citra wanita tokoh nisa dalam novel perempuan … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan...

80
CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Oleh: Fitriani Nim:014114059 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2009

Upload: others

Post on 14-Sep-2019

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Oleh: Fitriani

Nim:014114059

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009

Page 2: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

i

CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

KARYA ABIDAH EL KHALIEQY (Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Oleh: Fitriani

Nim:014114059

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA JURUSAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2009

Page 3: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

ii

Page 4: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

iii

Page 5: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

iv

SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN KEPADA: BAPAK PAHRUL ANWAR IBU SITI JARAH KAKAK IIS SUGIANTO ADIK ISNANIAH ADIK RATNAWATI BEST PRIEND’S:ANDIE BATAM, ECI, AYU

Page 6: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

v

MOTTO DALAM KEHIDUPAN, MANUSIA TERKADANG MUDAH MENGELUH DAN MENYERAH PADA KEADAAN. TAPI DENGAN DORONGAN ORANG-ORANG YANG KITA CINTAI DI SEKITAR KITA, SEMANGAT KITA AKAN BANGKIT KEMBALI DAN MERAIH KEMENANGAN. IDEAS ARE ONLY SEEDS, TO PICK THE CROPS NEEDS PERSPIRATION. (GAGASAN-GAGASAN HANYALAH BIBIT, MENUAI HASILNYA MEMBUTUHKAN KERINGAT). SIAPA YANG DAPAT MENAHAN MARAHNYA MAMPU MENGALAHKAN MUSUHNYA YANG PALING BERBAHAYA.

Page 7: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

vi

Page 8: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

vii

Page 9: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

viii

ABSTRAK Fitriani, 2001. Citra Wanita Tokoh Nisa dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. (Suatu Pendekatan Sosiologi Sastra). Skripsi S-1. Yogyakarta: Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini mengkaji citra wanita tokoh Nisa dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur intrinsik novel Perempuan Berkalung Sorban dan menganalisis citra wanita tokoh Nisa. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan sosiologi sastra yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan. Mula-mula dilakukan analisis struktural terhadap novel Perempuan Berkalung Sorban untuk melihat kebulatan makna di dalamnya. Hasil analisis struktural digunakan sebagai dasar untuk menganalisis gejala sosial mengenai citra wanita tokoh Nisa dalam novel Perempuan Berkalung Sorban. Adapun metode yang digunakan adalah (1) metode analisis untuk menganalisis unsur intrinsik novel Perempuan Berkalung Sorban, citra wanita tokoh Nisa dalam novel Perempuan Berkalung Sorban. (2) metode klasifikasi untuk mengelompokkan perilaku tokoh Nisa dalam aspek fisik, psikis, keluarga, dan masyarakat. Dari hasil kajian terhadap novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy ini ditemukan bahwa citra wanita tokoh Nisa terbentuk dari citra diri wanita dan citra sosial wanita. Citra diri wanita itu ditunjukkan oleh aspek fisik dan aspek psikis yang tergambar melalui peristiwa Nisa hamil, melahirkan, dan berwajah cantik. Aspek psikis tergambar melalui perasaan dan kepribadiannya yang baik. Citra sosial wanita ditunjukkan oleh aspek keluarga dan aspek masyarakat.Aspek keluarga Nisa terganbar melalui tokoh Nisa sebagai ibu dari anak-anaknya,sebagai istri, dan sebagai anggota keluarga. Aspek masyarakat Nisa tergambar melalui tokoh Nisa yang mampu bersosiolisasi dengan masyarakat.

Page 10: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

ix

ABSTRACT

Fitriani, 2001, Female Character ‘s image , Nisa, in Perempuan Berkalung

Sorban by Abidah El Khalieqy ( a Sociological Literature Approach). A Script for a Strata One Degree. Yogyakarta: Indonesian Literature, Sanata Dharma University

The research explore the image of the female character in the novel Perempuan Berkalung Sorban, a novel by Abidah El Khalieqy. Its purpose was to describe the intrinsic aspects of the novel in identifying the female image of Nisa. The research made use of a sociological literature approach which put a literature work as the material under the investigation. Initially, a structural analysis was done on the novel Perempuan Berkalung Sorban to examine the wholeness of the meaning integrated in it. The result was then used as the base to further analyze the social symptoms on the female image of Nisa, the character in the novel.

The methods which were used were (1) the analytical method to analyze the intrinsic aspects of the novel Perempuan Berkalung Sorban, the female image of the character of Nisa in the novel Perempuan Berkalung Sorban. (2) Classification method to classify the character’s behaviors into physical and psychological aspects, as a member in the family, and in the community.

The result showed that the female image of the character, Nisa, was formed of the female self-image and the female social image. The self-image was pictured by the physical and psychological aspects: that is pictured by the tact moment in her pregnancy, her delivering the baby, and that she was beautiful. The Psychological aspect was shown by her feeling and her good personality. The female social image was shown through family and social life aspect: by tact image Nisa that is was shown as capable of socializing into the community.

Page 11: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

x

KATA PENGANTAR Sepantasnya, penulis mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, yang

membimbing penulis untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

Indonesia. Program Studi Sastra. Penulis mengucapkan terima kasih yang sangat

dalam kepada:

• Drs. B. Rahmanto, M. Hum sebagai pembimbing I, S.E. Peni Adji, S. S. M.

Hum. sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk

memberi masukan kepada penulis untuk menyusun skripsi.

• Dosen pembimbing akademis, Drs. B. Rahmanto, M.Hum yang telah

memberikan bimbingan KRS selama penulis kuliah.

• Seluruh dosen Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah mendidik penulis selama kuliah.

• Mbak Nik, Mbak Rus selaku admistrasi Fakultas Sastra Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta atas kesabarannya mengadapi kebandelan penulis.

• Seluruh staf perpustakan atas bantuan, pelayanan, dan penuh kesabarannya

dalam melayan peminjaman dan pengembalian buku yang sering terlambat.

• Bapak Pahrul Anwar dan Ibu Siti Jarah yang telah membesarkan dan

mendidik penulis dengan penuh kasih sayang. Terima kasih juga untuk Mas

Iis, adik Isna dan adik Ratna, adik ipar Sony keponakan Melda, Melly,

Kesya, Intan, Ajeng, Axel mereka semua adalah penyemangat penulis untuk

mengerjakan skripsi. Mereka merupakan keluarga yang paling hebat yang

penulis miliki.

Page 12: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

xi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis bersedia menerima kritik dan saran dengan senang hati untuk

penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta,

Penulis

Page 13: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ......................................................... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ....................................................................... vii

ABSTRAK ....................................................................................................... viii

ABSTRACT ....................................................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 4

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................... 4

1.5 Landasan Teori ....................................................................... 5

1.5.1 Sosiologi Sastra .............................................................. 5

1.5.2 Unsur Intrinsik Karya Sastra ......................................... 6

Page 14: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

xiii

1.5.3 Citra Wanita .................................................................. 9

1.5.3.1 Citra Diri Wanita........................................ ............ 10

1.5.3.2. Citra Sosial Wanita.................................................. 11

1.6 Pendekatan, Metode, dan Teknik ........................................... 12

1.6.1 Pendekatan ....................................................................... 12

1.6.2 Metode Penelitian ........................................................... 12

1.6.3 Teknik Penelitian ............................................................ 13

1.7 Sumber Data ............................................................................. 13

1.8 Sistematika Penyajian ............................................................... 13

BAB II ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL PEREMPUAN

BERKALUNG SORBAN .................................................................. 15

2.1 Alur .......................................................................................... 15

2.1.1 Bab I ............................................................................. 16

2.1.2 Bab II ............................................................................ 16

2.1.3 Bab III ........................................................................... 17

2.1.4 Bab IV .......................................................................... 17

2.1.5 Bab V ............................................................................ 18

2.1.6 Bab VI .......................................................................... 19

2.1.7 Bab VII ......................................................................... 19

2.2 Tokoh dan Penokohan .............................................................. 20

2.2.1 Tokoh dan Penokohan Nisa ............................................ 21

2.2.2 Tokoh dan Penokohan Lek Khudhori ............................. 27

Page 15: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

xiv

2.2.3 Tokoh dan Penokohan Samsudin ................................... 29

2.2.4 Tokoh dan Penokohan Bapak ......................................... 30

2.2.5 Tokoh dan Penokohan Ibu .............................................. 31

2.3 Latar ......................................................................................... 33

2.3.1 Latar Tempat .................................................................. 33

2.3.1.1 Kebun Belakang ................................................. 34

2.3.1.2 Rumah ................................................................ 34

2.3.1.3 Pondok ............................................................... 35

2.3.2 Latar Sosial ..................................................................... 35

2.4 Rangkuman………………………………………………. 37

BABIII ANALISIS CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL

PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN .......................................... 39

3.1 Citra Diri Wanita ...................................................................... 39

3.1.1 Citra Diri Wanita Tokoh Nisa dalam Aspek Fisik ......... 40

3.1.2 Citra Diri Wanita Tokoh Nisa dalam Aspek Psikis ....... 45

3.2 Citra Sosial Wanita ................................................................... 47

3.2.1 Citra Sosial Wanita Tokoh Nisa dalam Keluarga ........... 47

3.2.2 Citra Sosial Wanita Tokoh Nisa dalam Masyarakat ....... 54

3.3 Rangkuman……………………………………………………. 58

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 60

4.1 Kesimpulan ................................................................................. 60

4.2 Saran ........................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63

Page 16: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

xv

LAMPIRAN SINOPSIS .................................................................................. 64

BIODATA PENULIS ...................................................................................... 67

Page 17: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Karya sastra, termasuk novel, pada hakikatnya adalah benda mati yang dari

dirinya tidak bermakna dan tidak dapat di jadikan objek estetika selama karya sastra

itu tidak disentuh, tidak dibaca, dan tidak diberi makna oleh pembaca. Teeuw

(1984:191) menyebutnya sebagai artefak dan ia berpendapat bahwa karya sastra itu

dapat dibandingkan dengan peninggalan purbakala yang menuntut keterlibatan

arkeologi dalam memberikan makna pada peninggalan itu. Upaya membarikan

makna pada karya sastra dikenal dengan istilah konkretisasi sastra. Pradopo

(1995:106) menyatakan bahwa, pemberian makna pada karya sastra atau proses

konkretisasi sastra itu merupakan usaha untuk menjadikan sastra sebagai sesuatu

yang berguna bagi masyarakat pembacanya. Hal ini menyebabkan peranan pembaca

menjadi sangat penting dalam pemberian makna pada karya sastra.

Seorang pembaca dalam memaknai suatu karya sastra turut dipengaruhi oleh

berbagai situasi dan latar belakang sosial budaya masyarakat itu sebabnya karya

sastra lahir dalam konteks sejarah dan sosial budaya. Bangsa yang di dalamnya

sastrawan penulisnya merupakan salah seseorang anggota masyarakat bangsa

(Pradopo, 1995:10). Hal ini berarti pengarang mencipta karya sastra selaku seorang

warga masyarakat menyapa pembaca yang sama–sama dengan dia merupakan warga

masyarakat (Luxemburg, 1984:23). Selain itu, karya sastra dibangun oleh

pengarangnya sebagai hasil rekaman kreatifnya berdasarkan permenungan,

Page 18: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

2

penafsiran, penghayatan hidup terhadap realitatas sosial dan lingkungan

kemasyarakatan tempat pengarang itu hidup dan berkembang (Sumardjo,1982:15).

Dengan demikian, karya sastra merupakan perwujudan latar belakang sosial budaya

masyarakat yang ditampilkan oleh pengarang.

Sehubungan dengan hal tersebut, nyatalah bahwa latar belakang sosial

budaya yang ditampilkan oleh pengarang itu meliputi, tata cara kehidupan, adat

istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan

santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat, cara berpikir, dan cara memandang

segala sesuatu atau perpektif kehidupan (Waluyo,1994:52). Selanjutnya, kenyataan

sosial budaya masyarakat tentu saja tidak boleh dipaksakan atau di reka-reka sendiri

dan apa adanya dalam menunjukan latar belakang sosial budaya, sedangkan jalan

cerita, tokoh- tokoh dan alur cerita merupakan rekaan pengarang. Pengarang harus

mendokumentasikan keadaan sosial budaya masyarakat karena karyanya adalah

dokumentasi sosial budaya. Lewat karya sastra, seorang pembaca dapat memahami

latar belakang sosial budaya masyarakat (Waluyo, 1994:54).

Untuk itulah, pembaca yang terpelajar dan budaya dapat menghargai dan

memahami karya sastra, penghargaan terhadap tingkah laku hidupnya. Dengan

demikian, karya sastra yang bernilai baik itu dicari dan dihargai oleh pembaca untuk

penyempurnaan dirinya sebagai manusia. Oleh karena itu, karya sastra yang baik

selalu disimpan sebagai warisan budaya manusia dan para ahli sosiologi sastra

memandang karya sastra sebagai dokumen sosial budaya masyarakat (Waluyo,

1994:52).

Page 19: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

3

Novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy ini sangat

menarik dan baik untuk dibaca. Ketertarikan penulis pada novel ini disebabkan oleh

adanya masalah sosial dan budaya. Selain itu, novel ini mempunyai ciri khas

tersendiri, yaitu adanya unsur citra wanita yang menarik untuk diteliti lebih

mendalam lagi.

Dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy,

peneliti akan menyoroti tokoh Nisa. Tokoh Nisa sebagai tokoh wanita banyak

menggambarkan kehidupan wanita sebagai mahluk individu dan sebagai mahluk

sosial. Wujud citra wanita itu difokuskan pada masalah pikiran dan perasaan wanita

dalam tingkah laku kesehariannya sebagai pribadi, sebagai anggota keluarga dan

sebagai anggota masyarakat. Wujud citra wanita dapat dihubungkan atau di

abstrakkan dengan aspek fisik, aspek psikis, dan aspek sosial budaya dalam

kehidupan wanita yang melatar belakangi terbentuknya citra wanita.(Sugihastuti:

2000). Hal itu menjadi alasan peneliti untuk memilih novel Perempuan Berkalung

Sorban karya Abidah El Khalieqy sebagai bahan skripsi ini dengan menggunakan

pendekatan sosiologi sastra.

Upaya menganalisis novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El

Khalieqy dalam konteks seperti itu dapat dikaitkan sebagai langkah memberi makna

terhadap sebuah karya sastra. Langkah awal memahami karya sastra adalah

menganilisis unsur instrinsiknya meliputi alur, tokoh dan penokohan, serta latar.

Selanjutnya, yang dikaji dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El

Khalieqy ini dalam citra wanita tokoh Nisa.

Page 20: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

4

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana unsur alur, latar, tokoh dan penokohan novel Perempuan

Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy?

1.2.2 Bagaimana citra wanita tokoh Nisa dalam novel Perempuan Berkalung

Sorban karya Abidah El Khalieqy?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini di maksudkan untuk

mencapai tujuan sebagai berikut:

1.3 1 Deskripsikan unsur intrinsik alur, latar, tokoh dan penokohan novel

Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy?

1.3 2 Deskripsikan citra wanita tokoh Nisa dalam novel Perempuan Berkalung

Sorban karya Abidah El Khalieqy?

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1.4.1 Dalam bidang sastra, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

khazanah kritik sastra khususnya bidang sosiologi sastara

1.4.2 Dalam bidang sosial, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan pembaca tentang citra wanita.

Page 21: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

5

1.5 Landasan Teori

1.5.1 Sosiologi Sastra

Karya sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri

adalah suatu kenyataan sosial. Kehidupan itu mencakup hubungan antarmasyarakat,

antarmanusia, antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang (Damono, 1978:3).

Hal ini berarti karya sastra memberikan wawasan kepada pembaca mengenai

kenyataan dalam masyarakat (Luxemburg, 1989:45).

