotakan 7 pakar dibidang masing-masing, yaitu, Prof. Drr. H.M. Atho Mudzhar, MSPD, Prof. Dr. Abudin Nata, MA, Prof. Dr. A. Rodoni, MM, Dr. Ahmad Luthfi Fathullah, MA, Dr. Sudarnoto Abdul Hakim, MA, Dr. Yusuf Rahman, MA dan Dr. Oman Fathurahman,Mhum.

3SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik, 85-86.

Page 2: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Latar Belakang, Telaah Pustaka, Perumusan Masalah, Signifikansi, Metode dan Sistematika Penelitian

Muḥammad Maḥfûzh ibn ʻAbd Allāh ibn ʻAbd al-Mannān al-Tarmasi> adalah pembangkit ilmu hadis dirāyah Nusantara, sekaligus pelopor transmisi kitab hadis ke Nusantara. Hal ini bisa dibuktikan dengan minimnya daftar ulama Nusantara abad XIX menjelang XX yang menyandang gelar sebagai muḥaddith. salah satu tokoh sentral penyebaran karya-karya al-Tarmasi> adalah KH. Hasyim Asy'ari. Van den Berg dan Mahmud Yunus menyatakan bahwa kitab-kitab hadis primer belum banyak ditemukan di Nusantara sebelum abad XX. Yang ditegaskan oleh Martin van Bruinessen bahwa hadis sudah menjadi "makanan pokok" para santri di abad XIX, kendati masih bersumber pada kitab hadis skunder. Maka perumusan masalah penelitian ini adalah, bagaimana transmisi kitab hadis berlangsung di Nusantara? dan, bagaimana peran al-Tarmasi> selaku ulama Nusantara beserta muridnya dalam penyebaran tersebut?. Sedangkan tinjauan pustaka yang dihadirkan oleh peneliti merujuk pada teori Bruinessen, Mastuki, M. Ishom dan Muh Tasrif, namun kajian ini hanya menyentuh profil singkat ulama hadis Nusantara dan kajian hadis sebagai pedoman hukum, maka penelitian ini akan mengkaji proses transmisi hadis ke Nusantara dan membuktikan hal ini. Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Library Research dan Content Analysis disertai pendekatan imajinasi historis komparatif (Historical Approach). Dan menghadirkan sumber primer berupa karya-karya al-Tarmasi>, dan sumber skunder berupa kitab-kitab terkait dan hasil wawancara kepada responden yang dinilai sebagai sumber-sumber data yang terkait dengan obyek penelitian. Kemudian sistematika penelitian ini dijabarkan dalam bingkai enam bab: pendahuluan, pengantar bagaimana transmisi hadis terjadi dari dunia Timur Tengah menuju Nusantara, uraian hubungan ulama Nasional Haramayn, inti pembahasan dinamika keilmuan hadis Nusantara khususnya al-Tarmasi> dan murid-muridnya dan kesimpulan, saran dan rekomendasi.

BAB II : TEORI DAN SEJARAH PENYEBARAN HADIS

Page 3: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Penyebaran Hadis Pra Kodifikasi

Pada masa Nabi sampai sahabat (Munculnya hadis pertama sampai perintah resmi khalifah 'Umar ibn 'Abd al-ʻAzîz) hadis telah ditransmisikan melalui lisan, hapalan dan beberapa catatan yang dibawa oleh sahabat dan juga pada pedagang yang memiliki peran aktif dalam penyebaran hadis dengan peraturan yang ketat, yang menjadikan transmisi ini memiliki nilai historis kuat, terlebih mereka adalah sosok yang otoritatif.

Transmisi Hadis Pasca Kodifikasi

Ditandai dengan perintah 'Umar b. 'Abd al-'Azīz terhadap Abū Bakr Muḥammad ibn Muslim ibn 'Ubayd Allah ibn Shihāb al-Zuhrī dan ulama semasanya untuk mengkodifikasi hadis, sehingga metode yang digunakan terus berkembang sampai dalam bentuk Muṣannafāt, Masānīd, dan lainya. Sehingga muncul pula ragam ilmu hadis dirāyah yang independen. Ulama mutaakhiri>n yang melakukan upaya maksimal agar kitab-kitab yang sudah lahir sebelumnya dikoreksi sesuai dengan materi dan substansinya agar lebih mudah dicerna yang semuanya ini menjadi pegangan dan pedoman dalam transmisi hadis.

Dinamika Keilmuan Hadis Abad XIX-XX

Sejak Islam dikuasai oleh kolonial Barat pada abad 12 hingga 16, muncul gerakan pembaharuan Islam abad 20 atas pelopor Taqī al-dīn Ibn Taymīyah, Ibn Qayyim al-Jawzi>yah, Muh}ammad ibn ʻAbd al-Wahha>b di Saudi, Shaykh Wali> Allah di India, Muḥammad al-Shawka>ni> di Yaman, Muḥammad ʻAlī Fasha, Jamāl al-dīn al-Afghānī, dan Muḥammad ʻAbduh di Mesir yang menderungkan konsep "kembali kepada al-Qur'an dan sunnah" dan membuka kembali ijtihad. Sampai lahir reaksi tanah Haramayn untuk membangkitkan kajian hadis di tengah kehidupan umat Islam sehingga menjadi gaya hidup dan prilaku masyarakat muslim dalam beragama dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitar guna pembaharuan paham, sehingga hadis dianggap sebagai sebuah disiplin yang mendukung usaha ke arah rekonstruksi sosial moral umat Islam.

