cic hukum dagang (sari kuliah)

69
HUKUM DAGANG Dosen : 1. Prof. Dr. H. Man Suparman S., SH., SU. 2. Lastuti Abubakar, SH., MH. 3. R. Kartikasari, SH., MH. KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG (KUHD) Sejarah Mula-mula pada masa Romawi belum dikenal adanya Hukum Dagang (WvK), maka yang berlaku adalah hukum tidak tertulis para pedagang itu sendiri. → di Perancis lahir Ordonance de Commerce dan Ordonance de la Marine. → ditindaklanjuti dengan kodifikasi Hukum Romawi dalam Code Civil (Hasil kodifikasi Kaisar Yustianus, yaitu Corpus Iuris Civilis) dan Code du Commerce, dikodifikasi dalam WvK/ Wetboek van Koophandeling (Code civil; KUHPerdata). → KUHD dan BW/ KUHPerdata kemudian oleh Belanda diberlakukan di Indonesia berdasarkan asas konkordansi (pasal 131 jo. 163 IS). Pada abad pertengahan → kelas/kelompok pedagang → code civil tidak memadai muncul peraturan diluar code civil → yang disebut hukum pedagang (koop mans recht) → hukumnya tidak tertulis dan lokal. → perkembangan selanjutnya jadi tertulis dan bentuknya statuta. Pada masa perkembangan perdagangan di Prancis : Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005 Campus in Compact – Hukum Dagang 1

Upload: davian-ferdianto-mandiri

Post on 25-Jul-2015

503 views

Category:

Documents


19 download

TRANSCRIPT

Page 1: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

HUKUM DAGANG

Dosen :

1. Prof. Dr. H. Man Suparman S., SH., SU.

2. Lastuti Abubakar, SH., MH.

3. R. Kartikasari, SH., MH.

KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM DAGANG (KUHD)

Sejarah

Mula-mula pada masa Romawi belum dikenal adanya Hukum Dagang (WvK),

maka yang berlaku adalah hukum tidak tertulis para pedagang itu sendiri.

→ di Perancis lahir Ordonance de Commerce dan Ordonance de la Marine.

→ ditindaklanjuti dengan kodifikasi Hukum Romawi dalam Code Civil (Hasil

kodifikasi Kaisar Yustianus, yaitu Corpus Iuris Civilis) dan Code du Commerce,

dikodifikasi dalam WvK/ Wetboek van Koophandeling (Code civil; KUHPerdata).

→ KUHD dan BW/ KUHPerdata kemudian oleh Belanda diberlakukan di Indonesia

berdasarkan asas konkordansi (pasal 131 jo. 163 IS).

Pada abad pertengahan → kelas/kelompok pedagang → code civil tidak memadai

muncul peraturan diluar code civil → yang disebut hukum pedagang (koop mans

recht) → hukumnya tidak tertulis dan lokal. → perkembangan selanjutnya jadi

tertulis dan bentuknya statuta.

Pada masa perkembangan perdagangan di Prancis :

Tahun 1673 M : kodifikasi → ordonance du commerce.

Tahun 1681 M : ordonance du la marine, mula-mula berlaku untuk pedagang,

selanjutnya berlaku untuk setiap orang.

Pada tahun 1807 M : dibentuk code commerce berasal dari ordonance du

commerce dan ordonance dula marine.

Hukum Dagang merupakan bagian hukum perdata atau hukum privat, yaitu

keseluruhan hukum yang mengatur kepentingan-kepentingan perorangan.

Pembagian hukum perdata dalam KUH Dagang dan KUH Perdata → bukan

pembagian asasi → diketahui dari pasal 1 KUHD.

Hubungan KUHPerdata dan KUHD :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

1

Page 2: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

- Sumber terpenting dari KUHD adalah KUHPerdata (bukti; pasal

1 KUHD)

- KUHD adalah KUHPerdata (Hukum perdata) khusus yang

diberlakukan dalam hal perdagangan. Sehingga berlaku asas lex specialis

derogat lex generalis, dengan konsekuensi bahwa :

a. Apabila KUHD tidak mengatur, maka KUHPerdata dapat diberlakukan.

b. Apabila KUHD dan KUHPerdata mengatur, maka yang berlaku adalah

KUHD.

Dasar hukumnya adalah pasal 1, 15, 396 KUHD, dst.

Riwayat KUHD

1/01/1809

code de commerce (Perancis)→ Nederland merupakan jajahan Perancis berlaku di

Nederland ↓

setelah Nederland merdeka

(Belanda)

1 Oktober 1838 diundangkan WvK dengan mencontoh code de commerce

30 April 1847 Stbl. 1847 : no 23 untuk Indonesia ditetapkan WvK (KUHD)

dengan staatsblad 1924 : no 557, KUH Perdata berlaku bagi golongan Timur asing

lainnya dan golongan Tionghoa.

BW dan WvK dengan asas konkordansi (penjajah ke jajahan) diberlakukan di

Indonesia.

Pasal 131 IS jo. 163 IS mengatur hukum yang berlaku, yaitu BW dan WvK

cabang :

I untuk golongan Eropa: berlaku sepenuhnya

II Timur asing

III Bumi Putra

Dasar Berlakunya BW dan WvK

Setelah Indonesia merdeka melalui pasal II AP UUD ’45 → BW dan WvK berlaku.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

2

Page 3: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Asas bahwa BW dan WvK berlaku bagi golongan Eropa bagi golongan lain dengan

jalan dinyatakan berlaku dan penundukan diri.

Bagaimana Dengan SEMA No 3/1963 ?

“gagasan menganggap BW tidak sebagai UU” MA menganggap tidak berlaku.

Pasal 108, 110, 28 (3), 1682, 1579, 1238, 1460, 1603 → secara tegas dianggap tidak

berlaku tidak sesuai dengan Indonesia yang telah merdeka.

Titik tolak BW secara keseluruhan bersifat kolonial

- apakah tidak ada ketentuan yang sifatnya universal

Kalau BW dianggap kolonial, mengapa dipertahankan sebagai kelompok hukum

tidak tertulis?

- sikap yang menganggap BW tidak berlaku sebagai Undang-

undang. Wenangkan MA meniadakan dengan SE (Surat Edaran) ( MA lembaga

yudikatif).

→ praktek peradilan tidak formalitas membuta pada BW, mengikuti perkembangan.

Bentuk Hukum Nasional

Antara lain :

- kodifikasi

- kompilasi (KHI)

- ketentuan-ketentuan yang terlepas

pendapat tentang kodifikasi hukum perdata dan hukum dagang

- dibuat 2 kodifikasi masing-masing

- dibuat satu kodifikasi

Belanda sudah melakukan kodifikasi dengan New BW (NBW)

1919, 1339, 15 KUHD

(keterkaitan KUHD dan KUHPdt)

Hubungan antara BW (KUHPerdata) dengan WvK (KUHD)

Sumber terpenting dari hukum dagang adalah BW, dan hal ini dapat dilihat dari

pasal 1 KUHD yang menerangkan :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

3

Page 4: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

“untuk hal-hal yang diatur dalam WvK sepanjang tidak ada peraturan khusus yang

berlainan, juga berlaku peraturan-peaturan dalam BW”

→ diakui sebagi hubungan hukum khususnya hukum umum (lex special derogat

legi generalis).

Maksud asas tersebut :

1. Bilamana KUHD (WvK) tidak mengatur, maka KUHPdt (BW) bisa

diberlakukan.

2. Bilamana KUHD dan KUHPdt sama-sama tidak mengatur maka yang berlaku

KUHPdt.

→ ketentuan umum mengesampingkan ketentuan khusus.

Sumber hukum

Antara lain :

1. Sumber hukum tertulis

- Yang dikodifikasikan; BW dan WvK (KUHD)

- Yang tidak dikodifikasikan; Undang-undang No. 1 Tahun 1995

Tentang Perseroan Terbatas (Undang-undang PT), Undang-undang No. 14

Tahun 2001 Tentang Paten, Undang-undang No. 15 Tahun 2001 Tentang

Merek, Undang-undang No. 16 Tahun 2001 Tentang Yayasan, dll.

2. Sumber hukum tidak tertulis

Yaitu kebiasaan (dasar hukumnya; pasal 1339, 1346, 1347 KUHPerdata)

3. Yurisprudensi

Merupakan sumber hukum tetapi tidak memiliki kekuatan mengikat.

4. Perjanjian-perjanjian Internasional/ traktat

Missal; GATT, WTO, TRIPs, dsb.

5. Doktrin

Merupakan sumber hukum yang berasal dari ajaran maupun pendapat dari ahli

hukum, namun tidak memiliki kekuatan mengikat. Contoh: tentang status firma.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

4

Page 5: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Hubungan Hukum Dagang Dan Hukum Ekonomi

1. Kegiatan dagang dan kegiatan perusahaan merupakan kegiatan

ekonomi

2. Hukum dagang mengatur kegiatan privat sampai dengan hukum

ekonomi lahir akibat turut campurnya pemerintah dalam masalah perdagangan.

Alasan penghapusan pasal 2 sampai dengan 5 KUHD :

Yang dibahas objeknya hanya barang bergerak saja tetapi pada kenyataannya

objeknya juga ada barang tetap.

Penyebutan istilah pedagang, karena yang melakukan perniagaan tidak hanya

pedagang sedang dalam KUHD yang melakukan perdagangan hanya pedagang.

Inti Hukum Dagang

Antara lain :

1. Pedagang

2. Perbuatan dagang

3. Perikatan dagang

Alasan pasal 2 s/d 5 KUHD dicabut :

1. Pengertian barang pada pasal 3 KUHD hanya meliputi barang bergerak,

sehingga jual beli barang tidak bergerak tidak tunduk pada pasal 2 s/d 5 KUHD.

2. Pengertian perbuatan perdagangan dalam pasal 3 KUHD hanya meliputi

perbuatan membeli, sedangkan menjual adalah tujuan dari perbuatan membeli.

Sedangkan pada pasal 4 KUHD bahwa perbuatan menjual juga termasuk dalam

perbuatan perdagangan, misal; menjual wesel, jual beli kapal, dsb.

3. Menurut ketentuan pasal 2 KUHD, bahwa perbuatan dagang hanya dilakukan

oleh pedagang, padahal pada pasal 4 KUHD juga termasuk komisioner,

makelar, pelayan, dsb.

