cakupan pneumonia pada balita

90
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. Hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20- 30% kematian balita di berbagai negara setiap tahun disebabkan karena menderita ISPA. (1) Pneumonia yang merupakan infeksi saluran pernafasan bawah akut umumnya menyebabkan hampir semua kematian ISPA pada balita. Di negara berkembang pneumonia merupakan penyakit yang terabaikan (the neglected disease) atau penyakit yang terlupakan (the forgotten disease) karena begitu banyak anak yang meninggal pneumonia, namun sangat sedikit perhatian yang diberikan kepada masalah pneumonia. Menurut WHO tahun 2008, insidens pneumonia balita di negara berkembang adalah 151,8 juta kasus pneumonia/tahun, 10% di antaranya merupakan pneumonia berat dan perlu perawatan di rumah sakit. Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total insidens pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia balita setiap tahunnya. (2) 1

Upload: mnda

Post on 29-Oct-2015

849 views

Category:

Documents


19 download

DESCRIPTION

Cakupan Pneumonia

TRANSCRIPT

Page 1: Cakupan Pneumonia pada Balita

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu

penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. Hasil

penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-30% kematian balita di

berbagai negara setiap tahun disebabkan karena menderita ISPA. (1)

Pneumonia yang merupakan infeksi saluran pernafasan bawah akut

umumnya menyebabkan hampir semua kematian ISPA pada balita. Di negara

berkembang pneumonia merupakan penyakit yang terabaikan (the neglected

disease) atau penyakit yang terlupakan (the forgotten disease) karena begitu

banyak anak yang meninggal pneumonia, namun sangat sedikit perhatian yang

diberikan kepada masalah pneumonia. Menurut WHO tahun 2008, insidens

pneumonia balita di negara berkembang adalah 151,8 juta kasus pneumonia/tahun,

10% di antaranya merupakan pneumonia berat dan perlu perawatan di rumah

sakit. Di negara maju terdapat 4 juta kasus setiap tahun sehingga total insidens

pneumonia di seluruh dunia ada 156 juta kasus pneumonia balita setiap tahunnya.(2)

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita (AKBAL) adalah 44/1000 kelahiran

hidup. Jika kita melihat ke belakang, hasil Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia (SDKI) tahun 2003 yang menyebutkan bahwa Angka Kematian Balita

(AKBAL) adalah 46/1000 kelahiran hidup. Dari pernyataan tersebut, maka telah

terjadi penurunan angka kematian dalam kurun waktu 5 tahun walaupun

penurunannya sangat kecil, namun hal tersebut masih cukup jauh dari salah satu di

antara delapan target Millenium Development Goals (MDGs) ke-4 tentang

menurunkan angka kematian anak. Dalam program tersebut target yang ingin

dicapai pemerintah Indonesia pada tahun 2015 adalah Angka Kematian Balita

(AKBAL) sebanyak 32/1000 kelahiran hidup atau 2/3 dari AKBAL tahun 1990

dengan AKBAL 1990 yaitu 91/1000 kelahiran hidup. (3)

1

Page 2: Cakupan Pneumonia pada Balita

Berdasarkan Kemenkes, proporsi pneumonia balita di Indonesia tahun 2008

adalah 49,45%, tahun 2009 adalah 49,23%, dan tahun 2010 adalah 39,38% dari

jumlah balita di Indonesia. Pada tahun 2007 dan 2008 perbandingan kasus

pneumonia pada balita dibandingkan dengan usia ≥5 tahun adalah 7:3. Artinya

bila ada 7 kasus pneumonia pada balita maka akan terdapat 3 kasus pneumonia

pada usia lebih dari atau sama dengan 5 tahun. Pada tahun 2009 terjadi perubahan

menjadi 6:4. Namun pneumonia pada balita masih tetap tinggi. Salah satu

penyebab kematian terbesar pada balita menurut Riset Kesehatan Desa

(Riskesdas) tahun 2007 adalah pneumonia. Pneumonia merupakan kematian

kedua tertinggi setelah diare dimana diare sebesar 25,2% dan pneumonia sebesar

15,5%.(4)

Berdasarkan Dinkes Jateng, insidens pneumonia di Jawa Tengah tahun 2008

adalah 23,63%, tahun 2010 adalah 40,63%, tahun 2011 adalah 25,5% sedangkan

jumlah kematian akibat pneumonia di Jawa Tengah adalah 113 orang tahun 2007,

134 orang pada tahun 2008, 105 orang pada tahun 2009, 116 orang pada tahun

2010 dan 101 orang pada tahun 2011.(4)

Untuk mencapai target MDGs, diperlukan kerjasama dan kinerja yang baik

antara unit-unit fungsional kesehatan mulai dari yang cakupan wilayah kerjanya

dari yang kecil sampai besar. Puskesmas merupakan unit fungsional yang cakupan

wilayah kerjanya kecil dan merupakan ujung tombak dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia karena Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan

terdepan dan terdekat dengan masyarakat dalam bentuk kegiatan pokok

menyeluruh dan terpadu. Oleh karena itu kinerja Puskesmas haruslah baik.(3)

Kinerja Puskesmas diukur dari tingkat keberhasilannya dengan

membandingkan kegiatan yang ada di Puskesmas dengan target yang ditetapkan

dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM). Salah satu bagian penilaian yang ada di

SPM adalah cakupan balita dengan pneumonia yang ditenukan atau ditangani

sesuai standar dengan target yang harus tercapai adalah 100%. Adapun sasaran

balita dengan pneumonia yang harus ditemukan atau ditangani sesuai standar

menurut SPM adalah 5,12% x 10 % x jumlah penduduk.

2

Page 3: Cakupan Pneumonia pada Balita

Di Puskesmas Tempuran, berdasarkan perhitungan Standar Pelayanan

Minimal (SPM) bulan Januari sampai dengan Mei 2013 didapatkan cakupan

Balita dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar masih

jauh dibawah target yaitu 12,74%. Desa Tugurejo merupakan desa di wilayah

kerja Puskesmas Tempuran dengan kasus pneumonia Balita yang tertinggi dengan

6 kasus (proporsi 46,1%). Desa Tempurejo merupakan desa di wilayah kerja

Puskesmas Tempuran dengan kasus ISPA balita cukup tinggi dengan 177 kasus

(proporsi 21,5%).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah

adalah apa yang menyebabkan Program P2ISPA cakupan Balita dengan

pneumonia yang ditemukan di Puskesmas Tempuran periode Januari-Mei 2013

belum memenuhi target, bagaimana alternatif pemecahan masalah jika

disesuaikan dengan penyebab permasalahan serta kegiatan apa saja yang dapat

dilakukan untuk memecahkan permasalahan tersebut.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui, mengidentifikasi, dan menganalisis penyebab serta menyusun

rencana tidak lanjut pemecahan masalah belum tercapainya target program

P2ISPA cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan di Puskesmas

Tempuran periode Januari-Mei 2013.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penyebab belum tercapainya target P2 ISPA cakupan Balita

dengan pneumonia yang ditemukan di Puskesmas Tempuran periode

Januari-Mei 2013.

b. Mengidentifikasi penyebab belum tercapainya target P2 ISPA cakupan

Balita dengan pneumonia yang ditemukan di Puskesmas Tempuran periode

Januari-Mei 2013.

c. Mampu menganalisis penyebab masalah yang telah diidentifikasi.

3

Page 4: Cakupan Pneumonia pada Balita

d. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang ditemukan.

e. Mampu menyusun rencana tindak lanjut atau Plan Of Action dari alternatif

pemecahan masalah yang ditemukan.

D. Manfaat

1. Melatih kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan masyarakat.

2. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang ada.

3. Meningkatkan pengetahuan tentang penyakit pneumonia khususnya pada

Balita.

4. Memberikan informasi mengenai kemungkinan penyebab rendahnya

cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan di Puskesmas

Tempuran.

5. Sebagai bahan evaluasi perencanaan kegiatan Puskesmas untuk Program

P2ISPA.

6. Masyarakat khususnya yang mempunyai balita diharapkan dapat lebih

mengetahui tentang penyakit pneumonia dan bahaya penyakit tersebut bila

tidak ditangani secara baik.

4

Page 5: Cakupan Pneumonia pada Balita

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. ISPA dan Pneumonia

1. Definisi ISPA

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut,

yang meliputi saluran pernafasan bagian atas dan bawah. Penyakit infeksi

akut yang menyerang salah satu atau lebih bagian dari saluran nafas mulai

dari hidung (saluran nafas bagian atas) hingga jaringan di dalam paru-paru

(saluran bagian bawah).(3)

Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni ‘infeksi’, ‘saluran pernafasan’, dan

‘akut’, dimana pengertiannya adalah sebagai berikut:

1) Infeksi

Adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2) Saluran pernafasan

Yang dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ mulai dari

hidung sampai alveoli, termasuk adneksanya yaitu sinus, rongga

telinga tengah, dan pleura.

3) Akut

Adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari

diambil untuk menunjukkan proses akut.(4)

2. Definisi Pneumonia

Pneumonia adalah penyakit infeksi akut yang mengenai jaringan

paru (alveoli) yang disebabkan terutama oleh bakteri dan merupakan

penyakit saluran pernafasan akut yang sering menyebabkan kematian.

Penyebab p neumonia adalah infeksi bakteri, virus maupun jamur.

