chapter i
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sistem informasi adalah suatu tatanan untuk membantu mengambil
keputusan dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem informasi pada dasarnya adalah
alat untuk mendukung manajemen. Sistem informasi kesehatan dirancang untuk
menghasilkan informasi akurat yang disajikan secara cepat dan tepat, sehingga dapat
digunakan untuk membantu pengambilan keputusan pada setiap tingkat manajemen
kesehatan.
Tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan adalah untuk mendukung
pencapaian Indonesia Sehat 2010. Indonesia Sehat 2010 akan tercapai dengan baik
apabila didukung oleh tersedianya informasi yang akurat dan disajikan secara cepat
dan tepat waktu (Departeman Kesehatan RI, 2007). Dengan kata lain, usaha-usaha
pembangunan kesehatan sekarang ini tidak hanya memperhatikan ketersediaan dana,
tenaga serta sarana dan prasarana tetapi juga harus didukung oleh sistem informasi
kesehatan yang handal (Hartono, 2002).
Pada kenyataannya, sistem informasi mempunyai ciri adanya kelebihan data
dan tapi miskin informasi yang bermanfaat. Sebagai hasilnya, banyak waktu dan
tenaga yang dicurahkan untuk penyiapan laporan, tetapi laporan jarang digunakan
dalam pengambilan keputusan.
Keberhasilan suatu sistem informasi baru dapat dirasakan setelah pada tahap
implementasi. Faktor manajerial dalam suatu organisasi juga berperan terhadap hasil
Universitas Sumatera Utara
akhir sistem. Kira-kira 75 % dari keseluruhan implementasi sistem informasi dapat
dikatakan gagal. Meskipun sistem informasi masih dalam proses pembuatan, studi
yang dilakukan pada proyek Pemerintahan Federal AS telah menunjukkan bahwa dari
sejumlah besar sistem yang ada, desainnya kurang memenuhi harapan, data yang
diperoleh kurang akurat dan tidak lengkap, disampaikan tetapi tidak digunakan, data
dikerjakan ulang, atau bahkan hilang (Laudon and Laudon, 1996).
Trisnantoro (2007) menyebutkan bahwa berbagai macam proyek
pengembangan sistem informasi sudah dilaksanakan oleh pusat sampai ke daerah
namun kemudian terjadi kemacetan karena sulit dijalankan, atau ketika proyek masih
berjalan sistem masih terpakai, namun ketika proyek selesai maka berhentilah sistem.
Proyek sistem informasi dibayangi fakta hanya 16% yang dapat diselesaikan dengan
baik, 31% gagal dan 53% diganti (Widyanahar,2003).
Berbagai masalah yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan sistem
informasi kesehatan di Indonesia (Argadireja, 2004), diantaranya adalah belum
adanya persepsi yang sama antara penyelenggara kesehatan terutama penyelenggara
sistem informasi kesehatan tentang Sistem Informasi Kesehatan. Penyelenggaraan
sistem informasi kesehatan itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien.
Redudansi data, duplikasi kegiatan, tidak efisiennya penggunaan sumber daya masih
terjadi. Hal ini karena adanya tumpang tindih kegiatan dalam pengumpulan,
pengolahan data, di setiap unit kerja baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah.
Kegiatan pengelolaan data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan
baik.
Universitas Sumatera Utara
Disamping itu banyaknya format data yang harus diisi ditingkat Puskesmas
(tumpang tindih kebutuhan data/informasi dari masing–masing program) membuat
semakin lemahnya kualitas data yang disajikan karena data yang diperoleh tidak
dapat divalidasi kembali oleh karena tuntutan pengiriman data yang tepat waktu
bahkan data/informasi yang dihasilkan tidak dapat dimanfaatkan sendiri secara
langsung oleh puskesmas. Sistem monitoring dan evaluasi dari tingkat Kabupaten
masih lemah. Dari laporan Puskesmas yang masuk ke Dinas Kesehatan Kabupaten
jarang diberikan umpan balik, sehingga Puskesmas tidak tahu kekurangan ataupun
kesalahannya (Departemen Kesehatan, RI, 2007).
Hasil penelitian Ahmad (2005) di Simalungun, menyimpulkan bahwa
pengetahuan, motivasi dan ketersediaan instrumen pencatatan secara bersama-sama
maupun parsial berpengaruh secara signifikan terhadap efektivitas pelaksanaan sistem
pencatatan dan pelaporan terpadu Puskesmas.
