chapter 7 dari buku getting health reform right : a guide to improving performance and equity
TRANSCRIPT
7. Dari Diagnosis hingga Reformasi Sektor Kesehatan
Tingkat berikut dalam siklus kebijakan setelah menentukan prioritas masalah
adalah memikirkan penyebab kinerja rendah yang akan diatasi, disebut pula sebagai
“diagnosis”. Kemudian, para reformis harus melakukan “pengembangan kebijakan”,
menentukan hal-hal yang akan dilakukan pada situasi tersebut. Strategi dasar dalam
diagnosis adalah “Bekerja mundur”, terus-menerus bertanya “mengapa” hingga
menemukan penyebab kinerja rendah yang akan diperbaiki. Tujuan akhir proses
yang disebut “perjalanan diagnostik” ini adalah membangun “pohon diagnosis”—
peralatan analitis yang menghubungkan aspek-aspek kinerja rendah dengan faktor-
faktor penyebab yang dapat diubah atau diganti melalui pelaksanaan kebijakan.
Tugas selanjutnya meliputi perangkaian kebijakan dan program yang akan mengatasi
penyebab dan meningkatkan kinerja sektor kesehatan.
Beberapa panduan sederhana yang patut diperhatikan adalah (1) “Hal-hal
terkait proses” – cara pelaksanaan reformasi kesehatan dapat memberi pengaruh
besar pada keadaan yang sedang berlangsung; (2) “Meniru tetapi disesuaikan” –
meniru pendekatan baru yang bagus namun menyesuaikannya dengan keadaan
setempat; (3) “Menggunakan bukti” – melaksanakan reformasi berdasarkan bukti
dengan masalah, penyebab dan efeknya dianalisis secara teliti.
Kami mendorong para reformis untuk menggunakan kerangka “tuas kendali”
dalam menjalankan diagnosis dan mengembangkan kebijakan. Kerangka tuas kendali
juga dapat membantu pengelolaan pada tingkat diagnosis. Pada bab ini, kami
membahas pohon diagnosis dan cara menghubungkan diagnosis tersebut dengan
tuas kendali. Kemudian, fokus beralih pada pengembangan kebijakan, dimulai dari
pertimbangan proses kemudian menyelidiki kriteria penyaringan yang digunakan
untuk menilai proposal lainnya. Terakhir, kami menjelaskan cara mencari dan
menggunakan bukti di setiap proses di atas, selanjutnya menyimpulkan dengan
beberapa catatan dan pengamatan.
Asal Usul Upaya-Upaya Besar Reformasi Sektor Kesehatan
Banyak negara sering kali menemui masalah kinerja yang saling berkaitan.
Diagnosis untuk setiap masalah dapat mengungkapkan bahwa sifat-sifat umum
sistem pelayanan kesehatan tertentu merupakan faktor penyebab utama. Tindakan
dalam berbagai bentuk diperlukan agar dapat mengatasi masalah-masalah tersebut
secara efektif. Suatu negara yang mengalami penurunan kinerja pada sektor
kesehatan sering didesak untuk mengadakan analisis demi mencari penyebab
kesulitannya. Berbagai kemungkinan penyebab yang muncul membawa reformasi di
berbagai bidang dengan perubahan di beberapa tuas kendali. Perihal koherensi juga
menjadi masalah, upaya-upaya yang berhubungan dengan program berisiko
kurangnya koordinasi atau bahkan tidak konsisten. Padahal, mengatasi masalah
dengan cara yang terpadu memerlukan kerja dan perencanaan yang terkoordinasi
pada sistem secara keseluruhan. Persoalan sumber politik dan teknis yang terbatas
pun sering muncul. Upaya reformasi yang terpadu dan meluas mengandung nilai
politis karena lebih sering mengundang perhatian daripada inisiasi-inisiasi program.
Pemberian lebih banyak janji kepada masyarakat terkesan seperti strategi politis
yang efektif, khususnya ketika masyarakat sudah kecewa dengan sistem yang ada
(Edelman 1984).
