chapter iii vi

20
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep tentang hubungan hipertensi sebagai faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK). Variable Independen Variable Dependen 3.2. Hipotesis Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyebab terjadinya penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan. 3.3. Definisi Operasional - Tekanan darah HIPERTENSI sistole -Tekanan darah diastole Penyakit Jantung Koroner (PJK) Universitas Sumatera Utara

Upload: affan-msfl

Post on 27-Nov-2015

22 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

ghdhgdytdysd

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter III VI

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang hubungan hipertensi sebagai

faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK).

Variable Independen Variable Dependen

3.2. Hipotesis

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko penyebab

terjadinya penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Pusat Haji Adam

Malik (RSUPHAM) Medan.

3.3. Definisi Operasional

- Tekanan darah

HIPERTENSI

sistole

-Tekanan darah

diastole

Penyakit

Jantung

Koroner

(PJK)

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter III VI

Hipertensi didefinisikan dengan tekanan sistoliknya 140 mmHg atau

lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai

obat anti hipertensi (American Heart Association. 2007). Cara

mendapatkan tekanan darah pasien adalah dengan melihat pada rekam

medis jika pasien tersebut mempunyai riwayat hipertensi, yang dimana

akan tercatat pada di rekam medis, dan berdasarkan rekam medis akan

ditentukan jika pasien termasuk dalam kelompok hipertensi atau tidak,

berdasarkan kriteria The seventh report of the joint National on Prevention,

detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.

Penyakit jantung koroner (coronary heart disease/ CHD) sering

disebut dengan penyakit arteri koroner. Arteri koroner adalah pembuluh

darah yang membawa darah ke otot jantung. Arteri adalah seperti pipa-pipa

sempit. Unsur lemak yang disebut plak dapat terbentuk di dalam arteri,

menutup dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi

kurang untuk disuplai ke otot jantung.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter III VI

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian Analitik yang akan melihat hubungan

Hipertensi sebagai faktor resiko kejadian Penyakit Jantung Koroner (PJK)

di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan.

Desain yang akan digunakan adalah secara cross sectional study. Ini

dilakukan dengan mengambil rekam medis penderita rawat jalan ke

poliklinik di department Kardiologi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam

Malik (RSUPHAM) Medan tahun 2010.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

(RSUPHAM) Medan. Penelitian ini dijangka dilakukan pada bulan Juli

sehingga Augustus 2010.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi target : Seluruh penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) tahun

2010.

b. Populasi terjangkau : Seluruh penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) di

Medan tahun 2010.

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter III VI

c. Subjek yang diteliti : Seluruh penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) di

Medan yang datang ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

(RSUPHAM) Medan tahun 2010.

d. Cara memilih responden : Responden dipilih secara sistematik random

sampling, yaitu responden dipilih secara random berdasarkan nomor urut.

e. Besar sampel : Besar sampel data nominal pada sampel tunggal untuk

estimasi proporsi suatu populasi dihitung dengan rumus :

N =

d2

( Zα)2pq

keterangan rumus :

N = Jumlah/ besar sampel

a = Tingkat kemaknaan. Dalam penelitian ini, tingkat kemaknaan yang

digunakan ialah a = 0,05, sehingga Za yaitu kesalahan tipe I penelitian ini

sebesar 1,96.

P = Proporsi keadaan yang akan dicari 0,5 .

q = 1-p = 0,5 .

d = Tingkat ketepatan absolute yang dikehendaki. Dalam penelitian ini,

ditetapkan d = 0,15 .

Angka-angka di atas dimasukkan kembali ke rumus besar sampel :

N =

(0,15)2

( 1,96)2(0,5)(0,5)

= 50 orang

4.4. Metode Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter III VI

Pengumpulan data dilakukan secara cross sectional yang bersifat retrospektif

di mana data diambil dari rekam medis pasien rawat jalan di poliklinik

Kardiologi, yang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji

Adam Malik (RSUPHAM) Medan tahun 2010.

4.5. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

Kriteria inklusi

I. Penderita Penyakit Jantung Koroner (PJK) yang datang ke Rumah

Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUPHAM) Medan tahun

2010.

kriteria ekslusi

I. Responden yang menderita penyakit jantung bawaan seperti defek

septum atrial, defek septum ventrikel, tetralogy of fallot, penyakit

kongenital lain, dan selain penderita penyakit jantung koroner.