BAB III : ULAMA HADIS NUSANTARA DI HARAMAYN

Page 4: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Hubungan Internal Ulama Nusantara

Klasifikasi interaksi Timur Tengah dengan Nusantara menurut Azyumardi Azra terbagi tiga fase: pertama, sejak akhir abad ke 8 hingga abad ke 12 hubungan yang terjalin lebih kepada arahekonomi melalui perdagangan. Kedua, dari abad ke 12 hingga akhir abad 15 hubungan yang terjalin mulai mengarah kepada aspek yang lebih luas, Islam mulai menyebar di Nusantara. Ketiga, sejak abad 16 hingga paruh kedua abad 17 terjalin hubungan yang lebih intensif dan masuk ke sisi politik.

Ulama Hadis Nusantara: Sosio Historis Al-Tarmasī

Muḥammad Maḥfûzh ibn ʻAbd Allāh ibn ʻAbd al-Mannān al-Tarmasī (1285-1338 H) terlahir di Termas-Pacitan, pada 1291 H, pada saat itu ayahandanya sedang berada di Haramayn, kemudian beliau dibawa ayah untuk bermukim di Mekah selama 6 tahun. Sepulangnya ke Nusantara, diasuh kedua orang tua sebelum berguru kepada KH. Shaleh Darat, pada 1308 H kembali belajar ke Haramayn, diantaranya ilmu hadis kepada Muḥammad Syaṭā al-Makkī. Dan pada 1 Rajab 1338 H beliau wafat lalu dikebumikan di pemakaman keluarga Syaṭā.

Jaringan Eksternal al-Tarmasī Dengan Ulama Haramayn

Haramayn dan Mesir adalah pusat keilmuan Islam abad XX, inilah pertimbangan al-Tarmasī melangkahkan kaki menuju Haramayn berguru kepada Shaykh Muḥammad Sharibnī, al-Sayyid Husayn ibn Muḥammad, al-Sayyid Abū Bakr ibn al-Sayyid Muḥammad Syaṭā, KH. Khalil Bangkalan, KH. Hasyim Asy'ari, KH. Wahab Hasbullah Jombang, Muhammad Bakir Yogyakarta, KH. R. Asnawi Kudus, Bisri Syamsuri, Ali al-Banjari Kalimantan Selatan, Syekh Allamah Nawawi Pasuruan, Muhammad Bakir, M. Faqih, Abas Jamil al-Bintani, Rodin Asnawi al-H}a>fiz} al-Qudsi> dan lainnya. Dalam hubungan yang erat dengan cara melahirkan karya-karya baik di bidang hadis, tafsir, fiqh, dan lain-lain sebagai tanda bakti terhadap guru, dan dijadikan referensi oleh akademisi Mesir, Mekah dan lainya, karya beliau juga diajarkan di pesantren Nusantara.

BAB IV : PENYEBARAN HADIS DI NUSANTARA

Page 5: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Hadis di Nusantara Abad XIX-XX

Awal kebangkitan pendidikan Islam Nusantara dimulai akhir abad XIX dan awal XX oleh Nawawī al-Bantanī, Khaṭīb al-Minangkabawī dan Muḥammad Maḥfūẓ al-Tarmasī.

Dari penelitian fakta yang ada di Nusantara, sebelum tahun 1990an kajian yang berkembang adalah al-Qur'an, Tafsir, Fikih, Nahwu dan Sharaf, maka hadis belum menjadi komoditi akademik. Sampai di Sumatra Thawalib pada tahun 1921 menggunakan kitab Ḥadīth Arbaʻīn, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dan Ṣaḥīḥ Muslim, Matn dan Sharḥ al-Bayqunīyah, bahkan kitab Fatḥ al-Bārī yang merupakan kitab Sharḥ Hadis diajarkan pada Madrasah Azizah tahun 1927. Jawa tidak luput dari perkembangan kajian hadis di pondok pesantren, seperti Tebuireng, Krapyak, Situbondo, dan lainnya juga menggunakan Kutub al-Tisʻah, Riyāḍ al-Ṣālihīn dan lainnya. Sehingga muncul karya Nusantara, seperti Ilmu Musthalah Hadis karya Mahmud Yunus dan Mahmud Aziz, Pokok-Pokok Ilmu Hadis Sebagai Dasar Pemibnaan Hukum Islam dan Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadis karya Hasbi al-Shiddieqy, dan Iktisar Ilmu Hadis karya Fatchurrahman.

Dari analisa yang ada, pada awal abad XX karya perdana Nusantara dalam bidang hadis yang dipelajari para santri beberapa pondok pesantren di Indonesia adalah karya Muḥammad Maḥfūẓ al-Tarmasī.

Karya Muḥaddith Nusantara

Beberapa data menyebutkan karya hadis Nusantara sebelum abad XX nyaris tidak ditemukan, baru awal abad XX kembali ditemukan yakni karya al-Tarmasī. Namun Oman Fathurahman menemukan beberapa hal yang dianggap missing list, diantaranya, Mawāʻīẓ al-Bādī dan Sharḥ Arbaʻīn karya ʻAbd al-Raʼūf 'Alī al-Jāwī (1805), al-Fawāʼid al-Bahīyah karya Nuruddin Muḥammad ibn 'Alī al-Ranirī (dicetak 1927), dan Mukhtaṣar Ṣaḥīḥ al-Turmudhī Baḥr al-Madhī karya Muḥammad Idrīs ʻAbd al-Raʼūf al-Marbawī al-Azharī (1957).

