ch 5 organizational behaviour

6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXI Program Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014 ISBN : 978-602-70604-0-1 B-2-1 ANALISIS PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADA KONTRAKTOR DI SURABAYA Cecep Pribadi Program Studi Pasca Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesia e-mail: [email protected]/[email protected] ABSTRAK Green building merupakan suatu konsep bangunan ramah lingkungan yang diimplementasikan untuk mengantisipasi/meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh bangunan. Saat ini minat masyarakat dalam hal bangunan ramah lingkungan cukup tinggi, hal ini ditunjukkan dengan banyak bermunculan pembangunan dengan konsep green building. Oleh karena itu, peran kontraktor dalam membangun bangunan ramah lingkungan sangat penting. Karena bangunan dapat dikatakan green building memiliki beberapa aspek-aspek yang harus dipenuhi. Bangunan dapat dikatakan green building memiliki 6 aspek yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air, sumber dan siklus material, kualitas udara dan kenyamanan ruang, dan manajemen lingkungan bangunan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pada kontraktor dalam penerapan konsep green building di Surabaya. Untuk mengetahui seberapa jauh kontraktor dalam penerapan konsep green building di Surabaya. Penelitian awal dilakukan dengan studi literatur penelitian terdahulu. Kemudian pengumpulan data dengan penyebaran kuisoner pada pelaku industri konstruksi yaitu kontraktor di Surabaya tentang penerapan konsep green building. Data hasil kuisoner dikumpulkan dan diolah untuk dianalisa menggunakan uji statistik analisis faktor. Hasil menunjukkan dari 22 variabel menjadi 17 variabel setelah direduksi. Kemudian dihasilkan 5 faktor baru yaitu faktor pertama penggunaan sumber daya, yang mempunyai nilai sebesar 46,435%, faktor kedua manajemen lingkungan bangunan, yang mempunyai nilai sebesar 11,288%, faktor ketiga teknologi lingkungan bangunan, yang mempunyai nilai sebesar 7,618%, faktor keempat manajemen sampah konstruksi, yang mempunyai nilai sebesar 6,321%, faktor kelima manajemen limbah padat, yang mempunyai nilai sebesar 5,943% terhadap penerapan konsep green building pada kontraktor di Surabaya. Kata kunci: Green Building, Kontraktor, Surabaya, Konstruksi. PENDAHULUAN Perkembangan pembangunan dalam dunia konstruksi di Indonesia seperti perumahan, bangunan industri, bangunan perkantoran, bangunan komersial dan bangunan properti lain saat ini berkembang pesat. Pembangunan bangunan yang meningkat berakibat pada padatnya bangunan dan berkurangnya area terbuka. Berbagai fakta dengan fenomena tersebut dapat menimbulkan antara lain meningkatnya suhu udara dan perubahan iklim yang berdampak pada kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang berkelanjutan. Hal tersebut diperkuat bahwa kenyataannya 33% seluruh emisi CO2 yang ada di dunia dihasilkan oleh bangunan (World Green Building Council, 2008). Dalam Kompas (2009) oleh Priatman, bahwasanya salah satu perusak lingkungan adalah perumahan / bangunan yang mengkonsumsi 72% energi Nasional, oleh karena itu, untuk mengantisipasi / meminimalisir kerusakan lingkungan yaitu

Upload: ali

Post on 02-Feb-2016

7 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Mengenai individual dalam organisasi

TRANSCRIPT

Page 1: CH 5 Organizational Behaviour

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1B-2-1

ANALISIS PENERAPAN KONSEP GREEN BUILDING PADAKONTRAKTOR DI SURABAYA

Cecep PribadiProgram Studi Pasca Sarjana Teknik Sipil, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60111, Indonesiae-mail: [email protected]/[email protected]

