chusna_lbm 1 saraf

Upload: insania-chusna

Post on 14-Apr-2018

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    1/20

    PENURUNAN KESADARANTERMINOLOGI

    1. GCS : Glasgow Coma Score adalah kriteria yang secara kuantitatif dan terpisah menilai

    respon membuka mata,respon motorik,dan respon verbal,dimana skala ini digunakan untuk

    menilai derajat kesadaran pasien.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    2/20

    2. Otorrhea DS(Dextra Sinistra)

    Echymosis periorbital bilateral

    Battles sign bilateral

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    3/20

    BIOMEKANIKA TRAUMA

    HUKUM NEWTON III(LAW OF REACTION) :

    Setiap ada gaya aksi, maka akan selalu ada gaya reaksi yang besarnya sama tetapi

    arahnya berlawanan

    Saat menumbuk suatu benda padat, bagian tubuh (atau tubuh keseluruhan) akan mengalamiperlambatan (deselerasi) yang cepat dan akan menghasilkan gaya yang besar.

    Percepatan atau perlambatan tubuh dapat menimbulkan efek :

    Seolah terjadi penambahan atau pengurangan berat tubuh

    Perubahan dalam tekanan hidrostatik internal

    Distorsi jaringan elastik tubuh

    Kecenderungan zat-zat padat dengan berbagi densitas yang larut dalam suatu cairan

    untuk berpisah

    Apabila percepatannya cukup besar tubuh akan kehilangan kendali karena tidak memiliki

    gaya otot yang memadai untuk bekerja melawan gaya percepatan yang besar

    Pada kondisi tertentu darah mungkin terkumpul di berbagai bagian tubuh

    Apabila seseorang mengalami percepatan dengan kepala lebih dulu, kurangnya aliran

    darah ke otak akan menyebabkan pandangan gelap dan hilang kesadaran

    Jaringan dapat mengalami distorsi akibat percepatan dan apabila gaya yang terjadi cukup

    besar dapat terjadi robekan atau rupture

    Cameron John R, dkk, Fisika Tubuh Manusia, ed.2, Jakarta, EGC, 2006.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    4/20

    deselerasi

    akselerasi

    Transfer

    energi

    Gaya yg

    besar

    reaksiaksi

    Apabila energi yang ditransfer

    melebihi batas toleransi

    jaringan

    Perubahan dalam tekanan hidrostatik

    internal

    Edema intersisial

    Distorsi

    jaringan tubuh

    Peningkatan

    tekanan

    intrakranial

    Pembuluh darah

    kapiler pecah

    Echymosis periorbital

    Battles sign

    e iktasis

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    5/20

    Doktrin Monro-

    Kellie

    Vol.jar.otak

    Vol darah Vol.LCS

    Tidak seimbang

    Peningkatan

    absorpsi

    LCS,penurunan

    produksi LCS

    Edema

    intersisial

    Kompensasi

    Peningkatan TIK

    dekompensasi

    Penurunan kesadaran

    Hipoksia,hiperkapnia,de

    teriorasi fungsi otak

    Penurunan aliran darah

    perdarahan

    Vasodilatasi

    vaskular

    Pemberberatpeningkatan

    TIK

    Kerusakan otak

    luas

    Mendesak

    bangunan-

    bangunan

    Peka nyeri

    Nyeri kepala

    pusat muntah

    yang terletak di

    daerah medulla

    oblongata di

    dasar ventrikel

    keempat

    muntah

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    6/20

    Nyeri Kepala

    Keluhan nyeri kepala mengharuskan orang mengetahui struktur peka nyeri yang ada

    didalam kepala. Banguna banguna yang peka nyeri ialah sebagai berikut :

    1. Sinus kranial dan vena aferen

    2. Arteri arteri duramater

    3. Arteri dasar otak dan cabang cabang besarnya

    4. Bagian bagian duramater ( sekitar pembuluh darah besar )

    Apabila terjadi trauma kepala yang meningkatkan tekanan intrakranial akibat adanya

    oedem, maka akan mendesak dan merangsang bangunan peka nyeri tersebut sehingga

    timbulah rasa nyeri kepala.