Kita ambil contoh, suatu negara berurusan dengan lonjakan kematian ibu
melahirkan dan rendahya angka harapan hidup di kalangan miskin. Beberapa
diagnosis memberikan hasil yang serupa, yakni rendahnya mutu pelayanan dan
kurangnya pemanfaatan pelayanan. Sistem anggaran publik yang sama menyediakan
pelayanan bagi semua wilayah yang ada, sehingga tanggapan terhadap situasi
tersebut mungkin dapat menyebabkan reformasi sistem kesehatan yang kompleks,
yang dirancang untuk meningkatkan kinerja tanpa menaikkan biaya. Skema seperti
itu akan melibatkan risiko dan permintaan dalam jumlah besar, namun juga cukup
dramatis hingga memberikan peluang untuk menarik dukungan politis.
Contoh lainnya, suatu negara dihadapkan pada persoalan perbedaan status
kesehatan dan perlindungan risiko antara pekerja sektor formal dan sektor swasta
atau informal. Diagnosis mengungkapkan bahwa hanya pekerja sektor formal yang
dilindungi asuransi sosial. Negara mempertimbangkan kebijakan sistem asuransi
sosial baru yang dapat meningkatkan akses kepada pelayanan dan memberikan
perlindungan terhadap risiko bagi pekerja sektor informal. Hal itu dapat disertai
dengan upaya pengontrakan dana asuransi yang baru, juga reformasi rumah sakit
dengan memberikan lebih banyak otonomi kepada institusi dan kewenangan kepada
para pengelolanya. Reformasi ini memerlukan portofolio yang saling berkaitan dan
perhitungan kemungkinan pelaksanaan secara politis serta penerapan
administratifnya pasti mempengaruhi keputusan reformis untuk melanjutkan
usahanya.
Analisis seperti ini bisa jadi mutlak dalam argumen para reformis yang
mengajukan perubahan kebijakan yang penting tanpa mengaitkan proposal mereka
dengan perolehan performa tertentu yang diharapkan. Meski demikian, kegagalan
menawarkan analisis diagnostik sistematis pada prakteknya lebih mencerminkan
pemikiran yang tidak terancang dengan baik melalui gagasan reformasi. Faktanya,
program reformasi yang kompleks untuk meningkatkan kinerja di berbagai dimensi
menuntut lebih banyak analisis, dan konsekuensi yang berpotensi saling melengkapi
dan bertentangan dari program-program reformasi harus dianalisis secara eksplisit.
Mengembangkan Pohon Diagnosis Sistem Kesehatan
Hal-hal yang patut diketahui tentang proses diagnosis sehubungan dengan
kompleksitas sektor kesehatan:
• Terdiri atas beberapa tahapan atau serangkaian penyebab
• Setiap efek mungkin dihasilkan oleh lebih dari satu penyebab
• Setiap penyebab dapat menimbulkan lebih dari satu efek
• Penyebab dan akibat dapat berinteraksi dan saling mendukung
• Tidak semua penyebab dapat dimanipulasi dengan kebijakan publik
• Perubahan menuntut tindakan pada lebih dari satu penyebab sekali waktu
Untuk menjalankan diagnosis, kita dapat menggunakan pohon diagnosis
sistem kesehatan yang mirip dengan tiga diagram pohon yang sudah dikenal. Salah
satunya adalah pohon keputusan yang digunakan dalam analisis keputusan pada
keadaan yang tidak pasti. Pada pohon diagnosis sistem kesehatan, analis
menggambarkan bermacam-macam penyebab yang mungkin untuk situasi tertentu
di setiap titik cabang, dan beberapa penyebab bisa saja terjadi bersamaan. Pohon
diagnosis sektor kesehatan juga berbeda dengan diagram pohon dalam proses
diagnostik pengobatan klinis. Di sektor kesehatan, lebih dari satu penyebab
(“penyakit”) secara umum beroperasi pada saat yang sama.
