china eropa timur

12
China – Eropa Timur 1. Ekonomi-Politik Perdana Menteri China Wen Jiabao berkunjung ke Polandia, 13-15 April lalu (2011). Selama di Polandia, dua pertemuan digelar: konsultasi bilateral dengan Perdana Menteri Polandia Donald Tusk dan Forum Bisnis China-Eropa Timur. Dalam temu bisnis yang dihadiri oleh 16 kepala pemerintahan negara-negara Eropa Timur itu, PM Jiabao menjanjikan dana pinjaman lunak jangka panjang sebanyak US$ 10 miliar untuk pembangunan infrastruktur dan berbagai proyek hi-tech di Eropa Timur. Di bidang penanaman modal, China akan menyiapkan dana sebesar US$ 500 juta sebagai modal awal bagi pengusaha China yang ingin investasi di kawasan itu. Tak hanya itu, di bidang perdagangan PM Jiabao berjanji akan meningkatkan nilai perdagangan dengan Eropa Timur dua kali lipat, menjadi US$ 100 miliar pada 2015. Dalam pakem diplomasi konvensional, kunjungan pemimpin satu negara ke negara lain sangat jamak dilakukan untuk meningkatkan hubungan bilateral. Namun ketika rencana itu diumumkan di depan 16 kepala pemerintahan dari negara-negara Eropa Timur, manuver diplomasi ekonomi itu membuka ruang interpretasi yang luas terhadap kepentingan China di Eropa. Bagaimana menakar kepentingan China itu? Untuk menakar kepentingan China di Eropa, utamanya di Eropa Timur, dapat dilakukan dengan melihat politik

Upload: avi-cenna

Post on 19-Jan-2016

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dod

TRANSCRIPT

Page 1: China Eropa Timur

China – Eropa Timur

1. Ekonomi-Politik

Perdana Menteri China Wen Jiabao berkunjung ke Polandia, 13-15 April lalu

(2011). Selama di Polandia, dua pertemuan digelar: konsultasi bilateral dengan Perdana

Menteri Polandia Donald Tusk dan Forum Bisnis China-Eropa Timur. Dalam temu bisnis

yang dihadiri oleh 16 kepala pemerintahan negara-negara Eropa Timur itu, PM Jiabao

menjanjikan dana pinjaman lunak jangka panjang sebanyak US$ 10 miliar untuk

pembangunan infrastruktur dan berbagai proyek hi-tech di Eropa Timur. Di bidang

penanaman modal, China akan menyiapkan dana sebesar US$ 500 juta sebagai modal

awal bagi pengusaha China yang ingin investasi di kawasan itu. Tak hanya itu, di bidang

perdagangan PM Jiabao berjanji akan meningkatkan nilai perdagangan dengan Eropa

Timur dua kali lipat, menjadi US$ 100 miliar pada 2015.

Dalam pakem diplomasi konvensional, kunjungan pemimpin satu negara ke

negara lain sangat jamak dilakukan untuk meningkatkan hubungan bilateral. Namun

ketika rencana itu diumumkan di depan 16 kepala pemerintahan dari negara-negara Eropa

Timur, manuver diplomasi ekonomi itu membuka ruang interpretasi yang luas terhadap

kepentingan China di Eropa. Bagaimana menakar kepentingan China itu?

Untuk menakar kepentingan China di Eropa, utamanya di Eropa Timur, dapat

dilakukan dengan melihat politik perluasan keanggotaan Uni Eropa. Uni Eropa sampai

saat ini beranggotakan 27 negara. Pada 2004, entitas regional ini menerima delapan

anggota baru, yaitu Polandia, Republik Cek, Slovakia, Hongaria, Estonia, Latvia,

Lithuania, dan Slovenia.

Lalu pada 2007, dua negara menyusul, yaitu Bulgaria dan Rumania. Tuntaskah

ambisi Uni Eropa memperluas keanggotaannya? Ternyata belum. Sampai saat ini proses

perluasan keanggotaan terus bergulir.

Beberapa negara masih dalam daftar tunggu. Untuk tidak menyebut semuanya,

lima negara (Kroasia, Makedonia, Serbia, Albania, dan Bosnia-Herzegovina) sedang

menjalani proses aksesi menjadi anggota. Menarik diamati, negara-negara yang diterima

Page 2: China Eropa Timur

menjadi anggota baik pada 2004 maupun 2007, bahkan lima negara yang sedang diproses

keanggotaannya adalah negara-negara bekas sosialis-komunis.

