cerita rakyat nusa tenggara barat - …sastra.pnri.go.id/resources/uploads/flipbook/cerita rakyat...

188
Balai Pustaka TIDAK DIPERJUALBELIKAN Proyek Bahan Pustaka Lokal Konten Berbasis Etnis Nusantara Perpustakaan Nasional, 2011 CERITA RAKYAT NUSA TENGGARA BARAT

Upload: vuongthu

Post on 06-Feb-2018

430 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

Bala i P ustaka

T ID A K D IP E R J U A L B E L IK A NProyek Bahan Pustaka Lokal Konten Berbasis Etnis Nusantara

Perpustakaan N asional, 2011

CERITA RAKYATNUSATENGGARABARAT

CERITA RAKYAT NUSA TENGGARA BARAT

(Mite dan Legenda)

T ID A K D IPERJUALBELIKANProyek Bahan Pustaka Lokal Konten Berbasis Etnis Nusantara

Perpustakaan Nasional, 2011

Cerita Rakyat NUSA TENGGARA BARAT

(Mite dan Legenda)

OlehP royek P en erb i tan dan P enca ta tan

K ebudayaan D aerah

Perpustakaan Nasional Balai PustakaR e p u b l i k I n d o n e s i a

Diterbitkan oleh Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah

Hak pengarang dilindungi undang-undang

KATA PENGANTAR

K ebudayaan m eru p ak an w u ju d identitas bangsa . Pengem- bangan identitas bangsa adalah unsur u tam a di dalam rangka pen g em b an g an k e tahanan nasional un tu k m encapai kesa tuan bangsa. M esk ipun rakyat Indonesia terdiri dari berbagai suku dan m em punyai adat istiadat yang bela inan , hai itu tidak m engurangi rasa kesatuan. B ahkan kean ek a rag am an itu m en am b ah khasanah keb u d ay aan nasional.

Oleh sebab itu, segala w arisan lam a b e ru p a sejarah daerah, cerita rakyat, adat istiadat dan lain-lain perlu d ik em bangkan dan d isebarluaskan , sehingga dapat dihayati oleh seluruh bangsa In d o ­nesia, agar dapat tercipta iklim dan l ingkungan h idup yang lebih baik dan serasi.

B uku mengenai sejarah dan keb u d ay aan daerah yang dapat d ip e r tan g g u n g jaw ab k an baru sedikit sekali, sehingga tidak m em adai un tuk m en jad i bahan inform asi bagi seluruh rakyat In ­donesia . K e t id a k ta h u a n itu m e n y e b a b k a n o ran g k u rang m enghargai keb u d ay aan daerah , dan tidak suka menggali dari w arisan lam a itu.

O rang-o rang tua yang m engetahui ten tang seluk beluk keb u d ay aan daerahnya m asing-m asing banyak yang sudah men- inggal. Sadar akan kerugian yang akan kita derita kalau sampai keb u d ay aan daerah itu tidak kita b u k u k a n , m aka Proyek Peneli- tian dan P en ca ta tan K ebudayaan Daerah. D epartem en pendid ikan dan K ebudayaan m engadakan penelitian ke d aerah -daerah dan m enyusun naskah yang siap un tuk diterbitkan.

S elan ju tnya yang m enerb itkan naskah tersebut m en jad i buku ialah Proyek P enerb itan Buku Bacaan dan Sastra Indonesia dan D aerah D epartem en P dan K bekerja sama dengan PN Balai Pustaka .

M udah m u d ah an buku ini dapat m em berikan sum bangan bagi m em perkaya kebudayaan nasional.

J ak a r ta , 1981Proyek P enerb itan Buku Sastra

Indonesia dan D aerah

S A M B U T A N D IR E K T U R JE N D E R A L K E B U D A Y A A N D E P A R T E M E N P E N D ID IK A N D A N K E B U D A Y A A N

Proyek Inventarisasi dan D okum entasi Kebudayaan Daerah, D irektorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal K ebudayaan , D epartem en Pendidikan dan Kebudayaan dalam tahun Anggaran 1979/1980 telah berhasil m enyusun naskah Cerita Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat (Yang M engandung Nilai- Nilai Pancasila).

Selesainya naskah ini d isebabkan adanya kerjasama yang baik dari semua pihak baik di pusat m aupun di daerah, te ru tam a dari pihak Perguruan Tinggi, Kanwil Dep. P dan K. Pem erintah Daerah serta Lembaga Pem erin tah /Sw asta yang ada hubungannya.

Naskah ini adalah suatu usaha perm ulaan dan masih merupakan tahap penca ta tan , yang dapat d isem purnakan pada waktu yang akan datang.

Usaha menggali, m enyelam atkan , memelihara, serta mengem- bangkan warisan budaya bangsa seperti yang disusun dalam naskah ini masih dirasakan sangat kurang, teru tam a dalam penerbitan.

Oleh karena itu saya m engharapkan bahwa dengan terbitan naskah ini akan m erupakan sarana penelitian dan kepustakaan yang tidak sedikit artinya bagi kepentingan pem bangunan bangsa dan negara khususnya pem bangunan kebudayaan.

Akhirnya saya m engucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah m em ban tu suksesnya proyek pem bangunan ini.

7

PENGANTAR

Proyek Inventarisasi dan D okum entasi K ebudayaan Daerah, D irektorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Direktorat Jenderal K ebudayaan, D epartem en Pendidikan dan Kebudayaan dalam tahun anggaran 1979/1980 telah menghasilkan naskah Gerita Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat (Yang M engandung Nilai- Nilai Pancasila).

Kami menyadari baliwa naskah ini belumiah m erupakan suatu hasil penelitian yang mendalam , tetapi baru pada tahap pencata t- an, sehingga di sana-sini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang diharapkan dapat d isem purnakan pada w aktu-w aktu selan- ju tn y a .

Berhasilnya usaha ini berkat kerja sama yang baik antara Di­rek tora t Sejarah dan Nilai tradisional dengan Pimpinan dan staf Proyek Inventarisasi dan Dokum entasi K ebudayaan Daerah, Pe- merintah Daerah, K an to r Wilayah Departem en Pendidikan dan K ebudayaan, Perguruan Tinggi, dan tenaga akhli perorangan di daerah Nusa Tenggara Barat serta Leknas/LIPI.

Oleh karena jtu dengan selesainya naskah ini m aka kepada semua pihak yang tersebut di atas kami m enyam paikan penghar- gaan dan terima kasih.

Demikian pula kepada tim penulis naskah ini di daerah yang terdiri dari: 1 Nengah Kayun, Mahrip, Dinullah Rapes, Arsyad M uham m ad dan tim penyem purna di pusat yang terdiri dari: Bam bang Suwondo, Ahmad Yunus, Dr. S. Budi Santoso, Singgih Wibisono, M. Yunus Hafid, T.A. Syukrani.

Harapan kami dengan te rb itnya naskah ini m udah-m udahan ada m anfaatnya .

9

DAFTAR ISI

Halaman

Sam butan D irek tu r Jenderal K e b u d a y a a n ................................................. 7P e n g a n ta r . ................................................................................................................. 9Pendahuluan

1. Batu G o lo q . ............................................................................................... 212. Datu Langko...............................................................................................263. E m bung Putiq. ............................................................................................ 364. Gunung P u j u t .............................................................................................. .475. Haji Ali B a t u ................................................................................................ 546. Kebango R e n s e n g . ...................................................................................... .607. Raga D u n d a n g . ..............................................................................................688. Rare S iga r . ......................................................................................................759. R iwayat Datu P e jan g g iq . ..........................................................................84

10. R iw ayat Gaos Abdul R a z a k . ...................................................................9011. Tem piq — E m p iq . .....................................................................................10212. Tuan Guru Yang B e r d o s a ......................................................................11013. Wali N y a to q . ............................................................................................... 11914. Buen Lajenre ................................................................................................ 12615. Sari B u l a n ....................................................................................................13716. Indra Z a m r u d .............................................................................................14517. Menta D e a .................................................................................................. 15418. Ncuhi P a r e w a .............................................................................................15819. Asal Usul L i n t a h .......................................................................................16320. Sundari B u n g k ah ........................................................................................ 170

Lam piran-lampiran :

Peta, D afta r ceritera yang pernah diterb itkan , Keterangan menge- nai penutur, D afta r bacaan.

11

I. PENDAHULUAN

Tim Aspek Ceritera Rakyat Daerah Nusa Tenggara Barat ini bekerja atas dasar Surat Keputusan Kepala K antor Wilayah Dep. P dan K Prop. Nusa Tenggara Barat, tanggal 6 Juli 1979, No.: 505/ C.II/Sp, ten tang pengangkatan anggota tim proyek ini. Dan pe- laksanaan sepenuhnya berpedom an pada k e ten tuan -ke ten tuan yang digariskan di dalam buku Pola Inventarisasi dan Dokumen- tasi, Kerangka Laporan dan Pedom an Ceritera R akyat Daerah, Proyek Inventarisasi dan D okum entasi Kebudayaan Daerah, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Dep. P dan K 1979/1980, serta pengarahan yang diberikan oleh Tim Pusat ber tem pat di Cisarua, Bogor pada pertengahan tahun 1979.

A dapun laporan ketja ini disusun berdasarkan semua data yang te rkum pul sebagai basil kerja lapangan dan keputusan seluruh anggota tim yang terdiri dari 1 Nengah Kayun BA dari Bidang Ke- senian Kanwil Dep. P dan K selaku Ketua Tim, Mahrip, dari Kan- dep P dan K K abupaten Lom bok Tengah selaku anggota, Dinullah Rayes dari Kandep P dan K K abupaten Sumbawa sebagai anggota dan Arsyad M uham m ad dari Kandep P dan K K abupaten Bima sebagai anggota. Dan penggarapan laporan ini sepenuhnya berpe- dom an kepada pedom an yang telah kami sebutkan di atas.

Dengan pengantar yang telah d ikem ukakan dapatlah dilaporkan bahwa ceritera rakyat yang te rkum pu l dalam laporan ini berjum lah dua puluh. Ceritera-ceritera itu terdiri dari tiga belas ceritera ber- bahasa Sasak, dan dua buah berbahasa Sumbawa, tiga buah ber- bahasa Bima dan dua buah berbahasa Bali. Ceritera yang berbahasa Sasak lima buah m em pergunakan dialek Mriaq-Mriku, lima buah m em pergunakan dialek Meno-Mene, dan dua buah dengan dialek K uto-K ute, dan sebuah dengan dialek Ngeno-Ngene.

Di samping sebagai suatu kew ajiban sebagai pelaksana proyek, penyajian laporan ini ju g a m engandung m aksud un tuk menggam- barkan berbagai ben tuk dan jenis ceritera rakyat yang hidup di Daerah Nusa Tenggara Barat, ide atau pun nilai yang terkandung di dalamnya, masyarakat pendukungnya, posisinya dalam kehidup- an masyarakat dewasa ini, aspeknya dalam kehidupan sosial bu- daya serta wilayah penyebarannya.

13

Di saat te i jun di dalam lapangan, tim selalu berusaha un tuk m em enuhi ke ten tu an -k e ten tu an yang digariskan di dalam TOR. Tetapi te rnyata sering berhadapan dengan kenya taan-kenya taan yang tak dapat m em enuhi ke ten tuan . K enyataan tersebut meliputi tiga bal, yaitu tentang pan jangnya ceritera, um ur p en u tu r dan klasifikasi ceritera atas dasar ceritera anak-anak dan orang dewasa.

Tentang panjang pendeknya ceritera, anggota tim yang bekerja di K abupaten Sumbawa, m ula-mula mengambil lokasi Kecam atan Alas sebagai basis. Tetapi te rnya ta ceritera yang telah direkam setelah ditranskripsikan hanya mencapai tiga halaman, karena itu ceritera tersebut disingkirkan. D emikian juga dengan ceritera yang lain. Sesungguhnya di K ecam atan Alas masih banyak terdapat ceritera rakyat tetapi yang berhasil dijangkau te rnyata amat pen- dek. Untuk mengatasi hal te rsebut basis penelitian dialihkan ke K ecam atan-K ecam atan di Sumbawa bagian Timur. Di daerah ini tim berhadapan dengan kenya taan lain. Banyak orang tua yang dihubungi tidak bersedia un tuk direkam, dengan alasan bahwa dirinya tidak menguasai ceritera secara lengkap, sehingga tidak berani un tuk m en yam paikannya kepada tim, te ru tam a dalam ben tuk rekaman. Mereka m en un jukkan nama lain un tuk dihu- bungi, sehingga tim tidak berhasil m em pero leh p en u tu r yang amat ideal, dan terpaksa m em pergunakan p en u tu r yang sedikit di bawah ke ten tuan uniur minimal. Hal seperti itu dilakukan te rhadap pe- nu tu r ceritera Sari Bulan, yang berasal dari Kecam atan Empang, dengan mengingat bahwa p en u tu r adalah orang yang cukup ber- tanggung jaw ab un tuk m enjam in kem urn ian alur ceritera m aupun kem urn ian nilai ceritera. Demikian juga p en u tu r ceritera Buen Lajenre, yang pada w aktu rekam an diselenggarakan b e ru m u r tiga puluh sembilan tahun, tetapi pada tahun 1980 telah mencapai um ur 40 tahun. Sedangkan un tuk mengalihkan lagi ke K ecam atan lain keadaan tidak m em ungkinkan , oleh karena kete rba tasan yang berkaitan pula dengan kondisi geografis pulau Sumbawa yang m engharuskan pelaksana harus berada di lapangan dalam beberapa hari, iedangkan tugas-tugas lain yang juga m erupakan tugas negara harus diselesaikan, dengan lain perkataan anggota tim semuanya m em punyai tugas rangkap. U ntuk mencari tenaga lain adalah sa- ngat sulit dan kurang m eyakinkan akan keberhasilannya.

Dengan keadaan yang seperti itu dan dengan m enyingkirkan em pat buah ceritera yang sudah direkam dan ditranskripsikan, tim hanya berhasil m enam pilkan dua buah ceritera dari K abupaten Sumbawa. Demikian juga keadaannya dengan ceritera dari kelom- pok Etnis Mbojo (Bima dan Dompu). Setelah m enyingkirkan em- pat buah ceritera yang telah ditranskripsikan dan d ite ijem ahkan hanya bisa ditampilkan tiga buah ceritera.

14

Dari ceritera rakyat berbahasa Bali disingkirkan dua buah dari em pat buah yang direkam dan ditranskripsikan. Sedang dari ceri­tera rakya t berbahasa Sasak disingkirkan empat buah dari tu juh belas ceritera yang direkam. Dengan demikian un tuk mencapai ju m la h ceritera sebanyak dua puluh buah, telah direkam sebanyak tiga pu luh em pat buah ceritera.

Sesungguhnya dalam perencanaan tim berniat un tuk menam- pilkan lima buah ceritera dari ke lom pok etnis Sumbawa, lima buah dari ke lom pok etnis Bima delapan buah dari ke lom pok etnis Sasak dua buah dari ke lom pok etnis Bali. U ntuk m enutup i kekurang berhasilan itu d itam bahkan dengan ceritera dari ke lom pok etnis Sasak yang mem ang kaya dengan cerita rakyat.

P en u tu r-p en u tu r ceritera dari ke lom pok etnis Sasak dan Bali se luruhnya dapat mencapai usia yang d iten tukan di dalam TOR. Dem ikian juga halnya dengan usia p en u tu r dari ke lom pok etnis Mbojo (Bima).

K e ten tuan TOR yang tak dapat dipenuhi juga adalah garis yang m en en tu k an bahwa kegiatan ini hendaknya mencapai 15 buah ceritera un tu k orang dewasa dan lima buah ceritera un tuk anak- anak. Karena m enuru t pengam atan tim dan informasi yang dite- rima, tradisi ceritera rakyat di daerah Nusa Tenggara Barat, pada um u m n y a tidak mengenal pem batasan usia. Suatu ceritera yang sedang d i tu tu rkan pada um u m n y a terbuka un tuk semua umur. Bahkan suatu ceritera yang sepintas lintas tam paknya m engandung unsur-unsur erotis a taupun porno , te tap juga te rbuka bagi anak- anak. M enuru t informasi dari orang-orang tua keadaan seperti itu m em ang berlangsung sejak jam an dahulu. Tentu saja m enuru t sifat dan kadar nilainya suatu ceritera dapat kita ka tegorikan apakah lebih berm anfaat un tuk anak-anak ataukah un tuk orang dewasa, m en u ru t kecenderungan sifatnya.

Sebegitu ja u h sejak kegiatan ini dimulai di daerah Nusa Teng­gara Barat, dua tahun yang lalu hanya baru sebuah ceriteralah yang ditem ui terlarang diperdengarkan di depan anak-anak dan kaum wanita. Ceritera itu adalah ceritera Gunung Pu ju t satu-satunya ceritera yang masih disakralkan oleh pem iliknya, di antara kedua puluh ceritera yang te rdapa t dalam laporan ini. Oleh karena itu tim m elon ta rkan suatu kem ungkinan bahw a m ungkin sekali pada ja m a n dahulu ceritera yang bernilai sakral d itabukan un tuk di- dengar oleh orang perem puan dan anak-anak, karena wanita meng- alami mertstruasi sehingga sering berada dalam keadaan profan sedang anak-anak belum dapat mengendalikan diri un tuk menjaga kesakralannya.

Tetapi pada saat ini banyak ceritera-ceritera yang tam paknya seyogyanya bertalian dengan sesuatu yang sakral telah mengalami pergeseran nilai sehingga bebas diderigar oleh siapa pun dari dalam

15

keadaan apa pun juga. Yang masih te tap disakralkan pada saat ini adalah apabila sesuatu ceritera bersum ber pada suatu piagam dan penceritaannya dilakukan dengan m em baca piagam tersebut. Se- dang kalau d iceriterakan secara b e r tu tu r biasa unsur-unsur sakral- nya telah hilang dan dapat d i tu tu rkan secara biasa. Berbeda kalau d iceriterakan dengan pem bacaan piagamnya, harus dilakukan de­ngan upacara te r ten tu . Pembacaan piagam dengan upacara te r ten tu biasa dan masih dilakukan oleh m asyarakat Sasak dari kalangan bangsawan.

T u j u a n .

Tujuan dari kegiatan Proyek ini secara um um adalah agar Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya m am pu m enyediakan data dan inform asi kebudayaan un tu k keperluan pelaksanaan kebijakan kebudayaan , penelitian dan m asyarakat. Sedangkan secara khusus kegiatan ini b e r tu juan un tuk m engum pulkan dan m enyusun ba- han-bahan ceritera yang ber tem a mitologis/legendaris, dalam rang- ka penyebaran , penghayatan dan pengamalan Nilai-nilai Pancasila. (Pola Penelitian, Kerangka Laporan dan Petunjuk Pelaksanaan Ceritera Rakyat Daerah, 3, 3, 1, dan 3, 3, 2, 3.).

Atas dasar kedua pola tu juan tersebut tim aspek ceritera rakyat bergerak m engum pulkan data berupa rekam an ceritera rakyat, m en transkripsikannya kem udian m ente r jem ahkan ke dalam ba- hasa Indonesia. Di samping itu d ikum pulkan juga berbagai in fo r ­masi yang bertalian dengan ceritera tersebut, meliputi ke lom pok etnis pend u k u n g n y a dengan keyak inan /pandangan h idupnya , nilai- nilai yang te rkandung di dalam ceritera tersebut, wilayah penye- barannya, serta kaitan ceritera dengan keh idupan sosial budaya masyarakat pendukungnya. Data yang te rkum pul akan sangat be rm anfaat un tu k penelitian di tingkat Pusat, dalam rangka peng- galian nilai-nilai luhur yang masih te rpendam dan pengem bangan nilai itu yang akan m erupakan sumbangan sangat berharga dalam rangka m em bina ketahanan nasional dalam bidang kebudayaan. Secara khusus hai te rsebut akan sangat be rm anfaa t bagi ke lom pok etnis pendukungnya dan berarti juga sebagai usaha konkri t dalam mencegah lenyapnya suatu nilai budaya yang sangat berharga.

M a s a 1 a h .

Masalah pokok yang dijumpai dalam lapangan pada um um nya tidak berbeda dengan tahun yang lalu. Masalah itu adalah merupa­kan kenyataan bahwa tradisi berceritera secara lisan, yang dahulu merupakan suatu kebutuhan generasi, saat ini frekuensinya sangat menurun. Gejala itu terjadi bukan hanya di kota-kota, tetapi juga telah melanda daerah pedesaan. Meskipun menurut kenyataan

16

yang ada apabila seseorang sedang m enyam paikan ceritera lisan anak-anak akan be rkerum un m endengarkan.

M enurut pendapa t tim m enurunnya tradisi bcrceritera ita di- sebabkan oleh beberapa faktor. M asuknya jenis-jenis hiburan baru ke dcsa-desa seperti radio, tape recorder, cukup banyak mempe- ngaruhi dan m enyebabkan m inat masyarakat berpaling ke arali itu. Di samping itu p en u tu r yang benar-bcnar m ahir sudah banyak yang meninggal dunia. Saat ini banyak orang-orang tua yang masih m engetahui beberapa jenis ceritera, tetapi ja rang yang mengetahui sepenuhnya. K ebanyakan menguasai sebagian atau ada bagian yang d ilupakan, sehingga mereka menolak untuk direkam. Hai seperti itu d item ukan di K abupaten Sumbawa seperti d item ukan di muka. Di samping itu, d item ukan juga di K abupaten Lom bok Barat. Te- tapi sesungguhnya sebab yang paling drastis yang m enyebabkan m e n u ru n n y a frekuensi berceritcra secara lisan adalah karena ma- syarakat dan pem erin tah pada masa yang lalu kehilangan kesadar- an akan fungsi dan peranan ceritera rakyat sebagai media pendid ik­an, khususnya sebagai alat penyam pai dan pem binaan nilai-nilai yang harus dilestarikan. Kehilangan kesadaran akan hai itu menye- babkan kehad irannya mulai direm ehkan, tidak ada usaha, peme- liharaan, tidak ada usaha pem binaan, apa lagi usaha untuk mengem- bangkannya.

Maka m asalahnya sekarang adalah bagaimana kita mem bina sikap mental sehingga kebiasaan berceritera mulai ter tanam kem- bali, serta m enyadarkan m asyarakat akan pentingnya tradisi ber­ceritera secara lisan itu. Dan kenyataan ten tang langkanya penu tu r yang ideal m erupakan suatu masalah yang m engancam kelan ju tan tradisi berceritera secara lisan bila tidak segera diatasi.

Suatu masalah lain lagi yang ditem ukan adalah suatu masalah yang bertalian dengan TOR. Di dalam TOR diten tukan bahwa panjang ceritera minimal lima halaman kwarto. K eten tuan ini ter- paksa m enyebabkan tim m enyingkirkan beberapa ceritera yang tidak m em enuhi ke ten tuan TOR tentang panjangnya, pada hal ceritera itu cukup be rbobo t sebagai legenda. Tim hanya meng- ambil sebuah yang tidak terlalu pendek, yaitu empat halaman. Jika tidak te rb en tu r dengan ke ten tuan itu, maka sesungguhnya dalam laporan ini akan lebih banyak lagi ceritera yang dapat di- tam pilkan dari pulau Sumbawa.

Berdasarkan masalah yang dikem ukakan di atas m aka penulisan penginventarisasian ceritera rakyat daerah masih perlu d ilanjutkan p en ca ta tan n y a sebelum p en u tu r-penu tu r tua yang ju m la h n y a su­dah langka, meninggal dunia, karena tem ya ta ceritera rakyat m e­rupakan rekam an atau pun m enyim pan nilai-nilai luhur yang di- ju n ju n g tinggi oleh masyarakat pendukungnya. K eterlam batan penca ta tan , berarti akan m enim bulkan kerugian yang lebih banyak

17

lagi. Ternyata di daerah ini ju m lah ceritera masih banyak. Lebih- lebih kalau tidak diikat dengan pan jangnya ceritera.

Ruang lingkup dan latar belakang sosial budaya dan geografi.

Ruang lingkup wilayah kegiatan penginventarisasian kegiatan tim ini adalah Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang terdiri dari enam Kabupaten . Yaitu L om bok Barat, K abupaten L om bok Te- ngali, K abupaten L om bok Timur, yang ketiganya terletak di pulau Lom bok. K abupaten Sumbawa, K abupaten D om pu, K abupaten Bima, ketiganya terle tak di pulau Sumbawa. Seluruh daerah Nusa Tenggara Barat terdiri dari 56 Kecamatan. Luasnya 20.789 K m 2 m em bentang di antara garis 115° 45' — 119° 25' bu ju r T im ur dan antara garis 8°05 ' — 9° 10' Lintang Selatan. Di samping itu Nusa Tenggara Barat dikelilingi oleh Selat L om bok di sebelah Barat, Laut Jawa dan Laut Flores di sebelah Utara, Selat Sape di sebelah T im ur dan Samudera Indonesia di sebelah Selatan.

Jum lah p en duduk m enuru t sensus tahun 1971 adalah 2 .153 .413 terdiri atas 2 .191 .772 jiw a penduduk asli dan 6.641 jiw a warga negara asing. M enurut perkiraan ju m lah penduduk tahun 1976, 2 .492.981 terdiri dari 2 .476 .798 penduduk Indonesia asli dan 16.183 penduduk asing. Perkiraan tersebut dilakukan oleh Biro

Pusat Statistik Republik Indonesia.Sehubungan dengan kegiatan ini, sasaran penginventarisasian

adalah em pat ke lom pok etnis yang m emegang peranan penting dalam keh idupan sosial budaya di daerah Nusa Tenggara Barat. Mereka itu adalah m asyarakat Sasak, yang mendiam i pulau L o m ­bok, m asyarakat Sumbawa yang mendiami K abupaten Sumbawa dan M asyarakat Bima yang mendiam i K abupaten D om pu dan Bima. Masyarakat Sasak pada um u m n y a beragama Islam. Tetapi sebagian kecil ada yang beragama Budha. Masyarakat Bali pada u m u m n y a beragama Hindu sedang m asyarakat Sumbawa dan Bima beragama Islam.

Sehubungan dengan ke lom pok etnis yang hidup di daerah ini m aka kita pun m enem ukan beberapa bahasa daerah yang diper- gunakan dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan ke lom pok etnisnya. Bahasa Sasak dipergunakan oleh m asyarakat Sasak. Dan dipergunakan juga sebagai alat kom unikasi antar ke lom pok etnis di pulau Lom bok. Bahasa Bali d ipergunakan oleh m asyarakat Bali, bahasa Sumbawa oleh masyarakat Sumbawa, bahasa Bima oleh m asyarakat Bima.

Bahasa Sasak memiliki beberapa dialek. Dialek yang sudah um um dikenal adalah dialek Ngeno-Ngene, yang memiliki daerah penyebaran paling luas, yaitu daerah bekas kerajaan Selaparang. Dialek Meno-Mene tersebar di bekas kerajaan Pejanggiq. Dialek Mriaq-Mriku tersebar di daerah Pujut dan sekitarnya. Dialek Ngge-

18

to-Nggete tersebar di daerah Suralaga, Sembalun. Dan dialek Kuto- Kute tersebar di K ecam atan Bayan dan Narmada.

Pertanggungjawaban ilmiah prosedur penelitian.

Sebelum tim mulai bekerja di lapangan dan m engadakan survai kepustakaan dan setelah m enerim a pengarahan dari Tim Pusat di Cisarua, Bogor, pada pertengahan tahun 1979, terlebih dahulu K etua Tim m enyusun program operasional yang terdiri dari dua bagian, ya itu survai kepustakaan dan kerja lapangan. Penyusunan rencana keija lapangan didasarkan kepada em pat ke lom pok etnis yang paling berperanan di dalam keh idupan sosial budaya di dae­rah ini, ya itu ke lom pok etnis Sasak dan Bali di pulau L om bok dan ke lom pok etnis Sumbawa serta Mbojo yang mendiam i K abupaten Bima dan D om pu, keduanya di pulau Sumbawa. Penyusunan ang­gota tim pun kami susun atas dasar empat kelom pok etnis tersebut dan m em perh itungkan pula kondisi geografis dari daerah ini, se- hingga masing-masing ke lom pok etnis te rsebut terwakili di dalam tim, dan berdomisili terpencar. K etua Tim be rkedudukan di L o m ­bok Barat, seorang anggota tim b e rkedudukan di L om bok Tengah, seorang di K abupaten Sumbawa dan seorang lagi di K abupaten Bima. Ketiga anggota adalah Kepala-Kepala Seksi Kebudayaan, Kandep P dan K Kabupaten.

Dengan susunan seperti itu diharapkan langkah-langkah opera- sional akan dapat beijalan lebih lancar, m engingat Kepala-Kepala Seksi Kebudayaan , adalah personal-personal yang sangat mengenal kondisi m edannya, dan tidak akan mengalami ham b a tan dari segi bahasa serta s truk tu r kedinasan.

Setelah susunan tim dite tapkan dengan Surat K eputusan Kepala K an to r Wilayah Dep. P dan K Prop. NTB seperti yang dikemuka- kan, K etua Tim m em berikan pengarahan kepada para anggotanya ten tang tehnis pelaksanaan penginventarisasian ceritera rakyat de­ngan menggunakan m etoda observasi, wawancara dan rekaman, dan m em berikan dasar-dasar pengertian ten tang ceritera rakyat khususnya legende dan mite.

Setelah semuanya terasa je las anggota-anggota tim m em in ta in- formasi ten tang ceritera-ceritera rakyat yang ada di wilayah ma- sing-masing kepada para penilik kebudayaan yang tersebar di seluruh NTB. Di samping itu anggota tim m engadakan observasi sendiri dan m em in ta informasi kepada to k o h - to k o h masyarakat yang diperkirakan m engetahui di m ana adanya ceritera rakyat yang sedang diteliti. Atas dasar informasi itulah anggota tim di bawah pengam atan k e tua tim dengan bekerja sama dengan penilik K ebudayaan setem pat te i jun ke lapangan m elakukan pemilihan materi dan mencari p enu tu r yang ideal. Apa bila p en u tu r ideal dari segi usia tak bisa diperoleh, maka diusahakan p en u tu r yang

19

ideal dari segi kualitas. Apabila p en u tu r telah d item ukan , diberi- kan penjelasan seperlunya ten tang m aksud dan tu juan proyek serta m em berikan penjelasan yang bersifa t teknis tetapi tetap berpegang pada azas penelitian sehingga validitas data tetap ter- jam in keu tuhannya .

Setiap rekam an dimulai dengan m em berikan identitas penu tu r , tanggal dan tem p a t rekam an serta judu l ceritera. Sesudah itu baru- lah rekam an ceriteranya secara utuh. Apabila p en u tu r selesai me- n yam paikan ceriteranya, setelah jed a sesaat tim mulai melakukan w awancara dengan p en u tu r sebagai p enu tup rekam an, meliputi hal-hal seperti te rdapa t di dalam kesim pulan p en u tu r yang ter- dapat pada naskah setelah ceritera berakhir. Hasil wawancara dengan p en u tu r masih dilengkapi dengan wawancara terlepas de- ngan to k o h - to k o h m asyarakat atau pun orang-orang tua untuk m engetahui wilayah penyebaran suatu ceritera serta kaitannya dengan keh idupan sosial budaya m asyarakat serta berbagai aspek lainnya, dan dikompilasikan dengan hasil pengam atan tim sendiri.

Setelah rekam an selesai setiap anggota tim dari ke lom pok etnis yang bersangku tan m elakukan pentranskripsian dan m enterjem ah- kannya. Setiap hasil te r jem ahan tahap per tam a itu diserahkan kepada ketua tim. Dan ketua tim m elakukan penyun tingan (edit­ing) te rhadap te i jem ahan tiap anggota tim. Kondisi geografis dan kete rba tasan serta berfungsi gandanya setiap anggota tim menye- babkan penyun tingan dilakukan oleh ke tua tim sendiri, dan tidak sem pat ditinjau kem bali oleh anggota tim.

Adapun fo to - fo to p en u tu r sebagian dilakukan pada saat sedang rekam an ceritera berlangsung dan sebagian lagi dilakukan secara rekonstruksi oleh karena kegagalan pengambilan pertama. Dan fo to - fo to lokasi atau pun benda-benda yang bertalian dengan ceritera diusahakan m encapainya sepanjang kondisi mengijinkan. Dan ten tang ilustrasi diusahakan agar ilustrator dapat m em baca n askahnya sendiri.

A khirnya tim m engucapkan terima kasih kepada para p en u tu r serta kepada Para Pejabat, khususnya para Pejabat K an to r Dep. P dan K, baik Kepala Bidang Kesenian, K andep P dan K K abu­paten , m aupun Penilik K ebudayaan, atas semua ban tuan dan fasi- litas yang telah diterima, sehingga tim dapat m elakukan tugas dengan lancar.

Dan te ru tam a terima kasih kepada Bapak Kepala K an to r Wila­yah Dep. P dan K Prop. Nusa Tenggara Barat atas kepercayaan yang telah diberikan kepada tim un tuk m elaksanakan tugas ini.

Dan kepada semua pihak tim m em ohon m aaf apabila hasil kerja ini te rnya ta penuh dengan berbagai kelemahan.

M ataram, 5 Januari 1980.

20

1. BATU GOLOQ.*)

Pada jam an dahulu Padamara ini m erupakan hu tan belaka. R um ah-rum ah belum ada. Belum ada orang yang memiliki sesuatu. Demikian juga gang atau jalan. Yang ada adalah sungai Sawing. Di sebelah sungai Sawing itulah terle tak Batu Goloq yang akan d iceriterakan ini. Dari m anakah asalnya dan mengapa terletak di sana? Pada jam an dahulu di daerah Batu Goloq itu terdapat se­orang raja yang bernam a Noq Sediman. Letak kera ton kerajaan itu tak dapat d iketahui dengan pasti.

Pada w ak tu itu, h iduplah sebuah keluarga miskin. Sang istri bernam a Inaq L em bain1 dan sang bapak bernam a Amaq Lem- b a in 2). Mereka hidup dalam keadaan miskin dan sangat melarat. Bila Inaq Lembain tidak mengambil upah m enum buk padi anak- anak m ereka tak bakal dapat makan. Demikian juga keadaannya dengan sang suami. Ia selalu pergi ke hu tan mencari kayu api un tuk dijual kem udian d ipergunakan un tuk pembeli kebu tuhan sehari-hari.

Demikianlah, setiap hari Inaq Lembain berangkat mengambil upah m enum buk padi. Di m ana saja terdengar orang akan m e n u m ­buk padi ke sanalah ia pergi. Mereka m em punyai anak dua orang. Seorang w anita dan seorang lelaki. K eduanya masih anak-anak. Si kakak be rum ur dua tahun, sedang si adik be rum ur setahun.

Akhirnya berhasillah Inaq Lembain m em peroleh pekerjaan itu. Sedangkan kedua anaknya belum m en y en tu h m akanan sedikitpun

jua.Pada suatu saat berkata lah anak-anak itu:"Ibu, ibu, aku lapar. Aku mau m akan, ibu.""Baik anakku, tunggulah dahulu. Ibu akan pergi m enum buk

padi. Nanti setelah berhasil m em pero leh upah, itulah yang ibu akan tanak. Itulah un tuk m akanan nanti. Sabar dahulu ya anak­ku ." Demikianlah jaw ab Inaq Lembain.

*). D ite r je m a h k an dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa daerah Sasak d ia lek M riaq-M riku. B atu = b a tu . G o lo q = ku b an g . B egoloq = berk u b an g .

1), Inaq L em b a in = nam a. Inaq - ibu. L em b a in = bayam .2). A m aq L em bain = nam a. A m aq = b ap a , pak .

21

Setelah berhasil m em pero leh pekerjaan Inaq Lembain m em per- siapkan pelataran tem pat m en u m b u k dengan ja lan m em ulasnya dengan tai sapi, kem udian dibiarkan beberapa lama, agar pelataran itu menjadi kering.

Setelah semua siap, Inaq Lembain m em baw a kedua anaknya ke tem pat m enum buk . Di dekat tem pat itu te rdapa t sebuah batu. Batu ceper.

Ketika hendak mulai m enum buk d im and ikannya kedua anak itu walau pun belum diberikan m akan sejak tadi malam. Setelah k e ­dua anak itu bersih, lalu d idudukkan di atas ba tu ceper tadi. Jarak antara ba tu dan tem pat m enum buk itu, cukup renggang. Di dekat- nya terdapat sebuah lapan. Setelah itu ibunya berkata:

"D uduklah anakku. Ibu hendak beke ija agar kita tidak kelapar- an. T entu ibu dapat upah dari yang em punya padi."

Setelah itu mulailah Inaq Lembain mengambil padi dan mulai m enum buk. "Tung, teng, tung, teng," demikian bunyi alu itu terus menerus.

Tak berapa lama batu tem pat m ereka duduk itu terasa semakin naik. Mereka merasa bagaikan diangkat. Makin lama makin tinggi. Akhirnya memanggillah anak yang sulung.

"Ibu, ayah, batu ini makin tinggi,Ibu, ayah, dengarlah ka ta -ka taku ."M endengar itu ibunya berkata:"O, anakku tunggulah aku. Tak lama lagi anakku. Ibu baru saja

m en u m b u k ." Demikian Inaq Lembain terus m elan ju tkan pekerja- annya. Alunya terus bertalu-talu.

"Tung, teng, tung, teng." Setelah selesai pekerjaan awal, itu memanggil kembali:

"Ibu, ayah, batu ini makin tinggi saja.Ibu, ayah, dengarlah ka ta-kataku .""Ya anakku. Tunggulah sebentar lagi. Ibu akan m enam pi."

Terdengar kata Inaq Lembain dari atas pelataran. Batu Goloq itu kian lama semakin tinggi. Tingginya sudah setinggi orang. Dan terus meninggi.

Setelah selesai m enam pi, Inaq Lem bain m elan ju tkan pekerjaan - nya. Dan suara alu itu terdengar lagi.

"Tung, teng, tung, teng."Tak lama kem udian terdengar lagi anak itu memanggil."Ibu, ayah, ba tu ini makin tinggi.Ibu, ayah, dengarlah ka ta -ka taku .""Baiklah anakku. Tunggulah sebentar. Sekarang ibu akan mem-

bersihkan beras ini. Tunggulah tak lama lagi."Kian lama Batu Goloq itu kian meninggi saja. Sudah ham pir

setinggi pohon kelapa. Sedang pada pikir ibunya, bila pekerjaan belum selesai anak tersebut tak akan disentuhnya. Dengan demi-

22

kian anak itu berada di tem p a t yang semakin tinggi."Ah, sampai hati benar ibu m em biarkan aku seperti ini. Me-

ngapakah demikian perbua tan ibu. Demikian tinggi kini tem pa tku , tetapi masih juga aku belum diam bilnya."

Demikian pikir anak yang sulung itu dalam hati.Inaq Lembain bekerja terus. Semua antah d im asukkan ke dalam

lum pang kem udian d itum buk."Tung, teng, tung, teng." Bunyi alu itu berta lu terus. Tak lama

kem udian anak-anak itu memanggil lagi."Ibu, ayah, Batu Goloq ini makin tinggi. T idakkah kau dengar

ibu, t idakkah kau dengar ayah?""Ya anakku. Sebentar lagi. Sabarlah anakku. Tunggu dulu. Ibu

akan m enam pi dan m enyelesaikan semuanya. Sebentar saja anak­ku." Jawab Inaq Lembain kepada anaknya yang sudah berada di tem pa t yang tinggi.

Batu Goloq itu sudah melebihi tinggi pohon kelapa. Angin te- rasa keras m enerpanya. Demikianlah setelah selesai menyisih, Inaq Lembain m enam pi lagi dan m em buang antah yang masih tersisa. Beras yang sudah bersih d itaruh pada tem patnya. Pekerjaan itu tak banyak lagi. Hanya sedikit antah yang tersisa. Ketika itu anak tersebut memanggil lagi.

"Ibu , ayah, Batu Goloq ini semakin tinggi. Tidakkah kau dengar ibu, t idakkah kau dengar ayah?"

"Baiklah anakku. Sebentar lagi anakku. Ibu akan m emasak un- tukm u. Tetapi tunggulah sebentar lagi. Antah ini tinggal sedikit."

Sesudah itu Inaq Lembain m e lan ju tkan pekerjaan terakhir me- nyisihkan antah dari beras dan m em bereskan , seluruhnya. Sesaat m enjelang pekerjaan itu berakhir. Anak itu memanggil kembali. Mereka sudah ham pir tak tam pak lagi. Mereka berada pada tem- pat yang sangat tinggi. Tam paknya seperti dua ekor burung kecil yang hinggap di atas batu. Terdengarlah suara m ereka sayup sam- pai.

"Ibu, ayah, ba tu goloq ini semakin tinggi. Tidakkah kau dengar ibu, t idakkah kau dengar ayah?" Terdengar suara anak itu sangat samar. Pekerjaan sudah selesai semuanya. Mendengar suara sayup- sayup itu Inaq Lembain m enjadi terkejut.

"Di m anakah anak itu?" ia m em andang ke atas. Tetapi kedua anak itu tak terlihat olehnya. Tak terlintas dalam benaknya ten ­tang anaknya yang sudah berada pada tem pat yang sangat tinggi.

"Baiklah anakku. Pekerjaan ibu selesai. Ibu akan segera mena- nak. Bukankah kalian sangat lapar. Kem udian m akanlah segera.

Sekarang tunggulah." Kemudian Inaq Lembain m enyerahkan beras kepada pemiliknya. Sedang kedua anaknya belum juga diperhati- kan. Setelah beras diserahkan seluruhnya kepada pemilik, Inaq

23

Lembain menerim a upah berupa m enir dan beras, masing-masing satu k o b o k .3)

Hati Inaq lembain sangat gembira menerim a upah seperti itu dengan cepat menir itu d itanaknya dengan maksud un tuk sarapan sedang beras akan ditanak nanti untuk makan bersama.

Ketika Inaq Lembain sedang m emasak, memanggillah kembali anak itu. Suaranya tak terdengar lagi.

Dengan singkat d iceriterakan menir itu sudah masak. Ketika hidangan sudah dipersiapkan serta d ibubuhi garam, bersiaplah Inaq Lembain un tuk m enyam paikan kepada anaknya. Tiba-tiba ia sangat terkejut. Kedua anaknya berada di atas awan. Ham pir tak tam pak oleh mata. la sangat te rk e ju t dan kehilangan kesadaran. Dirinya dibanting-banting. la sangat menyesal tak m em perha tikan panggilan anaknya sejak tadi. la menangis sejadi-jadinya. Banyak kata-kata penyesalan diucapkan te rdorong oleh rasa kasih sayang kepada keduanya.

Akhirnya anak yang tam pak bagaikan burung kecil itu meng- hilang dari pandangan. Setelah lama m em banting diri mengeluar- kan kata-kata penyesalan segala akal tam paknya menjadi buntu.

Akhirnya ia berdoa kepada Tuhan."Ya Tuhan berilah ham ba jalan agar hamba dapat ber jum pa

kembali dengan anak-anakku. Sungguh hamba menyesal meng- abaikan panggilan mereka sejak tadi. O, beginilah nasib mereka, tak ku tahu begini akan nasibnya. Tak ada m aksud ham ba untuk mengabaikannya."

Setelah itu Inaq Lembain m em buka sabuknya. Setelah sabuk- nya te rbuka semua lalu berdoalah dia.

"O. Tuhan bantulah ham bam u ini. Semogalah dengan sabuk ini Batu Goloq itu terpenggal dan dapatlah ham ba bertem u dengan anak-anak." Setelah itu d itebasnya Batu Goloq itu dengan sabuk pada bagian pangkal. Ajaib, Batu Golog itu penggal, te rpo tong menjadi tiga. Potongan pertam a ja tu h di suatu tempat. Tem pat itu dinamai Desa G em bong disebabkan besarnya bunyi ja tu h a n batu itu sehingga tanah bergetar. Potongan yang kedua ja tu h di suatu tem pat yang hingga kini dinamai Dasan Batu, karena pada waktu itu ada orang yang melihat ja tu h n y a Batu Goloq itu. Dan p o to n g ­an yang ketiga ja tu h di suatu tem pat yang hingga saat ini dinamai M ontong T ek e r4,) karena bunyi run tuhan Batu Goloq itu mengge- legar seperti suara guruh.

Hingga dewasa ini ketiga bagian Batu Goloq itu masih dapat dilihat. Ketiganya pernah d ikram atkan orang, sering diziarahi dan

3). Satu k o b o k . taka ran beras trad is io n a l. K ira-kira berisi '/i Kg. (se tengah kU ogram ).

4 ) . T ek e r = p e tir , gu ruh .

24

m enjadi tem pat m em ohon sesuatu dan bertapa. K onon hingga dewasa ini ketiga potongan batu itu masih dipandang angker.

Selanjutnya diceriterakan kedua anak itu tidak ja tu h ke tanah melainkan terbang m enjadi burung. Anak perem puan itu m enjadi burung k e k u w o 5) sedang adiknya yang laki berubah menjadi b u ­rung k e l ik 6). Dan itulah sebabnya pula kedua pasangan burung ini tak m am pu mengerami telur, karena berasal dari manusia. Untuk m enetaskan te lur pasangan burung kuwo dan kelik selalu melepas- kan te lurnya pada burung gagak.

5). K uw o , K ekuw o = nam a sejenis bu ru n g .6). K elik , k ek elik = nam a sejenis bu rung .

25

2. DATU LANGKO.*)

M enurut ceritera tu ru n - tem u ru n pada zam an dahulu di Desa Langko. K ecam atan Janapria, K abupaten L om bok Tengah pernah berdiri sebuah kerajaan. Pendiri kerajaan itu ialah Raden Mas Panji Tilar Negara. la berasal dari Kerajaan Selaparang di L om bok Timur.

Pada suatu ketika Raja Selaparang m en itipkan pu tran y a yang bernam a Mas Panji Tilar Negara di Pulau Sumbawa. Ada pun se- bab m usabab te rjad inya penitipan tersebut, tidak d iketahui orang. Setelah cukup lama sang pu tra berada di pulau Sumbawa, diutus- lah seorang Patih yang bernam a Patih Wirabakti un tuk m em baw a kembali pu tra raja itu ke Lom bok. Tidak diceriterakan suasana Wirabakti dalam perjalanan.

Pada suatu w ak tu Mas Panji Tilar Negara bersama dengan Patih Wirabakti te lah tiba kem bali di Labuhan Haji. Singarepa pun se­gera berangkat ke Labuhan Haji un tuk m enyam bu t kedatangan Mas Panji Tilar Negara. Bersamaan dengan kedatangan Singarepa di Labuhan Haji, datang pula saudara kandung Mas Panji Tilar Negara yang bernam a Mas Pekan un tu k m en y am b u t kedatangan saudaranya. Sekaligus dengan m aksud un tuk m em persilakan Mas Panji Tilar Negara agar segera kembali ke Selaparang. Tetapi apa yang terjadi? Pada saat itu dan di tem pa t itu juga Mas Panji Tilar Negara berkata: "O, adikku, sayang kanda malu un tuk kem bali ke Selaparang, karena ayahanda raja sudah tak senang lagi pada diri kanda. Lebih baik kanda diam dan ber tem pat tinggal di Perwa ini."

Maka dibuatlah perkam pungan di Perwa oleh Mas Panji Tilar Negara bersama dengan pengiring-pengiringnya. Sedangkan Mas Pekan juga merasa malu kembali ke Selaparang, karena rakyat tidak setuju kalau ia m enjadi raja di Selaparang. Tidak berapa lama Mas Panji Tilar Negara b e r tem pa t tinggal di Perwa, ia dipersilakan oleh Patih Singarepa, un tuk m am pir di Wanasaba. Patih Singarepa m em punyai seorang putri bernam a Dewi Sinta. Ia m engharapkan agar pu tr inya dipersunting oleh Mas Panji Tilar Negara.

*). D ite rjem ah k an dari c erite ra ra k y a t b e rb ah asa Sasak d ialek M eno-M ene. D atu = raja.L angko = nam a desa .

26

"Moga-moga anakku d ijodohkan oleh Tuhan dengan Mas Panji Tilar Negara," demikian kata Patih Singarepa.

Sudah sejak lama Patih Singarepa m engum pulkan sapi, kerbau, beras, kayu bakar dan lain-lain. Semua itu dibersiapkan un tuk pesta perkaw inan pu tr inya dengan Mas Panji Tilar Negara.

Maka pada suatu hari Patih Singarepa mengadakan persiapan te rakhir di Wanasaba. Dewi Sinta disuruh mengenakan pakaian selengkapnya. Inang pengasuh beserta para dayang semua hadir. Mereka pada m engenakan pakaian yang indah-indah. Setelah se- m uanya lengkap, Mas Panji Tilar Negara dipersilakan datang ke Wanasaba. K edatangannya pun diiringi seluruh rakyatnya. Dan ia pun disambut oleh Dewi Sinta. D iceriterakan suasana ketika kedua insan ini bertem u pandang. Ketika iring-iringan tam u dari Perwa datang, biji mata Dewi Sinta terus m en ean di m ana dan bagaimana Mas Panji Tilar Negara. Ketika pandangan per tam a bertem u dalam sekejap Dewi Sinta pingsan tak sadarkan diri.

Sedangkan Mas Panji Tilar Negara, ham pir tak dapat bergerak. Kedua kakinya tak sanggup lagi m enopang berat badannya. Me- lihat kejadian itu semua dayang-dayang serta m erta m em baw a Dewi Sinta masuk pedalam an secepatnya.

Setelah peristiwa itu Mas Panji Tilar Negara bersama dengan semua pengiringnya dipersilakan masuk ke pedalam an Singarepa. Di sanalah Patih Singarepa m enceriterakan m aksud diadakannya pesta itu. Dengan berterus terang Patih Singarepa m engem ukakan m aksudnya yang sudah lama te rpendam , yaitu bila Mas Panji Tilar Negara tidak berkeberatan ia akan d ijodohkan dengan putrinya. Mengetahui maksud Patih Singarepa Mas Panji Tilar Negara pun berkata: "O, pam an Singarepa, bukanlah pam an m em aklum i sen­diri, ananda baru pulang dari rantau? Mana m ungkin ananda mem- punyai persiapan un tuk hidup berum ah tangga. Bila itu yang pam anda kehendaki, bersabarlah dahulu un tuk berapa lama." Mendengar jaw aban itu Patih Singarepa m elan ju tkan: "A nandaRaden Mas Panji Tilar Negara paman sangat senang m endengar penu tu ran ananda itu. Dalam kesem patan yang baik ini paman akan menjelaskan, bahwa segala sesuatu mengenai kebu tuhan hidup berum ah tangga, paman telah persiapkan semua. Ananda tak usah khaw atir tentang hal itu. Yang penting bagi pam an seka- rang, hanyalah kesediaan ananda un tuk m elaksanakan perkawinan dengan putri pam an."

"Paman Singarepa, bila paman sanggup m enderita bersama ananda, serta tak akan menyesal di kem udian hari, m aka ananda pun tak berkebera tan un tuk melangsungkan pern ikahan dengan Dewi Sinta, putri pam an."

"Pangeran apapun yang akan terjadi kelak, pam an telah siap untuk tetap bersama Pangeran, baik dalam keadaan sedih duka

27

m aupun riang gembira," demikianlah jaw ab Patih Singarepa.Setelah pem bicaraan mengenai pern ikahan ram pung, maka di

desa Wanasaba pesta besar-besaran selama tu juh hari tu juh malam. Setelah pesta pern ikahan sudah lewat beberapa lama, pada suatu hari Mas Panji Tilar Negara berunding dengan Patih Singarepa.

"Pam an Singarepa, kiranya w ak tu un tuk bersenang-senang sudah cukup. Sekarang sudah tiba w ak tu n y a bagi kita untuk me­lan ju tkan perja lanan mencari tem pa t baru yang akan kita jad ikan desa tem pat tinggal kita semua."

"Pangeran ju n ju n g an kami semua, apa saja t itah Pangeran, akan paman ju n ju n g di atas kepala paman. Ke mana arah yang akan d itun juk oleh Pangeran, kami semua siap un tuk m em ban tu dan m engikuti ."

Keesokan harinya, berkum pullah semua rakyat yang berada di Wanasaba. Setelah berkum pul, d iberitahukanlah un tuk mencari tem p a t baru yang akan dijadikan desa. Semua ahli nu jum dan ahli palak dim inta p en d apa tnya masing-masing un tuk m enen tukan arah mana yang harus dituju.

"Hai semua ahli nu jum , m aupun ahli palak, cobalah kalian tun- ju k k a n sekarang, di mana tem pat tinggal yang harus kubangun. Di mana aku dengan semua rakya tku harus menetap. Tun jukkan tem pat itu sehingga aku dengan rakya tku dapat mencapai keba- hagiaan lahir ba tin ."

Setelah berp ik ir beberapa lama, maka para ahli nujum m aupun ahli palak telah mencapai kata sepakat. Salah seorang dari mereka segera m engatu rkan sembah.

"Pangeran, ju n ju n g an kami bila tekad telah bulat di hati P a ­ngeran un tuk mencari tem pat m em bangun desa baru, maka m e­nuru t pikiran kami semua ada, arah yang harus Tuanku selusuri ialah arah barat daya. Kiranya demikianlah m enuru t pikiran kami yang bodoh ini."

Lebih jau h para ahli nu jum m em berikan p e tu n juk -pe tun juk se lan ju tnya bahwa Pangeran Mas Panji Tilar Negara bersama de­ngan seluruh rakya tnya yang sedang dalam perjalanan mencari tem pat baru, hendaklah memilih Gunung Tem beng sebagai tem pat peristirahatan yang pertama.

Keesokan harinya d ikerahkannyalah seluruh rakyat baik yang berada di Perwa m aupun di Wanasaba un tuk mengiringi Mas Panji Tilar Negara, sesuai dengan petun juk para ahli nujum. Perjalanan sulit sekali. Berat dan sangat melelahkan, karena harus melalui hu tan belukar yang jarang atau yang tak pernah dilalui manusia. Para pengiring harus m eram bas ja lan sendiri, dan m em bersihkan belukar yang harus diseberangi. N am un segala kesulitan dapat di- atasi dengan sempurna, karena tekad yang bulat, untuk mencari tanah baru.

28

Dem ikianlah setelah perjalanan d ilan ju tkan ham pir satu hari, tepat seperti yang telah d ikem ukakan para ahli nujum , rombongan akhirnya sampai di Gunung Tembeng. Dan karena hari sudah ham- pir malam, m aka kem ah-kem ah segera didirikan.

Pada waktu tengah malam, sevvaktu semua anggota rom bongan telah beristirahat di dalam kem ahnya masing-masing, sang Pange­ran keluar dari dalam kemah. U ntuk beberapa lama beliau duduk sendiri tanpa gangguan. Pandangan tem p a t diarahkan ke arah barat daya. Tiba-tiba bagaikan dalam mimpi sang Pangeran melihat ca- haya m em ancar, tegak lurus dari suatu tem pat entah di mana. U ntuk sesaat lamanya sang Pangeran tertegun sambil bertanya dalam hati. "B enarkah pandanganku kali ini? T idakkah saya di- bohongi oleh keinginan yang menggelora dalam hati sendiri untuk tem pa t yang barn?" Pandangan sekali lagi d itu jukan ke tem pat cahaya m em ancar itu. Benar, m em ang benar. Dari dalam hutan yang ja u h mem ang ada cahaya mem ancar. Dan cahaya itu meman- car dari suatu tem p a t di sekitar hutan Lengkukun. Diceriterakan juga bahw a dalam semua per ja lanannya Mas Panji Tilar Negara selalu m em baw a seekor ay am hutan. Sejak perja lanan dari Sum­bawa, ayam hutan ini tidak pernah ditinggalkan. Memang sang Pangeran sangat sayang kepadanya. Pada saat sang Pangeran se­dang m enyendiri di luar kem ah pada malam itu, ayam hutan itu ju g a tak hen ti-hen tinya berkokok. la terus berkokok sepanjang malam m enghadap ke arah hutan Lengkukun. K eesokan harinya ketika fa jar menyingsing, ketika para pengiring sudah bangun sem uanya, Mas Panji Tilar Negara berkata:

"Hai pam an Singarepa bersama dengan seluruh panakaw an dan segenap pengiring, mari kita m elan ju tkan perjalanan. Semoga Tu- llan te tap bersama kita ." Patih Singarepa m enjaw ab:

"Baik Pangeran, perjalanan akan kita lan ju tkan dan semua ke- m ungkinan yang bisa terjadi kami siap m enghadap inya ."

Setelah sang surya telah mulai m enam pakkan diri di kaki langit sebelah timur, rom bongan Pangeran Mas Panji Tilar Negara sudah mulai bergerak. Arah yang d itu ju sekarang ialah Hutan Lengku­kun. Letak hu tan , tem pat cahaya m em ancar itu tidak bertentang- an dengan para ahli nujum.

Gerak rom bongan dalam perja lanan hari ini sangat lambat. Senja hari rom bongan telah tiba di suatu tem pat yang bernam a Saba. Di tem pat ini rom bongan m endirikan kemah, karena memang perjalanan sudah tidak m ungkin dapat d ilan ju tkan lagi.

Pada malam hari kelakuan ayam hu tan sang Pangeran tetap seperti pada perkem ahan di Gunung Tembeng. Ayam hutan itu selalu berkokok dan terus berkokok sepanjang malam. Kelakuan- nya persis seperti ayam hutan ja n ta n yang melihat lawan jenisnya. Sedang arah yang dipandang tetap arah selatan di m ana Hutan

29

Lengkukun yang terkenal a n g k e r - te rb e n ta n g ke tika semua p e ­ngiring tidur lelap ditelan mimpi. Mas Panji Tilar Negara ke luar kemah. Tak seorang pun yang m engetahui bahwa cahaya yang m em ancar dari Hutan Lengkukun yang terle tak di sebelah barat daya masih te tap terlihat dengan jelas.

K eesokan harinya sang Pangeran dengan segenap pengiringnya kem bali m e lan ju tkan perja lanan. Sehari penuh dalam perjalanan, baru lah m ereka tiba di suatu tem pa t yang bernam a M ontong Sawur. K em ah-kem ah juga segera didirikan karena m atahari akan segera menghilang. Hingga sa'at itu tem pat itu masih bernam a Da- san Siwi, karena rakyat yang mengiringi perja lanan Mas Panji Tilar Negara yang sampai di tem pat itu be r jum lah seribu orang. Dasan Siwi asal kata Sewu atau seribu. Setelah itu, sang Pangeran ber- kata:

"Hai Pam anku semua, segeralah dirikan kem ah di tem pat ini. Di sini kita akan bermalam. Dan aku dengan beberapa pengiring akan m elan ju tk an perja lanan ini un tuk m erin tis jalan. Terus terang aku ka takan bahwa aku sendiri sangat bingung di tem pat ini."

Maka beliau pun m elan ju tkan perjalanan. Sedang rakyat yang lain menunggu di perkem ahan masing-masing. T u juan perja lanan ialah H utan Lengkukun, tem pa t cahaya m em ancarkan sinarnya pada tiap-tiap malam.

Pengalaman sang Pangeran dalam perja lanan singkat ini tidak diceriterakan. D iceriterakan sang Pangeran telah berada di suatu tem p a t yang bernam a Lingkoq Beleq1 ), sedang hari sudah men- je lang petang. Oleh karena sang Pangeran masih juga tetap bingung, maka disuruhlah dua orang pengiring un tuk m endaki tem pat asap itu mengepul, tidak ja u h dari L ingkoq Beleq itu. Kedua orang pe­ngiring itu m em atuh i perin tah sang Pangeran. Tatkala perja lanan telah sampai di suatu tem pat yang bernam a Lendang Batu B ulan2), kedua orang petugas itu tiba-tiba berhenti. Dengan perasaan taku t yang ham pir tak terkendalikan, kedua orang itu keluar keringat dingin. Mereka berdiri bagaikan buah patung, m ata m e lo to t tak terkedip , dengkul menggigil tak dapat dikuasai, karena di hadapan m ereka sudah m engadang suatu m akhluk yang terkenal dengan nama Datuq J a b u t3).