4. Jika terjadi perselisihan antara pedagang dan bukan pedagang mengenai

pelaksanaan perjanjian, KUHD tidak dapat diterapkan karena KUHD hanya

diberlakukan bagi pedagang yang pekerjaan sehari-harinya melakukan

perbuatan dagang.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

5

Page 6: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

PEMBUKUAN

Dasar hukum

Dasar hukumnya adalah pasal 6 s/d 12 KUHD.

Fungsi pembukuan

Antara lain :

1. Fungsi yuridis; sebagai alat bukti di Pengadilan.

2. Fungsi ekonomis; mengetahui laba/rugi.

3. Fungsi administrasi; memperlancar proses administrasi perusahaan.

4. Fungsi fiscal; menjadi dasar acuan bagi pengenaan pajak.

Dokumen perusahaan

Dokumen perusahaan adalah data, catatan, keterangan yang dibuat oleh perusahaan

atau diterima oleh perusahaan, baik yang tertulis maupun terekam dalam bentuk

apapun.

Dokumen perusahaan terdiri dari : neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

modal, dan laporan harga pokok produksi.

Neraca adalah daftar yang berisikan semua harta kekayaan, utang-piutang, dan

saldo perusahaan.

Laporan perubahan modal adalah ikhtisar perubahan modal yang terjadi selama

periode satu tahun.

Akuntansi adalah suat proses pencatatan data keuangan yang diterima maupun

dibuat oleh perusahaan.

Unsur-unsur perusahaan, antara lain :

1. Terus-menerus

2. Terang-terangan

3. Dalam kualitas atau kedudukan tertentu

4. Mencari keuntungan atau laba

Perbedaan pengertian menjalankan perusahaan dengan menjalankan pekerjaan

adalah :

- Dalam menjalankan pekerjaan tidak ada laba.

- Dalam menjalankan pekerjaan tidak dibebankan pembukuan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

6

Page 7: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

PEDAGANG PERANTARA

Yang diatur dalam KUHD adalah makelar dan komisioner.

Diluar KUHD (dalam praktek), antara lain; pedagang keliling, pemegang prokurasi,

dan afiliasi.

Dalam perkembangan; agen, distributor.

Perantara Dagang : pihak-pihak yang mengikatkan diri kepada prinsipal (pemberi

tugas) untuk melakukan perbuatan hukum atas nama prinsipal.

Prinsipal : pihak yang meminta adalah menyuruh perantara melakukan perbuatan

hukum untuknya .

Hubungan antara “perantara dagang” dengan “prinsipal” adalah hubungan

keperantaraan.

Latar belakang timbulnya perantara :

Karena perkembangan ekonomi seorang pengusaha tidak bisa melakukan sendiri

maka dia memerlukan perantara.

Dasar hubungan prinsipal dan perantara :

1. Adanya pemberian kuasa (1792 BW sd 1819 BW)

adalah suatu persetujuan dengan mana seseorang memberikan kekuasaan kepada

seseorang lain yang menerimanya untuk dan atas namanya menyelenggarakan

suatu urusan (1972).

Kuasa ada 2 : kuasa khusus → untuk perbuatan-perbuatan hukum tertentu.

kuasa umum → dibuat untuk mewakili segala macam urusan.

Catt : penerima kuasa tidak boleh melakukan perbuatan melebihi yang

dikuasakan.

2. Perjanjian perburuhan (1601(a) KUHPdt)

Adalah persetujuan/perjanjian dengan pihak yang satu mengikatkan dirinya

untuk dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan, untuk sesuatu waktu

tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah.

3. Perjanjian pemborongan pekerjaan (1601(b) KUHPdt)

Jenis-jenis perantara

Perantara dalam perusahaan

1. pimpinan perusahaan → dalam hal ini yang bukan pemilik.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

7

Page 8: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

2. pemegang prokurasi → perantara dalam perusahaan yang mewakili owner

untuk menyelenggarakan satu bidang urusan.

3. pengurus filial → pihak adalah perantara dalam perusahaan yang mewakili

pengusaha di satu wilayah tertentu (pimpinan cabang).

4. pekerja keliling → perantara dalam perusahaan yang melakkukan pekerjaan

atas nama prinsipal membuat perjanjian-perjanjian dengan pihak ke-3.

contoh : bagian pemasaran/marketing/sales.

5. pelayan toko → mewakili pengusaha untuk melayani pihak ke 3 di toko.

o Hubungan antara prinsipal dengan perantara dalam perusahaan :

- Hubungan perburuhan (ada atasan ada bawahan)

- Pemberian kuasa

Perantara dagang diluar perusahaan

1. Agen perusahaan : perantara/ pihak yang mengikatkan diri dengan beberapa

prinsipal untuk melakukan perbuatan hukum tertentu.

o Terdapat hubungan distribusi (sejajar) dan hubungan kuasa, hubungan

tetap (selama perjanjian berlangsung), hubungan koordinasi.

2. Notaries : adalah pejabat/ pihak yang berwenang membuatkan akta.

o Terdapat hubungan kuasa.

o Terdapat hubungan pelayanan berkala/tidak tetap bisa juga tetap.

o Terdapat hubunan koordinasi.

3. Pengacara : pihak yang mewakili prinsipal untuk menyelesaikan masalah-

masalah hukum.

o Dasar pengacara bertindak adalah adanya kuasa.

o Terdapat hubungan pelayanan tetap (corporate lawyer) dan tidak tetap

terdapat hubungan koordinasi.

4. Makelar : pihak yang melakukan perbuatan hukum untuk pihak lain (62-73).

Sebelum bekerja makelar harus diangkat (Menteri Keuangan) dan disumpah

(PN setempat), bila tidak diangkat dan disumpah disebut makelar tidak

resmi/calo.

Makelar berkewajiban menyimpan sample sampai berakhirnya perjanjian.

Makelar apabila menjual/membeli harus menjamin sahnya tanda tangan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

8

Page 9: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Makelar wajib membuat pembukuan (pasal 6 KUHD, UU No. 8/1997 →

dokumen perusahaan)

Hubungan : Penerima kuasa biasa → bila tidak resmi

Contoh :

- Bila prinsipal pailit padahal perjanjian belum selesai

Makelar tidak bisa dituntut karena makelar tersebut bertindak atas nama

prinsipal dalam hal meneruskan perjanjian.

Si prinsipal digantikan oleh curator yang memberikan penilaian, bila

layak maka perjanjian akan dilanjutkan/dihentikan.

- Bila makelar pailit maka diterusakan oleh prinsipal sampai/selama

sample masih ada tanda tangan yang sah, jika sample hilang/tanda

tangan tidak sah, makelar bisa diminta pertanggungjawaban.

Hubungan prinsipal dan makelar : Pemberian kuasa dan perjanjian berkala.

5. Commissioner (pasal 76-85 KUHD)

Adalah seorang yang menyelenggarakan perusahaannya dengan melakukan

perbuatan-perbuatan menutup persetujuan atas nama firma atau dia sendiri

tetapi atas amanat dan tanggungan orang lain dan dengan menerima upah

atau profit tertentu.

Commissioner tidak perlu disumpah dan diangkat.

Commisioner punya tanggung jawab besar maka ada jaminan dari prinsipal

untuk memberi komisi yang lebih kalau perbuatannya berlangsung dengan

sukses (del credere) prinsipal pasa commisoner disebut comiten.

C (prinsipal comiten) ↔ A (comisioner) ↔ B (penjual).

C memberi kuasa pada A untuk membeli ↑, tapi uang tidak cukup tapi ↑

sudah ditempati Maka A punya hak retensi (hak untuk menahan barang),

jadi ↑ masih di A karena menggunakan uang A.

Hubungan yang terjadi :

- Pemberian kuasa

- Hubungan berkala

Apabila C pailit maka berlaku hak preference (hak diutamakan/

diistimewakan) untuk A jadi A bukan hanya kreditur konkuren.

6. Expeditur (80 s/d. 90 KUHD)

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

9

Page 10: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Adalah orang atau pihak yang pekerjaannya menjadi tukang menyuruhkan

kepada orang lain untuk menyelenggarakan pengangkutan baik darat dan

laut.

Expeditur : bertanggung jawab sampai barang tiba di tujuan → memiliki

armada pengangkut. Bila tidak ada maka si penguasa menuntut → expeditur

menuntut → maskapai pengangkutan → asuransi (setiap pengiriman barang

terdapat asuransi).

7. Perantara dalam jual beli dalam pasar modal (pialang)

- Dapat menjual/membeli saham atas nama sendiri adalah orang lain

- Kalau untuk orang lain maka bertindak sebagai perantara.

Investor beli ≠ pialang beli ↔ pialang jual ≠ investor jual.

Makelar

Dasar hukumnya adalah pasal 62 KUHD dan 1792 KUHPerdata.

Makelar adalah seorang pedagang perantara yang diangkat oleh pejabat yang

berwenang, menjalankan perusahaan dengan mendapat keuntungan (upah/ provisi)

dan bertindak atas nama pemberi amanat/ prinsipal (pasal 62 KUHD).

Pemberian kuasa adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan

kekuasaan kepada seorang lain, yang menerimanya, untuk dan atas namanya

menyelenggarakan suatu urusan (pasal 1792 KUHPerdata).

Konsekuensi yuridis :

1. Antara prinsipal dan pihak ke-3 (bukan makelar) berhak saling menuntut dalam

pemenuhan prestasi (karena terjadi perwakilan langsung), begitu juga antara

prinsipal dengan makelar.

2. Apabila makelar tidak diangkat oleh pejabat yang berwenang, maka yang

berlaku hanya ketentuan pemberian kuasa.

Komisioner

Dasar hukumnya adalah pasal 76 KUHD.

Komisioner adalah seorang yang menjalankan perusahaan dengan mendapatkan

provisi dan bertindak atas namanya sendiri untuk menjalankan amanat orang lain.

Konsekuensi yuridis antara lain ;

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

10

Page 11: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

1. Antara prinsipal/komiten dan pihak ke-3 (bukan komisioner) tidak dapat saling

menuntut dalam pemenuhan prestasi (karena tidak terjadi perwakilan langsung;

maka berlaku pasal 1340 KUHPerdata), namun antara prinsipal dengan

komisioner tetap dapat saling menuntut.

2. Apabila komisioner bertindak masuk atas nama prinsipal, maka yang terjadi

hanyalah pemberian kuasa (pasal 79 KUHD).

