catatan kuliah balita sehat cukup gizi

Upload: ratna-ekawati

Post on 14-Jan-2016

40 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

catatan kuliah kedokteran keluarga balita sehat cukup gizi

TRANSCRIPT

  • BAB 1. BALITA SEHAT CUKUP GIZI

    Sesi 1.

    GIZI PADA BALITA DAN DISEASE RELATED MALNUTRITION

    Supervisor:

    dr. Retno Sutomo, Sp.A, PhD

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP dr Sardjito / Fakultas Kedokteran UGM

    Presentasi Kasus:

    dr. Anindya Diwasasri

    Critical Appraisal;

    dr. Astika Cahya Noviana

    Tim Editing:

    dr. Anindya Diwasasri

    dr. Mora Claramita MHPE, PhD

    Tim Family Medicine Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

  • Review Presentasi Kasus:

    Pasien yang dipresentasikan adalah seorang anak perempuan usia 8 bulan. Anak

    dibawa orang tua dengan keluhan berat badan yang susah naik. Menurut ibu,

    anaknya susah naik berat badannya, tiap bulan hanya naik sekitar 1 ons. Nafsu makan

    anak baik. Dalam sehari makan 3 kali berupa bubur susu instan. Anak masih minum

    ASI (+), minum susu formula (-), makan biskuit (+). Ibu merasa ASI-nya masih

    keluar banyak. Untuk menambah jumlah ASI, ibu mengkonsumsi susu ibu menyusui

    dan pil penambah produksi ASI. Menurut ibu anaknya menyusu kurang kuat kadang

    hanya dikulum saja dan ibu menyusui tidak sampai ASI-nya habis. Jika anak tidur

    oleh ibu tidak dibangunkan untuk diberi ASI. Pasien sering demam, batuk, dan pilek.

    Dulu pernah dicurigai sakit flek paru,kemudian diperiksakan ke RS Emanuel

    Banjarnegara, tidak di rontgen dada dan di cek suntik di kulit. Waktu itu (kira-kira 2

    bulan yang lalu) tidak didiagnosis sebagai flek paru. Pasien mendapatkan pengobatan

    (nama obat yang diberikan ibu pasien tidak tahu). Setelah menjalani pengobatan 1

    bulan dikatakan sembuh. Nenek pasien yang tinggal berdekatan dan sering menjaga

    pasien sakit batuk lama namun tidak diperiksakan dan tidak mendapatkan pengobatan

    yang membuat air seni merah. pasien tinggal di sebelah rumah kakek neneknya.

    Neneknya sakit batuk yang sudah lama. Ayah pasien merokok sejak > 10 tahun yang

    lalu, rata-rata 1 bungkus/hari.

    Riwayat Kelahiran

    Pasien lahir normal per vaginam pada usia kehamilan 9 bulan (aterm) dengan ditolong

    oleh bidan. BBL 2600 gram dan panjang badan 47 cm.

    Riwayat Gizi

    0-6 bulan : ASI, hanya saja pada usia 0-beberapa hari anak sempat mendapatkan susu

    formula karena ASI ibu hanya keluar sedikit. Namun setelah itu susu formula dihentikan.

    6-8 bulan : ASI, bubur susu instan, biskuit marie

    Riwayat Perkembangan

  • Perkembangan motorik kasar, motorik halus, dan personal sosial anak sesuai dengan anak

    seusianya. Pemeriksa menggunakan Kuesioner pra skrining perkembangan

    untukmengetahui tumbuh kembang pasien. Anak dapat mengangkat kepala, dapat

    menyangga badan dengan kedua kaki saat ditahan di bagian ketiak, dapat duduk sendiri

    selama minimal 30 detik, dapat mengambil benda-benda kecil seperti manik-manik, dapat

    memegang masing-masing satu mainan pada kedua tangan.

    Pada pemeriksaan fisik, tampak anak terlihat kurus, tetapi masih aktif. Status nutrisi gizi

    kurang jika dilihat dari skala BB/U tetapi jika dilihat dari perbandingan BB/TB gizi anak

    masih dalam batas normal. Ditemukan pembesaran limfo nodi colli dextra, single, ukuran

    1 cm. Belum dilakukan pemeriksaan penunjang.

