balita dengan pneumonia

77
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UNICEF dan WHO, pneumonia merupakan salah satu major forgotten killer of children (pembunuh anak utama yang terlupakan). Diperkirakan lebih dari 2 juta anak balita meninggal dunia karena pneumonia atau radang paru akut setiap tahunnya dan ini merupakan lebih dari 1/5 bagian dari 9 juta anak balita yang meninggal setiap tahunnya. Angka ini melebihi angka kematian akibat AIDS, campak, malaria atau gabungan ketiganya. (1) Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita (AKBAL) adalah 44/1000 kelahiran hidup. Jika kita melihat kebelakang, hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita (AKBAL) adalah 46/10000 kelahiran hidup. Dari pernyataan diatas maka telah terjadi penurunan angka kematian dalam kurun waktu 5 tahun walaupun penurunannya sangat kecil, namun hal tersebut masih cukup jauh dari salah satu diantara delapan target atau Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals (MGDs) yang sedang diupayakan oleh pemerintah Indonesia yaitu MDG ke-4 tentang 1

Upload: agra-cesarienne

Post on 08-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

PREVALENSI ANGKA KEJADIAN BALITA DENGAN MASALAH KESEHATAN PARU/ISPA ATAU PNEUMONIA

TRANSCRIPT

Page 1: Balita Dengan Pneumonia

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut UNICEF dan WHO, pneumonia merupakan salah satu major

forgotten killer of children (pembunuh anak utama yang terlupakan). Diperkirakan

lebih dari 2 juta anak balita meninggal dunia karena pneumonia atau radang paru

akut setiap tahunnya dan ini merupakan lebih dari 1/5 bagian dari 9 juta anak

balita yang meninggal setiap tahunnya. Angka ini melebihi angka kematian akibat

AIDS, campak, malaria atau gabungan ketiganya.(1)

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita (AKBAL) adalah 44/1000 kelahiran

hidup. Jika kita melihat kebelakang, hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita

(AKBAL) adalah 46/10000 kelahiran hidup. Dari pernyataan diatas maka telah

terjadi penurunan angka kematian dalam kurun waktu 5 tahun walaupun

penurunannya sangat kecil, namun hal tersebut masih cukup jauh dari salah satu

diantara delapan target atau Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium

Development Goals (MGDs) yang sedang diupayakan oleh pemerintah Indonesia

yaitu MDG ke-4 tentang menurunkan angka kematian anak. Dalam program

tersebut target yang ingin dicapai pemerintah Indonesia pada tahun 2015 adalah

Angka Kematian Balita (AKBAL) sebanyak 32/1000 kelahiran hidup.(2)

Salah satu penyebab kematian terbesar pada Balita menurut Riskesdas

2007 adalah pneumonnia sebesar 15,5% yang menduduki peringkat ke-2 setelah

diare.Pneumonia adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-

macam etiologi bakteri, virus, jamur dan benda asing.Oleh karena itu, supaya

angka kematian balita bisa terus diturunkan sehingga target MDG ke-4 bisa

tercapai maka penyebabnya harus dihilangkan. Untuk menghilangkan penyebab

tersebut diperlukan kerjasama dan kinerja yang baik antara unit-unit fungsional

1

Page 2: Balita Dengan Pneumonia

kesehatan mulai dari yang cakupan wilayah kerjanya kecil sampai besar.

Puskesmas merupakan unit fungsional yang cakupan wilayah kerjanya kecil dan

merupakan ujung tombak dalam pembangunan kesehatan di Indonesia karena

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan terdepan dan terdekat dengan

masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok menyeluruh dan terpadu.Oleh karena itu

kinerja Puskesmas haruslah baik.(2)

Kinerja Puskesmas diukur dari tingkat keberhasilannya dengan

membandingkan kegiatan yang ada di Puskesmas dengan target yang ditetapkan

dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Salah satu bagian penilaian yang ada di

SPM adalah cakupan balita dengan pneumonia yang ditenukan atau ditangani

sesuai standar dengan target yang harus tercapai adalah 100%. Adapun sasaran

balita dengan pneumonia yang harus ditemukan atau ditangani sesuai standar

menurut SPM adalah 5,12% x 10 % x jumlah penduduk.

Di Puskesmas Tempuran, berdasarkan perhitungan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) bulan Januari sampai dengan Februari 2012 didapatkan cakupan

Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar masih

jauh dibawah target yaitu 32.34%. Penulis melakukan evaluasi dengan cakupan

Puskesmas Tempuran karena kemudahan akses dan keterbatasan waktu yang

dimiliki.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan Program P2 ISPA cakupan balita dengan

pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar di Puskesmas

Tempuran pada bulan Januari-Februari 2012 belum memenuhi target?

2. Bagaimana alternatif pemecahan masalah jika disesuaikan dengan

penyebab permasalahan?

3. Kegiatan apa saja yang dapat dilakukan untuk memecahlan permasalahan

tersebut?

2

Page 3: Balita Dengan Pneumonia

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui, mengidentifikasi dan menganalisis penyebab serta menyusun

rencana tidak lanjut pemecahan masalah belum tercapainya target program P2

ISPA cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai

standar di Puskesmas Tempuran selama periode Januari-Februari 2012.

2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani

sesuai standar di Puskesmas Tempuran selama periode Januari-Februari 2012.

2. Mengidentifikasi penyebab belum tercapainya targer P2 ISPA cakupan balita

dengan pneumonia yang ditemukan dan ditangani sesuai standar di Puskesmas

Tempuran periode Januari-Februari 2012.

3. Mampu menganalisis penyebab masalah yang telah diidentifikasi.

4. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan.

5. Mampu menyusun rencana tindak lanjut atau Plan Of Action dari alternatif

pemecahan masalah yang ditemukan.

D. Batasan Pengkajian

1. Batasan Judul

Laporan kegiatan dengan judul “EVALUASI PROGRAM P2 ISPA

CAKUPAN BALITA DENGAN PNEUMONIA YANG DITEMUKAN ATAU

DITANGANI SESUAI STANDAR DAN RENCANA TINDAK LANJUTNYA

DI PUSKESMAS TEMPURAN PERIODE JANUARI-FEBRUARI 2012”

mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut :

a. Evaluasi

Adalah proses penilaian yang sistematis mencakup pemberian nilai,

atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan serta pemberian solusi-

solusi atas permasalahan yang ditemukan.

3

Page 4: Balita Dengan Pneumonia

b. Program P2 ISPA

Adalah salah satu program yang ada di Puskesmas tentang Pencegahan

dan Penanggulangan Infeksi Salauran Pernafasan Akut.

c. Cakupan

Adalah jumlah kasus pneumonia pada balita yang ditemukan sesuai

standar dibandingkan dengan perkiraan kasus pneumoni yaitu 5,12% x

10% x jumlah penduduk

d. Balita

Adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (Batita) dan anak usia 3-5

tahun (prasekolah).

e. Pneumonia

Adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etilogi

seprti bakteri, virus, jamur dan benda asing

f. Ditemukan atau Ditangani Sesuai standar

Adalah penemuan atau penanganan suatu masalah atau penyakit sesuai

dengan standar operasional prosedur yang ada

g. Rencana Tindak Lanjut

Adalah rancangan, konsep atau program untuk menindak lanjuti suatu

masalah

h. Puskesmas Tempuran

Puskesmas yang beroperasi di kecamatan Tempuran

i. Kabupaten Magelang

Adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah

j. Periode Januari-Februari 2012

Kurun waktu selama dua bulan yang dimulai dari bulan Januari 2012

hingga Februari 2012

2. Batasan Operasional

a. Periode kegiatan yang berlangsung dalam kurun dua bulan yang dimulai

dari bulan Januari 2012 hingga Februari 2012

4

Page 5: Balita Dengan Pneumonia

b. Sasaran adalah perkiraan kasus pneumonia pada balita di Puskesmas

Tempuran (5,12% x 10% x jumlah penduduk)

c. Cakupan adalah persentase hasil perbandingan anatara jumlah balita

dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar dengan

jumlah perkiraan kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Tempuran

Kabupaten Magelang (5,12% x 10% x jumlah penduduk)

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

a. Lingkup lokasi : Puskesmas Tempuran, Kabupaten Magelang

b. Lingkup waktu : Januari 2012 sampai Februari 2012

c. Lingkup sasaran : Perkiraan kasus pneumonia pada balita yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran (5,12% x 10% x jumlah penduduk)

d. Lingkup metode : Wawancara, kuesioner, pencatatan dan pengamatan

4.Batasan Masalah

Batasan masalah ditujukan untuk mempermudah pemahaman agar lebih

terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka dalam hal

ini hanya dibatasi menegenai tinjauan belum tercapainya target cakupan balita

dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar di Puskesmas

Tempuran Kabupaten Magelang periode Januari 2012-Februari 2012.