Supardi Djoko Damono dalam sosiologi sastra Sebuah Pengantar Ringkasan

menyatakan bahwa pendekatan sosiologi sastra merupakan perkembangandari

pendekatan mimetik yang memahami karya sastra dalam hubungannya dengan

realitas dan aspek latarbelakang oleh fakta bahwa keberadaan karya sastra tidak

dapat terlepas dari realitas sosial yang terjadi dalam masyarakat.

Pendekatan sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini

oleh beberapa ahli disebut sosiologi sastra istilah itu pada dasarnya tidak berbeda

pengertiannya dengan sosiosastra, pendekatan sosiogis atau pendekatan sosiokultural

terhadap sastra (Damono, 1979:2).

Dalam novel Perempuan Berkalung Sorban dipahami dalam hubungannya

dengan kehidupannya di pesantren yakni sikap mengabdi terhadap hukum-hukum

Islam. Pengabdian Nisa diwujudkan dalam seorang istri yang bertanggung jawab

terhadap suami, seorang istri tidak boleh keluar rumah tanpa suami yang

mendampingi dalam agama Islam hukumnnya haram. Seorang santri dilarang untuk

masuk kedalam bioskop, membaca novel, menonton tv seperti pemikiran orang-

orang kafir. Itu semua adalah di luar dari pedoman Al-Qura’an dan hadist Nabi

Page 22: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

6

Muhammad. Dalam kehidupan sehari-hari harus berdasarkan pedoman Al-Qura’an

hadis Nabi Muhammad

Pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaah metode

yang digunakan adalah analisis teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian

dipergunakan untuk memahami lebih lama dalam gejala sosial di luar sastra

(Damono, 1978:2-3).

Berdasarkan hal itu, penelitian ini menekankan pada penelaah teks sastra

dengan menganalisis strukturnya. Kemudian digunakan untuk memahami gejala

sosial di luar sastra. Analisis struktur karya sastra merupakan pekerjaan pendahuluan

sebelumnya. (Teeuw, 1984:16). Dengan demikian, novel Perempuan Berkalung

Sorban karya Abidah El Khalieqy akan dianalisis tiga unsur instrinsiknya, yaitu alur,

latar, tokoh dan penokohan.

1.5.2 Unsur Instrinsik Karya Satra

1.5.2.1 Alur

Alur adalah rangkaian peristiwa dalam sutu cerita yang disajikan dengan

urutan tertentu. Peristiwa yang diurutkan membangun tulang punggung cerita

(Sudjiman, 1992:29). Pengaluran adalah pengaturan urutan peristiwa pembentukan

cerita- cerita diawali dengan peristiwa tertentu dan berakhir dengan peristiwa tertentu

lainnya, tanpa terikat pada urutan waktu (Sudjiman, 1992:31). Pada umumnya,

sekitar alur cerita terdiri atas tiga bagian, yaitu alur awal, alur tengah, alur akhir.

Alur awal cerita terdiri atas paparan, rangsangan dan penggawatan. Alur tengah

cerita terdiri atas pertikaian, permintaan, dan klimaks. Alur akhir cerita terdiri atas

Page 23: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

7

peleraian dan penyelesaian (Waluyo, 1994:148). Selain itu, ada beberapa hal yang

berkaitan dengan alur cerita yang sering dikatakan hukum dari alur cerita, yaitu sifat

masuk akal atau logis, kejutan, tegangan, kesatuan, dan ekspresi (Kenny via Waloyo,

1994:158).

Teknik penyusunan alur cerita terdiri atas tiga jenis yaitu teknik alur linier,

teknik alur sorot balik, dan teknik alur campur. Teknik alur linier atau terusan adalah

rangkaian cerita berkesinambungan, artinya alur cerita berurutan dari awal hingga

akhir jalinan ceritanya tidak melompat-lompat sehingga mudah diikuti (Waluyo,

1994:154). Teknik alur sorot balik atau flashback adalah rangkaian kronologis

peristiwa-peristiwa yang disajikan di dalam karya sastra disela dengan peristiwa

yang terjadi sebelumnya. Alur sorot balik ini ditampilkan di dalam dialog, di dalam

bentuk mimpi atau sebagai lamunan tokoh yang menelusuri kembali jalan hidupnya,

atau yang teringat kembali kepada suatu peristiwa masa yang lalu (Sudjiman,

1992:33). Teknik alur campuran atau majemuk adalah alur yang mengandung alur

utama dan alur sampingan atau sub alur. Hal ini berarti terdapat perpaduan antar alur

sorot balik denga alur linier (Waluyo, 1994:156).

1.5.2.2 Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah individual yang mengalami peristiwa di dalam berbagai

peristiwa cerita (Sudjiman, 1992:16). Penokohan adalah cara pengarang melukiskan

tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulisnya (Tjahjono, 1988:138) atau penyajian watak

atau penciptaan citra tokoh (Sudjiman, 1992:23) atau pelukisan gambaran yang

Page 24: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

8

dijelaskan tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita (Jones via

Nurgiyantoro, 1995:165).

Berdasarkan fungsi penampilan tokoh dalam cerita, tokoh dapat dibedakan

menjadi dua yaitu tokoh sentral atau tokoh bawahan. Pertama, tokoh sentral meliputi

tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita

kagumi dan salah satu jenisnya secara populer sering disebut hero, tokoh yang

merupakan pengejawatahan norma-norma, nilai-nilai yang ideal bagi kita

(Nergiyantoro, 1995:178). Selanjutnya tokoh antagonis atau tokoh lawan adalah

tokoh penentang tokoh utama dari tokoh protagonis (Sudjiman,c1992:19). Selain itu,

tokoh antagonis dapat dikatakan sebagai tokoh penyebab terjadinya konflik. Tokoh

ini termasuk tokoh sentral dan mewakili pihak yang jahat atau salah

(Nergiyantoro,1995:179). Kedua, tokoh bawahan adalah tokoh yang tidak sentral

kedudukannya dalam cerita. Pemunculannya tokoh bawahan dalam keseluruhan

cerita lebih sedikit dan tidak dipentingkan. Namun, kehadiran tokoh bawahan ini

diperlukan untuk mendukung tokoh utama (Grimes via Sudjiman, 1992:19).

Berikut ini akan dipaparkan tiga metode penting yang dapat digunakan dalam

penyajian watak tokoh. Pertama, metode langsung adalah pelukisan watak tokoh

dimana pengarang memaparkan saja watak tokohnya dan dapat juga menambah

komentar tentang watak analitik (Hudson via Sudjiman, 1992) Kedua, metode tidak

langsung adalah teknik pelukisan watak tokoh pengarang tidak memaparkan watak

tokoh secara langsung, tetapi pembaca dapat menyimpulkan watak tokoh tersebut

dari pikiran, cakapan, dan lakukan yang disajikan pengarang, bahkan juga dari

penampilan fisiknya serta dari gambaran lingkungan tempat tokoh. Jadi, pengarang

Page 25: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

9

dapat juga melukiskan watak tokoh melalui ungkapan, reaksi atau kesan tokoh lain.

Metode ini disebut juga metode dramatik (Kenney via Sudjiman, 1992). Ketiga,

metode kontektual adalah teknik pelukisan watak tokoh pengarang tidak

memaparkan secara langsung, tetapi pembaca dapat mengenal dan memahami watak

tokoh melalui tiga metode tersebut.

1.5.2.3 Latar

Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang terkait dengan

waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Sudjiman,

1992:44). Latar dapat dibedakan menjadi latar sosial dan latar fisik atau material.

Latar sosial mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok-kelompok

sosial dan sikap, adat kebiasaan cara hidup, bahasa, dan lain-lain yang melatari

peristiwa. Adapun yang dimaksud dengan latar fisik adalah tempat di dalam wujud

fisiknya, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya (Hudson via Sudjiman, 1992:44).

1.5.3Citra Wanita

Citra merupakan rupa, gambar, dapat berupa gambaran yang dimiliki orang

banyak mengenai pribadi, atau kesan mental (bayangan) visual yang ditimbulkan

oleh sebuah kata, frase atau kalimat, dan merupakan unsur dasar yang khas dalam

karya prosa dan puisi (Sugihastuti, 2000:45). Citra wanita yang dimaksud dalam hal

ini adalah semua gambaran mental spiritual dan tingkah laku keseharian wanita

(Indonesia), yang menunjukkan “wajah” dan ciri khas wanita sebagai mahluk

individu dan sebagai mahluk sosial (Sugihastuti, 2000:7). Dengan demikian, wanita

Page 26: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

10

dicitrakan sebagai mahluk individu yang beraspek fisik dan psikis dan sebagai

mahluk sosial yang beraspek keluarga dan masyarakat (Sugihastuti, 2000:46).

1.5.3.1 Citra Diri Wanita

Citra diri wanita terwujud sebagai sosok individu yang mempunyai pendirian

dan pilihan sendiri atas berbagai aktivitasnya berdasarkan kebutuhan-kebutuhan

pribadi maupun sosialnya. Wanita mempunyai kemampuan untuk berkembang dan

membangun dirinya. Berdasarkan pada pola pilihannya sendiri, wanita bertanggung

jawab atas potensi diri sendiri sebagai mahluk individu. Citra diri wanita

memperlihatkan bahwa apa yang dipandang sebagai perilaku wanita bergantung pada

bagaimana aspek fisik dan psikis diasosiasikan dengan nilai yang berlaku dalam

masyarakat (Sugihastuti, 2000:113).

Citra diri wanita itu diabstraksikan dari klasifikasi citra fisik dan citra psikis

wanita dalam aspek fisik. Citra diri wanita itu khas dilihat melalui pengalaman-

pengalaman tertentu yang hanya dialaminya dan tidak dialami oleh pria misalnya

melahirkan dan merawat anak, antara lain dapat ditunjukkan oleh fisiknya yang

lembut, lincah, dan lemah (Sugihastuti, 2000:112). Dalam hal ini, citra fisik wanita

yang tergambar adalah citra wanita dewasa, wanita yang sudah berumah tangga.

Selain itu, masa perkawinan juga mengisyaratkan bahwa secara fisik wanita

ditunjukkan sebagai wanita dewasa (Sugihastuti, 2000:85). Dalam aspek psikis,

kejiwaan wanita dewasa ditandai oleh sikap pertanggung jawaban penuh terhadap

diri sendiri, nasib sendiri dan pembentukkan diri sendiri (Kartono via Sugihastuti,

2000:100).

Page 27: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

11

Dalam batas-batas aspek fisik dan psikis di atas, wanita adalah mahluk

psikologis, yang berpikir, berperasaan dan beraspirasi. Aspek psikis wanita tidak

dapat dipisahkan dengan aspek fisiknya. Akibat dari citra wanita yang ditimbulkan

oleh aspek itu, maka psikis wanita pun sesuai dengan fisiknya. Secara psikis, wanita

dicitrakan sebagai wujud tingkah laku. Dengan demikian, aspek fisik dan aspek

psikis adalah yang membentuk citra wanita sebagai mahluk individu yang

mempunyai konsep diri. Wanita mempunyai kesadaran dalam dirinya sendiri, yang

lain dengan pria. Wanita mempunyai persepsi diri terhadap karakteristik fisik dan

psikis ini mempengaruhi penilaian dan pengalaman hidupnya (Sugihastuti,

2000:152).

1.5.3.2 Citra Sosial Wanita

Pada dasarnya citra sosial wanita merupakan citra wanita yang erat

hubungannya dengan norma dan sistem nilai yang berlaku dalam satu kelompok

masyarakat, tempat wanita menjadi anggota dan berhasrat mengadakan hubungan

antarmanusia. Kelompok masyarakat itu adalah kelompok keluarga dan kelompok

masyarakat luas (Sugihastuti, 2000:143). Dalam aspek keluarga, citra sosial wanita

berhubungan dengan peranan sebagai istri, sebagai ibu, dan sebagai anggota

keluarga yang semuanya menimbulkan konsekuensi sikap sosial yang saling

berhubungan antara satu dengan lainya. Sebagai istri misalnya, wanita mencintai

suaminya. Perasaan citra itu terwujud pula pada anak-anaknya, dalam aspek

masyarakat, citra sosial wanita dapat berupa hubungan wanita dengan wanita sendiri,

hubungan dengan pria, hubungan dengan manusia dalam masyarakat pada umumnya.

Hal ini menggambarkan peran wanita karier. Berdasarkan citra wanita dalam aspek

Page 28: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

12

keluarga dan aspek masyarakat, maka keduanya dapat diabstraksikan ke dalam citra

sosial wanita (Sugihastuti, 2000: XV1).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan

Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

sosiologi sastra. Pendekatan ini bertolak dari asumsi sastra adalah cermin kehidupan

masyarakat, pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan ini

disebut sosiologi sastra (Damono, 1978: 2). Pendekatan sosiologi sastra yang

digunakan adalah sosiologi sastra yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan

penelaahaan. Teks sastra (novel) ditelaah struktur pembentukannya untuk

menemukan kebulatan makna yang terkandung di dalamnya. Selanjutnya,

pendekatan ini diterapkan untuk menganilisis novel Perempuan Berkalung Sorban

karya Abidah El Khalieqy yang berhubungan dengan gejala sosial yang ada

kehidupan.

1.6.2 Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran

ilmu yang bersangkutan. Suatu metode dipilih dengan mempertimbangkan

kesesuaiannya, dengan objek yang bersangkutan (Yudiono, 1986:14). Dengan

demikian, metode-metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi ada dua hal

yang analisis digunakan peneliti untuk menganalisis unsur instrisik novel

Perempuan Berkalung Sorban. Metode klasifikasi digunakan peneliti untuk

mengelompokkan sikap perilaku tokoh Nisa ke dalam aspek-aspek citra wanita

Page 29: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

13

sebagai mahluk individual dan sebagai mahluk sosial. Metode deskripsikan di

gunakan peneliti untuk memaparkan dan melaporkan hasil penelitian.

1.6.3 Teknik Penelitian

Teknik yang dipergunakan dalam penalitian ini meliputi dua hal yaitu teknik

simak digunakan peneliti untuk menyimak teks sastra yang telah dipilih sebagai

bahan penelitian. Teknik catat digunakan peneliti untuk mencatat hal-hal yang sesuai

dan mendukung proses pemecahan masalah yang telah dirumuskan. Pencatatan

dilakukan sebagai kelanjutan dari penyimak.

1.7 Sumber Data

Judul Buku : Perampuan Berkalung Sorban

Pengarang : Abidah El Khalieqy

Penerbit :Yayasan Kesejahteraan Fatayat Yogyakarta

Tahuh Terbit : 2001 (Cetakan Pertama)

Tebal Buku : 309 halaman

1.8 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I

merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodelogi

penelitian, sumber data, dan sistematika penyajian. Bab II merupakan analisis unsur

instrinsik novel Perempuan Berkalung Sorban. Bab III merupakan analisis citra

Page 30: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

14

wanita tokoh Nisa dalam novel Perempuan Berkalung Sorban yang meliputi: citra

diri wanita, dan citra sosial. Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan

saran.

Page 31: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

15

BAB II

ANALISIS UNSUR INTRINSIK NOVEL

PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna untuk dapat

menangkap dan memberi makna kepada karya sastra. Peneliti perlu

menganalisisnya dalam menganalisis teks karya sastra itu harus diuraikan unsur-

unsur pembangunannya. Unsur-unsur pembangunan teks novel Perempuan

Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy yang dianalisis adalah alur, tokoh

dan penokohan, dan latar. Dengan menganalisis ketiga unsur instrinsiknya

diharapkan makna keseluruhan novel Perempuan Berkalung Sorban karya

Abidah El Khalieqy dapat dipahami berikut ini akan dipaparkan hasil analisis

ketiga unsur instrinsik.