Pedagang keliling

Pedagang keliling adalah pembantu pengusaha yang bekerja keliling diluar toko/

kantor untuk memajukan perusahaan, dengan mempromosikan barang dagangan

atau membuat perjanjian antara pengusaha dan pihak ke-3 (calon pelanggan).

Fungsinya adalah mewakili pengusaha memajukan perusahaan dengan kerja

keliling diluar toko/ kantor.

Dasar hukumnya yaitu pasal 1792 KUHPerdata mengenai pemberian kuasa; pasal

1601 KUHPerdata mengenai perjanjian perburuhan (majikan dan buruh), dan

Undang-undang perburuhan.

Hubungan hukum; tenaga kerja (buruh) yang bersifat subkoordinatif.

Pemegang prokurasi

Pemegang prokurasi adalah pemegang kuasa dari pengusaha untuk mengelola satu

bagian besar/ bidang tertentu dari perusahaan.

Fungsinya adalah pengelola bagian besar/ bagian tertentu dari perusahaan.

Dasar hukumnya yaitu pasal 1792 dan 1601 KUHPerdata dan Undang-undang

perburuhan.

Hubungan hukum; tenaga kerja (buruh) yang bersifat subkoordinatif.

Pengurus Filial (afiliasi)

Pengurus Filial adalah pemegang kuasa yang mewakili pengusaha menjalankan

perusahaan dengan mengelola satu cabang perusahaan yang meliputi daerah

tertentu.

Fungsinya adalah memimpin cabang yang mewakili pengusaha mengelola cabang

perusahaan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

11

Page 12: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Dasar hukumnya yaitu pasal 1792 dan 1601 KUHPerdata dan Undang-undang

perburuhan.

Hubungan hukum; tenaga kerja (buruh) yang bersifat subkoordinatif.

Agen Perusahaan

Agen perusahaan adalah orang yang mewakili pengusaha untuk mengadakan dan

melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga atas nama pengusaha.

Mempunyai hubungan tetap dan koordinatif dengan pengusaha.

Distributor

Distributor adalah orang yang mewakili pengusaha untuk mengadakan dan

melaksanakan perjanjian dengan pihak ketiga atas nama dirinya sendiri.

Mempunyai hubungan tetap dan koordinatif dengan pengusaha.

Distributor hampir memiliki kesamaan dengan komisioner sedangkan agen

memiliki kesamaan dengan makelar.

BADAN USAHA

Skema : Tentang Badan Usaha

Pasal 1618-1652 KUHPdt

Pasal 1338 (1) → asas kebebasan berkontrak

Perusahaan dagang

Perusahaan dagang adalah perusahaan yang didirikan oleh satu orang.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

12

Badan usaha

Perseorangan

Persekutuan/ perkumpulan

PerusahaanDagang

Badan Hukum

Bukan Badan Hukum

Maatschap/ perkumpulan perdata/ perseroan/ persekutuan

Firma (Fa) Komanditer (CV)

PT Koperasi Yayasan

Page 13: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Merupakan perusahaan perorangan, yang dilakukan oleh satu orang, yang

merupakan pengusaha, misal PD. X (bukan perusahaan daerah).

PD merupakan bentuk perusahaan perorangan.

Bentuk perusahaan perorangan secara resmi tidak ada, tetapi diterima dalam praktik

Perusahaan perorangan bukan BH/ perkumpulan tapi dalam lingkungan hukum

dagang dibentuk dalam suasana hukum keperdataan, untuk menjalankan usaha.

Pendirian berdasarkan praktek kebiasaan masyarakat perdagangan di Indonesia.

Unsur-unsurnya adalah antara lain :

- pengusaha perorangan

- timbul dalam praktek

- lingkup keperdataan

- pendiriannya berdasarkan kebiasaan

Prosedur pendirian Perusahaan Dagang :

- Ada akta pendirian → syarat formal

- Izin usaha

- Izin tempat, izin bangunan

- Pendaftaran di PN

Dasar pengaturan perusahaan

- Perusahaan yang diatur dalam KUHPdt :

Perusahaan perorangan

Persekutuan perdata (1618-1652)

- Perusahaan yang diatur dalam KUHD: Fa, CV, PT (PT. sekarang diatur

dalam UU No. 1/1995).

Persekutuan

Persekutuan adalah perusahaan yang didirikan oleh dua orang atau lebih dengan

modal besar (pada umumnya) untuk mencapai tujuan.

Unsurnya antara lain :

- Ada kepentingan yang sama

- Kehendak yang sama

- Tujuan yang sama

- Adanya kerjasama

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

13

Page 14: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Alasan orang melakukan kerjasama

- Untuk memudahkan tercapainya suatu tujuan.

- Untuk memperoleh laba sebesar-besarnya.

Macam-macam persekutuan yang bukan badan hukum

- Persekutuan perdata (maatschap)

- Persekutuan firma

- Persekutuan comanditer (CV)

Persekutuan berbadan hukum

- PT

- Koperasi

- Yayasan

- Dll

Syarat-syarat badan hukum

- Syarat materil

- Syarat formil

Syarat materil

- Ada modal tertentu/ sendiri dipisahkan dari kekayaan pribadi.

- Mempunyai organisasi yang teratur → pengurus, pengawas, RUPS.

- Tanggung jawab terbatas pada modal yang disetor.

- Tujuan tertentu.

Syarat formil

- Adanya akta pendirian (notaris).

- Pengesahan oleh menteri.

- Pendaftaran di kepaniteraan Pengadilan Negeri.

- Pengumuman.

Persekutuan perdata

- Dasar pengaturan pasal 1618-1652 KUHPdt

- Pengertian: dilihat dari pasal 1618 KUHPdt

Perjanjian persekutuan dapat tercapai hanya dengan kata sepakat saja.

Unsur-unsur :

- Perjanjian.

- Adanya inbreng → barang, uang, tenaga kerja.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

14

Page 15: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

- Pembagian keuntungan.

Pendirian PP : KUHPdt tidak menentukan, tetapi dari pasal

1642 KUHPdt dapat disimpulkan dapat didirikan dengan lisan dan cukup dengan

kata sepakat.

PP akan belaku :

- Sejak perjanjian sempurna (merupakan perjanjian

konsensuil).

- Ditentukan dalam perjanjian.

Maatschap

Maatschap adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih mengikatkan

diri untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan, dengan maksud untuk

membagi keuntungan yang terjadi karenanya (pasal 1618 KUHperdata).

Terdapat 3 unsur penting, yaitu :

- Perjanjian

- Masukan (inbreng)

- Tujuan membagi keuntungan

Terdapat dua jenis hubungan :

1. Hubungan intern (ke dalam)

- Bahwa setiap sekutu mempunyai kewajiban memberikan inbreng

(berupa; uang, barang atau tenaga), yaitu :

Uang (pasal 1626).

Barang (kepemilikan fisik, manfaat).

(menurut pasal 1625 KUHPdt, menanggung bila ada gugatan, cacat

tersembunyi, sementara itu sehubungan dengan manfaat harus dikaitkan

dengan resiko kecuali barang disertakan bebas resiko.

Tenaga, bila PP memperoleh keuntungan, maka sama dengan sekutu

yang memasukan uang atau barang yang paling sedikit.

Asas kepentingan bersama (kepentingan persekutuan harus diutamakan)

bila dikaitkan dengan pasal 1628, 1629 dan 1630 KUHPdt

- Adanya kepentingan bersama yang dibagi secara berimbang

(pasal 1628, 1629, 1630 KUHPerdata)

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

15

Page 16: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

- Dalam akta pendirian sudah ditentukan kepengurusannya (gerant

statutoire), yang ditunjuk berdasarkan pemberian kuasa.

2. Hubungan ekstern (ke luar)

- Masing-masing sekutu bertanggung jawab terhadap kesalahan/

kelalaian sekutu lainnya sepanjang ada pemberian kuasa (pasal 1642

KUHPerdata).

- Tanggung jawab yang sama rata (pasal 1643 KUHPerdata).

- Tanggung jawab masing-masing anggota (pasal 1644

KUHPerdata).

- Hak atas perusahaan perdata atas prestasi (pasal 1645

KUHPerdata).

Berakhirnya Maatschap; pasal 1646 KUHPerdata :

1. Daluarsa

2. Musnahnya objek atau perbuatan telah dilaksanakan

3. Kehendak para sekutu

4. Salah satu sekutu meninggal dunia/ ditaruh dibawah pengampuan/ dinyatakan

pailit; (pasal 1651 KUHPdt, Persekutuan Perdata dapat berdiri tanpa ahliwaris

bila diperjanjikan).

Akibat berakhirnya maatschap; setiap anggota berhak mengambil apa yang disetor,

sisa harta berupa laba dibagi menurut ketentuan Undang-undang, selanjutnya

untung dan rugi ditanggung bersama (Bila PP merugi maka ditanggung menurut

ketentuan yang diperjanjikan atau bila tidak diperjanjikan diatur dalam pasal 163

KUHPdt).

Firma (Fa)

Firma dasar hukumnya yaitu : Buku I, Bag II Bab II dalam pasal 16 s/d 35 KUHD.

Firma adalah tiap-tiap persekutuan yang didirikan untuk menjalankan sesuatu

perusahaan dibawah satu nama bersama.

Firma adalah persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan

atas nama bersama, dimana tiap-tiap persero yang tidak dikecualikan satu dengan

yang lainnya dapat mengikat firma dengan pihak-pihak ketiga dan masing-masing

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

16

Page 17: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

bertanggung jawab atas seluruh hutang firma secara tangung menanggung (16 sd 18

KUHD).

Menurut pasal 1 jo pasal 15 KUHD : segala perseroan diatur oleh :

- Perjanjian para pihak

- KUHD

- KUHPdt

Unsurnya meliputi :

- Persekutuan

- Menjalankan perusahaan (terus menerus dan terang-terangan)

- Menggunakan nama bersama dari sekutu

- Tanggung jawab sekutu pribadi untuk seluruh perikatan firma

- Tiap sekutu berhak mengumumkan dan berhak bertindak keluar.

Arti dari bertindak keluar, yaitu :

a. mengikat sekutu lain

b. suatu perolehan menjadi harta Fa dan otomatis kepunyaan semua,

Menurut Prof. Soekardono merupakan persatuan perdata khusus.

Firma merupakan persekutuan khusus, apabila didirikan tidak dengan akta maka

merupakan firma umum (karena bidang usahanya yang tidak ditentukan), dengan

konsekuensi yuridis :

- Firma tersebut berdiri dengan waktu yang tidak terbatas.

