copy of interaksi belajar mengajar
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
1.Latar BelakangPendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya.Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi.Sebagai guru sudah menyadari apa yang sebaiknya dilakukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang serasi bagi peserta didik yang dapat menghantarkan peserta didik ke tujuan. Di sini tentu saja tugas guru sebagai pendidik berusaha menciptakan suasana belajar yang menggairahkan dan menyenangkan bagi peserta didik.Guru sebagai pendidik tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui interaksi belajar mengajar.Oleh karena itu untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru harus memahami apa yang ada di dalam interaksi belajar mengajar, baik dari tujuan, faktor, unsur dan pola interaksi belajar mengajar. Dengan demikian, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.
1.Rumusan Masalah1.Apa yang dimaksud interaksi belajar mengajar?2.Unsur-unsur apa saja yang ada di dalam interaksi belajar mengajar?3.Apa faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar?4.Bagaimana pola interaksi belajar mengajar?2.Tujuan Penulisan1.Memahami pengertian interaksi belajar mengajar.2.Mengetahui dan memahami unsur-unsur interaksi belajar mengajar.3.Memahami faktor-faktor interaksi belajar mengajar4.Mengetahui apa saja pola interaksi mengajar.
3.Metode PenulisanDalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada metode ini, penulis membaca buku-buku dan literatur yang berhubungan dan berkaitan dengan Interaksi Belajar Mengajar sebagai informasi untuk penulisan makalah ini
BAB IIPEMBAHASAN
1.Pengertian Interaksi Belajar Mengajar1.Pengertian InteraksiInteraksi Sosial berasal dari istilah dalam bahasa Inggris Social Interaction yang berarti saling bertindak, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, bersifat timbal balik antara individu, antara kelompok dan antara individu dengan kelompok. Apabila dua orang bertemu dan terjadi keadaan saling mempengaruhi diantara mereka.
2.Pengertian BelajarMenurut Poerwodarminto, dalam kamus umum bahasa Indonesia menjelaskan ” Belajar adalah berusaha supaya memperoleh kepandaian (ilmu dan sebagainya).” Namun secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi individu dengan lingkungan.3.Pengertian MengajarMengajar adalah segala upaya yang disengaja dalam rangka memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar dengan tujuan yang dirumuskan, hal tersebut dapat diartikan bahwa sasaran akhir proses pembelajaran adalah siswa belajar.4.Pengetian Interaksi dalam belajar mengajarDari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan:Interaksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.
1.Unsur-Unsur Interaksi Belajar MengajarDalam setiap interaksi pendidikan akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:1. Unsur NormatifDalam interaksi normatif, antara guru dan peserta didik harus berpegang pada norma yang diyakini bersama. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendidikan itu sifatnya normatif. Maka dalam proses pengajaran mesti mencerminkan interaksi yang bersumber pada sumber-sumber norma yakni agama, falsafah hidup dan kesulitan.2. Unsur TeknisPendidikan dapat dirumuskan pula secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang merupakan kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa,terikat dalam situasi, serta terarah pada satu tujuan.Jika pendidikan diformulasikan usaha pembentukan manusia susila,pancasila sejati,manusia beragam, dan sebagainya adalah normatif dalam formulasinya. Adapun peristiwa atau rangkaian peristiwa menuju kepada pembentukan itu sendiriadalah suatu proses teknis.Secara teoritis pemisahan pembahasan mengenai aspek normatif dan aspek teknis lazim terjadi. Namun secara praktiknya merupakan suatu kesulitan bahkan mustahil untuk memisahkan kedua unsur tersebut. Karena pendidikan merupakan satu senyawa terhadap suatu persoalan dasar yang sama.
2.3 Faktor—faktor Interaksi Belajar MengajarSebagaimana diketahui bahwa proses pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar subjek didik; guru dan siswa. Komunikasi antar dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi faktor yang mendasari terjadinya interaksi belajar mengajar yang meliputi sebagai berikut:1. Faktor TujuanTerdapat istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus dengan rincian sebagai berikut:
a. Tujuan umum yang dikenal dengan istilah aims. Aims sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, ia menjadi pangkal tolak, ide/inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan luas dari aims mengharuskan untuk dijabarkan/dijelaskan secara nyata dan terarah. Maka dikenal istilah goals.Goals lebih menyatakan suatu aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan dikembangkan beberapa rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis, dan realistik daripada aims.
b. Tujuan khusus yang dikenal dengan istilah objectivesDalam gambaran objectives tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah menjalani interaksi pengajaran. Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk kelakuan
yang dalam istilah lain disebut behavior. Maka tujuan khusus sering disebut behavioral objactives.Dalam memantapkan rumusan tujuan khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu “kesesuaian ” dan “kegunaan. Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus mesti sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi. Sedangkan istilah kegunaan menunjukan bahwa tujuan khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai kegunaan dalam interaksi pengajaran.Tujuan pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yakni:1.Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.2.Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan3.Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera.
Sedangkan fungsi dari tujuan pengajaran itu sendiri ialah:1.Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam melaksanakan aktivitan/ interaksi belajar mengajar.2.Menjadi penentu arah kegiatan3.Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun desain pengajaran4.Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan mempeluasruang lingkupnya.5.Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang akan terjadi.
2. Faktor Bahan Atau Materi PengajaranPenguasaan materi oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa—apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan.Penetapan/penentuan materi tersebut harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dan tidak boleh menyimpang dari tujuan yang telah ada.
3. Faktor Guru Dan Peserta DidikGuru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan peserta didik sebagai yang langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa tugas seorang pengajar/guru itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan ini mengandung dua kemanfaatan.1.Bagi orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu pengetahuan maka ia akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.2.Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamnanya hingga mereka dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut.Peran guru adalah ganda, disamping ia sebagai pengajar adalah sekaligus sebagai pendidik. Dengan demikian dalam waktu bersamaan ia harus mengemban dua tugas utama yaitu mengajar dan mendidik. Dalam rangka mengemban peran ganda tersebut maka secara garis besar guru harus harus memiliki persyaratan kepribadian sebagai guru yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat yang disimpulkan menjadi 3 kompetensi yakni:1.Kompetensi individual2.Kompetensi sosial3.Kompetensi profesionalBagi peserta didik juga berlaku pada dirinya tugas dan kewajiban. Setidaknya ada 4 hal yang perlu diperhatikan peserta didik.1.Peserta didik harus mendahulukan kesucian jiwa. Imam Ghazali menyatakan: “Mendahulukan kesucian jiwa dari kerendahan akhlak dan sifat—sifat tercela.” Menurutnya, ilmu pengetahuan itu
kebaikan hati, shalatnya jiwa, dan mendekatkan batin pada Allah.2.Peserta didik harus bersedia untuk mencari ilmu pengetahuan. Sedia mencurahkan segala tenaga,jiwa,raga dan pikiran untuk berkonsentrasi pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya.3.Jangan menyombongkan diri dengan ilmu yang telah diperolehnya, apalagi menetang guru. Ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.4.Peserta didik harus mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya. Dalam hal ini Imam Ghazali menyatakan bahwa untuk dapat mengetahui kedudukan ilmu pengetahuan dapat melalui dua sebab; Kemuliaan hasil/perolehan dan kepercayaan dan kekuatan dalil/argumentasinya.
4. Faktor MetodeMetode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan faktor utama yang menentukan suatu metode.
5. Faktor situasiYang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti faktor kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan sarana dan prasarana yang memadai yang mungkin mengganggu atau menghambat dalam proses pembelajaran.Diantara keadaan tersebut ada yang dapat diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan alternatif metode—metode mengajar dengan mengingat kemungkinan—kemungkian perubahan situasi.Sedangkan terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan perubahan secara tiba-tiba/mendadak diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai cara/metode yang digunakan.
D. Pola Interaksi dalam PembelajaranDalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut: 1. Pola dasar interaksiDalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
2. Pola interaksi berpusat pada isiDalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih berpusat pada isi/materi pembelajaran.
3. Pola interaksi berpusat pada guruPada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.
4. Pola interaksi berpusat pada siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya.Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa. BAB IIIPENUTUP
3.1 KesimpulanInteraksi belajar mengajar adalah hubungan timbal balik antara seorang guru yang berupaya memberi kemungkinan bagi siswa untuk terjadinya proses belajar melalui proses perubahan, perilaku akibat adanya komunikasi guru dan siswa.Interaksi belajar mengajar mengandung 2 unsur, yaitu unsur normatif dan unsur teknis. Sedangkan faktor yang mempengaruhi interaksi belajar mengajar meliputi:Faktor tujuan:Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasanTujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera.Faktor bahan/materi pengajaran: guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan.Faktor guru dan peserta didik: Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran.Faktor metode: Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum.Faktor situasi: suasana belajar atau suasana kelas pengajaran.Dalam proses interaksi antara guru dan siswa terdiri dari 4 pola, yaitu:
1. Pola dasar interaksi2. Pola interaksi berpusat pada isi3. Pola interaksi berpusat pada guru4. Pola interaksi berpusat pada siswa
Hidup bersama antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk perhubungan, dan di
dalam berbagai jenis situasi. Tanpa adanya proses interaksi di dalam hidup manusia, tidak
mungkin mereka dapat hidup bersama.
1. Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan).[1] Jadi interaksi adalah kegiatan
timbal balik.
Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi; berhubungan;
mempengaruhi; antar hubungan.[2] Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi
atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare” yang
berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama.[3]
Sardiman AM. mengatakan bahwa dalam proses komunikasi, dikenal adanya unsur komunikan
dan komunikator. Hubungan komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan
sesuatu, yang dikenal dengan istilah pesan (message). Untuk menyampaikan pesan diperlukan
saluran atau media. Jadi, di dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu: komunikan,
komunikator, pesan, dan saluran atau media.[4]
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi adalah suatu hal saling
melakukan aksi dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terdapat suatu hubungan
antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang
telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk
mencapai tujuan tersebut.
Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan
pengajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh individu (siswa), sedangkan
mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin belajar. Kedua
kegiatan tersebut menjadi terpadu dalam satu kegiatan manakala terjadi hubungan timbal
balik (interaksi) antara guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.[5]
Dalam pendidikan, interaksi bersifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu berlangsung
dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi anak mengembangkan potensi pendidikan. Jadi,
interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan potensi
sepenuhnya, sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri,
masyarakat dan negara. Dalam interaksi itu harus ada perubahan tingkah laku dari siswa
sebagai hasil belajar. Di mana siswa yang menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar
mengajar dan guru hanya berperan sebagai pembimbing.[6]
Jadi, interaksi belajar mengajar adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik,
atau dengan kata lain bahwa interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena
antara anak didik dengan temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu
komunikasi sosial atau pergaulan.[7] Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar
mengajar ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus
menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik).[8] Di mana interaksi itu
harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan
tingkah laku anak didik ke arah kedewasaan.
Dari keterangan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa interaksi belajar mengajar yang
dimaksud di sini adalah hubungan timbal balik antara guru dan anak didik guna mencapai
suatu tujuan tertentu.
2. Komponen-komponen dalam Interaksi Belajar Mengajar
Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar mengajar. Komponen-komponen itu
misalnya tujuan, bahan, metode dan alat. Untuk mencapai tujuan instruksional, masing-
masing komponen itu akan saling merespon dan mempengaruhi antara yang satu dengan
yang lain. Sehingga tugas guru adalah mendesain dari masing-masing komponen agar tercipta
PBM yang optimal. Guru selanjutnya dapat mengembangkan interaksi belajar mengajar yang
lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Mengenai komponen-komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tujuan
Tujuan mempunyai arti penting dalam kegiatan interaksi belajar mengajar. Tujuan dapat
memberikan arah yang jelas ke mana kegiatan pembelajaran akan dibawa oleh guru. Tujuan
pengajaran yang ditetapkan oleh guru akan mempengaruhi jenis metode yang digunakan,
sarana prasarana dan lingkungan belajar mengajarnya.[9]
b. Bahan pembelajaran
Bahan pelajaran mutlak harus dikuasai guru dengan baik, oleh karena itu guru harus
mempelajari dan mempersiapkan bahan pelajaran yang akan disampaikan pada anak didik.
