chapter i

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau paling tidak akan mempertahankan status sehat yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam mempertahankan kesehatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada, baik pengobatan modern maupun pengobatan tradisional. (Tinendung, 2008) Pengobatan tradisional yang telah lazim dipergunakan, digunakan sebagai istilah pembanding pengobatan modern atau pengobatan di luar pengobatan kedokteran barat. Padahal di barat, pengobatan tradisional sudah modern, keduanya menjadi alternatif yang dipilih pasien. Pengobatan tradisional dan modern bisa dijadikan komplementer yang saling melengkapi (Melinda, 2009) Menurut Azwar (2001) masyarakat di Indonesia lebih menyukai pengobatan tradisional dibandingkan ke rumah sakit atau dokter. Pendapat diatas didukung oleh data susenas 2007 (Depkes),menunjukkan 38,7 % masyarakat menggunakan obat tradisional 28,1 % masyarakat mencari pengobatan dengan cara tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan, seperti ke dukun, tabib, dan sebagainya. Sedangkan 65,1 % lainnya melakukan pengobatan sendiri baik dengan obat modern maupun obat tradisional. Kenyataan itu mungkin didukung dengan isu global kembali ke alam (back to nature), sehingga menambah keyakinan mereka akan pengobatan tradisional. Banyak faktor yang memengaruhi tindakan dalam mencari pola pengobatan baik faktor dari dalam diri sendiri seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, sosial Universitas Sumatera Utara

Upload: vhiiettdaciuhma

Post on 03-Feb-2016

3 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

chapter

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter I

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia berkeinginan untuk hidup sehat atau paling tidak akan

mempertahankan status sehat yang dimilikinya. Tindakan manusia dalam

mempertahankan kesehatan tersebut mengakibatkan terjadinya pemanfaatan

pelayanan kesehatan yang ada, baik pengobatan modern maupun pengobatan

tradisional. (Tinendung, 2008)

Pengobatan tradisional yang telah lazim dipergunakan, digunakan sebagai

istilah pembanding pengobatan modern atau pengobatan di luar pengobatan

kedokteran barat. Padahal di barat, pengobatan tradisional sudah modern, keduanya

menjadi alternatif yang dipilih pasien. Pengobatan tradisional dan modern bisa

dijadikan komplementer yang saling melengkapi (Melinda, 2009)

Menurut Azwar (2001) masyarakat di Indonesia lebih menyukai pengobatan

tradisional dibandingkan ke rumah sakit atau dokter. Pendapat diatas didukung oleh

data susenas 2007 (Depkes),menunjukkan 38,7 % masyarakat menggunakan obat

tradisional 28,1 % masyarakat mencari pengobatan dengan cara tradisional untuk

mengatasi masalah kesehatan, seperti ke dukun, tabib, dan sebagainya. Sedangkan

65,1 % lainnya melakukan pengobatan sendiri baik dengan obat modern maupun obat

tradisional. Kenyataan itu mungkin didukung dengan isu global kembali ke alam

(back to nature), sehingga menambah keyakinan mereka akan pengobatan tradisional.

Banyak faktor yang memengaruhi tindakan dalam mencari pola pengobatan

baik faktor dari dalam diri sendiri seperti pengetahuan, sikap, kepercayaan, sosial

Universitas Sumatera Utara

Page 2: Chapter I

ekonomi, maupun faktor dari luar yaitu sarana kesehatan serta sikap dan perilaku

petugas. Menurut Weber yang dikutip oleh Sarwono (1997), individu melakukan

suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi, pemahaman dan penafsiran

atas suatu obyek stimulus atau situasi tertentu. Tindakan individu ini merupakan

tindakan sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-

sarana yang paling tepat

Sementara di Indonesia, sumber pengobatan mencakup tiga sektor yang saling

berhubungan yaitu pengobatan sendiri, pengobatan medis profesional, dan

pengobatan tradisional. Berdasarkan data Depkes RI (2009), diketahui bahwa

62,65% penduduk Indonesia yang sakit melakukan pengobatan sendiri dan sisanya ke

pengobatan medis, pengobat tradisional, dan tidak berobat. Menurut Azwar didalam

Melinda (2009), masyarakat di Indonesia lebih menyukai pengobatan tradisional

dibandingkan ke rumah sakit atau dokter.

