chapter ii 67 kosmetik

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kosmetika 2.1.1 Defenisi Kosmetika Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan- bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). Defenisi kosmetika sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 menyatakan bahwa kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk golongan obat (Wasiatatmadja, 1997). Definisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan suatu obat yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit. Kosmetika diharapkan mampu menghasilkan suatu perubahan baik dalam struktur maupun faal sel kulit. Misalnya, perubahan susunan sel kulit yang tua ke arah yang lebih muda, atau perubahan produksi kelenjar keringat yang membentuk minyak pada permukaan kulit (Wasiatatmadja, 1997). Universitas Sumatera Utara

Upload: mira-yanti

Post on 15-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti “berhias”. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak hanya dari bahan

TRANSCRIPT

  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Kosmetika

    2.1.1 Defenisi Kosmetika

    Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan

    yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-

    bahan alami yang terdapat disekitarnya. Sekarang kosmetika dibuat manusia tidak

    hanya dari bahan alami tetapi juga bahan buatan untuk meningkatkan kecantikan

    (Wasitaatmadja, 1997).

    Defenisi kosmetika sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No.

    220/Menkes/Per/X/76 tanggal 6 September 1976 menyatakan bahwa kosmetika

    adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan, dituangkan,

    dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan ke dalam, dipergunakan pada

    badan atau bagian badan manusia dengan maksud untuk membersihkan,

    memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa, dan tidak termasuk

    golongan obat (Wasiatatmadja, 1997).

    Definisi tersebut jelas menunjukkan bahwa kosmetika bukan suatu obat

    yang dipakai untuk diagnosis, pengobatan maupun pencegahan penyakit.

    Kosmetika diharapkan mampu menghasilkan suatu perubahan baik dalam

    struktur maupun faal sel kulit. Misalnya, perubahan susunan sel kulit yang tua ke

    arah yang lebih muda, atau perubahan produksi kelenjar keringat yang

    membentuk minyak pada permukaan kulit (Wasiatatmadja, 1997).

    Universitas Sumatera Utara

  • Kosmetika dicampur dengan bahan-bahan yang berasal dari obat tropikal

    yang dapat mempengaruhi struktur dan faal kulit. Bahan-bahan tersebut misalnya

    anti jerawat (sulfur, resorsin), anti jasad renik (heksaklorofen), anti pengeluaran

    keringat (aluminium klorida), plasenta, atau hormon (estrogen). Bahan-bahan

    inilah yang dikenal sebagai kosmedik atau kosmeto-medik (Wasiatatmadja, 1997).

    2.1.2 Penggolongan Kosmetika

    Direktorat Jenderal POM Departemen Kesehatan RI yang dikutip dari

    berbagai karangan ilmiah tentang kosmetika membagi kosmetika dalam :

    1. preparat untuk bayi;

    2. preparat untuk mandi;

    3. preparat untuk mata;

    4. preparat wangi-wangian;

    5. preparat untuk rambut;

    6. preparat untuk rias (make up);

    7. preparat untuk pewarna rambut;

    8. preparat kebersihan mulut;

    9. preparat untuk kebersihan badan;

    10. preparat untuk kuku;

    11. preparat untuk cukur;

    12. preparat untuk perawatan kulit;

    13. preparat untuk proteksi sinar matahari (Wasitaatmadja, 1997).

    2.1.3 Sediaan Kosmetika untuk Kulit

    1. Face cream atau krim muka

    Universitas Sumatera Utara

  • a. cold cream, untuk mendinginkan kulit

    b. cleansing cream, untuk membersihkan kulit

    c. vanishing cream, untuk digunakan pada siang hari yang tidak akan

    terlihat jika digosokkan pada kulit (Sartono, 2002).

    2. Face powder atau bedak muka

    a. covering power atau daya menutupi kulit, untuk menutupi warna(pigmen)

    dan kejelekan kulit. Zat yang digunakan yaitu seng oksidasi, titanium

    oksidasi, magnesium karbonat, atau pati.

    b. adhesiveness atau daya lekat pada kulit, digunakan magnesium stearat,

    seng stearat, dan aluminium stearat.

    c. slip atau sifat dapat menyebar rata di atas kulit, untuk itu digunakan talek

    (Sartono, 2002).

    3. Face lotion atau losion muka

    Maksud penggunaan losion muka adalah untuk membasahi kulit muka

    dengan air. Karena pemberian air menyebabkan rasa segar pada kulit muka, maka

    losion muka disebut juga skin refreshner atau skin tonic. Selain itu, karena losion

    muka juga digunakan untuk menghapus sisa-sisa krim, maka disebut juga cream

    remover (Sartono, 2002).