Dari sini terlihat bahwa kriteria perluasan keanggotaan Uni Eropa ternyata tidak

melulu masalah geografi. Sesuai dengan amanat Lisbon Treaty 2009, entitas regional ini

mengusung nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, dan ekonomi pasar.

Maka, demokrasi, hak asasi manusia, dan ekonomi pasar menjadi takaran utama

dalam menilai keanggotaan baru. Uni Eropa berkepentingan untuk merangkul negara

bekas komunis itu agar mereka tidak terpengaruh kembali oleh mantan bos ideologinya

dulu, Rusia (John Van Oudenaren, Uniting Europe, 2005).

Dengan anggota yang banyak dan ideologi yang sama, Uni Eropa akan solid

untuk mengembangkan nilai ideal itu di kawasan, termasuk menjadikannya alat penekan

dalam berinteraksi dengan negara mitranya, termasuk China. Pada titik inilah

kepentingan Uni Eropa berkelindan dengan ambisi China untuk hadir di Eropa,

khususnya Eropa Timur.

Selama ini China risih dengan kerewelan Uni Eropa terhadap hak asasi manusia

dan demokrasi. Sikap kritis atas rekam jejak China dalam isu ini tidak hanya ditunjukkan

oleh negara anggota dari Eropa Barat, tetapi juga oleh negara bekas komunis, Eropa

Timur.

Tengok Polandia yang aktif mendukung demokratisasi di Ukraina, Belarusia dan

kawasan Afrika Utara. Terkait dengan isu demokrasi dan hak asasi manusia, ada dua hal

menarik dalam paket bantuan ekonomi China untuk Eropa Timur.

Pertama, pemilihan Polandia sebagai tempat temu bisnis. Kiprah Polandia dalam

mendukung demokratisasi dinilai sebagai indikasi bahwa negara ini pada suatu saat akan

rewel terhadap kinerja demokrasi dan penghormatan hak asasi manusia di negara lain.

Dalam konteks ini, pemilihan Polandia sebagai tempat untuk temu bisnis dan

pengumuman paket bantuan ekonomi bukanlah suatu kebetulan.

Polandia, negara Eropa Timur terbesar dalam jumlah penduduk dan pendapatan

nasional serta dikenal sebagai penyebar demokrasi di kawasan, dinilai dapat berperan

Page 3: China Eropa Timur

sebagai perantara, bridge builder, antara China dan negara-negara Eropa Barat tatkala isu

demokrasi dan hak asasi manusia menjadi ganjalan dalam hubungan China-Uni Eropa.

Kedua, ke-16 negara yang hadir pada acara temu bisnis di Polandia itu adalah

negara bekas komunis di Eropa Timur. Dalam perspektif geo-politik, Uni Eropa, terutama

anggota dari kawasan Eropa Barat, sangat berkepentingan dengan haluan politik ke-16

negara bekas komunis itu agar mereka juga pro demokrasi dan hak asasi manusia.

Namun China “bermain dari dalam” dengan instrumen ekonomi. Dalam jangka

panjang, jika lima dari 16 negara itu resmi menjadi anggota maka 16 negara itu

merupakan separuh dari seluruh anggota Uni Eropa. Ini jelas sangat signifikan dalam

konstelasi politik dan proses pengambilan keputusan di markas besar Uni Eropa di

Brussels.

Jika paket bantuan ekonomi China berhasil meningkatkan kemakmuran, tak heran

jika ke-16 negara itu akan berpikir dua kali untuk mengusik China dengan isu-isu sensitif.

Berhubungan baik dengan ke-16 negara Eropa Timur yang bekas komunis dan tidak

rewel terhadap demokrasi dan hak asasi manusia, sejatinya adalah kepentingan China di

Eropa.

2. Pertahanan

Angkatan laut Rusia dan Cina memulai latihan militer pada hari Sabtu (25/1) di

Laut Mediterania, yang melibatkan kapal penjelajah bertenaga nuklir Rusia, Pyotr Veliky

dan kapal perang Cina, Yancheng. Latihan itu bertujuan untuk meningkatkan tingkat

kompatibilitas operasional antara kapal militer Rusia dan Cina selama aksi bersama di

bagian timur Laut Mediterania.