Bahan (materi) itu tentunya dipilih dan disesuaikan dengan bahan yang dapat menunjang
tercapainya tujuan pengajaran yang ditetapkan.[10]
c. Metode
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam kegiatan belajar mengajar metode diperlukan oleh guru guna kepentingan pengajaran.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi metode mengajar, yaitu tujuan dengan
berbagai jenis dan fungsinya, anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya, situasi
dengan berbagai keadaannya, fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya serta
pribadi guru dengan kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda.
Adapun metode-metode dalam proses belajar mengajar antara lain: metode ceramah, tanya
jawab, diskusi, pemberian tugas dan metode demonstrasi.[11]
d. Alat
Alat adalah segala sesuatu yang digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam kegiatan interaksi belajar mengajar biasanya dipergunakan alat material dan non
material.
Agar alat-alat tersebut mencapai tujuan, maka: Pertama harus dikenal dahulu alat-alat itu
sebaik-baiknya, mengerti fungsinya dan apa yang dapat kita capai dengan alat itu. Kedua,
harus jelas tujuan yang dikehendaki melalui alat tersebut. Ketiga, harus terampil dalam
penggunaannya. Keempat, harus sanggup memelihara/memanfaatkan alat-alat yang ada.[12]
e. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat instrumen penggali
data tes perbuatan, tes tertulis, dan tes lisan. Oleh karenanya menurut Edwin Wars dan W.
Brown, bahwa evaluation refer to the act for process to determining the value of something.
Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.
Tujuan evaluasi adalah mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak
didik dalam mencapai tujuan yang diharapkan, memungkinkan guru menilai aktivitas atau
pengalaman yang di dapat dan menilai metode mengajar yang dipergunakan.[13]
Dengan demikian jika komponen-komponen itu direncanakan dan dipersiapkan dengan
matang, maka akan mengurangi hambatan-hambatan yang muncul dalam proses belajar
mengajar bahkan akan lebih memotivasi anak untuk melakukan belajar secara efektif dan
efisien.
3. Pola Komunikasi dalam Interaksi Belajar Mengajar
Menurut Nana Sudjana, ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa, yakni
komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi.
a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Yaitu guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif, siswa pasif,
mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Yaitu guru bisa berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Sebaliknya siswa, bisa
penerima aksi bisa pula pemberi aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan siswa.
c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah
Yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga antara siswa
dengan siswa. Siswa dituntut aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru, dapat berfungsi
sebagai sumber belajar bagi siswa lain.[14]
Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam berbagai pola
komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai dengan
konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagaimana yang dikehendaki para ahli dalam
pendidikan modern.[15]
Hidup antara manusia berlangsung di dalam berbagai bentuk hubungan serta di dalam
berbagai keadaan. Tanpa proses interaksi dalam hidup, maka manusia tidak mungkin
dapat hidup bersama. Interaksi terdiri dari kata inter yang berarti antar dan aksi yang
berarti kegiatan. Sehingga interaksi adalah kegiatan timbal balik.
Dari sisi terminologi interaksi berarti hal saling melakukan aksi saling berhubungan dan
mempengaruhi. Interaksi selalu berhubungan dengan istilah komunikasi. Komunikasi
berasal dari kata communicare yang artinya berpartisipasi dan memberitahukan. Dalam
proses komunikasi maka dikenal adanya unsur komunikan serta komunikator.
Hubungan antara komunikan dan komunikator biasanya menginteraksikan tentang satu
hal yang dikenal dengan istilah pesan atau message. Demi menyampaikan pesan
dibutuhkan saluran atau media. Dalam komunikasi terdapat empat unsur yaitu adanya
komunikan, adanya komunikator, isi pesan dan saluran ataumedia.
Apabila dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi belajar mengajar adalah suatu hal yang saling melakukan aksi di dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya ada suatu hubungan antara murid dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dari interaksi tersebut adalah suatu hal yang sudah disadari serta disepakati sebagai milik bersama dan berusaha dengan semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan itu.
Belajar serta mengajar adalah dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pengajaran. Belajar cenderung kepada apa yang dilakukan oleh siswa sedangkan mengajar cenderung kepada apa yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin dalam belajar. Dua kegiatan itu menjadi terpadu dalam satu kegiatan ketika terjadi hubungan
timbal balik atau interaksi antara guru dengan siswa pada saat pengajaran berlangsung.
Di pendidikan, interaksi belajar mengajar mempunyai sifat edukatif dengan maksud bahwa interaksi itu terjadi dalam rangka untuk mencapai tujuan pribadi untuk mengembangkan potensi pendidikan. Interaksi bertujuan untuk membantu pribadi anak mengembangkan potensi diri sepenuhnya sesuai dengan cita-citanya dan hidupnya bisa bermanfaat bagi dirinya sendiri serta masyarakat dan negara. Di dalam interaksi tersebut harus ada perubahan tingkah laku dari murid sebagai hasil dari belajar. Interaksi belajar mengajar merupakan kegiatan timbal balik antara guru dengan murid. See more at: http://koffieenco.blogspot.com/2013/07/interaksi-belajar-mengajar.html#sthash.hM1JThRb.dpuf
Pemahaman awal melalui interaksi edukatif Posted by: amir1404 on: April 29, 2010
In: interaksi belajar mengajar Leave a Comment
Interaksi akan selalu berkait dengan istilah komunikasi atau hubungan. Dalam proses komunikasi, dikenal dengan adanya unsur komunikan dankomunikator. Hubungan antara komunikator dengan komunikan biasanya karena menginteraksikan sesuatu, yang dikenal dengan isitlah pesan(message). Kemudian untk menyampaikan atau mengontakkan pesan itu diperlukan adanya media atau saluran (channel). Jadi unsur-unsur yang terlibat dalam komunikasi itu adalah komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media. Begitu juga hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, empat unsur untuk terjadinya proses komunikasi itu akan selalu ada.Interaksi edukatif sebenarnya merupakan komunikasi timbal-balik antara pihak yang satu dengan pihak yang lain, sudah mengandung maksud-maksud tertentu, yakni untuk mencapai pengertian bersama yang kemudian untuk mencapai tujuan (dalam kegiatan belajar berarti untuk mencapai tujuan belajar).Kalau demikian apa yang dimaksud dengan interaksi edukatif itu? Interaksi yang dikatakan sebagai interaksi edukatif, apabila secara sadar mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya. Jadi dalam hal ini yang penting bukan bentuk interaksinya, tetapi yang pokok adalah maksud atau tujuan berlangsungnya interaksi itu sendiri. Karena tujuan menjadi hal yang pokok, kegiatan interaksi itu memang direncanai atau disengaja.Secara rinci dalam proses edukatif paling tidak mengandung ciri-ciri antara lain :
1. Ada tujuan yang ingin dicapai;2. Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi;3. Ada pelajar yang aktif mengalami;4. Ada guru yang melaksanakan;5. Ada metode untuk mencapai tujuan;6. Ada situasi yang memungkinkan proses belajar mengajar berjalan dengan baik;7. Ada penilaian terhadap hasil interaksi
Pendidikan dapat dirumuskan dari sudut normatif. Karena pendidikan menurut hakikatnya memang sebagai suatu peristiwa yang memiliki norma. Artinya bahwa dalam peristiwa pendidikan, pendidik (pengajar/guru) dan anak didik (siswa) berpegang pada ukuran norma hidup, pandangan terhadap individu dan masyarakat, nilai-nilai moral, kesusilaan yang semuanya merupakan sumber norma di dalam pendidikan.Pendidikan pula dapat dirumuskan dari sudut proses teknis, terutama dilihat dari segi persitiwanya. Dengan pendidikan perubahan dan pertumbuhan jasmaniah, perubahan watak, pertumbuhan intelek, dan pertumbuhan sosial mampu dibentuknya. Dengan demikian, pendidikan merupakan himpunan kultural yang sangat kompleks yang dapat digunakan sebagai perencanaan kehidupan manusia.Ciri-ciri interaksi belajr mengajar menurut Edi Suardi dalam bukunyaPedagogik (1980) :
1. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung.
2. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Prosedur ini harus selaras dengan tujuan yang ingin dicapai.
3. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Artinya butuh persiapan yang matang tentang materi yang akan diajarkan dan materi ini harus sesuai dengan tujuan
pembelajaran.4. Ditandai dengan adanya aktivitas siswa. Syarat mutlak terjadinya interaksi belajar mengajar adalah
keaktifan siswa baik secara fisik maupun secara mental. Inilah yang sesuai dengan konsep PAKEM (Pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan).
5. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing. Tugas guru adalah memotivasi siswa, memberikan nilai hidup agar siswa bersemangat dan mau belajar serta guru merupakan contoh bagi murid sehingga perilaku guru merupakan perilaku yang akan ditiru oleh siswa.
6. Dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin. Disiplin disini merupakan suatu aturan yang ada dan disepakati bersama oleh sejumlah komponen. Disiplin disini merupakan suatu tingkah laku yang baik dan mesti ditaati karena disiplin erat kaitannya dengan suatu aturan yang telah disepakati.
7. Ada batas waktu. Untuk mencapai suatu tujuan dalam pembelajaran maka batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan.
8. Adanya penilaian. Tercapai tidaknya suatu tujuan dapat diketahui dari adanya kegiatan penilaian.
latar belakang interaksi belajar mengajar Posted by: amir1404 on: April 29, 2010
In: interaksi belajar mengajar Leave a Comment
Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam hubungannya dengan manusia sebagai makhluk sosial, terkandung suatu maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antara manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi. Dalam kehidupan semacam inilah terjadi interaksi.Jika kita menelaah tentang interaksi maka dalam dunia pendidikan dikenal dengan interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran. Lebih spesifik lagi interaksi edukatif adalan interaksi belajar mengajar.Belajar mengajar adalah dua kegiatan tunggal tetapi memang memiliki makna yang berbeda. Belajar diartikan sebagai suatu perubahan tingkah laku karena hasil dari pengalaman yang diperoleh. Sedangkan mengajar adalah kegiatan penyediaan kondisi yang merangsang serta mengarahkan kegiatan belajar siswa/subjek belajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang dapat membawa perubahan tingkah laku maupun perubahan serta kesadaran diri.Dalam interaksi belajar mengajar yang terpenting adalah guru sebagai pengajar tidak mendominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang kondusif serta memberikan motivasi dan bimbingan agar siswa dapat mengembangkan potensi dan kreativitasnya, melalui kegiatan belajar. Diharapkan potensi siswa dapat sedikit demi sedikit berkembang menjadi komponen penalaran yang bermoral, manusia-manusia aktif dan kreatif yang beriman.
Sebagai bahan tambahan dalam referensi makalah anda, terutama untuk bahasan pendidikan, berikut ini akan dirumuskan beberapa dasar interaksi belajar mengajar. Dasar-dasar interaksi belajar yang dimaksud, yaitu hal-hal mendasar yang mesti diperhatikan dan menjadi pertimbangan, dalam rangka melakukan interaksi dalam pembelajaran
Interaksi bersifat edukatif
Suatu interaksi dikatakan memiliki sifat edukatif bukan semata ditentukan oleh bentuknya melainkan oleh
tujuan interaksi itu sendiri. “Interaksi dikatakan sebagai interaksi edukatif apabila secara sadar
mempunyai tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak didik kearah kedewasaannya”.