Langkah pertama dalam proses diagnosis sektor kesehatan adalah
memikirkan kategori-kategori penyebab. Sebagai bagian dari reformasi sektor
kesehatan, suatu negara tidak dapat mengarahkan penyebab di luar sistem
pelayanan kesehatan, namun penyebab-penyebab tersebut harus tetap dimasukkan
dalam analisis agar pandangan realistis tentang peran yang dimainkan reformasi
sektor kesehatan tetap terjaga (WHO 1986). Salah satu cara menentukan rantai yang
berkaitan yaitu melihat keadaan sendiri dibandingkan dengan negara lain yang lebih
baik. Langkah kedua analisis adalah memanfaatkan variasi dari hasil yang muncul di
negara yang bersangkutan. Keterkaitan tersebut tidak selalu menunjukkan hubungan
kausal, namun dapat digunakan untuk mengkaji permasalahan lebih dalam (Rossi
dan Freeman 1998). Tugas utama pohon diagnostik sistem kesehatan adalah
melacak dan memetakan rantai-rantai penyebab yang terlibat.
Tahap pertama pemilihan kontribusi relatif dari dua penyebab adalah melihat
pemanfaatan. Rendahnya tingkat pemanfaatan dapat menunjukkan permasalahan
kuantitas. Di berbagai wilayah suatu negara bisa saja muncul masalah kualitas dan
kuantitas pada taraf yang berbeda-beda. Saat analis kembali pada pohon kausal,
mereka harus mencoba mengenali faktor-faktor yang dapat diubah melalui inisiasi
kebijakan baru. Setelah menelaah persoalan yang ada, masing-masing penyebab
yang ditemukan dapat menimbulkan pertanyaan baru—atau memerlukan
penyelidikan lebih lanjut, terkait dengan kuantitas atau kualitas pemanfaatan. Di sisi
lain, jika pelayanan tersedia secara fisik tetapi tidak digunakan, maka
permasalahannya terletak pada permintaan. Kemungkinan pertama dapat berupa
kebutuhan yang kurang diperhatikan. Kemungkinan lainnya, “mutu” pelayanan
mengurangi daya tarik (Mehrotra dan Jarrett 2002); atau terdapat ongkos
penggunaan. Ini menunjukkan bahwa permintaan dan persediaan tidak benar-benar
terpisah, karena permintaan yang rendah dapat disebabkan oleh sifat
persediaannya.
Sebagai contoh, penelitian mengungkapkan bahwa walaupun secara teoritis
klinik memiliki pegawai yang mencukupi, kenyataannya dokter hanya bekerja
beberapa jam sehari dan selebihnya berpraktik swasta (Berman dan Sakai 1993),
sehingga beban kerja yang dilaporkan per dokter rendah dan rata-rata biayanya
tinggi. Sehubungan dengan itu, dilakukan diagnosis dan pemeriksaan pada insentif
staf, kultur organisasional, sistem akuntabilitas, pemilihan manajer dan lain-
lain.Analisis ini dapat membawa analis ke pengenalan sifat-sifat keadaan yang
berpotensi diubah. Patut diingat bahwa kasus-kasus yangberinteraksi mungkin
dikerjakan dan kebijakan-kebijakan yang berinteraksi diperlukan guna memberikan
hasil yang lebih baik.
Perhatikan bahwa saat menganalis beberapa karakteristik kinerja menengah
muncul: aspek-aspek efisiensi, akses dan mutu mempunyai peran dalam rantai
kausal. Perhatikan pula bahwa kategori-kategori “efisiensi teknis” dan “mutu klinis”
tidak muncul di akhir cabang-cabang pohon diagnosis, tetapi di tengah proses. Jalur-
jalur pada diagram ini tidak sama-sama eksklusif. Jika kita melihat pohon secara
menyeluruh dengan semua cabangnya, kita akan mengerti bahwa banyak faktor
yang berkontribusi pada mutu rendah juga merupakan penyebab potensial
ketidakefisienan teknis. Organisasi yang berkinerja rendah biasanya tidak efektif
pada produksi—baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Suatu kekurangan pun
dapat dihasilkan dari beberapa penyebab yang saling berinteraksi.