Kemudian pada awal abad XX, muncul al-Tarmasī sebagai ahli hadis yang dibuktikan dengan kreatifias intelektualnya dalam beberapa karya beragam disiplin ilmu, termasuk hadis. yaitu,

Page 6: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Thulatsīyat al-Bukhārī, al-Mabhah al-Khayrīyah fi Arbaʻīn Ḥadīthan min Aḥādīth Khayr al-Barīyah, al-Khalʻat al-Fikrīyah bi Sharḥ al-Minḥah al-Khayrīyah, Manhaj Dhaw al-Naẓar fi Sharḥ Alfiyyat 'Ilm al- Ātsār dan Kifāyat al-Mustafīd fī mā ʻAlā min al-Asānīd.

Perbandingan Arbaʻīn al-Nawawī dan Arbaʻīn al-Tarmasī:

No Arbaʻīn al-Nawawī Arbaʻīn al-Tarmasī Ket

1 Keikhlasan Kasih sayang

2 Kaedah Islam Keikhlasan Awal SB

3 Rukun Islam Kebersihan Awal SM

4 Proses manusia Adab buang air besar Awal SD

5 Larangan bid'ah Shalat & shadaqah Awal ST

6 Meninggalkan syubhat Shalat awal waktu Awal SN

7 Nasehat Ta'at Rasulullah Awal SIM

8 Kehormatan muslimMembasuh tangan

bangun tidurAwal MT

9 Beramal semampunyaLarangan hadis

mawdlūʻKe-1 TS

10 Memakan yang halal Satrah dalam shalat Ke-2 TS

11 Wara' Menghadap tiang Ke-3 TS

12 Hal tidak berguna Waktu Maghrib Ke-4 TS

13 Cinta Puasa ʻĀshūrāʼ Ke-5 TS

14 Darah halal Puasa ʻĀshūrāʼ Ke-6 TS

15 Adab luhurShalat Mayit

berhutangKe-7 TS

16 MarahShalat Mayit sudah dibayar hutangnya

Ke-8 TS

17 Berbuat baikMensucikan alat

masakKe-9 TS

Page 7: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

18 Adab-adab Islam Fidyah pembunuh Ke-10 TS

19 Bantuan Allah Baiʻat Ke-11 TS

20 Malu Melihat musuh Ke-12 TS

21 Istiqamah Sifat Nabi Ke-13 TS

22 Amalan masuk surga Khaybar Ke-14 TS

23 Berlomba kebaikanPerang Nabi & orang

syahadat Ke-15 TS

24 Sifat Allah Qiṣāṣ Ke-16 TS

25 Pintu ta'at dan shadaqahPeralatan non

muslimKe-17 TS

26 Syukur nikmat Makan Qurbān Ke-18 TS

27 Kebajikan dan dosaMembunuh tak

sengajaKe-19 TS

28 Wasiat Qiṣāṣ Ke-20 TS

29 Jalan surga Baiʻat Ke-21 TS

30 Zuhud Dzikir Ke-22 TS

31Membahayakan orang lain

Mubārazah sahabat ketika Badr

Akhir SB

32 Bukti jelas Mencela waktu Akhir SM

33 Mencegah kemunkaran Manusia dan Allah Akhir SD

34 Adab bersosialisasi Minum yang boleh Akhir ST

35 Balasan kebaikan Sifat surga neraka Akhir SN

36 Kemurahan Allah Nama-nama Nabi Akhir SIB

37 Murka dan ridla AllahHalal, haram dan

syubhat Akhir MT

38 Tidak berdosa Ghirās al-Jannah Halal, haram, mutasyabihat

39 Pendek angan-angan Husnul khotimah Ghirās al-Jannah

Page 8: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

40 Keinginan muslim Khātim al-Saʻādah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pemilihan hadis yang ditawarkan al-Tarmasi> lebih sistematis dan terstruktur, kemudian setiap hadis yang dicantumkan dilengkapi dengan sanad. Inilah yang tidak ditemukan dalam karya al-Nawawi>.

Upaya Transmisi Hadis ke Nusantara

Meskipun setelah kepergian al-Tarmasī ke Haramayn untuk kedua kali, ia tidak lagi kembali ke Nusantara. Namun untuk menyebarkan karya-karyanya ia memilih beberapa upaya, diantaranya:

1- Melalui murid-murid, seperti KH. Hasyim Asy'ari (1871-1947) dan lainnya.

2- Melalui saudara kandungnya, seperti KH. Dimyathi ibn Abdullah, KH. Abdur Rozak dan KH. Dahlan.

3- Melalui penerbit, beberapa penerbit yang mempublikasikan karya al-Tarmasī tanpa izin ahli waris, karena belum diketahui siapa ahli waris.

4- Melalui jama'ah Haji, karena al-Tarmasī merupakan figur yang paling dikenal di kalangan ulama Jawa.

