copy of interaksi belajar mengajar

47
BAB I PENDAHULUAN 1.Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi. Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat menghantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru sebagai pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik.Guru sebagai pendidik tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui interaksi belajar mengajar. Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru harus memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar mengajar, baik dari tujuan, faktor, unsur dan pola interaksi belajar mengajar. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa. 1.Rumusan Masalah 1.Apa yang dimaksud interaksi belajar mengajar? 2.Unsur-unsur apa saja yang ada di dalam interaksi belajar mengajar? 3.Apa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar? 4.Bagaimana pola interaksi belajar mengajar? 2.Tujuan Penulisan 1.Memahami pengertian interaksi belajar mengajar. 2.Mengetahui dan memahami unsur-unsur interaksi belajar mengajar. 3.Memahami faktor-faktor interaksi belajar mengajar 4.Mengetahui apa saja pola interaksi mengajar. 3.Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode

Upload: dody-setiawan

Post on 21-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN 

1.Latar BelakangPendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi.Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat menghantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru sebagai pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik.Guru sebagai pendidik tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui interaksi belajar mengajar.Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru harus memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar mengajar, baik dari tujuan, faktor, unsur dan pola interaksi belajar mengajar. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa. 

1.Rumusan Masalah1.Apa yang dimaksud interaksi belajar mengajar?2.Unsur-unsur apa saja yang ada di dalam interaksi belajar mengajar?3.Apa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar?4.Bagaimana pola interaksi belajar mengajar?2.Tujuan Penulisan1.Memahami pengertian interaksi belajar mengajar.2.Mengetahui dan memahami unsur-unsur interaksi belajar mengajar.3.Memahami faktor-faktor interaksi belajar mengajar4.Mengetahui apa saja pola interaksi mengajar. 

3.Metode PenulisanDalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dan berkaitan dengan Interaksi Belajar Mengajar sebagai informasi untuk penulisan makalah ini 

 

BAB IIPEMBAHASAN 

1.Pengertian Interaksi Belajar Mengajar1.Pengertian InteraksiInteraksi Sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Social Interaction yang berarti saling bertindak, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik antara individu, antara kelompok dan antara individu dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu dan terjadi keadaan saling mempengaruhi diantara mereka.

2.Pengertian BelajarMenurut Poerwodarminto, dalam kamus umum bahasa Indonesia menjelaskan ” Belajar adalah berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu dan sebagainya).” Namun secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.3.Pengertian MengajarMengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar dengan tujuan yang dirumuskan, hal tersebut dapat diartikan bahwa sasaran akhir proses pembelajaran adalah siswa belajar.4.Pengetian Interaksi dalam belajar mengajarDari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan:Interaksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa. 

1.Unsur-Unsur Interaksi Belajar MengajarDalam setiap interaksi pendidikan akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:1. Unsur NormatifDalam interaksi normatif, antara guru dan peserta didik harus berpegang pada norma yang diyakini bersama. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendidikan itu sifatnya normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti mencerminkan interaksi yang bersumber pada sumber-sumber norma yakni agama, falsafah hidup dan kesulitan.2. Unsur TeknisPendidikan dapat dirumuskan pula secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang merupakan kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa,terikat dalam situasi, serta terarah pada satu tujuan.Jika pendidikan diformulasikan usaha pembentukan manusia susila,pancasila sejati,manusia beragam, dan sebagainya adalah normatif dalam formulasinya. Adapun peristiwa atau rangkaian peristiwa menuju kepada pembentukan itu sendiriadalah suatu proses teknis.Secara teoritis pemisahan pembahasan mengenai aspek normatif dan aspek teknis lazim terjadi. Namun secara praktiknya merupakan suatu kesulitan bahkan mustahil untuk memisahkan kedua unsur tersebut. Karena pendidikan merupakan satu senyawa terhadap suatu persoalan dasar yang sama. 

2.3 Faktor—faktor Interaksi Belajar MengajarSebagaimana diketahui bahwa proses pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar subjek didik; guru dan siswa. Komunikasi antar dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi faktor yang mendasari terjadinya interaksi belajar mengajar yang meliputi sebagai berikut:1. Faktor TujuanTerdapat istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus dengan rincian sebagai berikut:

a. Tujuan umum yang dikenal dengan istilah aims.    Aims sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, ia menjadi pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan luas dari aims mengharuskan untuk dijabarkan/dijelaskan secara nyata dan terarah. Maka dikenal istilah goals.Goals lebih menyatakan suatu aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan dikembangkan beberapa rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis, dan realistik daripada aims. 

b. Tujuan khusus yang dikenal dengan istilah objectivesDalam gambaran objectives tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah menjalani interaksi pengajaran. Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk kelakuan

yang dalam istilah lain disebut behavior. Maka tujuan khusus sering disebut behavioral objactives.Dalam memantapkan rumusan tujuan khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu “kesesuaian ” dan “kegunaan. Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus mesti sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi. Sedangkan istilah kegunaan menunjukan bahwa tujuan khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai kegunaan dalam interaksi pengajaran.Tujuan pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yakni:1.Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.2.Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan3.Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera. 

Sedangkan fungsi dari tujuan pengajaran itu sendiri ialah:1.Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam melaksanakan aktivitan/ interaksi belajar mengajar.2.Menjadi penentu arah kegiatan3.Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun desain pengajaran4.Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan mempeluasruang lingkupnya.5.Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang akan terjadi. 

2. Faktor Bahan Atau Materi PengajaranPenguasaan materi oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa—apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan.Penetapan/penentuan materi tersebut harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dan tidak boleh menyimpang dari tujuan yang telah ada. 

3. Faktor Guru Dan Peserta DidikGuru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan peserta didik sebagai yang langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa tugas seorang pengajar/guru itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan ini mengandung dua kemanfaatan.1.Bagi orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu pengetahuan maka ia akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.2.Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamnanya hingga mereka dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut.Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik. Dengan demikian dalam waktu bersamaan ia harus mengemban dua tugas utama yaitu mengajar dan mendidik. Dalam rangka mengemban peran ganda tersebut maka secara garis besar guru harus harus memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat yang disimpulkan menjadi 3 kompetensi yakni:1.Kompetensi individual2.Kompetensi sosial3.Kompetensi profesionalBagi peserta didik juga berlaku pada dirinya tugas dan kewajiban. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan peserta didik.1.Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. Imam Ghazali menyatakan: “Mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat—sifat tercela.” Menurutnya, ilmu pengetahuan itu

kebaikan hati, shalatnya jiwa, dan mendekatkan batin pada Allah.2.Peserta didik harus bersedia untuk mencari ilmu pengetahuan. Sedia mencurahkan segala tenaga,jiwa,raga dan pikiran untuk berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.3.Jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang telah diperolehnya, apalagi menetang guru. Ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.4.Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Dalam hal ini Imam Ghazali menyatakan bahwa untuk dapat mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dapat melalui dua sebab; Kemuliaan hasil/perolehan dan kepercayaan dan kekuatan dalil/argumentasinya. 

4. Faktor MetodeMetode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan faktor utama yang menentukan suatu metode.

5. Faktor situasiYang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti faktor kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan sarana dan prasarana yang memadai yang mungkin mengganggu atau menghambat dalam proses pembelajaran.Diantara keadaan tersebut ada yang dapat diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan alternatif metode—metode mengajar dengan mengingat kemungkinan—kemungkian perubahan situasi.Sedangkan terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan perubahan secara tiba-tiba/mendadak diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai cara/metode yang digunakan. 

D. Pola Interaksi dalam PembelajaranDalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:    1. Pola dasar interaksiDalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi. 

2. Pola interaksi berpusat pada isiDalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran. 

3. Pola interaksi berpusat pada guruPada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif. 

4. Pola interaksi berpusat pada siswa

Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya.Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.    BAB IIIPENUTUP 

3.1 KesimpulanInteraksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.Interaksi belajar mengajar mengandung 2 unsur, yaitu unsur normatif dan unsur teknis. Sedangkan faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar meliputi:Faktor tujuan:Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasanTujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera.Faktor bahan/materi pengajaran: guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan.Faktor guru dan peserta didik: Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran.Faktor metode: Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum.Faktor situasi: suasana belajar atau suasana kelas pengajaran.Dalam proses interaksi antara guru dan siswa terdiri dari 4 pola, yaitu:

 

1. Pola dasar interaksi2. Pola interaksi berpusat pada isi3. Pola interaksi berpusat pada guru4. Pola interaksi berpusat pada siswa

 

 

Hidup bersama antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk perhubungan, dan di

dalam berbagai jenis situasi. Tanpa adanya proses interaksi di dalam hidup manusia, tidak

mungkin mereka dapat hidup bersama.

1.     Pengertian Interaksi Belajar Mengajar

Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan).[1] Jadi interaksi adalah kegiatan

timbal balik.

Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan;

mempengaruhi; antar hubungan.[2] Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi

atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare” yang

berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama.[3]

Sardiman AM. mengatakan bahwa dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan

dan komunikator. Hubungan komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan

sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Untuk menyampaikan pesan diperlukan

saluran atau media. Jadi, di dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu: komunikan,

komunikator, pesan, dan saluran atau media.[4]

Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi adalah suatu hal saling

melakukan aksi dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terdapat suatu hubungan

antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang

telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk

mencapai tujuan tersebut.

Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan

pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (siswa), sedangkan

mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua

kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal

balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.[5]

Dalam pendidikan, interaksi bersifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu berlangsung

dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak mengembangkan potensi pendidikan. Jadi,

interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan potensi

sepenuhnya, sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri,

masyarakat dan negara. Dalam interaksi itu harus ada perubahan tingkah laku dari siswa

sebagai hasil belajar. Di mana siswa yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar

mengajar dan guru hanya berperan sebagai pembimbing.[6]

Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik,

atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena

antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu

komunikasi sosial atau pergaulan.[7] Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar

mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus

menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik).[8] Di mana interaksi itu

harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan

tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.

Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi belajar mengajar yang

dimaksud di sini adalah hubungan timbal balik antara guru dan anak didik guna mencapai

suatu tujuan tertentu.

2.     Komponen-komponen dalam Interaksi Belajar Mengajar

Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar mengajar. Komponen-komponen itu

misalnya tujuan, bahan, metode dan alat. Untuk mencapai tujuan instruksional, masing-

masing komponen itu akan saling merespon dan mempengaruhi antara yang satu dengan

yang lain. Sehingga tugas guru adalah mendesain dari masing-masing komponen agar tercipta

PBM yang optimal. Guru selanjutnya dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar yang

lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Mengenai komponen-komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

a.       Tujuan

Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi belajar mengajar. Tujuan dapat

memberikan arah yang jelas ke mana kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. Tujuan

pengajaran yang ditetapkan oleh guru akan mempengaruhi jenis metode yang digunakan,

sarana prasarana dan lingkungan belajar mengajarnya.[9]

b.      Bahan pembelajaran

Bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik, oleh karena itu guru harus

mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik.

Bahan (materi) itu tentunya dipilih dan disesuaikan dengan bahan yang dapat menunjang

tercapainya tujuan pengajaran yang ditetapkan.[10]

c.       Metode

Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pengajaran.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi metode mengajar, yaitu tujuan dengan

berbagai jenis dan fungsinya, anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, situasi

dengan berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya serta

pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.

Adapun metode-metode dalam proses belajar mengajar antara lain: metode ceramah, tanya

jawab, diskusi, pemberian tugas dan metode demonstrasi.[11]

d.      Alat

Alat adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan interaksi belajar mengajar biasanya dipergunakan alat material dan non

material.

Agar alat-alat tersebut mencapai tujuan, maka: Pertama harus dikenal dahulu alat-alat itu

sebaik-baiknya, mengerti fungsinya dan apa yang dapat kita capai dengan alat itu. Kedua,

harus jelas tujuan yang dikehendaki melalui alat tersebut. Ketiga, harus terampil dalam

penggunaannya. Keempat, harus sanggup memelihara/memanfaatkan alat-alat yang ada.[12]

e.       Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrumen penggali

data tes perbuatan, tes tertulis, dan tes lisan. Oleh karenanya menurut Edwin Wars dan W.

Brown, bahwa evaluation refer to the act for process to determining the value of something.

Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak

didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru menilai aktivitas atau

pengalaman yang di dapat dan menilai metode mengajar yang dipergunakan.[13]

Dengan demikian jika komponen-komponen itu direncanakan dan dipersiapkan dengan

matang, maka akan mengurangi hambatan-hambatan yang muncul dalam proses belajar

mengajar bahkan akan lebih memotivasi anak untuk melakukan belajar secara efektif dan

efisien.

3.     Pola Komunikasi dalam Interaksi Belajar Mengajar

Menurut Nana Sudjana, ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa, yakni

komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi.

a.       Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah

Yaitu guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif, siswa pasif,

mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.

b.      Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah

Yaitu guru bisa berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Sebaliknya siswa, bisa

penerima aksi bisa pula pemberi aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan siswa.

c.       Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah

Yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga antara siswa

dengan siswa. Siswa dituntut aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru, dapat berfungsi

sebagai sumber belajar bagi siswa lain.[14]

Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam berbagai pola

komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai dengan

konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagaimana yang dikehendaki para ahli dalam

pendidikan modern.[15]

Hidup antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk hubungan serta di dalam

berbagai keadaan. Tanpa proses interaksi dalam hidup, maka manusia tidak mungkin

dapat hidup bersama. Interaksi terdiri dari kata inter yang berarti antar dan aksi yang

berarti kegiatan. Sehingga interaksi adalah kegiatan timbal balik.

Dari sisi terminologi interaksi berarti hal saling melakukan aksi saling berhubungan dan

mempengaruhi. Interaksi selalu berhubungan dengan istilah komunikasi. Komunikasi

berasal dari kata communicare yang artinya berpartisipasi dan memberitahukan. Dalam

proses komunikasi maka dikenal adanya unsur komunikan serta komunikator. 

Hubungan antara komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan tentang satu

hal yang dikenal dengan istilah pesan atau message. Demi menyampaikan pesan

dibutuhkan saluran atau media. Dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu adanya

komunikan, adanya komunikator, isi pesan dan saluran ataumedia.

Apabila dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi belajar mengajar adalah suatu hal yang saling melakukan aksi di dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya ada suatu hubungan antara murid dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari interaksi tersebut adalah suatu hal yang sudah disadari serta disepakati sebagai milik bersama dan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan itu.

Belajar serta mengajar adalah dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar cenderung kepada apa yang dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar cenderung kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin dalam belajar. Dua kegiatan itu menjadi terpadu dalam satu kegiatan ketika terjadi hubungan

timbal balik atau interaksi antara guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.

Di pendidikan, interaksi belajar mengajar mempunyai sifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu terjadi dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi untuk mengembangkan potensi pendidikan. Interaksi bertujuan untuk membantu pribadi anak mengembangkan potensi diri sepenuhnya sesuai dengan cita-citanya dan hidupnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan negara. Di dalam interaksi tersebut harus ada perubahan tingkah laku dari murid sebagai hasil dari belajar. Interaksi belajar mengajar merupakan kegiatan timbal balik antara guru dengan murid. See more at: http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/interaksi-belajar-mengajar.html#sthash.hM1JThRb.dpuf

Pemahaman awal melalui interaksi   edukatif Posted by: amir1404 on: April 29, 2010

In: interaksi belajar mengajar  Leave a Comment

Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal dengan adanya unsur komunikan dankomunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan isitlah pesan(message). Kemudian untk menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran (channel). Jadi unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media. Begitu juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, empat unsur untuk terjadinya proses komunikasi itu akan selalu ada.Interaksi edukatif sebenarnya merupakan komunikasi timbal-balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, yakni untuk mencapai pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).Kalau demikian apa yang dimaksud dengan interaksi edukatif itu? Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Jadi dalam hal ini yang penting bukan bentuk interaksinya, tetapi yang pokok adalah maksud atau tujuan berlangsungnya interaksi itu sendiri. Karena tujuan menjadi hal yang pokok, kegiatan interaksi itu memang direncanai atau disengaja.Secara rinci dalam proses edukatif paling tidak mengandung ciri-ciri antara lain :

1. Ada tujuan yang ingin dicapai;2. Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi;3. Ada pelajar yang aktif mengalami;4. Ada guru yang melaksanakan;5. Ada metode untuk mencapai tujuan;6. Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik;7. Ada penilaian terhadap hasil interaksi

Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif. Karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik (pengajar/guru) dan anak didik (siswa) berpegang pada ukuran norma hidup, pandangan terhadap individu dan masyarakat, nilai-nilai moral, kesusilaan yang semuanya merupakan sumber norma di dalam pendidikan.Pendidikan pula dapat dirumuskan dari sudut proses teknis, terutama dilihat dari segi persitiwanya. Dengan pendidikan perubahan dan pertumbuhan jasmaniah, perubahan watak, pertumbuhan intelek, dan pertumbuhan sosial mampu dibentuknya. Dengan demikian, pendidikan merupakan himpunan kultural yang sangat kompleks yang dapat digunakan sebagai perencanaan kehidupan manusia.Ciri-ciri interaksi belajr mengajar menurut Edi Suardi dalam bukunyaPedagogik (1980) :

1. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.

2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prosedur ini harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai.

3. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Artinya butuh persiapan yang matang tentang materi yang akan diajarkan dan materi ini harus sesuai dengan tujuan

pembelajaran.4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Syarat mutlak terjadinya interaksi belajar mengajar adalah

keaktifan siswa baik secara fisik maupun secara mental. Inilah yang sesuai dengan konsep PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).

5. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Tugas guru adalah memotivasi siswa, memberikan nilai hidup agar siswa bersemangat dan mau belajar serta guru merupakan contoh bagi murid sehingga perilaku guru merupakan perilaku yang akan ditiru oleh siswa.

6. Dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin disini merupakan suatu aturan yang ada dan disepakati bersama oleh sejumlah komponen. Disiplin disini merupakan suatu tingkah laku yang baik dan mesti ditaati karena disiplin erat kaitannya dengan suatu aturan yang telah disepakati.

7. Ada batas waktu. Untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran maka batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.

8. Adanya penilaian. Tercapai tidaknya suatu tujuan dapat diketahui dari adanya kegiatan penilaian.

latar belakang interaksi belajar   mengajar Posted by: amir1404 on: April 29, 2010

In: interaksi belajar mengajar  Leave a Comment

Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antara manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi.Jika kita menelaah tentang interaksi maka dalam dunia pendidikan dikenal dengan interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Lebih spesifik lagi interaksi edukatif adalan interaksi belajar mengajar.Belajar mengajar adalah dua kegiatan tunggal tetapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri.Dalam interaksi belajar mengajar yang terpenting adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar. Diharapkan potensi siswa dapat sedikit demi sedikit berkembang menjadi komponen penalaran yang bermoral, manusia-manusia aktif dan kreatif yang beriman.