2.1 Alur

Dalam landasan teori telah disinggung bahwa alur sebuah karya sastra

dapat dibedakan menjadi alur maju dan alur sorot balik. Namun demikian

pengaluran dalam sebuah karya sastra itu dapat mengandung keduanya atau

beralur campuran novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy

tipe pengaluran campuran meskipun alur yang tampak dominan adalah alur maju.

Dengan teknik alur sorot balik diceritakan peristiwa. Peristiwa yang dialami tokoh

utama dan tokoh bawahan ketika para tokoh mengalami berbagai masalah .Secara

Page 32: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

16

sederhana bentuk pengaluran tersebut dapat dilihat melalui peristiwa-peristiwa

dalam setiap babnya.

2.1.1 Bab I

Peristiwa ini merupakan paparan dari bab I ini diawali dengan

penyituasian dengan menggambarkan tokoh dan pelukisan latar, menceritakan

Nisa bersama kedua kakaknya yang bernama Wildan dan Rizal. Mereka bermain

di kebun belakang yang cukup luas, kehidupan di pondok pesantren yang serba

terbatas dalam melakukan suatu kegiatan sebagai anak perempuan Nisa

berkeinginan berlatih naik kuda seperti kedua kakaknya itu. Bapak mengetahui

apa yang sedang Nisa lakukan seharian di ladang bersama Rizal. Nisa

mengabiskan jam main untuk berlatih naik kuda secara diam-diam. Nisa banyak

belajar dengan Mbak May pekerjaan yang bisa dilakukan seorang wanita seperti

mencuci, menyapu, memasak.

2.1.2 Bab II

Bab II ini merupakan rangsangan dan kelanjutan dari peristiwa cerita bab

I. Dalam bab ini penyituasian digambarkan melalui peristiwa yang dialami Nisa.

Mengapa Bapak memberiku nama Annisa, lengkapnya Annisa Nuhaiyyah. Nisa

hanya mengerti bahwa kata itu memiliki arti yang berakal, atau perempuan yang

berpandangan luas. Setelah kepergian Lek Khudhori Nisa sering mengurung diri

di dalam kamar. Rasa enggan melihat dunia luar, matahari tak lagi menyilaukan

pemandangan, semilir angin pegunungan tak mampu lagi mendatangkan rasa

nyaman. Hari-hari telah berlalu melebihi empat minggu surat Lek Khudhori

yang Nisa tunggu-tunggu akhirnya datang juga bersamaan sepucuk surat yang

Page 33: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

17

teramat pendek, ia juga mengirimkan kedua kaset lagu dari penyanyi Mesir yang

sangat terkenal di dunia.

2.1.3 Bab III

Bab ini merupakan pengawatan dan mengandung sorot balik. Dalam bab

ini, penyituasian digambarkan melalui alur, peristiwa cerita yang dialami Nisa

dengan alur sorot balik. Peristiwa tentang pernikahan Nisa dengan Samsudin

yang tidak pernah harmonis selalu ada masalah dalam rumah tangga Nisa. Ia

berpendidikan rendah dan selalu direndahkan oleh Samsudin. Dengan seenaknya

Samsudin duduk dikursi sambil merokok asap menabrak muka Nisa dan

menyusup kedalam rambut Nisa, menuding mukanya persis di depan hidung jika

mungkin, mengapa tidak? Besok Nisa mulai kembali sekolah dan suatu saat Nisa

pun sarjana, dimana otak Nisa akan dipenuhi ilmu yang dapat menentukan, mana

sampah dan mana mutiara. ”Samsudin bukan Lek Khudhori yang bisa dapat

merasa nikmat! Samsudin hanya seorang penjagal bodoh!” Dengan ringan tangan

Samsudin menampar wajah Nisa sampai lebam (hlm.131). Hati Nisa terpukul

dengan kelakuan Samsudin tiba-tiba Samsudin membawa seorang wanita lain

kedalam rumah tangga Nisa, perkawinan yang telah dijodohkan oleh kedua

orang tua Nisa dan Samsudin.

2.1.4 Bab I V

Peristiwa ini merupakan penyelesaian, klimaks bergerak terus dari bab III

menuju bab IV, bab V merupakan penyituasian peristiwa cerita yang

melukiskan lamaran pertama Samsudin kepada Nisa. Penyituasian digambarkan

Page 34: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

18

melalui Nisa yang hidup sebagai janda. Karena Nisa sudah tidak tahan dengan

perilaku Samsudin. Nisa memutuskan untuk bercerai dari Samsudin, Nisa

menerima lamaran Lek Khudhori. Peristiwa ini merupakan awal pemunculan

konflik Nisa mengalami konflik batin, konflik batin itu terjadi karena Nisa masih

trauma dengan kelakuan Samsudin semasa Nisa masih jadi istri. Nisa tidak bisa

membohongi perasaannya dia sangat mencintai Lek Khudhori.

2.1.5 Bab V

Bab V merupakan penyelesaian dan menceritakan Nisa yang mencoba

memberi penjelasan kepada Bapak bahwa ia akan mengakhiri pernikahan

bersama Samsudin. Kini Nisa telah menaiki tangga kebebasaan kembali setelah

terpuruk dalam lubang gelap gua hitam minotaurnya Samsudin. Nisa kembali

bersatu dengan bapak dan ibu serta Lek Khudhori. Nisa menghirup kembali

segarnya udara pegunungan yang bebas polusi, bersama kepodang dan kakatua

Nisa menyanyi. Nisa sudah mempunyai pengganti Samsudin, bukan lain adalah

pamanya sendiri yang bernama Lek Khudhori. Bapak dan ibu akan melihat

dengan pandangan orang tua yang arif oleh kesalahan masa lalu dan penyesalan

yang terus mengiringi. Mereka ingin menebus semua hutang keceriaan masa

remaja Nisa dan membiarkan Nisa mengungkap kesempatan itu untuk Nisa

gunakan menata masa depan bersama Lek Khudhori.

Page 35: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

19

2.1.6 Bab VI

Peristiwa ini merupakan permintaan dan bergerak lurus menuju bab VI

yang menceritakan tentang rencana kehamilan pernikahan yang sudah mereka

bina. Nisa belum yakin dengan dirinya bisa mendapatkan anak dari suami

barunya ini. Perkataan yang pernah dikeluarkan dari Samsudin bahwa dirinya

mandul, tiga minggu kemudian saat Nisa rasakan perut Nisa mulai mual-mual

dan merasa masuk angin berat, setiap hari Nisa minta dibelikan apel Jepang untuk

mengatasi mual. Pada usia kandungan Nisa mencapai lima bulan ibu dan bapak

mengunjungi Nisa dan Lek Khudhori untuk melihat dengan mata kepala sendiri

cerita kehamilan Nisa yang telah Nisa kabarkan melalui surat. Tak sengaja Nisa

memperhatikan wajah Samsudin yang penuh dengan kebencian dan dendam saat

Mba Kalsum dan Samsudin berkunjung kerumah Nisa dan Lek Khudhori untuk

melihat anak Nisa yang baru lahir.

2.1.7 Bab VII

Peristiwa ini merupakan klimaks dan bergerak lurus dalam bab VII

menceritakan meninggalnya Lek Khudhori secara tiba-tiba. Lek Khudhori

meninggal dikarenakan kecelakan mobil. Banyak yang mengatakan kalau

kecelakaan mobil disebabkan oleh Samsudin yang sengaja menaberak Lek

Khudhori. Nisa belum bisa menerima kenyataannya kebahagian belum lama Nisa

rasakan kebersamaan suami dan anak tercinta. Hidup dan mati sepenuhnya di

tangan Allah dan Nisa harus berpisah, sebab Allah memang menghendaki yang

demikian.

Page 36: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

20

2.2 Tokoh dan Penokohan

Berdasarkan fungsi tokoh di dalam cerita dapat dibedakan tokoh sentral

dari tokoh bawahan. Tokoh utama atau protagonis. Protagonis selalu menjadi

tokoh yang sentral di dalam cerita. Ia bahkan menjadi pusat sorot di dalam

kisahan (Sudjiman, 1992:18).

Menurut Sudjiman, Kriteria yang digunakan untuk menentukan para

tokoh bawahan bukan dari frekuensi kemunculan tokoh itu dalam cerita, tetapi

intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa dan peristiwa yang dapat

membangun cerita. (1992:1). Adapun yang dimaksud dengan tokoh bawahan

adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya di dalam cerita, tetapi

kehandirannya sangat diperlukan untuk menunjang atau mendukung tokoh utama

(Sudjiman, 1992:19).

Tokoh Nisa mempunyai keterlibatan yang tinggi dalam setiap peristiwa

yang membangun cerita. Bahkan ia menjadi pusat sorotan dalam kisahan karena

Nisa bersitegang dengan Samsudin. Peneliti dapat melihat bahwa penyelesaian

yang disajikan pada terakhir adalah penyelesaian meninggalnya Lek Khudhori

dikarenakan kecelakaan mobil. Hal ini menunjukkan bahwa Nisa telah berhasil

mendapatkan kebahagian bersama Lek Khudhori untuk memutuskan berumah

tangga dengan suami pilihan Nisa. Nisa menjadi tokoh pemberani dengan

mantan suami dan dikagumi dengan keluarga. Hal itu menyiratkan bahwa tokoh

Nisa merupakan tokoh protagonis.

Nisa sebagai tokoh protagonis banyak mengalami permasalahan yang

disebabkan oleh tokoh Samsudin memiliki istri lebih dari satu, Samsudin merasa

Page 37: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

21

tidak puas hidup bersama Nisa. Dengan metalitas kepribadian yang tidak sehat,

Samsudin telah berbuat jahat dengan Nisa. Hal itu menyiratkan bahwa tokoh

Samsudin merupakan tokoh antagonis. Samsudin dapat dikatakan sebagai

penyebab konflik tokoh Nisa sebagai tokoh protagonis.

Disisi lain keberadaan atau kehadiran tokoh Lek Khudhori, Ibu, Bapak.

diperlukan untuk mendukung tokoh Nisa sebagai tokoh sentral. Nisa sebagai

tokoh sentral memegang peran utama dalam novel Perempuan Berkalung Sorban

karya Abidah El Khalieqy. Tokoh-tokoh yang kehadirannya diperlukan

menunjukkan bahwa Nisa telah berhasil lari dari kehidupan Samsudin karena

rumah tangga yang telah dibinanya tidak berjalan dengan baik.

Pembahasan tentang tokoh dan penokohan dalam penelitian ini hanya

terfokus pada kelima tokoh yaitu Nisa, Samsudin, Lek Khudhori, Ibu, Bapak

Dengan demikian, peneliti akan meneliti dan menganalisis penokohan Nisa,

penokohan Samsudin, penokohan Lek Khudhori, penokohan Ibu, penokohan

Bapak. analisis terhadap kelima cerita itu didasarkan pada novel Perempuan

Barkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy, secara dominan merupakan kisah

tentang tokoh-tokoh tersebut dalam mengahadapi kenyataan hidup dan kehidupan

keluarga.

2.2.1 Tokoh dan Penokohan Nisa

Tokoh Nisa digambarkan oleh pengarang sebagai wanita yang memiliki

kemampuan istimewa dalam menghadapi kenyataan hidup. Kadang Nisa

menangis, meneteskan air mata rindu, mengingat peristiwa dan perhatian yang

telah diberikan pada Nisa. Menikmati kalimat seperti itu, seringkali hati Nisa

Page 38: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

22

bergetar, membayangkan alangkah tingginya kasih sayang yang dicurahkannya

untuk Nisa. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode analitik dan

dramatik di bawah ini:

(1) Kalau saja aku sudah dianggap dewasa olehnya, dan dia bertanya seberapa besar aku merindukannya atau mencintainya sungguh, aku tidak takut untuk menyatakan bahwa cintaku lebih besar lagi ukuran apapun yang dapat di Nisa, kerinduanku padanya telah melarut menjadi darah dalam hidupku. Sehingga juga kekhewatiran dimana gambaran keindahan surya yang selalu membentang dalam khayalku (hlm.88-89). Setelah mendengar perkataan ibu, bapak ingin menjodohkan Nisa dengan

anak sahabat bapak sewaktu tinggal dipesanteren waktu dulu. Alangkah mereka

melewati nasibnya Nisa begitu ringannya mereka menggambar masa depan

semau maunya . Hal ini ditunjukkan pengarang dengan metode analitik dan

dramatik di bawah ini:

(2) ”Anak perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, cukup jika telah mengaji beberapa kitab…Kami juga tidak terlalu keburu. Mengenai kapan dilangsungkannya pernikahan, nanti bisa dirembuk lagi kita sama-sama orang tua…”suara laki-laki itu mempengaruhi (hlm.90). Makin hari Nisa selalu dibuat emosi yang telah dibuat oleh Samsudin

dengan menyebarkan asap ke daerah sensitif Nisa. Tapi Samsudin terus-menerus

tertawa tidak menghiraukan. Nisa sedang emosi dengan kelakuan Samsudin yang

tidak ada rasa hormat kepada istri sedikit pun. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang

dengan metode analitik dan dramatik dalam kutipan di bawah ini:

(3) Ia sengaja menyebar-nyebarkan asap itu dari mulutnya ke mukaku, leher, dadaku, aku berdiri tepat dimukanya kacak pinggang dan menuding mukanya, persis di depan hidungnya.” Hentikan kelakuanmu! Aku pergi dari rumah ini!” Waduh!” Waduh! Galak amat!” Ia tertawa dan terus tertawa melecehkan (hlm. 97).

Page 39: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

23

Setiap hari keributan selalu terjadi dalam rumah tangga Samsudin dengan

Nisa. Samsudin selalu menyiksa Nisa dengan menggunakan kekerasan, Nisa tidak

kuasa menahan rasa sakit yang Nisa rasakan. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang

dengan metode analitik dan dramatik dalam kutipan di bawah ini:

(4) Ia menggeram untuk kemudian mencekik leherku dengan kuat sambil mengeluarkan sumpah dan kata-kata makian. Setelah menampar, mencekik, menjambak rambutku dengan penuh kebiadapan dan melihat tenagaku lemas tidak berdaya, ia pergi sambil meludahi wajahku berkali-kali (hlm.104-105). (5) Aku tidak kuasa bangun dan tidak kuasa menggerakkan badanku karena sakit dan memar di seluruh badanku (hlm.105).

Nisa mencoba memberi penjelasan secara halus dan pela-pelan kepada

ibunya, tetapi ibu tidak bisa mengerti maksud Nisa bahwa dirinya sudah tidak

tahan hidup bersama Samsudin. Nisa menceritakan Samsudin telah menyakiti,

menjambak rambut Nisa. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode

analitik dan dramatik di bawah ini:

(6) ”Tidak ada apa-apa, Bu.Tetapi aku sudah tak tahan. Aku benar-benar sudah tak tahan menghadapinya, hidup bersamanya. Aku tak tahan, Bu ” (hlm.160). (7) ”Sejak malam pertama sampai sekarang tak bosan–bosannya ia menyakiti, menjambak rambutku, menendang dan menempeleng, memaksa dan memaki serta melecehkanku habis–habis (hlm.161).

Nisa tidak sampai hati untuk menceritakkan lebih mendetail kisahku,

apalagi ada luka bekas pukulan Samsudin yang masih tersisa di punggungku. Hal

ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode analitik dan dramatik di bawah ini:

(8) Ibu menyerah dan terlihat sangat terpukul aku tak sampai hati untuk menceritakan lebih detail kisahku, apalagi beberapa luka bekas pukulan Samsudin yanga masih tersisa di punggungku (hlm.164).