Pengobatan dan penyembuhan suatu jenis penyakit yang dilakukan baik

secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga pengobat tradisional (dukun, datuk

maupun tabib) maupun pengobatan serta penyembuhan jenis penyakit yang dilakukan

secara modern dengan memanfaatkan tenaga medis serta dengan mempergunakan

peralatan kedokteran yang serba modern. Kedua jenis (cara) ini saling berbeda dan

tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh

masyarakat, baik masyarakat yang berada di perkotaan maupun masyarakat yang

berada di pedesaan (Lubis, 1995).

Menurut Melinda (2009), walaupun pelayanan kesehatan modern telah

berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan

Universitas Sumatera Utara

Page 3: Chapter I

pengobatan tradisional tetap tinggi. Bahkan ada kecenderungan minat masyarakat

terhadap pengobatan tradisional meningkat baik yang asli Indonesia maupun yang

berasal dari luar Indonesia dikarenakan meningkatnya arus masuk obat tradisional,

suplemen/herbal dan alat pengobatan dari luar negeri. Menurut Notoatmodjo (2003)

ada beberapa respons seseorang apabila sakit adalah tidak bertindak/kegiatan apa-apa

(no action), tindakan mengobati sendiri, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas

pengobatan tradisional (traditional remedy), mencari pengobatan dengan membeli

obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop), mencari pengobatan ke fasilitas-

fasilitas pengobatan modren yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga

kesehatan swasta, mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modren yang

diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine) .

Data berdasarkan hasil penelitian Tukiman dan Jumirah (2001) dalam Sitorus

(2003) tentang “Perilaku masyarakat terhadap timbulnya gejala penyakit” diketahui

bahwa ketika mengalami sakit ada sebanyak 5% yang membiarkan penyakitnya tanpa

melakukan pengobatan, 5% melakukan pengobatan dengan cara sendiri, diobati

dengan jamu sebanyak 9%, memakai obat bebas sebanyak 63%, pergi ke

dokter/puskesmas sebanyak 18%. Artinya ketika mengalami sakit, sebagian besar

orang-orang akan melakukan pengobatan dengan berbagai cara. Pola pengobatan

yang dilakukan masyararakat didasarkan oleh pola pencarian pengobatan yang

dipahami dan diyakininya.

Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya

mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin

beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang menimbulkannya, belum lagi

Universitas Sumatera Utara

Page 4: Chapter I

penyakit justru diketahui sebagai dampak kemajuan di bidang deteksi penyakit,

seperti penyakit genetik, keganasan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran ini mau

tidak mau dunia kedokteran tidak bisa menutup mata dengan kemajuan pengobatan

tanpa ilmu dan teknologi kedokteran, walaupun terkadang ada metode yang terlihat

tidak rasional termasuk pijat kepada bayi (Lubis, 1995).

Bayi merupakan makhluk lemah dan sensitif yang memerlukan perawatan

secara menyeluruh dan penuh dengan kasih sayang untuk memberikan rasa aman dan

nyaman pada bayi. Pada umumnya bayi mudah terserang penyakit karena bayi belum

mampu/belum memiliki daya tahan tubuh yang baik/kuat, oleh sebab itu orangtua

harus berpartisipasi dalam merawat bayi sebelum sakit dan ketika sakit. Bila terdapat

tanda bayi sakit maka segera orang tua mengambil kebijakan untuk membawa

bayinya ke fasilitas kesehatan, untuk menghindari keparahan dari penyakit yang

dialami bayi maka beberapa orangtua memilih untuk melakukan pengobatan dengan

pijat bayi.

Sentuhan dan pijatan pada bayi segera setelah kelahiran merupakan kontak

tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa aman. Sentuhan

dan pandangan dengan penuh kasih sayang yang ibu berikan kepada buah hati

melalui pijatan akan direspon oleh bayi sebagai bentuk perlindungan, perhatian dan

ungkapan cinta kepada bayi, sehingga akan menguatkan hubungan ibu dengan

anaknya dan mengalirkan kekuatan jalinan kasih antara keduanya (Roesli, 2001).