M encium dan melihat kedatangan manusia di hu tan itu. Datuq Jabu t sangat dahaga. Karena pada kali inilah ia akan dapat menge- cap ken ikm atan daging manusia. Sekarang rezeki sudah di depan mata. Hati siapa yang tidak akan bahagia.

D atuq Jabu t m enegur kedua tamu yang tak diundang itu.

1). L in g k o q = sum ur. B eleq = besar.2). L en d an g = p adang . B atu = b a tu . B ulan = bulan .

3). D a tu q J ab u t, adalah m a k h lu k super n a tu ra l, ra ja jin .

30

"Alangkah bahagianya, ha ha ha alangkah bahagianya. Kali inilah aku akan m enikm ati daging m anusia ha ha ha, ya, daging manusia. Pertam a yang berani m engin jakkan kakinya di hu tan ini, ya inilah m anusia per tam a yang berani datang ke mari, ha ha ha alangkah bahagianya." D atuq Jabut itu ialah m akhluk gaib yang menjaga H utan Lengkukun. R am b u tn y a panjang m enyapu tanah, m atanya besar dan bersinar seperti cahaya lampu petrom aks.

Dialah raja j in di seluruh Pulau Lom bok. Anak buahnya tersebar di hu tan L engkukun hingga Gunung Rinjani. Karena sangat takut kedua petugas itu berkata sambil menggigil: "O Dewa, ham ba m ohon d iam puni atas kelancangan ham ba datang di tem pat ini. Dan kedatangan ham ba sebenarnya adalah atas per in tah sang Pa­ngeran Mas Panji Tilar Negara." M endengar nam a itu, D a tuq Jabut menjadi lemah. Maka ia bertanya:

"Sang Pangeran! Betulkah Mas Panji Tilar Negara yang m enyu- ruh kalian datang ke tem pa t ini? Bila benar di m anakah Sang Pa­ngeran sekarang? Tetapi awas, bila te rnya ta kalian m em berikan keterangan palsu, maka kalian tak akan ku ampuni lagi. Dagingmu yang harum itu akan m enjad i santap malamku. Dan aku bakal menjadi m akhluk yang paling bahagia, ha ha ha." Kedua petugas itu dengan gugup m em berikan keterangan.

"A m puni ham ba, O Dewa, ham ba m em ang m engatakan yang sebenarnya. Sang Pangeran Mas Panji Tilar Negara m em ang benar m em erin tahkan ham ba pergi ke tem pat ini. Sekarang beliau sedang menunggu kedatangan hamba. Tem patnya tidak jauh . Percayalah pada kami yang lemah ini, O Dewa. Sang Pangeran sedang berada di Lingkoq Beleq."

"Bagus, bagus. Bila benar apa yang kalian ka takan kem balilah m enem ui Pangeran. K atakan pada Pangeran, bahwa aku, Datuq Jabut yang menguasai Hutan Lengkukun ini, telah siap m enerim a kedatangan beliau, yang mulia Mas Panji Tilar Negara."

Kedua petugas itu segera kembali bergegas-gegas. Mereka sudah tak ingin lebih lama lagi berhadapan dengan m akhluk yang luar biasa ini. Dengan berlari mereka m enem ui Mas Panji Tilar Negara, yang masih menunggu di Lingkoq Beleq. Setelah sampai, lalu menceriterakan pengalaman yang baru saja dialaminya, dan sekali- gus m enyam paikan pesan Datuq Jabut yang sudah siap menunggu dan menerim a kedatangan beliau di Hutan Lengkukun. Setelah berpikir beberapa saat, sang Pangeran berkata:

"E, Paman Singarepa, bagaimana pikiran paman j ik a kita penuhi saja perm intaan Datuq Jabut itu? M enurut pikiran ananda, sebaik- nya kita penuhi. Karena kita sudah tak m ungkin lagi dari apa saja yang m ungkin akan teriadi. Mari kita berangkat sekarang, sambil m em ohon perto longan kepada Tu'iari Yang Maha Esa." Jawab

Patih Singarepa:

31

"Apa yang baik m en u ru t Pangeran, kami akan ikuti. M udah- m udahan tak ada aral melintang. Mari kita berangkat."

D em ikianlah Mas Panji Tilar Negara bersama dengan pengiring- nya berangkat meninggalkan Lingkoq Beleq, m enu ju Hutan Leng­k u kun , tem pa t tinggal Datuq Jabut. K edatangan Mas Panji Tilar Negara bersama rom bongan itu, disongsong dan disam but oleh D atuq Jabut dengan ram ah tamah. Sambil m engha tu rkan sembah, D atuq Jabut berkata dengan khidm at:

"Pangeran ju n ju n g a n ham ba, ham ba m en y am b u t dan m enerim a kedatangan Pangeran dengan penuh kegembiraan. Puji Sukur yang setinggi-tingginya ham ba pan ja tkan , atas kerelaan Pangeran yang berkenan datang ke tem pat ham ba ini. A pakah sebenam ya tu juan Pangeran berada di tem pat ini? Bolehkah ham ba m engetahu inya?"

"O, D atuq Jabut, m aksud dan tu juan ananda datang di tem pat ini, ialah dalam rangka mencari tem pa t un tuk m em bangun sebuah desa. Bila pam an bersedia m em b an tu ananda untuk m em bua t desa di tem pat ini, ananda berm aksud akan m enetap di tem p a t ini."

"H am ba sungguh bersenang hati m endengar penu tu ran Pange- ran. H am ba bersukur atas kesediaan ananda be r tem p a t tinggal di tem p a t ini. Hal itu berarti ham ba akan te tap bersam a Pangeran. Ham ba sanggup m em b an tu Pangeran un tuk m em b u a t desa di te m ­pat ini. Paman akan m enyum bangkan semua yang pam an punya. Ya, segalanya. Pam an akan kerahkan seluruh rakyat mulai yang b e r tem p a t tinggal di sini, sampai yang be r tem pa t tinggal di G u­nung Rinjani."

M endengar itu Pangeran Mas Panji Tilar Negara lalu duduk di suatu tem pat. Melalui tem pat itu sang Pangeran berdoa.

"M udah-m udahan atas kem urahan serta kekuasaanm u Ya Tuhan desa yang akan ham ba bangun di tem pat ini dapat selesai dalam w aktu satu malam ."

Pada malam itu juga D atuq Jabu t m engerahkan seluruh rakyat- nya un tuk bekerja dengan penuh semangat m em bangun desa Lang­ko. Utusan segera dikirim sampai ke Gunung Rinjani. Dan pada malam itu semua j in tanpa kecuali beke ija bersungguh-sungguh.

Makhluk seperti ini tak mengenal ka ta lelah dan berat. Semua yang dijum pai disapu bersih. P ohon-pohon di dalam hu tan semua di- cabut. Batang yang besar d ipergunakan m enim buni bagian yang rendah. Tanah yang agak tinggi dibikin rata. Dan pada malam itu juga selesailah desa itu.

Tatkala semua pengiring bangun pada keesokan harinya, m ereka m enjadi heran. Mereka saling bertanya , nam un tak seorang pun yang tahu. M enurut pikiran mereka, semua ini dapat terjadi hanya

32

karena kep in ta ran sang Pangeran. Mereka mengira Pangeran Mas Panji Tilar Negara m em punya i Mong Guna M ong4).

Dem ikianlah desa idaman Langko telah m enjad i kenyataan. R akyat semua bergembira, karena semua pengorbanan dan jerih payah m ereka selama ini tidak sia-sia. U ntuk selanjutnya mereka m em bangun sebuah istana dan k eb u tu h an yang lain. Rakyat pun m em bua t tem p a t tinggal m ereka masing-masing.

Setelah berja lan beberapa tahun, Desa Langko telah m enjadi Kerajaan Langko. R akyat hidup dalam keadaan aman dan damai serta sentosa bahagia lahir bathin. Setiap tahun m ereka m engada­kan peringatan hari ja d in y a Desa Langko. Dalam peristiwa seperti ini, Mas Panji Tilar Negara langsung bersabda kepada seluruh rak- yatnya.

"Wahai rakya tku sekalian, sekarang adalah hari jad i Desa Lang­ko. Pantas sekali kita sam but datangnya hari ini dengan penuh kegembiraan. Kita akan m engadakan pesta dan keramaian. Jangan kalian lupa un tu k mem asang lampu di seluruh pelosok Negeri, se- bagai lambang terima kasih kita semua kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selaku kegiatan per tam a dalam rangka m en y am b u t hari jad i Desa Langko, pertam a-tam a kalian harus m em bua t sebuah paos- an5) yang terle tak di tengah-tengah sebuah lapangan luas. Pekerja ­an itu harus dilakukan oleh para ahli yang te rdapa t di seluruh negeri. Laksanakanlah secara gotong royong. Pada bagian khusus dari paosan itu, tidak boleh digarap oleh sembarang orang, karena tidak semua orang dapat m engeijakannya."

Sebelum hari pemasangan lampu jo jo r 6) yang akan dilakukan oleh raja Langko tiba, seluruh rakyat berlom ba-lom ba mencari buah jarak. Barang siapa berhasil m engum pulkan paling banyak akan m endapa t hadiah dari raja. Dan hadiah dari raja bagi rakyat Kerajaan Langko, berarti suatu anugrah sakti. I tulah sebabnya, m aka perlom baan m engum pulkan buah ja rak diikuti oleh seluruh rakyat dengan penuh semangat. Sekitar paosan itu yang m erupa- kan tem pa t pelaksanaan pesta kerajaan dibangun te ta r in g 7). D e­ngan demikian pesta m em peringati hari jadi Desa Langko telah siap semuanya.

4). M ong G una M ong, adalah suatu b en d a a ja ib yang d a p a t m em en u h i segala p e rm in ta - an (sebangsa k o ta k w asia t).

5 ) . P aosan , b an g u n an k e c il b e rb e n tu k segi e m p a t, b e rtia n g e m p a t, ta n p a te m b o k di- lengkap i dengan ba la i-ba la i u n tu k dud u k sehari-hari m au p u n u n tu k ta m u . T e rle ta k di h a lam an .

6). L am pu j o j o r , adalah lam pu yang d ib u a t dari b uah ja ra k , dengan cara m enggiling , k e m u d ia n d ib u a t b e rb e n tu k lilin b e rta n g k a i.

7). T e ta rin g , adalah b an g u n an d a ru ra t, dengan tiang -tiang b am bu serta d ia ta p i dengan an y am an daun k e lap a , u n tu k m e n e d u h k an ha lam an dari s inar m a ta h a r i . B iasanya d ib u a t u n tu k k e p e r lu a n p e sta -p esta a d a t .

33

Maka sejak pagi rakyat b e rduyun-duyun ke tem p a t pesta sam- bii m em baw a bekal masing-masing. Juga ada yang m em baw a alat- alat kesenian milik m ereka sendiri-sendiri atau milik kelom pok. Di pusat kera jaan juga d iadakan berm acam -m acam perm ainan rakyat, sehingga benar-benar hari itu m erupakan hari yang penuh kegem biraan bagi seluruh lapisan m asyarakat. Biasanya kegiatan- kegiatan seperti ini, selalu diikuti oleh raja. Hai itu m enam bah m eriahnya suasana. Rakyat yang m e m p e r tu n ju k k a n berbagai ma- eam perm ainan seakan-akan m endapa t dorongan morii sehingga m ereka m elakukan perm ainan dengan penuh semangat. Sebagai puncak acara, raja Langko diarak berkeliling kota. Beliau diusung pada sebuah ju l i8) yang indah. Pada saat seperti ini raja mengena- kan pakaian selengkapnya. Sebagai dodo t d ipergunakan D odot Kerajaan M ajapahit, dengan songkok yang b e r ta tah k an perm ata yang dinam akan R atna Pangkaja.

Di punggung terselip G uran tim 9) Asrak. Upacara pengarakan raja keliling ko ta biasa dilakukan pada sore hari, disertai segenap Patih Punggawa. Di barisan depan dan belakang te rdapa t kelom- pok-ke lom pok kesenian. Di sepanjang ja lan yang dilalui tak henti- hen tinya m ereka m e m p e r tu n ju k k a n tari-tarian.

Melihat sam butan rakyat yang sedemikian, raja merasa sangat senang dan berbahagia. K elom pok-ke lom pok kesenian yang meng- iringi arak-arakan raja ini meliputi Kayaq pe tuk 10) Jaran B id e 11-1 dan lain sebagainya.

Setelah sampai di lapangan tem pat paosan yang megah itu di- bangun arak-arakan berkeliling sembilan kali. Selesai mengelilingi paosan, raja d itu runkan dari juli. A kh irnya sampailah pada u p a ­cara yang terakhir, yaitu pemasangan lampu jo jo r . Inilah acara yang paling d inanti-nantikan seluruh rakyat. Karena pada upacara ini rakyat akan dapat m em b u k tik an sendiri kesaktian raj any a. Waktu pemasangan lampu jojor, dengan m enggunakan ajian-ajian yang terkenal sakti, rakyat seluruhnya melihat sinar atau nyala lam pu itu dalam bentuk yang berbeda-beda. Ada yang melihat seperti singa, ada yang m em andang seperti angsa atau burung m erak, dan ada juga yang m em andangnya seperti kuda, seperti gajah, seperti ular, naga atau seperti b inatang lainnya.

8 ). Ju li, adalah alat u n tu k m engusung orang yang akan d ik h itan a tau p e n g an tin , se- hingga d a p a t d iusung berke liling dalam su a tu a rak -a rak an . B en tu k n y a d ib u a t sedem ik ian rupa sehingga d ap at d id u d u k i dengan enak. A da yang b e rb e n tu k ku d a , h a rim au , singa, k o rs i dan lain-lain .

9 ). G u ra n tim , keris dengan tangka i yang d ib u a t dari em as, dengan b e n tu k te r te n tu , serta d ihias dengan be rb ag ai je n is p e rm a ta .

10). P e tu k , seienis a la t m u sik gam elan .

11). Ja ran B ide, sejenis k uda k ep an g (ja ran kepang).

34

Hai itu m erupakan keheba tan , kep in ta ran serta kesaktian m au ­pun keahlian Raja Langko dalam m enyu lu t lampu itu. Menyaksi- kan keajaiban seperti ini, rakyat merasa heran, tercengang dan tak jub . Mereka saling ber tanya , te tapi tak seorang pun yang dapat m em berikan jaw ab an yang pasti. Entah dengan cara apa entah dengan ajian apa gerangan, tak seorang pun yang tahu. Tetapi sudah pasti di antara m ereka tak seorang pun yang m elihat cahaya lampu itu dengan pandangan yang sama.

Setelah larut malam, kira-kira pukul satu tengah malam, upacara peringatan hari jad i Desa Langko akan d itu tup atau akan diselesai- kan dengan pem adam an Lam pu Jojor itu oleh Raja Langko. Pema- daman lampu cukup dilaksanakan dari jau h saja. Raja hanya me- lafalkan doa lampu jo jo r itu padam dengan sendirinya.

Dengan padam nya lampu jo jo r pada malam itu, berarti pesta peringatan sudah berakhir. Seluruh rakyat pulang ke rum ah ma- sing-masing dengan kenangan sendiri-sendiri.

Demikianlah, peringatan seperti itu dilakukan dari tahun ke tahun dengan tak pernah berhenti. Raja Langko dari tahun ke tahun ber tam bah tua juga. Dan pada suatu saat ia j a tu h sakit dan pada akhirnya meninggal dunia. R akyat sangat sedih karena diting- galkan oleh raja yang sangat m ereka cintai dan horm ati itu. Pada akhirnya raja d im akam kan di suatu tem pat yang bernam a Bila Tawah. T em pat pem akam an ini sangat terkenal dan sampai seka­rang te tap dikunjungi orang dari segenap pen ju ru Pulau Lom bok.

35

3. E M B U N G P U N T I Q . #)

M enurut ceritera yang tu run -tem urun , konon orang yang diis- tirahatkan di Makam Em bung P un tiq ini, dilahirkan di suatu tem pat yang bernama Batu Dendeng. Orang tuanya bernam a Panji Bayan Ullah Petung Bayan.

Tatkala Panji Bayan Sangge masih kanak-kanak, ia meninggal- kan desa kelahirannya, desa Bayan un tu k m engem bara dan pada akhirnya tiba di Batu Dendeng.

Hutang m em ang harus dibayar, takdir juga harus dijalani. Setiba di Batu Dendeng Panji Bayan Sangge dijadikan anak angkat oleh Inaq Bangkol dan A m aq Bangkol1-'. la dianggap dan diper- lakukan seperti anak kandung sendiri. la tidak merasakan kejang- galan apapun juga. Inaq Bangkol dan A m aq Bangkol dianggap seperti orang tua sendiri. Mereka saling kasih-mengasihi, cinta- mencintai dan pada segi-segi te r ten tu saling horm at-m enghorm ati . Hari berganti minggu, bulan demi bulan datang silih berganti, tahun demi tahun menyusul, akhirnya Panji Bayan Sangge mening- kat dewasa. la telah m enjad i seorang pem uda.

Pada suatu hari ia m engem ukakan nia tnya kepada Inaq Bang­kol un tuk menggarap sebuah ladang. Setelah m em persiapkan ta- nah dan pagar, pada malam harinya ia m endatangi Inaq Bangkol.

"Ibu, tolonglah usahakan bibit un tu k ditanam di ladang ananda yang kini sudah siap un tuk ditanam i", kata Panji Bayan Sangge m em buka pembicaraan.

"A nakku, kalau ladangmu m em ang sudah siap u n tu k ditanami, baiklah. Ibu akan mengusahakan bibitnya. Tetapi tanam an apakah yang akan ananda tanam ?"

Maka Panji Bayan Sangge m engem ukakan rencananya, dan m em beri tahukan jenis-jenis tanam an yang akan ditanam. Dalam perem bukan itu d ipu tuskan , yang akan ditanam nanti ialah jagung, beberapa jenis kacang, gandum dan lain-lain tanam an yang pantas dan cocok un tuk suatu perladangan.

*) D ite r je m a h k an dari cerite ra ra k y a t b e rb a h asa daerah Sasak. D ia lek : M eno-M ene.E m bung P u n tiq adalah n am a sebuah m akam (k u b u ran k e ram a t) yang d iam b il dari

n am a te m p a t.1) Inaq = ibu. A m aq = b ap a . B angkol = m an d u l.

36

D em ikianlah , semua bibit sudah ditanam dan tum buh dengan suburnya. Karena itu Panji Bayan Sangge merasa sangat gembira. Ia semakin giat m engurus ladang. Akliirnya tibalah musim tanam- an itu mulai berbunga.

Beberapa hari kem udian , pem andangan pada ladang itu berwar- na-warni oleh berbagai jenis bunga. T am paknya tak lama lagi, semua tanam an akan berbuah. Itu berarti semua pengorbanan dan

jerili payali Panji Bayan Sangge tidak akan sia-sia. Tetapi apa yang terjadi kem udian?

Pada suatu pagi yang cerah ketika Panji Bayan Sangge berang­kat m enu ju ke ladang un tuk melihat-lihat tanam an, tiba-tiba ia amat te rkeju t. Semua bunga yang pada senja hari kemarin masih baik dan u tuh , m usnah semuanya bagaikan disengaja. Berpikir kebingungan.

"Siapa gerangan yang m erusakkan tanam anku ini? Sampai hati benar dan sungguli pa tu t disesalkan. Barangkali perbuatan binatang? Ah, tak m ungkin . Semua pagar masih u tuh . Seandainya manusia, tak m ungkin m anusia berbuat seperti ini."

Panji Bayan Sangge segera balik ke rum ah dan m enceriterakan semua yang dilihat kepada ibunya.

"Ibu, tadi pagi ananda melihat tanam an di ladang. Semua ta ­nam an itu rusak. Kalau dikatakan perbuatan babi atau kera, tak m ungkin . K arena tak satu pun tangkainya yang patall. K arena itu ananda bennaksud un tuk mengadakan pengintaian. Barangkali ada tangan-tangan jahil yang sengaja merusak tanam an kita ."

"Baik, bunda setuju dengan rencana itu. Jagaiah dirimu baik- baik dan jangan sampai terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. B ertindaklah dengan ju ju r dan tidak boleli berbua t kasar kepada siapa pun. Segala persoalan pasti dapat diselesaikan dengan baik. Dengar dan perhatikan nasehat bunda ini." Demikian kata-kata Inaq Bangkol memperiiigati Panji Bayan Sangge sesaat sebelum berangkat ke ladang. Pada malam harinya Panji Bayan Sangge m e­lakukan pengintaian. Dengan cermat ia m engadakan penyelidikan. Semua sudut ladang tak lepas dari perhatiannya. N am un sudali h am pir semalam suntuk tak ada sesuatu pun yang m encurigakan. Hening, sepi tak ada sesuatu yang m endatangi ladangnya.

N am un apa yang terjadi kem udian? M enjelang fa ja r ketika Pan­ji Bayan Sangge sedang bergulat dengan h eba tnya m enahan ngan- tuk, tiba-tiba dari ju rusan yang tak dapat dilihat, sembilan orang bidadari tu run dari langit dan dengan asyiknya mengisap dan m e­rusak bunga tanam an itu. Pengisapan dan pengrusakan terus dila­kukan dari satu p o hon ke polion yang lain. Melihat tingkah b ida­dari itu hati Panji Bayan Sangge m enjadi gemes.

"Akan kuapakan wanita-wanita yang m erusak tanam anku ini? Bila kubiarkan pasti bunga-bunga ini akan habis. Apakah hasiiku

37

nanti? Ah, lebih baik kutangkap saja barang seorang", pikirnya. Dengan ^igap, Panji Bayan Sangge m enangkap bidadari itu. Ia m engadakan perlawanan sekuat tenaga. N am un apa daya, Panji Bayan Sangge memiliki tenaga yang jauh lebih besar. Melihat pe- ristiwa yang tak diinginkan itu bidadari yang lain melarikan diri dan kab u r tak diketahui ke m ana perginya.

Panji Bayan Sangge m em baw a bidadari itu pulang. Setelah tiba di rum ah, ia mencari dan m em beritahu Inaq Bangkol.

"Ibu, diaiah yang merusak tanam an kita di ladang. H ukum an apakah yang akan kita berikan kepadanya?"

"A nakku , bila m anusia ini yang m erusak tanam an k ita di la­dang, ibu hanya berdoa, m em o h o n kepada Yang Malia Esa, semoga ananda d ijodohkan dengan dia, jangan lah dihukum . Dia akan ku jad ikan anak dan juga m enan tu . T er jad inya peristiwa ini, ha- nyalah m erupakan takdir semata. Terimalah dengan penuh ta- wakkal. Semoga kebahagiaan senantiasa m eliputi kalian ."

D em ikianlah , se lan ju tnya Panji Bayan Sangge h idup berkeluar- ga dengan bidadari itu. Tetapi selama berum ah tangga, m ereka tak pernah berbicara. Kalau tiba waktu m akan, m akanan segera dihi- dangkan. Dan bila selesai diambil kembali, dengan tak berkata sepatah pun.

D em ikianlah keh idupan m ereka berlangsung beberapa lama sampai m ereka m em pero leh seorang anak. Sedang Panji Bayan Sangge ingin benar m endengar suara istrinya. Berbagai akal telah d icoba agar istrinya mau berbicara. Dan sebab-sebabnya pun selalu diselidiki mengapa ia membisu. Satu hai yang selalu m enarik perha tian Panji Bayan Sangge, ialah apabila istrinya akan m eng­ambil air ke sumur. Sebelum berangkat ia selalu masuk ke dalam rum ah. Setelah itu barulah pergi.

D em ikianlah selalu dilakukan. "Apa gerangan m aksudnya? Ada apa di dalam rum ah?" Hai iniiah yang ingin d iketahui oleh Panji Bayan Sangge. Barangkali dengan m engetahui latar bela- kang peristiwa ini dia akan dapat m engetahui mengapa istrinya selalu membisu.

Pada suatu hari ketikjj selesai makan dan segala-galanya sudah d ikem balikan ke tem pa tnya , ia m em perha tikan apa yang akan di­lakukan oleh istrinya. Benar juga. Istrinya masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama lalu kembali dan pergi mengambil air ke sumur. Setelah diperkirakan istrinya sampai di sumur, yang le taknya agak ja u h dari rumah itu Panji Bayan Sangge m asuk ke dalam rumah.

"Apa saja yang dikerjakan di sini tadi." Setelah beberapa lama m em perha tikan apa yang ada, perhatian Panji Bayan Sangge ter- tu ju kepada segulungan tikar. Ia segera m em buka gulungan tikar itu. Dan apa yang didapatinya? Ia m enem ukan sebuah selendang.

38

yang tergulung dan sengaja d isem bunyikan di tem pa t itu. Selen- dang itu bernam a L em pot U m b a q 2) yang tak pernah dilepaskan oleh istrinya, kecuali pada w aktu akan m engam bil air. "Ada apa dengan selendang ini?" demikian pikirnya.

Dia yakin bahwa selendang itu sangat besar artinya bagi istri­nya. "Kalau selendang ini kusem buny ikan m ustahil istriku tak akan m enanyakannya. Dalam kesem patan itulah nanti aku akan berbicara dengannya."

Maka lem pot um baq itu d isem bunyikan di tem p a t lain. Sete­lah itu ia berpura-pura sibuk dengan pekerjaan. Beberapa saat ke­m udian istrinya kembali dari sumur. Panji Bayan Sangge m em p er­hatikan terus secara diam-diam apa yang akan dilakukannya. Setelah air d itaruh pada tem pa tnya , istrinya segera m asuk ke da­lam rumah. Bukan main te rke ju tnya , tatkala m encari selendang- nya. L em pot U m baq yang tadi d itaruh di bawah gulungan tikar tak ada lagi di tem patnya . la ter tegun dan berpikir sejenak. "Ba- rangkali aku keliru m e n a ru h n y a ." Segala sudut kam ar sudah se- lesai diteliti. Segala rum ah diperiksa. N am un yang dicari tak di- dapat.

"Di m ana akan kucari sekarang?" la keluar rumah. Dengan liar serta pandangan tajam ia terus mencari. Air m ata sudah tak dapat d itahan lagi. Ia mencari sambil menangis. K arena itu Panji Bayan Sangge m endeka t sambil m enegur istrinya.

"Apa yang sedang kau cari istriku? Bolehkah aku m engetahui- nya? Aku akan dapat m e m b a n tu m u ." Istrinya diam. Tak ada ja- waban. Sikapnya te tap sediakala.

N am un Panji Bayan Sangge tak berpu tus asa. Ia ber tanya lagi."Cobalah ka takan apa yang sedang kau cari istriku! Mungkin

aku dapat m enolongm u. Atau m ungkin tak percaya pada dir iku?" Kali inipun istrinya masih tetap membisu seribu basa. Tak sepa- tah kata pun keluar dari m u lu tnya , hanya air m ata terus mengalir. Sekali lagi Panji Bayan Sangge m engajukan pertanyaan:

"Telah beberapa kali k uka takan padam u. K atakan lah dengan sebenarnya, apakali yang sedang kau cari. Aku bersedia m em ban- tum u un tu k m enem ukan kem bali ."

Pada saat itulah istrinya m enjaw ab dengan singkat. Dia hanya m engatakan , "L em p o t U m baq". Seketika itu ju g a ia menghilang tanpa bekas. Semua berlangsung dalam beberapa detik. Tak ada yang m engetahui ke m ana perginya. Di tengok kiri m aupun ke ka- nan tak ada seorang pun yang tampak.

Setelah kejadian itu Panji Bayan Sangge bertam bah bingung me- m ikirkan nasib apabila istrinya terus menghilang. D em ikian pula

2) L e m p o t U m baq = selendang yang d ip e rg u n ak an u n tu k m enggendong b a y i. L em p o t= se le n d an g . U m baq = m en g g en d o n g .

39

nasib bayi yang ditinggalkan, tak terp ik ir olehnya ke m ana harus disusukan. Dan ke m ana pula ia harus m enean dan m em in ta ban- tuan. Semua itu hanya m erupakan pertanyaan belaka. Tak satu pun dapat dipecahkan. la m enunggu hingga tu juh hari, te tap i is­tr inya tak datang juga. A khirnya ia berkata dalam hati:

"Ah, bila aku berpangku tangan, tak m ungkin istriku kembali. Dan anakku pasti akan mati. Lebih baik aku mencari upaya, supaya istriku dapat kubaw a kem bali ." Oleh karena itu ia berun- ding dengan Inaq Bangkol.

"Ibu, sekarang ananda akan m enyerahkan nasib anakku ini di tangan ibu sendiri. A nanda akan mencari upaya, agar istriku dapat kubaw a kembali. E n tah ke m ana ananda belum tahu dengan pasti. Mungkin berhasil, m ungkin pula tidak. A nanda pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa. Tetapi kelak bila anak ini dewasa, se- dangkan ananda tak kembali, ber itahukanlah siapa orang tuanya

.yang sebenarnya. Oleh karena itu doa restu ibu sangat ananda ha- rapkan dan semoga kita selamat."

M endengar keinginan anak angkatnya itu, Inaq Bangkol sangat te rk e ju t dan bersedih hati. la sayang kepada anaknya, terlebih- lebih cucu angkatnya yang masih bayi itu. N am un un tu k meng- halangi m aksud Panji Bayan Sangge tak m ungkin lagi. Dengan pe- rasaan berat ia m elepaskannya sambi m em an ja tkan doa ke hadira t Tuhan Yang Maha Esa semoga anaknya tetap dalam lindungan dan m aksud perja lanan dapat tercapai. Dengan demikian berang- katlah Panji Bayan Sangge mencari istrinya dan meninggalkan pu- tera tunggalnya.

Setelah ditinggalkan Inaq Bangkol merasa sangat sedih. Cucu- nya telah lama tak m enyusu , ia m enjadi bingung dan tak tahu apa yang harus diperbuat.

Tetapi Tuhan Maha M engetahui, Maha Pengasih dan selalu me- m elihara h am baN ya yang tawakal. K e tika Inaq Bangkol kebi- ngungan sekonyong-konyong ia m endengar suatu suara.

"Hai, Inaq Bangkol, bila kamu ingin melihat cucum u itu selamat dan dapat m enyusu pada dirimu sendiri, dengarlah! Aku akan m em beri pe tu n ju k yang harus kau patuhi. Ambillah daun ini. G osokkan seku ju r tu b u h m u dengan daun ini, sesudah itu peras dan m inum lah airnya. Insya Allah Tuhan berkenan m em beri air susu kepadam u. Setelah itu peliharalah cucum u ini sebaik-baik- nya ." Mendengar suara itu Inaq Bangkol segera m elaksanakan pe­tun ju k yang telah didengarnya. Dan te rnya ta m enjadi kenyataan . Cucunya sudah dapat minum air susu kembali. K arena itu anak itu tu m b u h dengan baik sehat walafiat tak kurang suatu apa.

Panji Bayan Sangge yang sedang dalam usaha mencari istrinya, telah lama beijalan dan terus berjalan tanpa suatu arah yang pasti. Akhirnya ia masuk khaluwat. Dalam keinginan ini ia m em o-

40

hon kepada Yang Maha Esa agar kepadanya diberikan p e tun juk supaya berhasil m enem ukan kembali sang istri. Berapa lama Pan­j i Bayan Sangge berada dalam haluw at tidak diceriterakan. N am un pada suatu saat, ia m endengar suara gaib.

"Hai, Panji Bayan Sangge, kalau kamu akan mencari istrimu kam u harus m em persiapkan beberapa syarat. Di an ta ranya kamu lianas m en d ap a tk an m erang yang berasal dari ketan hitam. Merang ini harus kam u bakar di atas sebuah batu. Sewaktu asapnya me- ngepul ke udara , lom patilah m erang itu. Maka kamu akan naik bersama asap merang itu. Di suatu tem pat kamu akan dapat men- ju m p a i istrimu. Tetapi jangan kau bingung bila berhadapan dengan banyak w anita yang rupanya sangat mirip dengan istrimu. K arena itu kam u kuberikan seekor lalat emas yang ditaruh di dalam sebu­ah ko tak emas pula. Kalau kesulitan dalam 'm enentukan , lepaslah lalat ini. Di m ana lalat ini hinggap dan tak berpindah lagi, itulah is trim u."

Dem ikianlah bunyi suara gaib yang d iterim anya dalam khalu- wat. Setelah suara itu hilang, ia sadar kembali dan pik irannya dapat dipulihkan. K e tika itu iapun segera-menyi&pkan sarat-sarat yang diperlukan. Dengan tidak m em buang waktu lagi, ia pun sege- ra pergi ke Batu Dendeng. Sampai di tem pa t itu ia pun m emusat- kan cipta. Dan di atas sebuah batu d ibakarnyalah merang ketan h itam yang telah dipersiapkan. K o tak emas berisi lalat emas dima- sukkan ke dalam saku baju. K arena asap mulai mengepul ke udara ia pun m elom pat. Dan ketika berada di tengah-tengah asap ia m em bubung tinggi ke udara, m enu ju suatu tem pat yang tak dapat dijangkau oleh manusia. Bersamaan dengan habisnya asap merang itu tibalah ia pada suatu tempat. K etika ia m em b u k a m ata ia me- nyaksikan suatu tem pat yang ajaib sekali. Ia berada di suatu tem ­pat yang berw ujud dunia lain. Di hadapannya berdiri sebuah istana yang megah, dikelilingi tem bok yang kokoh. Tatkala ia berada di deka tnya tiba-tiba pin tu istana te rbuka sendiri.

"Ah, be tapa indahnya istana ini. R upanya di tem pat inilah is­triku berada ."

Selanjutnya diceriterakan ia sudah berada di tengah-tengah halam an istana. Di m ana ia m enem ukan sebuah Berugaq Seka- p a t 3). Di tem pat itu ia duduk. K arena seorang pun tak tampak. Setelah beberapa lama m enanti datanglah seorang lelaki agak tua. Lelaki itu menegur:

"Hai, orang m uda, dari m ana asalmu. Apa pula m aksud keda- tanganm u ke mari? Siapa yang m em baw am u, hingga berada di

3) B erugaq S ek ep at = b an g u n an kecil b e rb e n tu k segi em p a t, b e rtian g e m p a t, tan p a tem -b o k , d ilengkap i dengan ba la i-ba lai u n tu k d u d u k , sehari-hari m a u p u n u n tu k ta m u .T e rle ta k di h a la m an . Sering ju g a d iseb u t P a o sa n -

41

tem pat ini?" Dengan h o rm a tn y a Panji Bayan Sangge menjawab: "M aaf pam an, keda tanganku ke mari m em ang sengaja, un tu k

m enyusul is triku ." Dengan terkeju t, lelaki itu bertanya:"M enyusul istrimu? Mana m ungkin , Tak seorang pun dari anak-

anakku pernah kawin. Jangankan kawin, keluar istana ini pun tak pernah. Berkatalah yang sebenarnya, jangan mengada-ada. Siapa yang m em beri pe tu n ju k , siapa yang m engatakan padam u dan di m ana pula kamu pernah m en jum pai anakku? Cobalah ceriterakan kepadaku!"

Panji Bayan Sangge tetap m enjaw ab dengan sikap yang pasti. "Memang pam an, kedatanganku di tem pat ini sem ata-m ata atas

dasar pe tun juk . Dalam p e tun juk sudah jelas, bahwa istriku berada di tem pa t ini. Tak m ungkin berada di tem pat lain. Saya yakin benar bahwa istriku pasti berada di tem pat ini." Orang tua itu m em beri pertanyaan lagi.

"D apatkah nanti engkau m em pertanggung jaw abkan segala aki- bat dari keyak inanku ini."

"Baiklah kalau dem ikian," kata orang tua itu."Sekarang Paman akan keluarkan semua anak-anak. Cobalah

kau tun jukkan nanti, yang m anakah kau anggap sebagai istrimu. Tetapi harus diingat, apabila nanti kau tak dapat m en u n ju k k an dengan tepat kau harus m em pertanggung jaw abkan perbua tan - m u."

"Saya sanggup," kata Panji Bayan Sangge pada akhirnya.Maka lelaki tua itu pun m engeluarkan anak-anaknya yang ber-

ju m lah sembilan orang itu. Mereka d idudukkan berderet, berha- dapan dengan Panji Bayan Sangge. Agak bingung ju g a Panji Bayan Sangge melihat wanita yang semuanya sebaya dan m em punyai wajah yang ham pir sama pula. Sesaat ia kebingungan, nam un akhirnya ia dapat menguasai diri. la ingat akan ko tak serta lalat emas yang te rdapat di dalam sakunya. Dengan diam-diam ko tak itu dibukanya. Lalat emas itu pun keluar lalu terbang di antara semua wanita yang berderet itu. Pada akhirnya lalat itu hinggap di dada salah seorang di antara mereka. Sesudah lalat itu diam dan tidak berpindah lagi, m aka Panji Bayan Sangge telah m enge­tahui yang mana isterinya. Dengan penuh kepastian Panji Bayan Sangge m enun juk istrinya yang sedang dicari-cari. Laki-laki tua itu kem udian bertanya:

"Dari mana kau dapat m engetahui bahwa wanita ini adalah is trim u?" Panji Bayan Sangge pun m em berikan keterangan ten tang kegunaan lalat yang dibawanya. Lalu katanya:

"Lalat itu hinggap di dada istriku, karena m encium bau amis yang keluar dari susu istriku. K eluarnya bau amis itu, karena is- triku telah melahirkan seorang putra yang kini sedang ditinggal- kan."

42

"Di m ana kau m em pero leh lalat itu?" ianya orang tua itu se- lanjutnya . Maka ja w a b Panji Bayan Sangge:

"S em ata-m ata karena takdir. D em ikianiah pe tu n ju k yang dibe- rikan kepadaku sewaktu m em o h o n p e tu n ju k kepada Yang Maha Esa, dalam mencari upaya un tuk m enem ukan kembali istriku ini."

"Nah, bila demikian halnya baiklah. Aku percaya sekarang. Tak ada hal lagi yang aku ragukan. Pertem uan kalian ini rupanya m em ang sudah m enjad i suratan Illahi. Tuhan telah m en jodohkan kalian. Sekarang apa sebab kamu ditinggalkan oleh istrimu? Pernahkah kalian dahulu berbicara sewaktu kalian masih berke- luarga?"

'T a k sekali ju a pun ." jaw ab Panji Bayan Sangge selanjutnya.Jaw aban ini m akin m enam bah keyakinan orang tua itu, bahwa

orang m uda di depannya itu m em ang benar m en an tu n y a . Lalu orang tua itu m em berikan keterangan selanjutnya.

"Begini anakku, istrimu selalu m em bisu dahulu, disebabkan ka- rena istrimu m engetahui bahwa ia belum m em enuhi persyaratan u n tu k hidup di dunia. Persyaratan itu belum pernah dilakukan. Sekarang di tem pa t ini akan kita penuhi persyaratan itu. Adapun syarat itu ialah apa yang sering disebut dengan nam a U m baq L em ­pot. Syarat inilah yang dahulu d ibu tuhkan oleh istrimu. Di sinilah sekarang kita buat u n tukm u . Dan inilah y a n g h a ru s dilakukan atas k e tu ru n an -k e tu ru n an m u kelak. Cara m em b u a tn y a ialah dengan

M otif Ragi S a ja4). Jadi nama lengkap syarat itu adalah U m baq L em pot Ragi Saja. Nah, inilah kebu tuhan u tam a u n tu k m em enuhi h idup di dunia ."

Persyaratan yang wajib itu selesailah dilakukan atas diri Panji Bayan Sangge, m eskipun m em erlukan waktu yang agak lama. Setelah itu pada suatu masa yang baik, d i tu runkanlah Panji Bayan Sangge bersam a istrinya kembali ke dunia bersama dengan Beru­gaq Sekepat. Setelah tiba m ereka langsung m enuju Batu D endeng mencari pu tra m ereka yang telah lama ditinggalkan.

Terhadap pu tra satu-satunya ini, m ereka m enerapkan syarat un tu k hidup di dunia dengan m em b u a t U m baq L em po t sesuai d e ­ngan wasiat yang telah diterima di langit.

A dapun syarat-syarat lain yang harus dilaksanakan dalam rangka kegiatan ini, antara lain harus m endirikan sebuah Berugaq Sekepat. Pada paosan inilah hadir para leluhur ta tkala kegiatan- kegiatan sedang dilakukan. M enurut wasiat yang diterim a di langit, m aka kegiatan harus dilakukan pada hari Ju m a t . Dan pada ke- sempatan itu ju g a harus dibaca sebuah buku yang bernam a Puspa

4) M o tif R ag i Saja = salah satu je n is m o tif te n u n an Sasak.

43

K arm a. Apabila syarat-syarat itu sudah dipenuhi, pasti para lelu- hu r m ereka akan datang un tuk m enghadiri upacara yang dilakukan oleh ke tu runan mereka.

Setelah Panji Bayan Sangge bersama dengan istrinya kembali ke dunia, pu tran y a yang diberi nam a Mas Panji Pengendeng pun sudah m em enuhi persyaratan. Dalam m en y am b u t dan m enerim a kembali kedatangan Panji Bayan Sangge dengan istrinya, Inaq Bangkol dan AMaq Bangkol sangat bergembira dan bersyukur. K arena semua yang ia cintai dan sayangi sudah berada di depan- nya dan dapat berkum pul sebagai sediakala.

Selan ju tnya setelah Mas Panji Pengendeng yang dilahirkan di Batu Dendeng itu dewasa ia m em in ta izin kepada kedua orang tuanya un tu k m em bua t dan m enem pati desa baru, yaitu Desa Selong Semoyong. Di sinilah ia m enetap selan ju tnya , sedang orang tuanya sendiri masih ber tem pat tinggal di Batu Dendeng.

Selan ju tnya diceriterakan pada suatu saat K erajaan K elungkung di pulau Bali m enghadapi peperangan. Sebelum nya Raja K e lung­kung pernah m en d ap a t berita bahwa di bumi Selaparang te rdapa t seorang ksatria perkasa. Yang dim aksud tak lain dari Mas Panji Pengendeng sendiri. Maka dibuatlah surat oleh Raja K elungkung, m em in ta Mas Panji Pengendeng bersedia m e m b a n tu n y a un tuk m enghadapi musuh.

K e tik a undangan dibaca oleh Mas Panji Pengendeng, ia merasa malu j ik a tidak m em enuhi undangan Raja K elungkung itu. Pada akhirnya undangan itu pun diterima dengan baik dan disanggupi bahwa ia akan datang sendiri ke K elungkung. Adapun keberang- ka tannya ke K erajaan K elungkung itu tidak m em baw a pasukan berupa ten tara atau laskar biasa, te tapi disertai oleh bala sam ar5' sebanyak em pat puluh empat.

Singkat ceritera Mas Panji Pengendeng tiba di Kelungkung. Ia d iterim a langsung oleh Raja. T em pat m usuh d i tun jukkan . Ma- ka dengan tidak m em buang w ak tu lagi, peperangan dimulai.

Di tengah-tengah peperangan yang sedang berkecam uk, nasib m alang m enim pa Mas Panji Pengendeng yang terkenal teguh madra g u n a6) serta sukar dicari tand ingannya itu. Dalam peperangan itu ia te i ja tu h akibat kak inya tersandung pada d o d o tn y a 7) yang b e rm o tif Benang Dua Ragi P o le n g 8'. Setelah ja tu h dengan cepat para bala samar m enggotongnya keluar m edan perang dan langsung dibaw anya kembali ke L om bok tanpa m em beri tahukan terlebih dahulu kepada Raja K elungkung. Hal ini terpaksa dilakukan

5) B ala sam ar = p ra ju r i t yang te rd ir i dari m a k h lu k -m a k h lu k ha lu s b u k an m anusia b iasa.6) S angat sak ti dan k eb a l.7) D o d o t = selem bar ka in yang d iik a tk an di p inggang , b e rfu n g s i sebagai sab u k , m a u p u n

p e rh ia san .8) N am a m o tif , kain te n u n an Sasak.

44

te rdorong oleh perasaan malu. Dan setelah tiba di L om bok ia tidak pulang ke Selong Semoyong, te tap i m enuju Gawah T o a q 9). Sete­lah tiga hari berada di Gawah Toaq, ia pun m em erin tahkan baia samar agar pergi ke Selong Semoyong.

"Hai, baia samar, segeralah berangkat ke Selong Semoyong. K abari keluargaku bahwa aku sudali kembali dari Kelungkung. Beritahu pula m ereka bahwa aku dalam keadaan sakit."

Dem ikianlah , setelah berita itu tiba di Selong Semoyong, m ereka sangat te rke ju t dan panik. Dan dengan segera mempersiap- kan semua keb u tu h an , dan segera berangkat m enuju Gawah Toaq. Semua keluarganya m em in ta agar ia bersedia dibawa pulang ke Selo Semoyong. Dan kem auan keluarga ini dipenuhi Mas Panji Pengendeng yang bersedia un tuk dibawa ke Selong Semoyong. Tatkala rom bongan tiba di E m bung Puntiq , Mas Panji Pengendeng kelihatan makin parah. Maiali keadaannya sangat kritis.

"Sebaiknya kita beristirahat di sini. Aku sudah terlalu payali. Barangkali aku tak dapat sampai ke tu juan. Oleh karena itu mari semua m endekat. Semua anak-anakku m aupun yang lain-lain. De- ngarkan baik-baik. Aku tak m ungkin lagi sampai di Selong Se- m oyong. Seandainya besok atau lusa aku meninggal dunia di tem pa t ini, kum in ta janganlah jenazahku dim akam kan ataupun dibakar. Agar kelak bila ada anak cucuku yang m enganu t agama Hindu Budha m aupun Islam ingin m en jiarah iku , m ereka terbebas dari perasaan enggan. Biarlah agar semua golongan dapat ber-, kun jung ke tem pa t ini dengan baik. Bila m ereka datang menzia- rahiku, hendak lah m ereka berkeliling sekurang-kurangnya satu kali. Boleh juga dilakukan tiga, lima, tu juh ataupun sembilan kali. M aksudnya supaya anak cucuku yang beragama Islam kelak dapat m enia tkan diri belajar tawaf di Mekkali. Juga aku pesankan pada kalian agar m engunjungi sekurang-kurangnya dua kali dalam seta- hun. Yaitu m enje lang musini penghujan , ketika bibit padi sudah mulai disiapkan. Dan kedua sewaktu m enanam padi telah selesai. Melalui tem pat inilah kalian m em ohon kepada Yang Malia Kuasa agar selalu diberikan rahm atnya. Dan janganlah m em baw a alat- alat pecah belah. Tem pat ini adalah hutan . Kalau kalian terja tuh akan m enim bulkan kerugian. Cukuplali dengan m em baw a takil- a n 10) saja. Lauk pauknya janganlah mewah. Pakailah lauk pauk se- derhana. Yang penting kalian te tap datang ke tem pat ini pada wak- tu yang telah kusebutkan tadi. Satu hai lagi terlarang bdgimu ke mari dengan m em akai kain sebangsa Ragi Poleng. K arena pende- ritaanku ini diakibatkan oleh pemakaian dodot Benang Dua Ragi Poleng peperangan di K elungkung."

9) H u tan peraw an yang leb a t.

10) T ak ilan = bekal m ak an an yang d ib u n g k u s dengan k u lit pangkal p e lcpah p inang.

45

Setelah selesai m engucapkan wasiat itu, Mas Panji Pengendeng m em in ta disiapkan tem pat tidur. Ia ingin beristirahat karena m erasa terlalu payah. B eberapa lama kem udian , para pengiring mengira bahwa Mas Panji Pengendeng sedang tidu r dengan pulas- nya, tetapi ia telah tiada. Ia telah meninggalkan dunia yang fana ini dan segera akan m enghadap Tuhan.

Seluruh rom bongan m enjad i panik. Tak tahu apa yang harus di­lakukan terhadap jenazah Mas Panji Pengendeng. Akan dibawa kembali ke Selong Semoyong, tak m ungkin karena wasiat sudah digariskan lain. Sampai pagi hari m ereka bingung tak ten tu apa yang harus d ilakukannya. T e tap i ta tkala akan m enjenguk j e n a ­zah, te rnya ta jenazali itu telah tak ada di tem patnya . Hilang entah ke m ana, yang tinggal hanyalah tem pat tidurnya saja. Kain penu- tup jenazah dan sekitar tem pat tidurnya juga tak ada lagi. Peris- tiwa ini cocok benar dengan wasiat yang telah diberikan. Jena- zahnya jangan d ikuburkan atau pun dibakar. R upanya peristiwa inilah yang dimaksudkan. Maka, oleh m asyarakat Selong Semo- yong pada tem pat di m ana Mas Panji Pengendeng meninggal dunia dan akhirnya menghilang d ibuat sebuah makam. Dan makam itu hingga saat ini terkenal dengan nama Makam E m bung Puntiq.

Putra-putra beliau dipersilakan kembali ke Selong Semoyong oleh pengiring-pengiringnya. Sampai di Selong Sem oyong masya- rakat ramai m engajukan protes karena jenazah itu ditinggalkan be- gitu saja di E m bung Puntiq. Tetapi setelah diberikan penjelasan tenanglah mereka. K arena mengerti bahwa semua yang telah te r­jad i itu, hanyalah Takdir yang tak m ungkin dapat dirubah dan h a ­rus dijalani sebagaimana mestinya.

46

4. GUNUNG PUJUT*}

Dalam ceritera ini akan diceriterakan asal-usul nam a Gunung Puju t, sebuah gunung yang terle tak di K ecam atan Puju t, K a b u ­paten L om bok Tengah. R iwayat kejadian gunung tersebut bertali- an dengan kejadian desa-desa di sekitarnya. Pada jam an dahulu tem p a t yang sekarang m erupakan sebuah gunung itu, hanya m e­rupakan sebuah gili1} yang kecil. Dari gili itulah seorang kesatria yang amat sakti dan terpuji mem oh on ke hadira t Tuhan Yang Ma- lia K uasa agar laut di sekitarnya dijadikan sebuah lembah.

Asal-usul kejadian daerah itu, sangat m em pengaruhi sikap h idup penduduk yang saat ini m endiam i daerah itu. Bagi m asya­rakat K ecam atan Pu ju t dewasa ini, tem pat itu tak dapat dilupa- kan. Di atas G unung P u ju t m ereka m em b u a t tem pat pem ujaan .

Melalui tem pat itu m ereka m em an ja tkan puji, m em ohon segala sesuatu ke hadirat Tuhan. Kegiatan-kegiatan tersebut m ereka lak- sanakan sebelum mulai bercocok tanam, atau pun tu run ke sawah. Hal itu dilakukan dengan m aksud agar hasil yang diperoleh cukup m em uaskan.

Ceritera ten tang Gunung P u ju t itu dimulai dengan petualangan seorang ksatria yang berasal dari Majapahit. Ksatria itu adalah saudara Maharaja M ajapahit. K satr ia yang m enja lankan pe tua lang ­an ini, Sri Maharaja Mulia. Mengapa ia meninggalkan M ajapahit, tidak diketahui. D iceriterakan ia meninggalkan M ajapahit ber­sama pengiring sebanyak tu juh belas keluarga. Demikianlah de­ngan persiapan yang cukup, pada saat yang baik berangkatlah rom bongan itu m enu ju ke arah timur.

Pada suatu hari tiba di K era jaan K elungkung di pulau Bali. A dapun ketika berangkat Sri Maharaja Mulia m em baw a dua buah senjata pusaka, berupa keris dan tom bak. Keris itu bernam a Pak Ling. Dan tom bak itu bernam a Bulu Ratna.

Kedatangan rom bongan itu d isam but dengan baik oleh Raja K elungkung yang bernam a Dewa Alit. Raja ini m em punya i seorang putri cantik je li ta yang bernam a Sri Maharaja W indiwanting Pura.

*) D ite r je m a h k an dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa Sasak dialek M riaq-M riku. G unungP u ju t = n am a gunung.

1) G ili, adalah pu lau kecil yang m en jad i bag ian (anak) pu lau lain yang leb ih besar.-

47

Setelah beberapa lama berada di kerajaan K elungkung, akhir­nya berkenalan dengan Puteri W indiwanting Pura. Dan pada suatu saat m ereka Sri M aharaja Mulia m elaksanakan pern ikahan dengan mas kawin kedua senjata pusaka itu. Setelah h idup penuh kebaha- giaan dengan sang Putri, pada suatu hari Sri M aharaja Mulia m enghadap kepada m ertuanya.

"A yahanda yang budim an, ananda berm aksud u n tu k m e la n ju t ­kan pengem baraan ke arah tenggara K elungkung ini. Sudah cukup lama ananda tak m elihat daerah luar. Bila ayahanda m erestui, ananda berm aksud berangkat berok pagi." Mendengar itu Raja Kelungkung m enjaw ab.

"Bila itu yang ananda inginkan, baiklah. A yahanda tak kebe- ratan. Memang pengalam an itu sangat penting. Berangkatlah sambil melihat-lihat daerah kekuasaan kita di sebelah timur. A yah­anda merestui keberangkatan itu ."

K eesokan harinya setelah semua hal d iberitahukan kepada Sri "Maharaja Windiwanting Pura, ta tkala fa ja r m enyingsing Sri M ahara­ja Mulia meninggalkan istana kerajaan K elungkung, u n tu k me- mulai pengem baraan.

Lama ia dalam perjalanan. Banyak ia harus m endaki gunung dan banyak pula lembah yang dituruni.-Setelah masuk dan keluar hu- tan belantara, m enyeberangi sungai dalam dan melintasi padang lu- as, akhirnya pada suatu tem pat di tengah-tengah hu tan ia melihat seekor rusa putih . Kepala rusa itu terikat pada sebatang pohon. Ikatan itu sangat kuat, sehingga tak mungkin baginya u n tu k me- lepaskan diri. K eadaan rusa itu sangat m enyedihkan . R upanya sudah beberapa hari terikat di tem p a t itu. Dari tem p a t yang agak

ja u h Sri Maharaja Mulia dapat m endengar dengan je las ra tapan rusa yang sedang tersiksa itu.

"O, siapa gerangan yang dapat melepaskan diriku. Sungguh tak tahan lagi penderitaanku. Sudah lama aku tak m em inum air walaupun han y a seteguk. Apalagi m akan rum p u t pengobat lapar.

Siapa saja berjasa m elepaskan diriku ini, ja sanya yang besar itu tak akan kulupakan. Akan kubalas dengan jasa yang baik pula ." Demikian bunyi ratapan rusa itu, yang dapat didengar dengan je- las.

Timbul rasa kasihan di hati Sri Maharaja Mulia. Setelah ber- pikir agak lama, ia m em utuskan un tuk m elepaskan ikatan rusa itu.

"M enolong sesama m akhluk adaiah perbua tan yang te rp u j i ." Demikian katanya . Di saat itu pula semua tali pengikat rusa putih itu dilepaskan. Dan bebaslah rusa putih itu dari belenggu. Maka berkatalah rusa putih itu.

"Dari lubuk hati yang dalam, ham ba m enyam paikan terima kasih atas kebaikan hati tuanku yang telah m em bebaskan ham ba

48

dari ikatan. Sekarang ham ba berniat, un tuk m em berikan jasa baik itu. M udah-m udahan pembalasan jasa ini akan berfaedah bagi ki­ta semua, naiklah ke atas punggung ham ba. H am ba akan me- nemani tuanku dan m em b an tu dalam perja lanan ." Dengan cepat Sri Maharaja Mulia m e lom pa t ke atas punggung rusa putih itu. Dengan lari yang te ram at kencang, dalam waktu sekejap mereka tiba di tepi pan tai.

Saat, air laut sedang surut. Tak lama kem udian Sri Maharaja Mulia m elihat seekor ikan yang amat besar. Tiba-tiba rusa putih itu berkata:

"Naiklah ke atas punggung ikan yang besar itu tuanku. Iniiah kelan ju tan budi baik Tuanku te rhadap ham ba yang malang ini. Ikan itulah pengganti diri ham ba u n tu k m enem ani tuanku da­lam pengem baraan ini."

K o n o n ikan yang amat besar itu adaiah raja segala raja ikan. la bernam a Raja M in a 2\

Setelah Sri Maharaja Mulia m endengar kata-kata rusa putih itu, ia segera naik ke atas punggung Raja Mina sambil.memberi- kan perintah:

"Hai, Raja Mina bawalah aku ke arah t im ur laut."Tatkala Sri Maharaja Mulia berada di atas punggung Raja M i­

na dengan izin serta kekuasaan Tuhan , air laut pun naik kembali. Dan berenanglah Raja Mina m em baw a Sri Maharaja Mulia menu- ju ke arah t im ur laut.

Setelah lama berenang, pada suatu saat tibalah Raja Mina pada sebuah gili yang besar. K arena itu ia tak dapat m e lan ju tkan perja­lanan. Mereka kandas pada gili itu.

Melihat hai itu, Sri Maharaja Mulia segera pula mem berikan perintah.

"Hai, Raja Mina. Gili ini sangat besar. Tak m ungkin bagi kita m endakinya. Putarlah haluan dan bawalah aku m enuju ke arah s e la ta n ."

Mendengar perin tah itu, Raja Mina segera m em belokkan tubuh- nya, dan langsung m enuju ke arah selatan. Gili besar serta tinggi itu konon m enjad i sebuah gunung yang dewasa ini terkenal dengan nam a Gunung Rinjani.

Raja Mina yang m em baw a Sri Maharaja Mulia terus berenang tanpa mengenal lelah dan waktu. Tetapi pada akhim ya perjalanan itu ted ien ti karena kandas pada sebuah gili kecil. Di sini Sri M a­haraja Mulia turun dari punggung Raja Mina.

2) R aja M ina m en g in g a tk an k am i k ep ad a G ajah M ina. D alam k ep ercay a an m asy arak a t H indu di Bali dan L o m b o k , G ajah M ina adalah ra ja ikan yang b e rb e la la i seperti g a jah .

49

Setelah m em perha tikan sekeliling tem pat itu dengan seksama Sri M aharaja Mulia m em an ja tk an doa ke hadapan Tuhan Yang Ma- ha Kuasa.

"Ya, Tuhan Yang Mahasa Kuasa, bila Kau berkenan jad ikan lah laut di sekitar tem pa t ini menjadi sebuah lembah. Jad ikanlah agar gili kecil ini dikelilingi daratan, baik di sebelah u tara dan se­latan, m aupun tim ur dan barat. Biarlah pada masa-masa yang akan datang um at m anusia dapat be r tem p a t tinggal dan berusaha u n ­tuk m eny am b u n g h id u p n y a di sekitar tem pat ini."

Setelah selesai pu ji-pu jian3) dan doa, d ipan ja tkan oleh Sri M a­haraja Mulia seketika itu juga laut di sekitar gili yang kecil itu ber- ubah m enjadi daratan. Gili kecil itu telah berubah m enjadi daratan luas. Puncak gili itu berubah m enjad i gunung dan dinamai G unung Puji. Nama itu lama kelamaan berubah m enjad i Gunung Pujut. D inamakan Gunung Puji atau G unung Puju t, karena di tem pat itulah Sri Maharaja Mulia m em an ja tkan pu jinya ke hadira t Tuhan.

Setelah terc ip ta sebuah daratan baru di sebelah tenggara K era ­jaan K elungkung Sri Maharaja Mulia berniat kembali m enem ui m ertuanya.