- Bidang usaha yang dijalankan berlaku umum.

- Setiap firmant bebas bertindak keluar (tidak ada pengecualian).

- Masing-masing persero bertanggung jawab renteng (pasal 18

KUHD).

Hubungan para sekutu :

Intern : KUHD tidak mengaturnya, namun berdasar pasal 15 KUHD dapat berlaku

KUHPdt bila AD (Anggaran Dasar) tidak menentukan lain, dalam hal ini akan

berlaku pasal 1624 sd pasal 1641 KUHPdt, merupakan hukum yang mengatur

(kecuali pasal 1634 dan 1635 KUHPdt) dalam hal ini ada kemiripan dengan

maatschap.

Ekstern :

- Tiap persero yang tidak dikecualikan dapat bertindak.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

17

Page 18: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

- Dalam batas kewenangan.

Pertanggungjawaban dalam Fa → pasal 18 KUHD berupa

:

Langsung

Tiap-tiap persero betanggung jawab penuh atas perjanjian yang dibuat oleh pihak

ke-3 (disebut tanggung jawab solider). Contoh : Fa. ABC melalui persero A

membeli barang pada X dalam hal ini X dapat menagih kepada :

- A atau B atau C saja

- A dan B secara bersama

- ABC bersama-sama

Kekayaan berupa tenaga → modal terkecil

Menurut pasal 18 KUHD tanggung jawab merupakan

syarat mutlak, berdasar hal ini maka dapat dinyatakan bahwa Fa bukan badan

hukum.

Perjanjian FA dengan pihak ke-3 mengikat langsung

untuk seluruh secara tanggung menanggung, dan terhadap anggota masing-masing

bertanggung jawab renteng jo pasal 1619 KUHPdt.

Konsekuensi dari Fa bukan BH (Badan Hukum), maka

bila ada putusan hakim ternyata hutang piutang ke III tidak terpenuhi, pihak ketiga

dapat menuntut piutangnya terhadap kekayaan semua anggota.

Anggota pendirian Fa berfungsi untuk mengatur

hubungan intern (pasal 22 KUHD), akta ini harus didaftarkan pada panitera PN dan

diumumkan dalam berita negara bila tidak didaftarkan menurut pasal 29 : Fa

berlaku untuk waktu tidak tertentu untuk semua kegiatan usaha, serta tindakan

pembatasan terhadap para anggota.

Berakhirnya Fa :

- Bubar karena waktunya berakhir.

- Pengunduran diri/ meninggal salah satu anggota.

Dalam hal Fa pailit, maka sama dengan kepailitan

anggota sebab pinjaman Fa sama dengan pinjaman anggota yang ditanggung harta

pribadi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

18

Page 19: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Persekutuan Komanditer (CV)

Persekutuan Komanditer merupakan perseroan secara melepas uang (pasal 19

KUHD), merupakan bentuk khusus dari firma.

Pengaturan CV bersamaan dengan firma. (CV = Fa yaitu bukan BH, bahkan

dikatakan sebagai bentuk khusus dari Fa).

Yang melepas uang adalah atau disebut dengan komandit/ sekutu pasif, dan yang

mengurus uang adalah atau disebut komplementer/ sekutu aktif.

CV dapat menjadi firma apabila komplementernya lebih dari satu, sehingga

membentuk sekutu (Firma dalam CV).

Ciri khas daripada CV antara lain :

- Nama komandit tidak boleh dipakai

- Tanggung jawab komplementer secara renteng, sedangkan

tanggung jawab komandit terbatas.

Komandit dapat melakukan pengawasan tetapi kalau ia turut campur, maka secara

hukum menjadi sekutu komplementer.

CV merupakan bentuk peralihan dari firma menuju PT.

Syarat-syarat badan usaha yang berbadan hukum :

1. Syarat materil :

a. Harta kekayaan yang terpisah.

b. Mempunyai organisasi yang teratur.

c. Tanggung jawab terbatas (pada modal yang disetor).

d. Tujuan tertentu (mencari laba).

2. Syarat formil :

a. Didirikan dengan akta pendirian yang dibuat Notaris.

b. Mendapat pengesahan dari Departemen yang ditunjuk.

c. Harus didaftarkan.

d. Diumumkan.

Dalam CV dikenal sleeping partner yaitu persero yang

memasukan harta pada CV serta tidak mencampuri urusan perusahaan dan hanya

akan mendapat labanya saja (pasal 19 KUHD).

Tanggung jawab anggota dibedakan diantara pengurus.

Terdapat larangan bagi anggota CV :

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

19

Page 20: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

- Memberikan namanya pada persero

- Melakukan perbuatan-perbuatan

- Bekerja dalam perusahaan dari perseroan

Anggota CV akan menerima laba, akan tetapi juga akan

menanggung rugi dengan uang dan barang yang telah dimasukkan pada CV,

selanjutnya bila perseroan bebas, maka ia akan menerima kembali uangnya, kecuali

bila tidak ada sisa.

Kekhususan CV dari Fa : peraturan CV berada dalam

pengaturan Fa, sebab dasarnya merupakan bentuk khusus dari Fa, kekhususannya

terletak pada adanya CV, sedang pada Fa hanya ada persero kerja (firmanti). Jadi

dalam CV disamping ada perseroan komanditer juga ada persero kerja juga sekutu

komanditer (sleeping partner).

Bentuk-bentuk keberadaan perseroan komplementer dan

komanditer :

- Satu orang → perusahaan dagang

- 2 orang atau lebih → firma

- komanditer → PT

Dasar peraturan CV pasal 19, 20, 21 KUHD serta ketentuan

KUHPdt tentang maatschap.

Modal CV terdiri dari : inbreng sekutu komanditer dan

komplementer serta harta kekayaan pribadi persero komplementer.

Pendirian CV :

Menurut pasal 1624 KUHPdt dapat dilakukan secara lisan

dengan kata sepakat.

Dengan akta otentik (pasal 22 KUHD), karena CV variasi

Fa dan PT maka :

- Didirikan dengan akta otentik

- Didaftar di kepaniteraan

- Diumumkan dalam TBN-RI (Tambahan Berita Negara-RI)

Kepengurusan :

- Pengurusan perseroan dilakukan oleh persero komplementer.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

20

Page 21: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

- Sekutu komanditer tidak boleh ikut mengurus (walaupun dengan surat

kuasa).

- Perseroan komanditer dapat mengawasi perseroan secara intern (jika

diperjanjikan) sesuai pasal 21 KUHD.

Tanggung Jawab :

- Tanggung jawab persero komanditer pribadi untuk keseluruhan perikatan dari

CV, konsekuensinya dapat mengadakan hubungan dengan pihak III.

- Perseroan komanditer bertanggung jawab sebesar jumlah yang dimasukan.

- Persero komanditer akan bertanggung jawab untuk keseluruhan perikatan

dengan pihak ke III, bila ikut serta dalam kepengurusan.

Berakhirnya CV :

- Telah lewat waktu

- Kehendak seorang adalah lebih persero

- Kehendak bersama persero

Bila seorang persero meninggal, pailit adalah dibawah

pengampunan, kecuali ditentukan dalam perjanjian.

PERSEROAN TERBATAS (PT)

Definisi PT adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan

usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi

persyaratan-persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya (pasal 1 ayat (1) Undang-undang PT).

Perbedaan pengaturan PT antara Undang-undang PT dengan KUHD :

Bahwa dalam UUPT terdapat beberapa hal yang tidak dijumpai atau diatur dalam

KUHD, yaitu :

1. Menggunakan prinsip hukum asing.

2. Secara tegas diatur mengenai PT sebagai badan hukum.

3. Secara tegas menyatakan bahwa PT didirikan berdasarkan suatu perjanjian.

4. Pengaturan tentang modal diatur secara tegas.

5. Ada tanggung jawab tidak terbatas yang menyimpangi tanggung jawab terbatas

yang ada dalam KUHD.

6. Ada perlindungan terhadap saham minoritas.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

21

Page 22: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

7. Pengaturan mengenai merger, akuisisi, dan konsolidasi diatur secara tegas, dll.

Asas-asas

Antara lain :

1. Asas musyawarah untuk mufakat (pasal 74 UUPT).

2. Asas piercing the corporate veil (pasal 3 ayat (2) UUPT)

Penerobosan terhadap tanggung jawab terbatas sebagai salah satu ciri badan

hukum.

3. Asas derivative action/ divition of power/ shifting of power (pasal 81, 32 ayat

(1) UUPT).

Penyerahan kewenangan kepada orang lain melalui RUPS.

4. Asas put option with appraisal right (pasal 55 jo. 104 ayat (2) UUPT)

Pemilik saham minoritas dapat menjual sahamnya dengan wajar sesuai harga

pasar. Merupakan fungsi perlindungan hukum terhadap pemegang saham

minoritas.

5. Asas disclosure obligation (pasal 87, 99, 111 ayat (6) UUPT).

Kewajiban transparansi bagi direksi terhadap perseroan (pasal 87 UUPT).

Kewajiban transparansi bagi komisaris terhadap perseroan (pasal 99 UUPT).

Kewajiban transparansi bagi direksi, komisaris, dan seluruh karyawan guna

pemeriksaan di Pengadilan (pasal 111 ayat (6) UUPT).

6. Asas fiduciary duty (pasal 89 UUPT)

Memberikan kuasa untuk melakukan perbuatan hukum.

7. Asas duty of skill and care (pasal 85 ayat (1) dan 98 ayat (1) UUPT)

Kewajiban setiap anggota, direksi, komisaris untuk bekerja dengan penuh itikad

baik dan tanggung jawab (pasal 98 ayat (1) UUPT).

Kewajiban komisaris untuk bekerja dengan penuh itikad baik dan tanggung

jawab (pasal 85 ayat (1) UUPT).

Organ

Organ PT diatur dalam pasal 1 ayat (2) UUPT, antara lain :

1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

2. Komisaris

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

22

Page 23: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

3. Direksi

Pendirian

Pendirian PT, yaitu :

1. Dengan akta Notaris dalam bahasa Indonesia (pasal 7 ayat (1) UUPT).

2. Berdasarkan perjanjian (pasal 1 ayat (1) UUPT), terdiri minimal 20 orang (pasal

7 ayat (3) UUPT).