Sebagai bahan tambahan dalam referensi makalah anda, terutama untuk bahasan pendidikan, berikut ini akan dirumuskan beberapa dasar interaksi belajar mengajar. Dasar-dasar interaksi belajar yang dimaksud, yaitu hal-hal mendasar yang mesti diperhatikan dan menjadi pertimbangan, dalam rangka melakukan interaksi dalam pembelajaran

Interaksi bersifat edukatif

Suatu interaksi dikatakan memiliki sifat edukatif bukan semata ditentukan oleh bentuknya melainkan oleh

tujuan interaksi itu sendiri. “Interaksi dikatakan sebagai interaksi edukatif apabila secara sadar

mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya”.

Interaksi menghasilkan perubahan tingkah laku

Dalam interaksi harus ada perubahan tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar, dimana siswa sebagai

subjek belajar. Siswalah yang terutama menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dalam

interaksi

Peran guru dalam proses interaksi belajar mengajar

Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar, akan menjamin

tercapainya tujuan interaksi belajar mengajar. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar

antara lain: sebagai fasilitator, pembimbing, motivator, organisatoris, dan sebagai sumber.

Interaksi sebagai proses belajar mengajar

Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar, proses belajar

mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan, dua hal yang

menyatukannya adalah interaksi tersebut. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedang

mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan oleh guru sangat

mempengaruhi kegiatan belajar siswa.

R. Ibrahim mengemukakan bahwa Dalam interaksi belajar mengajar terjadi proses pengaruh

mempengaruhi bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa tetapi siswa juga dapat mempengaruhi

guru. Pengaruh mempengaruhi tersebut tergantung pada strategi ataupun metode serta pendekatan

yang digunakan dalam proses belajar mengajar seperti apabila guru mengajar dengan menggunakan

strategi atau pendekatan exposition peranan lebih aktif dimainkan oleh guru sedang siswa peranannya

lebih pasif. Interaksi dalam hal ini hanya terjadi antara guru dan siswa, sedangkan proses belajar

mengajar yang mengaktifkan siswa seperti belajar inkuiri, pemecahan masalah, dan lain-lain, siswa

berperan lebih aktif. Sehingga dalam hal ini siswa sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya dengan

guru tetapi dengan manusia-manusia sumber yang lain.

Interaksi belajar membutuhkan sarana

Di dalam interaksi belajar mengajar, harus mempertimbangkan alat, sarana dan media yang akan

digunakan. Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan

pembelajaran. Dalam hal ini alat utama yang dipakai dalam interaksi belajar mengajar memegang

peranan penting . Media apa yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar tersebut, untuk

menciptakan situasi kondisi interaksi belajar mengajar yang tepat kita harus melihat media apa yang ada

dan dapat digunakan serta tepat dalam menunjang tercapainya tujuan secara efektif dan efisien

Bila semua dasar-dasar interaksi belajar mengajar tersebut telah diperhitungkan dalam mendasari

pengajaran, maka diharapkan kegiatan dalam interaksi belajar mengajar dapat berhasil.

Referensi Makalah®

PEMBAHASAN MATERI "PENGELOLAAN INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR"

PENGELOLAAN INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR

Guru sebagai tenaga professional di bidang kependidikan, di samping memahami hal-hal

yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang

bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan

interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal besar, yakni kemampuan

mendesain program dan ketrampilan mengomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal

ini telah terumuskan di dalam sepuluh kompetensi guru, dan memang “mengelola interaksi belajar

mengajar” itu sendiri merupakan merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru.

A.    SEPULUH KOMPETENSI GURU

Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”.

Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1

salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar

bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu dijabarkan sebagai berikut:

1.      Menguasai bahan

Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih

dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang

dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan

dapat menyampaikan materi perjalanan secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud “menguasai

bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni:

       a.       Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.

       b.      Menguasai bahan pengayaan atau penunjang bidang studi.

2.      Mengelola program belajar-mengajar

Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal

ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai

berikut:

a.       Merumuskan tujuan intruksional atau pembelajaran.

b.      Mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat.

c.       Melaksanakan program belajar mengajar.

d.      Mengenal kemampuan anak didik.

e.       Merencanakan dan melaksanakan program remidial.

3.      Mengelola kelas

Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan

kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Seandainya belum kondisi

yang kondusif, guru harus seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan

mengelola kelas akan menyangkut: mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajan dan

menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Berkaitan dengan hal tersebut, secara kongkret ada

beberapa langkah yang dapat diambil oleh guru, yakni:

a.       langkah-langkah siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan

memberi dukungan yang positif;

b.      guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas;

c.       sikap siswa yang keras ditanggapi dengan memadai dan tenang.

d.      guru harus selalu memerhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak

diharapkan.

4.      Menggunakan media atau sumber

Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan

media sebagai berikut:

a.       Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.

b.      Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.

c.       Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.

d.      Menggunakan buku pegangan atau buku sumber.

e.       Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.

f.       Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan.

5.      Menguasai landasan-landasan kependidikan

Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa.

Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan

ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu, maka sistem

pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara

pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah.

Itulah sebabnya pendidikan nasional dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia

Indonesia seutuhnya.

Rumusan pendidikan nasional sebagaimana diuraikan diatas, didasari pada Pancasila dan

UUD 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 merupakan landasan

konstitusional. Di dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 dijelaskan bahwa:

a.       Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.

b.      Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang

diatur dengan undang-undang.

6.      Mengelola Interaksi Belajar-Mengajar

Di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan

kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam

rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut

komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti

komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling

menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jelasnya,

proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang

dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi keberhasilan interaksi

belajar mengajar tersebut.

7.      Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar mengajar, masih juga

diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi

siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan. Perbedaan-

perbedaan semacam ini dapat membawa akibat pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreativitas,

gaya belajar bahkan juga dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa.

Persoalan ini perlu diketahui oleh guru. Sehingga dapat mengambil tindakan-tindakan intruksional

yang lebih tepat dan memadai.

8.      Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah

Dalam tugas dan peranannya di sekolah, guru juga sebagai pembimbing ataupun

konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan

dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah,

agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.

9.      Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga

sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi

sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.

10.  Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan

pengajaran

Di samping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka

pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang

berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan

proses belajar-mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun

guru untuk terus dapat menjawab. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi guru dalam

upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang dinamis.

B.  MICROTEACHING SEBAGAI LATIHAN MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR-

MENGAJAR

      1.      Latar Belakang Timbulnya Microteaching

Tugas dan tanggung jawab guru adalah sangat luas, tetapi tugas mengajar di depan kelas

merupakan salah satu tugas yang sangat penting. Demikian pentingnya sehingga berhasil atau

tidaknya seorang guru sering diukur hanya dari aspek ini. Guru akan dikatakan pandai kalau

dapat mengajar di muka kelas dengan baik.

2.   Pengertian Microteaching

                 Microteaching merupakan salah satu usaha baru yang berorientasi pada upaya

pengembangan dan peningkatan profesi guru, khususnya keterampilan mengajar di depan

kelas. Dalam kegiatan ini mahasiswa atau calon guru selama berlatih praktik mengajar, bentuk

penampilan dan keterampilannya selalu dimonitor dan dalam keadaan terkontrol oleh para

supervisor. Dengan demikian, proses tersebut dapat diatur menurut kebutuhan serta

disesuaikan dengan tujuan yang akn dicapai. Semua ini dalam ukuran mikro atau mini. Oleh

karena itu, microteaching sering diartikan sebagai “mengajar dalam bentuk yang mini”.

                 Microteacing memiliki ciri-ciri pokok yakni : jumlah subjek belajar sedikit, bekisar 5-

10 orang, waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit, bahan yang dikontakkan terbatas, juga

komponen mengajar yang dikembangkan terbatas.

3.    Maksud dan Tujuan Microteaching

                 Banyak lembaga pendidikan guru yang mencantumkan kegiatan microteaching sebagai

bagian dari Program Praktik Kependidikan di dalam kurikulumnya. Dengan adanya Learning

Resources Centre (LRC) di berbagai lembaga pendidikan, dapat menjadi wahana dan

motivasi  untuk berkembangnya kegiatan microteaching ini. Program ini meningkatkan

performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar, atau latihan mengelola interaksi

belajar mengajar.

                 Konsisten dengan beberapa keterangan yang disinggung di muka, maka microteaching

ini dimaksudkan membekali calon guru sebelum dia sungguh-sungguh terjun ke sekolah

tempat latihan praktik kependidikan untuk praktik mengajar.

                 Dikaitkan dengan kompetesi guru, microteaching sebenarnya merupakan suatu usaha

pengembangan di kampus. Dengan model ini, kemudian dikembangkan lebih lanjut di

lapangan melalui serangkaian kegiatan Praktik Kependidikan di sekolah tempat para

mahasiswa/calon guru itu melakukan praktek mengajar.