"Hai, Raja Mina bawalah aku kembali ke K elungkung ."Dengan singkat diceriterakan, Sri Maharaja Mulia telah tiba di

K elungkung dan m enghadap kepada m ertuanya."A yahanda, setelah lama nanda m elakukan pengem baraan ,

ananda telah m em pero leh sebuah tem pat yang cocok dengan ke- inginan ananda. Ananda berm aksud un tuk pindah ke tem pat yang baru itu dengan semua pengiring yang beijum lah tu juh belas ke- luarga itu. Biarlah m ereka m encoba un tu k m en y am b u n g h idup di daerah itu."

Maka bersabdalah Dewa Alit Raja Kelungkung:"Kalau ananda berm aksud akan berangkat ke tem pat pem ukim -

an baru, bersama seluruh pengiring yang tu juh belas keluarga itu, sedikit pun ayahanda tidak berkeberatan . H anya ayahanda meng- harap jangan hendaknya hubungan persaudaraan kita m enjadi renggang karenanya. Hubungan itu harus te tap dipelihara, baik oleh yang meninggalkan m aupun yang ditinggalkan. H endaknya kita harus saling ingat dan saling mencintai. Itulah yang ayahanda perlu pesankan pada kesem patan terakhir ini. Selanjutnya ayah­anda akan tetap m endoakan semoga di tem pat yang baru nanti ananda selalu m endapa t rakhm at dari Tuhan Yang Maha K uasa ."

Demikianlah persiapan-persiapan un tuk pindah ke tem p a t yang baru sedang dipersiapkan. Pengiring-pengiring yang berasal dari Majapahit, semua d ikum pulkan. M ereka akan m enjad i anggota

3) P u ji = m u ji, m e n d o a k a n , m cn g h arap k an .

50

rom bongan ke tem p a t pem uk im an baru. Perahu pun sudah diper- siapkan. Maka setelah semua siap sedia, berto lak lah perahu itu de- ngan segenap rom bongan m enu ju ke tem pat pem ukim an baru di G unung Pujut.

Tatkala rom bongan tiba pada suatu tem p a t di sebelah u tara K aw o, pelayaran tak dapat d ilan ju tkan lagi. Perahu m ereka kan- das. Sekitar tem pa t itu penuh dengan lumpur. Tem pat perahu itu kandas dewasa ini bernam a Tarung Arung.

Oleh karena pelayaran tak m ungkin dilanjutkan lagi maka seluruh penum pang d iturunkan . Perjalanan pun dilanjutkan dengan beijalan m enuju ke arah selatan. A khirnya rom bongan itu tiba di lembah G unung Pujut. Dan Sri M aharaja Mulia dengan se- genap pengiringnya segera m enu ju ke puncak Gunung Pujut. Dan setelah tiba, atas perin tah Sri Maharaja Mulia, pertam a-tam a m ereka m em bangun dapur, karena soal m akan adalah soal yang sangat penting. Itulah sebabnya Sri M aharaja Mulia m em erin tah- kan agar m em b u a t dapur terlebih dahulu. Sesudah itu menyusullah tem p a t tinggal. A khirnya sem uanya selesai.

Dan hingga dewasa ini seluruh m asyarakat K ecam atan Pujut, masih tetap m elakukan upacara di Gunung itu. Belumlah sem- pu rna suatu kegiatan, apabila tidak didahului dengan upacara "m em u ji" di G unung Pujut. Kegiatan semacam ini dilaksanakan oleh segenap lapisan m asyarakat. Baik laki-laki m aupun perem pu- an, bangsawan atau pun rakya t serta tua dan muda. Semua itu di­laksanakan hanyalah untuk m em ohon kepada Tuhan agar hasil panen yang diperoleh dapat berlipat ganda.

Kini diceriterakan selanjutnya peri hal Maharaja Windiwanting Pura, pada saat ini ia sedang hamil tua. Setelah tiba saatnya, maka pada suatu hari Maharaja Puteri m elahirkan seorang bayi perem- puan. Bayi m em punya i paras cantik je li ta , sesuai dengan nama yang diberikan, Sri Dewi R atna Tanauran. Pada kehamilan kedua kalinya Maharaja Windiwanting Pura m elahirkan seorang bayi laki-laki yang amat tam pan. Putera raja ini diberi nam a Sri M aha­raja Maspati. Sedangkan kehamilan yang ketiga lahirlah seorang pu te ra yang dinamai M aharaja Masguna.

Setelah dewasa Sri Maharaja Maspati m em persun ting seorang Puteri yang bernam a Puteri Mas Mayang. Dari pern ikahan ini me- reka m em pero leh dua orang putera masing-masing bernam a M aha­raja Olom dan Sri Maharaja Mas Galungan. Demikianlah terus me- nerus. Setelah berjalan lama penduduk Gunung Pujut itu menjadi banyak.

Dengan lahirnya dua orang raja pu te ra ya itu M aharaja Olom dan Sri Maharaja Mas Galungan, Sri Maharaja Tanauran berm aksud un tuk m engadakan upacara pencukuran ram but. K arena itu, ia berm aksud un tu k m engundang Raja K elungkung. Ia selalu ingat

51

akan pesan ayahnya sewaktu akan meninggalkan Kelungkung. K etika itu ayahnya m engatakan bahwa selama kita masih h idup harus selalu saling ingat, c in ta-m encintai dan pada setiap kesem- patan yang baik, hendaklah saling kun jung m engunjungi u n tu k m em perera t tali silaturrahmi. Pesan itu disampaikan Sri M aharaja Mulia kepada pu te ra pu te r inya dan se lanjutnya disampaikan kepa­da ketu runan selanjutnya. Demikian seterusnya sehingga hubung- an kekeluargaan te tap terpeliliara.

Setelah keperluan u n tu k m enghadapi upacara pencukuran su­dah siap, m aka dikirimlah dua orang utusan un tu k m enghadap Dewa Alit Raja K elungkung. Utusan itu pun berangkat m enu ju K erajaan Kelungkung. Setelah tiba m ereka m enghadap di istana.

"Hamba sengaja m enghadap sebagai u tusan cucu Tuanku , Sri Maharaka T anauran , puteri Sri M aharaja Mulia yang sekarang ber- ada di G unung Pujut. A dapun m aksud kedatangan ham ba ialah un tuk m em p erm ak lum kan rencana cucu T uanku ,yang akan m eng­adakan upacara pencukuran terhadap cucu Tuanku Raja Putera Maharaja Olom dan Sri M aharaja Mas Galungan. Selanjutnya ke­datangan ham ba yang berm aksud un tuk m em persilahkan Tuanku un tuk menghadiri upacara te rseb u t ." M endengar itu Raja K elung- kung bersabda :

"Hai, u tu san , semua yang kau k em ukakan tadi, aku terim a de- ngan baik. Maksud baik dari ananda Sri Maharaja Mulia bersama cucuku Sri Maharaja Tanauran saya restui. M udah-m udahan tidak ada aral melin tang dalam m elaksanakan m aksud tersebut. Tentang keda tanganku ke Gunung P u ju t , semoga tak ada arai m e­lintang. Aku akan berusaha un tu k menghadiri upacara tersebut. Bila aku datang, yang akan ku tu ju ialah Mbual Kesarah di Ketara. Dari sana aku akan m em berikan tanda dengan letusan meriam tiga kali, itulah tanda bahwa aku bersama rom bongan sudah t iba."

Setelah semua pem bicaraan dengan kedua utusan dengan Raja K elungkung selesai, m aka kedua u tusan kembali ke Gunung Pu- ju t . Sementara itu persiapan-persiapan un tu k upacara terus dila- kukan.

Maka pada suatu hari Raja K elungkung bersama dengan seluruh pengiringnya telah tiba di Mbual Kesarah. Sesuai dengan perjan- j ian meriam pun diletuskan tiga kali. Itulah tanda bahwa Raja sudah tiba. Selanjutnya Raja K elungkung mengirim kan dua orang Patih yang amat setia, yaitu Patih Tem urak dan Patih Temarik. K ed u a Patih ini dikenal sebagai Patih yang selalu m endam pingi Raja. Di mana saja Raja berada kedua Patih itu pasti berada di sampingnya. K edua patih inilah yang diutus oleh Raja K elung­kung ke Gunung Pujut.

52

Kini d iceriterakan kedua patih sudah berada di hadapan Sri M aharaja Tanauran puteri Sri Maharaja Mulia. Patih itu pun se- gera m engha tu rkan sembah.

"Harnba adalali dua orang patih K era jaan K elungkung, yang se- ngaja diutus oleh Baginda Raja yang sudali berada di Mbual K e­sarah. M aksud kedatangan h am ba ialali un tuk m em pennak lum kan keda tangan beliau dan upacara yang d irencanakan agar dilangsung- kan sebagaimana m estinya. Ham ba juga m engharapkan kesiap- siagaan baginda bersama dengan seluruh rakyat di sini" dalam m e­n y am b u t kedatangan Baginda Raja ."

"Bila demikian halnya, baiklali, kami sudali siap dengan segala- galanya." jaw ab Sri Maharaja Tanauran.

Maka d ilanjutkanlah mengggarap persiapan-persiapan yang di- perlukan un tuk m enghadapi upacara ini. Mulai saat itu selamatan semacam ini seperti ngurisang dan lain-lain yang sejenis dinama- kan K arya Urip Di samping itu juga dinamakan K arya P a t i5).

Setelah sem uanya siap sebagaimana yang diharuskan, maka upacara ngurisang cucu Maharaja Mulia dilaksanakan. Upacara per tam a ialali m em otong benang di u jung Lem pot Umbaq E ro 6). Dan yang berhak m em o to n g benang itu ialah seorang yang sudali diberi gelar Mangku atau Pemangku. Sambi m em ohon ke hadirat Tuhan supaya anak yang dicukur itu senantiasa m endapa t kese- lamatan dalam h idupnya nanti. Tentang ramainya upacara itu, k iranya tidak usah diceriterakan. Para pengiring yang benasal dari Majapaliit sebanyak tu juh belas keluarga itu, sekarang sudali berkem bang m enjadi banyak. G unung P uju t yang daliulu sepi sekarang m enjad i sebuali desa ramai. P enduduknya hidup dalam keadaan aman, penuh diliputi kebaliagiaan laliir bathin. Pada wak- tu selamatan diadakan semua p en d u d u k m em erlukan hadir, sehing- ga suasana dalam selamatan itu benar-benar ramai dan penuh diliputi suasana persaudaraan. K ehadiran Dewa Alit Raja Kelung- kung m enam bah semaraknya suasana.

Kini diceriterakan baliwa Sri Maharaja Mulia, dari hari ke hari bertam bah tua juga. Dan pada suatu saat, ia menghilang di suatu tem pat. Di tem pat ia tam pak terakhir, itulah disusun batu-batu hitam yang be rben tuk nisan. T em pat itulali yang hingga saat ini d isebut orang P E D E W A Q 7'. Sedangkan tum pukan batu-batu hitam itu diberi ju lu k an Dewa Dapur.

4) K ary a U rip = upa ca ra -u p acara dalam siklus h id u p m an u sia , K arya = k e rja . U rip = h id u p .

5) K ary a P ati = (K arya = k e rja . Pa ti = m a ti) adalah u p aca ra yang b e rh u b u n g a n de- ngan k e m a tia n .

6) U m b aq Ero - adalah selendang tra d is io n a l yang khusus d ib u a t u n tu k seor-.ng anak u n tu k k e p en tin g a n u p a c a ra . Sering ju g a d iseb u t U m baq L e m p o t a tau L e m p u t U m baq saja.

7) P edew aq - adalah te m p a t (bangunan ) suci m a sy a rak a t Sasak dengan corak non Islam .

53

5. HAJI ALI BATU.*

Ceritera ini terjadi di desa Sakra, K ecam atan Sakra, K abupa- ten L om bok Timur. Di tem pat itu te rdapa t seorang yang sudah sangat diresapi oleh ajaran Islam. Orang ini m em punyai cita-cita serta keinginan yang sangat besar un tuk m en yem purnakan rukun agama yang d ianutnya , yaitu m engerjakan ibadah haji ke tanah suci. Ceritera ini terjadi pada masa pem erin tahan Ida Anak Agung yang menguasai Pulau L om bok ini. Orang itulah yang kem udian terkenal dengan nam a Haji Ali Batu.

Cita-cita serta keinginannya un tuk naik haji, bukan alang- kepalang. la ingin segera berangkat. Siapa pun yang mencegah- nya dengan alasan tahun depan atau alasan lain tak akan dihirau- kan. Cita-citanya hanya satu. Yaitu segera m engerjakan rukun Is ­lam yang kelima.

Maka pada suatu saat berangkatlah ia ke tanah suci dengan m em pergunakan kapal layar. Kapal itu sangat te rgan tung kepada kekua tan angin. Makin besar dan te ra tu r arah angin, makin cepat- lali sampai ke tu juan . Tetapi bila nasib sedang tidak m ujur , maka perjalanan pun akan tergantung pada nasib pula. Begitu pulalah yang terjadi atas diri Haji Ali Batu. Setelah berlayar beberapa bul lan d itam bah dengan beberapa minggu, m aka kapal itu tiba di selat- Singapura, Tetapi apa daya takdir m em ang harus dijalani dengan takw a dan sabar. Sesampai di selat ini, kapal yang hanya bergan- tung pada kekuatan layar itu, berlayar m enuju ke arah u tara , terus ke u ta ra hingga m encapai Hongkong.

Pada musim yang baik, kapal layar itu kembali ke Singapura dan m elan ju tkan perja lanannya ke tanah suci. Beberapa bulan kem u d i­an, disertai dengan doa yang senantiasa d ipanja tkan ke hadira t Allah Subhanahu Wataala, m aka perjalanan ini senantiasa dalam lindunganNya. Singkat ceritera sampailah kapal Haji Ali Batu di antara Laut Sokotra di dekat Teluk Aden.

Laut di sini kelihatan hitam karena amat dalam. O m baknya tinggi dan besar bergulung-gulung. Kapal layar yang ditum pangi

*) D ite ije m a h k an dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa Sasak d ialek M riaq-M riku. H aji A li Ba- tu = n am a orang .

54

Haji Ali Batu ju g a tak terlepas dari sasaran om bak yang besar itu. Dalam w aktu singkat, kapal itu masih dapat bertahan. Tetapi gelombang dahsyat m enyerang terus-menerus. K arena itu kapal sederhana itu pun mengalami kebocoran dan pecah di tengah laut- an yang sedang mengganas itu. Semua perbekalan para penum- pang, tenggelam. Para penum pang berusaha m enyelam atkan diri masing-masing dengan mem egang sebilah papan. Sedangkan Haji Ali Batu tak m em pero leh sebilah papanpun . K etika kapal itu pe- cah, ia berusaha m en ye lam atkan diri dengan segenap kem am puan serta tenaga yang ada padanya. Ia berenang sekuat tenaga dengan gaya silih berganti. Begitulah berjalan beberapa saat. Tetapi da­lam mengalami saat kritis seperti ini, Haji Ali Batu tak pernah lupa akan TuhanNya. Zikir dan tasbeh selalu d iucapkannya. Ia me- m oh o n ke hadira t T uhan , agar berkenan m em berikan perto- longan. Di saat-saat yang sulit yang sedang dialaminya ini, ia ter- ingat akan pe tu n ju k gurunya, yang telah m em berikan doa un tuk mengatasi bahaya angin topan dan gelombang besar di tengah laut. Doa-doa itu pun diucapkan oleh Haji Ali Batu. Setelah doa- doa te rsebu t diucapkan perubahan pun terjadi.

Lautan berubah m enjad i tenang. Air tam pak berkilauan de­ngan riak-riak kecil yang tam pak indah. K arena itu Haji Ali Batu, m em an ja tk an puji syukur atas kerelaan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tak lama kem udian , tiba-tiba dia berpijak di atas kerang. Laut terasa dangkal, dan m akin lama m akin dangkal juga , dan akhirnya di tem p a t itu tu m buh sebatang pohon , yang bernam a Paoq Jeng- g i1-1. Pohon ini hanya te rdapa t di tengali laut. Kalau pun mungkin te rd ap a t di darat, m aka hanya akan terlihat oleh orang te r ten tu , atau orang suci. Pohon itu ber tam bah besar dengan cepat. Besar- nya tak dapat d inyatakan dengan kata-kata. Haji Ali Batu tak da- pat m em eluknya. Tetapi m eskipun demikian ia merasa berun tung di dekat pohon itu te rdapa t tu m b u h - tu m b u h an m enja la r yang m em belitnya . Melalui pohon m em belit itulah Haji Ali Batu b e r ­usaha m em an ja t u n tu k mencapai dahannya.

Setelah mencapai dahan pohon itu, diceriterakan hari pun sudah m enje lm a malam. Pada saat dan tem pat itu ju g a hinggap seekor burung garuda yang sangat besar. Haji Ali Batu merasa sangat takut.

"Betapa nasibku k in i ," katanya. "Lepas dari bahaya yang satu, datang lagi bahaya lain. Oh, Tuhan selamatkanlah ham baM u yang Iemah ini. Bagaimana pun asal garuda ini m encium bau di­riku tam atlah riwayatku di tem pat ini."

1) P ao q Jenggi = m angga je n g g i, m e n u ru t anggapan tra d is io n a l m a sy a ra k a t, m angga je n g g i b u a h n y a am at b e sa r, dan h a n y a te rd a p a t di lau tan se la tan .-

55

N am un Tuhan masih tetap m em eliharanya. Sungguh ajaib bu­rung itu tidak mengganggu. Sedikit pun tak disentuhnya. Malah- an haji Ali Batu m encoba m em egang pergelangan kaki burung itu. Bukan main, besarnya. Susuhnya seperti betis manusia. Pi- kirnya: "Burung garuda ini datang dari darat. Pasti ia akan kembali ke darat un tu k mencari m akan. Lebih baik aku m enggantungkan diri pada kaki burung ini, supaya segera sampai di dara t."

Maka dirinya diikat erat-erat pada kaki burung itu.Singkat ceritera, hari m enjelang pagi. F a ja r kem erahan telah

m em b en tan g di u fu k timur. Burung itu ju g a segera bangun dan terbang m enu ju ke arah barat. Tak berapa lama, ia tiba di benua Afrika. Burung itu hinggap pada sebatang pohon. Dengan segera Haji Ali Batu melepaskan ika tannya dan berpegang pada ranting pohon itu. Di saat itu t im bullah firasat pada pikiran Haji Ali Batu, bahw a burung itu sebenarnya penje lm aan m ala ikat, yang senga- ja datang u n tu k m enolong dirinya. K arena sewaktu selesai mele- paskan ikatannya, burung itu lenyap seketika, pergi entah ke mana.

Selanjutnya Haji Ali Batu bersiap-siap un tuk turun ke bawah. Tetapi ketika akan tu ru n dia mengalami kesulitan. Pohon itu amat besar. Tetapi un tung lah pada pohon itu te rdapat p ohon lain yang m elekat padanya. Dengan berpegang pada akar yang melilit itulah Haji Ali Batu tu run ke tanah. Segera setelah ia m eng in jakkan kaki- nya di bumi, berdatanganlah berm acam -m acam binatang buas. Semua datang silih berganti, dengan suara yang m enyeram kan . K etika yang satu datang, yang lain lari ke takutan . Demikianlah seterusnya, hingga pada akhirnya datang seekor harimau. Air liurnya mengalir dan lidahnya m en ju lu r karena m encium bau manusia. H arimau itu datang m endekat. Tetapi kem udian lari k e ta ­ku tan , karena seekor singa datang. Tetapi kem udian lari tunggang langgang karena melihat seekor beruang yang amat besar. Pada akhirnya datanglah seekor rupak. Binatang itu sangat luar biasa. la m em punya i ben tuk serta kekuatan yang tak ada bandingnya. Tetapi karena tekad yang m em bara serta niat suci, u n tu k menger- jak an ibadah haji, Haji Ali Batu m enghadapi semua cobaan ini dengan tabah dan tawakal.

"Seandainya aku mati dalam perja lanan ini, m atiku adalah mati syahid. M udah-m udahan Tuhan senantiasa m elindungi diriku ini," demikian pendirian Haji Ali Batu. Dengan pendirian itu ia tak pernah bim bang atau pun ragu m enghadapi semua cobaan. Menghadapi rupak yang terkenal ganas itu, ia tetap tenang dan pasrah kepada Yang Maha Penolong.

Selanjutnya diceriterakan rupak itu mulai menyerang. Haji Ali Batu dapat m enghindar. Serangan datang lagi. Serangan ini pun dapat dihindari dengan baik. Setelah diserang berulang kali, baru-

56

lah Haji Ali Batu teringat akan golok yang dibawa. Golok itu pun d ihunusnya. Dengan demikian ia pun siap dengan senjata di ta­ngan.

Dengan tenang ia m enanti beriku tnya. Benar, Rupak yang te­lah berulang kali gagal itu m enjad i penasaran. Kini serangan dilakukan lagi. Haji Ali Batu segera m enghindar dengan sigap. Dan disaat yang tepat sekali, senjata d iayunkan dan tepat me- ngenai leher rupak itu. Rupak menggelepar dengan semburan darah segar. Dan tak lama kem udian habislah r iwayatnya. Sambi m enguliti rupak itu, Haji Ali Batu berpikir:

"Binatang ini sangat d itakuti oleh binatang lain. Kalau kulit- nya kupakai, b inatang lain pasti tak berani mengganggu."

Benar seperti yang dipikirkan. Setelah menguliti , kulit rupak itu selalu disandang di atas pundaknya . Dan tak seekor binatang pun yang mengganggu dalam perjalanan. Siang dan malam Haji Ali Batu berjalan terus. N ia tnya hanya satu. Harus sampai di Mek- kah dan m engerjakan ibadah haji. A khirnya lelah dan haus mengu- asai dirinya. Tetapi atas p e tun juk Yang Maha Kuasa pada suatu saat sampailah ia di dekat sebuah telaga.

"A lham dulillah , sekarang dapatlah aku m inum sepuas-puasnya." Demikianlali p ikir Haji Ali Batu. Tiba-tiba ia m elihat suatu keaja- iban. Setiap b inatang yang m em inum air telaga itu berubah m en ­jad i batu. Makin besar binatang yang m em inum nya , makin besar pula batu penje lm aannya. Melihat keajaiban itu, Haji Ali Batu m en jad i ragu.

"Kalau aku m inum jangan-jangan berubah m enjad i batu pula seperti yang terjadi atas b inatang-binatang itu ."

Setelah berpikir beberapa lama, d iambilnya keputusan . Dia tak akan m em inum di telaga itu sebelum m elakukan percobaan. Lalu ia m ence lupkan te lun juknya ke dalam air. K etika diangkat telun- ju k itu telah berubah m enjadi batu.

"O," p ik irnya, "siapa pun yang m em inum air telaga ini, pasti berubah m enjadi ba tu ."

K em udian ia m elan ju tkan perja lanan meninggalkan telaga ajaib itu. Dalam perja lanan yang amat berat ini, ia selalu m engucapkan kalimah syahadat serta ucapan-ucapan yang m ensucikan Allah.

D iceriterakan kini Haji Ali Batu telah berbulan-bulan dalam perja lanan. A khirnya ia m endengar suara ayam berkokok.

"Nah, bila ada ayam berkokok , pasti akan ku jum pai sebuah d u s u n ."

Benar. Tiada berapa lama kem udian, tibalah ia pada sebuah dusun yang tiada begitu besar. Tetapi p en d u d u k m enjad i takut m eliha tnya , dan berlari tunggang langgang tak ten tu arah.

"Mengapa hai ini te r jad i?" p ikir Haji Ali Batu.

57

"O, barangkali karena kulit b inatang ini." Barulah teringat un tuk m em bukanya . K ulit itu dilipat. kem udian barulah mende- kati penduduk . Kini m ereka pun tak taku t lagi. Mereka mulai saling m endekati .

Haji Ali Batu selalu d itanya ten tang asal, tu juan dan sebabnya berada di negeri itu. Tetapi ia tak mengerti m aksud per tanyaan itu. Mereka saling tidak mengerti. Apa pun yang diucapkan kedua belah p ihak, saling tak mengerti. H anya Haji Ali Batu berusaha m em perkena lkan diri dengan m engucapkan ka ta Sasak2' dan M ekkah saja. H anya Sasak dan Mekkah. D ua kata itulah menjadi pangkal dan u jung pembicaraan. A khirnya Haji Ali Batu meng- hadap kepada Raja Mesir. Raja Mesir pun m engurusnya dengan sabar. K arena bahasa Mesir juga tak dipaham inya. Haji Ali Batu hanya m enjaw ab dengan kata Sasak, M ekkah dan rukun Islam saja. Selebihnya m ereka berhubungan dengan bahasa isyarat.

Dengan m em pergunakan bahasa isyarat akhirnya mengerti- lah, m ereka siapa dan ke mana tamu ini. Pengalam annya sangat mengagum kan pem erin tah Mesir. Oleh pem erin tah Mesir, ia di- berikan seperangkat pakaian. Sedang sebahagian dari kulit bi­na tang itu ditinggalkan un tu k kenangan. K em ud ian Haji Ali Batu d ian tarkan ke perbatasan tanah Mekkah. Setelah m encerite rakan penga lam annya kepada p en duduk M ekkah ia dibawa m enghadap Raja. Di tem pat ini ju ru bahasa cukup banyak. Sehingga dengan m udah dapat d iketahui siapa tamu itu. K arena pengalam annya Haji Ali Batu djanggap sebagai tamu Raja. Ia m endapa t perlakuan serta kesem patan yang istimewa.

Semua kebu tu h an selama berada di Mekkah, sepenuhnya di- tanggung oleh Pemerintah. T em pat tinggal, keb u tu h an sehari- hari, semua disediakan selengkapnya. Semua guru besar-dan alim ulam a Mekkah dikunjungi. Segala jenis ilmu dipelajari, juga ilmu perang. Setelah beberapa tahun berada di M ekkah dan berbagai ilmu sudah dikuasai, Haji Ali Batu berm aksud kembali ke pulau Lom bok.

Dalam perja lanan kembali ke Lom bok, Haji Ali Batu melalui beberapa negara. U ntuk melewati beberapa negara lain dibekali sebuah surat pengantar. Surat itu ditulis oleh Raja M ekkah sendiri. Dalam surat itu Raja M ekkah m em in ta agar setiap negara yang disinggahi bersedia m em bantu Haji Ali Batu sehingga dapat m elan­

ju tk a n perjalanan.D em ikianlah perjalanan pulang, Haji Ali Batu berjalan sebagai-

m ana lazimnya bagi setiap anggota jem aa t haji. Setelah beberapa bulan dalam perjalanan tibalah Haji Ali Batu di Pelabuhan Ampe- nan dan langsung m enuju desa kelahirannya yaitu desa Sakra.2) Sasak , dalam cerite ra lam a pu lau L om bok selalu d iseb u t Sasak.

D ew asa ini Sasak = n am a bahasa dan p e n d u d u k asli pu lau L o m b o k .

58

M asyarakat Sakra m enjad i gempar m endengar kedatangan Haji Ali Batu. Sebelum nya m ereka beranggapan bahwa Haji Ali Batu telah meninggal dunia. Telah sangat lama beritanya tak pernah terdengar. N am anya telah dilupakan oleh m asyarakat. Kedatangan- nya yang tiba-tiba ini m em b u a t orang heran dan tercengang. Sebagian lagi m encucu rkan air m ata karena terharu. Mereka ber- syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena p im pinan yang sangat m ereka cintai telah berada kembali di tengah-tengah mere- ka.

Setelah berada kembali di tengah-tengah kaum keraba tnya Haji Ali Batu m encerite rakan semua pengalam annya. Sejak berto lak dari pe labuhan A m penan , di serang badai di tengah lautan, hingga tiba di pedalam an A frika serta suka dukanya semua diceriterakan dengan lengkap. D em ikian juga kebesaran Raja Mesir, serta Raja Mekkali dan kebijaksanaan ulam a di negeri itu, diceriterakan de­ngan sem purnya tak berbeda dengan ceritera-ceritera yang pernah diceriterakan orang sebelumnya. D ikem ukakan ju g a betapa nik- m a tn y a beribadah di tanah suci.

Dengan kem balinya Haji Ali Batu perkem bangan Agama Islam di desa Sakra m enjad i sangat pesat. M urid-murid Haji Ali Batu berkem bang dengan baik, dan selalu bertam bah banyak. Banyak ilmu yang diajarkan. Demikian juga berbagai aliran tarekat. Sampai saat te rakhir ini aliran Tarekat Batu P o teq 3) ajaran Haji Ali Batu masih d ianut orang.

Dalam berbagai kegiatan Haji Ali Batu tak pernah ketinggalan. Baik dalam suka m aupun duka. Demikian juga dalam kegiatan perseorangan, m aupun kem asyarakatan . la selalu m engan ju rkan h idup to long-menolong. Dan semua itu d iberikannya dengan te- ladan. la selalu tu run tangan. Demikian juga bila ter jad i keribut- an. Teru tam a dalam keributan m em per tahankan kem urn ian ajaran agama.

Semua itu dilakukan sampai hari tuanya. K etika m uridnya telah tersebar di segenap penjuru L om bok Timur, akhirnya tibalah masa keperg iannya yang abadi. Haji Ali Batu meninggal dunia. la m e­ninggalkan segala yang ia punyai. Maka m urid -m uridnya m e lak u ­kan upacara pem akam an dengan penuh penghorm atan .

D em ikianlah hingga dewasa ini makam Haji Ali Batu masih dikunjungi orang.

3) B atu P o teq = b a tu p u t ih . B atu = b a tu . P o te q = p u tih .

59

6. KEBANGO RENGSENG.

Pada zaman dahulu di Dasan Beleka Desa Ganti te rdapa t se­orang laki-laki yang sudah berusia lanjut. Is trinya telah lama m e­ninggal dunia. Kini ia hanya ditemani oleh seorang anaknya yang masih kecil. Sumber penghidupan dari keluarga ini hanyalah de­ngan ja lan m em asang sebuah bubu pada sebuah sungai. Sungai itu mengalir di sebelah Dasan Beleka. B ubunya dipasang pada suatu tem p a t yang bernam a Tibu Nangka. Di tem p a t itulah ia selalu me- masang bubunya.

Dem ikian beija lan beberapa tahun. Setiap sore orang tua itu bersiap-siap un tuk mem asang bubunya. Setiap pagi pada waktu bu ta orang tua itu berangkat ke Tibu Nangka un tu k mengangkat b u b u n y a kembali. Selama ia m elakukan pekerjaan ini, selalu ada saja rezeki yang didapat. B ubunya selalu berisi lele, belut dan beberapa jenis ikan kecil lainnya.

Setiap pagi, manakala ikan-ikan itu sudah kum pul, orang tua itu berkeliling dari satu kam pung ke kam pung lainnya, un tuk m enukarkan ikannya dengan beras. Penduduk desa itu sudah me- ngenal betul penghidupan orang tua dengan anaknya itu. Mereka merasa kasihan dan simpati kepada orang tua itu.

Karena m ata pencaharian orang tua itu hanya mencari ikan d e ­ngan m em asang bubu saja, m aka m ereka selalu h idup tidak ber- kecukupan . M anakala sedang m ujur, banyaklah ikan yang masuk ke dalam bubunya. Tetapi apabila sial sedang m enim pa, banyak di antara puk a tn y a yang kosong. Tetapi hari demi hari m ereka hadapi dengan sabar dan tabah.

Dem ikianlah seperti biasa orang tua itu sedang berada di tem pat pemasangan bubu. Tiba-tiba di tem pat yang agak jau h , ia melihat bayangan seorang manusia yang sedang bergerak m enuju ke tem- pat bubunya. Pikir orang tua itu.

"A pa m aksud orang ini berada di tem pat puka tku? Barang- kali orang ini berm aksud m encuri ikanku. Kalau tidak mengapa ia berada di tem p a t itu?" Lalu ia beija lan m endeka t , te tap i apa yang terjadi? Manusia itu lenyap tiba-tiba. Orang itu berkata di dalam

*). D ite ije m a h k a n d a ri cerite ra ra k y a t b e rb ah asa Sasak d ia lek M eno-M ene.

60

hati. "Hai, apa yang terjadi? Ke m ana orang itu?" Sekitar tem pat itu diteliti dengan seksama, nam un tak satu m anusia pun yang tam pak. Karena itu ia kembali ke bubunya. Diangkatnya semua, lalu pulang ke rum ahnya.

Hari ber iku tnya , kejadian seperti itu terulang pula. Pada waktu tengah malam ta tka la orang tua itu sedang berada di Tibu Nangka seperti biasanya, m anusia aneh itu pun datang lagi. K edatangannya d iperhatikan terus oleh orang tua itu.

"Manusia ini, te tap datang. T am paknya ia berm aksud jahat. Kalau saja aku tidak berada di tem pat ini pasti isi bu b u k u akan habis d iam bilnya ." Dengan hati yang bulat ia m endekati manusia itu. Lalu katanya:

"Hai, siapakah kau sebenarnya dan apa m aksud kedatanganm u di tem pa t ini? Kukira kau telah datang ke tem pat ini, berulang- ulang. Sekarang katakan lah apa m aksud keda tanganm u di tem pat ini."

"K uharap jangan lah Bapak berprasangka buruk akan keda tang ­anku ini. Karena keda tanganku semata-mata didorong oleh m ak ­sud baik. Yaitu tu ru t m enjaga bubu yang tersebar itu."

"Kalau benar demikian, kuharap agar kau m endekat. Marilah kita m erokok atau makan sirih bersama. Betulkah kau datang dengan m aksud m em ban tu menjaga bubu-bubu ini?" kata si orang tua selanjutnya.

"Benar, m em ang sengaja aku datang ke tem p a t ini un tuk men- ja lin tali persahabatan dengan Bapak. Bagaimana pendapat Bapak?" tanya tam u tak diundang itu.

"Terima kasih, sekali lagi banyak terima kasih atas m aksud anda un tuk bersahabat dengan aku yang melarat ini. Tetapi ketahuilah , bahwa aku hanya seperti apa yang anda lihat. Beginilah keadaanku yang sebenarnya. Diriku adalah orang tua yang miskin. Kalau aku tidak memasang bubu ten tu lah kami kelaparan keesokan harinya. Dengan demikian apakah yang anda inginkan dariku?" kata orang tua itu bersungguh-sungguh.

"Aku tidak m engharapkan apa-apa dengan bersahabat dengan Bapak. Yang kuharapkan hanyalah m udah-m udahan dengan p e r ­sahabatan kita ini, ada h ikm ah yang akan kita dapat kelak, baik itu kepentingan kita berdua, m aupun un tu k kepentingan m asya­rakat pada um u m n y a ," jaw ab tam u tak d iundang selanjutnya. Pada kesem patan be r iku tnya ia berkata lagi.

"Tentang penghidupan Bapak tidak perlu dirisaukan. Bapak sebagai seorang manusia, wajib mencari rezeki dengan sekuat tenaga. Yang penting ja lan kita haruslah ja lan yang baik. Lanjut- kanlah pekerjaan Bapak itu."

"A ku gembira m endengar kata-katam u. K etahuilah sahabatku bahwa aku m em punyai seorang anak laki-laki. M udah-m udahan

61

persahabatan ini dapat d ilan ju tkan oleh anakku. Bila aku men- dahului kalian, aku harap agar persahabatan kita ini diteruskan seperti keadaan ini."

"Aku juga m engharapkan itu," kata tam u itu selanjutnya.Setelah peristiwa ini berlangsung beberapa lama, pada suatu

pagi orang tua itu ditanya oleh anaknya di rum ahnya. "Ayah, dengan siapakah ayah berbicara setiap kali berada di tem pat bubu? Bolehkah aku m engetahu inya?"

"Hai anakku, ke tahuilah bahwa ayah berbicara di sungai itu dengan seorang sahabat. Telah lama pula ayah m enjalin persaha­batan dengan dia. Dia sangat baik. Dia selalu m em perha tikan ke­pentingan orang lain, dan orang banyak. Oleh karena itu, bila ayah telah meninggal dunia hendak lah kam u lanjutkan persaha- batanku ini. Dengarlah segala nasihatnya, dan perhatikan segala p e tun juk -pe tun juknya . Sahabat ayah itu pun telah ayah pesankan pula. M udah-m udahan keinginanku ini m enjad i kenya taan kelak. Perhatikanlah pesanku ini baik-baik. Karena sahabatku itu pasti akan m encarimu. Dan satu hai. yang paling penting kam u perhati- kan ialali, nanti apabila kau telah bersahabat dengan dia, bila diberikan sesuatu baik berupa hewan, perm ata atau pun benda- benda lain, maka yang paling baik bagimu ialali memilih benda yang paling buruk di antara benda-benda yang ada. Ya, kamu harus memilih yang paling buruk ."

Setelah m em berikan petun juk demikian, tiada berapa lama orang tua itu pun meninggal dunia. Anak tunggalnya mewarisi peninggalan, term asuk juga alat penangkap ikan, beserta bubunya. Dan sekarang anak ini h idup yatim piatu. Ia selalu m em asang bubu di Tibu Nangka seperti ayahnya. Jalan h idupnya tak berbeda de­ngan sebelumnya.

Demikianlah waktu telah berjalan beberapa tahun larnanya. Keadaan dahulu sama saja dengan keadaan sekarang ini. Tetapi pada suatu pagi, terjadilah suatu keganjilan. Biasanya setiap pagi kalau ia mengambil bubu pasti ada isinya. Kadang-kadang sedikit, kadang-kadang banyak. Tetapi tak pernah mengalami kekosongan. N am un kali ini semua terasa aneli, te tapi semua ikan isi bubunya tinggal kepala saja. Satu keajaiban yang luar biasa. Dia berkata sendiri sambil berpikir:

"Siapa gerangan yang mengganggu isi bubuku? Sampai hati benar m elakukan hal yang seperti ini. Mengapa kepalanya saja yang ia tinggalkan? Siapakah yang mau m enukarnya dengan beras? Tetapi apa boleh buat. Memang nasibku hari ini m em ang sial. M udah-m udahan tidak akan lagi teru lang."

Hari ber iku tnya tatkala w ak tu telah tiba, anak yatim piatu itu telah berada di tem pat biasa dan memasang bubunya. Keesokan harinya pagi-pagi benar ia sudali bangun dan bergegas pergi un tuk

62

m engangkat bubunya . Apa yang terjadi. Hari ini terjadi ju g a se­perti hari kemarin. Semua isi p u k a tn y a tinggal kepalanya saja. Di rum ah ia m em ikirkan dan m erencanakan apa yang akan dilakukan- nya.

"Dua kali telah terjadi keganjilan itu. Apa kesalahanku sehingga aku harus m enerim a pembalasan seperti ini? Baiklah nanti malam akan kuin tip , agar je las siapa pelakunya. Kalau manusia yang tam- pak, siapa orangnya yang tak berhiba hati kepada diriku yang me- larat ini. Kalau bukan manusia, apa yang m elakukannya dan apa m aksudnya?"

Keesokan harinya, ia m em persiapkan dirinya dengan baik, ka- rena pada malam harinya ia akan m engadakan pengintipan. Parang peninggalan orang tuanya yang diberi nam a si D intong telah di- asah sampai ta jam betul.

"Siapa tahu parang ini terpaksa harus kupergunakan" , ka tanya dalam hati.

Demikianlah ta tkala waktu telah tiba, anak yatim piatu telah berada di tem p a t tu ju an mem asang semua bubunya. Sekarang ia bermalam di pinggir sungai un tuk m enjaga bubunya. Hingga te- ngali malam tak ada sesuatu pun yang m encurigakan. Apa lagi akan be rben tuk m akhluk , suara pun tidak ada. Ia hanya m en d e ­ngar desiran angin di atas pohon bam bu. Maka pikirnya:

"Kalau aku te tap duduk di tem pat ini dekat dengan bubuku , barangkali ia tak berani datang. Sebaiknya aku m en jauh dari te m ­pat ini, dan berpura-pura tertidur. Barangkali dengan demikian ia akan datang." Ia pun telah bergeser ke tem pat yang agak jauh . Di atas sebuah batu , ia berpura-pura tidur. Nam un pandangannya tak pernah lepas dari tem pat bubunya . Ja m engamati dengan teliti. Tidak berapa lama, tiba-tiba ia terkejut. Ia m endengar suatu suara. Suara itu persis seperti suara logam yang bergeser, tetapi agak nya- ring. Parang si D indong segera dipegangnya erat-erat. Kewaspadaan ditingkatkan. Sekelilingnya diawasi dengan teliti.

"Dari m ana sumber suara itu." Tetapi ia masih te tap berpura- pura tertidur. Beberapa detik kem udian , seekor burung bangau tu run di tem pat bubu terpasang.

"Tidak salahkah penglihatanku? Tidak, m em ang benar suatu m akhluk yang m enyerupa i burung bangau telah berada di tem pat itu," pikirnya.

"Bagaimana m ungkin, seekor burung bangau mencari makan di tengah malam begini? Betulkah burung bangau ini m enghabiskan isi b u b u k u ?" Beberapa saat dibiarkan berlalu tanpa suatu kejadian. Ia m em biarkan apa yang akan dilakukan burung bangau itu selan­ju tn y a .

Ketika burung bangau itu bersiap mengambil bubu di dalam air, ia m elom pat dengan sigap ke tem pat itu dan segera m enyergap

63

burung bangau itu."Sekarang tahu rasa kau. Sebenarnya aku tidak percaya kalau

kam u m elakukan perbua tan ini. N am un semua telah te rb u k t i se- karang. Kau harus m em ikul tanggung jaw ab atas pe rbua tanm u selama ini. Sekarang juga kau akan k u b u n u h ."

"Tenang dan sabarlah, hai yatim p ia tu ." Dem ikianlah suara yang d iucapkan oleh bangau itu.

"Dari m anakah datangnya suara itu? Bukankah itu suara manu- sia?"

"Benar itu adalah suara manusia. Dan yang bersuara itu adalah aku sendiri." Kata bangau itu. Selan ju tnya bangau itu berka ta pula:

"Lepaskan aku yatim piatu, supaya kita dapat berbicara leluasa. Apabila setelah berbicara te rnya ta aku harus mengganti kerugian akibat dari pe rbua tanku , m aka semua akan kupertanggungjaw ab- kan." Setelah berka ta seperti itu, bangau itu pun dilepaskan.

"Mengapa engkau sampai hati m elakukan hai ini? T idakkah kau ketahui bahwa pengh idupanku hanya ini. Sudah dua kali kau laku- kan hai yang sama. Hasilnya sangat m erugikan diriku. Sekarang ka takan apa m aksudm u m elakukan hai itu!"

"Hai, yatim piatu, anak sahabatku. Sebenarnya perbua tan ini sengaja aku lakukan dengan m aksud agar dapat ber ju m p a dengan- mu di tem pat ini. Aku ini adalah sahabat ayahmu. Atas segala k e ­rugian akibat pe rbua tanku ini, sem uanya akan kuganti ."

Mendengar kata-kata itu teringat ia akan segala pesan orang tu a ­nya. Dengan tidak ragu-ragu lagi ia pun berkata.

"Hai sahabat, sekarang aku teringat akan segala pesan orang tuaku. Dalam keadaan seperti ini, aku sangat berterim a kasih, bila kau akan m engem balikan semua kerugian yang kuderita ."

"Bagus, begitulah seharusnya hai ya tim piatu. Sekarang mari kita pulang bersama-sama. Di rum ahku kam u boleh memilih apa saja yang kam u kehendak i." Kata bangau itu. K em udian disam- bungnya.

"Yatim piatu sahabatku, sekarang marilah kita berjalan. Kamu harus berada di belakangku. Aku harap, jangan m enoleh ke kiri, ke kanan atau ke belakang. Tetapkan pandanganm u ke depan. Patuhi semua ka ta -ka taku ."

K em udian bangau itu m eru b ah b en tu k n y a m enjad i manusia. Lalu berjalanlah mereka. Waktu fa jar ham pir menyingsing.

Tak berapa lama mereka pun telah tiba di tem pa t kediam an yang dituju. la heran melihat keadaan sekeliling tem p a t itu. Se­m uanya tam pak benderang.

"Di m ana letak tem pat ini. Selama h idupku belum pernah aku m engunjungi tem pat yang seindah ini." Walaupun demikian, ia te tap m enahan diri un tuk tidak bertanya. Tak lama kem udian

64

sahabat iiu berkata."Hai ya tim piatu, di tem pat ini akan ku jelaskan semuanya. Se-

benarnya aku bukan manusia biasa. Aku adalah jin . Dan sekarang kita berada di rum ahku , di Gunung Rinjani. Sekarang tibalah saatnya aku akan m em berikan apa saja yang kau kehendaki, sebagai imbalan rasa terima kasihku atas persahabatan kita se­lama ini. Sekarang ju g a akan aku ganti semua kerugianm u pada

kesem patan ini akan kuwariskan sebagianm ilikku kepadam u. Mari-lah ikuti aku!" Lalu ia dibawa ke sebuah gedung. Setelah pin tudibuka, te rnya ta gedung ini penuh dengan benda-benda yang ge- merlapan. Semua te rbua t dari emas b e r ta tah k an intan, berlian dan perm ata berbagai jenis. la kagum melihat isi gedung itu. Wa- laupun demikian ia tidak silau oleh benda-benda gemerlapan itu. ia te tap ingat pesan orang tuanya. Itulah sebabnya m atanya liarmencari benda yang paling buruk. Pada sebuah pojok te rdapa tsebuah gong yang sudah berkarat. Tam paknya tak berharga sama sekali. Maka ia pun m em utuskan un tuk mengambil gong itu sesuai dengan pesan orang tuanya. Tiba-tiba j in itu berkata.

"Hai, Yatim piatu, pilihlah benda-benda yang ada di dalam ge­dung ini yang kau sukai bawalah pulang ke rum ahm u."

"U n tu k kenang-kenangan kiranya cukup kalau kau izinkan aku m em baw a gong itu."

"O, hanya itu? Tidakkah kau menginginkan benda yang lain? Bukankah masih banyak benda yang bagus-bagus di tem p a t ini?" tanya j in itu.

"Aku kira gong itu sudah cukup.""Bila demikian baiklah. Sekarang marilah ke tem pat pemelihara-

an hewan. Semua jenis hewan ada di sana. Kau boleh memilih he- wan yang kau kehendak i." Lalu m ereka m enu ju ke sebuah kan- dang yang amat besar. Kandang itu penuh dengan hewan, segala macam. Baik kecil m aupun besar. Di tem pat itu pun ia teringat akan nasihat orang tuanya. I tulah sebabnya ia berusaha un tuk me- milih hewan yang paling buruk, Setelah beberapa lama memilih sambil berja lan ke sana ke mari, tam paklah olehnya seekor kuda be tina yang kurus. Bulunya hitam, kaki dan m a tanya sakit sebelah.

"S ahaba tku yang baik hati, kalau kau tidak kebera tan , berikan- lah kepadaku kuda yang hitam itu," ka tanya, sambi m enun juk ke tem p a t kuda hitam yang te r tam ba t di belakang kuda-kuda yang besar dan gagah itu.

"Yang lain lagi, m ana?" kata j in itu kemudian."C ukup kuda itu saja, sahabat?" Setelah gong itu d ikeluarkan,

dan kuda betina yang hitam itu berada di luar kandang, m aka jin itu berka ta pula.

"Hai Yatim piatu, sahabatku. Dengarlah baik-baik, aku akan m encerite rakan perihal benda-benda yang sudah kam u pilih itu.

65

Adapun gong itu mem ang sewajarnya kaulah yang m em eliharanya. Tetapi ingat sahabatku, bahwa gong itu sama sekali tidak boleh dipukul oleh manusia. Kelak gong itu akan berbuny i sendiri. Apa­bila gong itu berbunyi m aka itu lah tandanya bahw a peristiwa pen- ting akan terjadi di atas dunia. Tentang kuda ini, m udah-m udahan setelah kam u m em eliharanya nanti, k eh idupanm u berangsur-ang- sur b e r tam bah baik. Kau akan m endapa t rezeki yang banyak . Dan kau sendiri akan menjadi orang yang terpandang di m ata masya- rakat. Dan un tu k m em ban tu pem eliharaan pusaka ini, aku tugas- kan dua orang patih. Patih yang seorang ini bernam a Cengok Ngaok, sedang yang lain bernam a Bangok Pincer. K edua patih ini- lah yang akan menjaga gong itu. Mereka selalu mengawal di mana saja gong itu berada. Pada saat ini juga aku resmikan nama gong ini, dengan sebutan Gong R obek ." Dem ikianlah secara panjang lebar j in itu telah selesai m enerangkan kepada sahabatnya.

"Kalau sudah selesai, maka aku m oh o n diri un tu k pulang.""Baiklah sahabatku. Pulanglah sekarang. U ntuk m em persingkat

w ak tu dalam perja lanan, kau boleh m enunggang kuda, sambil me- megang gong itu. Kedua patih ini akan m enjagam u dari kiri dan kanan ." Demikianlah ia segera naik ke punggung kuda sambil m em baw a gong yang telah diberi nam a Gong Robek. Setelah kuda itu dipacu, dalam sekejap anak yatim piatu itu sudah berada di Dasan Beleka. Saat itu m atahari baru saja terbit. Semua orang yang melihat kedatangan anak yatim piatu itu dengan m em baw a seekor kuda dan sebuah gong m enjad i sangat heran. Mereka bertanya- tanya ten tang benda-benda tersebut. Kuda itu m enjadi pusat per­hatian. Sedang gong itu langsung dim asukkan ke dalam rumah.

"Yatim piatu, dari m ana kau dapat kuda itu?""K uda ini ku tangkap di tengah jalan. E n tah siapa pem iliknya,

aku tak tahu. Tetapi bila ada di antara kalian yang merasa berhak atas kuda ini, kalian boleh m engam bilnya sekarang juga ."

Setelah beberapa lama anak yatim piatu itu m em elihara gong dan kuda itu, te rbuk tilah apa yang dikatakan oleh j in di Gunung Rinjani itu. K eh idupannya ber tam bah baik. la m enjadi te rpandang di m ata m asyarakat Beleka. A khirnya tibalah saatnya ia harus m e­ninggalkan Dasan Beleka. Sebelumnya ia berangkat ia m en itipkan Gong Robek itu kepada salah seorang tetangganya.

"Sekarang Gong ini ku t i t ip k an kepadam u, kalau orang yang berhak atas gong ini akan datang mengambilnya. Sekarang aku akan pergi jauh . Bila ada sisa um ur kelak, aku juga akan kembali. Dan aku harapkan supaya kelak gong ini masih berada di tem pat ini." Setelah berkata demikian anak yatim piatu bersama kudanya m enghilang dengan tiba-tiba. Tak seorang pun m engetahui ke

66

mana perginya. Sedang Gong R obek , sebuah gong peninggalannya sampai sekarang masih berada di Dasan Beleka dalam keadaan dipelihara dengan baik.

67

7. RAGA DUNDANG.

T ersebutlah sebuah ceritera ten tang seorang yang bernam a Raga Dundang. la m em punyai kerbau sebanyak seratus tiga puluh ekor. K erbau yang terbesar bernam a si Pendok dan yang lebih kecil lagi diberi nama si Pendok Gedang. Kerbau-kerbau itu selalu digem- balakan oleh Raga D undang di sebuah gunung yang terkenal de­ngan nama G unung Tela. A kiba tnya pada lereng gunung itu ter- ben tuk sebuah alur yang tam paknya bagaikan sebuah sungai yang m em belah gunung.

Seperti ha lnya dengan hewan-hewan yang lain kerbau ini pun m em erlukan air m inum secukupnya. Dan apabila tiba saainya, maka Raga D undang m em baw a kerbau-kerbau itu ke sebuah pantai yang bernam a Laut Selong. Di sanalah kerbau-kerbau itu m inum dan be rkubang sepuas-puasnya. Pada masa-masa te r ten tu kerbau Raga D undang sering pula digembalakan pada sebuah pa- dang yang bernam a Panoq. Padang itu terle tak di Desa Rem bitan . Di tem pat inilah Raga D undang sering didatangi seorang lelaki m uda yang lama kelam aan m enjadi sahabat karib. Lelaki ini ber- usia di antara 17 dan 18 tahun. A nehnya setelah kun jungan lelaki itu tem pat di sekitar padang m enjad i sangat subur. R um put-rum - put menghijau. Kerbau-kerbau m enjadi tam bah lahap m em akan- nya. Dalam waktu singkat kerbau m enjad i tam bah sehat dan gemuk.

Setiap kali Raga D undang berada di tengah padang bersama dengan kerbaunya , lelaki itu pasti datang. K arena itu Raga D un­dang sangat ingin m engetahui siapa sebenarnya lelaki itu. Walau- pun m ereka sering ber tem u dan be r tukar pikiran, te tap i Raga D undang belum berhasil m engetahui seluk beluk lelaki itu secara lebih mendalain, karena suatu kekhaw atiran . Tetapi Raga D undang selalu m engikuti semua p e tun juk yang diberikan oleh sahabatnya itu. Pada setiap hari Jum at Raga D undang selalu diajak pulang un tu k m engeijakan sholat. Pada m ulanya Raga D undang selalu m enolak ajakan itu. Tetapi karena terus m enerus didesak, akhir­nya pada suatu hari Jum at Raga D undang berkata.

*) D ite r je m a h k an da ii c er ite ra ra k y a t berb ah asa Sasak d ia lek M riaq-M riku.

68

"Bagaim ana aku dapat meninggalkan tem pa t ini sahabatku. L ihatlah kerbauku . Kalau kutinggalkan ju m lah n y a pasti akan ber- kurang karena dicuri. Dan kalau terjadi pada setiap hari Jum at pastilah ke rbauku akan habis."

"M engapa hai itu kau risaukan. Biarkanlah kerbau itu di tem pat ini. Semoga atas perlindungan Tuhan, tak seorang pun menggang- gunya."

"Kalau ucapanm u itu benar, baiklah. Aku akan tu ru t bersama- mu. Tetapi jangan lah saat ini. Aku akan ikut bersam am u pada Jum at yang akan datang."

D em ikianlah pada Jum at ber iku tnya, lelaki m uda itu datang m enem ui Raga Dundang. "Raga Dundang. Hari ini adalah hari Jumat. Marilah kita berangkat ke tem p a t sholat. Tinggalkan saja kerbau-kerbau itu. Atas perlindungan Tuhan tak seorang pun akan mengganggunya."

Dem ikianlah kedua pem uda yang telah m enjadi sahabat itu berangkat bersama-sama. Mereka beija lan beriring-iringan. Lelaki itu beija lan di depan dan Raga D undang mengikut. Mereka ber- ja lan ke arali barat. Dalam perja lanan ini Raga D undang melihat bahw a dirinya melewati lautan yang luas, tetapi terasa bagaikan beija lan di atas tanali. Dan perja lanan terasa te ram at cepat, sedang lelah sedikit pun tak terasa. Raga D undang terus m engikuti saha- ba tnya dengan diam, walau di dalam hatinya bergejolak berbagai tanda tanya. Semua itu ditahan di dalam hati. Perjalanan itu di- tem p u h dengan membisu. A khirnya tibalah m ereka pada sebuali mesjid bertingkat. Setelah itu berkata lah lelaki m uda itu.

"Raga D undang, lakukanlah sholat di tem pat ini. Aku akan m elakukannya di tingkat atas."

"Jangan tinggalkan aku seorang diri. Aku khaw atir kita tak dapat ber tem u lagi. L ihatlah di tem pat ini amat ramai. Jemaah amat banyak. Apalagi d itam bah oleh yang bakal datang. Jika kita tak dapat ju m p a kembali, bagaimana aku akan pulang?"

"Jangan takut. Sholatlah! Atas berka t Tuhan kam u tak akan hilang. Kita pasti ber jum pa di tem pat ini. Aku akan mencarimu. Nah, sholatlah!" K em udian lelaki itu meninggalkan Raga D undang di tingkat bawah.

Mesjid itu amat ramai. Bukan main banyaknya orang yang ber- sembahyang. Baik di tingkat bawah rnaupun di tingkat atas. Tetapi tak seorang pun yang dikenal oleh Raga Dundang. Semua berada dalam suasana hidmat. Tak seorang pun tam pak bercakap-cakap Raga D undang tak pernah ditanya orang, dan ia pun tak pernah m enanyakan sesuatu kepada orang yang berada di sampingnya. Tiap-tiap orang tenggelam dalam kegia tannya sendiri. Demikian juga keadaannya pada tingkat atas di mana sahabatnya mengerja- kan sholat.

69

Setelah upacara sholat Jum at selesai Raga D undang m endahulu i keluar mesjid. Setiba di luar ia m enjad i bingung. la tidak tabu ke mana harus pergi-,

"Ke mana d ia?" pikirnya dalam hati. "O rang-orang pada keluar. Tetapi m ana dia? Apa dayaku?"

Kemudian Raga D undang teringat bahwa pakaian pem uda itu tak berbeda dengan pakaiannya. Karena itu Raga D undang berdiri di depan pin tu keluar sambi mengam ati setiap orang yang keluar dari tingkat atas. Satu demi satu diawasi dengan teliti. Setiap orang yang lewat di hadapannya selalu diamati pakaiannya. Sekian orang telah berlalu tetapi masih juga belum bertem u dengan yang dicari. Akhirnya tam pak juga orang yang berpakaian sama dengan paka i­annya. Dengan segera orang itu dipeluknya.

"O, inilah kau.""Benar Raga D undang marilah kita kembali. Sholat Jum at telah

selesai."Mereka pun berangkat kembali m enu ju padang penggembalaan.

Kerbau yang ditinggalkan lengkap seperti semula. Tak seorang pun mengganggunya. Sesudah itu lelaki itu pun meninggalkan Raga Dundang, dan Raga D undang pun m elan ju tkan pekerjaannya se­perti semula. Setelah tiba w ak tunya ia m em asukkan kerbau ke kandang seperti biasa.

Ada pun Raga D undang selama penggembalaan tak pem ah me- ninggalkan kerbau un tuk pulang makan. la selalu d ian tarkan ma- kan siang oleh seorang pem bantu . Ibunya selalu m engatu r hai itu. Kerap kali Raga D undang m em inta lelaki itu agar m akan bersama di tem patnya. Tetapi lelaki itu selalu m enolak dengan berbagai alasan.

Pada suatu hari, tepat di saat hidangan d ian tar oleh pem bantu- nya, Raga D undang mempersilakan lelaki itu un tuk makan b e r ­sama. Tetapi lelaki itu m enjawab:

"M aafkan sahabatku Raga Dundang. Bila kau ingin meliliatku makan bersama denganmu, kum in ta padam u, janganlah m em per- gunakan lauk-pauk yang berasal dari m akhluk bernyawa. Leng- kapilah nasi itu dengan berbagai sayur. Aku berpan tang m enyen- tuh makanan yang berasal dari m akhluk hidup. Nah, sekarang m akanlah kau sendiri. Aku masih kenyang."

M endengar kata lelaki itu, Raga D undang pun m em in ta kepada pem b an tu n y a , agar esok bari m em persiapkan m akanan seperti yang diminta oleh lelaki itu. la sangat m em perha tikan pesan ka- w annya itu. la sangat ingin makan bersama, karena lelaki itu selalu m em b an tu n y a tanpa pamrih. Raga D undang merasa sangat ber- hu tang budi. Pesan itu pun disampaikan oleh pem bantu itu.

"Ibu hendaklah ibu tahu, bahwa Raga D undang tidak sendiri menggembalakan kerbau. la selalu ditemani oleh seorang lelaki

70

muda. Aneh, bahwa lelaki itu selalu m enolak ketika diajak makan bersama. la selalu m engem ukakan berbagai alasan. Tetapi kali ini ia m engatakan kalau Raga D undang bernia t hendak makan bersam anya, hen d ak n y a tidak m em pergunakan lauk-pauk yang berasal dari m akhluk bernyawa. Oleh karena itu hendaknyalah ibu m em pers iapkan m akanan yang berlauk-pauk sayuran belaka. Raga D undang sangat ingin makan bersama dengan sahabatnya itu."