Interaksi menghasilkan perubahan tingkah laku
Dalam interaksi harus ada perubahan tingkah laku dari siswa sebagai hasil belajar, dimana siswa sebagai
subjek belajar. Siswalah yang terutama menentukan berhasil tidaknya kegiatan belajar mengajar dalam
interaksi
Peran guru dalam proses interaksi belajar mengajar
Peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar, akan menjamin
tercapainya tujuan interaksi belajar mengajar. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar
antara lain: sebagai fasilitator, pembimbing, motivator, organisatoris, dan sebagai sumber.
Interaksi sebagai proses belajar mengajar
Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar mengajar, proses belajar
mengajar merupakan dua hal yang berbeda tetapi membentuk satu kesatuan, dua hal yang
menyatukannya adalah interaksi tersebut. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sedang
mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan yang dilakukan oleh guru sangat
mempengaruhi kegiatan belajar siswa.
R. Ibrahim mengemukakan bahwa Dalam interaksi belajar mengajar terjadi proses pengaruh
mempengaruhi bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa tetapi siswa juga dapat mempengaruhi
guru. Pengaruh mempengaruhi tersebut tergantung pada strategi ataupun metode serta pendekatan
yang digunakan dalam proses belajar mengajar seperti apabila guru mengajar dengan menggunakan
strategi atau pendekatan exposition peranan lebih aktif dimainkan oleh guru sedang siswa peranannya
lebih pasif. Interaksi dalam hal ini hanya terjadi antara guru dan siswa, sedangkan proses belajar
mengajar yang mengaktifkan siswa seperti belajar inkuiri, pemecahan masalah, dan lain-lain, siswa
berperan lebih aktif. Sehingga dalam hal ini siswa sebagai subjek yang berinteraksi bukan hanya dengan
guru tetapi dengan manusia-manusia sumber yang lain.
Interaksi belajar membutuhkan sarana
Di dalam interaksi belajar mengajar, harus mempertimbangkan alat, sarana dan media yang akan
digunakan. Alat adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Dalam hal ini alat utama yang dipakai dalam interaksi belajar mengajar memegang
peranan penting . Media apa yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar tersebut, untuk
menciptakan situasi kondisi interaksi belajar mengajar yang tepat kita harus melihat media apa yang ada
dan dapat digunakan serta tepat dalam menunjang tercapainya tujuan secara efektif dan efisien
Bila semua dasar-dasar interaksi belajar mengajar tersebut telah diperhitungkan dalam mendasari
pengajaran, maka diharapkan kegiatan dalam interaksi belajar mengajar dapat berhasil.
Referensi Makalah®
PEMBAHASAN MATERI "PENGELOLAAN INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR"
PENGELOLAAN INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR
Guru sebagai tenaga professional di bidang kependidikan, di samping memahami hal-hal
yang bersifat filosofis dan konseptual, juga harus mengetahui dan melaksanakan hal-hal yang
bersifat teknis. Hal-hal yang bersifat teknis ini, terutama kegiatan mengelola dan melaksanakan
interaksi belajar mengajar, guru paling tidak harus memiliki dua modal besar, yakni kemampuan
mendesain program dan ketrampilan mengomunikasikan program itu kepada anak didik. Dua modal
ini telah terumuskan di dalam sepuluh kompetensi guru, dan memang “mengelola interaksi belajar
mengajar” itu sendiri merupakan merupakan salah satu kemampuan dari sepuluh kompetensi guru.
A. SEPULUH KOMPETENSI GURU
Dalam pendidikan guru dikenal adanya “Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi”.
Mengenai kompetensi guru ini, ada berbagai model cara mengklasifikasikan. Untuk program S1
salah satunya dikenal adanya “sepuluh kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar
bagi seorang guru. Sepuluh kompetensi guru itu dijabarkan sebagai berikut:
1. Menguasai bahan
Sebelum guru itu tampil di depan kelas untuk mengelola interaksi belajar mengajar, terlebih
dahulu harus sudah menguasai bahan apa yang dikontakkan dan sekaligus bahan-bahan apa yang
dapat mendukung jalannya proses belajar mengajar. Dengan modal penguasaan bahan, guru akan
dapat menyampaikan materi perjalanan secara dinamis. Dalam hal ini yang dimaksud “menguasai
bahan” bagi seorang guru, akan mengandung dua lingkup penguasaan materi, yakni:
a. Menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum sekolah.
b. Menguasai bahan pengayaan atau penunjang bidang studi.
2. Mengelola program belajar-mengajar
Guru yang kompeten, juga harus mampu mengelola program belajar-mengajar. Dalam hal
ini ada beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru. Langkah-langkah itu adalah sebagai
berikut:
a. Merumuskan tujuan intruksional atau pembelajaran.
b. Mengenal dan dapat menggunakan proses intruksional yang tepat.
c. Melaksanakan program belajar mengajar.
d. Mengenal kemampuan anak didik.
e. Merencanakan dan melaksanakan program remidial.
3. Mengelola kelas
Untuk mengajar suatu kelas, guru dituntut mampu mengelola kelas, yakni menyediakan
kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya proses belajar mengajar. Seandainya belum kondisi
yang kondusif, guru harus seoptimal mungkin untuk membenahinya. Oleh karena itu, kegiatan
mengelola kelas akan menyangkut: mengatur tata ruang kelas yang memadai untuk pengajan dan
menciptakan iklim belajar mengajar yang serasi. Berkaitan dengan hal tersebut, secara kongkret ada
beberapa langkah yang dapat diambil oleh guru, yakni:
a. langkah-langkah siswa yang sudah sesuai dengan tujuan perlu dikembangkan dengan
memberi dukungan yang positif;
b. guru mengambil tindakan yang tepat bila siswa menyimpang dari tugas;
c. sikap siswa yang keras ditanggapi dengan memadai dan tenang.
d. guru harus selalu memerhatikan dan memperhitungkan reaksi-reaksi yang tidak
diharapkan.
4. Menggunakan media atau sumber
Berikut ini adalah beberapa langkah yang perlu diperhatikan oleh guru dalam menggunakan
media sebagai berikut:
a. Mengenal, memilih dan menggunakan sesuatu media.
b. Membuat alat-alat bantu pelajaran yang sederhana.
c. Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka proses belajar mengajar.
d. Menggunakan buku pegangan atau buku sumber.
e. Menggunakan perpustakaan dalam proses belajar mengajar.
f. Menggunakan unit microteaching dalam program pengalaman lapangan.
5. Menguasai landasan-landasan kependidikan
Pendidikan adalah serangkaian usaha untuk pengembangan bangsa. Pengembangan bangsa.
Pengembangan bangsa itu akan dapat diwujudkan secara nyata dengan usaha menciptakan
ketahanan nasional dalam rangka mencapai cita-cita bangsa. Mengingat hal itu, maka sistem
pendidikan akan diarahkan kepada perwujudan keselarasan, keseimbangan dan keserasian antara
pengembangan kuantitas dan pengembangan kualitas serta antara aspek lahiriah dan aspek rohaniah.
Itulah sebabnya pendidikan nasional dirumuskan sebagai usaha sadar untuk membangun manusia
Indonesia seutuhnya.
Rumusan pendidikan nasional sebagaimana diuraikan diatas, didasari pada Pancasila dan
UUD 1945. Pancasila sebagai landasan idiil dan UUD 1945 merupakan landasan
konstitusional. Di dalam UUD 1945 Bab XIII Pasal 31 dijelaskan bahwa:
a. Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran.
b. Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang
diatur dengan undang-undang.
6. Mengelola Interaksi Belajar-Mengajar
Di dalam proses belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan
kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam
rangka transfer of knowledge dan bahkan juga transfer of values, akan senantiasa menuntut
komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan yang lain. Serasi dalam hal ini berarti
komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar mengajar itu akan saling
menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi anak didik. Jelasnya,
proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang
dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi keberhasilan interaksi
belajar mengajar tersebut.
7. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar mengajar, masih juga
diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi
siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa pada hakikatnya memiliki perbedaan. Perbedaan-
perbedaan semacam ini dapat membawa akibat pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreativitas,
gaya belajar bahkan juga dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi belajar siswa.
Persoalan ini perlu diketahui oleh guru. Sehingga dapat mengambil tindakan-tindakan intruksional
yang lebih tepat dan memadai.
8. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan di sekolah
Dalam tugas dan peranannya di sekolah, guru juga sebagai pembimbing ataupun
konselor/penyuluh. Itulah sebabnya guru harus mengenal fungsi dan program layanan bimbingan
dan penyuluhan di sekolah serta harus menyelenggarakan program layanan bimbingan di sekolah,
agar kegiatan interaksi belajar-mengajarnya bersama para siswa menjadi lebih tepat dan produktif.
9. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
Guru di sekolah di samping berperan sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing juga
sebagai administrator. Dengan demikian, guru harus mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah. Hal ini sebagai upaya pemuasan layanan terhadap para siswa.
10. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengajaran
Di samping bertugas sebagai pendidik dan pembimbing anak didik dalam rangka
pengabdiannya kepada masyarakat, nusa dan bangsa, guru juga harus memahami hal-hal yang
berkaitan dengan penelitian. Hal ini dalam rangka menumbuhkan penalaran dan mengembangkan
proses belajar-mengajar. Setiap mata pelajaran diharapkan dapat memancing baik siswa maupun
guru untuk terus dapat menjawab. Dengan demikian, akan menambah wawasan bagi guru dalam
upaya mengembangkan interaksi belajar mengajar yang dinamis.
B. MICROTEACHING SEBAGAI LATIHAN MENGELOLA INTERAKSI BELAJAR-
MENGAJAR
1. Latar Belakang Timbulnya Microteaching
Tugas dan tanggung jawab guru adalah sangat luas, tetapi tugas mengajar di depan kelas
merupakan salah satu tugas yang sangat penting. Demikian pentingnya sehingga berhasil atau
tidaknya seorang guru sering diukur hanya dari aspek ini. Guru akan dikatakan pandai kalau
dapat mengajar di muka kelas dengan baik.
2. Pengertian Microteaching
Microteaching merupakan salah satu usaha baru yang berorientasi pada upaya
pengembangan dan peningkatan profesi guru, khususnya keterampilan mengajar di depan
kelas. Dalam kegiatan ini mahasiswa atau calon guru selama berlatih praktik mengajar, bentuk
penampilan dan keterampilannya selalu dimonitor dan dalam keadaan terkontrol oleh para
supervisor. Dengan demikian, proses tersebut dapat diatur menurut kebutuhan serta
disesuaikan dengan tujuan yang akn dicapai. Semua ini dalam ukuran mikro atau mini. Oleh
karena itu, microteaching sering diartikan sebagai “mengajar dalam bentuk yang mini”.
Microteacing memiliki ciri-ciri pokok yakni : jumlah subjek belajar sedikit, bekisar 5-
10 orang, waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit, bahan yang dikontakkan terbatas, juga
komponen mengajar yang dikembangkan terbatas.
3. Maksud dan Tujuan Microteaching
Banyak lembaga pendidikan guru yang mencantumkan kegiatan microteaching sebagai
bagian dari Program Praktik Kependidikan di dalam kurikulumnya. Dengan adanya Learning
Resources Centre (LRC) di berbagai lembaga pendidikan, dapat menjadi wahana dan
motivasi untuk berkembangnya kegiatan microteaching ini. Program ini meningkatkan
performance yang menyangkut keterampilan dalam mengajar, atau latihan mengelola interaksi
belajar mengajar.
