commuter marriage

Upload: lelaghasela-green-housecommunity

Post on 13-Jul-2015

497 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan seseorang, disamping siklus lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian, perkawinan adalah salah satu bentuk lembaga sosial yang penting dan tidak akan pernah berakhir. Selain itu, Berhm (1992), menyatakan bahwa perkawinan merupakan ekspresi akhir dari suatu hubungan yang mendalam dimana dua individu berikrar di depan umum didasarkan pada keinginan untuk menetapkan hubungan sepanjang hidupnya. Ada berbagai alasan dimana terdapat keadaan pada suatu keluarga tidak dapat tinggal dalam satu atap (Mahyudin, 2008). Keadaan tersebut banyak terjadi pada fenomena saat ini yang memperlihatkan bahwa ada sebagian pasangan suami istri tidak tinggal dalam satu rumah, yaitu dengan menjalani perkawinan jarak jauh misalnya, suami yang harus dimutasikan ke lain kota oleh tempatnya bekerja dan istri tetap tinggal dikota asal. Umumnya, mereka memilih kondisi tersebut karena mempertahankan profesi atau pekerjaan masing-masing (dalam Seputar Indonesia, 2008). Meningkatnya kebutuhan hidup dan tingginya persaingan dalam meniti karir membuat banyak pasangan suami istri yang memilih untuk tinggal berpisah untuk meniti karir di luar kota atau bahkan di negeri yang berbeda. Banyak diantara mereka yang harus meninggalkan pasangan dan anak-anaknya, sehingga mereka harus berpisah untuk sementara waktu. Perpisahan secara fisik antara suami dengan istri merupakan hal yang berat karena mereka harus saling berjauhan dan tidak dapat bertemu setiap saat. Hal tersebut biasa disebut dengan perkawinan jarak jauh atau lebih dikenal dengan commuter marriage family.

1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 1.2.2 Apakahkah Definisi Commuter marriage family ? Apakahkah Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Commuter marriage family ? 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 Bagaimanakah Jenis Commuter marriage family ? Negara manakah yang menganut Commuter marriage family ? Apakahkah Kekurangan Dan Kelebihan Commuter marriage family ? Bagaimanakah kepuasan pernikahan pada pasangan commuter marriage family ?1

1.3 Tujuan 1.2.1 1.2.2 Untuk mengetahui Definisi Commuter marriage family Untuk mengetahui Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Commuter marriage family 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 Untuk mengetahui Jenis Commuter marriage family Untuk mengetahui Penganut Commuter marriage family Untuk mengetahui Kekurangan Dan Kelebihan Commuter marriage family Untuk mengetahui kepuasan pernikahan pada pasangan commuter marriagefamily

2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Commuter marriage family Melalui proses perkawinan, maka seorang individu membentuk sebuah lembaga sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah, kemudian terdapat peran dan status sosial baru sebagai suami atau istri, dimana umumnya dalam keluarga yang baru terbentuk tersebut, suami dan istri tinggal dalam satu rumah bersama dengan anak-anak mereka. Namun, dengan berbagai alasan terdapat keadaan dimana suatu keluarga tidak dapat tinggal satu atap, karena salah satu pasangan harus ditugaskan diluar kota seperti, suami yang harus bekerja misalnya di lepas pantai, atau untuk mempertahankan profesi atau pekerjaan masing-masing pasangan di kota yang berbeda. Pasangan suami istri yang dalam kurun waktu tertentu tingggal terpisah inilah yang dapat dikatakan sebagai pasangan commuter marriage family. Commuter sendiri berasal dari kata Commuting yang berarti perjalanan yang selalu dilakukan seseorang antara satu tempat tinggal dengan tempat bekerja atau tempat belajar. Marriage dapat diterjemahkan sebagai perkawinan yaitu pengikatan janji nikah yang dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud mensahkan suatu ikatan. Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa commuter marriage family merupakan kondisi perkawinan dimana pasangan suami istri harus tinggal terpisah secara geografis dalam jangka waktu tertentu, perpisahan tersebut bersifat sementara tidak untuk selamanya. Lebih lanjut lagi, kondisi keterpisahan itu telah diputuskan oleh pasangan suami istri secara sukarela tanpa paksaan pihak lain, bukan karena adanya masalah dalam perkawinan, seperti perceraian. Sejalan dengan pernyataan tersebut, Rhodes (2002) menyatakan bahwa pria dan Wanita dalam perkawinan dual-career yang ingin tetap berada dalam ikatan perkawinan, tetapi juga secara sukarela memilih untuk tetap berkarir dengan komitmen yang kuat. Mereka memutuskan untuk berpisah rumah sehingga mereka tetap bisa berkarir. Maksud dari pengertian diatas bahwa commuter marriage family adalah pasangan suami istri yang sama-sama bekerja dan telah berkomitmen untuk tetap menjalani karir sambil mempertahankan perkawinannya, dan memilih untuk berpisah tempat tinggal yang merupakan konsekuensi agar mereka dapat menjalani karirnya.3