ABSTRAK

Green building merupakan suatu konsep bangunan ramah lingkungan yangdiimplementasikan untuk mengantisipasi/meminimalisir dampak kerusakan lingkungan yangdisebabkan oleh bangunan. Saat ini minat masyarakat dalam hal bangunan ramah lingkungancukup tinggi, hal ini ditunjukkan dengan banyak bermunculan pembangunan dengan konsepgreen building. Oleh karena itu, peran kontraktor dalam membangun bangunan ramahlingkungan sangat penting. Karena bangunan dapat dikatakan green building memilikibeberapa aspek-aspek yang harus dipenuhi. Bangunan dapat dikatakan green buildingmemiliki 6 aspek yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi, konservasi air,sumber dan siklus material, kualitas udara dan kenyamanan ruang, dan manajemenlingkungan bangunan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor pada kontraktor dalam penerapankonsep green building di Surabaya. Untuk mengetahui seberapa jauh kontraktor dalampenerapan konsep green building di Surabaya. Penelitian awal dilakukan dengan studiliteratur penelitian terdahulu. Kemudian pengumpulan data dengan penyebaran kuisoner padapelaku industri konstruksi yaitu kontraktor di Surabaya tentang penerapan konsep greenbuilding. Data hasil kuisoner dikumpulkan dan diolah untuk dianalisa menggunakan ujistatistik analisis faktor.Hasil menunjukkan dari 22 variabel menjadi 17 variabel setelah direduksi. Kemudiandihasilkan 5 faktor baru yaitu faktor pertama penggunaan sumber daya, yang mempunyai nilaisebesar 46,435%, faktor kedua manajemen lingkungan bangunan, yang mempunyai nilaisebesar 11,288%, faktor ketiga teknologi lingkungan bangunan, yang mempunyai nilaisebesar 7,618%, faktor keempat manajemen sampah konstruksi, yang mempunyai nilaisebesar 6,321%, faktor kelima manajemen limbah padat, yang mempunyai nilai sebesar5,943% terhadap penerapan konsep green building pada kontraktor di Surabaya.

Kata kunci: Green Building, Kontraktor, Surabaya, Konstruksi.

PENDAHULUAN

Perkembangan pembangunan dalam dunia konstruksi di Indonesia seperti perumahan,bangunan industri, bangunan perkantoran, bangunan komersial dan bangunan properti lainsaat ini berkembang pesat. Pembangunan bangunan yang meningkat berakibat pada padatnyabangunan dan berkurangnya area terbuka. Berbagai fakta dengan fenomena tersebut dapatmenimbulkan antara lain meningkatnya suhu udara dan perubahan iklim yang berdampakpada kerusakan lingkungan dan pemanasan global yang berkelanjutan. Hal tersebut diperkuatbahwa kenyataannya 33% seluruh emisi CO2 yang ada di dunia dihasilkan oleh bangunan(World Green Building Council, 2008). Dalam Kompas (2009) oleh Priatman, bahwasanyasalah satu perusak lingkungan adalah perumahan / bangunan yang mengkonsumsi 72% energiNasional, oleh karena itu, untuk mengantisipasi / meminimalisir kerusakan lingkungan yaitu

Page 2: CH 5 Organizational Behaviour

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1B-2-2

salah satunya mengimplementasikan suatu konsep bangunan ramah lingkungan atau yangdisebut green building.

Green building mengacu pada praktek untuk meningkatkan efisiensi pada bangunandengan menggunakan sumber daya energi, air dan bahan sekaligus mengurangi dampakbangunan terhadap kesehatan manusia dan lingkungan hidup selama siklus hidup bangunan,melalui desain dan konstruksi yang lebih baik, operasional, pemeliharaan dan penguranganwaste (Frej, 2005). Green building dapat menawarkan tingkat resiko lebih rendah danmemberikan tanggapan positif pada lingkungan (Shiers, 2000). Bahwasanya green buildingadalah lebih baik yang diharapkan dengan semua hal yang dipertimbangkan (Kato dan Rask,2008).

Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan penelitian dengan melakukanpendekatan inovatif melalui pengetahuan berkelanjutan. Pendekatan inovatif melaluipengetahuan berkelanjutan itu sangat penting, bahwa pengetahuan terbaik terjadi danberkembang di arena negosiasi, kerjasama, dan penciptaan, dimana tujuan berkelanjutanadalah konstan, tetapi masukan, ide, dan saran bersifat pendekatan yang situasional (Rileydkk, 2006). Penggunaan green building menghasilkan hubungan efek langsung yang manapemahaman atau pengetahuan meningkat dan mengubah perilaku seperti kesehatan, kepuasandan produktifitas kerja menjadi meningkat (Kato dkk, 2009). Bahwasanya tingkat pendidikanmempengaruhi akan kesadaran terhadap lingkungan (Lynn, 2011). Maka, kesadaranlingkungan akan membangun bangunan yang ramah lingkungan atau green building adalahpenting untuk dimiliki.