Konsisten dengan beberapa keterangan yang disinggung di muka, maka microteaching
ini dimaksudkan membekali calon guru sebelum dia sungguh-sungguh terjun ke sekolah
tempat latihan praktik kependidikan untuk praktik mengajar.
Dikaitkan dengan kompetesi guru, microteaching sebenarnya merupakan suatu usaha
pengembangan di kampus. Dengan model ini, kemudian dikembangkan lebih lanjut di
lapangan melalui serangkaian kegiatan Praktik Kependidikan di sekolah tempat para
mahasiswa/calon guru itu melakukan praktek mengajar.
C. BEBERAPA KOMPONEN KETERAMPILAN MENGAJAR
1. Aspek materi, terdiri dari item-item :
Pada bagian pertama ini berhubungan erat dengan masalah bahan yang dikontakkan
kepada siswa. Tentang bagaimana menarik perhatian siswa pada bahan yang baru, bagaimana
perhatian guru terhadap bahan yang akan di bahas, bagaimana urutan penyajian bahan,
bagaiman menciptakan hubungan dalam rangka membahas, dan bagaimana mengakhiri
pembahasan.
a. Interes
Interes adalah usaha guru untuk menarik atau membawa perhatian siswa pada materi
pelajaran yang baru. Seseorang yang memasuki situasi baru secara mendadak sering timbul
kejutan atau tekanan psikologis karena situasi yang lama masih membayangi pikiran atau
perasaannya. Anak-anak yang habis bermain, pada waktu masuk ke dalam kelas untuk
menerima pelajaran sering kita dengar masih membicarakan permainannya. Agar konsentrasi
mereka dalam menerima pelajaran yang baru tidak terpecah, maka di perlukan adanya
kesiapan.
b. Titik Pusat
Titik pusat adalah bahwa apa yang diuraikan , dikemukakan dan dijelaskan oleh guru
benar-benar terpusat pada bahasa yang sedang di garap bersama.Guru sering tergiring ke
arah pembicaraan di luar pemasalahan pokok karena hadirnya pertanyaan siswa yang tidak
relevan dengan bahasa. Dalam hal ini guru perlu tanggap , sehingga kalau pertanyaan ternyata
menyimpang harus di arahkan atau di putus kata-kata yang halus dab edukatif. Kadang-
kadang pula guru kehilangan tempat bepijaknya karena terlalu berapi-api dalam menjelaskan
sehingga arah pembicaraannya kemudian justru menjadi menyimpang dari permasalahan
pokoknya.
c. Rantai Kognitif
Rantai kognitif adalah urutan-urutan atau sistematika dalam menyampaikan bahan
pelajaran. Ini dapat dilihat pada persiapan mengajar atau diketahui pada waktu guru
menyampaikna pelajaran. Adakalanya pada persiapan sistematikanya sudah baik tetapi pada
waktu penyampaian tidak sesuai., atau dengan kata lain rantai kognitifnya rusak atu jelek.
Karena sistematika penyampaian yang jelek, maka siswa menjadi bingung dan sulit untuk
menangkap pelajaran. Urutan yang baik adalah dari pengertian yang sederhana menyju yang
kompleks, dari yang mudah ke yang sulit.
d. Kontak
Kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniah antar guru dan siswa dalam
kaitanya dengan bahan yang sedang dibahas pertama. Hal ini tercermin terutama dalam
tanggapan siswa baik mengenai sinar matanya maupun gerakan-gerakan anggota badannya.
Kontak yang tidak baik misalnya siswanya kelihatan diam, tetapi tatapan matanya hampa hal
ini menunjukan bahwa siswa tidak jelas atau tidak mengerti denagn uraian guru. Gerakan-
gerakan anggota badan yang menunjukan kegelisahan dan acuh dapat pula dipandang sebagai
gejala tidak baiknya kontak guru dengan siswa.
e. Penutup
Penutup disini sebagai cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan suatu
pokok bahasan. Penutup yang lengkap berupa ringkasan, kesimpulan dan pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat menguji tentang pencapaian tujuan intruksional. Apabila dalam
pengujian tersebut ternyata beberapa tujuan belum tercapai, maka guru wajib menjelaskan
kemvbali scara singkat sehinggga tugasnya benar-benar dirasa tuntas.
2. Model Kesiapan, terdiri dari item-item :
a. Gerak
b. Suara
c. Titik perhatian
d. Variasi penggunaan media
e. Variasi interaksi
f. Isyarat
g. Waktu selang
3. Keterampilan Operasional, terdiri dari item-item : a. Membuka pelajaran b. Mendorong dan melibatkan siswa c. Mengajukan pertanyaan d. Menggunakan isyarat nonverbal e. Menanggapi siswa
f. Menggunakan waktu g. Menutup pelajaran
Pengertian Interaksi Belajar MengajarMenurut Winarno Surakhmad Interaksi ialah Istilah Yang Menggambarkan HubunganAktif Dua Arah Antara Pendidik Dengan Anak Didik” [1] Menurut Abu Achmadi danShuyadi, 1985 : 47 Interaksi adalah suatu gambaran sehubungan aktif dua arahantara guru dan anak didik yang berlangsung dalam ikatan tujuan pendidikan.Pengertian lain dari Interaksi adalah saling mempengaruhi, hubungan timbal balikantara pihak tertentu misalnya antara guru dan murid”. [2]Ada beberapa pengertian belajar secara makro maupun mikro, dilihat dalam artiluas ataupun arti khusus dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan, sebagaikegiatan Psiko Fisik menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Dalam artisempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuanyang merupakan sebagai kegiatan terbentuknya kepribadian seutuhnya.Pengertian belajar menurut buku Departemen Agama RI ialah Cr seseorang yangdinyatakan dalam perilaku berarti bahwa hash belajar mengajar adalah selaludinyatakan dalam perubahan tingkah laku.. baik berupa pengalaman teoritismaupun hasil latihan”.[3]Menurut Gagne ada dua definisi belajar yaitu :Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku;Belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang di peroleh dariintuksi” [4]Definisi dari DeQueliy dan Gazali : mengajar adalah menemukan pengetahuan padaseseorang dengan cara paling singkat dan tepat. Guru kurang memperhatikanbahwa diantara siswa ada perbedaan individual, sehingga memerlukan pelayananyang berbeda-beda. Bila semua siswa di anggap sama kemampuannya dankemajuannya, maka bahan pelajaran yang di berikan pun akan sama pula. Hal itubertentangan dengan kenyataan.[5]Alvin W. Howard, memberikan Definsi mengajar yang lebih lengkap. Pendapatalvin : “Mengajar adalah suatu aktivitas untuk mencoba penolong, membimbingseseorang untuk untuk mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill,attitude, Ideals ( cita-cita ), appreciations ( penghargaan ) dan knowledge.”[6]
A. Morrison D.Mc. Intyre memberikan Definisi mengajar adalah Aktivitas Propisionalyang unik. Dalam mengajar dapat membuat kesimpulan-kesimpulan umum yangtidak berguna, keberasilan dan kejatuhannya samar-samar, dan sukar di ketahui juga berlangsungnya teknik belajar yang tidak tepat untuk di jelaswkan.Kemungkinan lain yang dapat diamati ialah memberikan model teori dan teknikassessment yang sesuai, dan banyak aspek mengajar yang dilukiskan dengan carayang dibimbing oleh hal-hal yang praktis, pribadi guru banyak berbicara.[7]Departemen Agama RI mengartikan mengajar itu
adalah: “Mengajar adalah sebagaikegiatan interaksi antara guru dengan siswa untuk menambah atau mewariskanpengetahuan atau kecakapan, kebudayaan dan dapat pula diartikan sebagaikegiatan membimbing dan mengarahkan siswa untuk memperoleh pemahamandan kemampuan memecahkan problem yang dihadapinya”[8]Mengajar Merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggung jawab moralyang berat. Karena keberhasilan pendidikan pada siswa sangat bergantung padapertanggung jawaban guru dalam melaksanakan tugasnya.Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Banyak kegiatan maupuntindakan harus dilakukan, terutama bila diinginkan hasil belajar lebih baik padaseluruh siswa. O1eh karena itu rumusan pengertian mengajar tidaklah sederhana.Dalam arti membutuhkan rumusan yang dapat meliputi keseluruhan Kegiatan dantindakan dalam perbuatan mengajar itu sendiri.[9]Menurut kamus besar bahasa Indonesia, mengajar adalah “memberi Pelajaran”[10]“Teaching is the guidance of learning”, mengajar adalah bimbingan kepada anakdidik dalam proses belajar.[11] Abdul Kadir Munsyi memberikan batasan pengertianmengajar adalah “memberikan ajaran-ajaran berupa ilmu pengetahuan kepadaseorang atau beberapa orang, agar mereka dapat memiliki dan memahami ajaran-ajaran tersebut”.[12] Jadi yang dimaksud dengan pengertian di atas adalah bahwa belajar mengajaradalah suatu kegiatan merubah tingkah laku seseorang. Sedangkan mengajaradalah suatu aktivitas guru dalam mengorganisasikan/mengatur lingkungan untukmembimbing siswa/anak didik, baik secara individu maupun kelompok dalam kegiatan belajar, disertai dengan penyampaian kebudayaan yang berupapengetahuan dan pengalaman-pengalaman serta kecakapan kepada anak didik. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses belajar mengajar dalam pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat dibutuhkan
dalam kehidupan manusia. Melalui proses belajar dapat memberi pengaruh terhadap perkembangan
kemampuan akademis dan psikologis setiap manusia dalam hidupnya. Belajar merupakan proses
interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Belajar juga merupakan kegiatan yang melibatkan seseorang dalam upaya memperoleh
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk
belajar. Pembelajaran dapat melibatkan dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai
fasilitator. Konsep teknologi pendidikan menekankan kepada individu yang belajar melalui
pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis sumber belajar.
Strategi dan pendekatan pembelajaran tidak lagi bertumpu pada guru tetapi berorientasi pada siswa
sebagai subyek (student centered). Guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Tanpa
guru, pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain. Sehubungan
hal tersebut para pendidik atau guru di sekolah diharapkan untuk dapat menggunakan sumber
belajar secara tepat.
Sumber belajar dalam pengertian yang sempit sering dipahami sebagai buku-buku atau bahan-
bahan tercetak lainnya seperti majalah, LKS, dan lain-lain. Pengertian seperti ini masih banyak
dipakai dewasa ini oleh sebagian besar guru termasuk juga beberapa guru TK.Association for
Educational Communication and Technology atau Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Pendidikan
yang sering disingkat AECT (1977) memberikan batasan sumber belajar sebagai segala sesuatu
yang berupa pesan, manusia, bahan (software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan
lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi
terjadinya kegiatan belajar. Pengertian sumber belajar menurut AECT ini menguraikan secara rinci
jenis-jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam kegiatan pendidikan meliputi pesan, orang,
bahan, peralatan, teknik, dan lingkungan sekitar.
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
a. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang
secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk
memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal.
b. Sumber belajar yang dimanfaatkan(learning resources by utilization), yaitu sumber belajar
yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan,
diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk: (1) pesan: informasi,
bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya (2) orang: guru, instruktur, siswa, ahli,
nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga, tokoh karier dan sebagainya; (3) bahan: buku,
transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk pembelajaran, relief, candi, arca,
komik, dan sebagainya; (4) alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi,
VCD/DVD, kamera, papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya;
(5) pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi, permainan,
sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya; dan (6) lingkungan: ruang
kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko, museum, kantor dan sebagainya.