2.2 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Commuter marriage family Ada beberapa faktor utama yg mempengaruhi terjadinya commuter marriage family menurut Anderson (1992), yaitu sebagai beikut: a. Meningkatnya jumlah tenaga kerja wanita, dengan banyaknya wanita yang memilih untuk bekerja maka semakin banyak juga pasangan yang menikah yang menjalani commuter marriage family. b. Meningkatnya jumlah pasangan yang sama-sama bekerja. Pada saat ini sudah banyak pasangan suami istri yang sama-sama bekerja. Entah disebabkan karena tuntuan ekonomi atau gaya hidup, yang meningkatkan kemungkinan keluarga menjalani keadaan commuter. c. Meningkatnya jumlah wanita yang mencari karir dengan training khusus, yang mana mengharuskan mereka untuk tinggal dikota yang berbeda dengan pasangannya d. Faktor lain yang juga mempengaruhi commuter marriage family adalah pekerjaan yang menuntut orang untuk berpindah-pindah lokasi geografis mereka harus berpisah dengan pasangannya untuk sementara waktu. Misalnya, salah satu pasangan dituntut untuk bekerja diluar kota untuk sementara waktu dan sementara pasangannya tetap tinggal untuk menjaga anak-anak. Selain faktor yang telah dikemukakan diatas, Mardien & Prihantina juga menjelaskan beberapa faktor penyebab terbentuknyacommuter marriage family, sebagai berikut : a. Karir dan pekerjaan. Tuntutan studi dan karir tidak jarang membuat suami istri terpisah oleh jarak. Misalnya istri tidak bisa tinggal bersama dengan suami yang bertugas atau menjalani pendidikan dikota berbeda untuk kurun waktu tertentu, karena harus menjaga anak-anak yang masih sekolah. b. Tuntutan ekonomi dan pola hidup. Misalnya, untuk individu yang hendak meningkatkan perekonomian keluarga dengan menjadi tenaga kerja di luar negeri. c. Penolakan hidup bersama, yaitu istri menolak untuk pindah mengikuti suami dengan berbagai alasan, seperti; suami belum memiliki tempat tinggal sendiri, menunggu harta orangtua atau keluarga, atau menjaga orangtua yang kondisi kesehatanya kurang baik.

4

2.3 Jenis - Jenis Commuter marriage family Berikut terdapat beberapa jenis commuter marriage family. Menurut Harriett Gross ada dua tipe dari pasangan commuter marriage family, yaitu: a. Pasangan adjusting, yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinnanya cenderung lebih muda, menjalani commuter marriage family di awal pernikahan, dan memiliki sedikit atau tidak ada anak. b. Pasangan established, yaitu pasangan suami istri yang usia perkawinannya lebih tua, telah lama bersama dalam perkawinan dan memiliki anak yang sudah dewasa yang telah keluar dari rumah. Pasangan established cenderung lebih sedikit mengalami stress dalam commuter marriage family daripada pasangan adjusting. Kondisi ini disebabkan oleh perbedaan dalam hal dominasi masalah perkawinan. Trust menjadi masalah yang lebih besar bagi pasangan adjusting, sementara mempertahankan kenikmatan dalam hubungan menjadi masalah utama pasangan established. Dalam pernyataan diatas telah disebutkan bahwa pasangan adjusting lebih sering mengalami stress. Hal ini disebabkan karena mereka mengalami kecemasan yang lebih besar ketika mereka akan tinggal terpisah di kota yang berbeda, dan memandang bahwa keadaan tersebut akan membahayakan keutuhan perkawinan mereka. Begitu juga halnya dengan trust, yang menjadi masalah besar bagi pasangan adjusting. Hal ini disebabkan karena pasangan ini menjalani commuter marriage family di tahap awal perkawinan, dimana diantara mereka belum tercipta keyakinan sepenuhnya. Akibatnya, timbul rasa takut kehilangan keintiman antara suami istri dalam menjalani rutinitas sehari-hari yang baru mereka jalani.