Pada Juli 2013, Rusia dan Cina juga mengadakan latihan gabungan angkatan laut

terbesar mereka di Laut Jepang, di mana mengerahkan total 23 kapal perang. Kegiatan itu

mengindikasikan bahwa kedua negara ingin membentuk sebuah aliansi dan

meningkatkan kehadiran militer mereka di daerah-daerah strategis di dunia. Para

pengamat mengatakan latihan militer Rusia-Cina mungkin ditujukan untuk operasi

gabungan angkatan laut besar-besaran. Seorang pakar dari lembaga think tank pertahanan

Page 4: China Eropa Timur

CAST, Vasily Kashin mengatakan, "Masalah itu sangat jelas bahwa militer Rusia dan

Cina berlatih untuk kemungkinan aksi bersama skala besar".

Menurutnya, operasi gabungan angkatan laut mungkin diperlukan untuk membela

kepentingan kedua negara dan sekutu mereka di berbagai belahan dunia. Aliansi

dipandang oleh banyak negara sebagai alternatif untuk menciptakan perimbangan

kekuatan dan negara-negara dunia berusaha untuk menyeimbangkan kekuatannya melalui

dua cara yaitu, memperkuat sektor internal dan membentuk aliansi.

Di bidang militer, cara yang paling sering dipakai untuk menyeimbangkan

kekuatan adalah membentuk aliansi militer dan pertahanan. Sejarah mencatat bahwa ada

sejumlah aliansi militer yang dibentuk untuk menghadapi kekuatan-kekuatan lain yang

lebih besar. Rusia dan Cina dalam beberapa tahun terakhir berusaha memperkuat sektor

internal dan membentuk aliansi untuk menghadapi ekspansi militer Amerika Serikat di

berbagai wilayah dunia.

Aliansi strategis kedua negara juga diperkuat dengan memperluas hubungan dan

kerjasama militer. Meskipun hubungan itu dipenuhi banyak pasang surut sejak dekade

1990, namun Cina tetap tertarik untuk memanfaatkan teknologi militer Rusia. Menurut

sejumlah dokumen, Cina memenuhi sekitar 95 persen dari persenjataan canggihnya dari

Rusia sepanjang dekade 1990. Kerjasama itu juga melebar ke sektor teknis, modernisasi,

dan perawatan.

Pentagon mengatakan bahwa nilai kontrak militer antara Cina dan Rusia

mencapai 13 miliar dolar selama tahun 2000 hingga 2005. Pada tahun 2011, Rusia

mengekspor sekitar dua miliar dolar senjata ke Cina dan pada tahun 2012, negara itu juga

mengeluarkan dana 1,3 miliar dolar untuk membeli helikopter Mi-171E dan peralatan

militer lainnya dari Rusia.

Ancaman kolektif yang dihadapi oleh Cina dan Rusia telah mendorong kedua

negara untuk memperkuat kerjasama militer dan membentuk aliansi strategis di bidang

pertahanan. Perkembangan militer dalam beberapa tahun terakhir baik di wilayah Eropa

maupun di Asia Timur, menunjukkan bahwa AS ingin membatasi gerak Cina dan Rusia.

Washington ingin merusak sistem pertahanan strategis Beijing dan Moskow dengan

memperkuat kerjasama militer dengan Jepang dan Korea Selatan serta menempatkan

sistem perisai rudal di Eropa Timur. Oleh karena itu, Cina-Rusia akan merespon

Page 5: China Eropa Timur

kebijakan ekspansif Amerika dan menempatkan potensi-potensi militer kedua negara

pada satu jalur.

Amerika-Eropa Timur

1. Ekonomi Politik

Fokus utama kebijakan energi AS di Eropa Timur adalah telah mendirikan suatu

rute koridor selatan Kaspia dan Asia Tengah untuk mengirim pasokan gas dari timur

tengah ke Eropa melalui pipa.

George W. Bush mengkritik tajam Rusia untuk menggunakan pasokan energi

sebagai sarana untuk mendapatkan pengaruh politik atas negara-negara lain dan

mendesak negara-negara Eropa untuk mendiversifikasi sumber pasokan. Pemerintahan

Obama juga menyerukan diversifikasi, tetapi tidak secara terbuka mengungkapkan

kekhawatiran tentang kebijakan energi Rusia di wilayah tersebut, mungkin untuk

menghindari ketegangan hubungan dengan Moskow.

