copy 9 etika kehidupan beragama di masyarakat.doc

22
ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT Pendahuluan Agama merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang Maha Esa, diperuntukkan bagi kemaslahatan, kebaikan, dan kesejahteraan umat manusia. Agama, bagi bangsa Indonesia menjadi sesuatu yang sangat berharga “the ultimate concern” sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Orang akan mempertahankan agamanya dan akan sangat marah jika agama yang di yakininya disinggung atau dilecehkan. Begitu pentingnya agama bagi manusia, maka ia tidak gampang mengganti agama seperti halnya mengganti baju. Pluralitas kehidupan keberagamaan di indonesia adalah kenyataan. Namun

Upload: whisnu-prabowo

Post on 29-Nov-2015

59 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT

TRANSCRIPT

Page 1: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT

Pendahuluan

Agama merupakan suatu anugerah dari Tuhan yang Maha Esa, diperuntukkan bagi kemaslahatan, kebaikan, dan kesejahteraan umat manusia. Agama, bagi bangsa Indonesia menjadi sesuatu yang sangat berharga “the ultimate concern” sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Orang akan mempertahankan agamanya dan akan sangat marah jika agama yang di yakininya disinggung atau dilecehkan. Begitu pentingnya agama bagi manusia, maka ia tidak gampang mengganti agama seperti halnya mengganti baju.

Pluralitas kehidupan keberagamaan di indonesia adalah kenyataan. Namun demikian umat manusia harus menyadari dan menerima kenyataan ini untuk saling melengkapi dan memperkaya pengalaman kehidupan bagi umat manusia dan bukan sebagai musibah atau malapetaka. Perbedaan hendaknya menjadi rahmat, yaitu merupakan sebuah dinamika yang tercipta saling membutuhkan dan melengkapi sehingga tersusun sebuah bangunan kokoh yang saling menunjang.

Page 2: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

Perbedaan agama sesungguhnya hanya berada pada tataran dogmatis, tetapi pada tingkat esensial atau makna dari substansi ajaran agama masing-masing dapat diangkat berbagai persaman-persamaan yang mendasar karena semua agama mengandung muatan-muatan ajaran: ketuhanan, kemanusiaan (humanity), kasih sayang, persaudaraan dan penghargaan terhadap hak-hak manusia.

Kehidupan beragama pada hahekatnya tidak hanya berkutat pada substansi ajaran agama masing-masing. Tetapi yang lebih penting adalah bagaimana substansi ajaran agama itu diimplementasikan dalam kehidupan nyata dalam rangka menjawab tantangan jaman. Memenuhi kebutuhan dasar manusia (fisik-biologis) dan juga bagian psikis seperti: kesejahteraan, rasa aman, tentram dalam berinteraksi dengan umat beragama yang lain.

Membangun Kesadaran Beragama

Kesadaran dan pemahaman masing-masing umat beragama terhadap agama dan nilai-nilai universal yang dikandung dalam ajaran agama akan membawa konsekwensi positif bagi terciptanya suatu tatanan masyarakat yang terhiasi dengan kerukunan dan

Page 3: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

kedamaian. Hal ini lebih dikarenakan oleh kenyataan bahwa pada dasarnya semua agama mempunyai sejumlah tata nilai dan etika yang secara umum dapat diterima oleh semua kelompok keagamaan.Karenanya ada beberapa distingsi dalam tataran formalisme eksoteris tidak patut dipertentangkan, karena semua agama akan menuju pada suatu titik substansialisme-esoteris sebuah cita-cita yang klaim sebagai prasarat bagi terealisasikannya peradaban mondial yang penuh dengan kerukunan dan kedamaian di lingkungan masyarakat.

Sebagai suatu kenyataan yang lahir dari konsep monotheisme adalah suatu hal yang logis dan menjadi suatu keniscayaan bila semua agama yang ada ini berjalan senada dan seirama dalam panggung dan bahkan mencegah sendiri tumbuh suburnya perasaan saling mencurigai yang mungkin akan berakibat terjadinya beragam konflik dan disharmonis dalam kehidupan masyarakat..

Konflik atau disharmonis biasanya terjadi karena kurangnya komunikasi dan tiadanya saling memahami di antara komunitas yang berbeda. Dan masing-masing berdiri berhadap-hadapan antara yang satu dengan yang lainnya. Sekat-sekat pembatas biasanya timbul dari tiadanya saling mengerti dan memahami antar komunitas agama sehingga bisa

Page 4: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

dimaklumi jika kemudian dengan mudah dijadikan alat provokasi dan adu domba yang sangat merugikan semua pihak.