Menghubungkan Diagnosis dengan Tuas Kendali
“Tuas kendali” menyediakan kerangka untuk mempertimbangkan tindakan
yang mungkin untuk meningkatkan kinerja sektor kesehatan ketika memulai
perjalanan diagnostik. Sebagai gambaran, kita ambil contoh tentang mortalitas ibu
melahirkan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan di antaranya adalah
pembiayaan, pembayaran, penatalaksanaan, regulasi dan perilaku. Perhatikan
bahwa guna mendapatkan perubahan yang signifikan dalam kinerja sistem
sehubungan dengan mortalitas ibu melahirkan, kami mungkin harus mengambil
beberapa tindakan secara berkelanjutan. Misal kita melakukan reorganisasi supaya
menambah wewenang manajer untuk meningkatkan efisiensi. Hal ini akan
menimbulkan dampak yang jauh lebih kecil, jika dilakukan secara tertutup, daripada
dijalankan beriringan dengan reformasi pembayaran. Begitu pula, penggalangan
dana untuk mendorong sistem pelayanan berkinerja rendah akan berdampak sangat
kecil tanpa mengubah pembayaran dan organisasi.
Efek interaksi yang serupa akan berlaku dalam upaya mengubah perilaku dari
sisi permintaan dalam masalah ini. Untuk mewujudkan perubahan, mungkin kita
akan perlu menggalang uang (pembiayaan) dan menyampaikannya melalui skema
insentif baru (pembayaran) untuk provider yang telah disusun ulang (organisasi),
bahkan ketika kita mencoba meyakinkan pasien bahwa pelayanan baru sepadan
dengan uang yang dikeluarkan (perilaku). Arti penting dan relevansi, termasuk isi
dari tindakan-tindakan yang diambil bergantung pada situasi negara yang
bersangkutan. Kita juga perlu menyadari bahwa tidak semua reformis sektor
kesehatan akan memutuskan suatu program yang ambisius untuk banyak perubahan
besar. Mereka mungkin kurang memiliki wewenang atau sumber daya, atau
pertimbangan politis dan administratif menunjuk pada upaya yang lebih sederhana.
Proses Pengembangan Kebijakan
Proses sama pentingnya dengan substansi, dan kedua hal itu saling terkait.
Pelibatan kelompok kepentingan dalam proses pengembangan kebijakan
memberikan setidaknya empat fungsi.
1. Partisipasi dari orang-orang berkepentingandapat membantu penentu kebijakan
mendengarkan dan memikirkan pertimbangan dari kelompok kepentingan. Hal
ini akan meningkatkan penerimaan dan keefektifan reformasi.
2. Partisipasi dapat meningkatkan penerimaan terhadap suatu rencana, karena hal
itu meningkatkan legitimasi psikologis dan filosofis dari proses yang
mengembangkannya. Sebaliknya, pengabaian dapat mengundang permusuhan
dan kecurigaan secara emosional maupun diungkapkan secara nyata.
3. Partisipasi dapat mendidik kelompok kepentingan tentang urusan dan tekanan
yang dihadapi para reformis – dari konstituensi lainnya.
4. Partisipasi mendidik para partisipan tentang rincian proposal yang diajukan.
Pada saat yang sama, partisipasi dapat berjalan terlalu jauh. Tingkat kemampuan dan
kecakapan kelompok kepentingan berbeda-beda dalam mempengaruhi
pengembangan kebijakan (Kweit dan Kweit 1987; Kathlene dan Martin 1991).
Kelompok dengan sumber daya dan keahlian yang lebih cenderung lebih
berpengaruh. Ketidakseimbangan ini sering menyebabkan bias pada proses yang
bersangkutan. Kelompok yang terorganisasi dapat membebani kelompok yang tidak
memiliki keahlian dan tidak terorganisasi.