4.6. Metode dan Analisa Data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan dideskripsikan dan

dianalisis pengambilan data secara retrospektif dianalisa pada tabel distribusi

frekuensi. Studi deskriptif adalah penelitian yang bertujuan melakukan

deksripsi mengenai fenomena yang ditemukan baik yang berupa faktor risiko

maupun efek atau hasil. Data hasil penelitian menganalisis mengapa

fenomena itu dapat terjadi, karena pada studi ini terdapat hipotesis.

Konsekuensinya dalam penelitian ini perlukan uji statistika seperti uji x2 atau

uji t maupun perhitungan risiko relatif, rasio odds dan sejenisnya.Pada proses

pemasukan data dan pengolahan data menggunakan SPSS for windows 17.0

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter III VI

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik Medan merupakan

rumah sakit kelas A pada tahun 1990 sesuai dengan Menkes No.

335/Menkes/SK/VII/1990. Pada tahun 1991 pula ia dijadikan sebagai rumah

sakit pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991, dan

RSUP H Adam Malik Medan juga sebagai Pusat Rujukan Wilayah Pembangunan

A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera

Barat, dan Riau. RSUP H Adam Malik mulai beroperasi sejak tanggal 17 Juni

1991 dengan pelayanan rawat jalan sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru

dimulai tanggal 2 Mei 1992.

Sesuai dengan komitmen untuk menyediakan pelayanan kesehatan yang

moderen, lengkap, dan bermutu, sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan

RSUPH Adam Malik memiliki berbagai pelayanan kesehatan dengan tujuan untuk

memberika diagnose, perawatan, dan konsultasi atas berbagai jenis masalah medis.

Dalam kaitannya untuk memberikan pelayanan dalam hal pencegahan dan

penyuluhan pada masyarakat, rumah sakit juga memberikan konsultasi atas berbagai

jenis penyakit dan informasi untuk tujuan pendidikan masyarakat dan

pengembangannya

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter III VI

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Seramai 50 orang responden telah diambil datanya dengan membuka rekam

medis mereka yaitu terdiri daripada 29 orang penderita Penyakit Jantung Koroner dan

selebih seramai 21 orang adalah penyakit jantung lainnya.

5.1.2.1 Jenis Kelamin

Carta Pai 5.1: Jenis Kelamin Responden

laki, 70%

perempuan, 30%

Berdasarkan hasil penelitian , jenis kelamin responden yang terlihat pada

carta pai 5.1 menunjukkan bahawa laki-laki seramai 35 orang yaitu 70% daripada

keseluruhan responden. Sementara perempuan seramai 15 orang yaitu 30%

daripada keseluruhan responden.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter III VI

Carta Bar 5.2: Jenis Kelamin Responden Berdasarkan Penyakit.

22%

13%

7% 8%

0

5

10

15

20

25

PJK Non PJK

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan pada carta bar 5.2, jenis

kelamin responden laki-laki adalah seramai 35 orang (70%) yang terdiri daripada

22 orang pasien PJK dan 13 orang Non PJK. Sementara jenis kelamin responden

perempuan adalah seramai 15 orang (30%) yang terdiri daripada 7 pasien PJK

dan 8 pasien Non PJK.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter III VI

5.1.2.2 Umur

Carta Bar 5.3: kelompok umur responden

34%32%

22%

10%

2%

0

5

10

15

20

25

30

35

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90

kel umur

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.3 kelompok umur responden

yang tertinggi adalah 41-50 tahun sebanyak 17 oraang (34%). Selain itu,

kelompok umur yang paling rendah adalah 81-90 tahun sebanyak 1 orang (2%).

Manakala kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 16 orang yaitu 32%, kelompok

umur 61-70 tahun sebanyak 11 orang yaitu 22%, dan kelompok umur 71-80

tahun sebanyak 5 orang yaitu 10%.

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter III VI

Carta Bar 5.4: kelompok umur responden berdasarkan penyakit

31

38.134.5

28.6

24.1

19

10.39.5

0

4.8

0

5

10

15

20

25

30

35

40

41-50 51-60 61-70 71-80 81-90

PJKNon PJK

Berdasarkan hasil penelitian pada table 5.4. kelompok umur yang

menderita PJK yang tertinggi adalah pada umur 51-60 tahun sebanyak 10 orang

(62.5 %), manakala pada kelompok umur 41-50 tahun adalah sebanyak 9 orang

(52,9 %), dan kelompok umur 61-70 tahun adalah 7 orang (63,6%). Daripada

data tersebut tidak dijumpai pasien PJK pada kelompok umur 81-90 tahun.