C. BEBERAPA KOMPONEN KETERAMPILAN MENGAJAR

   1. Aspek materi, terdiri dari item-item :

             Pada bagian pertama ini berhubungan erat dengan masalah bahan yang dikontakkan

kepada siswa. Tentang bagaimana menarik perhatian siswa pada bahan yang baru, bagaimana

perhatian guru terhadap bahan yang akan di bahas, bagaimana urutan penyajian bahan,

bagaiman menciptakan hubungan dalam rangka membahas, dan bagaimana mengakhiri

pembahasan.

       a. Interes

            Interes adalah usaha guru untuk menarik atau membawa perhatian siswa pada materi

pelajaran yang baru. Seseorang yang memasuki situasi baru secara mendadak sering timbul

kejutan atau tekanan psikologis karena situasi yang lama masih membayangi pikiran atau

perasaannya. Anak-anak yang habis bermain, pada waktu masuk ke dalam kelas untuk

menerima pelajaran sering kita dengar masih membicarakan permainannya. Agar konsentrasi

mereka dalam menerima pelajaran yang baru tidak terpecah, maka di perlukan adanya

kesiapan.

  b. Titik Pusat

            Titik pusat adalah bahwa apa yang diuraikan , dikemukakan dan dijelaskan oleh guru

benar-benar terpusat pada bahasa yang sedang di garap bersama.Guru sering tergiring ke

arah  pembicaraan di luar pemasalahan pokok karena hadirnya pertanyaan siswa yang tidak

relevan dengan bahasa. Dalam hal ini guru perlu tanggap , sehingga kalau pertanyaan ternyata

menyimpang harus di arahkan atau di putus kata-kata yang halus dab edukatif. Kadang-

kadang pula guru kehilangan tempat bepijaknya karena terlalu berapi-api dalam menjelaskan

sehingga arah pembicaraannya kemudian justru menjadi menyimpang dari permasalahan

pokoknya.

  c. Rantai Kognitif

            Rantai kognitif adalah urutan-urutan atau sistematika dalam menyampaikan bahan

pelajaran. Ini dapat dilihat pada persiapan mengajar atau diketahui pada waktu guru

menyampaikna pelajaran. Adakalanya pada persiapan sistematikanya sudah baik tetapi pada

waktu penyampaian tidak sesuai., atau dengan kata lain rantai kognitifnya rusak atu jelek.

Karena sistematika penyampaian yang jelek, maka siswa menjadi bingung dan sulit untuk

menangkap pelajaran. Urutan yang baik adalah dari pengertian yang sederhana menyju yang

kompleks, dari yang mudah ke yang sulit.

 d.  Kontak

            Kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniah antar guru dan siswa dalam

kaitanya dengan bahan yang sedang dibahas pertama. Hal ini tercermin terutama dalam

tanggapan siswa baik mengenai sinar matanya maupun gerakan-gerakan anggota badannya.

Kontak yang tidak baik misalnya siswanya kelihatan diam, tetapi tatapan matanya hampa hal

ini menunjukan bahwa siswa tidak jelas atau tidak mengerti denagn uraian guru. Gerakan-

gerakan anggota badan yang menunjukan kegelisahan dan acuh dapat pula dipandang sebagai

gejala tidak baiknya kontak guru dengan siswa.

 e. Penutup

            Penutup disini sebagai cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan suatu

pokok bahasan. Penutup yang lengkap berupa ringkasan, kesimpulan dan pertanyaan-

pertanyaan yang bersifat menguji tentang pencapaian tujuan intruksional. Apabila dalam

pengujian tersebut ternyata beberapa tujuan belum tercapai, maka guru wajib menjelaskan

kemvbali scara singkat sehinggga tugasnya benar-benar dirasa tuntas.

2.      Model Kesiapan, terdiri dari item-item :

a. Gerak

b. Suara

c. Titik perhatian

d. Variasi penggunaan media

e. Variasi interaksi

f.  Isyarat

g. Waktu selang

 3.   Keterampilan Operasional, terdiri dari item-item :   a. Membuka pelajaran   b. Mendorong dan melibatkan siswa   c. Mengajukan pertanyaan   d. Menggunakan isyarat nonverbal   e. Menanggapi siswa

   f. Menggunakan waktu   g. Menutup pelajaran          

Pengertian Interaksi Belajar MengajarMenurut Winarno Surakhmad Interaksi ialah Istilah Yang Menggambarkan HubunganAktif Dua Arah Antara Pendidik Dengan Anak Didik” [1] Menurut Abu Achmadi danShuyadi, 1985 : 47 Interaksi adalah suatu gambaran sehubungan aktif dua arahantara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.Pengertian lain dari Interaksi adalah saling mempengaruhi, hubungan timbal balikantara pihak tertentu misalnya antara guru dan murid”. [2]Ada beberapa pengertian belajar secara makro maupun mikro, dilihat dalam artiluas ataupun arti khusus dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan, sebagaikegiatan Psiko Fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam artisempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuanyang merupakan sebagai kegiatan terbentuknya kepribadian seutuhnya.Pengertian belajar menurut buku Departemen Agama RI ialah Cr seseorang yangdinyatakan dalam perilaku berarti bahwa hash belajar mengajar adalah selaludinyatakan dalam perubahan tingkah laku.. baik berupa pengalaman teoritismaupun hasil latihan”.[3]Menurut Gagne ada dua definisi belajar yaitu :Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang di peroleh dariintuksi” [4]Definisi dari DeQueliy dan Gazali : mengajar adalah menemukan pengetahuan padaseseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Guru kurang memperhatikanbahwa diantara siswa ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayananyang berbeda-beda. Bila semua siswa di anggap sama kemampuannya dankemajuannya, maka bahan pelajaran yang di berikan pun akan sama pula. Hal itubertentangan dengan kenyataan.[5]Alvin W. Howard, memberikan Definsi mengajar yang lebih lengkap. Pendapatalvin : “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba penolong, membimbingseseorang untuk untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill,attitude, Ideals ( cita-cita ), appreciations ( penghargaan ) dan knowledge.”[6]

A. Morrison D.Mc. Intyre memberikan Definisi mengajar adalah Aktivitas Propisionalyang unik. Dalam mengajar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan umum yangtidak berguna, keberasilan dan kejatuhannya samar-samar, dan sukar di ketahui juga berlangsungnya teknik belajar yang tidak tepat untuk di jelaswkan.Kemungkinan lain yang dapat diamati ialah memberikan model teori dan teknikassessment yang sesuai, dan banyak aspek mengajar yang dilukiskan dengan carayang dibimbing oleh hal-hal yang praktis, pribadi guru banyak berbicara.[7]Departemen Agama RI mengartikan mengajar itu

adalah: “Mengajar adalah sebagaikegiatan interaksi antara guru dengan siswa untuk menambah atau mewariskanpengetahuan atau kecakapan, kebudayaan dan dapat pula diartikan sebagaikegiatan membimbing dan mengarahkan siswa untuk memperoleh pemahamandan kemampuan memecahkan problem yang dihadapinya”[8]Mengajar Merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moralyang berat. Karena keberhasilan pendidikan pada siswa sangat bergantung padapertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Banyak kegiatan maupuntindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik padaseluruh siswa. O1eh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana.Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi keseluruhan Kegiatan dantindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.[9]Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mengajar adalah “memberi Pelajaran”[10]“Teaching is the guidance of learning”, mengajar adalah bimbingan kepada anakdidik dalam proses belajar.[11] Abdul Kadir Munsyi memberikan batasan pengertianmengajar adalah “memberikan ajaran-ajaran berupa ilmu pengetahuan kepadaseorang atau beberapa orang, agar mereka dapat memiliki dan memahami ajaran-ajaran tersebut”.[12] Jadi yang dimaksud dengan pengertian di atas adalah bahwa belajar mengajaradalah suatu kegiatan merubah tingkah laku seseorang. Sedangkan mengajaradalah suatu aktivitas guru dalam mengorganisasikan/mengatur lingkungan untukmembimbing siswa/anak didik, baik secara individu maupun kelompok dalam kegiatan belajar, disertai dengan penyampaian kebudayaan yang berupapengetahuan dan pengalaman-pengalaman serta kecakapan kepada anak didik. BAB I

PENDAHULUAN

1.1        Latar Belakang

Proses belajar mengajar dalam pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan

dalam kehidupan manusia. Melalui proses belajar dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan

kemampuan akademis dan psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses

interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Belajar juga merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh

pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk

belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai

fasilitator. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui

pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar.

Strategi dan pendekatan pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru tetapi berorientasi pada siswa

sebagai subyek (student centered). Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Tanpa

guru, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain. Sehubungan

hal tersebut para pendidik atau guru di sekolah diharapkan untuk dapat menggunakan sumber

belajar secara tepat.

Sumber belajar dalam pengertian yang sempit sering  dipahami sebagai buku-buku atau bahan-

bahan tercetak lainnya seperti majalah, LKS, dan lain-lain. Pengertian seperti ini masih banyak

dipakai dewasa  ini oleh sebagian besar guru termasuk juga beberapa guru TK.Association for

Educational Communication and Technology atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan

yang sering disingkat AECT (1977) memberikan batasan sumber belajar sebagai segala sesuatu

yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan

lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi

terjadinya kegiatan belajar. Pengertian sumber belajar menurut AECT  ini menguraikan secara rinci

jenis-jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan meliputi pesan, orang,

bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan sekitar.

 Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:

a.       Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang

secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk

memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.

b.      Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar

yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan,

diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi,

bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli,

nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku,

transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,

komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi,

VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya;

(5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan,

sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan  (6) lingkungan: ruang

kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.

Dalam memilih sumber belajar harus memiliki kriteria seperti berikut:

a.       Ekonimis    : tidak harus terpatok pada harga yang mahal;

b.      Praktis        : tidak memerlukan pengelolaan yang sulit, rumit dan langka;

c.       Mudah       : dekat dan tersedia di lingkungan kita;

d.      Fleksibel     : dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional;

e.       Sesuai dengan tujuan           : mendukung proses dan pencapaian tujua belajar dapat

  membangkitkan motifasi dan minat belajar siswa.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan membahas tentang pengelolaan dan

pemngembangan sumber belajar yang meliputi (a) tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan

sumber belajar, (b) Catatan untuk guru dan sekolah, (c) penggunaan fasilitas dan sumber belajar, (d)

Implementasi KTSP, (e) Panduan pengembangan silabus.