5

Page 6: Cakupan Pneumonia pada Balita

Pneumonia mengakibatkan jaringan paru mengalami peradangan. Pada

penderita pneumonia, alveoli terisi nanah dan cairan menyebabkan

kesulitan penyerapan oksigen sehingga terjadi kesulitan bernafas. Anak

dengan pneumonia menyebabkan kemampuan paru mengembang

berkurang sehingga tubuh bereaksi dengan bernafas cepat agar tidak

terjadi hipoksia. Apabila pneumonia bertambah parah, paru akan menjadi

kaku dan timbul tarikan dinding bawah ke dalam. Anak dengan

pneumonia dapat meninggal karena hipoksia dan sepsis. Akibatnya

kemampuan paru untuk menyerap oksigen menjadi berkurang.

Kekurangan oksigen membuat sel sel tidak bisa bekerja.(5,6)

3. Hubungan ISPA dan Pneumonia

ISPA yang berlanjut dapat menjadi pneumonia dimana sering terjadi

pada balita terutama apabila mengalami gizi kurang atau gizi buruk dan

dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak higienis.(3)

4. Klasifikasi ISPA dan Pneumonia

Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit

ISPA dalam 2 golongan yaitu pneumonia dan bukan pneumonia.

Pneumonia dibagi atas derajat beratnya yaitu pneumonia berat dan

pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,

tonsilitis, dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan

sebagai bukan pneumonia. Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan

napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan terapi antibiotik.

Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada Balita. Bila

ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin. Semua radang

telinga akut harus mendapat antibiotik. (7)

Klasifikasi berdasarkan frekuensi nafas, tarikan dinding dada

bagian bawah, bunyi nafas (stridor):

a) Pneumonia

Batuk, demam lebih dari 380 C disertai sesak nafas. Frekuensi nafas

6

Page 7: Cakupan Pneumonia pada Balita

lebih dari 40 x / menit, ada tarikan dinding dada bagian bawah.

Pada auskultasi didapati bunyi stridor pada paru.(8)

b) Non Pneumonia

Bila bayi dan Balita batuk, demam 380 C tidak disertai nafas cepat

lebih dari 40 x / menit, tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah

dan tidak ada bunyi stridor pada paru.(8)

Tabel 1. Frekuensi Nafas Sesuai Umur

No Umur Nafas Normal Nafas Cepat (tachypnoe)

1 0 – 2 bulan 30 – 50 x / menit 60 x / menit

2 2 – 12 bulan 25 – 40 x / menit 50 x / menit

3 1 – 5 tahun 20 – 30 x / menit 40 / menit

Sumber: Pedoman Perhitungan Frekuensi Nafas (8)

Program P2ISPA mengklasifikasi penderita keadaan ke dalam 2

kelompok usia: dibawah 2 bulan (Pneumonia berat dan bukan

Pneumonia). Usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun menjadi pneumonia

berat dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam, pneumonia

dan bukan pneumonia.

Tabel 2. Klasifikasi ISPA menurut kelompok umur (7)

Kelompok Umur

Kriteria Gejala Klinis

2 bulan –<5 tahun

Batuk bukan pneumonia

Tidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah

PneumoniaAdanya nafas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

Pneumonia beratAdanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam

< 2 bulan

Bukan pneumoniaTidak ada napas cepat dan tidak ada tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat

Pneumonia beratAdanya napas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang kuat

Sumber: Ditjen P2PL, Depkes RI. 2007. Bimbingan Keterampilan Tatalaksana Pneumonia Balita

7

Page 8: Cakupan Pneumonia pada Balita

5. Gambaran Klinis

Sebagian besar gambaran klinis pneumonia anak−balita berkisar

antara ringan sampai sedang hingga dapat berobat jalan saja. Hanya

sebagian kecil berupa penyakit berat mengancam kehidupan dan perlu

rawat-inap. Secara umum gambaran klinis pneumonia diklasifikasi

menjadi 2 kelompok. Pertama, gejala umum misalnya demam, sakit

kepala, maleise, nafsu makan kurang, gejala gastrointestinal seperti mual,

muntah dan diare. Kedua, gejala respiratorik seperti batuk, napas cepat

(tachypnoe/ fast breathing), napas sesak (retraksi dada/chest indrawing),

napas cuping hidung, air hunger dan sianosis. Hipoksia merupakan tanda

klinis pneumonia berat. Anak pneumonia dengan hipoksemia 5 kali lebih

sering meninggal dibandingkan dengan pneumonia tanpa hipoksemia.

Pada foto thorak menunjukkan infiltrasi melebar.(8)

6. Cara Penularan Penyakit Pneumonia

Pada umumnya pneumonia termasuk kedalam penyakit menular yang

ditularkan melalui udara. Sumber penularan adalah penderita pneumonia

yang menyebarkan kuman ke udara pada saat batuk atau bersin dalam

bentuk droplet. Inhalasi merupakan cara terpenting masuknya kuman

penyebab pneumonia kedalam saluran pernapasan yaitu bersama udara

yang dihirup, di samping itu terdapat juga cara penularan langsung yaitu

melalui percikan droplet yang dikeluarkan oleh penderita saat batuk,

bersin dan berbicara kepada orang di sekitar penderita, transmisi langsung

dapat juga melalui ciuman, memegang dan menggunakan benda yang telah

terkena sekresi saluran pernapasan penderita (Azwar, 2002). (7)

7. Sumber dan Penyebab Terjadinya Pneumonia

Sebagian besar penyebab pneumonia adalah mikroorganisme (virus,

bakteri dan sebagian kecil oleh penyebab lain hidrokarbon (minyak

tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu,

8

Page 9: Cakupan Pneumonia pada Balita

isi lambung kedalam saluran pernafasan. Berbagai penyebab pneumonia

tersebut dikelompokkan berdasarkan golongan umur, berat ringannya

penyakit dan penyakit yang menyertainya. (5)

Penyebab Pneumonia adalah sebagai berikut : (6,8)

1) Mikroorganisme

Mikroorganisme paling sering sebagai penyebab pneumonia adalah

virus, terutama Respiratory Synsial Virus (RSV) yang mencapai 40%.

Golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus pneumonia

dan Haemofillus influenza type B (HIB). Awalnya mikroorganisme

masuk ke dalam percikan ludah (droplet) kemudian terjadi penyebaran

mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas jaringan (parenkim paru)

dan sebagian lagi karena penyebaran melalui aliran darah.

2) Faktor intrinsik

Faktor intrinsik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan risiko

kematian akibat pneumonia pada balita adalah:

a. Umur

Umur mempengaruhi mekanisme pertahanan tubuh seseorang.

Bayi dan Balita mempunyai mekanisme pertahanan tubuh yang masih

lemah dibanding dengan orang dewasa sehingga Balita masuk ke

dalam kelompok yang rawan terkena infeksi, misalnya diare, ISPA dan

pneumonia.

b. Status gizi

Status gizi sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh. Balita

yang mempunyai status gizi baik maka akan mempunyai daya tahan

tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang mempunyai

status gizi kurang maupun buruk. Keadaan gizi yang buruk muncul

sebagai bagian dari faktor risiko kejadian pneumonia.(8)

c. Status imunisasi

Cakupan imunisasi akan berperan besar dalam upaya

pemberantasan pneumonia. Cara yang paling efektif saat ini adalah

dengan pemberian imunisasi DPT dan Campak. Pemberian imunisasi

9

Page 10: Cakupan Pneumonia pada Balita

Campak dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 11%, sedangkan

imunisasi DPT dapat mencegah kematian pneumonia sekitar 6%. (8)

d. Jenis kelamin

Di dalam buku pedoman P2 ISPA, disebutkan bahwa anak laki-

laki adalah faktor risiko yang mempengaruhi kesakitan pneumonia.

Penelitian di Srilanka memperlihatkan bahwa balita berjenis kelamin

laki-laki mempunyai risiko 2,19 kali lebih tinggi dibandingkan

perempuan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Koblinski (1997)

bahwa sesungguhnya anak perempuan mempunyai kebutuhan biologis

dan pada lingkungan yang optimal mempunyai keuntungan yang

diperkirakan sebesar 0,15−1 kali lebih di atas anak laki laki dalam hal

tingkat kematian. (6)

e. ASI eksklusif

Kolustrum mengandung zat kekebalan 1017 kali lebih banyak

dari susu buatan. Zat kekebalan pada ASI melindungi bayi dari diare,

alergi dan infeksi saluran nafas terutama pneumonia. Bayi yang diberi

ASI eksklusif akan lebih sehat dan jarang sakit dibandingkan dengan

bayi yang tidak mendapat ASI ekslusif. (8)

f. Defisiensi vitamin A

Pada kasus kekurangan vitamin A, fungsi kekebalan tubuh

menurun sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang

menutupi trakea dan paru mengalami keratinisasi sehingga mudah

dimasuki oleh kuman dan virus yang menyebabkan infeksi saluran

nafas terutama pneumonia.(6,8)

g. Berat badan lahir rendah ( BBLR )

Berat badan lahir rendah menentukan pertumbuhan dan

perkembangan fisik dan mental pada masa Balita. Bayi dengan

BBLR mempunyai risiko kematian yang lebih besar dibandingkan

dengan bayi dengan berat lahir normal terutama pada bulanbulan

pertama kelahiran karena pembentukan zat kekebalan kurang sempurna

sehingga lebih mudah terkena penyakit infeksi terutama pneumonia

10

Page 11: Cakupan Pneumonia pada Balita

dan infeksi saluran pernafasan lainnya.(6)

3) Faktor ektrinsik

Faktor ektrinsik yang dapat meningkatkan risiko kejadian dan

risiko kematian akibat pneumonia pada Balita adalah:

a. Kondisi fisik rumah

Kondisi rumah yang berhubungan dengan kejadian

pneumonia:

1. Kelembaban

Kelembaban adalah banyaknya uap air yang terkandung

dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam persen.