Kemajuan proyek TANAP bersama dengan pemilihan TAP telah meningkatkan

pengiriman gas alam Caspian mengalir ke Eropa dalam jumlah yang signifikan. Para

pejabat AS telah mengindikasikan bahwa mereka mendukung setiap pipa melalui Koridor

Selatan yang memberikan gas ke negara-negara yang paling rentan di Eropa dan itu

termasuk menjamin bahwa pipa akan diperluas sebagai gas yang lebih mudah di dapat.

Ketiga proyek tersebut di atas semua dipandang sebagai scalable karena pasokan dan

permintaan perubahan.

Arab Spring membawa perubahan rezim bagi dua produsen gas alam, Libya dan

Mesir dengan sumber-sumber potensial gas alamnya diperluas ke Eropa. Pemerintah AS

bersama dengan Uni Eropa, telah menunjukkan keinginannya untuk memperluas

perdagangan dan investasi dengan kawasan MENA (Afrika Utara), yang dapat membantu

pertumbuhan ekonomi mendorong dan memberikan dukungan untuk transisi demokrasi

yang sukses. Misalnya, dalam pidato yang disampaikan di Departemen Luar Negeri pada

tanggal 19 Mei 2011, Presiden Obama menguraikan rencana baru untuk keterlibatan AS

dengan MENA yang mencakup "Perdagangan dan Investasi Kemitraan". Beberapa

anggota Kongres juga telah menyatakan minatnya untuk perdagangan dan investasi yang

lebih dalam dengan negara-negara Arab Spring. Meskipun perdagangan AS dan investasi

Page 6: China Eropa Timur

dengan kawasan MENA keseluruhan relatif terbatas saat ini, wilayah ini dapat hadir

tumbuh peluang komersial untuk bisnis AS di berbagai bidang seperti energi,

transportasi, dan infrastruktur.

Masalah pembayaran gas antara Rusia dan Ukraina menyebabkan Rusia

mengurangi pasokan. Saluran pipa yang sama yang membawa gas Rusia ke Ukraina juga

memasok gas ke Eropa Timur, menciptakan kekurangan di sana.

2. Pertahanan

Kerjasama keamanan antara Amerika dengan Eropa Timur sangat tergantung

pada kondisi politik negara-negara eropa barat dan dalam Uni Eropa sendiri. Amerika

menganggap Eropa barat sebagai mitra serius dan aliansi oleh sebab itu AS membatasi

diri dalam melakukan maneuver politik dan keamanan di kawasan Eropa timur.

Keterlibatan AS di kawasan Eropa Timur selalu dibawah bendera NATO bersama dengan

Uni Eropa, selebihnya secara independent kehadiran AS di Eropa Timur hanya dalam

bidang politik, contohnya tindakan AS untuk menekan Russia ketika menginvasi

Georgia.

Dalam estimasi AS, negara-negara CEE (Central and eastern europ) juga telah

memberikan peran yang berharga bagi transisi politik dan ekonomi yang pengalamannya

dapat diterapkan pada sistem pasca komunis. Selain itu, sebagian besar negara-negara

demokrasi baru CEE memihak AS atas intervensi AS di Irak meskipun oposisi dari

beberapa negara Eropa Barat, sehingga membantu untuk meningkatkan prestise sebagian

negara CEE di mata AS.

Amerika diakui di seluruh wilayah Eropa Timur sebagai benteng utama melawan

komunisme dan ekspansionisme Soviet, dan sebagai mercusuar kebebasan, demokrasi,

dan kemerdekaan nasional. AS dianggap berperan dalam jatuhnya pemerintahan komunis

dan Bubarnya blok Soviet. AS juga telah dipandang memberikan dukungan politik,

ekonomi, dan keamanan selama proses demokratisasi dan dalam memastikan bahwa

sebagian besar negara-negara CEE diintegrasikan ke dalam aliansi NATO. Amerika juga

diakui sebagai pemimpin "komunitas demokratis" dan dalam bidang keamanan telah

menggerakkan keterlibatan NATO dan bahkan Uni Eropa di Eropa Timur. Uni Eropa

sebagai lembaga, dan negara-negara pendirinya Eropa Barat, tidak dianggap memiliki

Page 7: China Eropa Timur

kekuatan militer yang cukup, prestise internasional, atau kemauan politik untuk

menjamin pembesaran Barat. Akibatnya, masing-masing pemerintah CEE telah berupaya

untuk mengembangkan "hubungan khusus atau" kemitraan strategis "dengan AS dan

mempertahankan ikatan erat dalam lingkungan internasional yang tidak pasti1.

