chapter iii vi

16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah: Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 3.2. Variabel dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Variabel bebas (independen) : indeks massa tubuh. Variabel tergantung (dependen) : siklus menstruasi. 3.2.2. Definisi Operasional Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara penilaian status gizi seseorang berdasarkan antropometri, yaitu berat badan dan tinggi badan. Berat Badan (BB) adalah jumlah massa tubuh yang dihitung dalam kilogram (kg). Tinggi Badan (TB) adalah panjang tubuh yang dihitung dari telapak kaki hingga atas kepala dalam sentimeter (cm). IMT ditentukan dengan menggunakan rumus Cara pengukuran IMT dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan terlebih dahulu. Berat badan diukur dengan timbangan injak merk camry dan tinggi badan diukur dengan mikrotoa merk one med. Hasil pengukuran berat badan serta tinggi badan dimasukkan ke dalam rumus, selanjutnya dikategorikan menjadi BB kurang, normal, BB lebih, dan obese berdasarkan IMT = Berat Badan (kg) [Tinggi Badan (m)] 2 Indeks Massa Tubuh Siklus Menstruasi Variabel Independen Variabel Dependen Universitas Sumatera Utara

Upload: adil-athilshipate

Post on 18-Feb-2016

9 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Chapter III-VI.pdf

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter III VI

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Variabel dan Definisi Operasional

3.2.1. Variabel

Variabel bebas (independen) : indeks massa tubuh.

Variabel tergantung (dependen) : siklus menstruasi.

3.2.2. Definisi Operasional

Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah salah satu cara penilaian status gizi

seseorang berdasarkan antropometri, yaitu berat badan dan tinggi badan. Berat

Badan (BB) adalah jumlah massa tubuh yang dihitung dalam kilogram (kg).

Tinggi Badan (TB) adalah panjang tubuh yang dihitung dari telapak kaki hingga

atas kepala dalam sentimeter (cm). IMT ditentukan dengan menggunakan rumus

Cara pengukuran IMT dengan melakukan pengukuran berat badan dan

tinggi badan terlebih dahulu. Berat badan diukur dengan timbangan injak merk

camry dan tinggi badan diukur dengan mikrotoa merk one med. Hasil pengukuran

berat badan serta tinggi badan dimasukkan ke dalam rumus, selanjutnya

dikategorikan menjadi BB kurang, normal, BB lebih, dan obese berdasarkan

IMT = Berat Badan (kg)

[Tinggi Badan (m)]2

Indeks Massa Tubuh Siklus Menstruasi

Variabel Independen Variabel Dependen

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter III VI

klasifikasi IMT menurut kriteria Asia Pasifik . Hasil pengukuran berupa data

kategorik dan skala pengkuran adalah skala ordinal.

Kategori IMT (Kg/m2)

Kurus < 18,5

Normal 18,5 - 22,9

BB lebih 23,0 - 24,9

Obese ≥ 25,0

Siklus menstruasi adalah jarak antara tanggal mulainya menstruasi yang

lalu dan mulainya siklus menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi teratur adalah

siklus menstruasi normal yaitu 21-35 hari dan secara rutin didapatkan. Siklus

menstruasi yang tidak teratur jika siklus menstruasi lebih pendek (<21 hari) atau

lebih panjang (>35 hari), dalam tempo yang berbeda-beda dan terjadi lebih dari 2

kali periode menstruasi.

Siklus menstruasi ditentukan dengan sistem recall menggunakan

kuesioner yang berisi pertanyaan untuk mengetahui siklus menstruasi yang

dialami responden selama 12 bulan terakhir. Kuesioner berisi data responden, pola

menstruasi, kriteria inklusi ekslusi, dan pola hidup. Siklus menstruasi normal

(eumenorea) yaitu siklus yang panjangnya 21-35 hari. Siklus yang memendek atau

kurang dari 21 hari disebut polimenorea. Siklus yang memanjang atau lebih dari

35 hari disebut oligomenorea. Amenorea sekunder adalah sedikitnya lebih dari 3

bulan berturut-turut/3 kali siklus tidak mendapatkan menstruasi. Data siklus

menstruasi yang didapatkan yaitu, eumenorea, polimenorea, oligomenorea dan

amenorea. Hasil pengukuran berupa data kategorik. Skala pengukuran adalah

skala ordinal.