Karena itulah pemahaman terhadap esensi ajaran agama mejadi relevan dan sangat bermakna untuk membangun dan menciptakan toleransi serta kerukunan umat beragama yang mengacu pada ajaran yang bersifat kemanusiaan, kasih sayang, persaudaraan dan penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia.

Kerukunan, kedamaian dan kesejahteraan adalah dambaan setiap manusia. Dalam rangka mencapai idaman setiap insan tersebut, diperlukan terciptanya suatu keadaan yang membentuk sebuah bangunan toleransi kerukunan umat beragama yang hakiki. Kerukunan dan toleransi yang hakiki tidak bisa dibentuk dengan cara pemaksaan dan formalisme, sebab jika demikian yang terjadi, maka yang ada adalah toleransi dan kerukunan “semu”. Toleransi dan kerukunan sejati adalah berangkat dari kesadaran nurani dan inisiatif semua pihak yang terlibat di dalamnya.

Namun demikian tumbuh dan berkembangnya kesadaran insani di lingkungan masyarakat untuk menciptkan bebersamaan menuju kerukunan dan

Page 5: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

toleransi yang sebenarnya harus diupayakan, dibangun dan dibina secara bertahap dengan mengadakan berbagai cara pendekatan yang lebih menekankan pada pendekatan etika, kultural, akhlak, humanis dari pada pendekatan struktural dan politis.

Pendekatan ini perlu didukung dan dilengkapi dengan pencanangan dan perumusan suatu etika kehidupan beragama atau ideologi toleransi kehidupan beragama yang disusun secara bersama-sama oleh semua komponen yang ada, yaitu tokoh-tokoh atau pimpinan agama dan pemerintah.Dalam membangun etika kehidupan beragama, (setidaknya) ada lima aspek penting yang dijadikan konsep pembangunan agama, yaitu;1. Membangun kerukunan hidup antar umat beragama.2. Peran serta umat beragama dalam kehidupan sosial ekonomi.3. Terpenuhinya sarana prasarana keagamaan.4. Pendidikan agama, dan5. Penerangan (dakawah) agama.

Kelima aspek tersebut mempunyai relevansi yang cukup kuat untuk dijadikan sebagai potret membangun etika kehidupan beragama di Indonesia dalam rangka membangun kehidupan beragama di masyarakat.

Page 6: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

Karena itu berangkat dari pokok-pokok pikiran tersebut, agaknya. dialog/musyawarah para tokoh agama lebih efektif apabila ditindak lanjuti dengan dibentuknya suatu forum seperti halnya Forum Komunikasi Antar Umat Beragama (FKAUB), dan forum–forum lainnya. Sebab, dengan terbentuknya forum-forum tersebut, dapat bersama-sama mencari solusi alternatif dalam manangani permasalahan yang terjadi di negara ini. Munculnya agamawan muda yang merupakan calon pemipin bangsa masa depan, akan tercipta suatu keteladanan yang kemudian akan diikuti oleh semua lapisan jama’ahnya di lingkungan masyarakat. Jika semua pihak dalam suatu forum dan dalam suatu dialog berbekal sikap gentle agreement untuk mencari titik temu dan bukan perbedaan, sehingga akan membentuk sikap saling melengkapi untuk kebersamaan. Mereka akan membentuk kebersamaan dalam bentuk “dialog kita” bukan perdebatan antara “aku” dan “kamu” untuk mencari kalah menang, tetapi untuk menyelesaikan masalah kita bersama.

Harapan ini hanya dapat diwujudkan dalam kerangka masyarakat yang secara terus menerus menghargai pluralisme agama dan keragaman budaya baik sistem kepercayaan, prinsip etika, nilai-nilai sosial dan aspirasi politiknya. Dalam kerangka pemikiran di

Page 7: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

atas, maka dialog interkultural dan antaragama yang hakiki akan dapat diwujudkan. Bahkan, dialog konstruktif ini tidak dapat dilakukan tanpa didukung oleh prinsip dan semangat saling menerima dan menghargai.

Jadi dengan demikian, agama sebagai kekuatan moral mendorong dan menjadi kekuatan psikologis bagi umatnya untuk mengatasi persoalan yang ada, sementara komunitas umat sebagai kekuatan sosial menyatukan langkah terpadu yang kokoh dalam mengatasi berbagai tantangan ke depan. Maka jadilah sebuah bangsa yang maju, kokoh dan makmur atas ridho Allah swt.