"S iapakah lelaki sahabat anakku itu?""A ku sendiri tidak m engetahu inya ibu. Tetapi lelaki itu lebih

m uda dari Raga D undang dan T am paknya sangat berw ibaw a."D emikianlah, keesokan harinya, p em ban tu itu kembali meng-

antarkan m akanan un tuk Raga Dundang. Kali ini hidangan hanya dilengkapi dengan sayur belaka, seperti yang dipesankan. Raga D undang sedang m enikm ati istirahat, d itemani oleh sahabatnya. Mereka duduk bersama di bawah p o hon yang rindang. Melihat p em ban tu itu datang Raga D undang bangkit berdiri dan memper- silakan sahabatnya un tuk makan bersama.

"Saudaraku marilah kita makan bersama. Kali ini lauk-pauknya pastilah bukan berasal dari m akhluk bernyawa, seperti yang kau pesankan. Marilah!" M endengar itu sahabatnya lalu bangkit dan m enu ju ke tem pat Raga D undang yang telah mulai m enikm ati hidangan.

Raga D undang m akan dengan lahapnya sedang lelaki itu hanya m em akan sayur bayam sekedarnya.

"Raga Dundang, bagiku, sudah cukup hanya m en ikm ati sayur bayam ini. Aku sudah kenyang. Banyak terima kasih. Makanlah kau sekenyang-kenyangnya."

Setelah senja hari tiba, Raga D undang mulai m em asukkan ker- baunya ke kandang. Biasanya dalam perja lanan kembali atau se- baliknya kerbau yang bernam a Si Pendok selalu berjalan di depan. Sedang kerbau yang lain m engikuti arah yang d item puh Si Pendok.

Di samping itu perlu juga diceriterakan bahwa selama dalam penggembalaan, Raga D undang selalu m em baw a sebuah tongkat yang bernam a Lego Bereng. Tongkat itu m erupakan pem berian dari sahabatnya, lelaki muda itu. Lego Bereng diberikan, hanyalah un tuk maksud menjaga keam anan dari orang-orang jah a t yang ber- keliaran di tem pa t penggembalaan. Setiap benda yang dipukul dengan tongkat itu pasti berubah m enjadi batu. Itulah sebabnya Raga D undang tidak pernah berpisah dengan tongkat ini. Baik pagi, siang m aupun sore, lebih-lebih pada malam hari tongkat itu selalu dibawa. Demikian juga halnya ketika pada suatu hari ker­bau-kerbau itu ke Laut Selong. Di tem pat itulah kerbau-kerbau itu m inum dim andikan dan berkubang. Raga D undang menunggui dengan asyiknya. Biasanya kerbau-kerbau itu tidak perlu diperin-

71

1 ah lagi. Apabila w aktu berkubang sudah cukup, Si Pendok bang- kit dari kubangan, diikuti oleh yang lain masuk ke hu tan kembali un tuk makan. Oleh karena dibiasakan, maka kerbau-kerbau itu m engerti akan u ru tan kegiatan setiap hari. N am un kali ini kerbau itu m en u n ju k k an sifat yang lain. M ungkin karena hari terlalu panas sekali, kerbau-kerbau itu enggan un tuk bangun dari kubangannya.

"Lama benar kerbau ini berkubang. Biasanya kalau w ak tunya sudah tiba, Si Pendok bangkit un tuk mengajak kaw an-kaw annya balik ke padang un tuk m em akan rum put. Bila dibiarkan terus, mungkin kem alam an di tengah ja lan ."

Setelah itu Raga D undang tu run ke kubangan. la m engham piri Si Pendok dengan m aksud agar kerbau itu segera bangun dan mengajak kaw an-kaw annya naik. Tetapi Si Pendok tidak memper- dulikan kedatangan Raga Dundang. la terus saja be rkubang dengan enaknya. Karena itu tanpa disadari, Raga D undang m em ukul punggung Si Pendok dengan tongkat Lego Bereng. Seketika itu juga Si Pendok kerbau yang terbesar itu berubah m enjad i batu. Kemudian Raga D undang m engham piri Si Pendok Gedang. Tak juga kerbau itu mau bangun. Karena itu Raga D undang m em ukul- nya dengan tongkat Lego Bereng. Dan dengan seketika Si Pendok Gedang berubah m enjad i batu. Melihat hai itu Raga D undang ma- kin kebingungan. Pun satu per satu kerbau itu dipukul dengan tongkat Lego Bereng. Karena itu semua ke rbaunya berubah m en­jadi batu. A kibatnya pem andangan di tem pat itu berubah seketika, Kubangan yang semula penuh dengan kerbau , berubah menjadi kubangan yang penuh dengan batu , bertebaran m enyerupa i k e r ­bau. Setelah semua terjadi barulah Raga D undang sadar akan ke- khilafan. Lalu ka tanya sambil bengong berdiri di tem pat itu.

"Apa yang harus aku perbuat sekarang? K erbauku semuanya menjadi batu. Apa kata orang tuaku , bila ia m engetahui kejadian ini? Apa boleh buat, sulit benar m em pertanggung jaw abkan per- buatan ini. Lebih baik biarlah aku m enjad i ba tu juga bersama k e r ­bau itu semua." N am un sebelum perbua tan itu d ilakukannya, ia m engeluarkan kalim at wasiat. Katanya:

"Semoga pada masa yang akan datang tem pat ini berguna bagi orang banyak. Sapi, kerbau, kuda ataupun kam bing yang kurus karena tak nafsu makan, akan menjadi sehat dan gemuk bila di- beri m inum dengan air yang diambil di tem pat ini. Dan di tem- patku ini, penderita encok, sakit kepala dan lain-lain akan dapat mencari dan mengambil oba tnya ."

Setelah selesai dengan wasiatnya, lalu tongkat Lego Bereng di- puku lkan ke badannya sendiri. Seketika itu juga Raga D undang berubah m enjadi batu. B en tuknya tepat seperti Raga D undang sedang berdiri.

72

Setelah beberapa hari Raga D undang tak pernah dijumpai oleh pengantar nasinya di tem pat penggembalaan, kedua orang tuanya m enjadi sangat khawatir .

"Apa yang terjadi atas diri anakku? Sudah sekian hari ia tak berada di padang penggembalaan. A pakah Raga D undang sudah mati? Karena apa? Di mana pula kini ke rbaunya yang banyak itu?"

A khirnya kedua orang tua itu m em utuskan untuk mencari ke tem p a t- tem p a t yang biasa dikunjungi oleh anaknya. Di tengah perja lanan kedua orang tua itu ber jum pa dengan sahabatnya Raga Dunclang. Lalu orang tua itu bertanya.

"Hai orang m uda, adakah anda melihat sekawanan kerbau di sekitar tem pat ini?"

"Ada, te tapi sekarang kerbau-kerbau itu sedang dibawa ke Laut Selong un tu k minum. Bila bapak ingin m enjum painya , pergilah ke Laut Selong."

M endengar keterangan lelaki m uda itu, kedua orang tua Raga D undang cepat-cepat m enu ju Laut Selong. Tetapi alangkah ke- cewanya, ta tkala m ereka tiba m ereka hanya m enjum pai batu me- lulu. Akhirnya mengertilah kedua orang tua itu bahwa anaknya bersama dengan seluruh ke rbaunya sudah menjadi batu. Lalu m ereka kembali dan m encerite rakan semua yang dilihatnya itu kepada lelaki m uda yang ditanya dahulu itu.

"Bapak dan Ibu, jangan lah dirisaukan kepergian kakakku Raga Dundang. Aku ini adalah sahabatnya selalu m enem ani dalam penggembalaan. Dia sudah berada di tem pat yang baik. Sekarang b ukankah aku sudah berada di depan Bapak? Aku sanggup mem- bantu Bapak dalam segala hal. M udah-m udahan Tuhan senantiasa m em berikan per to longanN ya kepada kita semua."

Sejak itu lelaki muda itu hidup bersama dengan orang tua Raga Dundang. Sejak saat itu pula kehidupan kedua orang tua ini tidak pernah mengalami kekurangan. Apa saja yang d ikerjakan semua- nya berhasil dengan baik. Apa saja yang ditanam sem uanya meng- hasilkan. Semua itu karena keistimewaan lelaki m uda itu.

Pada suatu hari sahabat Raga D undang ini m engubah dirinya m enjadi pangkal pohon yang sudah ditebang. Tem pat inilah yang sering dipergunakan oleh orang-orang yang lewat un tuk beristira- hat. Kebetulan di tem pa t itu lewat sepasang insan yang sedang ber- pacaran. Mereka tidak m engetahui sama sekali bahwa pangkal pohon itu adalah sebenarnya seorang manusia yang luar biasa. Mereka bercakap-cakap dan saling mengeluarkan isi hati masing- masing dengan sepuas-puasnya. Mereka tidak m enyadari sama sekali, bahwa selain m ereka berdua, masih ada sepasang telinga lain yang m endengar percakapan mereka. Geli hati lelaki muda itu m endengar percakapan serta tu tu r kata kedua insan yang se-

73

dang dim abuk asmara itu. Manusia itu adalah yang m enje lm a se- bagai pangkal pohon itu jua.

Beberapa waktu kem udian , ayah Raga D undang diajak oleh lelaki muda itu un tu k m engerjakan sholat Jum at ke mesjid yang pernah dikunjungi Raga D undang dahulu. Sekembali dari mesjid itu, ayah Raga D undang diajak lagi un tuk beristirahat di atas se­buah gunung. Gunung itu tidak lain adalah Gunung Rinjani. Di tem pat itulah ayah Raga D undang diberi azimat berupa sebuah pisau yang te rb u a t dari besi kuning dan sebuah ikat pinggang. Setelah ayah Raga D undang m endapa t kedua azimat itu, maka orang tua itu kini tidak dapat dilihat orang banyak. Seolah-olah ia berada di alam lain. Tetapi baginya semua orang dapat dilihat serta dapat didengar apa yang dikatakan. Apa yang dibicarakan orang lain dapat d idengarnya, sedang kalau ia sendiri berbicara tak se­orang pun yang mendengarnya. A kibatnya ia dapat pergi ke mana- mana tanpa diketahui orang lain. Sejak saat itu ia sering pergi ke Tanah Arab. Juga kadang-kadang langsung ke Amerika. Dari Ame- rika m enuju terus ke Bali, kem udian m enuju A m penan dan lang- sung pulang ke rum ahnya di Rembitan.

Setelah beberapa lama tinggal di rum ah dan setelah beberapa kali melihat berbagai negeri, ia berm aksud un tuk berziarah ke tem pat anaknya berubah menjadi batu , di Laut Selong. Kasih sa- yang, rindu dendam kepada anaknya, walau w aktu sudah berjalan sekian lama, nam un kesedihan yang ditinggalkan secara tiba-tiba tidak dapat hilang dari kesenangannya. Sekarang ia m em erlukan diri un tuk datang ke tem pat itu. Setelah sampai di Laut Selong ia tak dapat menahan perasaannya lagi. Semua azimat yang diberi- kan oleh sahabat anaknya itu, di tem pat itu juga dikembalikan kepada yang em punya. Lalu ia m elem parkan semua azimat itu ke tengah laut. Sebelum ia sendiri m enam atkan riwayat di tem pa t itu, ia sempat berwasiat-.

"Siapa saja kelak yang merasa sakit perut, dan ba tuk darah hendaklah datang ke tem pat ini. Mandilah di tem pat ini dan mi- num lah air dari tem pat ini juga. Semoga Tuhan m elim pahkan per to longannya kepada kita sekalian. Aku sendiri akan m enyusul anakku sekarang ju a , supaya apa yang dialami oleh anakku, kami juga m erasakannya bersama-sama."

Setelah berkata demikian, maka d itepuknyalah dadanya sendiri. Seketika itu juga ia berubah m enjadi batu , sama seperti peristiwa yang dialami anaknya beserta dengan semua harta bendanya.

74

8. RARE SIGAR*)

Tersebutlah sebuah ceritera ten tang seorang anak yang bernam a Rare Sigar. la dilahirkan dalam sebuah keluarga sebagai anak tunggal. Pada suatu hari ibu dan ayahnya mandi bersama-sama di suatu tem pat. Masing-masing te lanjang bulat. Tiba-tiba seorang tua m uncul di hadapan m ereka dan bertanya:

"R u panya istrimu sedang m engidam , mengapa kalian mandi bersam a?"

"Lho, dengan siapa aku harus m andi?""Dengan siapakah kau m em bua t anakmu itu?"Tentu saja sendiri. Bila ada orang lain tu ru t serta, ten tu saja

k u b u n u h .""Benarkah itu?""Ya, b e n a r ! "Dengan demikian pergilah orang tua itu. Setelah tiba waktu-

nya lahirlah bayi yang dikandung itu. Tetapi ia lahir dalam keada- an berbadan sebelah!

Setelah anak itu bisa beija lan , anak itu bermain-main mencari tem an. Setelah didatangi, anak-anak yang lain pada berlari. D em i­kianlah setiap anak yang dikunjungi lari ke taku tan . A khirnya anak yang bernam a Rare Sigar itu bertanya kepada dirinya sendiri.

"Mengapa setiap orang yang ku tanya pada berlari meninggal­kan aku? Apakah aku tak disenangi oleh kaw an-kaw an, sehingga m ereka meninggalkan aku."

Demikian juga halnya bila seorang anak m endatangi dirinya. Demi tam pak olehnya keadaan Rare Sigar, m ereka segera pergi. Karena itu Rare Sigar selalu kesepian seorang diri.

"Mengapa aku selalu ditinggalkan oleh kawan-kawan? Apa se- bab m ereka tak betah bersam aku?" Akhirnya ia pulang dan b e r­tanya kepada ibunya.

"Ibu ?""Ada apa anakku ?"

*) D ite r je m a h k a n dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa daerah Sasak d ia lek K u to -k u te . R are Sigar = n am a anak . R are = anak . Sigar = te rb e la h , sebelah .

75

"Apakah salahku ibu, setiap kawan yang kudeka ti selalu pergi meninggalkan aku."

"0 , kau tidak sempurna anakku. Janganlah kau m endekati anak-anak yang lain, m ereka akan te rke ju t m eliha tm u, karena kau ber tu b u h sebelah."

"Itu lah sebabnya ibu? Jika demikian akan kucari belahan ba- danku. Akan kum in ta kepada Tuhan. Bila aku berhasil, dikaru- niai oleh Tuhan, barulah h idupku ini memiliki arti seperti anak- anak yang lain."

"Dengan cara bagaimana kamu akan m enghadap Tuhan anak- ku ?"

"Tentu saja aku harus pergi ke sorga ibu. Buatkanlah aku gula kelapa1-1 serta ke tupa t bersegi sembilan, sebanyak sembilan biji."

"Baiklah anakku ."Setelah itu ibunya m em bua tkan semua yang diminta, seperti

kebu tuhan orang yang akan bertapa. Selanjutnya, setelah semua- nya siap, berangkatlah Rare Sigar m enu ju ke sorga. Di dalam per- ja lanan ia melewati ja lan yang licin, te tapi mengerikan. Mula- mula d i jum painya sebuah lapangan yang penuh dengan lipan. Binatang itu tam paknya sangat galak dan bersiap un tuk menggi- git.

"Nah, m akanlah ini." Bersamaan dengan itu Rare Sigar me- lem parkan sejum put gula kelapa. Dengan segera b inatang itu m enguakkan diri, m em beri ja lan . Dan berlalulah Rare Sigar di antara lipan-lipan itu. Setelah lapangan lipan ini berlalu, m enyu- sullah lapangan ber iku tnya yang dipenuhi kalajengking. Semua tam pak galak, mengangkat ekornya bersiap un tuk menyerang.

"Astaga, kalajengking," u jarnya. Dengan segera d ilemparinya dengan gula gelapa. Binatang itu pun m enguakkan diri m emberi jalan. Dan Rare Sigar pun berlalu. Pada perjalanan b e r iku tnya Rare Sigar m en jum pai sebuah lapangan yang dipenuhi oleh kera. Demikianlah selanjutnya setiap lapangan dipenuhi oleh sejenis binatang, seperti kera h itam , babi, m enjangan , kuda , kerbau , masing-masing m em enuhi sebuah lapangan. Semuanya dijinakkan dengan lemparan gula kelapa.

Demikianlah Rare Sigar telah m elam paui sebuah perjalanan panjang, yang sangat mengerikan. Dan akhirnya ia melihat m anu- sia-manusia yang sedang terikat.

"A duh , lepaskanlah aku. Aku sangat pay ah terikat di tem pat ini."

"O, kalian m akhluk berdosa. Itulah sebabnya kalian diikat.

1) G ula ke lapa adalah gula d ip a ru t, d ic am p u r irisan gula enau dan beras k u n in g atauk e ta n yang d iso reng tan p a m in y ak . D alam k e p ercay aan trad is io n a l m a sy a ia k a t Sasak,gula k e la p a m em ilik i n ila i sakral a tau p u n m agis re l ig iu s .-

76

M aafkanlah bukan tugasku un tuk m elepaskan ika tanm u." Rare Sigar berjalan terus, sambil berkata:

"Bukan tugasku un tuk m elepaskan ikatanm u. Terlarang bagi- ku ." M endengar itu m ereka menangis. Selanjutnya Rare Sigar melihat orang-orang terikat di pinggir ja lan karena berbua t m esum kem udian m enggugurkan kandungannya.

"Wahai anak tolonglah aku. Telah lama aku terikat di tem pat ini."

"Siapakah yang m eng ika tm u?""Seorang yang be r tu b u h tinggi besar. Dialah yang m engikatku.

Aku tak berdaya d ibuatnya. Tak kuasa aku mengelak. Aku tak tahu nam anya. Tali besar inilah yang dipergunakan m eng ika tku ."

"M aafkan bukan tugasku un tuk m elepaskan ikatanm u. Terla­rang bagiku. Yang berhaklah yang akan m elakukannya nan ti ."

Mendengar itu m ereka menangis. Rare Sigar pun berjalan terus. K em udian ber jum pa dengan para pencuri yang sedang bergantung pada sebatang pohon.

"O, anak. Tolonglah, lepaskan aku.""Lho, kalian sedang m engapa?""Tak k u ke tahu i salahku. Tiba-tiba saja aku digantung di pohon

ini.""Ah, kau dihukum pastilah karena kau m akhluk berdosa. Ka-

lau tak berdosa, m ustahil kau digantung. Tentu saja aku tak sang­gup m em b u k a ika tanm u, karena bukan tugasku. Siapa yang ber- hak dialah yang akan m em buka ika tanm u."

M endengar itu m ereka pun menangis. Sedang Rare Sigar m e lan ­ju tk a n perjalanan. Kali ini ia berjum pa dengan seorang kiyai. Kiyai itu sedang m em ikul selawat dengan sebatang bam bu tutul. Selawat itu berupa kain, segala macam pisang dan buah-buahan lainnya, sehingga bam bu tu tu l itu tam paknya sebagai pohon buah- buahan . P uncaknya m enghadap ke depan.

"O, anak, ambillah bebanku. Payah benar aku m em iku lnya .""O, aku tak berhak mengam bilnya. Itu bukan tugasku.""Biar pun bukan tugasmu ambillah. Payah benar aku m em i­

kulnya. Aku ini seorang kyai.""Tentu saja pak kyai m elakukan perbuatan dosa, sehingga

diperlakukan seperti ini. Pak kyai bersifat kikir dan tamak. Se­orang kyai tak boleh kikir a taupun tam ak."

Memang benar kyai itu d ihukum disebabkan oleh p e rbua tannya sendiri. Ia dihukum karena bersifa t kikir dan tamak. Ia harus m e­m ikul beban dengan sebatang bam bu lengkap dengan daunnya. Sepanjang ja lan ia selalu berteriak m em inta tolong, karena beban yang sangat berat. N am un tak seorang pun yang m enolongnya. Tak seorang pun berani m encobanya , karena setiap orang ber- tanggung jaw ab atas pe rbua tannya sendiri.

77

Setelah itu Rare Sigar m elan ju tkan perja lanannya. la melihat sebuah lapangan yang dipenuhi oleh raksasa. Raksasa-raksasa itu m elo to t ingin m enerkam nya . Rare Sigar mengam bil dan me- lem parkan gula kelapa ke arah mereka. Seketika lenyaplah ha- sratnya un tu k makan Rare Sigar. Karena itu Rare Sigar dapat m e­lan ju tkan perja lanan. la beija lan terus. Lapangan demi lapangan dengan berbagai penghun inya telalhdilalui. Berbagai pem andangan telah disaksikan. Berbagai kesulitan telah diatasi,. Kini dilihatnya sebatang pohon kayu yang berdaun keris.

"Astaga, ajaib benar pohon ini. D aunnya terdiri dari keris."Setelah itu dilihatnya. seorang penipu. Ketika penipu itu lewat

di bawah p o hon , ia ditancap oleh keris. Daun kayu itu tiba-tiba b e r ja tu h an .

"Tolonglah cepat. Cabut keris ini." Keris itu tak dapat dicabut. Tetap tertancap di kepalanya.

"O, m aafkan , aku tak sanggup m encabu tnya . Pasti kau ber- dosa. Entah apa dosam u."

"Aku tak pernah m elakukan perbua tan dosa. Ketika aku ber- ja lan , tiba-tiba keris ini m enancap di kepa laku ."

"O, setiap m anusia berdosa bila lewat di bawah p o hon itu pasti cfijatuhi oleh keris yang bergantungan itu. Aku tak sanggup m en­cabu tnya ." Setelah itu Rare Sigar berja lan lagi. Sedang orang ber- dosa itu terus menangis kesakitan. Demikianlah berbagai jen is ma- nusia berdosa telah dijumpai oleh Rare Sigar. Se lan ju tnya Rare Sigar m enjum pai lapangan yang penuh dengan ayam dan merpati. Setelah itu ia bertem u dengan orang tua.

"Tolong antarlah aku ke sorga.""Aku takut m engantarm u. Karena kau datang sebagai manusia

m entah. Tak ada manusia biasa d iperbolehkan ke sorga.""Tetapi aku berm aksud mencari bagian tubuhku . Lihatlah

bukankah aku ini be r tubuh sebelah.""Jika itu alasanmu pergilah. Masuklah sendiri. M intalah ijin

kepada penjaga pin tu itu."Pertam a-tam a Rare Sigar ber jum pa dengan sebuah titian yang

sangat goyah. Di bawahnya te rdapa t api yang menyala terus. Dengan tenang Rare Sigar melewati titian itu. la bercakap-cakap sesaat dengan penunggu api itu. Akhirnya tibalah Rare Sigar pada pintu pertama. Kemudian bertanya:

"Siapakah yang menjaga pintu ini?""A ku ," jaw ab malaikat yang ditanya."Tolonglah bukakan pintu ini.""U ntuk apa. Kau ini tak boleh m asuk.""Tapi aku harus mencari bagian tubuhku . T ubuhku ini tak

sempurna. Itulah sebabnya aku datang di tem pat ini."

78

Tiba-tiba p in tu te rb u k a sendiri. Tak seorang pun yang mem- bukanya. Hai ini berarti bahwa Rare Sigar d iperkenankan mema- suki wilayah sorga. Pada pintu b e r iku tnya Rare Sigar kembali bertanya:

"Siapakah yang menjaga pintu ini ?""A ku ," jaw ab m alaikat yang ditanya. "U ntuk apa kau ke

m ari?""O, aku datang ke mari un tu k m em in ta bagian tubuhku . Aku

ini m anusia tak sempurna. T ub u h k u sebelah," kata Rare Sigar.Pintu ini pun te rbuka dengan sendirinya. Demikian pulalah

dengan pintu yang ber iku tnya , hingga melewati pin tu yang ke- sembilan. Di sinilah Rare Sigar bertem u dengan Tuhan.

"O, kau datang. Heran aku.""B enar ya, T u h a n .""Baik. Tunggulah. Aku tahu m aksudm u. D ahulu ayahmu itu

amat som bong dan takabur. Demikian ju g a ibumu. Pada suatu hari aku m engutus Malaekat A nyar, un tu k ber tanya kepada orang tuam u. la m em ang kutugaskan un tuk ber tanya-tanya di semua tem pat. Ketika d itanya dengan siapakah ia m em b u a t anak, ia men- jaw ab bahwa ia m em b u a t anak seorang diri. Seandainya ada orang lain lagi ten tu akan dibunuhnya. Demikianlah jaw abnya . Itulah sebabnya bagian dari tu b u h m u kutinggalkan di sini. Sekarang apa- kah yang kau inginkan?"

"H am ba datang ke mari m em ang un tu k m em ohon bagian tubuh ham ba, ya T uhan , agar ham ba m enjad i sama dengan umat-Mu yang lain."

"O, itukah keinginanmu? Aku tak boleh menolak perm intaan siapa saja." Nah, demikianlah karena Tuhan Maha Pengasih, apa saja perm in taan um atnya pasti dikabulkan. Demikian jugalah pe rm ohonan Rare Sigar. Lalu Rare Sigar terjadilah seperti yang diinginkan. Rare Sigar telah m enjad i m anusia yang sem purna yang amat tam pan. P e rm ohonannya telah terkabul.

"Nah, sekarang pulanglah kam u.""Baiklah T uhanku , ham ba m ohon permisi."D em ikianlah Rare Sigar kini berada dalam perja lanan kembali

ke rum ah orang tuanya. Semua pem andangan serta pengalaman dalam perjalanan ini tidak berbeda dengan perja lanan yang lalu. Semua manusia m enderita , yang mengalami kesakitan , dijumpai lagi dalam perja lanan ini. Segala macam pencuri dan manusia yang m em bunuh dengan racun, dijumpai juga dalam perjalanan ini. Manusia yang meracun sesamanya kini d inantikan oleh korban- nya un tuk m elakukan pembalasan. Perkelahian pun terjadi. Dan si peracun m enderita kesakitan sebagaimana ia m enyakiti korban- nya di atas dunia. Demikianlah m ereka saling sakiti di sepanjang ja lan . Dan sang korban di atas dunia m enanti sepanjang ja lan un-

79

tuk m elakukan pembalasan.A khirnya Rare Sigar tiba kembali di rumah."Ibu ," kata Rare Sigar memanggil. Sedang selama kepergian

Rare Sigar ibunya selalu t idur m enelungkup , karena sedih me- ngenangkan nasib anaknya. Rare sigar sangat disayang walaupun tidak sempurna. Setelah ia m endengar suara Rare Sigar barulah ia te rbangun.

"O, kauiah anakku. Kau telah kembali anakku. Kukira kaubukan anakku. R upanya telah be rubah"

"Benar, ibu. Tuhan telah berkenan m engem balikan tub u h k u k e m b a l i . "

"Mula-mula kukira bukan kau yang datang. Itulah sebabnya kud iam kan saja. Ketika ku ta tap w ajahm u lain benar tam paknya dahulu dan sekarang."

"Itu semua karena karunia Tuhan ibu.""Apa sajakah yang kau ju m p a i dan lihat di alam sana anakku?

Coba ceritakan ibu!""Sepanjang ja lan banyak benar godaan, ibu. Kasihan benar

aku m enyaksikan manusia-manusia berdosa yang sedang m ende-rita siksa sepanjang ja lan yang kulalui. E ntah siapa yang m enyik- sa, ada yang diikat di pinggir ja lan , ada yang digantung di pohon kayu. Ada yang m em ikul beban yang amat berat. Sungguh kasihan aku m enyaksikannya , te tapi aku tak berani m em berikan perto- longan."

"A pa ke tahui ketika m ereka m em inta ban tu an m u ?""O, itu bukan tugasku. Aku tak berani. Nanti aku dipersalah-

kan. Begitulah kataku ibu. Mereka semua menangis ibu.""Nah, kalau demikian kau beruntung. N iatm u telah te rpenuh i."Kini diceritakan raja yang m em erin tah negeri, telah m endengar

ten tang keberhasilan Rare Sigar naik ke sorga."C eritakanlah aku Rare Sigar. Kudengar dia telah pergi ke

sorga. Selama ini tak pernah aku m endengar orang pergi ke sorga. Benar atau tidak ia telah berhasil pergi ke sorga? Carilah dia!"

Setelah itu Rare Sigar dipanggil oleh Patih kerajaan. Setelah tiba di tem pat Rare Sigar, ia ditanya:

"R are Sigar kabarnya kau telah pergi ke sorga?"" B e n a r .""Jika benar kau d iperin tahkan oleh datu kita agar m enghadap

sekarang juga ke istana.""U ntuk apakah ham ba dipanggil?""Nah, nanti kau akan tahu setelah D a tu 2) m e n g a ta k a n n y a .""Baiklah paman patih. Jika Datu m em erin tahkan ham ba, ten-

tulah ham ba tak berani m e n e n ta n g n y a ."

2) D a tu = ra ja .

80

Setelah itu kembalilah Patih Kerajaan, m enu ju ke istana di- susul oleh Rare Sigar. Setelah tiba Amaq Patih ditanya oleh raja.

"Berhasilkah kau bertem u dengan Rare Sigar?""Berhasil tu an k u .""Mana dia.""Seben tar lagi tuanku . Dia masih di belakang. Tak lama kemu-

dian datanglah Rare Sigar."Sembah ham ba tu an k u .""Baiklah. Sekarang aku ber tanya padamu Rare Sigar.""A m pun tuanku . Ham ba tak lagi bernam a Rare Sigar. Nama

ham ba telah diganti oleh Tuhan m enjadi Jaya Paesan.""O, jad i nam am u tidak lagi Rare Sigar ?""Benar tuanku. Sekarang ham ba dipanggil Jaya Paesan.""Baiklah. Bila benar kau telah berhasil naik ke sorga seperti

yang dikatakan orang banyak , sekarang kembalilah ke sana dan m intakan aku emas. Bila kau tak m au, aku tak percaya, bahwa kau telah berhasil naik ke sorga, sebab tidak ada buk ti ."

"Seperin tah tuanku Datu. Bila ham ba diperin tahkan kembali ke sorga, ham ba akan lakukan."

"Nah, pergilah dengan segera, sekarang juga .""Baiklah tu an k u ." Lalu Rare Sigar meninggalkan istana, m enu ju

ke rumah. Dan m em beri tahukan kepada ibunya."Ibu, aku d iperin tahkan oleh D atu , agar kembali ke sorga.

Tak berani aku menolak perintah D atu .""Bolehkah kau pergi lagi?""Boleh ibu.""Baiklah j ik a demikian halnya. Akan ibu buatkan kau gula

kelapa serta ke tupa t bersegi sembilan." Dengan segera ibunya m em bua t gula kelapa dan ke tu p a t bersegi sembilan, sembilan buah , seperti ketika kepergiannya yang lalu. Setelah semuanya selesai, berangkatlah Rare Sigar ke sorga. Dalam perjalanan ia m en jum pai berbagai hal seperti per ja lanannya yang lalu. Akhirnya tibalah ia kembali di sorga.

"Lho, kau datang lagi Jaya Paesan.""Benar ya T u h a n .""M engapa kau datang lagi?""Ham ba d iperin tahkan oleh raja hamba, taku t ham ba menolak

perin tahnya. H am ba d iperin tahkan un tuk m em ohon emas, sebagai bukti , bahwa ham ba telah pernah tiba di sorga. Bila ham ba gagal ham ba tak dapat m em buk tikan kebenaran ham ba kepada raja, sehingga raja tak akan m em percayai kalau ham ba telah pernah pergi ke sorga."

"Jika demikian baiklah. Ambillah mas yang kau per lukan ." Memang Tuhanku tak boleh menolak perm ohonan ham banya .

81

Apa saja yang dim ohon pasti saja d ilakukan, asalkan kita telah dapat sampai di sorga.

Demikianlah Rare Sigar berhasil m em peroleh emas segumpal serta dikaruni secupu Manik oleh Tuhan , un tuk dipersem bahkan kepada raja. Dan ia diberitahu oleh Tuhan, bahwa cecupu manik itu berisi seorang bidadari yang bernam a Supraba.

Setelah m em pero leh anugerah dari Tuhan Rare Sigar diperintah un tuk pulang ke dunia. Maka kembalilah ia m enu ju Mayapada. Dalam perjalanan pulang ia pun melihat dan menyaksikan peman- dangan seperti sedia kala. Di samping itu ia melihat juga orang berdosa karena m encuri sapi dan diamuk oleh sapi curiannya. la pun berteriak m em in ta tolong, te tapi Rare Sigar m enolaknya.

"Tentu kau m akhluk berdosa, mengapa kau diperlakukan se­perti itu."

"O, kukira perbuatan itu tak ada ak ibatnya di akhirat.""A khirnya diceriterakan Rare Sigar telah tiba di rum ah dan

bertem u dengan ibunya."Ibu .""O, kau telah kembali anakku .""Sudah ibu.""Berhasilkah kau m enemui Tuhan?""D apatkah emas seperti yang dikehendaki oleh D atu?""D apat ibu.""Syukurlah. Kalau berhasil cepatlah persem bahkan kepada

Datu. Kita tak boleh menyalahi per in tahnya , "kata ibunya."Baiklah ibu." Kemudian Rare Sigar berangkat menghadap

raja. Setelah tiba di istana, ia ditanya."Kau telah kembali Jaya Paesan?""Benar tuanku .""Berhasilkah kau m enja lankan pe r in tahku?""Berhasil tu anku .""Sungguh aku merasa heran. Amat banyak manusia di dunia,

tak seorang pun yang pernah pergi ke sorga. Aku sangat ingin pergi ke sana. Dan apakah yang kau bawa itu?"

"Ini nam anya Cecupu Manik tu an k u .""Marilah kuliha t." Kemudian diperhatikan oleh raja."Cobalah buka." Kemudian Cecupu manik itu dibuka, te tapi

tak seorang pun yang berhasil m em bukanya .

"Cobalah kau yang m em bukanya ," kata raja kepada Rare Sigar. Tetapi Rare Sigar m enolak. Cecupu manik itu te tap tak terbuka.

Kini diceriterakan lagi bahwa raja kembali m engem ukakan keinginannya un tuk pergi ke sorga.

"Aku berm aksud hendak pergi ke sorga. Sedang engkau ber-

82

hasil ke tem pat itu, apalagi aku yang m enjadi Datu di negeri ini."

"Tentu saja tuanku akan dapat.""Tetapi bagaimana caranya?""M udah tuanku. Sekarang tuanku harus m enyalakan unggun

api. Kem udian tuanku harus duduk di unggun yang m enyala itu. Dalam sekejap tibalah tuanku di sorga."

"Dengan apakah syaratnya? Kalau demikian m udah benar.""Benar tu an k u .""Baiklah akan kuper in tah k an hulu balangku. Amaq Patih

per in tahkanlah rakyat agar mencari kayu api sebanyak-banyak- nya. Setiap orang satu p ikul."

Demikianlah kayu telah te rkum pu l b e r tu m p u k - tu m p u k . U ntuk m enuju ke unggun api yang menyala nanti , m ereka m em buat panggung un tu k raja. Sebab tu m pukan kayu sangat tinggi, tentu saja menyala api akan tinggi pula. Tak akan dapat dicapai dari bawah. Dan se lan ju tnya diceriterakan api mulai d inyalakan. Nya- lanya amat tinggi. T um pukan kayu itu melebihi dua ratus pikul.

"Sekarang aku ingin berangkat Jay a Paesan.""Silakan tuanku . B erangkatlah ." M endengar kata-kata Rare

Sigar, raja m enu ju ke panggung. Segera setelah tiba di panggung ia m enerjunkan diri ke unggun yang sedang m enyala itu. Tamatlah riwayat raja di api itu. la meninggal dalam sekejap.

Setelah peristiwa itu pulanglah Rare Sigar. Di rum ah ia mem- buka Cecupu Manik miliknya. M uncullah seorang bidadari, bida- dari Supraba. Bidadari itu berkata:

"Nah m em ang engkaulah un tungku . Itulah sebabnya kau di- karuniai Cecupu Manik ini oleh Tuhan. Tak boleh orang lain m e n ­jad i jo d o h k u .

Akhirnya Jaya Paesan dijodohkan dengan Supraba oleh ibu­nya. Nah, demikianlah adanya. Hingga dewasa ini di desa Karang Bayan ditabukan sepasang suami istri, mandi bersama.—

83

9. RIWAYAT DATU PEJANGGIQ*)

Tersebutlah seorang raja yang bernam a Datu Pejanggiq. la ter- kenal sangat berani, ber tam pang gagah dan juga amat sakti. la berkulit putih kuning, ram but bergelom bang dan kum isnya yang m elin tang m enam bah kem an tap an n y a sebagai seorang raja, yang terkenal adii dan bijaksana. la juga sangat terkenal dengan kesak- t iannya karena memiliki suatu benda keram at yang bernam a Gu- mala H ikm at1-1 . Di samping itu Datu pejanggiq amat gemar me- mikat kerata, ya itu sejenis ayam hu tan yang m em punyai suara yang amat nyaring.

Datu Pejanggiq, m em punyai seorang permaisuri, yang bernam a Puteri Mas Dewi Kencana. Puteri itu adalah seorang puteri je li ta dari Raja Kentawang. D an permaisuri itu ia m em pero leh seorang putra. Sifat dan perilaku dan tam paknya sama dengan Datu Pejanggiq, sehingga dia pun sangat dikasihi oleh m asyarakat, di samping oleh ayahanda dan ibunya sendiri.

Pada suatu ke tika Datu Pejanggiq berangkat ke hu tan Lengku- kun un tuk m enangkap burung kerata. la diiring oleh patih Batu Bangka. Tiba-tiba hu jan pun tu run dengan lebatnya disertai sa- bungan kilat dan sambaran petir. Datu Pejanggiq hanya bernaung di bawah sebatang pohon. Pakaiannya menjadi basah kuyup dan m ereka pun menggigil kedinginan. Dengan keadaan yang demi- kian Datu Pejanggiq m enyuruh D em ung B atubangka un tuk me- lihat keadaan sekitar, kalau-kalau di tem pat itu ada rum ah tem pat berteduh .

D em ung Batubangka berangkat meneliti daerah sekitarnya. Dan akhirnya di suatu tem pat yang tidak ja u h ia m enem ukan sebuah gubuk berpenghuni dan dijaga oleh seorang lelaki j a b u t 2) la pun segera m elaporkan kepada Datu Pejanggiq bahwa tidak

ja u h dari tem pat ber teduh itu te rdapat sebuah rum ah yang dijaga oleh lelaki jab u t . Datu Pejanggiq m enyuruh Batu Bangka m em inta ijin un tuk berteduh. Dengan segala keikhlasan lelaki j a b u t itu

*) D ite je m ah k a n d a ri cerite ra ra k y a t d ia lek M eno-M ene.1) G um ala H ik m at = b en d a a ja ib yang d ap a t m em b erik an apa saja y ang d im in ta i.

2) J a b u t = b a d an n y a b e rb u lu leb a t.

84

m em persilakan m ereka, lebih-lebih setelah diketahui yang ber- teduh itu adalah Datu Pejanggiq yang m em ang terkenal di mana- mana. Setelah m endengar kesediaan lelaki j a b u t itu untuk mene- rim anya, Datu Pejanggiq berangkat diiringi oleh D em ung Batu- bangka dengan pakaian yang basah kuyup . Setiba di rum ah itu lelaki j a b u t itu pun m enerim a dengan segala kehorm atan . la mem- persilakan m ereka duduk di sebuah se k e p a t3), m enghadap ke arah barat laut, sambi bersan'dar pada tiang sebelah tenggara.

Tak lama kem udian hujan pun reda, angin masih berem bus dengan keras. Dan hem busan angin itu telah m em ban tu memper- cepat keringnya pakaian Datu Pejanggiq. Tiba-tiba ketika mereka sedang duduk bertiga Datu Pejanggiq melihat seberkas sinar yang gemerlapan. Sinar itu datang dari arah barat daya. Datu Pejanggiq sangat heran. Cahaya apa gerangan yang gemerlapan itu. Terlin- tas dalam hati Datu Pejanggiq, bahwa rum ah tem pat m ereka ber- ada itu bukanlah rum ah sembarang orang.

Memang pemilik rum ah itu adalah seorang raja j in yang mem- punyai seorang putri cantik rupawan. Ketika itu ia sedang mandi di suatu telaga dalam tam an, diiringi oleh dayang-dayang dan inang pengasuhnya. Cahaya yang gemerlapan yang terlihat oleh Datu Pejanggiq adalah cahaya yang datang dari putri j in itu karena letak telaga itu searah dengan arah duduk Datu Pejanggiq. Pada saat itu Sang Putri pun merasakan hai yang sama. Terasa olehnya suatu cahaya datang dari arah tenggara. Karena itu putri j in itu segera berhenti mandi dan berkem as pulang. Setiba di rumah pandangannya bertem u dengan pandangan Datu Pejanggiq yang m engakibatkan keduanya ja tu h pingsan.

Melihat peristiwa yang serba tiba-tiba ini lelaki ja b u t itu pun tak bisa berbuat apa kecuali m undar-m andir tak ten tu tujuan. Begitu juga Dem ung Batubangka sangat gelisah melihat peristiwa luar biasa ini. N am un ia tidak kehilangan akal. la berusaha m em ­buat agar Datu Pejanggiq sadar dari pingsannya dengan ja lan me- m ercikkan air pada mukanya. Setelah Datu Pejanggiq sadar kemu- dian lelaki itu pun berbuat sama kepada pu trinya. Setelah kedua nya sadar, keduanya kembali berta tapan mata. Datu Pejanggiq segera m engham piri putri dan berkata:

"Duhai gadis je li ta , sungguh pertem uan yang tak diduga ini telah m em b u a t diriku tak bisa berbuat sesuatu, kecuali un tuk me- nyerahkan diri pada dirimu. Dapat kiranya kau m enerim aku ' sebagai suami."

Demikianlah kata Datu Pejanggiq seraya ingin m embelai tubuh putri j in itu. Tetapi putri itu menolak dengan sopan santun sambil berkata :

3) S ek ep at = b an g u n an k ecil b e rtian g em pa t dan b e rfu n g s i u n tu k te m p a t d u d u k -d u d u k .

85

"Wahai pem uda tam pan, daku berharap agar tuan sadar dan sabar dahulu. Daku belum tahu pasti siapa gerangan tuan ini, dan m ana tuan datang, hendak ke m ana, dan siapa gerangan nam a tuan , je laskan semua itu kepadaku ."

M endengar itu sadarlah D atu Pejanggiq bahwa dirinya telah ham pir bertindak ceroboh.

"K iranya tata caraku kurang berkenan di ha tim u , hendaklah d im aafkan . Tetapi yakinlah bahwa t indakan itu semata-mata te rdo rong oleh suatu perasaan yang sulit dilukiskan. Aku telah ja tu h hati kepadam u. Karena itu satu pe rm in taanku kepadam u, ya itu bersediakah hendaknya kau berum ah tangga denganku."

Saat itu kembali Datu Pejanggiq kehilangan keseimbangan. tangannya terangkat un tuk m em belai sang putri. Tetapi dengan spontan nam un penuh h o rm a t , belaian itu dielakkan.

"Tuan m uda yang tam pan. Kuharap jangan tuan berlaku meli- wati batas. Keinginan tuan tentu saja akan aku pikirkan, asalkan tuan katakan dulu siapa tuan, dari m ana dan hendak ke m ana."

Karena itu Datu Pejanggiq berceritera panjang lebar ten tang dirinya, asal-usulnya serta tu juannya , hingga te rdam par di rum ah itu. Sebagaimana halnya Datu Pejanggiq, sang putri pun sejak pan- dangan pertam a telah dihinggapi perasaan aneh dan simpati serta cinta kepada Datu Pejanggiq. Tetapi ia m am pu m engendalikan perasaannya sendiri.

Demikianlah setelah Datu Pejanggiq cukup lama m em b u ju k dan m erayunya , sang putri pun bersedia un tu k diperistri oleh Datu Pejanggiq dengan satu syarat. Dengan disaksikan oleh De- m ung Batubangka dan ayahnya putri j in itu m engajukan syarat, hendaknya Datu Pejanggiq bisa m enjad ikan Hutan Lengkukun itu m enjadi suatu kerajaan tanah yang subur, be rpenduduk cukup dan sehat dengan sebuah istana yang lengkap dengan perabotnya .

Setelah m endengar syarat yang diajukan oleh putri j in itu, maka Datu Pejanggiq pun m enyanggupi kem udian m inta diri dan langsung m enuju ke suatu tem pat yang bernam a Tibu Mong, diikuti oleh D em ung Batubangka. Di tem pa t itu Datu Pejanggiq m em b u k a Gumala H im atnya , sambil m em inta agar apa yang di- m in ta oleh sang putri dapat terkabul. Setelah Datu Pejanggiq selesai m engucapkan pe rm in taannya , maka Dem ung Batubangka langsung ke puncak Tibu Mong un tuk melihat apa yang terjadi dengan perm intaan Datu Pejanggiq.

Dengan jelas terlihat oleh D em ung Batubangka, bahwa apa yang dikehendaki oleh putri j in itu telah terjadi. Ia melihat sebuah kera jaan yang aman, m akm ur, lengkap dengan rakyat serta ista- nanya, telah berdiri di hu tan Lengkukun, walaupun hal itu dirasa- kan oleh Demung Batubangka bagaikan di alam mimpi.

86

Segera setelah harapan Datu Pejanggiq m enjad i kenyataan , m aka ia pun m en u ju kem bali m enem ui putri j in itu dan kem udian melangsungkan perkaw inan. Perkawinan itu m em berikan kebaha- giaan kepada mereka. M ereka h idup dalam suasana kasih menga- sihi. Tiada berapa lama an ta ranya pu tr i j in itu pun hamil. Tetapi setelah kandungan be rum ur tiga bulan Datu Pejanggiq merasa perlu un tuk kem bali ke kerajaan yang lama ditinggalkannya. Putri j in itu pun tidak berkebera tan atas kehendak Datu Pejanggiq, karena ia sadar bahwa suaminya m em punyai tugas lain yang lebih besar.

Demikianlah sebelum berpisah, Datu Pejanggiq meninggalkan pesan kepada putr i j in itu.

"K elak .b ila kau m elahirkan seorang putra , berikanlah Leang4 dan cincin ini," kata Datu Pejanggiq serta m em berikan kedua jenis benda itu kepada permaisurinya.

"Sebaliknya bila kelak kau melahirkan seorang putri, maka w ew enangm ulah un tuk m em berikan nama dan m e n g u ru sn y a ." Setelah itu Datu Pejanggiq m elangkahkan kaki, diikuti oleh doa restu dan ditemani hingga gerbang istana.

Dem ikianlah beberapa bulan kem udian , putri j in itu melahir- kan seorang putra , yang amat tam pan. Atas berkat Tuhan, putra itu dapat berbicara semenjak dilahirkan. Karena itu putri j in itu segera m em berikan leang dan cincin pem berian Datu Pejanggiq kepada putranya. Segera setelah ibunya m em berikan kedua benda itu ia m enanyakan di mana tem pat ayahnya saat ini. Oleh karena itu ibunya pun m em berikan penjelasan yang sebenarnya. Men- dengar penjelasan itu pu tranya m em ohon ijin un tuk mencari ayahnya di Pejanggiq. Segera setelah diijinkan ia pun berangkat m en u ju Pejanggiq. Tetapi setiba di Pejanggiq ia m en d ap a t ke- terangan bahw a Datu Pejanggiq sedang berada di JSumbawa un tuk menghadiri suatu pesta. Oleh karena itu dengan segera ia pun me- nyusul ke Sumbawa. Setiba di negeri itu ia m enanyakan tem pat penyelenggaraan pesta. la pun diantar oleh orang banyak ke tem ­pat yang ditu ju . Setelah itu seseorang m engkhabarkan kepada Datu Pejanggiq, bahwa seorang anak yang m engaku pu tranya datang un tuk m enem uinya . Dengan tenang Datu Pejanggiq m e n y u ­ruh m em asuki ruangan pesta. Melihat kedatangan anak tersebut Datu Pejanggiq tak dapat m enyangkalnya , karena anak tersebut mem akai leang dan cincin yang telah d iberikannya dahulu.

Setelah duduk sesaat, hidangan pun mulai disuguhkan. Putra Datu Pejanggiq sungguh luar biasa. Berapa banyaknya hidangan yang disuguhkan, semua dilalap habis. Demikian pu n k e t ik a tam-

4) L eang = sem acam k e len g k ap an pak aian ad a t Sasak .

87

bahan dihidangkan, disuguhkan berulang-ulang, sem uanya disikat habis.

Melihat hal itu, Datu Pejanggiq merasa sangat malu. Karena itu dengan diam-diam ia meninggalkan ruang pesta. Kem udian dengan melalui negeri Pejanggiq ia m enu ju ke U jung Pandang. Di u jung Pandang ia m enu ju ke tem p a t salah seorang saudara kandungnya. Kepergian Datu Pejanggiq tak diketahui oleh siapa pun juga. Setelah lama Datu Pejanggiq tak tam pak barulah orang bertanya-tanya. Pu tranya pun m enjadi gelisah kem udian m inta diri un tuk mencari ayahnya.

D iceriterakan bahwa salah seorang dari pu tra Datu Pejanggiq yang lain berangkat m encarinya ke Ujung Pandang. Di sana ber- tem ulah mereka. Setelah ber jum pa, p u tranya itu m em ohon agar Datu Pejanggiq kembali ke negerinya, karena semenjak ditinggal- kan, negeri d it im pa bencana, tanah m enjad i kering, padi rusak dan air m inum sulit didapat. Mendengar hal itu saudara Datu P e ­janggiq pun m endesak agar Datu Pejanggiq berkenan kembali ke negerinya.

Benarlah, setelah Datu Pejanggiq kembali, ia m enjad i sangat ie rke ju t , karena apa yang d ikatakan p u tranya benar semuanya. Karena itu Datu Pejanggiq pergi ke suatu tem pat yang bernam a Kem aliq T o ro 5). Di tem pat itulah Datu Pejanggiq berdoa dengan doa I s t ik o q 6). Tiada berapa lama an taranya hu jan pun tu run se- lama tu ju h hari tu ju h malam. Di Kemaliq itu Datu Pejanggiq m em erin tahkan un tuk meletakkan- sebuah batu besar. Demikian jugalah yang dilakukan di Pakulan, setelah doanya terkabul dan hu jan tu run dengan lebat selama tu juh hari tu juh malam.

Setelah kedua peristiwa itu Datu Pejanggiq berpesan, bila kelak terjadi tanam an padi rusak karena penyakit , h endaknya lah dicari- kan air penawar di kedua tem pat tadi. Atas karunia Tuhan tan am ­an akan baik kembali.

Dem ikianlah setelah m em berikan tanda di Pakulan, Datu P e ­janggiq langsung m enuju Seriwa, diikuti oleh empat puluh empat pengiring. Setiba di tem pat itu Datu Pejanggiq berkata:

"Sekarang telah tiba saatnya kita akan berpisah. Janganlah k a ­lian m encariku. Biarlah aku' yang m encarim u." M endengar kata- kata itu segera pengiring-pengiring itu menangis sem uanya sambil m en u tu p mata. Tiba-tiba setelah tangis m ereka reda dan m ata m ereka buka kembali, Datu Pejanggiq telah sirna. Mereka hanya m enem ukan bekas u jung tongkat Datu Pejanggiq yang m enyerupai sumur. Setelah itu para pengiring yang berjum lah em pat puluh em pat orang itu kembali ke Pejanggiq dan m enyam pa ikan berita

5) K em aliq = suatu te m p a t k e ra m a t m a sy a ra k a t Sasak trad is io n a l.6) D oa Is tik o q = doa u n tu k m e m o h o n h u ja n .

88

ten tang peristiwa yang dialami baik kepada keluarga D atu Pe­janggiq m aupun kepada rakyat kebanyakan . demlikianlah selan­ju tn y a air sum ur itu d ipergunakan untuk m engobati berbagai jen is penyakit padi.

«

89

10. GAOS ABDUL RAZAK*)

Tersebutlah sebuah ceritera yang berasal dari orang-orang tua desa Sekar Bela. Diceriterakan dua orang Wali yang berasal dari Kalimantan berlayar m enuju pulau Lom bok. Mereka m enum pang perahu Banjar. Setiba di tengah laut perahu itu diserang badai dan gelombang yang amat dahsyat. Akhirnya perahu itu pecah dan hancur berkeping-keping. Tiba-tiba sekeping pecahan itu berubah m enjadi batu. Dengan kepingan itulah kedua Wali itu m elan ju t- kan perjalanan m enuju daratan Lom bok. Akhirnya m endara t di sebuah pantai. Itulah sebabnya hingga kini pentai dan desa di sekitarnya dinamai Batu Layar.

Setelah naik ke darat Gaos Abdul Razak dan adiknya yang ber­nama Gaos Abdul Rakhm an m enu ju ke sebuah kam pung. Setelah tiba m ereka m engum pulkan seluruh pen d u d u k kem udian berkata:

"A ku ini bernam a Said Tohri yang biasa dijuluki Gaos Abdul Razak dan adikku bernam a Gaos Abdul R akhm an ." Kemudian kedua berdaudara itu berpisah. Dan Gaos Abdul Razak akhirnya tiba di desa Peram puan. Di sana ia ber tanya kepada seseorang.

"Di m anakah terdapat sebuah desa besar di daerah ini?""O, di sini tak terdapat desa besar. Penduduk te rpencar satu-

satu di berbagai tem pat, karena pulau ini baru saja dihuni orang."Lama kelamaan kem ukjiza tan Wali ini didengar oleh Anak

Agung Wira Wangsa yang m em erin tah di Kebun Kongoq. Karena itu raja m engadakan pesta dan m em erin tahkan un tu k meng- undang Gaos Abdul Razak.

"Hai rakya tku , undanglah Gaos Abdul Razak. Carilah di mana saja dia berada."

Kemudian berangkatlah dua orang utusan un tuk m em enuhi perin tah raja. Dari Kebon Kongoq m ereka m enu ju B atu r Ujung Pagutan. Di sana m ereka melihat ulama itu sedang m inum tu ak 1) Terpaksa kedua utusan itu menunggu. A kibatnya raja menanti

terlalu lama. Karena itu ia m engutus dua orang lagi.

*) G aos A bdul R azak = nam a orang . C erite ra ini d ite rje m a h k a n dari cerite ra R a k y a t beb ah asa Sasak d ia lek N geno-N gene.

1) T u ak = air en au , yang sudah diisi ragi, sejenis m in u m an k e ras.

90

"Nah, berangkatlah kam u berdua un tuk m engundang Gaos Abdul Razak."

Setelah kedua utusan itu berangkat akhirnya tiba di desa Pa- gesangan. Di sini m ereka m elihat Gaos Abdul Razak sedang m enyabung ayam. Setelah itu dua u tusan lain m enuju kam pung Saren. Di sini m ereka melihat Gaos Abdul Razak sedang duduk di rum ah penduduk . la sedang berbicara dengan orang-orang Bali yang sudah lan ju t usia. Sedang dua utusan lainnya melihat Gaos A bdul Razak sedang bersem bahyang di sebuah mesjid yang sekarang bernam a Mesjid Sekar Bela Timba Bengaq.

Setelah u tusan itu kembali berkata lah utusan pertama."Daulat tuanku Anak Agung, rakyat Tuanku Wali itu ham ba

ju m p a i sedang m inum tuak .""H am ba m en ju m p a in y a ia sedang m enyabung ayam." kata

utusan beriku tnya ."la sedang duduk di kam pung Bali T u an k u ," kata utusan ber-

ikutnya."la sedang bersem bahyang, itulah sebabnya ham ba lama me-

nunggu," kata dua utusan yang terakhir. M endengar laporan utusan yang berbeda-beda itu raja m enjad i heran. K arena itu raja berkata kepada rakyatnya.

"Hai rakya tku , j ik a demikian, ulam a ini amat berbahaya. la dapat m eru n tu h k an kera jaanku . Sekarang carilah akal u n tu k mem- bunuh m anusia itu ."

Setelah itu te rdapatlah sekelom pok m asyarakat dari sebuah kam pung yang bersedia un tuk m em b u n u h Gaos Abdul Razak. Setelah m upaka t m ereka m erencanakan daya upaya un tuk mele- nyapkan ulama itu. Tentang hal itu Gaos Abdul Razak merasakan suatu firasat. Tetapi ia te tap diam. Dan setelah ke lom pok orang- orang itu berkum pul, m aka Gaos Abdul Razak dipanggil oleh seorang m uridnya yang paling utam a. Ketika ia sedang berjalan m em enuhi panggilan itu tiba-tiba ia disergap, kem udian diikat dan akhirnya dibunuh. Segera setelah peristiwa itu berlangsung seseorang berangkat m elaporkan peristiwa itu ke Sekar Bela Tim- ba Bengaq.

"Bapak-bapak dan saudara-saudaraku sekalian, guru kita Gaos Abdul Razak telah d ibunuh oleh orang b anyak ."

M endengar itu pasukan dari Sekar Bela Timba Bengaq segera berangkat un tuk m e n u n tu t balas atas kem atian gurunya. Tetapi

jenazah Gaos Abdul Razak tidak ditem ukan . N am un banyak yang m encerite rakan bahw a m eninggalnya Gaos Abdul Razak ada­lah dengan cara dipenggal. I tulah sebabnya m engapa k u b u rn y a dinamai K ubur O ta k -O ta k 2).

2) O tak b e ra r ti k e p a la .

91

Setelah kejadian tersebut orang-orang tua m elaporkan semua peristiwa itu kepada I Gusti K e tu t Gosha. Setelah tiba di Pura berkatalah mereka.

"Daulat Tuanku. Ulama Gaos Abdul Razak telah d ibunuh oleh orang-orang kam pung. la d ikeroyok beram ai-ram ai."

"Kalau demikian langkah apa yang kam u akan lakukan?""Belum tahu Tuanku. Hamba harap agar T uanku datang sendiri

m e l ih a tn y a .""M endengar itu Gusti K etut Gosha segera berangkat, m enuju

Sekar Bela. Menjelang lima belas m eter akan tiba di kuburan Otak-Otak tiba-tiba Gusti K etu t Gosa terja tuh .

"R ak y a tk u sekalian. Telah kerap kali aku datang di tem pat ini, tak pernah aku mengalami pengalaman seperti ini. Apakah kira-kira sebabnya?"

"D aulat Tuanku , barangkali firasat dari Gaos Abdul Razak.""N ah, barangkali mem ang demikian. Baiklah aku akan segera

kembali. Semua akan dilaporkan kepada Anak Agung K etut Jelantik . Akan kum in ta agar Anak Agung berkenan datang ke mari. Karena itu persiapkanlah dirimu un tuk m enyongsong keda- tangan Anak-Agung."

Lalu Gusti K etu t Gosha segera kembali ke M ataram un tuk me- nem ui Anak Agung K etut Jelantik. Setelah tiba ia m elaporkan kejadian dengan segera.

"Daulat Tuanku. Rakyat Tuanku Gaos Abdul Razak, ulama itu, telah d ibunuh oleh penduduk desa sebelah bara t."

"M engapa ia d ibunuh?""Sem ua itu belum jelas bagi rakyat T uanku semuanya. Cobalah

Tuanku sendiri m engusut m ereka."M endengar itu berangkatlah Anak Agung K etut Jelantik m enuju

Sekar Bela. Setiba di Pagesangan ia beristirahat sesaat, kem udian m e lan ju tkan perjalanan m enuju ke arah barat, m enuju Sekar Bela. Setelah berada di sekitar lima belas m eter dari k ubur Otak- O tak, raja pun te r ja tu h bersama dengan tiga pengiring serta kuda- nya.

"A neh , mengapa hai ini bisa terjad i?""D aula t T uanku, barangkali sebab m akam ulam a ini T uanku."

