catatan kuliah

61
DIKTAT KULIAH SEDIMENTOLOGI Disusun oleh: Dessie Yanti Sihotang 270110140084 FAKKULTAS TEKNIK GEOLOGI

Upload: dessie-sihotang

Post on 05-Dec-2015

234 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

catatan kuliah sedimentologi

TRANSCRIPT

Page 1: CATATAN KULIAH

DIKTAT KULIAH

SEDIMENTOLOGI

Disusun oleh:

Dessie Yanti Sihotang

270110140084

FAKKULTAS TEKNIK GEOLOGI

UNIVERSITAS PADJAJARAN

JL. RAYA BANDUNG-SUMEDANG KM. 21 JATINANGOR 45363

2014/2015

Page 2: CATATAN KULIAH

coal

Oil & Gas

coal bed methane (cbm)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Mata Kuliah Sedimentologi

a. Untuk membekali mahasiswa dengan berbagai keahlian dalam memahami proses

pembentukan batuan sedimen.

b. Membekali lulusan agar mampu bersaing dan cepat beradaptasi dengan Industri yang

bergerak dalam Bidang Mineral, Energi dlsb.

1.2 Pengertian Sedimentologi

Sedimentologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan deskripsi,

klasifikasi dan asal muasal dari batuan sedimen. Hasil pelapukan, pengikisan permukaan

bumi merupakan bahan utama sedimen. Sedimen tersebut akan mengalami transportasi

dan mengendap kemudian mengalami lithifikasi sehingga terbentuk batuan sedimen.

Dalam kerak bumi batuan sedimen persentasinya lebih sedikit atau sekitar 7,9%

dibanding dengan batuan beku dan metamorf, tetapi dipermukaan bumi jumlah batuan

sedimen lebih banyak atau sekitar 66% dibandingkan dengan batuan lainnya walaupun

diperkirakan hanya 5% volume bagian terluar bumi, meskipun kelihatannya kecil namun

batuan sedimen sangat penting, karena didalamnya terekam informasi tentang sejarah

bumi dimasa lampau dan secara umum memiliki potensi sebagai sumber daya energy dan

mineral seperti bahan bakar fosil, batubara, minyak dan gas. “The present is the key to

the past is the key to the picture” (James Hutton, 1788)

WeatheringLithification

Transport

Erotion

Sedimentary rock

Deposition

Page 3: CATATAN KULIAH

Studi batuan sedimen dan lapisan batuan memberikan informasi tentang bawah

permukaan, sumber dalam studi ini antara lain literatur, penelitian dilapangan, core, dan

data geofisika. Literatur dapat berupa buku dan bacaan yang berhubungan dengan studi

batuan sedimen sedangkan penelitian yang dilakukan dilapangan dapat berupa singkapan

(outcrops) yang tersingkap di permukaan. Singkapan (outcrops) dibagi dua yaitu

consolidated sediments ( sudah menjadi batuan sedimen) dan unconsolidated sediments

(masih dalam bentuk sedimen). Core adalah bagian silinder yang merupakan bahan atau

substansi yang diambil dari bawah permukaan tanah pada kedalaman tertentu. Core dapat

juga dikatakan sebagai sample inti. Sample core dapat diperoleh dengan cara pengeboran

menggunakan bor khusus, ada dua jenis yaitu hand operated (pengoperasian alat dengan

tangan) dan power driven (dorongan tenaga listrk). Deskripsi core meliputi warna, ukuran

butir, bentuk butir, pemilahan, kemas, fragmen, matriks komposisi, struktur sedimen, dan

tebal lapisan dari data yang diperoleh tersebut maka dapat dilakukan anlisis terhadap

batuan sedimen yang tentunya dibantu dengan data geofisika seperti data seismik dan log.

literature outcrop core seismic

Proses pembentukan batuan sedimen atau sedimentasi akan terus berlangsung dari

awal bumi terbentuk hingga tidak ada lagi kehidupan dibumi (kiamat). Sumber,

klasifikasi maupun deskripsinya akan selalu sama yang membedakan adalah umurnya.

Proses sedimentasi yang terjadi zaman dulu juga terjadi hari ini, hasil dari proses

sedimentadi dimasa lampau sudah membentuk batuan sedimen membentuk singkapan

seperti yang bisa kita lihat dipantai dan ditempat-tempat tertentu lainnya sementara proses

sedimentasi hari ini dapat kita lihat pada air sungai yang keruh ketika hujan, sungai

tersebut membawa partikel sedimen dari sumbernya.

Sumber partikel sedimen dapat berasal dari jenis batuan mana saja seperti batuan

beku, batuan metamorf dan batuan sedimen itu sendiri. Batuan tersebut akan tersingkap

dipermukaan bumi karena pengaruh dari aktivitas tektonik yang mengakibatkan batuan

uplift (terangkat ke permukaan). Batuan yang berada diatas permukaan bumi akan kontak

dengan atmosfir dan kemudian akan mengalami pelapukan (wheathering). Batuan beku

(granit misalnya) berada jauh dibawah permukaan bumi dalam pengaruh tekanan yang

Page 4: CATATAN KULIAH

tinggi, ketika ada aktivitas tektonik batuan tersebut terangkat dan terlepas dari tekanan,

dan rekahan yang terbentuk cenderung akan mengakibatkan bagian luar batuan

mengembang karena atmosfir dan lama kelamaan partikel batuan akan lepas disepanjang

rekahan proses ini dikenal juga dengan eksfoliasi.

Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya gaya-gaya alam baik secara

fisik maupun kimiawi yang menyebakan terjadinya pemecahan, penghancuran dan

transformasi bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi material lepas (regolit)

di permukaan bumi. Regolit ini mempunyai kedalaman dan ketebalan yang bervariasi,

tergantung intensitas dan ekstensitas proses pelapukan yang terjadi. Pelapukan ada 3 jenis

yaitu pelapukan fisika/mekanik, kima dan biologi.

Pelapukan fisik (disintegrasi) merupakan proses  mekanik yang menyebabkan batuan

massif pecah hingga hancur terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada

perubahan kimiawi sama sekali. Proses ini sangat dominan pada kondisi suhu rendah

seperti di kutub atau pada kondisi suhu tinggi di padang pasir. Proses pelapukan fisik

terutama dipicu oleh perubahan suhu secara drastis. Batuan yang tersusun oleh berbagai

mineral yang beraneka sifat fisik dan kimawi apabila tiba-tiba terpapar oleh perubahan

suhu drastis, akan terjadi kontraksi dan ekspansi antarfraksi penyusunnya, sehingga

timbul retakan-retakan yang kemudian memicu pecah hancurnya bebatuan ini. Kecepatan

proses ini tergantung pada kondisi fisik batuan. Batuan berpermukaan kasar lebih cepat

dari pada yang halus, bebatuan berwarna gelap lebih banyak menyerap panas sehingga

lebih cepat dari pada yang berwarna terang.

Pelapukan atau transformasi kimiawi umunya merupakan proses yang menyertai

proses pelapukan fisik dan menyebabkan terjadinya perubahan dalam komposisi kimiawi

maupun komposisi mineral (dekomposisi) penyusun permukaan fragmen-fragmen batuan.

Melalui proses ini bagian permukaan fragmen-fragmen dapat kehilangan sebagian

mineral penyusunnya atau mengalami perubahan komposisi kimiawinya, yang kemudian

menyebabkan terbentuknya mineral-mineral sekunder. Mekanisme yang terlibat dalam

transformasi kimiawi ini meliputi pelarutan (solubilitasi), hidratasi, hidrolisis, oksidasi,

reduksi, karbonatisasi, dan asidifikasi (pengasaman). Pelapukan organis adalah proses

penghancuran massa batuan dengan bantuan organisme makhluk hidup dan tumbuhan.

Pada umumnya pelapukan organis dipengaruhi oleh pembusuknya sisa tumbuhan yang

dapat membentuk asam gambut yang berakibat rusaknya batuan, pengrusakan oleh

Page 5: CATATAN KULIAH

binatang-binatang kecil di dalam tanah serta pengrusakan batuan oleh aktiviras manusia

dengan segala peralatannya baik alat tradisonal maupun mekanik.

Produk dari pelapukan dapat berupa partikel padat sisa pelapukan (terrigenous

siliciclastics), mineral sekunder seperti lempung dan oksida besi, dan ion yang terlarut

baik air permukaan atau air bawah tanah seperti Ca2+, SO42-, Na+, Mg2+, dan K+. Produk

pelapukan sangat penting dalam membantu mendeskripsi batuan sedimen, sedimen hasil

pelapukan ini memiliki ukuran butir yang berbeda-beda. Berikut klasifikasi ukuran butir

oleh Udden-Wentworth

(Udden 1914, Wentworth 1922).

Semakin jauh suatu sedimen ditansport maka semakin kecil ukuran butirnya dan

bentuk butirnya juga akan semakin membundar, namun bisa saja bentuk butir suatu sedimen

dari sumbernya sudah membundar tanpa dipengaruhi oleh transportasi. Misalnya granit

karena mengalami tekanan yang sama besar terhadapnya (release pressure) maka bentuk

butirnya membundar atau melembar dan ketika masuk ke kolom air kemudian mengalami

transportasi yang tidak begitu jauh juga bentuk butirnya telah membundar karena dari

awalnya juga membundar.

Page 6: CATATAN KULIAH

BAB II

TRANSPORTASI SEDIMEN

Sedimen hasil pelapukan yang telah mengalalami erosi atau pengikisan/pelepasan dari

batuan sumbernya akan mengalami transportasi oleh media pembawa seperti air, udara dan

es. Akan tetapi beberapa transportasi hasil pelapukan dapat juga berlangsung tanpa bantuan

suatu media, tetapi hanya dengan tenaga gravitasi saja. Ketika energi kinetik lebih kecil dari

pada gravity maka sedimen akan terendapkan sedangkan apabila energi kinetik lebih besar

maka sedimen akan terangkat atau terdorong.