E.Manfaat

1. Bagi Mahasiswa :

a. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat

b. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ada

c. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit Pneumonia khususnya pada

balita

5

Page 6: Balita Dengan Pneumonia

2. Bagi Puskesmas :

a. Memberikan informasi mengenai kemungkinan penyebab rendahnya

cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai

standar di Puskesmas Tempuran

b. Sebagai bahan evaluasi perencanaan kegiatan Puskesmas untuk Program

P2 ISPA

3. Bagi Masyarakat :

Masyarakat khususnya yang mempunyai balita diharapkan dapat lebih

mengetahui tentang penyakit pneumonia dan bahaya penyakit tersebut bila tidak

ditangani secara baik.

6

Page 7: Balita Dengan Pneumonia

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PNEUMONIA

A. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan paru

(alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan penyakit

saluran pernafasan akut yang sering menyebabkan kematian. Penyebab

P neumonia adalah infeksi bakteri,virus maupun jamur. Pneumonia

mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan.Akibatnya kemampuan

paru untuk menyerap oksigen menjadi berkurang. Kekurangan oksigen

membuat selsel tidak bisa bekerja.(9)

B. Klasifikasi Pneumonia

Klasifikasi berdasarkan frekuensi nafas, tarikan dinding dada bagian

bawah, bunyi nafas (stridor)

1. Pneumonia

Batuk, demam lebih dari 380C disertai sesak nafas.Frekuensi nafas lebih

dari 40x/menit,ada tarikan dinding dada bagian bawah.Pada auskultasi

didapati bunyi stridor pada paru.(3)

2. Non Pneumonia

Bila bayi dan Balita batuk,demam 380C tidak disertai nafas cepat lebih

dari40x/menit,tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah dan tidak ada

bunyi stridor pada paru.(3)

Tabel1. Frekuensi Nafas Sesuai Umur

No Umur NafasNormal NafasCepat (takepnea)

1 0 – 2 bulan 30 – 50 x / menit 60 x / menit

2 2 – 12 bulan 25 – 40 x / menit 50 x / menit

3 1 – 5 tahun 20 – 30 x / menit 40 / menit

(Sumber:PedomanPerhitunganFrekuensiNafas)(3)

7

Page 8: Balita Dengan Pneumonia

C. Tanda dan Gejala Pneumonia

Gejala penyakit Pneumonia biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas atas akut

selama beberapa hari.Selain didapatkan demam,menggigil, suhu tubuh meningkat sampai

400C,sesak nafas, nyeri dada, dan batuk dengan dahak kental,terkadang berwarna kuning

kehijauan.

Gejala dan tanda lainnya:

Batuk berdahak, nyeri dada (saat menarik nafas dalam atau terbatuk), demam,retraksi

intercosta,sesak nafas, sakit kepala, nafsu makan berkurang, mual muntah, kekakuan sendi

dan otot, cyanosis, ronchi, thorak foto menunjukkan infiltrasi melebar.(3)

D. Sumber dan Penyebab Terjadinya Pneumonia

Sebagian besar penyebab Pneumonia adalah mikroorganisme (virus, bakteri dan

sebagian kecil oleh penyebab lain hidrokarbon (minyak tanah, bensin ,atau sejenisnya) dan

masuknya makanan, minuman, susu, isi lambung ke dalam saluran pernafasan.Berbagai

penyebab Pneumonia tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya

penyakit dan penyakit yang menyertainya.

Penyebab Pneumonia adalah sebagai berikut: (3)

1. Mikroorganisme

Mikroorganisme paling sering sebagai penyebab Pneumonia adalah virus, terutama

Respiratory Synsial Virus (RSV) yang mencapai 40%. Golongan bakteri yang ikut

berperan terutama Streptococcs pneumonia dan Hemofillus influenza type B (HIB).

Awalnya mikroorganisme masuk kedalam percikan ludah (droplet) kemudian terjadi

penyebaran mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas jaringan (parenkim paru)

dan sebagian lagi karena penyebaran melalui aliran darah.

2. Faktor intrinsik

Faktor intrisik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan risiko kematian akibat

pneumonia pada Balita adalah:

a. Umur

Umur mempengaruh imekanisme pertahanan tubuh seseorang. Bayi dan Balita

mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang masih lemah dibanding dengan

orang dewasa sehingga Balita masuk ke dalam kelompok yang rawan terkena

infeksi,misalnya diare,ISPA dan pneumonia.

8

Page 9: Balita Dengan Pneumonia

b. Status gizi

Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita yang mempunyai

status gizi baik maka akan mempunyai daya tahan tubuh yang lebih baik

dibandingkan dengan anak yang mempunyai status gizi kurang maupun buruk.

Keadaan gizi yang buruk muncul sebagai bagian dari faktor risiko kejadian

pneumonia.

c. Status imunisasi

Cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya pemberantasan

pneumonia.Cara yang paling efektif saat ini adalah dengan pemberian imunisasi

DPT dan Campak. Pemberian imunisasi Campak dapat mencegah kematian

pneumonia sekitar 11%, imunisasi DPT dapat mencegah kematian pneumonia

sekitar 6%.

d. Jenis kelamin

Selama masa anak anak, laki laki dan perempuan mempunyai kebutuhan energy

yang hamper sama. Kebutuhan gizi untuk anak usia10 tahun pertama adalah sama,

sehingga diasumsikan kerentanan terhadap masalah gizi dan konsumsinya akan

sama pula. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koblinski.1997 bahwa

sesungguhnya anak perempuan mempunyai kebutuhan biologis dan pada

lingkungan yang optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar 0,151

kali lebih diatas anak lakilaki dalam hal tingkat kematian.

e. ASI eksklusif

Kolustrum mengandung zat kekebalan 1017 kali lebih banyak dari susu buatan .Zat

kekebalan pada ASI melindungi bayi dari diare,alergi dan infeksi saluran nafas

terutama pneumonia. Bayi yang diberi ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang

sakit dibandingkan dengan bayi yangtidak mendapatASI ekslusif.

f. Defisiensi vitamin A

Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh menurun sehingga

mudah terserang infeksi . Lapisan sel yang menutupi trakhea dan paru mengalami

keratinisasi sehingga mudah dimasuki oleh kuman dan virus yang menyebabkan

infeksi saluran nafas terutama pneumonia.

g. Berat badan lahir rendah ( BBLR )

Berat badan lahir rendah menentukan pertumbuhan dan perkembangan fisik dan

mental pada masa Balita.Bayi dengan BBLR mempunyai risiko kematian yang

lebih besar dibandingkan dengan bayi dengan berat lahir normal terutama pada

9

Page 10: Balita Dengan Pneumonia

bulanbulan pertama kelahiran karena pembentukan zat kekebalan kurang sempurna

sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi terutama pneumonia dan infeksi

saluran pernafasan lainnya.

3. Faktor ektrinsik

Faktor ektrinsik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan risiko kematian akibat

pneumonia pada Balita adalah:

a. Kondisi Fisik Rumah

Kondisi fisik rumah sangat mempengaruhi terhadap kejadian pneumonia.

Pengertian Rumah

Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan

sarana pembinaan keluarga. Secara umum rumah dikatakan sehat apa bila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan ,ruang

gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu

b. memenuhi kebutuhan psikologis antara lain privasi yang cukup,

komunikasi yang sehat antara anggota keluarga dan penghuni rumah.

c. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antara

penghuni rumah dengan penyediaaan air bersih,pengelolaan tinja dan air limbah

rumah tangga, bebas vector penyakit, kepadatan hunian yang tidak berlebihan,

cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman dari

pencemaran disamping pencegahandan penghawaan yang cukup

d. Memenuhi persyaratan tidak terjadinya kecelakaan baik yang ditimbulkan

karena keadaan luar maupun dalam rumah antara lain persyaratan garis sepadan

jalan, konstruksi yang tidak mudah roboh, tidak mudah terbakar dan tidak

cenderung membuat penghuninya jatuh tergelincir.

