civitas edisi 38

12
Edisi 38/ Thn.IX/ Mei/ 2007 Edisi 38/Thn.IX/Mei/2007

Upload: lpm-untan

Post on 12-Mar-2016

215 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Buletin Lembaga Pers Mahasiswa Untan

TRANSCRIPT

Edisi 38/ Thn.IX/ Mei/ 2007

Edisi 38/Thn.IX/Mei/2007

2

Alamat Redaksi : Jl. Daya Nasional Gedung MKDUUntan, Telepon : (0561) 7068136. e-mail : [email protected] atau : [email protected] : Artha Grafistama, Jl. Pahlawan No. 20Telp.(0561) 765000-766000 (Isi diluar tanggung jawabpenerbit).

Redaksi menerima tulisan berupa opini, essai, laporankegiatan kampus, cerpen,hasil investigasi, surat pembacadisertai identitas diri. Tulisan diketik di lembaran folio denganspasi ganda. Kirimkan ke Sekretariat LPM Untan, langsung.Redaksi berhak mengedit tulisan tanpa mengubah maknatulisan.

Ketua Umum :HeriSekretaris Umum :Henny KristinaBendahara Umum :Wanty Eka JayantyDivisi PSDM :Burhanady, Syf Ratih KD,MardaniDivisi Litbang :Rahmanita, Fitri J, Yayan,Ummi Khoisiyah

Divisi Penerbitan :Tantra N Andi, Sri Pujiani,FahmiDivisi Penyiaran :Jamiat Agus Prakoso,Galuh Nurzera, Eru ADivisi Peusahaan :Tati Hariyati, Sudardi, EkaSetiawatiPemimpin Redaksi :FahmiSekretaris Redaksi :

buletin Mimbar Untan CivitasDiterbitkan oleh :Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak

BurhanadiRedaktur :Tantra N Andi, Sri. PReporter :Fahmi, Eka, Yayan,Burhan, WantiFotografer :M SusiyantoIde Karikatur :Is_BatistaLay outer :Heri/Ripal

Surat P

em

baca

Edisi 38/Thn.IX/Mei/2007

REDAKSI

Terima kasih kepada Miun, untuk surat pembaca ini.

Waktu melewati Rektorat Untan, tepatnya di halaman depan ter-

pancang semacam peringatan untuk tidak bermain bola di halaman

tersebut. Cukup menarik saya rasa, karena biasanya tiap sore, cukup

banyak mahasiswa juga masyarakat (dulunya) yang menggunakan hala-

man tersebut untuk main bola.

Selanjutnya beberapa waktu terakhir ini, di Stadion Untan yang

sebagaimana fungsinya sebagai lapangan untuk main bola, didirikan

Taman hiburan ‘Dufan.’ Juga cukup menarik, tempat yang seharusnya

untuk main bola tidak bisa lagi digunakan sebagaimana fungsinya.

Kemudian, beberapa hari ini, di halaman taman antara Fakultas Perta-

nian dan Fakultas Teknik yang biasa juga digunakan untuk main bola

oleh mahasiswa, juga terdapat larangan yang sama (larangan untuk

main bola). Ya, sulit sekali di kampus Untan untuk melihat mahasiswa

main bola lagi. Saya fikir, bagaimana mau menunjang prestasi kalau se-

perti ini. Saya berbenak, tidak cukupkah Untan yang mendapat gelar

Universitas Taman Hiburan (Untan), toh ditambah lagi dengan sulitnya

untuk berprestasi di bidang sepak bola. Dan yang jelas, sulit membedakan

mana fungsi yang sesuai dan yang tidak lagi.[]

Yozh, Mahasiswa Untan Pecinta Bola

Sedikit uneg dalam hati saya, bergerak untuk mengisi surat pembaca

Mimbar Untan.

Kekhawatiran mahasiswa akan adanya Dufan didalam dunia pendidikan

sekarang terbukti. Stadion Untan tidak hanya dijadikan tempat hiburan

tapi juga dijadikan tempat mesum oleh oknum tertentu. Berdirinya Dufan

ini atas izin pihak Untan berarti pihak Untan secara tidak langsung

mengizinkan adanya tindakan asusila di lingkungan pendidikan. “Apa kata

dunia” lingkungan pendidikan dijadikan tempat mesum.

Dilantiknya Rektor baru Untan kemarin, saya harapkan dapat

menempatkan dengan tepat yang mana dunia pendidikan, hiburan dan

tempat mesum. Kapan lagi kalau bukan sekarang, Untan bisa

membedakan antara bisnis dengan pendidikan dan asusila.[]

Nama dan alamat ada pada redaksi

Stadion UntanDijadikan Tempat Mesum?!

Untan ‘Pembunuh’Sepak Bola?

Pemenang TTS Tabloid Mimbar Untan Edisi 121. Nama : Herman SS NIM : G21101177 Fakultas : Kehutanan2. Nama : Firman Syaputra NIM : D03103043 Fakultas : Teknik

3. Nama : Aci Wisudiyanti NIM : B11103045 Fakultas : Ekonomi

Hadiah dapat langsung diambildi Sekretariat LPM Untan

Wah!Tak terasa waktu terus berputar danseiring dengan perputaran waktu, akhirnyaLembaga Pers Mahasiswa Untan telah me-ngalami pergantian kepengurusan. Di ke-pengurusan yang baru ini kami pengurus LPMUntan telah mencanangkan seabrek programkerja dari masing-masing divisi yang ada selamasatu tahun ke depan.

Ya...! mudah-mudahan di kepengurusantahun ini LPM Untan dapat lebih baik dan dapatmemberikan yang terbaik bagi mahasiswa Un-tan melalui produk-produk yang diterbitkan.Bicara soal terbitan, civitas edisi kali ini adalahproduk pertama di kepengurusan periode 2007-2008. Mau tahu siapa kali ini yang terpilihsebagai Ketua Umum LPM Untan. Dia ma-hasiswa FKIP lho, namanya Heri biasa dipa-nggil Ripal. Ia terpilih sebagai ketua setelahmelalui pergulatan yang panjang dalam prosespemilihan ketua umum.

Nah...! Di kepengurusan yang baru ini jugaLPM sedang membuka lowongan bagi mahasis-wa Untan untuk menjadi anggota LPM Untan.Bagi yang berminat, ayo.... segera daftarkandirimu langsung ke sekretariat LPM Untan. Tapiharus memenuhi persyaratan. Mau tahu apasyaratnya ? baca aja lebih lanjut pengumumanrekruitmen di halaman terakhir civitas ini. Dankamu juga bisa baca pengumuman yang ada dimading-mading kampus kamu.