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para pakar

telah membukt ikan bahwa terapi sentuh dan pijat menghasilkan perubahan psikologi

yang menguntungkan berupa peningkatan pertumbuhan, peningkatan daya tahan

Universitas Sumatera Utara

Page 5: Chapter I

tubuh, dan kecerdasan emosi yang lebih baik. Ilmu kesehatan modern telah

membuktikan secara ilmiah bahwa terapi sentuh dan pijat pada bayi mempunyai

banyak manfaat terutama bila dilakukan sendiri oleh orang tua bayi. Penelitian

tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil

bahwa pada kelompok kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada

kelompok yang dipijat 9,44% (Prasetyono, 2009)

Penelitian Field & Scafidi (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat

akan terjadi peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak). Peningkatan aktivitas

nervus vagus akan meyebabkan peningkatan produksi enzim penyerapan seperti

gastrin dan insulin sehingga penyerapan makanan menjadi lebih baik. Kondisi inilah

yang dapat menjelaskan berat badan bayi yang dipijat lebih meningkat (Indah, 2010).

Menurut penelitian T.Field (1986) dan Scafidi (1990), menunjukkan bahwa pada 20

bayi prematur (berat badan 1.280 dan 1.176 gr), yang dipijat selama 3 kali 15 menit

selama 10 hari, terjadi kenaikan berat badan 20% - 47% per hari, lebih dari yang tidak

dipijat (Indah, 2010). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dasuko (2003) tentang

pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa

pada kelompok kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada

kelompok yang dipijat 9,44% (Amelia, 2010)

Pijat bayi menjadi penyelesaian masalah dari setiap ibu yang mempunyai

bayi. Dengan memijat bayi-bayi mereka, rasa percaya diri orang tua bertambah.

Mereka belajar untuk memperhatikan dan memahami reaksi bayi-bayi pada saat

disentuh, mengetahui perkembangan naluri alamianya, apa-apa yang disukai dan

tidak disukainya, sehingga membuat para orang tua lebih mudah mengerti dan

Universitas Sumatera Utara

Page 6: Chapter I

terkadang menjadi sabar disaat mereka tidak sanggup menenangkannya. Saat para

orang tua memperhatikan dan mengenali reaksi anak-anaknya dan memberikan

responnya, para bayi memberikan reaksinya kembali dan terbangunlah sebuah

hubungan yang positif di antara mereka (Ameilia, 2010)

Pijat bayi merupakan salah satu bentuk pengobatan tradisional terapi sentuh

tertua yang dikenal manusia dan yang paling populer. Dengan kata lain pijat bayi

adalah seni perawatan di bidang kesehatan dan pengobatan tradisional yang

dipraktekkan sejak berabad-abad silam (Indah, 2010). Laporan tertua tentang seni

pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran zaman

Mesir Kuno, Ayur-Veda buku kedokteran tertua di India (sekitar 1800 sebelum

Masehi) yang menuliskan tentang pijat, diet dan olahraga sebagai cara penyembuhan

utama masa itu. Sekitar 5000 tahun yang lalu para dokter di cina dari Dinasti Tang

juga meyakini bahwa pijat bayi adalah salah satu 4 teknik pengobatan penting

(Roesli, 2001).

Pijat bayi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di

Cina. Masyarakat Cina modern telah lebih dulu mengenal pijat bayi modern. Namun,

negara-negara di daratan Asia lain yang telah lama mengenal pijat bayi sebagai seni

dan terapi adalah Mesir kuno dan India. (Surbakti , 2008).

Perkembangan pijat bayi khususnya di India, pijat bayi menjadi bagian tradisi

dalam perawatan keseharian. Para ibu mempelajari teknik pemijatan dari ibu mertua

atau ibu mertua. Terkadang, pijatan mulai dilakukan pada hari pertama bayi baru

lahir, tapi biasanya saat bayi berumur lima hari, yaitu saat tali pusar sudah lepas dan

dilanjutkan hingga si anak bisa berjalan.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: Chapter I

