chapter ii kista ovarium

Upload: adegustina

Post on 14-Apr-2018

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    1/14

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengalaman

    Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,

    ditanggung) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005). Pengalaman merupakan guru yang

    baik, yang menjadi sumber pengetahuan dan juga merupakan suatu cara untuk

    memperoleh kebenaran pengetahuan (Notoadmodjo, 2005). Pengalaman dapat diartikan

    juga sebagai memori episodik, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa

    peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang

    berfungsi sebagai referensi otobiografi (Syah, 2003).

    B. Wanita Usia Subur

    Menurut Hartanto (2002), wanita usia subur adalah wanita yang sudah

    mengalami haid yang berumur antara 20 - 35 tahun dan secara operasional termasuk

    wanita yang umurnya kurang dari 20 tahun dan telah haid, atau wanita yang telah

    berumur lebih dari 35 tahun tetapi masih haid.

    C. Kista Ovarium

    1. Pengertian

    Menurut Chyntia (2010) kista merupakan penyakit yang super halus, rumit dan

    unik, sebab keberadaannya mirip dengan kehamilan, di mana semua wanita mempunyai

    resiko akan hadirnya penyakit ini. Setiap wanita mempunyai 2 indung telur kanan dan

    kiri yang ukuran normalnya sebesar biji kenari. Setiap indung telur tersebut berisi ribuan

    telur yang masih muda atau follicle yang setiap bulannya akan membesar dan satu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    2/14

    diantaranya membesar sangat cepat sehingga menjadi telur yang matang. Pada peristiwa

    ovulasi telur yang matang ini keluar dari indung telur dan bergerak ke rahim melalui

    saluran telur. Apabila sel telur yang matang ini dibuahi, follicle akan mengecil dan

    menghilang dalam waktu 2-3 minggu dan akan terus berulang sesuai siklus haid pada

    seorang wanita. Namun, jika terjadi gangguan pada proses siklus ini, maka kista pun

    akan terjadi.

    2. Jenis dan Karakter Kista

    Prawirohardjo (2002) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya,

    kista terbagi dua, yaitu nonneoplastikdan neoplastik. Kista nonneoplastiksifatnya jinak

    dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista

    neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan

    sifatnya.

    Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastikjinak diantaranya:

    a. Kistoma Ovarii Simpleks

    Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus,

    biasanya bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis

    berisi cairan jernih yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan

    pengangkatan kista dengan reseksi ovarium.

    b. Kistadenoma Ovarii Musinosum

    Bentuk kista multilokulardan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat

    besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif

    sehingga timbul perleketan kista dengan omentum, usus-usus, danperitoneum parietale.

    Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    3/14

    akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in tito

    tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya

    kista.

    c. Kistadenoma Ovarii Serosum

    Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular,

    tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi

    tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul

    asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum.

    d. KistaDermoid

    Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal

    berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk

    cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada

    partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan

    dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi

    ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal dari sel telur melalui

    prosesparthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak di perut bagian bawah

    karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptursehingga isi kista keluar

    di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid bersama

    seluruh ovarium.

    Menurut Prawirohardjo (2002), kista nonneoplastikterdiri dari:

    a. Kista Folikel

    Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun

    tumbuh terus menjadi kistafolikel, atau dari beberapafolikel primer yang setelah tumbuh

    di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    4/14

    membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya

    dengan diameter 1 1,5 cm.

    Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista

    yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di

    dalam kista, maka terjadilah atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih

    dan sering kali mengandung estrogen. Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat

    menyebabkan gangguan haid. Kistafolikel lambat laun dapat mengecil dan menghilang

    spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun menghilang. Umumnya, jika diameter

    kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya

    dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri.

    b. Kista Korpus Luteum

    Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus

    albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum

    persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,

    berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus

    luteum lebih jarang dari pada kistafolikel.

    Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum

    yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,

    berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula

    menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam

    kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan

    adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan

    kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista

    korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis. Penanganan kista korpus luteum

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    5/14

    ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam hal dilakukan operasi atas dugaan

    kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat tanpa mengorbankan

    ovarium.

    c. KistaLutein

    Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya

    kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral

    dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi

    sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali

    sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon

    koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma,

    ovarium mengecil spontan.

    d. KistaInklusi Germinal

    Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel

    germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita

    yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya

    secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu

    operasi. Kista terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan

    epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.

    e. KistaEndometriosis

    Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput

    dinding rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang

    menjadi kista. Kista ini sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena

    berisi darah coklat-kemerahan. Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis

    yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    6/14

    perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya bisa karena infeksi kandungan menahun,

    misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga kuman-kumannya masuk kedalam

    selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut melemahkan daya tahan

    selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini sangat khas karena

    berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan tumpah dar i

    rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini

    merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal

    dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering

    disebut kanker jinak.

    f. Kista Stein-Leventhal

    Ovarium tampak pucat, membesar 2 sampai 3 kali, polikistik, dan permukaannya

    licin. Kapsul ovarium menebal. Kelainan ini terkenal dengan nama sindrom Stein-

    Leventhal dan kiranya disebabkan oleh gangguan keseimbangan hormonal. Umumnya

    pada penderita terhadap gangguan ovulasi, oleh karena endometrium hanya dipengaruhi

    oleh estrogen, hiperplasia endometrii sering ditemukan.

    3. Gejala Kista Ovarium dan Tanda-tanda Klinik

    Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil.

    Kista yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar,

    sedangkan pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil

    infiltrasi atau metastasis kejaringan sekitar (Sarjadi, 1995). Pemastian penyakit tidak

    bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain

    seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker

    ovarium. Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan

    ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejalanya antara lain: perut

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    7/14

    terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang

    air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat

    menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual, ingin muntah, atau

    pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Kadang-kadang kista dapat memutar

    pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri tekan perut

    bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera (Moore,

    2001).

    4. Diagnosis

    Menurut Llwellyn (2001), kista ovarium jinak tumbuh secara tersembunyi dan

    sering tidak dapat dideteksi selama beberapa tahun. Tidak menyebabkan nyeri, tetapi

    jika membesar dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan jarang menimbulkan

    gangguan menstruasi. Pemeriksaan abdomen dan vagina secara periodik akan dapat

    mendeteksi kista ini. Kista tanpa nyeri atau massa padat di cul-de-sac, atau di tempat

    ovarium, atau meluas ke abdomen, yang dengan palpasi bersifat kistik sampai padat,

    memberi tanda kista ovarium. Diagnosis dapat dikonfirmasi dengan skening ultrason

    abdomen atau transvagina, yang dapat membedakannya dari kehamilan, kegemukan,

    pseudosiesis, kandung kemih penuh atau degenerasi kistik dari mioma.

    Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa apabila pada pemeriksaan ditemukan

    kista di rongga perut bagian bawah dan atau di rongga panggul, maka setelah diteliti

    sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi, apakah dapat digerakkan

    atau tidak), maka perlu ditentukan jenis kista tersebut. Pada kista ovarium biasanya

    uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari kista. Jika kista ovarium terletak di garis

    tengah dalam rongga perut bagian bawah dan kista itu konsistensinya kistik, perlu

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    8/14

    dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kemih penuh, sehingga pada anamnesis perlu

    lebih cermat dan disertai pemeriksaan tambahan. Apabila sudah ditentukan bahwa kista

    yang ditemukan ialah kista ovarium, maka perlu diketahui apakah kista itu bersifat

    neoplastikatau nonneoplastik.

    Kista nonneoplastikakibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan

    gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan kista-kista akibat

    peradangan tidak dapat digerakkan karena perleketan. Kista nonneoplastik umumnya

    tidak menjadi besar, dan diantaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.

    Jika kista ovarium itu bersifat neoplastik, maka pemeriksaan yang cermat dan analisis

    yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan dapat membantu dalam pembuatan

    diagnosis diferensial.