Dalam memilih sumber belajar harus memiliki kriteria seperti berikut:
a. Ekonimis : tidak harus terpatok pada harga yang mahal;
b. Praktis : tidak memerlukan pengelolaan yang sulit, rumit dan langka;
c. Mudah : dekat dan tersedia di lingkungan kita;
d. Fleksibel : dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan instruksional;
e. Sesuai dengan tujuan : mendukung proses dan pencapaian tujua belajar dapat
membangkitkan motifasi dan minat belajar siswa.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis akan membahas tentang pengelolaan dan
pemngembangan sumber belajar yang meliputi (a) tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan
sumber belajar, (b) Catatan untuk guru dan sekolah, (c) penggunaan fasilitas dan sumber belajar, (d)
Implementasi KTSP, (e) Panduan pengembangan silabus.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar?
2. Bagaimana catatan untuk guru dan sekolah?
3. Bagaimana penggunaan sumber belajar dan fasilitas?
4. Bagaimana Implementasi KTSP?
5. Bagaimana panduan pengembangan silabus?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mengetahui tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar.
2. Mengetahui catatan untuk guru dan sekolah.
3. Mengetahui penggunaan fasilitas dan sumber belajar.
4. Mengetahui implementasi KTSP.
5. Mengetahui panduan pengembangan silabus.
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi
pembaca dan bagi pengajaran dalam pengelolaan dan pemberdayaan sumber belajar.
1.4 Penjelasan Istilah
Dalam penjelasan ini terdapat beberapa penjelasan istilah untuk membantu para pembaca dalam
memahami makalah ini, sebagai berikut:
1. Sumber belajar adalah sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia, bahan (software),
peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara sendiri-sendiri
maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar.
2. Kompetensi menurut KBBI (2008:719) adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan
(memutuskan sesuatu)
3. Implementasi menurut KBBI (2008:529) adalah pelaksanaan; penerapan.
4. Fasilitator menurut KBBI (2008:389) adalah orang yang menyediakan fasilitas; penyedia.
5. Remediasi menurut KBBI (2008:1161) adalah tindakan atau proses penyembuhan.
6. Integrasi menurut KBBI (2008: 541) adalah pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang
utuh.
7. Asumsi menurut KBBI (2008: 96) adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan
berfikir karena dianggap benar.
8. Silabus merupakan seperangkat rancangan dan pengaturan tentang pengembangan kurikulum,
yang mencangkup kegiatan pembelajaran, pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan
hasil belajar, serta penilaian hasil belajar.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Tugas Guru Dalam Pengembangan Fasilitas dan Sumber Belajar.
Adapun tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar antara lain:
1. Membuat sendiri alat pembelajaran dan alat peraga.
2. Berinisiatif mendayagunakan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar.
3. Perdayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar, misalnya:
a. Memanfaatkan batu-batuan, tanah, tumbuh-tumbuhan, keadaan alam, pasar, kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya kehidupan yang berkembang di masyarakat.
b. Mengupayakan peningkatan pengetahuan guru dan didorong terus untuk menjadi guru yang
kreatif dan profesional, terutama dalam pengadaan serta pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar
secara luas, untuk mengembangkan kemampuan peserta didik secara optimal.
c. Upaya ini harus menjadi kepedulian bersama antara kepala sekolah, komite sekolah, dan
pegawai sekolah secara professional.
2.2 Catatan Untuk Guru dan Sekolah
Catatan untuk guru dan sekolah meliputi:
1. Sampai saat ini, buku pelajaran masih merupakan sumber pelajaran yang sangat penting bagi
para peserta didik, meskipun masih banyak yang tidak memilikinya, terutama bagi sekolah-sekolah
yang berada di luar kota, di perdesaan dan di daerah-daerah terpencil.
2. Pemilihan buku pelajaran hendaknya mengutamakan buku wajib, yang langsung berkaitan
dengan pencapaian kompetensi tertentu.
3. Pemilihan buku pelengkap implementasi kurikulum 2004 hendaknya tetap berpedoman pada
rekomendasi atau pengesahan dari dinas pendidikan dan pertimbangan lain yang tidak memberatkan
orang tua.
4. Kepala sekolah, guru dan pengawas sekolah tidak memaksakan kepada peserta didik untuk
membeli buku terbitan tertentu setiap tahun.
5. Peserta didik dianjurkan menggunakan buku-buku bekas milik kakak atau keluarga lain yang
tidak dipakai lagi.
6. Tuntutan reformasi dalam bidang pendidikan, yakni mengembangkan atau menyediakan
pendidikan yang murah dan berkualitas bagi seluruh lapisan masyarakat.
Idealnya dalam proses belajar mengajar dikembangkan:
1. Ruang kelas untuk setiap rumpun mata pelajaran yang dilengkapi fasilitas dan sumber belajar
untuk pembentukan kompetensi peserta didik dan pencapaian setiap tujuan pembelajaran.
2. Kelas-kelas yang lengkap ini terutama diperlukan untuk melakukan pembelajaran team(team
teaching), dan kelas yang dinamis (moving class).
3. Kelas yang ideal ini hanya bisa dikembangkan oleh sekolah-sekolah yang berstatus sosial
ekonomi menengah keatas.
4. Jika pemerintah sudah mampu dan mau merealisasikan anggaran pendidikan minimal 20%
dari APBN, maka kelas yang ideal ini akan dapat di realisasikan di seluruh sekolah dalam berbagai
lapisan masyarakat.
2.3 Penggunaan Fasilitas dan Sumber Belajar
Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting untuk:
1. Melengkapi, memelihara, dan memperkaya hasanah belajar, sumber belajar.
2. Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas belajar yang sangat menguntungkan baik bagi guru
maupun peserta didik.
3. Memungkinkan peserta didik menggali berbagai konsep yang sesuai dengan mata pelajaran
yang sedang dipelajari sehingga menambah wawasan dan pemahaman yang senantiasa aktual serta
mampu mengikuti berbagai perubahan yang terjadi di masyarakat dan lingkungannya.
Pendayagunaan fasilitas dan sumber belajar memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Merupakan pembukaan jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran yang
akan ditempuh.
2. Merupakan pemandu secara teknis dan langkah-langkah operasional untuk menelusuri secara
lebih teliti menuju pada pembentukan kompetensi secara tuntas.
3. Memberikan berbagai macam ilustrasi dan contoh-contoh yang berkaitan dengan kompetensi
dasar yang akan dikembangkan.
4. Memberikan petunjuk dan gambaran kaitan kompetensi dasar yang sedang dikembangkan
dengan kompetensi dasar lainnya.
5. Menginformasikan sejumlah penemuan baru yang pernah diperoleh orang lain yang
berhubungan dengan mata pelajaran tertentu.
6. Menunjukkan berbagai macam permasalahan yang timbul, sebagai konsekuensi logis dalam
pengembanagan kompetensi dasar yang menuntut adanya kemampuan pemecahan dari peserta didik
yang sedang belajar.
Ada dua cara memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar:
1. Membawa sumber belajar kedalam kelas.
2. Membawa kelas ke lapangan.
2.4 Implementasi Ktsp
2.4.1 Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar yang perlu dikembangkan dalam implementasi kurikulum 2004 yang
diwujudkan dalam kurikulum 2006 yang lebih di kenal dengan KTSP yaitu:
1. Kompetensi dasar iman dan takwa (imtak);
2. Kompetensi dasar bahasa (Inggris dan Arab);
3. Kompetensi dasar komputer dan internet;
4. Kompetensi dasar tatakrama dan budi pekerti;
5. Kompetensi dasar komunikasi dan teknologi;
6. Kompetensi dasar penelitian;
7. Kompetensi dasar organisasi;
8. Kompetensi dasar kemasyarakatan, dan
9. Kompetensi dasar kewirausahaan.
Menurut Ashan ada 6 langkah analisis kompetensi:
Pertama, analisis tugas. Analisis tugas dimaksudkan untuk mendiskripsikan tugas-tugas yang
harus dilakukan oleh lulusan kedalam indikator-indikator kompetensi.
Kedua, pola analisis. Pola analisis dimaksudkan untuk mengembangkan keterampilan baru yang
belum ada dalam pekerjaan. Pola analisis dilakukan dengan menganalisis setiap pekerjaan yang ada
di masyarakat dengan keterampilan-keterampilan yang dimiliki oleh para karyawannya.
Ketiga, research. Research (penelitian) dimaksudkan untuk mengembangkan sejumlah
kompetensi berdasarkan hasil-hasil penelitian, dan diskusi. Penelitian dan diskusi ini melibatkan
berbagai ahli yang memahami kondisi serta perkembangan masa kini dan masa yang akan datang,
diidentifikasi sejumlah kompetensi yang diperlukan untuk dikuasi oleh individu dalam menempuh
kehidupan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan jaman.
Keempat, expert judgment. Expert judgment atau pertimbangan ahli di maksudkan untuk
menganalisis kompetensi berdasarkan pertimbanagn para ahli.
Kelima, individual or group interview data. Analisis kompetensi yang berdasarkan wawancara,
baik secara individu maupun secara kelompok dimakdsudkan untuk menemukan informasi tentang
kegiatan, tugas-tugas, dan pekerjaan yang diketahui oleh seseorang atau sekelompok orang dalam
bentuk lisan.
Keenam, role play. Dimaksudkan untuk melakukan analisis kompetensi berdasarkan
pengamatan dan peniliaan terhadap sejumlah orang yang melakukan peran tertentu.
2.4.2 Menciptakan Lingkungan yang Kondusif
Menciptakan lingkungan yang kondusif meliputi:
1. Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun cepat dalam melakukan tugas
pembelajaran.
2. Memberikan pembelajaran remedial bagi para peserta didik yang kurang berprestasi, atau
berprestasi rendah.
3. Mengembangkan organisasi kelas yang efektif, menarik, aman, dan nyaman bagi
perkembangan potensi seluruh peserta didik segara optimal.
4. Menciptakan kerjasama saling menghargai, baik antar peserta didik maupun antara peserta
didik dengan guru dan pengelola pembelajaran lain.
5. Melibatkan peserta didik dalam perencanaan belajar dan pembelajaran.
6. Mengembangkan proses pembelajaran sebagai tanggungjawab bersama antara peserta didik
dan guru, sehingga guru bertindak sebagai fasilitator, dan sebagai sumber belajar.
7. Mengembangkan sistem evaluasi belajar dan pembelajaran yang menekankan pada evaluasi
diri sendiri (self education).
2.4.3 Mendisiplinkan Peserta Didik
Mendisiplinkan peserta didik meliputi:
1. Konsep diri (self-concept); strategi ini bahwa konsep-konsep dari masing-masing individu
merupakan faktor penting dari setiap perilaku. Untuk menumuhkan konsep diri, guru disarankan
bersikap empatik, menerima, hangat, dan terbuka, sehingga peserta didik dapat mengeksplorasikan
pikiran dan perasaannya dalam memecahkan masalah.
2. Keterampilan berkomunikasi (communication skill); guru harus memiliki keterampilan
komunikasi yang efektif agar mampu menerima semua perasaan, dan mendorong dan timbulnya
kepatuhan peserta didik.
3. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami (natural and logical quences); prilaku-prilaku yang
salah terjadi karena peserta didik telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya.
Untuk itu, guru disarankan: a) menunjukkan secara tepat tujuan prilaku yang salah, sehingga
membantu pesrta didik dalam mengatasi prilakunya, b) memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami
dari prilaku yang salah.
4. Klasifikasi nilai ( values classification); strategi ini dilakukan untuk membantu peserta didik
dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri.
5. Analisis transaksional (transactional analysis); disarankan agar guru belajar sebagai orang
dewasa, terutama apabila berhadapan dengan peserta didik yang menghadapi rmasalah .
6. Terapi realitis (reality therapy); sekolah harus berupaya mengurangi kegagalanan
meningkatkan keterlbatan. Dalam hal ini guru harus bersikap positif dan bertanggung jawab.
