chapter iii vi
DESCRIPTION
Chapter III-VI.pdfTRANSCRIPT
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
3.2. Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1. Variabel
Variabel bebas (independen) : indeks massa tubuh.
Variabel tergantung (dependen) : siklus menstruasi.
3.2.2. Definisi Operasional
Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara penilaian status gizi
seseorang berdasarkan antropometri, yaitu berat badan dan tinggi badan. Berat
Badan (BB) adalah jumlah massa tubuh yang dihitung dalam kilogram (kg).
Tinggi Badan (TB) adalah panjang tubuh yang dihitung dari telapak kaki hingga
atas kepala dalam sentimeter (cm). IMT ditentukan dengan menggunakan rumus
Cara pengukuran IMT dengan melakukan pengukuran berat badan dan
tinggi badan terlebih dahulu. Berat badan diukur dengan timbangan injak merk
camry dan tinggi badan diukur dengan mikrotoa merk one med. Hasil pengukuran
berat badan serta tinggi badan dimasukkan ke dalam rumus, selanjutnya
dikategorikan menjadi BB kurang, normal, BB lebih, dan obese berdasarkan
IMT = Berat Badan (kg)
[Tinggi Badan (m)]2
Indeks Massa Tubuh Siklus Menstruasi
Variabel Independen Variabel Dependen
Universitas Sumatera Utara
klasifikasi IMT menurut kriteria Asia Pasifik . Hasil pengukuran berupa data
kategorik dan skala pengkuran adalah skala ordinal.
Kategori IMT (Kg/m2)
Kurus < 18,5
Normal 18,5 - 22,9
BB lebih 23,0 - 24,9
Obese ≥ 25,0
Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang
lalu dan mulainya siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi teratur adalah
siklus menstruasi normal yaitu 21-35 hari dan secara rutin didapatkan. Siklus
menstruasi yang tidak teratur jika siklus menstruasi lebih pendek (<21 hari) atau
lebih panjang (>35 hari), dalam tempo yang berbeda-beda dan terjadi lebih dari 2
kali periode menstruasi.
Siklus menstruasi ditentukan dengan sistem recall menggunakan
kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui siklus menstruasi yang
dialami responden selama 12 bulan terakhir. Kuesioner berisi data responden, pola
menstruasi, kriteria inklusi ekslusi, dan pola hidup. Siklus menstruasi normal
(eumenorea) yaitu siklus yang panjangnya 21-35 hari. Siklus yang memendek atau
kurang dari 21 hari disebut polimenorea. Siklus yang memanjang atau lebih dari
35 hari disebut oligomenorea. Amenorea sekunder adalah sedikitnya lebih dari 3
bulan berturut-turut/3 kali siklus tidak mendapatkan menstruasi. Data siklus
menstruasi yang didapatkan yaitu, eumenorea, polimenorea, oligomenorea dan
amenorea. Hasil pengukuran berupa data kategorik. Skala pengukuran adalah
skala ordinal.
3.3 Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
Ada hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK
USU angkatan 2010, 2011, dan 2012
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi Cross
Sectional yang akan dilakukan untuk melihat hubungan indeks massa tubuh
dengan siklus menstruasi.
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan April 2013 sampai
November 2013, mulai dari pembuatan proposal sampai dengan penulisan hasil
penelitian. Alasan pemilihan tempat dikarenakan jumlah mahasisiwi di fakultas
kedokteran yang cukup banyak dan masuk kedalam usia dewasa muda serta
dianggap lebih memahami tentang siklus menstruasi.
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1. Populasi Penelitian
Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang
masih aktif.
4.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode stratified random
sampling dan melakukan uji kriteria (inklusi dan eksklusi). Metode stratified
random sampling berarti sampel dipilih secara acak pada setiap strata. Strata yang
digunakan adalah angkatan dengan memilih beberapa sampel yang jumlahnya
dihitung berdasarkan besar perkiraan total sampel (Sostroasmoro, 2010). Dalam
penelitian ini yang menjadi sampel adalah mahasiswi FK USU angkatan 2010,
2011, dan 2012. Sampel yang diambil lalu diuji dengan kriteria inklusi dan
Universitas Sumatera Utara
eksklusi yang telah ditetapkan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai
berikut:
a. Kriteria inklusi
1. Mahasiswi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010, 2011, dan 2012.
2. Berusia 19-25 tahun.
3. Sudah pernah mengalami siklus menstruasi dan minimal 3 tahun setelah
menarche.
4. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar
persetujuan setelah penjelasan (informed consent).
b. Kriteria Ekslusi
1. Sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal.
2. Memiliki penyakit-penyakit keganasan atau kelainan pada saluran reproduksi
seperti fibroid, kista, endometriosis, sindrom polikistik ovarium, infeksi pada
saluran reproduksi maupun kelainan genetik lainnya .
3. Memiliki penyakit metabolik seperti diabetes mellitus.
4. Sedang hamil ataupun menyusui.
5. Tidak bersedia menjadi sampel penelitian.
4.3.3 Besar Sampel Penelitian
Menurut Wahyuni (2011), adapun perhitungan sampel minimal yang
dibutuhkan, rumus yang digunakan adalah
{Z1-α/2√P0(1-P0) + Z1-β√Pa(1-Pa)}2
(Pa-P0)2
Keterangan:
n : besar sampel minimum
Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu
n =
Universitas Sumatera Utara
Z1-β : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu
P0 : proporsi di populasi
Pa : perkiraan proporsi di populasi
Pa-P0 : perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi
Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan
95%) sehingga didapat nilai Zα sebesar 1,96. Power ditetapkan 0,80 maka nilai Zβ
0,842. Dikarenakan proporsi sebelumnya tidak diketahui, digunakan 0,5.
Perkiraan selisih di populasi sebesar 0,1, maka besar Pa kita dapatkan 0,6.
Sehingga berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam
penelitian ini adalah:
{Z1-α/2√P0(1-P0) + Z1-β√Pa(1-Pa)}2
(Pa-P0)2
{1,96√0,5(1-0,5) + 0,842√0,6(1-0,6)}2
(0,1)2
193,9
Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 194
orang. Untuk dapat meningkatkan akurasi hasil penelitian ini, maka jumlah
sampel yang terlibat sebanyak 220 orang. Teknik pengambilan data menggunakan
teknik stratified random sampling dan didistribusikan merata pada mahasiswi
Fakultas Kedokteran USU berdasarkan angkatan sebagai berikut:
1. Mahasiswi FK USU angkatan 2010 (238 orang)
Besar sampel: 238/909 × 220 = 58 orang
2. Mahasiswi FK USU angkatan 2011 (320 orang)
Besar sampel: 320/909 × 220 = 77 orang
3. Mahasiswi FK USU angkatan 2010 (351 orang)
Besar sampel: 351/909 × 220 = 85 orang
n =
n =
n =
Universitas Sumatera Utara
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer pada penelitian ini adalah data IMT dan siklus menstruasi.
Data sekunder berupa jumlah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang masih aktif diperoleh dari
dokumentasi data di bagian pendidikan FK USU.
Setelah didapatkan jumlah mahasiswi yang masih aktif, dilakukan
pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling. Sampel
yang didapatkan diuji dengan kriteria inklusi dan ekslusi kemudian dilakukan
pengambilan data primer. Data siklus menstruasi diperoleh dengan wawancara
yang dipandu dengan kuesioner yang berisi data responden, pola menstruasi, pola
hidup, dan kriteria inklusi eksklusi. Selanjutnya data diolah dan dikategorikan
menjadi polimenorea, normal, oligomenorea, dan amenorea. Siklus menstruasi
yang teratur dan tidak teratur ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
Data IMT diperoleh dengan pengukuran antropometri, yaitu berat badan
dan tinggi badan pada responden. Pengumpulan data indeks massa tubuh
dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sesuai dengan
prosedur yang ditentukan. Selanjutnya data diolah menurut rumus pengukuran
indeks massa tubuh dan dibedakan dalam kategori berat badan kurang, berat
badan normal, berat badan berlebih, dan obese.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang telah terkumpul ditabulasi untuk diolah lebih lanjut dengan
menggunakan program Statistic Product for Service Solution (SPSS). Uji
hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat
kemaknaan (α) sebesar 5% untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara
indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi, serta melihat apakah hubungan
tersebut bermakna secara statistik atau tidak.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara (USU). Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas negeri
yang terletak di bagian utara pulau Sumatera. Fakultas Kedokteran sendiri
merupakan salah satu fakultas tertua di USU. Fakultas Kedokteran USU berlokasi
di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Fakultas ini terletak di Kelurahan
Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, dengan batas wilayah:
Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan
Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
Batas TImur : Jalan Universitas, Padang Bulan
Batas Barat : Fakultas Psikologi USU
FK USU mempunyai 1.449 mahasiswa/i S1 dengan perincian 409 orang
dengan tahun masuk 2010, 510 orang dengan tahun masuk 2011, dan 530 orang
dengan tahun masuk 2012. Jumlah mahasiswi dari ketiga angkatan ini sebanyak
909 orang.