3.3 Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah:

Ada hubungan indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi pada mahasiswi FK

USU angkatan 2010, 2011, dan 2012

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter III VI

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain studi Cross

Sectional yang akan dilakukan untuk melihat hubungan indeks massa tubuh

dengan siklus menstruasi.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan dari bulan April 2013 sampai

November 2013, mulai dari pembuatan proposal sampai dengan penulisan hasil

penelitian. Alasan pemilihan tempat dikarenakan jumlah mahasisiwi di fakultas

kedokteran yang cukup banyak dan masuk kedalam usia dewasa muda serta

dianggap lebih memahami tentang siklus menstruasi.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Populasi terjangkau pada penelitian ini adalah mahasiswi Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang

masih aktif.

4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian dipilih dengan menggunakan metode stratified random

sampling dan melakukan uji kriteria (inklusi dan eksklusi). Metode stratified

random sampling berarti sampel dipilih secara acak pada setiap strata. Strata yang

digunakan adalah angkatan dengan memilih beberapa sampel yang jumlahnya

dihitung berdasarkan besar perkiraan total sampel (Sostroasmoro, 2010). Dalam

penelitian ini yang menjadi sampel adalah mahasiswi FK USU angkatan 2010,

2011, dan 2012. Sampel yang diambil lalu diuji dengan kriteria inklusi dan

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter III VI

eksklusi yang telah ditetapkan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai

berikut:

a. Kriteria inklusi

1. Mahasiswi Fakultas Kedokteran USU angkatan 2010, 2011, dan 2012.

2. Berusia 19-25 tahun.

3. Sudah pernah mengalami siklus menstruasi dan minimal 3 tahun setelah

menarche.

4. Bersedia menjadi sampel penelitian dengan menandatangani lembar

persetujuan setelah penjelasan (informed consent).

b. Kriteria Ekslusi

1. Sedang mengkonsumsi obat-obat hormonal.

2. Memiliki penyakit-penyakit keganasan atau kelainan pada saluran reproduksi

seperti fibroid, kista, endometriosis, sindrom polikistik ovarium, infeksi pada

saluran reproduksi maupun kelainan genetik lainnya .

3. Memiliki penyakit metabolik seperti diabetes mellitus.

4. Sedang hamil ataupun menyusui.

5. Tidak bersedia menjadi sampel penelitian.

4.3.3 Besar Sampel Penelitian

Menurut Wahyuni (2011), adapun perhitungan sampel minimal yang

dibutuhkan, rumus yang digunakan adalah

{Z1-α/2√P0(1-P0) + Z1-β√Pa(1-Pa)}2

(Pa-P0)2

Keterangan:

n : besar sampel minimum

Z1-α/2 : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu

n =

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter III VI

Z1-β : nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada β tertentu

P0 : proporsi di populasi

Pa : perkiraan proporsi di populasi

Pa-P0 : perkiraan selisih proporsi yang diteliti dengan proporsi di populasi

Pada penelitian ini, ditetapkan nilai α sebesar 0,05 (tingkat kepercayaan

95%) sehingga didapat nilai Zα sebesar 1,96. Power ditetapkan 0,80 maka nilai Zβ

0,842. Dikarenakan proporsi sebelumnya tidak diketahui, digunakan 0,5.

Perkiraan selisih di populasi sebesar 0,1, maka besar Pa kita dapatkan 0,6.

Sehingga berdasarkan rumus di atas, besarnya sampel yang diperlukan dalam

penelitian ini adalah:

{Z1-α/2√P0(1-P0) + Z1-β√Pa(1-Pa)}2

(Pa-P0)2

{1,96√0,5(1-0,5) + 0,842√0,6(1-0,6)}2

(0,1)2

193,9

Dengan demikian besar sampel minimal yang diperlukan adalah 194

orang. Untuk dapat meningkatkan akurasi hasil penelitian ini, maka jumlah

sampel yang terlibat sebanyak 220 orang. Teknik pengambilan data menggunakan

teknik stratified random sampling dan didistribusikan merata pada mahasiswi

Fakultas Kedokteran USU berdasarkan angkatan sebagai berikut:

1. Mahasiswi FK USU angkatan 2010 (238 orang)

Besar sampel: 238/909 × 220 = 58 orang

2. Mahasiswi FK USU angkatan 2011 (320 orang)

Besar sampel: 320/909 × 220 = 77 orang

3. Mahasiswi FK USU angkatan 2010 (351 orang)

Besar sampel: 351/909 × 220 = 85 orang

n =

n =

n =

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter III VI

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer pada penelitian ini adalah data IMT dan siklus menstruasi.