    Diagnosis kerja yang kami berikan adalah gizi kurang dengan differensial diagnosis TB

    anak dd malabsorbsi. Pasien tidak diterapi medika mentosa sampai terbukti adanya suatu

    infeksi semisal TB yang mendasari status gizinya. Tata laksana yang kami berikan

    sebagai dokter keluarga adalah pertama, edukasi kepada ibu dan keluarga mengenai diet

    seimbang bagi balita. Yaitu diet tinggi kalori dengan menu sesuai makanan keluarga

    tetapi konsistensi menyesuaikan umur. Kedua, dilakukan scoring TB pada anak tersebut,

    dilakukan pelacakan adanya penderita TB di sekitar rumah pasien, termasuk mengajak

    nenek pasien yang dikatakan sudah lama sakit batuk untuk melakukan pemeriksaan ke

    puskesmas.

    Setelah melakukan langkah awal, monitoring dan evaluasi dilakukan setiap bulan selama

    3 bulan pertama, bekerja sama dengan kader posyandu setempat,kemudian dilakukan

    pemantauan tiap 6 bulan sekali.

    Sebagai dokter keluarga hendaknya kita dapat melakukan pendekatan kepada keluarga

    pasien dengan anak gizi kurang, untuk mengetahui pengetahuan dan persepsi keluarga,

    mengidentifikasi masalah yang dihadapi dan kendala untuk memberikan gizi yang baik.

  • Review Critical Appraisal

    Jurnal yang dibawakan berjudul

    Breast-feeding and formula feeding in healthy term infants and bone health at age 10 yearsM. S. Fewtrell1*, K. Kennedy1, Peter R. Murgatroyd2, J. E. Williams1, S. Chomtho1 and A. Lucas11MRC Childhood Nutrition Research Centre, UCL Institute of Child Health, 30 Guilford Street, London WC1N 1EH, UK2Wellcome Trust Clinical Research Facility, Addenbrookes Hospital, Cambridge, UK

    (Submitted 20 April 2012 Final revision received 13 November 2012 Accepted 14 November 2012)

    Problem yang dibahas adalah untuk menyelidiki efek dari pemberian ASI dibandingkan

    dengan susu formula yaitu susu formula standard fat blend, dengan high sn-2 fat blend

    terhadap massa tulang pada usia 10 tahun. Intervensi dilakukan pada bayi usia 12 minggu

    dengan memberikan susu formula standard pada satu kelompok, dan memberikan susu

    formula high sn-2 fat blend pada kelompok yang lain, dilakukan secara random, blind.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan suatu perbedaan massa tulang

    anak, antara bayi yang diberi ASI dengan susu formula baik itu yang standard atau high

    sn-2. Pemberian susu formula high sn-2 yang didesain untuk meningkatkan absorpsi

    kalsium juga ditemukan tidak memberikan efek positif jangka panjang pada massa

    tulang, kecuali feses bayi menjadi lebih lunak.

    Materi dari SupervisorDr.Endy P. Prawirohartono

    Bagian Ilmu Kesehatan Anak

    Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

    RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta

    Ini tentu menjadi materi yang ditunggu-tunggu karena dr.endy tidak berkenan

    memberikan slide nya untuk dikopi ke peserta karena merupakan properti dari pihak

    sponsor.

    Bismillah... mari kita mulai..

  • Slide kuliah beliau diawali dengan ilustrasi seorang anak dengan kanker leukemia

    dan anak dengan HIV, tampak kurus, dengan kulit keriput. Jika kita melihat mereka,

    di rumah sakit mungkin merasa hal tersebut wajar, karena mereka memang

    menderita penyakit kronis yang berbahaya. Tetapi benarkah itu hal yang wajar??

    Jadi saat anak menjadi sakit, yang kronis dan menghabiskan cadangan energi tubuh,

    dapat menyebabkan terjadinya malnutrisi, oleh karena itu, dukungan nutrisi

    sangatlah penting untuk dapat membantu penyembuhan anak dan mengembalikan

    kondisi fisik yang mengalami nutrisi.