Oh ya, hampir lupa, di edisi kali ini civitasmengangkat rubrik-rubrik yang cukup meng-greget untuk para pembaca. Salah satunyaadalah masalah manajemen Kopma Untan, ke-mudian ada juga rubrik tentang catatan kinerjaBEM Untan selama setahun. Selain itu, civitasjuga mengulas masalah perehaban sekretariatUKM-UKM di Untan. Nah sekarang mau tahulebih jauh tentang isi civitas ini, silahkan bacaya.

Selamat membaca friend s ! []

Foto : Dedy/MIUN

Semangat Baru

3

Opini Civitas

Edisi 38/Thn.IX/Mei/2007

Civitas Opini

POJOK

Pemilu:Demokrasi untuk Para Elite Politik

i Indonesia, kata ‘demokrasi’bagaikan sebuah mantra yangselalu didengungkan oleh publik.

Sejak lahirnya rezim reformasi, kata de-mokrasi seakan telah menghipnotis ma-syarakat Indonesia sehingga harus selaluhadir dalam setiap sisi kehidupan bangsa.Dan rezim reformasi bersama anaknya re-zim demokrasi inilah yang melahirkan ga-gasan adanya pemilu. Dengan dalil“Demokrasi itu adalah kedaulatan rakyat”pemilu kerapkali dijargonkan oleh para elitepolitik sebagai “pesta rakyat”. Tapi padakenyataan di lapangan pemilu hanya di-jadikan “pesta pora politik kaum elite”.Pelaksanaan pemilu selama ini tidak jauhdari hanya sekedar menjadi media per-wujudan daulat kekuasaan kaum elite po-litik. Rakyat dibuat benar-benar tidakberdaulat.

Inilah ironi yang terjadi dalam pelak-sanaaan pemilu di Indonesia. Rakyat di-teror dengan kekerasan politik, rakyat di-teror dengan berbagai macam janji manisbahkan rakyat harus diteror dengan ber-bagai macam fitnah yang disebarkan olehpara elite politik yang ingin berkuasa danmelanggengkan kekuasaan. Disinilahbenang merah persoalannya. Rakyat sela-ma ini selalu diberikan contoh yang tidakbisa dijadikan teladan dalam berpolitik dandalam memahami perbedaan pendapat,pilihan yang diambil cenderung dise-lesaikan bukan di atas meja dialog. Rakyatcenderung diajari menyelesaikan perbe-daan dengan cara kekerasaan.

Perilaku para elite politik yang begituambisi untuk memperoleh kekuasaan danmempertahankan kekuasaan seringkalijustru menjadi pemicu konflik horizontaldi masyarakat. Kalau kalangan elite de-ngan arogannya menunjukkan sikap per-musuhan satu sama lainnya dalam me-nyongsong pemilu jelas itu akan merem-

bet sampai ke kalangan ba-wah/masyarakat terutamapara pendukung masing-masingelite politik.

Para elite politik akan semakinmenyibukkan diri untuk salingmelecehkan, mengintimidasi, danmenyebarkan fitnah dengan tu-juan untuk menjatuhkan lawanpolitiknya ketika dia tahu dan me-rasa kehilangan kesempatan un-tuk berkuasa jika dia tidak segeramenyingkirkan lawan-lawan po-litiknya. Bila maksud tersiratdari demokrasi adalah per-wujudan seperti ini, makabetapa rusuh dan tragisnyademokrasi itu.

Terus bagaimana masadepan ekonomi dan politikIndonesia ? Jawabnya semuasangat tergantung dari proses pe-milu yang akan berlangsung baikitu pemilihan presiden dan pe-milihan kepala daerah. Dan baik bu-ruknya proses pemilu juga akantergantung kepada elemen-elemenpartai yang ikut memberikan warna da-lam pemilihan umum tersebut. Yangmenjadi pertanyaan kemudian apakahpemilu adalah satu-satunya upaya un-tuk menyelesaikan masalah di Indone-sia? Tidak! Pemilu bukanlah satu-satu-nya upaya yang dapat menyelesaikanmasalah di Indonesia. Pemilu hanya me-rupakan necessary condition, yang me-merlukan tindakan-tindakan konkretdari partai-partai politik yang ikut kon-testan pada saat ini.

Pemilu hanya menjawab formalitaspolitik, memberikan landasan dan sub-stansi bagaimana manajemen publik itudilakukan oleh para elite politik, apakahpelaku-pelakunya mempunyai kapa-sitas? Akan menjadi satu persoalan be-sar ketika pemilu hanya dijadikan tem-pat pertunjukan adu otot denganmenggelar karnaval politik sebanyak-ba-nyaknya dan mengerek bendera seba-nyak mungkin, serta pawai yang me-riah. Naifnya ada politisi yang banggadan beranggapan bahwa langkah se-perti ini dianggap sebagai karya palingpuncak dari pemilu.

Ini adalah jebakan demokrasi, yangsecara kasat mata sulit untuk dilihat o-leh publik. Permainan yang dilakukanoleh para elite politik bersama partaipendukungnya bagaikan pertujukansandiwara ketika mereka membangun

komunikasi dengan publik. Sebuah per-tunjukan yang memberikan impian-im-pian indah, tetapi lenyap ditelan malamdan hilang tanpa bekas setelah mentariterbit. Formalitas seperti ini yang selalu

dilakukan dalam pesta-pesta fisikpemilu, tapi makna dan substan-sinya dilewatkan. Pendek kata,

pasar politik irasional telah ter-jadi selama proses pemilu di ne-geri ini.

Pasar politik irassional ada-lah transaksi antara para elite po-litik yang ingin berkuasa melaluipartainya dengan publik atau ma-

syarakat luas. Rakyat atau ke-lompok masyarakat me-milih, agar seusai pemi-lu berbagai kepenti-ngan masyarakat dapatdipenuhi oleh para elitepolitik dengan partaipolitiknya. Itu artinya,

elite politik yang terpilih harusmemperjuangkan aspirasi dan kebu-tuhan kolektif masyarakat melaluiprogram konkret yang bermanfaat

bagi masyarakat sebagai konstituenpemilu.

Celakanya jika para elite politik danpartai yang memenangkan pemilu tidakdapat memberikan program-programyang baik. Pertanyaan yang kemudianmuncul adalah apakah sesungguhnyamotivasi seseorang untuk meme-nangkan pemilu itu dilandasi keinginanuntuk mengemban aspirasi rakyat? A-pakah motivasi mereka sesungguhnyaadalah merupakan upaya mencari rejekidengan menganggap biaya yang telahdikeluarkan selama pemilu sebagaiinvestasi? Realitas menjamurnya moneypolitic ini menunjukkan bahwa demo-krasi yang berkembang pada dewasa iniadalah demokrasi prosedural, yaitukulitnya demokrasi, bukan substansinya.