    Muntah

    Peningkatan tekanan intrakranial yang terjadi juga merangsang pusat muntah yang

    terletak di daerah postrema medulla oblongata di dasar ventrikel keempat dan secara

    anataomis berada didekat pusat salivasi dan pernapasan, menerima rangsang yang berasal

    dari korteks serebral, organ vestibuler, chemoreseptor trigger zone ( CTZ ), serabut

    aferen dan system gastrointestinal.

    Sumber : Listiono D, editor. Tekanan Tinggi Intrakranial. In: Ilmu bedah saraf

    satyanegara. Edisi ketiga. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1998; p. 122-3.

    Tekanan Intra Kranial adalah tekanan atau hubungan volume diantara kranium dan isi kubah

    kranium.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    7/20

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    8/20

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    9/20

    Buku Saku Patofisiologi Corwin. Author, Elizabeth J. Corwin

    FISIOLOGI KESADARAN

    Serabut transversal

    retikular dr batang

    otak sampai

    thalamus

    thalamus

    Formatio activator

    retikularis

    Pusat kesadaran

    Cortex cerebri

    rangsangan

    Membangkitkan

    gelombang otakbeta

    Keadaan

    bangun danterjaga

    tidak

    sadar

    Membangkitkan

    gelombang otak

    delta

    Terdapatlesi

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    10/20

    Pusat pengaturan kesadaran pada manusia secara anatomi terletak pada serabut transversal

    retikularis dari batang otak sampai thalamus dan dilanjutkan dengan formasio activator

    reticularis, yang menghubungkan thalamus dengan korteks cerebri. Formasio reticularis

    terletak di substansi grisea otak dari daerah medulla oblongata sampai midbrain dan thalamus.

    Neuron formasio reticularis menunjukkan hubungan yang menyebar. Perangsangan formasio

    reticularis midbrain membangkitkan gelombang beta, individu menjadi dalam keadaan bangun

    dan terjaga. Lesi pada formasio reticularis midbrain mengakibatkan orang dalam stadium koma,

    dengan gambaran EEG gelombang delta. Jadi formasio reticularis midbrain merangsang ARAS

    (Ascending Reticular Activating System), suatu proyeksi serabut difus yang menuju bagian

    area di forebrain. Nuklei reticular thalamus juga masuk dalam ARAS, yang juga mengirimkan

    serabut difus ke semua area di korteks cerebri (Mardiati, 1996).

    Formasio reticularis secara difus menerima dan menyebarkan rangsang, meneria imput dari

    korteks cerebri, ganglia basalis, hipothalamus, sistem limbik, cerebellum, medula spinalis dan

    semua sistem sensorik. Sedangkan serabut efferens formasio retikularis yaitu ke medula

    spinalis, cerebellum, hipothalamus, sistem limbik dan thalamus yang lalu akan berproyeksi ke

    korteks cerebri dan ganglia basalis (Price, 2006). ARAS juga mempunyai proyeksi non spesifik

    dengan depolarisasi global di korteks, sebagai kebalikan dari proyeksi sensasi spesifik dari

    thalamus yang mempunyai efek eksitasi korteks secara khusus untuk tempat tertentu. Eksitasi

    ARAS umum memfasilitasi respon kortikal spesifik ke sinyal sensori spesifik dari thalamus.

    Dalam keadaan normal, sewaktu perjalanan ke korteks, sinyal sensorik dari serabut sensori

    aferens menstimulasi ARAS melalui cabang-cabang kolateral akson. Jika sistem aferens

    terangsang seluruhna, proyeksi ARAS memicu aktivasi kortikal umum dan terjaga (Mardiati,

    1996).

    Neurotransmitter yang berperan pada ARAS yaitu neurotransmitter kolinergik, monoaminergik

    dan GABA. Korteks serebri merupakan bagian yang terbesar dari susunan saraf pusat di mana

    korteks ini berperan dalam kesadaran akan diri sendiri terhadap lingkungan atau input-input

    rangsang sensoris (awareness). Jadi kesadaran akan bentuk tubuh, letak berbagai bagian tubuh,

    sikap tubuh dan kesadaran diri sendiri merupakan funsi area asosiasi somestetik (area 5 dan 7

    brodmann) pada lobus parietalis superior meluas sampai permukaan medial hemisfer (Price,

    2006; Tjokronegoro, 2004).