7. Disiplin yang terintegrasi (assertive displine); metode ini menekankan pengendalian penuh
oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan.
8. Modifikasi prilaku (behavior modification); prilaku salah disebabkan oleh lingkungan, sebagai
tindakan remidiasi. Untuk itu, perlu dicipakan lingkungan yang kondusif.
9. Tantangan bagi disiplin (dare to displine); guru diharapkan cekatan, sangat terorganisasi, dan
dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan
menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertanma disekolah, dan guru membiarkan
mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi pemimpin.
2.4.4 Mengembangkan Kemandirian Kepala Sekolah
1. Pembinaan mental, yaitu pembinaan para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan sikap batin dan watak. Kepala sekolah harus mampu menciptakan iklim yang kondusif agar
setiap tenaga kependidikan dapat melaksanakan tugas dengan baik, secara proposional dan
professional.
2. Pembinaan moral, yaitu membina para tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan ajaran baik buruk mengenai suatu perbuatan, sikap kewajiban sesuai dengan tugas masing-
masing tenaga kependidikan.
3. Pembinaan fisik, yaitu membina tenaga kependidikan tentang hal-hal ytang berkaian dengan
kondisi jasmani atau badan, kesehatan, dan penampilan mereka secara ilmaih.
4. Pembinaan artistik, yaitu tenaga kependidikan tentang hal-hal yang berkaitan dengan
kepekaan manusia tehadap seni dan keindahan.
2.4.5 Mengubah Paradikma (Pola Pikir) Guru
Guru sebagai fasilitator setidaknya harus memiliki 7 (tujuh) sikap seperti yang didefenisikan oleh
Rogers (dalam Knowles, 1984) sebagai berikut:
1. Tidak berlebihan mempertahankan pendapat dan keyakinannya, atau kurang terbuka;
2. Dapat lebih mendengarkan peserta didik, terutama tentang aspirasi dan perasaannya;
3. Mau dan mampu menerima ide peserta didik yang inovatif, dan kreatif, bahkan yang sulit
sekalipun;
4. Lebih meningkatkan perhatiannya terhadap hubungan dengan peserta didik seperti halnya
terhadap bahan pembelajaran;
5. Dapat menerima balikan, baik yang sifatnya positif maupun negatif, dan menerimanya sebagai
pandangan yang konstributif terhadap diri dan prilakunya.
6. Toleransi terhadap kesalahan yang diperbuat peserta didik selama proses pembelajaran.
7. Menghargai prestasi peserta didik, meskipun biasanya mereka sudah tahu prestasi yang
dicapainya.
Agar implementasi kurikulum 2006 berhasil memperhatikan perbedaan individuan peserta didik,
guru perlu memperhatiakn hal-hal sebagai berikut:
1. Mengurangi metode ceramah
2. Memberikan tugas yang berbeda bagi peserta didik
3. Mengelompokkan peserta didik berdasarkan kemampuannya, serta disesuaikan dengan mata
pelajaran
4. Memodifikasi dan memperkaya bahan pelajaran
5. Menghubungi spesialis, bila ada peserta didik mempunyai kelainan
6. Menggunakan prosedur yang bervariasi dalam membuat penilaian dan laporan
7. Memahami bahwa peserta didik tidak berkembang dala kecepatan yang sama
8. Mengembankan situasi belajar yang memungkinkan setiap anak bekerja dengan
kemampuannya masing-masing pada setiap pelajaran
9. Mengusahakan keterlibatan peserta didik dalam berbagai kegiatan pembelajaran
Guru yang berhasil mengajar berdasarkan perbedaan tersebut, biasanya memahami mereka menilai
kegiaan-kegiatan sebagai berikut:
1. Mengobsevasi peserta didik dalam berbagai situasi, baik dikelas maupun diluar kelas
2. Menyediakan waktu untuk mengadakan pertemuan dengan peserta didik, sebelum, selama,
dan setelah pembelajaran
3. Mencatat dan mengecek seluruh pekerjaan peserta didik, dan memberikan komentar yang
konstrutif
4. Mempelajari catatan peserta didik yang adekwat
5. Membuat tugas dan latihan untuk kelompok
6. Memberikan kesempatan khusus bagi peserta didik yang memiliki kemampuan yang berbeda
7. Memberikan penilaian secara adil, dan transparan
Agar kurikulum 2006 dapat diimplementasikan secara efektif, serta dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, guru perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menguasi dan memahami kompetensi dasar dan hubungannya dengan kompetensi lain dengan
baik
2. Menyukai apa yang diajarnya dan menyukai menajar sebagai suatu profesi
3. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya
4. Menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar dan membentuk kompetensi peserta
didik
5. Mengliminasi bahan-bahan yang kurang penting dan kurang berarti dalam kaitannya dalam
pembentukan kompetensi
6. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir
7. Menyiapkan proses pembelajaran
8. Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik
9. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi yang akan dikembangkan
Karakteristik guru yang behasil mengembangkan pembelajaran secara efektif dapat didefenisikan
sebagai berikut:
1. Respek dan memahami dirinya, serta dapat mengontrol dirinya (emosinya stabil)
2. Antusias dan bergairah terhadap bahan, ke;as, dan seluruh kegiatan pembelajaran
3. Berbicara dengan jelas dan komunikatif (dapat mengkomunikasikan idenya terhadap peserta
didik)
4. Memperhatikan perbedaan individual peserta didik
5. Memiliki banyak pengetahuan, inisiatif, kreatif dan banyak akal
6. Menghindari sarkasme dan ejekan terhadap peserta didik
7. Tidak menonjolkan diri, dan menjadi teladan peserta didik
Berbagai strategi yang dapat dikembangkan dalam rangka pelatihan guru antara lain sebagai
berikut:
1. Mengadakan penataran dan pelatihan guru untuk setiap rumpun mata pelajaran, yakni rumpun
mata pelajaran MIPA, Bahasa, IPS, Agama, Olahraga, Keterampilan dan Kesenian (muatan lokal).
Pelatihan ini bisa dilakukan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi terdekat yang sesuai
dengan bidangnya masing-masing.
2. Mengadakan loka karya guru mata pelajaran disekolah untuk
mengembangkan: a. kompetensi dasar
b. indikator hasil belajar
c. materi standar (bahan ajar dan lembar kegiatan peserta didik)
d. silabus dan rencana pembelajaran
e. format penilaian berbasis kelas (FBK), evaluasi berbasis kelas (EBK) atau class room evaluation
(CBE)
3. Menetapkan guru pengajar dan guru team (team taching) secara demokratis dan profesional
4. Mengadakan peatihan guru dalam pengadaan serta penyalahgunaan fasilitas dan sumber belajar
untuk menunjang kretifitas peserta didik.
2.4.5 Memberdayakan Tenaga Kependidikan
Memberdayakan tenaga kependidikan dapat di bagi menjadi dua strategi, yaitu;
1. strategi umum
a. pemberdayaan tenaga kependidikan harus dilakukan berdasarkan rencana kebutuhan yang
jelas.
b. dalam setiap pendidikan perlu senantiasa dikembangkan sikap dan kemampuan professional.
c. Kerjasama sekolah dengan perusahaan dan dunia industry perlu terus menerus
dikembangkan, terutama dalam memanfaatkan perusahaan dan dunia industri untuk laoraorium,
praktek, dan objek studi.
2. strategi khusus
Strategi khusus adalah strategi yang langsung berkaitan dengan perkembangan dan peningkatan
manajemen tenaga kependidikan yang lebih efektif. Strategi tersebut berkaitan dengan
kesejahteraan tenaga pendidikan, pendidikan prajabatan calon tenaga kependidikan, rekuemant dan
penempatan, pembinaan kualitas tenaga pendidikan, dan pengembangan karir.
1. Dalam kaitannya dengan kesejahteraan tenaga kependidikan, perlu diupayakan hal-
hal sebagai berikut: a) gaji tenaga kependidikan perlu senantiasa disesuaikan agar mencapai standar
yang wajar bagi kehidupan tenaga kependidikan dan keluarganya; b) peningkatan kesejahteraan
tenaga kependidikan yang dilakukan oleh pemerintah pusat diikuti oleh pemerintah daerah,
masyarakat, dunia usaha, orang tua, sejalan dengan otonomi daerah yang sedang bergulir; c) untuk
memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan didaerah terpencil, perlu diberlakukan sistem kontrak,
dengan sistem imbalan yang lebih baik dan menarik.
2. Pendidikan prajabatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a) memperbaiki sistem
pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan; b) perlu dilakukan reorientasi
program pendidikan tenaga kependidikan agar tidak terjadinya ketimpangan tenaga kependidkan; c)
pendidikan tenaga kependidikan perlu dipersiapkan secara matang melalui sistem pendidikan yang
bermutu.
3. Rekrument dan penempatan tenaga kependidikan perlu memperhatiakn hal-hal sebagai
berikut: a) rekrument tenaga kependidikan harus berdasarkan seleksi yang mengutamakan kualitas;
b) sejalan dengan semangat reformasi, otonomi daerah, dan desentralisasi pendidikan maka
rekrument pendidikan perlu didasarkan atas kebutuhan wilayah dengan cakupan kabupaten dan
kota; c) perlu dilakukan sistem pengangkatan, penempatan, dan pembinaan tenaga kependidikan
yang memungkinkan para tenaga kependidikan mengembangkan diri dan karirnya secara leluasa,
sehingga mereka dapat mengembangkan kemampuannya sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan zaman.
4. Peningkatan kualitas tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)
perlu senantiasa dilakukan peningkatan kemampuan tenaga kependidikan agar dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif dan efisien, (b) peningkatan kualitas tenaga kependidikan dapat dilakukan
melalui pendidikan formal, informal, dan nonformal, dalam hl ini lembaga-lembaga diklat
lingkungan dinas pendidikan nasional perlu senantiasa dioptimalkan perannya sesuai dengan tugas
dan fungsinya, (c) sesuai dengan prinsip peningkatan mutu berbasis sekolah (school based quality
improvement) dan semangat desentralisasi, sekolah perlu diberi kewenangan yang lebih besar untuk
menentukan apa yang terbaik untuk peningkatan mutu tenaga kependidikan.
5. Pengembangan karier tenaga kependidikan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (a)
pengangkatan seseorang dalam jabatan tenaga kependidikan harus dilakukan melalui seleksi yang
ketat, adil dan transparan, dengan mengutamakan kapasitas kepemimpinan yang bersangkutan, (b)
fungsi control dan pengawasan pada semua jenis dan jenjang pendidikan perlu dioptimalkan sebagai
sarana untuk memacu kualitas pendidikan.
2.5 Panduan Pengembangan Silabus
2.5.1 Proses pengembangan silabus
Untuk dapat melaksanakan tugas kemampuan dasar mengajar dengan baik, guru dituntut
mampu mengembangkan silabus. Silabus merupakan seperangkat rancangan dan pengaturan
tentang pengembangan kurikulum, yang mencangkup kegiatan pembelajaran, pengelolaan
kurikulum berbasis sekolah, kurikulum dan hasil belajar, serta penilaian hasil belajar.
2.5.2 komponen-komponen silabus
Beberapa komponen silabus yang perlu dipahami dalam menyukseskan implementasi kurikulum
2006 antara lain kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, indikator hasil belajar, penilaian
berbasis kelas (PBK) dan prosedur pembelajaran.
Kompetensi dasar dalam silabus berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator
pembelajaran, mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran.
Materi standar dalam silabus berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada peserta didik dan
guru/ fasilitator tentang apa yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi yang telah
ditetapkan.
Hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan
dicapai oleh peserta didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan
kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.
Indikator pencapaian hasil belajar dalam silabus berfungsi sebagai tanda-tanda yang
menunjukkan terjadinya perubahan prilaku pada diri peserta didik.