Dalam situasi demikian, cara palingsederhana untuk menyelamatkan pemi-lu terutama Pilkada kedepan agar da-pat melahirkan kepala daerah yang maumemikirkan dan memperjuangkan dae-rah dan rakyatnya adalah dengan caramencurigai lebih dahulu para balon yangmampu menghamburkan dana. Hampirdapat dipastikan bahwa balon yang de-mikian akan memiliki idealisme dan ko-mitmen yang rendah kepada daerah danrakyatnya. Dengan cara ini pemilu diha-rapkan mampu mewujudkan harapanrakyat, yakni tercapainya masyarakatyang adil dan makmur tanpa KKN.[]

*) Penulis adalah mahasiswa FKIPUntan.

Mahasiswa FKIP setiap pagi

rebutan kursi!

Wahh, katanya kampusprimadona, ngangkut kursi.....Capek deh.....!

Kopma Hapus 20,5 juta

piutang.

Duit semua tuh?! ikutan utangach!,

Oleh TANTRA NUR ANDI*DDDDD

Headline Civitas

4

KopmaHapus 20,5 Juta Piutang

Dengan dalih tanpa bukti transaksi, piutang sebesar20,5 juta dalam LPJ pengurus periode 2005-2007 pada

Rapat Anggota Tahunan Kopma dihapuskan.

danya pembengkakan ang-garan dalam LPJ pengurusKopma menjadi sorotan pada

RAT Kopma 29-31/3 lalu. Salah satuyang menonjol yakni penghapusanpiutang sebesar Rp 20.503.177kepada 24 nama yang tersangkuthutang dengan Kopma. Indra Ami-nullah, mahasiswa Fakultas MIPAmempertanyakan manajemen ke-uangan di Kopma Untan sehinggamenghapus piutang tersebut. “Mi-risnya lagi landasan penghapusan piu-tang terjadi karena tidak ada buktitransaksi,” ujarnya. Padahal buktitransaksi menjadi pegangan bagipengurus untuk menagih hutang.“Kenapa bisa tidak ada?” tanyanya.Diungkapkannya selain penghapusanpiutang, pembengkakan anggaranbelanja di beberapa pos semakinmemperlihatkan manajemen ke-uangan di Kopma kurang sehat. Se-perti besarnya biaya operasioanal RATKopma yang mencapai Rp 8 juta.“Bayangkan Kopma menghabiskan da-na Rp 8 juta hanya dalam waktu 3 harisedangkan dana sebesar itu dipakaiBEM selama 1 tahun. Ini merupakanpemborosan keuangan yang dilakukanKopma,” ujarnya.

Biaya-biaya lain yang tak kalahbesar dan diindikasikan adanya markup adalah biaya reparasi dan pemeli-haraan inventaris yang mencapai Rp6 juta, biaya kebersihan Rp 1 juta,biaya gaji Badan Pengawas (BP) danpengurus setahun yang mencapai Rp19.140.000. Padahal jumlah BP 3 or-ang dan pengurus 7 orang. Kemudianada penganggaran lain yang dinilaidouble pos tapi hanya beda namapenganggarannya, seperti biayakonsumsi Rp 2 juta dengan biaya rapatRp 1,2 juta. “Biasanya yang namanyabiaya konsumsi termasuk di dalambiaya rapat.”

Pembengkakan anggaran jugaterjadi di pos biaya depresiasi umumyang menelan dana Rp 15 juta, biayapelatihan Rp 7 juta, biaya transportasiRp 800 ribu dan biaya lain-lain yangmencapai Rp 15 juta. “Besarnyabiaya-biaya ini sangat dipertanyakanefisiensi penggunaannya,” ungkapmantan Ketua BEM MIPA ini.Mekanisme Pendirian KantinKopma Salahi Prosedur.

Bukan hanya manajemen keuang-an Kopma yang dianggap bermasalah,proses pendirian kantin Kopma jugadinilai banyak pihak telah menyalahiprosedur. Syahrul Munir, mahasiswa

Fakultas MIPA mengatakan sesuai de-ngan UU Penyedia Jasa Kontruksi se-harusnya pengguna jasa diatas 100juta harus menggunakan metode ten-der. Tapi Kopma justru menggunakanmetode penunjukkan langsung kepadaMuhammad Isnaini sebagai pelaksanarenovasi. “Ini jelas sudah menyalahimekanisme karena Kopma berbadanhukum No 58/BH/X dan Surat ijinusaha perdagangan SIUP No XIV/07/208/R/K/5/85 yang mengatur tentangijin usaha,” ujar Syahrul.

Yang lebih ironis sekali, katanyaada kontroversi fungsi BP Kopma yangseharusnya mengawasi kerja peng-urus Kopma tapi justru menjadipanitia pengadaan kantin yang di-bawah bentukan pengurus dan ber-tanggungjawab kepada Ketua UmumKopma.

Menanggapi hal tersebut JuniWardana, mantan Ketua Kopmamenjelaskan, ini dilakukan untukmenghindari pajak sebesar 12% atausebesar Rp 20 jutaan dari harga kon-trak.

Selain itu, kata Juni, waktu yangpendek antara rekomendasi yangharus dijalankan dengan waktukepengurusan Kopma yang sebentarlagi berakhir dan desakan dari rektoratyang meminta Kopma memberikandesain bangunan kantin Kopma jugadijadikan pertimbangan pengurusKopma dalam menentukan siapa yangakan menjadi kontraktor pengadaankantin Kopma. “Dan keputusannya kitameminta saudara Isnaini untukmembuat desain,” jelasnya.

Lebih lanjut, Juni menjelaskansesuai dengan kesepakatan BP danpengurus, kantin Kopma tersebuttidak dapat disewakan kepada pengu-rus Kopma. “Adanya beberapa mantanpengurus yang memiliki kantin itu ka-rena mereka bekerjasama dengan pi-hak di luar pengurus yang menyewalebih dahulu,” ungkapnya.

Sementara itu peran BP Kopma didalam panitia pelaksana pengadaankantin Kopma, menurut Juni bertujuanhanya sebagai pengontrol pelaksana-an pengadaan kantin dan nantinyabertanggungjawab kepada KetuaUmum Kopma.