M endengar itu raja terdiam lalu terus masuk ke kam pung Sekar Bela.

"Siapakah yang m em bunuh ulama itu, hai rakya tku?""H am ba kurang tahu Tuanku. Hanya sepengetahuan ham ba

pada saat itu salah seorang m uridnya yang paling utam a datang m emanggil."

"S iapakah nama murid itu?""Loq Kutiah Tuanku. Hanya dialah yang harus T uanku usut

agar semuanya m enjad i je las ." Semua orang yang berasal dari

92

kam pung pem b u n u h itu d iperin tahkan oleh Gusti Ketut Gosha un tuk mencari A m aq Kutiah. Setelah A m aq Kutiah menghadap lalu-ditanya.

"Apa latar belakangnya sehingga ulama ini harus d ibunuh?""A m pun Tuanku, hanya ham ba dim inta un tuk memanggilnya.

Ham ba tak tahu sama sekali rencana m ereka un tuk m em bunuh- nya. Ham ba tak tahu sama sekali pe rm upaka tan m ereka."

"Siapakah yang langsung m em b u n u h n y a?""Kata orang ham ba tuanku dari t im ur.""Carilah dia."Setelah tiba, pem b u n u h u tam a itu ditanya."Mengapa kau bunuh ulama itu? Bukankah dia guru dan pim-

p inanm u bersama? Kau m enjadi melek tak lain hanyalah karena dia. Kau bisa tahu agama Islam dan pelajaran-pelajaran yang ber- m anfaa t hanyalah karena dia. Bukankah tak pernah kau diajar un tuk berbuat je lek? Mengapa dia kam u bunuh?"

"Benar Tuanku. Ham ba adalah m uridnya. Mereka yang di sebelah barat adalah m uridnya. Demikian juga m ereka yang di sebelah tim ur, u tara m aupun selatan. Sem uanya adalah m urid­nya. Tetapi ham ba m uridnya yang di sebelah barat selalu dianak tirikan. Itulah sebabnya ham ba merasa sangat dongkol."

"B ukankah tak m ungkin semua itu dibangun sekaligus?""Jika demikian halnya, seharusnya ia m em beritahukan . hal

itu kepada kami. Mengapa ia tak m engatakan misalnya ia yang kubua tkan lebih dahulu, nanti kamu kem udian , te tapi tetaplah berkum pul un tu k m elakukan ibadat."

"Nah sekarang rakya tku , apakah yang kau kehendaki?""H am ba hanya inginkan keadilan,""Kalau demikian kau katakan , barang siapa yang m e m b u n u h ­

nya berhak un tuk d ibunuh .""Tunggu dulu T uanku," ka ta Gusti Ketut Gosha.

"Siapakah yang m em erin tahkan kamu un tuk m em bunuhnya? Apakah kesalahannya? Dan apakah sebabnya?"

"A m pun Tuanku. M enurut kata yang m em erin tahkan ham ba un tuk m em bunuh , adalah Anak Agung Triwangsa. Dan beliau akan m em b u a tk an kami mesjid yang besar. Nah, demikianlah Tu­anku. "

Setelah itu semua yang bersalah semua dihukum mati. Selama itu rakyat selalu siap sedia dengan persenjataan. Gusti Ketut Gosha selalu m engam ati gerak-gerik mereka, baik siang m aupun malam. Melihat keadaan yang gawat itu Gusti K etut Gosha berang­kat ke Mataram. Semua hulubalang yang berasal dari Sekar Bela Timba Bengaq d ikum pulkan di Mataram untuk mencegah keka- cauan, sambil m enanti keadaan aman kembali.

93

"Nah, kam u semua akan kup in d ah k an ke kam pung Punia, karena di te m p a tm u , kalian selalu bercekcok dengan m asyarakat kanrpung te tanggam u, sampai keadaan tenang kembali dan kamu tak lagi saling m en d en d am ."

Setelah m ereka berada tu juh hari di Punia, tiba-tiba m uncul suatu keajaiban. Sebuah m ata air m uncul dengan ledakan yang dahsyat. Pada suatu hari raja bertanya:

"Mengapa rakya tku yang baru di Punia itu tak pernah m engha­dap? Apakah sebabnya? Barangkali banyak di antara m ereka yang sakit atau karena sebab-sebab lainnya?"

Karena itu raja m engutus Gusti K etu t Gosha un tu k melihat keadaan mereka.

"Cobalah kau lihat bagaim ana keadaan rakya tku yang berada di Punia itu. Apakah banyak di antara m ereka yang sakit atau karena sebab-sebab yang lain." M endengar itu Gusti Gosha berang­kat ke Punia. Setelah tiba di tem pat itu Gusti K etu t Gosha me- nyaksikan rakyat sedang bekeija m en y em p u rn ak an sebuah mata air. Mereka bekerja semua.

"Astaga kau semua pada bekerja sehingga tak pernah m engha­dap ke istana."

"Benar Tuanku. Kebetulan di sini te rdapa t m ata air baru yang .dapat kami m anfaa tkan sebagai tem p a t mengambil uduq m aupun m andi." Melihat kenyataan itu K etu t Gosha m enjad i sangat he- ran, karena pada desa di atasnya hu jan tak pernah dan lagi pula air berada jauh .

"Dari m anakah asalnya air ini? Mengapa m ata air bisa besar? Cocok benar di sini didirikan istana, karena di sini air melim pah ruah. Nah, hen tikan lah dahulu pekerjaanm u. Jangan dilan ju tkan menggarapnya. Aku akan sampaikan kabar ini kepada Anak Agung."

Setelah itu Gusti K etu t Gosha meninggalkan Punia m enuju Ma- taram. Setelah tiba di K eraton ia m enghadap raja.

"Daulat T uanku, layak benar rakyat Tuanku tak pernah m eng­hadap, karena m ereka sedang sibuk m en yem purnakan sebuah m ata air baru yang amat besar." Demikianlah ha tu r Gusti K etu t Gosha.

"Jika demikian halnya baiklah aku akan datang m eliha tnya ."Setiba di tem pat yang d itu ju Anak Agung bersabda:"Nah, telah lama kamu berada di tem pat ini. Sekarang aku

berniat m em bangun istana. Sedang kamu akan kukem balikan ke Sekar Bela. Perbesarlah k em am puanm u di sana."

Mereka diberi bekal berupa uang, beras, ayam, kerbau , seraya berkata:

"Pergunakanlah ini un tu k sangu m em bua t perum ahan ."Setelah seminggu m ereka m em bua t perum ahan baru, muncul

lagi sebuah mata air dengan ledakan dahsyat seperti yang ter-

94

jad i di Punia. Bersamaan dengan itu m ata air yang ada di Punia tiba-tiba m enjad i kering. Melihat kenya taan itu Gusti K e tu t Gosha m enghadap kepada Anak Agung dan m em beri laporan.

"D aulat Tuanku Anak Agung, aneh benar. Mata air yang di Pu nia semakin surut dan tiba-tiba kering. Sebaiknya tuan k u pergi m enin jau ke Sekar Bela u n tu k m enyaksikan keadaan rakyat tu ­anku di sana."

Setelah itu Gusti K etu t Gosha berangkat m enu ju Sekar Bela. Setelah tiba langsung m asuk ke dalam kam pung. Di sana ia me- nyaksikan rakya t yang sedang m enyem purnakan sebuah mata air baru.

"Heran benar aku. Ketika aku m enin jau di Punia ku jum pa i me- reka sedang giat m eny em p u rn ak an sebuah mata air. Di sini juga demikian. Sungguh m engherankan . Ini semua m em ang rezekimu. Kalian sangat beruntung . Teruskanlah pekerjaan hingga selesai. Sekarang aku akan berdatang sembah kepada Anak Agung, agar kau terus d iperkenankan m enetap di tem p a t ini."

K em udian Gusti K etu t Gosha berangkat m enu ju M ataram, dan m enghadap Anak Agung.

"Daulat T uanku , pantas m ata air yang di Punia m enjad i kering. Karena di Sekar Bela m uncul sebuah m ata air baru ."

"Nah itu m em ang rezeki m ereka ."Pada hari Jum at ber iku tnya , berangkatlah Anak Agung m enuju

Sekar Bela. Setiba di tem pat itu Anak Agung berkata:"Nah tem pat ini akan kunam ai, Sekar Bela Timba B engaq3)

karena aku heran melihat keajaiban m ata air ini. Ke m ana saja ka­lian pergi, ke sanalah m ata air ini m enuju . I tulah yang sangat m engherankan aku. Memang kam u m endapa t rakhm at yang be- sar."

Sesudah itu berkatalah Gusti K etu t Gosha lagi:"Daulat T uanku sebaiknya k ubur Otak-Otak dipindah agar tak

lagi m en im bulkan kecelakaan pada rakyat yang selalu lalu-lalang di tem pat itu. Di tem pat itulah m ereka selalu terja tuh. Sebaiknya k ubur itu kita bongkar ." Setelah itu k ubur Otak-Otak dibongkar oleh m asyarakat di bawah pim pinan Gusti K etu t Gosha. Setelah penggalian itu cukup dalam, ketika m ereka m engorek-ngorek ta- nah, tiba-tiba terlihat sebatang anak pohon pisang di dalam liang lahat. Itulah keajaibannya. Dengan je las yang d ikuburkan di sini adalah penggelan Gaos Abdul Razak, t e ta p iy a n g tam pak sekarang adalah sebatang anak pisang.

"Nah, sebaiknya pohon pisang ini ditanam di tepi pantai."Ketika m ereka tiba di dekat pantai bagaikan d itakdirkan seekor

3) Sekar B ela = n am a k a m p u n g .T im b a = k o la m . B engaq = m en g h e ra n k an .

95

buaya m uncul dari sebuah m uara sungai, dan m enuju ke sebuah lu- bang. Di lubang itulah akhirnya pisang itu ditanam. Itulah sebab­nya makam itu dinamai Makam Loang B a lo q 4). Setelah pemin- dahan m akam itu selesai Anak Agung m enu ju ke kam pung Sekar Bela.

"Hai rakya tku sekalian, bagaimana p endapa tm u tentang guru- mu yang telah d ibunuh itu? Tidakkah kalian merasa kecewa atau lain-lain?"

"Sudah je las bahwa kami sangat kecewa dan jengkel serta m era­sa malu tentang penyiksaan dan p em bunuhan itu. Tetapi walau- pun demikian konon m ereka hanya m enja lankan perin tah . Otak- nya adalah raja Sengkongo, yang bernam a Anak Agung Triwang- sa i tu ."

"Nah, kalau demikian kam u berm aksud un tuk m em balas atau tidak? Atau apakah kam u berm aksud m em beron tak kepadanya , terserah kam u sekalian."

"M enurut keinginan kami, hai itu kam i serahkan kepada kebi- jaksanaan Tuanku. A papun kepu tusan Tuanku kami akan meng- ikuti semuanya. Semua penderitaan kami Tuanku telah mak- kimi."

"Nah, j ika demikian pendapa t kalian, e, Gusti K etu t Gosha berangkatlah kau ke kam pung Mumbul. Setiba di sana perintah- kanlah sebanyak duapuluh dua orang dari warga Dewa yang ada di sana. Suruh m ereka segera be rkum pul di sini dan segera berang- k a t . "

Setelah Gusti K etu t Gosha tiba, ia segera melaksanakan apa yang d iperin tahkan dan pengum pulan m ereka di Banjar Penatar- an. Setelah m ereka berkum pul semua, berangkatlah m ereka m e n u ­ju Sekar Bela. Di kam pung ini telah m enanti dua puluh dua orang hulubalang Sekar Bela. Dari sana m ereka berangkat m enu ju Seng- kongo un tuk m elakukan serangan.

Dengan singkat diceriterakan setelah m ereka m enyeberangi Sungai Babak, m ereka bersorak dengan gegap gempita dan lang- sung m elakukan serangan ke Puri Sengkongo. Karena serangan m endadak itu Anak Agung menjadi kelabakan dan segera m e m b e ­rikan perin tah perlawanan. N am un walaupun demikian serangan em pat puluh empat itu tak dapat ditahan. H ulubalang Sengko- ngo kepanikan. Mereka berlari tak m enen tu dengan tu juan yang tak jelas. Bahkan akhirnya raja Sengkongo tu ru t berlari. Namun ke m ana saja ia melarikan diri terus dikejar tak henti-hen tinya . la selalu terdesak. Setelah tiba pada suatu tem pat ia dapat berta- han. Itulah sebabnya tem pat itu dinamai T ak e r5). Setelah berta- han sejeriak ia kembali melarikan diri. Nam un dikejar terus oleh

• 4) L oang = lubang . B aloq = bu ay a .

96

pasukan penyerang itu. Dan pada suatu tem pat ia te r ja tu h ber- ulang kali sehingga m enderi ta luka di kulit yang amat parah. Itulah sebabnya tem pa t itu dinamai B a b a k a n 6). Dari tem pat ini ia dapat melarikan diri kembali. N am un pengejaran masih terus dilakukan hingga pada suatu tem pat ia m enghilang dengan tidak diketahui ke m ana perginya. Itulah sebabnya tem pat itu d ina­mai Karang Siluman Setelah ia tam pak kembali, pengejaran d i­lakukan lagi. la melarikan diri ke arah barat. Pada suatu tem pat ia bersama dengan pasukannya te rperosok ke dalam lubang yang me- mang sudah direncanakan. Itulah sebabnya tem pat itu dinamai Karang B a n g b a n g 8\ Di sanalah riwayat raja Sengkongo serta peng- iku tnya diakhiri. Setelah itu m ereka m enghadap ke Istana kera­jaan Mataram.

"Bagaimana keadaan rak y a tk u ?" tanya Anak Agung."Mereka telah kami habiskan beserta ra janya .""Itu lah sebabnya aku sangat m em percayai rakyat Sekar Bela.

Kalian m em ang sangat kupercaya untuk mengatasi persoalan se- macam itu."

"Daulat T uanku, sesungguhnya itu bukanlah disebabkan oleh kekuatan kami. Tetapi disebabkan oleh kesalahan m ereka sendiri yang telah m em erin tahkan untuk m em b u n u h ulama yang tak ber- salah. Itu d ihukum oleh dosanya sendiri, dan akhirnya ju g a d ibu­nuh oleh dosanya sendiri."

"Nah, diamlah kamu di sini. Beristirahatlah sejenak." Setelah m ereka beristirahat lalu disuguhi dengan berbagai m inum an se- perti tuak dan berem, m enuru t kesenangan mereka. Di samping itu juga disembelihkan babi, kam bing dan ayam un tuk suguhan. Hai itu semua m engakibatkan m ereka tinggal di Mataram selama seminggu.

"Nah, sekarang kamu boleh kembali ke tem p a tm u masing- masing."

Setelah 7 hari berlalu m ereka kem bali ke tem pa t masing- masing. Dan raja sangat berkeinginan un tuk berziarah ke Makam Loang Baloq di m ana Caos Abdul Razak dim akam kan.

"Nah, per in tahkanlah seluruh rakyatku baik yang beragama Hindu m aupun Islam untuk berkum pul, karena aku berniat u n ­tuk berziarah ke Makam Loang Baloq pada hari R abu."

Demikianlah m ereka m emulai perja lanan dari M ataram. K em u­dian singgah pada suatu tem pat di dekat Saren. Itulah sebabnya tem p a t m ereka singgah itu dinamai Pesinggahan. Sesudah itu

6) B abakan = nam a desa. B abak , bahasa Sasak m au p u n Bali a rtin y a luka-luka di k u litak ib a t ja tu h a ta u p u n geseran .

7) K arang Silum an = nam a desa . S ilum an , bahasa Sasak m aupun Bali a rtin y a b e rg a n tiru p a . D alam cerite ra ini d ik a itk an dengan m engh ilang .

8) B angbang , a rtin y a lubang besar te m p a t m em b u an g sam pah.

97

mereka tiba di kam pung Sekar Bela. Di sana m ereka menginap se- lama semalam.

"Nah, kam u rakya tku sekalian, besok aku akan berziarah ke Makam Loang Baloq. Kamu harus tu ru t serta semuanya. Barang siapa yang tak tu ru t akan k u b u n u h ."

"Daulat Tuanku , te tapi j ik a Tuanku perin tahkan kami semua bagaimana halnya j ika ada orang yang berniat m em bakar atau m enghancurkan k am pung ini?"

"Nah, j ik a itu yang kalian khaw atirkan , m aka k u te n tu k a n sepu- luh orang dari yang em pat puluh em pat ini te tap tinggal menjaga kam pung, sedang yang lain sebanyak tiga puluh em pat orang tu- rut serta bersam aku. Aku berniat akan menginap semalam di M a­kam Loang Baloq."

Nah, setelah semua berkum pul te rnya ta rakyat yang tu ru t serta dalam rom bongan ini sebanyak 1740 orang. Tepat pada tengali malam ketika rom bongan sedang m enginap di Makam Loang Baloq tu run lah hu jan lebat disertai angin ribut, guruh dan kilat serta gelombang laut yang amat besarnya. Hujan demikian derasnya, tetapi tem p a t di sekitar makam itu te tap tenang, bebas dari hujan dan angin. Sedangkan di luar lingkungan m akam dilanda banjir besar m enyebabkan seekor buaya yang tinggal di muara sungai dekat makam itu melarikan diri dan masuk ke makam itu. Peristiwa itu pula yang m em perkua t hingga makam itu dina- mai Makam Loang Baloq.

Keesokan harinya, te rnyata tem pat di luar lingkungan Makam Loang Baloq porak poranda seluruhnya. Benda yang berada di sebelah u tara berpindah ke selatan dan sebaliknya. Tetapi para pengiring Anak Agung K etu t Jelantik tak seorang pun yang ter- cecer. Karena Makam beserta lingkungannya terh indar dari ben- cana, pada hai kayu-kayu besar, babi, anjing, kuda dan sapi semua d ihanyu tkan air. Makam itu dikitari dengan air sehingga Anak Agung beserta rakya tnya tak dapat m enyeberang m enuju pantai. Karena itu Anak Agung beserta pengiringnya terpaksa menunggu dua hari lagi. Hai itu m enyebabkan rom bongan kelapar- an selama sehari, karena kehabisan sangu.

"R ak y a tk u sekalin, biarlah kita tidak makan dan m inum dalam sehari, karena hai itu tak akan m enyebabkan kita mati. Nanti bila air sudali surut kita akan beijalan m enuju panta i."

Kira-kira pukul lima dini hari, m ereka dapat m enyeberang ke tepi pantai. Di sanaiah m ereka berjalan-jalan. Ombak masih te tap besar. Demikian juga angin masih bertiup dengan derasnya.

"M engapa keadaan yang seperti ini kita hadapi. A lamat apakah ini gerangan? Tiba di makam kita diserang angin, kini diserang om­bak dan badai."

98

Segera setelah angin reda, tiba-tiba di tengah laut m uncul ba- yangan Gaos Abdul Razak. Ia tam pak sedang m enunggang kuda dan terdengar sebuah suara.

"Wahai m urid -m uridku yang berada di Sekar Bela Timba Be- ngaq, kunjungilah tem p a tk u di Padang Rea. Apa saja yang kalian jum pai. di tem p a t itu, bua tkan lah ia m akam atau tenda. Bila kalian t id a k .m a m p u m em bua t yang baik, boleh hanya ditancapkan p o ­hon b a n te n a n 8', atau pohon beringin agar dapat kau jad ikan tanda kelak. Pada saat ini aku bukan berm aksud untuk m em aksa atau pun m em erin tahkan , te tapi pada tiap-tiap akhir puasa atau pada hari lebaran, wajiblah kalian ke sana untuk berziarah ke tem p a tk u sebagai tanda bahwa kalian tetap ingat kepadaku walau- pun hanya sepotong ja ru m atau setetes air m ata ."

N ah, demikianlah kata-kata wali itu. Semua orang yang men- dengar baik yang beragama Islam m aupun Bali, demikian juga raja, terlena sesaat disebabkan rasa haru setelah m endengar kata- kata wali tersebut. Setelah sadar kembali, maka bersabdalah Anak Agung:

"Nah, kam u sekalian rakya tku yang beragama Islam, te taplah kerjakan ibadah. Tetaplah kunjungi Padang Reaq, seperti yang di­perin tahkan oleh gurumu. Bila kalian tak memiliki sangu un tuk persiapan ke Padang Reaq, m intalah padaku di M ataram ."

Keesokan harinya, setelah m ereka tiba kembali di kam pung Se- kar Bela, berangkatlah m ereka m enu ju Padang Reaq, dengan mem- bawa cangkul dan parang, untuk melihat benda apa yang diting- galkan oleh wali itu di Padang Reaq. Sepanjang ja lan m ereka sela­lu bertanya , m enanyakan tem pa t yang bernam a Padang Reaq. Di kam pung Mapak Dasan diberitahukanlah oleh penduduk tem ­pat yang bernam a Padang Reaq. Setelah tiba, di sana m ereka meli­hat hanya sesendok darah di atas sekelompok dauna agung. Mereka merasa sedih melihat kenyataan itu dan sambil menangis dicoba- nya mengambil darah itu. Tetapi tak seorang pun yang berhasil m emegangnya. Darah beserta pem bungkusnya selalu bergerak ke ti­ka akan diambil. Akhirnya berkatalah seorang yang sudah lanjut usia:

"Nah, sekarang cobalah bacakan selawat atau serakal bersama- sama. M udah-m udahan darah itu dapat dim asukkan ke liang la- ha t." Setelah selesai m em bacakan selawat dan serakal, terdengar- lah suara gaib.

"Kerjakanlah baik-baik perigi makam itu m urid-m uridku. Hiduplah kam u dengan rukun. Jangan sekali-kali kalian bercekcuk atau pun membuat berbagai persoalan. Kalian yang em pat puluh em pat itu akan selalu diselamatkan sejak di dunia hingga di dalam

8) N am a sejenis po h o n .-

99

akherat, di m ana kita akan ber ju m p a di padang m ahsyar."Nah setelah m ereka m endengar suara tanpa m anusia itu,

m ereka lalu menangis. Demikian juga yang baru kembali dari sa- wah, atau dari laut serta yang baru datang dari tepi jalan.

Setelah berada kembali di Sekar Bela, semua pada term enung. Berminggu-minggu suasana batin seperti itu meliputi j iw a mereka. Hal itu m enyebabkan m ereka lupa m enghadap kepada Anak Agung. Oleh karena itu Anak Agung ber tanya kepada salah se- orang penghuni istana.

"M engapa m asyarakat Sekar Bela belum juga m em beri kabar ten tang m akam itu. Apakah m ereka sudah kerjakan atau belum perin tah itu."

Sebelum Anak Agung m e lan ju tkan , telah tiba sebanyak dua p u ­luh dua rakyat dari Sekar Bela un tuk m elaporkan kepada Anak Agung bahw a makam Padang Reaq telah selesai d ikerjakan . Sete­lah duduk di hadapan berkatalah salah seorang dari mereka:

"Daulat Tuanku , makam wali te rsebu t telah ham ba selesaikan seperti suara gaib yang T uanku saksikan sewaktu kita berada di tepi pantai itu."

"Nah, bagus sekali. Sebulan lagi bulan puasa akan tiba. Setelah itu kam u akan m erayakan hari lebaran. Bila kalian tak m am pu mem beli seperti beras dan ayam un tuk perayaan itu, datanglah pa- daku un tuk m inta biaya."

Pada bulan puasa rakyat Sekar Bela merasa payah. Ada yang berhasil penuh m elakukan ibadat, te tapi kebanyakan gagal. Tetapi seperti yang dikatakan oleh Anak Agung m enjelang tiga hari le­baran, seluruh rakyat Sekar Bela berdatangan ke Istana m em ohon ban tuan berupa beras, itik, ayam serta uang un tuk bekal ke Padang Reaq. Setelah tiba di istana semua m enyam paikan m aksudnya.

"Daulat Tuanku. K ebanyakan dari kami m enderita kelaparan. Sebagian berhasil m elakukan ibadat puasa, te tapi sebagian besar gagal. Maksud kedatangan kami ini adalah un tu k m em o h o n ban­tuan baik berupa beras, itik, ayam atau pun uang un tuk bekal kami m enjiarah i makam Wali itu."

"Nah, keluarkan padi-padi itu. Mengapa kalian dungu, kalian biarkan dirimu kelaparan dan baru sekarang m enghadap un tu k m e ­m inta sesuatu. Bodoh benar kalian."

"Daulat Tuanku, hai tersebut disebabkan karena kami merasa sangat malu terus m enerus m em ohon kepada Tuanku. B ukankah telah berulang kali kami m enghadap un tuk keperluan yang sama."

"Nah, sudahlah. Ambil saja yang kalian perlukan ."Demikianlah. Para wanita kem udian m en ju n ju n g dan para lela-

ki m em ikul benda-benda yang diperlukan. Dan pada saat lebaran tiba, suasana terasa dalam keadaan m akm ur. Demikianlah un tuk

100

pertam a kalinya m ereka berziarah ke makam Padang Reaq pada hari Rabu. Sewaktu m ereka datang dahulu juga pada hari Rabu. Kepergian ke Makam Padang Reaq kini juga diikuti oleh empat puluh em pat pera jurit sewaktu m enyerang Sengkongo. Kam pung seolah-olah tidak dikawal lagi. Tetapi Gusti K etut Gosha tetap mengawasi kam pung Sekar Bela yang ditinggal berziarah oleh para p ra juritnya. Dan telah diketahui um um bila suatu tem pat diawasi oleh Gusti K etu t Gosha tak seorang pun berani mengganggu tem- pat itu.

Rom bongan tiba di Makam Padang Reaq, pada saat m enjelang tengah hari. Tiba-tiba te rdengar kembali suara gaib:

"Nah, m urid -m uridku , kam u m em ang orang-orang baik. Kamu telah melakukan perin tahku . Kau telah mendatangi tem patku ini. Semoga Tuhan m em perpan jang usiamu dan semogalah agar negeri ini selalu aman dan sentosa serta tak ada orang yang berniat m erun tuhkan kerajaan ini. Sampaikan jugalah pesanku kepada Anak Agung agar kalian te tap dilindungi selama h idupm u hingga akhir hay at."

Demikianlah kata-kata suara gaib itu.Rom bongan peziarah menginap selama semalam. Keesokan ha-

rinya, pagi-pagi benar rom bongan meninggalkan Makam Padang Reaq dan kembali ke kam pungnya masing-masing. Kemudian me- reka m elaporkan kepada Anak Agung semua peristiwa yang di- alami. M endengar hai itu Anak Agung merasa sangat terharu se- hingga m enitikkan air mata. Hingga dua hari kem udian Anak Agung masih ingin m endengar kembali kisah itu.

101

11. TEMPIQ - EMPIQ.*}

Pada zaman dahulu pada sebuah dusun di K ecam atan Pujut, tinggal sepasang suami istri dengan dua orang anak. Bapak kedua anak itu bernam a A m aq Tem piq-E m piq . Ibunya bernam a Inaq Tem piq-Em piq . Anak yang terbesar seorang perem puan bernam a Tem piq-E m piq , sedang adiknya masih kecil. Mata pencaharian keluarga ini hanya dengan mencari kayu api di hu tan yang letak- nya tidak jau h dari pondok mereka. Setiap hari Amaq Tempiq- Em piq pergi ke hu tan dan setelah kembali lalu m en u k arn y a dengan k eb u tu h an pokok lainnya. Demikianlah beija lan berpuluh- puluh tahun. N am un keh idupan m ereka te tap saja dalam keadaan yang sangat sederhana.

Pada suatu hari ke tika Amaq Tem piq-Em piq akan pergi ke h u ­tan akan mencari kayu api, ia berpesan pada istrinya.

"Inaq Tempiq-Empiq, kalau nasi sudah masak, tinggalkan aku keraknya. Akan kum akan setelah aku kembali dari h u tan ."

Am aq Tem piq-Em piq m em ang biasa m em akan kerak setiap hari. Karena itu istrinya selalu m enyed iakan setiap hari. Karena kebiasaan itulah, m aka ia d inam akan A m aq T em piq -E m piq1). Demikianlah pesan yang selalu disampaikan kepada istrinya, se- tiapkali hendak berangkat mencari kayu api.

Ina Tem piq-Em piq pernah m em beri tahu suaminya bahw a anak- anak m ereka juga senang sekali m em akan kerak. K arena itu ia m enyarankan agar kerak nasi itu sebaiknya diberikan kepada anak-anak. N am un saran itu tak pernah diperhatikan oleh suami­nya. Ia tetap m en u n tu t supaya kerak itu harus disediakan un tuk- nya.

Pada suatu hari ketika A m aq Tem piq-Em piq sedang asyik me- makan kerak sewaktu ia baru kembali dari hutan , Tem piq-Em piq datang m endekati ayahnya sambil berkata:

"Ayah, sebaiknya kerak ini dibagi saja. U ntuk saya sebagian dan un tuk ayah sebagian. Sejak beberapa hari yang lalu saya ingin sekali m em akan kerak. Bagaimana ayah?"

*). D ite r je m a h k an dari ce iite ra ra k y a t b e rb ah asa Sasak d ia lek M riaq-M riku.1 ). T em p iq -E m p iq = nam a o ran g . D in am a k an T em p iq -E m p iq k a re n a ia gem ar m akan

E m p iq (kerak n asi) .-

102

Am aq T em piq-Em piq m enjaw ab dengan enaknya."Tem piq-E m piq anakku, baiklah kau m in ta kepada ibumu.

Pasti bagianmu ditinggalkan di dapur."K arena itu T em piq-Em piq meninggalkan ayahnya yang sedang

duduk di serambi dan berlari m enuju ke dapur. Ibunya sedang sibuk m em persiapkan m akanan un tu k m ereka sekeluarga. Tem- p iq-Em piq m enyapa ibunya dengan halus.

"Ibu, aku sudah m in ta kepada ayah, agar kerak yang sedang d im akannya dibagi dua. Tetapi ayah m engatakan un tu k k u telah ibu sediakan di dapur. Betulkah demikian?"

Ibunya lalu m enjaw ab sambil terus bekerja.'T em p iq -E m p iq , kerak itu hanya sedikit. Mana bisa dibagi dua.

Biarlah ayahmu saja yang m em akan kerak itu. Kamu boleh meng- ambil m akanan yang lain. Tetapi kalau ingin benar, m in ta lah pada ayahm u di luar."

Kembali Tem piq-Em piq berlari m enu ju ayahnya."Ayah, beri aku kerak itu. Ibu tidak m enyed iakan u n tu k aku."Ayah menjawab:'T em p iq -E m p iq , sudah kuka takan , ten tang kerak itu m intalah

pada ibum u."Kem bali Tem piq-Em piq m asuk ke dapur dan m em in ta kepada

ibunya. Tetapi karena m em ang kerak tak ada lagi, Tem piq-Em piq disuruh kembali kepada ayahnya. Demikianlah Tem piq-Em piq terus bolak-balik m enem ui ibu dan ayahnya. Sehingga A m aq Tem- p iq-Em piq m enjad i berang kem udian m emasuki dapur sambil menghardik.

"Hai perem puan celaka, hanya soal kerak nasi kau tak dapat mengatasinya. Bosan aku m endengar Tem piq-Em piq terus mere- ngek kepadaku. Di m ana kepalamu, hai otak udang."

K arena tidak m endapa t jaw aban , Amaq Tem piq-Em piq melan- ju tk a n dengan penuh nafsu.

"Kalau terus menerus begini, tidak berarti kau tinggal di rumah ini. Baiklah besok pagi kaulah yang pergi ke hu tan mencari kayu api. Kau yang m enggantikan pergi dan aku tinggal di rum ah meng- urus anak-anak."

Sambil berjalan m ondar-m and ir di dapur, A m aq Tem piq-Em piq m e lan ju tkan amarahnya.

"Hai perem puan dungu, pasanglah telingamu dan dengar kata- kataku. Besok pagi pergilah ke hutan . Aku tinggal di rumah. Kamu sanggup? Cepat jaw ab !"

InaqTem piq-Em piq terdiam. Ia tidak mau meladeni suaminya yang sedang dikuasai setan. Ia terdiam sambil m e lan ju tk an pekerja- an yang belum selesai. Melihat gelagat istrinya, sama sekali tidak m em perdu likan dirinya itu, marali Amaq Tem piq-Em piq makin menjadi-jadi.

103

"Jawab, aku katakan cepat jaw ab. K am u sanggup atau tidak? Kalau tidak sekarang juga terim a bagianmu ini."

Selesai berka ta demikian A m aq T em piq-Em piq mengam bil se- porong kayu yang kebetu lan berada di dekatnya. K arena itu di- pukulkan kepada istrinya. A m aq T em piq-Em piq m enjad i amat garangnya. Sekujur tu b u h n y a telah dikuasai syetan. la lupa sama sekali akan akibat perbua tannya . Setelah puas berbua t demikian, A m aq Tem piq-Em piq masuk ke dalam rumah. Di sana ia m engunci dirinya dan tak mau perdulikan semua yang terjadi selanjutnya. Sedang Inaq Tem piq-Em piq masih tinggal di dapur sambi mena- han sakit dan m enahan gejolak hati. Dalam hati ia berkata:

"Oh, hanya karena kerak nasi. Ya hanya kerak nasi m en y eb ab ­kan badanku demikian sengsara. Apa lagi perkara yang lebih besar. Apa yang harus kuperbua t sekarang? A nakku, apa yang akan te r ­jad i atas dirimu kelak, j ik a seandainya aku harus pergi meninggal­kan tem pat ini. Aku sudah tak berarti, apalagi berharga dalam keluarga ini. L ihatlah anakku, hanya masalah sekecil ini, aku m e n ­jad i begini. N am un bila hai itu terjadi anakku, hanyalah karena terpaksa. Selamat tinggal anak-anakku, ibu akan pergi jauh , dan m ungkin tak akan kembali lagi."

Setelah itu dengan dibarengi dengan denyutan hati dan duka nestapa, serta iringan pikiran kusut, Inaq Tem piq-Em piq segera m eninggalkan rum ahnya. la berja lan secepat-cepatnya, ia ingin segera tak melihat rum ahnya lagi. la beija lan tanpa tu juan yang pasti. la hanya m engikuti arah yang d itun jukkan oleh m ata kaki- nya saja. T u juannya hanya satu, ialah mencari satu tem pat yang dapat m em buat hatinya ten teram kembali.

Setelah beijalan beberapa lama, ja rak yang d item puh sudah jau h sekali. Kini diceriterakan Amaq T em piq-Em piq masih saja m engurung diri di dalam rumah. Betul-betul ia tidak mau menge­tahui kejadian-kejadian di luar rumah. Akan halnya Tempiq-Em- piq, begitu ia m engetahui ibunya tak berada lagi di rumah, dengan cepat d isambarnya adiknya yang masih kecil itu, lalu digendong- nya dan berlari secepat-cepatnya m enyusul, ke arah ibunya b e r ­jalan. Terus saja disusulnya walau ja rak m ereka sudah sangat jauh. Tem piq-Em piq berlari terus sambil berteriak memanggil ibunya. Manakala ja rak mereka sudah m akin dekat, berkatalah Tempiq- Empiq:

"Ibu, kembalilah ibu, lihatlah ini adikku, terus menangis karena haus dan lapar. Kembalilah ibu."

Mendengar teriakan anaknya yang demikian itu, Inaq Tempiq- Em piq lalu menjawab:

"Oh, anakku, tidak usah kamu hiraukan aku lagi. Relakan ibu pergi mencari ketenangan. Segala k eb u tuhanm u , m intalah pada ayahmu. Pulanglah hai anakku."

104

N am un demikian Tem piq-Em piq terus saja m enyusul ibunya. la berjalan dan berlari tanpa mengenal lelah. A diknya terus digen- dongnya, kendati pun ia menangis dengan tidak henti-hentinya.

"Ibu, tunggu ibu, ke m ana ibu akan pergi? Dengarlah teriakan anakmu ini ibu. T iadakah ibu m endengar tangis adikku?"

Ibunya pun menjawab:"A nakku, ibu m endengar semua kata-katamu. Ibu tahu dan me-

rasakan apa yang kamu rasakan. N am un a p ay an g akan terjadi ibu tak akan kem bali."

M enyahut lagi Tem piq-Em piq dari ja rak yang masih berjauhan."Tidak, ibu, ibu harus kembali, bersama kami sekarang juga.

Dengarlah bu, tangis adikku, dia sudah lapar dan haus."Walau pun bagaimana Tem piq-Em piq memanggil berteriak se-

keras-kerasnya, ibunya tetap berjalan dan ja rak yang m em isahkan m ereka makin lama makin jau h juga. Walau demikian, Tempiq- Em piq tidak be rpu tus asa. la akan te tap m enyusul ibunya, ke mana saja ia pergi. la sangat kasihan kepada adiknya, yang senan- tiasa m eron ta kehausan dan kelaparan. Karena itu ia bertekad, tidak akan kembali sebelum m enjum pai ibunya yang tercinta.

Setelah beberapa hari beijalan m enyusul tetapi tak juga berhasil akhirnya ibunya tiba pada sebuah pantai. Pantai itu- m erupakan sebuah tan jung yang hanya terdiri dari ba tu-batu besar dan kecil. Dengan susunan yang demikian, tan jung itu kelihatan indah sekali dan sedikit angker. Pada suatu bagian dari susunan batu-batu itu, ada sebuah tem pat yang bagus sekali. Dengan hanya terdiri dari susunan batu-batu tem pat itu m erupakan sebuah tem pat yang be- rupa rumah. Atau m erupakan sebuah gua yang m em punyai bagian- bagian yang terdiri dari lubang-lubang seolah-olah m erupakan sebuah serambi dan di bagian lain ada kam ar tidur. Karena tidak tahu ke m ana lagi m e lan ju tkan perja lanan, akhirnya Inaq Tempiq- Em piq beristirahat di dalam gua itu. A naknya yang selama ini tetap menggendong adiknya, akhirnya sampai juga di tem pat itu.

Di dalam gua itu m ereka be i ju m p a dan berkum pul lagi sebagai sedia kala. Anak yang masih kecil itu lalu diambil oleh ibunya dan langsung diberi m enyusu sepuas-puasnya. Dalam keadaan yang demikian ibunya berkata:

"Tem piq-Em piq anakku, sebenarnya sejak ibu meninggalkan rumah kita, segala keperluan h idupm u sudah m enjad i tanggung jaw ab ayahmu. A yahm u tidak m em b u tu h k an kehadiran ibu di rumah itu lagi. Itulah sebabnya dengan sangat terpaksa ibu me- ninggalkan kam u berdua, walau cinta kasihku kepadam u tidak dapat d iukur dengan apa pun juga. N amun apapun yang terjadi, terimalah dengan sepenuh hati, dan tawakal kepada Tuhan Yang Maha Kuasa."

105

Setelah berkata demikian ibu yang sedang m enyusui anaknya itu m enyuruh Tem piq-Em piq mengambil tem pat sirihnya, di da- lam gua.

"Tem piq-Em piq, coba kam u ambilkan tem pat sirih ibu di da­lam. "

"Ah, aku tidak berani m asuk gua batu itu, ibu. Aku taku t gelap sekali di dalam." Ibunya kembali berkata.

"Masuk sajalah tidak ada apa-apa. Jangan taku t ."Tetapi walaupun demikian, Tem piq-Em piq te tap merasa ragu

un tuk masuk."Ibu sajalah yang mengam bilnya. Aku tidak berani."Kem udian ibunya m em berikan kepada T em piq-Em piq adiknya

yang sudah puas m enyusu. Di tangannya ada sebutir telur yang sengaja dibawa oleh ibunya dari rumah. Telur itulah yang selalu dipegang oleh adiknya dan tidak pernah dilepaskan. Tempiq-Em- piq m enerim a adiknya dari tangan ibunya, lalu d ipangkunya de­ngan mesra sekali. Setelah diterima oleh Tem piq-Em piq, ibunya bangkit, kem udian m asuk ke dalam gua itu. Demikianlah atas kehendak Tuhan segera setelah Inaq Tem piq-Em piq berada di dalam, pintu gua yang juga terdiri dari batu, tiba-tiba merapat. Inaq Tem piq-Em piq lenyap di dalam gua itu.

Melihat kejadian itu. Tem piq-Em piq yang masih berada di se- rambi gua itu merangkul adiknya erat-erat dan dengan tidak sadar ia berteriak sekeras-kerasnya.

"Ibu, ke m ana lagi ibu akan pergi? Bagaimana ibu akan ke luar dari dalam gua batu itu? Ibu, Ibu, Ibu!!"

K em udian Tem piq-Em piq m endengar suatu suara:"Anakku, tidak ada gunanya kau m enean ibu lagi. Ibu telah

sampai pada tem pat yang ibu inginkan. Lebih baik pulanglah."Tidak berapa lama kem udian , Tem piq-Em piq m endengar suara

lagi."Tem piq-Em piq anakku, bila besok atau lusa, m ungkin bulan

depan atau pada masa-masa selanjutnya kau dan seluruh anak cucuku berkeinginan un tuk m enjenguk aku di tem pat ini, atau ada yang ingin m emberi makan un tukku , taruhlah m akanan itu pada celah-celah batu ini. Aku akan sangat berterim a kasih. Selain itu perhatikanlah anakku. Bila nanti aku mengeluarkan suatu suara dari tem pat ini, m aka itulah suatu per tanda akan datangnya musim hujan, yang m em baw a kem akm uran atau mungkin juga suatu tan- da akan datangnya wabah penyakit bagi b inatang-binatang ternak atau mungkin juga wabah penyakit bagi m anusia ."

Perjalanan pulang bagi Tem piq-Em piq m erupakan perja lanan yang penuh dengan penderitaan. Setiap langkahnya senantiasa diiringi dengan tetesan air m ata karena berpisah dengan ibunya

106

melalui suatu peristiwa yang sangat m enyedihkan . Setelah melaku- kan perja lanan beberapa hari, suatu peristiwa yang menggembira- kan terjadi. Telur yang selama ini selalu dalam genggaman adiknya, tiba-tiba m enetas m enjad i seekor anak ayam. Kehadiran anak ayam ini di tengah-tengah mereka, berarti akan dapat m enghibur adiknya. A diknya yang selalu menangis dapat te rh ibur oleh anak ayam itu, karena dijadikan tem an bermain. Dengan mengalami berm acam -m acam kesulitan, akhirnya tiba juga Tem piq-Em piq bersama adiknya di rumah. Tetapi apa yang telah terjadi di rumah selama T em piq-E m piq meninggalkan rum ah itu? A m aq Tempiq- Em piq sudah m em punya i istri baru. Beberapa lama setelah Inaq Tem piq-Em piq meninggalkan rumah, A m aq Tem piq-Em piq kawin dengan seorang ja n d a yang bernam a Inaq Teriung-riung. Pada suatu waktu m ereka m em pero leh seorang anak.

Begitu Tem piq-Em piq tiba di rum ahnya , Bapaknya menegur- nya.

"Tem piq-Em piq , ke mana saja kau selama ini?""Aku pergi m enyusul ibu.""Di m ana ibumu sekarang?" tanya bapaknya."Ayah, kita tak mungkin lagi be i jum pa dengan ibu. Ibu telah

pergi meninggalkan kita semua un tuk selama-lamanya."Lalu T em piq-Em piq m encerite rakan semua pengalamannya."Di m ana kamu peroleh ayam itu?"Tem piq-Em piq m enceriterakan asal-usul ayam ja n ta n yang di-

bawanya."Coba kulihat. Bagus benar ayam itu. Bapak berm aksud untuk

m engadu ayam ini besok pagi. Karena ayam serupa ini ja rang kalah dan sulit mencari tandingannya. Lihatlah ciri-ciri ayam ini. Sera- wah, sekedas, sangkur, sandah sam ar2). Hebat bukan?"

Memang A m aq Tem piq-Em piq m em punyai kegemaran meng- adu ayam. Tidak heran kalau ketika melihat ayam yang dibawa anaknya itu, perha tiannya tak dapat dialihkan lagi. Sehingga ham- pir-hampir ia tak m endengar segala ceritera anaknya.

Keesokan harinya Amaq Tem piq-Em piq ke gelanggang aduan ayam. Setiba di tem pat itu ia segera mencari tandingan untuk ayamnya. Pada hari itu ayam nya m enang dan tanpa cedera sedikit pun. Demikian juga be r tu ru t- tu ru t beberapa hari kemudian. Beta- pa senang hati Amaq Tem piq-Em piq tak dapat diceriterakan lagi. Tetapi Tem piq-Em piq yang telah beribu tiri itu, tak lagi m endapa t perhatian ayahnya. la hanya asyik m enghitung kem enangannya dalam perjudian . Kadang-kadang ia m enanyakan apakah kedua

2). Seraw ah = p u tih . Sekedas = p u tih pada k a k i. S angkur = t id a k b e re k o r p a n jan g . San­dah sam ar = te n g k u k ayam yang b e rb u lu agak b e rd iri seperti b u lu te n g k u k (kepala) b u ru n g k a k ak tua.

107

anaknya sudah makan. Pertanyaan itu selalu dijawab dengan kata sudah. Dalam k en y a taannya kedua anak itu selalu diabaikan. Makanan yang diter im anya tak pernah memadai. Kedua anak te r­sebut sangat m enderita lahir batin. Itulah sebabnya sehari-harian selalu berada di luar rumah. la sering bermain-main di bawah se- batang pohon ara, sambil menunggu barangkali ada buahnya yang ja tuh .

Beberapa kali ayah m ereka lewat di bawah pohon itu ketika kembali dari gelanggang aduan ayam m enjum pai anaknya di ba- wah pohon ara. Pada suatu hari ketika A m aq Tem piq-Em piq lewat di bawah pohon ara itu, ia m endengar nyanyian seorang anak, yang disambung dengan suara lain. Beberapa kali ia m em perhati- kan dengan teliti, te tapi nyanyian anak itu tetap saja berulang.

"Oh, be tapa m anisnya buah ara ini, sedang bagiku, nasi adalah b a ran g y an g pahit. Klek, klek, kuw o ."

"Apa artinya nyanyian ini dan siapa yang m en y an y ik an ."D iperha tikannya dengan teliti, ketika suara itu terdengar lagi."Oh, betapa m anisnya buah ara ini, sedang bagiku, nasi adalah

barang yang pahit. Klek, klek, kuw o ."

D idorong oleh keinginan yang besar un tu k m engetahui siapa yang m enyany ikannya A m aq Tem piq-Em piq m em andang dengan cermat ke atas pohon itu. Dan ia amat te rkeju t ketika melihat ke- dua anaknya berada di atas ranting pohon itu. Dan ia lebih ter- ke ju t lagi, ketika melihat dengan nyata bahwa kedua anaknya memiliki sepasang sayap. Kini jelaslah baginya, bahwa yang me- nyanyi tadi adalah kedua anak itu. Melihat peristiwa kedua anak­nya itu m enje lm a m enjad i burung, A m aq Tem piq-Em piq m enjadi

kalap. Ia yakin kini, t idak ada orang lain yang harus bertanggung jaw ab atas kejadian ini, selain dari istrinya sendiri. Akibat keke- jam an dan perlakuan ibu tirinya itulah maka kedua anaknya itu berubah m enjad i burung. Itulah sebabnya setelah ia tiba di rum ah, ia m engam uk sejadi-jadinya, kem udian mengusir istrinya. Tetapi karena anaknya yang masih sangat kecil itu tak ada yang m erawat, maka beberapa hari kem udian Inaq Teriung-Riung disuruh pulang kembali. K em udian m ereka hidup rukun dan damai kembali. Na- m un kedudukan Amaq Tem piq-Em piq yang sekarang sudah ke- hilangan istri pertam a dan anak-anaknya tidak dapat dihilangkan. K arena itu ia berkun jung ke Tanjung Salaen, tem pat istrinya le- nyap ditelan gua batu. Ia selalu ingat akan pesan istrinya. Karena itu maka pada setiap tahun apa bila debur om bak di Tanjung Sa- laen sudali mulai terdengar, Amaq Tem piq-Em piq selalu pergi ke tem p a t itu dan m em baw a saji-sajian u n tu k istrinya sambil memo- hon berkah un tu k kebahagiaan pada tahun yang akan datang.

108

Demikian hingga saat ini masih dipercaya oleh sebagian pen- duduk sekitar, bahwa kalau Inaq Tem piq-Em piq merasa lapar ia akan m engeluarkan suatu suara. Dan apabila suara angin di Tan- ju n g Salaen bersam but dengan debur om bak m aka itulah per tanda bahwa negeri akan m enjad i m akm ur karena hu jan akan tu run de­ngan baik. Tetapi, apabila debur om bak tidak bersam but dengan desau angin, m aka wabah penyakit akan tiba.

109

12. TUAN GURU*)

Diceriterakan seorang Tuan Guru sedang m enyelenggarakan su­atu pengajian pada sebuah Gili yang bernam a Gili Teraw angan1 Pada m ulanya Tuan Guru tersebut m endara t di Gili Terawangan. Ketika m enjum pai manusia, ia pun bertanya:

"A pakah saudara pernah m em pelajari agama atau adat?" "B elum ," demikianlah jaw ab o ra n g y an g ditanya."Kalau demikian m aukah kau m em pela jarinya? Aku sanggup

m enjad i gurum u.""Ya, saya mau. Memang sejak lama saya berniat m em pelajari

agama dan adat, te tap i saya belum m enem ukan seorang guru. Bila tuan berkenan m engajar saya, saya pun sangat m engharapkan tuan ."

"Baiklah saudara akan saya berikan pelajaran ten tang agama." Nah, dengan demikian mulailah Tuan Guru itu m em berikan p e ­

ngajian agama. Ia m em berikan berbagai macam ilmu. Di antara ilmu-ilmu yang diajarkan, ada yang bernam a Ilmu Bunga Laut. Sedang ilmu yang lain meliputi agama dan adat istiadat. Setelah pengajian berlangsung lama, tam atlah pengajian tersebut. Tuan Guru pun berkata:

"Nah, setelah semua pengajian yang kuberikan kau pahami, patuhilah semua itu. Janganlah kau langgar. Karena semua pe la ja r­an itu sangat kuyak in i ."

"Baiklah Tuan G uru," kata m uridnya."Janganlah melalaikan kew ajiban sembahyang lima w aktu ,

sebab m erupakan kew ajiban um at Islam." Demikianlah kata Tuan Guru.

"Baiklah Tuan Guru."Demikianlah pengajian te rsebu t telah selesai walaupun hanya

dengan seorang murid."Nah, setelah kau paham benar, kauiah yang harus menjadi

guru, m em berikan pengajian kepada kaum keraba tm u kelak.

*) D iam bil dan d ite rjem ah k an dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa Sasak d ia lek K u to -K u te . T u an G u ru , adaiah seorang alirn u lam a , yang sangat p an d ai dalam b id an g n y a dan b e rfu n g s i u n tu k m e n y e b ark an agam a Islam .

1) G ili, adaiah pu lau k ecil yang m e n jad i bagian (anak) pulau lain yang lebih besar.

110

Ibarat benih, akulah yang m em bib it dan kaulah bibitnya. Bibit ilmu penge tahuan nam anya. Bibit itulah yang akan berguna k e ­m udian hari. Bimbinglah kaum k eraba tm u ke lak ," kata Tuan G u­ru.

"Baiklah Tuan G uru ," jaw ab murid itu."Nah, karena kau telah tam at aku akan m elan ju tkan penga-

jian ke daratan Lom bok . Aku harus m e lan ju tkan kew ajiban ini. Terlarang bagiku un tuk m enetap pada suatu desa. Wilayah yang belum m engetahu i pelajaran agama harus kukunjungi. Dan bila p en d u d u k n y a mau m enerim a ten tu m ereka akan kubim bing ."

"Baiklah Tuan Guru.""Nah, aku akan berangkat," demikian kata Tuan Guru.Kem udian m ereka berjaba tan tangan dan berpisah. Setelah

tiba di tepi pan tai Tuan Guru melihat sebuah sampan."O, Tuan Guru hendak m enyeberang?""Ya, aku berniat ke daratan L om bok .""Silakan Tuan Guru, naiklah sampan kam i.""Baiklah, terim a kasih."Kem udian Tuan Guru naik ke atas sampan dan sampan itu pun

segera berto lak . Tiada diceriterakan dalam pelayaran, akhirnya sampan itu m endara t di pantai Bayan. Setelah ber tem u dengan orang, Tuan Guru pun bertanya.

"Desa apakah nam anya desa ini?""Desa ini bernam a Bayan.""P ernahkah saudara m em pelajari agama dan adat?""Belum, belum pernah .""Kalau demikian bagaimana cara saudara melaksanakan upaca-

ra agama dan adat selama ini?""Saya belum m engetahuinya . Saya sedang m enanti-nan ti ke-

datangan seorang guru. Saya diperingati oleh orang tua, agar kelak m encari seorang guru agama Islam. Bila guru itu datang saya diwajibkan belajar padanya. Demikian pesan orang tua saya."

"Kalau demikian saya bersedia m em bim bing saudara."

Demikianlah akhirnya Tuan Guru itu m enyelenggarakan suatu pengajian. la m engajarkan syareat Islam dan adat istiadat. Setelah pengajian berlangsung dua bulan tam atlah pengajian itu. Murid itu susah dapat m elaksanakan ibadat secara Islam. Dan ia pun di- nya takan tamat.

Kini diceriterakan kembali murid yang berada di Gili Terawang- an. la sangat rindu akan gurunya, karena telah lama tak pernah berjum pa. la berkata kepada istrinya:

"Aku sangat ingin m enem ui Tuan Guru. Aku bernia t m enca- rinya. B ukankah beliau telah m engajarkan kepada kita ilmu ten tang agama dan adat, sehingga kita m engenalnya."

I l i

"Kalau dem ikian, berangkatlah ," kata istrinya.A khirnya berangkatlah ia m enu ju Bayan. Setiba di pantai ia ber-

pikir dalam hati."Tak sebuah sampan pun yang tam pak , apa akal agar dapat

ju g a m enyeberang?"A khirnya ia teringat akan Ilmu Bunga Laut yang telah diteri-

m anya dari Tuan Guru. Setelah itu lafal m an tera d iucapkan, untuk m enghidupkan ilmu tersebut. Dengan seketika air laut menjadi pa- dat dan ia pun berjalan di atasnya. A khirnya tiba di pantai Bayan. Setelah beberapa lama berja lan m eninggalkan pantai ia pun tiba di desa Bayan, dan ber jum pa dengan Tuan Guru yang sedang m enye- langgarakan pengajian.

"Lho, kau datang! Ada apakah?"Demikianlah tanya Tuan Guru."O, saya m em ang bernia t m enem ui Tuan Guru. Tuan Guru k a ­

mi undang un tuk datang di desa kami. Kami sangat m erindukan Tuan Guru karena telah lama benar tak berjum pa. Di samping itu cobalah Tuan Guru teliti pelaksanaan pengajian yang Tuan Guru berikan dahulu. Sudahkah benar atau belum. Itulah m aksud kami m engundang Tuan Guru un tuk datang ke Gili Terawangan k em ­bali."

"Baiklah. Tiga hari lagi aku akan datang.""Terim a kasih Tuan Guru, kami m enunggu." Dan akhirnya ia

m oh o n permisi. Kem udian m urid itu berangkat meninggalkan Tu­an Guru. Setelah tiba di pantai kembali ia m engucapkan men- tera Ilmu Bunga Laut. Seperti biasa, Tuhan m em berkah i keam- puhan ilm unya dan laut pun m enjadi padat karenanya. la berjalan di atasnya dengan m udah . A khirnya tiba di seberang dan berjum - pa dengan istrinya.

"B erjum pakah kau dengan Tuan G uru?""Ya.""Bisakah ia m em enuhi undangan kita?""Ya, bisa.""Jika dem ikian . . . .""Nah, tiga hari lagi siapkanlah semua persediaan un tu k Tuan

Guru. Baik makanan m aupun m inum an. Tiga hari lagi ia akan da­tang. "

Murid itu hanya semalam berada di Gili Terawangan, keesok- an harinya pada malam Jum at ia meninggal dunia. Jadi term asuk pada hari Jum at. Tepat seperti yang dikatakan oleh Tuan Guru, setiap orang yang benar-benar taat m elakukan ibadat kebaktian kepada Tuhan pasti akan meninggal dunia pada hari Jumat. D em ikianlah murid ini telah meninggal dalam lingkungan hari Jum at. Kemudian orang banyak m elakukan upacara adat dan aga- ma terhadap jenazahnya. Setelah semua selesai dengan baik, je-

112

nazah itu diusung ke kuburan . Ketika itu waktu sudah lewat te­ngah hari. Setelah upacara m eletakkan jenazah di liang lahat selesai, m ereka pun kem bali ke rum ah masing-masing.

Kini d iceriterakan telah tiba w ak tunya Tuan Guru akan datang di Gili Terawangan seperti d ijanjikan, tiga hari yang lalu. Tepat pada hari Sabtu, berangkatlah Tuan Guru meninggalkan Bayan m e­nuju ke pantai penyeberangan . Setiba di pantai ia berpikir.

"Ah, dengan cara bagaimana aku harus m enyeberang. Murid- ku dapat berjalan di atas air. Aku yang m engajarinya Ilmu Bunga Laut, hingga ia berhasil. Mengapa aku mesti tak bisa? Percuma aku

jad i gurunya. Aku mesti berhasil juga. Ya, aku masih ingat lafal m an teranya ."

Tiba-tiba seorang pemilik sampan m enyapanya."Tuan Guru akan m enyeberang?""Ya.""Silakan naik ke sampan kam i.""Ah, aku tak suka m em pergunakan sampan. Aku dapat berjalan

di atas air. Aku seorang Tuan Guru, percum a m em pergunakan sampan."

"O, Silakan Tuan Guru, saya m ohon pam it."Pemilik sampan menggerakkan sam pannya dan berlalu dari tem-

pat itu. Setelah agak ja u h Tuan Guru m elafalkan m an tera Ilmu B u ­nga Lautnya. Tetapi air laut masih te tap seperti biasa. N amun Tu­an Guru m encoba juga berjalan di atasnya. Dan, seluruh tub u h n y a masuk ke dalam air. Ia basah kuyup . Kain dan ba junya juga basah. Dengan cepat ia naik ke pantai.

"Lho, kalah aku oleh m uridku . Ia dapat m enyeberang dengan tidak m em pergunakan sampan, mengapa aku tidak? Malu benar aku. Bila aku m em pergunakan sampan, sungguh sangat malu kare­na telah kuka takan percum a m em pergunakan sampan. Lagi pula m uridku tak mau m e m p e rg u n a k a n n y a ." Demikianlah ia berpikir dalam keadaan pakaian serba basah. Tiba-tiba m endeka t seorang pemilik sampan lain.

"Lho, Tuan Guru hendak m enyeberang?""Ya," jaw abnya ."Mengapa Tuan Guru basah ku y u p ?""Dengan tiba-tiba tadi aku dihantam ombak besar."Demikianlah kata Tuan Guru m em bohong kepada pemilik sam­

pan. Ia malu m engatakan ilmunya tak m em pan lagi. Ia malu me- ngatakan keadaan yang sebenarnya. Ia malu m engatakan dirinya tenggelam. Ia hanya m engatakan dirinya basah oleh ombak. Sambungnya lagi:

"Ah, biarlah. Nanti ku jem ur pakaian ini. Celaka, om bak itu t iba-tiba m enghantam ke tepi, m enyebabkan aku basah kuyup ."

113

"Ah, sial benar. Silakan naik Tuan Guru, agar kita cepat tiba di se- berang."

"Baiklah."Demikianlah akhirnya Tuan Guru bersedia m em pergunakan

sampan. Di sampan Tuan Guru merasa sangat dingin. la kedingin- an. la telah m em bohong .