    Definisi Malnutrisi

    A state of nutrition in which a deficiency or excess (or imbalance) of energy, protein

    and other nutrients causes measurable adverse effects on tissue/body form, function

    and clinical outcome

    Malnutrition undernutritionMalnutrisi merupakan suatu kondisi adanya kekurangan atau kelebihan energi,

    protein, dan nutrien lain yang menyebabkan efek yang buruk bagi organ tubuh,

    fungsi tubuh, dan kondisi klinis pasien. Pada literatur, malnutrisi sering menunjuk

    pada kondisi undernutrisi.

    Prevalensi malnutrisi terkait penyakit belum bisa ditentukan, beberpa alasannya

    antara lain:

    Perbedaan kriteria untuk mendefinisikan prevalensi malnutrisi

    Tidak adanya pembanding yang komprehensif definisi malnutrisi pada berbagai

    jenis penyakit

    Tidak tersedianya informasi yang tepat tentang kondisi atau penyakit spesifik

    Lingkaran Setan Malnutrisi Terkait Penyakit

  • Dalam gambar diatas, menerangkan bahwa kondisi-kondisi seperti penyakit kronis

    (AIDS, Kanker, PPOK), Anorexia, sindrom malabsorbsi, penyakit akut (infeksi,

    trauma, perdarahan, luka bakar, pankreatitis) menyebabkan kondisi kelaparan pada

    pasien, dan dapat mengakibatkan malnutrisi jika asupan nutrisi tidak memadai, selain

    itu, 3 kondisi diatas juga dapat membangkitkan respon peradangan dalam tubuh,

    yang menyebabkan timbul proses katabolisme akibat stress. Proses katabolisme yang

    berlangsung terus menerus dalam tubuh penderita mengakibatkan respon lanjutan

    seperti, infeksi berulang karena penurunan sistem imun, gangguan sistem

    pencernaan, gangguan penyembuhan, gangguan fungsi otot. Kelainan tersebut akan

    menyebabkan proses peradangan lagi, dan akan menyebabkan tubuh kelaparan dan

    semakin memperberat kondisi malnutrisi.

    Dampak sosial malnutrisi, morbiditas meningkat, akibat menurunnya penyembuhan

    luka, meningkatnya kerentanan terkena infeksi, meningkatkan komplikasi. Mortalitas

    juga dapat meningkat, terapi yang dibutuhkan semakin banyak, lama perawatan di

    rumah sakit memanjang. Kesemuanya menyebabkan biaya kesehatan meningkat dan

    oleh karena itu, kualitas hidup pasien menurun.

    Penyebab malnutrisi terkait penyakit adalah multifaktorial:

    1. asupan energi dan nutrien kurang

    2. anak sulit makan

    3. kurangnya pemahaman petugas kesehatan

    mari kita tengok satu persatu

    1. Asupan Energi dan Nutrien yang Kurang

    a. Kemiskinan

    b. Ketidak tahuan

  • c. Tidak ada perhatian

    d. Lingkungan tidak nyaman

    e. Pilihan makanan kurang

    f. Makanan tidak enak

    g. Porsi tidak sesuai, dsb

    2. Kesulitan Makan

    a. Anoreksia

    b. Pantang makan

    c. Masalah mengunyah

    d. Masalah menelan

    e. Nausea

    f. Nyeri perut

    g. Diare

    h. Gangguan napas

    i. Cemas

    j. Kelemahan otot

    k. Cacat

    3. Kurangnya Pemahaman Petugas Kesehatan

    a. Pemahaman nutrisi kurang

    b. Tidak menganggap nutrisi penting

    c. Tidak mengenal faktor risiko

    d. Tidak merujuk ke dietisien

    e. Tidak memanfaatkan dukungan nutrisi

    f. Kebijakan tidak mendukung

    g. Sumber daya kurang

    h. Tidak ada organisasi nutrisi

    i. Tidak tersedia protokol (standar pelayanan)