Rinto Wiarta, BP Kopma mem-benarkan dirinya terlibat sebagaipengawas dalam kepanitiaan peng-

Oleh TANTRA NUR ANDI

Civitas Headline

AAAAA

Edisi 38/ Thn.IX/Mei/ 2007

Foto : Tantra/MIUN.

Civitas Headline

5

Sekretariat UKM Direnovasi,Ke Mana Harus Mengungsi?

SSSSSurat tersebut membuat pe-ngurus UKM-UKM terkejut danbingung kemana mereka ha-

rus pindah. Ketua Pramuka, PrimaPM, menganggap surat itu adalahsurat pengusiran rektorat kepadaUKM karena pihak Untan tidak me-nyediakan dana untuk pengadaantempat menyimpan aset-aset yangdimiliki. “Untan tidak memberikansolusi kepada kami,” ungkapnya.

Selain itu, Prima mengatakanmasih ada persoalan yang harusdijelaskan oleh pihak Untan menge-nai pembagian lokasi untuk seluruhUKM nantinya. “Apakah luas ruanganuntuk semua UKM itu disamakan atautetap sama dengan luas ruangansebelumnya,” tanya Prima.

Tanggapan sama juga diutarakanJayusman, Ketua Mapala Untan. Iamerasa kebingungan untuk mencarisekretariat sementara apalagi pihak

Untan tidak memberikan solusi kepa-da seluruh UKM. “Jika sampai bataswaktu pengosongan kami belum di-berikan tempat, maka kami akan te-tap bertahan di sekretariat ini,” tegas-nya.

Sementara itu, Suyono Sadeli, Ka-bag Kemahasiswaan Untan mem-bantah hal tersebut. Rencananya un-tuk sekretariat sementara akanditempatkan di Aula UKM yang baru.“Gedung itu akan disekat-sekat untuktempat tinggal sementara bagiseluruh UKM,” jelasnya.

Suyono menjelaskan rencana pe-rehaban bangunan tersebut bukan de-ngan merobohkan bangunan lama ta-pi perbaikan bagian atas bangunansaja.

Ini sesuai peraturan yang mela-rang untuk melakukan perobohan ba-ngunan dan mendirikan bangunanbaru karena semua bangunan sudah

Akhir Maret lalubeberapa UKM di

Untan menerima suratdari rektorat yang

isinya untuk segeramengosongkan

sekretariatnya hinggaakhir Mei 2007 karena

awal Juni 2007 akandimulai perbaikan

bangunan.

terinventarisir. “Kita hanya melakukanperehaban bangunan tersebut dannantinya akan tetap dimiliki oleh UKM,”papar Suyono.

Suyono juga menambahkan kalaudirinya hanya sebagai penyalurinformasi ke mahasiswa sedangkanyang berkompeten dalam hal iniadalah bidang yang mengurusi proyekUntan yakni, Kepala BAUK M Hasandan Herman dari PKUPT.

Ketika dikonfirmasi Kepala BAUK,M Hasan menjelaskan perencanaanrehabilitasi UKM akan dikoordinasikanke Pembantu Rektor III karena kepu-tusan ini belum final. “Kami akanmemanggil perwakilan dari UKMuntuk membicarakan pengalokasiansekretariat sementara bagi UKM.Tidak mungkin kami akan mene-lantarkan mereka,” tegas Hasan. []

Oleh FAHMI

adaan kantin Kopma. “Ini dilakukankarena ditakutkan ada hal-hal yangtidak diinginkan seperti penyimpangandana oleh panitia,” katanya.

Mengenai piutang Kopma yangdihapuskan, Juni mengungkapkanbeberapa mahasiswa yang berhutangpada Kopma ternyata telah meninggaldunia dan ada juga yang sudah selesaikuliah. “Bukti transaksi yang hilang ituterjadi bukan di kepengurusan saya

tapi di kepengurusan beberapaperiode yang lalu,” katanya.

Soal RAT yang menghabiskan danaRp 8 juta, Juni mengakui memang da-na yang dialokasikan untuk RAT sebe-sar itu. Tapi dia mengatakan tidak tahuapakah dana tersebut benar-benarhabis digunakan panitia untuk RAT.“Kita lihat saja nanti LPJ Panitia RAT,”katanya singkat.

Mengenai penyewaan kantin,

Ketua Kopma yang baru, Ibnu Hajanmengatakan saat ini dirinya akanmembentuk pansus dari BEM fakultasyang bertugas untuk menyidik penga-daan kantin. “Kita masih mencari suratizin Kopma dari mantan rektor Asniaryang isinya apakah kantin Kopma untukUKM atau disewakan yang sifatnya per-sonal,” ungkap Hajan.[]

Civitas Headline

Edisi 38/ Thn.IX/ Mei/ 2007

Foto :Yayan/MIUN.Renovasi : Salah satu sudut UKM yang akan direnovasi.

Edisi 38/ Thn.IX/Mei/ 20076

Civitas Headline

uhardi, Dewan Penasehat Partai

Lingkar Kampus memberi bebe-

rapa cacatan kecil terhadap ke-

pengurusan BEM Untan.

Pertama, persoalan Adaptasi

Mahasiswa Baru (AMB) dinilai

tidak mampu memberikan pe-

ngenalan maupun peng-

adaptasian yang signifikan bagi

mahasiswa baru, tapi justru

menyisakan kekecewaan di be-

berapa fakultas terkait masalah

konsep acara dan pelibatan fakultas yang hampir

tidak ada.

Catatan kedua, selama satu tahun kepengurusan BEM,

kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti seminar-seminar

maupun kajian-kajian daerah tidak memiliki targetan-targetan

dan follow up yang jelas. Selain itu, bicara soal gerakan yang

dilakukan BEM Untan selama ini menurut Muhardi lebih bersifat

eksternal. “BEM Untan lebih kosentrasi pada gerakan eksternal

daripada internal dan saya menilai BEM Untan mempunyai

kepentingan-kepentingan tertentu yang jelas-jelas tidak ber-

sentuhan dengan mahasiswa Untan,” katanya.

Belum adanya format sinergisitas lembaga-lembaga di Un-

tan terutama BEM-BEM fakultas membuat kehadiran BEM Un-

tan di tengah mahasiswa Untan tidak dirasakan sama sekali.

Kegagalan lain yang dilakukan BEM Untan, kata Muhardi, tidak

adanya program kerja pelatihan yang mengarah pada kepe-

mimpinan mahasiswa menyebabkan mahasiswa Untan miskin

akan pengetahuan kepemimpinan mahasiswa.