Potensi Agama dan Umat Beragama

Kehidupan beragama Indonesia yang saat ini sedang terusik dengan aksi-aksi ekstremisme agama hendaknya tidak lagi terjadi. Masyarakat Indonesia yang majemuk adalah keniscayaan yang merupakan ekspresi akan kekayaan budaya dan tradisi bangsa yang tidak dimiliki bangsa-bangsa lain. Dalam semangat ke- Bhinneka Tunggal Ika-an bangsa Indonesia, prospek keberagamaan Indonesia harus menegaskan bahwa setiap warga adalah sama dalam kemanusiaan, harkat, dan martabat.

Page 8: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

Koeksistensi yang damai (peaceful co-existence) penuh cinta kasih adalah satu-satunya jawaban yang tidak dapat ditawar lagi dalam menatap abad milenium ketiga ini.

Tokoh agama yang merupakan pemimpin non-formal menjadi sangat penting dalam membangun kesadaran bersama untuk kesejahteran masyarakat khususnya dalam kondisi masyarakat yang kental dengan budaya paternalistik. Apa yang dikatakan dan diperbuat pemuka agama akan diikuti dan dikerjakan. Namun demikian dalam kontek masyarakat yang mengalami perubahan dan kewibawaan tokoh agama yang sudah mulai pudar, apa yang dilakukan tokoh agama menjadi mulai dievaluasi. Karena itu faktor keteladanan menjadi sangat penting ketika terjadi reorientasi dan reformulasi sejarah dalam kehidupan umat manusia mulai berjalan.

Perubahan orientasi juga sejalan dengan perubahan budaya dan wawasan masyarakat. Bagi masyarakat yang berpendidikan dan berwawasan luas, mereka tidak gampang terbawa arus perubahan situasi dan kondisi yang saat ini di kendalikan oleh kekuatan kaum kapitalis yang materialistik seperti saat ini. Akan tetapi bagi kalangan bawah dengan pendidikan “pas-pasan”, atau bahkan sangat kurang, derasnya arus informasi menjadikan mereka latah dan bahkan

Page 9: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

terbawa arus sehingga bisa berakibat pada cultural lag (kesenjangan budaya). Arus budaya global saat ini menjadikan kaum agama menghadapi tantangan yang sangat berat. Perubahan pola berfikir berorientasi pada etika dan moral agama menjadi berhadapan dengan orientasi logika dan kesenangan. Sehingga saat ini sering dijumpai kalimat “yang haram saja sulit apalagi yang halal”.

Tidak sedikit kesenjangan budaya berakibat pada penyimpangan prilaku moral, kenakalan remaja maupun orang dewasa, penyalahgunaan obat terlarang baik sebagai pemakai, pengedar maupun keduanya. Di samping itu benturan budaya itu juga tidak sedikit yang berakibat pada ketidak-berdayaan. Desakan kekurangan ekonomi menjadikan tidak berdaya, sehingga berbuat prilaku menyimpang karena terpaksa misalnya terpaksa jadi penjual diri, pelacur, pengedar putau, perampok, yang semua dilakukan karena terpaksa, terjerumus maupun terjebak.

Menyadari problema yang menjadi fenomena tersebut, salah satu benteng utama yang bisa mengatasi persoalan hidup tersebut adalah “agama dalam arti yang sesungguhnya”. Bukan agama sebagai seremonial yang formalistik, yang kering dengan nilai dan moralitas. Agama yang maksud

Page 10: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

adalah agama sebagai sumber, norma dan nilai serta landasan prilaku sosial dan kinerja. Agama yang demikian akan membentuk prilaku taqwa. Orang yang beragama secara demikian tidak akan “mampu” menjadi koruptor. Juga dia tidak tega sebagai penjual diri, apalagi merampok hak orang lain.