Kontruksi rumah dan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan

merupakan factor resiko sumber penularan berbagai jenis penyakit khususnya

penyakit yang berbasis lingkungan..Rumah sehat adalah proporsi rumah yang

memenuhi kriteria sehat. Rumah yang sehat harus memenuhi 3 komponen

yaitu:rumah,sarana sanitasi dan perilaku

10

Page 11: Balita Dengan Pneumonia

Kriteria rumah sehat pada masingmasing parameternya adalah sebagai berikut.

1.Komponenrumahmeliputi:

a.Langitlangit

b.Dinding

c. Jendela kamar tidur

d.Jendela ruang keluarga

e. Ventilasi

f. Sarana pembuangan asap dapur

g. Pencahayaan

2.Sarana sanitasi meliputi:

a.Sarana air bersih

b.Sarana pembuangan kotoran

c. Sarana pembuangan limbah

d. Sarana pembuangan sampah

3.Kolompok perilaku meliputi;

a.Membuka jendela kamar tidur

b.Membuka jendelaruang keluarga

c.Membersihkan rumah dan halaman

d. Membuang tinja ke WC

e.Membuang sampah pada tempat sampah

b. Kondisi rumah yang berhubungan dengan kejadian pneumonia

1.Kelembaban

Kelembaban adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang

biasanya dinyatakan dalam persen.

Faktorfaktor kelembaban udara meliputi:

a. Keadaan bangunan

1. Dinding

Air hujan masuk dan meresap melalui poripori dinding sehingga akan

mengakibatkan kelembaba nudara dalam ruangan.

2 . Iklim dan Cuaca

Kelembaban udara secara menyeluruh dipengaruhi oleh iklim dan cuaca.

11

Page 12: Balita Dengan Pneumonia

Syaratsyarat kelembaban yang memenuhi standar kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Lantai dan dinding harus kering

b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%

Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban adalah Higrometer,

digantung pada papan yang terbuat dari kayu kemudian dapat dilihat berapa

angka kelembaban yang tertera pada alat tersebut kemudian melakukan

pencataan hasil. Keterkaitan antara kelembaban dan penyakit pneumoni

adalah saling berpengaruh terhadap kejadian pneumonia. Kelembaban ini

sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan etiologi pneumonia yang berupa

virus, bakteri dan jamur. Faktor etiologi tersebut dapat tumbuh dengan baik

jika kondisi optimal. Penghuni ruangan biasanya akan mudah menderita

sakit infeksi saluran nafas karena situasi tersebut.

2.Pencahayaan

Pencahayaan adalah proses masuknya cahaya kedalam ruangan

untuk keperluan aktifitas.

Pencahayaan dibagi menjadi dua kelompok:

a. Pencahayaan alami

Cahaya alami diperoleh dengan masuknya sinar matahari kedalam

ruangan melalui jendela, celahcelah dan bagianbagian bangunan yang

terbuka. Cahaya matahari berguna selain untuk penerangan dapat juga untuk

mengurangi kelembaban ruangan,mengusir nyamuk dan membunuh kuman

penyebab penyakit.

Pencahayaan alam maupun buatan baik langsung maupun tidak langsung

dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60lux dan sebaiknya

tidak menyilaukan.

Menurut WHO standa rminimal cahaya alam yang memenuhi syarat

kesehatan untuk berbagai keperluan salah satunya adalah kamar keluarga dan

kamar tidur adalah 60lux .Untuk memperoleh jumlah cahaya matahari pada

pagi hari secara optimal sebaiknya jendela kamar tidur menghadap ke timur,

luas jendela minimal 1020% dari luas lantai.Jarak masuk cahaya juga

diusahakan dengan memakai genteng kaca.

b.Pencahayaan buatan.

Pencahayaan buatan yang baik dan memenuhi standar dapat

12

Page 13: Balita Dengan Pneumonia

Dipengaruhi oleh:

1.Cara memasang sumber cahaya pada dinding atau langitlangit

2.Kontruksi sumber cahaya dengan ornament yang dipergunakan

3.Luas dan bentuk ruangan

4.Penyebaran sinar dari sumber cahaya

Alat yang dipakai untuk mengukur pencahayaan adalah lux

meter.Cara penggunaannya adalah alat langsung diletakkan pada ruangan

yang akan diperiksa, lihat dan dicatat hasilnya. Sehubungan dengan hal

tersebut pemerintah Indonesia melalui Departemen Pekerjaan Umum (DPU)

telah menetapkan bahwa untuk kesehatan ruangan, sinar matahari pagi harus

masuk kedalam ruangan minimal 1 jam sehari atau bila penerangan matahari

tidak langsung minimal 8 jam.

3. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan pengeluaran udara kotor

secara alamiah atau mekanis harus cukup. Berdasarkan keputusan menteri

Kesehatan No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan

perumahan,luaspenghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10%

dari luas lantai.

Berdasarkan peraturan bangunan nasional, lubang hawa suatu bangunan harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Luas jendela / lubang hawa sekurang -kurangnya 10% dari luas lantai

ruangan.

b. Jendela atau lubang hawa harus meluas kearah atas sampai setinggi

minimal 1,95 m dari permukaan lantai.

c.Adanya lubang hawa yang berlokasi dibawah langit-langit sekurang-kurangnya

0,35% luas lantai yang bersangkutan.

Ventilasi rumah berfungsi :

a. Untuk menjaga aliran udara di dalam rumah tetap segar. Hal ini berarti

keseimbangan oksigen yang diperlukan oleh penghuni rumah tetap terjaga.

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah

yang berarti kadar karbondioksida yang bersifat racun akan meningkat.

Tidak cukupnya ventilasi juga akan menyebabkan kelembaban udara di

dalam rumah akan naik karena terjadinya penguapan cairan.

b. Kelembaban ini merupakan media paling baik untuk tumbuhnya bakteri

13

Page 14: Balita Dengan Pneumonia

patogen.

c. Membersihkan udara ruangan dari bakteri bakteri patogen, karena terjadi

aliran udara yang terus menerus.

4. Kepadatan hunian

Kepadatan hunian adalah banyaknya penghuni yang tinggal didalam rumah

dibandingkan dengan luas ruangan. Berdasarkan keputusan menteriKesehatan RI

No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas

ruang tidur minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang

tidur dalam satu ruangan tidur kecuali anak umur dibawah 5tahun.

Salah satu cara mencegah penularan penyakit infeksi saluran pernafasan

terutama pneumonia maka jarak tempat tidur satu dengan tempat tidur lain minimal

90 cm. Dalam hubungan dengan penyakit pneumonia Balita maka kepadatan hunian

akan menyebabkan infeksi silang dengan penderita pneumonia di suatu ruangan

dan penularan penyakit melalui udara atau droplet akan cepat terjadi.Pada saat

batuk, agent penyebab penyakit keluar dalam bentuk droplet. Dan akan dibawa

udara yang selanjutnya masuk ke host barumelalui saluran pernafasan.

Kepadatan hunian rumah perlu diperhatikan karena:

a. Semua orang memerlukan tempat untuk melakukan aktiftasnya didalam

rumah.

b. Keadaan rumah yang penuh sesak oleh penghuni akan mengurangi

kenyamanan dalam melakukan aktifitas.

c. Rumah yang padat penghuni akan lebih memungkinkan cepat terjadinya

penularan oleh virus dan kontak perorangan.

d. Rumah padat penghuni akan mempengaruhi psikologis penghuninya sehingga

produktifitas kerja akan menurun.

Tingkat kepadatan memiliki hubungan dengan kejadian pneumonia khususnya

Balita. Hal ini terjadi karena tingkat kepadatan hunian rumah dapat mempengaruhi

kualitas udara dalam ruangan dan dapat mempermudah penularan penyakit untuk

tingkat hunian rumah yang padat, berarti banyak penghuninya sehingga

menghasilkan banyak karbondioksida sebagai hasil proses

pernafasan.Karbondioksida tersebut mempengaruhi kualitas udara dalam ruangan

karena semakin banyak jumlah orang yang menghuni ruangan, maka semakin banyak

jumlah udara segar yang dibutuhkan untuk pernafasan, sedangkan jumlah

14

Page 15: Balita Dengan Pneumonia

karbondioksida yang dihasilkan jauh lebih besar. Selain itu dimungkinkan banyak

orang tersebut membawa pencemar didalam ruangan.Selain mempengaruhi kualitas

udara, tingkat kepadatan hunian rumah juga mempengaruhi kemudahan dalam proses

penularan pneumonia. Semakin banyak jumlah orang yang menghuni rumah

maka apabila dalam rumah tersebut terdapat penderita pneumonia akan terjadi

pencemaran udara oleh mikroorganisme penyebab pneumonia yang berasal dari

doplet penderita. Apabila dalam ruangan dihuni banyak orang maka untuk proses

persebaran atau penularan semakin mudah dan cepat. Adapun alat yang digunakan

mengukur ruangan adalah meteran. Bila kepadatan penghuni didalam rumah tidak

memenuhi persyaratan kesehatan rumah tinggal sebagaimana tercantum diatas,

maka bila anggota rumah ada yang menderita pneumonia maka kemungkinan

akan menularkan penyakit pneumonia pada anggota keluarga yang lain menjadi

lebih cepat.