Dengan singkat diceriterakan akhirnya Tuan Guru telah tiba di Gili Terawangan dan m em asuki sebuah pondok. la d isambut oleh orang banyak.

"Tuan Guru datang. Tuan Guru datang." kata m ereka sambung- m enyam bung , kem udian m enjaba t tangan Tuan Guru. Dan akh ir­nya Tuan Guru bertanya:

"Di m anakah m uridku?""0 , dia sudah meninggal dunia Tuan Guru.""Lho, tiga hari yang lalu ia m encariku, mengapa sekarang ia

meninggal dunia?""Benar Tuan Guru. la meninggal dunia pada malam Jumat.

Dan dikebum ikan pada hari Jum at.""0 , itu tandanya ia telah taat dan m elakukan ajaran agama

Islam dengan sempurna. Memang layak ia meninggal pada hari Jum at. Memang seharusnyalah ia diambil oleh Tuhan pada hari Jumat. Ke m anakah akhirnya kita ini nanti? Juga kita harus k em ­bali ke dunia sana, walaupun w ak tunya tidak bersamaan. Ada yang dahuluan, ada yang m enyusul. Kalau m uridku meninggal pada hari Jum at, apa lagi aku seorang Tuan Guru pastilah aku akan meninggal pada hari Jum at," demikianlah kata Tuan Guru.

Demikianlah, setelah Tuan Guru berada dua hari, dua malam di Gili Terawangan, ia berniat kembali ke Bayan.

"Nah, telah cukup lama aku berada di sini. Muridku telah me- ninggal. Sekarang aku harus kembali ke Bayan un tuk m em im pin penga jian ."

"Baiklah Tuan Guru."Demikianlah adanya. Tatkala Tuan Guru akan berangkat, se-

seorang bertanya:"Dengan apakah Tuan Guru datang ke mari?""O, aku ja lan di atas air," kembali Tuan Guru m em bohong.Kemudian ia berangkat m enuju pantai. Sadar akan kepudaran

llmu Bunga Lautnya, Setiba di pantai ia memanggil tukang sam­pan.

"E, tukang sampan, antarkanlah aku. Aku akan m enyeberang ke Bayan."

"Baik Tuan Guru," sampan itu m endeka t dan naiklah Tuan Gu­ru itu. Kemudian sampan berto laklah meninggalkan pantai. De- ngan singkat diceriterakan sampan itu pun telah tiba di pantai Bayan. Tuan Guru naik ke darat dan .m enuju desa Bayan.

114

"Lho, mengapa Tuan Guru cepat kem bali?""Ya, karena m uridku telah meninggal dan telah d ikebumikan

ketika aku tiba di Gili Terawangan. M aksudku m em ang m em enuhi undangannya te tap i ia telah tiada ." Sesudah itu Tuan Guru ber- pikir di dalam hati.

"Apa akan k uka takan bila ditanya? Aku telah mengatakan, bahwa aku tak mau naik sam pan."

Tiba-tiba seorang bertanya:"Dengan apa Tuan Guru m enyeberang?""O, ten tu saja aku berjalan di atas air," kembali Tuan Guru

m em bohong. Dan kembali lagi berfikir:"Telah berkali-kali aku m em bohong , Telah kuka takan pula

bahwa aku akan mati pada hari Jum at, te tapi bisakah hal itu akan te rjad i?" A khirnya ia m enem ukan suatu jalan.

"Ah, akan kub u a t diriku mati semu. Telah te r lan jur kukatakan pada semua orang bahw a aku pun akan mati pada hari Jumat. Tetapi aku ragu."

Karena itu ia teringat akan ilmu yang dimiliki. Ilmu itu dapat m em buat agar tam pak mati, m eskipun sebenarnya segar bugar. Dengan ilmu Tuan Guru m em perliha tkan bahwa dirinya telah meninggal. Setelah m elafalkan m an te ranya Tuan Guru berbaring. Orang mengira ia telah meninggal dunia. Kiyai dipanggil dan orang banyak berdatangan . Upacara adat serta ta ta cara m en u ru t syareat Islam dijalankan terhadap jenazah Tuan Guru. Jenazah akan dike­bum ikan kapan harinya, tepat pada hari Jum at. Malam itu suasana sangat ramai. Semua orang datang dan beijaga semalam suntuk. Karena lama terbaring, akhirnya Tuan Guru merasa payah. Ia tak tahan tidu r terlentang dalam w aktu yang cukup lama. Ia ingin bergerak tapi tak bisa karena orang banyak berjaga-jaga. A khirnya timbul akal bulusnya lagi. Ia teringat akan ilmu sirep2) yang di- kuasainya.

"Ah, lebih baik orang-orang ini, akan kubikin t idu r semuanya. Aku merasa sangat capai dan besok kalau aku d im akam kan tentu sakitnya bukan m ain ."

Dengan demikian Tuan Guru mulai m elafalkan m an tera ilmu sirepnya. Dan orang-orang yang hadir itu pun semua merasa me- ngantuk dan te r t idu r dengan lelap. Suasana berubah m enjadi sepi. Setelah suasana demikian sepinya Tuan Guru mulai m em buka kain kafan yang m enyelubunginya . Semua dibuka. Kem udian me- ninggalkan tem pa t itu seorang diri. Ia m elangkahkan kaki dengan tu juan yang tak pasti. Ia mulai sadar akan perbua tannya . Ia telah m elakukan berbagai kebohongan . Ia berjalan terus m enuru tkan

2) Sirep adalah ilm u gaib yang d ip e rg u n ak an u n tu k m e m b u a t o rang agar m en g a n tu k dan te r t id u r .

115

ayunan langkah yang tak m enen tu . Dan akhirnya langkahnya m e ­nuju ke arah pegunungan. Setelah tiba di sebuah hu tan subur yang bernam a M arong Meniris, ia berkata dalam hati.

"Apa akal. Bila aku tinggal di bawah pasti akan ber jum pa de­ngan orang. Dan pasti akan d ikatakan pem bohong. Apa akalku sekarang?" Demikianlah kata ha tinya dalam kebingungan. Setelah melihat sebatang pohon yang sangat tinggi, tim bul sebuah ide baru dalam benaknya.

"Nah, baik benar kalau k u p an ja t p o hon ini. Tentu tak akan ter- lihat oleh siapa pun ."

Dengan m em an faa tk an tu m b u h an m enja lar yang m em belit di pohon itu Tuan Guru mulai m em anja t. Pohon itu sangat tinggi. Setelah sampai di tem pat yang tinggi ia berpegang terus pada da- han p ohon itu.

"Bagaimana nasibku kem udian , setelah berkali-kali aku m em bo- hongi orang. Sebenarnya aku tahu kalau seorang Tuan Guru tak boleh m em bohong . Penipu jad in y a ." Demikianlah kata hatinya. Dan ia berpikir terus, sambil berpegang pada dahan kayu.

"Bila k u te r ju n k an diriku aku merasa takut. Bila ku tikam diri- ku juga tak berani. Mengapa begini nasibku sekarang? Dari seorang Tuan Guru aku telah m enyiksa diriku sendiri dengan perbuatan salah. Bukan disakiti oleh orang lain. Inilah akibat ka ta -ka taku sen­diri. Inilah yang selalu kupikirkan. Masihkah aku dianggap menjadi Tuan Guru oleh m asyarakat, sedang aku telah m elakukan ber- bagai jenis kebohongan ." Demikianlah berbagai persoalan telah mengganggu di benaknya. Sedang ia masih te tap berpegang dengan erat pada dahan kayu itu.

Sementara Tuan Guru itu sedang kebingungan, seorang pencari kayu hu tan m enuju ke tem pat itu. Ia berniat m em bangun rumah. Ia m em b u tu h k an bahan bangunan. Setelah tiba ia mulai m enebang pohon , p o hon sentul3) Pohon sentul itu berdeka tan letaknya dengan pohon tem pat Tuan Guru itu berada. Setelah pohon itu tum bang , pencari kayu m elan ju tkan pekerjaan dengan m em buat balok, serta mengapak bagian yang perlu. Setelah itu pencari kayu itu merasa payah. Ia pun duduk beristirahat sambil m engunyah sirih. Dalam m enikm ati istirahat itu, ia m elepaskan pandangannya ke pelbagai arah. Dan akhirnya pandangannya m elayang ke atas dan tiba-tiba te r tu m b u k pada sesosok tubuh manusia.

"Lho, ada m anusia di atas." Ia mulai m em usa tkan perhatiannya. "Sedang mengapa orang ini, tam paknya bagai m enggelantung?" Kem udian dilihatnya manusia itu tam pak m aniti pada dahan un tu k m enyem buny ikan diri. Dan merasa dirinya d iperhatikan se- seorang Tuan Guru bertanya dalam hati.

3) N am a p o h o n b u ah -b u a h an yang k a y u n y a te rm asu k kelas sa tu .

116

"Ah, telah d i lihatnyakah aku o lehnya?"Sedang pencari kayu itu telah mulai mengenali pakaian yang

m em bungkus tubuli itu. la telah tahu betul bahwa baju yang tam- pak olehnya itu adalah kepunyaan Tuan Guru. Baju itu telah terlalu sering dilihatnya.

"Astaga, tam paknya Tuan Guru ini. Orang m engatakan sudah meninggal. la d ikatakan mati suci, karena lenyap dengan jasadnya. Tetapi ini pasti Tuan Guru. Mengapa ia bergantung di pohon ini. Ah, sebaiknya aku pulang, dan kuberi tahu kaw an-kaw an." Pencari kayu itu pun pulang tergesa-gesa, dan m em beritahu orang banyak.

"Lho mengapa kau cepat benar kem bali ," tanya kawan-kawan- nya.

"Aku te rke ju t di hutan . Kalian sudah ketahui, bahwa Tuan G u­ru yang telah meninggal lenyap dengan jasadnya itu telah diren- canakan akan dibuatkan m akam oleh orang banyak. Bukankah ulama yang sejati kalau meninggal mesti hilang dengan jasadnya? Bila ja sadnya tidak lenyap tak perlu d ibuatkan m akam . B ukankah demikian kata orang-orang tua? Tetapi nya tanya Tuan Guru masih h idup. Tuan Guru telah kulihat berada di hutan . Marilah kita li- ha t!"

"Baik, marilah kita lihat bersama-sama." Sebelum nya m ereka beranggapan bahw a jenazah Tuan Guru diambi oleh Jin. Yang se- bagian lagi m em andang diambil oleh Malaikat. Setelah tiba di tem- pat yang d itu ju , semua menyaksikan mem ang benar Tuan Guru berada di atas pohon dan berpegangan pada dahan. Melihat dirinya diperhatikan oleh orang banyak , Tuan Guru bergerak hendak me- nyem buny ikan diri. Dan tiba-tiba tu b u h n y a berubah menjadi kalong.

"Lho, m ana Tuan Guru? Tiba-tiba seekor kalong berada di tem- pat itu."

"Dialah, Tuan Gurulah yang berubah m enjadi kalong. Lihatlah bajunya. Itu baju Tuan Guru."

"Benar, benar, tetapi m engapa ia m enjadi kalong?""O, rupanya Tuan Guru dihukum oleh Tuhan. Orang m engata ­

kan Tuan Guru suka m em bohongi orang. Nah, itulah akibatnya. Kini ia telah m enjad i kalong." Demikianlah kata orang banyak itu.

Nah, demikianlah kini m ereka telah m enyaksikan bahwa Tuan Guru telah m enjadi kalong, disebabkan oleh karena kesalahannya sendiri. Mereka sepakat un tuk m em bata lkan pem buatan makam un tuk Tuan Guru. Mereka pun pulang kembali ke rumah masing- masing. Dan berita peristiwa ini telah tersebar secara luas di ma- syarakat. Sejak itulah daging kalong diharamkan oleh m asyarakat setem pat, karena m erupakan penjelmaan dari Tuan Guru. Di sam- ping itu karena b inatang itu mencari makan pada malam hari.

117

Nah, hingga dewasa ini hu tan M arong Meniris d i tem pati oleh kalong yang amat banyak. Dan, m asyarakat setem pat mengha- ramkanr daging kalong serta m enjad i pa to k an pula, bahwa seorang Tuan Guru ditabukan un tuk berbohong atau pun menipu.

118

13. WALI NYATOQ.*)

Sebenarnya yang m asyhur dengan sebutan Wali N yatoq , adalah Abdul Kadir Bagdadi. la berasal dari Bagdad. Setelah lama mem- pelajari Agama Islam di negeri itu, un tu k m em perdalam pengeta- huan Agama Islam ia pergi ke kota Mekah. Di sana ia m enyerah- kan diri, sebagai murid. la te rkenal sebagai salah seorang m urid yang pandai, cerdas dan sangat rajin. I a ju g a terkenal sebagai salah seorang m urid yang sangat taat akan segala p e tu n ju k dan perin tah gurunya.

Tatkala i lm unya sudah cukup un tuk m enghadapi segala lekuk dan liku keh idupan di atas dunia ini, oleh sang guru ia ditugaskan un tuk m enyebarkan agama Islam di Aceh. Setelah tiba di negeri Aceh, ia segera m enja lankan tugas, ya itu m enyebarkan agama Is­lam. Sehingga dalam waktu yang tidak lama, banyak penduduk Aceh m em eluk Agama Islam.

Beberapa lama kem udian, di saat w aktu yang telah d ite tapkan oleh gurunya telah habis, dengan tugas yang sama ia p indah ke Betawi. Di tem pat yang baru ini, ia d isam but m asyarakat dengan penuh kegembiraan. Dan m em ang sudah m enjad i kehendak Yang Maha Esa, dalam masa yang tidak lama banyaklah yang m em eluk agama Islam di tem pat itu. Di Betawi sendiri ia terkenal dengan panggilan M uham ad Sepan.

Beberapa saat kem udian, di saat nam anya sudah m asyhur di Betawi, tugas ber ik u tn y a m em aksa dirinya agar segera berangkat u n tu k m enyebarkan Agama Islam di Bali. Ada pun daerah-daerah yang dikunjungi, daerah Jem berana , Mangwi dan lain-lain.

Di tem pat ini pun beliau disambut dengan baik. Agama Islam dapat berkem bang sebagaimana diharapkan. Atas dasar p im pinan dan pengaruhnya, m asyarakat dalam pergaulan sehari-hari dapat berjalan dengan tertib, aman, saling kasih mengasihi dan h o rm at m enghorm ati . Di negeri ini M uham ad Sepan lebih dikenal orang dengan panggilan M uham m ad Nusapati.

*). W ali N y a to q = nam a orang . D ite ije m a h k a n dari c e rife ra ra k y a t b e rb ah asa Sasakd ia lek M eno-M ene.-

119

Sebagai lan ju tan dari ren te tan perja lanan Untuk m engembang- kan Agama Islam, la segera m enu ju pulau Lom bok. Daerah yang didatangi u n tu k pertam a kalinya ialah Sakra di desa Modung, te r le tak dekat K eruak sekarang. Dari sinilah ia pulai m engembang- kan ajaran Islam. Sehingga sebagian besar L om bok Tim ur bagian selatan pada akhirnya m em eluk Agama Islam. Bahkan sampai di L om bok Tengah bagian selatan ham pir sem uanya m em eluk Agama Islam.

Sebagai wakil atau sebagai pelaksana harian dalam m enja lankan syareat Agama Islam, ia m en u n ju k beberapa orang p em ban tu , yang biasa diberi gelar kiyai. Jum lah n y a kurang lebih 40 orang. Beberapa lama kem udian pada suatu hari berka ta lah Wali N y a toq kepada Datu Sakra:

"T uanku D atu Sakra yang ham ba horm ati , m e n u ru t pikiran ham ba, sebagai cetusan dari rasa terima kasih k ita terhadap Tuhan atas segala l impahan karuniaN ya, baiklah kita m engadakan sela- m atan dengan m em o to n g kerbau sebanyak 40 ekor."

Persiapan u n tu k m engadakan selamatan besar segera dipersiap- kan orang. Semua pim pinan mau pun pem uka m asyaraka t serta pem im pin-pem im pin agama diundang. Undangan dija lankan sam- pai di L om bok Tengah bagian selatan. Tidak ketinggalan para D em ung seperti D em ung D o k o 1), D em ung T em pii dan lain-lain. Semua D em ung itu hadir, kecuali seorang D em ung yang bernam a D em ung Langko. K etidak had irannya disebabkan karena ia ragu- ragu akan kebenaran dan kebesaran Wali Nyatoq. Tetapi walau- pun demikian ia m engutus p e m b an tu n y a sebagai wakil un tuk menghadiri selamatan tersebut. Seperangkat pakaian kebesaran d ikenakan kepada pem ban tu tersebut. Dari jauh ia tam pak seperti D em ung Langko sendiri. A khirnya tibalah p em ban tu D em ung Langko itu di Desa Sakra un tuk mewakili dan menghadiri upacara. K eda tangannya disam but dengan upacara kebesaran. Karena dikira yang hadir itu adalah D em ung Langko sendiri. N am un setelah sam­pai di tem pat penerim aan tamu, Datu Sakra m enjad i sangat ke- cewa. Karena te rnya ta yang datang itu bukannya D em ung Langko, seorang p e m b a n tu n y a yang bernam a A m aq Bakti. Maka be rk a ta ­lah Datu Sakra:

"O, kiranya kamu A m aq Bakti. Apa sebabnya D em ung Langko tidak datang?"

"H am ba kurang tahu tuanku. Hamba hanya diperin tahkan u n ­tuk mewakili menghadiri upacara ini. Dan ham ba diperkenankan m em akai pakaian Demung, sebagai tanda bahwa ham balah wakil- nya di tem pat ini."

1 ). D em ung , adalah seorang yang m em egang j ab a tan salah satu tin g k a t dalam susunank e p am o n g p ra ja a n zam an d ah u lu .-

120

M endengar keterangan Amaq Bakti, D atu Sakra m enjad i amat marah. Segera A m aq Bakti disuguhi m akanan paling dahulu dan tidak bersama dengan tam u yang lain. Sesudah itu A m aq Bakti segera disuruh pulang. Sebelum Amaq Bakti berangkat, Datu Sakra berpesan.

"Bawalah bungkusan ti t ipanku ini dan sampaikan kepada De- m ung L angko." Bungkusan itu berisi kepala anjing yang dimasuk- kan ke dalam sebuah k isa2).

"K uharap jangan kam u buka di tengah jalan. Kalau kamu me- langgar akan berak ibat kam u tak lagi m em punya i harga, sedikit pun di m a ta orang banyak. Sebaliknya apabila barang ini sampai atau dapat d ibuka oleh D em ung Langko, maka semua pengaruh D em ung Langko akan tum pah kepadam u. D em ung Langko akan m enjad i orang yang tidak te rpandang lagi. Cinta bakti seluruh rakyat akan tum pah kepadam u sendiri."

Tatkala hal yang demikian itu diketahui oleh Wali N yatoq , ia berkesim pulan bahwa Datu Sakra sudah ber t indak kurang baik. Wali N y a to q tidak dapat m enerim a t indakan tersebut. Dengan segera ia meninggalkan selamatan itu. Ditinggalkan desa Medung dan m enu ju desa Pejanggik ja u h di sebelah barat. Hai itu segera d iketahui oleh Datu Sakra. Maka ia segera m em erin tahkan patih- nya un tuk m enyusul Wali Nyatoq. Dipilihlah kuda yang paling besar dan gesit dengan m aksud agar dapat m enyusul Wali N yatoq sebelum ja u h meninggalkan Desa Medung.

Diceriterakan kini sang Patih yang sedang m enyusul perjalanan Wali Nyatoq. Dalam pengejaran ini sang Patih melarikan kudanya dengan sekencang-kencangnya. Sedang Wali N y a toq berjalan biasa. Nam un w alaupun demikian sang Patih tak dapat m enyusul Wali N yatoq. A khirnya Wali N yatoq mem belok ke Selatan dan sampai di Mesjid desa Pejanggik. Ke sana pula sang Patih m enyusul dengan kuda yang te tap dipacu sekencang-kencangnya. Sesampai di tem ­pat itu sang Patih ditegur oleh seseorang katanya:

"Apa yang saudara kejar hingga jau h m asuk ke dalam desa, dan masih ju g a m engendarai kuda dengan kecepatan yang luar biasa. T am paknya seperti tidak tahu sopan santun."

Sang Patih menjawab:"Aku sedang dalam perja lanan m engejar seseorang. N am anya

Wali N yatoq. Dialah yang aku kejar sehingga aku tiba di tem pat ini."

"Kalau Wali itu yang tuanku kejar tidak m ungkin akan ber­hasil." Demikian kata orang banyak m em berikan penjelasan.

2). K isa , ad a iah sem acam tas (bag) u n tu k m em baw a sesuatu b ia san y a dalam b eperg ian .D ianyam d ari daun k e la p a yang bag ian p e lep ah n y a tid ak d ib u an g u n tu k ke ran g k ap e n g u a t.

121

'T a p i je las sekali ia m asuk ke dalam mesjid ini," kata sang Patih.

"Dan saya harus m encarinya ke dalam.""Silakan, tuanku boleh m encarinya , tetapi tak m ungkin akan

m e n e m u k a n n y a ."Maka masuklah sang Patih ke dalam mesjid itu. Tak seorang

pun yang dijum painya."O, bila demikian m em ang benar dia adalah seorang Wali yang

n y a t a . "Kem balilah Patih itu ke Sakra tanpa m em baw a hasil dan lang-

sung m elaporkan ke hadapan D atu Sakra ten tang semua peristiwa yang dialaminya.

A dapun Wali N yatoq, dari Pejanggik terus m enu ju desa Rem- bitan di sebelah selatan.

Orang p ertam a yang dijumpai di R em bitan adalah seorang ba­pak yang m em punyai beberapa ekor kerbau dan seorang anak kecil. Sebenarnya anak ini sudah pandai berjalan, nam un masih juga d itidurkan di atas sebuah buaian. Kakinya diberi gelang. Dan pada waktu ditinggalkan ayahnya anak ini sedang tidur de- ngan pulasnya.

Sesampai di tem pat itu Wali N yatoq m engubah diri m enjadi seorang anak kecil yang rupanya tepat seperti anak kecil yang sedang tidur itu. la berjalan di sekitar tem pat kerbau-kerbau sedang beristirahat. Perbuatan semacam itu m enim bulkan ke- khaw atiran kepada bapak tadi. la haw atir kalau anaknya diinjak oleh kerbau. Demikian kata hati sang bapak. Tetapi ia menjadi sangat heran dan tak jub setelah m engetahui bahwa anaknya sen- diri masih t idur di tem patnya.

"Ada apakah ini gerangan?"K arena itu Wali N yatoq diambil dan dijadikan anak angkat serta

dianggap adik anaknya sendiri. Sejak itu keh idupan keluarga m e n ­jad i lebih baik. Kerbau peliharaannya tak pernah berkurang, dan berkem bang biak dengan sempurna. Lagi pula tak pernah dicuri orang. Demikian kelebihan dan keistimewaan yang dialami, se- m enjak Wali N yatoq berada di rum ahnya. Beberapa tahun kem u ­dian Wali N yatoq m eningkat dewasa. K eadaan rumah tangga sang Bapak semakin m eningkat bahagia. Segala keinginan Bapak angkat­nya, terpenuhi dengan segera. Entah di m ana dan bagaim ana cara m em pero lehnya tak seorang pun yang tahu. Asal bapaknya meng- inginkan sesuatu walau belum pernah d ikem ukakan , sebentar saja Wali N ya toq sudah datang m em baw akannya. D emikian besar jasa Wali N yatoq terhadap bapak angkatnya itu. Tugas u tam anya , un tu k m enyebarkan agama Islam juga dilakukan dengan sungguh- sungguh. Dalam waktu singkat banyak penduduk Desa Rem bitan

122

m em eluk Agama Islam. Bahkan sudah ada yang diangkat m enjadi kiyai.

Beberapa lama kem udian pen d u d u k desa R em bitan bersepakat un tu k m endirikan sebuah mesjid dengan ja lan bergotong-royong. Wali N y a to q segera m em berikan con toh bagaimana ben tuk dan cara m em bangun sebuah mesjid. Biasanya sebuah mesjid p in tunya selalu m enghadap ke arah timur, sedang m im bar berada di sebelah barat. N am un keanehan m uncul di tem pa t itu. Setiap kali pin tu dipasang m enghadap ke tim ur, tak lama kem udian berubah arah m enghadap ke selatan. Diulang kembali, te tapi kali ini juga ber- p indah dengan sendirinya. Pintu itu m enghadap ke arah selatan. A khirnya diputuskan bahwa pin tu mesjid itu m enghadap ke arah selatan, sedangkan m im barnya berada di sebelah barat. Ada pun bekas tangan Wali N y a to q dalam bergotong-royong m em bangun mesjid itu pada saat ini masih ada pada bagian atasnya. Setelah mesjid itu selesai dike-jakan, ia tetap berada di dalam. Sampai sekarang masih dapat dijumpai sebuah Al Qur'an yang sering dibaca Wali Nyatoq.

Pada suatu hari Wali N yatoq m enya takan keinginannya kepada saudaranya un tu k bersem bahyang Ju m a t di Mekkah.

"Kalau m em ang kau inginkan adikku, jangan lah kakak diting- galkan di L om bok ini. Aku pun ingin benar bersem bahyang J u m ­at di Mekah, dan dapat m elihat tem pa t- tem pa t lain."

"Baiklah kalau kakak ingin turut. Tetapi karena di Mekah kita akan bertem u dengan banyak orang yang m em akai pakaian sama seperti paka ianku ini, m aka agar jangan keliru di Mekah, ambillah bunga kecipir itu. Bunga kecipir itu akan kusem atkan di dada tepat pada buah bajuku. Setelah kita tiba di Mekah, ju b a h ini akan selalu kubuka. Bila tam pak bunga itu itulah aku."

Setelah persiapan selesai ia berpegang pada pinggang Wali N y a ­toq. Dalam waktu sekejap, m ereka telah tiba di Mekah. Di Mekah m ereka berpisah duduk. Wali N ya toq segera masuk ke dalam m es­jid un tuk m enunaikan sembahyang. Setelah selesai, ia mencari kakaknya. Berjum palah m ereka kembali dengan selamat setelah Wali N y a toq m em buka jubahnya .

Sedang m ereka berbicara dan bersiap-siap un tuk pulang, datang- lah orang tua asli Wali N yatoq yang datang dari negeri Bagdad di tem p a t itu. R upanya m ereka mem ang sering m engadakan pertem u- an di mesjid itu.

"Siapa kaw anm u berbicara itu?""Dia adalah saudara angkatku di Lom bok , ayah," ja w a b Wali

Nyatoq."Bila demikian baik-baiklah kamu. Jadi sekarang ini kamu se-

dang berm ukim di L o m b o k ."

123

"Memang, sekarang ini anakda sedang bertugas di L om bok, di- tugaskan oleh guru anakda yang di Mekah ini."

K em udian Wali N y a toq m em perkena lkan kepada saudara angkatnya bahwa orang itu adalah orang tuanya yang asli dan sekarang masih berada di Bagdad.

Tatkala waktu berpisah telah tiba, Wali N y a toq m enghatu rkan h o rm a t dan baktinya, sambil m encium tangan serta kaki orang tuanya. Sedang saudara angkatnya dipegang kepalanya , serta di- berikan p e tu n ju k dan wasiat terakhirnya, yang pada in tinya sekali lagi m engharapkan agar benar-benar mem egang prinsip persaudara- an dalam pergaulan sehari-hari. Saat-saat selanjutnya, setelah tiba pinggang Wali N ya toq dipegang sambil m em ejam kan mata. Dan sesaat kem udian tibalah m ereka kembali di desa Rem bitan . Penga- lam annya yang aneli itu, d iceriterakan kepada semua orang, se- hingga ber tam bah percaya dan yakinlah m asyaraka t ten tang ke- walian dari Wali Nyatoq. M urid-m uridnya ber tam bah banyak. Mereka datang dari segenap penjuru . Beberapa orang sangat masy- hur antara lain Makam Tiang dan Baloq Tuwi.

R upa-rupanya ajaran yang diajarkan oleh Wali N y a toq meng- anut Mazhab Imam Maliki. Hai ini dapat kita ketahui karena sam­pai kini p en d u d u k desa R em bitan kalau ada yang meninggal dunia tangannya tidak d isedekapkan di atas dada, m elainkan dibiarkan lepas seperti biasa.

Di tengah-tengah kesibukan m asyaraka t R em bitan dalam ber- gotong-royong menyelesaikan m esjidnya, di kala sudah berkum pul sepuluh atau lima belas orang, sering timbul keinginan yang ba- nyak itu akan sesuatu yang sulit d idapat di daerah itu. Misalnya keinginan m em akan je ru k bali, manggis, salak dan lain-lain jenis buah-buahan. Walau demikian, semua keinginan m ereka dapat te rpenuhi, berkat kewalian dari Wali N yatoq. Asal ia sudah masuk ke dalam mesjid dan m enu ju m im bar, m aka melalui tem pa t itu akan mengalir berm acam -m acam buah-buahan yang diingini me- reka.

Apabila salah satu keluarga miskin pada suatu hari m endapa t giliran un tu k m enjam in orang yang sedang bergotong-royong, m aka kepada keluarga itu disarankan oleh Wali N y a toq un tuk m em b u a t bubur, dengan banyak air. Semua orang walau m endapa t bagian sedikit, akan merasa sangat kenyang. Sama seperti kalau m endapa t m akanan secukupnya. Dengan beberapa keistimewaan tersebut m akin nyatalah kewalian Wali Nyatoq.

Hai lain lagi sering terjadi. Pada suatu hari Ju m a t yang sama di beberapa tem p a t ia dijumpai orang. Di mesjid desa R em bitan ia m em im pin sholat Jum at. Di mesjid Praya ia m en jad i m akm un. Di mesjid desa Penujak pada hari Jum at itu ju g a ia m enjad i Imam. N am un sangat disayangkan mesjid desa Penujak tem pa t beliau se-

124

ring m elakukan ibadah pernah kebakaran. Tetapi semua hak milik Wali N y a toq berupa K itab-kitab tem pat kum pulan doa-doa, tern- pa t ca ta tan obat-obat, walau pada waktu kebakaran berada di dalam mesjid, nam un benda-benda tidak tu ru t terbakar. Dan sam­pai kini benda-benda itu masih dapat kita jum pa inya .

B eberapa lama kem udian saudara angkat Wali N yatoq mening­gal dunia di desa R em bitan dan dim akam kan di desa itu juga. Akan halnya Wali N ya toq sendiri, karena merasa telah cukup m elakukan kewajiban m enyebarkan Agama Islam, maka ia me­ngum pulkan semua m urid-m uridnya, sejumlah kira-kira empat puluh em pat orang. Ia pun m em berikan pesan terakhirnya.

"Hai saudara-saudaraku, semua tugasku dalam penyebaran Agama Islam di L om bok ini telah selesai. K akakku telah kita m akam kan di tem pat ini. Sekarang aku akan segera meninggalkan kalian, dan baik-baiklah kalian bekerja. Laksanakan semua ajaran- ku sebaik-baiknya. Bila kelak saudara-saudaraku ingin berziarah ke tem pat itu, maka datanglah pada hari Rebo atau Sabtu. Dan apabila kalian ingin menginap, maka m enginaplah pada malam Rabu atau malam Sabtu juga. Selain dari dua hari yang telah aku sebutkan tadi janganlah datang. D emikian pesanku pada kalian. Dan bila ada salahku pada kalian, m aafkanlah. Juga bila kalian pernah berbuat salah terhadap diriku, itu semua sudah kumaaf- kan. K arena sifat m em beri m aaf ini adalah sifat yang paling ter- puj i ."

Setelah selesai m em berikan wasiat terakhir itu, m aka musnah dan hilanglah ia di tem pat itu juga. Dan di m ana ia berdiri pada saat itu, didirikanlah batu nisan yang sebelah utara. Selanjutnya ditanam batu nisan yang kedua di sebelah selatan.-

125

14. BUEN LAJENRE*)

Pada zaman dahulu di Desa Lantung aimual, K ecam atan Ropang h iduplah seorang gadis cantik yang bernam a Lala 11 a1). Ia adaiah puteri dari Dea Raden Ilung. K ecan tikannya, tidak hanya dibica- rakan orang di sekitar Desa Lantung te tapi juga hingga Sumbawa Besar. Kecantikan Lala IIa te rm asyhur ke segenap penjuru . Wajah dan pribad inya m engagum kan. Tiada cacat sedikitpun. Sewaktu kecil ia telah d ipertunangkan dengan Lalu M angi2) pu te ra Raden Mangi, yang tinggal di kam pung K a lem p e t3) Sumbawa. Antara mereka te rdapa t hubungan darah w alaupun agak jau h . Oleh karena itu m ereka ingin m em perera t hubungan itu. Maka d ipertunangkan- lah Lala IIa dan Lalu Mangi. Melalui hai iniiah hubungan keluarga yang telah ja u h m enjadi dekat kembali. Ketika usia m ereka me- ningkat remaja kedua anak itu tidak m engetahui pertunangan mereka. Orang tua m ereka tidak pernah m encerite rakannya.

Apabila Lalu Mangi bepergian ia selalu d itemani oleh Salampe, anak angkat Raden Mangi. Salampe adaiah orang kepercayaan keluarga Raden Mangi. Setiap bangun tidur, Salampe terus ke sungai m em andikan kuda dan m em bersihkan kandang kuda. Setelah itu m enyab it rum p u t , kem udian m em perbaik i kebun dan mengambil kayu api. Akhirnya m elayani dan m enem ani Lalu Mangi bepergian itulah pekerjaan Salampe setiap hari.

Pada suatu malam Salampe dan Lalu Mangi berjanji un tuk p e r­gi berburu . Keesokan harinya dengan tergesa-gesa Salampe menaiki tangga rumah panggung itu dan langsung m em asuki kam ar Lalu Mangi. Lalu Mangi masih tidur.

"Lalu, Lalu bangunlah, m atahari telah terb it ."Salampe m em bangunkan anak m uda itu sambil menggoyang-

goyangkan badannya."Mengapa kau bangunkan aku, aku masih m engan tuk ."

*) D iam bil dan d ite rjem ah k an dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa S um baw a. B uen = Sum ber a ir, m a ta air. L a jen re = nam a tem p a t.

1) Lala = panggilan te rh a d a p p u te r i bangsaw an (gadis rem aja ).2) Lalu = panggilan te rh ad ap p u te ra bangsaw an (te ru n a rem aja ).3) K a lem p et = nam a sebuah k a m p u n g di Sum baw a.

126

"Takkah k ita b e rbu ru , Lalu?""Ah lain kali saja. Aku masih m engan tuk dan hari ini badakku

tidak sehat," jaw ab Lalu Mangi sambil menggeliatkan badan. Tadi malam ia pergi m endengarkan Sekeco4) ke desa Samapuin sambil m enyaksikan upacara perkaw inan di tem pat itu. Itulah sebabnya pada hari itu Lalu Mangi te r lam bat bangun.

"Ada yang ingin ku tan y ak an Salampe.""T entang apa Lalu.""M ungkin kau pernah m endengar nam a Lala Ila gadis di desa

Lantung Aimual itu.""Ya, saya dengar Lalu. Semua orang m engatakan wajah gadis

itu seperti w ajah bidadari.""Duh cantiknya. Ingin sekali aku m em andang wajah itu. Bagai­

m ana kalau kita pergi ke desa Lantung, Salampe.""Bagi saya tak ada suatu halangan. Apa kata Lalu, saya meng-

iku tinya .""Bagaimana kalau kita berangkat esok subuh?""Baiklah Lalu. Sebaiknya kita berangkat sebelum fajar menying-

sing.""M udah-m udahan kita tidak ditim pa musibah di negeri orang.""Niat baik dilindungi oleh Tuhan Yang Maha Esa."Sebelum tidur Salampe m em beri tahu kepada Raden Mangi dan

istrinya tentang rencana perjalanan itu. Raden Mangi menerima dengan baik rencana itu. Kebetulan di desa Lantung ada juga sepupu Raden Mangi, yang bernam a D ea5) Angge. Dea Angge te ­lah berm ukim di tem pat itu selama dua puluh tali un.

Malam itu Lalu Mangi berm im pi bertem u dengan bidadari, b i ­dadari itu m em berikan sekuntum bunga. Lalu Mangi menerima bunga itu seraya m encium nya. Betapa harum bunga itu. Tetapi tiba-tiba bunga terlepas dari tangan dan te r ja tuh ke dalam laut. Di saat akan mengambil kembali, bunga itu tiba-tiba m enjelma m enjadi sebuah perahu. Perahu itu dibawa ombak ke tengali laut. Tetapi m im pi itu tidak diceriterakan kepada siapa pun. Ia takut m endengar berbagai penapsiran ten tang mimpi itu.

Akhirnya dengan singkat diceriterakan waktu subuh pun men- jelang. Salampe sudah m em persiapkan kuda tunggangan untuk Lalu Mangi dan un tuk dirinya. Lalu Mangi mem akai pelana merah m enyala dan sanggahan kaki baru. Sebelum berangkat Raden M a­ngi meninggalkan pesan un tuk kedua anak itu.

"Baik-baik di negeri orang anakku. Dan Salampe, jaga Lalumu baik-baik."

4) Sekeco = kesen ian klias daerah S um baw a. D ua p e m u d a m e m b u n y ik an reb an a sem barim e n em b an g k an s y a ir /p a n tu n .

5) D e a= panggilan te rh ad a p m erek a yang m asih te rg o io n g kaum ban g saw an .

127

"Dea, akan ham ba jaga sebagaimana biasa." Ibu Lalu Mangi pun ikut m em berikan nasehat.

"Hati-hati di ja lan anakku. Bawalah azimat ini agar kalian t i ­dak digigit u lar berbisa atau disengat kalajengking." Sudah itu Lalu Mangi bersu jud di kaki ibu bapaknya. Demikian pula Salam- pe.

"Bela Lalum u j ika ada yang m engganggunya.""Dea, tak usah d ik h a w a t i rk a n .""Kami pam it ayah b u n d a ." Lalu Mangi m ohon doa restu ter-

hadap orang tuanya. Sesudah itu kedua anak itu tu run dari rumah panggung diantar oleh Raden Mangi dan istrinya. Perbekalan un tuk perja lanan dim asukkan ke dalam karung dan m enjadi be­ban kuda Salampe. K uda Lalu Mangi meringkik terus. R upanya ia ingin segera berangkat.

Akhirnya berangkatlah m ereka itu, diiringi oleh cucuran air m a­ta ibunya. Baru kali ini m ereka berpisah jauh.

Dalam perja lanan itu Salampe berceritera dan Lalu Mangi asyik m endengarnya. K ebanyakan yang diceriterakan ceritera yang lucu-lucu. Sudah barang ten tu hati yang sunyi jad i girang. Kini m ereka telah tiba di atas sebuah bukit. K uda m ereka dihentikan sejenak. K ota Sumbawa besar telah hilang dari pandangan mata. Agak ja u h perja lanan mereka. Em bun .pag i je rn ih bening di pucuk re rum pu tan sepanjang ja lan setapak. Selesai sarapan m ereka m elan­ju tk a n per ja lanannya. Dipacunya kuda itu kembali.

Setelah sehari suntuk dalam perjalanan tibalah m ereka di desa Lantung Aimual. Di antara w ak tu Isya dan Magrib kedua pem uda itu sudah berada di ambang p in tu pagar desa. Salampe berseru ke- pada peronda yang sedang asyik ngobrol di gardu ronda.

"Hai pam an, to long bukakan pintu pagar ini." Peronda itu pun terburu -buru m em buka pintu. Salampe tu run dari atas kuda. D ihelanya kuda itu. Kuda Lalu Mangi m engikuti dari belakang.

"Tolong tu n ju k k an di mana Dea Angge," kata Salampe penuh harap.

"Kalian siapa?" tanya orang ronda."Kami dari Sumbawabesar.""Dea Angge itu pam an k u ," kata Lalu Mangi."Baiklah, mari ikut kami."Diantarlah m ereka itu oleh petugas ronda sampai ke rumah

Dea Angge. Betapa girang hati Dea Angge m enerim a kedatangan kem enakannya itu. Jika malam tiba rum ah pam annya amat ramai d ikunjungi para tetangga. Begitu juga penduduk kam pung tiada hen ti-hen tinya mengajak Lalu Mangi dan Salampe bertandang ke rum ah mereka. Hai itu m erupakan luapan rasa senang te ru tam a te rhadap tam u yang datang dari jauh.

128

"Setiap selesai sembahyang Subuh Lalu Mangi beijalan-jalan di seputar desa L antung Aimual itu. Desa itu dikelilingi oleh po­hon jarak . Kira-kira seratus m eter dari mesjid berdiri tegak sebuah rum ah panggung besar, m enghadap Ano S iyep6). Bentuk dan be- sarnya seperti rum ah D a tu 7) di Sumbawabesar. Kepala tangga, p enu tup pintu dan jende la serta bagian-bagian lainnya berhiaskan ukiran yang amat indah dan m engagum kan. Perasaan inenjadi se- ju k dan ten teram bila kita m em andangnya . Di bahagian belakang rum ah itu te rdapa t kebun yang dikelilingi pagar kuat dan keras. Dari pin tu belakang rum ah itu, terlihat oleh Lalu Mangi dua orang gadis sedang berangkat mandi. Yang berjalan di m uka berkerudung kain sutera m erah. Yang lain berkerudung kain hijau muda. Gadis yang be rkerudung kain sutera merah itu dengan tidak disengaja bertem u pandang dengan Lalu Mangi. Kemudian dengan cepat gadis itu m en y em buny ikan wajah di balik kerudungnya. Hati ke- cil Lalu Mangi berbisik.

"A gaknya inilah yang bernam a Lala Ila bunga m ekar desa Lan­tung ini."

Sejak itu setiap pagi Lalu Mangi berjalan-jalan di samping rumah Lala Ila. Pam annya, telah m em beritahu bahwa gadis cantik di desa itu cuma satu, yaitu Lala Ila.

"Pam an, saya ingin ber jum pa dan berbicara dengan Lala Ila.""M udah, manusia punya akal," jaw ab Dea Angge tegas."K atakanlah paman, bagaimana ja lan yang harus d i tem puh .""N anti sore melalui lereng bukit itu, masuklah m enuju kebun

Lala Ila. Dia biasa mandi di Buen Lalam pang8) yang te rdapat didalam kebun itu. Kadang-kadang juga mandi di Buen Lajenre di tepi sungai desa Lantung ini."

"Wall, bagaimana kalau ke tahuan , ten tu kami d ipukul oleh ba- p a k n y a ."

"Kalian laki-laki juga, jangan berp ik ir sesempit itu. Kalian orang baru di desa ini, w ajar kalau sesat atau keliru ja lan ." "Baiklah pa­man, akan kami coba nanti sore."

Ketika hari sudah senja m ereka pergi ke tem pat yang telah di- rencanakan itu. Benar juga , apa yang telah dikatakan pamannya. Lala Ila sedang m andi di tem pat itu d itemani oleh Nini Saje, pe- ngasuh setianya. Mata Lalu Mangi tak berkedip sedikit pun mena- tap tubuh Lala Ila. Hati kecilnya berbisik:

"Duh Lala Ila yang m olek, kau adalah je lm aan bidadari yang tu ru n mandi di telaga ini."

6) A no Siyep = arali m a ta h a r i te rb it , t im u r .7) D atu - panggilan terhadalp bangsaw an tiriggi ( tin g k a t k ed u a scte lah ra ja ).8) L a lam pang = n am a te m p a t.-

129

"Ada orang menoleh dan m em perha tikan kita Lala," kata Nini Saje. Cepat-cepat Lala Ila meraih kain sarungnya sambil m enengok ke kiri dan ke kanan. A khirnya bertem u pandang dengan Lalu Mangi. Lalu Mangi m elepaskan senyum simpati. Lala Ila tunduk malu tersipu-sipu.

"Mengapa kalian berani masuk ke kebun ini?" tegur Nini Saje."Kami sesat dan keliru ja lan Lala," jaw ab Salampe."Kami ikhlas dan rela mati asal disebabkan tangan Lala.""Kami mau pulang," kata Nini Saje dengan suara lembut."Silakan melangkah puteri je l i ta ," kata Lalu Mangi. Kemudian

sambungnya:"Selain kami adakah orang lain yang masuk dalam kebun ini?"

Lala Ila menggelengkan kepala. Hai itu m erupakan jaw aban atas pertanyaan Salampe.

"Ingin kudengar jaw aban lisanmu Lala.""Tiada orang lain selain Lalu.""Lala, ikhlaskah hatim u j ik a aku m em etik bunga m ekar di

kebun ini?" Merekahlah senyum Lala Ila m endengar kata-kata puitis yang m en y en tu h ba tinnya itu. Gadis itu mengerling. Lalu Mangi tak hen ti-hen tinya m enatap wajah bidadari yang mulai beranjak dari tem pat itu. Dalam waktu sekejap, antara Lala Ila dan Lalu Mangi telah terjalin cinta mesra. Sedikit pun m ereka tak dapat saling m elupakan. Begitulah perasaan orang yang sedang ber- cinta. Segala-galanya dikorbankan demi cinta. Hati m ereka sudah berpadu m enuju satu titik.

Sesudah sem bahyang Isya Lalu Mangi duduk santai di beranda rum ah pam annya bersama Salampe.

"Jangan bim bang lagi Lalu, saya sanggup m enyam paikan perasaan Lalu kepada Lala Ila itu."

"Terima kasih Salampe, tiada orang lain yang sanggup meng- hibur hatiku , selain kau. Mengenai hubunganku dengan Lala itu hendaklah dirahasiakan. Kalau hai ini diketahui bisa buruk akibat- nya. Orang desa senang m em pergunjingkan orang."

"Tidak inungkin akan kubuka kepada sembarang orang, kecu- ali kepada Dea Angge. Hai ini perlu d isampaikan."

Tiba-tiba Dea Angge keluar dan langsung duduk di antara mereka. Lalu Mangi dan Salampe terperan jat.

"Semua pem bicaraan kalian telah kudengar, bukan rahasia lagi bagiku."

"Paman yang baik, saya sudah ju m p a dan bicara dengan Lala itu di kebun. Benar kata paman betapa cantiknya gadis itu. Sejak malam ini aku serahkan masalah ini kepada pam an, hingga hubung- an kami te rw ujud dalam perkawinan. Segala-galanya aku serahkan kepada pam an."

130

"Tak usah khawatir. Penyerahan itu telah dilakukan oleh ba- pakm u dari Sum bawa."

"Lenganku besar dan kuat m enan tang lawan, j ik a ada sesuatu menghalangi dan m em atahkan hubungan Lalu dengan si je l i ta itu."

"Jangan terlalu takabur Salampe," Dea Angge m em o to n g ucap- an Salampe.

"Kita cuma berikh tia r nam un Tuhanlah yang m enen tukan ber- hasil t idaknya usaha dan ikhtiar itu."

Sementara itu istri Dea Angge keluar m enghidangkan jagung rebus.

"Silakan j agung rebus itu. Masih hangat. Jagung itu hasil kebun sendiri. Kebun kita berdeka tan dengan kebun Lala IIa," kata bi- binya sambil tersenyum . Betapa girang hati Lalu Mangi men- dengar kata bibinya. Mereka yang duduk di beranda itu diliputi bahagia. Dan anak-anak yang bermain di depan rum ah panggung itu semakin banyak , bersorak sorai dalam sinaran cahaya purnam a. A ntara w aktu Isya dan Magrib Lalu Mangi pergi ke Buen Lajenre d itemani Salampe. Saat itu Lala IIa juga pergi ke tem pa t itu. Di sana m ereka bertem u m em adu kasih. Dari hari ke hari cinta m ereka semakin m elekat dan tak bisa dipisahkan lagi. Mantap dan bulatlah tekad m ereka un tuk sehidup semati dalam sebuah rumah tangga.

Berdasarkan perse tu juan Raden Mangi m aka Dea Angge pun pergi m em inang kepada Raden Ilung. Pastilah pinangan itu di- terima. Memang pem uda itulah yang dikehendaki untuk dijadikan m enan tu . Pertunangan m ereka yang dirahasiakan itu kini bakal te rw ujud sesudah musim m em etik kacang hijau, upacara perka­winan akan dilaksanakan secara besar-besaran.

Pada waktu itu hubungan dagang antara Sumbawa dengan U jung Pandang cukup lancar. Dengan m enum pang perahu layar pedagang-pedagang Ujung Pandang berdatangan di Sumbawa- besar. Selain m enjual kain sarung di an taranya juga ada yang m em ­bawa candu. Di tanah Sumbawa pun sudah banyak pengisap can- du. Pem adat itu kebanyakan dari kalangan atas term asuk kaum bangsawan. Orang-orang jad i kurus, har ta benda habis, hidup tak bera turan akibat mengisap candu. Pengisap candu akhirnya bukan hanya te rdapat di ko ta saja te tapi desa-desa kecil pun te ­lah kem asukan pula. Demikian juga di desa Lantung Aimual ada juga pengisap candu, karena dipengaruhi oleh pedagang-pedagang keliling yang m em asuki lorong kam pung.

Pada waktu itu seorang pedagang yang bernam a Daeng Joge m em asuki desa Lantung, Daeng Joge ini sangat ram ah tamah dan baik hati. Semua orang yang pernah bertem u dan bercakap- cakap dengan dia pasti te rp ikat dan bersimpati kepadanya. Barang dagangannya cepat terjual habis. Begitu h eba t daya tarik dan pro-

131

paganda Daeng Joge itu. Pada suatu hari Daeng Joge singgah di rumah Lalu Mangi. Ketika itu pam annya sedang pergi ke ladang. Daeng Joge telah m endengar berita ten tang perkawinan Lalu Mangi dengan Lala Ila yang akan diselenggarakan bulan depan.

"Saya m em baw a kain sarung yang baik dan cocok un tuk kedua pengantin ." Lipatan kain itu d ibuka dan dipam erkan kepada calon pembelinya. Sarung Bugis yang berm utu baik dapat digenggam da- lam genggaman tangan.

"Berapa harga kain sarung rrierah dan yang hijau itu?""Murah saja Lalu. Uang pem bayarannya bisa kem udian. H u­

bungan kita begitu baik. Apa artinya benda kalau dibandingkan dengan keba ikan ." Maka dibelilah kain sarung itu oleh Lalu Mangi.

"Barang apa lagi yang diperlukan Lalu?""Ada m inyak wangi?""Lebih dari itu ada Lalu.""Berapa harga minyak wangi itu sebotol?""Setali saja Lalu.""Berikan saya dua bo to l.""Selain itu ada barang yang paling cocok bagi pasangan pengan­

tin baru, Orang jadi sehat dan kuat bila m enggunakan obat itu.""Bagaimana b en tu k n y a barang itu?"Daeng Joge m engeluarkan bungkusan dari lipatan kain dagang-

annya. Diangkat dan didekatkan di h idung Lalu Mangi."Inilah yang bernam a candu. Belum hebat orang kalau belum

mengisap candu. Sebagian orang besar di kalangan kaum bangsa­wan di Sumbawa Besar mengisap candu. Boleh dicoba Lalu. Sekali coba pikiran kita te rbuka , badan jad i sehat, pandangan jad i terang, pergaulan jad i luas te ru tam a orang-orang besar menyenangi k ita ."

"Tidak usah Daeng Joge, masih banyak keb u tu h an lain yang h a ­rus kupers iapkan ." Daeng Joge mengambil candu itu lalu diisap- nya dan berkata:

"Tidak apa-apa. Sudah saya je laskan tadi, badan kita jad i sehat dan kuat. Wanita tidak suka kepada lelaki yang badannya Iemali dan tidak bergairah. Coba diisap Lalu, mengenai harganya tidak usah dipikirkan. Bukankah kita sudah berkenalan dan berkawan baik. Terserah Lalu saja. Kalau Lalu beruang barulah diselesaikan. Artinya bisa dibayar kem udian atau d ibayar m enyusul."

"Cukup sudah Daeng Joge masih banyak keperluan la inku.""Lalu terlalu banyak bicara. Terus terang, saya amat kasihan

pada Lalu. Ini cobalah, ayo cobalah diisap."Karena bu jukan dan propaganda Daeng Joge akhirnya Lalu

Mangi tidak berdaya. Maka diisaplah candu itu. Cepat sekali reak- sinya. Badannya tam pak segar bugar. P ik irannya terang bende- rang. Lalu Mangi tersenyum simpul.

132

"Benar juga khasia tnya terasa, badan jad i segar.""Nah, apa kata saya. Saya tidak bohong .""Ini satu bungkus lagi, simpan baik-baik."Sesudah itu Daeng Joge berangkat m en ja jakan barangnya masuk

kam pung ke luar kampung. Pelosok-pelosok desa di Kecamatan Ropang sebahagian besar telah dijelajahi.

Salampe tidak berubah niatnya. Lalu Mangi dengan Lala lia harus kawin sesuai dengan rencana yang d iten tukan . Salampe m e n ­jad i penghubung antara kedua m ereka yang sedang bercinta kasih itu. Salampe selalu m em baw a suara dan warna cerah sehing- ga pasangan rem aja itu selalu diliputi suasana senang dan bahagia. Keadaan Lalu Mangi sekarang ja u h berubah. Kini ia jad i pemadat. Jarang ke luar rumah. M urung dan m enyendiri dalam kamar. Malas m enjenguk kekasih. Setiap hari Jum at Daeng Joge m em baw a eandu. Lalu Mangi lebih banyak be rhu tang dari pada m em bayar kontan . Kalau pik irannya kacau, badannya lemah, cepat-cepatlah ia mengisap eandu. Badan yang layu pun segar kembali. Itulah keija Lalu Mangi setiap hari. Pik irannya tidak lagi sepenuhnya te r tu ju pada kekasihnya. H idupnya dikuasai dan dipengaruhi oleh eandu. biaya yang dipersiapkan un tuk pelaksanaan perkawin- an sudali habis. Utang pada Daeng Joge semakin banyak. Tak m ungkin te rbayar lagi. Tiap-tiap hari Daeng Joge datang menagih. Lalu Mangi terus m em in ta eandu dengan perhitungan harganya di- bayar kem udian . Daeng Joge masih m em berikan kesem patan ber- pikir pada Lalu Mangi dengan catatan semua u tangnya harus di- selesaikan pada w aktunya. Kini keseha tannya tidak norm al, ba- dannya kurus kering. Walaupun begitu pam annya terlalu m em an-

jak an kem enakannya. Keinginan Lalu Mangi terpenuhi. Begitu juga Salampe, apa yang dikehendaki Lalu Mangi segera diusahakan dan dikabulkan. Salampe te tap m enanam kan kepercayaan pada Lala lia serta m eyakinkan gadis itu bahwa cin tanya Lalu Mangi tak pernah luntur. Sebagaimana biasa Salampe pergi ber tandang ke rumah Lala lia.

"Salam mesra dari kekasihm u, Lala.""M engapa Lalumu enggan ke mari lagi?""la te tap m engingatm u Lala.""M aksudku m engapa ia tidak pernah datang?""Lalu itu akhir-akhir ini sering sakit.""Sakit apa yang d ideritanya Salampe?""Badan lemah, kepala pusing. Lelaki atau wanita kata orang,

apabila m enghadapi hari perkaw inannya sering sakit."

"Sam paikan salamku padanya. H arapanku kalau keseha tannya norm al kem bali, agar berkenan datang seperti biasa. Ibu Bapakku selalu m enanyakan dia."

133

Memang benar agak lama Lalu Mangi tidak tam pak di tengah keluarga Raden Ilung. Setelah Salampe m enyerahkan surat dari L a ­lu Mangi kepada Lala IIa, ia pun segera beran jak dari situ.

Lalu Mangi semakin resah gelisah. Daeng Joge terus-menerus menagih. Biar be rhek ta r-hek ta r tanah persawahan dijual belum bisa m enu tup i u tangnya yang begitu banyak. Kepalanya jad i pu- sing m em ikirkan masalah yang tak terpecahkan itu. K em udian ia mengam bil kepu tusan yang sangat berten tangan dengan hati nu- raninya.

"Daeng Joge, un tuk kesekian kalinya ku m in ta pengertian Da- eng, aku tak bisa melunasi u tangku ."

"H utang harus ditagih. Hari ini m en u ru t perjan jian adaiah saat penyelesaian hutang. Jangan d itunda-tunda lagi. Saya telah m em ­beri kesem patan pada Lalu. Harus dilunasi sekarang."

"Sekarang ini belum bisa kupenuhi. Terus terang aku tidak pu- nya uang. Aku bisa melunasi hu tangku dengan cara lain."

"Bagaimana, ya, asal cocok dengan keinginan, saya akan me- m enuh inya . Ingat, apaiah arti hu tang kalau dibandingkan dengan malu be rkepan jangan ."

Sebelum kata-kata itu d ilahirkannya m ata Lalu Mangi berkaca- kaca. Air m a tanya meleleh. Begitu berat m em ikirkan hu tangnya yatig dibarengi dengan malu. A khirnya Lalu Mangi berkata , se- k u ju r tu b u h n y a bergetar.

"K userahkan kekasihku kepadam u, asalkan kau tun jang lagi dengan uang."

"B enarkah ucapan itu keluar dari hati yang ikhlas?""Ya. Yang penting hu tangku lunas.""A pakah Lala itu tidak berpaling m eliha tku?""Ah tidak. Asal kau tun jang aku dengan uang setinggi badan

Lala itu."Betapa girang hati Daeng Joge. Hati siapa takkan senang men-

dapat gadis cantik seperti bidadari."Baiklah Lalu. Uang itu bisa diterima di atas perahu, setelah

Lala itu berada di atas perahu pula. Ingat, m anusia yang baik ada- iah apabila ia segera m enepati jan j in y a itu."

"A ku adaiah lelaki yang tidak mau m em perm ainkan kata-kata .""K apan gadis itu dibawa ke pelabuhan?""Besok atau lusa m alam .""Baiklah. K esim pulannya gadis itu saya terim a di atas perahu .""Ya. Daeng bisa m endapa tkan gadis itu di atas perahu ."Setelah kepergian Daeng Joge betapa susah, hati Lalu Mangi.

Ia menyesali nasib malang yang m enim pa dirinya. Semua hai yang m erisaukan hati itu d isam paikannya kepada Salampe. Pada mula- nya Salampe kaget. Ia tidak sependapat dengan Lalu Mangi. Sete­lah Lalu Mangi m enceriterakan kembali te ru tam a mengenai kege-

134

lisahan yang d ideritanya , akhirnya Salampe terpaksa mengiakan kehendak Lalunya itu. Kedua anak m uda itu kini, dilanda duka yang m enyed ihkan . Selepas Isya Lalu Mangi pergi ke Buen Lanjen- re. Salampe m enyusul dari belakang. Di tem p a t itu Lalu Mangi bersua dengan Lala Ila. Lala Ila sangat te rke ju t melihat calon su- aminya begitu kurus. M ukanya pucat pasi.

"Lala yang m olek, kasihanilah aku, aku begitu malu terhadap keluargamu. Hingga hari ini aku belum puny a uang biar sesen pun, sedang pelaksanaan perkawinan kita sudah di ambang p in tu ."

"A pa m aksud Lalu dengan kalim at itu?""Kalau Lalu masih m encin ta iku sebaiknya kita kawin lari saja

ke Sumbawa.""Kawin lari? Aku takut. Sungguh, tidak ada keberan ianku me-

nem puh ja lan yang berten tangan dengan adat itu.""Dengan ja lan ini per tem uan jo d o h kita bisa te rw ujud . Tanpa

melalui cara ini, m aka te r tu tu p lah segala kem ungkinan ."Lala Ila diam sejenak."Kalau itu yang dirasakan baik, ya aku ikuti kem auan Lalu."Lala Ila m enem bangkan sebait L aw as9).