Sifat-sifat transportasi sedimen berpengaruh terhadap sedimen itu sendiri yaitu

mempengaruhi struktur sedimen yang terbentuk. Hal ini penting untuk diketahui karena

sebenarnya struktur sedimen merupakan suatu catatan tentang proses yang terjadi sewaktu

sedimen tersebut diendapkan. Umumnya proses itu merupakan hasil langsung dari gerakan

media pengangkut. Namun demikain sifat fisik (ragam ukuran, bentuk dan sifat jenis) butiran

sedimen itu sendiri mempunyai pengaruh pada proses mulai erosi, transportasi dan

pengendapan. Dua sifat yang mempengaruhi media ketika mengangkut sedimen adalah berat

jenis dan kekentalan. Keduanya akan mempengaruhi kemampuan dan kecepatan aliran.

Seperti yang telah dibahas sebelumnya proses transportasi

akan mempengaruhi tekstur dari batuan sedimen.

Contohnya longsor yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi,

terjadi interaksi antar partikel sedimen dimana partikel

sedimen yang berpindah dipengaruhi oleh gerakan

sedimen diatasnya, dalam pengertian lain partikel sedimen mendorong sedimen yang lainnya

dan dalam jarak yang pendek sehingga bentuk butir batuannya dominan menyudut dan

pemilalhannya buruk seperti yang diperjelas pada gambar diatas.

Mekanisme transportasi sedimen pada fluida, dapat dipengaruhi oleh laminar flow (aliran

laminar) dan turbulent flow (aliran turbulen). Aliran laminer adalah aliran fluida yang

bergerak paralel atau lurus tanpa adanya perpotongan satu dengan yang lainnya, memiliki

viskositas tinggi dan kecepatan alirannya relatif rendah serta perpindahan sedimen yang

dibawanya biasanya bergerak menggelinding atau saltasi. Aliran laminer tergambar sebagai

filament panjang yang mengalir sepanjang aliran. Sedangkan aliran tuurbulen adalah aliran

yang bergerak berpotongan atau membentuk pusaran air, sehingga partikel sedimen yang

dibawa bergerak secara acak dan tidak stabil serta viskositasnya yang rendah dan

kecepatannya berfluktuasi sehingga menghasilkan gesekan yang relatif tinggi.

Page 7: CATATAN KULIAH

Fluid viscous forces

Fluid inertial forces

Re ==

Re=

mRvr

Untuk menentukan pergerakan fluida bergerak laminer atau turbulen dapat diketauhui

dengan Reynold number (angka Reynold). Angka Reynold merupakan bilangan yang tidak

berdimensi dan penting dalam mekanika fluida untuk menentukan kriteria aliran dominan

suatu fluida yaitu menunjukkan perbandingan antar gaya-gaya inersial terhadap gaya akibat

viskositas fluida. Angka Reynold dirumuskan sebagai berikut

Dimana: Re = geometry of flow (e.g., water depth)

Re > 2000 (turbulent flow)

Re = 500-2000 (laminar flow)

V = flow velocity

r = fluid density

m = dynamic viscosity

Proses transportasi adalah proses perpindahan/pengangkutan material yang diakibatkan

oleh tenaga kinetis yang ada pada fluida sebagai efek dari gaya gravitasi. fluida mengangkut

material hasil erosinya dengan berbagai mekanisme, yaitu

Traksi, yaitu sedimen yang diangkut akan terseret pada dasar sungai.

Rolling, yaitu sedimen akan terangkut dengan cara menggelinding pada dasar sungai.

Saltasi, yaitu sedimen akan terangkut dengan cara meloncat pada dasar sungai.

Suspensi, yaitu proses pengangkutan material secara mengambang dan bercampur

dengan air sehingga menyebabkan air sungai menjadi keruh.

Solution, yaitu pengangkutan sedimen larut dalam air dan membentuk larutan kimia.

Rolling dan saltasi merupakan bagian dari bedload yaitu sedimen yang terangkut secara

menggelinding atau melompat disubstrat. Mekanisme rolling akan mengangkut sedimen

Re ~ 500- Re

Page 8: CATATAN KULIAH

dengan terus menerus kontak dengan substrak (bergulir) sedangkan pada mekanisme saltasi

terjadi serangkaian naik dan turun dengan ketinggian 100-500 diameter butiran tetapi

tergantung pada substraknya.

Fluida sebagai media transportasi dapat berupa air dan udara. Transportasi partikel di

dalam air sejauh ini merupakan mekanisme transportasi yang palingsignifikan. Air mengalir

di permukaan lahan di dalamchannel dan sebagai aliran permukaanoverland flow”. Arus-arus

di laut digerakkan oleh angin, tidal dan sirkulasi samudra. Aliran-aliran ini cukup kuat untuk

membawa material kasar di sepanjang dasarnya dan material yang lebih halus dalam

suspensi. Material dapat terbawa di dalam air sejauh ratusan atau ribuan kilometer sebelum

terendapkan.

Udara juga merupakan media transportasi terpenting. Angin berhembus di atas lahan

mengangkat debu dan pasir kemudian membawanya sampai jarak yang jauh. Kapasitas angin

untuk mentransportasikan material dibatasi oleh densitas rendah dari udara. Perbedaan

densitas antara media dan sedimen klastik berpengaruh terhadap keefektifan media dalam

menggerakkan sedimen. Selain air dan udara es juga dapat dimasukkan sebagai media

transportasi berupa fluida karena selama periode yang panjang es bergerak melintasi

permukaan lahan walaupun gerakannya sangat lambat karena memiliki viskositas yang

tinggi.

Kecepatan fluida dimana partikel akan naik ke dalam aliran dapat disebut sebagai

kecepatan kritis. Jika gaya yang bekerja pada partikel di dalam aliran telah diketahui maka

hubungan sederhana antara kecepatan kritis dan massa partikel dapat diperkirakan. Gaya seret

“drag force” yang diperlukan untuk menggerakkan partikel di sepanjang aliran akan

meningkat seiring massa, karena akan memerlukan gaya angkat untuk membawa partikel

naik ke dalam aliran. Pada kecepatan sedang “moderate” butir pasir dapat tersaltasi, butiran

bergerak rolling dan kerakal tetap tidak bergerak tetapi jika kecepatan meningkat gaya yang

bekerja pada partikel-partikel ini bertambah dan pasir lebih halus mungkin tersuspensi,

butiran tersaltasi dan kerakal bergerak rolling. Hubungan linear sederhana seperti ini juga

bekerja untuk material lebih kasar tetapi ketika ukuran butir halus terlibat maka akan semakin

komplek.

Gambar disamping merupakan gaya

yang bekerja di dalam aliran menurut

Middleton dan Southrd, 1978 & Collinson

dan Thomson 1982

Page 9: CATATAN KULIAH

Gaya yang bekerja pada partikel adalah fungsi dari viskositas dan densitas media fluida

seperti halnya massa partikel. Fluida berviskositas lebih tinggi menggunakan gaya seret dan

angkat yang lebih besar untuk kecepatan aliran tertentu. Dua fluida yang sangat penting

adalah air dan udara. Aliran air dapat mentransportasikan klastik sebesar bongkah pada

kecepatan yang terekam dalam sungai, bahkan pada badai dengan kekuatan angin yang

sangat tinggi, partikel mineral dan batuan terbesar yang terbawa kemungkinan besar

berukuran sekitar satu milimeter. Pembatasan ukuran partikel yang terbawa angin adalah satu

kriteria yang mungkin digunakan untuk membedakan material yang diendapkan oleh air dari

yang ditransportasikan dan diendapkan oleh angin. Fluida berviskositas lebih tinggi seperti es

dan aliran debris dapat mentransportasikan bongkah berukuran beberapa meter hingga

puluhan meter panjangnya.

Jika kecepatan berubah selama suatu periode aliran, ukuran klastik yang terendapkan

akan mencerminkan perubahan dalam kekuatan aliran. Aliran yang menurun dari 20cm/s ke

1cm/s diawali pengendapan pasir kasar tapi akan segara progresif mengendapkan pasir

sedang dan halus akibat turunnya kecepatan. Lapisan pasir yang terbentuk dari penurunan

aliran ini akan menunjukkan reduksi dalam ukuran butir dari kasar di dasarnya hingga halus

di bagian atasnya. Pola perubahan ukuran klastik dalam suatu lapisan tunggal ini disebut

sebagai gradasi normal”normal grading”. Sebaliknya, peningkatan dalam kecepatan aliran

seiring waktu mungkin menghasilkan peningkatan ukuran butir ke arah atas pada suatu

lapisan, dikenal sebagai gradasi terbalik “reverse grading. Normal grading lebih umum

karena banyak aliran alami yang dimulai dengan sentakan yang kuat diikuti oleh penurunan

secara gradual kecepatan alirannya. Aliran yang secara gradual bertambah kecepatannya

seiring waktu yang menghasilkan reverse grading jumlah frekuensinya sedikit. Material yang

diendapkan dari air statis juga menampakkan gradasi, perhitungan hubungan antara ukuran

butir dan kecepatan pengendapan dijelaskan dengan hukum Stoke. Partikel yang lebih besar

memiliki kecepatan terminal yang besar dan terendapkan lebih cepat dari butir-butir yang

lebih kecil.Gradasi dapat terjadi di variasi setting lingkungan yang bermacam-macam,

normal grading adalah karakteristik penting dari banyak endapan arus turbidit tapi mungkin

juga hasil dari badai di paparan kontinen, limpah banjir di lingkungan fluvial dan setting

delta top.

Page 10: CATATAN KULIAH

Sangat berguna menggambarkan perbedaan antara gradasi yang ada di dalam suatu

lapisan tunggal dan gradasi yang terdapat pada sejumlah lapisan. Suatu pola beberapa lapisan

yang dimulai dengan ukuran klastik kasar di lapisan terendah dan material lebih halus di

lapisan yang tertinggi disebut sebagai menghalus ke atas “fining-upward “. Pola yang

sebaliknya dengan lapisan terkasar di atas adalah rangkaian mengasar ke atas “corsening-

upward.