Selain kondisi fisik rumah, faktor ektrinsik yang dapat meningkatkan risiko

kejadian pneumonia pada Balita adalah :

1. Pendidikan ibu

Pendidikan ibu mempunyai pengaruh besar dalam tumbuh kembang bayi dan

Balita, karena pada umumnya pola asuh anak di tentukanoleh ibu.Tingginya

mortalitas dan morbiditas pneumonia lebih di sebabkanoleh kurangnya

informasi dan pemahaman yang diperoleh dari seorang ibu.

2. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah

Rendahnya tingkat jangkauan pelayanaan kesehatan sangat mempengaruhi

risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia, karena akan terlambat

memperoleh diagnosa sehingga akan mempengaruhi upaya pertolongan yang

di butuhkan.

E. Masa Inkubasi

Masa inkubasi penyakit pneumonia7–14 hari. Faktor lain yang tertuang dalam

penanggulangan pneumonia adalah masih buruknya manajemen program

penanggulangan pneumonia seperti masih lemahnya deteksi dini kasus pneumonia,

lemahnya menejemen kasus oleh petugas kesehatan, pengetahuan yang kurang dari

masyarakat tentang, gejala dan upaya penggulangannya sehingga masih banyak

kasus pneumonia yang datang ke puskesmas dalam kategori pneumonia berat.(3)

15

Page 16: Balita Dengan Pneumonia

F. Penatalaksanaan Kasus Pneumonia Bayi dan Anak balita(3)

1.Penderita pneumonia berat dirujuk ke sarana kesehatan rujukan

2.Penderita pneumonia yang dirawat dirumah diberi terapi antibiotic dengan

tindakan penunjang.

3. Penderita dengan klasifikasi bukan pneumonia ( batuk pilek biasa)

diberi tindakan penunjang atau terapi yang sesuai dengan diagnosanya.

G. Bahaya Pneumonia Pada Bayi dan Anak balita

Pneumonia bisa meyebabkan kematian pada bayi dan anak balita. Pneumonia

sering kali dimulai dengan batuk pilek biasa, tetapi karena daya tahan tubuh anak

lemah, hygiene sanitasinya rendah dan terlambat mendapatan pertolongan maka

resiko kematian akibat pneumonia menjadi meningkat.(3)

H. Pencegahan dan Penanggulangan Pneumonia(4)

a. Pencegahan penyakit menular pneumonia.

Upaya pencegahan penyakit pneumonia meliputi kelengkapan imunisasi.

Perbaikan gizi anak termasuk promosi ASI, peningkatan kesehatan ibu hamil

untuk mencegah BBLR, mengurangi kepadatan hunian rumah dan memperbaiki

ventilasi rumah.

b. Penanggulangan penyakit menular pneumonia.

Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular adalah upaya untuk

menekan penyakit menular di masyarakat serendah mungkin sehingga tidak

menjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat. Ada tiga kelompok sasaran yaitu:

1. Kelompok sasaran langsung pada sumber penularan pejamu

Sumber penularan pneumonia adalah manusia maka cara yang paling efektif

adalah dengan memberikan pengobatan.

2. Sasaran ditujukan pada cara penularan

Penularan penyakit pneumonia dapat berlangsung melalui perantaran udara

maupun kontak langsung. Upaya pencegahan melalui kontak langsung

biasanya dititikberatkan pada penyuluhan kesehatan. Pencegahan penularan

melalui udara dapat dilakukan dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran

udara dalam ruangan

16

Page 17: Balita Dengan Pneumonia

3. Sasaran ditujukan pada pejamu potensial

Peningkatan kekebalan khusus dapat dilakukan dengan pemberian

imunisasidasar sebagai bagian dari program pembangunan kesehatan yang

ternyata cukup berhasil dalam usaha meningkatkan derajat kesehatan

serta menurunkan angka kematian bayi dan balita.Saat ini vaksinasi yang

dapat mencegah pneumonia pada bayi danbalitayang diterapkan di Indonesia

sebagai program imunisasi dasar baru DPT dan Campak saja.

Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan utama

program P2 ISPA.Program ini mengupayakan agar istilah pneumonia lebih

dikenal di masyarakat sehingga memudahkan kegiatan penyuluhan dan

penyebaran informasi tentang penanggulangan pneumonia.

17

Page 18: Balita Dengan Pneumonia

PROSESP1P2P3

OUTPUTCakupanProgram

INPUTMan

MoneyMethod

Material Machine

LINGKUNGANFisik

KependudukanSosial Budaya

Sosial EkonomiKebijakan

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

Hasil kegiatan Puskesmas pada bulan Januari dan Februari 2012, berdasarkan Standar

Pelayanan Minimal ( SPM ) telah disebutkan pada bab sebelumnya. Hasil cakupan kegiatan

Puskesmas pada bulan Januari dan Februari 2012, yang masih menjadi masalah perlu

diupayakan pemecahannya dengan menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem ,

sebagai berikut :

III.1 Kerangka Teori

18

Page 19: Balita Dengan Pneumonia

III.2 kerangka konsep

pne

19

Penggunaan SOP untuk penanganan Pneumonia

pelatihan tentang Pneumonia kepada kordinator atau perawat

Pengetahuan masyarakat tentang penyakit pneumonia

Rendahnya Cakupan Balita Dengan Pneumonia Yang

Ditemukan Atau Ditangani Sesuai Standar

Pencatatan balita dengan pneumonia di wilayah kerja puskesmas Tempuran

Page 20: Balita Dengan Pneumonia

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 9 April 2012

Jenis data yang diambil adalah:

1. Data primer, diperoleh melalui daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disusun

sebelumnya sesuai tujuan survei yang dilakukan. Kemudian pertanyaan tersebut

ditujukan kepada orang tua balita dengan riwayat Pneumonia yang bertempat tinggal

di Desa Tempurejo yang merupakan salah satu wilayah kerja Puskesmas Tempuran.

Responden diambil jumlah 4 orang. Data primer juga diambil dari hasil wawancara

terhadap Kepala dusun, Kader dan bidan desa.

2. Data sekunder diperoleh dari laporan yang ada di petugas koordinator program P2

ISPA Puskesmas Tempuran.

Setelah didapatkan data maka dilakukan penyelesaian masalah menggunakan pendekatan

manajemen, berikut adalah langkah-langkahnya :.

Urutan Siklus Pemecahan

1) Identifikasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai, menetapkan

indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja. Kemudian mempelajari keadaan

yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil pencapaian. Yang terakhir

membandingkan antara keadaan nyata yang terjadi, dengan keadaan tertentu yang

diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan.

2) Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau kepustakaan dengan curah

pendapat. Penentuan penyebab masalah dilakukan dengan menggunakan fishbone.

Hal ini hendaknya jangan menyimpang dari masalah tersebut.

3) Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-sebab yang didukung

oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.

4) Menentukan alternatif pemecahan masalah

20

Page 21: Balita Dengan Pneumonia

Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari penyebab yang

sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat langsung pada alternatif

pemecahan masalah.

5) Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan

pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon

Kualitatif untuk menentukan/ memilih pemecahan terbaik.

6) Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan Of Action

atau Rencana Kegiatan).

7) Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan masalah yang

sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut masalah itu

sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

Analisis masalah dilakukan berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan sistem yang

diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method, materi, machine, kemudian

dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi manajeman (P1, P2, P3) dan manajemen

mutu sehingga didapatkanlah output. Input dan proses dipengaruhi juga oleh faktor

lingkungan.