Besarnya beban kerja petugas Puskesmas dalam membuat laporan Sistem
Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dilaporkan dari hasil
penelitan Handayani, dkk (2002), yaitu pekerjaan pencatatan dan pelaporan telah
menyita waktu kerja efektif petugas sebesar 30%. Hal ini dikarenakan terlalu
banyaknya jenis pencatatan dan pelaporan yang harus dikerjakan, pada saat yang
sama pekerjaan tersebut terasa sebagai beban bagi petugas.
Saat ini di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar masih terdapat beberapa
masalah dalam pengelolaan data. Masalah utama yang berkaitan dengan data
kesehatan adalah masalah ketelitian, kelengkapan dan ketepatan waktu penyampaian
Universitas Sumatera Utara
data. Menurut penjelasan dari koordinator SP2TP Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh
Besar pada survai awal penelitian menunjukkan rata-rata Puskesmas yang
mengirimkan laporan bulanan (LB) ke Dinas Kesehatan yang tepat waktu 52% (tahun
2007) dan 58% (tahun 2008), dan yang mengirimkan laporannya secara lengkap
hanya 55 % dan ini diasumsikan sebagai akibat dari banyaknya laporan yang harus
dikerjakan oleh puskesmas di tingkat operasional.
Pelaksanaan sistem informasi kesehatan (pencatatan dan pelaporan) di Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar secara struktural menjadi tugas pokok dan fungsi
Bidang Litbang dan Sumber Daya Kesehatan, Seksi Data Informasi dan Evaluasi.
Menurut Kepala Seksi Data, Informasi dan Evaluasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Besar laporan bulanan LB1, LB2, LB3, dan LB4 dengan aplikasi Sistem
Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) NAD dari Puskesmas ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar belum berjalan sebagaimana mestinya. Sebagian
Puskesmas (40%) mengirimkan laporan LB1, LB2, LB3, dan LB4 menggunakan
output dari aplikasi SIMPUS NAD, tetapi 60% lainnya masih menggunakan format
laporan SP2TP (LB1, LB2, LB3, dan LB4) yang masih dikerjakan seluruhnya secara
manual. Data yang telah diterima dari Puskesmas diolah dengan menggunakan
aplikasi Sistem Database Terpadu Kabupaten (SDTK). Untuk memindahkan data
yang telah tersimpan di database SIMPUS NAD ke database SDTK digunakan
aplikasi migrasi data SIMPUS ke SDTK.
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar dapat dilihat masalah yang dihadapi dalam proses
pencatatan dan pelaporan di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar (Kasi Data,
Informasi dan Evaluasi Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar ) :
a. Kebutuhan data dan informasi serta alat ukur yang jelas atas indikator kesehatan di
wilayah tingkat kabupaten masih terfragmentasi dan belum memiliki kesatuan,
sehingga duplikasi atas jenis data yang sama yang dilaporkan oleh Puskesmas ke
masing-masing bidang di Dinas Kesehatan Kabupaten masih terjadi.
b. Sistem pelaporan yang telah ada tidak dapat dilaksanakan dengan baik karena
belum adanya suatu koordinasi yang baik dalam menyatukan dan mengumpulkan
data sesuai dengan yang diharapkan, sehingga akan menyebabkan banyak masalah
yang terjadi dilapangan dimana data tersebut akan menjadi suatu yang tidak dapat
dimanfaatkan secara efektif dan maksimal.
c. Pimpinan yang ada seperti Kepala Dinas Kesehatan akan sangat sulit dalam
mengambil suatu keputusan untuk langkah ke depannya jika data yang didapatkan
tidak akurat dan tidak dapat dijadikan suatu acuan (pegangan).
d. Data yang telah ada disimpan pada masing- masing bidang dengan format yang
berbeda, sehingga akan menyebabkan kesulitan dalam menyatukan dan
mengolahnya dan menyita waktu dalam menyusunnya kembali dalam bentuk
format standar.
e. Untuk mendapatkan data yang diinginkan, membutuhkan waktu yang lama
sehingga akan dapat memperlambat proses pengumpulan data dan pengolahannya.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai akibat dari masih belum tertatanya sistem informasi tersebut,
terdapat suatu fakta bahwa dari hasil evaluasi program yang dilaksanakan Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar pada tahun 2008, masih dijumpai perbedaan data
sasaran akhir tahun. Perbedaan tersebut terdapat pada hasil rekapitulasi data yang
disajikan oleh Puskesmas melalui laporan SP2TP dengan hasil rekapitulasi data yang
dilaporkan Puskesmas setiap bulan ke Dinas Kesehatan melalui laporan program.