Data sekunder berupa jumlah mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara angkatan 2010, 2011, dan 2012 yang masih aktif diperoleh dari

dokumentasi data di bagian pendidikan FK USU.

Setelah didapatkan jumlah mahasiswi yang masih aktif, dilakukan

pengambilan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling. Sampel

yang didapatkan diuji dengan kriteria inklusi dan ekslusi kemudian dilakukan

pengambilan data primer. Data siklus menstruasi diperoleh dengan wawancara

yang dipandu dengan kuesioner yang berisi data responden, pola menstruasi, pola

hidup, dan kriteria inklusi eksklusi. Selanjutnya data diolah dan dikategorikan

menjadi polimenorea, normal, oligomenorea, dan amenorea. Siklus menstruasi

yang teratur dan tidak teratur ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

Data IMT diperoleh dengan pengukuran antropometri, yaitu berat badan

dan tinggi badan pada responden. Pengumpulan data indeks massa tubuh

dilakukan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan sesuai dengan

prosedur yang ditentukan. Selanjutnya data diolah menurut rumus pengukuran

indeks massa tubuh dan dibedakan dalam kategori berat badan kurang, berat

badan normal, berat badan berlebih, dan obese.

4.5. Pengolahan dan Analisa Data

Data yang telah terkumpul ditabulasi untuk diolah lebih lanjut dengan

menggunakan program Statistic Product for Service Solution (SPSS). Uji

hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji chi square dengan tingkat

kemaknaan (α) sebesar 5% untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara

indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi, serta melihat apakah hubungan

tersebut bermakna secara statistik atau tidak.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter III VI

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara (USU). Universitas Sumatera Utara merupakan salah satu universitas negeri

yang terletak di bagian utara pulau Sumatera. Fakultas Kedokteran sendiri

merupakan salah satu fakultas tertua di USU. Fakultas Kedokteran USU berlokasi

di jalan dr. Mansyur No.5 Medan, Indonesia. Fakultas ini terletak di Kelurahan

Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru, dengan batas wilayah:

Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan

Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Batas TImur : Jalan Universitas, Padang Bulan

Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

FK USU mempunyai 1.449 mahasiswa/i S1 dengan perincian 409 orang

dengan tahun masuk 2010, 510 orang dengan tahun masuk 2011, dan 530 orang

dengan tahun masuk 2012. Jumlah mahasiswi dari ketiga angkatan ini sebanyak

909 orang.

5.1.2. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang ada dapat dibedakan

berdasarkan angkatan, umur, berat badan, tinggi badan, kategori indeks massa

tubuh, dan siklus menstruasi. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dibawah

ini

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter III VI

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden

Karakteristik Frekuensi(n) Persentase(%) Min Max Rerata±SD

Angkatan

2010 58 26,4

2011 77 35

2012 85 38,6

Umur (Tahun) 19 23 20,10±1,08

19 85 38,6

20 55 25

21 56 25,5

22 20 9,1

23 4 1,8

Berat Badan (Kg) 37 98 55,92±10,48

Tinggi Badan (cm) 140 178 1,58±0,06

Indeks Massa Tubuh (Kg/m2) 15,01 37,34 22,39±3,96

BB Kurang (<18,5) 24 10,9

Normal (18,5-22,9) 120 54,5

BB Lebih (23-24,9) 32 14,5

Obese (>25) 44 20

Siklus Menstruasi (Hari)

Teratur (21-35 hari) 147 66,8

Tidak Teratur 73 33,2

Polimenorea (<21) 28 12,7

Oligomenorea (>35) 34 15,5

Amenorea(>3siklus) 11 5

Total 220 100

Dari Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa jumlah responden dari angkatan