    4. Hand lotion atau losion tangan

    Kulit tangan yang kasar dapat dibuat menjadi halus dengan losion untuk

    tangan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan losion tangan ialah

    gliserin, gelatin, gom, bahan-bahan yang berlendir, dan adeps lanae, ditambah

    aqua rosarium, aqua flores aurantium atau aqua hamamelidis (Sartono, 2002).

    Universitas Sumatera Utara

  • 5. Antiperspiran dan deodoran

    Antiperspiran mencegah pengeluaran keringat dengan mengkerutkan

    kelenjar keringat. Bahan-bahan yang biasa digunakan antara lain senyawa garam

    aluminium, yaitu aluminium klorida, aluminium sulfat, dan lain-lain. Sedangkan

    deodoran, mempunyai daya kerja antiseptik untuk mencegah bakteri menguraikan

    keringat. Bahan-bahan yang mempunyai daya antiseptik antara lain formaldehid,

    asam benzoat, asam salisilat, dan seng peroksida.

    6. Depilatori

    Depilatori digunakan untuk menghilangkan rambut terutama rambut ketiak

    dan rambut yang tumbuh di kaki. Bahan yang biasa digunakan garam sulfida dari

    barium, kalsium dan stronsiumdan natrium.

    7. Sunscreen

    Sunscreen digunakan dengan maksud mengubah kulit yang putih menjadi

    warna coklat, tanpa kulit terbakar oleh sinar matahari. Sediaan sunscreen

    mengandung bahan-bahan yang menahan sinar matahari terutama sinar matahari

    dengan gelombang antara 290-320 milimikron yaitu gelombang matahari yang

    membakar kulit. Bahan atau zat yang menahan sinar tersebut antara lain asam p-

    aminobenzoat, etil p-aminobenzoat, isobutil p-aminobenzoat, metil salisilat, dan

    benzil salisilat.

    2.1.4 Bahan-Bahan Kosmetika

    1. Bahan dasar (Vehikulum)

    Universitas Sumatera Utara

  • Bahan dasar sebagai pelarut atau merupakan tempat dasar bahan lain

    sehingga umumnya menempati volume yang jauh lebih besar dari bahan lain.

    Bahan dasar kosmetika terdiri dari :

    a. air atau campurannya dengan bahan dasar lain seperti alkohol, aseton, minyak,

    dan bedak.

    b. alkohol atau campurannya dengan dengan air atau minyak.

    c. vaselin atau campurannya dengan lanolin, gliserin atau talk.

    d. minyak atau garam minyak dengan campurannya dengan air atau alkohol.

    e. talkum atau campurannya dengan air, minyak atau vaselin (Wasitaatmadja,

    1997).

    2. Bahan aktif

    Merupakan bahan kosmetika terpenting yang mempunyai daya kerja dalam

    kosmetika. Konsentrasi bahan aktif kosmetika pada umumnya kecil namun dapat

    pula tinggi apabila bahan aktif kosmetika tersebut sekaligus berperan sebagai

    bahan dasarnya, misalnya bahan aktif preparat pembersih muka (cleansing

    cream). Contoh bahan aktif yaitu PABA, sulful, PPDA, hidrogen peroksida dan

    aluminium klorida (Wasitaatmadja, 1997).

    3. Bahan yang menstabilkan campuran (Stabilizer)

    Bahan-bahan yang menstabilkan campuran (stabilizer) sehingga kosmetika

    tersebut dapat bertahan lebih lama baik dalam warna, bau dan bentuk fisik.

    Bahan-bahan tersebut adalah :

    a. emulgator yaitu bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan secara

    merata (homogen). Pada campuran dua cairan maka emulgator umumnya

    Universitas Sumatera Utara

  • memiliki sifat menurunkan tegangan permukaan kedua cairan tersebut

    (surfactant). Misalnya lanolin, gliserin, alkohol, lilin lebah, gliseril

    monostearat, dan trietanol amin (Wasitaatmadja, 1997).

    b. pengawet yaitu bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu

    selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat :

    i. anti kuman sehingga menangkal terjadinya tengik oleh aktivitas mikroba

    sehingga kosmetika menjadi stabil. Misalnya asam benzoat, alkohol, dan

    formaldehid.

    ii. anti oksidan yang dapat menangkal terjadinya oksidasi yang juga dapat

    menstabilkan kosmetika. Misalnya natrium sulfat (Wasitaatmadja, 1997).

    c. Pelekat (adhesive) yang dapat melekatkan kosmetika ke kulit terutama pada

    kosmetika yang tidak lengket ke kulit semacam bedak. Misalnya seng dan

    magnesium stearat (Wasitaatmadja, 1997).

    d. Bahan pelengkap kosmetika

    Sebagai bahan pelengkap kosmetika yang berupa pewangi (perfumery),

    maksudnya agar kosmetika segar baunya bila dipakai dan pewarna (coloring),

    agar kosmetika enak dipandang mata sebelum dan sewaktu dipakai

    (Wasitaatmadja, 1997).