5.1.2. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, karakteristik responden yang ada dapat dibedakan
berdasarkan angkatan, umur, berat badan, tinggi badan, kategori indeks massa
tubuh, dan siklus menstruasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah
ini
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Karakteristik Frekuensi(n) Persentase(%) Min Max Rerata±SD
Angkatan
2010 58 26,4
2011 77 35
2012 85 38,6
Umur (Tahun) 19 23 20,10±1,08
19 85 38,6
20 55 25
21 56 25,5
22 20 9,1
23 4 1,8
Berat Badan (Kg) 37 98 55,92±10,48
Tinggi Badan (cm) 140 178 1,58±0,06
Indeks Massa Tubuh (Kg/m2) 15,01 37,34 22,39±3,96
BB Kurang (<18,5) 24 10,9
Normal (18,5-22,9) 120 54,5
BB Lebih (23-24,9) 32 14,5
Obese (>25) 44 20
Siklus Menstruasi (Hari)
Teratur (21-35 hari) 147 66,8
Tidak Teratur 73 33,2
Polimenorea (<21) 28 12,7
Oligomenorea (>35) 34 15,5
Amenorea(>3siklus) 11 5
Total 220 100
Dari Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa jumlah responden dari angkatan
2010 sejumlah 58 orang (26,4%), angkatan 2011 sejumlah 77 orang (35%), dan
angkatan 2012 berjumlah 85 orang (38,6%). Dapat diketahui juga bahwa rentang
usia responden antara 19-23 tahun dengan mayoritas responden berusia 19 tahun
sejumlah 85 orang (38,6%), sedangkan kelompok usia responden yang paling
sedikit adalah usia 23 tahun sejumlah 4 orang (1,8%). Berat badan terendah
adalah 37 kg dan tertinggi adalah 98 kg dengan rata-rata berat badan responden
Universitas Sumatera Utara
sebesar 55,92±10,48 kg. Tinggi badan responden didapati terendah 140 cm
sementara tertinggi didapati 178 cm dan rata-rata tinggi badan 1,58±0,06 cm.
Sebagian besar mahasiswi dari angkatan 2010, 2011, dan 2012 memliki
indeks massa tubuh yang normal sejumlah 120 orang (54,5%) dan kategori IMT
tersedikit BB kurang sejumlah 24 orang (10,9%). IMT terendah sebesar 15,01
kg/m2, tertinggi 37,34 kg/m2, dan rata-rata IMT 22,39±3,96 kg/m2. Dari 220
mahasiswi, 147 (66,8%) diantaranya memiliki siklus menstruasi yang teratur
sedangkan 73 orang (33,2%) dengan siklus tidak teratur. Kejadian gangguan
siklus tersering adalah oligomenorea sebanyak 34 orang (15,5%).
5.1.3. Distribusi Indeks Massa Tubuh berdasarkan Angkatan
Pada penelitian ini dapat diketahui besar kejadian tiap kategori indeks
massa tubuh di tiap angkatannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut ini
Tabel 5.2. Distribusi Kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Angkatan
Angkatan
Kategori IMT Total
BB Kurang Normal BB Lebih Obese
n % n % n % n % n %
2010 9 15,5 21 36,2 15 25,9 13 22,4 58 100
2011 4 5,2 51 66,2 8 10,4 14 18,2 77 100
2012 11 12,9 48 56,5 9 10,6 17 20 85 100
Dari Tabel 5.2. Pada ketiga angkatan mayoritas memiliki IMT normal
yaitu 2010 sebanyak 21 mahasiswi (36,2%), 2011 sebanyak 51 mahasiswi
(66,2%), dan 2012 sebanyak 48 mahasiswi (56,5%). Pada angkatan 2010 dan
2011 didapati kategori IMT terendah adalah kategori BB kurang yaitu sebanyak
9 mahasiswi (15,5%) dan 4 mahasiswi (5,2%). Sementara pada angkatan 2012
didapati BB lebih sebagai kategori dengan jumlah terendah yaitu 9 mahasiswi
(10,6%).
