chapter iii-v path analysis eviews

60
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesa peneliti. Dalam mengumpulkan data yang diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut: 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk membahas faktor-faktor yang dapat mempengaruhi ekspor karet alam Sumatera Utara dan sejauh mana faktor-faktor itu mempengaruhi ekspor karet alam Sumatera Utara selama kurun waktu 1994-2008 (15 tahun). 3.2 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan variabel kurs, inflasi, harga, jumlah produksi, dan volume ekspor yang merupakan data sekunder yang diperoleh melalui library research, yaitu penelitian melalui kepustakaan, dimana data yang dikumpulkan dari bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian, jurnal-jurnal, karya ilmiah, web site, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, dan Dinas Perkebunan Sumatera Utara. Data berbentuk data berkala (time series), dengan kurun waktu 1990-2008 (19 tahun),sehingga hasil penelitian ini merupakan hasil penggunaan data seri waktu selama periode tersebut. Tahun 1990 Universitas Sumatera Utara

Upload: dhea-tanty

Post on 23-Nov-2015

566 views

Category:

Documents


96 download

DESCRIPTION

Chapter III-V Path Analysis Eviews

TRANSCRIPT

  • BAB III

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan

    dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan

    permasalahan dan menguji hipotesa peneliti. Dalam mengumpulkan data yang

    diperlukan untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai

    berikut:

    3.1 Ruang Lingkup Penelitian

    Ruang lingkup penelitian ini dilakukan untuk membahas faktor-faktor

    yang dapat mempengaruhi ekspor karet alam Sumatera Utara dan sejauh mana

    faktor-faktor itu mempengaruhi ekspor karet alam Sumatera Utara selama kurun

    waktu 1994-2008 (15 tahun).

    3.2 Jenis dan Sumber Data

    Penelitian ini menggunakan variabel kurs, inflasi, harga, jumlah produksi,

    dan volume ekspor yang merupakan data sekunder yang diperoleh melalui library

    research, yaitu penelitian melalui kepustakaan, dimana data yang dikumpulkan

    dari bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan penelitian, jurnal-jurnal,

    karya ilmiah, web site, Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara, dan

    Dinas Perkebunan Sumatera Utara. Data berbentuk data berkala (time series),

    dengan kurun waktu 1990-2008 (19 tahun),sehingga hasil penelitian ini

    merupakan hasil penggunaan data seri waktu selama periode tersebut. Tahun 1990

    Universitas Sumatera Utara

  • merupakan tahun dasar, sedangkan tahun 2008 sebagai tahun akhir cakupan waktu

    penelitian ini.

    3.3 Model Analisis Data

    Model yang digunakan dalam menganalisis adalah model ekonometrika,

    sedangkan metode yang dipakai adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least

    Square) dan analisis jalur (Path Analisys) yang bertujuan untuk mengetahui

    bagaimana pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel

    dependen baik secara langsung maupun tidak langsung.

    Hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen

    dirumuskan dalam fungsi sebagai berikut:

    Volume ekspor karet alam Sumatera Utara: f(kurs, inflasi, harga,

    produksi)..(1)

    Untuk membuktikan hipotesis pertama digunakan model sebagai berikut:

    Y2= PY2X1+PY2X2+PY2X3+.(2)

    Dimana:

    Y2= jumlah produksi (ton)

    X1= kurs (Rp/US$)

    X 2= Inflasi (%)

    X3 = harga (US$/ton)

    = Terms of error/ kesalahan pengganggu

    Universitas Sumatera Utara

  • Untuk membuktikan hipotesis kedua digunakan model sebagai berikut:

    Y1= PY1X1+PY1X2+ PY1X3+ PY1Y2 +..(3)

    Dimana:

    Y1= volume ekspor karet alam (ton)

    Y2= jumlah produksi (ton)

    X1= kurs (Rp/US$)

    X2 = Inflasi (%)

    X3= harga (US$/ton)

    = Terms of error/ kesalahan pengganggu

    Untuk membuktikan kedua hipotesis dibuktikan dengan model:

    a. Pengaruh langsung/ direct effect:

    - Pengaruh variabel X1 (kurs) terhadap variabel Y2 (produksi) secara

    langsung diformulasikan sebagai berikut:

    X1 Y2= PY2X1

    - Pengaruh variabel X2 (inflasi) terhadap variabel Y2 (produksi) secara

    langsung diformulasikan sebagai berikut:

    X2 Y2= PY2X2

    - Pengaruh variabel X3 (harga) terhadap variabel Y2 (produksi) secara

    langsung diformulasikan sebagai berikut:

    X4 Y2= PY2X3

    Universitas Sumatera Utara

  • - Pengaruh variabel X1 (kurs) terhadap variabel Y1 (volume ekspor) secara

    langsung diformulasikan sebagai berikut:

    X1 Y1= PY1X1

    - Pengaruh variabel X2 (inflasi) terhadap variabel Y1 (volume ekspor) secara

    langsung diformulasikan sebagai berikut:

    X2 Y1= PY1X2

    - Pengaruh variabel X3 (harga) terhadap variabel Y1 (volume ekspor) secara

    langsung diformulasikan sebagai berikut:

    X3 Y1= PY1X3

    - Pengaruh variabel Y2 (produksi) terhadap variabel Y1 (volume ekspor)

    secara langsung diformulasikan sebagai berikut:

    Y2 Y1= PY1Y2

    b. Pengaruh tidak langsung/ indirect effect :

    - Pengaruh variabel X1 (kurs) terhadap Y1 (volume ekspor) melalui Y2

    (jumlah produksi) diformulasikan dengan model sebagai berikut:

    X1 Y2 Y1 = (PY2X1) (PY1Y2)

    - Pengaruh variabel X2 (inflasi) terhadap Y1(volume ekspor) melalui Y2

    (jumlah produksi) diformulasikan dengan model sebagai berikut:

    X2 Y2 Y1 = (PY2X2) (PY1Y2)

    - Pengaruh variabel X3 (harga) terhadap Y1(volume ekspor) melalui Y2

    (jumlah produksi) diformulasikan dengan model sebagai berikut:

    X3 Y2 Y1 = (PY2X3) (PY1Y2)

    Universitas Sumatera Utara

  • c. Pengaruh total/ total effect:

    - Total pengaruh variabel X1 terhadap Y1 melaui Y2 diformulasikan sebagai

    berikut:

    X1 Y2 Y1 = (PY2X1) + (PY1Y2)

    - Total pengaruh variabel X2 terhadap Y1 melaui Y2 diformulasikan sebagai

    berikut:

    X2 Y2 Y1 = (PY2X2) + (PY1Y2)

    - Total pengaruh variabel X3 terhadap Y1 melaui Y3diformulasikan sebagai

    berikut:

    X3 Y3 Y1 = (PY3X3) + (PY1Y3)

    3.4 Pengolahan Data

    Dalam melakukan pengolahan data, digunakan bantuan software utama

    pengolah data statistik yaitu Eviews 5.1.

    3.5 Uji Kesesuain (Test of Goodness of fit)

    3.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R-square)

    Koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar variabel-

    variabel independen secara bersama mampu memberikan penjelasan mengenai

    variabel dependen dimana nilai R2 berkisar antara 0 sampai 1 (0 R2 1).

    Semakin besar nilai R2, maka akan semakin besar variasi variabel dependen yang

    dapat dijelaskan oleh variabel independen.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.5.2 Uji t-statistik

    Uji t-statistik merupakan pengujian untuk mengetahui apakah masing-

    masing koefisien regresi signifikan atau tidak terhadap dependen variabel dengan

    menganggap variabel independen lainnya konstan.