    2.1.5 Manfaat Kosmetika

    Bila dasar kecantikan adalah kesehatan maka penampilan kulit yang sehat

    adalah bagian yang langsung dapat kita lihat karena kulit merupakan organ tubuh

    yang berada paling luar dan berfungsi sebagai pembungkus tubuh. Manfaat

    kosmetika yaitu :

    Universitas Sumatera Utara

  • a. pemeliharaan dan perawatan kulit

    Pemeliharaan berarti usaha pencegahan terhadap timbulnya kelainan-

    kelainan atau penyebab dari kelainan tersebut. Usaha perawatan berarti

    mempertahankan keadaan yang sekarang baik agar tidak berubah menjadi buruk

    (Wasitaatmadja, 1997).

    b. pembersih

    Beberapa macam kosmetika pembersih yang dikenal dewasa ini, yaitu :

    i. kosmetika pembersih dengan bahan dasar air , misalnya air mawar.

    ii. kosmetika pembersih dengan bahan dasar air dan alkohol, misalnya

    astringen.

    iii. kosmetika pembersih dengan bahan dasar air dan garam minyak, misalnya

    sabun.

    iv. kosmetika pembersih dengan bahan dasar minyak, misalnya cleansing oil.

    v. kosmetika pembersih dengan bahan dasar air dan minyak, misalnya

    cleansing cream (Wasitaatmadja, 1997).

    c. pelembab

    Pada kulit kering yang terjadi pada keadaan kelembapan udara sangat

    rendah, penguapan air dari kulit sangat tinggi, kulit orang tua, atau kelainan kulit

    tertentu yang menyebabkan kulit menjadi kering dan kasar, kosmetika pelembab

    dapat mengurangi penguapan kulit dengan cara menutupinya (Wasitaatmadja,

    1997).

    Universitas Sumatera Utara

  • d. pelindung

    Pada keadaan tertentu, kulit memerlukan perlindungan tambahan. Pertama,

    pada polusi yang bersifat iritan sangat kuat misalnya di dalam lingkungan kerja

    pabrik kimia atau gas. Perlindungan tersebut dapat dilakukan dengan kosmetik

    dasar (foundation cream). Kedua, pada pajanan sinar matahari yang mengandung

    sinar ultraviolet secara langsung dan lama, perlindungan kulit dapat dilakukan

    dengan menggunakan kosmetika tabir surya (Wasitaatmadja, 1997).

    e. penipisan

    Penipisan kulit kadang-kadang perlu dilakukan pada keadaan kulit menebal

    dan agak kasar, misalnya pada gangguan keratinisasi kulit, pada keadaan kulit

    kotor dan berminyak sehingga lapisan tanduk tidak mudah terlepas, atau pada

    tempat terjadi gesekan kulit sehingga keratinisasi kulit bertambah cepat. Penipisan

    kulit dapat dilakukan oleh penipis yang biasanya mengandung zat dengan partikel

    kasar (Wasitaatmadja, 1997).

    f. rias atau dekoratif

    Kosmetika rias bermanfaat untuk memperbaiki penampilan seseorang. Kulit

    yang hitam dapat dirias menjadi lebih putih, kulit yang terang dapat dirias menjadi

    agak gelap. Kulit yang belang atau cacat dapat ditutup, kulit yang bolong-bolong

    dapat didempul, hidung yang pesek dapat dipoles agar kelihatan lebih mancung,

    mata yang sipit dapat diukir agar terlihat agak lebar, sebaliknya mata yang belo

    dapat disamarkan agar kelihatan lebih kecil dan dalam (Wasitaatmadja, 1997).

    Universitas Sumatera Utara

  • g. wangi-wangian (Parfum)

    Parfum diperlukan untuk menambah penampilan dan menutupi bau badan

    yang mungkin kurang sedap untuk orang lain. Seperti juga warna pada rias,

    parfum mempunyai tingkat resiko yang tinggi bagi kulit yang mungkin sensitif

    terhadap zat kimia yang terdapat dalam salah satu komposisinya (Wasitaatmadja,

    1997).

    h. kosmetik medik

    Selain sebagai penambah kecantikan, kosmetik dapat pula berperan sebagai

    obat sehingga kosmetik diformulakan kosmetik mengandung zat yang dapat

    bekerja lebih dalam dan biasa digunakan sebagai obat, misalnya sulfur,

    heksaklorofen, hormon, dan merkuri (Wasitaatmadja, 1997).