    Jaras kesadarannya: masukan impuls dari pusat sensorik pada korteks serebri menuju ARAS diproyeksikan kembali ke korteks cerebri terjadi peningkatan aktivitas korteks dan

    kesadaran (Price, 2006).

    Tingkat Kesadaran Manusia:(Price, 2006)

    Sadar sadar penuh, orientasi baik terhadap orang, tempat dan waktu, kooperatif, dapat

    mengingat angka yang diberitahukan beberapa menit sebelumnya.

    Otomatisme tingkah laku normal, dapat bicara, kesulitan mengingat, bertindak otomatis

    tanpa tahu apa yang baru saja dilakukan. Konfusi canggung, mengalami gangguan daya ingat, kurang kooperatif, sulit dibangunkan,

    bingung.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    11/20

    Delirium disorientasi waktu, tempat dan orang, tidak kooperatif, agitasi, gelisah, sulit

    dibangunkan dari tidurnya.

    Stupor diam, tidur, berespon terhadap rangsang suara keras dan cahaya, berespo baik

    terhadap rangsang sakit.

    Stupor dalam bisu, sulit dibangunkan, masih berespon terhadap nyeri.

    Koma tidak sadar, tidak berespon, refleks masi ada.

    Koma ireversibel/mati refleks tidak ada, pupil dilatasi, tidak ada denyut jantung dan

    nafas.

    Penurunan Kesadaran, disebabkan oleh: (Tjokronegoro, 2004)

    1. Lesi masa supra (infra tentorium) ditandai dengan peningkatan TIK dan disertai kelainan

    fokal. Kelainan ini dapat berupa neoplasma, hematoma, infark cerebri dengan oedema,

    abses, fokal ensefalitis, venus sinus trombosis.

    2. Lesi destruktif pada subtentorial (lokal efek toksik) biasanya merupakan kerusakan

    langsung dari ARAS, yang dapat berupa infark batang otak, rhombensefalitis, demyelinasi

    batang otak, keracuana obat sedatif.

    3. Lesi difus pada korteks cerebri yang merupakan lesi bilateral umumnya karena hipoksia,

    iskemia, hipoglikemia, ketoasidosis, kelainan elektrolit, meningitis, ensefalitis,

    ensefalomielitis,subarachnoid hemorrhage.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    12/20

    pemeriksaan klinis dan neuologis pada trauma kepala

    Px klinis :

    Status fungsi vitalnilai jalan nafas,pernafasan,nadi dan tekanan darah

    Status kesadaranGCS

    Neurologis :

    Pada pasien yang sadar dapat dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap

    seperti biasanya. Pada pasien yang berada dalam keadaan koma

    hanya dapat dilakukan pemeriksaan obyektif. Bentuk pemeriksaan yang

    dilakukan adalah tanda perangsangan meningens, yang berupa tes kaku

    kuduk yang hanya boleh dilakukan bila kolumna vertebralis servikalis

    (ruas tulang leher) normal. Tes ini tidak boleh dilakukan bila ada

    fraktur atau dislokasi servikalis. Selain itu dilakukan perangsangan

    terhadap sel saraf motorik dan sarah sensorik (nervus kranialis). Saraf yang

    diperiksa yaitu saraf 1 sampai saraf 12, yaitu : nervus I (nervus olfaktoris), nervus

    II (nervus optikus), nervus III (nervus okulomotoris), nervus IV

    (troklearis), nervus V (trigeminus), nervus VI (Abdusens), nervus VII

    (fasialis), nervus VIII (oktavus), nervus IX (glosofaringeus) dan nervus

    X (vagus), nervus XI (spinalis) dan nervus XII (hipoglosus), nervus

    spinalis (pada otot lidah) dan nervus hipoglosus (pada otot belikat)

    berfungsi sebagai saraf sensorik dan saraf motorik.