3. Akta pendirian memuat Anggaran Dasar (AD) (pasal 7 jo. pasal 8 UUPT)

4. Berstatus badan hukum setelah disahkan oleh Menteri Kehakiman.

Pengesahan PT

Diatur dalam pasal 7 ayat (6) jo. pasal 9 UUPT, yaitu :

1. Permohonan tertulis.

2. Dilampirkan akta pendirian.

3. Jawaban pengesahan dalam tempo 60 hari (dikabulkan atau ditolak).

Sebelum disahkan maka berlaku pasal 11 UUPT.

Jika sudah disahkan tapi belum diumumkan maka konsekuensi yuridisnya → pasal

7 ayat (6) dan pasal 11 UUPT.

Pendaftaran

Diatur dalam pasal 21 UUPT.

Bila disahkan maka Direksi wajib mendaftarkan akta pendirian beserta surat

pengesahan dalam daftar perusahaan dalam tempo 30 hari.

Pengumuman

Diatur dalam pasal 21 UUPT, yaitu :

1. Di dalam Tambahan Berita Negara

2. Dilakukan dalam tempo 30 hari setelah pendaftaran,

Pendaftaran dan pengumuman berfungsi untuk mengikat pihak ketiga, secara

intern maka sudah berlaku tanggung jawab terbatas, tapi dalam kapasitas

ekstern tidak berlaku.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

23

Page 24: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

RUPS

Terdiri dari :

1. RUPS biasa (pasal 26 ayat (1) UUPT)

2. RUPS luar biasa.

RUPS untuk mengubah Anggaran Dasar (pasal 75 UUPT) → quorum > 2/3

yang hadir (yang hadir minimal 2/3 dari jumlah anggota).

Saham

Harus memenuhi syarat-syarat, antara lain :

1. Ada jenisnya,

2. Harus memiliki nilai nominal (pasal 42 UUPT)

3. Diberikan bukti kepemilikan (sertifikat) (pasal 44 UUPT)

4. Hak deviden dan hak suara dalam RUPS (pasal 45, 46, 47, 72 ayat (1) UUPT).

5. Nama pemegang harus tercantum dalam daftar pemegang saham (pasal 86, 87

UUPT).

Terdiri dari dua jenis (menurut UUPT) :

1. Saham atas nama (opnaam); tercantum nama pemilik.

2. Saham atas tunjuk (aan order); tidak tercantum nama, harus disebut saham atas

tunjuk (aan toonder), ettapi ada juga saham atas tunjuk dimana dengan hanya

menunjukkan maka dapat diketahui.

Konsekuensi perbedaan nama ini (berakibat hukum pada pengalihan);

- Dalam saham atas tunjuk, maka dengan hanya pengambilalihan saja telah

berganti kepemilikan.

- Dalam saham atas nama, maka untuk berganti kepemilikan, maka harus ada

perubahan nama terlebih dahulu (endosnaam).

Modal

Terdiri dari :

1. Modal dasar; minimal Rp. 20.000.000,-

2. Modal ditempatkan; 25 % dari modal dasar.

3. Modal disetor; 50 % dari modal ditempatkan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

24

Page 25: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Pembubaran

Diatur dalam pasal 114 UUPT, antara lain karena :

1. Keputusan RUPS

2. Jangka waktu berdiri telah habis

3. Penetapan Pengadilan

AKUISISI, MERGER, DAN KONSOLIDASI

Akuisisi (Pengambilalihan/ Take Over)

Dasar hukum pasal 103 – 105 UUPT dan PP No. 27 Tahun 1998 Tentang

Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas.

Akuisisi adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh badan hukum atau orang

perseorangan untuk mengambil alih, baik seluruh atau sebagian besar saham

perseroan yang dapat mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan

tersebut (Pasal 2 angka 3 PP No. 27 Tahun 1998).

Alasan akuisisi; beberapa perusahaan mengalami kesulitan berkembang, baik

karena kekurangan modal maupun manajemen perusahaan yang lemah yang

membuat mereka tidak mampu bersaing.

Tujuan akuisisi, yaitu :

1. Memperbesar modal,

2. Menyelamatkan kelangsungan produksi,

3. Mengamankan jalur distribusi,

4. Mengurangi persaingan serta menuju kepada monopolistic.

Jenis-jenis akuisisi, antara lain :

1. Ditinjau dari segi kekuasaan perseroan

a. Akuisisi internal; adalah akuisisi terhadap perseroan dalam kelompok/ grup

sendiri.

b. Akuisisi eksternal; adalah akuisisi terhadap perseroan dari kelompok lain,

baik sejenis maupun tidak sejenis.

2. Ditinjau dari segi keberadaan perseroan

a. Akuisisi finansial; adalah akuisisi terhadap satu atau beberapa perseroan

tertentu dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan-keuntungan finansial

dengan jalan memperbaiki kondisi perseroan-perseroan tersebut.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

25

Page 26: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

b. Akuisisi strategis; adalah akuisisi dengan tujuan untuk menciptakan sinergi

berdasarkan pertimbangan jangka panjang.

Akuisisi ini mempunyai tiga tipe yaitu :

1. Akuisisi horizontal; terhadap perusahaan yang memiliki tipe sejenis,

yaitu untuk memperluas pasar.

2. Akuisisi vertical; terhadap perseroan yang memiliki produk tidak

sejenis, yaitu untuk menguasai mata rantai produksi.

3. Akuisisi konglomerasi; terhadap perseroan yang tidak ada kaitannya

dalam hal produksi, yaitu untuk membentuk konglomerasi baru yang

lebih besar.

Akibat hukum akuisisi adalah beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

Merger (Penggabungan)

Dasar hukum; pasal 102, 104 – 109 UUPT dan PP No. 27 Tahun 1998.

Merger adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu perseroan atau lebih

untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada, dengan demikian

menyebabkan perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar (tanpa likuidasi.

Alasan dan tujuan sama dengan akuisisi.

Akibat hukum merger; sejak tanggal penandatanganan Akta Penggabungan, Direksi

yang perseronya menggabungkan diri tidak dapat melakukan perbuatan hukum

karena perseroannya telah bubar.

Konsolidasi (Peleburan)

Dasar hukum; pasal 102, 104 – 109 UUPT dan PP No. 27 Tahun 1998.

Adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh suatu perseroan atau lebih untuk

meleburkan diri dengan perseroan lain dengan membentuk perseroan baru, di mana

masing-masing perseroan yang meleburkan diri menjadi bubar (tanpa likuidasi),

sehingga membentuk perusahaan baru.

Alasan dan tujuan sama dengan akuisisi dan merger.

Akibat hukum; sejak tanggal Akta Pendirian perseroan hasil peleburan disahkan

oleh Menteri Kehakiman, perseroan yang meleburkan diri bubar.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

26

Page 27: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Syarat-syarat :

Syarat-syarat akuisisi, merger, dan konsolidasi :

Hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan :

1. Kepentingan perseroan

2. Kepentingan pemegang saham minoritas

3. Kepentingan karyawan perseroan

4. Kepentingan kreditur

5. Kepentingan masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha.

Tidak mengurangi hak pemegang saham minoritas untuk menjual sahamnya dengan

harga yang wajar.

Pemegang saham yang tidak setuju dengan keputusan RUPS mengenai akuisisi,

merger atau konsolidasi tersebut hanya dapat menggunakan haknya untuk menjual

sahamnya dengan tidak menghentikan proses pelaksanaan akuisisi, merger, atau

konsolidasi.

Harus mendapat persetujuan RUPS, yang dihadiri oleh pemegang saham minimal ¾

dari jumlah seluruh pemegang saham dengan hak suara yang sah dan disetujui

minimal ¾ dari jumlah suara tersebut.

Holding Company

Holding company merupakan perusahaan kelompok dimana terdapat sebuah

perusahaan induk yang menaungi beberapa perusahaan (anak perusahaan), yang

secara yuridis antara perusahaan-perusahaan tersebut merupakan kesatuan entitas

(masing-masing perusahaan anak/induk) berdiri sendiri, tetapi secara ekonomis

merupakan kesatuan perusahaan.

Modal Ventura

Perusahaan yang menanamkan investasi ke perusahaan lain selama jangka waktu

tertentu dan tidak boleh kurang dari 5 tahun (biasanya 5 s/d 10 tahun).

Setelah jangka waktu berakhir dilakukan divestasi (pengembalian modal).

Investor bukan kreditur.

Dalam hal ini investasi tidak hanya modal tapi juga management.

→ digunakan untuk membiayai perusahaan-perusahaan yang mempunyai kemam-

puan untuk maju dikemudian hari, contoh : apple computer, Microsoft.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

27

Page 28: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Perusahaan Kartu Kredit

Dalam kartu kredit ada pihak penerbit dan bekerja sama

dengan Bank.

Ada pihak pemegang kartu kredit.

Ada perantara → jasa penagihan.

Perusahaan Pembiayaan Konsumen

Perusahaan pembiayaan konsumen

Konsumen

Supplier

Sekuritas Company

Tidak semua piutang surat berharga begitu juga kebalikannya.

Jual Beli Dagang

Objek jual beli : barang dan jasa.

Jual beli perdata : - Tidak hanya barter tetapi juga telah menggunakan uang.

- Jual beli yang diatur oleh KUHPerdata.

Jual beli dagang : tidak hanya melibatkan pembeli dan penjual tetapi juga meng-

gunakan syarat-syarat beding → dikenal istilah pengangkutan.

Dikenal istilah LC ( letter of credit), FOB (free on board), UCP (uniform customs of

packlist) 500, CIF.

Didalam LC terdapat beberapa pihak :

- Pengekspor → kredit → berupa LC → diteruskan ke Bank koresponden (diluar

negeri) → menginformasikan kepada eksportir → membuat

dokumen-dokumen :

- adosement (dokumen pokok) → B/L

- asuransi

- terdapat factor (invoice) → komersial, packing list

mencari perusahaan pengangkut → dokumen fotokopi (dititipkan)

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

28

Page 29: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

asli → diberikan ke bank

koresponden.

Bank Koresponden → membayar ke issueing bank → ke importir → setelah

menerima dokumen.

Dokumen ditukarkan ke perusahaan pengangkutan (dokumen ini merupakan surat

berharga) → mencocokkan dokumen (fotokopi dan asli) → barang diserahkan.

Kalau syarat perdagangan FOB : kewajiban penjual membiayai barang sampai

barang tersebut di kapal. Dan tanggung jawab eksportir lepas sekarang menjadi

tanggung jawab importir.