Gravitasi merupakan agen utama yang mengakibatkan transportasi pada landslides

dan massflow. Pada pergerakan masa subaeria (falls, slides, slumps, avalanches, mudflows,

dan subaerial debris flows) dan submarine debris flow transportasi terjadi ketika gaya yang

menahan (resisting force) terlampaui. Pada falls, slides, slumps dan avalanches, retakan

dihasilkan ketika batuan kehilangan gaya kohesi antara partikelnya yang kemudian bergerak

dan berhenti ketika energinya habis. Sedimen yang dihasilkan berupa breksi yang terpilah

buruk, tidak berlapis.

Pada transportasi ini partikel sediment tertransport langsung oleh pengaruh gravitasi,

disini material akan bergerak lebih dulu baru kemudian medianya. Jadi disini partikel

bergerak tanpa batuan fluida, partikel sedimen akan bergerak karena terjadi perubahan energi

potensial gravitasi menjadi energi kinetik. Yang termasuk dalam sediment gravity flow antara

lain adalah debris flow, grain flow dan arus turbid. Deposisi sediment oleh gravity flow akan

menghasilkan produk yang berbeda dengan deposisi sediment oleh fluida flow karena pada

gravity flow transportasi dan deposisi terjadi dengan cepat sekali akibat pengaruh gravitasi.

Batuan sedimen yang dihasilkan oleh proses ini umumnya akan mempunyai sortasi yang

buruk dan memperlihatkan struktur deformasi.

Pada debris flows, mudflows dan olisostrom seluruh masa diendapkan sekali.

Pergerakannya biasanya berlangsung ketika terdapat air yang mengakibatkan gaya gesek

antar partikel mengecil dan mengakibatkan massa meluncur dan terendapkan dengan tidak

Page 11: CATATAN KULIAH

beraturan. Produk yang dihasilkan terpilah buruk, banyak material lumpur dan lapisan

biasanya tebal serta massive.

Sedimen yang bergerak karena pengaruh gaya gravitasi ini, ada 4 macam yaitu:

Debris flow / Mud flows (interparticle interaction)

Debris flow dan mudflow merupakan aliran sedimen gravitasi pada tipe aliran

fluida Bingham Plastic, dimana aliran ini terdiri atas campuran partikel yang berukuran pasir

halus dan lempung yang membentuk lumpur dengan kekentalan yang memungkinkan untuk

mengangkut material yang berukuran sangat kasar seperti boulder. Aliran ini sering terjadi

pada daerah yang beriklim kering (arid) atau agak kering (semiarid) setelah terjadinya hujan

yang lebat. Contoh yang sering terjadi pada daerah gunungapi adalah aliran lahar yang

disusun oleh material hasil erupsi gunungapi.

Ciri sedimen hasil mud flows:

o Dominan terdiri atas sedimen berukuran matrik (matrix-dominated sediment)

o sortasi jelek

o pejal (tak berlapis)

Grain flows (grain interaction)

Grain flow adalah aliran dari butiran sediment yang inkohesif yang terdapat pada

lereng yang curam. Aliran ini terjadi ketika akumulasi sedimen melebihi gaya gesek antar

partikel dan ketika gempa bumi terjadi. Endapan yang dihasilkan berupa pasir yang terpilah

baik, tak berstruktur sampai berlaminasi berlangsung secara lokal.

Ciri sedimen hasil grain flows:

Liquefied flow

Grain collision

Grain flow Debris flow

Matrix strength & buoyancy

Turbulence

Turbidity flow

Buoyancy

Page 12: CATATAN KULIAH

o Dominan terdiri atas fragmen sedimen (fragment dominated-sediment)

o terpilah baik dan bebas lempung

Fluidized flows

Aliran cairan kental terjadi apabila material sedimen lepas mengalir bersama dengan

cairan sebagai suspensi dan membentuk cairan dengan kekentalan tinggi. Cairan ini dapat

mengalir dengan kecepatan tinggi pada kemiringan sekitar 3 derajat.

Ciri sedimennya:

o tebal, non-graded clean sand

o bersortasi jelek

o batas atas dan bawahnya kabur

o umumnya terdapat struktur sedimen dish structures, pipes, dan sand volcano.

Turbidity Current

Arus turbidit adalah aliran cepat menuruni lereng yang dipicu oleh tingginya densitas

relatif terhadap fluida lingkungan. Tingginya densitas ini disebabkan oleh melimpahnya

partikel yang tersuspensi. Turbulensi menjaga turbiditas yang kemudian menjadi gaya untuk

mempertahankan aliran tetap bergerak. Arus turbidit bersifat tiba-tiba dan tidak lama,

biasanya dipicu oleh adanya gempa bumi atau badai di laut. Arus ini dapat memindahkan

partikel ribuan kilometer ke bawah pada lereng submarin. Kemungkinan mayoritas atau

semuanya terkumpul pada suatu alur, seperti submarine canyon. Setelah partikel melewati

mulut channel, aliran menyebar dan melemah, arus turbidit collapse dan mengendapkan

partikel tersuspensinya.

Arus turbidit membutuhkan waktu dan jarak yang cukup untuk berkembang menjadi

gerakan cepat. Massa turbulen mempunyai bagian kepala (bagian paling tebal pada aliran),

tubuh (ketebalan seragam), dan ekor (ketebalan dan konsentrasi sedimen berkurang). Bagian

kepala memiliki kecepatan yang lebih rendah dibanding bagian tubuh, jadi sedimen yang

tersuspensi bergerak dari tubuh ke kepala, lalu menjalar dan kembali ke tubuh lagi.

Page 13: CATATAN KULIAH

BAB III

TEKSTUR BATUAN SEDIMEN

Batuan sedimen banyak sekali jenisnya dan tersebar sangat luas dengan ketebalan dari

beberapa centimeter sampai beberapa kilometer. Juga ukuran butirnya dari yang sangat halus

sampai yang sangat besar dan beberapa proses yang penting lainnya. Batuan sedimen tidak

hanya terbentuk dari hasil pelapukan dari fragmen-fragmen silikat, tetapi juga berasal dari

presipitat kimia dan biologi, dan alokhem.

Fragmen-fragmen silica berasal dari hasil pelapukan batuan yang telah ada

sebelumnya seperti metamorf, batuan beku dan batuan sedimen itu sendiri. Contohnya adalah

kuarsa dan feldspar ukuran butir pasir, kerikil, rijang, mineral lempung dan batu-batu

gneissic. Batuan ini didominasi oleh butir sehingga disebut juga silisiklastik. Alokem adalah

batuan yang diendapkan dari larutan dalam cekungan pengendapan, biasanya sebagai akibat

dari aktivitas biologis kemudian iangkut sebagai padatan dalam cekungan pengendapan

Contohnya bahan skeletal (kerang rusak atau seluruh dan bagian keras lainnya baik dari

tumbuhan dan hewan), ooliths, pelet feses, fragmen penecontemporaneous sedimen karbonat

terkikis dalam cekungan dan mengalami rework untuk membentuk kerikil dan butiran pasir,

dan mikrokristalin karbonat. Presipitat kimiawi dan biologi adalah batuan sedimen yang

bertekstur kristalan, dan dihasilkan dari reaksi kimia anorganik atau reaksi kimia karena

aktivitas kehisupan binatang-binatang ataupun tumbuh-tumbuhan. Presipitat ini membentuk

seluruh batuan atau menyemen butiran-butiran menjadi suatu batuan. Karena proses tersebut

maka ditafsirkan presipitat sebagai autigenik, oleh karena itu batuan ini terbentuk secara in-

situ dan terkristalisasi.

Sebagai seorang geologist tentunya kita harus mampu mengklasifikasi jenis-jenis

batuan sedimen tersebut sehingga kita dapat mengetahui kapan dan dimana batuan tersebut

Page 14: CATATAN KULIAH

diendapkan. Kita juga dapat mengetahui umur serta komposisi mineral batuan tersebut

melalui penelitian lebih lanjut di laboratorium.

Oleh karena itu salah satu parameter yang penting dalam mengklasifikasi dan

mengelompokan batuan sedimen adalah tekstur karena tekstur dapat menunjukan proses

transportasi dari batuan sedimen. Tekstur batuan sediment adalah segala kenampakan yang

menyangkut butir sedimen seperti ukuran butir, bentuk butir dan orientasi. Tekstur batuan

sedimen mempunyai arti penting karena mencerminkan proses yang telah dialami batuan

tersebut terutama proses transportasi dan pengendapannya, tekstur juga dapat digunakan

untuk menginterpetasi lingkungan pengendapan batuan sediment. Secara umum batuan

sedimen dibedakan menjadi dua, yaitu batuan sedimen klastik dan non-klastik.

Batuan sedimen klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk dari pengendapan

kembali detritus atau pecahan batuan asal. Batuan asal dapat berupa batuan beku, metamorf

dan sedimen itu sendiri. Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis, terbagi dalam

dua golongan besar dan pembagian ini berdasarkan ukuran besar butirnya. Cara terbentuknya

batuan tersebut berdasarkan proses pengendapan baik yang terbentuk dilingkungan darat

maupun dilingkungan laut. Batuan yang ukurannya besar seperti breksi dapat terjadi

pengendapan langsung dari ledakan gunungapi dan di endapkan disekitar gunung tersebut

dan dapat juga diendapkan dilingkungan sungai dan batuan batupasir bisa terjadi

dilingkungan laut, sungai dan danau. Semua batuan diatas tersebut termasuk ke dalam

golongan detritus kasar. Sementara itu, golongan detritus halus terdiri dari batuan lanau,

serpih dan batua lempung dan napal. Batuan yang termasuk golongan ini pada umumnya di

endapkan di lingkungan laut dari laut dangkal sampai laut dalam.

Fragmentasi batuan asal tersebut dimulai dari pelapukan mekanis maupun secara

kimiawi, kemudian tererosi dan tertransportasi menuju suatu cekungan pengendapan. Setelah

pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, prosess- proses yang

berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi.

Contohnya; Breksi, Konglomerat, Standsstone (batu pasir), dan lain-lain. Setelah

pengendapan berlangsung sedimen mengalami diagenesa yakni, proses proses-proses yang

berlangsung pada temperatur rendah di dalam suatu sedimen, selama dan sesudah litifikasi.