Sementara pasien Non PJK yang tertinggi pada kelompok umur 41-50 sebanyak

8 orang (47,1%), manakala pada kelompok umur 51-60 tahun sebanyak 6 orang

(37,5%), kelompok umur 61-70 tahun sebanyak 4 orang (36,4%), dan yang

terendah adalah pada kelompok umur 81-90 tahun sebanyak 1 orang (100%).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter III VI

5.1.2.3 Tekanan Darah

Carta Pai 5.5: kelompok tekanan darah responden

PreHtn10%

HTN II18%

HTN I48%

normal24%

Berdasarkan hasil penelitian, kelompok tekanan darah responden yang

terlihat pada catra pai 5.5 menunjukkan bahawa kelompok tekanan darah yang

tinggi adalah Hipertensi tingkat I 26 orang yaitu 52%, manakala yang terendah

adalah tekanan darah yang Normal 5 orang yaitu 10%. Bagi kelompok tekanan

darah Prehipertensi sebanyak 9 orang terdiri dari 18 %, dan Hipertensi tingkat II

sebanyak 10 orang yaitu 20%.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter III VI

Carta Bar 5.6: Status Tekanan darah berdasarkan Jenis kelamin responden.

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

Normal PreHtn Htn I Htn II

laki-laki wanita

Berdasarkan hasil penelitian status tekanan darah berdasarkan jenis

kelamin responden yang terlihat pada carta bar 5.6 menunjukkan bahawa laki-

laki mempunyai Hipertensi tingkat I sebanyak 17 orang yaitu 48.6%, manakala

bagi kelompok perempuan paling tinggi pada tingkat Hipertensi I sebanyak 7

orang yaitu 46.7%. Jumlah laki-laki yang mempunyai tekanan darah yang normal

adalah 6 orang (17.1%), dan perempuan adalah sebanyak 6 orang (40%).

Manakala yang terendah bagi kelompok laki-laki adalah tingkat Prehipertensi

sebanyak 4 orang yaitu 11.4% dan perempuan masing-masing pada tingkat

Prehipertensi dan Hipertensi II yaitu sebanyak 1 orang yaitu 6.7%.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter III VI

Carta Bar 5.7: Kelompok Tekanan Darah diastolik berdasarkan Penyakit PJK

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Normal PreHTN HTN I HTN II

PJK

Non PJK

Berdasarkan carta 5.7, kelompok tekanan darah diastolik responden

berdasarkan status penyakit PJK didapati bahwa responden PJK mempunyai tekanan

darah diastolik yang normal adalah sebanyak 48%, manakala respnden Non PJK

yang mempunyai tekanan diastolik yang tertinggi adalah pada batas normal sebanyak

76.2%. Pada responden PJK, sebanyak 10,3% sahaja yang merupakan

Perhipertensi,dan masing hipertensi derajat I dan derajat II merupakan 20.7%. Pada

responden Non PJK kelompok Prehipertensi adalah sebanyak 4,8%, kelompok

hipertensi derajat I sebanyak 19%, dan Hipertensi derajat II tidak dijumpai.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter III VI

Table 5.8: kelompok tekanan darah responden berdasarkan penyakit

0

10

20

30

40

50

60

Normal PreHTN HTN I HTN II

PJK

Non PJK

Hasil penelitian yang terlihat pada carta 5.6 menunjukkan bahawa status

tekanan darah yang tertinggi adalah pada kelompok Hipertensi tingkat I sebanyak

24 orang (48%) yang terdiri 17 pasien PJK dan 7 orang pasien Non PJK.

Manakala kelompok yang terendah adalah pada kelompok Prehipertensi yaitu 5

orang (10%) yang terdiri daripada 3 pasien PJK dan 2 pasien Non PJK . Bagi

kelompok tekanan darah Normal terdapat 12 orang (24%) yang terdiri daripada 1

pasien PJK dan 11 pasien Non PJK, manakala kelompok Hipertensi tingkat II

terdiri dari 9 orang(18%) yaitu 8 pasien PJK dan 1 Non PJK

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter III VI

5.1.2.4 Penyakit dan Hipertensi

Carta Bar 5.9: Status tekanan darah Diastolik responden berdasarkan Penyakit

0

10

20

30

40

50

60

70

80

HTN Non HTN

PJK

Non PJK

Berdasarkan carta bar 5.9 status tekanan darah diastolik responden

berdasarkan status penyakit. Dijumpai bahawa responden yang mempunyai PJK

yang mempunyai hipertensi diastolik adalah sebanyak 15 responden yaitu 51,7%.