Peran al-Tarmasī dan Murid-Muridnya

Al-Tarmasī memiliki jaringan sanad yang tersambung kepada Imam al-Bukhārī dari dua jalur gurunya: salah satunya, Sayyid Syaṭā al-Makkī, Aḥmad ibn Zaynī Daḥlān, Shaykh 'Utsmān al-Dimyāṭī, Shaykh Muḥammad al-Shanwanī, 'Isā al-Barawī, Shaykh Muḥammad al-Dafrī, Shaykh Sālim, Shaykh 'Abd Allah ibn Sālim al-Baṣrī, Shaykh Muḥammad ibn ʻAlāʼ al-Dīn al-Bābilī, Shaykh Sālim ibn Muḥammad al-Sanhūrī, al-Najm Muḥammad al-Ghaytī, al-Imam Zakariyya, Ibn Ḥajar al-'Asqalānī, Ibrahīm ibn Aḥmad, Abu al-'Abbas, al-Husain ibn al-Mubarak, Abu al-Waqt, Abū al-Ḥasan, Abū Muḥammad al-Sarakhī, Muḥammad ibn Yūsuf al-Faribarī, al-Imam Ḥāfiẓ al-Ḥujjāj dan Imam al-Bukhārī.

Kemudian para muridnya yang lebih berperan aktif menyebarluaskan hadis di Nusantara. Alhasil, kitab-kitab hadis mulai banyak dikenal masyarakat Indonesia.

Page 9: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

BAB VI: PENUTUP

Kesimpulan

Penjelasan dan bukti temuan di atas, membuktikan bahwa: Muḥammad Maḥfūẓ ibn 'Abd Allah al-Tarmasī adalah ulama Nusantara yang mendunia dan dikenal sebagai pembangkit ilmu dirāyah, dan pelopor transmisi hadis ke Nusantara melalui muridnya, keturunannya, jama'ah haji, percetakan serta alumni Haramayn. Sebab:

1- Revitalisasi ajaran Nabi ke Nusantara sejak paruh kedua abad 17 dengan gerakan pembaharuan.

2- Al-Tarmasī dikenal sebagia ulama Nusantara yang pertama kali mendapatkan gelar Muḥaddith.

Implikasi Penelitian

Dari penelitian ini, ditemukan hal yang perlu ditindaklanjuti, diantaranya:

1- Perlunya kajian yang lebih mendalam dan berwarna tentang karya-karya intelektual Nusantara, termasuk al-Tarmasī, khususnya di bidang hadis.

2- Perlunya peran aktif dari pihak terkait untuk menjembatani penelitian-penelitian di bidang hadis Nusantara dengan menyediakan perpustakaan khusus atau menghadirkan tokoh muh}addith dunia guna terwujudnya pancaran sejarah klasik Nusantara.

C. ANALISIS KRITIS DISERTASI

Ditinjau dari pengaturan jumlah halaman, disertasi ini dimulai dengan Bab I dengan 25hal., dilanjutkan dengan teori dan

Page 10: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

sejarah awal pada Bab II dengan 29 hal., dan biografi tokoh pada Bab III dengan 105 hal., kemudia bab inti pada Bab IV dengan 116 hal., kemudian ditutup pada Bab V dengan 3hal. Reviewer memandang, bila diprosentase, bab intinya memenuhi 42% dari jumlah halaman seluruh penelitian dan belum memenuhi peraturan yang mengharuskan minimal halaman bab-bab inti adalah 70%.4

Terlebih lagi Bab IV yang merupakan bab inti, hanya pada dua sub bab terakhir saja yang mendalami inti sari disertasi ini, yaitu poin C, upaya transmisi hadis ke Nusantara dan peran al-Tarmasi> dan murid-muridnya.

I. Kritik Metodologi

Penelitian adalah cara ilmiah guna meraih hasil data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal ini dapat ditemukan setidaknya empat unsur yang perlu dipahami dan disiapkan dalam sebuah penelitian yaitu: cara ilmiah (metodologi), data, tujuan dan kegunaan.5 Maka dapat disimpulkan bahwa metodologi adalah tongkat utama terbangunnya sebuah penelitian. Metodologi dalam penelitian Islam terbentuk dengan pernyataan yang jelas dari persepsi pada kenyataan sejarah, geograpi, astronomi, sosial dan lainnya yang berbasis pada pokok Islam, Al-Qur'an dan hadis.6

Pada dasarnya, kritik metodologi sangat bertumpu pada bagian proposal tesis atau disertasi, yang berunsurkan dari perumusan masalah yang seharusnya bertumpu pada suatu fokus, dan penentuannya bergantung pada paradigma apakah yang dianut oleh seorang peneliti, yaitu apakah ia sebagai peneliti, evaluator, ataukah sebagai peneliti kebijakan.7

Masalah sangatlah berbeda dengan tujuan, karena ia tidak sekedar pertanyaan-pertanyaan. Melainkan suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih yang

4SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik, 72.5Sugiono, Statistika untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 2010), 1.6Muḥammad Mumtaz Ali, Conceptual and Methodological Issues in

Islamic Research: A Few Milestones (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1996), 107.

7Yvonna S. Lincoln dan Egon G. Guba, Naturalistic Inquiry (Beverly Hills: Sage Publication, 1985), 226.

Page 11: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda-tanda dan dengan sendirinya memerlukan upaya untuk mencari sesuatu jawaban.8

Dalam disertasi ini, fokus masalah penelitian adalah Transmisi Kitab Hadis ke Nusantara serta Peran al-Tarmasī dan Murid-muridnya. Dalam meneliti penyebabnya Muhajirin menekankan pada dua sisi: pertama, bagaimana transmisi kitab hadis berlangsung di Nusantara? Kedua, bagaimana pula peran al-Tarmasī selaku ulama Nusantara yang dikenal memiliki keahlian dalam bidang hadis beserta muridnya dalam penyebaran tersebut?.9 Maka disertasi ini mencoba merumuskan masalah dalam sejarah dan ketokohan.