Amerika Serikat juga telah menjalin kerjasama keamanan dengan beberapa

negara Eropa Timur, sebagai contoh, Amerika Serikat telah menambah kontribusi dalam

detasemen penerbangan AS-Polandia dengan jet tempur tambahan; didukung kehadiran

AS di Laut Hitam; dan untuk negara seperti Estonia, Latvia, Lithuania, dan Polandia telah

menjalani pelatihan bersama.

Kerjasama keamanan antara AS dengan negara-negara Eropa Timur dibangun

atas dasar program bantuan sektor keamanan Foreign Military Financing (FMF) dan

Program Pendidikan dan Pelatihan Militer Internasional (IMET). Mengingat peristiwa

okupasi Russia, program ini telah menjadi lebih penting untuk membantu memastikan

mitra koalisi dan kerjasama yang akan menuju tujuan keamanan bersama. Dalam hal itu,

negara-negara yang tergabung dalam FMF dan IMET membantu memenuhi komitmen

mereka dalam NATO, meningkatkan interoperabilitas mereka, dan membangun kapasitas

mereka. Pada era pasca perang dingin, Eropa dan Amerika telah mengejar

kepentingannya di Eropa Timur. Peran utama ini selalu dimainkan oleh Amerika Serikat,

mengingat kemampuannya yang lebih besar untuk bertindak secara strategis, kohesi yang

kuat.

Memang, melihat kembali prestasi besar Eropa Barat di kawasan itu, sebagian

besar telah didorong oleh AS. Pemerintahan Clinton juga telah memainkan peran penting

dalam membawa proyek BTC membuahkan hasil. Demikian juga, perkembangan

hubungan keamanan antara Barat dan daerah dalam tahun 2000-an sangat banyak akibat

dari kepentingan Amerika di wilayah berikut September 11, 2001 Hanya dengan

peristiwa tahun 2004-2005 di Ukraina, dan kemudian peluncuran Kemitraan Eropa Timur

dengan AS.

Sejak munculnya pemerintahan Obama, tidak ada tanda bahwa minat baru di

Eropa Timur akan datang. Salah satu contohnya adalah AS menganggap bahwa Eropa

adalah isu yang ditangani selama tahun 1990-an, dan yang sekarang telah diselesaikan.

1 http://www.state.gov/p/eur/rls/rm/2009/131634.htm.

Page 8: China Eropa Timur

Yang kedua adalah prioritas baru di AS untuk "mengulang kembali" hubungan dengan

Rusia, yang telah memastikan bahwa AS tidak agresif mengejar kepentingannya di Eropa

Timur. Pemerintahan Obama melakukan tindakan pada tahun 2009 untuk

memperingatkan Moskow terhadap provokasi baru dengan Georgia, menunjukkan bahwa

low profile Amerika di wilayah itu akan bergantung pada Rusia menahan diri dari

langkah agresif sendiri.

Pada masa pemerintahan Obama penanganan isu pertahanan rudal di Eropa

Timur-Tengah merupakan sebuah kesalahan. Pada masa pemerintahan George W Bush

kebijakan ini dianggap berusaha untuk membunuh dua burung dengan satu batu: untuk

membangun pertahanan terhadap ancaman rudal Iran di masa depan, sekaligus

menenangkan kekhawatiran keamanan yang meningkat dari negara-negara Eropa Tengah

dan Timur. Masalahnya adalah bahwa masalah keamanan ini ada hubungannya dengan

Rusia dan tidak dengan rudal Iran. Hal ini hanya akan meningkatkan tensi perang politik

antara AS dengan Russia.

Ini tidak berarti bahwa kebijakan perthanan Amerika tidak relevan di Eropa Timur. Ini

hanya berarti bahwa Eropa tidak bisa lagi mengandalkan Amerika untuk mengambil

peran utama dalam mewujudkan tujuan kebijakan Uni Eropa dan AS berikan; hal ini

menjadi tantangan bagi AS dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan untuk

memajukan kepentingannya di wilayah tersebut Eropa Timur2.

2 The New Eastern Europe Challenges and oppurtunities for The EU by Svante Cornel. 2009.