Minat masyarakat dalam hal bangunan ramah lingkungan cukup tinggi saat ini. Mulaibanyak bermunculan pembangunan bangunan yang dilakukan pelaku konstruksi sepertikontraktor dengan konsep green building. Tetapi pada kenyataannya, kondisi di kotaSurabaya khususnya masih dalam keadaan panas, suhu meningkat dan berbagai dampakkerusakan lainnya. Karena suatu bangunan dapat dikatakan green building memiliki beberapapoin-poin atau aspek-aspek yang harus dipenuhi. Suatu bangunan dapat dikatakan greenbuilding memiliki beberapa aspek yaitu tepat guna lahan, efisiensi dan konservasi energi,konservasi air, sumber dan siklus material, kualitas udara dan kenyamanan ruang, danmanajemen lingkungan bangunan. Green building mengacu pada praktek untuk meningkatkanefisiensi pada bangunan mulai dari tahap desain sampai dengan penggunaan bangunan. Maka,konsep green building dapat terwujud oleh berbagai pihak atau pelaku konstruksi yang terlibatmulai desain bangunan oleh konsultan, pelaksanaan konstruksi bangunan oleh kontraktor, danberbagai pihak lain.

Jika dilihat dari konteks bangunan yang memperhatikan kelestarian lingkungan,menurut Hwang dan Ng (2000), green building dapat disebut juga green construction yangmengandung arti cara atau proses dalam membangun bangunan konstruksi denganmemperhatikan kelestarian lingkungan. Konsultan sebagai perencana desain bangunan dankontraktor berperan sebagai pelaksana bangunan. Kontraktor melaksanakan atau membangunbangunan sesuai dengan desain yang telah direncanakan oleh konsultan. Akan tetapi, meskiperanan mereka berbeda dalam menciptakan bangunan ramah lingkungan atau konstruksi,keduanya saling berkaitan mulai dari tahap desain sampai pelaksanaan konstruksi. Kontraktoryang berperan sebagai pelaksana konstruksi, mempunyai banyak peranan dan sebagai aktorpenting dalam terciptanya bangunan green sesuai desain yang direncanakan oleh konsultan.Bagaimana pelaksanaan cara penggunaan dan siklus material, penggunaan teknologi danperalatan konstruksi, manajemen lingkungan bangunan, manajemen sampah konstruksi danlain sebagainya yang telah kontraktor kerjakan dan bangun. Apakah sudah sesuai dengandesain yang telah direncanakan, atau apakah sudah membangun bangunan denganmemperhatikan kelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu, kontraktor mempunyai peran

Page 3: CH 5 Organizational Behaviour

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1B-2-3

besar dalam penerapan atau implementasi konsep green building supaya dapat membangunbangunan yang dapat dikategorikan green. Maka, ada peluang untuk dilakukan penelitianpada kontraktor sejauh mana bangunan yang telah dibangun dalam pemenuhan kriteriabangunan ramah lingkungan atau green.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor sejauh mana yang dapatdilakukan oleh kontraktor dalam penerapan konsep bangunan yang green berdasarkan denganberbagai studi literatur. Diharapkan dapat mengetahui aspek-aspek konsep green building apasaja yang sudah bekerja dan yang belum bekerja pada penerapan konsep green building olehkontraktor di Surabaya. Penelitian awal dilakukan dengan studi literatur penelitian terdahuluRashid dkk (2012), Kato dkk (2009), Armitage dkk (2011), Shiers (2000), Ofori dkk (2011),Riley dkk (2006), Low dan Goh (2010), DeLisle dkk (2012), Hwang dan Ng (2012), Lam dkk(2009), Hartanto (2000), Lam dkk (2009), Zhang dkk (2011). Maka, pembangunankeberlanjutan sebagai cara terbaik untuk mengatasi masalah kompleks terkait dengankerusakan lingkungan merupakan tidak hanya untuk kepentingan generasi sekarang dan masadepan, melainkan untuk keutuhan masa depan planet kita (Ofori dkk, 2011). Berdasarkan latarbelakang di atas, maka penelitian ini diangkat agar penelitian pendukung dan sebagai sumberinformasi.