    Dampak dari malnutrisi terkait penyakit sangat banyak, mempengaruhi berbagai

    organ dan fungsi tubuh, anatar lain:

    1. Berat dan komposisi tubuh

    2. Tumbuh kembang anak

  • 3. Massa dan fungsi otot jantung

    4. Fungsi Imunitas

    5. Massa dan fungsi otot nafas

    6. Massa dan fungsi otot jantung

    7. Struktur dan fungsi usus

    8. Penyembuhan Luka

    9. Outcome klinis

    10. Hemostasis energi

    11. Fungsi psikologis

    12. Kualitas Hidup

    Bagaimanakah tata laksana nutrisi pada anak sakit?

    Menggunakan pedoman Asuhan Nutrisi Pediatrik

    1. Asesmen status nutrisi

    2. Menentukan kecukupan nutrien

    3. Menentukan jenis makanan

    4. Menentukan cara pemberian

    5. Evaluasi

    Pada poin 1, dalam menilai status nutrisi anak, dapat menggunakan beberapa

    parameter:

    Klinis

    Antropometris

    Biokimiawi

    Biofisik

    Survei diet

    Pada praktek klinis, umumnya hanya perlu dilakukan pemeriksaan klinis dan

    antropometris untuk menegakkan diagnosis gizi buruk atau gizi kurang pada anak.

    Pemeriksaan lainnya biasanya hanya dilakukan pada pusat penelitian karena

    membutuhkan banyak biaya.

  • waspadai adanya gizi buruk,,,

    1. Penampakan Klinis

    Anak dengan gizi buruk seperti marasmus dan kwashiorkor tampak sangat jelas

    dengan penampakan klinisnya.

    2. Pemeriksaan antropometri dilakukan dengan mengukur berat badan anak dan

    tinggi badan, kemudian dilakukan scoring menurut WHO 2006, status gizi anak

    DINILAI DENGAN MEMBADINGKAN BB/TB

    Z-score WAZ HAZ WHZ

    + 3 SD Obese

    Definisi dari severe acute malnutrition (SAM) = kurus sekali= gizi buruk

    Dukungan nutrisi pada setiap stus gizi anak berbeda-beda, bagi penderita gizi buruk,

    nutrisi yang boleh diberikan sangat spesifik dan sangat perlu perhatian, sementara untuk

    pasien gizi kurang, dan normal, relatif aman.

    Pada pasien overweight dan obese support nutrisi nya juga spesifik.

  • TERAPI DIET GIZI BURUK

    Pada anak dengan gizi buruk, terdapat:

    Gangguan organ (hati, usus, ginjal) Terjadi infeksi karena bakteri tumbuh berlebih di dalam ususKondisi diatas, membuat penanganan terapi diet pada gizi buruk menjadi sangat

    spesifik,

    makanan dengan kandungan protein, besi, dan natrium rendah mudah dicernakaya Kalium dan MagnesiumFormula diet yang memenuhi hal diatas yakni F-75

    Setelah pemberian F-75 akan ada perbaikan klinis pada si anak,

    terjadi resintesis enzim metabolisme membaik edema menghilang proses fisiologis mulai normal nafsu makan membaikDengan kondisi tersebut, anak sudah dapat menerima energi dan protein yang lebih

    padat, dilengkapi fortifikasi vitamindan mineral untuk mendukung pertumbuhan.

    Pada tahapan ini dibutuhkan formula diet lanjutan yaitu F100Dengan pemberian F-100, berat badan anak semakin bertambah, panjang/tinggi badan

    bertambah, dokter pun puas.

    Tetapi?? Ada masalah penting yang tidak disadari oleh dokter tersebut...

    Apakah itu???

    Ternyata, pada kondisi gizi buruk, muncul gangguan lain seperti:

    Kemampuan ginjal belum baik

    Intoleransi glukose

    Sekresi insulin belum normal

    Fungsi imunitas masih jelek

    Pompa natrium belum baik

    Konsentrasi elektrolit intraselular belum terkoreksi

    Komposisi tubuh masih belum ideal terutama pertumbuhan otot

  • Apa yang dibutuhkan untuk mengatasi hal-hal tersebut???