Persoalan manajemen organisasi BEM yang tidak teratur

oleh Muhardi juga dirasakan menjadi sebuah kegagalan BEM

dalam membagun manajemen organisasi yang baik. “Sampai

saat ini proses perencanaan hingga evaluasi sebagai alur stan-

dar organisasi tidak berjalan sama sekali,” jelas Muhardi yang

terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas MIPA.

Dan yang paling disesalkan dari kepengurusan BEM saat

ini menurut Muhardi yang juga mantan Ketua Bidang PSDM

HIMAFIS Fakultas MIPA adalah tidak mampunya BEM Untan

melakukan advokasi anggaran dana kemahasiswaan di

wilayah birokrasi.

Terhadap kinerja BEM Untan, Ketua BEM Fakultas

Ekonomi, Pipit Sixmam Budi menilai kegiatan yang selama ini

dilakukan BEM Untan selama ini masih bersifat insidentil dan

terkesan eksklusif dan tidak aspiratif. “BEM Untan sering ber-

jalan sendiri dalam melaksanakan kegiatan. Sehingga banyak

perwakilan setiap fakultas tidak hadir karena kurangnya so-

sialisasi dan koordinasi dari BEM Untan,” kata Budi.

Ketua BEM Fakultas Pertanian, Nugroho juga berpendapat

sama dengan Budi. Ia mengatakan BEM Untan masih belum

bisa mengakomodir aspirasi mahasiswa yang ada di Untan.

Contohnya masalah Dufan, BEM Untan tidak banyak berbuat

untuk menyampaikan aspirasi mahasiswa Untan.

Selain koordinasi dengan BEM-BEM fakultas yang kurang

BEM Untan juga dirasakan kurang melakukan koordinasi dan

pendekatan dengan UKM-UKM yang ada. Hal ini dikeluhkan

oleh Sutarjo, Komandan Menwa yang mengatakan peng-

urus BEM Untan ja-

rang melakukan sila-

turahmi ke UKM-UKM

Untan untuk mem-

pererat tali keke-

luargaan.

Menanggapi se-

pinya keterlibatan

BEM fakultas dalam

setiap kegiatan BEM

Untan, Ketua BEM

Untan, Galih Usma-

wan mengakui ke-

giatan yang dilakukan

BEM Untan memang

kurang mendapat-

kan respon dari BEM

fakultas. “Ini mema-

ng kesalahan kami

karena tidak dapat

bekerjasama dengan

baik dan kegiatan

yang kami lakukan

juga kebanyakan ber-

sifat aksi jalanan,”

katanya.[]

Selama satu tahun kepengurusanBEM Untan periode 2006-2007 banyakcatatan penting yang harus diperbaiki

kepengurusan BEM mendatang.

Catatan Kinerja BEM Untan

MMMMMOleh EKA SETIAWATI

Edisi 38/ Thn.IX/ Mei/ 2007

Civitas Khusus

7

da beberapa fakultas diUntan yang rutin mener-bitkan jurnal penelitian anta-

ra lain FKIP dengan Jurnal Cakra-walanya, Fisipol dengan Jurnal IlmuSosial dan Humaniora, dan FakultasTeknik dengan dua jurnalnya yakniJurnal Teknik Sipil dan Jurnal TeknikElektro.

Sejak tahun 1987 Jurnal Ilmu So-sial dan Humaniora yang diterbitkantiga kali dalam setahun oleh Fisipolini awalnya bernama Proyeksi. Tetapidi tahun 2005 namanya berubah men-jadi Proyeksi Jurnal Ilmu Sosial danHumaniora. Menurut Redatin Parwadi,Proyeksi sempat vakum cukup lamadikarenakan para pengurus yang jugadosen Fisipol ada yang melanjutkansekolah maupun kesibukan lainnya.“Di tahun 1994 kepengurusan kembaliaktif dan sejak tahun 2003 sampaisekarang saya dipercayakan menjadipimpinan redaksi,” ujarnya.

Dalam masa penerbitan jurnal ter-sebut diakui Redatin tidak semudah

yang dipikirkan. Kurangnya perhatiandari pihak fakultas maupun universi-tas membuat penerbitan jurnal inisempat tersendat. “Rektor maupundekan tidak ada perhatian sedangkanwaktu terbitan jurnal mesti rutin,” ung-kapnya. Masalah dana menjadi hal ya-ng paling krusial dalam penerbitan jur-nal. Tapi hal tersebut tidak pernahmendapat perhatian. “Kalau di UGMitu malah sebaliknya, perhatian yangdiberikan begitu besar, malahan pe-ngurusnya dibayar,” tambahnya.

Namun, hal ini tidak membuat pa-ra pengurus Proyeksi berhenti mener-bitkan jurnal meskipun biaya yang di-keluarkan dari kantong sendiri. Sete-lah cukup lama mengajukan permo-honan dana akhirnya pihak fakultasmengucurkan dana penerbitan di ta-hun 2006 lalu. “Dana yang diberikansejumlah Rp. 3.500.000,” ujarnya.

Lain dengan Proyeksi, Cakrawalayang diterbitkan tiga bulan sekali olehFKIP malah mendapat anggaran 5sampai 10 juta rupiah. Dekan FKIP, As-

wandi mengungkapkan tidak mungkinfakultas itu tidak mempunyai danauntuk penerbitan jurnal karena yangmenganggarkan dana untuk keperluankampusnya itu adalah fakultas itusendiri. “Dana buat penerbitan itu pa-ling diutamakan,” tegasnya.

Berbeda dengan Fisipol dan FKIP,Fakultas Ekonomi baru akan memulaiuntuk menerbitkan jurnal. MenurutPembantu Dekan I Sukma Indra, saatini sudah dibentuk tim penerbitanjurnal dan sedang dalam tahappengumpulan tulisan yang sudah ada.Tim tersebut akan membuat strategiguna menerbitkan jurnal secara kon-tinyu. “Tulisan-tulisan dosen yang su-dah ada akan dikumpulkan jadi tidakmenunggu tulisan lagi dan begitu se-terusnya, sehingga tidak molor darideadline,” ungkapnya. Mengenai danapenerbitan, Sukma yang enggan men-yebutkan nominalnya mengatakandana awal penerbitan akan dikeluar-kan oleh pihak fakultas.

Hal senada juga dialami FakultasKehutanan yang hingga kini belummemiliki jurnal penelitian. Dekan Fa-kultas Kehutanan, Abdurrani Muinmengatakan pihaknya baru akan me-mulai menerbitkan jurnal. Banyak hasil penelitian dosen maupun mahasis-wa yang bisa diterbitkan namun bi-asanya terkendala pada masalahdana. “Biasanya terbitan itu molorkarena dana yang tersendat tapi kitaakan coba untuk menganggarkannya,”katanya.