21

Page 22: Balita Dengan Pneumonia

BAB V

DATA UMUM DESA TEMPUREJO

V.I. Data Umum

I. Keadaan Geografis

a. Letak Wilayah Desa Tempurejo

Desa Tempurejo berada di Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang, Jawa

Tengah. Adapun peta wilayah Desa Tempurejo Kecamatan Tempuran Adalah sebagai

berikut :

Gambar 1. Peta Desa Tempurejo

b. Batas Wilayah Desa Tempurejo

22

Page 23: Balita Dengan Pneumonia

Desa Tempurejo merupakan salah satu desa di Jawa Tengah yang terletak di wilayah

industry Kabupaten Magelang dengan batas desa :

Sebelah Utara : Desa Prajegsari Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

Sebelah Timur : Sungai Progo Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang.

Sebelah Selatan : Desa Sumber Arum Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

Sebelah Barat : Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

Secara Geografis terletak pada 70º32’33’’ LS dan 110º10’50’’ BT.

c. Luas Wilayah Desa Tempurejo

a. Luas Wilayah

Luas wilayah Desa 342,6 Ha, yang terbagi menjadi 10 Dusun dengan 12 RW dan

52 RT yang meliputi :

Tabel 2. Jumlah RT dan RW di masing-masing Dusun

No Dusun RW RT1 Ngandong 1 32 Semirejo 2 73 Tempursari 2 84 Banjaran 1 65 Banjarsari 1 46 Bolobatur 1 37 Punduhsari I 1 58 Punduhsari II 1 69 Jambu 1 610 Turus 1 4

23

Page 24: Balita Dengan Pneumonia

b. Peruntukan Lahan

Tabel 3. Luas lahan di Desa Tempurejo

No Peruntukan Luas (Ha)1 Pertanian subur 1802 Pertanian sedang 513 Pertanian tandus 94 Irigasi 45 Perumahan 46,356 Olahraga 1,57 Makam 13

2. Keadaan Demografi

a. Data Penduduk

Jumlah penduduk Desa Tempurejo tercata berjumlah 6.941 jiwa.

b. Jumlah Penduduk Menurut Dusun

Tabel 4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis Kelamin

No Dusun Jenis KelaminLaki-laki Perempuan

1 Ngandong 187 1872 Semirejo 368 3453 Tempusari 505 5494 Banjaran 545 5705 Banjarsari 209 2156 Bolobatur 227 2037 Punduhsari I 478 4298 Punduhsari II 393 3899 Jambu 359 32010 Turus 275 242

24

Page 25: Balita Dengan Pneumonia

c. Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama

i. Agama Islam : 6.849 orang

ii. Agam

a

Kristen : 40 orang

iii. Agama katholik : 7 Orang

d. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

e. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

25

No Mata Pencaharian Jumlah1 PNS 78

2 ABRI/POLRI 43

3 Pensiunan 112

4 Petani 288

5 Swasta 954

6 Pedagang 465

7 Buruh Tani 228

8 Tukang 81

Page 26: Balita Dengan Pneumonia

No Tingkatan Jumlah1 Tidak tamat SD 651

2 Tamat SD 1385

3 Tamat SLTP 835

4 Tamat SLTA 672

5 Tamat D3 34

6 Tamat S1 117

7 Tamat S2 13

8 Tamat S3 1

f. Jumlah Penduduk Menurut Penderita Cacat

Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Penderita Cacat

No Penderita Jumlah

1 Tubuh 17

2 Wicara 3

3 Netra 7

4 Mental 18

a. Kesehatan

Tabel 8. Jumlah Sarana Kesehatan

No Sarana Jumlah

26

Page 27: Balita Dengan Pneumonia

1 Polindes 1

2 Bidan 4

3 Klinik kesehatan 2

Tabel 8. Jumlah Sarana Kesehatan

a. Pendidikan

Tabel 9. Jumlah Sarana Pendidikan

No Sarana Jumlah

1 Play group/ PAUD 1

2 TK 6

3 SD 6

4 SMP/MTs 2

5 Pondok pesantren 4

g. Data khusus Balita yang menderita pneumonia yang ditangani/ditemukan di

seluruh desa di Kecamatan Tempuran Periode Januari-Februari 2012

Data cakupan balita yang menderita pneumonia yang ditangani/ditemukan di

seluruh desa di kecamatan Tempuran periode januari-februari 2012 diperoleh melalui

data sekunder dari laporan program P2 ISPA.

Nama Desa Jumlah

Sidoagung 2

Sumberharum 2

Tempurejo 4

Jogomulyo 1

27

Page 28: Balita Dengan Pneumonia

Kalisari 1

Girirejo 2

Luar daerah 1

Tabel 10a Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani di

puskesmas Tempuran

h. Data khusus Balita yang menderita ISPA yang ditangani/ditemukan di seluruh

desa di Kecamatan Tempuran Periode Januari-Februari 2012

No Nama Desa Januari Februari Jumlah

1 Tempurejo 38 43 81

2 Sidoagung 27 44 71

3 Jogomulyo 29 21 50

4 Sumberarum 9 9 18

5 Prajegsari 9 14 23

6 Ringinanom 3 9 12

7 Tanggulrejo 9 8 17

8 Girirejo 12 11 23

9 Kalisari 10 13 23

10 Temanggal 8 6 14

11 Mertoyudan 8 4 12

12 Bandongan 4 5 9

13 Growong 6 2 8

14 Tugurejo 4 5 9

15 Pringombo 6 4 10

16 Salaman 5 1 6

17 Bawang 2 1 3

18 Kab Magelang 0 1 1

19 Kemutuk 0 0 0

20 Luar Kabupaten 0 0 0

Tabel 10b Balita dengan ISPA yang ditemukan atau ditangani di

puskesmas Tempuran

28

Page 29: Balita Dengan Pneumonia

BAB VI

HASIL SURVEY

Telah dilaksanakan wawancara pada tanggal 10 April 2012 dengan Pak Noor

Hidayanto selaku pengelola program P2 ISPA Puskesmas Tempuran. Dilanjutkan wawancara

pada tanggal 10 April 2012 dengan Ibu Winantu selaku bidan desa Tempurejo, salah satu dari

desa yang termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas Tempuran. Kemudian dilakukan survei

langsung pada tanggal 9 April 2012 ke Desa Tempurejo yang menurut data dan informasi

yang didapatkan dari Laporan Bulanan Program ISPA memiliki cakupan yang rendah.

Namun karena terdapat keterbatasan waktu, maka dipilih satu desa yaitu desa yang dinilai

Tempurejo cukup mewakili keadaan desa tersebut menegenai riwayat balita dengan

pneumonia. Kuesioner dibuat dengan komponen yang meliputi identitas diri, data umum

mengenai jangkauan pelayanan kesehatan, riwayat penyakit, pengetahuan dan perilaku dari

responden yang dalam hal ini ada orang tua dari balita tersebut.

A. Hasil Wawancara dengan Pengelola Program P2 ISPA Puskesmas Tempuran

Menurut informasi yang di dapatkan dari pengelola Program P2 ISPA,Penemuan

29

Page 30: Balita Dengan Pneumonia

kasus pneumonia hanya bersifat pasif yaitu hanya terbatas di Puskesmas ataupun

Posyandu, namun jumlahnya lebih banyak yang ditemukan di Puskesmas. Penanganan

kasus tersebut sepenuhnya dilakukan di Puskesmas. Kemudian belum adanya pelatihan

khusus mengenai pneumonia kepada pemegang program maupun kepada perawat atau

bidan. Dari hasil wawancara juga didapatkan SOP (Standard Operational Procedure)

tertulis untuk penangan balita dengan pneumonia yang dapat digunakan sebagai acuan

standar pelayanan, namun setelah dilakukan pengamatan secara langsung,SOP tidak

terdapat pada MTBS.

Hasil wawancara secara lengkap dirangkum dalam format sebagai berikut :

INPUT :

MAN : Sumber daya manusia yang ada di program P2 ISPA terdiri dari dokter, perawat

dan bidan. Pemeriksaan awal terhadap gejala-gejala yang dicurigai mengarah ke

pneumonia dilakukakan oleh dokter dan perawat di Balai Pengobatan Umum, namun

untuk menegakkan diagnosis, klasifikasi dan pengobatan pneumonia di Balai Pengobatan

Umum dilakukan sepenuhnya oleh Dokter. Untuk di Posyandu sendiri hanya dilakukan

oleh bidan desa dan apabila ditemukan bayi yang dicurigai terdapat gejala-gejala

pneumonia maka disarankan dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut ke

Puskesmas. Pelatihan secara khusus mengenai pneumonia belum pernah didapatkan oleh

petugas (perawat dan bidan) termasuk Pak Noor Hidayanto sebagai koordinator program

P2 ISPA. Petugas juga tidak pernah melakukan penyuluhan tentang pneumonia ke

masyarakat.