    Nilai t-hitung diperoleh dengan rumus:

    t-hitung =

    dimana:

    bi = koefisien variabel ke i

    Se (bi) = simpangan baku dari variabel independen ke i

    Ha diterima Ha diterima

    Gambar 3.1

    Kurva pengambilan keputusan uji t-statistik

    Dalam uji t ini digunakan perumusan bentuk hipotesis sebagai berikut :

    Ho : bi = 0

    Ha : bi 0

    Dimana bila bi adalah koefisien variabel ke I nilai parameter hipotesis dan

    biasanya dianggap = 0 (nol). Artinya tidak ada pengaruh variabel X terhadap Y.

    bi

    se (bi)

    H0 diterima

    Universitas Sumatera Utara

  • Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan uji t dengan membandingkan t-

    statistik dengan t-tabel. Apabila hasil perhitungan menunjukkan:

    a. Ho diterima dan Ha ditolak apabila t-hitung < t-tabel dengan tingkat

    kepercayaan sebesar ().

    Artinya varibel-variabel bebas tidak dapat menerangkan variabel terikat,

    dimana tidak terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

    Pengujian ini dilaukan dengan tingkat kepercayaan sebesar ().

    b. Ho ditolak dan Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel dengan tingkat

    kepercayaan sebesar ().

    Artinya variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat, dimana

    terdapat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini

    dilakukan dengan tingkat kepercayaan sebesar ().

    3.5.3. Uji F-Statistik

    Uji F-statistik ini adalah pengujian yang bertujuan untuk mengetahui

    pengaruh antara seluruh variabel independen secara bersama-sama terhadap

    variabel dependen. Untuk pengujian digunakan hipotesa sebagai berikut:

    1. Ho : b1 = b2 = .= bk = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada

    pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

    2. Ho : b1 b2 . bk = 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh

    variabel independen terhadap variabel dependen.

    Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel jika

    F-hitung > F-tabel, maka Hoditolak artinya variabel independen secara bersama-

    sama mempengaruhi variabel independen. Dan jika F-hitung < F-tabel, maka Ho

    Universitas Sumatera Utara

  • diterima artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi

    variabel dependen.

    Nilai F-statistik dapat diperoleh dengan rumus:

    F-hitung = R2/(k-1)

    (1-R2)/(n-k)

    Dimana:

    R2 = koefisien determinasi

    K = jumlah variabel independen ditambah intercept dari suatu model

    estimasi.

    n = jumlah sampel

    Ha diterima

    Ho diterima

    Gambar 3.2

    Gambar uji F-Statistik

    Kriteria pengambilan keputusan:

    Ho : b1 = b2 == bk = 0, Ho diterima ( F-hitung < F-tabel ) artinya variabel

    independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

    dependen.

    0

    Universitas Sumatera Utara

  • Ha : b1 b2 bk 0, Ha diterima ( F-hitung > F-tabel) artinya variabel

    independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

    3.6 Uji Asumsi Klasik

    3.6.1 Uji Multikolinearitas

    Multikolinearitas adalah alat yang dipergunakan untuk menetahui apakah

    ada hubungan yang kuat di antara variabel independen. Suatu model regresi linear

    akan menghasilkan estimasi yang baik apabila model tersebut tidak mengandung

    multikolinearitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilihat

    dari nilai R-square, F-hitung, t-hitung, dan standar errornya.

    Gejala multikolinearitas ditandai dengan munculnya:

    a. Standar errornya tinggi.

    b. Tidak ada satupun nilai t-statistik yang signifikan baik pada = 10%, =

    5%, ataupun = 1%.

    c. Terjadi perubahan tanda atau tidak sesuai dengan teori.

    d. R2 sangat tinggi.

    3.6.2 Autokorelasi

    Autokorelasi didefenisikan sebagai korelasi antar anggota serangkain

    observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang. Model regresi linear klasik

    mengasumsikan autokolerasi tidak terdapat di dalamnya distribusi atau

    pengganggu i dilambangkan dengan:

    E (i : j) = 0 i j

    Universitas Sumatera Utara

  • Ada beberapa cara 2 autokorelasi, yaitu:

    1. Dengan menggunakan atau memplot grafik

    2. Dengan D-W Test (Uji Durbin-Watson)

    Uji D-W ini dirumuskan sebagai berikut:

    Dw =

    Dengan hipotesis sebagai berikut:

    Ho : = 0, artinya tidak ada autokorelasi

    Ha : 0, artinya ada autokorelasi

    Dengan jumlah sampel tertentu dan jumlah variabel independen tertentu

    diperoleh nilai kritis dl dan dudalam table distribusi DurbinWatson untuk

    berbagai nilai . Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut

    Ho diterima (no serial

    Correlation)

    Gambar 3.3

    Kurva Uji D-W Statistik

    (et - et-1)2

    et2

    Autokorelasi (+) Incloncusive Inclonclusive Autokorelasi (-)

    dl du 4-du 4-dl

    Universitas Sumatera Utara

  • Keterangan:

    Ho : Tidak ada autokorelasi

    DW < dl : Tolak Ho (ada korelasi positif)

    DW > 4-dl : Tolak Ho (ada korelasi negative)

    du < DW < 4-du : Terima Ho (tidak ada korelasi)

    dl DW < 4-du : Pengujian tidak bisa disimpulkan ( inconclusive )

    (4-du) DW < 4-du : Pengujian tidak dapat disimpulkan (inconclusive)

    3.6.3 Heterokedastisitas

    Heterokedastisitas ialah suatu keadaan dimana varian dari kesalahan

    pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas, yaitu E (Xi, j) 0,

    sehingga E( i) 2 2.

    Ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model regresi linier

    berdasarkan metode kuadrat terkecil. Di dalam regresi, biasanya kita berasumsi

    bahwa E (i)2 = 2, untuk semua i, artinya untuk semua kesalahan pengganggu,

    variannya sama . Pengujian untuk mendeteksi heterokedastisitas dilakukan dengan

    cara:

    Uji Formal yaitu Uji White (Whites General Heteroscedasticity Test)

    Uji White dimulai pengujiannya dengan membentuk model:

    Yi= + 1X1+.nXn+i

    Kemudian persamaan di atas dimodifikasi dengan membentuk regresi

    bantuan (auxiliary regression) sehingga model menjadi:

    Universitas Sumatera Utara

  • i2=

    o+

    1X1i+2X2i+3X3i+4X4i+5X1i2+6X2i2+7X3i2+8X4i2+9X1iX2iX3iX4i+i

    Pedomannya adalah bahwa tidak terdapat masalah heterokedastisitas dalam hasil

    estimasi, jika nilai R2 hasil regresi dikalikan dengan jumlah data atau (n.R2= x2

    hitung) lebih kecil dibandingkan x2 tabel. Sementara, akan terdapat masalah

    heterokedastisitas apabila hasil estimasi menunjukkan bahwa x2 hitung lebih besar

    dibandingkan dengan x2 tabel.

    Universitas Sumatera Utara

  • 3.7 Defenisi Operasional

    a. Ekspor karet alam Sumatera Utara adalah total volume ekspor karet alam

    Sumatera Utara setiap tahunnya yang diukur dalam satuan ton.

    b. Produksi karet alam adalah kuantitas karet alam yang diproduksi Sumatera

    Utara pada setiap tahunnya, diukur dalam satuan ton.

    c. Nilai Kurs (Rupiah atas dolar) adalah nilai tukar antara mata uang rupiah

    terhadap Dollar AS dimana terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua

    mata uang tersebut pada setiap tahunnya, diukur dalam Rp/US$.

    d. Inflasi adalah kecenderungan menaiknya harga- harga umum barang- barang

    dan jasa secara terus-menerus pada setiap tahunnya, diukur dalam persen (%).

    e. Harga karet alam adalah harga FOB Belawan per ton karet yang dukur dalam

    mata uang US$.