    Jenis2 px penunjang diagnostic dan indikasi pada cedera kepala

    1.foto tengkorak AP dan lateral(saat deficit neurologi fokal)trauma tembus dan tumpul

    2.CT Scan kepala(saat curiga fraktur basis cranial,dan tanda2 kejang,kejang karena ada

    rangsangan pada meningeal)

    3.MRI( utk tahu kelainan pada parenkim otak)

    Foto Rontgen polos

    Pada trauma kapitis perlu dibuat foto rontgen kepala dan kolumna

    vertebralis servikalis. Film diletakkan pada sisi lesi akibat benturan. Bila lesi

    terdapat di daerah oksipital, buatkan foto anterior-posterior dan bila lesi pada kulit

    terdapat di daerah frontal buatkan foto posterior-anterior. Bila lesi terdapat

    pada daerah temporal, pariental atau frontal lateral kiri, film diletakkan pada sisi

    kiri dan dibuat foto lateral dari kanan ke kiri. Kalau diduga ada fraktur basis

    kranii, maka dibuatkan foto basis kranii dengan kepala

    menggantung dan sinar rontgen terarah tegak lurus pada garis antar angulus

    mandibularis (tulang rahang bawah). Foto kolumna vertebralis servikalis dibuat

    anterior-posterior dan lateral untuk melihat adanya fraktur atau dislokasi.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    13/20

    Pada foto polos tengkorak mungkin dapat ditemukan garis fraktur atau fraktur

    impresi. Tekanan intrakranial yang tinggi mungkin menimbulkan impressions digitae.

    2. Compute Tomografik Scan (CT-Scan)

    CT-Scan diciptakan oleh Hounsfield dan Ambrose pada tahun 1972.

    Dengan pemeriksaan ini kita dapat melihat ke dalam rongga

    tengkorak.Indikasi pemeriksaan CT-Scan pada penderita trauma kapitis :

    c.1. SKG < 15 atau terdapat penurunan kesadaran

    c.2. Trauma kapitis ringan yang disertai dengan fraktur tulang tengkorak

    c.3. Adanya tanda klinis fraktur basis kranii

    c.4. Adanya kejang

    c.5. Adanya tanda neurologis fokal

    c.6. Sakit kepala yang menetap.22

    3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)

    MRI dapat memberikan foto berbagai kelainan parenkim otak dengan lebih

    jelas.Beberapa keuntungan MRI dibandingkan dengan CT-Scan yaitu : lebih baik dalam

    menilai cedera sub-akut, termasuk kontusio, shearing injury, dan sub dural

    hematoma, lebih baik dalam menilai dan melokalisir luasnya kontusio dan

    hematoma secara lebih akurat karena mampu melakukan pencitraan dari beberapa

    posisi, dan lebih baik dalam pencitraan cedera batang otak. Sedangkan kerugian

    MRI dibandingkan dengan CT-Scan yaitu : membutuhkan waktu pemeriksaanlama sehingga membutuhkan alat monitoring khusus pada pasien trauma

    kapitis berat, kurang sensitif dalam menilai perdarahan akut, kurang baik dalam

    penilaian fraktur, perdarahan subarachnoid dan pneumosefalus minimal

    dapat terlewatkan .

    a) tanda tanda lucid interval

    b) Prinsip2 pnanganan penderita cedera kepala???

    1.Breathing

    Perlu diperhatikan mengenai frekuensi dan jenis pernafasan penderita. Adanya obstruksi

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    14/20

    jalan nafas perlu segera dibebaskan dengan tindakan-tindakan : suction, intubasi,

    trakheostomi. Oksigenasi yang cukup atau hiperventilasi bila perlu, merupakan tindakan

    yang berperan penting sehubungan dengan edem serebri.

    2.Blood

    Mencakup pengukuran tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium darah (Hb, leukosit).

    Peningkatan tekanan darah dan denyut nadi yang menurun mencirikan adanya suatu

    peninggian tekanan intracranial; sebaliknya tekanan darah yang menurun dan makin

    cepatnya denyut nadi menandakan adanya syok mhipovolemik akibat perdarahan (yang

    kebanyakan bukan dari kepala/otak)dan memerlukan tindakan transfusi.

    3.Brain

    Langkah awal penilaian keadaan otak ditekankan terhadap respon-respon mata, motorik,

    dan verbal (GCS). Perubahan respon ini merupakan implikasi perbaikan/perburukan

    cedera kepal tersebut, dan bila pada pemantauan menunjukkan adanya perburukan

    kiranya perlu pemeriksaan lebnih mendalam mengenai keadaan pupil(ukuran, bentuk, dan

    reaksi terhadap cahaya) serta gerakan-gerakan bola mata.