2010 sejumlah 58 orang (26,4%), angkatan 2011 sejumlah 77 orang (35%), dan

angkatan 2012 berjumlah 85 orang (38,6%). Dapat diketahui juga bahwa rentang

usia responden antara 19-23 tahun dengan mayoritas responden berusia 19 tahun

sejumlah 85 orang (38,6%), sedangkan kelompok usia responden yang paling

sedikit adalah usia 23 tahun sejumlah 4 orang (1,8%). Berat badan terendah

adalah 37 kg dan tertinggi adalah 98 kg dengan rata-rata berat badan responden

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter III VI

sebesar 55,92±10,48 kg. Tinggi badan responden didapati terendah 140 cm

sementara tertinggi didapati 178 cm dan rata-rata tinggi badan 1,58±0,06 cm.

Sebagian besar mahasiswi dari angkatan 2010, 2011, dan 2012 memliki

indeks massa tubuh yang normal sejumlah 120 orang (54,5%) dan kategori IMT

tersedikit BB kurang sejumlah 24 orang (10,9%). IMT terendah sebesar 15,01

kg/m2, tertinggi 37,34 kg/m2, dan rata-rata IMT 22,39±3,96 kg/m2. Dari 220

mahasiswi, 147 (66,8%) diantaranya memiliki siklus menstruasi yang teratur

sedangkan 73 orang (33,2%) dengan siklus tidak teratur. Kejadian gangguan

siklus tersering adalah oligomenorea sebanyak 34 orang (15,5%).

5.1.3. Distribusi Indeks Massa Tubuh berdasarkan Angkatan

Pada penelitian ini dapat diketahui besar kejadian tiap kategori indeks

massa tubuh di tiap angkatannya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut ini

Tabel 5.2. Distribusi Kategori Indeks Massa Tubuh berdasarkan Angkatan

Angkatan

Kategori IMT Total

BB Kurang Normal BB Lebih Obese

n % n % n % n % n %

2010 9 15,5 21 36,2 15 25,9 13 22,4 58 100

2011 4 5,2 51 66,2 8 10,4 14 18,2 77 100

2012 11 12,9 48 56,5 9 10,6 17 20 85 100

Dari Tabel 5.2. Pada ketiga angkatan mayoritas memiliki IMT normal

yaitu 2010 sebanyak 21 mahasiswi (36,2%), 2011 sebanyak 51 mahasiswi

(66,2%), dan 2012 sebanyak 48 mahasiswi (56,5%). Pada angkatan 2010 dan

2011 didapati kategori IMT terendah adalah kategori BB kurang yaitu sebanyak

9 mahasiswi (15,5%) dan 4 mahasiswi (5,2%). Sementara pada angkatan 2012

didapati BB lebih sebagai kategori dengan jumlah terendah yaitu 9 mahasiswi

(10,6%).

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter III VI

5.1.4. Distribusi Siklus Menstruasi berdasarkan Angkatan

Pada penelitian ini dapat diketahui besar kejadian siklus mentruasi teratur

dan tidak teratur serta gangguan siklus menstruasi tersering di tiap angkatannya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 5.3. Distribusi Siklus Menstruasi berdasarkan Angkatan

Angkatan

Siklus Menstruasi

Total Teratur Tidak Teratur

Normal Polimenorea Oligomenorea Amenorea

Sekunder

n % n % n % n % n %

2010 36 62,1 9 15,5 9 15,5 4 6,9 58 100

2011 50 64,9 9 11,7 14 18,2 4 5,2 77 100

2012 61 71,8 10 11,8 11 12,9 3 3,5 85 100

Dari Tabel 5.3. pada ketiga angkatan didapati lebih dari setengah populasi

mengalami siklus teratur. Pada angkatan 2010 gangguan siklus polimenorea dan

oligomenorea jumlah kejadiannya sama banyak, sebanyak 9 orang (15,5%). Pada

angkatan 2011, gangguan tersering adalah oligomenorea sebanyak 14 orang

(18,2%). Begitu juga pada angkatan 2012 didapati 11 orang (12,9%) mengalami

oligomenorea.