    2.1.6 Efek Samping Kosmetika Pada Kulit

    Beberapa dampak yang terjadi akibat pemakaian kosmetika yang dikenakan

    pada kulit dapat berupa :

    1. dermatitis

    Akibat kontak kulit dengan bahan kosmetik yang bersifat alergik atau iritan,

    misal PPDA (paraphenyl diamine) pada cat rambut, natrium laurilsufat atau

    heksaklorofen pada sabun, hidrokuinon pada pemutih kulit (Wasitaatmadja,

    1997).

    2. akne kosmetika

    Akibat kontak kulit dengan bahan kosmetika yang bersifat aknegenik,

    misalnya lanolin pada bedak padat atau masker menipis (peeling mask)

    (Wasitaatmadja, 1997).

    Universitas Sumatera Utara

  • 3. fotosensitivitas

    Akibat adanya zat yang bersifat fototoksik atau fotoalergik dalam

    kosmetika, misalnya PPDA dalam pewarna rambut, klormerkaptodikarboksimid

    dalam sampo anti ketombe, PABA (para amino benzoic acid), beta-karoten,

    sinamat atau sinoksat pada tabir surya (Wasitaatmadja, 1997).

    4. pigmented cosmetic dermatitis

    Merupakan kelainan mirip melanosis Riehl yang kadang-kadang terasa

    gatal, timbul akibat pewarna jenis ter batubara terutama briliant lake red dan

    turunan fenilazonaftol (Wasitaatmadja, 1997).

    5. Granuloma

    Akibat garam zirkonium dalam deodoran, merkuri dalam pemutih dan metal

    dalam tato (Wasitaatmadja, 1997).

    2.2 Krim Pemutih

    2.2.1 Pengertian Krim

    Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih

    bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini

    secara tradisonal telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai

    konsistensi yang relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau

    minyak dalam air. Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk

    yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam

    lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan

    lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan

    untuk pemberian obat melalui vaginal (Depkes RI, 1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • Krim adalah suatu salep yang berupa emulsi kental mengandung tidak

    kurang 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada yang A/M

    dan M/A. Sebagai pengemulsi dapat berupa surfaktan anionik-kationik dan

    nonionik. Untuk krim tipe A/M digunakan sabun monovalen, tween, natrium

    laurylsulfat, emulgidum dan lain-lain. Krim tipe M/A mudah dicuci air (Anief,

    1994).

    Pemutih kulit adalah produk yang mengandung bahan aktif yang dapat

    menekan atau menghambat melamin yang sudah terbentuk sehingga akan

    memberikan warna kulit yang lebih putih (Saputri, 2010).

    2.3 Asam Retinoat

    2.3.1 Defenisi Asam Retinoat

    Sifat fisika dan kimia Asam Retinoat adalah sebagai berikut:

    Gambar 2.1 Struktur Asam Retinoat

    Rumus Molekul : C2OH28O2

    Berat Molekul : 300,44

    Pemerian : Serbuk hablur, kuning sampai jingga muda

    Kelarutan : Tidak larut dalam air, sukar larut dalam etanol dan dalam kloroform

    (Andriyani, 2011).

    Universitas Sumatera Utara

  • Asam vitamin A (retinoic acid) hanya dapat memenuhi fungsi metabolisme

    umum dan tidak menunjukkan aktivitas pada proses melihat dan proses

    reproduksi. Bentuk vitamin A lainnya sanggup berperan dalam ketiga fungsi di

    atas. Ini terjadi karena asam vitamin A tidak dapat di konversi menjadi bentuk lain

    tetapi bentuk lain dapat diubah menjadi asam vitamin A (Sediaoetama, 2008).

    Asam Retinoat merupakan zat peremajaan non peeling karena merupakan

    iritan yang menginduksi aktivitas mitosis sehingga terbentuk stratum korneum

    yang kompak dan halus, meningkatkan kolagen dan glikosaminoglikan dalam

    dermis sehingga kulit menebal dan padat serta meningkatkan vaskularisasi kulit

    sehingga menyebabkan kulit memerah dan segar (Andriyani, 2011).