Karena perumusan masalah sangat bersifat tentatif, artinya penyempurnaan rumusan fokus masalah masih tetap dilakukan dan berubah untuk disempurnakan sewaktu penelitian dilaksanakan. Meskipun pengamat memandang hal ini bisa menjadi destruktif, namun di sisi lain dapat menjadi konstruktif. Karena perubahan yang terjadi merupakan tanda adanya gerakan menuju penyempurnaan.10

Dalam disertasi ini, tujuan penelitian adalah mengetahui bagaimana proses transmisi kitab-kitab hadis Nusantara dalam penyebarannya, terkhusus peran al-Tarmasī selaku ulama Nusantara yang menspesialisasikan diri dalam bidang hadis beserta murid-muridnya.11 Dan signifikansinya adalah mengetahui proses transmisi kitab hadis di Nusantara, termasuk ketokohan al-Tarmasī sebagai seorang ulama Nusantara yang menyandang gelar muhaddits dan para murid-muridnya.12

Dalam disertasi ini, Muhajirin menggunakan pendekatan sejarah (historical approach) dengan meodel pendekatan diakronik

8Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), 93.

9Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara: Peran Ulama Hadis Muḥammad Mahfudz al-Tarmasī, Disertasi pada Universitas Islam Negeri Jakarta (2009), 26.

10Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 95-96.11Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 34.12Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 35.

Page 12: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

(periodik) ataupun pendekatan sinkronik (melebar) guna mengetahui fakta historis tersebut.13

Sedangkan metode pengumpulan data ditempuh dengan menggunakan studi literature (library research) pada kitab-kitab primer dan sekunder serta sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan yang diperkuat dengan metode pengumpulan data dengan wawancara. Kemudian analisis data yang diperoleh dilaksanakan dengan penyeleksian data yang terfokus pada permasalahan penelitian guna mendekati suatu penilaian (judgment) serta mengkomparasikan beberapa pendapat yang ada.14 Dengan demikian, hasil penelitian dapat menimbulkan pengertian dan gambaran yang berbeda-beda tergantung pada pendekatan apa yang digunakan.15

Dalam disertasi ini, Muhajirin menggunakan pula metode wawancara sebagai penguat data yang terkumpul. Menurut Mohamad Ali, keunggulan wawancara sebagai alat penelitian adalah: wawancara dapat dilaksanakan kepada setiap individu tanpa dibatasi oleh faktor usia maupun kemampuan membaca, data yang diperoleh dapat langsung diketahui obyektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka, wawancara dapat dilaksanakan langsung kepada responden yang diduga sebagai sumber data, wawancara dapat dilaksanakan dengan tujuan memperbaiki hasil yang diperoleh dan pelaksanaan wawancara dapat lebih fleksibel dan dinamis karena dilakukan secara langsung sehingga meminimalisir kesalahpahaman.16

Salah satu contoh wawancara yang dilakukan oleh Muhajirin dengan KH. Muhammad Habib Dimyathi, KH. Lukman Haris Dimyathi, KH. Multazam Surur dan KH. Lukman dalam diskusi di kediaman KH. Lukman Pesantren Tremas tanggal 8 September 2008: Sebagai saudara kandung al-Tarmasi>, tentunya KH. Dimyathi membawa buah tangan yang sangat berharga, tidak saja bagi saudara-saudaranya

13Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 37.14Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 37.15Abudin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2007), 190 – 194.16W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: Grasindo, t.t), 119 – 120.

Page 13: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

tetapi juga untuk keluarga besar Pesantren Tremas. Buah tangan tersebut adalah karya-karya al-Tarmasi> yangsudah ada, kendati masih dalam bentuk manuskrip atau berupa catatan-catatan kuliah. Secara literatur, keterangan ini tidak penulis temukan, akan tetapi penjelasan yang demikianlah yang penulis dapatkan dari anak cucu KH. Dimyathi.17

Dalam wawancara lain kepada KH. Lukman yang dikutip Muhajirin: hampir semua pesantren salafi menjadikan beberapa karya al-Tarmasi> sebagai meteri pelajaran yang diwajibkan.18

Dalam disertasi ini, ditemukan beberapa kesalahan pengetikan dan translitasi yang tidak konsisten seperti pada halaman 153, tertulis Al-Syekh, sedangkan pada halaman 156, tertulis Syaikh, maka merujuk pada pedoman translitasi terbaru seharusnya tertulis shaykh, namun reviewer menganggap bahwa hal itu wajar karena tahun terbit disertasi ini (2009) menggunakan translitasi yang berbeda, tetapi terlihat dalam disertasi ini kurang konsisten.