MACHINE: Alat-alat yang digunakan untuk membantu diagnosis seperti stetoskop

kusus anak,Ari timer,thermometer tersedia,namun fasilitas rontgen belum tersedia.

Persediaan obat-obatan termasuk antibiotik yang dibutuhkan untuk pengobatan pneumonia

selalu tersedia di apotik. Tidak terdapat buku pedoman khusus untuk penyakit ataupun

program pneumonia dan SOP (Standard Operational Procedure) yang terpasang bagi

petugas. Selain itu juga tidak terdapat poster dan brosur yang dibagikan di lingkungan

Puskesmas Tempuran dan Posyandu yang tersedia menyebabkan pengetahuan masyarakat

tentang pneumonia masih rendah.

MATERIAL : Di Puskesmas Tempuran terdapat ruangan khusus yaitu ruang

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Balai Pengobatan Umum untuk penangan

Balita dengan pneumonia. Tersedia 74 Posyandu yang tersebar di 15 desa yang rutin

melakukan kegiatan Posyandu setiap bulan.

30

Page 31: Balita Dengan Pneumonia

MONEY: Tidak terdapat dana yang disediakan dari pihak Puskesmas untuk membuat

poster dan brosur tentang pneumonia, melakukan penyuluhan tentang pneumonia.

METHOD: Penemuan kasus balita dengan pneumonia hanya bergantung pada

kunjungan balita dengan pneumonia ke Puskesmas Tempuran. Selain itu belum

maksimalnya penggunaan SOP (Standard Operational Procedure) mengenai pneumonia

yang seharusnya dapat menjadi acuan standar bagi para petugas kesehatan untuk

penangan kasus tersebut. Pertama kali pasien balita datang ke Puskesmas Tempuran akan

diarahkan ke ruang MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sakit) dan ditangani oleh (perawat

atau bidan) kemudian akan dikirim ke Balai Pengobatan Umum untuk dilakukan

pemeriksaan oleh dokter, namun untuk penegakan diagnosis, klasifikasi dan pengobatan

pneumonia sepenuhnya dilakukan oleh dokter.

PERENCANAAN: Setiap bulan sudah dilakukan evaluasi terhadap data pasien

pneumonia yang terdapat di SIMPUS, namun tidak terdapat perencanaan kegiatan

penyuluhan langsung ke masyarakat dan pembuatan poster ataupun brosur yang bertujuan

untuk memberikan informasi ke masyarakat mengenai pneumonia.

PELAKSANAAN : Pelaksanaan Program P2 ISPA di Puskesmas Tempuran dilakukan

setiap hari baik di MTBS maupun Balai Pengobatan Umum.

PENGAWASAN, PENGENDALIAN, PENILAIAN: Pengawasan Program P2 ISPA

dilakukan oleh Kepala Puskesmas melalui laporan bulanan yang diberikan oleh

koordinator program. Koordinator program P2 ISPA setiap minggu mengambil data pasien

dari SIMPUS dan melaporkannya ke Dinkes setiap akhir bulan setelah dilaporkan terlebih

dahulu kepada Kepala Puskesmas.

LINGKUNGAN: Dari segi akses untuk menjangkau Puskesmas Tempuran tidak

terdapat hambatan, baik taransportasi ataupun jarak ke Puskesmas Tempuran. Dari segi

pengetahuan, mayoritas warga belum mengetahui tentang penyakit pneumonia dan

bahayanya sehingga kesadaran untuk ke pergi Puskesmas tergolong rendah.

B. Hasil Survei Dengan Pengisian Kuesioner

Dari hasil survei yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2012 di Desa Tempurejo,

dengan jumlah 4 responden yaitu orang tua balita yang memiliki riwayat pneumonia.

Kuesioner meliputi identitas diri, data umum dana pelayanan kesehatan, data umum

mengenai jangkauan pelayanan kesehatan, riwayat penyakit, tingkat pengatahuan

mengenai penyakit tersebut dan perilaku. Tujuan dari pembuatan kuesioner adalah untuk

mengerahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kunjungan balita dengan

31

Page 32: Balita Dengan Pneumonia

pneumonia ke Puskesmas.

Tabel 11. Hasil Survei Dengan Pengisian Kuesioner

Pertanyaan Jumlah Presentase

IDENTITAS/DATA DIRI

Nama Orangtua :

Umur Orangtua :

Pendidikan :

Nama Balita :

Umur Balita :

10 100%

DATA UMUM

1.Apakah anda termasuk peserta Jamkesmas?

a. Ya

b. Tidak

7

3

70%

30%

2.Dimana tempat pelayanan kesehatan yang

dikunjungi jika Balita anda sakit?

a. Puskesmas

b. Posyandu

c. Rumah Sakit Umum

d. Praktek dokter umum swasta

e. Praktek dokter spesialis swasta

f. Bidan

g. Lain-lain................................

10 100%

-

-

-

-

-

3. Berapa jarak ke Puskesmas dari rumah anda?

a. 1 – 3 km

b. > 3 km

10

-

100%

-

4.Kendaraan apakah yang anda gunakan ke tempat

tersebut?

a. Angkutan Umum

b. Motor

c. Jalan Kaki

-

1

9

-

10%

90%

Pengetahuan

32

Page 33: Balita Dengan Pneumonia

NO Pertanyaaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Apakah anda mengetahui sesak napas pada anak yang

disertai dengan demam (pneumonia)0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

2 Apakah anda mengetahui gejala-gejala tersebut? 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 Apakah menurut anda jika balita anda mengalami sesak

napas dan panas tinggi itu berbahaya?1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

4 Apakah anda pernah mendapatkan penjelasan atau penyuluhan mengenai penyakit tersebut?

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

5 Apakah anda membawa balita anda ke pelayanan kesehatan jika mengalami hal tersebut

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0. Jawaban yang tidak diharapkan1. Jawaban yang diharapkan

Pengetahuan baik : 3-5

Pengetahuan kurang : 1-2

Dari hasil survey didapatkan seluruh responden (10 orang) memikili pengetahuan kurang.

Perilaku

NO Pertanyaaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101 Apakah anda selau membawa anak anda ke Posyandu? 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 Apakah anda tidak menggunakan kayu bakar untuk

memasak?0 0 0 1 1 0 1 0 0 0

3 Apakah terdapat lubang pembuangan asap di dapur anda? 0 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Apakah anda membuka jendela minimal 1 jam sehari 0 0 0 1 1 1 1 1 0 05 Apakah tidak ada anggota keluarga yang mempunyai

kebiasaan merokok?0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

6 Apakah balita anda mendapatkan ASI ekslusif saat berusia 0-6 bulan?

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

7 Apakah anak anda mendapatkan imunisasi sesuai usianya?

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

0. Jawaban yang tidak diharapkan1. Jawaban yang diharapkan

Perilaku baik : 4-7

Perilaku buruk : 1-3

Dari hasil survey menunjukkan 8 responden berperilaku baik

C. Kesimpulan Hasil Kuesioner

Dari hasil kuesioner terhadap 10 responden didapatkan bahwa 10 responden (100%)

yang membawa balitanya ke Puskesmas jika sakit. Dari 10 responden seluruhnya tidak

33

Page 34: Balita Dengan Pneumonia

mengetahui Pneumonia dan gejalanya (100%). Dari 10 responden seluruhnya tidak

pernah mendapatkan penjelasan/ penyuluhan dari puskesmas mengenai pneumonia. Hal

ini memunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pneumonia dan

rendahnya angka kunjungan balita ke Puskesmas.

BAB VII

PEMBAHASAN

A. Analisa Penyebab Masalah

Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditelaah penyebab-penyebab dari kurangnya balita

dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar. Masalah tersebut dapat

disebabkan oleh input, lingkungan dan proses. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu: Man,

Money, Method, Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1

(perencanaan), P2 (pergerakkan dan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian, dan

penilaian).