Menulis Untuk Naik PangkatSelain bentuk perhatian dari lem-

baga yang menaunginya, menerbitkansebuah jurnal juga harus didukungoleh keinginan yang besar dari paradosen. Jika animo dosen rendah da-lam hal menulis, penerbitan jurnal ter-sebut juga sulit untuk berkembang.Bahkan ada pernyataan yang timbulbahwa dosen menulis hanya untuk

Jurnal Penelitian Mandek

Citra sebuah universitas salah satunya dilihat dari adanya jurnal yang terakreditasi.Namun, menerbitkan sebuah jurnal tidak sekadar mengumpulkan hasil penelitian dantulisan saja tetapi juga harus didukung oleh banyak pihak, baik itu dosen maupunlembaga yang menaunginya. Sayangnya, tidak semua fakultas di Untan yangmenerbitkan jurnal dan hingga kini Untan belum memiliki jurnal yang terakreditasi.

Oleh HENNY KRISTINA

AAAAA

Lemlit: Kantor Lembaga Penelitian Untan yang terletak jalan Daya Nasional. Lembaga iniseharusnya mampu mendorong terbitnya jurnal penelitian di Universitas Tanjungpura.

Foto : Yayan/Miun.

Edisi 38/ Thn.IX/Mei/ 20078

Civitas Khusus

naik pangkat saja. Hal ini diakui De-kan FKIP, Aswandi beberapa waktu la-lu di Mimbar Untan sebelum mem-berikan kuliah bagi mahasiswa AktaIV. Sudah merupakan fenomena jikadosen menulis hanya untuk menaikkanpangkat saja, bukan sebagai hal yangharus dibiasakannya sebagai seorangpendidik.

Hal senada juga diungkapkan Pem-bantu Dekan I Fekon, Sukma Indra,“Dosen mau nulis kalau untuk naikpangkat padahal penerbitan jurnal disuatu lembaga merupakan salah sa-tu penilaian kinerja.” Dikatakan jugaoleh Pudek I Fakultas Teknik, Junaidibahwa semua tulisan yang masuk kedalam jurnal ilmiah itu tujuannyahanya untuk naik pangkat saja.

Sementara Pembantu Dekan II fe-kon Jamaliah melihat pembinaan ter-hadap dosen yang menulis juga masihkurang. “Dari sekian banyak tulisandosen yang ada, peluangnya kecil un-

tuk diterbitkan padahal sudah banyakbiaya yang dikeluarkan,” ungkapnya.Ia mengusulkan agar adanya ker-jasama lembaga penelitian terhadapfakultas untuk memberikan pem-binaan terhadap dosen.

Belum Ada Yang TerakreditasiAbdurrani Muin yang juga mera-

ngkap sebagai Ketua Lembaga Pene-litian Untan menilai belum adanya jur-nal yang terakreditasi di Untan ini ka-rena jurnal yang sudah ada isinya be-lum spesifik. “Bidang ilmu dari jurnalharus lebih khusus, waktu penerbitanjuga harus rutin baru bisa menujuakreditasi,” ujarnya. Jurnal penelitianUntan sendiri yang sudah berdiri sejak1991 diakuinya belum mendapatkanakreditasi karena syarat-syarattersebut belum dapat dijalankansepenuhnya. Namun pihaknya terusberusaha untuk mendapatkan akredi-tasi dari Dikti.

Sementara Redatin Parwadi, se-

dang mengusahakan mendapatkanakreditasi dari Dikti untuk Proyeksi.“Syarat-syaratnya cukup banyak, sa-lah satunya adanya Mitra Bestari yaknitim editor yang menelaah jurnal danharus dari tingkat nasional tapi kitaakan mengusahakannya karena kitacukup menyayangkan universitas kitabelum memiliki jurnal yang ter-akreditasi,” ujarnya.

Padahal jurnal penelitian bagi se-buah fakultas ataupun universitas me-rupakan satu nilai plus bagi lembagaitu sendiri. Apalagi perguruan tinggiterbesar di Kalimantan Barat, sudahseharusnya mempunyai jurnal yangdapat dijadikan sebagai acuan bagiuniversitas lain. Ia berharap rektor le-bih memerhatikan penerbitan jurnalyang ada di Untan. “Rektor harusmendukung, memfasilitasi dan mem-bantu penulisan jurnal dan Untan kedepan harus memiliki jurnal yang ter-akreditasi,” harapnya.[]

akultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, tiga tahun

terakhir menjadi fakultas dengan jumlah peminat

terbanyak. Ini terbukti dengan melambungnya

jumlah pendaftar FKIP dari tahun ke tahun. Dari data

yang ada, jumlah mahasiswa baru tahun 2004 berjumlah

307, 2005 berjumlah 484 orang, dan di tahun 2006

berjumlah 514 orang. Namun naiknya pamor fakultas ini

tidak diikuti perbaikan fasilitas.

Endang Sri, mahasiswi ekstensi prodi Ekonomi

mengeluhkan fasilitas yang tidak mendukung perkuliahan.

“Di beberapa ruang perkuliahan kipas angin dan lampu

banyak yang tidak berfungsi. Padahal lampu sangat

diperlukan untuk perkuliahan di malam hari. Belum lagi

setiap ada kuliah mahasiswa harus mencari kursi kosong

di ruangan lain,” keluh mahasiswi angkatan 2005 ini.

“Saat hujan atap-atap kelas juga bocor yang pastinya

mengganggu kegiatan perkuliahan, penggunaan infokus

juga harus ngantri. Ia mengakui selama ini protes yang

disampaikan mahasiswa FKIP sudah cukup sering. Namun

belum ada tanggapan dari pihak fakultas,” tambahnya.

Senada dengan Endang, Ketua BEM FKIP, Hadidi

mengatakan sebenarnya FKIP tidak pantas disebut

sebagai kampus primadona karena dari segi fasilitas sangat

jauh dari kata ideal. “FKIP kan tulang punggung bangsa,

jadi mesti diprioritaskan,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan kursi dan meja untuk dosen mengajar

pun masih belum layak. Seringnya mati lampu yang didukung

dengan ketiadaaan genset juga mengganggu jalannya

perkuliahan. “Selama ini kan sering padam listrik, kenapa jurusan

tidak membeli genset?,” ungkapnya heran.

Keluhan lain juga datang dari Aunur Rahman, mahasiswa

prodi bahasa Inggris yang mengatakan kelebihan jumlah

mahasiswa dalam satu kelas sehingga konsentrasi belajar buyar.