Page 40: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

24

Lek Khudhori segala-galanya bagi kehidupan Nisa, selain itu sebagai

inspirasi perjuangan Nisa untuk terus bangkit menghadapi gelombang kehidupan

bersama Samsudin, lelaki yang telah menikahi secara paksa pada dirinya. Satu-

satu cara agar aku tetap bangkit adalah terus bersekolah, paling tidak sampai

sarjana, selagi aku masih bodoh dan kurang pendidikan aku terima caci maki yang

keluar dari mulut Samsudin. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode

analitik dalam kutipan di bawah ini:

(9) Akan sangat berbeda jika Lek Khudhori yang terbayang dibenakku. Seluruh dunia jadi indah dan tersenyum bersamaku. Menghayalkanya membuat semangatku jadi bergirah. Lek Khudhori telah menjadi inspirasi perjuanganku untuk hidup dan bangkit (hlm.113). (10) ”Aku memaksakan diri untuk kembali ke sekolah Tsanawiyah dengan penuh keyakinan bahwa segalanya akan berubah ketika lautan ilmu itu telah terkumpul disini. Tiga tahun terlalu dan kini aku telah lulus dengan menduduki rengking kedua, itu semua berkat dorongan melalui surat-surat Lek Khudhori yang menggemuruh penuh cita-cita” (hlm.56). Nisa adalah gadis cerdas dan pintar banyak tau tentang hukum-hukum

agama Islam. Kalsum banyak belajar tentang agama dengan Nisa. Hal ini

ditunjukkan oleh pengarang dengan metode analitik dalam kutipan di bawah ini:

(11) Aku telah melihat kemampuanmu dan bagaimana perilakumu selama ini, kita mulai belajar berprilaku sebagaimana yang diajarkan oleh ahlak Islam (hlm.124). Terkaburlah air mata dan lukalara Nisa telah menaiki tangga kebahagianku

kembali. Setelah berjuta jam sesak napas dalam kurungan nafsu Samsudin. Hal

ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode analitik dan dramatik di bawah

ini:

(12) Sukmaku melayang ringan menjemput purnama dan gemerlap udara kebebasan. Takaburlah air mata dan dukalara, kini aku telah menaiki dalam lobang gelap gua hitam minotauanya Samsudin (hlm.186).

Page 41: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

25

Nisa menghabiskan masa libur sekolah untuk mencari telur burung dan

berlatih kuda. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode analitik dan

dramatik di bawah ini:

(13) Aku mengabiskan masa liburan sekolah, aku dapat mencari telur burung emprit kesukaanku didahan pepohonan dan berkuda sampai perbatasan desa sambil berburu burung. Tentu saja ia naik kuda lain yang sama besar dan tinggi dengan kuda tungganganku (hlm.18). (14) Masa remajaku dan membiarkan aku menikmati serpiahan bahagia dan berbagai gejolak.melangkah berdua, menyebrangi titian cinta di atas mega-mega (hlm.187). Perasaan Nisa begitu bahagia pada akhirnya Nisa mengandung anak dari

suami tercinta yang bernama Lek Khudhori dan kedua orang tuanya datang

berkunjung ke rumah mereka berdua. Ibu dan bapak terasa tidak percaya ternyata

anak bungsunya tidak mandul. Ibu baru percaya dengan Nisa, bahwa

Samsudinlah yang mursal dan dzalim. Pada akhirnya pukul sepuluh Nisa

melahirkan buah hati mereka Lek Khudhori dengan setia menunggu di

sampingnya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode analitik dan

dramatik dalam kutipan di bawa ini:

(15) Ngidam pada saat mengandung adalah makanan semua buah-buahan yang pernah kulihat dalam mimpiku saat berjalan-jalan disurga Adnan (hlm.280-281). (16) Pada saat usia kandunganku mencapai lima bulan, ibu dan bapak mengunjungi kami untuk melihat dengan mata kepala sendiri serta kehamilanku yang telah kukabarkan melalui surat. Terlihat ibu begitu haru dan gembira dan bapak menggeleng-geleng kepala terus menerus seakan tidak percaya dengan suaminya yang pertama (hlm.281). (17) Pukul sepuluh malam, setelah melalui perjuangan yang luar biasa antaraku dan janinku, bayiku lahir melengking menembus kesadaranku akan makna seorang ibu. Mas Khudhori memeluk dan membelai-belai kepalaku dengan tetes air mata, inilah saat dimana tak ada celah bagi siapa pun untuk memisahkan kami berdua (hlm.288).

Page 42: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

26

Firasat sedikitpun tidak ada dirasakan oleh Nisa tentang suaminya untuk

terakhir kali, tiba-tiba ada telephon yang datang dari rumah sakit. Petugas rumah

sakit memberi kabar bahwa suaminya telah meninggal dunia dan nyawanya tidak

dapat tertolongkan, banyak yang mengatakan bahwa penyebab kecelakan

Samsudinlah yang menabraknya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

metode analitik dan dramatik dalam kutipan di bawah ini:

(18) ”Maaf, Bu.Ini dari rumah sakit. Ingin mengabarkan bahwa polisi mendapatkan suami anda kecelakaan sekitar satu jam lalu dan kini sedang dirawat diruang ICU (hlm.299). (19) Tubuh berselimutkan kain panjang itu wajahnya begitu pucat, matanya terpejam dan diam. Aroma akan makna yang diam, para pelayat yang terus berdatangan dan tatapan mata mereka semua memberi tahuku arti sebuah peristiwa (hlm.303). Hari-hari tanpa Lek Khudhori seperti seorang safir, tak ada dendam yang

Nisa rasakan ini semuanya adalah cobaan dan takdir yang tidak bisa dihindari

oleh umatnya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode analitik dan

dramatik dalam kutipan di bawah ini:

(20) Takdir telah membawa ke sini, ke tengah gelombang kehidupan yang abadi. Bersama Mahbubku tercinta kami baca rangkaian sejarah kehidupan yang tak seluruhnya dapat dimengerti atau dipahami, sebab itu akan sadar, peristiwa demi peristiwa yang kulewati dalam hidup adalah halaman demi halaman ilmu yang tengah kubaca dan kubaca mengerti, hikmah apa yang dikandung olehnya (hlm.305). Berdasarkan kutipan (1) sampai dengan (20) di atas dapat disampaikan

bahwa pengarang menggunakan metode analitik dan dramatik dalam melukiskan

penokohan Nisa. Selajutnya hasil analisis penokohan Nisa ialah tabah

mengahadapi penyiksaan suaminya, tegar pada pendiriannya mampu mencintai

keluarganya dengan penuh kasih sayang, bijaksana dalam mempertahankan

Page 43: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

27

rumah tangga dengan suami barunya dalam usia muda dan rasa sosialnya yang

tinggi.

2.2.2 Tokoh dan Penokohan Lek Khudhori

Tokoh Lek Khudhori mempunyai keterlibatan yang tinggi dalam

kehidupan Nisa dapat membangun cerita. Bahkan Lek Khudhori menjadi

aspirasi hidup bagi Nisa. Pada akhirnya Lek Khudhori menjadi suami Nisa. Lek

Khudhori adalah sosok suami yang membawa kekaguman dan perhatian banyak

wanita. Wataknya terpuji, bertanggung jawab, baik, tidak sombong, menghargai

wanita, pintar, tidak merokok, tidak pemarah ia merupakan lelaki yang

menghormati martabat wanita, kebahagiaan yang baru dia rasakan berakhir

dengan tragedi kecelakan mobil.

Nisa tidak bosan-bosannya diberi pengarahan tentang jilbab, agar tidak

terjadi suatu pelecehan bagi perempuan. Selain itu, untuk menghindari gangguan,

memang tidak ada larangan, tetapi rasa sopanan dan keindahan manusia secara

umum tidak dikehendaki itu. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dalam kutipan

di bawah ini:

(21) ”Seseorang akan menjadi terhormat atau tidak, tergantung bagaimana sikapnya dalam bergaul, dan sikap ini meliputi banyak segi, seperti cara bicara, berpakaian, cara bersopan santun. Baik laki-laki atau perempuan sebenarnya sama saja ukuran kehormatannya” (hlm.48). (22) Aku tahu dan juga merasakan kesedihan dan kesulitan. Mungkin tidak sebagaimana yang kau rasakan. Tetapi semuanya akan kita atasi bersama, sudahlah jangan khawatir mudah-mudahan dengan keberadaanku di sini dapat memberi kekuatan bagimu untuk terus bangkit kita tidak boleh kalah (hlm.149).

Page 44: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

28

Setelah Nisa menikah dengan Lek Khudhori, ia merencanakan untuk

mempunyai momongan. Sebelum terjadi kehamilan terlebih dahulu Lek Khudhori

menanyakan kepada Nisa. Apakah ia Sudah siap hamil, mengingat Nisa sedang

asyik dengan kuliahnya. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dalam kutipan di

bawah ini:

(23) Nisa jika suatu saat Nisa hamil dan mengandung anak kita, apa Nisa merasa sudah siap? Apa mas sendiri belum cepat-cepat punya anak? Bukan begitu,sayang? Tetapi semuanya harus dipertimbangkan dulukan! Mengingat kau sekarang sedang asyik-asyik kuliah, jika kau merasa terganggu dan masih ingin berduaan dengan aku (hlm.212).

Lek Khudhori berusaha untuk memberi penjelasan kepada isterinya

tentang arti sebuah anak dalam perkawinan. Tetapi itu semua bukanlah tujuan

utama dalam rumah tangga, melainkan kedamaian hati, ketentraman dan

tuma’ninah dalam bermasyarakat, itulah tujuan utama dalam menjalankan rumah

tangga. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dalam kutipan di bawah ini:

(24) ”Nisa…,Nisa.Aku mencintaimu diluar dari kepentingan-kepentingan lain selain dirimu dan cinta itu sendiri,dalam pernikahan anak bukanlah tujuan utama.tatapi kedamaian hati,ketentraman dan sikap dalam hidup tuma’ninah dan masyarakat,itulah tujuan utama. Semuanya telah kita peroleh dari pernikahan kita?” (hlm.243).

Lek Khudhori telah memikirkan apa yang telah terjadi setelah Nisa cerai

dengan Samsudin apakah persahabatan ayahnya bisa terjalin lagi dengan baik

dengan Kiai Nasir. Karena kiai Nasir adalah orang yang baik dan tidak suka

menyakiti orang lain. Selain itu, Nisa sendiri sudah lama menanggung semua ini.

Akan lebih buruk dampaknya jika mendiamkan karena ini sudah terlambat

Page 45: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

29

menanganinya jangan dibiarkan berlarut-larut. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang

dalam kutipan di bawah ini:

(25) ”Jika benar berbicara dan musyawarah secara kekeluargaan dan jika benar kiai Nasir itu orang yang baik dan tidak suka menyakiti orang lain,tentunya persahabatan tak terganggu dengan adanya masalah ini”Masalah ini harus segera dibicarakan dan dicari jalan keluarnya,mengingat Nisa sendiri sudah terlalu lama menanggung semua ini…Saya pikir akan lebih buruk dampak bagi Nisa (hlm.181).

Lek Khudhori berjanji dengan Nisa akan menjemput Nisa sebagai

pengantin dalam waktu dekat, Nisa tidak percaya begitu seriusnya Lek Khudhori

melamar. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dalam kutipan di bawah ini:

(26) ”Aku pasti menepati janjiku Nisa.Kalau sekarang aku mau pergi, bukan untuk meninggalkanmu tetapi sebaliknya, untuk menjemputmu sebagai pengantinku dalam waktu yang tidak lama lagi (hlm.196).

Berdasarkan kutipan (21) sampai dengan (26) di atas dapat disimpulkan

bahwa pengarang tidak menggunakan metode dalam melukiskan penokohan Lek

Khudhori. Selanjutnya, hasil analisis penokohan Lek Khudhori ialah orang yang

bijak dalam menjalankan rumah tangga bersama Nisa. Lek Khudhori

menunjukkan kepada mertuanya kalau dia suami yang bertanggung jawab.

2.2.3 Tokoh dan Penokohan Samsudin

Sosok Samsudin digambarkan oleh pengarang berbadan besar, hitam,

mempunyai kuku yang tidak terawat berwarna hitam, tidak bekarja, dan seorang

pemalas. Tidak ada sosok suami yang baik dan bertanggung jawab kepada istri. Ia

suka main wanita, istrinya tidak Cukup satu, melainkan dua. Mereka semua hidup

dalam satu rumah.

Page 46: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

30

Samsudin tidak ingin dinasehatin oleh Nisa. Samsudin menganggap

otaknya sudah penuh dengan ilmu. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan

metode dramatik di bawah ini:

(27) ”Otakku sudah penuh dengan ilmu.Jadi jangan tambah lagi dengan sesuatu yang tidak berguna dari mulutmu nanti bisa pecah. Kau ini lulusan SD berani bertingkah. Tidak bisa kubayangkan jika lulus sarjana. Tuhan pun pasti kau debat juga” (hlm.101). (28) ”Dasar perempuan gila! Apa sesungguhnya yang kau inginkan, Anisa?” Cukup! Cukup, kataku. Aku tak tahan mendengarkan ocehan gilamu! Sudahlah! Sudah, dasar peempuan gila. Aku tidak butuh berbicara denganmu, dengan lidah kasarmu! Aku muak! aku menyesel telah menikahimu.Perempuan sial! Dasar…Mulai hari ini, kita akan tidur terpisah dan jangan coba-coba untuk menasihati lidah ular!” (hlm.116).

2.2.4 Tokoh dan Penokohan Bapak

Bapak adalah sosok seorang bapak yang bertanggung jawab dengan

keluarga, tegas terhadap anak-anaknya yang sudah melakukan kesalahan,

berwawasan luas tentang agama Islam, suka membantu orang-orang kampung di

dekat pondok pesantren milik Bapak. Banyak sahabat–sahabat bapak dengan

berbagi ilmu dengan bapak. Tokoh ayah dapat membangun jalannya cerita dalam

novel Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy. Wajah Bapak

terlihat merah tersorot kedua matanya aku tidak banyak bicara hanya kutundukan

wajah di depan Bapak. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode

dramatik di bawah ini:

(29) Bapak berkacak pinggang, menembak mataku dengan amarah. Kutundukkan wajahku dalam diam (hlm.31). (30) ”Paham, Paham!Kenapa diam! Kenapa tidak kau ceritakan kehebatanmu naik kuda telah menyaingi Tjut Njak Dhien? Kau sok pintar,

Page 47: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

31

Nisa. Apa begitu yang diajarkan bapak dan ibumu selama ini? Pecicilan. Pethakilan kau tidak sadar, kau ini anak siapa?” (hlm.32). (31) ”Sekarang dengar! Mulai hari ini, kau tidak boleh keluar selain ke sekoah dan ke pondok. Jika sekali ketahuan membangkang, Bapak akan kunci kamu di dalam kamar selama seminggu paham?” (hlm.33).

Nisa tidak henti- hentinya kena marah oleh Bapak, Nisa terkenal anak

yang bandel, Nisa dan Lek Khudhori bercanda sehingga terdengar berisik dari

canda tawa mereka berdua. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode

dramatik di bawah ini:

(32) ”Nisa anak macam apa kau ini! sudah banyak orang yang datang untuk mendengarkan pengajian, kok malah cekikikan seperti kuntilanak.Anak tidak sopan santun! Tak tahu adab! Percuma tamat Alquran jika tidak tahu sopan satun!” (hlm.41). Semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah untuk membicarakan

percerain Nisa dengan Samsudin. Mertua Nisa adalah orang baik, dermawan

tidak suka menyakiti orang. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode

dramatik di bawah ini:

(33) Bapak mertua kamu adalah sahabat bapak dan paling dekat dengan bapak semasa kami sama-sama mondok di Tebuireng Beliauitu orangnya baik, dermawan, tidak suka menyakiti hati orang (hlm. 179). (34) ”Sekalipun pembicaraan malam ini sangat darurat,”Masalahnya bukan aku mau atau tidak mau. Tetapi persahabatan” (hlm. 180).