METODE

Variabel penelitian terdiri dari 22 variabel yaitu penggunaan material sisa, materialecolabel, material yang dapat diperbaharui dan didaur ulang, material local, material import,material kayu yang ecolabel, lokasi material dekat, material kadar VOC rendah, materialkadar formaldehida rendah, material kadar merkuri rendah, penggunaan alat berat denganteknologi ramah, pengelolaan limbah padat, pengelolaan limbah cair, pengelolaan limbahorganic dan anorganik, penerapan komisioning dan testing, penerapan program ramahlingkungan, pengalaman proyek terkait, pengetahuan proyek terkait, sikap untuk kesadaran,konsep sebagai perubahan, aplikasi konsep sebagai teknologi dan aplikasi konsep sebagaitrend.

Populasi pada penelitian ini adalah para manager atau pimpinan proyek yang ada padaperusahaan kontraktor menengah ke atas yang ada di LPJK yang berpengalaman di bidangkonstruksi bangunan perumahan, perkantoran, pergudangan dan bangunan konstruksi lainnyayang ada di wilayah Surabaya.

Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu pemilihansampel secara non probabilistik, yang mana penunjukan langsung pada perusahaan kontraktoryang ada di wilayah Surabaya, karena tidak semua kontraktor menangani proyek bangunangedung atau properti.

Pengumpulan data melalui kuisoner dimana responden memberikan penilaianpenerapan konsep green building pada konstruksi yang telah selesai dikerjakan. Dalammenganalisa data, penelitian ini menggunakan metode analisis inferensial untuk melihatseberapa besar penerapan konsep green building pada kontraktor di Surabaya.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengolahan data untuk 22 variabel (X) dengan analisis faktor menggunakanperhitungan statistik program SPSS 20.0. KMO dan Bartlett’s Test merupakan dua ujikesesuaian data yang harus dilakukan sebelum menginterpretasikan hasil analisis faktor.Measure of Sampling Adequacy (MSA) adalah nilai statistik yang mengindikasikan proporsikeragaman pada variabel yang dapat dibuat landasan penggunaan analisis faktor. Jika nilaiMSA > 0.50, maka dapat disimpulkan bahwa variabel bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih

Page 4: CH 5 Organizational Behaviour

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1B-2-4

lanjut, atau dengan kata lain jika nilai MSA dari indikator nilainya < 0.5, maka indikatortersebut akan direduksi pada analisis faktor selanjutnya. Bartlett’s Test digunakan untukmenguji apakah indikator yang digunakan saling berkorelasi. Jika Bartlett’s Testmenghasilkan nilai signifikansi < 0.05 (α=5%), maka dapat disimpulkan bahwa indikatortersebut saling berkorelasi. Nilai KMO, signifikansi Bartlett’s Test serta nilai MSA yangdihasilkan dari analisis faktor dengan menggunakan 22 indikator penelitian.

Bahwa terdapat 5 indikator yang memiliki MSA < 0.5 yaitu indikator X1, X4, X5, X7dan X22, sehingga indikator-indikator tersebut akan direduksi pada analisis selanjutnya. NilaiKMO, signifikansi Bartlett’s Test serta nilai MSA yang dihasilkan setelah kelima indikatordengan MSA < 0.5 direduksi.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa nilai MSA pada setiap indikatornilainya di atas 0.5, sehingga lebih lanjut analisis faktor akan dilakukan dengan 17 indikatoryang tersisa. Nilai KMO sebesar 0.728 > 0.5, menunjukkan bahwa indikator-indikator yangdigunakan dalam penelitian ini bisa diprediksi dan bisa dianalisis lebih lanjut. Jugamenunjukkan bahwa Bartlett’s Test menghasilkan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05(α=5%), yang menunjukkan bahwa indikator-indikator yang digunakan saling berkorelasi dansesuai untuk digunakan analisis faktor.

Communalities (komunalitas) menunjukkan seberapa besar keragaman variabel asalyang dapat dijelaskan oleh indikator-indikator yang terbentuk. Dimana menunjukkan bahwanilai komunalitas dari 17 indikator yang digunakan masing-masing bernilai di atas 0.5, hal inidapat diartikan bahwa indikator-indikator yang terbentuk bisa menjelaskan minimal 50% darikeragaman data di variabel asal.