Pijat bayi di Afrika telah menjadi bagian dari kepercayaan dan sugesti yang

sangat kuat sejak zaman nenek moyang mereka. Keterbatasan dan kekurangan dalam

akses pengetahuan serta kesejahteraan menyebabkan terbatasnya masyarakat Afrika

kuno untuk belajar. Karenanya, ketika terjadi masalah kesehatan, pijat bayi adalah

pilihan yang sangat diandalkan. Berbagai penyakit disembuhakan dengan cara

pemijatan. Kini, pijat bayi menjadi aktivitas rutin para orangtua di Afrika agar

anaknya tumbuh sehat. Beberapa teknik pijat bayi ala Afrika bahkan ditiru oleh

negara-negara lain. Sementara itu, bangsa Eropa kuno di duga telah lama mengenal

pijat bayi, bahkan sejak tanah Eropa didiami manusia.

Pijat bayi ini dilakukan sebagai penyembuhan berbagai macam penyakit dan

penenang. Kemudian ketika orang-orang Yunani semakin giat berlomba-lomba dalam

ilmu pengetahuan, berbagai temuan kemudian bermunculan. Banyak ilmuan Yunani

yang menghasilkan temuan dalam bidang kesehatan. Para ilmuan menulis buku dan

disebarkan kepada masyarakat.

Kini bangsa Eropa telah menjadi bangsa yang memimpin dalam bidang

kedokteran. Pijat bayi pun dikenal sebagai bagian penting dalam perawatan dan

kebiasaan sehat bayi. Para dokter dan ilmuan semakin banyak yang

merekomendasikan pentingnya pemijatan bagi bayi karena banyak manfaatnya.

Di Indonesia, pijat adalah metode penyembuhan tradisional yang sangat

akrab bagi masyarakat. Namun, pijat tradisional ini tidak diimbangi dengan

penjelasan ilmiah dan manfaatnya. Pijat tradisional hanya diyakini dengan sugesti.

Pijat bayi yang dimasyarakatkan di Indonesia tepatnya diperkotaan ini dapat dimulai

dari promotor kesehatan ataupun bidan. Dikota-kota besar pada umumnya pijat bayi

Universitas Sumatera Utara

Page 8: Chapter I

telah menjadi kebiasaan bagi ibu-ibu modern karena kebanyakan dari mereka

melakukan proses persalinan dan kelahiran dirumah sakit. Rumah sakit inilah yang

biasanya memperkenalkan pijat bayi kepada pasiennya sebagai terapi sehat dan

bermanfaat. Beda halnya kita temukan di pedesaan, pijat bayi yang dilakukan oleh

dukun pijat dengan ilmu yang turun-temurun hanya ditujukan untuk menyembuhkan

penyakit (Surbakti , 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Marisa (2009) menyebutkan bahwa kondisi

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 yang tinggal di pedesaan pada

umumnya masih memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan tradisional seperti dukun bayi

untuk memijatkan bayinya . Hasil dari penelitian gambaran pelaksanaan persiapan pijat

bayi oleh dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 Yogyakarta adalah baik

dengan persentase 50,0%. Pelaksanaan pijat bayi pada bagian kaki bayi adalah kurang

baik dengan persentase tertinggi 83,3%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian perut bayi

persentase kurang adalah 100%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian dada bayi adalah

kurang baik dengan persentase 100%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian tangan adalah

kurang baik dengan persentase 66,7%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian wajah bayi

adalah kurang dengan persentase 66.7%, pelaksanaan pijat bayi pada bagian punggung

bayi adalah kurang dengan persentase 83,3%, pelaksanaan gerakan relaksasi tidak

dilakukan oleh dukun bayi dan pelaksanaan gerakan peregangan adalah kurang dengan

persentase 100%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelaksanaan persiapan pijat bayi

oleh dukun bayi di wilayah kerja Puskesmas Kasihan 1 adalah baik, sedangkan

pelaksanaan pemijatan bayi tidak dilakukan oleh dukun bayi dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: Chapter I

Penduduk Sumatera Utara yang memiliki penduduk multi etnik dan

kebudayaan yang beraneka ragam mempunyai warisan pusaka pengobatan tradisional

yang telah digunakan turun temurun secara meluas oleh masyarakat dan menjadi

milik masyarakat. Walaupun pelayanan modern telah berkembang di Indonesia dan

khususnya di daerah Sumatera Utara, namun penggunaan fasilitas kesehatan belum

mampu menjangkau masyarakat secara luas karena faktor biaya, hubungan sosial,

komunikasi maupun kebiasaan/tradisi khususnya dalam hal pijat bayi. Daerah

perkotaan di Sumatera Utara pijat bayi biasanya diperkenalkan kepada pasien oleh

rumah sakit atau bidan tempat proses persalinan. Berbeda dengan daerah pedesaan,

dimana masyarakat pedesaan pada umumnya memanfaatkan pelayanan kesehatan

yang bersifat tradisional seperti pelayanan ke dukun bayi.

Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu kabupaten yang ada di

wilayah Privinsi Sumatera Utara yang memiliki 15 kecamatan dengan jumlah

penduduk di tahun 2010 sebanyak 311.232 orang. Kabupaten Tapanuli Tengah

memiliki penduduk multi etnik yaitu suku Batak, Minang, Jawa - Madura, Bugis,

Cina, Aceh, Melayu, Sunda, dan lain-lain. Penggunaan Pengobatan tradisional pijat

bayi oleh dukun bayi menurut persepsi masyarakat suku Jawa di Kabupaten Tapanuli

Tengah pijat bayi merupakan salah satu pengobatan tradisional yang cukup popular

dikalangan ibu khususnya yang bersuku Jawa untuk mengobati bayi mereka ataupun

untuk mencegah anak mereka terhindar dari sakit yang biasanya dilakukan oleh

dukun pijat bayi di beberapa kecamatan di Kabupaten Tapanuli Tengah.

Kecamatan Pinangsori merupakan salah satu kecamatan yang berada di

wilayah Kabupaten Tapanuli Tengah yang terletak tidak jauh dari pusat pemerintahan

Universitas Sumatera Utara

Page 10: Chapter I

Kabupaten Tapanui Tengah dan Kotamadya Sibolga yang membuat wilayah ini

sangat dekat dengan fasilitas kesehatan. Kecamatan Pinangsori memiliki 7 kelurahan

dengan jumlah penduduk 22.550 orang.

Kelurahan Pinangsori merupakan salah satu wilayah di kecamatan pinangsori

yang memiliki jumlah penduduk 8560 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 1651

jiwa/km2. Kelurahan Pinangsori merupakan salah satu wilayah yang dihuni dengan

mayoritas suku jawa. Rasio perbandingan berdasarkan suku antara suku jawa dan

selain suku jawa adalah 55% dan 45%. Di Kelurahan Pinangsori pengobatan

tradisional masih bekembang dengan baik termasuk dalam penggunaan jasa dukun

bayi dalam melakukan pijat bayi, dimana suku Jawa di Kelurahan Pinangsori ini

memiliki kepercayaan bahwa bayi mereka yang sedang sakit akan semakin sehat jika

semakin sering diberikan pijat bayi, selain itu jika bayi mereka sering menangis maka

ada kepercayaan bahwa sang bayi sedang lelah dan ingin diberikan pijat bayi. Karena

ditujukan untuk menyembuhkan penyakit, pijat bayi sering dipaksakan. Akibatnya,

bayi menangis keras dan meronta-ronta. Setelah dipijat, bayi lelap karena kelelahan

menangis, bukan karena tenang setelah dilakukan pemijatan oleh sang dukun bayi.

Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga pada

bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir

(Prasetyono, 2009). Padahal sudah banyaknya penelitian yang ditemukan tentang tata

cara pemijatan bayi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tetapi masyarakat Suku

Jawa di Kelurahan Pinangsori masih kerap melakukan pemijatan bayi kepada dukun

bayi dan ini akan membahayakan bagi bayi. Hal ini dikarenakan menurut Brainbridge

(2007), bahwa seorang yang akan melakukan pijat bayi, harus memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