II. Kritik Teori

Dalam disertasi ini, kerangka teori yang disodorkan adalah jaringan ilmu Nusantara yang lahir dari buah tangan para ulama Nusantara dan tidak bisa lepas dari gagasan dan praktek keagamaan Haramayn yang diperankan oleh ulama Nusantara dari aktifitas dan kreatifitas. Menurut Bruinessen Intelektual Muslim adalah seseorang yang memiliki spesialisasi keilmuan Islam dan ilmu-ilmu kemanusiaan dengan komitmen kuat kepada Islam.19 Al-Tarmasī yang menjadi pisau analisa sebagai salah satu ulama Nusantara

17Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 245.18Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 119.19Martin van Bruinessen, Indonesia's Ulama and Politics: caught

between legitimising the status quo and searching for alternatives, Prisma - The Indonesian Indicator (Jakarta), No. 49 (1990), 52 - 69. Dalam tulisan aslinya: Muslim intellectuals, academics who often specialise in non-Islamic subjects but have a profound knowledge of and strong commitment to Islam.: http://www.hum.uu.nl/medewerkers/m.vanbruinessen/publications/Ulama_and_politics.htm (17 Maret 2009 0:28:26). Diaksens, 12 02 2013.

Page 14: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

yang menjadi objek kajian ini adalah sosok seorang intelektual yang ahli dalam bidang hadis.20 Reviewer memandang penempatan landasan kerangka teori Muhajirin sudah memenuhi salah satu tujuan penggunaan landasan teori yang diungkapkan oleh Tan yang meliputi: mengungkap sesuatu yang sama sekali baru, menolak penelitian sebelumnya, mempertanyakan atau mengkaji ulang pemikiran atau hasil penelitian seseorang dan memperdalam atas hasil penelitian yang sudah ada.21

Melalui telaah pustaka terdahulu menjelaskan posisi kajian ini. Pengkaji terdahulu sangat minim menyentuh bidang hadis karena memang kajian hadis di Indonesia masih sedikit. Bruinessen, Mastuki, M. Ishom dan Muh Tasrif hanya menyentuh profil singkat ulama hadis Nusantara dan kajian hadis sebagai pedoman hukum. Maka Muhajirin memposisikan kajian sebagai hal yang baru mengenai transformasi hadis ke Nusantara, dalam kata lain ini merupakan kajian baru kajian hadis dari satu sudut.22

Pada Bab II, III dan IV, Muhajirin mencoba membangun teori keilmuan dengan menjabarkan sejarah panjang penyebaran hadis dari tanah Arab sampai Nusantara. Bab II, dikhususkan kajian penyebaran hadis Haramayn dan sekitarnya. Bab III, dijabarkan kondisi ulama Nusantara yang menyambangi Haramayn guna mencari hadis. Bab IV, menjelaskan penyebaran hadis di Nusantara akibat penyebrangan ulama Nusantara ke Haramayn dan sebab lainnya. Sebagai contoh, interaksi yang berlangsung antara Nusantara dan Haramayn yang terbagi dalam tiga fase dengan meminjam teori yang ditawarkan oleh Azyumardi Azra.23

Reviewer melihat keseluruhan rangkaian penelitian ini sangat kokoh dari teori sampai masuk ke dalam bab-bab inti. Akan tetapi, Muhajirin sudah menegaskan bahwa posisi penelitiannya untuk memenuhi kekosongan sepinya kajian hadis yang ada di Indonesia, namun reviewer memandang kurangnya pendalaman teori kajian hadis yang disediakan oleh Muhajirin, sangat sedikit

20Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 32.21Mely G Tan, "Masalah Perencanaan Penelitian" dalam

Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: Gramedia, 1983), 27.

22Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 26 – 30.23Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 123..

Page 15: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

sekali teori penelitian hadis yang digunakan dalam disertasi ini, karena hanya mengandalkan pendekatan sejarah.

Dalam penutup, Muhajirin menyimpulkan jawaban dari perumusan masalah yang diajukan dengan beberapa elemen mendukung kesimpulan tersebut. Tidak lupa, Muhajirin mengajukan rekomendasi yang tepat untuk kelangsungan kajian hadis di Indonesia.24 Maka disertasi ini sudah ditutup dengan jawaban dan saran yang baik dalam bidang kajian hadis Nusantara.

III. Tawaran Motodologi dan Teori alternatif

1. Tawaran Metodologi

Dalam sebuah penelitian sekurang-kurangnya perlu mengandung beberapa hal yaitu, perumusan masalah penelitian, penjabaran masalah penelitian, kegunaan dan signifikansi penelitian, studi pustaka dan Metode pengumpulan data dan analisa data.25

a. Perumusan dan Penjabaran Masalah Penelitian

Latar belakang adalah pengumpulan seluruh data secara global, baik yang bersifat primer atau sekunder agar peneliti mampu dengan leluasa menyampaikan teori secara umum tentang fokus pembahasan yang akan dilaksanakan.26 Maka metode yang dilakukan Muhajirin sudah sangat baik.

Dalam disertasi ini, Muhajirin berupaya memibngkai perumusan masalah dengan batasan masalah yang ditemukan. Maka perlu adanya penerapan prinsip-prinsip perumusan masalah yang tepat seperti, prinsip yang berkaitan dengan teori dasar-dasar, prinsip yang berkaitan dengan maksud perumusan masalah, prinsip hubungan faktor, fokus sebagai wahana untuk membatasi studi, prinsip yang berkaitan dengan kriteria inklusi-eksklusi, prinsip yang berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah, prinsip sehubungan dengan posisi perumusan masalah, prinsip yang berkaitan dengan hasil penelaahan kepustakaan dan prinsip yang

24Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 291 – 293.25Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam: Dalam Teori dan Praktek

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 67.26Emīl Yaʻqūb, Kayfa Taktubu Baḥthan aw Manhajīyat al-Baḥth

(Lebanon: Jarrous Press, t.t.), 57.