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB IV

    ANALISIS DAN PEMBAHASAN

    4.1 Gambaran Umum Propinsi Sumatera Utara

    4.1.1 Kondisi Geografis

    Propinsi Sumatera Utara berada di bagian barat Indonesia, terletak pada

    garis 1 - 4 LU dan 98 -100 BT. Letak propinsi ini sangat strategis karena

    berada pada jalur perdagangan internasional dan berdekatan dengan Malaysia dan

    Singapura serta diapit oleh tiga propinsi dengan batas- batas sebagai berikut:

    a. Sebelah utara berbatasan dengan propinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

    b. Sebelah selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Barat dan Riau.

    c. Sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

    d. Sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka.

    Luas daratan propinsi Sumatera Utara sekitar 71680,68 km2, sebagian besar

    berada di pulau Sumatera dan sebagian lainnya berada di Pulau Nias, pulau-pulau

    Batu, serta beberapa Pulau kecil, baik di bagian Barat maupun di bagian Timur

    pantai Pulau Sumatera.

    Berdasarkan kondisi letak dan kondisi alam, Sumatera Utara terbagi dalam

    tiga kelompok wilayah yaitu Pantai Barat (terdiri dari Tapanuli Selatan, Tapanuli

    Tengah, Sibolga, dan Nias), dataran tinggi (terdiri dari Tapanuli Utara,

    Simalungun, Pematang Siantar, Karo, dan Dairi), serta antai timur (terdiri dari

    Universitas Sumatera Utara

  • Medan, Binjai, Langkat, Tebing Tnggi, Asahan, Tanjung Balai, dan Labuhan

    Batu).

    4.1.2 Kondisi Iklim dan Topografi

    Propinsi Sumatera Utara tergolong ke dalam daerah beriklim tropis karena

    letaknya dekat dengan garis khatulistiwa. Curah hujannya berkisar antara 1.800-

    4000 mm per tahun dan suhu udara antara 12,4-34,2 C. Ketinggian permukaan

    daratan Sumatera Utara bervariasi, sebagian daerahnya datar, hanya beberapa

    meter di atas permukaan laut dengan suhu bisa mencapai 34,2C. Sebagian lagi

    merupakan daerah berbukit dengan kemiringan yang landai dan beriklim sedang.

    Sementara itu,bagian yang terakhir merupakan daerah tinggi yang ketinggiannya

    mecapai 2300 m di atas permukaan laut dengan suhu udara minimalnya bisa

    menyentuh 13,4C.

    Sebagaimana propinsi lainnya di Indonesia, Sumatera Utara mempunyai

    musim kemarau dan musim hujan . Musim hujan bisa terjadi pada bulan Juni-

    September dan musim hujan bisa terjadi pada bulan November- Maret. Kedua

    musim tersebut diselingi oleh musim pancaroba. Curah hujan di Sumatera Utara

    rata-rata 1965mm/ tahun. Curah hujan tertinggi terdapat di Tapanuli Utara.

    Kelembapan rata-rata per tahun lebih kurang 82,9 %. Sedangkan rata-rata

    temperature per tahun 26,07C, dengan temperature maksimum 26,07C dan dan

    minimum 21,64C.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.1.3 Kondisi Demografi

    Propinsi Sumatera Utara merupakan propinsi ke empat terbesar dalam

    jumlah penduduknya di Indonesia setelah Propinsi Jawa Barat, Jawa Timur,

    dan Jawa Tengah. Dihuni oleh berbagai suku seperti Batak, Melayu, Aceh,

    Minangkabau, dan Jawa serta menganut berbagai agama seperti Islam, Hindu,

    Budha, Kristen, dan berbagai aliran keperrcayaan lainnya. Berdasarkan hasil

    sensus penduduk tahun 2000, jumlah penduduk Sumatera Utara sebesar

    11,506 juta jiwa. Dari jumlah tersebut sebanyak 57,36 % tinggal di daerah

    pedesaan dan sisanya 42,64% tinggal di daerah perkotaan. Sedangkan pada

    tahun 2006, jumlah penduduk Sumatera Utara telah mencapai 12,632 juta jiwa

    dengan kepadatan penduduk 176 km2. Dari jumlah tersrebut sebanyak 55,89%

    berada di wilayah pedesaan.

    4.1.4 Potensi Wilayah

    Wilayah Sumatera Utara memiliki potensi lahan yang cukup luas dan

    subur untuk dikembangkan menjadi areal pertanian yang dapat menunjang

    pertumbuhan ekonomi. Dalam wilayah Sumatera Utara terkandung bahan

    galian dan tambang, seperti kapur, belerang, pasir kuarsa, kaolin, diatome,

    emas, batubara, minyak, dan gas bumi.

    Kegiatan perekonomian terpenting di Sumatera Utaraadalah pada sektor

    pertanian yang menghasilkan bahan pangan, peternakan, perikanan, dan

    kehutanan. Sedangkan industry yang berkembang di Sumatera Utara adalah

    industry pengolahan yang menunjang sektor pertanian, industri yang

    Universitas Sumatera Utara

  • memproduksi barang-barang kebutuhan yang juga untuk diekspor seperti

    industry logam kasar, aneka industry kimia dasar, industri kecil dan kerajinan.

    Posisi strategis wilayah Sumatera Utara dalam jalur perdagangan

    internasional, ditunjang oleh adanya pelabuhan udara dan laut yaitu pelabuhan

    udara Polonia, Pinang Sori, Binaka, Aek Godang, pelabuhan laut Belawan,

    Sibolga,Gunung Sitoli, Tanjung Balai, Teluk Nibung, Kuala Tanjung,

    Labuhan Bilik, Tanjung Pura, Pangkalan Susu, Leidong, dan Pulo Tello. Di

    samping fasilitas pelabuhan ini, sektor jasa berkaitan dengan dengan fasilitas

    perbankan dan jasa-jasa perdagangan lainnyaserta komunikasi seperti

    perhubungan darat, telepon,teleks, facsimile, pos, giro, telah cukup

    berkembang dan mampu mencapai sebagian besar wilayah Sumatera Utara.

    Kota Medan sebagai ibukota propinsi Sumatera Utara di samping

    merupakan salah satu pusat pengembangan wilayah Sumatera Utara sekaligus

    juga merupakan pusat pengembangan wilayah pembangunan kelompok

    Sumatera Utara, memiliki fasilitas komunikasi, perbankan dan jasa-jasa

    perdagangan lainnyayang mampu mendorong pertumbuhan wilayah

    belakangnya.

    Di Sumatera Utara juga terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan

    penelitian seperti, perguruan tinggi termasuk politeknik, balai penelitian dan

    balai pelatihan kerja, yang mampu membentuk tenaga pembangunan terdidik

    dan terampil serta hasil-hasil penelitian yang bermanfaat bagi pembangunan

    daerah.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.1.5 Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara

    Pada tahun 2003, perekonomian nasional mulai stabil dan krisis ekonomi

    yang dulu pernah melanda mulai pulih. Khusus untuk propinsi Sumatera Utara,

    kastabilan ini terlihat dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

    Namun di sektor perdagangan luar negeri, terlihat bahwa ekspor Sumatera Utara

    terus membesar dari US$ 3,10 miliar pada tahun 1996 hingga menjadi US$9,26

    miliar pada tahun 2008. Namun pada tahun 1998-2001, ekspor Sumatera Utara

    berturut-turut mengalami penurunan masing-masing 21,20 persen, 3,96 persen,

    6,46 persen, dan 5,86 persen. Kemudian di tahun 2002 nilai ekspor mengalami

    kenaikan yang sangat tajam hingga mencapai US$ 2,89 miliar. Di tahun 2003

    mengalami penurunan hingga 7,06 persen menjadi US$ 2,69 miliar. Sedangkan

    pada tahun 2004-2008 ekspor Sumatera Utara kembali mengalami peningkatan

    yakni hingga pada tahun 2008 menjadi US$ 9,26 miliar.