Page 11: Chapter I

kesehatan bayi sebelum dilakukan pemijatan. Apabila dilakukan pemijatan pada bayi

yang memiliki kondisi kesehatan kurang baik, hal ini dapat menyebabkan

penyakitnya akan semakin parah. Bayi tidak boleh diberikan pemijatan pada saat bayi

dalam keadaan demam jika kita tidak yakin apa yang menjadi penyebabnya. Pijat

bayi yang dilakukan pada bayi yang terkena kanker akan menyebabkan kanker

tersebut bisa menyebar. Selain itu, apabila bayi memiliki alergi dan diberikan

pemijatan dengan menggunakan minyak yang sembarangan maka hal ini dapat

menimbulkan alergi yang semakin banyak dan dapat menimbulkan iritasi pada kulit

bayi. Pernyataan Roesli, (2008) yang mengatakan bahwa cara pemijatan pada setiap

umur bayi berbeda. Jika seluruh gerakan pemijatan dilakukan dengan tekanan dan

waktu yang lama ketakutannya akan berakibat terjadinya pergeseran atau gangguan

pada struktur tulang pada bayi. Oleh sebab itu, Bayi yang berusia 0-3 bulan

disarankan lebih mendekati usapan-usapan dan gerakan halus disertai dengan tekanan

yang ringan dalam waktu yang singkat. Hal ini juga di dukung oleh pernyataan

Surbakti, (2008) yang mengatakan bahwa pijat bayi merupakan teknik relaksasi yang

lembut dan jarang menyebabkan efek samping. Namun bila pemijatan dilakukan

terlalu dalam, dapat menyebabkan pendarahan serta penumpukan darah pada organ

vital seperti hati.

Pada umumnya dukun bayi di Pinangsori hanyalah masyarakat biasa yang

tidak memiliki pendidikan, bahkan ada yang buta huruf. Pekerjaan sebagai dukun

bayi umumnya tidak bertujuan untuk mencari uang, tetapi panggilan untuk menolong

sesama tetapi tidak jarang dukun bayi ini juga menerima upah ataupun ongkos yang

dibayar menurut kemampuan dari masing-masing orang yang menggunakan jasa pijat

Universitas Sumatera Utara

Page 12: Chapter I

bayi. Disamping menjadi dukun bayi mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang

tetap seperti bertani atau berdagang sehingga dapat dikatakan pekerjaan dukun bayi

hanyalah pekerjaan sambilan. Selain itu, dukun bayi di kelurahan Pinangsori

merupakan orang yang cukup dikenal dan dihormati oleh masyarakat dikelurahan

Pinangsori. Dukun bayi di Pinangsoi merupakan orang tua yang dapat dipercayai dan

sangat besar pengaruhnya pada keluarga yang mereka tolong.

Pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori tidak

mengetahui ketentuan-ketentuan yang seharusnya dilakukan sebelum dan sesudah

melakukan pijat bayi yang sesuai dengan ketentuan medis. Disamping Hal ini sesuai

menurut pendapat pendapat Heath, (2006) bahwa sebelum melakukan pijat bayi ada

ketentuan persiapan pemijatan seperti pemeriksaan kondisi fisik seorang bayi

sebelum dilakukan pemijatan untuk memastikan kondisi kesehatan bayi, penggunaan

alat untuk pijat bayi seperti minyak zaitun (Olive Oil), ketentuan bayi yang boleh

dipijat dan tehnik pemijatan bayi yang sesuai dengan ketentuan medis. Hal ini

didukung oleh pernyataan Roesli, (2008) yang mengatakan bahwa sebelum

melakukan pijat bayi, seharusnya seorang pemijat harus mengatahui petunjuk

pemijatan bayi, pedoman dasar pijat bayi, urutan pijat bayi yang sesuai dengan

ketentuan medis, agar memberikan manfaat yang maksimal bagi bayi.

Menurut observasi peneliti, Pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di

kelurahan Pinangsori belum mengikuti pedoman dan tahapan pemijatan bayi dengan

baik. Dukun bayi di kelurahan Pinangsori pada umumnya memijat bayi yang sedang

dalam keadaan sakit. Hal ini tidak sesuai menurut pedoman yang sebaiknya bayi yang

diberikan pemijatan harus dalam kondisi sehat, dan apabila bayi yang akan diberikan