Tabel 12. Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem

INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN

MAN - Sumber daya manusia yang ada

di program P2 ISPA terdiri dari

dokter, perawat dan bidan

- terdapat kordinator P2 ISPA

1.Yang melakukan

pemeriksaan awal tidak

selalu dokter, namun

terkadang perawat yang

34

Page 35: Balita Dengan Pneumonia

belum mendapatkan

pelatihan mengenai

pneumonia

2.Petugas termasuk

koordinator program P2

ISPA belum pernah

mendapatkan pelatihan

khusus pneumonia

MONEY - Dana tersedia dari Puskesmas

untuk Operasional

- Dana Pelaksanaan Posyandu dari

Masyarakat

3.Tidak terdapat dana

khusus untuk P2 ISPA

METHOD - Pasien Balita dibawa ke ruangan

MTBS dan akan diperiksa oleh

bidan

-terdapatnya SOP mengenai

pneumonia

4. belum maksimalnya

penggunaan SOP di MTBS

MATERIAL - Tersedia 74 buah Posyandu di

15 desa yang termasuk ke dalam

wilayah kerja Puskesmas

Tempuran

- Puskesmas mempunyai ruangan

khusus yaitu ruangan manajemen

terpadu Balita Sakit (MTBS) dan

balai pengobatan umum untuk

penangan balita pneumonia

MACHINE -Terdapat Stetoskop,thermometer,

ARI Timer

- Tersedia obat-obatan termasuk

antibiotik yang dibutuhkan untuk

pengobatan pneumonia

5.Tidak terdapat buku

pedoman khusus mengenai

penyakit dan program

pneumonia

35

Page 36: Balita Dengan Pneumonia

-Terdapat SOP di buku paduan

MTBS 6. Tidak terdapat poster dan

brosur tentang pneumonia

untuk masyarakat

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN

P1

(Perencanaan)

- Setiap bulan selalu dilakukan

penyusunan rencana untuk

kegiatan berikutnya

7. Belum ada perencanaan

untuk penyuluhan dan

pembuatan poster dan

brosur tentang pneumonia

P2

(Penggerakan

,Pelaksanaan)

- Pelaksanaan program P2 ISPA

dipuskesmas dilakukan setiap hari

di MTBS dan dibalai pengobatan

umum

- Posyandu dilakukan setiap bulan

8. Dalam pelaksanaan

program petugas di MTBS

kurang maksimal dalam

penggunaan SOP

P3

(Penilaian,

pengawasan,

Pengendalian)

- Kepala puskesmas melakukan

pengawasan langsung melalui

laporan bulan yang diberikan oleh

koordinator program

- Dilakukan evaluasi terhadap

data pasien pneumonia yang ada

di SIMPUS

9.Tidak pernah dilakukan

pencatatan dan pelaporan

kasus balita dengan

pneumonia dari pelayanan

kesehatan lain seperti RSU,

dan praktek dokter swasta

yang termasuk wilayah

kerja Puskesmas Tempuran

Lingkungan - Sarana transportasi untuk

menjangkau puskesmas relatif

mudah dan jarak tidak begitu

jauh (< 1 Km)

10. Mayoritas warga desa

belum mengetahui tentang

penyakit pneumonia

11.Sebagian warga di desa

kurang memiliki kesadaran

untuk berobat ke puskesmas

36

Page 37: Balita Dengan Pneumonia

B. Daftar Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Sistem

1. Petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter,terkadang

perawat yang belum mendapatkan pelatihan khusus mengenai pneumonia

2. Petugas termasuk koordinator program P2 ISPA belum pernah

Mendapatkan pelatihan.

3. Tidak terdapat alokasi dana khusus untuk Program P2 ISPA

4. Belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS

5. Tidak terdapat buku pedoman mengenai penyakit dan program pneumonia

6. Tidak terdapat poster dan brosur tentang pneumonia untuk masyarakat

7. Belum ada perencanaan untuk penyuluhan,pembuatan poster dan brosur tentang

pneumonia

8. Dalam pelaksanaan program, petugas di MTBS bekerja tanpa pedoman SOP

9. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan

pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti RSU, dan praktek dokter swasta

yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Tempuran

10. Mayoritas warga desa belum mengetahui tentang penyakit pneumonia

11. Sebagian warga di desa kurang memiliki kesadaran untuk berobat di puskesmas

C. Konfirmasi Penyebab Masalah yang Paling Mungkin

Setelah dilakukan konfirmasi dengan teknik wawancara kepada koordinator P2M,

pengelola P2 ISPA Puskesmas Tempuran dan bidan Desa, maka didapatkan penyebab

masalah yang paling mungkin adalah sebagai berikut :

1. Petugas kesehatan termasuk koordinator program P2 ISPA belum pernah

mendapatkan pelatihan

2. Petugas yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter,namun terkadang

perawat yang belum mendapatkan pelatihan mengenai pneumonia

3. Belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS

37

Page 38: Balita Dengan Pneumonia

4. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan

pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti RSU, dan praktek dokter swasta

yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Tempuran

38

Page 39: Balita Dengan Pneumonia

P2Belum maksimalnya penggunaan SOP di

MTBS

P3 Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan lain

MethodBelum maksimalnya penggunaan

SOP di MTBS

INPUT

LingkunganMayoritas warga desa belum

mengetahutentang pneumoniaSebagian warga desa kurang

memiliki kesadaran untuk berobat di puskesmas

ManPetugas termasuk kordinator program P2 ISPA belum pernah mendapatkan pelatihan mengenai pneumonia

MachineTidak terdapat buku pedoman khusus

mengenai pneumoniaTiak terdapat poster dan brosur tentang

pneumonia

Cakupan Balita dengan

Pneumonia yang ditemukan/ditan

gani sesuai standar Di puskesmas

Tempuran 32.34 % dari target

100%

Gambar 10. Diagram Fish Bone 39

Page 40: Balita Dengan Pneumonia

D. Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 13.Alternatif Pemecahan Masalah

PENYEBAB MASALAHALTERNATIF PEMECAHAN

MASALAH

1.Petugas kesehatan termasuk

koordinator program P2 ISPA belum

pernah mendapatkan pelatihan

Memberikan pelatihan bagi petugas

kesehatan program P2 ISPA

2. Petugas yang melakukan

pemeriksaan awal tidak selalu

dokter,namun terkadang perawat

yang belum mendapatkan pelatihan

kesehatan tentang pneumonia

Memberikan pelatihan bagi petugas

kesehatan tentang pneumonia dan

penangannya

3.Belum maksimalnya penggunaan

SOP di MTBS

Melakukan penyegaran kembali

penggunaan SOP kepada petugas

kesehatan di MTBS

4.Tidak pernah dilakukan pencatatan

dan pelaporan kasus balita dengan

pneumonia dari pelayanan kesehatan

lain seperti RSU, dan praktek dokter

swasta yang termasuk wilayah kerja

Puskesmas Tempuran

Melakukan pencatatan dan pelaporan

tentang kasus balita dengan

pneumonia yang ditangani di

pelayanan kesehatan selain

Puskesmas Tempuran namun masih di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran

40

Page 41: Balita Dengan Pneumonia

E. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 14. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

PENYEBAB MASALAHALTERNATIF PEMECAHAN

MASALAH

1.Petugas kesehatan termasuk

koordinator program P2 ISPA belum

pernah mendapatkan pelatihan

1.Memberikan pelatihan bagi petugas

kesehatan program P2 ISPA tentang

pneumonia dan mensosialisasikan

penggunaan SOP

2. Petugas yang melakukan

pemeriksaan awal tidak selalu

dokter,namun terkadang perawat

yang belum mendapatkan pelatihan

kesehatan tentang pneumonia

3.Belum maksimalnya penggunaan

SOP di MTBS

4.Tidak pernah dilakukan pencatatan

dan pelaporan kasus balita dengan

pneumonia dari pelayanan kesehatan

lain seperti RSU, dan praktek dokter

swasta yang termasuk wilayah kerja

Puskesmas Tempuran

2.Melakukan pencatatan dan

pelaporan tentang kasus balita dengan

pneumonia yang ditangani di

pelayanan kesehatan selain

Puskesmas Tempuran namun masih di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran

F. Pemecahan Masalah Terpilih

1) Memberikan pelatihan dan bagi petugas kesehatan program P2 ISPA tentang

pneumonia dan penanganannya dan mensosialisasikan penggunaan SOP

2) Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus balita dengan pneumonia yang

ditangani di pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran namun masih di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran.