    Peningkatann yang terjadi hingga pada tahun 2008 ini disebabkan adanya

    peningkatan pada sektor industri dengan nilai kontribusi US$ 7,07 mili perar atau

    76,32 persen dari total ekspor Sumatera Utara. Sementara pada sektor pertanian

    terjadi peningkatan 18,23 persen dengan nilai kontribusi US$ 2,19 miliar (23,62

    persen).

    Hampir semua komoditas utama ekspor Sumatera Utara mengalami

    peningkatan pada tahun 2008. Sepuluh komoditas utama ekspor tersebut adalah

    minyak nabati lainnya, cair atau kental, getah karet alam, karet alam lainnya,

    alumunium, margarine dan lemak, kopi, olahan minyak, lemak nabati dan hewani,

    barang-barang dan perlengkapan pakaian, bukan tekstil,sigaret, cerutu,dan

    Universitas Sumatera Utara

  • sebagainya, udang, kerang, dan sejenisnya, segar atau dingin, plywood, tripleks,

    kayu.

    Gambaran yang sama juga terjadi pada impor Suamtera Utara, yang

    selama tahun 2008 mengalami peningkatan yaitu sebesar 75,18 persen, dari US$

    2,11 milyar menjadi US$ 3,70 milyar. Penigkatan ini terutama disebabkan

    meningkatnya impor pada ketiga kelompok barang ekonomi yaitu impor barang

    modal naik 91,93 persen, impor bahan baku penolong naik 89,71 persen, dimana

    impor barang modal dan bahan baku penolong merupakan penggerak kegiatan

    industry, sedangkan impor barang industry naik sebesar 29,66 persen.

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.1

    Perkembangan Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara Tahun 1996-2008

    Sumber: Statistik Perdagangan Luar Negeri Sumatera Utara 2008, BPS Sumut.

    Tahun

    Ekspor Impor

    Neraca

    (000 US$)

    Berat

    Bersih

    (Ton)

    Nilai FOB

    (000 US$)

    Berat

    Bersih

    (Ton)

    Nilai CIF

    (000 US$)

    1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008

    3.920.002 4.886.759 4.401.819 5.150.993 5.166.654 5.492.340 6.622.573 5.490.113 7.512.890 8.174.804 8.704.825 7.841.872 8.520.892

    3.102.431 3.443.555 2.713,611 2.606.216 2.437.764 2.294.796 2.891.996 2.687.877 4.239.409 4.563.075 5.523.900 7.082.899 9.261.976

    2.302.568 2.139.307 956.311 2.601.042 2.620.166 2.830.243 2.684.055 2.343.112 3.221.858 3.717.119 4.404.172 4.745.767 5.880.760

    1.062.885 1.024.559 415.830 699.577 775.287 860.758 819.298 679.810 953.359 1.178.006 1.456.987 2.109.879 3.696.064

    2.039.546 2.418.996 2.297.781 1.906.639 1.662.477 1.434.038 2.072.698 2.008.067 3.286.050 3.385.069 4.066.913 4.973.020 5.565.913

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.1.6 Perkembangan Inflasi di Sumatera Utara

    Selain laju pertumbuhan ekonomi, perekonomian suatu negara juga dapat

    dilihat dari kenaikan harga-harga barang dan jasa (inflasi) di daerah tersebut. Pada

    dasarnya inflasi berkaitan dengan fenomena interaksi antara permintaan dan

    penawaran. Namun pada kenyataannya tidak terlepas dari faktor-faktor lainnya,

    seperti tata niaga, dan kelancaran dalam arus lalu lintas barang serta peranan

    kebijakan pemerintah.

    Inflasi adalah kecenderungan harga naik secara terus menerus, sehingga

    dapat memproduksi suatu produk yang akan diekspor tentu akan mengalami

    kenaikan biaya produksi (production cost) sehingga berpengaruh pada besar

    erkspor yang akan dilakukan terutama ekspor nonmigas.

    Tingkat inflasi yang sangat tinggi jelas merupakan hal yang sangat

    merugikan perekonomian suatu Negara. Di samping memperkecil nilai real dari

    pendapatan juga akan memperlambat perkembangan produksi yang akhirnya akan

    menghambat pertumbuhan ekonomi

    Universitas Sumatera Utara

  • Tabel 4.2. Perkembangan Inflasi Sumatera Utara Tahun 1990-2008

    `` Sumber: BPS Sumut

    Gambar 4.1

    Perkembangan Inflasi Sumatera Utara 1990-2008

    020406080

    100

    1990

    1991

    1992

    1993

    1994

    1995

    1996

    1997

    1998

    1999

    2000

    2001

    2002

    2003

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    Perkembangan Inflasi Sumatera Utara

    Tahun Inflasi

    1990 7.56 1991 8.99 1992 5.56 1993 9.75 1994 8.28 1995 7.24 1996 8.88 1997 9.23 1998 83.56 1999 1.37 2000 5.73 2001 14.79 2002 9.59 2003 4.23 2004 6.8 2005 22.41 2006 6.11 2007 6.6 2008 9.06

    Universitas Sumatera Utara

  • Di Sumatera Utara, pada tahun 1990 inflasi sebesar 7,56% yang

    selanjutnya mengalami fluktuasi hingga krisis ekonomi terjadi pada pertengahan

    tahun 1997 yang mengakibatkan tingginya tingkat inflasi pada 1998 hingga

    mencapai 83,56% dimana pada saat itu terjadi kenaikan harga barang-barang dan

    jasa yang sangat drastis. Kriris yang terjadi ini menimbulkan banyak kerusuhan

    hingga pada Mei 1998, presiden Soeharto dipakasa mundur.

    Pada 1999, inflasi Sumatera Utara mengalami penurunan menjadi 1,37%

    yang selanjutnya kembali meningkat hingga pada tahun 2001 menjadi sebesar

    14,79% dan kembali menglami penurunan hingga kembali menaik tajam pada

    tahun 2005 menjadi 22,41 persen. Pada tahun 2008,tingkat inflasi Sumatera Utara

    sebesar 9,06%.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.1.7 Perkembangan Nilai Kurs

    Tabel 4.3. Perkembangan Kurs Tahun 1990-2008

    Sumber: BPS Sumut

    Gambar 4.2

    Perkembangan Nilai Kurs 1990-2008

    0

    2000

    4000

    6000

    8000

    10000

    12000

    1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008

    Perkembangan Nilai Kurs

    Kurs

    Tahun Kurs 1990 1910 1991 1992 1992 2062 1993 2110 1994 2200 1995 2308 1996 2383 1997 4650 1998 8025 1999 7100 2000 9595 2001 10400 2002 8940 2003 8465 2004 9290 2005 9830 2006 9020 2007 9419 2008 10450

    Universitas Sumatera Utara

  • Kurs berperan penting terhadap perkembangan ekspor maupun impor

    suatu Negara. Apabila mata uang mengelami depresiasi maka ekspor akan

    meningkat, karena harga barang ekspor lebih murah dinilai dalam mata uang asing

    (mitra dagang) dan impor menurun karena harga impor naik dalam mata uang

    sendiri.

    Pada tahun 1990, nilai mata uang rupiah terhadap US dolar masih sekitar

    1910 dan mengalami peningkatan yang stabil setiap tahunnya hingga akhirnya

    terjadi krisis ekonomi,1997-1998, Nilai rupiah anjlok terhadap dolar, yakni

    menjadi sekitar 8025 rupiah/ U$ Dolar. Kepanikan semakin menjadi-jadi, ketika

    perusahaan yang tadinya banyak meminjam dolar (ketika nilai tukar rupiah kuat

    terhadap dolar), kini sibuk memburu/membeli dolar untuk membayar bunga

    pinjaman mereka yang telah jatuh tempo, dan harus dibayar dengan dolar. Nilai

    rupiah pun semakin jatuh lebih dalam lagi. IMF datang dengan paket bantuan 23

    milyar dolar, tapi tidak mampu memperbaiki keadaan. Malahan akhirnya paket

    bantuan IMF itu, yang dalam penggunaannya banyak terjadi penyelewengan,

    malah semakin menambah beban utang yangharus ditanggung oleh rakyat

    Indonesia.