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter III VI

5.1.5. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara

indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi. Data hasil penelitian dapat dilihat

pada tabel berikut ini

Tabel 5.4. Hubungan antara Indeks Massa Tubuh dengan Siklus Menstruasi

Kategori

IMT

Keteraturan Siklus Menstruasi Total

RP p

value Tidak Teratur Teratur

n % n % n %

BB Kurang 10 4,5 14 6,4 24 10,9 1,67

0,031 Normal 30 13,6 90 40,9 120 54,5

BB Lebih 12 5,5 20 9,1 32 14,5 1,5

Obese 21 9,5 23 10,5 44 20,0 1,91

Total 73 33,2 147 66,8 220 100

X2=8,87, p= 0,031, df=3

Dari Tabel 5.4. dapat diketahui bahwa secara keseluruhan 147 mahasiswi

(66,8) memiliki siklus yang teratur sedangkan 73 mahasiswi (33,2%) memiliki

siklus menstruasi yang tidak teratur. Dari 24 mahasiswi dengan kategori IMT BB

kurang yang mengalami siklus yang tidak teratur sebanyak 10 mahasiswi (4,5%).

Pada kategori normal dari 120 mahasiswi, yang mengalami ketidakteraturan siklus

menstruasi sebanyak 30 mahasiswi (13,6%). Pada kategori BB lebih 12 mahasiswi

(5,5%) mengalami ketidakteraturan siklus menstruasi dari total 32 mahasiswi BB

lebih. Pada 44 mahasiswi obese didapati 21 mahasiswi (9,5%) dengan siklus tidak

teratur.

Setelah dilakukan uji hipotesis dengan metode chi square dengan tingkat

kemaknaan 0,05 (α=5%) diperoleh nilai p (p value) sebesar 0,031 (p<0,05), maka

Ho ditolak yang berarti bahwa ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan

keteraturan siklus menstruasi pada mahasiswi FK USU.

Berdasarkan penelitian ini juga dapat dihitung besar rasio prevalens

sehingga diperoleh besar risiko pada tiap kelompok IMT. Pada kelompok IMT BB

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter III VI

kurang memiliki risiko kejadian gangguan siklus menstruasi sebesar 1,67 kali

lebih besar dibandingkan pada kelompok responden IMT normal. Kelompok IMT

BB lebih memiliki risiko mengalami gangguan siklus menstruasi sebesar 1,5 kali

lebih besar daripada kelompok IMT normal. Sementara kelompok obese memiliki

risiko 1,91 kali lebih besar daripada orang dengan IMT normal.

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Siklus Menstruasi berdasarkan Indeks Massa Tubuh

IMT

Siklus Menstruasi

Total Teratur Tidak Teratur

Normal Polimenorea Oligomenorea Amenorea

Sekunder

n % n % n % n % n %

BB Kurang 14 58,3 6 25 4 16,7 0 0 24 100 Normal 90 75 12 10 15 12,5 3 2,5 120 100

BB Lebih 20 62,5 5 15,6 5 15,6 2 6,3 32 100 Obese 23 52,3 5 11,4 10 22,7 5 13,6 44 100

Pada tabel 5.5. dapat diketahui pada BB kurang, gangguan siklus yang

tersering adalah polimenorea sebanyak 6 orang (25%). Mahasiswi dengan IMT

normal didapati oligomenorea dengan jumlah kejadian 15 orang (12,5%) sebagai

gangguan yang tersering. Pada BB lebih didapati gangguan polimenorea dan

oligomenorea sama banyaknya kejadiannya di populasi yaitu 5 orang (15,6%).

Sementara pada mahasiswi obese didapatkan 10 orang (22,7%) diantaranya

mengalami oligomenorea.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter III VI

5.2. Pembahasan

Jumlah responden yang ikut dalam penelitian ini 220 mahasiswi dengan

usia responden berkisar antara 19-23 tahun, penelitian serupa pada mahasiswi

kedokteran di Dinajpur,India pun memiliki responden dengan usia antara 19-25

tahun (Begum, 2009). Nohara (2011) melalui penelitiannya pada perempuan di

Jepang mengatakan bahwa siklus menstruasi tidak teratur paling sering terjadi

pada perempuan di bawah usia 25 tahun. Rakhmawati (2012) dalam penelitiannya

melibatkan wanita berusia 19-25 tahun. Hal ini didasari pada penelitian di Iran

yang mendapati usia 20-25 tahun sebagai usia dengan kejadian gangguan siklus

menstruasi paling tinggi (Gharravi,2006).