    5. Pencegahan terjadinya Kista Ovarium

    Chyntia (2010), menyatakan bahwa tidak ada upaya pencegahan yang dapat

    dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk

    mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberi hasil

    yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dilakukan adalah dengan

    melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi:pemeriksaan klinis ginekologik

    untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium lainnya, pemeriksaan

    Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran darah,

    pemeriksaan petanda tumor (tumormarker), pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap

    perlu.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    9/14

    6. Pemeriksaan Penunjang Kista Ovarium

    Menurut Prawirohardjo (2002), metoda-metoda yang selanjutnya dapat

    membantu menegakkan diagnosis antara lain: (1) Laparaskopi yaitupemeriksaan ini

    sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah kista berasal dari ovarium atau tidak,

    serta untuk menentukan sifat-sifat kista, (2) Ultrasonografi yaitu dengan pemeriksaan ini

    dapat ditentukan letak dan batas kista, apakah kista berasal dari uterus, ovarium, atau

    kandung kencing, apakah kista kistik atau solid, dan dapat pula dibedakan antara cairan

    dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak, (3) Foto Rontgen yaitu pemeriksaan ini

    berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid

    kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi dalam kista, (4) Parasentesis yaitu pungsi

    asites berguna untuk menentukan sebab asites. Perlu diperhatikan bahwa tindakan

    tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi kista bila dinding kista tertusuk.

    7. Penanganan Kista Ovarium

    Menurut Prawirohardjo (2002), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip bahwa

    kista ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik tidak. Jika

    menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada penderita dan yang besar

    kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter kurang dari 5 cm, kemungkinan

    besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista korpus luteum, jadi merupakan kista

    nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista tersebut mengalami pengecilan secara spontan

    dan menghilang, sehingga pada pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat

    ditemukan ovarium yang kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu

    menunggu selama 2 sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    10/14

    berulang. Jika selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan kista

    tersebut, maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat

    neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.

    Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah

    pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung

    kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan

    pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba (salpingo-

    ooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk mengetahui apakah

    ditemukan pada satu atau pada dua ovarium.

    Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk mengetahui

    apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada waktu operasi

    dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section) oleh seorang ahli

    patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista ganas atau tidak. Jika

    terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi dan salpingo-ooforektomi

    bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin mendapat keturunan dan tingkat

    keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel granulosa), dapat dipertanggung-

    jawabkan untuk mengambil resiko dengan melakukan operasi yang tidak seberapa

    radikal.

    Llewellyn (2001) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan

    konsistensi kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin dapat

    diamati kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang untuk

    melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi, dapat dilakukan

    aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada wanita hamil, yang

    berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid memerlukan pembedahan,

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    11/14

    setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang dideteksi setelah kehamilan minggu ke 30

    mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan dapat terjadi persalinan prematur.

    Keputusan untuk melakukan operasi hanya dapat dibuat setelah mendapatkan

    pertimbangan yang cermat dengan melibatkan pasien dan pasangannya. Jika kista

    menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak dapat digerakkan secara digital, harus

    dilakukan seksio sesaria dan kistektomi ovarium.

    D. Pengalaman Wanita Usia Subur dengan Kista Ovarium

    Kista ovarium merupakan kista yang sering menyerang wanita, gejalanya adalah

    perut membuncit padahal tidak hamil. Merasakan sakit perut bagian bawah yang terasa

    tumpul, hilang timbul bisa diperut bagian bawah sebelah kiri ataupun sebelah kanan.

    Tidak jarang seorang calon ibu sangat kecewa karena dirinya gagal memperoleh

    momongan, padahal ia sempat merasa bahagia saat menyadari adanya tanda-tanda awal

    kehamilan selama 1 bulan terakhir seperti tidak datangnya menstruasi, perut terasa

    kembung dan tidak nyaman, serta adanya mual muntah. Namun saat dilakukan

    pemeriksaan, bukan kehamilan yang didapat, melainkan terdapatnya kista.

    Masalah kesuburan pada wanita sering dikaitkan dengan kista. Bahkan ada

    anggapan bila seseorang yang terkena kista ovarium akan sulit hamil. Tetapi pendapat

    itu tidak sepenuhnya benar, karena bukan berarti seorang wanita yang menderita kista

    tidak bisa memiliki anak, kehamilan masih bisa terjadi meski kemungkinannya lebih

    kecil. Bahkan, pada wanita yang mengalami kista coklat disarankan untuk segera

    menikah dan tidak menunda kehamilan, karena dengan kondisi tersebut bisa mencegah

    kista semakin besar dan memperburuk keadaannya akibat kista tersebut.