2.2.5 Tokoh dan Penokohan Ibu

Ibu adalah sosok seorang ibu yang sabar, bijaksana dalam mendidik anak.

Ibu banyak memberi pengarahan kepada Nisa sebagai anak perempuan agar sabar

dan tegar menghadapi masalah dengan Samsudin.

Page 48: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

32

Tokoh ibu banyak membantu jalan cerita novel Perempuan Berkalung Sorban

karya Abidah El Khalieqy sebagai tokoh bawahan. Seorang istri yang sudah

bersuami tidak muhrim untuk berpergian sendiri, Nisa sudah berubah banyak

Nisa tidak seperti dulu pernikahan tidak membawa Nisa dewasa. Hal ini

ditunjukkan oleh pengarang dengan metode dramatik di bawah ini:

(35) ”Kau ini perempuan bersuami, bagaimana bisa pergi keluar rumah sendiri tanpa muhrim” (hlm.145). (36) Apanya yang berubah sejak dulu kau bandel dan pernikahan tidak membuatmu dewasa (hlm.146).

Ibu-ibu wali murid yang menanyakan kapan Nisa mendapatkan

momongan tapi selalu ibu yang menjawab. Ibu tidak henti-hentinya mengatai Nisa

anak mursal. Hal ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode dramatik di

bawah ini:

(37) ”Nisa masih terlalu muda jadi ia lebih konsentrasi dengan sekolah dulu.Nantilah kalau sudah cukup ilmunya, baru punya momongan” (hlm.141). (38) Nisa.Kau benar-benar telah menjadi anak mursal kini inilah yang kau dapat setelah kunyah-kunyah dengan bangganya itu? (hlm159).

Ibu menganggap Samsudin laki-laki yang baik dan terhormat

dengan titel Sarjana Hukum dan keturunan Kiai. Ibu menjelasakan bawah

wanita diharuskan menggunakan jilbab jika perempuan keluar rumah. Hal

ini ditunjukkan oleh pengarang dengan metode dramatik di bawah ini:

(39) ”Ya. Tetapi ada apa? Apa yang membuat kamu tidak tahan anakku? Bukankah ia laki-laki yang baik? Dari keluarga Kiai dan sarjana pula? Apa yang kurang dari dirinya, Nisa?” (hlm.160).

Page 49: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

33

(40) Ibu mengatakan perempuan adalah godaan, semacam buah semangka atau buah peer di gurun Sahara. Perempuan adalah sarang fitnah, tetapi laki-laki bukan sarang mafia jika perempuan keluar rumah 70 setan menderap berbaris menyertainya tetapi jika ia membungkusnya dengan kurungan, mata setan akan kesulitan menebak, itu manusia atau guling yang tengah berjalan.Maka selamatlah perempuan sampai tujuan (hlm.45). Berdasarkan kutipan (27) sampai dengan (40) di atas dapat disimpulkan

bahwa pengarang menggunakan metode dramatik dalam melukiskan penokohan

Samsudin, ibu, bapak. Selanjutnya hasil analisis penokohan Samsudin ialah

orang yang mursal dan tidak bertanggung jawab dengan seorang istri, kekerasan

kerap di lakukan dengan Nisa. Tokoh ibu dan bapak adalah orang tua yang

bertanggung jawab, tegas, sabar, mengerti tentang masalah pernikahan anaknya

yang tidak harmonis. Ini sebagai pelajaran sebagai orang tua Nisa.

2.3 Latar Novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy

2.3.1 Latar Tempat

Dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy

terdapat beberapa lokasi yang dipergunakan sebagai landasan tempat penceritaan

antara lain: Kebun belakang, rumah, tidak semua unsur atau tempat ini dianalisis

oleh kerena itu, latar tempat yang dianalisis dalam penelitian ini terbatas pada

lokasi yang erat hubunganya dengan kehidupan para tokoh secara langsung. Hal

ini dilakukan karena pendeskripsian terhadap beberapa latar tempat tidak

dilakukan secara mendetail oleh pengarang. Dengan demikian hal utama yang

diperhatikan dan dilesuri oleh peneliti dalam analisis ini adalah hubungan antara

latar tempat dengan pandangan, karakter dan perilaku para tokoh cerita

Page 50: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

34

2.3.1.1 Kebun Belakang

Kebun merupakan salah satu latar tempat yang mendukung kehidupan

para tokoh cerita. Kebun yang dikelola oleh para tokoh cerita itu mendatangkan

hasil yang banyak. Sebuah latar tempat bermain Nisa untuk menghabiskan jam

bermainnya dengan berlatih kuda, selain itu kebun ini juga untuk berlatih puisi

oleh Lek Khudhori. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan (41) dan (42) di bawah

ini:

(41) “Aku habiskan seluruh jam mainku untuk latihan naik kuda bersama Lek Khudhori dengan merujuk kisah perempuan kembang peradapan yang selalu diceritakannya, aku berhasil naik kuda sampai ke perbatasan Desa Kejoran” (hlm.23). (42) Dan ketika aku bertanya tentang apa yang sedang dia teriakkan dengan semangat ia menerangkan berbagai hal yang berkaitan dengan sastra sehingga aku tahu bahwa Lek Khudhori suka dengan puisi (hlm. 26).

2.3.1.2 Rumah

Rumah dijadikan pengarang sebagai latar tempat utama novel ini. Dalam

novel Perempuan Berkalung Sorban, rumah adalah tempat berkumpul semua

tokoh dan tempat untuk menyelesaikan masalah rumah tangga Nisa dengan

Samsudin. Selain itu, rumah merupakan tempat terjadinya konflik dan kekerasan

dalam rumah tangga. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan (43), (44), (45), dan

(46) di bawah ini:

(43) Tidak ada apa-apa, Bu. Tetapi aku sudah tidak tahan. Aku benar-benar sudah tidak tahan manghadapinya, hidup bersamanya. Aku tak tahan, Bu (hlm. 160). (44) ”Nisa benar mbakyu, yang penting sekarang, kita akan bersama-sama mencari jalan keluar terbaik dari kemelut ini’’ (hlm.163).

Page 51: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

35

(45) Plak! Plak! Ia menampar mukaku bertubi-tubi hingga pipi dan leherku lebam kebiru-biru untuk kali pertama, kucakar wajahnya dan ia membanting badanku ke lantai bunyi gedebuk dan suara berisik di dalam kamar membuat Kalsum curiga (hlm.131). (46) Dan malam pertama sampai sekarang, tak bosan-bosannya ia menyakitiku, menjambak rambutku, menendang dan menempeleng, memaksa dan memaki serta melecehkan habis- habis (hlm.161).

2.3.1.3 Pondok

Pondok adalah tempat mendidik santri putri agar menjadi kaum muslim

yang berguna bagi nusa dan bangsa, khususnya akhlak perempuan dalam

masyarakat dan berumah tangga. Selain itu, Nisa juga diwajibkan mengaji kitab

bersama Mba May dam para santri. Hal itu ditunjukkan oleh pengarang di bawah

ini:

(47) Aku juga diwajibkan mengaji kitab bersama Mba May dan para satri lain yang sedang belajar di pondok kami. Meskipun ikut dengarkan aku mulai berkenalan dengan Uqudulluqumjain, Risalatul Mahidz Akhlaqul-banaati, yang membicarakan tetek bengeng soal perempuan, menstruasi, hubungan suami istri, tanda-tanda perempuan sholeha dan lain sebagainya yang akhirnya kuketahui, bahwa kitab itulah yang selalu menjadi pangan para santri, melebihi kitab fiqih, Alquran atau hadis nabi (hlm.70).

Para santri mulai belajar kitab di serambi pondok. Hal itu ditunjukkan

oleh pengarang di bawah ini:

(48) Ketika jadwal belajar kitab harus dilaksanakan dan bintang di langit mulai bertebaran, para santri mulai bergegas menuju serambi pondok di sebelah kiri, duduk dengan tenangnya telah di letakkan di atas meja kecil di hadapinya (hlm.78).

2.3.2 Latar Sosial Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidapan keluarga yang

kompleks. Kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan,

pekerjaan, moral cara berpikir, dan bersikap serta status sosial karya sastra secara

Page 52: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

36

dominan, novel Perempuan Berkalung Sorban memperlihatkan situasi kehidupan

sosial masyarakat Wonosobo. Seorang anak santri sangat dilarang untuk

menyeaksikan film, membaca novel, pergi ke bioskop para Kiai menganggap itu

mimpi orang-orang kafir. Para Kiai-Kiai memberi pengarahan kepada santri-santri

putri agar tidak terjerumus, agar tidak membaca buku-buku yang bukan dalil Al-

Qur’an dan hadis nabi. Hal ini ditunjukkan dalam kutipan (49) dan (50) di

bawah ini:

(49) Para remaja harus pergi ke gedung bioskop untuk menyaksikan gambaran kemungkaran dan kedlaliman biar dibilang modern. Pak kiai menganggap semua buku yang tidak mengacu pada dalil Al-Qur’an dan hadis Nabi, ya seperti novel-novel, majalah atau cerita-cerita film dan itu semua keluar dari otak dan mimpinya orang-orang kafir (hlm.82-83). (50) ”Jangan sampai kalian terpengaruh, nanti kalian akan terjerumus. Lebih bagus lagi jika kalian sama sekali tidak membaca buku-buku selain kitab pelajaran, apalagi nonton film” (hlm.84).

Berdasarkan kutipan (49) dan (50) dari novel Perempuan Berkalung

Sorban di atas pengarang sebenarnya ini mendeskripsikan tentang pola pikir

orang-orang pesantren dengan pola pikir masyarakat umum agar orang-orang

pondok tidak terlihat kolot dengan adanya teknologi yang modern.

Page 53: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

39

BAB III

ANALISIS CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN

Setelah novel Perempuan Berkalung Sorban dianalisis secara struktural

dalam bab II. Maka hasil analisis tersebut, selanjutnya, akan digunakan untuk

membantu dalam analisis citra wanita tokoh Nisa. Analisis citra wanita yang

dimaksud dalam hal ini ialah semua gambaran spiritual dan tingkah laku ke

seharian tokoh Nisa yang menunjukkan wajah dan ciri khas wanita. Pembahasan

mengenai citra wanita tokoh Nisa ini akan dibagi menjadi dua bagian, yaitu citra

diri wanita yang beraspek fisik dan psikis dan citra sosial wanita yang beraspek

keluarga dan masyarakat berikut ini akan dipaparkan hasil analisis citra wanita

tokoh Nisa dalam novel Perempuan Berkalung Sorban.

3.1 Citra Diri Wanita

Citra diri wanita terwujud sebagai sosok individu yang mempunyai

pendirian dan pilihan sendiri atas berbagai aktivitasnya berdasarkan kebutuhan

pribadi maupun sosialnya. Wanita mempunyai kemampuan untuk berkembang

dan membangun dirinya. Berdasarkan pada pola pilihannya sendiri sebagai

mahluk individu citra diri wanita memperlihatkan bahwa apa yang dipandang

sebagai perilaku wanita tergantung pada bagaimana aspek fisik dan aspek psikis

diasosiasikan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat (Sugihastuti,

2000:113). Berikut ini akan dipaparkan citra diri wanita tokoh Nisa dalam aspek

fisiknya dan psikis.

Page 54: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

40

3.1.1 Citra Diri Wanita Tokoh Nisa dalam Aspek Fisik

Citra diri wanita tokoh Nisa dalam aspek fisik merupakan hal yang akan

dikaji dalam subab ini keadaan fisik tokoh Nisa dapat mendukung kejelasan

identitas. Citra diri wanita itu dengan diketahuinya keadaan fisik tokoh Nisa itu

dapat diperoleh gambaran diri wanita yang khas dalam novel Perempuan

Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Berikut ini akan dipaparkan satu

demi satu keadaan tokoh Nisa dalam aspek fisiknya.

Dalam aspek fisik, citra diri wanita tokoh Nisa dapat digambarkan sebagai

wanita dewasa sebelum hidup berumah tangga tokoh Nisa secara fisiknya

digambarkan sebagai gadis remaja dalam perjalanan usianya mencapai taraf

dewasa secara fisik. Tokoh Nisa digambarkan sebagai wanita yang berusia lima

belas ketika ia lulus Tsanawiyah. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan:

(51) Aku memaksakan diri untuk kembali ke sekolah Tsanawiyah dengan penuh keyakinan bahwa segalanya akan berubah ketika lautan ilmu itu telah berkumpul disini, atas nama perubahan, aku lahap semua apa yang diajarkan para guru dengan serius. Tiga tahun berlalu dan kini aku lulus dengan menduduki rangking kedua (hlm. 114).

Selanjutnya, masa perkawinan juga menunjukkan bahwa tokoh Nisa secara

fisik digambarkan sebagai wanita dewasa. Hal itu terlihat melalui kutipan Nisa

agar perkawinan dirinya dengan Samsudin dilangsungkan tidak lama. Setelah

Samsudin lulus menjadi Sarjana, kutipan (52) berikut mengungkapkan hal

tersebut:

(52) “Sebenarnya, Annisa itu masih terlalu muda jika orang melihat sosok tubuhnya memang seperti anak usia lima belas. Padahal usia sebanarnya baru sepuluh tahun ia masih terlalu bodoh dan banyak naifnya dalam bergaulan hidup. Bukankah begitu, Bu?” Suara Bapak terdengar agak jelas.

Page 55: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

41

“Memang benar,” Ibu menimpali, ”Annisa masih harus banyak belajar untuk mengerti hidup, juga untuk persiapan di hari depannya kelak”. “Tetapi anak perempuankan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, cukup jika telah mengaji beberapa kitab… Kami juga tidak terlalu keburu, ya… Mungkin menunggu sampai Udin wisuda kelak, yang penting… Kita sepakat untuk saling menjaga. Mengenai kapan dilangsungkannya pernikahan, nantikan bisa dirembug lagi. Bukan begitu, pak Han? Kita ini kan sama-sama orang tua…,” Suara laki-laki sang tamu mempengaruhi (hlm. 90). Sesudah hidup berkeluarga, tokoh Nisa secara fisik digambarkan sebagai

wanita dewasa yang dicirikan oleh hal-hal yang khas dan perkawinan. Pertama

tidak dikaruniai anak, dikarenakan Nisa mengalami penurunan kesuburan.

Berkali-kali Samsudin mencemooh Nisa sebagai perempuan mandul, frigid, dan

egois, Nisa pun berharap ia menceraikan Nisa secepatnya, tak lama kemudian

Nisa sudah tidak tahan hidup bersama Samsudin Nisa memutuskan untuk

bercerai, Nisa menerima lamaran Pakleknya sendiri untuk dijadikan suami. Hal-

hal yang khas itu ialah hamil, melahirkan, dan merawat anaknya. Realitas fisik itu

dialami tokoh Nisa yang melahirkan Mahbub kutipan (53) berikut menunjukkan

hal tersebut:

(53) Kini aku yang gelagapan sebenarnya aku belum siap dengan rencana pernikahan yang kedua kali. Sekalipun mencintainya, tak berarti bahwa aku ingin cepat-cepat menikah dengannya. Seminggu kemudian, keputusan itu kuambil dan Lek Khudhori mengkhitbahku untuk selang waktu seminggunya lagi kami pun menikah dengan sederhana sekali. Tiga minggu kemudian saat kurasakan perutku mulai mual-mual dan terasa masuk angin berat, setiap hari aku minta dibelikan apel Jepang untuk mengatasi mual-mual dan nafsu makanku yang turun dratis. Pada saat usia kandunganku mencapai lima bulan, ibu dan bapak mengunjungi kami untuk melihat dengan mata kepala sendiri cerita kehamilanku yang tepat pukul sepuluh malam, setelah melalui perjuangan yang luar biasa antaraku dan janinku, bayiku lahir melengking menebus kasadaranku akan makna seorang ibu. Aku menangis haru dan terlelap sesaat oleh rasa lelah dan puas kelahiranku itu (hlm. 281-288).