Mayoritas IMT responden adalah normal yaitu sebanyak 120 mahasiswi

(54,5%). Disusul oleh obese sejumlah 44 mahasiswi (20%), BB Lebih sejumlah

32 mahasiswi (14,5%), dan BB kurang sejumlah 24 mahasiswi (10,9%).

Penelitian pada 200 mahasiswi kedokteran di India didapati pola yang sama,

dengan IMT mayoritas didapati pada IMT normal sebesar 59%, BB lebih ataupun

obese yang dikategorikan diatas 25 kg/m2 sebanyak 31,5% dan BB kurang hanya

9,55% (Desphande, 2013).

Dari 220 responden, 66,8% memiliki siklus yang normal dan teratur

sementara 33,2% mengalami siklus yang tidak teratur. Prevalensi kejadian siklus

tidak teratur lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian Begum (2009) pada

mahasiswi di Universitas Dinajpur, India yang mendapati siklus tidak teratur

12,7% sementara siklus teratur 87,4%. Sementara di Turkey, Cakir et al. (2009)

menemukan 31,2% kejadian siklus tidak teratur.

Hubungan antara IMT dengan keteraturan siklus menstruasi dengan uji chi

square didapati (X2=8,66, p=0,034, CI 95%) yang berarti didapati adanya

hubungan antara keduanya. Hasil ini didukung dengan penelitian yang dilakukan

pada wanita usia subur di Bantul, didapati p value <0,05 (Chotimah, 2012).

Dahliansyah (2010) pun mendapati adanya hubungan IMT dengan keteraturan

siklus menstruasi (X2=5,284, p=0,022). Lemak tubuh yang diukur dengan IMT,

memiliki pengaruh yang kuat pada siklus memanjang dan tidak teratur.

Perempuan dengan IMT diatas normal memliki resiko lebih tinggi untuk terjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter III VI

siklus tidak teratur (Rowland et al, 2002). Penelitian pada mahasiswi di

Bangladesh dengan uji chi square didapati p=0,025 (p<0,05), dikatakan IMT lebih

besar lebih cenderung mengalami ketidakteraturan (Hossain, 2010) hal ini sejalan

deangan yang dilakukan Wei et al. (2009) pada wanita Australian yang semakin

mendukung adanya hubungan antara IMT dengan keteraturan siklus menstruasi.

Berat badan kurang, lemak yang sedikit, intake kalori yang rendah dan

eating disorder diduga mengganggu sekresi pulsatil dari pituitary gonadotropin

(Fujiwara et al, 2007). Persen lemak tubuh tinggi menyebabkan peningkatan

produksi androstenedion yang merupakan androgen yang berfungsi sebagai

prekursor hormon reproduksi. Sehingga, semakin banyak presentase jaringan

lemak tubuh, semakin banyak pula estrogen yang terbentuk yang kemudian dapat

menggangu keseimbangan hormon (Rakhmawati, 2012).

Dari 33,2% siklus tidak teratur, didapati 15,5% oligomenorea, 12,7%

polimenorea, dan amenorea sebesar 5%. Indeks massa tubuh dibawah ataupun

diatas normal berisiko lebih sering mengalami gangguan. Penelitian yang

dilakukan Rianda (2011) pada mahasiswi FK USU angkatan 2010 dari 124

responden didapati 5,6% oligomenorea, dan 4,8% polimenorea. Rakhmawati

(2012) menyatakan dalam penelitian pada perempuan obese dengan desain case

control didapati jenis gangguan tersering pada orang obese adalah oligomenorea

sebesar 30,78%.

Pada penelitian ini didapati 4,5% BB kurang, 13,6% BB normal, 5,5% BB

lebih, dan 9,5% obese mengalami ketidakteraturan siklus dari total populasi.

Sementara itu Chotimah (2012) mendapati 51,4% IMT BB lebih, 27,1% IMT BB

kurang, dan 17,5% IMT normal, memiliki menstruasi tidak teratur.