    4.Bladder

    Kandung kemih perlu selalu dikosongkan(pemasangan kateter) mengingat bahwa kandung

    kemih yang epnuh merupakan suatu rangsangan untuk mengedan sehingga tekanan

    intracranial cenderung lebih meningkat.

    5.Bowel

    Seperti halnya di atas, bahwa usus yang penuh juga cenderung untuk meninggikan TIK.

    6.BoneMencegah terjadinya dekubitus, kontraktur sendi dan sekunder infeksi

    7.fisioterapi paru

    Mengubah secara berkala posisi berbaring dan mengisap timbunan sekret

    8.anggota gerak digerakkan secara pasif untuk mencegah kontraktur dan hipotrofi

    9.kornea mata dibasahi dengan asam borat 2% untuk mencegah keratitis

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    15/20

    Trauma Kapitis

    Trauma kapitis

    Definisi :

    Trauma mekanik terhaadap kepala baik scr langsung / tdk langsung sehingga menyebabkan

    gangguan fungsi neurologis (gangguan fisik, kognitif, fungsi psikososial) baik temporer maupunpermanen.

    Etiologi :

    Kepala diam dibentur oleh benda bergerak

    hanya terjadi luka benturan

    Kepala bergerak membentur benda diamDapat terjadi : Getaran otak

    Deformasi tengkorak

    Pergeseran otak

    Rotasi otak

    Lesi kontra benturan

    Kepala yang tidak dapat bergerak karena menyender pada benda lain oleh benda yang

    bergerak (kepala tergencet)

    Mula-mula terjadi adalah retak atau hancurnya tulang tengkorak. Bila hebat -> otak juga

    hancur

    Klasifikasi :

    1. Berdasarkan Patologi

    - komotio serebri

    - kontusio serebri

    - laserasio serebri

    2. Berdasarkan lokasi lesi

    - lesi diffus

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    16/20

    - lesi kerusakan vaskuler otak

    - lesi fokal : kontusio & laserasio serebri

    - lesi kerusakan vaskuler otak : hematoma intrakranial (ekstradural, subdural,

    intraparenkhimal)

    Patofisiologi :

    Trauma pada CNS mempunyai 2 fase. Fase awal luka neuron dan terjadi dari hasil langsung pada

    saat trauma awal. Fase kedua atau fase akhir, terjadi proses multiplikasi neuropatologik, dapat

    berlangsung dari hari sampai mingguan setelah terjadi trauma pertama.

    Sumber: Cecil Medicine

    Manifestasi klinis :

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    17/20

    Diagnosis :

    - Anamnesis :

    DIAGNOSIS

    A. Anamnesis

    Diagnosis cedera kepala biasanya tidak sulit ditegakkan : riwayat kecelakaan lalu lintas,kecelakaan kerja atau perkelahian hampir selalu ditemukan. Pada orang tua dengan kecelakaan

    yang terjadi di rumah, misalnya jatuh dari tangga, jatuh di kamar mandi atau sehabis bangun

    tidur, harus dipikirkan kemungkinan gangguan pembuluh darah otak (stroke)karena keluarga

    kadang- kadang tak mengetahui pasti urutan kejadiannya : jatuh kemudian tidak sadar atau

    kehilangan kesadaran lebih dahulu sebelum jatuh.

    Anamnesis yang lebih terperinci meliputi :

    1. Sifat kecelakaan.

    2. Saat terjadinya, beberapa jam/hari sebelum dibawa ke rumah

    sakit.

    3. Ada tidaknya benturan kepala langsung.

    4. Keadaan penderita saat kecelakaan dan perubahan kesadaran sampai saat diperiksa.

    Bila si pasien dapat diajak berbicara, tanyakan urutan peris tiwanya sejak sebelum terjadinyakecelakaan, sampai saat tiba di rumah sakit untuk mengetahui kemungkinan adanya amnesia

    retrograd. Muntah dapat disebabkan oleh tingginya tekanan intrakranial. Pasien tidak selalu

    dalam keadaan pingsan (hilang/ turun kesadarannya), tapi dapat kelihatan bingung/disorientasi

    (kesadaran berubah).