Diagenesis terjadi di mana mineral batuan menjadi tidak stabil sebagai akibat dari perubahan

kondisi atau kimia. Ketidakstabilan biasanya terjadi pada kontak butir dan dalam ruang pori

antara butir. Perubahan tekanan dan suhu menyebabkan mineral baru untuk membentuk atau

yang sudah ada sebelumnya mineral menjadi dimodifikasi sebagai sedimen (atau batu)

menyesuaikan dengan kondisi keseimbangan baru.

Page 15: CATATAN KULIAH

Proses diagenesis antara lain:

1. Kompaksi sedimen

Yaitu termampatnya butir sedimen satu terhadap yang lain akibat tekanan dari berat

beban di atasnya. Disini volume sedimen berkurang dan hubungan antar butir yang satu

dengan yang lain menjadi rapat.

2. Sementasi

Yaitu turunnya material-material di ruang antar butir sedimen dan secara kimiawi

mengikat butir-butir sedimen dengan yang lain. Sementasi makin efektif bila derajat

kelurusan larutan pada ruang butir makin besar.

3. Rekristalisasi

Yaitu pengkristalan kembali suatu mineral dari suatu larutan kimia yang berasal dari

pelarutan material sedimen selama diagenesa atu sebelumnya. Rekristalisasi sangat umum

terjadi pada pembentukan batuan karbonat.

4.    Autigenesis

Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga adanya mineral

tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen. Mineral autigenik ini yang umum

diketahui sebagai berikut: karbonat, silica, klorita, gypsum dan lain-lain.

5. Replacement

Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa pengurangan

volume asal.

6. Larutan (Solution)

Biasanya pada urutan karbonat akibat adanya larutan menyebabkan terbentuknya rongga-

rongga di dalam jika tekanan cukup kuat menyebabkan terbentuknya struktur iolit.

7. Bioturbation

Bioturbation mengacu pada kegiatan fisik dan biologis yang terjadi pada atau dekat

permukaan sedimen yang menyebabkan sedimen menjadi campuran. Penggalian oleh

organisme dapat meningkatkan pemadatan sedimen dan biasanya menghancurkan setiap

laminasi atau bedding dan Selama proses bioturbasi ini, endapan mineral dari beberapa

organisme bertindak sebagai semen.

Batuan sedimen Non-Klastik merupakan batuan sedimen yang terbentuk sebagai hasil

penguapan suatu larutan, atau pengendapan material di tempat itu juga (insitu). Proses

pembentukan batuan sedimen kelompok ini dapat secara kimiawi, biologi /organik, dan

kombinasi di antara keduanya (biokimia). Secara kimia, endapan terbentuk sebagai hasil

Page 16: CATATAN KULIAH

reaksi kimia, misalnya CaO + CO2 = CaCO3. Secara organik adalah pembentukan sedimen

oleh aktivitas binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagai contoh pembentukan rumah binatang

laut (karang), terkumpulnya cangkang binatang (fosil), atau terkuburnya kayu-kayuan sebagai

akibat penurunan daratan menjadi laut. Contohnya; Limestone (batu gamping), Coal

(batubara), dan lain-lain.

Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari kegiatan

organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik

(Pettjohn, 1975). Menurut R.P. Koesoemadinata, 1981 batuan sedimen dibedakan menjadi

enam golongan yaitu:

1. Golongan Detritus Kasar

Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam golongan ini

antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir. Lingkungan tempat pengendapan

batuan ini di lingkungan sungai dan danau atau laut.

2. Golongan Detritus Halus

Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan laut dangkal

sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini adalah batu lanau, serpih, batu

lempung dan Nepal.

3. Golongan Karbonat

Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan

cangkang moluska, algae dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan

rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu tempat. Proses

pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai neritik, sedangkan proses kedua di

endapkan pada lingkungan laut neritik sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali

macamnya tergantung pada material penyusunnya.

4. Golongan Silika

Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan kimiawi

untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang (chert), radiolarian dan tanah

diatom. Batuan golongan ini tersebarnya hanya sedikit dan terbatas sekali.

5. Golongan Evaporit

Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan kimia yang

cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di lingkungan danau atau laut yang

tertutup, sehingga sangat memungkinkan terjadi pengayaan unsure-unsur tertentu. Dan faktor

yang penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu endapan dari

Page 17: CATATAN KULIAH

larutan tersebut. Batuan-batuan yang termasuk kedalam batuan ini adalah gip, anhidrit, batu

garam.

6. Golongan Batubara

Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur-unsur organik yaitu dari tumbuh-tumbuhan.

Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat tertimbun oleh suatu lapisan yang

tebsl di atasnya sehingga tidak akan memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan

terbentuknya batubara adalah khusus sekali, dimana harus memiliki banyak sekali tumbuhan

sehingga kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.

Untuk mengetauhui nama suatu batuan sedimen tentu dilakukan deskripsi. Hal yang

perlu dideskripsi antara lain:

1. Komposisi

Komponen penyusun batuan silisiklastik antara lain:

Butiran (grain), yaitu butiran klastik yang

tertransport yang berupa mineral, fosil atau

fragmen batuan (litik).

Masa dasar (matrix), yaitu berukuran lebih

halus dari butiran (< 1/16 mm) dan

diendapkan bersama-sama dengan butiran.

Semen (cement), yaitu material berukuran

halus yang mengikat butiran dan matrik, diendapkan setelah fragmen dan matrik,

contoh : semen karbonat, silika, oksida besi, lempung, dll.

2. Grain size (ukuran butir)

Besar Butir adalah ukuran/diameter

butiran, yang merupakan unsur utama

dari batuan sedimen klastik, yang

berhubungan dengan tingkat energi pada

Page 18: CATATAN KULIAH

saat transportasi dan pengendapan. Klasifikasi besar butir menggunakan skala

Wentworth. Besar butir ditentukan oleh:

o Jenis pelapukan : pelapukan kimiawi (butiran halus)

o Pelapukan mekanis (butiran kasar)

o Jenis transportasi

o Waktu/jarak transportasi

o Resistensi

Ketika data grain size telah dimasukkan kedalam histogram, maka dapat diketahui

bagaimana distribusi ukuran butir sedimen dan dapat juga memperkirakan lingkungan

pengendapannya.

3. Grain shape (bentuk butir)

Bentuk butir merujuk pada morfologi eksternal partikel. Tingkat kebundaran butir

dipengaruhi oleh komposisi butir, ukuran butir, jenis proses transportasi dan jarak transport.

Butiran dari mineral yang resisten seperti kuarsa dan zircon akan berbentuk kurang bundar

dibandingkan butiran dari mineral kurang resisten seperti feldspar dan pyroxene. Butiran

berukuran lebih besar daripada yang berukuran pasir. Jarak transport akan mempengaruhi

tingkat kebundaran butir dari jenis butir yang sama, makin jauh jarak transport butiran akan

makin bundar.

Page 19: CATATAN KULIAH

Pembagian kebundaran :

o Well rounded (membundar baik) Semua permukaan konveks, hamper

equidimensional, sferoidal.

o Rounded (membundar) Pada umumnya permukaan-permukaan bundar, ujung-ujung

dan tepi butiran bundar.

o Subrounded (membundar tanggung) Permukaan umumnya datar dengan ujung-ujung

yang membundar.

o Subangular (menyudut tanggung) Permukaan pada umumnya datar dengan ujung-

ujung tajam.

o Angular (menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.

o Very angular (sangat menyudut) Permukaan konkaf dengan ujungnya yang sangat

tajam

4. Kemas (fabric)

Kemas merupakan sifat hubungan antar butir sebagai fungsi orientasi butir dan

packing, secara umum dapat memberikan gambaran tentang arah aliran dalam sedimentasi

serta keadaan porositas dan permeabilitas batuan. Di dalam batuan sedimen kalstik dikenal

dua macam kemas yaitu kemas terbuka, yaitu butiran tidak saling bersentuhan

(mengambang di dalam matrik) dan kemas tertutup yaitu butiran saling

bersentuhan satu sama lain.

5. Pemilahan (sorting)

Pemilahan adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,

artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka, pemilahan semakin baik.

Pemilahan yaitu kesergaman butir didalam batuan sedimen klastik. Beberapa istilah yang

biasa dipergunakan dalam pemilahan batuan, yaitu :

Sortasi baik      : bila besar butir merata atau sama besar

Sortasi buruk   : bila besar butir tidak merata, terdapat matrik dan fragmen

6. Porositas

Definisi porositas sendiri adalah perbandingan antara volume rongga dengan

volume total batuan yang dinyatakan dalam persen. Porositas dapat diketahui dengan

meneteskan air ke permukaan batuan. Istilah - istilah yang dipakai ialah porositas

baik (batuan menyerap air), porositas sedang (di antara baik-buruk), dan porositas

buruk (batuan tidak menyerap air).

7. Kekompakan

Page 20: CATATAN KULIAH

Kekompakan adalah sifat fisik dari batuan. Beberapa istilah yang dipakai

dalam kekompakan batuan adalah:

Dense : sangat padat

Hard : keras dan padat

Medium hard : agak keras tetapi masih dapat digores dengan jarum baja

Soft : lunak, mudah tergores dan dipecahkan

Friable : keras tetapi dapat diremas dengan tangan

Spongy : berongga

Contoh deskripsi batuan sedimen

Texture: Chemical

Grainsize: No grainsize

Composition: Calcite

Rockname: Limestone

Texture: Biologic

Grainsize: No grainsize

Composition : calcite, almost entirely shell and skeletal fragments

Rockname: Coquina

Texture: Biologic

Grainsize :No grainsize

Composition: calcite with some shell and skeletal fragments

Rockname: Fossiliferous Limestone

Jadi kesimpulannya dalam mempelajari tekstur adalah kita dapat memahami sumber

batuan asal (provenance), memahami diagenesa, mengetahui arah arus purba dan mugkin

juga mengetahui tektonik setting sehingga memahami sejarah batuan terebut.