    Berikut adalah guideline WHO tentang 10 tahap penanganan gizi buruk:

    Bagaimana menghitung kecukupan gizi anak?

    Mari kita belajar menghitung ;p

    Contoh Kasus

    An.EP, laki-laki umur 24 bulan, baru sembuh dari sakit, BB= 10.0 kg, PB= 85.0 cm

    Bagaimana cara memberikan support nutrisi nya?

    Pertama, mari kita tentukan status gizi anak ini

    Kita plot BB anak pada chart WHO weight for length untuk Laki-laki tentunya

    ZINC

  • Gizi normalBB< ideal

    Status giziBB ideal

    Tampak bahwa anak masih dalam gizi normal, tapi berat badannya di bawah berat

    badan ideal.

    Kedua, kita menilai Kecukupan Nutrien bagi anak

    Untuk menilainya, mari kita lihat tabel kecukupan nutrisi ENERGI normal sesuai

    umur (RDA):

    Umur

    (tahun)

    kcal/kg/hari

    0-1 100-120

    1-3 100

    4-6 90

    7-9 80

    10-12 L: 60-70

    P: 50-60

    12-18 L: 50-60

    P: 40-50

    Tabel di atas berlaku untuk anak dengan BB normal,

    Jika berat badan anak di bawah normal, maka untuk menilai kecukupan energi,

    digunakan rumus berikut:

    BB ideal(BB/TB) x RDA (umur menurut TB ideal)

    Anak EP memiliki PB= 85.0 cm, yang merupakan PB ideal utk balita usia 22 bulan.

    Jika dilihat di grafik, maka untuk anak usia 22 bulan, BB ideal nya = 12.2 kg

    Merujuk ke tabel RDA di atas, maka kecukupan energi untuk balita usia 22 bulan:

    100 kcal/kgBB/hari

  • Kecukupan energi anak = 12.2 kg x 100 kcal/hari = 1220 kcal/ hari

    INGAT!!!!

    Jadi dalam melakukan penghitungan kecukupan energi, patokannya adalah dari

    tinggi badan anak, sesuai dengan tinggi badan ideal usia berapa, nah BB ideal pada

    usia tersebut yang digunakan untuk menghitung, jadi bukan BB anak saat itu.

    Untuk menghitung Kecukupan Protein pada anak, ada tabel RDA yang berbeda:

    Umur g/kg/hari

    0-6 bulan 2,2

    6-12 bulan 1,6

    1-3 tahun 1,2

    4-6 tahun 1,1

    7-10 tahun 1,0

    11-14

    tahun

    L: 1,0

    P: 1,0

    15-18

    tahun

    L: 0,9

    P: 0,8

    Juga ikut diperhitungkan, faktor stress yang dimiliki anak:

    Kondisi Faktor stres

    Operasi elektif 1,1-1,3

    Gagal jantung 1,25-1,5

    Operasi besar 1,2-1,4

    Sepsis 1,4-1,5

    Catch-up growth 1,5-2,0

    Trauma kepala 1,5-1,7

    Anak yang mengalami malnutrisi dianggap memiliki faktor stress karena kondisi

    tubuh dihadapkan pada catch-up growth.

    Mari kita menghitung kecukupan Protein pada Anak EP ini:

    Di atas, telah didapatkan bahwa dilihat dari tinggi badannya, maka usia ideal : 22

    bulan

    BB ideal anak usia 22 bulan adalah 12.2 kg

    Lihat tabel RDA!!