Manakala responden PJK yang mempunyai tekanan diastolik normal sebanyak

14 responden yaitu 48,3%. Bagi responden non PJK yang mempunya hipertensi

diastolic adalah sebanyak 23,8% dan tekanan diastolik normal sebanyak 76,2%.

Berdasarkan analisa Chi Kuadrat didapati bahawa nilai p adalah 0,047, maka

dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian hipertensi diastolik antara

penderita PJK dan Non PJK atau terdapat hubungan yang signifikan antara

hipertensi diastolik dan kejadian PJK. Kemudian dari hasil analisa diperoleh

Resiko Relatif 3,43, dimana artinya penderita hipertensi diastolik mempunyai

resiko 3,4 kali terkena PJK dibanding dengan penderita Non PJK.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter III VI

Tabel 6.0: Penyakit Responden berdasarkan kelompok Hipertensi.

96.6

46.7

3.4

52.4

0

20

40

60

80

100

Hipertensi Non HTN

PJK

Non PJK

Berdasarkan hasil penelitian pada carta bar 5.8, hasil analisis hubungan

hipertensi dan kejadian PJK diperoleh bahawa ada sebanyak 28 (96.6%)

penderita PJK mengalami hipertensi, sedangkan diantara penderita Non PJK ada

10 (47.6%) yang hipertensi. Hasil uji statistic Chi kuadrat didapati nilai p=

0.0001, maka dapat disimpulkan ada perbedaan proporsi kejadian hipertensi

antara penderita PJK dan Non PJK atau terdapat hubungan yang signifikan antara

hipertensi dan kejadian PJK. Kemudian dari hasil analisa diperoleh Resiko

Relatif = 30.8, dimana artinya penderita hipertensi mempunyai resiko 30.8 kali

terkena PJK dibanding dengan penderita Non PJK.

5.2 Pembahasan

Di dalam pembahasan ini akan difokuskan hal-hal yang berkaitan dengan

tujuan penelitian yaitu untuk melihat hubungan hipertensi dan kejadian penyakit

jantung koroner (PJK) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

Universitas Sumatera Utara

Page 17: Chapter III VI

Berdasarkan hasil penelitian, dilihat terdapat hubungan antara hipertensi dan

penyakit jantung koroner yaitu hipertensi sebagai salah satu faktor resiko kejadian

Penyakit Jantung Koroner.

Penelitian Howard. B.V. dkk (2009) merumuskan dari penelitianya bahawa

kejadian PJK pada laki-laki (12,6%) lebih tinggi daripada wanita (5,3%), yaitu

prevalensi ratio 2.4, (CI 1.3-4.4), dimana ini tidak sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Arsad.H dan Ali.R (2006) menunjukan perempuan (34,5%) lebih

banyak menderita penyakit jantung koroner dari pada laki –laki (30,1), meskipun

persentase penyakit janutung koroner pada kedua jenis kelamin tersebut hampir

sama. Sedangkan hasil yang diperolehi dari penelitian ini, didapati bahawa terdapat

29 orang yang menderita PJK yaitu 75,9% daripadanya adalah laki-laki dan 24,1%

adalah perempuan.

Menurut Sven O.E. Ebbesson dkk (2004) dalam penelitiannya, kejadian PJK

meningkat mengikut peningkatan usia, dimana ditemukan bahawa responden dengan

umur ≥ 55 tahun resiko PJK menigkat, dan penelitian yang dilakukan oleh Arsad.H

dan Ali.R (2006) menunjukan bahawa prevalensi penyakit jantung koroner semakin

meningkat seiring dengan bertambahnya umur seseorang. Manakala dalam penelitian

ini jumlah penderita PJK yang tertinggi berada dalam kelompok umur 51-60 tahun

yaitu 34,5%, dan jumlah responden yang umur ≥ 55 tahun adalah 69%.