Proses partisipasi dapat dengan mudah merosot menjadi permintaan akan
kebulatan suara. Hal ini dapat memberikan veto kepada kepentingan yang terlibat,
juga menimbulkan laporan atau suara legislatif yang tersamar. Kepentingan yang
kuat kadang-kadang mendukung suara tersamar secara strategis dengan tujuan
menangguhkan persoalan, yang menurut mereka lebih berpengaruh, agar menjadi
proses administratif yang tidak terlalu terlihat.
Dengan demikian, partisipasi kelompok kepentingan meningkatkan
kebutuhan akan kepemimpinan reformis. Reformis dapat melakukan banyak hal
guna membentuk proses partisipasi dengan menentukan prosedur dan
keanggotaannya: merumuskan pertanyaan, menyusun agenda, menjelaskan pilihan
dan menganalisis dampak. Lebih lagi, penanggung jawab proses diagnosis atau
pengembangan kebijakan harus memahami bahwa sekelompok orang dalam jumlah
besar jarang dapat menangani pekerjaan analitis yang serius. Kelompok seperti itu
membutuhkan pengelolaan dan sumber daya manusia yang disiplin. Manajer yang
berpikiran maju mengerti bahwa latar belakang, pelatihan, politik dan bias dari
pegawai dapat mempengaruhi hasil yang didapatkan.
Untuk merangkum pendapat kami, proses berdampak pada isi, politik dan
implementasi. Partisipasi bukan sekedar bersenang-senang bersama. Partisipasi
adalah alat pembelajaran dan pengajaran, dan dapat memajukan kebijakan secara
substansial serta berdampak besar pada penerimaannya. Akan tetapi, reformis juga
dapat kehilangan kendali dan dipersulit karenanya. Oleh sebab itu, proses
pengembangan kebijakan harus dikelola dengan penuh strategi. Analisis yang
berpandangan ke depan dan teliti serta pemikiran yang kritis dapat memberikan
kontribusi berarti bagi prospek kesuksesan atau kegagalan.
Uji Penyaringan untuk Intervensi Kebijakan
Setelah mengenali kebijakan, reformis perlu melakukan analisis kemungkinan
dan penerapan. Analisis tersebut harus mencakup kemungkinan politik yang terjadi
sebelum dan sesudah program dijalankan; tradisi, kapasitas dan institusi lokal; dan
sumber daya keuangan dan manusianya. Analisis harus menjelaskan tindakan yang
dihasilkan dari kebijakan guna mewujudkan perubahan yang diinginkan. Ada
beberapa karakteristik proposal reformasi yang memiliki nilai prediktif secara
umum—karakteristik yang dapat kita cari untuk menguji kemanjuran proposal
tertentu, yang akan dijelaskan di bawah ini.
1. Kemampuan untuk diterapkan
Menurut kami, hal yang penting adalah yang sebenarnya terjadi pada kinerja sistem
ketika kebijakan dilaksanakan. Oleh karena itu reformis harus mencari tahu apakah
negara mereka memiliki prasyarat institusional dan sosial yang diperlukan untuk
mendukung reformasi yang diajukan. Selain masalah pengaruh dari kepentingan
tertentu, kondisi sosial dan kultural serta norma-norma juga berdampak pada
implementasi. Perancang kebijakan yang arif akan mempertimbangkan dengan
cermat masalah-masalah pengembangan kebijakan tersebut. Reformis yang
bijaksana akan mencari skema-skema yang sesuai dengan lingkungan kultural dan
kapasitas organisasional dari lingkungan mereka.
2. Kemungkinan untuk dijalankan dari segi politik
Para pengembang kebijakan juga perlu mengantisipasi proses penentuan keputusan
politis. Kemungkinan suatu kebijakan untuk dijalankan tidak hanya bergantung pada
orang-orang yang mendukung atau menentang rencana kebijakan, tetapi juga pada
pihak-pihak yang dipersiapkan untuk memberdayakan sumber dan mengambil risiko
agar rencana dapat diterapkan. Hal itu bergantung pula pada kecakapan politis para
penentang rencana. Namun demikian hasil yang didapatkan selalu tidak pasti,
sehingga reformis harus benar-benar mengetahui kesiapan mereka serta lawan-
lawan mereka dalam memperjuangkan skema tertentu.