1.2        Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:

1.      Bagaimana tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar?

2.      Bagaimana catatan untuk guru dan sekolah?

3.      Bagaimana penggunaan sumber belajar dan fasilitas?

4.      Bagaimana Implementasi KTSP?

5.      Bagaimana panduan pengembangan silabus?

1.3        Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1.      Mengetahui tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar.

2.      Mengetahui catatan untuk guru dan sekolah.

3.      Mengetahui penggunaan  fasilitas dan sumber belajar.

4.      Mengetahui implementasi KTSP.

5.      Mengetahui panduan pengembangan silabus.

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi

pembaca dan bagi pengajaran dalam pengelolaan dan pemberdayaan sumber belajar.

1.4        Penjelasan Istilah

Dalam penjelasan ini terdapat beberapa penjelasan istilah untuk membantu para pembaca dalam

memahami makalah ini, sebagai berikut:

1.      Sumber belajar adalah sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software),

peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri

maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar.

2.      Kompetensi menurut KBBI (2008:719) adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan

(memutuskan sesuatu)

3.      Implementasi menurut KBBI (2008:529)  adalah pelaksanaan; penerapan.

4.      Fasilitator menurut KBBI (2008:389) adalah orang yang menyediakan fasilitas; penyedia.

5.      Remediasi menurut KBBI (2008:1161) adalah tindakan atau proses penyembuhan.

6.      Integrasi menurut KBBI (2008: 541) adalah pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang

utuh.

7.      Asumsi menurut KBBI (2008: 96) adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan

berfikir karena dianggap benar.

8.      Silabus merupakan seperangkat rancangan dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum,

yang mencangkup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan

hasil belajar, serta penilaian hasil belajar.

BAB IIPEMBAHASAN

2.1    Tugas Guru Dalam Pengembangan Fasilitas dan Sumber Belajar.

Adapun tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar antara lain:

1.      Membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga.

2.      Berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.

3.      Perdayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya:

a.       Memanfaatkan batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial,

ekonomi, dan budaya kehidupan yang berkembang di masyarakat.

b.      Mengupayakan peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang

kreatif dan profesional, terutama dalam pengadaan serta pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar

secara luas, untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal.

c.       Upaya ini harus menjadi kepedulian bersama antara kepala sekolah, komite sekolah, dan

pegawai sekolah secara professional.

2.2    Catatan Untuk Guru dan Sekolah

Catatan untuk guru dan sekolah meliputi:

1.      Sampai saat ini, buku pelajaran masih merupakan sumber pelajaran yang sangat penting bagi

para peserta didik, meskipun masih banyak yang tidak memilikinya, terutama bagi sekolah-sekolah

yang berada di luar kota, di perdesaan dan di daerah-daerah terpencil.

2.      Pemilihan buku pelajaran hendaknya mengutamakan buku wajib, yang langsung berkaitan

dengan pencapaian kompetensi tertentu.

3.      Pemilihan buku pelengkap implementasi kurikulum 2004 hendaknya tetap berpedoman pada

rekomendasi atau pengesahan dari dinas pendidikan dan pertimbangan lain yang tidak memberatkan

orang tua.

4.      Kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah tidak memaksakan kepada peserta didik untuk

membeli buku terbitan tertentu setiap tahun.

5.      Peserta didik dianjurkan menggunakan buku-buku bekas milik kakak atau keluarga lain yang

tidak dipakai lagi.

6.      Tuntutan reformasi dalam bidang pendidikan, yakni mengembangkan atau menyediakan

pendidikan yang murah dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.

Idealnya dalam proses belajar mengajar dikembangkan:

1.      Ruang kelas untuk setiap rumpun mata pelajaran yang dilengkapi fasilitas dan sumber belajar

untuk pembentukan kompetensi peserta didik dan pencapaian setiap tujuan pembelajaran.

2.      Kelas-kelas yang lengkap ini terutama diperlukan untuk melakukan pembelajaran team(team

teaching), dan kelas yang dinamis (moving class).

3.      Kelas yang ideal ini hanya bisa dikembangkan oleh sekolah-sekolah yang berstatus sosial

ekonomi menengah keatas.

4.      Jika pemerintah sudah mampu dan mau merealisasikan anggaran pendidikan minimal 20%

dari APBN, maka kelas yang ideal ini akan dapat di realisasikan di seluruh sekolah dalam berbagai

lapisan masyarakat.

2.3    Penggunaan Fasilitas dan Sumber Belajar

Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting untuk:

1.      Melengkapi, memelihara, dan memperkaya hasanah belajar, sumber belajar.

2.      Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas belajar yang sangat menguntungkan baik bagi guru

maupun peserta didik.

3.      Memungkinkan peserta didik menggali berbagai konsep yang sesuai dengan mata pelajaran

yang sedang dipelajari sehingga menambah wawasan dan pemahaman yang senantiasa aktual serta

mampu mengikuti berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya.

Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki kegunaan sebagai berikut:

1.      Merupakan pembukaan jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran yang

akan ditempuh.

2.      Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara

lebih teliti menuju pada pembentukan kompetensi secara tuntas.

3.      Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan kompetensi

dasar yang akan dikembangkan.

4.      Memberikan petunjuk dan gambaran kaitan kompetensi dasar yang sedang dikembangkan

dengan kompetensi dasar lainnya.

5.      Menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain yang

berhubungan dengan mata pelajaran tertentu.

6.      Menunjukkan berbagai macam permasalahan yang timbul, sebagai konsekuensi logis dalam

pengembanagan kompetensi dasar yang menuntut adanya kemampuan pemecahan dari peserta didik

yang sedang belajar.

Ada dua cara memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar:

1.      Membawa sumber belajar kedalam kelas.

2.      Membawa kelas ke lapangan.

2.4        Implementasi Ktsp

2.4.1  Kompetensi Dasar

      Kompetensi dasar yang perlu dikembangkan dalam implementasi kurikulum 2004 yang

diwujudkan dalam kurikulum 2006 yang lebih di kenal dengan KTSP yaitu:

1.       Kompetensi dasar iman dan takwa (imtak);

2.       Kompetensi dasar bahasa (Inggris dan Arab);

3.       Kompetensi dasar komputer dan internet;

4.      Kompetensi dasar tatakrama dan budi pekerti;

5.       Kompetensi dasar komunikasi dan teknologi;

6.       Kompetensi dasar penelitian;

7.      Kompetensi dasar organisasi;

8.      Kompetensi dasar kemasyarakatan, dan

9.      Kompetensi dasar kewirausahaan.

Menurut Ashan ada 6 langkah analisis kompetensi:

      Pertama, analisis tugas. Analisis tugas dimaksudkan untuk mendiskripsikan tugas-tugas yang

harus dilakukan oleh lulusan kedalam indikator-indikator kompetensi.

      Kedua, pola analisis. Pola analisis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru yang

belum ada dalam pekerjaan. Pola analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada

di masyarakat dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para karyawannya.

      Ketiga, research. Research (penelitian) dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah

kompetensi berdasarkan hasil-hasil penelitian, dan diskusi. Penelitian dan diskusi ini melibatkan

berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan masa yang akan datang,

diidentifikasi sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk dikuasi oleh individu dalam menempuh

kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan jaman.

      Keempat, expert judgment. Expert judgment atau pertimbangan ahli di maksudkan untuk

menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbanagn para ahli.

      Kelima, individual or group interview data. Analisis kompetensi yang berdasarkan wawancara,

baik secara individu maupun secara kelompok dimakdsudkan untuk menemukan informasi tentang

kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

bentuk lisan.

      Keenam, role play. Dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan

pengamatan dan peniliaan terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu.

2.4.2  Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Menciptakan lingkungan yang kondusif meliputi:

1.      Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun cepat dalam melakukan  tugas

pembelajaran.

2.      Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau

berprestasi rendah.

3.      Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, aman, dan nyaman bagi

perkembangan potensi seluruh peserta didik segara optimal.

4.      Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta

didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain.

5.      Melibatkan peserta didik dalam perencanaan belajar dan pembelajaran.

6.      Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggungjawab bersama antara peserta didik

dan guru, sehingga guru bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber belajar.

7.      Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi

diri sendiri (self education).

2.4.3  Mendisiplinkan Peserta Didik

Mendisiplinkan peserta didik meliputi:

1.      Konsep diri (self-concept); strategi ini bahwa konsep-konsep dari masing-masing individu

merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumuhkan konsep diri, guru disarankan

bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan

pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.

2.      Keterampilan berkomunikasi (communication skill); guru harus memiliki keterampilan

komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong dan timbulnya

kepatuhan peserta didik.

3.      Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical quences); prilaku-prilaku yang

salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.

Untuk itu, guru disarankan: a) menunjukkan secara tepat tujuan prilaku yang salah, sehingga

membantu pesrta didik dalam mengatasi prilakunya, b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami

dari prilaku yang salah.

4.      Klasifikasi nilai ( values classification); strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik

dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri.

5.      Analisis transaksional (transactional analysis); disarankan agar guru belajar sebagai orang

dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi rmasalah .