Penilaian berbasis kelas (PBK) dalam silabus berfungsi sebagai alat dan strategi untuk
mengukur keberhasilan belajar peserta didik. PBK dapat dilakukan secara terpadu dengan
pembelajaran.
Prosedur pembelajaran dalam silabus berfungsi mengarahkan kegiatan pembelajaran yang harus
dilakukan oleh peserta didik dan guru dalam membentuk kompetensi dasar. Dalam garis besarnya,
prosedur pembelajaran ini mencangkup kegiayt inti (pembentuk kompetensi) dan kegiatan akhir
(penutup).
2.5.3 Prosedur pengembangan silabus
Untuk memberi kemudahan kepada guru dan kepala sekolah dalam menyukseskan implementasi
kurikulum 2004, perlu dipahami prosedur pengembangan silabus, baik yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi maupun revisi.BAB IIIPENUTUP3.1 Kesimpulan
Sumber belajar adalah Sumber belajar adalah sebagai segala sesuatu yang berupa pesan, manusia,
bahan (software), peralatan (hardware), teknik (metode), dan lingkungan yang digunakan secara
sendiri-sendiri maupun dikombinasikan untuk memfasilitasi terjadinya kegiatan belajar. Dalam
pengelolaan dan pemanfaatan sumber belajar ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya,
sebagai berikut:
1. Tugas guru dalam pengembangan fasilitas dan sumber belajar;
2. Catatan untuk guru dan sekolah;
3. Penggunaan fasilitas dan sumber belajar;
4. Implementasi Ktsp
a. Kompetensi dasar
b. Menciptakan lingkungan yang kondusif;
c. Mendisplinkan peserta didik;
d. Mengembangkan kemandirian kepala sekolah;
e. Mengubah paradigm (pola piker) guru;
f. Memberdayakan tenaga kependidikan;
5. Panduan pengembangan silabus
a. Proses pengembangan silabus;
b. Komponen-komponen silabus;
c. Prosedur pengembangan silabus.
Pengertian interaksi dalam pembelajaran
Dalam proses pembelajaran antara pendidik dan peserta didik harus ada interaksi. Pendidikan
pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik, untuk mencapai
tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Lingkungan ini diatur serta
diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pendidikan berfungsi
membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi,
kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun
lingkungannya.
fungsi dari tujuan pengajaran:
1.Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam melaksanakan aktivitan/ interaksi belajar
mengajar.
2.Menjadi penentu arah kegiatan
3.Menjadi titik sentral perhatian dan pedoman dalam menyusun desain pengajaran
4.Menjadi materi pokok yang akan dikembangkan dalam memperdalam dan mempeluasruang
lingkupnya.
5.Menjadi pedoman untuk mencegah/menghindari penyimpangan yang akan terjadi.
Interaksi terdiri dari kata inter (antar), dan aksi (kegiatan). Jadi interaksi adalah kegiatan timbal
balik. Dari segi terminologi “interaksi” mempunyai arti hal saling melakukan aksi;
berhubungan; mempengaruhi; antar hubungan. Interaksi akan selalu berkait dengan istilah
komunikasi atau hubungan. Sedang “komunikasi” berpangkal pada perkataan “communicare”
yang berpartisipasi, memberitahukan, menjadi milik bersama. Menurut Wikipedia bahasa
Indonesia, Interaksi adalah suatu jenis tindakan atau aksi yang terjadi sewaktu dua atau lebih
objek mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lain. Jadi, interaksi belajar mengajar
adalah kegiatan timbal balik antara guru dengan anak didik, atau dengan kata lain bahwa
interaksi belajar mengajar adalah suatu kegiatan sosial, karena antara anak didik dengan
temannya, antara si anak didik dengan gurunya ada suatu komunikasi sosial atau pergaulan.
Roestilah (1994 : 35 ) mengemukakan bahwa “interaksi yaitu proses dua arah yang
mengandung tindakan atau perbuatan komunikator maupun komunikan”. Berarti interaksi
dapat terjadi antar pihak jika pihak yang terlibat saling memberikan aksi dan reaksi.
Suhubungan dengan itu interaksi adalah proses saling mengambil peran. Zahra ( 1996 :91 )
mengemukan bahwa “Interaksi merupakan kegiatan timbal balik. Interaksi belajar mengajar
berarti suatu kegiatan social karena antara peserta didik dan gurunya ada suatu komunikasi
sosial atau pergaulan”. Menurut Homans (Ali, 2004: 87) mendefisikan interaksi sebagai suatu
kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi
ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi
pasangannya. Menurut Sardiman (1986:8)” interaksi yang dikatakan dengan iteraksi
pendidikan apabila secara sadar mempunya tujuan untuk mendidik, untuk mengantarkan anak
didik ke arah kedewasaan”. Sedangkan menurut Soetomo, bahwa interaksi belajar mengajar
ialah hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) yang harus menunjukkan
adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). Di mana interaksi itu harus diarahkan
pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik, yaitu adanya perubahan tingkah laku anak
didik ke arah kedewasaan.
Macam-macam interaksi dalam pembelajaran :
Menurut Nana Sudjana, ada tiga pola komunikasi dalam proses interaksi guru-siswa, yakni
komunikasi sebagai aksi, interaksi dan transaksi.
a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Yaitu guru sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif, siswa pasif,
mengajar dipandang sebagai kegiatan menyampaikan bahan pelajaran.
b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Yaitu guru bisa berperan sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Sebaliknya siswa, bisa
penerima aksi bisa pula pemberi aksi. Dialog akan terjadi antara guru dengan siswa.
c. Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah
Yaitu komunikasi tidak hanya terjadi antara guru dengan siswa, tetapi juga antara siswa
dengan siswa. Siswa dituntut aktif dari pada guru. Siswa, seperti halnya guru, dapat berfungsi
sebagai sumber belajar bagi siswa lain.
Situasi pengajaran atau proses interaksi belajar mengajar bisa terjadi dalam berbagai pola
komunikasi di atas, akan tetapi komunikasi sebagai transaksi yang dianggap sesuai dengan
konsep cara belajar siswa aktif (CBSA) sebagaimana yang dikehendaki para ahli dalam
pendidikan modern.
sedangkan menurut Profesor Djaali ada empat interaksi pendidikan yaitu :
(1) Interaksi murid dengan murid
(2) Interaksi murid dengan guru
(3) Interaksi murid dengan sumber belajar, dan
(4) Interaksi murid dengan lingkungan.
Pola arus interaksi guru-siswa di kelas memiliki berbagai kemungkinan arus komunikasi.
Sedikitnya menurut Heinich ada empat pola arus komunikasi:
(1) komunikasi guru-siswa searah,
(2) komunikasi dua arah — arus bolak-balik–,
(3) komunikasi dua arah antara guru-siswa dan siswa-siswa,
(4) komunikasi optimal total arah.
Dalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:
1. Pola dasar interaksi
Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi
pembelajaran dan siswa yang semuanya belum ada yang mendominasi proses interaksi dalam
pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi proses interaksi, adakalanya isi
yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau
bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.
2. Pola interaksi berpusat pada isi
Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran disatu sisi
dan siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut disisi lain, namun kegiatan tersebut masih
berpusat pada isi/materi pembelajaran.
3. Pola interaksi berpusat pada guru
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi
proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik
pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan,
sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.
4. Pola interaksi berpusat pada siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan
sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam
mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni
membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang
dikehendakinya.
Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-
baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara
semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan
baik dipihak guru maupun dipihak siswa.
Proses interaksi dalam pembelajaran :
Dalam proses edukatif paling tidak mengandung ciri-ciri antara lain :
1. Ada tujuan yang ingin dicapai
2. Ada bahan/pesan yang menjadi isi interaksi
3. Ada pelajaran yang aktif mengalami
4. Ada guru yang melaksanakan
5. Ada metode untuk mencapai tujuan
6. Ada situasi yang memungkinkan proses belajar-mengajar berjalan dengan baik.
Adapun komponen-komponen tersebut meliputi :
1. Tujuan pendidikan dan pengajaran
2. Peserta didik atau siswa
3. Tenaga kependidikan khususnya guru,
4. Perencanaan pengajaran sebagai suatu segmen kurikulum
5. Strategi pembelajaran
6. Evaluasi pengajaran.
Faktor-faktor yang mendasari terjadinya interaksi edukatif adalah sebagai berikut.
Faktor tujuan
Faktor bahan/materi/isi
Faktor guru dan peserta didik
Faktor metode
Faktor situasi
1. Faktor Tujuan
Tujuan pendidikan/pengajaran yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada
tiga jenis :
Tujuan kognitif, tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan
Tujuan efektif, tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai, dan
alasan
Tujuan psikomotorik, tujuan yang berkaitan dengan keterampilann menggunakan telinga,
tangan, mata, alat indra, dan sebagainya.
Tiga syarat utama untuk terwujudnya interaksi pengajaran yang edukatif, adalah:
Merumusakan tujuan, menyempitkan lapangan tujuan umum ke dalam bentuk yang tampak
pada tingkah laku peserta didik;
Mengkhususkan tujuan;
Memfungsional tujuan, bahwa tujuan yang diharapkan nyata berguna bagi perkembangan
peserta didik.
2. Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan bahan oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik/ takhasus atas ilmu
kecakapan yang diajarkanya. Mengingat isi, sifat, dan luasnya ilmu , maka guru harus mampu
menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan di ajarkanya kedalam bidang ilmu
atau kecakapan yang bersangkutan. Penyusunan unsure-unsur atau informasi-informasi yang
baik itu bukan saja untuk mempermudah peserta didik untuk mempelajarinya, melainkan juga
memberikan gambaran yang jelas sebagai petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran.
Isi bahan pengajaran itu luas sekali dan berbeda dalam tinggi rendah serta sukar mudahnya.
Macamnya pun banyak. Karenanya , sebelum menentukan bahan study pengajaran yang akan
di pelajari oleh peserta didik perlu di adakan pilihan terlebih dahulu. Pilihan itu biasanya
berdasarkan pada pedoman –pedoman tertentu agar keseluruhan bahan yang telah di tentukan
itu teratur dan mencerminkan suatu hal yang integral bagi hidup peserta didik selama di
sekolah sekarang, dan sesudahnya. Yang menentukan pedoman tersebut ialah pihak
Depdikbud.isi pedoman yang di maksud adalah di sekitar kesesuaian bahan pengajaran
dengan tujuan institusional, tujuan kurukulum, tujuan pengajaran, serta tujuan pendidikan
pada umumnya dan haluan Negara . selain itu , bahan pengajaran pula harus disesuaikan
dengan tingkatan jenjang pendidikan, tahap perkembangan jiwa dan jasmani peserta didik
serta kebutuhan-kebutuhan yang ada pada mereka.
3. Faktor Guru Dan Peserta Didik
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam berinteraksi pengajaran. Guru sebagai pihak
yang berinisiatif awal untuk penyelenggaraan pengajaran, sedankan peserta didik sebagai
pihak yang secara langsung mengalami dan mendapatkan manfaat dari peritiwa belajar
mengajar yang terjadi. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah
di tentukan, sedang peserta didik ialah sebagai yang menuju pada arah tujuan melalui aktifitas
dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.
Jadi kedua pihak ( guru dan peserta didik) menunjukan sebagai dua subjek pengajaran yang
sama-sama menempati status yang penting.
Kemudian untuk menjadikan perofesionaltas kerja guru setidaknya ia memiliki 4 bidang utama.
Guru harus mengenal setiap peserta didik yang dipercayakan kepadanya
Guru harus memiliki kecakapan member bimbingan, sebab mengajar hakekatnya
membimbing.