Beding, syarat-syarat dalam jual beli dagang :

Incoterm (2000) : - Ex work → penjual menyerahkan barang di gudang

- F FOB → penjual menyerahkan barang sampai di kapal.

FAS → penjual menyerahkan barang sampai di

dermaga.

- C C&F → penjual menyerahkan barang sampai di kapal

+ biaya pengangkutan.

CIF → penjual menyerahkan barang (sama dengan

FR) + asuransi.

- D DDU → penjual menyerahkan barang sampai diatas

alat angkut pembeli

DDP → penjual menyerahkan barang sampai ke

tujuan (negara) + biaya-biaya lainnya.

INCOTERM = Internasional Commercial Term (ICT)

Sudah dipergunakan sejak 1936, revisi 1953, 1967, dst. Dan Inggris sudah

memakainya sejak abad 17.

Incoterm + UCP 500

L/C yang red clause. Bank akan membayar lebih dulu ke penerima sebelum

dokumen-dokumen pengangkutan diserahkan.

Akomulasi revolving L/C : 1 L/C dapat dipergunakan untuk beberapa kali

kredit.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

29

Page 30: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Contoh : dalam 1 tahun (12 x pengiriman) jumlahnya diakumulasikan (bisa berbeda

tiap bulan)

Non-akumulasi revolving L/C : 1 L/C dapat dipergunakan untuk beberapa kali

kredit.

Contoh : dalam 1 tahun (12 x pengiriman) 1 x pengiriman 1 M tapi tiap bulan harus

tetap, bila berkurang akan dituntut atas kerugian.

Sight L/C : eksportir telah dapat menerima pembayaran dari Bank apabila

telah dapat menunjukkan dokumen pendukungnya.

Pihak-pihak yang terlibat kredit berdokumen :

- opening bank = issuing bank

- koresponden bank = advising bank

- importir

Surat berharga : bila seseorang memiliki B/L maka dianggap

sebagai pemilik barang

BANI tidak menutup kemungkinan pihak luar menggunakan

lembaga ini.

Arbitrase : - ad hoc → ada sengketa dibentuk, tidak ada sengketa

bubar.

- institusi → permanent.

Pasal 1 KUHD → dasar bagi kekhususan hukum kepailitan

(formil dan materil).

INCOTERM 2000

Incoterm dibuat oleh ICC (International Chamber of Commerce).

Indonesia tidak meratifikasi Incoterm, tapi penggunaannya adalah menjadi

kebiasaan internasional.

Berlaku apabila perusahaan Indonesia bertransaksi dengan perusahaan asing.

Incoterm ada untuk :

1. Me-minimize adanya perbedaaan persepsi.

2. Memberi acuan dalam menafsirkan terms (klausula-klausula yang dipakai).

3. Menentukan apa yang menjadi hak dan kewajiban pembeli dan penjual dalam

melakukan transaksi.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

30

Page 31: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Terdiri dari terms, yaitu :

1. Grup E – Departure,

(Pembeli datang ke gudang penjual).

2. Grup F – Main carriage unpaid,

(Penjual mengirimkan barang sampai tempat yang ditentukan pembeli).

FCA (Free Carrier) s/d FOB (Free on Board Ship).

3. Grup C – Main carriage paid,

(Penjual mengirimkan barang tanpa menanggung resiko kerusakan yang terjadi

selama pengiriman).

CFR (Cost & GFreight) s/d (Carriage & Insurance Paid To)

4. Grup D – Arrival,

(Penjual menanggung semua resiko sampai perbatasan negara).

DAF (Delivery at Frontier) s/d DDP (Delivered Duty paid).

5. Grup O – Other Trading Term and Variations,

EXF (Ex Factory), PAF (Packed at Factory), dsb.

KEPAILITAN

Dasar Hukum

Dasar hukum kepailitan adalah Faillissement verordening (Fv) Stbl. 1905 No. 217,

Undang-undang No. 4 Tahun 1998 Tentang Kepailitan yang bersifat mengubah dan

menambah.

Pengertian

Hakikat kepailitan adalah sebagai lembaga penyelesaian utang.

Tidak ada pengertian utang dalam Undang-undang, tetapi menurut Yurisprudensi

(MA) bahwa utang adalah setiap kewajiban yang dapat disetarakan dengan uang.

Utang disini adalah utang yang lahir antara lain karena; jasa, perikatan, pinjam-

meminjam, sewa-menyewa.

Fungsi

Fungsi kepailitan adalah untuk menjamin agar penyelesaian utang piutang tersebut

berjalan sesuai prosedur hukum, memberikan kepastian bagi seluruh kreditur.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

31

Page 32: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Pihak-pihak

Pihak-pihak dalam kepailitan :

a. Yang dapat mempailitkan :

- Debitur

- Kreditur

- Jaksa (untuk kepentingan umum)

- Bank Indonesia

- Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam)

b. Yang dapat dipailitkan :

- Orang

- Badan hukum (non bank dan non perusahaan efek)

Syarat kepailitan

Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-undang kepailitan, antara lain :

1. Debitur dalam keadaan berhenti membayar.

Debitur disini adalah :

- Orang perorang.

- Istri dalam mana suaminya terkait apabila dalam perkawinannya

secara harta persatuan.

- Badan usaha.

2. Minimal ada dua kreditur dan salah satunya sudah jatuh tempo.

3. Dengan permohonan (sendiri atau kreditur).

Asas-asas

Asas-asas dalam Undang-undang kepailitan, diantaranya :

- Asas perlindungan yang seimbang (pasal 56A Undang-undang

Kepailitan).

Memperkenankan penundaan eksekusi selama 90 hari → (kritik; dengan dapat

ditangguhkannya ini, maka menghalangi hak kreditur separatis untuk

mengeksekusi hak tanggungan, hak gadai atau hak agunan atas kebendaan

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

32

Page 33: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

lainnya, dengan seolah-olah tak terjadi kepailitan sebagaimana diatur dalam

pasal 56 (1) Undang-undang Kepailitan).

- Asas tidak semua kreditur harus menyetujui debitur untuk

dipailitkan,

Hal ini dilihat dan dinilai kewajarannya oleh Hakim.

- Asas kesempatan bagi debitur untuk memperbaiki,

- Asas putusan Pengadilan harus dapat persetujuan para kreditur,

- Asas status quo,

Sejak dimulainya pengajuan PKPU, semua dalam keadaan diam (stenseel),

dengan maksud untuk menghindari perbuatan yang dapat merugikan dari debitur

terhadap kreditur. Kreditur dapat membatalkan perbuatan-perbuatan debitur

setelah putusan PKPU.

- Asas Undang-undang harus menghormati pemegang hak

separatis/ pemegang jaminan.

- Asas kepailitan harus diputus secara cepat, dll.

Akibat hukum

Akibat hukum yang lahir dari putusan pailit :

1. Terhadap harta kekayaan; sebelum pailit, boedel ada pada debitur, maka

sesudah pailit ada pada kurator.

2. Terhadap sita jaminan; maka sita tersebut harus diangkat/ dicabut, terhadap sita

revindicatoir adalah tetap karena tidak berkaitan dengan benda debitur.

3. Terhadap perjanjian timbal balik antara debitur dengan pihak ke-tiga; bersifat

kasuistik dalam arti perjanjian tersebut boleh dibatalkan, boleh juga diteruskan.

4. Terhadap tindakan-tindakan debitur yang diduga merugikan para kreditur; dapat

dibatalkan dengan syarat pada pasal 41 → pasal 42 a s/d f Undang-undang

kepailitan; actio pauliana.

Pengadilan yang berhak mengadili perkara kepailitan adalah Pengadilan Niaga,

yang merupakan bagian dari pengadilan umum.

Penasehat yang dalam perkara kepailitan adalah penasehat yang mendapat izin

praktek (pasal 5).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

33

Page 34: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Fase-fase

Fase-fase dalam proses kepailitan, yaitu :

1. Fase sekestrasi (penitipan) :

- Membentuk panitia para kreditur sementara;

- Menginventarisasi kreditur dan tagihan;

- Memohon penetapan;

- Rapat verifikasi, menghasilkan :

a. kreditur dengan tagihan yang diakui;

b. kreditur dengan tagihan yang diakui sementara (harus diselesaikan

segera);

c. kreditur dengan tagihan ditolak;

- Dapat ditawarkan perdamaian,

2. Fase insolvensi (pelelangan) :

- Semua harta kekayaan debitur akan dieksekusi dan hasilnya akan

dibagikan kepada para kreditur sesuai imbangan pemasukan/ inbreng.

- Apabila ada sisa utang, maka dikemudian hari dapat ditagih

kembali (pasal 190 Undang-undang kepailitan → kedudukan debitur).

Proses beracara

Permohonan pailit diajukan ke panitera Pengadilan Negeri oleh penasehat hukum

yang memiliki izin praktek → Ketua Pengadilan Niaga (1 x 24 jam) → (2 x 24 jam)

dipelajari Pengadilan Niaga dan menetapkan hari sidang → (maksimal 20 hari

setelah pendaftaran) sidang pemeriksaan → penundaan sidang (25 hari) →

pemanggilan oleh panitera kepada debitur (7 hari sebelum sidang I) → (30 hari

sesudah pendaftaran) putusan atas pernyataan permohonan paiilt; bersifat serta

merta → (2 x 24 jam setelah putusan) Pengadilan Niaga menyampaikan surat dinas

tercatat kepada debitur, kreditur, kurator, Hakim pengawas → selama putusan atas

permohonan pailit belum ditetapkan; sita jaminan dan menunjuk kurator → upaya

hukumnya adalah (langsung) kasasi ke MA.

Proses tingkat kasasi :

→ (8 hari sejak putusan) diajukan ke panitera Pengadilan Niaga → wajib

mengirimkan memori kasasi ke panitera dan salinannya ke terkasasi → (maksimal 1

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

34

Page 35: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

x 24 jam) panitera wajib mengirim permohonan kasasi dan memori kasasi ke

terkasasi → (7 hari sejak menerima) terkasasi dapat mengajukan kontra memori

kasasi → (14 hari sejak didaftarkan) panitera menyampaikan permohonan kasasi,

memori kasasi, kontra memori kasasi ke panitera MA → (2 x 24 jam) MA

mempelajari dan menetapkan hari sidang → (20 hari sejak didaftarkan) sidang I →

(30 hari) putusan → putusan yang telah berkekuatan hukum tetap → PK

(Peninjauan Kembali) ke MA.