"K epada siapa kusesali, nasib malang m enim pa diri,

Maut m erenggut daku pasrah."

Dengan spontan disam but oleh Lalu Mangi:

"M engapa aku m em aksa dinda, Peribadiku tersungkur keLem bah Hina, Padam u ju a tem pa t bergantung ."

M ereka saling tangisi di tepi Buen Lajenre. Air m ata kedua in­san itu berlinang dan ja tu h ke dalam Buen Lajenre. Air Buen L a­

jen re m eluap ke luar. U ntuk kesekian kalinya Lala Ila menem - bang lawas.

"Padam u ju a ha tiku pasrah, Hasrat cintaku kau sia-siakan,

Duhai banyak insan ingkar jan j i ."

Dijawab lagi oleh Lalu Mangi:

"Tiada lagi masalah bagiku, K eyakinanku sudah m antap ,M ungkin natim u masih goyah.

Karena keharuan yang m endalam , kepala gadis itu ja tu h terku- lai di haribaan kekasihnya. Jemari Lalu Mangi mengelus-elus ram- but kekasihnya yang panjang terurai. Mereka berdekapan . Rasa cinta suci mengalir ke sekujur tubuh insan yang berkasih-kasihan itu. Air m ata m ereka tak bisa d ibendung lagi. Sepasang bayangan tercermin di kolam.

9) Law as = salali satu b e n tu k sastra lisan trad is io n a l S um baw a.

135

'Besok malam k u je m p u t kau kekas ihku ," ucap Lalu Mangi setengah berbisik. Lala IIa m enganggukkan kepalanya , tanda se- tu ju . Air m ata harum terus m erem bes ke luar. Ketika malam telah larut barulah Lala IIa meninggalkan tepian Buen Lajenre. Dalam perja lanan pulang gadis itu d item ani Nini Saje.

A khirnya tibalah hari yang dinantikan. Salampe tam pak me- nunggang kuda coklat keh itam -hitam an m em bonceng Lala IIa.

"M engapa Lalumu tidak nam pak Salampe?""S eben tar ia akan m enyusul kita Lala."Lala IIa m enengok ke belakang. Sepi. Tiada seorang pun yang

melintas. Perasaannya redup. H arapannya pudar. Mereka tiba di pelabuhan. Lala IIa dinaikkan ke atas perahu. Diterima oleh Daeng Joge. Lala IIa disuruh berdiri, uang d i tum pukkan setinggi badan- nya. Uang itu diserahkan kepada Salampe. Menangislah Lala IIa dan meneteslah air mata. Salampe, tak sanggup m enahan kese- d ihannya m enyaksikan nasib malang yang m enim pa Lala IIa. Daeng Joge tersenyum simpul karena siasat yang d irencanakannya berhasil. Dia m endekati Lala IIa dengan b u jukan dan rayuan. Mengertilah Lala IIa kalau dirinya masuk perangkap. K em udian ia m enelungkupkan badan , sembari menangis. Ia m eron ta - ron ta dan tangisnya semakin melengking. Salampe berdiri di tepi pantai.

"Sungguh baik benar hati Lalumu itu, sampaikan padanya La- was ini: Suara ha tiku yang terakhir.

Meski segalanya ini kupasrahkan padam u,Kalau kanda beralih keyakinan,Rela kum ati dari h idup menanggung m alu ."

Perahu pun m engem bangkan layar. Lala IIa m eron ta - ron ta dan berteriak:

"Tolong aku Salampe. Jem put aku kekasihku ."Tiba-tiba tu run hujan deras dan angin kencang. Alam pun ge-

lap gulita. Perahu Daeng Joge miring. Layar robek-robek. Badai semakin menggila. Perahu diempaskan arus dan te rd am p ar di- atas batu karang.

Tem pat perahu itu kandas sekarang m enjad i sebuah pulau kecil, yang bernam a dan terletak di Selat Alas.

Dan hingga saat ini m ata air Buen Lajenre tak pernah mengalami kekeringan, walaupun dalam musim kem arau yang amat panjang. Hai itu disebabkan karena air Buen Lajenre itu m erupakan penjel- maan air m ata Lalu Mangi dan Lala IIa.

Sedangkan Lalu Mangi mengalami kesengsaraan yang berkepan- jangan dan meninggal dunia dalam keadaan yang m enyed ihkan . Pusaranya terle tak di Unter Kemang di bagian barat desa Lantung Aimual.-

136

15. SARI BULAN*).

Kem ewahan belum tentu m em berikan kebahagiaan. Dan ke- bahagiaan belumlah pasti m erupakan kem ew ahan. Hal seperti itu dirasakan oleh Datu Panda 'i , pu te ra m ahko ta suatu kerajaan di daerah Sumbawa bagian tim ur. K em ew ahan istana serta segala pelayan istimewa buat dirinya tak m am pu menghilangkan duka cita yang selalu diderita.

Pada suatu malam Datu Panda'i bermimpi. Mimpi itu sangat m em pengaruhi jiw anya. la berm im pi mengawini seorang putri yang bernam a Sari Bulan. Putri itu cantik jelita. Inilah yang meng­ganggu jiw anya. la selalu sangsi, apakah ia akan m endapa tkan hal seperti itu dalam alam nyata.

Maka segala daya upaya un tuk m enenangkan hati d iikhtiarkan, te tapi tak ada ja lan lain kecuali m em pero leh gadis serupa dengan gadis yang dikawininya dalam mimpi. Karena itu dipersiapkanlah suatu armada yang kuat dan kokoh. Datu Panda'i sendiri tu ru t ser­ta dalam rom bongan sebab tak m ungkin armada akan m em peroleh gadis yang dimaksud tanpa m engetahui wajah gadis yang dicari.

Dalam perja lanan armada pencari gadis Sari Bulan m em akan waktu cukup lama. Puluhan kali m ereka kehabisan bekal. Ratusan Selat dan laut yang telah m ereka layari. Banyak gadis yang berna­ma Sari Bulan, te tapi syarat-syarat yang diidamkan oleh Datu Panda'i belum memadai. Ada yang putih kuning be ram bu t panjang te tapi celaka karena gadis itu m enderita kudis.

U ntunglah para awak perahu tergolong manusia petualang yang tangguh baik pisik mau pun mental. Entah berapa m antera yang sudah diucapkan dan berapa biaya telah d iham burkan untuk m em bua t sesajen di tem pa t- tem pa t keram at serta m em ohon berkah kepada arwah nenek moyang. Perjalanan masih jau h , te tapi apa boleh buat. Idaman Datu Panda'i belum tercapai.

Pada hari yang ke 672, perahu kembaii kehabisan air. Rom bong- an berusaha mencari pantai terdekat. D idekatinya pantai yang mi- rip sebuah pelabuhan dan dihuni oleh banyak manusia. Awak pe- rahu d itu runkan . Mereka ditugaskan mencari air minum. Berkat

*) D ite ije m a h k an dari ceritc ra fa k y a t b e rb ah asa daerah Sum baw a (S um aw a).

137

takdir Tuhan m ereka m enem ukan sum ur um um . Airnya bening. Kancing yang ja tu h ke dalam sum ur kelihatan dengan jelas. Kea- daan sekeliling sumur itu sepi. Air ditimba dan dicicipi. Terasa sungguh nikm at.

Menjelang Asar terdengar cekikikan gadis-gadis. Mereka men- dekati sumur un tuk mengambil air. Kian dekat m ereka tam pak makin jelas dari balik semak dan pagar keliling. Melihat orang asing mereka merasa cemas, te tap i m ereka bekerja terus. Periuk diletak- kan m enanti giliran m enimba.

Mereka tam pak cantik, m o n to k , manis, sehat dan remaja. Tam paknya tak layak sebagai pencari air. Awak perahu terpesona. Mereka kagum m em andang gadis-gadis itu. B ibirnya terasa kaku, lidah terasa kelu. Semua diam, lupa akan tu juannya . Demikian ju - ga gadis-gadis itu. Mereka pun sampai membisu.

Setelah regu pengangkut air kem bali dari perahu, barulah m ereka ingat akan tugasnya un tuk mencari pasangan hidup buat Datu Panda'i. Salah seorang awak perahu m em buka percakapan Dia berusaha keras menguasai diri. Agak lama b ibirnya bergerak- gerak. Dan dengan suatu getaran te r lon ta r kata-katanya.

"Kalian cantik-cantik semua ya?"Mendengar itu gadis-gadis itu tersenyum ."A dakah di kam pung kalian, gadis bernam a Sari Bulan?""O, ya, ada. Yang satu baru sebulan kawin. Sari Bulan yang lain

sebentar lagi datang juga mengambil air.""Benarkah itu?""Ada apa kalian dengan Sari Bulan? Apakah kalian m em punyai

pertalian darah?""Kami cuma ingin tahu ," jaw ab awak perahu m em bohong.Semua yang dilihat dan didengar diceriterakan kepada Datu

Panda'i. Ia diminta turun sebelum hiruk pikuk gadis pengangkut air itu mereda. Kecantikan gadis kam pung tersebut ingin dibukti- kan sendiri oleh Datu Panda'i. Ia turun dengan tidak m em baw a tanda kebesaran. Pada saat yang tepat, Datu Panda'i bertem u de­ngan gadis-gadis itu. Mereka datang dari arah kam pung , sedang Datu Panda'i dari laut. Seorang di antaranya dikawal oleh bapak- nya. Para awak perahu seorang pun tak ada yang buka mulut. Semua diam. Dan Datu Panda'i te rpaku , kagum m enikm ati kecan- tikan dan kem olekan gadis tersebut.

Suatu mimpi yang kini m enjadi kenyataan. Dalam hati Datu Panda'i bersyukur. Dengan diam ia mencari tem pat duduk di ben- jolan akar sebatang pohon yang terletak di dekat sumur.

Betapa pun jum lah biaya yang telah habis serta pengorbanan yang besar, kini idam annya ham pir terpenuhi. Tapi benarkah gadis itu bernam a Sari Bulan? Hal itu bukan lagi m enjadi persoalan. Paras dan kecantikanriya tepat seperti apa yang diimpikan. Siapa

138

pun nam anya tak akan m enjad i halangan. Tiba-tiba bapak gadis itu m endeka t ke sum ur dan berkata.

"Sari Bulan, bawa per iukm u ke mari!"M endengar nam a itu darah berahi Datu Panda'i tersirap. Datu

Panda'i merasa yakin bahwa dia tidak salah dengar. Dan sementara itu juragan Datu Panda 'i yang tahu tugas itu, langsung m elanjut- kan percakapan un tuk menghalau kesenyapan.

"Bapak, dapatkah bapak m enolong kam i?""Kalian terlalu sopan. Kalian dari m ana dan hendak ke mana?

Tak ada alasan bagi diri kami un tuk menolak kedatangan kalian ke kam pung atau ke rum ah kam i."

"T ujuan kami cuma satu, ya itu mencari pasangan hidup Datu P a n d a ' i . "

M endengar kata-kata itu tersirap darah sang bapak. Suasana kembali hening. Sementara itu suara timba terdengar turun naik. Ketika gadis yang bernam a Sari Bulan itu m engangkat periuk air, sang bapak m em persilakan m ereka dengan sangat serius. Bukan sekedar basa basi. Dari sinilah diawali suatu pergaulan, yang akh im ya m em berikan kebahagiaan kepada Datu Panda'i. la ber­hasil m em persun ting Sari Bulan, idaman hati yang dicapai dengan perja lanan panjang.

Tidak kurang dari 481 kam pung dan desa dari 120 pelabuhan telah dijelajah. Kini perkawinan Datu Panda'i dengan Sari Bulan diselenggarakan dengan meriah. Armada yang ditugaskan untuk m engangkut segala keperluan telah kembali m em baw a segala ke- bu tuhan . Kemeriahan sulit un tuk dilukiskan dengan kata-kata. Segala macam pertandingan diselenggarakan seperti gulat, pencak, kun tao dan segala macam permainan yang lain. Selama sebulan gong dan gendang ham pir selalu ditabuh orang.

Di atas segala kem eriahan itu, kebahagiaan Datu Panda'i tiada taranya. Sari Bulan pun demikian. Dahulu ia selalu dipingit dan di- kawal oleh ayahnya, te tap i kini ia bebas m endam pingi Datu Pan­da'i. Kebahagiaan m ereka ham pir tak terbatas. Kecintaan Datu Panda 'i pada Sari Bulan pun tiada berhingga. Demikianlah diceri- terakan.

Mereka hidup amat rukun dengan semua keluarga serta kaum kerabat. Dan Datu Panda'i tak ingin m em boyong Sari Bulan ke istana secepatnya. la selalu menenggang rasa pada semua keluarga Sari Bulan. Upacara tu juh bulan kehamilan Sari Bulan diselengga­rakan di rumah m ertuanya. Sejak ngidam, segala keinginan Sari Bulan dipenuhi dan diusahakan sedapat-dapatnya oleh Datu Pan­da'i. Kecuali suatu hal yang belum dapat dipenuhi oleh Datu Pan­da'i, yaitu m em berikan daging menjangan. Memang sulit. Daging m enjangan itu harus dicari kepulau-pulau rakit atau ke pulau Dewa.

139

Akhirnya tibalah saat Datu Panda'i harus m em baw a istrinya ke istana indah di negerinya. M ertuanya m emberi nasehat.

"Dalam perja lanan atau pelayaran, jangan sampai singgah di pulau Dewa. Apa pun yang terjad i."

Demikianlah pelayaran dalam suasana perihatin . Keinginan istrinya belum terpenuhi. Sari Bulan dalam keadaan hamil. Ter- lalu banyak perm intaan. Yang sangat berat adalah keinginannya un tuk m enikm ati daging m enjangan . Bahkan sampai menitikkan air m ata dan liurnya mengalir dengan deras.

Keadaan ini m elupakan Datu Panda'i akan nasehat m ertuanya. Cinta dan kasih sayang terhadap Sari Bulan tak ada yang me- nandingi. Datu Panda'i m em utuskan un tuk m em buru m enjangan di pulau Dewa. Dan perahu pun berlabuhlah di salah satu pantai pulau itu. Datu Panda'i pun dengan segenap peng ikutnya tu run ke darat. Tinggal Sari Bulan seorang diri.

Tersebutlah , bahwa penghuni pulau Dewa adalah para Jin, setan dan iblis, dengan segala macam kelicikan-kelicikan dan keja- ha tannya. K onon di daerah pelabuhan tem pat Sari Bulan berlabuh, term asuk dalam wilayah kekuasaan mereka.

Di antara penduduk pulau tersebut te rdapa t pula m akhluk yang bernam a Doro dan pelayan pe rem puannya bernam a Kunti. Segala macam pekerjaan dikerjakan oleh K unti demi u n tu k Tuan- nya. Kunti adalah gadis iblis dengan sifat-sifatnya yang amat b u ­ruk.

Konon dengan berlabuhnya perahu Datu Panda'i dengan Sari Bulan m enim bulkan banyak keanehan-keanehan di atas pulau itu. Para iblis saling berebu tan rezeki. Air amat sulit didapat. M enja­ngan pun demikian pula. Apa lagi un tuk m enangkapnya. Daerah di sekitar pe labuhan itu yang terdiri dari telaga dan perigi semua bersinar oleh cahaya kecantikan Sari Bulan. K unti ragu-ragu, dan d ihem paskannya periuknya ke tanah. Kunti berkhianat, tak m ung­kin dirinya yang berseri-seri itu menjadi seorang pelayan. Pada p en d apa tnya sangat pantas kalau ia m enjadi seorang permaisuri. Dia kembali ke tem pat Doro tanpa m em baw a setetes air pun. Doro bersungut, dan mengganti periuk Kunti dengan yang baru. Sekali ini pun Kunti berbuat yang sama. Periuk dipecahkan. Kunti enggan m engangkut air dan m enjadi pelayan. Tak mau lagi ia menjadi pelayan Doro. Tapi Doro tak kehilangan akal. Diganti- nya periuk Kunti dengan Lenong P erum pung1- agar tak bisa pe- cah.

Betapa kesal hati Kunti dengan perlakuan ini. Tanpa banyak pikir lagi, Kunti kembali berkhianat. Lum pang kulit itu dijadikan- nya sampan. Kemudian d ikayuhnya m enuju perahu di kejauhan.

1) L enong P e ru m p u n g , adalah a la t u n tu k m en g am b il air yang te rb u a t dari k u li t .

140

Perahu itu adalah perahunya Sari Bulan yang sedang ditinggalkan oleh suaminya. Dan sampan lumpan itu pun m endekati perahu.

"Perahu siapa ini," teriak Kunti dari bawah."Perahu Datu Panda 'i , suam inya Sari Bulan," jaw ab Sari bulan

dari atas perahu."Kau sendirian?" tanya Kunti sambil m em endam rencana ja-

hat. Dalam sekejap, Kunti berhasil menaiki perahu. Tanpa banyak bicara Kunti m eram pas semua milik perahu. Dan terjadilah pere- butan k e d u d u k an , kedudukan sebagai permaisuri Datu Panda'i.

A khirnya Sari Bulan yang sedang hamil itu pun tak kuasa mela- wan iblis. la cuma m enyerahkan diri kepada Yang Maha Kuasa. Semua keadaan diter im anya dengan tabah. Sungguh mengerikan. Kedua mata Sari Bulan dicungkil oleh Kunti. Dalam keadaan tak berdaya, Sari Bulan digelindingkan ke laut. Kunti merasa puas dengan keadaan itu. R am bu t Sari Bulan yang panjang dan mena- rik itu, tersangkut pada kem udi di dalam air. Dalam kekuatiran K unti pun m enyusun siasat baru. Pokoknya, Kunti harus dapat m enggantikan kedudukan Sari Bulan sebagai permaisuri Datu Panda'i. U ntuk itu segala macam perhiasan yang dibawa oleh Sari Bulan d icobanya satu demi satu, nam un tak berhasil. Sari Bulan indah rupaw an, sedangkan kun ti berm uka jelek.

Kini diceriterakan Datu Panda'i kembali dari perburuan dan hanya m em pero leh seekor anak menjangan. Daripada tidak sama sekali, lebih baik m em baw a hasil demi untuk m em enuhi keingin- an Sari Bulan yang sedang hamil.

Suasana di perahu tam pak tak teratur. Keadaan yang tidak se- m estinya itu, m enim bulkan rasa curiga pada segenap awak pera­hu. Demikian pula Datu Panda'i. Awak perahu cemas. Apa yang terjadi, tiada yang m engetahui secara pasti. K eterkeju tan Datu Panda:i je las pada wajahnya. Dia m enjadi heran. "Apakah Sari Bulan berubah wajah? Sari Bulan m enjad i burukrupa? Tak m ung­kin! Ah k u tu k a n ? " katanya dalam hati.

Kini ia teringat akan nasehat m ertuanya , agar tidak singgah di pulau Dewa. Untuk sementara Datu Panda'i m enerim a kejadian ini dengan rasa malu yang berkecam uk dalam dada.

"B etapa nanti ocehan para p enyam bu t di pelabuhan. Berke- lana ja u h cuma m endapa tkan istri yang buruk sejelek ini." Itulah yang dipikirkannya.

A khirnya diceriterakan, kapal berlabuh di pelabuhan kerajaan. Para p en y am b u t m em enuh i darmaga. Rasa malu pada Datu Pan­da'i kian m em benam . Tak sepatah kata pun yang keluar dari m ulu t Datu Panda'i. Sedang Kunti permaisuri haram itu, sebaliknya amat bertingkah. Tak mau tu run tanpa diusung di atas tandu. Kereta tak laku buat Kunti. Usungan harus di atas pundak dua belas pengawal. Akan halnya Datu Panda'i yang ketika w ak tu berangkat

141

t iada riang, kini ju g a dalam keadaan seperti semula. Tak ada rasa bangga lagi seperti ketika bersanding dengan Sari Bulan.

Mencari, idaman dan m enyusuri dunia dalam pengem baraan yang panjang hanya m em pero leh Kunti yang buruk. K u tukankah ini, atau cobaan? Datu Panda 'i tidak m engetahuinya. Hatinya ru- sak tiada berobat. la ingin sekali m elupakan semuanya.

Maka akhirnya Datu Panda'i menjadi pen judi tingkat tinggi. Pacuan kuda, sabungan ayam dan sederet macam aduan yang lain digaulinya. H arta kerajaan istana tak luput tergadai. Untunglah tak sampai m em bangkru tkan rakyatnya. Pada pelayaran Datu Panda'i dari pulau Dewa ke pelabuhan kerajaan, dengan tak di­ketahui terseret tubuli Sari Bulan yang tak sadar akan dirinya lagi. Kedua m atanya berongga tak berbiji. Dalam keadaan hamil, Sari Bulan terlepas dari sangkutan kem udi, dan langsung diselamatkan oleh kerang raksasa. Dengan kerang raksasa itu, Sari Bulan terbawa om bak dan te rdam par di pantai. Sari Bulan m elahirkan anaknya di pantai dalam keadaan tak sadar.

Selanjutnya dikisahkan Sari Bulan bersama anaknya yang ber­nam a Aipad hidup dalam segala kem elaratan . Hingga Aipad bisa berjalan dan berbicara, nasib m ereka tidak berubah. M ereka anak beranak hidup dari hasil matila.

Kefang raksasa yang m enye lam atkannya dalam pelayaran tak lama hidup. Kulitnya dijadikan tem pat berteduh . Sari Bulan de­ngan anaknya tak sanggup m em bangun.

Pada suatu hari sebagaimana biasa, Aipad kembali matila kepada seorang tak dikenalnya. D im intanya seekor ikan yang terbesar di antara ikan-ikan lain. Nelayan te rsebu t diketahui sebagai keluarga yang tak m em punyai anak. la sangat senang dan sayang pada Ai­pad. Tapi Aipad tak pernah mau tinggal bersam anya, dan malah- an Aipad merahasiakan tem p a t tinggalnya.

Konon dari peru t ikan yang diberikan oleh nelayan m andul tersebut, Aipad m enem ukan kedua biji m ata ibunya. Ibunya kembali seperti sediakala dengan m em asang kedua biji m ata itu. Dan kejadian ini dicerite rakannya kepada nelayan itu. U ntuk m em balas jasa baik nelayan tersebut, Aipad m enaw arkan diri bersama ibunya un tuk mengabdi kepada keluarga tersebut.

Betapa girangnya nelayan itu. la telah m em pero leh dua orang murid. Selama ini ia sangat m endam bakan kehadiran seseorang anak di tengah-tengah rumah tangganya. Dari kejadian ini di- ketahuilah nama nelayan itu. la bernam a Tangko.

Setelah Aipad bersama Sari Bulan berada di keluarga nelayan itu Tangko m enjadi amat bahagia. Rezeki m enjadi murali. Aipad sangat dimanjakan. Kegeinaran Aipad yang utam a adalah pacuan kuda, sedang Sari Bulan m em buka usaha sulam m enju lam . Hasil karyanya m em ang indah. Latar belakang h idupnya semua diceri-'

142

terakan kepada Tangko, karena itu Tangko bangga dan bahagia.Biarlah, kita akan melihat bagaimana peijalan h idup dengan

sang nasib ," kata Tangko m enyam bung ceritera Sari Bulan. Ketika ceritera itu d iucapkan Sari Bulan, Aipad sedang asyiknya bertaruh pada suatu perlom baan pacuan kuda yang terbesar di daerahnya.

Begitulah. Beberapa pacuan dan perlom baan selalu diikuti oleh Aiapad. la ham pir tak pernah kalah. Aiapad sangat teliti m eme- lihara kuda. T em pat m em andikan kuda pun tersendiri pula. B e ­berapa tahun kem udian , terdengarlah berita bahwa kerajaan akan m engadakan suatu pacuan kuda secara meriah dengan taruhan yang amat besar. Taruhan te rendah adalah sepasang kerbau. Aipad be rke te tapan hati un tu k iku t serta. Apa pun yang terjadi perlom- baan itu adalah perlom baan luar biasa.

Pem besar-pem besar istana ham pir semua tu ru t serta. Karena semua orang m aklum bahwa taruhan raja adalah m ahkotanya . Kekalahan raja berarti m ah k o ta berp indah , dan sebaliknya yang kalah jad i budak istana, dan harta bendanya lenyap.

Demikianlah pacuan kuda dimula. Banyak hati dicekam debaran hati yang kuat. Berbagai m antera dan doa berseliweran diucapkan. Dan, Yang Maha Kuasa bertindak lain. Banyak orang m em b u n u h diri karena kalah.

Kuda Aipad meringkik terus menerus. Penon ton m enjad i heran di panggung kehorm atan . T imbul keanehan. Kuda Aipad yang senang meringkik itu, suaranya aneh.

"Huiiihiiihiii ... abeaaaak he ke hua hapaaa... hapaaaaahe ke huaaaaa abaaaak !"

"A hek ," ka ta Aiapad pada tem annya. "A neh k u daku , ada apa ini? Apa yang akan terjadi?"

Pihak raja dan pem besar-pem besar pun terpaku dan merasa khawatir. Dalam hati m ereka bertanya , m enanyakan apa yang akan terjadi. Dan akhirnya perlom baan dimenangkan oleh Aipad. Tapi ia tidaklah segembira Tangko ayah angkatnya.

"Aipad jad i raja. Aipad jad i Datu. Anak tidak tahu Bapak. Bapak tidak mengenal anak, "terial Tangko di arena. Datu Pan- da'i pucat. Penentuan acara penyerahan m ah k o ta d ium um kan oleh Perdana Menteri, bahwa yang m enang adalah Aipad anak Tangko. la d iharapkan hadir bersama seluruh keluarganya di istana nanti malam.

Selayaknya sebagai pemenang, Aipad bersama ibu berangkat ke istana dengan segala keindahan yang dapat d ijangkaunya.

Pada kata penerimaan Aipad sebagai Datu, raja baru , Aipad m em perkenalkan seluruh keluarganya dan ten tang Sari Bulan — ibunyalah yang lebih banyak diceriterakannya. Tak ayal lagi, Panda 'i m enitikkan air bahagia dan haru. dan, semua hadirin dan rakyat bersuka ria dengan amat puas. Kembalilah Datu Panda 'i

143

hidup rukun bersama anaknya yang berhak m enjad i raja dan Sari Bulan kem bali m enjad i istrinya. Sungguh kekalahan yang n ikm at bagi Datu Panda'i . U n tuk m engenang jasa dan je r ih payan Tangko, bapak angkatnya, yang mem elihara dalam kasih sayang seorang bapak, m aka Aipad m em utuskan un tu k mengganti nam a kerajaan m enjad i kerajaan Tangko. Akan halnya K unti, yang m engkhianati Sari Bulan, oleh A ipadd ihukum dalam sum ur yang dalam. Kunti m eringkuk dalam sum ur yang te r tu tu p rapat. Cuma sebatang bu- luh buat saluran pernapasan. Dan Kunti mati dalam sum ur ter- sebut.

Kulit kerang raksasa yang m enyelam atkan Sari Bulan, hingga saat ini masih d item ui di tem pat ceritera ini terjadi, di sebelah Kecam atan Empang. Demikian juga dalam Tangko, Aipad, Sari Bulan dan pulau Dewa, masih dapat kita saksikan.

144

16. INDRA ZAMRUD.*)

D iceriterakan N cuh i1) Dara merasa sangat kesepian karena pu tra angkatnya yang bernam a Indra K um ala hilang di sungai Oi- Mbo. K arena itu Ncuhi Dara teringat kepada Indra Zam rud, sau­dara Indra K um ala, dan bernia t un tuk m em inta kembali anak itu.

Semula Indra Zam rud dan Indra K um ala hidup bersama dalam asuhan Ncuhi Dara. Tetapi karena perm intaan yang sungguh-sung- guh dari Ncuhi D orow oni yang tiada berpu tra itu, Ncuhi Dara m em enuh inya . Dan d iserahkannyalah Indra Zam rud kepada Ncuhi Dorowoni. Tetapi sekarang d im intanya kembali.

Dem ikianlah agar te roba t hati Ncuhi Dara setelah Indra Zam rud berada dalam lingkungan keh idupannya kembali. Bahkan lama- kelamaan rasa sepi atas kehilangan Indra K um ala tercinta, lenyap, sedikit demi sedikit. Hal itu disebabkan oleh karena persam aan Indra bersaudara itu.

Setelah berada kembali bersama Ncuhi Dara, pada suatu hari timbul keinginan Indra Zam rud un tuk pergi berburu ke Soule. Ncuhi Dara m erestui perm in taan itu dan m em beri tahu Indra Zam- rud bahwa daerah pe rbu ruan yang direncanakan itu termasuk dalam kawasan Ncuhi Kolo. Dan apabila dalam perburuhan itu mengalami hal-hal yang tidak diingini, hendaknyalah m em in ta ban tuan kepadanya.

Dan tibalah hari yang direncanakan. Segala peralatan dipersiap- kan. Tom bak, parang serta bekal secukupnya telah tersedia. Dan berangkatlah Indra Zam rud ke daerah perburuan itu.

Lama m ereka m enjelajahi padang perburuan , tetapi tak seekor binatang pun yang terlihat. A khirnya Indra Zam rud te rdam par di suatu desa. Daerah ini adalah daerah Kolo yang dim aksud oleh Ncuhi Dara. K arena haus dan amat payah, Indra Zam rud langsung mencari rum ah Ncuhi Kolo. Di rumah Ncuhi Kolo rom bongan melepaskan rasa haus dan letih. Setelah lama beristirahat, t imbul keinginan Indra Zam rud un tuk mandi di suatu telaga di dekat

*). D iam bil dan d ite r je m a h k a n dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa daerah Bim a.1). N cuh i = orang yang m en g ep ala i suatu w ilayah te r te n tu . (L ih a t c er ite ra ra k y a t

D aerah N .T .B . Th. 1 9 7 8 /1 9 7 9 , hlm . 182).

145

perbuk itan yang pernah dijum pai sewaktu m enuju desa Kolo ini. Keinginan itu d ikem ukakan kepada Ncuhi Kolo.

"Ncuhi, anakda berhasrat un tu k m andi di telaga, di pe rbuk itan itu. Apakah boleh dan diiz inkan?"

M endengar perm in taan yang agak m engeju tkan hatinya, berka- talah Ncuhi Kolo.

"Sebenarnya, telaga di pe rbuk itan yang ananda ju m p a i itu, suatu pemandian. Tetapi tiada semua orang d iperbolehkan mandi di telaga itu. Telaga itu m erupakan pem andian dan tem pat ber- cengkerama para bidadari dari kahyangan. Sekali seminggu, ketika dini Ilari m uncullah m ereka dan sebelum m atahari terbit, m ereka sudali kembali. K arena itu kurang wajar, apabila ananda berm ak­sud mandi di tem pat itu. Nam un j ika hanya un tuk m elepaskan lelah dan bermain-main, pergilah."

Mendengar penjelasan Ncuhi K olo itu, makin timbul keinginan- nya un tuk melihat dan m enyaksikan sendiri para bidadari itu dan melihat perilaku m ereka di telaga. Kini Indra Zam rud tiada tenang m enanti saat para bidadari akan tu run ke telaga, mandi dan ber- suka ria.

A khirnya tibalah hari yang dinantikan. Semalam-malaman Indra Z am rud tiada tidur, m enanti saat dini hari, agar berada di dekat telaga sebelum para bidadari datang.

Akhirnya ia berhasil. Jauh sebelum dini hari, Indra Zam rud sudali berada di tepi telaga. la bersem bunyi di antara rum pun semak, m enanti dengan hati berdebar k arena ingin segera m e n y ak ­sikan apa yang akan terjadi di telaga itu.

Tibalah saatnya yang dinanti. Dari jauh , sayup-sayup terdengar r iuh-rendah tertaw a ria ke tu juh bidadari itu. Makin lama semakin dekat. A khirnya Indra Zam rud dapat melihat kehadiran mereka.

Dengan penuh kelincahan para bidadari tu run satu demi satu di tepi telaga. Suasana sunyi sepi berubah menjadi riuh-rendah, ramai oleh sendau gurau k e tu juh bidadari itu. Jan tung Indra Zam­rud berdebar kencang ketika melihat kecantikan mereka. Lebih cantik dari apa yang ia bayangkan sebelumnya. Debaran jan tu n g semakin keras tatkala melihat ke tu ju h bidadari itu satu demi satu melepaskan pakaian dan satu demi satu te r jun ke air telaga yang je rn ih itu. Makin ramailah suasana dini hari dipenuhi oleh suara cengkerama dan suka ria para bidadari yang sedang mandi. Mereka saling sembur dan berenang kian kemari. Muncul berbagai pikiran dalam hati Indra Zamrud. Bagaimana dan kapan ia harus bertindak un tuk m elaksanakan rencana yang sudali d ikhayalkannya sejak semula. D itahannya hatinya, menunggu saat yang baik un tuk se- gera bertindak.

A khirnya saat yang dinantikan pun tiba. Selagi asyiknya para bidadari bercengkeram a dan bersuka ria, Indra Zam rud merayap

146

perlahan-lahan dan penuh hati-hati m endeka ti tem pat tersangkut- nya pakaian mereka. Sebuah selendang dan sepasang pakaian cepat diraihnya, lalu kembali ke persem bunyian semula. Dan menunggu apa yang akan terjadi.

Fajar mulai m enghilang di upuk timur. Sebentar lagi m atahari akan terbit. Sadarlah para bidadari bahwa saatnya akan kembali telah tiba. Mereka berebu tan ke luar dari telaga un tuk mengambil pakaian dan mem asang selendang masing-masing. Satu demi satu mulai terbang.

Malang bagi yang seorang, ia tidak kebahagian pakaian. Mungkin ia m ele takkan paka iannya di tem pat lain. la berpikir. D icarinya ke sana ke mari, tetapi tidak bersua. Tak m ungkin pula terbawa oleh saudara-saudaranya. A taukah ada m anusia yang telah mencurinya. Tetapi juga tidak mungkin, karena selama ini tem pa t itu t idak di- ketahui oleh seorang m anusia pun.

Matahari pun terbit. K arena pu tus asa ia pun bersim puh di tepi telaga, lalu menangis sejadi-jadinya. Melihat kejadian ini, timbul rasa hiba Indra Zamrud. Perlahan-lahan ia bangkit sambil men- jin j ing pakaian tadi, dan perlahan-lahan pula ia m endekati Sang Bidadari. Betapa te rk e ju tn y a bidadari itu m elihat seorang laki-laki gagah m endeka tinya , sambil m em baw a pakaian yang hilang itu. N am un timbul rasa malu yang amat sangat setelah m enyadari diri- nya dalam keadaan te lanjang di hadapan lelaki itu. Tanpa sepatah kata Indra Z am rud m enyerahkan pakaian itu kepada pemiliknya. Semula pem berian itu ditolak, nam un karena malu yang teram at sangat terpaksa pakaian itu diambil lalu dengan cepat dikenakan- nya.

Setelah selesai semuanya te rnya ta selendangnya tak ada. Dan mengertilah dia, apa m aksud lelaki itu. Pasti selendang itu telah d isem bunyikannya, supaya ia tak dapat m enyusul saudara-saudara- nya terbang.

Dengan penuh kesabaran, Indra Zam rud berhasil m engajak sang bidadari bersama-sama ke rum ah Ncuhi Kolo, kem udian pulang ke tem pat tinggalnya di rum ah Ncuhi Dara. la berm aksud mem- peristri bidadari itu.

Setiba di rum ah Ncuhi Kolo , Ncuhi sangat te rke ju t bercam pur gembira m elihat Indra Zam rud datang bersama seorang wanita cantik rupawan. A khirnya Ncuhi Kolo mengerti setelah menerima penjelasan dari Indra Zam rud, m engapa ia hilang semalam dan siapa putri yang dibawanya itu.

Ncuhi Kolo segera m engum pulkan orang un tu k m engantarkan Indra Zam rud bersama bidadari itu ke tem pat Ncuhi Dara. Bida­dari itu bernam a Putri Fari Dewa Tia.

Berhubung tem pat Ncuhi Dara sangat jau h sedangkan Putri Fari tidak kua t berjalan, maka dibuatlah sebuah usungan u n tu k meng-

147

usung sang putri. Dan diantarlah beramai-ramai oleh abdi Ncuhi Kolo di bawah pim pinan Indra Z am rud sendiri. Hari panas terik dan angin tiada berhem bus, ta tkala rom bongan pengantar itu tiba di suatu lem bah yang dilindungi bukit-bukit . T em pat itu bernama Sori K empa, term asuk wilayah So Ule. Indra Z am rud pun meme- r in tahkan agar rom bongan beristirahat di lembah itu sambil me- nanti ted u h n y a sinar matahari. Sang Putri d i tu runkan dari usung- an, dan d i tun tun ke bawah r im bunan pohon , sedang para pengiring m encari tem p a t ber teduh sendiri-sendiri.

Dengan tidak disangka-sangka, di saat Indra Zam rud serta pe- ngiringnya lengah bidadari itu tiba-tiba melarikan diri, lenyap di r im bunan hu tan di celah bukit, tidak jau h dari tem p a tn y a b e r te ­duh. Bertebaran lah para pengiring dan para abdi dan segera menge- pung celali bukit itu un tu k m en d ap a tk an kembali sang bidadari itu. Dan nyata cara ini berhasil. Sang Bidadari belum berapa jau h melarikan diri. Ternyata tiada ja lan keluar baginya akibat penge- pungan itu. D ijumpailah sang pu tr i sedang duduk bersedih di suatu mata air, dan akhirnya te rbu juk un tuk kembali. Cepat-cepat para abdi m eny iapkan kembali usungan un tuk segera m elan ju tkan per­

jalanan.

Sesampai di tem pat Ncuhi Dara, be tapa gem biranya Ncuhi Dara suami istri, m elihat apa yang dibawa oleh Indra Zam rud dari liasil perburuan. Seorang bidadari cantik rupawan, dan ia bertam bah gembira pula m endengar rencana Indra Zam rud bahwa bidadari itu akan dijadikan istrinya- Karena upacara pern ikahan pun diseleng- garakan.

Dalam m enjalani kehidupan yang serasi, tibalah saatnya Putri Fari m erasakan adanya hasil dari perkawinan mereka. Putri Fari mengandung. Dan tatkala waktu melahirkan tiba, lahirlah seorang anak, putr i cantik jelita , m enyam ai kejelitaan Putri Fari sendiri. Dan sang anak be rum ur kira-kira delapan bulan, tiba-tiba timbul keinginan Putri Fari un tuk m enikm ati hati m enjangan hasil buruan Indra Zam rud sendiri. D iu tarakan keinginan itu kepada Indra Zam ­rud. Demi menghargai keinginan Putri Fari maka tanpa berpikir panjang lagi, dipersiapkanlah perlengkapan berburu , lembing, p a ­rang beserta anjing perburuan . K em udian berangkatlah Indra Zam- rud ke padang perburuan.

Lama nian kepergian itu dan bertekad tidak akan kembali se­belum apa yang m enjadi idaman Putri Fari diperoleh.

Ada pun ten tang Putri Fari, un tu k mengisi kesepian ta tkala di- tinggalkan oleh Indra Zam rud dim intainya para inang pengasuh un tuk m enghibur dengan tari-tarian. Di saat seperti ini ramailah suasana, lenyaplah kesepian dan buat sementara terlupalah k e p e r ­gian Indra Zamrud.

148

Ketika yang hadir m enyaksikan tarian para inang dengan asyik, maka tiba-tiba berkata lah Putri Fari Dewa Tia.

'T a r ia n kalian ke liha tannya kurang indah un tu k kita yang hadir ini. Jika sekiranya kalian ingin m enyaksikan tarian yang paling indah aku dapat m em p er tu n ju k k an n y a . Tapi agar aku dapat mem- baw akannya dengan baik, seharusnya aku m em akai kudung dan selendangku yang asli."

Semua yang had ir ing in -m enyaksikan tarian itu. Salah seorang dayang-dayang m en y erah k an kudung dan selendang yang selama ini d isem bunyikan di tem pa t yang sangat dirahasiakan oleh Indra Zamrud. H anya dayang-dayang itulah yang m engetahuinya. Oleh karena putri Fari merasa sangat gembira m enerim a benda yang d idam bakannya. Saudara-saudaranya terbayang seketika. Terba- yang pula negeri asal dan kehidupan masa lalunya. Setelah di- terima, segera dipakai dan ia mulai menari. Menarikan suatu tarian yang lain dari biasanya. Sekali-sekali ia kelihatan melayang m e­ninggalkan tem p a tn y a berpijak. Tiga kali m encoba keam puhan selendangnya dan te rnya ta masih seperti dahulu. Masili cukup kuat d ipergunakan un tuk melayang. Terheran-heran para hadirin me- nyaksikan apa yang dilakukan oleh Putri Fari Dewa Tia. Tiada seorang pun yang m enyangka bahwa pada suatu saat Putri akan m elayang pergi meninggalkan m ereka buat selama-lamanya.

Pada saat percobaan yang te rakhir tiba-tiba Putri Fari m encabu t cincin yang dipakainya, dan berkata pada yang hadir.

"U n tuk kalian ketahui, bahwa kini tibalah saatnya aku pulang kembali ke negeri asalku, Kahyangan. Sebenarnya berat rasa hati- ku u n tu k meninggalkan kalian, te ru tam a Indra Z am rud dan putri- ku tersayang. Tetapi apa hendak dikata. Daku telah lama rindu akan saudara-saudaraku, orang tuaku dan keluarga serta negeri asalku. K arena aku akan pergi, simpanlah cincin ini buat suami dan putr iku. Nanti sekali waktu tanpa kalian ketahui, aku akan datang m en jenguknya , setelah terbenam m atahari dan sebelum fajar, aku kembali. Di saat-saat kehadiranku itu, buny ikan lah genderang per tanda aku berada di lingkungan kalian. Dan sampaikanlah ke- pada suamiku apabila ia berkeinginan mencari aku, usahakanlah m encari seikat merang hijau, dan seekor langau un tu k dibawa dalam perjalanan. Asap m erang hijau yang harus d ibakam ya akan m em b an tu dalam perjalanan, sedangkan langau akan m enjadi p e n u n ju k ja la n n y a ."

Setelah berakhir kata-kata itu, terbanglah Putri Fari ke alam bebas, makin lama makin jauh , dan akhirnya hilang dari pandang- an.

Semua yang hadir m enjad i panik m enyaksikan kejadian yang tak disangka-sangka itu. Apa yang harus d iperbuat te rhadap putri kecil yang kini ditinggalkan dan bagaimana pula caranya m enyam -

149

paikan berita ini pada Indra Zamrud.Di saat Indra Z am rud kembali dari berburu , m endeka tlah Ncuhi

Dara, kem udian dengan penuh pert im bangan dan hati-hati me- n y a m p j ik a n apa yang telah terjadi serta segala pesan putr i Fari d isampaikan oleh Ncuhi Dara, ju g a cincin peninggalannya.

Setelah Indra Z am rud mengerti semua yang terjadi segera ia m engusahakan tem an dalam perja lanannya, agar istri dapat di- tem ukan kembali. Di tengali kepulan asap m erang hijau yang di- bakarnya, dimulailah perja lanan itu dengan didampingi oleh se- ekor langau, sedangkan cincin peninggalan istrinya itu dipasang di

ja rinya.Lama dan jau h nian perjalanan yang d item puh, nam un ia tiada

berpu tus asa.Pada suatu hari, sampailah Indra Zam rud pada suatu kebun

yang sejuk dirimbuni pepohonan . Di tengah kebun itu dijumpai- nya sebuali sumur. K arena haus dan dahaga yang tiada terkira di- dekatinya sumur itu dengan m aksud mencari pelepas dahaga.

Setelah haus dan dahaganya hilang, duduklah Indra Z am rud di bawah sebatang pohon, dekat sumur itu. Tiada berapa lama ke­m udian terlihat olehnya seorang wanita datang mengham piri sum ur itu dengan sebuah periuk di atas ju n jungannya . Setiba di sum ur wanita itu te rkeju t, karena melihat seorang lelaki duduk di bawah pohon dan dengan tenang m em andang ke arahnya. Wa- nita itu m ele takkan periuk dekat sum ur dan mulai menimba. Melihat keadaan, dengan segara Indra Z am rud menyapa:

"Janganlah kiranya adik te rke ju t karena aku terpaksa mengajak- mu berbicara. Aku hanya ingin tahu, apakah di dekat tem pa t ini te rdapa t desa atau pun kam pung?"

"Benar dugaan tuan ," jaw ab wanita itu. "Negeri kami nam anya K ahyangan , dan diperintah oleh seorang raja."

Demikianlah per tem uan keduanya. Dan setelah periuknya penuh dengan air, wanita itu pun pergi.

Tiada lama kem udian wanita itu kembali dengan periuk yang telah kosong. Setelah penuh segera pergi lagi. Dem ikian seterusnya l eberapa kali. Karena itu bertanyalah Indra Zamrud:

"Buat apa gerangan air yang demikian banyak dan berkali-kali adik bawa tiada hen ti-hen tinya?" Jaw ab wanita itu:

"U ntuk tuan ketahui bahwa kami m em punyai pu tr i tu juh orang. Di saat ke tu juh putri itu m andi ke suatu telaga, pu tr i yang terakh ir dijebak dan ditangkap oleh seorang lelaki, kem udian di- jad ik an istri. Kini sang putri telah kembali. Untuk m engem balikan kesuciannya yang telah ternoda, ia harus d im andikan dengan air sum ur ini."

M endengar penjelasan wanita itu, Indra Zam rud yakin bahwa putri yang diceriterakan wanita itu pastilali istri yang selama ini

150

dicarinya. K arena itu setelah wanita itu mengambil air un tuk ke sekian kalinya dan mulai tam pak lengah, di saat itulah Indra Z am ­rud m en cab u t cincin di ja r in y a dan dengan cepat m em asukkan ke dalam periuk wanita itu. Setelah penuh, periuk itu dibawa lagi ke tem p a t pem andian tuan putri, terdengarlah olehnya bunyi geme- rincing j a tu h ke dalam tem p a t air m andinya . Air itu diperiksa. Dan be tapa te rke ju t mereka, m elihat sebentuk cincin. Dan lebih te rk e ju t lagi putr i Fari, karena te rnya ta cincin itu adalah cincin- nya sendiri yang pernah ditinggalkan buat Indra Zamrud.

Melihat kenya taan itu Putri Fari mengam bil kesim pulan bahwa Indra Z am rud pasti telah berada tidak ja u h darinya. Berkatalah Putri Fari:

"Pasti ada seorang lelaki di sum ur tem p a tm u mengambil air ini dan siapa gerangan lelaki ini."

"Tiada lah ham ba ketahui, siapa sebenarnya lelaki itu tuan Pu tr i ," jaw ab wanita itu.

"Bila engkau tiada m engetahui, biarlah. N am un seorang pun tak boleh m engetahui hai ini, baik ten tang sebentuk cincin m aupun lelaki di sum ur i tu ," kata tuan putri pada pem bantunya .

"Tentu kejadian ini tak akan ham ba ceriterakan kepada siapa j u g a ."

Tetapi kejadian itu akhirnya diceriterakan juga langsung kepada baginda raja. Dan m endengar ceritera itu tiada lain dari suami Putri Fari Dewa Tia. Oleh karena itu raja m em erin tahkan un tu k me- rranggil lelaki te rsebut agar datang ke istana. Akibat panggilan itu Indra Z am rud pun datang ke istana.

"Wahai lelaki tam pan, siapakah engkau sebenarnya dan apa m aksud keda tanganm u ke negeri kami yang jau h ini?"

"A m pun tuanku , ada pun kehadiran ham ba ke tem pat yang mulia ini, semata-mata ingin mencari istri ham ba yang m ungkin telah datang dan berada di negeri ini tanpa setahu ham ba."

"Siapa gerangan istrimu itu?""A m pun tuanku , nama istri ham ba Putri Fari Dewa Tia," kata

Indra Zamrud."Kalau demikian keteranganm u, maka benarlah bahwa engkau

ini pasti suami dari Putri Fari Dewa Tia. Dan un tu k kau ketahui, bahwa Putri Fari Dewa Tia adalah putr iku yang bungsu. K arena itu kehad iranm u akan kuterim a dengan senang hati. N am un sebe­lum engkau ku p er tem u k an dengan putriku , ada beberapa batu uji- an yang harus kau tem puh un tuk m em peroleh istrimu. Apabila kau berhasil m enem puh ujian itu maka benarlah bahwa engkau adalah suami dari pu tr iku , Putri Fari Dewa Tia." Setelah diam se- saat raja itu berkata lagi.

"U ntuk engkau m aklum i, Putriku berjum lah tu ju h orang. Tiada seorang pun yang berbeda paras wajahnya. Semua sama. Tabiat

151

dan p em baw aannya sama. Demikian pula segala perlengkapan pa­kaian, tem p a t t idur dan lain sebagainya sem uanya sama, tiada ber- beda. Oleh karena itu kuberikan kesem patan padam u u n tu k me- m astikan m ana sebenarnya istrimu, di antara ke tu ju h pu tr iku itu. Apa bila benar tebakan dan pilihanm u, berhaklah engkau mengam- bil kem bali dan akan kuberikan kebebasan u n tu k kem bali h idup bersama sebagai suami istri, un tu k selama-lamanya."

Setelah m endengar penjelasan yang cukup pan jang itu mengerti- lah Indra Zam rud, apa sebenarnya m aksud Putri Fari Dewa Tia m en y u ru h agar dalam m encari dirinya Indra Z am rud haruslah di- tem ani oleh seekor langau.

"Tuanku, segala perin tah akan ham ba laksanakan dengan baik."Setelah m em beri penjelasan secukupnya, m aka baginda meme-

r in tahkan kepada k e tu ju h p u tr inya agar berpakaian serpa, me- nyediakan m akanan yang sama, dan m eny iapkan tu juh kam ar t idu r yang sama rupa dan b en tu k n y a , dan lain-lain. Yang sem ua­nya sama.

Kini, setelah sem uanya siap, dimulailah ujian itu. Indra Z am rud hurus m elaksanakan dengan baik, apa yang diperin tahkan oleh raja.

Mula-mula raja m em erin tahkan pada Indra Zam rud un tu k me- ngenal m ana di antara ke tu juh hidangan yang disediakan oleh Putri Fari. Dengan didahului oleh langau pen u n ju k ja lan , tepatlah apa yang m enjad i pilihan Indra Zamrud. la langsung duduk dan makan hidangan yang dihidangkan oleh Putri Fari. Selanjutnya d iperin tahkan un tu k memilih tu juh perangkat pakaian sang putri, kem udian emas dan perhiasannya. Kesem uanya itu dilaksanakan oleh Indra Zam rud dengan tepat dan benar, berkat langau p e n u n ­ju k jalannya.

Betapa heran dan gembira Baginda Raja, m eliha t dan m enyaksi­kan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh Indra Zam rud tak per- nah meleset.

Ujian yang terakhir, adalah m en u n ju k k an kam ar tidur Putri Fari. Dalam kam ar t idur itu masing-masing sudah berada putri b i­dadari yang sama rupa sama pakaian dan perhiasannya.

Dengan didahului oleh langau yang terbang sebagai pen u n ju k ja lan , tidaklah sulit bagi Indra Z am rud u n tu k m en en tu k an pilih- annya. Dengan tepat Indra Zam rud m enuju ke kam ar t idur Putri Fari. Dan te rnyata Putri Fari telah berada di sana. Betapa te rkeju t dan te rharunya m ereka semua membisu. Tiada yang berkata dan tiada yang saling rnenegur. Hati masing-masing dipenuhi kebaha- giaan yang amat teram at sangat. Dan akhirnya keduanya berpeluk- an penula mesra dan rasa haru. Dengan tiada terasa keduanya me- n itikkan air mata kegembiraan, karena sekian lama tidak saling be r jum pa .

152

D em ikianlah semua ujian dilaksanakan oleh Indra Zam rud de­ngan baik dan benar. Karena itu d iperin tahkanlah Putri Fari Dewa Tia dan Indra Z am rud agar h idup bersama sebagai suami istri dan keduanya diperbolehkan tinggal di istana u n tu k selama-lamanya. Dengan demikian hiduplah k eduanya dengan penuh kemesraan dan kasih sayang yang tiada terhingga, serta tiada suatu halangan.

Pada suatu saat setelah cukup lama m enem puh kebahagiaan hidup, tiba-tiba tim bul hasrat hati Indra Zam rud ingin m enjenguk p u tr inya yang telah lama ditinggalkan. la juga terkenang Ncuhi Dara sebagai orang tuanya. Hasrat ini d iutarakan pada Putri Fari. Dengan perasaan berat Putri Fari m em berikannya kesem patan un tu k berangkat. Di saat keberangkatannya Indra Zam rud, me- rasa sangat berat un tuk berpisah dengan Putri Fari. Tetapi karena kerinduan yang amat sangat te rhadap anak yang ditinggalkan, akhirnya Indra Zam rud berangkat juga.

Dalam perja lanan kembali, Indra Zam rud merasa sangat pay ah. Perjalanan itu cukup jau h dan terasa sangat lama. Tetapi meski- pun demikian sampai jua lah Indra Zam rud di tem pat semula, di ru m ah n y a Ncuhi Dara. Indra Z am rud tidak mengenal lagi p u tr i­nya. D emikian juga sebaliknya, putri itu tiada mengenal lagi ayah­nya. la kini telah dewasa dan tam pak cantik jelita. Tiada kalah dengan kecantikan ibunya. Indra Zam rud merasa tergoda oleh kecantikannya. Demikian juga sebaliknya. Mereka saling mencin- tai dan berakhir dengan ikatan tali perkawinan. Mereka hidup bersama sebagai suami istri.

Dem ikianlah yang telah terjadi. Dari perkaw inan itu lahirlah seorang putr i dan dua orang putra. Putri sulung itu bernam a Putri R a tna Dewi. Putra yang kedua bernam a Batara Indra Bima dan yang bungsu bernam a Batara Indra Dewa. A khirnya salah seorang dari ketiganya berhasil menguasai dan m enjad i cikal bakal kerajaan Bima. Dia adalah Batara Indra Bima.

153

17. MENTA DEA*)

Diceriterakan Ncuhi K abu ju yang be rtakh ta di bukit K abu ju m em erin tah daerahnya dengan adii. Rakyat h idup dalam keadaan aman tenteram . Mata pencaharian u tam a p e n d u d u k n y a adalah bercocok tanam. Di samping itu m ereka juga giat be tem ak . Hasil te rnaknya yang te ru tam a adalah kerbau.

Di sebelah T im ur Daerah Ncuhi Kabuju te rben tang lautan yang luas. Pada suatu tem pat te rdapa t teluk yang tenang dan indah. Teluk itu adalah Teluk Sape. Perahu dan rakit dari daerah lain banyak yang singgah dan berlabuh di teluk ini. Mereka berlabuh un tuk mengambil air m inum , kayu api dan persediaan lain dalam perahu. Keadaan ini berlangsung lama sehingga awak-awak rakit dan perahu dapat berkenalan langsung dan bergaul secara intim dengan penduduk daerah Ncuhi Kabuju. Rakit dan perahu yang biasa singgah di teluk ini kebanyakan berasal dari Goa.

Di mansa itu sistim jua l beli belum dikenal penduduk . U ntuk m em peroleh sesuatu barang m ereka m elakukan tukar m enukar. Demikianlah selalu terjadi tukar m enukar barang kebu tuhan an- tara penduduk Ncuhi K abuju dengan awak perahu dari Kerajaan Goa. Terjadilah hubungan persahabatan yang ber tam bah erat an- tara kedua Daerah ini.

Sebagai tanda adanya ja linan persahabatan , rakyat kerajaan Goa m engusulkan , antara dua Daerah diadakan satu pertandingan persahabatan . Maksud serta usui dari rakyat kerajaan Goa itu di- terima baik oleh Ncuhi Kabuju bersama rakyatnya. Tem pat dan waktu pelaksanaan pertandingan telah d im usyaw arahkan dan telah d iputuskan be r tem pa t di Daerah Ncuhi Kabuju. Yang masih di- rahasiakan oleh Ncuhi Kabuju kepada rakya tnya ialah m acam nya pertandingan yang bakal dilaksanakan. Karena m enuru t pendapat Ncuhi Kabuju belum w aktunya un tuk d ium um kan kepada seluruh rakyat. Hanya para punggawa alim ulama dan para pem besar saja- lah yang m engetahuinya.

*) D ite rjem ah k an dari ccrite ra rak y a t b c rb ah asa daerah B im a.

154

M endapat sam butan hangat dari Ncuhi K abuju dan seluruh la- pisan rakya tnya , segera awak perahu kerajaan Goa kembali ke Da- erahnya un tuk m elapurkan rencana ini kehadapan rajanya. Men- dengar laporan itu raja Goa tu ru t serta merasa gembira tentang pertandingan persahabatan ini.

Mereka pun m engadakan persiapan yang sebaik-baiknya. Akhir- nya waktu pertandingan , yang dinantikan oleh kedua belah pihak itu pun tibalah. Dengan sebuah perahu yang penuh dengan muatan utusan kerajaan Goa berto iak m enuju Daerah Ncuhi Kabuju. Setelah berlayar beberapa lama utusan ini tiba di Daerah Ncuhi K abuju dengan selamat, d isam but oleh rakyat dengan penuh tanda tanya dalam hati. Pertandingan apakah gerangan yang akan dilak­sanakan. Di daerah Ncuhi K abuju dilakukan pula persiapan seper- lunya w alaupun masih bersifa t rahasia.

Dalam m e n y a m b u t pertandingan besar itu, Ncuhi K abuju se- gera m engum pulkan punggawa, pem uka-pem uka m asyarakat, untuk m erundingkan cara-cara dan siasat yang akan dilaksanakan Dengan sengaja Ncuhi K abu ju m erund ingkan hai ini secara raha- sia. Rakyat banyak tidak diikutsertakan karena pertandingan ini w alaupun bersifa t persahabatan , te tapi m enyangku t kebesaran m artaba t Ncuhi. Seluruh peserta m usyaw arah be rpendapa t sama.

Pertandingan harus d im enangkan oleh Ncuhi Kabuju. Persiap­an dilakukan secara diam-diam, dirahasiakan, teliti dan penuh perhitungan. Mereka yakin akan m em peroleh kem enangan. Mereka dalam keadaan siaga m enanti saat-saat pertandingan.

A khirnya detik-detik yang ditunggu pun tiba. Utusan kerajaan Goa telah hadir di arena pertandingan. Mereka m em baw a jago harapan yang telah lama dipersiapkan. Karena itu m ereka yakin akan m em pero leh kemenangan.

Arena pertandingan penuh sesak oleh peno n to n semakin tegang keadaannya. R akyat merasa berdebar m enanti dan m enebak siapa yang bakal keluar sebagai pemenang. Kedua pahlawan harapan di- m asukkan ke dalam gelanggang, diiringi oleh paw angnya masing- masing. Tetapi rakyat te rkeju t menyaksikan pem andangan yang amat ganjil. Kerbau kerajaan Raja Goa besar dan tegap. Tanduk- nya runcing dan mengkilap. Sedangkan kepunyaan Ncuhi Kabuju kecil dan kurus.

Gong tanda dimulainya pertandingan pun berbunyi. Kerbau kecil kurus kepunyaan Ncuhi K abuju yang telah d ikurung sehari semalam segera dilepaskan. Dengan m ata beringas ia menghampiri lawannya dan m enyeruduk ke arah peru t sebagai anak kerbau yang hendak m enyusu pada induknya. M enghadapi yang di luar dugaan ini kerbau Raja Goa kebingungan. la bukannya m enyeru- duk lawannya, melainkan berlari m u n d u r m enjauh i serudukan k e r­bau kecul itu. Dan kerbau tegap itu m u n d u r semakin ja u h , sedang

155

ia dikejar terus, sehingga akhirnya keluar batas arena. Dengan de- mikiran kerbau kerajaan Goa d inyatakan kalah.