Universitas Sumatera Utara

Page 13: Chapter I

pemijatan dalam keadaan sakit sebaiknya harus dilakukan pemeriksaan kondisi

kesehatan apabila tidak diketahui penyebabnya. Pada umumnya pijat bayi yang

dilakukan oleh dukun bayi dikelurahan Pinangsori ditujukan untuk mengatasi

penyakit, pijat bayi ini sering dipaksakan. Akibatnya, bayi menangis keras dan

meronta-ronta. Setelah dipijat, bayi lelap karena kelelahan menangis, bukan karena

tenang. Sedangkan pijat bayi sehat yang dimasyarakatkan seharusnya menunggu

kesiapan bayi. Hal ini akan membuat bayi senang. Setelah itu, menjadi santai dan

tidur karena puas dan nyaman. Selain itu, minyak pijat bayi yang dipakai oleh dukun

bayi di kelurahan Pinangsori menggunakan ramuan-ramuan pemijatan yang

terkadang tidak menjamin aman bagi kulit bayi. Misalnya parutan jahe, bawang, atau

dedaunan yang dihancurkan dan dicampurkan kedalam minyak tanpa melakukan tes

alergi pada kulit bayi terlebih dahulu. Ramuan ini mengandung minyak atsiri yang

dapat menyebabkan rasa gatal, panas, atau perih pada kulit bayi. Hal Berbeda dengan

pedoman yang dilakukan secara medis, minyak yang dipakai untuk pemijatan

sebaiknya harus dilakukan tes alergi sebelum dioleskan ke permukaan kulit bayi

untuk meyakinkan kulit bayi tidak mengalami alergi atau iritasi yang disebabkan

ramuan-ramuan atau minyak yang digunakan

Oleh karena itu, hal ini bertentangan dengan cara pandang masyarakat di

Kelurahan Pinangsori tentang pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi. Masyarakat

di Kelurahan Pinangsori memilih pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi. Hal ini

dikarenakan unsur pengalaman masa lalu, unsur sosial budaya dan pengetahuan yang

kurang tentang pelaksanaan pijat bayi yang sesuai dengan anjuran medis. Perbedaan

Universitas Sumatera Utara

Page 14: Chapter I

persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan

masalah dalam melaksanakan program kesehatan khususnya dalam hal pijat bayi.

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa, walaupun pengobatan modern seperti

tenaga medis dan dokter telah banyak tersebar baik di daerah perkotaan maupun

pedesaan, namun pengobatan secara tradisional pada dukun bayi masih berfungsi

dalam masyarakat baik masyarakat kota maupun masyarakat desa, sehingga setiap

individu melakukan suatu tindakan berdasarkan atas pengalaman, persepsi,

pemahaman dan penafsiran atas pijat bayi. Tindakan individu ini merupakan tindakan

sosial yang rasional, yaitu mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana yang

paling tepat.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dapat

dirumuskan masalah penelitian ini adalah bagaimana gambaran perilaku masyarakat

suku Jawa dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan

Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat suku Jawa dalam hal pijat

bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

Page 15: Chapter I

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik (umur, parietas, pendidikan, penghasilan

keluarga) ibu dalam melakukan pijat bayi ke dukun bayi di Kelurahan Pinangsori

Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam hal pijat bayi yang dilakukan

oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten

Tapanuli Tengah Tahun 2012

3. Untuk mengetahui tingkat sikap ibu dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh

dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli

Tengah Tahun 2012

4. Untuk mengetahui niat ibu dalam menggunakan jasa dukun bayi untuk

melakukan pijat bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten

Tapanuli Tengah Tahun 2012.

5. Untuk mengetahui kelompok acuan dalam hal penggunaan pijat bayi yang

dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.

6. Untuk mengetahui Sarana dan Prasarana yang digunakan dalam melakukan pijat

bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah

Tahun 2012.

7. Untuk mengetahui tingkat tindakan ibu dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh

dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli

Tengah Tahun 2012.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: Chapter I

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi mengenai gambaran perilaku masyarakat Suku

Jawa dalam hal pijat bayi yang dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan

Pinangsori Kecamatan Pinangsori Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.

2. Sebagai bahan masukan bagi dinas kesehatan untuk melakukan berbagai kegiatan

mengenai pemberian informasi kesehatan khususnya mengenai pijat bayi yang

dilakukan oleh dukun bayi di Kelurahan Pinangsori Kecamatan Pinangsori

Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2012.

3. Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini

ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.

4. Bagi peneliti, mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama bangku kuliah.

Universitas Sumatera Utara