Page 21: CATATAN KULIAH

BAB IV

STRUKTUR BATUAN SEDIMEN

Struktur sedimen adalah kenampakan batuan sedimen dalam dimensi yang lebih besar,

merupakan suatu kelainan dari perlapisan normal batuan sedimen dan diakibatkan oleh proses

pengendapan dan keadaan energi pembentuknya. Pembentukannya dapat terjadi pada waktu

pengendapan maupun setelah proses pengendapan. Struktur sedimen dibedakan menjadi dua

jenis yaitu struktur sedimen primer dan struktur sedimen sekunder

1. Struktur sedimen primer

Struktur ini terbentuk karena proses sedimentasi atau juga dapat dikatakan sebagai

struktur yang terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan sedimen, sehingga struktur

ini dijadikan arah penentuan muda atau tidaknya suatu lapisan (young in direction)

Page 22: CATATAN KULIAH

karena dapat menggambarkan mekanisme pengendapannya. Struktur yang terbentuk saat

proses pengendapan sedang berlangsung termasuk lapisan mendatar, lapisan silang, laminasi,

dan laminasi silang yang mikro yaitu adanya kesan riak.

a. Perlapisan dan laminasi

Perlapisan dan laminasi merupakan karakteristik utama dari batuan sedimen, menjadi

penciri dasar batuan sedimen dibandingkan batuan lain. Struktur terbentuk dikarenakan

adanya perubahan pada pola sedimentasi meliputi perubahan komposisi, ukuran butir, bentuk,

orientasi, dan kemas sedimen.  Perlapisan dan laminasi sendiri dapat dibedakan lagi

berdasarkan ketebalan yang lebih rinci. Apabila ketebalan kurang dari 1 cm disebut laminasi

sedangkan lebih dari 1cm disebut perlapisan. Perlapisan yang terdiri dari layer atau

penjajaran partikel lebih tipis dalam tubuh batuan sedimen disebut perlapisan datar / planar

stratified. Sekumpulan planar stratified sendiri yang memiliki kemiripan disebut

dengan bedsets. Jika bedsets saling memiliki kemiripan struktur internal (komposisi, tekstur,

struktur) disebut dengan simple bedsets, apabila terdiri dari kumpulan layer yang memiliki

karakteristik yang berbeda tetapi masih berhubungan secara genetis disebut composite

bedsets.

b. Lapisan silang (Cross stratification )

Page 23: CATATAN KULIAH

Cross stratification adalah struktur perlapisan sedimen dimana terdapat adanya sudut

yang jelas antar layer- layer  internalnya dengan bidang batas perlapisan. Dalam struktur ini

apabila yang bersilangan berukuran perlapisan disebut cross-bediing sedangkan bila

berukuran laminasi disebut cross-lamination (Lewis dan McConchie, 1994). Berdasarkan

bentuk lapisan yang bersilang struktur ini dapat dibedankan menjadi 2 yaitu planar cross

stratification  jika perlapisan dominan adalah perlapisan yang planar, dan through cross

stratification  jika yang dominan adalah perlapisan yang berbentuk lengkung (palung).

c. Graded Bedding dan reverse bedding

Graded bedding adalah struktur sedimen dimana perlapisan dicirikan dengan perubahan

ukuran butir secara vertikal dengan bergradasi/ bertahap. Terbagi menjadi Gradasi

normal (normal gradding) dan gradasi terbalik reverse grading. Normal gradding  itu sendiri

adalah gradasi ukuran butir pada bagian bawah kasar semakin keatas semakin halus.

Perlapisan yg menunjukkan kenampakan sebaliknya dimana pada bagian bawah suatu lapisan

memiliki ukuran butir yang halus kemudian semakin keatas memiliki ukuran butir yang lebih

kasar disebut dengan reverse grading.

d. Gelembur gelombang (ripple mark)

Ripple mark adalah struktur primer perlapisan sedimen yang menunjukan adanya

permukaan seperti ombak atau begelombang yang disebabkan adanya pengikiran oleh kerja

air, dan angin. Pada awalnya lapisan batuan sedimen tersebut datar dan horizontal karena

adanya pengaruh kerja air dan angin menyebabkan bagian-bagian lemah terbawa air atau

angin sehingga menyisahkan cekungan-cekungan yang membentuk seperti gelombang.

Page 24: CATATAN KULIAH

Ketika kecepatan aliran kritis untuk mengerakkan butir-butir pasir telah tercapai maka

mulailah terjadi saltasi. Jika aliran melewati suatu

lapisan pasir diamati terlihat bahwa butir-butir

mulai tersusun dalam kelompok (clusters).

Kelompok-kelompok ini tingginya hanya

beberapa butir, tapi ketika telah terbentuk

kelompok ini menciptakan tingkat-tingkat (steps)

yang mempengaruhi aliran di dalam boundary

layer. Aliran dapat divisualisasikan sebagai garis-

aliran (streamline) di dalam fluida, garis imajiner

yang menunjukkan arah aliran seperti pada gambar diatas. Streamline berada sejajar dengan

dasar yang rata atau sisi-sisi pipa silindris, tapi jika terdapat ketidakteraturan (irregularity),

seperti penanggaan (steps) di dasar karena akumulasi butir-butir, streamline berkumpul dan

tingkat transportasi meningkat. Di bagian teratas dari steps, streamline terpisah dari

permukaan dasar dan daerah pemisahan lapisan batas (boundary layer separation) terbentuk

di antara titik pemisahan aliran (flow separation point) dan titik pengikatan aliran (flow

attachment point) di hilirnya. Di bawah streamline ini terdapat daerah yang disebut

gelembung pemisahan (separation bubble) atau zona pemisahan (separation zone). Perluasan

aliran di atas steps menghasilkan peningkatan tekanan dan tingkat transportasi sedimen

tereduksi, menghasilkan pengendapan di atas sisi bawah angin (lee side) dari steps.

Page 25: CATATAN KULIAH

Waves dihasilkan dalam tubuh air oleh angin yang bekerja pada permukaan atau oleh

input energi dari gempabumi, longsoran

(landslide) atau fenomena yang serupa. Semua

tubuh air, dari kolam hingga samudra, adalah

subjek pembentukan gelombang yang

dihasilkan oleh angin pada permukaan. Tinggi

dan energi gelombang ditentukan oleh kekuatan

angin dan fetch (permukaan air yang dilewati

ketika gelombang dihasilkan dari hembusan

angin. Waves yang dihasilkan dalam samudra

terbuka dapat berjalan baik diluar daerah dimana waves terbentuk. Bentuk gelombang

sederhana melibatkan pergerakan osilasi (oscillatory) permukaan air; tidak ada jaring

pergerakan air horizontal. Bentuk gelombang bergerak melewati permukaan air dengan

perilaku yang terlihat ketika kerakal dijatuhkan ke dalam air yang tenang. Ketika gelombang

memasuki air yang sangat dangkal amplitudonya meningkat dan gelombang pecah,

menciptakan pergerakan horizontal gelombang yang terlihat di pantai danau dan laut.

Pergerakan osilasi permukaan puncak dari tubuh air dihasilkan oleh gelombang yang

menghasilkan jalan sirkuler bagi molekul air dalam lapisan puncak seperti yang ditunjukkan

pada gambar disamping. Pergerakan sirkuler ini kumpulan serangkaian sel-sel sirkuler di

dalam air di bawah. Dengan meningkatnya kedalaman gesekan internal mereduksi

pergerakan dan efek gelombang permukaan berakhir. Kedalaman dimana gelombang

permukaan mempengaruhi tubuh air disebut wave base, Di dalam laut dangkal, dasar tubuh

air berinteraksi dengan gelombang. Gesekan menyebabkan pergerakan sirkuler pada

permukaan menjadi terubah ke dalam bentuk eliptical yang dasarnya merata menjadi osilasi

horizontal. Osilasi horizontal ini mungkin menghasilkan wave ripples dalam sedimen.

Pada energi rendah rolling grain ripples terbentuk seperti gambar dibawah. Kecepatan

puncak pergerakan butir adalah pada titik tengah

(mid-point) tiap osilasi, menurun hingga nol pada

tepi-tepi. Butir-butir tersapu menjauh dari tengah

dimana lembah terbentuk ke tepi-tepi dimana

puncak ripples terbangun. Rolling grain ripples

adalah dicirikan oleh lembah yang luas dan

puncak yang tajam. Pada energi yang lebih tinggi

butir-butir dapat terjaga sementara waktu dalam

Page 26: CATATAN KULIAH

suspensi selama setiap osilasi. Vortex ripples ini memiliki puncak yang lebih membundar tapi

sebaliknya simetri. Dimana gelombang bergerak menuju laut dangkal pergerakan ke depan

dan ke belakang menjadi tak seimbang dan wave ripples asimetris mungkin terbentuk.

Dalam penampang melintang wave

ripples umumnya simetri. Lamina di dalam

tiap ripples miring (dip) ke dua arah dan

saling tumpang tindih. Karakteristik ini

terlihat dalam cross lamination yang

dihasilkan oleh akumulasi sedimen yang

dipengaruhi oleh gelombang. Wave ripples

dapat terbentuk dalam semua sedimen non-

kohesif dan secara prinsip terlihat dalam lanau kasar dan semua ukuran pasir. Jika energi

gelombang cukup tinggi wave ripples dapat terbentuk dalam material bergradasi kerikil

(gravel) termasuk endapan butiran (granule) dan kerakal (pebble). Ripples kerikil ini

memiliki panjang gelombang beberapa meter dan ketinggiannya puluhan centimetre.

e. Mud crack: bentuk retakan poligonal pada permukaan lapisan lumpur (mud).

f. Rain mark: kenampakan pada permukaan sedimen karena tetesan air hujan.

2. Struktur sedimen sekunder

Struktur batuan sedimen sekunder terjadi pada saat sebelum dan sesudah sedimentasi.