Faktorfaktor kelembaban udara meliputi :

a. Keadaan bangunan

a) Dinding

Air hujan masuk dan meresap melalui poripori dinding

sehingga akan mengakibatkan kelembaban udara dalam

ruangan.

b ) Iklim dan Cuaca

Kelembaban udara secara menyeluruh dipengaruhi oleh

iklim dan cuaca.

Syaratsyarat kelembaban yang memenuhi standar kesehatan

adalah sebagai berikut:

a) Lantai dan dinding harus kering

b) Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%

Keterkaitan antara kelembaban dan penyakit pneumonia

adalah saling berpengaruh terhadap kejadian pneumonia.

Kelembaban ini sangat erat kaitannya dengan

pertumbuhan etiologi pneumonia yang berupa virus,

bakteri dan jamur. Faktor etiologi tersebut dapat tumbuh

dengan baik jika kondisi optimal. Penghuni ruangan

biasanya akan mudah menderita sakit infeksi saluran nafas

karena situasi tersebut. (8)

11

Page 12: Cakupan Pneumonia pada Balita

2. Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar dan

pengeluaran udara kotor secara alamiah atau mekanis harus

cukup. Berdasarkan keputusan menteri Kesehatan

No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan

perumahan, luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang

permanen minimal 10% dari luas lantai.

Pada penelitian Herman (2002), diketahui bahwa balita yang

tinggal di rumah dengan ventilasi yang tidak sehat akan memiliki

risiko 4,2 kali lebih besar untuk terkena pneumonia dibandingkan

yang tinggal di rumah dengan ventilasi sehat.

3. Kepadatan hunian

Kepadatan hunian adalah banyaknya penghuni yang tinggal

di dalam rumah dibandingkan dengan luas ruangan. Berdasarkan

keputusan menteri Kesehatan RI No. 829/Menkes/SK/VII/1999

tentang persyaratan kesehatan perumahan, luas ruang tidur

minimal 8 meter, dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2

orang tidur dalam satu ruangan tidur kecuali anak umur dibawah 5

tahun.

Foster menjelaskan bahwa kepadatan orang dalam rumah

berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita. Herman

(2002) juga mendapatkan hubungan yang bermakna antara

kepadatan hunian dengan insidens pneumonia. (8)

4. Polusi Udara

Pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah umumnya

disebabkan oleh polusi di dalam dapur. Asap dari bahan bakar

kayu merupakan faktor risiko terhadap kejadian pneumonia pada

balita. Polusi udara di dalam rumah juga dapat disebabkan oleh

karena asap rokok, kompor gas, alat pemanas ruangan dan juga

akibat pembakaran yang tidak sempurna dari kendaraan bermotor.

Anak-anak yang lebih sering berada di dapur atau kamar tidur

12

Page 13: Cakupan Pneumonia pada Balita

yang berdekatan dengan dapur lebih berisiko untuk mengalami

gangguan pernapasan.(8)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang terpajan

asap pembakaran berisiko 1,27 kali lebih besar untuk terkena

pneumonia dibandingkan dengan yang tidak terpajan. Selain itu,

balita dengan adanya perokok di dalam rumah berisiko 2,9 kali

lebih besar untuk terkena pneumonia.(8,9)

b. Pendidikan ibu

Pendidikan ibu mempunyai pengaruh besar dalam tumbuh

kembang bayi dan Balita, karena pada umumnya pola asuh anak di

tentukan oleh ibu. Tingginya mortalitas dan morbiditas pneumonia

lebih disebabkan oleh kurangnya informasi dan pemahaman yang

diperoleh dari seorang ibu.(8)

c. Tingkat jangkauan pelayanan kesehatan yang rendah

Rendahnya tingkat jangkauan pelayanaan kesehatan sangat

mempengaruhi risiko morbiditas dan mortalitas pneumonia,

karena akan terlambat memperoleh diagnosa sehingga akan

mempengaruhi upaya pertolongan yang dibutuhkan. (8,9)

8. Bahaya Pneumonia Pada Bayi dan Anak balita

Pneumonia bisa menyebabkan kematian pada bayi dan anak balita.

Pneumonia sering kali dimulai dengan batuk pilek biasa, tetapi karena

daya tahan tubuh anak lemah, hygiene sanitasinya rendah dan terlambat

mendapatan pertolongan maka resiko kematian akibat pneumonia menjadi

meningkat.(3)

9. Pencegahan dan Penanggulangan Pneumonia

1) Pencegahan penyakit menular pneumonia

Upaya pencegahan penyakit pneumonia meliputi kelengkapan

imunisasi, perbaikan gizi anak termasuk promosi ASI, peningkatan

kesehatan ibu hamil untuk mencegah BBLR, mengurangi kepadatan

13

Page 14: Cakupan Pneumonia pada Balita

hunian rumah, dan memperbaiki ventilasi rumah.(10)

2) Penanggulangan penyakit menular pneumonia

Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular

adalah upaya untuk menekan penyakit menular di masyarakat

serendah mungkin sehingga tidak menjadi gangguan kesehatan bagi

masyarakat. Ada tiga kelompok sasaran yaitu:

1. Kelompok sasaran langsung pada sumber penularan pejamu

Sumber penularan pneumonia adalah manusia maka cara

yang paling efektif adalah dengan memberikan pengobatan.

2. Sasaran ditujukan pada cara penularan

Penularan penyakit pneumonia dapat berlangsung melalui

perantaran udara maupun kontak langsung. Upaya pencegahan

melalui kontak langsung biasanya dititikberatkan pada

penyuluhan kesehatan. Pencegahan penularan melalui udara

dapat dilakukan dengan perbaikan sistem ventilasi serta aliran

udara dalam ruangan.

3. Sasaran ditujukan pada pejamu potensial

Peningkatan kekebalan khusus dapat dilakukan dengan

pemberian imunisasi dasar sebagai bagian dari program

pembangunan kesehatan yang ternyata cukup berhasil dalam

usaha meningkatkan derajat kesehatan serta menurunkan angka

kematian bayi dan balita. Saat ini vaksinasi yang dapat mencegah

pneumonia pada bayi dan balita yang diterapkan di Indonesia

sebagai program imunisasi dasar baru DPT dan Campak saja.

Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi fokus kegiatan

utama program P2 ISPA. Program ini mengupayakan agar istilah

pneumonia lebih dikenal di masyarakat sehingga memudahkan

kegiatan penyuluhan dan penyebaran informasi tentang

penanggulangan pneumonia. (7,11)

B. Program P2ISPA

14

Page 15: Cakupan Pneumonia pada Balita

Program P2ISPA adalah suatu program pemberantasan penyakit menular

yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat

infeksi saluran pernapasan akut, terutama pneumonia (infeksi paru akut) pada usia

dibawah lima tahun.

Program P2ISPA dikembangkan dengan mengacu pada konsep menajemen

terpadu pemberantasan penyakit menular dan penyehatan lingkungan berbasis

wilayah. Konsep terpadu meliputi penanganan pada sumber penyakit, faktor risiko

lingkungan, faktor risiko perilaku dan kejadian penyakit dengan memperhatikan

kondisi lokal.

Tugas pemberantasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama.

Kepala Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di

wilayah kerjanya.

Dokter puskesmas mempunyai tugas sebagai berikut :

• Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau

sarana dan tenaga yang tersedia.

• Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar

kasus-kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.

• Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus-kasus pneumonia berat /

penyakit dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat /

paramedis dan merujuknya ke rumah sakit bila dianggap perlu.

• Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke

rumah sakit.

• Bersama dengan staf puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu

yang mempunyai anak balita perihal pengenalan tanda-tanda penyakit

pneumonia serta tindakan penunjang di rumah,

• Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang diberi

wewenang mengobati penderita penyakit ISPA,

• Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat

memberikan penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyakit ISPA,

• Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan

pemberantasan penyakit ISPA.

15

Page 16: Cakupan Pneumonia pada Balita

• Mendeteksi hambatan yang ada serta menanggulanginya termasuk aktifitas

pencatatan dan pelaporan serta pencapaian target.

Paramedis Puskesmas Puskesmas pembantu mempunyai tugas sebagai

berikut:

• Melakukan penatalaksanaan standar kasus-kasus ISPA sesuai petunjuk

yang ada.

• Melakukan konsultasi kepada dokter Puskesmas untuk kasus-kasus ISPA

tertentu seperti pneumonia berat, penderita dengan wheezing dan stridor.

• Bersama dokter atau dibawah petunjuk dokter melatih kader.

• Memberi penyuluhan terutama kepada ibu-ibu.

• Melakukan tugas-tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Puskesmas

sehubungan dengan pelaksanaan program pemberantasan penyakit ISPA.

Kader kesehatan mempunyai tugas sebagai berikut:

• Dilatih untuk bisa membedakan kasus pneumonia (pneumonia berat dan

pneumonia tidak berat) dari kasus-kasus bukan pneumonia.

