compact city perkot

5
Compact city secara umum adalah suatu pendekatan dalam perencanaan kota yang didasarkan pada pengembangan secara intensif dalam kawasan perkotaan eksisting atau pada kota- kota dengan kepadatan yang relatif tinggi, dengan membatasi pertumbuhannya (Cowan, 2004). Jika ditelusuri dalam perkembangannya, pada awal tahun 1980-an compact city telah diterima di Netherland dan negara-negara Eropa sebagai konsep perencanaan tata ruang yang dianggap memberikan solusi terhadap sejumlah masalah perkotaan (Roo, 2004). Definisi compact city sebagai pendekatan atau strategi pengembangan kota adalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk perumahan; mengintensifkan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya perkotaan; dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan, serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan. (Jenk, 2000). Tabel Fenomena Model Compact city Aspek Compact City Strategy (Anti-Sprawl Development) Kepadatan Kepadatan tinggi Pola pertumbuhan Pembangunan pada ruang-ruang sisa/antara,compact Guna lahan Mixed”, cenderung menyatu Skala Skala manusia, kaya dengan detil, artikulasi bagi pejalan kaki Layanan komunitas Main street, jalan kaki, semua fasilitas mudah ditemukan Tipe komunitas Perbedaan tinggi dengan hubungan yang erat, karakter komunitas tetap terpelihara Transportasi Transportasi multi-sarana, penghargaan pada pejalan kaki, sepeda, dan transit publik Disain jalan Jalan didisain untuk mengakomodasikan

Upload: adhitya-kuchiki

Post on 11-Nov-2015

216 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

tugas perkot

TRANSCRIPT

Compact city secara umum adalah suatu pendekatan dalam perencanaan kota yang didasarkan pada pengembangan secara intensif dalam kawasan perkotaan eksisting atau pada kota-kota dengan kepadatan yang relatif tinggi, dengan membatasi pertumbuhannya (Cowan, 2004). Jika ditelusuri dalam perkembangannya, pada awal tahun 1980-an compact city telah diterima di Netherland dan negara-negara Eropa sebagai konsep perencanaan tata ruang yang dianggap memberikan solusi terhadap sejumlah masalah perkotaan (Roo, 2004). Definisi compact city sebagai pendekatan atau strategi pengembangan kota adalah meningkatkan kawasan terbangun dan kepadatan penduduk perumahan; mengintensifkan kegiatan ekonomi, sosial dan budaya perkotaan; dan memanipulasi ukuran kota, bentuk dan struktur perkotaan, serta sistem permukiman dalam rangka mencapai manfaat keberlanjutan lingkungan, sosial, dan global, yang diperoleh dari pemusatan fungsi-fungsi perkotaan. (Jenk, 2000). Tabel Fenomena Model Compact city

AspekCompact City Strategy(Anti-Sprawl Development)

KepadatanKepadatan tinggi

Pola pertumbuhanPembangunan pada ruang-ruang sisa/antara,compact

Guna lahanMixed, cenderung menyatu

SkalaSkala manusia, kaya dengan detil, artikulasi bagi pejalan kaki

Layanan komunitasMain street, jalan kaki, semua fasilitas mudah ditemukan

Tipe komunitasPerbedaan tinggi dengan hubungan yang erat, karakter komunitas tetap terpelihara

TransportasiTransportasi multi-sarana, penghargaan pada pejalan kaki, sepeda, dan transit publik

Disain jalanJalan didisain untuk mengakomodasikan berbagai macam kegiatan (traffic calming, grid streets)

Disain bangunanBangunan sangat dekat dengan jalan, tipe tempat tinggal beragam

Ruang publikPerujudan kepentingan publik (streetscapes, pedestrian environment, public park and facilities)

Biaya pembangunanBiaya yang rendah bagi pembangunan baru dan biaya layanan publik rutin

Ruang publikPerujudan kepentingan publik (streetscapes, pedestrian environment, public park and facilities)

Biaya pembangunanBiaya yang rendah bagi pembangunan baru dan biaya layanan publik rutin

Proses perencanaanTerencana dan hubungan pelaku pembangunan dan aturan baik (community based)

Secara esensial compact city adalah kepadatan tinggi, penggunaan campuran, dengan batas (bukan sprawl) yang jelas (Jenk et al, 1996; Williams et al, 2000). Sebagai konsep tata ruang fungsional, compact city sesungguhnya merupakan tipikal kota-kota lama di Eropa (Le Clercq dan Hoogendoorn 1983 dalam Roo, 2003) yang mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Menekankan kota dan lansekap;

2) Pembangunan ditambahkan pada struktur yang telah ada;

3) Mengkombinasikan fungsi-fungsi dalam tingkat bagian wilayah kota;

4) Menyebarkan fasilitas dalam rangka membatasi lalu lintas dan meningkatkan aksesibilitas bagi penduduk;

5) Pembangunan dengan kepadatan tinggi; serta

6) Penekanan pada transportasi umum.

Manfaat Compac City (Burton, 2001)

1) Kebergantungan yang lebih kecil pada kendaraan bermotor sehingga menimbulkan emisi yang lebih rendah.

2) Pengurangan konsumsi energi.

3) Pelayanan transportasi umum yang lebih baik.

4) Peningkatan aksesibitas secara keseluruhan.

5) Penggunaan kembali (re-use) prasarana dan lahan yang telah dibangun.

6) Regenerasi kawasan perkotaan dan vitalitas perkotaan.

7) Kualitas hidup yang lebih tinggi.

8) Preservasi ruang terbuka hijau.

9) Penciptaan lingkungan untuk meningkatkan kegiatan bisnis dan perdagangan.

Strategi compact city mencakup struktur dan pola ruang kota yang memberikan prioritas jelas terhadap compactness, blok besar/ruang terbuka/jalur hijau yang melengkapi lingkungan perkotaan, penekanan yang kuat terhadap pengembangan yang bersifat pengisian (infill), intensifikasi dan penggunaan yang lebih efisien untuk lahan-lahan terlantar di kawasan inti kota berupa percampuran serta integrasi berbagai fungsi. Dalam hal ini yang menjadi argumen kunci compact city adalah sistem transportasi yang berorientasi pada angkutan umum, mencegah penggunaan kendaraan bermotor serta membatasi jumlah perjalanan komuter. (Marcotullio, P.J. 2001).Roychansyah (2005) menyebutkan 6 faktor penting sebagai atribut kota kompak yaitu: pemadatan populasi, pengkonsentrasian kegiatan, intensifikasi transportasi publik, ukuran optimal kota, kesejahteraan sosial-ekonomi dan proses menuju kota kompak. Keenam atribut tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Jika ada salah satu komponen tidak memenuhi syarat maka suatu kota belum bisa dikatakan sebagai kota kompak.

Sebenarnya kota kompak merupakan konsep tradisional bagi negara-negara Eropa yang sudah diterapkan sejak abad pertengahan (wall cities). Indikasi umumnya yaitu pembangunan yang intensif, terdapat pemisah antara lahan terbangun dengan non-terbangun seperti benteng yang diterapkan pada zaman dahulu namun sekarang digunakangreen bufferatau sejenisnya, lalu ukuran kota yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki. Dibalik kelebihan yang tertera diatas ada beberapa kelemahan dari kota kompak seperti: upaya pengurangan pergerakan horisontal justru meningkatkan pergerakan vertikal seperti lift, eskalator yang tidak hemat energi; suhu panas yang ditimbulkan gedung-gedung tinggi; daya dukung lingkungan yang menampung beban berat akibat kepadatan yang dipaksakan; dll.