Agrawal (2012) pada penelitiannya mendapati siklus memanjang

(>35hari) pada IMT obesitas sebesar 10%, 6% IMT BB lebih, dan 3% IMT

normal sementara sebesar 7% dari IMT obesitas, 4% dari IMT BB lebih, dan 2%

dari IMT normal mengalami siklus memendek (<25 hari). Selain itu dilakukan

penghitungan odd ratio, didapati obese berisiko 4 kali dan overweight berisiko 2

kali lipat untuk mengalami menstruasi abnormal (OR=4 ;OR=2) (Agrawal, 2012).

Sejalan dengannya Primastuti (2012) mendapati obese memiliki resiko 3,5 kali

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter III VI

lipat. Pada penelitian ini dengan desain cross sectional maka besar rasio

prevalensi BB kurang, BB lebih, dan Obese (RP=1,67; RP=1,5; RP=1,91)

(RP>1). Dari rasio prevalens ini dapat ditarik kesimpulan indeks massa tubuh

diluar range normal menjadi faktor risiko untuk terjadinya siklus menstruasi tidak

teratur.

Perempuan dengan berat badan berlebih, memiliki empat sampai lima kali

lebih sering terjadi gangguan fungsi ovarium. Ditemukan juga peningkatan

androstenedion dan peningkatan rasio estron atau estradiol serta penurunan kadar

sex hormone binding globuline (SHBG) serum (Basir, 2012). Gangguan siklus

menstruasi disebabkan karena adanya gangguan umpan balik dengan kadar

estrogen yang selalu tinggi sehingga kadar FSH tidak pernah mencapai puncak.

Dengan demikian pertumbuhan folikel terhenti sehingga tidak terjadi ovulasi.

Keadaan ini berdampak pada perpanjangan siklus menstruasi (oligomenorea)

ataupun kehilangan siklus menstruasi (amenorea) (Sugiharto, 2009).

Perempuan dengan berat badan berlebih dan memiliki gangguan siklus

menstruasi dapat melakukan program penurunan berat badan untuk menormalkan

siklus menstruasinya. Penurunan berat badan ±10% menunjukkan adanya

perbaikan profil hormon yang dapat menurunkan risiko gangguan siklus

menstruasi (Norman, 2012). Sedangkan perempuan dengan berat badan kurang

dianjurkan untuk melakukan program peningkatan berat badan sampai mencapai

ideal. Selain itu memperbaiki kualitas dan kuantitas asupan makanan merupakan

tindakan untuk meningkatkan fungsi reproduksi kedepannya (Paath et al, 2005)

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter III VI

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Ada hubungan antara indeks massa tubuh dengan siklus menstruasi p<0,05

(p=0,031).

2. Indeks massa tubuh mayoritas adalah kategori normal sebesar 54,5% disusul oleh

obese 20%, BB lebih 14,5%, dan BB kurang sebesar 10,9%. Rata-rata indeks

massa tubuh 22,39±3,96kg/m2.

3. Siklus menstruasi teratur didapati sebesar 66,8% sementara yang tidak teratur

sebesar 33,2%. Gangguan siklus menstruasi yang terjadi oligomenorea 15,5%,

polimenorea 12,7%, dan amenorea sekunder 5%.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian hormonal untuk membuktikan apakah kadar estrogen

lebih tinggi pada IMT diatas normal dan lebih rendah pada IMT dibawah normal

sehingga dapat diukur dan diyakini IMT mempengaruhi kadar estrogen. Selain

itu.dapat diperkirakan hal-hal hormonal lain yang lebih berperan untuk

menyebabkan gangguan siklus.

2. Desain penelitian sebaiknya kohort prospektif dengan pemantauan siklus

menstruasi secara berturut selama 3 kali siklus untuk mendapatkan hasil yang

valid dan menghindari bias karena perubahan berat badan, pencatatan siklus

menstruasi yang salah ataupun faktor-faktor risiko lain.

3. Kejadian siklus menstruasi tidak teratur yang tinggi di kalangan mahasiswi

ataupun wanita usia muda perlu menjadi perhatian bagi kaum perempuan karena

hal ini bisa menjadi faktor risiko gangguan reproduksi di kemudian hari.

4. Mahasiswi dengan gangguan siklus dianjurkan untuk memperbaiki kuantitas dan

kualitas asupan makanan serta mengikuti program penurunan ataupun

peningkatan berat badan untuk mencapai berat badan ideal.

Universitas Sumatera Utara