• Memberikan penjelasan dan komunikasi perihal penyakit batuk pilek biasa

(bukan pneumonia) serta penyakit pneumonia kepada ibu-ibu serta perihal

tindakan yang perlu dilakukan oleh ibu yang anaknya menderita penyakit

• Merujuk kasus pneumonia berat ke Puskesmas / rumah sakit terdekat.

• Mencatat kasus yang ditolong dan dirujuk (6)

C. Urutan Dalam Siklus Pemecahan Masalah

Setelah didapatkan data maka dilakukan penyelesaian masalah

menggunakan pendekatan manajemen, berikut adalah langkah-langkahnya:

1) Identifikasi masalah

Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,

menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, kemudian

mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung atau mengukur hasil

pencapaian. Yang terakhir membandingkan antara keadaan nyata yang

terjadi, dengan keadaan tertentu yang diinginkan atau indikator tertentu

yang sudah ditetapkan.

16

Page 17: Cakupan Pneumonia pada Balita

2) Penentuan penyebab masalah

Penentuan penyebab masalah digali berdasarkan data atau

kepustakaan dengan curah pendapat. Penentuan penyebab masalah

dilakukan dengan menggunakan fishbone. Hal ini hendaknya jangan

menyimpang dari masalah tersebut.

3) Memilih penyebab yang paling mungkin

Penyebab masalah yang paling mungkin harus dipilih dari sebab-

sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi dan pengamatan.

4) Menentukan alternatif pemecahan masalah

Sering kali pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah dari

penyebab yang sudah diidentifikasi. Jika penyebab sudah jelas maka dapat

langsung pada alternatif pemecahan masalah.

5) Penetapan pemecahan masalah terpilih

Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan

pemilihan pemecahan terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif

maka digunakan metode matriks untuk menentukan/ memilih pemecahan

terbaik.

6) Penyusunan rencana penerapan

Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA

(Plan Of Action atau rencana kegiatan).

7) Monitoring dan evaluasi

Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan

pemecahan masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan

baik dan menyangkut masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah

dapat dipecahkan.(12)

17

Page 18: Cakupan Pneumonia pada Balita

Gambar 1. Diagram Analisis Masalah

Analisis masalah dilakukan berdasarkan kerangka pemikiran pendekatan

sistem yang diawali dari input yang meliputi 5M, yaitu man, money, method,

material, machine, kemudian dilanjutkan dengan proses yang meliputi fungsi

manajemen (P1, P2, P3) dan manajemen mutu sehingga didapatkanlah output.

Input dan proses dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan. (12)

1. Efektivitas program

Pedoman untuk mengukur efektivitas program:

Magnitude (M) : Artinya besarnya penyebab masalah yang dapat

diselesaikan, semakin besar atau banyak penyebab masalah dapat

diselesaikan maka akan semakin efektif.

Importancy (I) : Artinya pentingnya penyelesaian masalah, semakin penting

cara penyelesaian dalam mengatasi penyebab masalah maka akan semakin

efektif.

18

Penentuan Penyebab Masalah Memilih

Penyebab Yang Paling Mungkin

Menentukan Alternatif

Pemecahan Masalah

Penetapan Pemecahan

Masalah Terpilih

Penyusunan Rencana

Penerapan

Monitoring Dan

Evaluasi

Identifikasi Masalah

Page 19: Cakupan Pneumonia pada Balita

Vulnerability (V) : Artinya sensitifitas cara penyelesaian masalah, semakin

sensitif maka akan semakin efektif.

2. Efisiensi pogram

Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah (Cost). Kriteria cost

(C) diberi nilai 1-5. Bila cost- nya makin kecil, maka nilainya mendekati 1.

Skor :

Tabel 3. Kriteria Matriks

Magnitude Importancy Vulnerability Cost

1 = Tidak magnitude 1 = Tidak penting 1 = Tidak sensitif1 = Sangat

murah2 = Kurang magnitude

2 = Kurang penting

2 = Kurang sensitif

2 = Murah

3 = Cukup magnitude

3 = Cukup penting

3 = Cukup sensitif3 = Cukup

murah

4 = Magnitude 4 = Penting 4 = Sensitif4 = Kurang

Murah5 = Sangat magnitude

5 = Sangat penting

5 = Sangat sensitif 5 = Tidak murah

19

Page 20: Cakupan Pneumonia pada Balita

BAB III

ANALISIS MASALAH

Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani sesuai

standar dari bulan Januari-Mei 2013 adalah 12,74% dan didapatkan target SPM

yang kurang dari 100%.

Tabel 4. Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani sesuai standar

No Indikator kinerja

Target Sasaran 1 tahun

Sasaran bulan

berjalan

Hasil kegiatan

Cakupan (%)

Pencapaian

1 Cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani sesuai standar

100% 245 102 13 12,74% 12,74%

1. Data khusus balita yang menderita pneumonia yang ditangani

/ditemukan di seluruh desa di Kecamatan Tempuran Periode Januari-

Mei 2013

Data cakupan balita yang menderita pneumonia yang

ditangani/ditemukan di seluruh desa di kecamatan Tempuran periode

Januari-Mei 2013 diperoleh melalui data sekunder dari laporan proram

P2ISPA.

Tabel 5. Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani di Puskesmas

Tempuran

NO DESAJumlah Balita dengan

Pneumonia yang Ditangani JumlahProporsi

%Jan Feb Mar Apr Mei

1 Tempurejo 0 1 0 0 1 2 15,3%

2 Prajegsari 2 0 0 1 0 3 23%

3 Sidoagung 0 0 0 0 0 0 0%

4 Jogomulyo 0 1 0 1 0 2 15,3%

20

Page 21: Cakupan Pneumonia pada Balita

5 Tanggulrejo 0 0 0 0 0 0 0%

6 Ringinanom 0 0 0 0 0 0 0%

7 Sumberarum 0 0 0 0 0 0 0%

8 Girirejo 0 0 0 0 0 0 0%

9 Kalisari 0 0 0 0 0 0 0%

10 Tugurejo 0 3 1 0 2 6 46,1%

11 Growong 0 0 0 0 0 0 0%

12 Temanggal 0 0 0 0 0 0 0%

13 Bawang 0 0 0 0 0 0 0%

14 Kemutuk 0 0 0 0 0 0 0%

15 Pringombo 0 0 0 0 0 0 0%

Jumlah 2 5 1 2 3 13 100%

Dari seluruh desa Kecamatan Tempuran, desa dengan jumlah kasus

pneumonia tertinggi periode Januari-Mei 2013 adalah Desa Tugurejo

dengan 6 kasus (proporsi 46,1%). Desa dengan jumlah kasus pneumonia

tertinggi kedua adalah Desa Prajegsari dengan 3 kasus (proporsi 23%),

sementara Desa Tempurejo dan Jogomulyo didapatkan 2 kasus (proporsi

15,3%). Sedangkan di Desa Sidoagung, Tanggulrejo, Ringinanom,

Sumberarum, Girirejo, Kalisari, Growong, Temanggal, Bawang, Kemutuk,

dan Pringombo tidak ditemukan kasus pneumonia.

2. Data khusus balita yang menderita ISPA yang ditangani /ditemukan

di seluruh desa Kecamatan Tempuran Periode Januari-Mei 2013

Tabel 6. Balita dengan ISPA yang ditemukan/ditangani di Puskesmas Tempuran

NO DESAJumlah Balita dengan ISPA yang

Ditangani JumlahProporsi

(%)Jan Feb Mar Apr Mei

1 Tempurejo 18 52 50 25 32 177 21,5%

2 Prajegsari 16 28 22 2 5 73 8,8%

3 Sidoagung 10 26 11 16 15 78 9,4%

4 Jogomulyo 13 41 22 24 24 124 15%

5 Tanggulrejo 10 31 14 15 10 80 9,7%

6 Ringinanom 12 28 11 19 11 81 9,8%

7 Sumberarum 11 20 14 11 8 64 7,7%

21

Page 22: Cakupan Pneumonia pada Balita

8 Girirejo 5 17 11 8 5 46 5,6%

9 Kalisari 7 8 16 9 8 48 5,8%

10 Tugurejo 3 5 3 0 8 19 2,3%

11 Growong 1 5 0 0 0 6 0,7%

12 Temanggal 0 1 0 0 2 3 0,1%

13 Bawang 0 2 3 0 1 6 0,7%

14 Kemutuk 0 1 2 2 0 5 0,6%

15 Pringombo 0 8 1 2 1 12 1,4%

Jumlah 106 273 180 133 130 822 100%

Dari seluruh desa Kecamatan Tempuran, desa dengan jumlah kasus ISPA

tertinggi periode Januari-Mei 2013 adalah Desa Tempurejo dengan 177 kasus

(proporsi 21,5%). Sedangkan desa dengan jumlah kasus ISPA terendah periode

Januari-Mei 2013 adalah Desa Temanggal dengan 3 kasus (proporsi 0,1%).