Guru harus memiliki dasar penetahuan yang luas tentang tujuan pendidikan / pengajaran
Guru harus memiliki pengetahuan bulat dan baru mengenai ilmu yang di ajarkan.
4. Faktor Metode
Metode adalah suatu kata kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk
mencapai satu tujuan. Makin baik suatu metode makin efektif pula dalam pencapaianya. Tetapi
tidak ada satu metode pun yang di katakana paling baik/ dipergunakan bagi semua macam
usaha pencapaian tujuan, baik tidaknya , tepat tidaknya satu metode di pengaruhi oleh
berbagai factor. Faktor utama yang menentukan metode adalah tujuan yang akan dicapai.
Metode mengajar/pengajaran, selain ditentukan/dipengaruhi oleh tujuan juga oleh factor
kesesuaian dengan bahan, kemampuan guru untuk menggunakannya, keadaan peserta didik,
dan situasi yang melingkupinya. Dengan kata lain, penerapan suatu metode pengajaran harus
memiliki:
Relevansi dengan tujuan
Relevansi dengan bahan
Relevansi dengan kemampuan guru
Relevansi dengan keadaan peserta didik
Relevansi dengan situasi pengajaran.
Secara umum metode-metode pengajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua:
Metode pengajaran individual
Metode pengajaran kelompok/klasikal.
Adapun macam-macam metode itu sesungguhnya tidak terbatas banyaknya sekadar mengenal
sebagian metode, dibawah ini penulis sebutkan sebagian dari banyak metode.
Metode ceramah/persentasi/kuliah mimbar
Metode diskusi (dengan segala jenisnya)
Metode Tanya jawab
Metode resitasi/penugasan
Metode experiment
Metode proyek
Metode karya wisata
Metode-metode lainnya.
5. Faktor Situasi
Yang dimaksud situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam
pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, keadaan guru, keadaan
kelas-kelas pengajaran yang berdekatan yang mungkin mengganggu atau terganggu karena
penggunaan suatu metode. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, kita (guru) dapat
menyediakan alternative metode-metode mengajar dengan mengingat kemungkina-
kemungkinan perubahan situasi. Situasi pengajaran yang kondusif (mendukung) sangat
menentukan dan bahkan menjadi salah satu indicator terciptanya interaksi pengajaran, yang
edukatif sifatnya.
Terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan oleh perubahan secara tiba-
tiba diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai
cara-cara/metode-metode yang akan digunakan. Ketrampilan berimprovisasi dan kesigapan
mengambil keputusan sungguh sangat diperlukan dalam situasi demikian. Kita tidak boleh
tertegun atau terhenti sehingga tidak ada usaha sedikitpun untuk melaksanakan program
dalam rangka mencapai tujuan, karena bukan saja akan merusak seluruh rencana
pengembangan program melainkan juga merusak perkembangan peserta didik itu sendiri.
6. Faktor sumber pelajaran
Sumber belajar sesungguhnya banyak sekali. Pemanfaatan sumber-sumber pengajaran
tersebut tergantung pada kreativitas guru, waktu, biaya serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Interaksi edukatif tidaklah berproses dalam kehampaan , tetapi ia berproses dalam
kemaknaan. Didalamnya ada sejumlah nilai yang disampaikan kepada anak didik . Nilai-nilai itu
tidak datang dengan sendirinya, tetapi diambil dari berbagai sumber guna dipakai dalam
proses interaksi edukatif.
7. Faktor alat dan peralatan
Alat dan peralatan adalah segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Alat tidak hanya sebagai pelengkap, tetapi juga sebagai pembantu
mempermudah usaha mencapai tujuan.
Alat dapat dibagi menjadi dua yaitu :
Alat Nonmaterial, yang terdiri dari suruhan , perintah , larangan, nasihat dan sebagainya
Alat material, yang dapat berupa globe, papan tulis, batu kapur, gambar, diagram, lukisan,
slide dan sebagainya
8. Faktor evaluasi
Evaluasi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan data tentang sejauh mana
keberhasilan anak didik dalam belajar dan keberhasilan guru dalam mengajar. Evaluasi dapat
dilakukan oleh guru dengan memakai seperangkat istrumen penggali data seperti tes
perbuatan, tes tertulis dan tes lisan
Tujuan evaluasi sendiri untuk :
Mengumpulkan data-data yang membuktikan taraf kemajuan anak didik dalam mencapai
tujuan yang diharapkan.
Memungkinkan guru menilai aktifitas/pengalaman yang didapat dan menilai metode mengajar
yang dipergunakan.
Proses-proses pembelajaran (materi pelajaran, metode dan teknik mengajar, sumber belajar).
Komponen-komponen Pembelajaran
Komponen-komponen tersebut antara lain adalah tujuan pengajaran yang ingin dicapai, materi
pengajaran, metode pengajaran, media pengajaran, evaluasi, guru, siswa, administrasi
pengajaran, sarana dan prasarana pengajaran (Sudaryo, 1990 : 5).
a) Tujuan Pembelajaran
Tujuan merupakan salah satu komponen pembelajaran yang dapat
mempengaruhi komponen pembelajaran lainnya seperti materi, metode, media, evaluasi,
peserta didik, administrasi pengajaran, sarana dan prasarana. Semua komponen itu harus
sesuai dan digunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin. Jika salah satu
komponen tidak sesuai dengan tujuan, maka kegiatan belajar mengajar tidak akan dapat
mencapai tujuan yang telah ditetapkan Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari
pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogramkan tanpa tujuan,
karena dengan tujuan menentukan ke arah mana kegiatan akan dibawa. Sebagai unsur penting
untuk suatu kegiatan, maka dalam kegiatan apapun tujuan tidak bisa diabaikan.
b) Materi Pelajaran
Materi pelajaran merupakan komponen pembelajaran yang selama ini
dipahami oleh sebagian guru adalah buku paket mata pelajaran yang diwajibkan untuk dimiliki
oleh peserta didik. Sumber belajar yang terbatas itu tentunya akan mempengaruhi
pembelajaran tekstual terbatas pada buku paket yang dimiliki. Materi pelajaran adalah
substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar (Djamarah dan Zain, 2006:
43). Tanpa materi pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan. Guru yang akan
mengajar pasti memiliki dan harus menguasai materi pelajaran yang akan disampaikan pada
peserta didik. Biasanya aktivitas peserta didik akan berkurang bila bahan pelajaran yang
diberikan guru kurang menarik perhatiannya. Materi pelajaran harus disesuaikan dengan
kebutuhan peserta didik karena akan memotivasi peserta didik untuk belajar. Maslow (dalam
Djamarah dan Zain, 2006 : 44) mengatakan bahwa minat seseorang akan muncul bila sesuatu
itu terkait dengan kebutuhannya. Sedangkan Rohani (2004 : 167) mengatakan bahwa materi
pelajaran dapat diperoleh dari sumber belajar, dimana penggunaan sumber belajar yang
bervariatif memiliki banyak kegunaan bagi peserta didik diantaranya: Memotivasi belajar siswa,
Pencapaian tujuan pembelajaran, Mendukung Program pembelajaran (aktivitas belajar),
Membantu memecahkan masalah, Mendukung pengajaran presentasi (pembelajaran yang
mengaktifkan siswa).
c) Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum, berfungsi sebagai alat untuk
mencapai suatu tujuan (Rohani, 2004 : 118). Semakin baik suatu metode makin efektif pula
dalam pencapaiannya. Akan Tetapi tidak ada satupun metode yang paling baik bagi semua
macam pencapaian tujuan, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor dan yang paling
menentukan adalah tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dalam menentukan metode
pembelajaran yang akan digunakan guru harus memperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Adapun jenis metode-metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh
guru adalah: Metode Ceramah, Metode Tanya jawab, Metode Demonstrasi, Metode
Experiment,Metode Resitasi/ penugasan,Metode Drill/latihan, Metode Problem solving, Metode
Inquiry, Metode Teknik Klarifikasi Nilai, Metode Role Playing, Metode Simulasi, Metode Karya
wisata, Metode Kerja Kelompok, Metode Diskusi, dan Metode Proyek. Macam-macam metode di
atas dapat menjadi pilihan bagi guru, yang sebelumnya telah disesuaikan dengan tujuan,
peserta didik, situasi, fasilitas, dan kemampuan guru sendiri. Sehingga kegiatan pembelajaran
dapat optimal dan tujuan pendidikan dapat dicapai.
d) Media Pembelajaran
Media pendidikan menurut Santoso S Hamidjojo dalam Rumamouk
(1988 : 6) adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi
pengajaran, dimaksudkan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut
biasanya sudah dituangkan dalam garis-garis besar tujuan pembelajaran.
Danim (1994 : 12-13) mengemukakan penggunaan media oleh guru dapat diperoleh beberapa
manfaat yaitu :
1) Meningkatkan mutu pendidikan, di mana dapat mempercepat dan membantu guru
menggunakan waktu belajar dengan lebih baik,
2) Pendidikan yang individual, dengan mengurangi kontrol guru yang tradisional dan kaku,
memberi kesempatan luas kepada anak untuk berkembang menurut kemampuannya dan
belajar sesuai cara yang dikehendakinya;
3) Pengajaran lebih ilmiah, dengan merencanakan program pengajaran yang logis, dan
sistematis, serta mengembangkan kegiatan pengajaran melalui penelitian,
4) Data lebih konkret;
5) Membawa dunia nyata ke dalam kelas;
6) Penyajian pendidikan lebih luas.
e) Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran mutlak harus dilakukan oleh
guru, seperti yang dikemukakan oleh Rohani (2004: 168) bahwa penilaian
merupakan bagian integral dari pembelajaran itu sendiri, yang tidak terpisahkan dalam
penyusunan dan pelaksanaan pembelajaran. Penilaian bertujuan menilai efektivitas dan
efisiensi kegiatan pembelajaran sebagai bahan untuk perbaikan dan penyempurnaan program
serta pelaksanaannya.
Hambatan dalam interaksi pembelajaran :
Kendala-kendala lain yang mempengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas antara lain
adalah :
(1) perkiraan yang tidak tepat terhadap inovasi
(2) konflik dan motivasi yang kurang sehat
(3) lemahnya berbagai faktor penunjang sehingga mengakibatkan tidak berkembangnya
inovasi yang dihasilkan
(4) keuangan (financial) yang tidak terpenuhi
(5) penolakan dari sekelompok tertentu atas hasil inovasi, serta
(6) kurang adanya hubungan sosial dan publikasi.
Masalah-Masalah internal belajar :
#Faktor intern yang dialami dan dihayati oleh siswa yang berpengaruh para proses belajar
siswa.
1) Faktor Jasmaniah
a. Faktor kesehatan
b. Cacat Tubuh
2) Faktor Psikologis
a. Inteligensi
b. Perhatian
c. Minat
d. Bakat
e. Motif
f. Kematangan
g. Rasa percaya diri siswa
h. Kebiasaan belajar
3) Faktor Kelelahan
#Faktor-Faktor Ekstern Belajar yang berpengaruh pada aktivitas belajar.
1) Guru sebagai pembina siswa belajar
2) Prasarana dan sarana pembelajaran
3) Kebijakan Penilaian
4) Kurikulum
5) Metode Mengajar
#Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Belajar
1) Faktor-faktor internal, antara lain: Fisiologis & Psikologis
2) Faktor eksternal, antara lain: Sekolah & Lingkungan.
#Masalah-masalah yang timbul di dalam pelaksanaan pengajaran dapat diidentifikasikan
sebagai berikut:
1) Masalah pengarahan
2) Masalah evaluasi dan penilaian
3) Masalah isi dan urut-urutan pelajaran
4) Masalah metode dan sistem penyajian bahan pelajaran
5) Masalah hambatan-hambatan