Page 56: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

42

Secara fisik pula, tokoh Nisa digambarkan sebagai seorang wanita yang

memiliki wajah cantik. Kecantikan yang dimiliki tokoh Nisa banyak

mengundang perhatian para laki-laki dikampusnya kutipan (54 ). Dalam aspek

fisik, tokoh Nisa juga digambarkan sebagai individu yang secara kodrat lemah

tetapi kenyataan hidup Lek Khudhori membuat tokoh Nisa semakin teguh pada

pendiriannya. Realitas fisik tersebut dialami tokoh Nisa yang merasa rapuh akibat

ditinggal meninggal oleh Lek Khudhori yaitu suaminya. Nisa memiliki ketegaraan

dalam menghidupin anaknya semata wayang kutipan (50) berikut

mengungkapkan hal tersebut:

(54) ”Memang Nisa itu baik, pandai dan cantik pula tidak ada yang kurang darinya. Sejak dalu aku meliat kecerdasanmu saat kau mendebat Kiai Ali. Seorang aktivis sebuah organisasi mati-matian mendekatiku dan Mencoba meraih hatiku. Aku selalu terauma dengan Samsudin, tidak sedikitpun kuhiraukan pembicaraannya. Sebab itu aku sadar, peristiwa demi peristiwa yang kulewatidalam hidup adalah halaman demi halaman ilmu yang tengah kubaca dan kucoba mengerti, hikma apa yang terkandung olehnya. Hidup dan mati sepenuhnya di Tangan Allah dan jika kami harus berpisah, sebab Allah memang Menghendaki yang demikian” (hlm.202-305). Kenyataan fisik dari kutipan (55) dan (56) itu telah menempatkan

tokoh Nisa sebagai individu yang lemah dan membutuhkan perlindungan dari

seseorang pria yang bertanggung jawab terhadap istri tidak melakukan kekerasan

dalam menjalankan rumah tangga. Nisa siap untuk memutuskan untuk menikah

dengan pamannya yaitu Lek Khudhori.

Dalam aspek fisik pula, tokoh Nisa digambarkan sebagai wanita dewasa

yang memiliki kesadaraan tentang perubahan dirinya dari masa kanak-kanak dan

semakin dewasa akan waktu . Ia mengerti perubahan usia sebagai sesuatu yang

harus di jalani, Hal itu ditunjukan dalam kutipan (55) dan (56) di bawah ini:

Page 57: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

43

(55) “Sejak saat ini, kau bukan lagi kanak-kanak, Nisa.Darah haid pertama telah menandai batas masa kanak-kanakmu menuju usia dewasa sejak hari ini, kau adalah mukallaf semua hukum agama harus dilakasanakan sebagaimana mestinya kau sudah dewasa sekarang! jangan bertingkah seperti kanak-kanak kau juga harus mulai mengaji kelak dengan tekun. Jangan membikin ulah macam-macam disaat mengaji. Hormati pak Ali dan jaga sopan santun. Atas dukungan ibu dan Wildan juga atas pertimbangan bahwa kondisiku kurang baik untuk tinggal terlalu lama tanpa aktivitas setelah menjadi janda aku berangkat ke Yogyakarta untuk melanjutkan sekolah aku merasa kemerdekaan hidup mengobsesi sekian lama dalam benakku. Toh aku sudah dewasa kini (hlm. 92-93 ). (56) “Nisa sekarang ini aku merasa, tak ada lagi yang mesti kita tunggu, Kurasakan pula, kebutuhan untuk itu sampai pada tingkatan wajib. Bagaimana menurut Nisa?”Kukatakan pertikahan ini dalah masa kemerdekaan hidup (hlm.211). Berdasarkan kutipan (51), (52), (53), (54), dan kutipan (55), (56) di

atas dapat disimpulkan bahwa citra diri wanita tokoh Nisa dalam aspek fisik

tergambar sebagai wanita dewasa yang mengalami peristiwa hamil, melahirkan,

dan merawat anaknya. Selain itu, tokoh Nisa secara fisik digambarkan sebagai

wanita mandiri. Hal ini terwujud dari kemampuannya untuk berkembang dan

membangun diri berdasarkan pola pilihannya sendiri. Tokoh Nisa bertanggung

jawab dan mampu membangun keluarga sejahtera. Meskipun secara kodrat

wanita itu lemah, ia digambarkan sebagai wanita yang memiliki wajah cantik.

Selanjutnya setelah hidup berkeluarga, tokoh Nisa digambarkan sebagai

wanita dewasa yang dicirikan secara khas. Lek Khudhori adalah segala-segalanya

bagi kehidupan Nisa, selain itu sebagai inspirasi perjuangan Nisa untuk terus

bangkit menghadapi gelombang kehidupan bersama Samsudin. Hal itu

ditunjukkan dalam kutipan (57) di bawah ini.

(57) Akan sangat berbeda jika Lek Khudhori yang terbayang dibenakku. Seluruh dunia jadi indah dan tersenyum bersamaku. Mengkhayalkannya

Page 58: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

44

membuat semangatku jadi bergairah Lek Khudhori telah menjadi inspirasi perjuanganku untuk hidup dan bangkit (hlm.113).

Kutipan (57) itu telah menempatkan tokoh Nisa sebagai wanita dewasa

yang mempunyai segala-galanya bagi kehidupannya dan dia membutuhkan calon

suami yang baik dan sebagai inspirasi hidupnya. Semua itu dia dapatkan dari

sosok Lek Khudhori sebagai penyemangat untuk selalu bangkit dari kekerasan

Samsudin.

Secara fisik pula tergambar sebagai seorang wanita yang dewasa memiliki

kegembiraan yang terlihat dari air mata yang keluar dan lukalara Nisa telah

menaiki tangga kebahagianku kembali. Setelah berjuta jam sesak nafas dalam

kurungan nafsu Samsudin. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan (58) dibawah ini.

(58) Sukmaku melayang ringan menjemput purnama dan gemerlap udara kebebasan. Tak kaburlah air mata dan dukalara, kini aku telah menaiki dalam lubang gelap gua hitam minotaunya Samsudin (hlm.186). (59) Aku menghabiskan masa libur sekolah, aku dapat mencari telur burung emprit kesukaanku didahan pepohonan dan berkuda sampai perbatasan desa sambil berburu burung. Tentu saja ia naik kuda lain yang sama besarnya tinggi dengan kuda tungganganku (hlm.18). (60) Masa remajaku dan membiarkan aku menikmati serpihan bahagia dan berbagai gejolak melangkah berdua, menyeberangi titihan cinta di atas mega-maga (hlm.187). Berdasarkan kutipan (58), (59), dan (60) dapat disimpulkan bahwa tokoh

Nisa mengalami kebahagiaan yang selama ini yang ingin dia rasakan, bahwa citra

diri tokoh Nisa dalam aspek fisik tergambar sebagai wanita yang dewasa, tokoh

Nisa ingin keluar dari siksaan Samsudin kini dia sudah mendapatkan tangga

kebahagiaan air mata Nisa tidak dapat di bendung lagi. Dia merasa kebebasaan ini

semua berkat Lek Khudhori yang telah membantunya.

Page 59: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

45

3.1.2 Citra Diri Wanita Tokoh Nisa dalam Aspek Psikis

Citra diri wanita tokoh Nisa dalam aspek psikis merupakan hal yang akan

dikaji dalam subab ini. Keadaan psikis tokoh Nisa dapat mendukung kejelasan

identitas diri wanita itu. Dengan diketahuinya keadaan psikis tokoh Nisa itu dapat

diperoleh gambaran diri wanita yang khas dalam novel Perempuan Berkalung

Sorban karya Abidah El Khalieqy. Berikut ini akan dipaparkan satu demi satu

keadaan tokoh Nisa dalam aspek psikisnya.

Dalam aspek psikis, citra diri wanita tokoh Nisa digambarkan sebagai

wanita dewasa yang memiliki perasaan dan kepribadian baik. Gambaran perasaan

dan kepribadian tokoh Nisa terlihat melalui tingkah laku dirinya terhadap Lek

Khudhori. Tokoh Nisa dengan kelembutan hatinya menerima lamaran Lek

Khudhori untuk menjadi istrinya. Karakteristik psikis yang dimiliki tokoh Nisa itu

telah menempatkan dirinya sebagai wanita dewasa yang stabil sifatnya. Dengan

kestabilan itu Tokoh Nisa mampu terhindar dari kekerasan Samsudin. Hal itu

ditunjukkan dalam kutipan (61) di bawah ini:

(61) ”Kini aku yang gelagapan. Sebenarnya aku belum siap dengan rencana pernikahan yang kedua kali. Sekalipun mencintainya, tak berarti bahwa aku ingin cepat-cepat menikah dengannya, terlebih saat tengah berada dalam puncak kegairahan untuk kuliah dan berorganisasi kurasakan pula bahwa pengakuan itu begitu tulus dari dalam, keluar dari sekian pertimbangan yang telah di lakukannya. ”Beri aku kesempatan satu minggu untuk memikirkannya,seminggu kemudian, keputusan itu kuambil dan Lek Khudhori mengkhitbahku untuk selang waktu seminggunya kamipun menikah (hlm.209-210).

(62) Ketika perceraian itu akhirnya berlangsung juga, kutatap langit di atas berhamburan bintang-bintang. Takkaburlah air mata dan dukalara kini aku telah menaiki tangga kebebasanku, kembali setelah terpuruk dalam lubang gelap gua hitam minotaurnya Samsudin (hlm.180).

Page 60: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

46

Selanjutnya, psikis tokoh Nisa tergambar sebagai wanita dewasa

yang memiliki pandangan positif terhadap nilai-nilai waktu. Tokoh Nisa

menyadari bahwa segala macam kesibukan dirinya merupakan

pengalaman berharga dalam mencapai cita-cita dan keberhasilan di masa

depan. Hal itu menunjukkan bahwa Nisa berhasil memanfaatkan waktu

dengan sebaik-baiknya kutipan (63) dan (64) berikut akan menunjukkan

bahwa Nisa tidak pernah mentaati waktu, melainkan waktu yang

memburu dirinya kesegala arah.

(63) Bahwa aktivitas kuliah telah membuat kesibukan tersendiri untukku. Lengkaplah jam demi jam kulalui dalam keterpesonaan ilmu dan ke hausanku untuk mendalami segala sesuatu. Kerinduanku untuk pada rumah juga pada Lek Khudhori menjadi berkurang karena kesibukkan kuliah (hlm.198). (64) Dengan organisasi, aku mempelajari cara berorientasi dan manajemen, menguasai massa, juga lobbying dengan menulis, aku belajar menata seluruh gagasan yang kudapat baik di kuliah maupun organisasi, tambah pengalaman dan perenunganku sehari-hari dalam kehidupan nyata. Terlebih jika aku bicara di forum mengenai laki-laki, lidahku menjadi pedas dan kata-kata yang keluar akan semakin pedas lagi dari yang dapat di kira. Jika terjadi debat kusir dengan seorang laki-laki di luar forum lidahku bisa melingkar-lingkar dan seluruh anggota badanku, dari gerakan tangan atau tatapan mata akan ikut mainkan peran untuk membuat lawan bicara menjadi kelengar (hlm.200).

Dalam kesadaran diri Nisa akan waktu, ia merasakan bahwa waktu dalam

dirinya saling bekejaran. Hal itu di tunjukkan ketika ia harus mengatur waktu

dalam kursus dan kuliah. Selain itu, Nisa merasakan bahwa dirinya mampu

mengerjakan sesuatu hal yang di lakukan laki-laki dapat dilakukan dengan

memfokuskan pada pengalaman batin yang dialami tokoh Nisa sebagai tokoh

utama tokoh Nisa dalam mengemban tanggung jawabnya mengalami berbagai

Page 61: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

47

konflik batin tokoh Nisa itu ditunjukkan melalui kedudukannya sebagai mahluk

pribadi dan sebagai mahluk sosial.

3.2 Citra Sosial Wanita

Citra wanita dalam aspek sosial disederhanakan ke dalam dua peran, yaitu

peran wanita dalam keluarga dan peran wanita dalam masyarakat. Peran ialah

bagian yang dimainkan seseorang pada setiap keadaan, dan cara bertingkah laku

untuk menyerahkan diri dengan keadaan ( Wolfman dalam Sugihastuti, 2000:21).

Berikut ini akan dipaparkan citra sosial wanita tokoh Nisa dalam aspek keluarga

dan masyarakat.

3.2.1 Citra Sosial Wanita Tokoh Nisa dalam Keluarga

Citra sosial wanita tokoh Nisa dalam keluarga merupakan aspek yang

akan dikaji dalam subab ini. Kedudukan tokoh Nisa dalam keluarga merupakan

salah satu aspek yang diteliti dengan tujuan untuk mendukung kejelasan identitas

tokoh wanita itu. Dengan diketahuinya kedudukan tokoh Nisa dalam keluarganya

dapat diperoleh gambaran tentang citra wanita yang khas dalam novel Perempuan

Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Berikut ini akan dipaparkan satu

demi satu peran tokoh Nisa dalam keluarga.

Sebagai wanita dewasa, seperti tercitrakan dari aspek fisik dan psikisnya,

salah satu peran yang menonjol adalah peran wanita dalam keluarga, peran

wanita dalam keluarga berhubungan dengan peran tokoh Nisa sebagai ibu dari

anak-anaknya, sebagai istri, dan sebagai anggota keluarga.

Peran umum tokoh Nisa sebagai ibu rumah tangga tergambar dalam

perhatian kepada anaknya. Tokoh Nisa memiliki sifat-sifat menyayangi anaknya

Page 62: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

48

dan memelihara anaknya sampai dewasa. Hal itu tercitrakan melalui keberhasilan

Nisa membina dan mendidik Mahbub anaknya untuk bersekolah sampai

perguruan tinggi. Realita itu membuat kebanggaan dan kebahagiaan rumah tangga

Nisa. Dngan demikian, peran Nisa sebagai seorang ibu dalam pembinaan jiwa dan

pembentukkan hal tersebut. Selanjutnya, sebagai seorang anak Mahbub sangat

berbakti kepada Nisa, ibunya. Mahbub merupakan seorang anak yang berhasil

dalam studinya. Kutipan (65) berikut juga mencitrakan tokoh Nisa sebagai ibu

bertanggung jawab terhadap anak.

(65) Nisa sadar benar akan dirinya. Bukan hanya ia harus sebagai ayah, akan tetapi terutama ia harus mampu menempatkan dirinya sebagai seorang ibu. Saat Mahbub masih kecil, Nisa lebih banyak menghabiskan waktu dirumah. Ia melakukan tugas seorang istri dan seorang ibu secara sebenarnya (hlm. 289).

Dari kutipan (65) itu, tokoh Nisa sesuai dengan perannya sebagai ibu

memperhatikan tanggung jawabnya yang besar kepada anaknya. Naluri keibuan

yang menumbuhkan kasih sayang pada anaknya menjadikan Nisa sebagai wanita

dewasa yang selalu siap untuk melindungi anaknya.Tokoh Nisa memberikan rasa

aman dan lindungan kasih sayang. Hal ini merupakan tanggung jawab seorang

ibu. Naluri keibuannya itu menyebabkan Nisa melakukan tanggung jawabnya

secara sebenarnya, yaitu telaten dan sabar. Tanpa ketelatenan dan kesabaran serta

tanggung jawab yang penuh dari orang tua, Seorang anak berkemungkinan akan

tumbuh dan berkambang secara kurang wajar. Dalam hal ini, Mahbub tumbuh

secara wajar sebagai seorang anak yang berbakti kepada orang tuanya.