    2.3.2 Kegunaan Asam Retinoat

    Tretinoin adalah bahan aktif dalam kosmetika, berupa zat kimia yang

    termasuk vitamin A asam atau retinoic acid, yang berfungsi untuk membentuk

    struktur atau lapisan kulit baru, mengganti lapisan kulit luar yang rusak. Krim

    tretinoin yang dioleskan ke kulit menyebabkan daya permeabilitas kulit

    meningkat. Ini ditandai oleh terbentuknya lapisan tanduk baru. Tretinoin juga

    meningkatkan pembentukan pembuluh rambut kulit. Akibatnya, aliran darah ke

    kulit bertambah. Lapisan luar kulit dan kegiatan pembelahan sel pun meningkat.

    Bertambahnya usia menyebabkan bantalan kolagen kulit menipis dan tidak kenyal

    lagi. Tretinoin inilah yang mampu membantu pembentukan sel fibrobias di bawah

    kulit, sehingga bantalan kolagen menebal, kencang, dan kerut memudar. Selain

    meremajakan, tretinoin mampu mengatasi jerawat, spoerten, bekas luka dangkal,

    serta memunculkan lapisan di kulit yang sudah lapuk. Tretinoin dosis tertentu

    Universitas Sumatera Utara

  • menyebabkan kulit mengelupas dan muncul kulit baru, tetapi tidak semua kulit

    tahan menerimanya, sehingga malah kulit menjadi rusak, kulit jadi kemerah-

    merahan (Rasyid, 2012)

    Pada kulit sensitif, pemakaian tretinoin harus dimulai dengan dosis paling

    rendah yakni 0,05 persen dengan pemakaian setiap dua malam sekali. Bila kulit

    mulai kuat dan tidak timbul reaksi radang, rasa terbakar, secara perlahan, dosisnya

    dapat ditambah atau ditingkatkan dan pemakaiannya pun dapat dipakai setiap

    malam. Kosmetik berbahan dasar aktif tretinoin tidak boleh dipakai pada siang

    hari, karena paparan sinar matahari dapat memperkuat efek sampingnya. Pada

    kulit normal, efek kemerahan karena peradangan, akan mereda setelah pemakaian

    tretinoin dihentikan (Rasyid, 2012).

    Penggunaan asam retinoat bentuk all-trans (tretinoin) untuk pengobatan

    melasma dapat secara kombinasi maupun tersendiri. Konsentrasi tretinoin untuk

    pengobatan melasma adalah 0,05 % atau 0,1 % sedangkan bila secara kombinasi,

    dapat disertai dengan hidrokuinon 2-5 % dengan/tanpa kortikosteroid topikal.

    Kombinasi tretinoin dan hidrokuinon dengan/tanpa kortikosteroid bertujuan untuk

    meningkatkan kemanjuran dan mengurangi efek samping (Sawitri, 2000).

    Mekanisme kerja tretinoin pada pengobatan melasma belum jelas, namun

    diduga tretinoin menghambat enzim tirosinase pembentuk melanin. Disamping

    itu, mendispersikan butir-butir pigmen di keratinosit, menghambat transfer

    melanosom dari melanosit ke keratinosit, dan mempercepat degradasi melanosom

    akibat peningkatan turn over epidermis. Pada penelitian in vitro, terbukti tretinoin

    menghambat induksi tirosinase pada sel melanoma yang di kultur. Pada akhir

    Universitas Sumatera Utara

  • pengobatan selama 40 minggu dengan tretinoin 0,1 % diperoleh gambaran

    penebalan epidermis disertai pengurangan pigmen sebanyak 36 % namun tidak

    dijumpai adanya kerusakan melanosit (Sawitri, 2000).

    Penelitian menggunakan tretinoin topikal 0,1 % selama 40 minggu

    menunjukkan hasil baik bervariasi pada 68-73 % penderita, namun perbaikan

    yang nyata baru nampak setelah pengobatan 24 minggu. Sebaliknya, penelitian

    tretinoin 0,1 % pada 15 penderita melasma di Jepang menunjukkan tidak adanya

    perbaikan dan dijumpai efek samping yang berat (Sawitri, 2000).

    Pada tahun 1975, Kligman dan Willis mengusulkan penggunaan kombinasi

    hidrokuinon 5 %, tretinoin 0,1 % dan deksametason 0,1 % yang kemudian dikenal

    sebagai formula Kligman. Preparat ini harus selalu dibuat baru, tidak lebih dari 1

    bulan, karena bila hidrokuinon teroksidasi, akan berubah warna dan kehilangan

    potensinya. Formula kligman ini kemudian banyak ditiru dan dilakukan berbagai

    variasi, misalnya hidrokuinon 2 % + tretinoin 0,05 %-0,1 % atau hidrokuinon 5 %

    + asam salisilat 2-3% + desonid 0,05 %. Pada penelitian Gano dan Garcia yang

    melakukan pengobatan kombinasi tretinoin 0,05 % dengan hidrokuinon 2 % dan

    betametason valerat 0,1 % selama 10 minggu diperoleh hasil baik pada penderita.