    Pasca krisis, nilai kurs tidak turun secara drastic namun tetap melemah

    hingga pada level tertinggi pada tahun 20001 dan 2008 yakni sebesar 10400

    rupiah / U$ Dolar dan 10450 upaih / U$ Dolar.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.1.8 Perkembangan Ekspor dan Harga Karet Alam Sumatera Utara

    Tabel 4.4. Perkembangan Ekspor dan Harga Karet Alam Sumatera Utara Tahun 1990-2008

    Tahun Volume Ekspor Karet Alam (Ton)

    Nilai Ekspor Karet Alam (US$)

    Harga Karet Alam Eksporb(US$/Ton)

    1990 410.378 383.847 935,35 1991 505.937 475.479 939,80 1992 479.943 468.184 975,50 1993 458.275 417.740 911,55 1994 497.543 541.662 1.088,68 1995 522.107 809.100 1.549,68 1996 533.757 734.381 1.375,87 1997 550.661 589.411 1.070,37 1998 603.967 411.393 681,12 1999 533.760 314.985 590,12 2000 500.113 323.850 647,55 2001 570.145 306.520 537,62 2002 526.555 364.477 692,19 2003 526.809 472.233 896,40 2004 645.469 754.167 1.168,40 2005 665.754 874.225 1.313,14 2006 696.763 1.319.259 1.893,41 2007 685.925 1.392.113 2.029,54 2008 641.998 1.678.064 2.613,81 Sumber: BPS Sumut

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 4.3

    Perkembangan Ekspor Karet Alam Sumatera Utara 1990-2008

    Gambar 4.4

    Perkembangan Harga Karet Alam Ekspor Sumatera Utara 1990-2008

    0100000200000300000400000500000600000700000800000

    1990

    1991

    1993

    1994

    1995

    1996

    1997

    1998

    1999

    2000

    2001

    2002

    2003

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    Perkembangan Ekspor Karet Alam Sumatera Utara

    Ekspor

    0

    500

    1000

    1500

    2000

    2500

    3000

    1990

    1991

    1992

    1993

    1994

    1995

    1996

    1997

    1998

    1999

    2000

    2001

    2002

    2003

    2004

    2005

    2006

    2007

    2008

    Perkembangan Harga Karet Alam Ekspor Sumatera Utara

    Harga

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari data di atas dapat diketahui bahwa volume ekspor karet alam

    Sumatera Utara telah mengalami fluktuasi dari tahun 1990 dimana mencapai

    volume sebesar 410.378 ton dengan nilai sebesar 383.847 US$ juta pada tingkat

    harga US$/ ton 935,35, ekspor semakin meningkat di tahun berikutnya, namun

    pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi dimana pada saat itu kurs rupiah sangat

    melemah menjadi 8025 rupiah / US$ dan harga karet alam ekspor sangat menurun

    drastis menjadi sebesar US$/ton 681,12 sehingga nilai ekspor menjadi US$

    411.393 dengan volume ekspor yang meningkat dari tahun sebelumnya menjadi

    603.967 ton. Pada tahun 1999, harga karet alam ekspor kembali menurun hingga

    hanya sebesar US$/ton 590,12 dimana harga ini merupakan harga terendah yang

    terjadi pada periode tersebut dengan volume sebesar 533.760 ton. Kenaikan harga

    yang cukup berarti dimulai terjadi pada tahun 2003 hingga menjadi US$/ton

    896,40 dengan volume ekspor sebesar 526.809ton yang pada tahun berikutnya

    semakin mengalami peningkatan harga tiap tahunnya hingga pada tahun 2008,

    tingkat harga berada pada US$/ton 2.613,8, namun volume ekspor menurun dari

    tahun sebelumnya yakni menjadi 641.998 ton dengan nilai sebesar US$

    1.678.064.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.1.9 Perkembangan Produksi Karet Alam Sumatera Utara

    Tabel 4.5. Perkembangan Produksi Karet Alam Sumatera Utara Tahun 1990-2008

    Sumber: Statistik Perkebunan Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Sumut.

    Tahun Produksi (Ton)

    1990 314133 1991 374133 1992 351479 1993 343121 1994 376628 1995 389277 1996 390287 1997 394980 1998 379928 1999 385276 2000 376287 2001 392904 2002 386092 2003 392127 2004 397652 2005 398873 2006 382783 2007 402972 2008 412299

    Universitas Sumatera Utara

  • Gambar 4.5

    Perkembangan Produksi Karet Alam Ekspor Sumatera Utara 1990-2008

    Jumlah produksi karet alam tentu cukup mempengaruhi perkembangan

    ekspor karet alam. Produksi karet alam merupakan produksi padat karya dimana

    di hampir semua Negara produsen karet alam termasuk Indonesia, karet sebagian

    besar diproduksi oleh petani kecil atau yang sering dikenal dengan istilah

    Perkebunan Rakyat. Di Sumatera Utara sendiri, produksi karet alam sekitar 60%

    bersumber dari Perkebunan Rakyat (PR), 13% dari Perkebunan Negara (PTPN),

    dan sekitar 27% disumbangkan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS).

    Produksi karet alam Sumatera Utara pada tahun 2008 telah mencapai

    412.299 ton yang mengalami kenaikan dari tahun- tahun sebelumnya. Pada tahun

    1990-1996, produksinya rata-rata mengalami kenaikan berturut-berturut. pada

    tahun 1998, pada saat krisis masih terjadi,terjadi penurunan produksi mencapai

    379928 ton dan kembali meningkat pada tahun 1999 menjadi 385276 ton.

    050000

    100000150000200000250000300000350000400000450000

    1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008

    Perkembangan Produksi Karet Alam Sumatera Utara

    Produksi

    Universitas Sumatera Utara

  • Produksi tiap tahunnya mengalami fluktuasi dimana setelah krisis, produksi

    tertinggi terjadi pada tahun 2008 yang telah mencapai 412.299 ton.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.2 Analisis dan Pembahasan

    Untuk mengetahui hubungan antara variabel eksogenus yaitu variabel

    kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi terhadap variabel endogenus

    yaitu ekspor karet alam Sumatera Utara maka digunakan model Analisis Jalur

    (Path Analysis). Sejauh mana data yang tersedia dalam membuktikan hipotesis

    akan dijelaskan dalam perhitungan serta pengujian- pengujian terhadap masing-

    masing koefisien regresi yang diperoleh dengan menggunakan alat bantu

    komputer menggunakan program Eviews 5.0.

    4.2.1 Hasil Pengolahan Data

    Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan program komputer

    Eviews 5.0 diperoleh hasil sebagai berikut:

    Tabel 4.6

    Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Karet Alam Sumatera Utara

    Variabel Koefisisen t- statistik t-tabel Keterangan

    Kurs (X1) 0.059308 3.694786 2,977 Signifikan

    Inflasi (X2) 0.009339 0.635013 1,761 Tidak Signifikan

    Harga (X3) 0.041638 1.574369 1,761 Tidak signifikan

    R-square = 0.531275 Adjusted R-square = 0.437530 D-W Test = 1.472439 F-hitung = 5.667237

    Sumber: Lampiran 2

    Universitas Sumatera Utara

  • Interpretasi model:

    Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel ensogenus kurs, inflasi,

    dan harga karet alam ekspor terhadap produksi karet alam Sumatera Utara adalah

    sebagai berikut:

    1. Kurs ( X1)

    Kurs (X1) memiliki pengaruh positif terhadap produksi karet alam dengan

    koefisien sebesar 0.059308. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan kurs

    sebesar 1% pada kurs akan menyebabkan kenaikan produksi karet alam sebesar

    0,059308 ton.