22

Page 23: Cakupan Pneumonia pada Balita

BAB IV

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Teori

23Gambar 2. Kerangka Teori

INPUT

Man :

Koordinator program P2ISPA

Dokter, perawat, bidan

Money : Dana Operasional Puskesmas

Method : Pasien balita dibawa ke ruangan MTBS dan akan diperiksa oleh bidan

Terdapatnya SOP mengenai pneumonia

Material : ruang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Balai Pengobatan Umum serta 74 Posyandu yang tersebar di 15 desa

Machine : stetoskop, termometer, ARI (Acute Respiratoryt Infection) Timer, media promosi (poster, brosur)

PROSES

P1 : Perencanaan dan penjadwalan pemeriksaan di MTBS puskesmas dan posyandu, perencanaan penyuluhan

P2 : Pelaksanaan program P2ISPA di MTBS dan di Balai Pengobatan Umum sesuai SOP

Pelaksanaan posyandu dengan koordinasi perangkat dusun dan kader

Pelaksanaan penyuluhan

P3 : Pencatatan dan pelaporan kasus pneumonia oleh koordinator P2M

Pengawasan bulanan oleh kepala puskesmas

CAKUPAN BALITA DENGAN

PNEUMONIA YANG DITEMUKAN

LINGKUNGAN

Pengetahuan masyarakat tentang penyakit pneumonia

Perilaku berobat masyarakat untuk pergi ke pelayanan kesehatan

Page 24: Cakupan Pneumonia pada Balita

B. Kerangka Konsep

Gambar 3. Kerangka Konsep

24

Faktor Intrinsik Balita:

UmurJenis kelaminStatus giziStatus imunisasiRiwayat BBLRRiwayat ASI eksklusif

Faktor Ektrinsik:

Kondisik fisik rumahPerilaku ibu BalitaPengetahuan ibu BalitaTingkat jangkauan ke pelayanan kesehatan

Cakupan Balita Dengan Pneumonia yang Ditemukan di

Puskesmas Tempuran Faktor tenaga kesehatan

(dokter, perawat, bidan) :

Tingkat kepatuhan SOP untuk penanganan pneumonia di puskesmas dan wilayah kerja puskesmas

Faktor Koordinator P2ISPA:

Pencatatan dan pelaporan balita dengan pneumonia di puskesmas dan wilayah kerja puskesmas

Page 25: Cakupan Pneumonia pada Balita

BAB V

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian menggunakan metode observasional, dengan rancangan

penelitian cross sectional.

B. Jenis Data yang Diambil

Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 5 Juli 2013 sampai 8 Juli 2013. Jenis

data yang diambil adalah:

1. Data primer, diperoleh melalui:

a) Pengamatan kepada petugas kesehatan di Manajemen Terpadu Balita Sakit

(MTBS) untuk menilai tingkat kepatuhan terhadap SOP.

b) Daftar pertanyaan (kuesioner) terstruktur kepada orang tua balita dengan

riwayat ISPA yang bertempat tinggal di Dusun Punduhsari I, Desa Tempurejo

tentang identitas diri, data umum dana pelayanan kesehatan, data umum

mengenai jangkauan pelayanan kesehatan, riwayat penyakit Balita, tingkat

pengetahuan mengenai penyakit pneumonia, dan perilaku. Kuesioner

ditanyakan kepada 30 responden.

c) Hasil wawancara terhadap koordinator P2 ISPA.

2. Data sekunder diperoleh dari laporan yang ada di petugas koordinator program

P2 ISPA Puskesmas Tempuran.

Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif untuk menentukan penyebab

masalah rendahnya cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan. Data

kemudian diolah untuk mengidentifikasi permasalahan.

B. Batasan Pengkajian

1. Batasan Judul

Laporan kegiatan dengan judul “Rencana Peningkatan Cakupan Balita

dengan Pneumonia yang Ditemukan di Puskesmas Tempuran Kabupaten Magelang,

Evaluasi Program P2ISPA Puskesmas Tempuran”. Penulisan tugas mandiri ini

dilakukan untuk menganalisis faktor–faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan

balita dengan pneumonia yang ditemukan, menentukan alternatif pemecahan

masalah dan prioritas pemecahan masalah serta merencanakan kegiatan yang akan

25

Page 26: Cakupan Pneumonia pada Balita

dilakukan. Cakupan yang dianalisis hanya 5 bulan, yaitu bulan Januari – Mei 2013,

sesuai dengan hasil cakupan bulan berjalan SPM 2013, dimana pencapaian cakupan

yang diraih Puskesmas Tempuran masih di bawah target pencapaian yang ditetapkan

Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang.

2. Definisi Operasional

a. Program P2 ISPA

Adalah salah satu program yang ada di Puskesmas tentang Pencegahan dan

Penanggulangan Infeksi Saluran Pernafasan Akut yang dibagi dalam 2 golongan

yaitu pneumonia dan bukan pneumonia.

b. Sasaran

Adalah perkiraan kasus pneumonia pada Balita di Puskesmas Tempuran

(5,12% x 10% x jumlah penduduk).

c. Cakupan

Adalah persentase hasil perbandingan antara jumlah Balita dengan

pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar dengan jumlah

perkiraan kasus pneumonia pada balita di Puskesmas Tempuran Kabupaten

Magelang (5,12% x 10% x jumlah penduduk).

d. Balita

Adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (Batita) dan anak usia 3-5

tahun (prasekolah).

e. Pneumonia

Adalah suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi

seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

f. Ditemukan atau Ditangani Sesuai standar

Adalah penemuan atau penanganan suatu masalah atau penyakit sesuai

dengan standar operasional prosedur (SOP) yang ada.

g. SOP

Adalah penetapan tertulis mengenai apa yang harus dilakukan, kapan,

dimana, dan oleh siapa. SOP dibuat untuk menghindari terjadinya variasi dalam

proses pelaksanaan kegiatan yang akan mengganggu kinerja organisasi secara

keseluruhan. SOP merupakan mekanisme penggerak organisasi/lembaga agar

dapat berjalan/berfungsi secara efektif dan efisien.

26

Page 27: Cakupan Pneumonia pada Balita

h. Kepatuhan

Adalah tingkat seseorang dalam melaksanakan suatu aturan dan perilaku

yang disarankan. Tingkat kepatuhan baik bila CR (compliance rate) > 80%.

i. Puskesmas Tempuran

Puskesmas yang beroperasi di kecamatan Tempuran.

j. Kabupaten Magelang

Adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah.

k. Periode Januari-Mei 2013

Kurun waktu selama lima bulan yang dimulai dari bulan Januari 2013

hingga Mei 2013.

l. Pelatihan

Adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja

seorang/sekelompok pegawai dalam usaha meningkatkan kinerja organisasi.

Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk

pekerjaan yang sekarang dilakukan.

m. Pencatatan

Adalah kegiatan atau proses pendokumentasian suatu aktifitas dalam bentuk

tulisan. Pencatatan dilakukan di atas kertas, disket, pita nam, pita film. Bentuk

catatan dapat berupa tulisan, grafik, gambar dan suara.

n. Pengetahuan

Adalah proses kehidupan yang diketahui manusia secara langsung dari

kesadarannya sendiri. Dalam peristiwa ini yang mengetahui (subjek) memiliki

yang diketahui (objek) di dalam dirinya sendiri sedemikian aktif sehingga yang

mengetahui itu menyusun yang diketahui pada dirinya sendiri dalam kesatuan

aktif. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita

sesuaikan dengan tingkatan – tingkatan di atas (Notoadmojo, 2003).

- Tingkat pengetahuan baik bila skor >80%-100%

- Tingkat pengetahuan cukup bila skor 60%-80%

- Tingkat pengetahuan kurang bila skor <60%

o. Kesadaran

Adalah suatu tingkat kesiagaan individu terhadap stimulus internal

maupun eksternal, yaitu terhadap peristiwa – peristiwa lingkungan dan sensasi

tubuh, memori dan pikiran.

27

Page 28: Cakupan Pneumonia pada Balita

p. Perilaku

Adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud dalam gerakan atau

sikap, tidak saja badan atau ucapan, baik yang dapat diamati langsung maupun

yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pengkajian yang dilakukan meliputi :

a. Lingkup lokasi : Puskesmas Tempuran, Kabupaten Magelang

b. Lingkup waktu : Januari 2013 sampai Mei 2013

c. Lingkup sasaran : Perkiraan kasus pneumonia pada Balita yang ada di

wilayah kerja Puskesmas Tempuran (5,12% x 10% x jumlah penduduk)

d. Lingkup metode : Wawancara, kuesioner, pencatatan, dan pengamatan

4.Batasan Masalah

Batasan masalah ditujukan untuk mempermudah pemahaman agar lebih

terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang ada. Maka dalam hal

ini hanya dibatasi menegenai tinjauan belum tercapainya target cakupan Balita

dengan pneumonia yang ditemukan di Puskesmas Tempuran Kabupaten Magelang

periode Januari 2013-Mei 2013.

5. Kriteria Inklusi dan Kriteria Eksklusi

a. Kriteria Inklusi

Dokter, perawat, dan bidan yang ada di MTBS dan Balai Pengobatan

Umum di Puskesmas Tempuran.

Ibu yang mempunyai Balita yang menderita ISPA selama 5 bulan terakhir

yang bertempat tinggal di Dusun Punduhsari I, Desa Tempurejo, yang

bersedia diwawancarai.

b. Kriteria Eksklusi

Ibu yang mempunyai balita yang pernah menderita ISPA di luar jangka

waktu 5 bulan terakhir, yang bertempat tinggal di Dusun Punduhsari I,

Desa Tempurejo.