2.4 Penganut Commuter marriage family Di Amerika Serikat perkawinan commuter semacam ini telah banyak terjadi, pada tahun 2005 jumlahnya meningkat 30% menjadi 3.6 juta pasangan, padahal di tahun 2000 jumlahnya masih 2.7 juta. Johnson (dalam Marriage and Family Encyclopedia, 2009) memperkirakan bahwa 700.000 sampai 1 juta pasangan di Amerika menjalani gaya hidup commuting. Berdasarkan data yang di peroleh bahwa pada tahun 1995, 61% pasangan yang menikah adalah keduanya bekerja, tetapi berbeda pada tahun 1990, 53.5%, tahun 1980, 46.3%, dan tahun 1970, 38.1%.

5

2.5 Kekurangan Dan Kelebihan Commuter marriage familyScoot (2002) menjelaskan ada beberapa alasan mengapa pasangan dengan dua karir memutuskan untuk memisahkan tempat tinggal mereka. Adapun kelebihan dari pernikahan dengan tipe ini adalah: 1. Memiliki karir dan pernikahan dalam persamaan hak dalam pernikahan. 2. Memperkuat pernikahan. Beberapa pasangan percaya bahwa perpisahan dapat memperkuat pernikahan mereka karena perpisahan memberikan perasaaan akan kesuksesan. 3. Ketika pasangan berpisah, mereka dapat belajar untuk mengadaptasikan jadwal mereka sesuai dengan kebutuhan mereka. 4. Memberikan waktu kerja yang lebih panjang bagi pasangan. 5. Selama perpisahan, masing-masing pasangan dapat memfokuskan diri pada pekerjaan mereka, namun pada saat melakukan reuni, mereka memfokuskan pada penguatan hubungannya dengan pasangan. 6. Pola hidup seperti ini menghasilkan kemampuan baru dan meningkatkan rasa percaya diri mengenai kemampuan individu. Selain memberikan kelebihan, pola pernikahan ini juga memberikan beberapa kelemahan, antara lain: a. Pasangan jarak jauh mempunyai jadwal yang disesuaikan dengan kebutuhan mereka, yaitu jadwal yang sibuk, bahkan ketika pasangan saling menjenguk, mereka tetap tidak terlepas dari jadwal yang sibuk. Hal ini menyebabkan pasangan tidak mampu memperkuat hubungan mereka bahkan saat mereka sedang berkumpul. Jadwal yang sibuk menyebabkan rendahnya kepuasan hubungan dan kehidupan keluarga. b. Biaya yang lebih tinggi yang harus dibayar oleh pasangan ini, misalnya rekening telepon yang karena hubungan jarak jauh, biaya perjalanan ketika saling mengunjungi dan biayabiaya kebutuhan kedua rumah yang ditempati masing-masing pasangan. c. Kurangnya kehadiran pasangan, terhambatnya kontak nonverbal mempengaruhi keintiman dalam hubungan pernikahan jarak jauh. d. Munculnya kecemasan dan kekhawatiran pada pasangan termasuk ketakutan untuk hidup terpisah, perceraian dan perselingkuhan. Kekhawatiran ini umumnya muncul pada pasangan yang lebih muda, namun pada pasangan yang lebih tua lebih banyak mengalami pengalaman takut akan hidup terpisah dan sedikit cemas mengenai perceraian dan perselingkuhan.