    2. Inflasi (X2)

    Inflasi (X2) memiliki pengaruh (positif) terhadap produksi karet alam dengan

    koefisien sebesar 0.009339. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan inflasi

    sebesar 1% maka akan menyebababkan kenaikan produksi karet alam sebesar

    0,009339 ton.

    3. Harga (X3)

    Harga (X3) memiliki pengaruh positif terhadap produksi karet alam dengan

    koefisien sebesar 0,041638. hal ini berarti jika terjadfi kenaikan pada harga

    sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan produksi karet alam sebesar

    0,041638 ton.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.2.2 Direct Effect/ pengaruh secara langsung

    Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel kurs, inflasi, dan harga

    terhadap produksi karet alam adalah sebagai berikut:

    X1 Y2 = 0.059308

    X2 Y2 = 0.009339

    X3 Y2 = 0,041638

    Tabel 4.7

    Hasil Regresi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekspor Karet Alam Sumatera Utara

    Variabel Koefisien t-statistik t-tabel Keterangan

    Kurs (X1) 0.101746 3.690324 3,012 Signifikan

    Inflasi (X2) 0.024961 1.347726 1,771 Tidak signifikan

    Harga (X3) 0.138419 3.901303 3,012 Signifikan

    Produksi (Y2)

    0.722555 2.251739 2,160 Signifikan

    R-square = 0.864063

    Adjusted R-square = 0.825223

    D-W Test = 1.752706

    F-hitung = 22.24716

    Sumber: Lampiran 3

    Intrepetasi Model

    Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel eksogenus

    kurs,inflasi, haraga karet alam ekspor dan produksi karet alam terhadap ekspor

    karet alam Sumatera Utara sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Kurs (X1)

    Kurs (X1) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam dengan

    koefisien sebesar 0.101746. Hal ini berari bahwa jika terjadi kenaikan pada

    kurs sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam

    sebesar 0.101746 ton.

    2. Inflasi (X2)

    Inflasi (X2) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam dengan

    koefisien sebesar 0.024961. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada

    inflasi sebesar 1% maka akan menyebabkan keanaikan ekspor karet alam

    sebesar 0.024961 ton.

    3. Harga (X3)

    Harga (X3) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam dengan

    koefisien sebesar 0.138419. Ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada harga

    sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam sebesar

    0.138419 ton.

    4. Produksi (Y2)

    Produksi (Y2) memiliki pengaruh positif terhadap ekspor karet alam dengan

    koefisien sebesar 0.722555. hal ini berate bawa jika terjadi kenaikan pada

    produksi karet alam sebesar 1% maka akn menyebabkak kenaikan pada ekspor

    karet alam sebesar 0.722555 ton.

    Direct Effect/ pengaruh secara langsung

    Universitas Sumatera Utara

  • Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel kurs, inflasi, harga, dan

    produksi karet alam terhadap ekspor karet alam adalah sebagai berikut:

    X1 Y1 = 0.101746

    X2 Y1 = 0.024961

    X3 Y1 = 0.138419

    Y2 Y1 = 0.722555

    4.2.3 Indirect Effect/ pegaruh secara tidak langsung.

    Hubungan X1 (kurs), X2 (inflasi), X3 (harga), melalui Y2( produksi karet

    alam) terhadap Y1 (ekspor karet alam).

    PY2X1= 0.059308

    PY1Y2= 0.722555

    PY2X2= 0.009339

    PY2X3= 0,041638

    Gambar 4.6

    Pengaruh tak Langsung Kurs, Inflasi, Harga melalui Produksi Terhadap Ekspor Karet Alam

    X1

    X2

    X3

    Y2 Y1

    Universitas Sumatera Utara

  • Diintrepetasikan dengan model sebagai berikut:

    X1 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X1 PY1Y2

    = (0,059308) (0,722555)

    = 0.0429

    X2 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X2 PY1Y2

    = (0,009339) (0,722555)

    = 0.0067

    X3 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X3 PY1Y2

    = (0,041638) (0,722555)

    = 0.0301

    X1 Y2 Y1 = 0.0429

    X2 Y2 Y1 = 0.0067

    X3 Y2 Y1 = 0.0301

    Intrepetasi Model

    Hasil estimasi di atas dapat dijelaskan pengaruh variabel eksogenus kurs,

    inflasi, dan harga melalui produkksi karet alam terhadap ekspor karet alam

    Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • 1. Kurs (X1)

    Kurs (X1) melalui produksi karet alam (Y2) memiliki pengaruh positif

    terhadap peningkatan ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1) dengan

    koefisisen sebesar 0.0429. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada

    kurs sebesar 1 % maka akan menyebabkan kenaikan ekspor karet alam sebesar

    0.0429 ton.

    2. Inflasi (X2)

    Inflasi (X2) melalui produksi karet alam (Y2) memiliki pengaruh positif

    terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien sebesar

    0.0067. Hal ini berarti jika terjadi kenaikan pada inflasi sebesar 1% maka akan

    menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alm Sumatera Utara sebesar 0.0067

    ton.

    3. Harga (X3)

    Harga (X3) melalui produksi karet alam (Y2) memiliki pengaruh positif

    terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien sebesar

    0.0301 . Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada harga sebesar 1%

    maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam Sumatera Utara

    sebesar 0.0301 ton.

    4.2.4 Total Effect / pengaruh total

    Total hubungan X1(kurs), X2(inflasi), X3 (harga), melaui Y2( produksi)

    terhadap Y1 (ekspor karet alam Sumatera Utara):

    Universitas Sumatera Utara

  • PY2X1= 0.059308

    PY1Y2= 0.722555

    PY2X2= 0.009339

    PY2X3= 0,041638

    Gambar 4.7

    Pengaruh Kurs, Inflasi, Harga Melalui Produksi Secara Total terhadap

    Ekspor Karet Alam Sumatera Utara

    Total hubungan X1 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X1 + PY1Y2

    = (0.059308) + (0.722555)

    = 0,781863

    Total hubungan X2 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X2 + PY1Y2

    = (0.009339) + (0.722555)

    = 0.731894

    Total hubungan X3 melalui Y2 terhadap Y1 = PY2X3 +PY1Y2

    = (0.041638) + (0.722555)

    = 0,764193

    X2

    X3

    Y2 Y1

    X1

    Universitas Sumatera Utara

  • X1 Y2 Y1 = 0,781863

    X2 Y2 Y1 =0,731894

    X3 Y2 Y1 = 0,764193

    Intrepetasi data

    1. Kurs (X1) dan produksi karet alam (Y2) secara total memiliki hubungan

    positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien

    regresi sebesar0,781863. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada kurs

    sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam sebesar

    0,781863ton.

    2. inflasi (X2) dan produksi karet alam (Y2) secara total memiliki pengaruh

    positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien

    regresi sebesar 0,731894. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan pada

    inflasi sebesar 1% maka akan menyebabkan kaenaikan pada ekspor karet alam

    sebesar 0,731894 ton.

    3. Harga (X3) dan produksi karet alam (Y2) secara total memiliki pengaruh

    positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara (Y1), dengan koefisien

    regresi sebesar 0,764193. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan inflasi

    sebesar 1% maka akan menyebabkan kenaikan pada ekspor karet alam

    Sumatera Utara sebesar 0,764193 ton.