    Pathak dkk menyatakan bahwa kombinasi terbaik untuk melasma adalah

    hidrokuinon 2 % dan tretinoin 0,05 % atau 0,1 % dalam cairan alkohol (Sawitri,

    2000).

    2.3.3 Efek Samping Penggunaan Asam Retinoat

    Efek samping tretinoin bervariasi dan dapat berupa eritema, kulit terkelupas,

    iritasi, dermatitis serta hiperpigmentasi (Andriyani, 2011).

    Universitas Sumatera Utara

  • 2.3.4 Dosis Asam Retinoat

    Sediaan topikal dalam bentuk krim, salep, dan gel yang mengandung Asam

    Retinoat dosis yang digunakan dalam konsentrasi 0,001-0,4%, umumnya 0,1%

    (Andriyani, 2011).

    2.4 Kromatografi Lapis Tipis

    Pada kromatografi lapis tipis, zat penjerap merupakan lapis tipis serbuk

    halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata,

    umumnya digunakan lempeng kaca. Lempeng yang dilapisi dapat dianggap

    sebagai kolom kromatografi terbuka dan pemisahan yang tercapai dapat

    didasarkan pada adsorbsi, partisi, atau kombinasi kedua efek, tergantung dari jenis

    zat peyangga, cara pembuatan, dan jenis pelarut yang digunakan (Depkes RI,

    1995).

    Kromatografi lapis tipis dengan kromatografi penukar ion dapat digunakan

    untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan

    pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran yang hampir sama

    dengan menotolkan zat uji dan baku pembanding pada lempeng yang sama.

    Pembandingan visual ukuran bercak dapat digunakan untuk memperkirakan kadar

    secara semi kuantitatif. Pengukuran kuantitatif dimungkinkan, bila digunakan

    densitometri, fluorosensi atau pemadaman fluorosensi atau bercak dapat dikerok

    dari lempeng, kemudian diekstraksi dengan pelarut yang sesuai dan diukur secara

    spektrofotometri. Pada kromatografi lapis tipis dua dimensi, lempeng yang telah

    dielusi diputar 900 dan dielusi lagi, umumnya menggunakan bejana lain yang

    dijenuhkan dengan sistem pelarut yang berbeda (Depkes RI, 1995).

    Universitas Sumatera Utara

  • Kromatografi lapis tipis merupakan suatu proses pemisahan dimana fase

    geraknya adalah berupa zat cair sedangkan fase diamnya berupa zat padat. Pada

    kromatografi lapis tipis untuk pemisahan secara kualitatif yang cepat sering

    digunakan gelas mikroskop (mikroskop slide). Kebanyakan alat-alat dijual dalam

    bentuk plat kaca dengan ukuran 20 x 5 cm atau 20 x 20 cm, dua ukuran ini

    dianggap sebagai standart. Hal yang penting yaitu bahwa permukaan dari plat

    harus rata (Ningsih, 2009).

    Cara menempatkan cuplikan pada lapis tipis seperti cara-cara yang

    digunakan pada kromatografi kertas tetapi pipa kapiler atau mikro pipet adalah

    yang baik. Pelarut cuplikan harus sedapat mungkin merupakan pelarut yang

    mudah menguap dan juga sedapat mungkin mempunyai polaritas yang rendah.

    Penempatan noda di atas plat kira-kira 1 cm dari salah satu ujungnya dimana

    ujung ini nanti dicelupkan dalam pelarut. Untuk plat kaca yang mempunyai

    ukuran 20 x 20 cm, penempatan noda kira-kira 1,5 cm dari ujung bawah dan

    dimulai dan diakhiri kira-kira 0,5 cm dari samping kaca dan noda-noda diteteskan

    masing-masing pada jarak kira-kira 1 cm dari masing-masing pusat noda. Garis

    awal dapat diberi tanda pada ujung dari plat dengan pensil dan garis akhir dapat

    dibuat di bagian atas dengan menggoreskan pensil, dan disebabkan goresan ini

    aliran pelarut akan ditahan bila permukaan pelarut sampai pada garis (Ningsih,

    2009).

