chapter i

5
19 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kejadian dispepsia cukup sering dijumpai dokter dalam menjalankan profesinya sehari-hari. Angka kejadian dispepsia di masyarakat masih tinggi dan banyak didapatkan pada usia muda. Di Amerika Serikat kejadian dispepsia 26% sampai 34% dari seluruh penduduk. 1,2 Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa tidak nyaman atau nyeri pada epigastrium setelah makan, umumnya karena terganggunya daya atau fungsi pencernaan dengan disertai keluhan lain seperti perasaan panas di dada (heart burn), regurgitasi, kembung (flatulensi), disertai suara usus yang keras (borborigmi), perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya. 3-7 Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan dispepsia nonorganik atau fungsional. Dispepsia organik apabila penyebabnya telah diketahui dengan jelas sedangkan dispepsia fungsional merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan kelainan fungsi dari saluran makanan. 8-10 Menurut ROME III, dispepsia fungsional harus memenuhi semua kriteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya satu kali seminggu selama minimal dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan. 11,12 - Nyeri yang persisten atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang berasal dari perut bagian atas (di atas umbilikus). 1

Upload: taufik-tias

Post on 22-Oct-2015

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Chapter I

19

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kejadian dispepsia cukup sering dijumpai dokter dalam menjalankan

profesinya sehari-hari. Angka kejadian dispepsia di masyarakat masih tinggi

dan banyak didapatkan pada usia muda. Di Amerika Serikat kejadian

dispepsia 26% sampai 34% dari seluruh penduduk.1,2

Dispepsia biasanya ditujukan untuk kumpulan gejala klinis berupa rasa

tidak nyaman atau nyeri pada epigastrium setelah makan, umumnya karena

terganggunya daya atau fungsi pencernaan dengan disertai keluhan lain

seperti perasaan panas di dada (heart burn), regurgitasi, kembung

(flatulensi), disertai suara usus yang keras (borborigmi), perut terasa penuh,

cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan

lainnya. 3-7 Dispepsia dibagi menjadi dua jenis, yaitu dispepsia organik dan

dispepsia nonorganik atau fungsional. Dispepsia organik apabila

penyebabnya telah diketahui dengan jelas sedangkan dispepsia fungsional

merupakan dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan

kelainan fungsi dari saluran makanan.8-10

Menurut ROME III, dispepsia fungsional harus memenuhi semua

kriteria di bawah ini yang dialami sekurang-kurangnya satu kali seminggu

selama minimal dua bulan sebelum diagnosis ditegakkan.11,12

- Nyeri yang persisten atau berulang atau perasaan tidak nyaman yang

berasal dari perut bagian atas (di atas umbilikus).

1

Page 2: Chapter I

20

- Nyeri tidak berkurang dengan defekasi atau tidak berhubungan

dengan suatu perubahan frekuensi buang air besar atau konsistensi

feses.

- Tidak ada bukti adanya proses inflamasi, kelainan anatomis, kelainan

metabolik atau neoplasma.

Ada beberapa hal yang menjadi penyebab timbulnya dispepsia, yaitu

pengeluaran asam lambung berlebih, pertahanan dinding lambung yang

lemah, infeksi Helicobacter pylori, gangguan gerakan saluran pencernaan

dan gangguan kecemasan. 13-15

Walaupun sering dianggap dapat sembuh sendiri, namun dispepsia

fungsional dilaporkan berhubungan dengan gangguan kecemasan dan

depresi, dapat diikuti nyeri kepala, dan anggota tubuh lainnya. Hal ini

menyebabkan anak dirawat atau mendapat pelayanan kesehatan, gangguan

tidur, serta meningkatnya secara signifikan jumlah ketidakhadiran di

sekolah.2,16

Salah satu faktor yang berperan dalam dispepsia fungsional adalah

pola makan. Selain jenis –jenis makanan yang dikonsumsi, ketidakteraturan

makan, pola makan yang buruk, tergesa – gesa dan jadwal yang tidak teratur

dan tindakan remaja putri seperti memanipulasi jadwal makan sehingga

terjadi waktu jeda yang panjang antara jadwal makan dapat menyebabkan

dispepsia. Pada usia remaja sering terjadi gangguan seperti anoreksia

nervosa. 17

Page 3: Chapter I

21

Telah banyak studi mengenai penanganan dispepsia fungsional

diantaranya dengan cognitive-behavioural therapy, pengaturan diet, dan

terapi farmakologis, tetapi belum ada yang memuaskan.16,18,19 Salah satu

terapi farmakologis yang dapat diberikan adalah golongan antidepresi seperti

amitriptilin. Amitriptilin dosis kecil disarankan sebagai terapi alternatif untuk

pasien dispepsia fungsional karena efek menyeluruh pada sumbu otak-usus

yang dapat menurunkan hipersensitivitas viseral,menurunkan nyeri viseral

dan memperbaiki motilitas saluran cerna. 20-22

Suatu meta analisis dari beberapa penelitian, pemberian Tricyclic

antidepressants (TCA) bermanfaat pada penderita dispepsia fungsional.

Penelitian pada dewasa yang mengevaluasi manfaat amtriptilin pada

penderita dispepsia fungsional dimana pada penelitian ini pasien yang

mengalami kegagalan terapi dengan famotidin selama 4 minggu kemudian

diterapi dengan amitriptilin selama 4 minggu. Pada studi ini amitriptilin sangat

efektif dalam mengobati dispepsia fungsional.20

Amitriptilin adalah golongan obat antidepresi yang relatif terjangkau

masyarakat, tersedia di pasaran dan sering digunakan oleh dokter. Oleh

sebab itu kami melakukan penelitian uji klinik untuk melihat manfaat

amitriptilin pada remaja yang mengalami dispepsia fungsional.

Page 4: Chapter I

22

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan pertanyaan yaitu:

apakah pemberian amitriptilin bermanfaat sebagai pengobatan dispepsia

fungsional pada remaja dibandingkan dengan plasebo?

1.3. Hipotesis

Pengobatan dengan menggunakan amitriptilin bermanfaat dalam mengurangi

frekuensi dan durasi atau lama sakit perut pada remaja dengan dispepsia

fungsional.

1.4. Tujuan 1.4.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui manfaat amitriptilin sebagai pengobatan dispepsia

fungsional pada remaja.

1.4.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui prevalensi dispepsia fungsional pada remaja di

lokasi penelitian

2. Untuk mengetahui efek pengobatan amitriptilin dalam mengurangi

frekuensi dan lamanya sakit perut yang terjadi

1.5. Manfaat

1. Di bidang akademik/ilmiah: meningkatkan pengetahuan peneliti dalam

hal pengobatan dispepsia fungsional pada remaja.

Page 5: Chapter I

23

2. Di bidang pelayanan masyarakat: meningkatkan usaha pelayanan

kesehatan remaja khususnya di bidang gastroentero-hepatologi anak

dan memberikan alternatif pengobatan dispepsia fungsional pada

remaja.

3. Di bidang pengembangan penelitian: memberikan masukan terhadap

bidang gastroentero-hepatologi anak, khususnya dalam

pengembangan penelitian tentang dispepsia fungsional pada remaja.