28

Page 29: Cakupan Pneumonia pada Balita

Ibu yang mempunyai balita yang menderita ISPA selama 5 bulan terakhir

yang bertempat tinggal di dusun Punduhsari I, desa Tempurejo, yang tidak

bersedia diwawancarai.

29

Page 30: Cakupan Pneumonia pada Balita

BAB VI

HASIL PENELITIAN

A. Data Umum Desa Tempurejo

1. Keadaan Geografis

1) Letak Wilayah Desa Tempurejo

Desa Tempurejo berada di Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang, Jawa Tengah.

2) Peta Wilayah Desa Tempurejo

Peta wilayah Desa Tempurejo Kecamatan Tempuran adalah sebagai

berikut :

Gambar 4. Peta Desa Tempurejo

3) Batas Wilayah Desa Tempurejo

Desa Tempurejo merupakan salah satu desa di Jawa Tengah yang terletak di

wilayah industri Kabupaten Magelang dengan batas desa :

30

Page 31: Cakupan Pneumonia pada Balita

Sebelah Utara : Desa Prajegsari Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

Sebelah Timur : Sungai Progo Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

Sebelah Selatan: Desa Sumber Arum Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

Sebelah Barat : Desa Jogomulyo Kecamatan Tempuran Kabupaten

Magelang.

Secara Geografis terletak pada 70º32’33’’ LS dan 110º10’50’’ BT.

4) Luas Wilayah Desa Tempurejo

Luas wilayah Desa 342,6 Ha, yang terbagi menjadi 10 dusun dengan

12 RW dan 52 RT yang meliputi :

Tabel 7. Jumlah RT dan RW di masing-masing Dusun

2. Keadaan Demografi

1) Data Penduduk

Jumlah penduduk Desa Tempurejo tercatat berjumlah 6.995 jiwa.

2) Jumlah Penduduk Menurut Dusun

31

No Dusun RW RT1 Ngandong 1 32 Semirejo 2 73 Tempursari 2 84 Banjaran 1 65 Banjarsari 1 46 Bolobatur 1 37 Punduhsari I 1 58 Punduhsari II 1 69 Jambu 1 610 Turus 1 4Jumlah 12 52

Page 32: Cakupan Pneumonia pada Balita

Tabel 8. Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin

No DusunJenis Kelamin

Laki-laki Perempuan1 Ngandong 187 1872 Semirejo 368 3453 Tempusari 505 5494 Banjaran 545 5705 Banjarsari 209 2156 Bolobatur 227 2037 Punduhsari I 478 4298 Punduhsari II 393 3899 Jambu 359 32010 Turus 275 242

Jumlah 3546 3449

3) Jumlah Balita periode Januari-Mei 2013

Tabel 9. Jumlah Balita periode Januari-Mei 2013

No. DesaJumlah Balita

Jan Feb Mar Apr Mei1 Tempurejo 555 547 543 523 538

4) Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Tabel 10. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

5) Kesehatan

Tabel 11. Jumlah Sarana Kesehatan

32

No Mata Pencaharian Jumlah1 PNS 782 ABRI/POLRI 433 Pensiunan 1124 Petani 2885 Swasta 9546 Pedagang 4657 Buruh Tani 2288 Tukang 81

Page 33: Cakupan Pneumonia pada Balita

No Sarana Jumlah1 Polindes 12 Bidan 43 Klinik kesehatan 2

6) Pendidikan

Tabel 12. Jumlah Sarana Pendidikan

No Sarana Jumlah1 Play group/ PAUD 12 TK 63 SD 64 SMP/MTs 25 Pondok pesantren 4

B. Hasil Survei

1. Hasil Pengamatan Tingkat Kepatuhan terhadap SOP dalam

Penatalaksanaan ISPA pada Balita

Tabel dibawah ini menunjukan pengamatan yang dilakukan di balai

Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) Puskesmas Tempuran selama 3 hari,

yaitu pada hari Jumat, Sabtu, dan Senin pada tanggal 5−8 Juli 2013 terhadap 3 bidan

yang berbeda mengenai tingkat kepatuhan SOP penatalaksanaan ISPA,

mendapatkan 6 orang pasien balita yang dipilih dengan keluhan batuk.

Tabel 13. Checklist pengamatan terhadap bidan di MTBS dengan menggunakan SOP Kementrian Kesehatan RI 2010 dalam menangani pasien dengan ISPA

NoSOP dalam

penatalaksanaan ISPA

HARI KE-1 HARI KE-2 HARI KE-3Pasien 1 Pasien 2 Pasien 1 Pasien 2 Pasien 1 Pasien 2Y T Y T Y T Y T Y T Y T

1. Petugas melakukan anamnesis :I. Identitas :

- Nama- Umur

√√

√√

√√

√√

√√

√√

II. Keluhan utamaa. Batuk √ √ √ √ √ √b. Demam √ √ √ √ √ √c. Sesak nafas √ √ √ √ √ √d. Kejang √ √ √ √ √ √e. Makan/minum/BB √ √ √ √ √ √

III.RPD- Gejala ini √ √ √ √ √ √

33

Page 34: Cakupan Pneumonia pada Balita

sebelumnya- Kapan- Berapa lama- Tindakan yang

diperoleh/diberikan

√√√

√√√

√√√

√√√

√√√

√√√

2. Petugas melakukan pemeriksaan

- Frekwensi nafas dengan ARI Timer

- Suhu badan dengan termometer

- Nadi- Tarikan dinding

dada- Stridor- Wheezing- Timbang BB

√√√

√√

√√√

√√

√√√

√√

√√√

√ √√

√√√

√√

√√√

3. Petugas menentukan klasifikasi dan diagnosa secara tepat (pneumonia, peumonia berat, non pneumonia)

√ √ √ √ √ √

4. Petugas menentukan terapi sesuai klasifikasi dan diagnosa ISPA

√ √ √ √ √ √

5. Petugas mendeteksi tanda bahaya

√ √ √ √ √ √

6. Petugas merujuk/ merawat inap pasien bila ada salah 1 tanda bahaya

√ √ √ √ √ √

7. Petugas melaksanakan konseling- Menjelaskan tanda dan

gejala serta bahaya ISPA

- Dua hari kontrol untuk pneumonia

- Anjurkan kembali bila keadaan umum memburuk

- Jelaskan cara pemberian obat

- Jelaskan cara perawatan di rumah

- Jelaskan tentang gizi balita

- Jelaskan tentang kebersihan diri dan lingkungan

34

Page 35: Cakupan Pneumonia pada Balita

8. Petugas memasukan ke status rawat jalan √ √ √ √ √ √

Total 16 14 16 14 13 17 13 17 14 16 14 16

Keterangan :

∑ ya

Tingkat Kepatuhan = ------------------- X 100%

∑ ya + tidak

Tingkat kepatuhan baik > 80 %

Tabel 14. Tingkat kepatuhan SOP terhadap pasien

Bidan 1 Bidan 2 Bidan 3

Pasien

1

Pasien

2

Compliance Rate rata-rata = 53% + 43% + 46% = 47,33% 3

Dari tabel dan perhitungan diatas menunjukan bahwa tingkat kepatuhan dari

3 bidan yang berbeda terhadap SOP dalam penatalaksanaan ISPA di MTBS

Puskesmas Tempuran adalah kurang baik berdasarkan compliance rate rata-rata

yang kurang dari 80% yaitu 47,33%.

2. Hasil Wawancara dengan Pengelola Program P2ISPA Puskesmas Tempuran

Menurut informasi yang di dapatkan dari pengelola Program P2 ISPA yaitu

Bapak Noor Hidayanto, penemuan kasus pneumonia hanya bersifat pasif yaitu hanya

terbatas di Puskesmas ataupun Posyandu, namun jumlahnya lebih banyak yang

ditemukan di Puskesmas. Penanganan kasus tersebut sepenuhnya dilakukan di

35

16X 100% =53%

(16+14)

13X 100% =43%

(13+17)

14

X 100% =46%

(14+16)

16X 100% =53%

(16+14)

13X 100% =43%

(13+17)

14X 100% =46%

(14+16)

Page 36: Cakupan Pneumonia pada Balita

Puskesmas. Kemudian belum adanya pelatihan khusus mengenai pneumonia kepada

perawat atau bidan. Dari hasil wawancara juga didapatkan SOP (Standard

Operational Procedure) tertulis untuk penangan balita dengan pneumonia yang

dapat digunakan sebagai acuan standar pelayanan, namun setelah dilakukan

pengamatan secara langsung, SOP kurang dipatuhi petugas kesehatan.

Hasil wawancara secara lengkap dirangkum dalam format sebagai berikut :

Tabel 15. Hasil wawancara dengan Koordinator Program P2ISPA secara lengkapNo.

Input Pertanyaan Jawaban

1. Man 1. Siapa saja yang termasuk dalam program P2ISPA?

2. Siapa yang melakukan pemeriksaan awal pneumonia?

3. Siapa yang menegakkan diagnosis, klasifikasi dan pengobatan pneumonia?

4. Apakah terdapat pelatihan khusus mengenai pneumonia kepada bidan, perawat dan koordinator P2ISPA?

1. Dokter, perawat, bidan2. Di puskesmas, dilakukan

oleh bidan di MTBS dan perawat di Balai Pengobatan Umum. Untuk di Posyandu sendiri hanya dilakukan oleh bidan desa dan apabila ditemukan bayi yang dicurigai terdapat gejala-gejala pneumonia maka disarankan dilakukan pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut ke Puskesmas

3. Dilakukan sepenuhnya oleh dokter

4. Tidak ada pelatihan khusus tentang pneumonia

2. Machine 5. Alat apa saja yang dgunakan untuk mendiagnosis pneumonia?

6. Apakah tersedia obat di apotek untuk pengobatan pneumonia?

7. Apakah terdapat buku pedoman khusus untuk penyakit ataupun program pneumonia dan SOP (Standard Operational Procedure) bagi petugas?