41

Page 42: Balita Dengan Pneumonia

G. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif pemecahan

masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode matriks. Penentuanpemecahan

masalah dengan kriteria matriks menggunakan rumus :M . I .V

C

1. Efektivitas program

Pedoman untuk mengukur efektivitas program:

a. Magnitude (M) : Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan.

b. Importancy (I) : Pentingnya cara penyelesaian masalah.

c. Vulnerability (V) : Sensitifitas cara penyelesaian masalah.

2. Efisiensi pogram

Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (cost). Kriteria cost (c) diberi

nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.

Skor :

Tabel 15.

Penentuan Prioritas

Pemecahan Masalah

Penyelesaian Masalah Nilai Kriteria Nilai akhirUrutan

M I V C (MxIxV/C)1.Memberikan pelatihan bagi

petugas kesehatan program P2 ISPA

tentang pneumonia dan

penanganannya dan

3 4 3 3 12 I

42

Magnitude Importancy Vulnerability Cost

1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif 1 = Sangat murah

2 = Kurang magnitude 2 = Kurang

penting

2 = Kurang sensitif 2 = Murah

3 = Cukup magnitude 3 = Cukup penting 3 = Cukup sensitif 3 = Cukup murah

4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif 4 = Kurang Murah

5 = Sangat magnitude 5 = Sangat penting 5 = Sangat sensitif 5 = Tidak murah

Page 43: Balita Dengan Pneumonia

mensosialisasikan penggunaan SOP

4.Melakukan pencatatan dan

pelaporan tentang kasus balita

dengan pneumonia yang ditangani di

pelayanan kesehatan selain

Puskesmas Tempuran namun masih

di wilayah kerja Puskesmas

Tempuran

3 3 2 3 6 II

Urutan prioritas masalah setelah dilakukan perhitungan dengan metode matrix

terdapat urutan skala prioritas penyelesaian masalah, yaitu :

1. Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan program P2 ISPA tentang pneumonia

dan penanganannya serta mensosialisakian penggunaan SOP

2. Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus balita dengan pneumonia yang

ditangani di pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran namun masih di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran

43

Page 44: Balita Dengan Pneumonia

Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 16

No. Kegiatan Tujuan Waktu Lokasi Pendanaan Sasaran Pelaksana Metode Tolok Ukur1. Memberikan

pelatihan bagi

petugas

kesehatan

program P2 ISPA

tentang

pneumonia dan

penanganannya

serta

mensosialisasikan

penggunaan SOP

Agar petugas kesehatan terampil dalam mengenali dan menangani pneumonia

1 tahun sekali Puskesmas BOK Bidan dan perawat

Dokter fungsional

Pelatihan dan tanya jawab

Petugas kesehatan terampil dalam mengenali dan menangani pneumonia, serta menggunakan SOP dalam menangani pneumonia

2. Melakukan

pencatatan dan

pelaporan tentang

kasus balita

dengan

pneumonia yang

ditangani di

pelayanan

kesehatan selain

Puskesmas

Tempuran namun

Agar terdapat angka yang pasti mengenai balita yang ditangani/ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Tempuram

1 bulan sekali Puskesmas RS,praktek dokter swasta, balai pengobatan

Kordinator program P2 ISPA

Pendataan Terkumpul data balita yang ditemukan/ditangani di wilayah kerja Puskesmas Tempuran

44

Page 45: Balita Dengan Pneumonia

masih di wilayah

kerja Puskesmas

Tempuran

F. Gann Chart

No. Kegiatan April Mei Juni Juli Agustus

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

45

Page 46: Balita Dengan Pneumonia

1.

Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan

program P2 ISPA tentang pneumonia dan

penanganannya serta mensosialisasikan

penggunaan SOP

2.

Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus

balita dengan pneumonia yang ditangani di

pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran

namun masih di wilayah kerja Puskesmas

Tempuran

No. KegiatanSeptember Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1.

Memberikan pelatihan bagi petugas kesehatan

program P2 ISPA tentang pneumonia dan

penanganannya serta mensosialisasikan

penggunaan SOP

2.

Melakukan pencatatan dan pelaporan tentang kasus

balita dengan pneumonia yang ditangani di

pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran

namun masih di wilayah kerja Puskesmas

Tempuran

46

Page 47: Balita Dengan Pneumonia

47

Page 48: Balita Dengan Pneumonia

48

Page 49: Balita Dengan Pneumonia

BAB VIII

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah dibuat analisis penyebab masalah kemudian dilanjutkan konfirmasi masalah

yang paling mungkin, maka diketahui penyebab rendahnya cakupan balita dengan pneumonia

yang ditemukan atau ditanagani sesuai standar adalah petugas kesehatan termasuk

koordinator program P2 ISPA belum pernah mendapatkan pelatihan, petugas yang melakukan

pemeriksaan awal tidak selalu dokter,terkadang perawat yang belum pernah mendapatkan

pelatihan tentang pneumonia, belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS, tidak pernah

dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan

lain seperti RSU, dan praktek dokter swasta yang termasuk wilayah kerja Puskesmas

Tempuran.

Kemudian dilanjutkan dengan alternatif pemecahan masalah menggunakan kriteria

matrix, maka ditemukan prioritas pemecahan masalah yaitu, Memberikan pelatihan bagi

petugas kesehatan program P2 ISPA tentang pneumonia dan penanganannya, dan melakukan

pencatatan dan pelaporan tentang kasus balita dengan pneumonia yang ditangani di

pelayanan kesehatan selain Puskesmas Tempuran namun masih di wilayah kerja Puskesmas

Tempuran.

B. Saran

1. Kepada Pihak Puskesmas Tempuran

a. Pihak Puskesmas Tempuran diharapkan meningkatkan koordinasi dengan

pelayanan kesehatan selain Posyandu yang ada diwilayah kerjanya, untuk

mendapatkan pelaporan kasus Pneumonia pada balita yang ditangani di luar

Puskesmas.

b. Penjelasan kepada masyarakat mengenai waktu, jenis dan sistem pembayaran

dengan jamkesmas

2. Kepada Masyarakat desa

a. Selalu membawa balitanya ke Posyandu sesuai jadwal setiap bulan.

b. Segera memeriksakan balitanya jika sakit ke Puskesmas terdekat.

c. Selalu membiasakan diri untuk hidup bersih dan menjaga kesehatan.

49

Page 50: Balita Dengan Pneumonia

DAFTAR PUSTAKA

1. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Pada World Pneumonia Day (Hari Pneumonia

Dunia) 2009. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Diunduh Pada Tanggal 8

April 2012. Diperoleh Dari : www.idai.co.id/kegiatanidai.asp

2. Wijaya Awi Muliadi. MDG 4, Angka Kematian Bayi Dan Angka Kematian Balita. 2009.

Diunduh Tanggal 8 April 2012. Diperoleh Dari:

http://www.infodokterku.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=53:mdg-4-angka-kematian-bayi-dan-angka-

kematian-balita&catid-35:opini-sebelumnya&ltemid=30

3. Wijaya Awi Muliadi. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi

(AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI) Dan

Penyebabnya Di Indonesia. 2009. Diunduh Tanggal 9 April 2012. Diperoleh Dari :

http://www.infodokterku.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=92:kondisi-angka-kematian-neonatal-akn-angka-

kematian-bayi-akb-angka-kematian-balita-akbal-angka-kematian-ibu-aki-dan-

penyebabnya-di-indonesia&catid=36:yang-perlu-anda-ketahui&ltemid-28

4. Soehadi R, Karneni, Widjojo T, Soenardi, Soekamto, Dkk. Pedoman Praktis Pelaksanaan

Kerja Di Puskesmas. Bapelkes Salaman: Magelang; 2000

5. Pneumonia. 2007. Diunduh Tanggal 8 April 2012. Diperoleh Dari:

http://www.infeksi.com/article.php?Ing-en&pg-48&id-14

6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PDPI. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis

& Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003.

7. Hartoyo, Mkes. Handout Instrumen Dalam Proses Pemecahan Masalah. Salaman,

Magelang, 2012.

8. Hartoyo, Mkes. Handout Manajemen Program/Pelayanan Di Puskesmas, Salaman.

Magelang, 2012.

9. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008.

50

Page 51: Balita Dengan Pneumonia

51

Page 52: Balita Dengan Pneumonia

52

Page 53: Balita Dengan Pneumonia

53

Page 54: Balita Dengan Pneumonia

54

Page 55: Balita Dengan Pneumonia

55

Page 56: Balita Dengan Pneumonia

56