Universitas Sumatera Utara
5.1.4. Distribusi Siklus Menstruasi berdasarkan Angkatan
Pada penelitian ini dapat diketahui besar kejadian siklus mentruasi teratur
dan tidak teratur serta gangguan siklus menstruasi tersering di tiap angkatannya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini
Tabel 5.3. Distribusi Siklus Menstruasi berdasarkan Angkatan
Angkatan
Siklus Menstruasi
Total Teratur Tidak Teratur
Normal Polimenorea Oligomenorea Amenorea
Sekunder
n % n % n % n % n %
2010 36 62,1 9 15,5 9 15,5 4 6,9 58 100
2011 50 64,9 9 11,7 14 18,2 4 5,2 77 100
2012 61 71,8 10 11,8 11 12,9 3 3,5 85 100
Dari Tabel 5.3. pada ketiga angkatan didapati lebih dari setengah populasi
mengalami siklus teratur. Pada angkatan 2010 gangguan siklus polimenorea dan
oligomenorea jumlah kejadiannya sama banyak, sebanyak 9 orang (15,5%). Pada
angkatan 2011, gangguan tersering adalah oligomenorea sebanyak 14 orang
(18,2%). Begitu juga pada angkatan 2012 didapati 11 orang (12,9%) mengalami
oligomenorea.
Universitas Sumatera Utara
5.1.5. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi
Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara
indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi. Data hasil penelitian dapat dilihat
pada tabel berikut ini
Tabel 5.4. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi
Kategori
IMT
Keteraturan Siklus Menstruasi Total
RP p
value Tidak Teratur Teratur
n % n % n %
BB Kurang 10 4,5 14 6,4 24 10,9 1,67
0,031 Normal 30 13,6 90 40,9 120 54,5
BB Lebih 12 5,5 20 9,1 32 14,5 1,5
Obese 21 9,5 23 10,5 44 20,0 1,91
Total 73 33,2 147 66,8 220 100
X2=8,87, p= 0,031, df=3
Dari Tabel 5.4. dapat diketahui bahwa secara keseluruhan 147 mahasiswi
(66,8) memiliki siklus yang teratur sedangkan 73 mahasiswi (33,2%) memiliki
siklus menstruasi yang tidak teratur. Dari 24 mahasiswi dengan kategori IMT BB
kurang yang mengalami siklus yang tidak teratur sebanyak 10 mahasiswi (4,5%).
Pada kategori normal dari 120 mahasiswi, yang mengalami ketidakteraturan siklus
menstruasi sebanyak 30 mahasiswi (13,6%). Pada kategori BB lebih 12 mahasiswi
(5,5%) mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi dari total 32 mahasiswi BB
lebih. Pada 44 mahasiswi obese didapati 21 mahasiswi (9,5%) dengan siklus tidak
teratur.
Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode chi square dengan tingkat
kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p (p value) sebesar 0,031 (p<0,05), maka
Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan
keteraturan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU.
Berdasarkan penelitian ini juga dapat dihitung besar rasio prevalens
sehingga diperoleh besar risiko pada tiap kelompok IMT. Pada kelompok IMT BB
Universitas Sumatera Utara
kurang memiliki risiko kejadian gangguan siklus menstruasi sebesar 1,67 kali
lebih besar dibandingkan pada kelompok responden IMT normal. Kelompok IMT
BB lebih memiliki risiko mengalami gangguan siklus menstruasi sebesar 1,5 kali
lebih besar daripada kelompok IMT normal. Sementara kelompok obese memiliki
risiko 1,91 kali lebih besar daripada orang dengan IMT normal.
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi berdasarkan Indeks Massa Tubuh
IMT
Siklus Menstruasi
Total Teratur Tidak Teratur
Normal Polimenorea Oligomenorea Amenorea
Sekunder
n % n % n % n % n %
BB Kurang 14 58,3 6 25 4 16,7 0 0 24 100 Normal 90 75 12 10 15 12,5 3 2,5 120 100
BB Lebih 20 62,5 5 15,6 5 15,6 2 6,3 32 100 Obese 23 52,3 5 11,4 10 22,7 5 13,6 44 100
Pada tabel 5.5. dapat diketahui pada BB kurang, gangguan siklus yang
tersering adalah polimenorea sebanyak 6 orang (25%). Mahasiswi dengan IMT
normal didapati oligomenorea dengan jumlah kejadian 15 orang (12,5%) sebagai
gangguan yang tersering. Pada BB lebih didapati gangguan polimenorea dan
oligomenorea sama banyaknya kejadiannya di populasi yaitu 5 orang (15,6%).
Sementara pada mahasiswi obese didapatkan 10 orang (22,7%) diantaranya
mengalami oligomenorea.