8. Apakah terdapat media promosi seperti poster

5. Stetoskop anak, ARI timer, termometer namun fasilitas rontgen beulm tersedia

6. Iya, tersedia7. Terdapat SOP untuk

penanganan ISPA namun tidak ada buku pedoman khusus untuk penyakit ataupun program pneumonia

8. Terdapat poster dan brosur di MTBS namun tidak dibagikan untuk masyarakat

36

Page 37: Cakupan Pneumonia pada Balita

maupun brosur tentang pneumonia yang terdapat di lingkungan puskesmas?

3. Material 9. Perlengkapan apa saja yang disediakan puskesmas untuk balita dengan penyakit pneumonia?

9. Terdapat ruangan khusus yaitu ruang Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Balai Pengobatan Umum untuk penanganan balita dengan pneumonia

4. Money 10. Darimana dana berasal untuk menjalankan program P2ISPA?

10. Dana untuk program P2ISPA berasal dari Bantuan Operasional Kesehatan

5. Method 11. Bagaimana cara penemuan kasus balita dengan pneumonia di Puskesmas Tempuran?

12. Bagaimana penggunaan SOP ISPA untuk kasus balita dengan pneumonia?

11. Penemuan kasus balita dengan pneumonia hanya bergantung pada kunjungan balita dengan pneumonia ke Puskesmas Tempuran. Pertama kali pasien balita datang ke puskesmas akan diarahkan ke ruang MTBS dan ditangani oleh bidan kemudian akan dikirim ke Balai Pengobatan Umum untuk dilakukan pemeriksaan oleh dokter.

12. Untuk penggunaan SOP mengenai pneumonia dirasakan belum maksimal yang seharusnya dapat menjadi acuan standar bagi para petugas kesehatan untuk penangan kasus tersebut

Proses Pertanyaan Jawaban6. P1 13. Apakah dilakukan

perencanaan kegiatan program P2ISPA? Kapan?

14. Apakah salah satunya ada perencanaan untuk dilakukan penyuluhan atau pembuatan poster?

13. Ya, setiap bulan14. Belum terdapat perencanaan

kegiatan penyuluhan langsung ke masyarakat dan pembuatan poster ataupun brosur untuk memberikan informasi ke masyarakat mengenai pneumonia

7. P2 15. Kapan dilaksanakan program P2ISPA?

15. Pelaksanaan program P2ISPA di Puskesmas Tempuran dilakukan setiap

37

Page 38: Cakupan Pneumonia pada Balita

hari baik di MTBS maupun Balai Pengobatan Umum. Sementara posyandu dilaksanakan rutin setiap bulan.

8. P3 16. Siapa yang melakukan pengawasan terhadap program P2ISPA dan bagaimana caranya?

17. Bagaimana cara koordinator P2ISPA dalam mengawasi kasus pneumonia?

18. Apakah pencatatan dari kasus pneumonia itu sudah termasuk kasus pneumonia dari pelayanan kesehatan lain di wilayah kerja puskesmas Tempuran?

19. Setelah dilakukan pelaporan ke kepala puskesmas, apakah data tersebut dilaporkan ke DinKes?

16. Kepala puskesmas melakukan pengawasan langsung melalui laporan bulanan yang diberikan koordinator program P2 ISPA

17. Dilakukan evaluasi terhadap data pasien pneumonia yang ada di SIMPUS setiap minggu

18. Tidak pernah dilakukan pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti dokter praktek swasta, klinik kesehatan, bidan praktek di wilayah kerja Puskesmas Tempuran

19. Iya, data yang telah dilaporkan ke kepala puskesmas kemudian akan dilaporkan ke DinKes setiap bulannya.

9. Lingkungan 20. Bagaimana pengetahuan masyarakat mengenai pneumonia?

21. Bagaimana perilaku masyarakat untuk berobat ke puskesmas?

22. Apakah menurut anda adakah hambatan dalam sarana transportasi maupun jarak bagi masyarakat untuk menjangkau Puskesmas Tempuran?

20. Dari segi pengetahuan, mayoritas warga belum mengetahui tentang penyakit pneumonia.

21. Perilaku masyarakat untuk berobat ke puskesmas sudah cukup baik.

22. Dari segi akses untuk menjangkau Puskesmas Tempuran tidak terdapat hambatan, baik transportasi ataupun jarak ke Puskesmas Tempuran.

3. Hasil Survei Dengan Pengisian Kuesioner

Dari hasil survei yang dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2013 di Dusun

Punduhsari I, dengan jumlah 30 responden yaitu orang tua balita yang memiliki

38

Page 39: Cakupan Pneumonia pada Balita

riwayat ISPA. Kuesioner meliputi identitas diri, data umum dana pelayanan

kesehatan, data umum mengenai jangkauan pelayanan kesehatan, riwayat penyakit,

tingkat pengetahuan mengenai penyakit tersebut, dan perilaku. Tujuan dari

pembuatan kuesioner adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kunjungan balita dengan pneumonia ke Puskesmas.

Tabel 16. Hasil Survei Identitas Diri dan Data Umum

Pertanyaan Jumlah PresentaseIDENTITAS/DATA DIRI

Nama Orangtua :Umur Orangtua :Pendidikan :Nama Balita :Umur Balita :

30 100%

DATA UMUM1.Apakah anda termasuk peserta Jamkesmas?

a. Yab. Tidak

255

83,3%16,6%

2. Dimana tempat pelayanan kesehatan yang dikunjungi jika Balita anda sakit?

a. Puskesmasb. Posyanduc. Rumah Sakit Umumd. Praktek dokter umum swastae. Praktek dokter spesialis swastaf. Bidang. Lain-lain................................

24--2-4

80%--

6,6%-

13,3%

3. Berapa jarak ke Puskesmas dari rumah anda?a. 1 – 3 kmb. > 3 km

30-

100%-

4.Kendaraan apakah yang anda gunakan ke tempattersebut?

a. Angkutan Umumb. Motorc. Jalan Kaki

228-

73,3%26,6%

-5. Berapa berat badan anak anda saat dilahirkan?a. > 2500 gramb. < 2500 gram

30-

100%-

Kesimpulan dari Tabel 16, dari 30 responden didapatkan bahwa 24 responden

(80%) yang membawa balitanya ke Puskesmas jika sakit, selebihnya 2 responden (6,6%)

membawa balitanya ke praktek dokter swasta dan 4 responden (13,3%) ke bidan. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak semua ibu Balita membawa anaknya ke Puskesmas jika sakit.

Dari segi akses, didapatkan jarak Puskesmas yang cukup terjangkau dari rumah yaitu

39

Page 40: Cakupan Pneumonia pada Balita

kurang dari 3 km (100%) dan Puskesmas dapat dijangkau dengan angkutan umum

(73,3%) maupun motor (26,6%). Dari 30 responden, tidak ada yang memiliki riwayat

BBLR, dimana BBLR merupakan salah satu faktor intrinsik yang dapat meningkatkan

risiko terjadinya pneumonia pada Balita.

Tabel 17. Hasil Survei Tentang Perilaku

PERILAKU6. Apakah anda selalu membawa anak anda kePosyandu?

a. Yab. Tidak, alasan................

30-

100%

7. Apakah anda segera membawa anak anda ke pelayanan kesehatan bila mengalami batuk pilek?a. Yab. Tidak, alasan......................

30-

100%

8. Apakah anda tidak menggunakan kayu bakar untuk memasak sehari-hari?

a. Yab. Tidak

1911

63,3%36,7%

9. Apakah terdapat lubang pembuangan asap di dapuranda?

a. Yab. Tidak

-30 0%

10. Apakah anda membuka jendela minimal 1 jam setiap hari?

a. Yab. Tidak

246

80%20%

11. Apakah tidak ada anggota keluarga yang mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah?

a. Yab. Tidak

1317

43,4%56,6%

12. Apakah balita anda mendapatkan ASI ekslusifsaat berusia 0-6 bulan?

a. Yab. Tidak, alasan............................

30-

100%

13. Apakah anak anda mendapatkan imunisasi sesuaiusianya?

a. Yab. Tidak

30-

100%

14. Apakah anda akan membawa balita anda kepelayanan kesehatan jika balita anda mengalami sesak napas?

a. Yab. Tidak

30-

100%

40

Page 41: Cakupan Pneumonia pada Balita

Tabel 18. Jawaban Kuesioner Tentang Perilaku

KK Nomor Pertanyaan Skoring Kriteria penilaian6 7 8 9 10 11 12 13 14

1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 B4 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B5 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 B6 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 B7 1 1 0 0 0 0 1 1 1 5 B8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 B9 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 B10 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 B11 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B12 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 B13 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 B14 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B15 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 B16 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 B17 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B18 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 B19 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 B20 1 1 1 0 0 0 1 1 1 6 B21 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 B22 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B23 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B24 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B25 1 1 0 0 0 1 1 1 1 6 B26 1 1 0 0 1 1 1 1 1 7 B27 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 B28 1 1 0 0 0 0 1 1 1 5 B29 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 B30 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 B

0 = Jawaban Tidak Perilaku baik : 5-9

1 = Jawaban ya Perilaku buruk: 1-4

Tabel 19. Kriteria Penilaian Perilaku

Kesimpulan dari Tabel 17 mengenai perilaku, dari 30 responden semua rutin membawa

Balita-nya ke Posyandu, anaknya diberikan ASI eksklusif dan imunisasi sesuai usia

(100%). Seluruh responden mengatakan akan membawa anaknya ke pelayanan

kesehatan jika mengalami batuk pilek maupun sesak napas (100%). Dari 30 responden,

41

Kriteria Penilaian Jumlah Responden PersentasePerilaku baik 30 100%

Perilaku buruk 0 0%Total 30 100%

Page 42: Cakupan Pneumonia pada Balita

masih ada 11 responden yang menggunakan kayu bakar untuk memasak (36,7%).