“Jumlah mahasiswa dalam satu kelas kadang melebihi jumlah

yang seharusnya,” katanya. Laboratorium bahasa yang ada

dua pun hanya dapat digunakan satu saja. “Jadi kalo’ ada lab,

satu kelas dibagi dua, 20 masuk pertama, 20 lagi masuk jam

berikutnya,” jelas Aunur.

Menyikapi masalah fasilitas FKIP yang minim, Pembantu

Dekan II FKIP Junaidi mengatakan, sudah banyak usaha yang

dilakukan untuk mengatasinya. Misalnya dengan mengajukan

permohonan ke pihak universitas, bekerjasama dengan pro-

gram non reguler, dan dengan dana fakultas. Bantuan tersebut

dalam bentuk 200 buah kursi, 20 buah white board, dan 20

buah meja.

“Perbaikan genteng yang bocor oleh pihak fakultas

merupakan salah satu bukti adanya perhatian pihak fakultas

terhadap fasilitas kampus demi kesejahteraan mahasiswa,”

jelasnya. Junaidi juga berharap program kerjasama dengan

pihak non reguler merupakan harapan yang besar, karena

sampai saat ini prodi ekstensi masih menggunakan fasilitas

reguler. []

FFFFFOleh WANTY EKA JAYANTI

Setiap pagi, tampak beberapa mahasiswa sedang menjinjing, menyeret bahkanmemikul kursi untuk digunakan di ruang perkuliahannya. Pemandangan seperti

ini lazim terjadi di FKIP, fakultas dengan peminat terbanyak di Untan.

Menilik Fasilitas Di Kampus ‘Primadona’

Edisi 38/ Thn.IX/ Mei/ 2007 9

Civitas Kampus

FKIP, Kampus dalam Taman

Oleh SRI PUJIYANI

abu (25/4), persis di bawahpohon-pohon rindang, disebelah kanan halaman de-

pan kampus FKIP, tampak beberapamahasiswa sedang duduk-duduk san-tai. Di sana tersedia bangku-bangkudan meja bulat yang dibuat me-nyerupai potongan kayu.

Biasanya tempat itu digunakanuntuk santai ketika tidak ada jam per-kuliahan, tapi tidak jarang juga ma-hasiswa menggunakannya untukberdiskusi dan mengerjakan tugasperkuliahan.

Tidak jauh dari tempat ini, berde-ret kantin FKIP. Mahasiswa dapatmembeli dan membawanya di bawahpohon rindang. Di situ mereka dapatmembaca, diskusi, dan melakukanaktivitas lainnya, sembari menikmatimakanan. Tempat ini begitu teduh dansejuk. Tidak heran banyak mahasiswayang betah duduk di sana.

Di kampus FKIP, banyak tersediatempat duduk yang dilengkapi dengantaman. Tepat berhadapan dengankoperasi dosen dan karyawan FKIPmisalnya, telah tersedia empat buah

Demi terciptanya pendidikan yang bermartabat, DekanFKIP Untan, Aswandi canangkan konsep membangun“kampus dalam taman.” Seperti apakah FKIPnantinya?

bangku persegi panjang yang dike-lilingi berbagai jenis tanaman danbunga.

Dekan FKIP, Aswandi menyatakantaman yang ada di FKIP saat inimerupakan langkah awal untukmembuat suasana kampus menjaditempat menyenangkan. Aswandimenyebut konsep tata kampus di FKIPdengan sebutan “Kampus dalamtaman.”

“Kampus dalam taman beda de-ngan taman dalam kampus,” ungkap-nya. Konsep ini akan menjadikan FKIPberada di tengah-tengah taman bungadan tanaman. Sedangkan taman da-lam kampus seolah-olah taman terse-but berada di tengah-tengah bangu-nan kampus.

Konsep kampus dalam taman ininantinya akan menciptakan suasanaFKIP lebih menyatu dengan alam. Ren-cananya dinding bangunan perkulia-han akan dibuat dari kayu berbentukrelief dan akan dibuat lebih rendah se-perdua dari biasanya. Ini dimaksudkanagar mahasiswa dapat merasakansemilirnya angin yang masuk. Sehi-

ngga kelas tidak lagi memerlukan pen-dingin ruangan. Dinding bangunanakan dipadu dengan penutup atas(atap) yang lebih mencorong kebawah agar air hujan dari luar tidakmasuk ke ruangan.

Bagian depan kampus, tambahAswandi, akan dipasangi pagar ber-warna jingga. Selain itu di bagian be-lakang FKIP sedang ditanami tanamanlangka dan buah-buahan yang saat inidikerjakan dengan program bakti ma-hasiswa. Nantinya bagian belakang iniakan dibuat seperti kelas yang manamahasiswanya duduk di lantai. “Kelasterpisah di bagian belakang FKIP ini,akan diupayakan untuk menyiasati ke-terbatasan gedung yang tidak sesuaidengan jumlah mahasiswa FKIP,” ka-tanya.

Aswandi berharap konsep “kam-pus dalam taman” dapat dilakukan se-cara bersama dan mesti ada partisi-pasi dari segenap civitas akademikauntuk melaksanakan konsepnya ini.Dimana motto FKIP adalah “Bersamakita FKIP berkualitas.” Upaya menja-dikan “kampus dalam taman” ini dila-kukan agar mahasiswa FKIP akan le-bih betah berada di kampus dan dapatlebih mampu untuk berprestasi. “Ka-rena berdasarkan hasil penelitian darisejumlah pakar pendidikan, orangakan lebih berprestasi jika dalam su-asana yang menyenangkan baik itulingkungan fisik maupun lingkungansosialnya.

Konsep “kampus dalam taman”mendapat tanggapan positif dari ketuaBEM FKIP, Hadidi. “Saya pikir itu ideyang bagus, hanya saja jika untuk hal-hal seperti itu (membangun Kampusdalam taman-red), masih sangat jauhuntuk bisa dicapai pada tahun-tahunke depan,” ungkapnya.

Ia menyatakan, FKIP akan lebihbaik jika seluruh sarana dan pra-sarana penunjang terlebih dahuludilengkapi. Karena sarana dan pra-sarana yang ada sekarang ini tidakmemadai dengan jumlah mahasiswaFKIP yang ada. “Apalagi seperti yangkita ketahui bersama, jumlah ma-hasiswa FKIP tiap tahunnya me-ngalami peningkatan.”[]

RRRRR

Foto : Yayan/MIUN

Taman FKIP : Salah satu sudut taman FKIP Untan. Kampus ini akan dicanangkan menjadikampus dalam taman.