6.      Terapi realitis (reality therapy); sekolah harus berupaya mengurangi kegagalanan

meningkatkan keterlbatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggung jawab.

7.      Disiplin yang terintegrasi (assertive displine); metode ini menekankan pengendalian penuh

oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.

8.      Modifikasi prilaku (behavior modification); prilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai

tindakan remidiasi. Untuk itu, perlu dicipakan lingkungan yang kondusif.

9.      Tantangan bagi disiplin (dare to displine); guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan

dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan

menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertanma disekolah, dan guru membiarkan

mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi pemimpin.

2.4.4 Mengembangkan Kemandirian Kepala Sekolah

1.      Pembinaan mental, yaitu pembinaan para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan sikap batin dan watak. Kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar

setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proposional dan

professional.

2.      Pembinaan moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap kewajiban sesuai dengan tugas masing-

masing tenaga kependidikan.

3.      Pembinaan fisik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal ytang berkaian dengan

kondisi jasmani atau badan, kesehatan, dan penampilan mereka secara ilmaih.

4.      Pembinaan artistik, yaitu tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan

kepekaan manusia tehadap seni dan keindahan.

2.4.5 Mengubah Paradikma (Pola Pikir) Guru

Guru sebagai fasilitator setidaknya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang didefenisikan oleh

Rogers (dalam Knowles, 1984) sebagai berikut:

1.      Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka;

2.      Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya;

3.      Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit

sekalipun;

4.      Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya

terhadap bahan pembelajaran;

5.      Dapat menerima balikan, baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai

pandangan yang konstributif terhadap diri dan prilakunya.

6.      Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.

7.      Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang

dicapainya.

Agar implementasi kurikulum 2006 berhasil memperhatikan perbedaan individuan peserta didik,

guru perlu memperhatiakn hal-hal sebagai berikut: 

1.      Mengurangi metode ceramah

2.      Memberikan tugas yang berbeda bagi peserta didik

3.      Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata

pelajaran

4.      Memodifikasi dan memperkaya bahan pelajaran

5.      Menghubungi spesialis, bila ada peserta didik mempunyai kelainan

6.      Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan laporan

7.      Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dala kecepatan yang sama

8.      Mengembankan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan

kemampuannya masing-masing pada setiap pelajaran

9.      Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran

Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya memahami mereka menilai

kegiaan-kegiatan sebagai berikut:

1.      Mengobsevasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik dikelas maupun diluar kelas

2.      Menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum, selama,

dan setelah pembelajaran

3.      Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan komentar yang

konstrutif

4.      Mempelajari catatan peserta didik yang adekwat

5.      Membuat tugas dan latihan untuk kelompok

6.      Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda

7.      Memberikan penilaian secara adil, dan transparan

Agar kurikulum 2006 dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas

pembelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1.      Menguasi dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan

baik

2.      Menyukai apa yang diajarnya dan menyukai menajar sebagai suatu profesi

3.      Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya

4.      Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta

didik

5.      Mengliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam kaitannya dalam

pembentukan kompetensi

6.      Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir

7.      Menyiapkan proses pembelajaran

8.      Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik

9.      Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan

Karakteristik guru yang behasil mengembangkan pembelajaran secara efektif dapat didefenisikan

sebagai berikut:

1.      Respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil)

2.      Antusias dan bergairah terhadap bahan, ke;as, dan seluruh kegiatan pembelajaran

3.      Berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap peserta

didik)

4.      Memperhatikan perbedaan individual peserta didik

5.      Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal

6.      Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik

7.      Tidak menonjolkan diri, dan menjadi teladan peserta didik

Berbagai strategi yang dapat dikembangkan dalam rangka pelatihan guru antara lain sebagai

berikut:

1.      Mengadakan penataran dan pelatihan guru untuk setiap rumpun mata pelajaran, yakni rumpun

mata pelajaran MIPA, Bahasa, IPS, Agama, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian (muatan lokal).

Pelatihan ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi terdekat yang sesuai

dengan bidangnya masing-masing.

2.      Mengadakan loka karya guru mata pelajaran disekolah untuk

mengembangkan:                           a.       kompetensi dasar

b.   indikator hasil belajar

c.   materi standar (bahan ajar dan lembar kegiatan peserta didik)

d.   silabus dan rencana pembelajaran

e.   format penilaian berbasis kelas (FBK), evaluasi berbasis kelas (EBK) atau class room evaluation

(CBE)

3.  Menetapkan guru pengajar dan guru team (team taching) secara demokratis dan profesional

4. Mengadakan peatihan guru dalam pengadaan serta penyalahgunaan fasilitas dan sumber belajar

untuk menunjang kretifitas peserta didik.

2.4.5  Memberdayakan Tenaga Kependidikan

Memberdayakan tenaga kependidikan dapat di bagi menjadi dua strategi, yaitu;

1.      strategi umum

a.        pemberdayaan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan yang

jelas.

b.       dalam setiap pendidikan perlu senantiasa dikembangkan sikap dan kemampuan professional.

c.        Kerjasama sekolah dengan perusahaan dan dunia industry perlu terus menerus

dikembangkan, terutama dalam memanfaatkan perusahaan dan dunia industri untuk laoraorium,

praktek, dan objek studi.

2.      strategi khusus

      Strategi khusus adalah strategi yang langsung berkaitan dengan perkembangan dan peningkatan

manajemen tenaga kependidikan yang lebih efektif. Strategi tersebut berkaitan dengan

kesejahteraan tenaga pendidikan, pendidikan prajabatan calon tenaga kependidikan, rekuemant dan

penempatan, pembinaan kualitas tenaga pendidikan, dan pengembangan karir.

1.       Dalam kaitannya dengan kesejahteraan tenaga kependidikan, perlu diupayakan hal-

hal sebagai berikut: a) gaji tenaga kependidikan perlu senantiasa disesuaikan agar mencapai standar

yang wajar bagi kehidupan tenaga kependidikan dan keluarganya; b) peningkatan kesejahteraan

tenaga kependidikan yang dilakukan oleh pemerintah pusat diikuti oleh pemerintah daerah,

masyarakat, dunia usaha, orang tua, sejalan dengan otonomi daerah yang sedang bergulir; c) untuk

memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan didaerah terpencil, perlu diberlakukan sistem kontrak,

dengan sistem imbalan yang lebih baik dan menarik.

2.      Pendidikan prajabatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) memperbaiki sistem

pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan; b) perlu dilakukan reorientasi

program pendidikan tenaga kependidikan agar tidak terjadinya ketimpangan tenaga kependidkan; c)

pendidikan tenaga kependidikan perlu dipersiapkan secara matang melalui sistem pendidikan yang

bermutu.

3.      Rekrument dan penempatan tenaga kependidikan perlu memperhatiakn hal-hal sebagai

berikut: a) rekrument tenaga kependidikan harus berdasarkan seleksi yang mengutamakan kualitas;

b) sejalan dengan semangat reformasi, otonomi daerah, dan desentralisasi pendidikan maka

rekrument pendidikan perlu didasarkan atas kebutuhan  wilayah dengan cakupan kabupaten dan

kota; c) perlu dilakukan sistem pengangkatan, penempatan, dan pembinaan tenaga kependidikan

yang memungkinkan para tenaga kependidikan mengembangkan diri dan karirnya secara leluasa,

sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan

perkembangan zaman.

4.      Peningkatan kualitas tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)

perlu senantiasa dilakukan peningkatan kemampuan tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan

tugasnya secara efektif dan efisien, (b) peningkatan kualitas tenaga kependidikan dapat dilakukan

melalui pendidikan formal, informal, dan nonformal, dalam hl ini lembaga-lembaga diklat

lingkungan dinas pendidikan nasional perlu senantiasa dioptimalkan perannya sesuai dengan tugas

dan fungsinya, (c) sesuai dengan prinsip peningkatan mutu berbasis sekolah (school based quality

improvement)  dan semangat desentralisasi, sekolah perlu diberi kewenangan yang lebih besar untuk

menentukan apa yang terbaik untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan.

5.      Pengembangan karier tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)

pengangkatan seseorang dalam jabatan tenaga kependidikan harus dilakukan melalui seleksi yang

ketat, adil dan transparan, dengan mengutamakan kapasitas kepemimpinan yang bersangkutan, (b)

fungsi control dan pengawasan pada semua jenis dan jenjang pendidikan perlu dioptimalkan sebagai

sarana untuk memacu kualitas pendidikan.

2.5        Panduan Pengembangan Silabus

2.5.1  Proses pengembangan silabus

      Untuk dapat melaksanakan tugas kemampuan dasar mengajar dengan baik, guru dituntut

mampu mengembangkan silabus. Silabus merupakan seperangkat rancangan dan pengaturan

tentang pengembangan kurikulum, yang mencangkup kegiatan pembelajaran, pengelolaan

kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian hasil belajar.

2.5.2  komponen-komponen silabus

      Beberapa komponen silabus yang perlu dipahami dalam menyukseskan implementasi kurikulum

2006 antara lain kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, indikator hasil belajar, penilaian

berbasis kelas (PBK) dan prosedur pembelajaran.

      Kompetensi dasar dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator

pembelajaran, mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.

      Materi standar dalam silabus berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada peserta didik dan

guru/ fasilitator tentang apa yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi yang telah

ditetapkan.

      Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan

dicapai oleh peserta didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan

kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.

      Indikator pencapaian hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang

menunjukkan terjadinya perubahan prilaku pada diri peserta didik.