    Kebanyakan penyerap yang digunakan adalah silika gel. Silika gel yang

    digunakan kebanyakan diberi pengikat (binder) yang dimaksud untuk memberikan

    Universitas Sumatera Utara

  • kekuatan pada lapisan, dan menambah adhesi pada gelas penyokong. Pengikat

    yang digunakan kebanyakan kalsium sulfat (Ningsih, 2009).

    Harga Rf dapat didefenisikan sebagai berikut :

    Harga Rf = Jarak yang digerakkan oleh senyawa dari titik asalJarak yang digerakkan oleh pelarut dari titik asal

    Harga-harga Rf untuk senyawa-senyawa murni dapat dibandingkan dengan harga-

    harga standart. Senyawa standart biasanya memiliki sifat-sifat kimia yang mirip

    dengan senyawa yang dipisahkan pada kromatogram (Ningsih, 2009).

    Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan noda dalam

    Kromatografi Lapis Tipis yang juga mempengaruhi harga Rf yaitu :

    1. Struktur kimia dari senyawa yang sedang dipisahkan.

    2. Sifat dari penjerap dan derajat aktifitasnya.

    3. Tebal dan kerataan dari lapisan penjerap.

    4. Pelarut (dan derajat kemurniannya)/ fase gerak.

    5. Derajat kejenuhan dari uap dalam mana bejana pengembangan yang

    digunakan.

    6. Teknik percobaan.

    7. Jumlah cuplikan yang digunakan.

    8. Suhu.

    9. Kesetimbangan (Ningsih, 2009).

    2.5 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    Kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi dan

    detektor yang sensitif telah menyebabkan perubahan kromatografi kolom cair

    Universitas Sumatera Utara

  • menjadi suatu sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi.

    Metode ini dikenal sebagai kromatografi cair kinerja tinggi (Depkes RI, 1995).

    2.5.1 Bagian-Bagian dalam Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    1. Pompa

    Fase gerak dalam KCKT sudah tentu zat cair dan untuk menggerakkannnya

    melalui kolom diperlukan alat. Ada dua jenis utama pompa yang digunakan yaitu

    tekanan-tetap dan pendesakan-tetap. Pompa pendesakan tetap dapat dibagi dalam

    lagi menjadi pompa torat dan pompa semprit. Pompa torat menghasilkan aliran

    yang berdenyut, jadi memerlukan peredam denyut atau peredam elektronik untuk

    menghasilkan garis alas detektor yang stabil jika detektor peka terhadap aliran.

    Kelebihan utamanya ialah tandonnya tidak terbatas. Pompa semprit menghasilkan

    aliran yang tak berdenyut, tetapi tandonnya terbatas (Johnson, 1991).

    2. Injektor

    Cuplikan harus dimasukkan ke dalam pangkal kolom (kepala kolom),

    diusahakan agar sesedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom. Ada

    tiga jenis dasar injektor, yaitu :

    a. aliran-henti

    Aliran dihentikan, penyuntikan dilakukan pada tekanan atmosfer, sistem

    ditutup, dan aliran dilanjutkan lagi (biasanya sistem aliran utama tetap pada

    tekanan kerja). Cara ini dapat dipakai karena difusi di dalam zat cair kecil, jadi

    umumnya daya pisah tidak dipengaruhi.

    b. septum

    Universitas Sumatera Utara

  • Ini adalah injektor langsung pada aliran yang sama dengan injektor yang lazim

    dipakai pada kromatografi gas. Injektor tersebut dapat dipakai pada tekanan

    sampai sekitar 60-70 atmosfer. Setpum tidak dapat dipakai pada semua pelarut

    kromatografi cair

    c. katup jalan-kitar

    Biasanya dipakai untuk menyuntikkan volum yang lebih besar dari 10 mikro

    liter dan sekarang dipakai dipakai dalam sistem yang diotomatkan (Johnson,

    1991).

    3. Kolom

    Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan atau kegagalan

    analisis bergantung pada pilihihan kolom dan kondisi kerja yang tepat. Kolom

    dapat dibagi menjadi dua kelompok :

    a. kolom analitik

    Garis tengah dalam 2-6 mm. Panjang bergantung pada jenis kemasan, untuk

    kemasan pelikel biasanya panjang kolom 50-100 cm, untuk kemasan

    mikropartikel berpori biasanya 10-30 cm

    b. kolom preparatif

    Umumnya bergaris tengah 6 mm atau lebih besar dan panjang 25-100 cm

    (Johnson, 1991).