Struktur batuan sedimen sekunder merefleksikan lingkungan pengendapan, keadaan dasar

permukaan, lereng, dan kondisi permukaan. Contoh struktur sedimen sekunder antara lain

a. Load cest

Load Cest adalah struktur primer yang terjadi akibat adanya cacat pada permukaan batuan

yang terjadi karena adanya gaya gravitasi sehingga permukaan batuan tersebut runtuh oleh

batuan di atasnya dan membentuk sebuah lubang

b. Flute cast

Flute Cast adalah struktur primer yang terjadi akibat adanya penggerusan oleh angin

maupun air sehingga timbul cekungan atau gelombang pada permukaan batuan tersebut.

Page 27: CATATAN KULIAH

c. Convolute Bedding

Convolute bedding adalah struktur sedimen yang paling tidak berstruktur dikarenakan

pengaruh energi gelombang bolak-balik dan tidak menentu sehingga menghasilkan alur

sedimentasi yang sulit untuk diprediksi

d. Flame Structure

Flame structure adalah struktur yang membentuk load cast, akan tetapi material-

materialnya adalah hasil kontak antara pasir dengan lempung. Kenampakan struktur ini

terlihat dari bergabungan pasir dengan lempung akibat adanya penekanan. 

e. Struktur bioturbasi

Bioturbasi disebut juga struktur batuan sedimen organik yaitu terjadi akibat proses

biogenik atau organisme. Struktur batuan sedimen organik ditandai dengan adanya sisa-sisa

organisme yang menempel pada batuan.

Page 28: CATATAN KULIAH

Struktur sedimen sangat penting untuk dipelajari terutama dalam mempelajari pasir dan

batu pasir sama pentingnya dengan mempelajari tekstur dan mineralogy, sebagian besar

struktur sedimen hanya dapat dipelajari dengan jelas apabila melakukan pengamatan pada

singkapan sehingga tidak perlu dilakukan pengamatan secara mikroskopik. Struktur sedimen

jarang ditemukan dengan kondisi ideal ketika akan digunakan untuk menentukan litologi,

fasies, dan sekuen vertikal-jelasnya untuk memetakan struktur sedimen harus dilakukan

dengan sangat cermat dan teliti baik secara vertikal maupun lateral terhadap tubuh batu pasir,

fasies, atau cekungan sediment. Ketika struktur sedimen dapat digunakan sebagai penunjuk

informasi maka pengukuran dan pemetaan wajib untuk dilakukan.

BAB IV

LINGKUNGAN PENGENDAPAN

Lingkungan pengendapan adalah suatu daerah di permukaan bumi dimana terdapat

sesuatu bahan yang terendapkan atau terdapat suatu deposit. Lingkungan pengendapan dapat

dibedakan dengan daerah sekitarnya berdasarkan karakteristik biologi, kimia, dan fisiknya.

Lingkungan pada semua tempat di darat atau di bawah laut dipengaruhi oleh proses fisika dan

kimia yang berlaku dan organisme yang hidup di bawah kondisi itu pada waktu itu. Oleh

karena itu suatu lingkungan pengendapan dapat mencirikan proses-proses ini. Sebagai

contoh, lingkungan fluvial (sungai) termasuk saluran (channel) yang membawa dan

mengendapkan material pasiran atau kerikilan di atas bar di dalam channel. Ketika sungai

banjir, air menyebarkan sedimen yang relatif halus melewati daerah limpah banjir

(floodplain) dimana sedimen ini diendapkan dalam bentuk lapis-lapis tipis. Terbentuklah

tanah dan vegetasi tumbuh di daerah floodplain. Dalam satu rangkaian batuan sedimen

channel dapat diwakili oleh lensa batupasir atau konglomerat yang menunjukkan struktur

internal yang terbentuk oleh pengendapan pada bar channel. Setting floodplain akan diwakili

oleh lapisan tipis batulumpur dan batupasir dengan akar-akar dan bukti-bukti lain berupa

pembentukan tanah. Dalam deskripsi batuan sedimen ke dalam lingkungan pengendapan,

istilah fasies sering digunakan. Satu fasies batuan adalah tubuh batuan yang berciri khusus

yang mencerminkan kondisi terbentuknya. Mendeskripsi fasies suatu sedimen melibatkan

dokumentasi semua karakteristik litologi, tekstur, struktur sedimen dan kandungan fosil yang

Page 29: CATATAN KULIAH

dapat membantu dalam menentukan proses pembentukan. Jika cukup tersedia informasi

fasies, suatu interpretasi lingkungan pengendapan dapat dibuat. Lensa batupasir mungkin

menunjukkan channel sungai jika endapan floodplain ditemukan berasosiasi dengannya.

Namun bagaimanapun, channel yang terisi dengan pasir terdapat juga di dalam setting lain,

termasuk delta, lingkungan tidal dan lantai laut dalam. Pengenalan channel yang terbentuk

bukanlah dasar yang cukup untuk menentukan lingkungan pengendapan. Fasies pengendapan

batuan sedimen dapat digunakan untuk menentukan kondisi lingkungan ketika sedimen

terakumulasi.

Secara umum lingkungan pengendapan dibedakan menjadi tiga jenis yaitu

1. Lingkungan pengendapan darat (terestrial)

2. Lingkungan pengendapan transisi

3. Lingkungan pengendapan laut (marine)

1. Lingkungan Pengendapan Darat (terestrial)

Lingkungan darat (terestrial atau kontinental) dibagi menjadi beberapa lingkungan

pengendapan secara umum: fluvial (aluvial fan dan sungai), danau (lakustrin), gurun (sistem

aeolian) dan glasial.

a. Fluvial System

CLASSIFICATION OF ENVIRONMENTS BY DEPOSITIONAL

PROCESSES

TERRESTRIAL TRANSITIONAL MARINE

Fluvial System

Alluvial Fan

Braided River

Meandering River

Lake

Delta Complex

Beach

Lagoon

Tidal Flat

Dunes

Shelf (storm and tidal

dominated)

Submarine fan

Basin

Carbonate

Tidal Flat

Lagoon

Carbonate Barrier (reef)

Shelf

Basin

Page 30: CATATAN KULIAH

Bentang lahan fluvial merupakan bentang lahan yang terutama dihasilkan oleh aliran

air (sungai). Di sebagian besar tempat di dunia, aliran air di permukaan bumi merupakan

tenaga yang paling penting dalam proses pembentukan bentang lahan, kecuali di beberapa

tempat yang tertutup salju (daerah kutub). Meskipun di daerah yang beriklim kering dan

gurun, tenaga air yang mengalir masih, meskipun jumlahnya sedikit, tetap merupakan tenaga

destruktif penting dalam proses geomorfik.

Sebagian besar daerah pertanian yang subur di dunia merupakan hasil pro-ses fluvial

(hasil pergerakan oleh air mengalir). Daerah fluvial merupakan daerah yang sangat kompleks,

merupakan hasil transportasi dan deposisi bahan sedimen yang sifatnya berbeda-beda ke arah

vertikal maupun horizontal. Pola tanah yang terbentuk mungkin dapat sangat sederhana pada

daerah deposisi bagian bawah, atau sangat kompleks pada tempat yang dekat dengan aliran

air, misalnya pada teras sungai (river terraces). Dengan kata lain, keragaman tanah pada

sistem fluvial tergantung pada posisinya relatif terhadap lingkungan pengendapan.

Berdasarkan morfologinya sistem sungai dikelompokan menjadi 4 tipe sungai, sungai

lurus (straight), sungai teranyam (braided), sungai anastomasing, dan sungai kekelok

(meandering). Pertama Sungai lurus (Straight), Sungai lurus umumnya berada pada

daerah bertopografi terjal mempunyai energi aliran kuat atau deras. Energi yang kuat ini

berdampak pada intensitas erosi vertikal yang tinggi, jauh lebih besar dibandingkan erosi

mendatarnya. Kondisi seperti itu membuat sungai jenis ini mempunyai pengendapan

sedimen yang lemah, sehingga alirannya lurus tidak berbelok-belok (low sinuosity).

Kedua Sungai kekelok (Meandering), pada sungai tipe ini erosi secara umum

lemah sehingga pengendapan sedimen kuat. Erosi horisontalnya lebih besar dibandingkan

erosi vertikal, perbedaan ini semakin besar pada waktu banjir. Hal ini menyebabkan aliran

sungai sering berpindah tempat secara mendatar. Ini terjadi karena adanya pengikisan tepi

sungai oleh aliran air utama yang pada daerah kelokan sungai pinggir luar dan

pengendapan pada kelokan tepi dalam.

Ketiga Sungai teranyam, Biasanya tipe sungai teranyam ini diapit oleh bukit di kiri

dan kanannya. Endapannya selain berasal dari material sungai juga berasal dari hasil erosi

pada bukit-bukit yang mengapitnya yang kemudian terbawa masuk ke dalam sungai.

Runtunan endapan sungai teranyam ini biasanya dengan pemilahan dan kelulusan yang

baik, sehingga bagus sekali untuk batuan waduk (reservoir).

Keempat Sungai anastomasing, energi alir sungai tipe ini rendah. Ada perbedaan

yang jelas antara sungai teranyam dan sungai anastomosing. Pada sungai teranyam

(braided), aliran sungai menyebar dan kemudian bersatu kembali menyatu masih dalam

Page 31: CATATAN KULIAH

lembah sungai tersebut yang lebar. Sedangkan untuk sungai anastomasing adalah

beberapa sungai yang terbagi menjadi beberapa cabang sungai kecil dan bertemu kembali

pada induk sungai pada jarak tertentu.

b. Danau (Lacustrin)

Lacustrin atau danau adalah suatu lingkungan tempat berkumpulnya air yang tidak

berhubungan dengan laut. Lingkungan ini bervariasi dalam kedalaman, lebar dan salinitas

yang berkisar dari air tawar hingga hipersaline. Pada lingkungan ini juga dijumpai adanya

delta, barried island hingga kipas bawah air yang diendapkan dengan arus turbidit. Danau

juga mengendapkan klastika dan endapan karbonat termasuk oolit dan terumbu dari alga.

Pada daerah beriklim kering dapat terbentuk endapan evaporit. Endapan danau ini

dibedakan dari endapan laut dari kandungan fosil dan aspek geokimianya. Danau dapat

terbentuk melalui beberapa mekanisme, yaitu berupa pergerakan tektonik sebagai pensesaran

dan pemekaran; proses glasiasi seperti ice scouring, ice damming dan moraine damming

(penyumbatan oleh batu); pergerakan tanah atau hasil dari aktifitas volkanik sebagai

penyumbatan lava atau danau kawah hasil peledakan.