      Penilaian berbasis kelas (PBK) dalam silabus berfungsi sebagai alat dan strategi untuk

mengukur keberhasilan belajar peserta didik. PBK dapat dilakukan secara terpadu dengan

pembelajaran.

      Prosedur pembelajaran dalam silabus berfungsi mengarahkan kegiatan pembelajaran yang harus

dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam membentuk kompetensi dasar. Dalam garis besarnya,

prosedur pembelajaran ini mencangkup kegiayt inti (pembentuk kompetensi) dan kegiatan akhir

(penutup).

2.5.3  Prosedur pengembangan silabus

      Untuk memberi kemudahan kepada guru dan kepala sekolah dalam menyukseskan implementasi

kurikulum 2004, perlu dipahami prosedur pengembangan silabus, baik yang mencakup

perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun revisi.BAB IIIPENUTUP3.1        Kesimpulan

Sumber belajar adalah Sumber belajar adalah sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia,

bahan (software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara

sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar. Dalam

pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya,

sebagai berikut:

1.      Tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar;

2.      Catatan untuk guru dan sekolah;

3.      Penggunaan fasilitas dan sumber belajar;

4.      Implementasi Ktsp

a.       Kompetensi dasar

b.      Menciptakan lingkungan yang kondusif;

c.       Mendisplinkan peserta didik;

d.      Mengembangkan kemandirian kepala sekolah;

e.       Mengubah paradigm (pola piker) guru;

f.        Memberdayakan tenaga kependidikan;

5.      Panduan pengembangan silabus

a.       Proses pengembangan silabus;

b.      Komponen-komponen silabus;

c.       Prosedur pengembangan silabus.

Pengertian interaksi dalam pembelajaran

Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi. Pendidikan

pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai

tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta

diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi

membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi,

kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun

lingkungannya.

fungsi dari tujuan pengajaran:

1.Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam melaksanakan aktivitan/ interaksi belajar

mengajar.

2.Menjadi penentu arah kegiatan

3.Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun desain pengajaran

4.Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan mempeluasruang

lingkupnya.

5.Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang akan terjadi.

Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi interaksi adalah kegiatan timbal

balik. Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi;

berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan selalu berkait dengan istilah

komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare”

yang berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama. Menurut Wikipedia bahasa

Indonesia, Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih

objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain.  Jadi, interaksi belajar mengajar

adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa

interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan

temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.

Roestilah (1994 : 35 ) mengemukakan bahwa “interaksi yaitu proses dua arah yang

mengandung tindakan atau perbuatan komunikator maupun komunikan”. Berarti interaksi

dapat terjadi antar pihak jika pihak yang terlibat saling memberikan aksi dan reaksi.

Suhubungan dengan itu interaksi adalah proses saling mengambil peran. Zahra ( 1996 :91 )

mengemukan bahwa “Interaksi merupakan kegiatan timbal balik. Interaksi belajar mengajar

berarti suatu kegiatan social karena antara peserta didik dan gurunya ada suatu komunikasi

sosial atau pergaulan”. Menurut Homans (Ali, 2004: 87) mendefisikan interaksi sebagai suatu

kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi

ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi

pasangannya. Menurut Sardiman (1986:8)” interaksi yang dikatakan dengan iteraksi

pendidikan apabila secara sadar mempunya tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak

didik ke arah kedewasaan”.  Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar

ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan

adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). Di mana interaksi itu harus diarahkan

pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak

didik ke arah kedewasaan.

 Macam-macam interaksi dalam pembelajaran :

Menurut Nana Sudjana, ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa, yakni

komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi.

a.       Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah

Yaitu guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif, siswa pasif,

mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.

b.      Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah

Yaitu guru bisa berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Sebaliknya siswa, bisa

penerima aksi bisa pula pemberi aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan siswa.

c.       Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah

Yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga antara siswa

dengan siswa. Siswa dituntut aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru, dapat berfungsi

sebagai sumber belajar bagi siswa lain.

Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam berbagai pola

komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai dengan

konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagaimana yang dikehendaki para ahli dalam

pendidikan modern.

sedangkan menurut Profesor Djaali ada empat interaksi pendidikan yaitu :

(1) Interaksi murid dengan murid

(2) Interaksi murid dengan guru

(3) Interaksi murid dengan sumber belajar, dan

(4) Interaksi murid dengan lingkungan.

Pola arus interaksi guru-siswa di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus komunikasi.

Sedikitnya menurut Heinich ada empat pola arus komunikasi:

(1) komunikasi guru-siswa searah,

(2) komunikasi dua arah — arus bolak-balik–,

(3) komunikasi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa,

(4) komunikasi optimal total arah.

Dalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:

1. Pola dasar interaksi

Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi

pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam

pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi

yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau

bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.

2. Pola interaksi berpusat pada isi

Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi

dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih

berpusat pada isi/materi pembelajaran.

3. Pola interaksi berpusat pada guru

Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi

proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik

pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan,

sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.

4. Pola interaksi berpusat pada siswa

Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan

sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam

mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni

membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang

dikehendakinya.

Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-

baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara

semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan

baik dipihak guru maupun dipihak siswa.

 Proses interaksi dalam pembelajaran :

Dalam proses edukatif paling tidak mengandung ciri-ciri antara lain :

1.      Ada tujuan yang ingin dicapai

2.      Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi

3.      Ada pelajaran yang aktif mengalami

4.      Ada guru yang melaksanakan

5.      Ada metode untuk mencapai tujuan

6.      Ada situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.

Adapun komponen-komponen tersebut meliputi :

1.      Tujuan pendidikan dan pengajaran

2.      Peserta didik atau siswa

3.      Tenaga kependidikan khususnya guru,

4.      Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum

5.      Strategi pembelajaran

6.      Evaluasi pengajaran.

Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif adalah sebagai berikut.

Faktor tujuan

Faktor bahan/materi/isi

Faktor guru dan peserta didik

Faktor metode

Faktor situasi

1.        Faktor Tujuan 

Tujuan pendidikan/pengajaran yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada

tiga jenis :

Tujuan kognitif, tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan

Tujuan efektif, tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai, dan

alasan

Tujuan psikomotorik, tujuan yang berkaitan dengan keterampilann menggunakan telinga,

tangan, mata, alat indra, dan sebagainya.

Tiga syarat utama untuk terwujudnya interaksi pengajaran yang edukatif, adalah:

Merumusakan tujuan, menyempitkan lapangan tujuan umum ke dalam bentuk yang tampak

pada tingkah laku peserta didik;

Mengkhususkan tujuan;

Memfungsional tujuan, bahwa tujuan yang diharapkan nyata berguna bagi perkembangan

peserta didik.

2.        Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran

Penguasaan bahan oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik/ takhasus atas ilmu

kecakapan yang diajarkanya. Mengingat isi, sifat, dan luasnya ilmu , maka guru harus mampu

menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan di ajarkanya kedalam bidang ilmu

atau kecakapan yang bersangkutan. Penyusunan unsure-unsur atau informasi-informasi yang

baik itu bukan saja untuk mempermudah peserta didik untuk mempelajarinya, melainkan juga

memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran.

Isi bahan pengajaran itu luas sekali dan berbeda dalam tinggi rendah serta sukar mudahnya.

Macamnya pun banyak. Karenanya , sebelum menentukan bahan study pengajaran yang akan

di pelajari oleh peserta didik perlu di adakan pilihan terlebih dahulu. Pilihan itu biasanya

berdasarkan pada pedoman –pedoman tertentu agar keseluruhan bahan yang telah di tentukan

itu teratur dan mencerminkan suatu hal yang integral bagi hidup peserta didik selama di

sekolah sekarang, dan sesudahnya. Yang menentukan pedoman tersebut ialah pihak

Depdikbud.isi pedoman yang di maksud adalah di sekitar kesesuaian bahan pengajaran

dengan tujuan institusional, tujuan kurukulum, tujuan pengajaran, serta tujuan pendidikan

pada umumnya dan haluan Negara . selain itu , bahan pengajaran pula harus disesuaikan

dengan tingkatan jenjang pendidikan, tahap perkembangan jiwa dan jasmani peserta didik

serta kebutuhan-kebutuhan yang ada pada mereka.

3.        Faktor Guru Dan Peserta Didik

Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam berinteraksi pengajaran. Guru sebagai pihak

yang berinisiatif awal untuk penyelenggaraan pengajaran, sedankan peserta didik sebagai

pihak yang secara langsung mengalami dan mendapatkan manfaat dari peritiwa belajar

mengajar yang terjadi. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah

di tentukan, sedang peserta didik ialah sebagai yang menuju pada arah tujuan melalui aktifitas

dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.

Jadi kedua pihak ( guru dan peserta didik) menunjukan sebagai dua subjek pengajaran yang

sama-sama menempati status yang penting.

Kemudian untuk menjadikan perofesionaltas kerja guru setidaknya ia memiliki 4 bidang utama.

Guru harus mengenal setiap peserta didik yang dipercayakan kepadanya

Guru harus memiliki kecakapan member bimbingan, sebab mengajar hakekatnya

membimbing.

Guru harus memiliki dasar penetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan / pengajaran

Guru harus memiliki pengetahuan bulat dan baru mengenai ilmu yang di ajarkan.

4.        Faktor Metode

Metode adalah suatu kata kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk

mencapai satu tujuan. Makin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaianya. Tetapi

tidak ada satu metode pun yang di katakana paling baik/ dipergunakan bagi semua macam

usaha pencapaian tujuan, baik tidaknya , tepat tidaknya satu metode di pengaruhi oleh

berbagai factor. Faktor utama yang menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai.