    Universitas Sumatera Utara

  • 4.2.5 Uji Kesesuaian (Test of Goodness of Fit)

    1. Koefisien Determinasi (R-Square)

    - Dari hasil regresi pertama diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar

    0,531275 atau R2= 53,13 % yang artinya bahwa besarnya pengaruh

    langsung (direct effect) variabel kurs, inflasi, dan harga terhadap produksi

    karet alam Sumatera Utara sebesar 53,13 % sementara sisanya 46,87%

    dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model

    estimasi.

    - Dari hasil regresi kedua diperoleh bahwa nilai koefisien determinasi

    sebesar 0.864063 atau R2= 86,41% yang artinya bahwa besarnya pengaruh

    langsung (direct effect) variabel kurs, inflasi, harga, dan produksi karet

    alam terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara sebesar 86,41 %

    sementara sisanya sebesar 13,59 % dijelaskan oleh variabel lain yang tidak

    dimasukkan ke dalam model estimasi.

    2. Uji F- Statistik

    Uji F- Statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kurs,

    inflasi, harga secara bersama- sama mampu memberikan pengaruh

    terhadap produksi karet alam. Ho diterima jika:

    F-hitung < F-tabel

    Ha diterima jika F-hitung > F-tabel

    a. Ho : b1 = b2 = b3 = 0

    Universitas Sumatera Utara

  • Ha : b1 b2 b3 = 0

    Dari hasil analisis regresi diperoleh bahwa F-hitung = 5,667237

    = 1%; df1 = k-1 ; df2 = n-k

    n = 19 ; k = 4

    df1 = 3 ; df2 = 15

    maka F-tabel = 5,42

    Gambar 4.8 Uji F-statistik kurs, inflasi, harga secara bersama-sama

    terhadap produksi karet alam

    Ho ditolak

    Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa F-

    hitung lebih besar dari F-tabel (5,667 > 5,42). Dengan demikian Ha

    diterima, artinya secara bersama-sama variabel kurs, inflasi, dan harga

    berpengaruh nyata terhadap produksi karet alam Sumatera Utara dengan

    tingkat kepercayaan 99%.

    Ha diterima

    0 5,42 5,667

    Universitas Sumatera Utara

  • - Uji F-statistik ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kurs, inflasi,

    harga, dan produksi, secara bersama-sama mampu member pengaruh nyata

    terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara.

    Ho diterima jika F-hitung < F-tabel

    Ha diterima jika F-hitung > F- table

    b. Ho : b1 = b2 = b3 = 0

    Ha : b1 b2 b3 = 0

    Dari hail analisis regresi diketahui F-hitung = 22.24716

    = 1% ; df1 = k-1 ; df2 = n-k

    n= 19 ; k = 5

    df1 = 4 ; df2 = 14

    maka F-tabel = 5,04

    Gambar 4.9 Uji F-statistik kurs, inflasi, harga, produksi secara

    bersama-sama terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara

    Ho ditolak

    Ha diterima

    0 5,04 22,247

    Universitas Sumatera Utara

  • Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa F-hitung lebih

    besar dari F-tabel (22,247 > 5,04). Dengan demikian Ha diterima, artinya

    secara bersama-sama variabel kurs, inflasi, dan harga berpengaruh nyata

    terhadap produksi karet alam Sumatera Utara dengan tingkat kepercayaan

    99%.

    3. Uji t-statistik (Uji Parsial)

    Untuk menguji apakah variabel-variabel eksogenus secara parsial

    berpengaruh nyata terhadap variabel-variabel endogenus maka digunakan

    uji- t. adapan uji-t dapat didefinisiskan sebagai berikut:

    Ho : b1 = 0

    Ha : b1 0

    Artinya berdasarkan data yang tersedia akan dilakukan pengujian terhadap

    (koefisien regresi populasi ), apakah hasilnya sama dengan nol yang

    maksudnya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

    lain yang terikat atau hailnya tidak sama dengan nol yang berarti

    mempunyai pengaruh signifikan.

    1. Pengaruh kurs, inflasi, dan harga terhadap produksi karet alam

    Sumatera Utara

    Variabel Kurs

    Hipotesa

    Ho : b1 = 0

    Universitas Sumatera Utara

  • Ha : b1 0

    Kriteria:

    Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:

    Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Jika nilai t-statistik bernilai negative :

    Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung

  • Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel kurs signifikan

    pada = 1% dengan t-hitung > t-tabel ( 3,694786 > 2,977) dengan demikian

    Ha diterima pada nilai uji t-statistik bernilai positif. Artinya variabel kurs

    berpengaruh nyata terhadap produksi karet alam Sumatera Utara pada tingkat

    kepercayaan 99%.

    Variabel Inflasi

    Hipotesa : Ho: b1 = 0

    Ha : b1 0

    Kriteria:

    Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:

    Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Jika nilai t-statistik bernilai negatif :

    Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung

  • Maka t-tabel = 1,761

    Gambar 4.11 Uji t-statistik variabel inflasi

    Ha ditolak

    Dari hasil estimasi regresi diketahui bahwa variabel inflasi tidak signifikan pada

    = 10% dengan t-hitung < t-tabel ( 0,635013 < 1,761) dengan demikian Ho

    diterima. Artinya variabel X2 (inflasi) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi

    karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 90%.

    Variabel Harga

    Hipotesa : Ho: b1 = 0

    Ha : b1 0

    Kriteria:

    Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:

    Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Jika nilai t-statistik bernilai negatif :

    Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel

    -2,10092 2,10092 2,18

    1,761 -1,761 0,635013

    Ho diterima

    Universitas Sumatera Utara

  • Ha diterima apabila t-hitung
  • Ha : b1 0

    Kriteria:

    Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:

    Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Jika nilai t-statistik bernilai negatif :

    Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung

  • Dari hasil estimasi regresi dapat diketahui bahwa variabel kurs signifikan pada

    = 1% dengan t-hitung > t-tabel ( 3,690324 > 3,012) dengan demikian Ha

    diterima pada nilai uji t-statistik bernilai positif. Artinya variabel kurs

    berpengaruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara pada tingkat

    kepercayaan 99%.

    Variabel Inflasi

    Hipotesa : Ho: b1 = 0

    Ha : b1 0

    Kriteria:

    Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:

    Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Jika nilai t-statistik bernilai negatif :

    Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung

  • Maka t-tabel = 1,771

    Gambar 4.14 t-statistik variabel inflasi

    Ha ditolak

    Dari hasil estimasi regresi diketahui bahwa variabel inflasi tidak signifikan pada

    = 10% dengan t-hitung < t-tabel ( 1,347726 < 1,771) dengan demikian Ho

    diterima. Artinya variabel X2 (inflasi) tidak berpengaruh nyata terhadap ekspor

    karet alam Sumatera Utara pada tingkat kepercayaan 90%.

    Variabel harga

    Hipotesa : Ho: b1 = 0

    Ha : b1 0

    Kriteria:

    Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:

    Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Jika nilai t-statistik bernilai negatif :

    Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel

    -1,771 2,10092

    Ho diterima

    1,771 1,347726

    Universitas Sumatera Utara

  • Ha diterima apabila t-hitung t-tabel ( 3,901303 > 3,012) dengan demikian Ha

    diterima pada nilai uji t-statistik bernilai positif. Artinya variabel harga

    berpengaruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara pada tingkat

    kepercayaan 99%.