    4. Detektor

    Detektor diperlukan untuk mengindera adanya komponen cuplikan di dalam

    efluen kolom dan mengukur jumlahnya. Detektor yang baik sangat peka, tidak

    banyak berderau, rentang tanggapan liniernya lebar, dan menanggapi semua jenis

    Universitas Sumatera Utara

  • senyawa. Detektor yang merupakan tulang punggung kromatografi cair kecepatan

    tinggi modern ialah detektor UV 254 nm (Johnson, 1991).

    5. Elusi landaian

    Elusi landaian ialah peningkatan kekuatan fase gerak selama analisis

    kromatografi. Hasil elusi landaian ialah perpendekan waktu tambat senyawa yang

    ditahan dengan kekuatan dalam kolom. Dasar-dasar elusi landaian diuraikan oleh

    Snyder. Elusi landaian mempunyai beberapa keuntungan yaitu :

    a. waktu analisis keseluruhan dapat dikurangi secara berarti

    b. daya pisah keseluruhan per satuan waktu campuran ditingkatkan

    c. bentuk puncak diperbaiki (pembentukan ekor lebih kecil)

    d. kepekaan efektif ditingkatkan karena bentuk puncak kurang beragam (Johnson,

    1991).

    6. Fase Gerak

    Pada kromatografi cair, susunan pelarut atau fase gerak merupakan salah

    satu peubah yang mempengaruhi pemisahan. Berbagai macam pelarut dipakai

    dalam semua ragam KCKT, tetapi ada beberapa sifat yang diinginkan yang

    berlaku umum. Fase gerak haruslah:

    a. murni, tanpa cemaran;

    b. tidak bereaksi dengan kemasan;

    c. sesuai dengan detektor;

    d. dapat melarutkan cuplikan;

    e. mempunyai viskositas rendah;

    f. memungkinkan memperoleh kembali cuplikan dengan mudah, jika diperlukan;

    Universitas Sumatera Utara

  • g. harganya wajar

    Pada umumnya pelarut dibuang setelah dipakai karena tata kerja pemurnian

    memakan waktu dan mahal (Jayanti, 2011).

    Fase gerak atau eluen biasanya terdiri atas campuran pelarut yang dapat

    bercampur yang secara keseluruhan berperan dalam daya elusi dan resolusi. Daya

    elusi dan resolusi ini ditentukan oleh polaritas keseluruhan pelarut, polaritas fase

    diam, dan sifat komponen-komponen sampel. Untuk fase normal (fase diam lebih

    polar daripada fase gerak), kemampuan elusi meningkat dengan meningkatnya

    polaritas pelarut. Sementara untuk fase terbalik (fase diam kurang polar dari pada

    fase gerak), kemampuan elusi menurun dengan meningkatnya polaritas pelarut.

    Fase gerak yang paling sering digunakan untuk pemisahan dengan fase terbalik

    adalah campuran larutan buffer dengan methanol atau campuran air dengan

    asetonitril. Untuk pemisahan dengan fase normal, fase gerak yang paling sering

    digunakan adalah campuran pelarut-pelarut hidrokarbon dengan pelarut-pelarut

    jenis alkohol. Pemisahan dengan fase normal ini kurang umum dibanding dengan

    fase terbalik (Jayanti, 2011).

    7. Wadah Fase Gerak

    Wadah fase gerak harus bersih dan lembam (inert). Wadah pelarut kosong

    ataupun labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini

    biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut. Fase gerak

    sebelum digunakan harus dilakukan degassing ( penghilangan gas ) yang ada pada

    fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama

    dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis. Pada saat membuat

    Universitas Sumatera Utara

  • pelarut untuk fase gerak, maka sangat dianjurkan untuk menggunakan pelarut,

    buffer, reagen dengan kemurnian yang sangat tinggi, dan lebih terpilih lagi jika

    pelarut-pelarut yang akan digunakan untuk KCKT berderajat KCKT ( HPLC

    grade ). Adanya pengotor dalam dapat terkumpul dalam kolom atau dalam tabung

    yang sempit, sehingga dapat mengakibatkan suatu kekosongan pada kolom atau

    tabung tersebut. Karenanya, fase gerak sebelum digunakan harus disaring terlebih

    dahulu untuk menghindari partikel kecil ini (Jayanti, 2011).

    2.5.2 Keuntungan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi

    Kromatografi Cair Kinerja Tinggi mempunyai banyak keuntungan jika

    dibandingkan dengan kromatogarafi tradisional yaitu :

    a. cepat.

    b. daya pisah baik.

    c. peka dan detektor unik.

    d. kolom dapat dipakai kembali.

    e. ideal untuk molekul besar dan ion.

    f. mudah memperoleh kembali cuplikan (Jayanti, 2011).

    Universitas Sumatera Utara