Putusan pailit

Putusan kepailitan dinyatakan dengan vonis (bukan dengan penetapan karena ada

akibat hukum baru, sedangkan penetapan hanya menetapkan hal yang sudah ada),

sifatnya sumir dan serta merta.

Upaya hukum yang dapat dilakukan :

- Kasasi ke MA; pasal 8 (1) Undang-undang Kepailitan;

- PK terhadap putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap;

Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang/ Serseance van Getalling/ Suspension of

Payment (PKPU)

Diatur pada pasal 212 Undang-undang Kepailitan;

Secara implicit memberikan kesempatan kepada debitur untuk melakukan

restrukturisasi utang.

Syarat PKPU; harus diajukan ke Pengadilan.

Segera setelah permohonan diajukan, maka Hakim harus mengabulkan penundaan

sementara kewajiban pembayaran utang dan dalam waktu paling lama 45 hari,

sidang pengadilan sudah harus mempertemukan debitur dan kreditur (apabila akan

disertakan perdamaian, maka harus termuat dalam permohonan dan disampaikan 21

hari sebelum sidang I tersebut), dan setelah dikabulkan PKPU secara tetap , maka

dengan perpanjangannya (terhitung sejak penundaan sementara kewajiban

pembayaran utang dengan perpanjangan tidak lebih daripada 270 hari → pasal 217

ayat (4) Undang-undang kepailitan).

Akibat hukumnya, maka debitur dapat melakukan pengurusan perusahaan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

35

Page 36: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Perbedaan antara Undang-undang Kepailitan dengan Fv, yaitu :

Segi Waktu :

- Undang-undang Kepailitan; debitur tak dapat (diduga) (pasal

212).

- Fv; Debitur menduga.

Segi pengajuan :

- Undang-undang Kepailitan; ditandatangani oleh debitur dan

penasehat hukumnya (pasal 213 ayat (1)).

- Fv; ditandatangani oleh debitur atau penasehat hukumnya (pasal

213 ayat (1)).

Segi pihak :

- Undang-undang Kepailitan; debitur, kreditur, Hakim pengawas,

Hakim pengadilan, kurator.

- Fv; debitur, kreditur, kurator.

Eksekusi

Sejak putusan berkekuatan hukum tetap, kurator melakukan pengurusan dan

pemberesan meskipun diajukan kasasi/ PK → dalam hal dibatalkan karena ada

kasasi/ PK → perbuatan kurator sebelum pembatalan adalah sah.

MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Dasar hukum

Undang-undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan

Persaingan Usaha Tidak Sehat (Undang-undang Anti Monopoli).

Sebelum lahirnya Undang-undang Anti Monopoli, maka yang menjadi dasar hukum

adalah pasal 1365 KUHPerdata. Namun dalam prakteknya sangat sulit untuk

diterapkan karena prinsipnya yang berdasarkan kesalahan (prinsip based on fault)

dengan beban pembuktian pada penuntut.

Latar belakang

Kesejahteraan yang merupakan tujuan negara yang diwujudkan melalui

pembangunan ekonomi (makro dan mikro) bertumpu pada demokrasi ekonomi yang

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

36

Page 37: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

memberikan kesempatan yang sama bagi setiap warga negara untuk berpartisipasi

dalam proses produksi dan pemasaran barang dan/ atau jasas, dan dengan prinsip

persaingan yang sehat dan wajar, maka diharapkan akan melahirkan efisiensi dan

inovasi yang pada akhirnya melahirkan daya saing di tingkat internasional.

Pengaturan dalam Undang-undang

Hal-hal yang diatur dalam Undang-undang Anti monopoli :

A. Bagian Pengaturan

1. Perjanjian yang dilarang

2. Kegiatan yang dilarang

3. Posisi dominan

4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)

5. Penegakan Hukum

6. Ketentuan lain;

B. Hal-hal pokok yang diatur

1. Berorientasi pada pendekatan perubahan perilaku usaha yang bertitik tolak

pada perubahan struktur pasar ke arah yang lebih terbuka, demokratis, dan

tanpa adanya hambatan di pasar.

2. Perjanjian yang dilarang, yaitu : oligopoly, penetapan harga, pembagian

wilayah, pemboikotan, kartel, trust, oligopsoni, integrasi vertical, perjanjian

tertutup, dan perjanjian dengan pihak luar (semuanya dalam konteks apabila

perbuatan (perjanjian) tersebut mengakibatkan praktek monopoli dan/atau

persaingan usaha tidak sehat) (pasal 4 s/d 16 Undang-undang Anti

Monopoli).

3. Kegiatan yang dilarang, yaitu : monopoli, monopsoni, penguasaan pasar,

dan persekongkolan antara pelaku usaha yang dapat mengakibatkan

persaingan usaha tidak sehat (pasal 17 s/d 24 Undang-undang Anti

Monopoli), termasuk disini adalah perilaku usaha yang mengakibatkan

praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat, missal; dalam

penggunaan posisi dominan (pasal 25 Undang-undang Anti Monopoli),

jabatan rangkap (pasal 26 Undang-undang Anti Monopoli), serta

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

37

Page 38: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

penggabungan dan peleburan, pengambilalihan saham badan usaha lain

(pasal 28 & 29 Undang-undang Anti Monopoli).

Undang-undang Anti Monopoli, pelaku yang patut diduga/ dianggap

melakukan penguasaan produksi dan/atau pemasaran suatu jenis barang

dan/atau jasa tertentu adalah :

1. Jika suatu pelaku usaha/ sekelompok pelaku usaha menguasai lebih dari

50% saham pangsa pasar.

2. Jika 2/3 pelaku usaha secara bersama-sama menguasai lebih dari 75%

pangsa pasar.

Penggunaan posisi dominan, yaitu suatu bentuk pemilikan saham mayoritas

di beberapa perusahaan sejenis/ bersaing (pasal 21 Undang-undang Anti

Monopoli) yang melakukan kegiatan usaha dalam bidang yang sama dan

dapat berakibat pada :

1. Penguasaan pangsa pasar 50% atau lebih oleh 1 pelaku usaha atau 1

kelompok pelaku usaha;

2. Penguasaan pangsa pasar 75% atau lebih oleh 2/3 pelaku usaha (pasal 25

Undang-undang Anti Monopoli).

4. Pengecualian, (pasal 50 Undang-undang Anti Monopoli), antara lain

diberikan kepada perjanjian yang berkaitan dengan hak cipta, paten, merek

dagang, lisensi, desain, produk industri, rangkaian terpadu, serta rahasia

dagang. Hal yang sama juga berlaku untuk perjanjian yang berkaitan dengan

waralaba, perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh pemerintah RI,

perjanjian dan/atau perbuatan dalam rangka eksport barang dan jasa, serta

usaha kecil dan koperasi secara khusus bertujuan melayani anggota.

5. Ketentuan lain yang juga merupakan pengecualian adalah monopoli dan/

atau pemusatan kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan/atau

pemasaran barang serta yang menguasai hajat hidup orang banyak serta

cabang produksi yang penting bagi negara dengan Undang-undang dan

diselenggarakan oleh BUMN dan badan/lembaga yang dibentuk oleh

pemerintah (pasal 51 Undang-undang Anti Monopoli).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

38

Page 39: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Ketentuan-ketentuan pencegahan

Ketentuan-ketentuan untuk mencegah praktek monopoli dalam Undang-undang

Anti monopoli, antara lain :

A. Perjanjian yang dilarang :

1. Oligopoli (pasal 4)

2. Penetapan harga (pasal 5 s/d 8)

3. Pembagian wilayah (pasal 9)

4. Pemboikotan (pasal 10)

5. Kartel (pasal 11)

6. Trust (pasal 12)

7. Oligopsoni (pasal 13)

8. Integrasi vertical (pasal 14)

9. Perjanjian tertutup (pasal 15)

10. Perjanjian dengan pihak luar negeri (pasal 16)

B. Kegiatan yang dilarang :

1. Monopoli (pasal 17)

2. Monopsoni (pasal 18)

3. Penguasaan pasar (pasal 19 s/d 21)

4. Persekongkolan (pasal 22 s/d 24)

C. Posisi dominan :

1. Penyalahgunaan posisi dominan (pasal 25)

2. Jabatan rangkap (pasal 26)

3. Pemilik saham mayoritas (pasal 27)

4. Penggabungan, peleburan, dan pengambilalihan (pasal 28 & 29)

Oligopoli

Oligopoli adalah perjanjian antara pelaku usaha secara bersama-sama untuk

melakukan penguasaan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa dengan

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Syarat ; 2 atau 3 pelaku usaha/ kelompok pelaku usaha menguasai lebih dari 75%

pangsa pasar satu jenis barang atau jasa tertentu.

Sanksi; administrative, pidana; dengan/ kurungan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

39

Page 40: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Price fixing (penetapan harga)

Price fixing adalah perjanjian antar pelaku usaha untuk menetapkan harga atas suatu

barang atau jasa yang harus dibayar konsumen pada pasar yang sama dengan :

a. Harga berbeda.

b. Dibawah harga pasar.

c. Persyaratan untuk tidak menjual/ memasarkan dengan harga yang

lebih rendah.

Pengecualian, antara lain :

1. Perjanjian yang dibuat dalam suatu usaha

patungan.

2. Perjanjian yang didasarkan Undang-undang

yang berlaku.

Sanksi; administrative, pidana; dengan/ kurungan.

Market Division

Market division adalah perjanjian antara pelaku usaha untuk membagi wilayah

pasar terhadap barang atau jasa dengan mengakibatkan praktek monopoli atau

persaingan usaha tidak sehat.

Pemboikotan

Pemboikotan adalah perjanjian antar pelaku usaha yang dapat menghalangi pelaku

usaha lain untuk melakukan usaha yang sama dengan tujuan pasar dalam negeri

maupun pasar luar negeri dengan menolak menjual setiap barang atau jasa dari

pelaku usaha lain yang dapat mengakibatkan merugikan pelaku usaha lain dan

membatasi pelaku usaha lain dalam menjual/ membeli setiap barang atau jasa dari

pasar bersangkutan.

Kartel

Kartel adalah perjanjian antar pelaku usaha untuk mempengaruhi harga dengan

mengatur produksi dan/atau pemasaran suatu barang dan/atau jasa yang

mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

40

Page 41: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Trust

Trust adalah perjanjian antar pelaku usaha untuk melakukan kerjasama dengan

membentuk gabungan perusahaan/ perseroan yang lebih besar dimana masing-

masing perusahaan/ perseroan itu tetap eksis dengan tujuan mengontrol produksi

dan/atau pemasaran atas barang dan/atau jasa yang mengakibatkan terjadinya

praktek monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat.