Sebagai istri, tokoh Nisa tercitrakan melalui pengabdiannya yang tulus

kepada suami. Dalam hal ini, Peran Nisa sebagai istri adalah perannya sebagai

Page 63: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

49

kekasih bagi suaminya. Nisa sebagai seorang kekasih mencintai suaminya. Selain

itu, Nisa menghargai suaminya dengan penuh kasih sayang. Nisa juga

mengetahui sifat-sifat pria yang menjadi suaminya. Hal tersebut tercitrakan dalam

kutipan (66) dan (67) di bawah ini.

(66) Dalam waktu yang singkat, Nisa sungguh-sungguh dapat mengerti apa dan siapa suaminya. Lelaki yang jujur, sederhana, setia, dan bertanggung jawab (hlm.292). (67) Nisa menghargai suaminya. Penghargaan itu tidak datang dengan paksa dan tidak oleh tekanan, tetapi penghargaan itu datang dengan sendiriny, bahwa ia memuja lelaki itu. Pujaan itukah yang membuat ia menyayangi. Bagaikan ia menyayangi bunga, ia merawat bunga itu dengan tangan perasaan yang lembut dan halus. Bagaikan ia menanting telur atau gelas yang mudah pecah. Ia merawat semuanya dengan hati sayang melimpah kasih (hlm. 293).

Dari kutipan (66) dan kutipan (67) itu, tokoh Nisa sesuai perannya

sebagai seorang istri telah memperlihatkan rasa tanggung jawab dan kecintaannya

kepada suaminya. Dangan adanya sikap seperti itu, dapatlah dikatakan bahwa rasa

tanggung jawab Nisa terhadap suaminya masih ada dalam dirinya.Selain itu,

sebagai seorang istri, Nisa tidak saja menghormati harga dirinya. Dengan begitu,

ia telah ikut menjaga harga diri suaminya, meskipun dirinya mendapatkan tawaran

lamaran untuk menjadi istri dengan seorang aktivis sebuah organisasi.

Sebagai anggota keluarga, tokoh Nisa tercitrakan melalui keterbukaan

dirinya untuk berkonsultasi dan bermusyawarah dengan orang tuanya. Nisa

melakukan hal itu untuk masa depannya untuk menghilangkan status jandanya

dan menerima lamaran Lek Khudhori. Nisa menginginkan untuk berbicara dari

hati ke hati menjawab lamaran Lek Khudhori. Namun hati Nisa benar-benar

menerima lamaran Lek Khudhori untuk merasakan kebahagiaan hidup bersama

Page 64: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

50

suami keduanya. Nisa tidak bahagia dengan perkawinannya dengan Samsudin

ingin memutuskan untuk bercerai. Kutipan (68), (69), berikut mencitrakan tokoh

Nisa sebagai seorang anggota keluarga yang bersifat terbuka dan demokratis.

(68) Seminggu kemudian, keputusan itu kuambil dan Lek Khudhori mengkhitbahku selang waktu seminggunya lagi kamipun menikah dengan sederhana sekali. Status sebagai janda tidak memberi kekuasaan pada bapak untuk menolak keinginanku tetapi agaknya secara diam-diam bapak telah melihat banyak hal yang jauh lebih membanggakan dalam diri Lek Khudhori sekalipun ia masih kerabat kami. Dan orang kampung yang semula menggunjingkan kami, kini diam membisu melihat kenyataan bahwa ia memang benar-benar pemuda yang bertanggung jawab ahlaknya baik dan prestasinya membanggakan (hlm. 109). (69) Hanya berempat mereka berbicara dari hati ke hati. Nisa bersama Wildan, Rizal, ibu, bapak. Secara serius mereka berempat membicarakan sikap mereka terhadap lamaran Lek Khudhori. “Karena kau akan menjalaninya (hlm.110 ).” Dari kutipan (68), (69), tokoh Nisa sesuai perannya sebagai seorang

anggota keluarga telah memperlihatkn keterbukaan dirinya kepada orang tuanya.

Dengan adanya sikap seperti itu, Nisa berusaha mempertahankan nama baik

keluarganya dimata masyarakat. Setelah itu, ia diberi hak oleh ayahnya untuk

menjawab lamaran dari Lek Khudhori itu secara bertanggung jawab. Dalam hal

ini, Nisa harus bertanggung jawab terhadap keputusannya itu.

Berdasarkan kutipan-kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa citra sosial

wanita tokoh Nisa dalam keluarga tergambar sebagai wanita dewasa yang

berhubungan dengan perannya, sebagai istri dan sebagai anggota keluarga.

Semuanya itu menimbulkan konsekuensi sikap sosial yang saling berhubungan

antara satu dengan lainnya. Sebagai istri misalnya, tokoh Nisa mencitai

suaminya.Nisa sebagai keluarga Nisa mempunyai keterbukaan dengan ibunya,

Nisa mencoba memberi penjelasaan apa yang sedang dia lakukan dipematang

Page 65: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

51

sawah bersama Lek Khudhori. Nisa tau betul kalau dirinya seorang janda. Dan dia

harus jaga nama baik keluarga apa yang telah dilakukan bersama Lek Khudhori

di pematang sawah.

(70) “Ibu tahu, Nisa. Khudhori tidak akan melakukan itu kepadamu, apa lagi ditempat seperti itu. Tetapi keakrabanmu dengannya telah menimbulkan kecurigaan masyarakat. Terlebih sekarang ini ingatlah bahwa Nisa. Dan statusmu itulah yang membuat pikiran orang macam-macam dalam penilaianmu sedikitpun saja kau tengah, mereka akan berebutan menggunjingkanmu.” “ Jangan khawatir, Bu. Aku bisa menjaga diri kok. Aku jaga tahu apa yang harus diperbuat. Bahwa masyarakat selalu tidak adil menilai seorang janda, itu juga sudah kuketahui. Memang serba salah jadi perempuan jika janda dilecehkan karena telah gagal membina rumah tangga dan dianggap macam-macam jika sedikit saja bersentuhan dengan urusan mereka” (hlm.190).

Dari kutipan (70) itu, tokoh Nisa mempunyai peran besar dalam

keluarga. Nisa merasa merdeka dalam statusnya sebagai istri yang selalu ada

kehadiran suaminya. Sebagai seorang ibu, Nisa sebagai seorang wanita, Nisa tidak

menggantungkan diri kapada orang lain. Sebaliknya, Nisa berusaha seperti yang

dilakukan oleh kaum pria. Dengan demikian, kedudukan tokoh Nisa sebagai

wanita dianggap sudah mempunyai hak yang sejajar dengan pria.

Nisa mempunyai kekuatan untuk terus bangkit dari siksaan Samsudin.

Tokoh Nisa tergambar sebagai seorang wanita yang ingin memperlihatkan kepada

orang kampung yang semula menggunjingkan kami, kini diam membisu melihat

kenyataan bahwa ia memang benar-benar pemuda yang bertanggung jawab,

ahlaknya baik dan prestasinya. Tokoh Nisa menghirup kebahagiaan bersama Lek

Khudhori. Hal itu telah menempatkannya sebagai wanita yang menghirup udara

kebebasan. Hal itu ditunjukkan dalam kutipan (71) dibawah ini.

Page 66: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

52

(71) Kuhirup kembali kemerdekaan yang ketiga dalam kehidupanku. Yang pertama adalahkemerdekaan saat aku masih kanak-kanak, kemudian yang kedua, saat aku terbebas dari kerangkeng penjaranya Samsudin dan yang ketiga, adalah saat aku menikah dengan Lek Khudhori kukatakan pernikahan ini adalah masa kemerdekaan hidup yang ketiga, sebab dengan menikah, status janda yang rawan gunjingan itu telah lenyap dari hidupku dan kini kebanggaan lain tengah mengisi hari-haruku (hlm.211). Berdasarkan kutipan (71) di atas, tokoh Nisa mempunyai peran besar

untuk bangkit dari siksaan Samsudin, tokoh Nisa memperlihatkan kepada orang

kampung yang semula menggunjing kami, kini diam membisu melihat kenyataan

bahwa ia memang benar-benar pemuda bertanggung jawab.Nisa sebagai seorang

wanita ingin membuktikan kebahagian bersama Lek Khudhori. Hal itu telah

menempatkannya sebagai wanita yang menghirup udara kebebasan.

Tokoh Nisa mencoba memberi alasan kepada suaminya tentang

momongan. Tokoh Nisa sebagai wanita dewasa yang tercitrakan dalam

pernikahan Nisa mempunyai alasan karena Nisa begitu sibuknya dengan kegiatan

kampusnya. Hal itu ditunjukkan oleh pengarang dalam kutipan (61) dibawah ini.

(72) “ Sebab aku lihat, Nisa belum siap untuk itu?” bukankah sekarang Nisa sedang menikmati masa kuliah dan berbagai aktivitas kampus yang menyenangkan? Juga pengembangan bakat menulis dan kursus bahasa. Kalau tidak salah, bukankah dulu Nisa juga belajar tilawah. “ Secara khusus, tidak tetapi ngomong-ngomong, apa Mas sendiri belum ingin kita punya anak?” “ Untuk masalah ini, biar aku serahkan pada Nisa dulu, bagaimana menurut pendapat Nisa?” “ Jadi, misalkan aku belum siap, tidak membuat Mas kecewa?” “ Tentu tidak, sayang? Bukankah ini juga hasil kesepakatan kita berdua? Dan aku lihat, untuk masa sekarang ini, menunda kehamilan adalah lebih baik bagimu” (hlm.238).

Kutipan (72) itu, tokoh Nisa tau betul kedudukannya sebagai istri dari Lek

Khudhori ingin memberi alasan kepada suaminya tentang momongan Nisa benar-

Page 67: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

53

benar sibuk sampai tidak memikirkan tentang momongan. Suaminya selalu

mendesak dan menginginkan anak hasil dari pernikahan.

Peran dalam keluarga, tokoh Nisa sengat memperhatikan keselamatan

saudranya yang hampir kehilangan nyawa kakak kandungnya di blumbang.

Sekuat tenaga tokoh Nisa membantu dan mencari akal agar kakaknya bisa

selamat. Realita itu membuat keduanya senang dan bahagia walaupun Rizal

sedikit marah karena begitu lambannya Nisa mencari pertolongan. Hal tersebut

tercitrakan dalam kutipan (73) dibawah ini.

(73) Tetapi Rizal terus menerus. Menampakkan kakinya kepinggir tanah yang dekat dengan air. Karena terlalu bernafsu atau kurang hati-hati, ia terpeleset dan byurr, kecemplung blumbang. Separuh tubuhnya, dari kaki sampai kedada menjadi tak kelihatan. Setelah memeras akal kuambil sepotong kayu dan mengulurkannya dan aku menarik sekuat tenaga. Agaknya, ketakutan telah memberi tenaga lebih di urat tanganku yang mungil didorong juga keinginan Rizal untuk selamat, kami saling membahu, mencari keselamatan (hlm.04). Dari kutipan (73) itu, tokoh Nisa sebagai adik sekuat tenaga membantu

kakaknya yang sedang kecebur kedalam blumbang, bagaimana caranya dia

mencari akal agar terselamatkan nyawa kakaknya, sesampai di rumah Nisa hanya

diam karena dia mencoba untuk tutup mulut agar kakaknya Rizal tidak dimarahi

oleh bapak. Tetapi bapak tetap marah dengan mereka berdua, baju Rizallah yang

memberi tanda kalau Rizal telah jatuh. Tokoh Nisa nerima amarah bapak karena

dia mencoba menolong dan menghindar dari amarah demi kakaknya.

Dalam acara kedatangan Lek Khudhori dari Kairo. Ibu-ibu wali murid

datang untuk memberi selamat atas kedatangan. Tidak henti-hentinya guncingan

selalu terdengar di telinga Nisa. Tetapi Nisa adalah seorang wanita dewasa yang

Page 68: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

54

selalu menghormati orang tuanya, dan dia harus bisa menjaga emosi. Hal ini

ditunjukkan dalam kutipan (74) dibawah ini.

(74) “ Aku tak tahan dengan guncingan itu. Mulut-mulut usil itu seakan mulut burung menco yang tengah kekenyangan menyantap bangkai dan hendak mengurangi beban perutnya dengan guncingan dan gosip murahan. Mereka bilang katanya Samsudin sudah tidak tahan lagi denganku sebab itu cara yang lain. Kebandelanku ditambah kemandulanku (?) telah mengubah Samsudin menjadi laki-laki brengsek dan tak setia, Kta mereka. Dan kedatangan tanpa Samsudin memperkuat dengan konyol tersebut” (hlm.152). Berdasarkan kutipan (74) itu, tokoh Nisa sesuai peranya sebagai anggota

keluarga mencoba bersabar untuk mendengar guncingan dari mulut ibu-ibu yang

datang menghandiri acara Lek Khudhori.dengan seiringnya waktu ibu-ibu itupun

mulai diam. Tokoh Nisa sebagai wanita dewasa mencoba untuk menenangkan diri

dengan hikmat dia memberi senyum kepada undangan yang lainnya.

3.2.2 Citra Sosial Wanita Tokoh Nisa dalam Masyarakat

Citra sosial wanita tokoh Nisa dalam masyarakat merupakan aspek yang

akan dikaji dalam subbab ini. Penggambaran tentang aspek ini dapat menambah

wawasan kita tentang citra wanita dalam novel Perempuan Berkalung Sorban

karya Abidah El Khalieqy. Hal itu dapat ditentukan berdasarkan keadaan sosial

ekonami tokoh, keturunan, dan tingkat pendidikan tokoh. Tiga aspek itu

mendukung keberadaan tokoh Nisa dalam hubungannya dengan kelompok sosial

masyarakat disekitarnya.

Peranan tokoh Nisa dalam masyarakat antara lain, akan terwujud dalam

pendidikan tokoh. Selain satu hal yang mempengaruhi pendidikan tokoh itu

sendiri adalah tingkat ekonomi tokoh Nisa. Tokoh utama Nisa adalah anak ketiga,

sebagai anak ketiga, Nisa mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya, kedua

Page 69: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

55

kakaknya. Hal itu tidak mengherankan kalau semua keperluan Nisa mendapat

perhatian orang tua, termasuk pendidikannya. Ayah Nisa memberikan peluang

kepada anaknya mengikuti pendidikan formal sampai tingkat sarjana. Untuk

ukuran masyarakat dipesantren, tokoh Nisa dapat digolongkan dalam kelompok

masyarakat terpelajar dan berada.

Selanjutnya, sebagai anak bungsu Nisa tidak akan kekurangan. Orang

tuanya merupakan pemimpin pondok pesantren selain itu, orang tuanya

mempunyai beberapa sawah dan kolam ikan. Hal itu mengungkapkan bahwa

tokoh Nisa termasuk dalam kelompok sosial masyarakat. Pendidikan itu bukan

satu-satunya penentu bagi tokoh Nisa untuk mempunyai sebuah profesi. Dalam

hal tertentu, peranan tokoh Nisa di kampus itu ditunjukkan oleh adanya panggilan

batin hidupnya, panggilan batin itu ditunjukkan oleh tokoh Nisa yang langsung

berhubungan dengan adanya seminar yang diadakan di kampus-kampus, terutama

kaum wanita dengan keahlian berdebat oleh anggota-anggota seminar yang

dibicarakan tentang kekerasaan dalam rumah tangga agar wanita tidak ditindas

begitu saja oleh kaum laki-laki dengan berpandidikan lebih tinggi dari kaum laki-

laki ini adalah pengalaman pahit Nisa dari pernikahan pertamanya. Nisa mencoba

mengajak anggota seminar terutama kaum wanita yang hadir diseminar itu supaya

bangkit dan kedudukan harus sama dengan kaum laki-laki.