3. Kemampuan untuk dikendalikan secara politik
Pertimbangan akhir dalam perancangan kebijakan yaitu mengenai pokok
penyusunan dan institusi yang baru pada kontrol demokratis yang efektif. Kontrol
seperti itu tergantung pada situasi, (1) hasil-hasilnya diketahui khalayak, (2) adanya
mekanisme untuk mengubah kebijakan terkait dengan kinerja, (3) pihak-pihak yang
berwenang mengubah kebijakan dapat diandalkan secara politik. Jika kita
membangun institusi dan pengaturan baru yang sukar diubah, upaya awal kita akan
menjadi rintangan dalam kemajuan reformasi (Rawls 1996). Kemampuan kontrol
politik akan memberikan hasil yang lebih baik, walaupun beberapa orang dari sektor
kesehatan ingin membatasi kontrol politik pada produk reformasi karena terkadang
akuntabilitas politik dapat menimbulkan konsekuensi yang tidak diinginkan. Oleh
karena itu, kami mendorong pengadaan mekanisme yang transparan untuk
akuntabilitas politik dalam institusi sebagai bagian dari reformasi sektor kesehatan.
Mencari dan Menggunakan Bukti untuk Diagnosis dan Terapi
Kita perlu memikirkan penyediaan informasi dan penggunaannya secara
efektif. Pengetahuan yang paling banyak dicari adalah hasil-hasil penelitian
terpercaya dengan perhitungan statistik yang menghubungkan politik dengan
kinerja. Sayangnya, penelitian semacam itu kurang lazim di sistem kesehatan, karena
sistemnya kompleks, beraneka ragam dan jumlah kasus yang dapat diteliti terbatas.
Sumber lain yang dicari adalah penelitian yang dirancang dengan baik mengenai
proyek-proyek demonstrasi yang mencakup tempat-tempat eksperimental maupun
non eksperimental, dan melaporkan data perbandingan kinerja. Akan tetapi, hal ini
juga jarang ditemukan. Selain penelitian tentang bermacam hal, pendapat teoritis
secara umum—tentang efek insentif ekonomi atau simbol-simbol politis—dapat pula
dikenakan pada kasus khusus. Pertimbangan ini akan membantu pemahaman bahwa
suatu kebijakan atau program tidak dapat berhasil di negara tertentu.
Berikut ini beberapa contoh riset sistem kesehatan yang dapat membantu
perjalanan diagnosis untuk reformasi kesehatan: untuk negara-negara
berpendapatan rendah dan menengah yaitu laporan dari International Commission
on Health Research for Development, Investing in Health (Bank Dunia 1993),
Improving Performance (WHO 2000); terbitan data kesehatan tahunan oleh
Organization for Economic Cooperation and Development tentang negara-negara
anggota OECD; laporan nasional tentang sistem pelayanan kesehatan di negara-
negara Eropa tengah dan timur oleh WHO dan European Observatory on Health Care
Systems.
Dari tiga kriteria kinerja utama, saat ini bukti status kesehatan paling banyak
dikembangkan. Banyak negara mengumpulkan informasi status kesehatan nasional
yang signifikan dengan instrumen survei berstandar seperti Demographic and Health
Surveys (DHS) dan Living Standards Measurement Surveys (LSMS), ditambah dengan
data dari penelitian lokal yang dapat memberikan rincian tambahan mengenai
masalah kesehatan dan kelompok populasi tertentu. Sementara itu, bukti mengenai
perlindungan finansial dan kepuasan warga lebih terbatas. Pengukuran kepuasan
konsumen terhadap sistem kesehatan telah dilakukan secara besar-besaran di
negara-negara anggota OECD melalui poling, namun hanya sedikit bukti yang
tersedia dari negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Masing-masing
negara mungkin memiliki beberapa bukti menyangkut perlindungan finansial dan
kepuasan konsumen dari survei nasional dan penelitian khusus. Ada baiknya bila
para pendiagnosis mengumpulkan dan meninjau informasi tersebut dan
mengembangkannya.