Metode mengajar/pengajaran, selain ditentukan/dipengaruhi oleh tujuan juga oleh factor

kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya, keadaan peserta didik,

dan situasi yang melingkupinya. Dengan kata lain, penerapan suatu metode pengajaran harus

memiliki:

Relevansi dengan tujuan

Relevansi dengan bahan

Relevansi dengan kemampuan guru

Relevansi dengan keadaan peserta didik

Relevansi dengan situasi pengajaran.

Secara umum metode-metode pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua:

Metode pengajaran individual

Metode pengajaran kelompok/klasikal.

Adapun macam-macam metode itu sesungguhnya tidak terbatas banyaknya sekadar mengenal

sebagian metode, dibawah ini penulis sebutkan sebagian dari banyak metode.

Metode ceramah/persentasi/kuliah mimbar

Metode diskusi (dengan segala jenisnya)

Metode Tanya jawab

Metode resitasi/penugasan

Metode experiment

Metode proyek

Metode karya wisata

Metode-metode lainnya.

5.        Faktor Situasi

Yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam

pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, keadaan guru, keadaan

kelas-kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau terganggu karena

penggunaan suatu metode. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, kita (guru) dapat

menyediakan alternative metode-metode mengajar dengan mengingat kemungkina-

kemungkinan perubahan situasi. Situasi pengajaran yang kondusif (mendukung) sangat

menentukan dan bahkan menjadi salah satu indicator terciptanya interaksi pengajaran, yang

edukatif sifatnya.

Terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan oleh perubahan secara tiba-

tiba diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai

cara-cara/metode-metode yang akan digunakan. Ketrampilan berimprovisasi dan kesigapan

mengambil keputusan sungguh sangat diperlukan dalam situasi demikian. Kita tidak boleh

tertegun atau terhenti sehingga tidak ada usaha sedikitpun untuk melaksanakan program

dalam rangka mencapai tujuan, karena bukan saja akan merusak seluruh rencana

pengembangan program melainkan juga merusak perkembangan peserta didik itu sendiri.

6.        Faktor sumber pelajaran

Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran

tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.

Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan , tetapi ia berproses dalam

kemaknaan. Didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik . Nilai-nilai itu

tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam

proses interaksi edukatif.

7.        Faktor alat dan peralatan

Alat dan peralatan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai

tujuan pembelajaran. Alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu

mempermudah usaha mencapai tujuan.

Alat dapat dibagi menjadi dua yaitu :

Alat Nonmaterial, yang terdiri dari suruhan , perintah , larangan, nasihat dan sebagainya

Alat material, yang  dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan,

slide dan sebagainya

8.        Faktor evaluasi

Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana

keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dapat

dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat istrumen penggali data seperti tes

perbuatan, tes tertulis dan tes lisan

Tujuan evaluasi sendiri untuk  :

Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai

tujuan yang diharapkan.

Memungkinkan guru menilai aktifitas/pengalaman yang didapat dan menilai metode mengajar

yang dipergunakan.

Proses-proses pembelajaran (materi pelajaran, metode dan teknik mengajar, sumber belajar).

Komponen-komponen Pembelajaran

Komponen-komponen tersebut antara lain adalah tujuan pengajaran yang ingin dicapai, materi

pengajaran, metode pengajaran, media pengajaran, evaluasi, guru, siswa, administrasi

pengajaran, sarana dan prasarana pengajaran (Sudaryo, 1990 : 5).

a) Tujuan Pembelajaran

Tujuan merupakan salah satu komponen pembelajaran yang dapat

mempengaruhi komponen pembelajaran lainnya seperti materi, metode, media, evaluasi,

peserta didik, administrasi pengajaran, sarana dan prasarana. Semua komponen itu harus

sesuai dan digunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Jika salah satu

komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat

mencapai tujuan yang telah ditetapkan Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari

pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan,

karena dengan tujuan menentukan ke arah mana kegiatan akan dibawa. Sebagai unsur penting

untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan apapun tujuan tidak bisa diabaikan.

b) Materi Pelajaran

Materi pelajaran merupakan komponen pembelajaran yang selama ini

dipahami oleh sebagian guru adalah buku paket mata pelajaran yang diwajibkan untuk dimiliki

oleh peserta didik. Sumber belajar yang terbatas itu tentunya akan mempengaruhi

pembelajaran tekstual terbatas pada buku paket yang dimiliki. Materi pelajaran adalah

substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar (Djamarah dan Zain, 2006:

43). Tanpa materi pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Guru yang akan

mengajar pasti memiliki dan harus menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan pada

peserta didik. Biasanya aktivitas peserta didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang

diberikan guru kurang menarik perhatiannya. Materi pelajaran harus disesuaikan dengan

kebutuhan peserta didik karena akan memotivasi peserta didik untuk belajar. Maslow (dalam

Djamarah dan Zain, 2006 : 44) mengatakan bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu

itu terkait dengan kebutuhannya. Sedangkan Rohani (2004 : 167) mengatakan bahwa materi

pelajaran dapat diperoleh dari sumber belajar, dimana penggunaan sumber belajar yang

bervariatif memiliki banyak kegunaan bagi peserta didik diantaranya: Memotivasi belajar siswa,

Pencapaian tujuan pembelajaran, Mendukung Program pembelajaran (aktivitas belajar),

Membantu memecahkan masalah, Mendukung pengajaran presentasi (pembelajaran yang

mengaktifkan siswa).

c) Metode Pembelajaran

Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum, berfungsi sebagai alat untuk

mencapai suatu tujuan (Rohani, 2004 : 118).  Semakin baik suatu metode makin efektif pula

dalam pencapaiannya. Akan Tetapi tidak ada satupun metode yang paling baik bagi semua

macam pencapaian tujuan, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor dan yang paling

menentukan adalah tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam menentukan metode

pembelajaran yang akan digunakan guru harus memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Adapun jenis metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh

guru adalah: Metode Ceramah, Metode Tanya jawab, Metode Demonstrasi, Metode

Experiment,Metode Resitasi/ penugasan,Metode Drill/latihan, Metode Problem solving, Metode

Inquiry, Metode Teknik Klarifikasi Nilai, Metode Role Playing, Metode Simulasi, Metode Karya

wisata, Metode Kerja Kelompok, Metode Diskusi, dan Metode Proyek. Macam-macam metode di

atas dapat menjadi pilihan bagi guru, yang sebelumnya telah disesuaikan dengan tujuan,

peserta didik, situasi, fasilitas, dan kemampuan guru sendiri. Sehingga kegiatan pembelajaran

dapat optimal dan tujuan pendidikan dapat dicapai.

d) Media Pembelajaran

Media pendidikan menurut Santoso S Hamidjojo dalam Rumamouk

(1988 : 6) adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi

pengajaran, dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut

biasanya sudah dituangkan dalam garis-garis besar tujuan pembelajaran.

Danim (1994 : 12-13) mengemukakan penggunaan media oleh guru dapat diperoleh beberapa

manfaat yaitu :

1) Meningkatkan mutu pendidikan, di mana dapat mempercepat dan membantu guru

menggunakan waktu belajar dengan lebih baik,

2) Pendidikan yang individual, dengan mengurangi kontrol guru yang tradisional dan kaku,

memberi kesempatan luas kepada anak untuk berkembang menurut kemampuannya dan

belajar sesuai cara yang dikehendakinya;

3) Pengajaran lebih ilmiah, dengan merencanakan program pengajaran yang logis, dan

sistematis, serta mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian,

4) Data lebih konkret;

5) Membawa dunia nyata ke dalam kelas;

6) Penyajian pendidikan lebih luas.

e) Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran mutlak harus dilakukan oleh

guru, seperti yang dikemukakan oleh Rohani (2004: 168) bahwa penilaian

merupakan bagian integral dari pembelajaran itu sendiri, yang tidak terpisahkan dalam

penyusunan dan pelaksanaan pembelajaran. Penilaian bertujuan menilai efektivitas dan

efisiensi kegiatan pembelajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program

serta pelaksanaannya.

Hambatan dalam interaksi pembelajaran : 

Kendala-kendala lain yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas antara lain

adalah :

(1) perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi

(2) konflik dan motivasi yang kurang sehat

(3) lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya

inovasi yang dihasilkan

(4) keuangan (financial) yang tidak terpenuhi

(5) penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi, serta

(6) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.

Masalah-Masalah internal belajar :

#Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh para proses belajar

siswa.

1)      Faktor Jasmaniah

a.       Faktor kesehatan

b.      Cacat Tubuh

2)      Faktor Psikologis

a.       Inteligensi

b.      Perhatian

c.       Minat

d.      Bakat

e.       Motif

f.       Kematangan

g.      Rasa percaya diri siswa

h.      Kebiasaan belajar

3)      Faktor Kelelahan

#Faktor-Faktor Ekstern Belajar yang berpengaruh pada aktivitas belajar.

1)      Guru sebagai pembina siswa belajar

2)      Prasarana dan sarana pembelajaran

3)      Kebijakan Penilaian

4)      Kurikulum

5)      Metode Mengajar

#Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar

1)      Faktor-faktor internal, antara lain: Fisiologis & Psikologis

2)      Faktor eksternal, antara lain: Sekolah & Lingkungan.

#Masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan

sebagai berikut:

1)      Masalah pengarahan

2)      Masalah evaluasi dan penilaian

3)      Masalah isi dan urut-urutan pelajaran

4)      Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran

5)      Masalah hambatan-hambatan