Syarat : penguasaan 75% pangsa pasar atas satu jenis barang dan/atau jasa tertentu.

Oligopsoni

Oligopsoni adalah perjanjian antar pelaku usaha yang bertujuan untuk bersama-

sama menguasai pembelian atau penerimaan pasokan agar dapat mengendalikan

harga barang atau jasa dalam pasar yang bersangkutan.

Syarat : 2 atau 3 pelaku usaha/ kelompok pelaku usaha menguasai 75% pangsa

pasar satu jenis barang atau jasa.

Integrasi vertical

Integrasi vertical adalah perjanjian antar pelaku usaha yang bertujuan untuk

menguasai produksi sejumlah produk yang masuk dalam rangkaian produksi barang

atau jasa, dimana produksi tersebut merupakan pengolahan/ proses lanjutan,

mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat dan merugikan masyarakat.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

41

Page 42: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Tying contract

Tying contract adalah perjanjian antar pelaku usaha yang memuat persyaratan

bahwa pihak yang menerima barang dan/atau jasanya akan memasok atau tidak

memasok kembali barang dan/atau jasa tersebut kepada pihak tertentu dan/atau pada

tempat tertentu. Memuat persyaratan bahwa pihak yang menerima barang dan/atau

jasa tertentu harus bersedia membeli barang dan/atau jasa lain dari pelaku usaha

pemasok, atau perjanjian mengenai harga atau potongan harga tertentu atas barang

dan/atau jasa yang memuat persyaratan : harus bersedia membeli barang dan/atau

jasa lain dari pelaku usaha pemasok, atau tidak akan membeli barang dan/atau jasa

yang sama/ sejenis dari pelaku usaha lain yang menjadi pesaing dari pelaku usaha

pemasok.

Untuk franchaise diperbolehkan.

ARBITRASE DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA

Dasar hukum

Antara lain : Undang-undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa (Undang-undang Arbitrase), berlaku pada tanggal

disiangkan 21 Agustus 1999, mencabut ketentuan pasal 615 – 651 Reg. Acara

Perdata (R.V.), pasal 377 Reg. Indonesia yang diperbaharui (1941:44) (HIR) dan

pasal 705 Rbg. (Stbl. 1927:227), dan dinyatakan tidak berlaku pasal 81.

Materi pokok

Meliputi :

1. Ketentuan umum;

2. Alternatif penyelesaian sengketa (APS) atau

Alternative Dispute Resolution (ADR);

3. Syarat arbitrase, syarat pengangkatan arbitrer

dan hak ingkar;

4. Acara yang berlaku dihadapan majelis

arbitrase;

a. Acara arbitrase

b. Saksi dan saksi ahli

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

42

Page 43: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

5. Pendapat dan putusan arbitrase;

6. Pelaksanaan putusan arbitrase;

a. Arbitrase nasional

b. Arbitrase internasional

7. Pembatalan putusan;

8. Berakhirnya tugas arbitrer;

9. Biaya arbitrase;

10. Ketentuan Peralihan;

11. Ketentuan penutup;

Keuntungan

Keuntungan arbitrase dan ADR; cepat, murah dan efisien (karena putusan lebih

objektif) kerahasiaan putusan lebih terjamin (terhadap dampak negatif dari publik),

dan bersifat win-win solution.

Ruang lingkup

Yang dapat diselesaikan oleh arbitrase :

- International law (hukum publik)

- Konstitusional administrasi dan privat (misal; dalam hal masalah

pajak)

- Organisasional (misal; masalah manajemen, struktur, dan

prosedur)

- Sengketa perburuhan

- Coorporate (antara pemegang saham)

Dikaitkan dengan permasalahan likuidasi, merger, dsb.

- Commercial (masalah yang timbul dari perjanjian-perjanjian

sehubungan dengan perdagangan).

- Property (masalah tanah, developer, dll)

- Perbuatan melawan hukum.

- Sengketa dalam rumah tangga (misal; dalam tuntutan perwarisan,

bisnis keluarga, dll).

- Isu gender, community, dsb.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

43

Page 44: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

- Cultural, attitude, dsb.

Ketentuan peralihan

Dalam Undang-undang arbitrase, meliputi :

- Pasal 78 :

Sengketa yang sudah diajukan kepada arbitrase/ lembaga arbitrer tetapi belum

dilakukan pemeriksaan, proses penyelesaiannya dilakukan berdasarkan Undang-

undang arbitrase.

- Pasal 79 :

Sengketa yang sudah diperiksa tetapi belum diputus, tetap diperiksa dan diputus

berdasarkan Undang-undang lama.

- Pasal 80 :

Sengketa yang sudah diputus dan memperoleh kekuatan hukum tetap,

pelaksanaannya berdasarkan Undang-undang arbitrase.

Ketentuan umum

Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdatadi luar pengadilan umum yang

berdasarkan perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang

bersengketa (pasal 1 ayat (1) Undang-undang arbitrase).

Perjanjian arbitrase adalah kesepakatan berupa klausula arbitrase yang tercantum

dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau

suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa

(pasal 1 ayat (1) Undang-undang arbitrase).

Arbitrer adalah seorang/ lebih yang ditunjuk/ dipilih oleh para pihak yang

bersengketa atau pengadilan negeri atau lembaga arbitrase untuk memberikan

keputusan mengenai sengketa tertentu yang diserahkan penyelesaiannya melalui

arbitrase (pasal 1 ayat (7) Undang-undang arbitrase).

Lembaga arbitrase adalah badan yang dipilih oleh para pihak yang bersengketa

untuk memberikan putusan mengenai sengketa tertentu, juga dapat memberikan

pendapat yang mengikat mengenai suatu hubungan hukum tertentu dalam hal

timbul sengketa (pasal 1 ayat (8) Undang-undang arbitrase).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

44

Page 45: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

Putusan arbitrase internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh lembaga

arbitrase/ arbitrer perorangan diluar wilayah hukum RI, atau putusan suatu lembaga

arbitrase/ arbitrer perorangan yang menurut ketentuan hukum RI dianggap sebagai

putusan arbitrase internasional (pasal 1 ayat (9) Undang-undang arbitrase).

Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) adalah lembaga penyelesaian sengketa atau

beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni penyelesaian di

luar pengadilan dengan cara : konsultasi, negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau

penilaian ahli (pasal 1 ayat (10) Undang-undang arbitrase).

Undang-undang arbitrase mengatur penyelesaian sengketa atau beda pendapat

antara para pihak dalam suatu hubungan hukum apabila :

- Telah mengadakan perjanjian arbitrase;

- Secara bebas menyatakan bahwa semua sengketa atau beda pendapat yang

mungkin timbul diselesaikan dengan cara arbitrase atau APS (pasal 2 Undang-

undang arbitrase).

Pasal per pasal

Diantaranya :

Pasal 4;

- Arbitrase berwenang dalam putusan mengenai hak dan kewajiban para pihak

jika jal ini tidak diatur dalam perjanjian mereka (ayat 1).

- Komentar, justru sengketa timbul karena para pihak tidak melaksanakan hak dan

kewajiban yang jelas-jelas diatur dalam perjanjian mereka.

- Persetujuan untuk menyelesaikan sengketa melalui arbitrase dimuat dalam suatu

dokumen yang ditandatangani para pihak (ayat 2).

Pasal 5;

- Sengketa yang dapat diselesaikan melalui arbitrase :

a. Sengketa di bidang

perdagangan

b. Sengketa mengenai hak yang

menurut hukum dan peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya

oleh pihak yang bersengketa (misal; dalam keluarga).

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

45

Page 46: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

c. Tidak bagi sengketa yang

menurut peraturan perundang-undangan tidak dapat diadakan perdamaian.

Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS)

Bahwa :

1. Sengketa dapat diselesaikan melalui APS didasarkan pada itikad baik dengan

mengenyampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan Negeri.

2. Diselesaikan dalam pertemuan langsung paling lama 14 hari dan hasilnya

dituangkan dalam suatu kesepakatan tertulis.

3. Bila angka (2) tidak dapat diselesaikan, atas kesepakatan tertulis, diselesaikan

melalui bantuan seorang atau lebih penasehat ahli maupun seorang mediator.

4. Apabila 14 hari tidak berhasil mencapai kata sepakat, dapat menghubungi

sebuah lembaga arbitrase atau APS untuk menunjuk mediator.

5. Dalam waktu 7 hari, mediasi harus segera dimulai.

6. Dengan memegang teguh kerahasiaan, paling lama 30 hari harus tercapai

kesepakatan dalam bentuk tertulis yang ditandatangani pihak terkait.

7. Kesepakatan secara tertulis adalah final dan mengikat para pihak untuk

dilaksanakan dengan itikad baik serta wajib didaftarkan di Pengadilan Negeri

dalam waktu 30 hari sejak penandatanganan.

8. Wajib dilaksanakan 30 hari sejak pendaftaran.

9. Apabila tidak dapat dicapai berdasarkan kesepakatan, para pihak secara tertulis

mengajukan melalui lembaga administrasi arbitrase atau arbitrase ad hoc (yang

bersifat sementara).

Syarat-syarat

Antara lain;

- Para pihak dapat menyetujui sengketa diselesaikan melalui arbitrase (pasal 7

Undang-undang arbitrase).

- Pemberitahuan dengan surat tercatat, telegram, teleks, bahwa arbitrase berlaku

(pasal 8 ayat (1) Undang-undang arbitrase).

- Surat pemberitahuan memuat dengan jelas:

a. Nama dan alamat para pihak;

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

46

Page 47: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

b. Penunjukan pada klausula atau perjanjian arbitrase;

c. Perjanjian atau masalah yang disengketakan.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

47

Page 48: CIC Hukum Dagang (Sari Kuliah)

REFERENSI

Hukum Dagang Indonesia – Jilid I, oleh Prof. R. Soekardono, SH.

Hukum Dagang – Asuransi, Pasar Modal, Modal Ventura, oleh R. Ali Ridho, SH.

Hukum Dagang – Perkembangan PT, oleh R. Ali Ridho, SH.

Pengetahuan dan Hukum Dagang, oleh Iting Partadiredja.

Dll.

Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran 2004-2005Campus in Compact – Hukum Dagang

48