Universitas Sumatera Utara
5.2. Pembahasan
Jumlah responden yang ikut dalam penelitian ini 220 mahasiswi dengan
usia responden berkisar antara 19-23 tahun, penelitian serupa pada mahasiswi
kedokteran di Dinajpur,India pun memiliki responden dengan usia antara 19-25
tahun (Begum, 2009). Nohara (2011) melalui penelitiannya pada perempuan di
Jepang mengatakan bahwa siklus menstruasi tidak teratur paling sering terjadi
pada perempuan di bawah usia 25 tahun. Rakhmawati (2012) dalam penelitiannya
melibatkan wanita berusia 19-25 tahun. Hal ini didasari pada penelitian di Iran
yang mendapati usia 20-25 tahun sebagai usia dengan kejadian gangguan siklus
menstruasi paling tinggi (Gharravi,2006).
Mayoritas IMT responden adalah normal yaitu sebanyak 120 mahasiswi
(54,5%). Disusul oleh obese sejumlah 44 mahasiswi (20%), BB Lebih sejumlah
32 mahasiswi (14,5%), dan BB kurang sejumlah 24 mahasiswi (10,9%).
Penelitian pada 200 mahasiswi kedokteran di India didapati pola yang sama,
dengan IMT mayoritas didapati pada IMT normal sebesar 59%, BB lebih ataupun
obese yang dikategorikan diatas 25 kg/m2 sebanyak 31,5% dan BB kurang hanya
9,55% (Desphande, 2013).
Dari 220 responden, 66,8% memiliki siklus yang normal dan teratur
sementara 33,2% mengalami siklus yang tidak teratur. Prevalensi kejadian siklus
tidak teratur lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Begum (2009) pada
mahasiswi di Universitas Dinajpur, India yang mendapati siklus tidak teratur
12,7% sementara siklus teratur 87,4%. Sementara di Turkey, Cakir et al. (2009)
menemukan 31,2% kejadian siklus tidak teratur.
Hubungan antara IMT dengan keteraturan siklus menstruasi dengan uji chi
square didapati (X2=8,66, p=0,034, CI 95%) yang berarti didapati adanya
hubungan antara keduanya. Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan
pada wanita usia subur di Bantul, didapati p value <0,05 (Chotimah, 2012).
Dahliansyah (2010) pun mendapati adanya hubungan IMT dengan keteraturan
siklus menstruasi (X2=5,284, p=0,022). Lemak tubuh yang diukur dengan IMT,
memiliki pengaruh yang kuat pada siklus memanjang dan tidak teratur.
Perempuan dengan IMT diatas normal memliki resiko lebih tinggi untuk terjadi
Universitas Sumatera Utara
siklus tidak teratur (Rowland et al, 2002). Penelitian pada mahasiswi di
Bangladesh dengan uji chi square didapati p=0,025 (p<0,05), dikatakan IMT lebih
besar lebih cenderung mengalami ketidakteraturan (Hossain, 2010) hal ini sejalan
deangan yang dilakukan Wei et al. (2009) pada wanita Australian yang semakin
mendukung adanya hubungan antara IMT dengan keteraturan siklus menstruasi.
Berat badan kurang, lemak yang sedikit, intake kalori yang rendah dan
eating disorder diduga mengganggu sekresi pulsatil dari pituitary gonadotropin
(Fujiwara et al, 2007). Persen lemak tubuh tinggi menyebabkan peningkatan
produksi androstenedion yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai
prekursor hormon reproduksi. Sehingga, semakin banyak presentase jaringan
lemak tubuh, semakin banyak pula estrogen yang terbentuk yang kemudian dapat
menggangu keseimbangan hormon (Rakhmawati, 2012).
Dari 33,2% siklus tidak teratur, didapati 15,5% oligomenorea, 12,7%
polimenorea, dan amenorea sebesar 5%. Indeks massa tubuh dibawah ataupun
diatas normal berisiko lebih sering mengalami gangguan. Penelitian yang
dilakukan Rianda (2011) pada mahasiswi FK USU angkatan 2010 dari 124
responden didapati 5,6% oligomenorea, dan 4,8% polimenorea. Rakhmawati
(2012) menyatakan dalam penelitian pada perempuan obese dengan desain case
control didapati jenis gangguan tersering pada orang obese adalah oligomenorea
sebesar 30,78%.
Pada penelitian ini didapati 4,5% BB kurang, 13,6% BB normal, 5,5% BB
lebih, dan 9,5% obese mengalami ketidakteraturan siklus dari total populasi.