Meskipun telah mengenyam pendidikan formal sampai kuliah.Nisa

mendapatkan dukungan dari ibu dan kedua kakak-kakaknya yang lebih dulu

melanjutkan perguruan tinggi. Nisa melanjutkan studinya di fakultas Filsafat.

Alasannya, karena Nisa ingin menambah ilmu yang lebih tinggi lagi. Selain itu

Page 70: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

56

Nisa ikut UKM yang ada di kampusnya atas ajakan seorang teman. Itu semua atas

dukungan Lek Khudhari calon suaminya.

Dengan kutipan (51) itu, tokoh Nisa dicitrakan sebagai wanita terpelajar

yang mempunyai cita-cita dan mempunyai semangat untuk kuliah. Selain itu

dalam menentukan pasangan hidupnya, Nisa mengalami nasib perkawinan karena

dijodahkan oleh orang tua masing-masing pihak. Namun, ia telah mengenal calon

suaminya itu sejak Samsudin datang melamar Nisa. Kutipan (75) berikut

menunjukkan hal itu.

(75) Saat itu aku coba untuk meyakin-yakinkan diri bahwa laki-laki asing yang terlihat dimataku itu adalah seorang sopir yang mengantar salah seorang tamu diantara banyak tamu. Tetapi ibu kembali berbisik cobalah mulai mengaguminya dan jangan cemberut terus separti orang sakit gigi begitu. Tenpa kuketahui apa saja yang telah dirundingkan oleh mereka, mendadak saja aku harus membunyikan kata ‘setuju’ dan ‘ya‘ untuk sesuatu yang sangat gelap. Kemudian aku harus menuliskan tanda tanganku di atas kertas asing yang tak kuketahui apakah isinya (hlm.106).

Dalam aspek masyarakat, citra wanita adalah mahluk sosial, yang

berhubungannya dengan manusia lain dapat bersifat khusus maupun umum

tergantung kepada bentuk hubungannya itu. Hubungan wanita dalam masyarakat

dimulai dari hubungannya dengan santri, Kiai, sampai kehubungan dengan

masyarakat umum termasuk kedalam hubungan orang. Seorang adalah hubungan

wanita dengan pria dalam masyarakat (Sugihastuti, 2000:142).

Berdasarkan hal itu, citra sosial wanita tokoh Nisa tergambar sebagai

wanita yang memiliki martabat tinggi. Dalam status sosial sebagai seorang putri

Kiai pemimpin pondok pesantren Nisa mempunyai peran besar dalam memajukan

pondok pesantren. Hal itu didukung oleh Lek Khudhori sebagai suaminya yang

lulusan Kairo dan mengajar sebagai dosen yang ada di Yogyakarta.

Page 71: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

57

Tokoh Nisa sebagai mahluk sosial dalam kehidupannya memerlukan

manusia lain. Hal itu terlihat dari sikap Nisa yang terarah dalam memihak atau

mendukung objek sosialnya. Pengalaman pribadi wanita tokoh Nisa juga

mempengaruhi penghayatannya tergadap rangsangan sosial, terutama yang datang

dari pria. Sebagai seorang wanita, tokoh Nisa mempunyai hubungan sosial yang

baik dengan pria. Terutama Lek Khudhori Nisa mempunyai kesan dan tanggapan

yang baik terhadap Lek Khudhori kesan dan tanggapan Nisa, yaitu sebagai

seorang pria yang jujur, sederhana, setia, dan bertanggung jawab (kutipan 71).

Selanjutnya, dapat disimpulkan bahwa budaya masyarakat yang

melengkapi tokoh Nisa adalah nilai budaya Wonosobo yang tergambar dalam

novel ini mengutamakan kesetian dan keserasian hidup berkeluarga. Hal itu

menjadi dasar berpijak dan berperilaku tokoh Nisa dalam kehidupan sehari-hari.

Dasar berpijak itu telah menjadikan tokoh Nisa sebagai wanita dewasa yang

tabah dan matang dalam menghadapi golongan hidup keluarganya. Nilai budaya

dalam tradisi perkawinan itu telah mempengaruhui tokoh Nisa dalam

kedudukannya sebagai anak kiai di pondok pesatren Nisa mampu menempatkan

dirinya sebagai seorang wanita yang menghormati dan meluhurkan adat dan

tradisi budaya di masyarakat.

Page 72: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

60

BAB IV

PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan bab-bab di atas, saran.

1.1 Kesimpulan

Pendidikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

sosiolagi sastra yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelaahan.

Pertama-tama analisis yang dilakukan adalah analisis struktural terhadap

novel Perempuan Berkalung Sorban. Hasil analisis struktural digunakan

sebagai dasar untuk menganalisis gejala sosial mengenai citra wanita tokoh

Nisa terhadap citra diri wanita yang beraspek fisik dan psikis serta terhadap

citra sosial wanita yang beraspek keluarga dan masyarakat. Dalam penelitian

ini analisis struktural ditekankan pada tiga unsur intrinsiknya yaitu alur,

tokoh dan penokohan, serta latar.

Hasil analisis secara struktural terhadap novel Perempuan Berkalung

Sorban adalah sebagai berikut: pertama alur, yang digunakan dalam novel ini

adalah alur campur. Mekipun, alur maju, dengan teknik alur sorot balik,

diceritakan peristiwa yang dialami para tokoh. Kedua, tokoh yang ada dalam

novel ini adalah Nisa, Samsudin, Lek Khudhori, Bapak, Ibu. Tokoh

utamanya Nisa, ia juga sebagai tokoh protagonis, sedangkan Samsudin

sebagai tokoh antagonis. Tokoh bawahannya adalah Lek Khudhori, ibu,

bapak. Ketiga, latar yang ada dalam novel ini meliputi latar tempat yaitu,

kebun belakang, rumah, pondok. Latar sosial para santri dapat membangun

hukum-hukum Islam kepada Nusa dan Bangsa.

Page 73: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

61

Hasil analisis secara struktural tersebut digunakan sebagai dasar untuk

deskripsikan citra wanita yang ditunjukkan oleh tokoh Nisa dalam novel

Perempuan Berkalung Sorban karya Abidah El Khalieqy. Pembahasan

mengenai citra diri wanita tokoh Nisa ini terdiri dua hal, yaitu citra diri wanita

yang beraspek fisik dan psikis dan citra sosial yang beraspek keluarga dan

masyarakat. Dalam pelaksanaannya, kedua hal itu saling berkaitan satu sama

lain yang membentuk citra wanita tokoh Nisa.

Selanjutnya, hal yang diperoleh dari analisis citra wanita tokoh Nisa

dapat disimpulkan sebagai berikut. Pertama, citra diri tokoh Nisa dalam aspek

fisik tergambar sebagai wanita dewasa yang mengalami peristiwa hamil,

melahirkan, dan merawat anaknya. Meskipun secara kodrat wanita itu lemah,

tokoh Nisa mampu menyimbangi dirinya dengan pria. Secara fisik pula,

tokoh Nisa digambarkan sebagai wanita yang memiliki wajah cantik, kedua,

citra diri wanita tokoh Nisa dalam aspek psikis tergambarkan sebagai wanita

yang memiliki perasaan dan kepribadian baik. Selain itu, tokoh Nisa memiliki

kecerdasaan dan keahlian khusus. Serta memiliki keputusan yang

bertanggung jawab dan bikjaksana. Ketiga, citra sosial wanita tokoh Nisa

dalam aspek keluarga tergambar sebagai wanita dewasa yang berhubungan

dengan perannya sebagai ibu, sebagai istri, dan sebagai anggota keluarga.

Keempat, citra sosial wanita tokoh Nisa dalam aspek masyarakat tergambar

sebagai wanita yang mempunyai peran besar perkembangan masyarakat

pondok pesantren selain itu, tokoh Nisa mampu menempatkan dirinya

sebagai anggota masyarakat yang menghormati adat tradisi masyarakat.

Page 74: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

62

1.2 Saran

Adanya novel Perempuan Berkalung Sorban ini semakin melengkapi

kesusastraan Indonesia yang telah ada. Novel ini pun cukup menarik untuk di

jadikan bahan bacaan dan pembelajaran karena isi cerita banyak mengandung

pesan-pesan dalam agama Islam yang dapan dijadikan sebagai bahan

permenungan.

Saran ini ditunjukkan pula untuk penelitian selanjutnya, karena penulis

menyadari bahasa sebenarnya masih banyak hal yang dapat digali mendalam

dan novel Perempuan Berkalung Sorban ini. Penelitian mengenai nilai-nilai

di pondok pesantren, meskipun sikap menghormati, rukun dikalangan Kiai

dan keluarga di dalam pondok pesatren. Penelitian itu bias menambah

pengetahuan pembaca untuk memahami isi dari novel Perempuan Berkalung

Sorban karya Abidah El Khalieqy.

Page 75: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

63

DAFTAR PUSTAKA Damono, Sapardi Djoko. 1978. Sosiologi Satra: Sebuah Pengatar Ringkasan. Jakarta:Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud. Hartoko, Dick dan Rahmanto, B. 1986. Pemandu di dunia Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Luxemburg, Jan Van, Mieke Bal, dan Wilem G. Weststeljn. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Penerjemahan: Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia. ------------. 1989. Tentang Sastra. Penerjemehan:Akhadiat Ikram Jakarta Intermasa. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra Metode Kritik dan Penerapannya. Yogyakrta. Rahmanto, B. (Penyadur).1981. Metode Pengatar Saatra, Yogyakarta: Kanisius. Sugihastuti, 2000. Wanita Dimata Wanita: Perspektif Sajak-sajak Toari Heraty. Bandung: Nuansa. Sumardjo, Jokob. 1982. Masyarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya. Teuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Tjahjono, Libertus Tengsoe. 1988. Sastra Indonesia: Pengantar Teori Apresiasi. Ende: Nusa Indah. Waluy, Herman. J. 1994. Pengkajian Cerita Fiksi. Surakarta:Sebelas Maret Universiti Press. Yudiono. K.S. 1986. Telaah Kritik Sastra Indonesia. Bandung: Angkasa. Khalieqy, El Abidah. 2001. Perempuan Berkalung Sorban.Yogyakarta. Yayasan Kesejahteraan Fatayat, 2001.

Page 76: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

LAMPIRAN

Page 77: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

64

Sinopsis

“Tetapi anak perempuankan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, cukup jika

mengaji beberapa kitab, kami juga terlalu keburu, ya mungkin menunggu sampai

si Udin wisuda kelak yang penting kita sepakat untuk saling menjaga mengenai

kapan dilangsungkannya pernikahan, nanatikan bisa dirembug lagi. Bukan begitu

Pak Han? Kita inikan sama-sama orang tua,” Suara laki-laki sang tamu

mempengaruhi.

“Sebenarnya Annisa itu masih terlalu muda jika orang melihat sosok

tubuhnya memang seperti anak usia lima belasan. Padahal usia sebenarnya baru

sepuluh tahun. Ia masih terlalu bodoh dan banyak naifnya dalam pergaulan hidup.

Bukankah begitu, Bu?” Suara bapak terdengar agak jelas.

Laki-laki duduk di kursi rotan sambil mengisap rokok kretek dengan

begitu nikmatnya. Asapnya melayang-layang ke udara memenuhi ruang tamu

maka, sekalipun sudah hampir dua minngu akau tidak masuk sekolah, aku

memaksa diri untuk kembali kesekolah Tsanawiyah. Dengan penuh keyakinan

bahwa segalanya akan berubah ketika lautan ilmu itu telah berkumpul disini,

dalam otakku, aku bergegas masuk mengalami penurunan kesuburan di hadapan

Samsudin atau mungkin lebih parah lagi. Berkali-kali Samsudin mencemoohku

sebagai perempuan mandul, frigid, egois dan berharap ia menceraikanku

secepatnya suatu ketika ia mengancam aku poligami, akupun mengamininya dan

ketika ia membawa seorang perempuan lain kerumah.

64

Page 78: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

65

Baik! Baik! Dengar Samsudin! Pertama , yang inginku katakana adalah

bahwa kau ini laki-laki sakit penyakitmu telah membawamu untuk menukahiku

tetapi pernikahan tidak bisa didasarkan oleh satu penyakit. Sebab itu aku ingin

menghalukmu. Kau dengar sekarang?” Kedua, sekalian waktu kau telah

menyakitiku dan berusaha menularkan penyakitmu padaku.

Plak! Plak! Ia menampar mukaku bertubi-tubi sehingga pipi dan leherku

lebam kebiru-biruan unruk kali pertama, kucakar wajahnya dan ia membanting

badanku kelantai. Bunyi kedebug dan suara berisik di dalam kamar membuat

kalsum curiga.

Aku bersyukur bahwa Samsudin sedikitpun tak tertarik dengan peristiwa

bersejarah ini, hingga bapak dan ibu meributkan kedatanganku.

“ Kau ini perempuan bersuami bagaimana bisa pergi keluar rumah sendiri

tanpa mukhrim hujat ibu.” Tetapi aku sudah minta Samsudin untuk mengantar, ia

tak mau katanya ia lebih baik mengajak jalan-jalan.

Kedatangan Lek Khudhori adalah sebuah pesta lebih meriah dari

syukukuran bapak dari tanah suci. Sejak malampertama sampai sekarang tak

bosan-bosannya ia menyakitiku, menjambak rambutku, menendang dan

menempeleng memaksa dan memaki serta melecehkan habis-habisan”

Ketika perceraian itu berlangsung juga. Kutatap langit di atas berhamburan

bintang-bintang seminggu kemudian , keputusan itu kuambil dan Lek Khudhori

menghitbahku untuk selang waktu seminggunya lagi kamipun menikah dengan

sederhana sekali. Statusku sebagai janda tidak memberi kekuasaan pada bapak

untuk menolak keinginanku.

Page 79: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

66

Tiga minggu kemudian saat kurasakan perutku mulai mual-mual dan

terasa masuk angin berat. Pada saat usia kandungan mencapai lima bulan. Ibu dan

bapak mengunjungi kami untuk melihat dengan mata kepala sendiri cerita

kehamilan yang telah aku kabarkan melalui surat.

Mas Khudhori tak tertolong lagi , kan?” Aku mendesak dan mereka

menggaguk untuk beberapa waktu aku terpana dengan dugaanku sendiri dan

seperti pihak yang terkena sihir, perasaanku kosong dan hampa.

Sekalipun suara-suara itu mengatakan bahwa Samsudinlah yang menabrak

mas Khudhori hingga menyebabkan kematiannya, aku tak perlu menyimpan

dendam kepadanya atau siapun.

Page 80: CITRA WANITA TOKOH NISA DALAM NOVEL PEREMPUAN … · istiadat, kebiasaan, sikap, upacara adat dan agama, konvensi-konvensi lokal, sopan santun, hubungan kekerabatan dalam masyarakat,

67

BIODATA PENULIS

Fitriani lahir pada bulan Maret 1983 di Balikpapan

mengawali pendidikan semenjak duduk di bangku

Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Pasir pada tahun

1987-1988. Di lanjutkan ke jenjang pendidikan dasar

di Sekolah Dasar Patra Dharma 2 Pasir pada tahun

1988-1994 dan dilanjutkan ke Tingkat Pertama Negeri

1 Pasir pada tahun 1994-1998.

Penulis melanjutkan ketingkat menengah atas pada tahun 1998-2001 di sekolah

lanjutan tingkat Menengah Atas Negeri 1 Tanjung (KAL-SEL). Pendidikan

terakhir di tempuh penulis pada tahun 2001 hingga sekarang di jurusan Sastra

Indonesia. Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.