Banyaknya faktor atau komponen yang terbentuk dapat dilihat dengan Total VarianceExplained. Faktor yang menghasilkan nilai eigen yang lebih besar dari 1 adalah faktor-faktoryang dihasilkan dari analisis ini, atau dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa terbentuk 5faktor baru yang dalam konteks penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan dalam mencapaikeberhasilan kontraktor dalam penerapan konsep Green Building.

Diketahui bahwa faktor yang mempunyai nilai eigen lebih besar dari 1 adalahsebanyak 5 faktor. Total kumulatif keragaman variable asal yang dapat dijelaskan oleh kelimafaktor tersebut di atas adalah sebesar 77.605%. Pada grafik nampak bahwa faktor (komponen)yang memiliki nilai eigen lebih besar dari 1 adalah sebanyak 5 faktor, sedangkan sisanyamemiliki nilai eigen dibawah 1.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah berdasarkan analisis data dan pembahasanyang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa dari 22 variabel/indikator awal yangberpengaruh terhadap penerapan konsep green building pada perusahaan kontraktor diSurabaya, dapat direduksi menjadi 17 variabel yang selanjutnya dapat dikelompokkanmenjadi 5 faktor.

Faktor pertama terbeentuk dari 6 variabel/ indikator. Keenam variabel/indikator dapatdikelompokkan kedalam faktor penggunaan sumber daya, yang mempunyai nilai sebesar46.435% terhadap penerapan konsep green building pada perusahaan kontraktor di Surabaya.Faktor kedua terbentuk dari 4 variabel/ indikator. Keempat variabel/indikator dapatdikelompokkan kedalam faktor manajemen lingkungan bangunan, yang mempunyai nilaisebesar 11.288% terhadap penerapan konsep green building pada perusahaan kontraktor diSurabaya. Faktor ketiga terbentuk dari 4 variabel/ indikator. Keempat variabel/indikator dapatdikelompokkan kedalam faktor teknologi lingkungan bangunan yang mempunyai nilai sebesar7.618% terhadap penerapan konsep green building pada perusahaan kontraktor di Surabaya.

Page 5: CH 5 Organizational Behaviour

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1B-2-5

Faktor keempat terbentuk dari 2 variabel/ indikator. Kedua variabel/indikator dapatdikelompokkan kedalam faktor manajemen sampah konstruksi, yang mempunyai nilai sebesar6.321% terhadap penerapan konsep green building pada perusahaan kontraktor di Surabaya.Faktor kelima terbentuk dari satu variabel/ indikator. Variabel/indikator tersebut dapatdikelompokkan kedalam faktor manajemen limbah padat, yang mempunyai nilai sebesar5.943% terhadap penerapan konsep green building pada perusahaan kontraktor di Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdalla, G., Maas, G. and Huyghe, J. (2009), “Barriers to Zero Energy Construction (ZEC)”,PLEA 2009 – 26th Conference on Passive and Low Energy Architecture”, Quebec City,Canada, pp. 22-24.

Armitage, L., Murugan, A. and Kato, H. (2011), “A User Perception Survey of Green Office”,Journal of Corporate Real Estate, Vol.13, No.3, pp. 169-180.

DeLisle, J., Grissom, T. and Hogberg, L. (2011), “Sustainable Real Estate”, An EmpiricalStudy of the Behavioural Response of Developers and Investors to the LEED RatingSystem, Journal of Property Investment & Finance, Vol. 31, No. 1, pp. 10-40.

Eichholtz, P., Kok, N. and Quigley, J. M. (2009), “The Economics of Green Building”,Environmental Economics Review, Vol. 2.

Frej, A. (2005), “Green Office Buildings: A Practical Guide to Development”, The UrbanLand Institute, Washington, D.C, pp. 4–8.

Green Building Council Indonesia, (2012), “Greenship for New Building V 1.1”, GreenBuilding Council Indonesia: Divisi Rating dan Teknologi.

Hartanto, R. A. (2012), “Peranan Kontraktor dalam Konsep Green Building pada FaseKonstruksi”, Skripsi dalam http://dewey.petra.ac.id.

Heerwagen, J. (2000),“Green Buildings, Organizational Success and Occupant Productivity”,Building Research and Information,Vol.28,No.5/6, pp.353-67.