  • RDA usia 22 bulan= 1.2 kg/kgBB/hari

    Kecukupan protein (belum dikoreksi dg faktor stress) = 12.2 x 1.2 g/kgBB/hari =

    14.6 g/hari

    Angka faktor koreksi = 1.5-2.0

    = 1.5x14.6 2.0x14.6 = 21.9-29.2 gram/hari

    Setelah dikoreksi, maka Angka Kecukupan Protein = 21.9 hingga 29.2 gram/ hari

    Kecukupan Cairan

    Untuk kecukupan cairan, lebih gampang menghitungnya, disesuaikan dengan BB

    anak,

    BB (kg) Kecukupan sehari

    0-10 100 ml/kg

    10-20 1000 + 50 ml/kg (>10 kg)

    >20 1500 + 20 ml/kg (>20 kg)

    Anak EP berat badannya 10 kg, maka kebutuhan cairannya:

    10 kg x 100ml/kg = 1000 ml/hari

    Jenis Makanan

    Jenis makanan yang diberikan pada anak berbeda sesuai tahapan pertumbuhannya,

    Usia 0-6 bulan :diberikan ASI saja

    Mulai usia 6-12 bulan : diberikan ASI + MP ASI

    Usia 12-24 bulan : ASI + makanan keluarga

    Makanan keluarga merupakan makanan utama

    ASI diberikan sampai 2 tahun (anak mungkin sudah tidak minum ASI)

    Pada anak sakit, nafsu makan turun, namun anak pada umumnya mau

    mengkonsumsi makanan cair

    Dalam kondisi tertentu, Dapat diberi makanan khusus (dietary food for special

    medical purposes, FSMP) berbentuk cair sehingga dapat diberikan secara oral

    atau enteral

    Mari kita lihat contoh pemberian Food for Specific for Medical Purposes (FSMP)

    pada anak EP tadi,

  • Kandungan FSMP:

    Contoh kandungan nutrien setiap 200 ml:

    Energi 300 kcal

    Protein 6,8 g

    Sehari anak diprogram 800 ml, asupan nutrien:

    Energi 1200 kcal

    Protein 27,2 g

    Kecukupan/hari

    Energi 1220 kcal

    Protein 21,9-29,2 g

    Cairan 1000 ml

    Asupan/hari

    Energi 1200 kcal

    Protein 27,2 g

    Cairan FSMP 800 ml

    Ekstra air 200 ml

    Perbandingan kecukupan dan asupan

    Kebutuhan zat-zat penting sudah dapat memenuhi angka kecukupan nutrisi harian,

    hanya jumlah cairan yang masih kurang. Maka selain diberi FSMP, diberikan

    tambahan ekstra air 200 ml.

    Cara pemberian FSMP:

    Cara pemberian*

    Saluran pencernaan dapat dipakai?

    Makan oral secara optimal?

    YA TIDAK PARENTERAL

    YA

    ORAL

    TIDAK ENTERAL

    * mungkin kombinasi

  • Pemberian makan secara oral ada beberapa cara:

    1. Nasogastric Tube

    3. Nasoduodenal Tube

    4. Nasojejunal Tube

    5. Bolus Feeding

    Syarat pemberian bolus feeding:

  • Bila kondisi klinis pasien stabil

    Kondisi lambung normal

    Sesuaikan dengan volume lambung bayi/ anak

    Bila anak mengeluh perut tidak nyaman sementara hentikan pemberian

    bolus

    6. Intermitten Drip Feeding

    a. Diberikan 4-6 kali sehari masing-masing selama 20-60 menit

    b. Volume formula dapat ditingkatkan sesuai dengan kemampuan dan target

    c. Dapat diberikan dengan gravitasi atau dengan pompa

    d. Tidak boleh dilakukan pada pasien dengan risiko aspirasi

    7. Continues Drip Feeding

    Dapat menggunakan pompa

    Pada pasien yang tidak dapat mentoleransi bolus/ intermittent feeding (volume

    banyak) dan pasien dengan akses ke usus halus

    EVALUASI PEMBERIAN MAKANAN

    Asupan

    Intoleransi

    BB, TB, dll.

    Fisik (akibat alat pada enteral/ parenteral): perdarahan, dislokasi, sumbatan, dll.)

    Biokimiawi: konsentrasi dalam darah, dll

    Terimakasih .................

    Jika ada pertanyaan atau sanggahan, akan diterima dengan senang hati ^^

    Oiya, salam untuk semua tim Family Medicine 2013

    Dr.Anindya Diwasasri

    [email protected]