"Hore!" tem pik sorak m enggem uruh m em ecahkan ketegangan suasana. Seluruh rakyat bergembira m en y am b u t kem enangan ini. Mereka m en y am b u tn y a pula dengan rasa terima kasih kepada T u­han, karena rencana dan siasat yang d iatur oleh Ncuhinya telah berhasil dengan gemilang. Kerbau kecil dan kurus pilihan Ncuhi Kabuju telah tampil sebagai pemenang.

Karena itu d ium um kanlah kepada rakyat di pelosok daerah Ncuhi K abuju , agar m em eriahkan kem enangan itu. Dan sejak saat itu, kerbau yang m em pero leh kem enangan itu harus dipelihara dengan baik dan tak boleh dipergunakan u n tu k m engerjakan keperluan apa pun juga. N am un walaupun sangat disayangi dan dipelihara dengan baik, Tuhan m enen tukan nasib semuanya.

Di semak-semak di sebelah selatan bukit K abuju , bersarang se- ekor ular yang amat besar. Ular itu selalu mengganggu ternak rakyat. Banyak binatang yang telah dijadikan mangsa. Pada suatu saat ular itu m enyerang kerbau jua ra kesayangan rakyat Kabuju. Kerbau itu mem balasnya. Karena itu terjadilah suatu pertarungan yang amat sengit an tara keduanya. Kerbau itu tak mau m enyerah begitu saja. Dia melawan dengan sekuat tenaga. Maka terjadilah pertarungan yang amat sengit. Tetapi karena belitan dan gigitan akhirnya kerbau pahlawan itu kehilangan kekuatan . Dan akhir­nya m enjad i lemas dan mati dalam keadaan yang m enyedihkan . Seluruh tu b u h n y a penuh luka akibat gigitan, sedangkan kaki dan lehernya patah , karena belitan.

Demikianlah nasib yang m enim pa kerbau juara itu. Peristiwa tragis itu sangat m enyedihkan hati Ncuhi Kabuju beserta seluruh rakyatnya. Itulah sebabnya Ncuhi K abuju m em erin tahkan seluruh anggota m asyarakat un tuk m em b u n u h ular itu. M endengar perin- tah N cuhinya seluruh anggota m asyarakat bangkit. Dalam keadaan marah dan semangat meluap-luap m ereka mencari tem pat per- sembunyian ular itu. Tem pat itu d ikurung dengan keta t . Tak ada satu celah pun yang m em ungkinkan ular itu melarikan diri. Mereka semua bergerak dalam satu tekad, yaitu ular jah a t itu harus di­bunuh. Mereka harus berhasil m em bunuhnya .

Demikianlah nasib m u ju r menghinggapi rakyat Kabuju . Di saat pertarungan dengan kerbau juara itu, sang ular m enderita luka-luka yang sangat parah, akibat serudukan. Luka-luka itu m enyebabkan tub u h n y a bengkak dan tidak dapat bergerak cepat lagi. Hai itu m erupakan suatu keuntungan bagi rakyat Kabuju. Mereka dengan m udah dapat berhasil m enangkap dan m em bunuh ular ja h a t itu, beramai-ramai dengan berbagai senjata yang telah

tersedia. Ular itu telah mati.

156

Kepala ular itu dipasak dengan cabang kayu yang telah di- runcingkan dan ekornya dipotong-potong . Dan m enuru t keper- cayaan m asyarakat Desa, kayu pasak itu telah tum buh menjadi sebatang pohon yang tidak te rdapa t di tem pat lain di seluruh Ke- camatan Sape. Pohon itu bernam a Kayu Kangento. Sedangkan tu- buh dan ekor ular itu berubah m enjad i batu yang hingga dewasa ini terkenal dengan sebutan batu ular dan ekornya tam pak ter- putus. Batu ular itu terletak di sebelah Bukit Kabuju.

Demikianlah dengan m atinya ular itu rakyat Kabuju merasa sangat puas,. Mereka telah berhasil m elenyapkan musuh yang se- lalu mengganggu ke ten te ram an mereka, walaupun mereka telah kehilangan b inatang kesayangan yang telah berhasil mengangkat m artaba t rakyat Kabuju . Kini negeri K abuju m enjadi ten teram kembali.

157

18. NCUHI PAREW A*)

Ncuhi Parewa ialah Panglima Perang atau Pem im pin Per tahanan Kerajaan masa silam yang menguasai daerah selatan tanali Bima dan berkedudukan di Gunung Parewa serta m em im pin Ncuhi pataku la , Ncuhi Londa dan Ncuhi Ngarangawu.

Di sebelah tim ur Parewa te rdapa t sebuah daerah pegunungan bernam a Mola. Di daerah itu be rkedudukan seorang Ncuhi, sehing­ga disebut Ncuhi Mola. Tetapi pada suatu saat, terjadilah pepe­rangan antara Ncuhi Parewa dengan Ncuhi Mola, karena m em pere- bu tkan seekor rusa ber tanduk emas.

Alkisah Ncuhi Parewa adalah seorang Ncuhi yang m em erin tah daerah yang m akm ur dan rakyat h idup dalam kedam aian. Hasil bum i berlim pah, ternak berkem bang biak dan negeri aman sehing­ga rakyat h idup dalam keten te ram an . Tak ada perusuh yang m eng­ganggu negeri dan tak ada wabah yang menyerang. R akyat hidup bagai dalam dongengan. U ntuk m enyatakan terim a kasih kepada dewata atas segala kebahagiaan yang dialami d ibuatkan kuil- kuil persem bahyangan tem pat m em persem bahkan sebahagian re- zeki kepada dewata. Karena ternak berkem bang biak dengan baik penuhlah padang dengan gerombolan rusa yang tak terh itung ba- nyaknya. Rusa-rusa itu selalu bertualang dari satu padang ke lain padang serta m enyusuri anak sungai. U ntuk m elepaskan lelah di siang hari m ereka m engerum uni mata air je rn ih di Oi Ondo dan Oi K a te b e 1}.

Pada saat te r ten tu oleh penggembalanya rusa itu digiring ke D ana2) Ndere. Di sana Ncuhi Parewa te la lhm enan ti bersama pu- tranya untuk bercanda dengan rusa-rusa itu, te ru tam a dengan seekor rusa ja n ta n yang besar dan bertanduk cabang lima. Rusa ja n ta n itulah kesayangan Ncuhi Parewa. Karena sangat disayangi. Pada suatu hari ia m em erin tahkan un tuk m em bua t sepasang sa- rung emas agar dapat dipasang pada tanduk rusa ja n ta n itu. Pe- keijaan itu diserahkan kepada seorang tukang mas yang pandai.

* ) D ite rje m a h k an dari cerite ra ra k y a t berb ah asa daeerah B im a.N c u h i = p e ja b a t yang m enguasa i daerah te r te n tu . Parew a = nam a suatu daerah .

1 ) K edua m a ta a ir itu m asih ada.2 ) D ana N d e re , a rtin y a tanah yang b e rw arn a k e m e ra h -m e ra h an .

158

Itulah sebabnya tukang bekerja dengan tekun dan mengerahkan segala kem am puan agar sarung itu benar-benar m em enuhi selera ke indahan sang Ncuhi Parewa.

Beberapa minggu kem udian selesailah sarung itu. Tam paknya sangat indah. Dan segera diserahkan kepada Ncuhi Parewa. Bukan buatan gembira ha tinya melihat sarung itu. Setara benar dengan keindangan rusa yang akan m em akainya.

Dengan segera penggembala d iperin tahkan un tuk m engum pul- kan rusa-rusa di Dana Ndere dan m engadakan suatu upacara un tuk pem asangan sarung emas itu. Dengan tangan Ncuhi Parewa sendiri dipasanglah sarung emas itu didahului m an tera -m antera dan per- m o h o n an berkat kepada dewata. Di tengah gerombolan ribuan rusa, berkilauanlah tanduk emas itu ditim pa sinar m atahari senja yang ham pir m enghilang di balik bukit Doro Sakera.

Setelah upacara selesai, berkeliaranlah rusa-rusa itu mencari m akanan ke dataran rendah yang be ru m p u t tebal. Di tem pat i tulah rusa-rusa itu bersatu dengan gerombolan rusa-rusa Ncuhi Mola. Apabila pagi tiba berpisahlah rusa-rusa itu un tuk mencari tem p a t beristirahat setelah semalam suntuk mencari makan. Penggembala-penggembala Parewa dan Mola kerap kali datang ke padang penggembalaan kalau ada rusa yang terpisah dari gerom- bolannya. Bila hal itu terjadi dengan m udah dapat diketahui ka­rena rusa kedua Ncuhi itu m em punyai tanda khusus. Rusa Ncuhi Parewa d ito reh daun telinganya sehingga terbelah , sedangkan rusa Ncuhi Mola u jung telinganya dipotong.

Tiba-tiba keistimewaan rusa ja n ta n Ncuhi Parewa itu menjadi titik perhatian penggembala Mola. Mereka tak jub akan keindahan tanduk emas rusa itu. Lebih-lebih kalau rusa ja n ta n itu sedang berdiri sendiri terpisah dari gerom bolannya. Tam paknya seolah- olah m em banggakan diri. Semakin d iperhatikan, ia semakin me- lom pat- lom pat, sambil m enegakkan tanduk , berlari-lari dan ber- henti dengan tiba-tiba. Kemudian daun telinganya yang lebar itu d itegakkan ke depan. Semakin diperhatikan semakin bertingkah rusa itu. Dan hati penggembala Mola itu semakin tertarik.

Kemudian keindahan rusa ber tanduk emas itu disampaikan kepada Ncuhi Mola disertai dengan b u m bu-bum bu yang m ereka tam bahkan sendiri.

"T uanku , di padang penggembalaan rusa, ham ba melihat salah satu rusa milik Ncuhi Parewa ber tanduk emas. T an d u k n y a ber- kilauan kena sinar bulan di malam Ilari. Dan- kena m atahari tam ­paknya laksana bara api dan sangat m eny ilaukan ," demikian la- poran salah seorang penggembala kepada Ncuhi Mola.

"Benarkah penglihatanm u? Selama h idupku belum pernah aku melihat rusa ber tanduk emas. Aku ingin m em buk tikan kebe- naran ucapanm u itu," kata Ncuhi Mola.

159

"Sungguh tu an k u , ham ba berkata benar. Dan j ika berkenan tu an k u dapat m enyaksikan sendiri di padang penggem balaan, malam ini juga. Rusa-rusa akan berkeliaran mencari m akan ."

"Jika demikian baiklah. Siapkan senjata dan pengiring. Kita berangkat setelah bulan m uncul dari balik gunung."

Ketika malam mulai sepi dan bulan delapan belas hari m uncul dari balik gunung, dengan diam-diam berangkatlah Ncuhi Mola beserta para pengawal. M ereka bergerak ke padang penggem bala­an un tuk m enyaksikan dengan m ata sendiri rusa b e r tan d u k emas itu. Ketika rom bongan tiba, perm ukaan padang mulai terang de- ngan sinar bulan. Samar-samar tam pak gerombolan rusa sedang m em akan rum put. Dari jau h terbetik kilatan cahaya kuning, kem udian m enghilang lagi. Cahaya itu datangnya dari tanduk emas rusa jan tan, yang sedang m em im pin rusa-rusa yang lain. Kilatan cahaya itu terlihat oleh penggembala Mola dan segera m elaporkan kepada Ncuhi Mola. Semakin lama, cahaya itu se- m akin gemerlapan karena bulan semakin tinggi dan semakin terang. Alangkah tak jub hati Ncuhi Mola melihat kilatan cahaya tan d u k rusa itu.

' "Benar ka tam u. Sangat kagum aku m em andang keindahan rusa itu. Kalau k ita memiliki sendiri rusa semacam itu .. .?"

Kata-kata Ncuhi Mola segera d ipo tong oleh penggembalanya."Kalau tuanku ingin m em ilikinya, m enuru t pikiran ham ba,

t idaklah sukar.""Tidak sukar ka tam u? T un jukkan lah caranya.""B ukankah tuanku memiliki rusa betina m uda yang lincah,

dan sekarang diikat dalam kandang m enjadi perm ainan tuan p u ­tri?"

"Apa m aksudm u dengan rusa betina itu?""T uanku , sekarang rusa-rusa sedang mengalami musim berahi.

Kalau kita lepaskan rusa betina itu ke padang, ham ba yakin akan m enarik perhatian rusa jan tan perkasa itu. Setelah berada dalam keadaan asyik berahi ke m ana pun kita giring ia akan m engikuti , asal tidak berpisah dengan be tinanya ."

"Aku sangat ingin memiliki rusa itu. Dan cobalah muslihat itu, semoga kita berhasil m en jeb ak n y a ."

Dengan didahului persembahan sesaji di P e ra fu 3) dilepaslah rusa betina kesayangan Tuan Putri ke tangah rusa yang sedang berkeliaran itu. Melihat kehadiran rusa muda, rusa ja n ta n itu merasa te rtarik , apalagi setelah mencium bau asing. Dengan m anja rusa betina itu m enggosok-gosokkan lehernya ke leher sang jan tan .

3) P a ra fu = te m p a t suci, te m p a t k e ra m a t, kuil.

160

Gosokan itu d isam but depakan kaki depan sebagai ucapan kemes- raan. U m pan itu mengena. Pada saat yang tepat digiringlah rusa betina itu kem bali ke Mola. Rusa ja n ta n be r tanduk emas yang enggan berpisah dengan be tinanya itu pun m engikuti gerombolan itu sampai ke arah asing. Di sanalah dia masuk perangkap, kernu- dian ditangkap dan d ikurung dalam kandang di samping istana Ncuhi Mola. Suasana gembira m eliputi keluarga istana Mola karena angan-angan un tuk memiliki rusa be r tanduk emas telah berhasil.

Tetapi di kalangan Ncuhi Parewa terjad i kepanikan setelah beberapa hari kem udian diketahui rusa ber tanduk emas itu tidak kembali bersama rom bongannya . Ncuhi Parewa sangat murka. la m em erin tahkan penggembala-penggembala agar segera m enem u- kan kembali rusa itu. R im ba belukar, lurah dan bukit dijelajahi un tuk m en em ukannya . Disebarkan penyelidik un tuk menyeli- diki tiap jengkal daerah. Bahkan penyelidik yang m enyam ar se- bagai pengemis di lepas ke daerah Mola. Pada suatu malam, ketika penyam ar itu bermalam di poncok seorang peladang terdengar- lah olehnya pem bicaraan peladang itu suami istri.

"Ncuhi kita sangat bangga dengan rusa bertanduk emasnya. Tiap hari Ncuhi sekeluarga ayik bermain-main dengan rusa itu."

"Jangan keras-keras berkata , karena daun kayu pun bisa mem- bongkar rahasia ," tukas istri peladang itu. Keesokan harinya pagi- pagi benar pengemis itu m ohon diri un tuk m eneruskan perjalan- an, mencari rezeki. Setelah keluar batas, dilepasnya pakaian pe- nyam arnya dan segera m enghadap Ncuhi Parewa.

"T uanku , ham ba m em baw a berita penting ten tang rusa yang hilang itu."

"Katakanlah segera, agar aku tahu .""R usa kesayangan tuanku sekarang disekap di kandang Ncuhi

Mola. la dijadikan perm ainan seisi istana."Dengan m uka yang sangat bengis Ncuhi Parewa berti tah:"Kirim utusan ke sana un tuk m inta kembali rusa itu."Maka dipilihlah orang yang arif disertai pera jurit-pera jurit

tangkas un tuk m em inta kembali rusa itu. Setelah delegasi tiba di gerbang istana m ereka dihadang oleh pengawal dengan tom bak bersilang, sambil m enanyakan maksud kedatangan mereka.

"Kami utusan Ncuhi Parewa dan ingin m enghadap Ncuhi M o­la," jaw ab pimpinan rom bongan ini.

"Kalau demikian, silakan," kata pengawal sambil menarik tom- bak masing-masing. M enghadaplah utusan itu kepada Ncuhi Mola seraya m engem ukakan m aksud kedatangannya. Mereka m em inta kembali rusa ber tanduk emas itu, karena m enuru t hasil penye- lidikan rusa itu berada dalam kandang Ncuhi Mola.

"Jadi kalian m enuduh aku m enangkap dan m engurung rusa Ncuhi Parewa? Suatu tuduhan yang keji terhadap seorang Ncuhi.

161

Nyahlah kau sekalian. Aku enggan m enerim a utusan yang tidak sopan."

Utusan itu kembali m enghadap Ncuhi Parewa un tuk melapor- kan hasil perja lanan m ereka m enghadap Ncuhi Mola. M endengar laporan itu kembali Ncuhi Parewa mengirim utusan disertai an- caman. Kalau Ncuhi Mola tidak mengem balikan rusa be r tanduk emas melalui u tusannya , m aka Mola akan dihancurkan. Utusan yang kedua pun kembali dengan tangan ham pa, setelah d ibentak dan diusir oleh Ncuhi Mola.

Maka tiada ja lan lain bagi Ncuhi Parewa, selain mengarah-laras bedil ke t im ur un tuk m enggem pur Ncuhi Mola. Dem ikianlah bedil sakti itu m enghancurkan istana Mola, sehingga tinggal puing be- laka, dan seluruh rakya tnya binasa karena gempuran itu. Rusa bertanduk emas itu pun tu ru t menjadi korban.

Demikianlah, rupanya Tuhan Yang Maha Kuasa tidak mem- biarkan kecurangan berjalan leluasa. Kehancuran Mola adalah ba- tas kecurangan itu. Dan di wilayah Parewa hingga kini masih ter- dapat benda-benda peninggalan yang bertalian dengan riwayat Ncuhi Parewa, berupa tungku, talam, dinding sumur, bedil dan batu penggilingan sirih. Di samping itu te rdapat pula pohon be- ringin, kandang, m ata air dan tanah berwarna merah.

162

19. ASAL USUL LINTAH*)

Tersebut sebuah ceritera m udah aji keteng mahel aji da d u a 1). Dikisahkan h idup lah sebuah keluarga dengan seorang anak lelaki bernam a I Karma. Setiap fa jar m enyingsing Pan K a rm a 2' selalu bersiap un tu k berangkat ke ladang. Ladang itu terletak di tepi sebuah hutan . Bila burung becica telala mulai berkicau tibalah Pan Karma di ladang. Sesudah itu ia segera mencangkul. Sedang I Karma masuk ke hu tan un tu k mencari kayu api. Apabila m atahari sudala m enjelang tengah hari pekerjaan itu pun ham pir selesai. Dan saat itu tibalah Men K a rm a 3).

"Pan Karma, beristirahatlah dahulu. Hari sudala siang. Nik- matilah dulu hidangan ini."

"Baik, tunggulah sebentar. Aku m enyelesaikan pekerjaan ini. Tinggal sedikit."

"Di m anakah I K arma?""O, dia belum kembali dari hutan . Sebentar lagi pasti datang.

Sebelum datang pastilah pekerjaan ini selesai. Tunggulah sebentar, biar kita makan bersama-sama."

"B aiklah ," kata Men Karma kem udian m em bantu m em bersih- kan rum put.

"Nah, itulah I Karm a m em baw a kayu. Siapkanlah hidangan itu."

"Baiklah," kata Men Karm a kem udian m em persiapkan m akan- an. Sedang Pan Karma m endekati istrinya dan duduk bersila.

"Ibu, sudala lamakah ibu tiba?""O, belum lama anakku. Nah, letakkanlah kayu itu."Dan I Karma m ele takkan bebannya kem udian duduk di dekat

ibunya. Sedang ibunya m em persiapkan hidangan.

*) D ite r je m a h k an dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa B ali.1) M udah aji k e ten g M ahel aji d ad u a , suatu u n g k ap an u n tu k m e n d a h u lu i (p em b u k aan )

sebuah ccrite ra ra k y a t dalam trad is i B ali di L o m b o k B ara t.2) Pan K arm a = b a p ak n y a I K arm a .3) M en K arm a = ib u n y a I K arm a .

M en u ru t trad is i Bali seorang suam i is tri, b ila sudah m e m p u n y a i an ak , m ereka di- panggil m e n u ru t. . . n am a anak n y a yang te rb e sa r dengan d id ah u lu i oleh Pan (b a p a k - nya) u n tu k bap ak dan M en (ib u n y a) u n tu k ib u ) . -

163

"Ibu, lauk apakah yang ibu sediakan?""O, tak ada apa-apa anakku. Cukupiah dengan terung dan sam- b a l . "

"Ya, benar anakku. Makanlah apa yang dapat disediakan oleh ibum u. Apabila panen berhasil di saat itulah kita makan enak."

"Baiklah ayah.""Nah, m a k a n la h ! "Kemudian m ereka mulai makan. Sesudah pada kenyang , barulah

m ereka berhenti. Setelah beristirahat sejenak, mulailah m ereka bekeija lagi. Pan Karma mengambil cangkul dan kapak, sedang Men Karma mengambil kayu dan m engikatnya . Sesudah pekerjaan itu ham pir selesai, hari pun sudali m enje lang senja.

"Pan Karma marilah kita pulang, hari sudati senja.""Baiklah! Bersiap-siaplah! Karma sudahkah kau selesai meng-

ikat kayu?""Sudali ayah.""Marilah kita pulang."Sesudah itu m ereka berangkat pulang, m enurun i ju ran g dan

m engikuti lembah. Dan akhirnya m ereka tiba di rumah. Setiba di rum ah, Men Karma segera masuk ke dapu r un tu k m em persiap- kan makan malam. Bila semua sudali siap m akanlah m ereka ber- sama-sama. Setelah selesai, m ereka d u d uk-auduk ngobrol. Bila hari sudah larut malam Pan Karma pun m in ta agar semuanya tidur.

Setelah fa ja r menyingsing, bangunlah Pan Karma bersiap-siap pergi ke ladang un tuk m enanam padi. Setelah tiba di ladang m u ­lailah m ereka m enanam . Dan senja hari selesailah pekerjaan itu. Mereka pun bersiap-siap u n tu k pulang. Demikianlah dengan sing- kat dieeriterakan tanam an itu sudali be rum ur em pat bulan, dan padi sudali menguning siap un tuk diketam.

"Nah, sekarang saat un tuk mengetam telah tiba.""K apankah kita akan mulai m engetam ?" tanya Men Karma."Dua hari lagi, itulah saat yang baik ," jaw ab Pan Karma."Ya, benar. Itulah hari baik. Di saat itulah kita mulai m enge­

tam ."Dua hari kem udian setelah fa jar menyingsing, Men Karma

telah sibuk di dapur m em persiapkan bekal un tu k bekerja di ladang. Setelah semuanya siap berangkatlah m ereka ke ladang. Tak lama dalam perja lanan, tibalah mereka.

Men Karma m ele takkan semua bekal pasa tem pa t yang baik dan Pan Karm a bersama anaknya sudah mulai m engetam padi, kem udian diikuti oleh Men Karma. Setelah senja, te rnya ta p e k e r ­jaan itu tidak selesai. Oleh karena itu Pan Karma m em persiapkan pondok darurat un tuk menjaga padi yang sudah diketam. Men­je lang tengali malam ketika sedang tidur lelap, Pan Karm a di- datangi oleh seorang kakek. la d ibangunkan. Karena itu ia pun

164

bangun dan duduk di depannya. Setelah itu Kakek itu berkata:"Nah, Pan K arm a, terimalah pem berianku ini berupa sebotol

m inyak un tuk m enjaga rumah. G antungkanlah di atap rum ahm u. Minyak itu dijaga oleh seorang w anita ." Setelah m engucapkan kata-kata dan m em berikan sebotol minyak, kakek itu lenyap dengan tiba-tiba, dan bo to l minyak itu dipegang dengan baik oleh Pan Karma.

Keesokan harinya pekerjaan itu dilanjutkan. Setelah selesai m ereka bersiap-siap un tuk m em baw a padi itu pulang. Sebelum berangkat m ereka pun beristirahat. Sambil beristirahat Pan Karma m encerite rakan pengalam annya semalam.

"Men Karma, semalam aku m em pero leh anugerah dari seorang kakek berupa botol m inyak un tu k penjaga rumah. Kakek itu m engatakan bahwa m inyak ini hendaklah dipelihara baik-baik dan digantungkan di atap rumah kita ."

"O, baik benar. Hendaklah kita simpan minyak itu dengan baik, agar dapat kita wariskan kepada anak ataupun keturunan kita se lan ju tnya."

Setelah itu m ereka pun berangkat pulang. Dan setiba di rumah, Men Karma m enggantungkan m inyak itu di tem pat yang telah d itentukan.

"Karma le takkanlah padi itu baik-baik. Agar tidak lembab sehingga tahan lama dan dapat kau jad ikan sangu."

Demikianlah kehidupan mereka. Hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun pun berganti tahun , akhir­nya Pan Karma meninggal dunia. Demikian akhirnya Men Karma meninggal dunia.

Demikianlah akhirnya Men Karma pun m enderita suatu penya- kit.

"A nakku , kukira u m urku tak lama lagi, aneh benar rasanya.""Janganlah berkata begitu ibu. Dengan siapakah aku harus

h idup bila ibu meninggalkan aku?""Ada suatu hai yang harus ibu wasiatkan kepadam u. Bila ibu

sudah tiada lagi, ingatlah pesanku ini. Ayahm u meninggalkan sebotol minyak dan digantung pada atap rumah. Simpanlah m i­nyak itu baik-baik. la akan m enem anim u m enem pati rumah ini, bila ibu sudah tiada lagi."

"Minyak apakah itu ibu?""Nah, bila nanti ibu meninggal, di sanalah saatnya kau m enge­

tahui isi botol itu."Setelah m em berikan penjelasan seperti itu Men Karma pun tak

lama kem udian meninggal dunia."Ibu, ibu sampai hati benar ibu meninggalkan aku seorang

diri. Tak ada lagi tem patku bertanya," kata I Karma sambil me- nangis, mengenangkan nasib malang sebatang kara.

165

"Mengapa nasibku demikian je lek ?"D em ikianlah , setelah kedua orang tua I Karm a meninggal

dunia, I Karma semakin giat beke ija di ladang. Pagi-pagi benar ia telah berada di ladang, dan bila hari sudah terasa siang ia pun kembali pulang. Tetapi sungguh aneh, setelah tiba di rum ah, ia m enjum pai hidangan yang telah siap un tuk dimakan, lengkap dengan nasi dan lauk pauknya.

"Siapakah yang m em persiapkan hidangan ini? K elihatannya sangat istimewa, melebihi hidangan sebelumnya. Siapakah yang m em persiapkannya? Ah, sebaiknya kum akan saja apa yang ada, bukankah ini ru m ah k u ?"

Keesokan harinya pergilah I Karma ke ladang kembali. Dan bila senja telah tiba ia pun pulang kembali. Setelah tiba di rumah ia merasa sangat heran. Semua peralatan ko to r yang ditinggal- kannya dijum pai telah bersih dan te ra tu r rapi. Dan sebelum ia sempat berpikir telah dilihatnya pula h idangan yang lengkap telah tersedia un tuk dimakan. Dan ia pun berp ik ir dalam hati.

"Siapa saja yang m enyediakan hidangan ini. Ah, lebih baik besok akan ku in tip , agar ku tahu siapa sebenarnya yang m e m p e r­siapkan hidangan ini."

Demikianlah keesokan harinya I Karma bersiap-siap untuk keladang sebagai sedia kala. Tetapi setelah tiba di tengah per- ja lanan ia segera kembali pulang un tuk m engetahui siapa sebenar­nya yang m em persiapkan hidangan itu. Setelah di rumah ia mulai mengin tip. Dan ia sangat te rke ju t ketika di dapur ia melihat se­orang wanita cantik sedang sibuk m emasak. Kem udian I Karma m endekatinya perlahan-lahan. Ia terpesona.

"Ah, sungguh cantik wanita ini. Tak ada b a n d in g a n n y a ." Dan tiba-tiba I Karma m enangkap pinggangnya. Terasa ada sentuhan di badannya, wanita itu te rkeju t sambil melirik dan segera ber- tanya.

"Siapakah yang berani mem egang tu b u h k u ? " suaranya terde- ngar halus.

"Akulah I Karma.""Tolonglah lepaskan aku.""A ku tak mau melepasmu. Siapakah kau sebenarnya?""Aku bernam a Ni U tam a.""U tam akah nam am u? Bila aku akan melepaskan kau, t idakkah

kau akan meninggalkan aku yang malang, dan h idup sebatang kara ini?"

"0 , tidak. Aku tak akan meninggalkan kau. Aku selalu sedia m eladenim u, karena nasibku kau sudah mem ergoki aku."

"Jadi kau bersedia m enem ani aku. Benarkah katam u itu?Aku sangat berterim a kasih akan dirimu."

166

"Ya, benar. Aku berjan ji u n tu k m endam pingim u. Tetapi ingat- lah. Bila aku sudah m endam ping im u, t idakkah kau berniat mem- peris tr iku?"

"Jika m ungkin , aku m em ang m engharapkan agar kau bersedia berum ah tangga dengan aku."

"Ya, baiklah aku bersedia. Tetapi ingatlah. Bila aku telah mem- punyai seorang anak, berhati-hatilah m enjagaku serta menjaga anakku. Dem ikianlah p e rm in taanku kepadam u. Tepatilah sungguh- sungguh."

"Baiklah. Aku akan selalu m en taa ti , apa yang telah kau katakan itu."

Demikianlah. Setelah lama berum ah tangga, hamillah Ni U tam a dan m elahirkan seorang anak. Pada suatu saat setelah anak itu be rum ur tiga hari I Karma ber tanya kepada istrinya.

' "M engapa bo to l m inyak itu kosong? Adakah kau pergunakan isinya?"

"Tak ada. Aku tak pernah m em pergunakan minyak. Tidakkah boto l itu m em ang kosong?"

"Ali, tak apa. Biarlah," jaw ab I Karma. Setelah percakapan itu I Karma m enu ju ke ladang m enanam padi. Dan setelah hari siang datanglah istrinya ke ladang m engantarkan hidangan. Ba- y inya pun digendong pula.

"Beristirahatlah dulu. Aku m engantarkan hidangan u n tu k m u .""Baiklah. Tunggulah sebentar. Aku hendak menyelesaikan

pekerjaan ini.""Nanti disam bung lagi, hari sangat terik."Walaupun demikian ia tetap beke ija dan tidak m enghiraukan

kata-kata istrinya. Kemudian ia m enyuruh istrinya mengambil air pada sebuah mata air yang letaknya agak jau h . Mula-mula istrinya m enolak.

"Janganlah aku disuruh mengambil air. Hari amat panas. Aku tidak tahan kepanasan."

"Kalau kau tak tahan mengapa datang ke mari. Lebih baik pulanglah. Bukankah kau tahu di ladang mem ang panas," kata suaminya bernada marah dan m endesaknya terus un tuk pergi m engam bil air. Karena tak tallan oleh desakan itu akhirnya ia berangkat juga m enuju ke mata air, sambil meninggalkan pesan.

"Baiklah kak, aku akan pergi. Tetapi kau akan m enyesal."Demikianlah Ni Luh U tam a berangkat menyusuri pem atang

m enuju ke sebuah mata air. Ja lannya sempoyongan dan tiba-tiba tersungkur ja tu h ke m ata air. Dan badannya hancur, meleleh te rpencar di atas perm ukaan air, karena ia mem ang berasal dari m inyak kelapa. Sedangkan anaknya yang ditinggalkan pada suaminya ketika akan berangkat menangis sejadi-jadinya. I Karma te rke ju t melihat anaknya menangis seperti itu. Karena tak tahan ia

167

pun mengam bil anak tersebut serta memanggil istrinya."U tam a, Utama. N anakah kau. Lama benar kau pergi."I Karma lalu berangkat m enyusul istrinya. Tiba-tiba ia te rkeju t

karena melihat minyak kelapa te rpencar di atas perm ukaan air. Dan teringatlah ia akan wasiat ibunya, ketika ia akan meninggal, bahw a ayahnya meninggalkan m inyak di dalam botol.

"0 , nasib. Istriku rupanya berasal dari minyak. Dan ia telah kembali ke asalnya."

Sementara itu anaknya menangis tak henti-hentinya . Segala usaha un tuk m endiam kannya tak dapat berhasil. I Karm a tiba- tiba naik darah. la lupa akan diri. Dengan cepat d i jangkaunya se­bilah parang, dan tiba-tiba anak itu d icencangnya, kem udian di- lem parkan ke parit dan sebagian terlem par ke dalam sawah dan pohon kayu. Demikianlah anak itu telah dicencang walaupun ia tak bersalah. Setelah itu lapanglah dada I Karma, kem udian ber rangkat pulang.

Setiba di rumah ia merasa kesepian, karena tak seorang pun yang m engurusnya. la mulai menyesali dirinya, dan menyesali p e rbua tannya yang keliru itu. Demikianlah dan akhirnya ia berniat un tuk mencari teman hidup. Dan akhirnya ia m em peroleh seorang istri. Tetapi setelah sekian lama ia berum ah tangga ia tak berhasil m em peroleh keturunan .

"Suam iku, mengapa aku tak bisa m em punyai anak. Aku sangat m en g in g in k an n y a ."

"Nah, jika demikian marilah kita pergi m em ohon kepada T u ­han di tem pa t- tem pa t suci. Semoga kita berhasil m em peroleh a n a k ."

"Baiklah, aku akan m em buat canang g en ten 4' un tuk sesajen di tem pa t suci. Semoga Tuhan m em berkahi kita ."

Setelah sem uanya selesai berangkatlah m ereka m enuju ke se­buah tem pat suci untuk m em ohon seorang anak. Setiba di te- ngali jalan bertem ulah m ereka dengan seorang bayi, yang sedang menangis keras in gin m enyusu ..

"Suam iku, mengapa ada orang menangis di selokan itu se­orang diri. Lebih baik kita ambil dan kita bawa pulang. Rupanya perm ohonan kita telah terkabul."

"Nah, baiklah, ambil anak tersebu t," kata suaminya. Dan is ­trinya pun terus mengambil dan m enggendongnya m enu ju ke ru ­mah mereka. Setiba di rumah anak itu dibaringkan. Setelah ter- tidur tiba-tiba I Karma merasa m engantuk dan berbaring di sam- ping anak itu. Istrinya kebetulan sedang m encuci pakaian. A khir­nya 1 Karma tidur lelap, tetapi anak tersebut bergerak m endekati

4) C 'anang gen ten = naraa sejenis sesa jen .

168

buah dada milik I Karma dan m engisapnya. Tiba-tiba atas kehen- dak Tuhan anak te rsebu t berubah m enjad i lintah dan I Karma m e­ninggal karena darahnya diisap oleh lintah tersebut.

M enjelang tengali hari istrinya kembali, setelah selesai mencuci pakaian. D ilihatnya suaminya telah meninggal di dekat seekor lintah sebesar bantal. la m enjadi te rke ju t dan pingsan.

Nah, itulah ceritera ten tang asal usui adanya lintah di dunia ini, yang m erupakan penjelm aan seorang bayi setelah dicencang oleh ayahnya sendiri dan dilem parkan ke berbagai penjuru. Daging anak tersebut berubah m enjadi lintah. Hasil cencangan yang te r lem par ke air m enjelm a m enjadi lintah dan yang terlem par ke daun-daun kayu m enje lm a menjadi lintah darat.

169

20. SUNDARI BUNGKAH*}

Tersebutlah sebuah ceritera m udah aji keteng, mahel aji da- d u a l). Ceritera ini tentang seorang gadis yang bernam a Dedara Nunggal. Pada jam an dahulu te rdapat sebuah keluarga dengan se- orang anak wanita. Anak tersebut Dedara Nunggal. Karena ia me- rupakan anak tunggal. Ketika Dedara Nunggal m enjelang dewasa, kedua orang tuanya bercerai. Sejak itu Dedara Nunggal mulai mengecap kehidupan pahit. Penuh penderitaan. Tak lama setelah bercerai kedua orang tuanya masing-masing kawin lagi. Kini De- dara Nunggal memiliki ibu dan bapa tiri.

la mulai m erasakan pahitnya hidup bersama seorang ibu tiri. Apa saja pekerjaan yang digarapnya semuanya serba salah.

" "A nakku Dedara Nunggal, mengapa engkau selalu bercekcok dengan ibumu. Kau mem ang anak tebal telinga. Kau m em ang anak bandel. Bila kau tak mau tu ru t pada nasehat ayah, pergilah dari rum ah ini. Carilah ayah tirim u."

"Ayah, ayah, sampai hati benar ayah mengusirku. B ukankah aku darah daging ayah satu-satunya."

"Pergi kataku. Jangan kau bicara lagi. Cari ayah tir im u.""Baiklah ayah, aku akan coba m encarinya ." Dem ikianlah D e­

dara Nunggal berkata sambil berjalan meninggalkan rum ah dan m enahan penderitaan. Tak lama dalam perja lanan, tibalah Dedara Nunggal di rum ah ayah tirinya.

"Ayah, aku diusir oleh orang tuaku. Tolonglah aku yang malang ini ayah. Terimalah aku m enetap di sini ayah. Berilah aku peker­jaan agar aku dapat makan ayah."

"Ah, Dedara Nunggal. Mustahil anak semacam kau akan dapat m elakukan pekerjaanku . Kukira kau akan selalu m enyan tap oceh-

*) D ite rjem a h k an dari cerite ra ra k y a t b e rb ah asa Bali. S undari B ungkah m e n u ru t kep er- cayaan o rang Bali di L om bok dan o rang Sasak yang m e n g e tah u i cerite ra ini, adalah m akh luk super n a tu ra l yang m enguasa i p o h o n cn au .

1) M udah aji k e te n g , m alic i aji dad u a , adalah suatu u n g k ap an u n tu k m e n d a h u lu i (pem - b u k aan ) sebuali cerite ra ra k y a t dalam trad is i B ali di L om bok B arat. M udah = m u rah . Aji = be rh a rg a . K eteng = satu (u n tu k m ata uang). M ahel = m ah a l. D adua = dua. T e ijem ah an a ra fia h n y a ad a lah : M urah berharga sa tu , m aha l berh a rg a dua. M aksud- nya : Baik b u ru k n y a atau b o b o t cerite ra ini te rserah k e p ad a anda.-

170

anku. Bukan nasi yang kau peroleh , kalau tinggal di sini. Karena itu sebaik-baiknya kem balilah kau kepada ayahm u, aku tak sang- gup m engurusm u di sini."

"Baiklah ayah. Bila ayah tak sanggup m enolong aku yang m enderi ta ini, aku akan kembali kepada ayah kandungku ."

"Ya, kembalilah kau segera."

Dedara Nunggal berjalan dengan sedili, sambil mengenangkan nasibnya yang penuh penderitaan. Dengan langkah gontai seben- tar-sebentar ia te rhuyung m enahan lapar. Segera setelah tiba kem ­bali di ru m ah n y a ia ditegur oleh ayahnya.

"M engapa kau kembali lagi?""M aafkan ayah karena ayah tiriku tak mau menerim a kedatang-

anku. Dia mengira bahwa aku tak akan m am pu m em b an tu n y a b eker ja ."

"Jadi kau mau kembali tinggal di rumah ini. Tunggulah akan ku- m in takan perse tu juan ibum u."

"Mengapa ayah harus m em in ta perse tu juan ibu, ayah? Bukan­kah aku darah dagingmu. Dan ayahlah yang m enghidupi aku hing- ga besar seperti ini."

"Ayah tak m ungkin m em utuskan sendiri. Bukankah dia adalah istriku dan juga adalah ibum u?" Kem udian ia ber tanya kepada istrinya.

"Bagaimana pen d ap a tm u sekarang? Anakm u Dedara Nunggal kembali mau tinggal bersama kita. Dapatkah kau m enerim anya?"

"Ah, aku tak sanggup hidup serumah dengannya. Aku masih kua t dan dapat bekerja. Semua pekerjaan di dapur masih sanggup aku inengerjakannya. M enyapu serta m em bersihkan halam an ju ­ga aku masih sanggup. Demikian juga m eladenim u, meladeni suami tak pernah kulalaikan. Apakah sesuatu yang kurang? Ah, usir saja dia dari rumah ini. Biarkan bagaimana saja jad inya . Biar mam pus sekali pun. M ataku sudah sangat je m u m elihatnya ."

Sesudah itu berkatalah sang ayah kepada Dedara Nunggal:"Nah, anakku Dedara Nunggal. Kau telah dengar kata-kata

ibumu. Ayah sudah tak dapat berpikir lagi. Paling baik pergi sa­ja lah kau."

"Baiklah ayah kalau ayah sudah m em utuskan seperti itu."Lalu berangkatlah Dedara Nunggal m enuru tkan langkah tanpa

tu juan . D itelusurinya tepian sungai Jangkok, dan akhirnya ia du­duk di atas sebuah batu.

"Ah, mengapa demikian buruk suratan takdir atas hidupku. Ibu dan ayah m em benciku . Mereka bahkan mengusirku. Ah, tak berarti h idupku ini. Ah, jalan yang terbaik bagiku adalah mener-

ju n k a n diri ke sungai ini, biar tam atlah r iw ayatku tidak lagi me- ngotori dunia." Lalu ia m enceburkan diri ke dalam sungai.

171

Nah, takdir tak dapat d itolak, apa pun bisa terjadi bila Tuhan m enghendakiN ya. Tiba-tiba Dedara Nunggal berubah m enjad i p o ­hon kayu dan hanyu t di tengah sungai. Tepat pada saat itu seorang pem uda yang sedang mandi di hilirnya, te rke ju t melihat sebatang pohon yang asing, h a n y u t m enu ju ke tem p a tn y a dan tiba-tiba terhenti.

"Ah, siapakah yang m engh an y u tk an pohon kayu lengkap de­ngan daun dan akarnya? Tak puny a perasaan, tak m em perhitung- kan orang yang sedang mandi di hilir. Mengganggu." Tiba-tiba ia m endengar suara.

"Eh, suara siapakah itu? Tak ada orang. Hanya suara.""Ya, akulah yang bersuara. Pohon kayu yang di sampingmu

ini. Aku anak malang yang sedang diseret air, karena nasib. Bila kau berkenan m enolongku k e la k a k u a k a n m em balasbud i baikm u."

"Baiklah, tetapi pohon apakah nam am u?""Aku bernam a Dedara Nunggal.""Tetap i dengan apakah aku harus m engangku tm u ke darat?""Bila kau hendak m enolongku janganlah raguragu, angkatlah

a k u . "Dengan segera pohon itu lalu dinaikkan ke darat kem udian dita-

nam di tepi sungai. Sesudah ditanam lelaki itu bertanya:"Siapakah kau sebenarnya Dedara Nunggal?""Engkaulah satu-satunya orang yang belas kasihan m enolongku.

Aku mem ang m akhluk malang. Karena penderitaan , aku tak dapat menguasai diri. Kurasa h idupku m em ang tak berguna. Tiba-tiba tanpa kusadari kubuang diriku di sungai Jangkok*- ini. Dan atas kehendak Tuhan tu b u h k u segera berubah ben tuk m enjadi seba­tang pohon. Nah, sekarang aku harus mem balas budi kepada umat manusia , sebab kukira sekaranglah tub u h k u ini punya arti. Ketika aku masih berw ajah m anusia aku sama sekali tak berarti. Nah, demikianlah riwayatku. Semua telah kucerite rakan padam u. Tetapi siapakah nam am u? Aku ingin sekali m engetahu inya ."

"A ku bernam a Teruna Nunggal. Aku anak tunggal. Aku hanya seorang diri diasuh oleh orang tuaku. Itulah sebabnya aku berna­ma Teruna Nunggal".

"Nah, nanti bila bungaku telah m uncul, di saat itulah aku akan m em balas budi baikmu yang telah rela m enolongku ."

"A ku juga akan sangat berterim a kasih atas pem berianm u. Dengan apakah kau akan m em balasnya?"

"Kalau hai itu yang kau tanyakan baiklah. Nanti bila aku sudah berbunga, sering-seringlah kunjungi aku. Panjat batangku dan ayunkanlah bungaku itu. Pukullah batang bungaku dengan pele- pah batang kelapa serta nyanyikanlah m antera ini.

2) Jan g k o k = nam a sungai yang m engalir di L o m b o k B arat.

172

O, mem e, o, bapa A nta gini anta gina,Lilir ambika,Beang pianake m anyusu ,Ane madan Mas Sundari M u n c a r3'

Bila kau telah selesai m elakukan hal itu, selipkanlah pem ukul itu di antara batang bungaku dengan badanku. Itulah syarat yang harus kau lakukan agar bungaku dapat m em berikan air lebih banyak. Itulah yang kupergunakan sebagai balas budi per- buatan baikm u. Nah, bila bungaku m ekar, potonglah kem bang itu dengan didahului dengan ini:

Nah, jan i pacangbukak tiang danggul nyaine.Ane kaja, ane Kelod, Kangin, Kauh,Apang meresidayang maan pianak nyaine m anyonyo Ane madan Mas Sundari M uncar4)

Nah, bila batang bungaku sudah mulai mengalirkan air, setiap kau hendak m em anja t batangku sebutlah nam aku dengan sebutan Sundari Bungkali. Sebab setelah bungaku d ipo tong aku berganti nama dengan Sundari Bungkah. Dan apabila di saatmu m em an ja t batangku hujan turun dengan lebat serta guntur menggelegar, jangan sekali kau lupa un tu k m enyuntingkan lip5) agar aku tidak terkeju t. Nah, agar pem beri tahuanku lengkap un tuk balas budi kepadam u, baiklali kuberitahukan . Bila ada orang m erusak kelan- caran ja lan airku dengan ilmu h itam , pergunakanlah m antera ini un tu k m eno laknya :

Segara penulakKeneh anake ngusak yeh Mas Sundari Bungkah Upet-upet

3) S e lu ru h n y a m eru p a k a n m an te ra yang d in y an y ik an b ila seorang p en arep m e m u k u l ba ta n g bunga e n a u . P enarep adalah orang yang p e k e r ja an n y a m e n g u sah ak an air n ira (en au ).M an tera itu te r je m a h an n y a sebagai b e rik u t:

O , ibu , O, ayali A nta G in i, A nta G ina Lilir ab ikaB erilah anak inu inenyusuY ang b e m a jn a Mas S undari M uncar.

4) M an tera te ije m a h an n y a :N ah , sekarang b a ta n g b ungam u akan k u p o to n g Y ang m en g h ad ap ke u ta ra , se la tan , tim u r m au p u n b a ra t A gar anakm u yang b e rn am a M as S undari M uncar d a p a t m engisap air su su .

5) L ip = lidi ijuk . Sebuah lidi yang te rd a p a t di ijuk .

173

Segara kelod segara kanginPalik, pinulak Batara W isnu6).

Nah, nanti airku mengalir, dapat kau pergunakan un tuk berba- gai kebu tuhan . Kegunaannya yang u tam a adalah un tuk dijadikan gula. Beginilah caranya. Mula-mula masaklah sebagai m em asak air panas. Bila airku sudah b e rben tuk b ubur tuangkanlah pada tabung bam bu atau tem p u ru n g kelapa. Bila telah kering ia m en jad i gula yang dapat dipergunakan un tuk berbagai k ebu tuhan . Di samping un tuk gula airku dapat pula kau m inum seketika. Rasanya manis. Dan, bila kau ingin m em bua t airku m enjad i tua, rendam lah akar kayu b a ju r7) di dalamnya.

Tetapi, air itu tak lagi terasa manis, dan berubah warna m e n ­jad i kem erah-m erahan . Dapat juga kau m inum , te tapi hendaklah hati-hati jangan m elam paui batas. Bila melewati batas dapat m e­nyebabkan m abuk dan lupa kepada kebenaran . Nah, dem ik ian ­lah! Dan, satu hal lagi, daunku dapat d ipergunakan un tu k keper- luan upacara, sedangkan ijukku dapat kau jad ik an atap di kuil."

"Baiklah, dan atas semua pe tu n ju k yang telah kau berikan ke- padaku, aku m engucap terima kasih. Karena semua itu akan sangat berguna bagi kau m k u , um at manusia ."

Nah, demikianlah! Karena itu Teruna Nunggal merasa sangat berbahagia akan budi baik Sundari Bungkah. Itulah sebabnya hingga dewasa ini semua pemberian Sundari Bungkah te tap d'iman- faa tkan oleh manusia. Itulah m anfaa t serta jasa orang yang berbudi baik.

Hingga dewasa ini Sundari Bungkah lumrah disebut: ENAU.-

6) M an tera te r je m a h a n n y a :

L au tan pen o lakN ia t orang y ang m erusak airm u T u tu p lah tu tu p L au tan se la ta n , m au p u n tim u r In ilah p en o n o k dari B atara W isnu.

7) B aju r = nam a scjenis p o h o n yang k a y u n y a te rm asu k kelas dua.-

174

DAFTAR CERITERA RAKYAT DAERAH NUSA TENGGARA BARAT YANG PERNAH DITERBITKAN DALAM BAHASA

INDONESIA.

1. Denawa Sari Puteri Raja Raksasa, Ceritera R akyat I, Balai Pustaka, 1963.

2. Guru Husen Alim, Ceritera R akyat III, Bali Pustaka, 1963.3. Datu Aca dan R atu Tikus, Ceritera R ak y a t III, Balai Pustaka,

1963.4. Pak Waluh dengan A nak-anaknya, Ceritera R akyat III, Balai

Pustaka, 1963.5. Anak Yatim Memasang Bubu, Ceritera R akyat III, Balai

Pustaka, 1963.6. Bebek Belimas, Ceritera R akyat III, Balai Pustaka, 1963.7. Asal Mulanya Mata Air Suci di Suranadi, Ceritera R akyat II,

Balai Pustaka.8. Asal Mula di Sasak Tak Ada Harimau, Ceritera R akyat IV,

Balai Pustaka, 1972.9. Sepasang Burung K ekuw o dan Kekelek, Mutiara, Jakarta ,

1976. "10. Batu Tamin, Yayasan Penerbit Batu Lanteh, 1976.

175

Lampiran.

Keterangan mengenai inform an/penutur

1. Judul ceritera N am a p en u tu r T em pat lahir U m ur Agama Pekeijaan

Pendidikan Bahasa yang dikuasai

Tem pat dan tgl. rekam an Alamat sekarang

2. Judul ceritera N ama p en u tu r Tem pat lahir U m ur Agama Pekerjaan Pendidikan Bahasa yang dikuasai

T em pat dan tgl. rekam an Alamat sekarang

3. Judul ceritera Nama penu tu r T em pat lahir

Um urAgamaPekerjaan

Batu Goloq.Lalu Suwadi.Padamara, K ecam atan Sukamulia. 43 tahun.Islam.Karyaw an Kanwil Dep. P & K Prop. Nusa Tenggara Barat.SLTA.1. Bahasa Indonesia.2. Bahasa Sasak.3. Bahasa Bali.Padamara, 18 N opem ber 1979. K om plek Perum ahan Dep. P & K Cakranegara.-

D atu Langko.Lalu Ishak.Langko, K ecam atan Janapria.55 tahun.Islam.Tani.Ib tidaiyah (3 tahun).1. Bahasa Sasak.2. Bahasa Indonesia.Langko, 10 Septem ber 1979. K am pung G unting Desa Langko, Kecam atan Janapria,K abupaten L om bok Tengah.-

E m bung Puntiq.Lalu Barwan.K am pung Mangu Daya, Desa Ganti, Kecam atan Praya Timur.51 tahun.Islam.Tani.

177

Pendidikan Bahasa yang dikuasai

T em pat dan tgl. rekam an A lamat sekarang

Judul ceritera

Nama penu tu r T em pat lahir

U m urAgamaP ekerjaanPendidikanBahasa yang dikuasai

Tem pat dan tgl. rekaman Alamat sekarang

Judul ceritera Nama penu tu r T em pat lahir

Um urAgamaPekerjaanPendidikanBahasa yang dikuasai

Tem pat dan tgl. rekam an Alamat sekarang

Judul ceritera Nama penu tu r Tem pat lahir

Um urAgama

Volkschool.1. Bahasa Sasak.2. Bahasa Indonesia.Ganti, 21 O k tober 1979.K am pung Mangu Daya, Desa Ganti, K ecam atan Praya Timur,K ab u p a ten L om bok Tengah.-

1. Gunung Pujut.2. Tempiq-Empiq.Bapak Wahab.K am pung Ketangga, Sengkol, K ecam atan Pujut.66 tahun.Islam.Pensiunan Dinas Perikanan Darat. L andbouw Voorlichting Dienst.1. Bahasa Indonesia.2. Bahasa Sasak.3. Bahasa Jawa.Praya, 7 Septem ber 1979.Jalan Tuan Guru Lopan, Praya, K ab u p a ten L om bok Tengah.

Haji Ali Batu.Lalu M uteraji Mulia.K am pung Karang Dalem Batujai, K ecam atan Praya Barat.55 tahun.Islam.Pengusaha.Vervolg Scool.1. Bahasa Sasak.2. Bahasa Indonesia.3. Bahasa Belanda (pasip).Batujai, 5 Septem ber 1979.K arang Dalem, Desa Batujai, K ecam atan Praya Barat,K abupa ten L om bok Tengah.-

Kebango Renseng.Lalu Barwan.Manggu Daya, Desa Ganti, K ecam atan Praya Timur.51 tahun.Islam.

PekerjaanPendidikanBahasa yang dikuasai

A lamat sekarang

7. Judul ceritera Nama p enu tu r Tem pat lahir

UmurAgamaPendidikanPekerjaanBahasa yang dikuasai Tem pat dan tgl. rekam an Alamat sekarang

Judul ceritera Nama p enu tu r T em pat lahir

Um urAgamaPekerjaanPendidikanBahasa yang dikuasai

Alamat sekarang

9. Judul ceritera Nama penu tu r Tem pat lahir Umur Agama Pekerjaan Pendidikan Bahasa yang dikuasai

Tani.Volkschool.1. Bahasa Sasak.2. Bahasa Indonesia.K am pung Manggu Daya,Desa Ganti,K ecam atan Pray a Timur, K abupa ten L om bok Tengah.

Raga Dundang.Ayup.G ubuk Lamben, Desa Batujai, K ecam atan Praya Barat.50 tahun.Islam.

TaniBahasa Sasak.Batujai, 23 N opem ber 1979. K am pung Semundi, Desa Batujai, K ecam atan Praya Barat, K abupa ten L om bok Tengah.-

D atu Pejanggiq.A m aq Ainun.K am pung Tangon, Desa Pejanggiq.55 tahun.Islam.Tani.Sekolah Madrasah.1. Bahasa Sasak.2. Bahasa Indonesia.K am pung Tangon, Desa Pejanggiq, K ecam atan Praya, K abupa ten L om bok Tengah.-

Riwayat Gaos Abdul Razak.Mas Muq.Sekar Bela.40 tahun.Islam.Tukang Mas.SD.1. Bahasa Sasak.2. Bahasa Indonesia.

179

T em pat dan tgl. rekam an Alamat sekarang

10. Judu l ceritera

N am a p en u tu rT em pat lahirUm urAgamaPekerjaanPendidikanBahasa yang dikuasaiT em pat dan tgl. rekam an

Punia, 4 Septem ber 1979. Desa Sekar Bela,K ecam atan Am penan, K abupa ten L om bok Barat.

1. Rare Sigar.2. Tuan Guru Yang Berdosa. A m aq Hastani.K arang Bayan, Narmada.± 5 5 tahun.Islam.Tani.

Bahasa Sasak.Karang Bayan,K ecam atan Narmada.-

11. Judul ceritera Nama p en u tu r Tem pat lahir

Um urAgamaPekerjaanPendidikanBahasa yang dikuasai

T em pat dan tgl. rekaman Alamat sekarang

12. Judul ceritera Nama p enu tu r Tem pat lahir U m ur Agama Pekerjaan Pendidikan Bahasa yang dikuasai

Alamat sekarang

Wali Nyatoq.Lalu M uteradji Mulia.K am pung Karang Dalem,Batujai,K ecam atan Praya Barat.55 tahun.Islam.Pengusaha.Vervolg School.1. Bahasa Sasak.2. Bahasa Indonesia.3. Bahasa Belanda (pasip). Batujai, 5 Septem ber 1979. K arang Dalem, Desa Batujai, K ecam atan Praya Barat, K abupaten L om bok Tengah.-

Buen Lajanre.Bujir DM.Desa Kalabeso, K ecam atan Alas.40 tahun.Islam.Kepala SD N.K P G Negeri.1. Bahasa Sumbawa.2. Bahasa Indonesia.Desa Sebasang, K ecam atan Moyo Hulu.-

180

13. Judu l ceritera N ama p en u tu r Tem pat lahir

U m urAgamaP ekerjaanPendidikanBahasa yang dikuasai

Tem pat dan tgl. rekaman A lamat sekarang

14. Judu l ceritera Nama p en u tu r U m ur Agama PekerjaanBahasa yang dikuasai

15. Judu l ceritera Nama pen u tu r U m ur Agama PekerjaanBahasa yang dikuasai

16. Jud u l ceritera N ama p enu tu r U m ur Agama Pekerjaan

Pendidikan Bahasa yang dikuasai

A lamat sekarang

17. Judu l ceritera

Nama p en u tu r

Sari Bulan.Aries Zulkarnaen.Desa Poto, K ecam atan Mo> Hilir.39 tahun.Islam.Guru SD.SLTA.1. Bahasa Sumbawa.2. Bahasa Indonesia.3. Bahasa Inggris (Pasip).

Desa Poto,K ecam atan Moyo Hilir, K abupa ten Sumbawa.

Indra Zamrud.A. Karim A. Rahim.43 tahun.Islam.Penilik ICebudayaan.1. Bahasa Bima.2. Bahasa Indonesia.

M enta Dea.Abd. Azis.41 tahun.Islam.Penilik Kebudayaan.1. Bahasa Bima.2. Bahasa Indonesia.

Ncuhi Parewa. A bdurrahm an.40 tahun.Islam.Penilik K ebudayaan K ecam atan Monta.SGA / KGA.1. Bahasa Bima.2. Bahasa Indonesia. Sekuru, Monta.

1. Asal Usui Lintah.2. Sundari Bungkah.I Gede Gumbreg.

181

T em pat lahirUm urAgamaPekerjaanPendidikanBahasa yang dikuasai

Alamat sekarang

T em pat dan tgl. rekam an

K arang Sabo Cakranegara.41 tahun.Hindu.Tukang Mas.Sekolah Dasar.1. Bahasa Bali.2, Bahasa Indonesia. K am pung K arang Kediri, Desa Cakranegara Selatan, K ecam atan Cakranegara, K abupa ten L om bok Barat. K arang Kediri, 11 N opem ber 1979.

182

DAFTAR BACAAN.

1. Budhi Sanioso, S, D inam ika K ebudayaan dan P encata tannya, stensilan.

2. Budhi Sanioso, S, Dr., P e tun juk Penulisan Ceritera Rakyat, stensilan.

3. D ananjaya , James, P enun tun Cara Pengum pulan Folklore, Fakultas Sastra, UI, 1976.

4. Poerbatjaraka, R.M. Ng., Ceritera Panji Dalam Perbandingan, G u n ungA gung , 1968.— K epus takaan Jawa, Penerbit Jam batan , 57.

5. Ngurah Bagus, Drs., Dongeng Rakyat dan Pengajaran Bahasa, D irek to ra t Bahasa dan Kesusastraan, Cabang Singaraja, 1964.— Arti Perbuatan Baik Dalam K epercayaan Rakyat, Singaraja,

1964.6. R ahm an Ahmad, Lahilote Sebuah Legenda G orontalo , Maja-

iah Bahasa dan Sastra, No. 5 Th. II, 76.7. Singgih Wibisono, Pencata tan Ceritera Rakyat, stensilan, UI.

183

v±av*vr — vxvisnd iviva-^^