Visher (1965) dan Kukal (1971) dalam selley (1988) membagi lingkungan lacustrin

menjadi dua yaitu danau permanen dan danau ephemeral. Danau permanen mempunyai 4

model dan danau ephemeral mempunyai 2 model seperti yang terlihat pada gambar.

Page 32: CATATAN KULIAH

Profil Lacustrine

Danau permanen model pertama adalah danau yang terisi oleh endapan klastika yang

terletak di daerah pegunungan. Danau ini mempunyai hubungan dengan lingkungan delta

sungai yang berkembang ke arah danau dengan mengendapkan pasir dan sedimen suspensi

berukuran halus. Ciri dari endapan danau ini dan juga endapan model lainnya adalah berupa

varve yaitu laminasi lempung yang reguler. Pada endapan danau periglasial, varves berbentuk

perselingan antara lempung dan lanau. Lanau diendapkan pada saat mencairnya es,

sedangkan lempung diendapkan pada musim dingin dimana tidak ada air sungai yang

mengallir ke danau. Contoh danau ini adalah Danau Costance dan Danau Zug di Pegunungan

Alpen. Danau permanen model kedua adalah danau yang terletak di dataran rendah dengan

iklim yang hangat. Material yang dibawa oleh sungai dalam jumlah yang sedikit. Endapan

karbonat terbentuk pada daerah yang jauh dari mulut sungai disekitar pantai. Cangkang-

cangkang molluska dijumpai pada endapan pantai, yang dapat membentuk kalkarenit jika

energi gelombang cukup besar. Kearah dalam dijumpai adanya ganggang merah

berkomposisi gampingan. Contoh danau ini adalah Danau Schonau di Jerman dan Danau

Great Ploner di Kanada Selatan. Danau permanen model ketiga adalah danau dengan endapan

sapropelite (lempung kaya akan organik) pada bagian dalam yang dikelilingi oleh karbonat di

daerah dangkal. Endapan pantai berupa ganggang dan molluska. Danau permanen model ke

empat dicirikan oleh adanya marsh pada daerah dangkal yang kearah dalam menjadi

sapropelite. Contoh dari danau ini adalah Danau Gytta di Utara Kanada.

Danau ephemeral adalah danau yang terbentuk dalam jangka waktu yang pendek di

daerah gurun dengan iklim yang panas. Hujan hanya terjadi sesekali dalam setahun.

Page 33: CATATAN KULIAH

Danau playa antar-gunung pada bagian dekat pegunungan berupa fan alluvial piedmont yang

kearah luar berubah menjadi pasir dan lempung. Ciri dari danau playa ini adalah lempung

berwarna merah-coklat yang setempat disisipi oleh lanau dan gamping. Contoh danau ini

adalah Danau Qa Saleb dan Qa Disi di Jordania.

Karena adanya pengaruh evaporasi, danau ephemeral ini dapat membentuk endapan evaporite

pada lingkungan sabkha. Contoh dari danau ini adalah Danau Soda di Amerika Utara dan di

Gurun Sahara dan Arab.

c. Alluvial fan

Dataran alluvial merupakan dataran yang terbentuk akibat proses-proses geomorfologi

yang lebih didominasi oleh tenaga eksogen antara lain iklim, curah hujan, angin, jenis batuan,

topografi, suhu, yang semuanya akan mempercepat proses pelapukan dan erosi. Hasil erosi

diendapkan oleh air ketempat yang lebih rendah atau mengikuti aliran sungai. Dataran

alluvial menempati daerah pantai, daerah antar gunung, dan dataran lembah sungai. Daerah

alluvial ini tertutup oleh bahan hasil rombakan dari daerah sekitarnya, daerah hulu ataupun

dari daerah yang lebih tinggi letaknya. Dataran aluvial contohnya adalah aluvial fan.

Aluvial fan atau yang biasa disebut kipas aluvial

adalah kenampakan pada mulut lembah yang berbentuk

kipas yang merupakan hasil proses pengendapan atau

merupakan akhir dari sistem erosi-deposisi yang dibawa

oleh sungai yang mana rempah batuan dipindahkan dari

bagian yang kedap air ke bagian yang lain. Atau dapat

diartikan pula bila suatu sungai dengan muatan sedimen yang besar mengalir dari bukit atau

pegunungan, dan masuk ke dataran rendah, maka akan terjadi perubahan gradien kecepatan

yang drastis, sehingga terjadi pengendapan material yang cepat, yang dikenal sebagai kipas

aluvial, berupa suatu onggokan material lepas, berbentuk seperti kipas, biasanya terdapat

pada suatu dataran di depan suatu gawir. Biasanya material kasar diendapkan dekat

kemiringan lereng, sementara yang halus terendapkan lebih jauh pada pedataran.

2. Lingkungan Pengendapan Transisi

Page 34: CATATAN KULIAH

Lingkungan pengendapan transisi adalah semua lingkungan pengendapan yang berada

atau dekat pada daerah peralihan darat dengan laut. Lingkungan pengendapan transisi

antara lain;

a. Delta

Proses pembentukan delta adalah akibat akumulasi dari sedimen fluvial (sungai) pada

“lacustrine” atau “marine coastline”. Delta merupakan sebuah lingkungan yang sangat

komplek dimana beberapa faktor utama mengontrol proses distribusi sedimen dan morfologi

delta, faktor-faktor tersebut adalah regime sungai, pasang surut (tide), gelombang, iklim,

kedalaman air dan subsiden. Untuk membentuk sebuah delta, sungai harus mensuplai

sedimen secara cukup untuk membentuk akumulasi aktif, dalam hal ini prograding system.

Secara sederhana ini berarti bahwa jumlah sedimen yang diendapkan harus lebih banyak

dibandingkan dengan sedimen yang terkena dampak gelombang dan pasang surut. Dalam

beberapa kasus, pengendapan sedimen fluvial ini banyak berubah karena faktor diatas,

sehingga banyak ditemukan variasi karakteristik pengendapan sedimennya, meliputi

distributary channels, river-mouth bars, interdistributary bays, tidal flat, tidal ridges, beaches,

eolian dunes, swamps, marshes dan evavorites flats.

Ketika sebuah sungai memasuki laut dan

terjadi penurunan kecepatan secara drastis,

yang diakibatkan bertemunya arus sungai

dengan gelombang, maka endapan-endapan

yang dibawanya akan terendapkan secara

cepat dan terbentuklah sebuah delta. Deposit

(endapan) pada delta purba telah diteliti

dalam urutan umur stratigrafi, dan sedimen

yang ada di delta sangat penting dalam

pencarian minyak, gas, batubara dan

Page 35: CATATAN KULIAH

uranium. Delta - delta modern saat ini berada pada semua kontinen kecuali Antartica. Bentuk

delta yang besar diakibatkan oleh sistem drainase yang aktif dengan kandungan sedimen yang

tinggi.

b. Tidal Flat

Tidal flat merupakan lingkungan yang terbentuk pada energi gelombang laut yang rendah

dan umumnya terjadi pada daerah dengan daerah pantai mesotidal dan makrotidal. Pasang

surut dengan amplitudo yang besar umumnya terjadi pada pantai dengan permukaan air yang

sangat besar/luas. Danau dan cekungan laut kecil yang terpisah dari laut terbuka biasanya

hanya mengalami efek yang kecil dari pasang surut ini, seperti pada laut mediterania yang

ketinggian pasang surutnya hanya berkisar dari 10 – 20 cm. Luas dari daerah tidal flat ini

berkisar antara beberapa kilometer sampai 25 km (Boggs, 1995). Berdasarkan pada

elevasinya terhadap tinggi rendahnya pasang surut, lingkungan tidal flat dapat dibagi menjadi

tiga zona, yaitu subtidal, intertidal dan supratidal .

Pembagian serta hubungan antara zona-zona pada lingkungan tidal flat (Boggs, 1995)

Zona subtidal meliputi daerah dibawah rata-rata level pasang surut yang rendah dan biasanya

selalu digenangi air secara terus menerus. Zona ini sangat dipengaruhi oleh tidal channel dan

pengaruh gelombang laut, sehingga pada daerah ini sering diendapkan bedload dengan

ukuran pasir (sand flat). Pada zona ini sering terbentuk subtidal bar dan shoal. Pengendapan

pada daerah subtidal utamanya terjadi oleh akresi lateral dari sedimen pasiran pada tidal

channel dan bar. Migrasi pada tidal channel ini sama dengan yang terjadi pada lingkungan

sungai meandering. Zona intertidal meliputi daerah dengan level pasang surut rendah sampai

tinggi. Endapannya dapat tersingkap antara satu atau dua kali dalam sehari, tergantung dari

kondisi pasang surut dan angin lokal. Pada daerah ini biasanya tidak tumbuh vegetasi yang

baik, karena adanya aktifitas air laut yang cukup sering (Boggs, 1995). Karena intertidal

merupakan daerah perbatasan antara pasang surut yang tinggi dan rendah, sehinnga

merupakan daerah pencampuran antara akresi lateral dan pengendapan suspensi, maka daerah

ini umumnya tersusun oleh endapan yang berkisar dari lumpur pada daerah batas pasang

surut tinggi sampai pasir pada batas pasang surut rendah (mix flat).

Pada daerah dengan pasang surut lemah disertai adanya aktivitas ombak pada endapan

pasir intertidal dapat menyebabkan terbentuknya asimetri dan simetri ripples. Facies intertidal

didominasi oleh perselingan lempung, lanau dan pasir yang memperlihatkan struktur flaser,

wavy dan lapisan lentikular. Facies seperti ini menunjukan adanya fluktuasi yang konstan

dengan kondisi energi yang rendah (Reading, 1978) Zona supratidal berada diatas rata-rata

level pasang surut yang tinggi. Karena letaknya yang lebih dominan ke arah darat, zona ini

Page 36: CATATAN KULIAH

sangat dipengaruhi oleh iklim. Pada daerah sedang, daerah ini kadang-kadang ditutupi oleh

endapan marsh garam, dengan perselingan antara lempung dan lanau (mud flat) serta sering

terkena bioturbasi (skolithtos).