Hodgkinson, S. (1993), “Environmental Issues and the Workplace”, in Duffy, F., Laing, A.and Crisp, V. (Eds), The Responsible Workplace, Architectural Press, London, pp. 98-111.

Hoffman, A. J. and Henn, R. (2008), “Overcoming the Social and Psychological Barriers toGreen Building”, Journal of Organization and Environmental, Vol. 21, No. 4, pp. 390-419.

Hopkins, R. (2002), “A Natural Way of Building”, Transition Culture, Retrieved: 2007-03-30,dalam http://transitionculture.org.

Hwang, B. G. dan Ng, W. J. (2012), “Project Management Knowledge and Skills for GreenConstruction: Overcoming Challenges”, Sciverse Science Direct, Vol. 84, pp. 45-63.

Jones Lang & Wootton, McKenna & Company, Gardiner & Theobald (1991), “A NewBalance Buildings and the Environment”, A Guide for Property Owner and Developers,Vol. 25, pp. 63-81.

Kato, H., Too, L. and Rask, A. (2009), “Occupier Perceptions of Green WorkplaceEnvironment: The Australian Experience”, Journal of Corporate Real Estate, Vol. 11,No. 3, pp. 95-183.

Page 6: CH 5 Organizational Behaviour

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIProgram Studi MMT-ITS, Surabaya 19 Juli 2014

ISBN : 978-602-70604-0-1B-2-6

Lam, P. T. I., Chan, E. H. W., Chau, C. K., Poon, C. S. and Chun, K. P. (2009), “IntegratingGreen Specifications in Construction and Overcoming Barriers in Their Use”,American Society of Civil Engineers, Vol. 21, pp. 60-71.

Lynn, P. (2011), “Environmental Attitudes and Behaviour: Who Cares About ClimateChanges?”, Understanding Society, dalam www.iser.essex.ac.uk.

Low, S. P. and Goh, X. T. (2010), “Exploring Outer Space Technologies for SustainableBuildings”, International Journal of Facilities, Vol. 28, No. 1/2, pp. 31-45.

Ofori, A., Owusu, D. G., Edwards, D. and Holt, G. (2011), “Exploration of ManagementPractices for LEED Projects”, Lessons from Successful Green Building Contractor,Structural Survey, Vol. 30, No. 2, pp. 145-162.

Ofori, G. (1998), “Sustainable Construction: principles and a framework forattainmentcomment”, Construction Management Economic, Vol. 16, pp. 141-5.

Priatman, J. (2009), “LEED dalam Green Living and Design”, Property CommunityGathering, Surabaya, Kompas.

Rashid, M., Spreckelmeyer, K. and Angrisano, N. J. (2012), “Green Buildings,Environmental, Awareness, and Organizational Image”, Journal of Corporate RealEstate, Vol. 14, No. 1, 2012, pp. 21-49.

Rask, A. and Kato, H. (2008), “Enhancing Performance of Green Buildings: Report 2008,Occupiers of Green Star Rated Building Experience on How to Make the Best Use ofIt”, Bond University’s Mirvac School of Sustainable Development in collaboration withthe Green Building Council Australia, Gold Coast, Vol. 2.

Riley, D. R., Thatcher, C. E. and Workman, E. A. (2006), “Developing and Applying GreenBuilding Technology in an Indigenous Community: An Engaged Approach toSustainability Education”, International Journal of Sustainability in High Education,Vol. 7, No. 2, pp. 142-157.

Shiers, D. E. (2000), “Green Developments Environmentally Responsible Buildings in the UKCommercial Property Sector”, Journal of Property Management, Vol. 18, No. 5, pp.352-362.

Shrisvastava, P. (1995), ”Environmental Technologies and Competitive Advantage”, StrategicManagement Journal, Vol. 19, No. 3, Hal. 279-292.

U.S. Environmental Protection Agency (2009), “Green Building Basic Information”, dalamhttp://www.epa.gov.

U.S. General Services Administration (2009), “GSA Public Buildings Service AssessingGreen Building Performance”, Vol.2, dalam www.epa.gov.

World Green Building Council (2008), “World Green Building Trends”, dalamwww.worldgbc.org.

Zhang, X., Shen, L., Wu, Y. and Qi, G. (2011), “Barriers to Implement Green Strategy in theProcess of Developing Real Estate Projects”, The Open Waste Management Journal,Vol. 4, Hal. 33-37.