10 Edisi 38 /Thn.IX/Mei/ 2007

Civitas Iklan

11Edisi 38 /Thn.IX/Mei/ 2007

Civitas Religius

Oleh : ABANG INDRIYADI

KKKKKondisi dunia ini penuh kenikmatan, banyak pilihan,penuh rupa dan banyak warna. Semua inibercampur baur dengan kecemasan dan kesulitan

hidup. Dan, anda adalah bagian dari dunia yang beradadalam kesukaran.

Anda tidak akan pernah menjumpai seorang ayah, istri,kawan, sahabat, tempat tinggal, atau pekerjaan yangpadanya tidak terdapat sesuatu yang menyulitkan. Bahkan,kadang kala justru pada setiap hal itu terdapat sesuatuyang buruk dan tidak anda sukai. Maka dari itu,padamkanlah panasnya keburukan pada setiap hal itudengan dinginnya kebaikan yang ada padanya. Itu kalauanda mau selamat dengan adil dan bijaksana. Pasalnya,

betapapun setiap luka ada harganya.Allah menghendaki dunia ini sebagai tempat

bertemunya dua hal yang saling berlawanan, dua jenisyang saling bertolak belakang, dua kubu yang salingberseberangan, dan dua pendapat yang saling ber-seberangan. Yakni, yang baik dengan yang buruk,kemudahan dengan kerusakan, kebahagiaan dengankesedihan. Dan setelah itu Allah akan mengumpulkansemua yang baik, kemudahan dan kebahagiaan itu disurga. Adapun yang buruk, kerusakan dan kesedihan akandikumpulkan di neraka. “Dunia ini terlaknat, dan terlaknatsemua yang di dalamnya, kecuali dzikir kepada Allah dansemua yang berkaitan dengannya, seorang yang ‘alim

dan seorang yang belajar,”begitu hadist berkata.

Maka, jalanilah hidup inisesuai dengan kenyataan yangada. Jangan larut dalam kha-yalan. Dan, jangan pernahmenerawang ke dalam ima-jinasi. Hadapi kehidupan ini apaadanya; kendalikan jiwa andauntuk dapat menerima danmenikmatinya! Bagaimanapun,tidak mungkin semua temantulus kepada anda dan semuaperkara sempurna di mataanda. Sebab, ketulusan dankesempurnaan itu ciri dan sifatkehidupan dunia.

Bahkan, istri anda pun takakan pernah sempurna di mataanda. Maka kata hadist, “jang-anlah seorang mukmin men-cela seorang mukminah (istri-nya), sebab jika dia tidak sukapada salah satu kebiasaannyamaka dia bisa menerima kebia-saannya yang lain.”

Adalah seyogyanya bila kitamerapatkan barisan, menya-tukan langkah, saling memaaf-kan dan berdamai kembali,mengambil hal-hal yang mu-dah kita lakukan, meninggalkanhal-hal yang menyulitkan me-nutup mata dari beberapa haluntuk saat-saat tertentu, melu-ruskan langkah, dan menge-sampingkan berbagai hal yangmengganggu.[]

Hadapi Hidup Apa Adanya

*Penulis Mahasiswa FisipolAngkatan 2004

Edisi 38/ Thn.IX/Mei/ 2007

Pemilihan Raya Mahasiswa (Pemirama) Untan tahun ini akan berbeda dengantahun sebelumnya. Tahun ini Pemirama dilaksanakan dengan sistem partai politikmahasiswa. Tapi sampai saat ini partai mahasiswa yang mendaftar sepi. Padahalwaktu Pemirama sebentar lagi tiba, apakah mahasiswa Untan sudah tidak pedulidengan organisasi kampus atau mahasiswa Untan belum memahami konsep dan

mekanisme Pemirama dengan menggunakan partai ?

Animo Parpol Mahasiswa Untan Rendah

alau masih ada pro dankontra di kalangan maha-siswa Untan tentang peng-

gunaan sistem partai dalam Pemiramatahun ini, tampaknya BEM Untanmerasa optimis Pemirama denganmenggunakan sistem partai ini akanberlangsung dengan sukses. KetuaBEM Untan Galih Usmawan meng-harapkan agar sistem ini diketahuisegenap mahasiswa Untan makadiadakanlah sosialisasi baik melaluipamflet maupun melalui diskusi.

Dalam Undang-undang Pemiramasistem partai ini, ada syarat yang ha-rus dipenuhi untuk pembentukan par-tai mahasiswa. Sebuah partai baru da-

pat dibentuk minimal memiliki 100orang anggota. Dengan penyebarananggota minimal di 4 fakultas yangmasing-masing fakultas memiliki mini-mal 10 anggota. “Syarat yang palingutama dari sebuah partai harusmemiliki struktur dan perangkatorganisasi,” kata Galih.

Sementara itu, Ketua BEM TeknikWawan Febrianto, menganggapPemirama dengan sistem baru, bisaditerima dengan baik, asalkan Pemi-rama ini dapat memberikan suatuperubahan yang efektif secara radikal,khususnya untuk kemajuan Untan kedepan. “Jangan malah sebaliknyaPemirama diterapkan dengan sistem

parpol, sementara pihak yang terlibatdi dalamnya tidak paham konsep darisistem parpol itu,” ungkapnya.

Hal senada juga diungkapkan olehIin Solihin, ketua komisi partai politikmahasiswa Fakultas Hukum mengakusiap mendukung, namun apakah Pe-mirama dengan sistem baru tersebutdapat membangkitkan jiwa dan se-mangat mahasiswa, atau justrumalah kemerosotan yang dihasilkan.Iin menambahkan, Pemirama sistembaru diharapkan dapat menjadiwadah dari proses demokrasi gunamewujudkan suatu perubahan kearah yang lebih baik.[]

WWWWWOleh BURHANADI

Sekretariat :Jln Daya Nasional komplek Gedung MKDU Untan Pontianak 78124.

C.P : Eka (0813 4562 1096), Burhan (0852 5225 4063)

Stadium General :18 Mei 2007

Pendidikan & Latihan :19 - 20 Mei 2007

Tempat Pelaksanaan:Gedung MKDU Untan

Fasilitas :- Konsumsi makan siang

dan malam.- Snack.- Makalah (materi).- Penginapan.- dll.

Kesempatan dibuka mulai :01 - 16 Mei 2007

12

Informasi lebih lanjut hubungi panitia

Formulirdapat

diperolehdi sekretariat

LPM untan

Civitas Suplemen