Page 16: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

berkaitan dengan penggunaan bahasa.27 Maka reviewer memandang satu sisi yang tidak kalah penting dalam mengungkap penyebab masalah tersebut yaitu, bagaimana kondisi masyarakat Nusantara setempat pada saat itu apakah ada kaitannya dengan tersebarnya hadis ke Nusantara melalui peran al-Tarmasī dan murid-muridnya?.

Sebagaimana yang ditunjukan oleh Moloeng Dalam meneliti penyebabnya sangat diperlukan telaah dari berbagai sisi.28

Sebagai contoh: fokus masalah penelitian adalah Kenakalan Pelajar, maka penyebab masalahnya dapat ditinjau dari beberapa sisi, lingkungan sekolah, kondisi dan perhatian orang tua, mental remaja yang bergejolak. Faktor-faktor tersebut bisa dijadikan sebagai bahan acuan penyebab kenakalan pelajar. Dengan demikian masalah penelitiannya menjadi sebagai berikut: Apakah kaitan lingkungan belajar sekolah dengan kenakalan pelajar? Apakah perhatian yang kurang dari orang tua karena sibuk dengan pekerjaan bisa mengakibatkan kenakalan pelajar? Bagaimana kondisi mental pelajar dalam masa remaja apakah dapat dijadikan akar dari segala kenakalan pelajar?.

b. Kegunaan dan Signifikansi Penelitian

Selanjutnya, hal yang tidak kalah penting dalam sebuah penelitian adalah tujuan dan signifikansi penelitian. Tujuan penelitian adalah upaya untuk memecahkan masalah.29 Maka tujuan sepatutnya diungkapkan dengan spesifik dan tidak mengambang atau mengarah ke arah yang berbeda.

Dalam disertasi ini, Muhajirin Reviewer memandang tujuan dan signifikansi yang diberikan Muhajirin sudah tepat menimbang fokus masalah penelitian yang saling berkaitan pada satu prinsip yang sama dan dapat menghasilkan serta menyusun teori atau wawasan baru, tidak sekedar menguji, mengkonfirmasi atau verifikasi suatu teori yang sudah berlaku.30

c. Metode Pendekatan

27Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 112-118.28Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 93.29Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 94.30Lexy J. Moloeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, 113.

Page 17: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Reviewer memandang penulis sangat mengandalkan pendekatan periodik untuk mengukuhkan temuan sejarah yang ada guna mengidentifikasi pola kemlompok beserta coraknya.31 Namun menurut Mudzhar Periodesisasi dan elemen-elemen merupakan kedua hal yang sangat dibutuhkan untuk membuktikan kesejarahan suatu kejadian.32

d. Metode Pengumpulan dan Analisa Data

Metode yang komprehensip akan berdampak positif terhadap penelitian. Hal tersebut perlu mendapat perhatian besar, karena metode penelitian dapat menentukan pada prosedur alat serta desain penelitian.33 Proses pengumpulan data adalah bagian yang tidak kalah penting dalam penelitian untuk membangun desain penelitian. Dua metode pengumpulan data yang biasa digunakan adalah: pertama, pengumpulan data dari sumber tertulis seperti buku, karya tulis akademik dan lainnya, kedua, pengumpulan data dari sumber penelitian lapangan, percobaan dan lain-lain. Namun kedua metode ini dapat digunakan secara bersamaan dalam sebuah penelitian.34

1. Tawaran Teori

a. Teori Pemilihan Judul

Judul penelitian berisi pernyataan yang secara spesifik mencerminkan isi penelitian yang dilakukan (mencerminkan konsep atau hubungan antarkonsep dari gejala/fenomena yang diteliti.35 Dan juga singkat36, bila dapat dijangkau dengan satu kalimat maka tidak perlu penambahan kalimat kedua yang

31Peter Connoly (ed.), Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj. Imam Khoiri, dari judul asli Approaches to The Study of Religion (Yogyakarta: Lkis, 2012), 295.

32Disampaikan oleh Atho Mudzhar dalam perkuliahan Mata Kuliah Pendekatan dan Metodologi Studi Islam (PMSI) Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Senin, 17 Januari 2013.

33Moh Nazir, Metode Penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), 6034ʻAlī Idrīs, Madkhal ʼilá Manāhij al- Baḥth al-ʻIlmī li Kitābat al-

Risālah al-Jāmiʻīyah (Tunis: al-Dar al-'Arabiyyah li al-Kitab, t.t.), 70.35PPS UNPAD Bandung, Panduan Penyusunan & Penulisan Tesis dan

Disertasi Program Pascasarjana Tahun Akademik 2011/2012 (Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, 2011), 8.

36SPS Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Pedoman Akademik, 68.

Page 18: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

seharusnya berfungsi untuk memfokuskan judul bila kalimat pertama masih bersifat umum.37

Reviewer memandang, judul yang lebih tepat dengan pertimbangan diatas adalah: Peran Ulama Hadis Muh}ammad Mah}fu>z} al-Tarmasi> dalam Transmisi Hadis di Nusantara.

b. Studi Pustaka

Studi pustaka adalah upaya menggali teori, temuan dan bahan penelitian yang ada dan dijadikan landasan serta pedoman dalam sebuah kajian sehingga distingsi studi dengan penelitian sebelumnya menjadi gamblang. Hal ini bertujuan untuk membangun kerangka atau konsep yang akan diberlakukan dalam kajian.38

Reviewer memandang Muhajirin sudah menempatkan posisi dan kerangka atau konsep penelitiannya dengan baik melalui kajian pustaka karena beberapa faktor yang mendukung berupa minimnya kajian hadis di Indonesia.