Beberapa sumber data sehubungan dengan karakteristik kinerja menengah
dan faktor-faktor lain untuk membantu menentukan kinerja sistem kesehatan yaitu:
• Pertimbangan kesehatan nasional, penelitian pembiayaan pelayanan kesehatan,
laporan finansial dengan data pengeluaran dan perolehan untuk memperkirakan
keefektifan;
• Survei rumah tangga dan laporan sistem informasi kesehatan tentang akses dan
pemanfaatan;
• Studi mutu dan laporan sistem informasi kesehatan tentang mutu pelayanan klinis;
• Statistik pemerintah, statistik organisasi profesional dan penelitian fasilitas tentang
ketersediaan fasilitas, SDM, peralatan, persediaan dan jumlah pelayanan;
• Data pasar apotek internasional, statistik pemerintah dan pasar swasta tentang
ketersediaan apotek dan penggunaannya.
Beberapa cara agar reformis dapat menggunakan bukti yang ada secara lebih
efisien:
• Mengerti literatur: Luangkan waktu untuk mengenali literatur yang relevan.
Kemungkinan ada orang lain yang pernah memiliki pemikiran atau menghadapi
masalah yang sama dengan yang ingin diatasi saat ini.
• Meminta saran: Dengarkan saran ahli nasional dan internasional untuk membantu
memilah literatur dan pengalaman di negara lain, namun berhati-hatilah pada saran
yang disertai upaya penjualan, misalnya sistem informasi komputer yang mahal.
• Perkiraan cepat: Tidak adanya bukti yang terperinci tentang masalah penting tidak
berarti metode yang relatif murah dan cepat tidak tersedia untuk membuat
perkiraan yang masuk akal. Perkiraan seperti itu mungkin akan sesuai dengan tujuan
kebijakan.
• Dukung penelitian yang bagus: Riset terapan yang nyata dapat memberikan bukti
yang lebih valid dan dapat diandalkan. Penelitian dapat memakan banyak waktu,
perencanaan dan sumber. Jika ingin memiliki data yang dibutuhkan, maka reformis
harus berpikiran maju.
Diagnosis dan Pengembangan Kebijakan: Beberapa Pengamatan Terakhir
Beberapa hal yang harus diingat:
• Bekerja mundur ke penyebab awal hingga dapat mengenali variabel yang
berpotensi untuk diubah, biasanya memerlukan pemikiran terbuka dan skeptis serta
energi dan rasa ingin tahu yang besar.
• Jangan langsung melompat ke kesimpulan – Identifikasi penyebab yang tidak tepat
akan menimbulkan kebijakan yang tidak terancang dengan baik. Hal ini tidak hanya
akan membuang energi dan kesempatan berharga, namun juga meremehkan
reformasi secara umum.
• Berpikiran ilmiah, tidak terlalu cepat menilai– Diagnosis akan menjadi sesat bila
penilaian evaluatif menutupi analisis ilmiah. Lakukan analisis ilmiah secara jelas,
skeptis dan cermat.
• Gunakan angka–Data dapat mendukung perilaku ilmiah. Data dapat menjadi alat
periksa penyimpangan dan penilaian yang terlalu dini. Entah itu DALY atau indikator
status kesehatan lainnya, data dapat menempatkan prasangka dengan baik. Dalam
rangka menggunakan informasi dengan bijak, para reformis harus mengetahui
asalnya, batasan-batasannya, hal-hal yang tidak tercantum dan asumsi. Hal itu
semakin mempertegas pentingnya pemahaman dalam analisis.
Sumber : Chapter 7 dari Buku Getting Health Reform Right : A Guide to Improving
Performance and equity