Menurut Arsad.H dan Ali.R (2006) dari hasil penelitiannya, mendapati

terdapat hubungan antara hipertensi dan kejadian PJK yaitu melalui data yang

mencakup analisis univariat, bivariat dengan uji Chi kuadrat (p < 0.05). Penelitian

yang djalankan oleh Fazidah A. Siregar et al, (2005) melalui analisis regresi logistic

bivariat juga didapatkan ada hubungan antara penderita hipertensi dengan kejadian

PJK dengan tingkat kemaknaan p = 0,0005. Sedangkan pada hasil penelitian ini

didapatkan uji Chi Kuadrat pada baris pearson Chi kuadrat menunjukkan nilai p

adalah 0.0000 (0.0001) yang menyatakan terdapat hubungan apabila p <0.05. Maka

dalam penelitian ini juga didapati terdapat hubungan yang signifikan antara

hipertensi dan kejadian PJK.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: Chapter III VI

Penelitian Framingham selama 18 tahun terhadap penderita berusia 45-75

tahun mendapatkan hipertensi sistolik merupakan faktor pencetus terjadinya PJK,

Juga pada penelitian tersebut didapatkan penderita hipertensi yang mengalami PJK

mortalitasnya 3 kali lebih besar daripada penderita yang normotensi dengan PJK.

Seterusnya menurut Fazidah A. Siregar et al, (2005) risiko terkena PJK pada

yang menderita hipertensi 10,3 kali dibanding dengan yang tidak menderita

hipertensi. Selain itu Erawan dan Yohanes (1997) mendapatkan risiko terkena PJK

pada yang menderita hipertensi sebesar 2,98 kali dalam penelitiannya. Pada hasil

penelitian ini odds ratio didapati adalah sebesar 30,8 dengan 95% CI: 3.514-269.949.

Ini berarti penderita PJK mempunyai 30,8 kali resiko untuk mempunyai hipertensi

berbanding dengan penderita tidak hipertensi.

Hasil penelitian Framingham juga mendapatkan hubungan antara PJK dan

tekanan darah diastolik. Kejadian PJK 2 kali 1ebih besar pada kelompok tekanan

darah diastolik 90-100 mmHg dibandingkan tekanan darah diastolik 85 mmHg,

sedangkan pada tekanan darah diastolic 105 mmHg 4 kali lebih besar dan Penelitian

Stewart 1979 & 1982 juga memperkuat hubungan antara kenaikan tekanan darah

diastolik dengan risiko mendapat PJK. Pada hasil penelitian ini didapati terdapat

hubngan antara hipertesi diastolik dan kejadian penyakit jantung koroner, resiko

untuk terjadi PJK adalah 3,4 kali jika mempunyai hipertensi sistolik.

Universitas Sumatera Utara

Page 19: Chapter III VI

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperolehi dapat disimpulkan bahawa terdapat

hubungan hipertensi dan kejadian Penyakit Jantung Koroner di Rumah Sakit Umum

Pusat haji Adam Malik Medan. Ini dapat dilihat menerusi analisa Chi Kuadrat yang

menunjukkan nilai p = 0.0001. ini menunjukkan bahawa terdapat hubungan antara

kedua variable yang diteliti. Daripada data yang diperolehi didapati :

6.2 Saran

1. Pasien dengan hipertensi yang khususnya disertai dengan diabetes mellitus,

obesitas, dan dislipidemia sebaiknya dianjurkan untuk segara melakukan

upaya pencegahan dengan menurunkan tekanan darahnya ke kadar yang

optimum atas ke batas yang selamat dengan melakukan upaya pengkontrolan

diet dan melakukan aktifitas fisik teratur supaya mengurangi resiko penyakit

jantung koroner.

2. Penderita hipertensi perlunya pemeriksaan tekanan darah, pengobatan secara

rutin, dan menjalani pola hidup yang sehat, seperti menghindari pola asupan

garam yang tinggi, menghentikan kebiasaan merokok, serta menghindari

stress untuk mencegah timbulnya komplikasi lebih lanjut.

3. Pada golongan yang resiko tinggi harus melakukan pemeriksaan darah rutin,

pemeriksaan panel lipid ( kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL), dan

kadar glukosa darah secara rutin agar dapat mengetahui faktor yang mana

yang berada di luar kontrol, dan upaya pengkontrolan dapat dilakukan segera.

4. Para pemberi layanan kesehatan haruslah dapat memberikan penyuluhan

secara optimal kepada penderita Penyakit jantung koroner maupun kepada

Universitas Sumatera Utara

Page 20: Chapter III VI

orang yang tidak menderita Penyakit Jantung koroner agar dapat menurunkan

angka kesakitan.

5. Selain itu, masyarakat harus sadar mengenai bahayanya Penyakit Jantung

Koroner dan mengenal faktor resikonya supaya upaya pencegahan dapat

dilakukan di tahap awal.

Universitas Sumatera Utara