    Variabel produksi

    Hipotesa : Ho: b1 = 0

    Ha : b1 0

    -3,012

    Ho ditolak

    3,012 3,901303

    Universitas Sumatera Utara

  • Kriteria:

    Jika nilai uji t-statistik bernilai positif:

    Ho diterima apabila t- hitung < t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Jika nilai t-statistik bernilai negatif :

    Ho diterima apabila t-hitung > t-tabel

    Ha diterima apabila t-hitung t-tabel (2,251739 > 2,160) dengan demikian Ha

    -2,160

    Ho ditolak

    2,160 2,251739

    Universitas Sumatera Utara

  • diterima pada nilai uji t-statistik bernilai positif. Artinya variabel produksi

    berpengaruh nyata terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara pada tingkat

    kepercayaan 95%

    4.2.6 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

    1. Multikolinieritas (Multikoliniearity)

    Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dalam model

    estimasi dilakukan dengan banyak cara, salah satunya adalah dengan melihat

    adanya hubungan yang kuat antar variabel bebas dari model tersebut, dimana

    ukuran hubungan yang kuat apabial r > 0,8. Berikut hasil uji multikolinearitas

    dengan correlation matrix.

    Tabel 4.8 Correlation Matrix

    X1 X2 X3 Y2

    X1 1.000000 0.093034 -0.002751 0.665708

    X2 0.093034 1.000000 -0.032759 0.164708

    X3 -0.002751 -0.032759 1.000000 0.272954

    Y2 0.665708 0.164708 0.272954 1.000000

    Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa besarnya niali korelasi antar

    variabel bebas adalah lebih kecil dari 0,8 maka mengikuti metode ini dapat

    disimpulkan bahwa dalam model tersebut tidak terdapat multikolinearitas.

    Universitas Sumatera Utara

  • 2. Uji Heterokedastisitas

    Uji heterokedastisitas merupakan salah satu asumsi OLS yang

    menunjukkan suatu keadaan dimana varian dari kesalahan pengganggu tidak sama

    untuk semua nilai variabel bebas. Pengujian heterokedastisitas yang digunakan

    adalah dengan White Heteroscedasticity Test (No Cross Term), dan diperoleh hasil

    estimasi sebagai berikut:

    Universitas Sumatera Utara

  • White Heteroskedasticity Test:

    F-statistic 2.533243 Probability 0.081443

    Obs*R-squared 11.72606 Probability 0.109935

    Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 08/14/10 Time: 12:55 Sample: 1990 2008 Included observations: 19

    Variable Coefficie

    nt Std. Error t-Statistic Prob. C 0.342185 0.285533 1.198406 0.2559

    LOGY2 -

    0.014742 0.016068 -0.917453 0.3786

    LOGX1 -

    0.012743 0.081481 -0.156395 0.8786 LOGX1^2 0.000925 0.004833 0.191439 0.8517

    LOGX2 -

    0.001703 0.003280 -0.519285 0.6138 LOGX2^2 0.000112 0.000632 0.176924 0.8628

    LOGX3 -

    0.033911 0.059150 -0.573307 0.5780 LOGX3^2 0.002672 0.004199 0.636300 0.5376

    R-squared 0.617161 Mean dependent var 0.002666

    Adjusted R-squared 0.373536 S.D. dependent var 0.003218

    S.E. of regression 0.002547 Akaike info criterion -

    8.812362

    Sum squared resid 7.14E-05 Schwarz criterion -

    8.414704 Log likelihood 91.71744 F-statistic 2.533243 Durbin-Watson stat 3.230587 Prob(F-statistic) 0.081443

    Sumber: Lampiran 4

    Universitas Sumatera Utara

  • Dari hasil di atas harus diperhatikan Obs* R- Squared dan juga nilai

    Probability-nya. Apabila nilai Probability lebih rendah dari 0,05 berarti terdapat

    heterokedastisitas pada hasil estimasi. Sebaliknya, apabila nilai Probability- nya

    lebih tinggi dari 0,05, maka hasil estimasi tidak terkena heterokedastisitas. Dari

    pengamatan yang dilakukan terhadap hasil estimasi di atas tidak ditemukan

    adanya hetetokedastisitas.

    3. Uji Autokorelasi (D-W Test)

    Uji Durbin Watson (D-W) digunakan untuk menguji apakah model regresi

    mengandung korelasi (autokorelasi) di antara variabel pengganggu (Disturbance

    term), dengan langkah- langkah pengujian sebagai berikut:

    a. Hipotesa : Ho : = 0 (tidak ada autokorelasi)

    Ha : 0 (ada autokoresi)

    b. = 5% ; n = 19 ; k = 4

    maka dl = 0,86 4-dl = 3,14

    du = 1,85 4 du = 2,15

    c. DW- hitung = 1.752706

    d. Kriteria pengambilan keputusan :

    Ho ditolak jika DW < Dl (ada korelasi positif).

    Ho ditolak jika DW > 4-Dl (ada korelasi negatif).

    Ho diterima jika Du < DW < 4-Du (tidak ada autokorelasi).

    tak ada keputusan jika Dl DW Du (inconclusive)

    tak ada keputusan jika4-Du DW 4-Dl (inconclusive)

    Universitas Sumatera Utara

  • e. Keputusan:

    Berdasarkan data diatas, dapat diperoleh bahwa Dl DW Du (0,86

    1,75 1,85) dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

    kesimpulan (inconclusive) mengenai ada tidaknya autokorelasi positif atau

    negatif dengan pengujian pada tingkat kepercayaan 95%.

    Gambar 4.17 Uji D-W

    Autokorelasi (+) Inconclusive Inconclusive

    Autokorelasi (-)

    0,86 1,75 1,85 2,15 3,14

    Ho diterima (no serial correlation)

    Universitas Sumatera Utara

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1 KESIMPULAN

    Berdasarkan uraian analisis dioperoleh kesimpulan sebagai berikut:

    1. Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor berpengaruh positif terhadap

    produksi karet alam Sumatera Utara. Secara parsial, kurs memiliki

    pengaruh yang signifikan terhadap produksi karet alam Sumatera Utara

    sedangkan inflasi dan harga karet alam ekspor memilki pengaruh yang

    tidak signifikan terhadap produksi karet alam Sumatera Utara. Secara

    bersama-sama, kurs, inflasi, harga berpengaruh nyata terhadap produksi

    karet alam Sumatera Utara.

    2. Kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan produksi karet alam ekspor

    berpengaruh positif terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara. Secara

    parsial, kurs, harga karet alam ekspor, produksi memiliki pengaruh yang

    signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara dan inflasi memiliki

    pengaruh yang tidak signifikan terhadap ekspor karet alam Sumatera

    Utara. Secara bersama-sama, kurs, inflasi, harga karet alam ekspor, dan

    produksi karet alam berpengruh nyata terhadap ekspor karet alam

    Sumatera Utara.

    5.2 SARAN

    Berdasarkanuraian analisis, diperoleh saran atau masukan sebagai berikut:

    1. Pemerintah Sumatera Utara diharapkan lebih mampu meningkatkan

    produksi karet alam yang mempunyai pengaruh positif dan mampu

    Universitas Sumatera Utara

  • memberikan kontibusi besar terhadap ekspor karet alam Sumatera Utara

    dengan cara memaksimalkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

    itu sendiri.

    2. Mengingat semakin meningkatkatnya permintaan terhadap karet alam di

    dunia akibat kemajuan teknologi yang mengakibatkan peningkatan

    produksi barang-barang berbahan karet, maka pemerintah Sumatera Utara

    diharapkan mampu meningkatkan produksi karet alam yang masih

    memiliki prospek yang cerah di masa yang akan datang.

    3. Pemerintah kiranya selalu menjaga hubungan baik dengan negara-negara

    tujuan ekspor dan berusaha mengembangkan teknologi pengembangan

    karet agar Indonesia juga dapat mengekspor dalam bentuk barang jadi,

    bukan hanya dalam bentuk barang mentah atau barang setengah jadi.

    4. Pemerintah kiranya melakukan kebijakan- kebijakan dalam hal melakukan

    kesepakatan dengan Negara- Negara tujuan ekspor karet agar ketentetuan-

    ketentuan khususnya penentuan harga karet dapat dilakukan lebih

    bijaksana untuk lebih menguntungkan petani karet.

    Universitas Sumatera Utara