Pada daerah beriklim kering sering terbentuk endapan evaporit flat. Daerah ini umumnya

ditoreh oleh tidal channel (incised tidal channel) yang membawa endapan bedload di

sepanjang alur sungainya. Pengendapan pada tidal channel umumnya sangat dipengaruhi oleh

arus tidal sendiri, sedangkan pada daerah datar di sekitarnya (tidal flat), pengendapannya

akan dipengaruhi pula oleh aktivitas dari gelombang yang diakibatkan oleh air ataupun angin.

Suksesi endapan pada lingkungan tidal flat umumnya memperlihatkan sistem progadasi

dengan penghalusan ke atas sebagai refleksi dari batupasir pada pasang surut rendah

(subtidal) ke lumpur pada pasang surut tinggi (supratidal dan intertidal bagian atas).  

Blok diagram silisiklastik pada

lingkungan tidal flat (Dalrymple,

1992 dalam Walker & James, 1992

c.  Rawa

Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang

merupakan tanah lumpur dengan kadar air relative tinggi. Wilayah rawa yang luas

terdapat di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua (Irian Jaya).  Daerah berawa-rawa

terjadi mengikuti perluasan daratan karena meditasi akuatis. Oleh karena itu, rawa dapat

dijumpai pada tempat-tempat yang syarat-syarat sedimentasi akuatisnya memungkinkan,

misalnya daerah-daerah pantai Papua (Irian Jaya), pantai utara Jawa, pantai timur

Sumatera dan pantai Kalimantan. Bila sungai dipasok lebih banyak sedimen dari pada

kemampuan sungai untuk membawa sedimen tersebut, maka akan diendapkan material

berlebih pada dasar kanal sebagai sand and gravel bars. Pengendapan ini mendorong

sungai untuk memecah kanal menjadi dua atau lebih kanal sehingga terbentuklah pola

sungai teranyam (braided river).

Page 37: CATATAN KULIAH

d. Lagoon

Lagun atau Lagoon adalah suatu kawasan berair dangkal yang masih berhubungan

dengan laut lepas, dibatasi oleh suatu punggungan memanjang (barrier) dan relatif sejajar

dengan pantai. Maka dari itu lagun umumnya tidak luas dan dangkal dengan energi

rendah. Beberapa lagun yang dianggap besar, misalnya Leeward Lagoon di Bahama

luasnya hanya 10.000 km dengan kedalaman + 10 m (Jordan, 1978, dalam Bruce W.

Sellwood, 1990).

Akibat terhalang oleh tanggul, maka pergerakan air di lagun dipengaruhi oleh arus

pasang surut yang keluar/masuk lewat celah tanggul (inlet). Kawasan tersebut secara

klasik dikelompokkan sebagi daerah peralihan darat - laut dengan salinitas air dari tawar

(fresh water) sampai sangat asin (hypersalin). Keragaman salinitas tersebut akibat adanya

pengaruh kondisi hidrologi, iklim dan jenis material batuan yang diendapkan di lagun.

Lagun di daerah kering memiliki salinitas yang lebih tinggi dibanding dengan lagun di

daerah basah (humid), hal ini dikarenakan kurangnya air tawar yang masuk ke daerah itu.

Berdasarkan batasan-batasan tersebut diatas maka batuan sedimen lagun sepintas kurang

berarti dalam aspek geologi. Akan tetapi bila diamati lebih rinci mengenai aspek

lingkungan pengendapannya, lagun akan dapat bertindak sebagai penyekat perangkap

stratigrafi minyak. Transportasi material sedimen di lagun dilakukan oleh, air pasang

energi ombak, angin yang dengan sendirinya dikendalikan iklim sehingga akan

mempengaruhi kondisi biologi dan kimia lagun.

e. Pantai dan barrier island

Pantai dan barrier island adalah pulau yang tidak terlalu luas dan terletak sejajar

dengan garis pantai dengan kata lain dapat menjadi penyangga suatu daratan

dibelakangnya. Daerah dibelakang barrier islan adalah lagoon dimana memiliki energy

yang rendah dan memungkinkan pembentukan daerah terumbu seperti reef flat.

3. Lingkungan Pengendapan Laut (Marine)

Lingkungan pengendapan laut adalah semua lingkungan pengendapan yang berada di laut

atau samudera.

Page 38: CATATAN KULIAH

a. Laut Dangkal (Shelf  Environment)

Daerah shelf merupakan daerah lingkungan pengendapan yang berada diantara daerah

laut dangkal sampai batas shelf break . Heckel (1967) dalam Boggs (1995) membagi

lingkungan shelf ini menjadi dua jenis, perikontinental (marginal) dan epikontinental

epeiric). Perikontinental shelf adalah lingkungan laut dangkal yang terutama menempati

daerah di sekitar batas kontinen (transitional crust) shelf dengan laut dalam.

Perikontinental seringkali kehilangan sebagian besar dari endapan sedimennya (pasir dan

material berbutir halus lainnya), karena endapan-endapan tersebut bergerak memasuki

laut dalam dengan proses arus traksi dan pergerakan graviti (gravity mass movement).

Karena keberadaannya di daerah kerak transisi (transitional crust), perikontinental juga

sering menunjukan penurunan (subsidence) yang besar, khususnya pada tahap awal

pembentukan cekungan, yang dapat mengakibatkan terbentuknya endapan yan tebal pada

daerah ini (Einsele, 1992). Sedangkan epikontinental adalah lingkungan laut yang berada

pada daerah kontinen (daratan) dengan sisi-sisinya dibatasi oleh beberapa daratan. Daerah

ini biasanya dibentuk jauh dari pusat badai (storm) dan arus laut, sehingga seringkali

terproteksi dengan baik dari kedua pengaruh tersebut. Jika sebagian dari daerah epeiric ini

tertutup, maka ini akan semakin tidak dipengaruhi oleh gelombang dan arus tidal.   Skema

penampang lingkungan pengendapan laut (Boggs, 1995) Ada enam faktor yang

mempengaruhi proses sedimentasi pada lingkungan shelf (Reading, 1978), yaitu:

1. Kecepatan dan tipe suplai sedimen

2. Tipe dan intensitas dari hidrolika regime shelf

3. Fluktuasi muka air laut

4. Iklim

5. Interaksi binatang – sedimen

6. Faktor kimia

Pasir shelf modern sebagian besar (70%) adalah berupa relict sedimen, meskipun

kadang-kadang daerah shelf ini menerima secara langsung suplai pasir dari luar daerah,

seperti dari mulut sungai pada saat banjir dan dari pantai pada saat badai (Drake et al,

Page 39: CATATAN KULIAH

1972 dalam Reading, 1978). Endapan sedimen pada lingkungan shelf modern umumnya

sangat didominasi oleh lumpur dan pasir, meskipun kadang-kadang dijumpai bongkah-

bongkah relict pada beberapa daerah.

b. Reefs

Terumbu atau reef merupakan lingkungan yang unik yang sangat berbeda dari bagian

lingkungan pengendapan lainnya di lingkungan paparan (shelf). Terumbu ini umumnya

dijumpai pada bagian pinggir platform paparan luar (outershelf) yang hampir menerus

sepanjang arah pantai, sehingga merupakan penghalang yang efektif terhadap gerakan

gelombang yang melintasi paparan tersebut. Disamping terumbu berkembang seperti

massa yang menyusur sepanjang garis pantai diatas, juga dapat berkembang sebagai

“patch” yang terisolir dalam paparan bagian dalam atau innershelf . Istilah lain untuk

terumbu ini, ada yang menyebutnya dengan “carbonate buildup” atau “bioherm”. Tetapi

para pekerja karbonat tidak menyetujui penggunaan istilah terumbu hanya dibatasi untuk

carbonat-buildup atau inti yang kaku, pertumbuhan koloni organisme, atau carbonat -

buildup lainnya yang tidak memiliki inti kerangka yang kaku. Wilson (1975)

menggunakan istilah carbonat-buildup untuk tubuh yang secara lokal, terbatas secara

lateral, merupakan hasil proses relief tofografi, dan tanpa mengaitkan dengan hiasan

pembentuk internalnya.

c. Continental slope dan continental rise

Continental slope dan continental rise terletak pada dasar laut dari continental

shelf. Continental slopeadalah bagian paling curam pada tepi kontinen. Continental

slope melewati dasar laut menuju continental rise, yang punya kemiringan yang lebih

landai. Continental rise adalah pusat pengendapan sedimen yang tebal akibat dari arus

turbidity.

d. Abyssal plain

Abyssal plain merupakan lantai dasar samudera. Pada dasarnya datar dan dilapisi

oleh very fine-grained sediment, tersusun terutama oleh lempung dan sel-sel organisme

mikroskopis seperti foraminifera, radiolarians,dan diatom.

Referensi

Page 40: CATATAN KULIAH

Pettijohn F. J. 1975. Sedimentary Rocks: Harper & Row Publishers, New YorkEvanston-San

Fransisco-London.

Reading, H. G., 1978. Sedimentary Environments and Facies. Elsevier: New York.

Selley,R.C., 1985, Ancient Sedimentary Environments, Third Edition. Cornell University

Press, New York

Boggs, Sam, J. R., 1995, Principles of Sedimentology and Stratigraphy, University of

Oregon, Prentice Hall, Upper Saddle River, New Jersey

Nichols, Gary. 2009. Sedimentology and Stratigraphy. Wiley-Blackwell. UK

Hangky. Radolf. 2010. Lingkungan Pengendapan.

http://valentinomalau31.blogspot.com/2010/12/lingkungan-pengndapan.htm

https://anggerdumas.wordpress.com/2012/05/27/aliran-laminer-dan-turbulen/

http://www.academia.edu/11144273/Mekanisme_Transportasi_Sedimentasi

https://wingmanarrows.wordpress.com/2012/02/22/struktur-sedimen-dan-perlapisan/