6

2.6 KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PASANGAN COMMUTER MARRIAGE FAMILY Layaknya pasangan suami istri umumnya, pasangan commuter marriage family juga mengharapkan kepuasan dalam pernikahan dan mempunyai penilaian terhadap kepuasan pernikahan. Pasangan commuter marriage family umumnya menganut peran gender yang lebih egalitarian dibandingkan yang tradisional dalam pernikahan. Penelitian menunjukkan bahwa pasangan commuter marriage family yang sukses dalam pernikahan adalah pasangan yang menganut peran gender yang sedikit tradisional dan lebih egalitarian, mereka umumnya mempunyai pendidikan yang baik, dan terikat dalam rencana dan keputusan bersama dalam membuat perpisahan. Perilaku peran gender yang non-tradisional yang biasanya dianut oleh pasangan commuter marriage family adalah suami maupun istri saling berbagi perhatian terhadap keluarga dan rumah, suami dan istri sepakat bahwa tidak ada pekerjaan mana yang lebih penting dari pekerjaan lainnya. Pasangan commuter marriage family menyatakan bahwa perjalanan yang merupakan bagian dari pekerjaan dapat menciptakan stress tambahan untuk pasangan mereka, khususnya dengan adanya kehadiran anak dalam keluarga. Kehadiran anak mengurangi peran egalitarian yang biasanya dianut oleh pasangan commuter marriage family. Peran non-tradisional ini tidak berlaku ketika salah satu pasangan melakukan perjalanan, pasangan yang melakukan perjalanan biasanya akan menyerahkan peran mereka yang berhubungan dengan keluarga kepada pasangan lain yang tinggal di rumah. Pasangan yang tidak tinggal bersama anak-anak dapat fokus pada karir, namun pasangan lain, biasanya istri yang tinggal dengan anak merasakan peran sebagai orang tua tunggal. Roehling dan Bultman menambahkan bahwa istri biasanya mengurangi perjalanan yang berhubungan dengan karir jika adanya kehadiran anak dalam keluarga. Kehadiran anak meningkatkan tanggung jawab dan pembagian kerja menurut gender di rumah sehingga membutuhkan peran dengan waktu yang intensif dari orang tua. Hal ini dapat menyebabkan peran yang berlebihan dan konflik peran serta dapat mempengaruhi performansi di tempat kerja dan di rumah. Gerstel dan Gross yang menyatakan bahwa usia pernikahan, kehadiran anak, dan durasi perpisahan dan pertemuan kembali karena pekerjaan memberikan pengaruh yang besar dalam pengalaman menghadapi perpisahan pada pasangan commuter marriage family. Penelitian yang dilakukan oleh Gerstel dan Gross menunjukan bahwa pasangan yang baru menikah (tanpa menjelaskan usia pernikahan yang dimaksud), pasangan dengan anak-anak dan pasangan yang mengunjungi kurang dari dua kali dalam sebulan mengalami kesulitan menangani perpisahan mereka. Semakin lama usia suatu pernikahan, semakin besar kemampuan pasangan untuk menghadapi masalah yang muncul ketika pasangan tidak tinggal bersama.7

Pasangan commuter marriage family yang lebih muda dengan anak yang masih muda dan pengalaman akan perpisahan yang tidak banyak merupakan pasangan yang paling rapuh, namun kebanyakan pasangan yang lebih tua dan mempunyai banyak pengalaman akan perpisahan dengan pasangan, dapat mencoba untuk beradaptasi terhadap perjalanan dinas karena pekerjaan dan bahkan merasakan periode yang berturut-turut antara perpisahan dan reuni kembali sebagai suatu hal yang sangat menarik. Jadwal pekerjaan yang lebih fleksibel dan sumber penghasilan yang lebih besar membuat pasangan commuter marriage family merasakan kesulitan yang lebih sedikit.. Pasangan yang merasakan kesulitan dan tetap mencoba untuk melakukan dinas pekerjaan, semakin merasa tidak puas dengan pola hidup seperti itu

8

BAB III PENUTUP3.1 Kesimpulan

Commuter marriage family adalah pasangan suami istri yang sama-sama bekerja dan telah berkomitmen untuk tetap menjalani karir sambil mempertahankan perkawinannya, dan memilih untuk berpisah tempat tinggal yang merupakan konsekuensi agar mereka dapat menjalani karirnya. Faktor-faktor utama yang menjadi kontribusi terhadap terjadinya Commuter marriage family adalah: Meningkatnya jumlah tenaga kerja wanita, meningkatnya jumlah pasangan yang sama-sama bekerja, meningkatnya jumlah wanita yang mencari karir dengan training khusus dan pekerjaan yang menuntut orang untuk berpindah-pindah lokasi geografis mereka harus berpisah dengan pasangannya untuk sementara waktu.

3.2 Saran

Diharapkan kepada mahasiswa/ mahasiswi yang telah membaca makalah ini dapat memahami dan mengerti baik itu definisi Commuter marriage family, faktor-faktor yangmempengaruhi Commuter marriage family, jenis-jenis Commuter marriage family, kekurangan dan kelebihan Commuter marriage family,sehingga menambah pengetahuan tentang keluarga.

9

DAFTAR PUSTAKA

Julinda. 2008.

Gambaran kepuasan pernikahan istri pada pasangan commuter

marriage family. universitas sumatera utara. Fadjar, Aprilia. 2011. Gambaran Trust Pada Istri Yang Menjalani Commuter marriage family Tipe Adjusting. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/22497. Diakses tanggal 08/12/2011.

10