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    12/14

    Adapun pengalaman wanita usia subur dengan kista ovarium ini tentu saja

    membuat dirinya menjadi khawatir karena takut tidak bisa hamil dan memiliki tekanan

    atas kondisinya dengan keluhan-keluhan yang dirasakannya. Apalagi dialami oleh

    wanita hamil yang didiagnosa juga terdapat kista pada kehamilannya. Tentunya ibu akan

    merasakan stress karena kista ovarium dalam kehamilan menyebabkan nyeri perut oleh

    karena putaran tangkai, pecah atau perdarahan bahkan dapat menyebabkan keguguran

    karena kista yang bertambah besar sehingga mengganggu kehamilannya. Tetapi semua

    itu bergantung dari jenis dan ukuran kistanya. Kista yang fisiologis umumnya akan

    menghilang dengan sendirinya namun tetap harus diamati apakah kista tersebut

    mengalami pembesaran atau tidak. Pada kista yang patologis, pembesaran bisa terjadi

    relatif cepat dan perlu dilakukan pengangkatan kista.

    E. Penelitian Kualitatif Fenomenologi

    Bogdan dan Taylor (1975, dalam Moleong, 2006) mengemukakan bahwa

    metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif

    berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

    Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Penelitian

    kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang

    dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan secara

    holistik, dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

    konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

    Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep

    atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa

    individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    13/14

    dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Istilah fenomenologi juga

    sering diartikan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif

    dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi kadang-kadang

    digunakan sebagai pendekatan perspektif dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam

    penelitian kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam

    penelitian sosial termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Selain itu

    fenomenologi juga merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus kepada

    pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi-interpretasi dunia (Moleong,

    2006).

    Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan

    kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu.

    Fenomenologi tidak berarti bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang-orang

    yang sedang diteliti, yang ditekankan oleh kaum fenomenologis ialah aspek subjektif

    dari perilaku seseorang. Tetapi peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia

    konseptual para subjek yang ditelitinya sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana

    suatu yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-

    hari (Moleong, 2006).

    Tingkat kepercayaan hasil penelitian berpegang kepada empat prinsip dan

    kriteria Linkoln dan Guba (1985, dalam Danim, 2003) . Keempat prinsip dan kriteria

    tersebut ialah: (1) credibility; (2) dependability; (3) confirmability; (4) transferability.

    1. Prinsip credibility merujuk pada apakah kebenaran hasil penelitian dapat

    dipercaya dalam makna mengungkapkan kenyataan yang sesungguhnya. Untuk

    memenuhi kriteria ini, peneliti akan melakukan member checkyaitu proses pengecekan

    Universitas Sumatera Utara

  • 7/30/2019 Chapter II kista ovarium

    14/14

    data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data dengan tujuan untuk mengetahui

    seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data.

    2. Prinsip dependability merujuk apakah hasil penelitian tersebut memiliki

    keandalan atau reabilitas. Prinsip ini dipenuhi dengan peniliti mempertahankan

    konsistensi tekhnik pengumpulan data, dalam menggunakan konsep dan membuat

    penafsiran atas fenomena.

    3. Prinsip confirmability bermakna keyakinan atas data penelitian yang diperoleh.

    Untuk memenuhi kriteria tersebut peneliti menginformasikan hasil penelitian kepada

    pembimbing, karena pembimbing merupakan seorang yang ahli dalam bidang kualitatif

    fenomenologi.

    4. Prinsip transferability mengandung makna apakah hasil penelitian ini dapat

    digeneralisasikan atau dapat diaplikasikan pada situasi lain. Hasil penelitian kualitatif

    tidak secara apriori dapat digeneralisasikan, kecuali situasi tersebut memiliki

    karakteristik yang sama dengan situasi lapangan tempat penelitian. Upaya untuk

    mentransfer hasil penelitian kualitatif pada situasi yang berbeda sangat mungkin

    memerlukan penyesuaian menurut keadaan dan asumsi-asumsi yang mendasarinya.