Sementara itu Chotimah (2012) mendapati 51,4% IMT BB lebih, 27,1% IMT BB
kurang, dan 17,5% IMT normal, memiliki menstruasi tidak teratur.
Agrawal (2012) pada penelitiannya mendapati siklus memanjang
(>35hari) pada IMT obesitas sebesar 10%, 6% IMT BB lebih, dan 3% IMT
normal sementara sebesar 7% dari IMT obesitas, 4% dari IMT BB lebih, dan 2%
dari IMT normal mengalami siklus memendek (<25 hari). Selain itu dilakukan
penghitungan odd ratio, didapati obese berisiko 4 kali dan overweight berisiko 2
kali lipat untuk mengalami menstruasi abnormal (OR=4 ;OR=2) (Agrawal, 2012).
Sejalan dengannya Primastuti (2012) mendapati obese memiliki resiko 3,5 kali
Universitas Sumatera Utara
lipat. Pada penelitian ini dengan desain cross sectional maka besar rasio
prevalensi BB kurang, BB lebih, dan Obese (RP=1,67; RP=1,5; RP=1,91)
(RP>1). Dari rasio prevalens ini dapat ditarik kesimpulan indeks massa tubuh
diluar range normal menjadi faktor risiko untuk terjadinya siklus menstruasi tidak
teratur.
Perempuan dengan berat badan berlebih, memiliki empat sampai lima kali
lebih sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Ditemukan juga peningkatan
androstenedion dan peningkatan rasio estron atau estradiol serta penurunan kadar
sex hormone binding globuline (SHBG) serum (Basir, 2012). Gangguan siklus
menstruasi disebabkan karena adanya gangguan umpan balik dengan kadar
estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar FSH tidak pernah mencapai puncak.
Dengan demikian pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi.
Keadaan ini berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi (oligomenorea)
ataupun kehilangan siklus menstruasi (amenorea) (Sugiharto, 2009).
Perempuan dengan berat badan berlebih dan memiliki gangguan siklus
menstruasi dapat melakukan program penurunan berat badan untuk menormalkan
siklus menstruasinya. Penurunan berat badan ±10% menunjukkan adanya
perbaikan profil hormon yang dapat menurunkan risiko gangguan siklus
menstruasi (Norman, 2012). Sedangkan perempuan dengan berat badan kurang
dianjurkan untuk melakukan program peningkatan berat badan sampai mencapai
ideal. Selain itu memperbaiki kualitas dan kuantitas asupan makanan merupakan
tindakan untuk meningkatkan fungsi reproduksi kedepannya (Paath et al, 2005)
Universitas Sumatera Utara
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi p<0,05
(p=0,031).
2. Indeks massa tubuh mayoritas adalah kategori normal sebesar 54,5% disusul oleh
obese 20%, BB lebih 14,5%, dan BB kurang sebesar 10,9%. Rata-rata indeks
massa tubuh 22,39±3,96kg/m2.
3. Siklus menstruasi teratur didapati sebesar 66,8% sementara yang tidak teratur
sebesar 33,2%. Gangguan siklus menstruasi yang terjadi oligomenorea 15,5%,
polimenorea 12,7%, dan amenorea sekunder 5%.
6.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian hormonal untuk membuktikan apakah kadar estrogen
lebih tinggi pada IMT diatas normal dan lebih rendah pada IMT dibawah normal
sehingga dapat diukur dan diyakini IMT mempengaruhi kadar estrogen. Selain
itu.dapat diperkirakan hal-hal hormonal lain yang lebih berperan untuk
menyebabkan gangguan siklus.
2. Desain penelitian sebaiknya kohort prospektif dengan pemantauan siklus
menstruasi secara berturut selama 3 kali siklus untuk mendapatkan hasil yang
valid dan menghindari bias karena perubahan berat badan, pencatatan siklus
menstruasi yang salah ataupun faktor-faktor risiko lain.
3. Kejadian siklus menstruasi tidak teratur yang tinggi di kalangan mahasiswi
ataupun wanita usia muda perlu menjadi perhatian bagi kaum perempuan karena
hal ini bisa menjadi faktor risiko gangguan reproduksi di kemudian hari.
4. Mahasiswi dengan gangguan siklus dianjurkan untuk memperbaiki kuantitas dan
kualitas asupan makanan serta mengikuti program penurunan ataupun
peningkatan berat badan untuk mencapai berat badan ideal.
Universitas Sumatera Utara