Menyadari hal itu, maka pembangunan bidang agama di Indonesia di tekankan pada tujuan terwujudnya penerapan nilai-nilai agama dalam perilaku kehidupan bermasyarakat, barbangsa dan bernegara. Dari tujuan tersebut maka sasaran pembangunan dibidang agama diarahkan pada sasaran:1. Meningkatkan kualitas pelayanan kehidupan beragama bagi seluruh lapisan masyarakat.2. Meningkatkan peran serta lembaga sosial keagamaan dan lembaga pendidikan keagamaan dalam pembangunan.3. Meningkatkan kualitas pendidikan agama dan pendidikan keagamaan pada semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan.4. Meningkatnya kerukunan intern dan antar umat beragama dalam rangka terwujudnya kehidupan yang harmonis, tentram dan saling menghormati.5. Meningkatnya kualitas tenaga penyuluh agama, penghulu, dan pelayanan keagamaan lainnya.6. Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam

Page 11: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

membayar zakat, wakaf, infak, shadaqah, serta peningkatan profesionalisme pengelolanyaTantangan utama yang harus dijadikan renungan kita bersama adalah bagaimana menyikapi moralitas bangsa kita yang kian "mengkhawatirkan". Kebangkrutan bangsa Indonesia akhir-akhir ini karena kelemahan mentalitas kita sebagai bangsa. Terkesan bahwa bangsa dan pemimpin kita kurang jujur dan tidak amanah dalam kehidupannya. Mental "nekat" yang merupakan salah satu kelemahan budaya bangsa kita, seperti yang dikatakan Koentjaraningrat (1969), telah turut menyeret manusia Indonesia pada perilaku korupsi, kolusi, dan nepotisme yang sekarang banyak dihujat masyarakat itu. Itu semua dilakukan untuk memuaskan hedonisme yang telah melekat kuat dalam hati manusia.

Solusi Alternatif

Sebagai sebuah bangsa yang mengatakan menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan, sepatutnya memelihara nilai-nilai agama itu dalam berbagai dimensi kehidupan tanpa harus meninggalkan kesadaran akan perubahan sosial yang sedang berlangsung. Pemahaman keagamaan di masyarakat sepatutnya tidak hanya sampai pada tingkat ’’pengetahuan’’ saja,

Page 12: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

tetapi seharusnya telah menjadi bagian dari kehidupan dan tarik napas kehidupan masyarakat.

Memang tidak mudah untuk sampai pada tujuan itu. Berbagai onak duri siap untuk menarung langkah di depan. Namun, harus ada upaya untuk memenangi pertarungan itu. Untuk itu, tampaknya, dimulai dengan mengembangkan suatu etika yang akan menjadi blue print bagi kehidupan masyarakat. Dasar-dasar etika itu dapat dikembangkan dengan mengambil sifat-sifat utama Rasulullah saw. dalam mengembangkan ajaran Islam di tanah Makkah dan Madinah, sehingga dengan keteladananya menjadikan sebuah Negara yang mampu berdiri dengan terbentuknya masyarakat madani.

Sebagai manusia yang paling patut untuk diteladani (uswah) kehidupannya, sifat-sifat Rasulullah saw. itu patut dijadikan acuan dalam rangka pengembangan etika itu. Islam yang diajarkan oleh Rasulullah menghendaki umatnya untuk berpegang teguh pada tali (agama) yang datang dari Allah.

Jika saja umat manusia mampu berpegang teguh pada tali etika itu, insya Allah, ia akan terbentuk sebagai bangsa tidak akan begitu kerepotan menghadapi berbagai tantangan yang siap menerkam kita pada abad mendatang. Untuk itu, bangsa Indonesia, baik

Page 13: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc

para pemimpin dan masyarakatnya, dapat mengembangkan empat sifat utama Rasulullah saw. untuk landasan etika kehidupan kita, yaitu memegang amanah dengan kuat, jujur (shiddiq), tabligh (menyampaikan dengan transparan), dan fathonah (cerdas dan intelek). Sebagai umat yang telah mengakui dan beriman bahwa Muhammad saw.,. adalah Rasul dan utusan Allah swt., seharusnya sifat-sifatnya pun menjadi pilihan yang tepat untuk dijadikan landasan etika kehidupan kita. Dengan berpegang pada etika itu, insya Allah, bangsa kita akan mampu menciptakan bangsa yang berpegang pada etika tata kehidupan dalam rangka membangun bangsa yang tercinta ini.*

DAFTAR PUSTAKA

Dadang Hawari, Love Affair, Prevensi dan Solusi, Penerbit, Balai Penerbit FKUI, Jakarta 2004Qardhawy, Yusuf, Konsep Islam: Solusi Utama Bagi Umat, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004-------------------, Islam Peradaban Masa Depan, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1996.Diposkan oleh LiAn's RosMa Amini di 6/21/2007 01:40:00 AM Label: Artikel

Page 14: copy 9 ETIKA KEHIDUPAN BERAGAMA DI MASYARAKAT.doc