Kemudian dalam substansi yang disajikan pada bab-bab analisis, reviewer ingin menawarkan satu Bab khusus yang mendalami kajian ini dari sudut penelitian hadis, yaitu membahas salah satu karya tokoh di bidang hadis dari pendekatan ilmu hadis. Sebagai contoh, Manhaj Dhaw Naz}ar merupakan karya di bidang ilmu hadis, Araba'i>n al-Tarmasī karya di bidang literatur hadis dan karya-karya yang lain. Hal ini diungkapkan oleh Muhajirin, betapa pentingnya menggali kembali peninggalan-peninggalan ulama Nusantara terdahulu, dalam ungkapannya: demikian beberapa hal yang dapat penulis sajikan dari kitab Manhaj Dzaq al-Nazhar yang seharusnya perlu diadakan penelitian khusus secara mendalam dan konferhensip.39

Maka reviewer akan menentukan sistematika dalam penelitian semacam ini sebagai berikut:

37Disaring dari diskusi mata kuliah PMSI pada Februari 14 2013, Kamis, yang diampuh oleh Yusuf Rahman.

38Deputi Akademik dan Kerjasama, Pedoman Akademik, 70.39Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara, 222.

Page 19: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Pada bab I akan dibahas latar belakang munculnya masalah, yang dimulai dari sekilah gambaran penyebab kelangkaan kajian hadis di Nusantara hingga akhir abad XIX, kemudian muncul seorang sosok al-Tarmasi> yang menspesialisasikan diri dalam bidang hadis, sekaligus sebagai pisau analisa guna melihat peran dan kontribusinya.

Pada bab II sebagai kerangka dan landasan teori akan dibahas bagaimana para intelektual memiliki pandangan tentang jaringan keilmuan Nusantara, perdebatan apa saja yang muncul akibat perbedaan data sejarah yang didapat dan dilihat dengan perspektif masing-masing.

Pada bab III akan diuraikan hubungan ulama Nusantara dengan tanah Haramayn, kemudian bagaimana hubungan dan jaringan mereka terjalin, khususnya yang terjadi pada al-Tarmasi>, data ini akan didukung dengan sosio historis al-Tarmasi> dan segala hal yang menjadikannya ahli hadis internasional.

Pada bab IV yang merupakan bab inti akan diawali dengan peran al-Tarmasi> terhadap sumbangan-sumbangan literatur hadis Nusantara, peran al-Tarmasi> terhadap intelektual-intelektual hadis Nusantara lainnya, peran murid-muridnya terhadap penyebaran hadis di Nusantara.

D. PENUTUP

Demikian Critical Review of Disertation karya Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara: Peran Ulama Hadis Muḥammad Maḥfūẓ al-Tarmasī yang merupakan kumpulan informasi yang reviewer dapatkan dari mata kuliah Pendekatan dan Metodologi Studi Islam (PMSI) yang diampu oleh team teaching. Namun apa yang reviewer sampaikan di sini tidak dapat dicap sebagai perbaikan yang lebih baik sebelum kritikan dan saran dilontarkan kepada reviewer guna terus menyempurnakan kajian ini.

Page 20: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

Daftar Pustaka

Ali, Muḥammad Mumtaz. Conceptual and Methodological Issues in Islamic Research: A Few Milestones. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1996.

Bruinessen, Martin van. Indonesia's Ulama and Politics: caught between legitimising the status quo and searching for alternatives, Prisma - The Indonesian Indicator. Jakarta, No. 49, 1990.), 52 – 69 http://www.hum.uu.nl/medewerkers/m.vanbruinessen/publications/Ulama_and_politics.htm (17 Maret 2009 0:28:26). Diaksens, 12 02 2013.

Connoly, Peter (ed.). Aneka Pendekatan Studi Agama, Terj.. Khoiri, Imam. Dari judul asli Approaches to The Study of Religion. Yogyakarta: Lkis, 2012.

Gulo, W. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo, t.t.

Idrīs, 'Alī. Madkhal ʼilá Manāhij al-Bahth al-'Ilmī li Kitābat al-Risālah al-Jāmi'īyah. Tunis: al-Dār al-'Arabīyah li al-Kitāb, t.t.

Lincoln, Yvonna S. dan Guba, Egon G. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publication, 1985.

Moloeng, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006.

Mudzhar, Atho. Pendekatan Studi Islam: Dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.

Muhajirin, Transmisi Hadis di Nusantara: Peran Ulama Hadis Muḥammad Maḥfūẓ al-Tarmasī. Disertasi pada Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009.

Nata, Abudin. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.

UIN, SPS. Pedoman Akademik Program Magister dan Doktor Pengkajian Islam 2011 – 2015. Jakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Page 21: Critical Review - Disertasi Transmisi Hadis Nusantara (Fatihunnada)

1

UNPAD, PPS. Panduan Penyusunan & Penulisan Tesis dan Disertasi Program Pascasarjana Tahun Akademik 2011/2012. Bandung: Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran (UNPAD) Bandung, 2011.

Sugiono. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2010.

Tan, Mely G. "Masalah Perencanaan Penelitian" dalam Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia, 1983.

Ya'qūb, Emīl. Kayfa Taktubu Baḥthan aw Manhajīyat al-Baḥth. Lebanon: Jarrous Press, t.t.