    B. Indikasi Perawatan

    Pasien sebaiknya dirawat di rumah sakit bila terdapat gejala atau tanda sebagai berikut :

    1. Perubahan kesadaran saat diperiksa.

    2. Fraktur tulang tengkorak.

    3. Terdapat defisit neurologik.

    4. Kesulitan menilai kesadaran pasien, misalnya pada anak- anak, riwayat minum alkohol, pasien

    tidak kooperatif.

    5. Adanya faktor sosial seperti :

    a. Kurangnyapengawasan orang tua/keluarga bila dipulangkan.

    b. Kurangnya pendidikan orang tua/keluarga.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    18/20

    c. Sulitnya transportasi ke rumah sakit

    Skala Koma Glasgow adalah berdasarkan penilaian/pemeriksaan atas tiga parameter, yaitu :

    a. Buka mata.

    b. Respon motorik terbaik.

    c. Respon verbal terbaik.

    Penatalaksanaan :

    1. Memperbaiki/mempertahankan fungsi vital

    Usahakan agar jalan nafas selalu babas, bersihkan lendir dan darah yang dapat

    menghalangi aliran udara pemafasan. Bila perlu dipasang pipa naso/orofaringeal dan pemberianoksigen.

    Infus dipasang terutama untuk membuka jalur intravena : gunakan cairan NaC10,9% atau

    Dextrose in saline.

    2. Mengurangi edema otak

    Beberapa cara dapat dicoba untuk mengurangi edema otak:

    a. Hiperventilasi.

    b. Cairan hiperosmoler.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    19/20

    c. Kortikosteroid.

    d. Barbiturat.

    a. Hiperventilasi

    Bertujuan untuk menurunkan paO2 darah sehingga mencegah vasodilatasi pembuluh darah.

    Selain itu suplai oksigen yang terjaga dapat membantu menekan metabolisme anaerob, sehingga

    dapat mengurangi kemungkinan asidosis. Bila dapat diperiksa, paO2

    dipertahankan > 100 mmHg dan paCO2 di antara 2530 mmHg.

    b.Cairan hiperosmoler

    Umumnya digunakan cairan Manitol 1015% per infus untuk "menarik" air dari ruang intersel ke

    dalam ruang intravaskular untuk kemudian dikeluarkan melalui diuresis. Untuk memperolehefek yang dikehendaki, manitol hams diberikan dalam dosis yang cukup dalam waktu singkat,

    umumnya diberikan : 0,51 gram/kg BB dalam 1030 menit. Cara ini berguna pada kasus-kasus

    yang menunggu tindakan bedah. Pada kasus biasa, harus dipikirkan kemungkinan efek rebound;

    mungkin dapat dicoba diberikan kembali (diulang) setelah beberapa jam atau keesokan harinya.

    c.Kortikosteroid

    Penggunaan kortikosteroid telah diperdebatkan manfaatnya sejak beberapa waktu yang lalu.

    Pendapat akhir-akhir ini cenderung menyatakan bahwa kortikosteroid tidak/kurang

    bermanfaat pada kasus cedera kepala. Penggunaannya berdasarkan pada asumsi bahwa obat ini

    menstabilkan sawar darah otak. Dosis parenteral yang pernah dicoba juga bervariasi :

    Dexametason pernah dicoba dengan dosis sampai 100 mg bolus yang diikuti dengan 4 dd 4 mg.

    Selain itu juga Metilprednisolon pernah digunakan dengan dosis 6 dd 15 mg dan Triamsinolon

    dengan dosis 6 dd 10 mg.

    d.Barbiturat

    Digunakan untuk mem"bius" pasien sehingga metabolisme otak dapat ditekan serendah

    mungkin, akibatnya kebutuhan oksigen juga akan menurun; karena kebutuhan yang rendah,

    otak relatif lebih terlindung dari kemungkinan kemsakan akibat hipoksi, walaupun suplai

    oksigen berkurang. Cara ini hanya dapat digunakan dengan pengawasan yang ketat.

    e.Cara lain

    Pala 2448 jam pertama, pemberian cairan dibatasi sampai 15002000 ml/24 jam agar tidakmemperberat edema jaringan.

    Dr. Budi Riyanto W.

  • 7/30/2019 Chusna_lbm 1 Saraf

    20/20

    UPF Mental Organik, Rumah Saki' Jiwa Bogor, Bogor

    Prognosis :

    Dubia et bonam jika ditangani secara cepat dan tepat