Secara lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Validasi Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar, Tahun
2008.
No Beberapa Jenis Variabel Rekap
SP2TP
Rekap Laporan Program
1.
2.
3.
4.
Jumlah Bayi
Kunjungan Ibu Hamil (K.1)
Laporan Diare
Imunisasi BCG
5.851
98 %
13,7 %
97 %
5.734 (Gizi)
95 % ( PWS KIA)
14 % ( Penyakit Diare)
100.4% (Imunisasi Bayi)
Sumber : Laporan SP2TP dan Laporan Program Dinas Kesehatan.
Perbedaan data tersebut terjadi disebabkan adanya perbedaan kebutuhan atas
format-format laporan yang dilaporkan puskesmas ke dinas kesehatan pada masing-
masing bidang, selain itu juga secara vertikal hanya menjalankan format laporan yang
diminta oleh Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Format Laporan Beberapa Variabel di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh
Besar, Tahun 2008.
No Jenis variabel tercatat Blanko pengisian
1.
2.
3.
4.
5.
Jumlah bayi dan balita
Jumlah bumil
Kunjungan Puskesmas
Lap. Pemakaian Obat
Lap. Status Gizi
LB3 Gizi, LB3 KIA, Lap.Imunisasi
LB3 KIA, PWS KIA, Yodium
LB4, Sentinel
LPLPO, Register Obat
LB3 Gizi, Revitalisasi Posyandu
Sumber : Beberapa Format Laporan Puskesmas
Dari data di atas, secara sederhana tergambar bahwa sistem informasi
kesehatan di Kabupaten Aceh Besar masih perlu penataan, pengolahan data-
data/laporan yang dilakukan lebih bersifat apa adanya, sesuai dengan format yang ada
tanpa berusaha mengembangkan program-program baru yang dapat lebih
mempermudah maupun menyatukan suatu sistem yang digunakan dalam sistem
pelaporan agar data dapat terintegrasi dengan baik, hingga menghasilkan data yang
lebih akurat/valid.
Dilihat dari permasalahan di atas maka sangat diperlukan peningkatan
efisiensi dan efektifitas Sistem Informasi Kesehatan (SIK) melalui penyederhanaan
dan integrasi transaksi pencatatan dan pelaporan untuk menghasilkan sebuah
informasi yang akurat, representatif dan reliable yang dapat dijadikan pedoman
untuk pengambilan keputusan/kebijakan dalam penyusunan perencanaan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
1.2. Permasalahan
Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut, permasalahan penelitian
diidentifikasikan sebagai berikut :
1. Masih terjadinya fragmentasi sistem pencatatan dan pelaporan dalam
manajemen data di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar.
2. Masih terjadinya duplikasi pencatatan dan pelaporan kegiatan di setiap sub
bagian di Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar.
Sehingga rumusan permasalahan adalah “ Masih dijumpai fragmentasi
pencatatan dan pelaporan mengakibatkan duplikasi dan inakurasi informasi di
Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Besar “
Duplikasi pencatatan dan pelaporan berkaitan pula dengan pola
pengambilan keputusan yang butuh infomasi akurat dan valid, sehingga pada
gilirannya dengan mengurangi duplikasi pencatatan serta integrasi, fragmentasi akan
dihilangkan sehingga menghasilkan data yang reliable dan valid. Hal tersebutlah
yang mendasari alasan pemilihan masalah dalam penelitian ini.
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk merancang ulang sistem informasi kesehatan
melalui penyederhanaan dan pengintegrasian transaksi pencatatan dan pelaporan
dalam rangka menghilangkan duplikasi dan inakurasi informasi yang terjadi di Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar .
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sebagai
dasar rekomendasi bagi pemerintah Kabupaten Aceh Besar, khususnya Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Aceh Besar dalam menetapkan kebijakan dalam
mengembangkan metode pencatatan dan pelaporan dengan menggunakan format baru
hasil pengintegrasian substansi laporan SP2TP dan laporan program.
Universitas Sumatera Utara