Seluruh responden juga tidak memiliki lubang pembuangan asap dapur (100%). 17

responden yang Balita-nya tinggal dengan orang yang memiliik kebiasaan merokok

(56,6%). Diketahui Balita yang terpapar asap pembakaran seperti asap dapur dan rokok

diketahui lebih berisiko mengalami pneumonia. Dari segi ventilasi rumah, 24 responden

(80%) membuka jendela minimal 1 jam sehari. Berdasarkan kriteria penilaian yang ada,

hasil survei menunjukkan seluruh responden berperilaku baik (100%).

Tabel 20. Hasil Survei Tentang Pengetahuan Ibu

PENGETAHUAN15. Apakah anda mengetahui penyakit dengan gejala sesak napas pada anak yang disertai dengan demam (pneumonia)?

a. Yab. Tidak, lanjut ke no.16

624

20%80%

16. Apakah anda mengetahui gejala-gejala lain penyakit tersebut?

a. Yab. Tidak

282

23,4%6,6%

17. Apakah menurut anda jika balita anda mengalamisesak dan panas tinggi itu berbahaya?

a. Yab. Tidak

30-

100%

18. Apakah anda tahu penyakit batuk pilek dapat berkembang menjadi pneumonia?

a. Yab. Tidak

426

13,3%86,6%

19. Apakah anda pernah mendapatkan penjelasanatau penyuluhan dari Puskesmas mengenaipenyakit tersebut?

a. Yab. Tidak

-30

0%

Tabel 21. Jawaban Kuesioner Tentang Pengetahuan Ibu

KK Nomor Pertanyaan Skoring Kriteria penilaian15 16 17 18 19

1 0 0 1 0 0 1 K2 0 0 1 0 0 1 K3 0 0 1 0 0 1 K4 0 0 1 0 0 1 K5 0 0 1 0 0 1 K6 0 0 1 0 0 1 K7 1 0 1 1 0 3 B

42

Page 43: Cakupan Pneumonia pada Balita

8 0 0 1 0 0 1 K9 1 0 1 0 0 2 K10 0 0 1 0 0 1 K11 0 0 1 0 0 1 K12 0 0 1 0 0 1 K13 0 0 1 0 0 1 K14 1 1 1 1 0 4 B15 0 0 1 0 0 1 K16 0 0 1 0 0 1 K17 0 0 1 0 0 1 K18 0 0 1 0 0 2 K19 1 0 1 1 0 3 B20 0 0 1 0 0 1 K21 0 0 1 0 0 1 K22 0 0 1 0 0 1 K23 0 0 1 0 0 1 K24 0 0 1 0 0 1 K25 1 0 1 1 0 3 B26 0 0 1 0 0 1 K27 0 0 1 0 0 1 K28 1 1 1 0 0 3 B29 0 0 1 0 0 1 K30 0 0 1 0 0 1 K

0 = Jawaban Tidak Pengetahuan baik : 3-5

1 = Jawaban Ya Pengetahuan kurang : 1-2

Tabel 22. Kriteria Penilaian Pengetahuan Ibu

Kesimpulan Tabel 20, dari 30 responden, 24 responden (80%) tidak mengetahui apa itu

penyakit pneumonia. Hanya 4 responden yang mengetahui jika batuk pilek dapat

berkembang menjadi pneumonia. Seluruh responden mengaku belum pernah mendapat

pneyuluhan mengenai pneumonia dari Puskesmas. Sehingga dapat disimpulkan hasil

survei menunjukkan 5 responden (16,6%) mempunyai pengetahuan yang baik, dan 25

responden (83,3%) mempunyai pengetahuan yang kurang.

C. Kesimpulan Hasil Penelitian

Dari hasil pengamatan tingkat kepatuhan SOP dalam penatalaksanaan

ISPA terhadap 3 bidan yang berbeda, didapatkan hasil compliance rate rata-rata

sebesar 47,33% dimana hal tesebut menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan

petugas terhadap SOP masih belum maksimal.

43

Kriteria Penilaian Jumlah Responden PersentasePengetahuan baik 5 16,6%

Pengetahuan kurang 25 83,3%Total 30 100%

Page 44: Cakupan Pneumonia pada Balita

Dari hasil kuesioner didapatkan tidak semua masyarakat berobat ke

Puskesmas. Dari segi akses, dapat disimpulkan tidak terdapat hambatan, baik

sarana transportasi ataupun jarak untuk menjangkau Puskesmas Tempuran. Dari

30 responden seluruhnya berperilaku baik. Dari 30 responden hanya 5 responden

yang memiliki pengetahuan baik. Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya

pengetahuan masyarakat tentang pneumonia.

BAB VII

PEMBAHASAN

A. Analisis Penyebab Masalah

Berdasarkan hasil penelitian, yang menjadi penyebab masalah dari kurangnya

cakupan balita dengan pneumonia yang ditemukan adalah kurangnya tingkat kepatuhan

petugas kesehatan terhadap SOP penatalaksanaan ISPA, kurangnya pengetahuan

masyarakat mengenai pneumonia, serta tidak semua masyarakat berobat ke Puskesmas.

Berdasarkan pendekatan sistem, dapat ditelaah penyebab-penyebab dari kurangnya

balita dengan pneumonia yang ditemukan. Masalah tersebut dapat disebabkan oleh input,

lingkungan dan proses. Input terdiri dari 5 komponen, yaitu: Man, Money, Method,

Material, dan Machine. Sedangkan pada proses terdiri dari P1 (perencanaan), P2

(pergerakkan dan pelaksanaan), dan P3 (pengawasan, pengendalian, dan penilaian).

Disamping itu, lingkungan dapat mempengaruhi input dan proses.

Tabel 23. Kemungkinan Penyebab Masalah Berdasarkan Pendekatan Sistem

INPUT KELEBIHAN KEKURANGANMAN - Sumber daya manusia yang ada

di program P2 ISPA terdiri dari dokter, perawat dan bidan- Terdapat koordinator P2ISPA

1.Yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, namun juga perawat yang belum mendapatkan pelatihan mengenai P2ISPA2. Belum semua tenaga medis dan perawat mendapatkan pelatihan P2ISPA3. Kurangnya tingkat kepatuhan terhadap SOP

MONEY - Dana tersedia dari Puskesmas untuk Operasional

-

44

Page 45: Cakupan Pneumonia pada Balita

METHOD - Pasien Balita dibawa ke ruangan MTBS dan akan diperiksa oleh Bidan

- Terdapatnya SOP mengenai pneumonia

4. Kurang dipatuhinya SOP yang ada

MATERIAL - Tersedia 74 buah Posyandu di 15 desa yang termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Tempuran- Puskesmas mempunyai ruangan khusus yaitu ruangan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) dan Balai Pengobatan Umum untuk penangan balita pneumonia

-

MACHINE - Terdapat stetoskop, termometer, ARI Timer

- Tersedia obat-obatan termasuk antibiotik yang dibutuhkan untuk pengobatan pneumonia

- Terdapat SOP di buku panduan MTBS

5.Tidak terdapat media promosi seperti poster dan brosur tentang pneumonia untuk masyarakat

PROSES KELEBIHAN KEKURANGANP1

(Perencana-an)

- Setiap bulan selalu dilakukan penyusunan rencana untuk kegiatan berikutnya

6. Belum ada perencanaan untuk penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur tentang pneumonia

P2(Penggerakan,Pelaksanaan)

- Pelaksanaan program P2ISPA dipuskesmas dilakukan setiap hari di MTBS dan di balai pengobatan umum

- Posyandu dilakukan setiap bulan

7. Dalam pelaksanaan program petugas di MTBS kurang maksimal dalam penggunaan SOP

P3(Penilaian,

pengawasan, Pengendalian)

- Kepala puskesmas melakukan pengawasan langsung melalui laporan bulan yang diberikan oleh koordinator program

- Dilakukan evaluasi terhadap data pasien pneumonia yang ada di SIMPUS

8. Tidak ada umpan balik dalam pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti RSU dan praktek dokter swasta yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Tempuran

LINGKU-NGAN

KELEBIHAN KEKURANGAN

- Sarana transportasi untuk menjangkau puskesmas relatif mudah dan jarak tidak begitu jauh (1-3 km)

- Tingkat perilaku berobat

9.Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai pneumonia10.Tidak semua masyarakat berobat ke puskesmas, ada

45

Page 46: Cakupan Pneumonia pada Balita

masyarakat yang baik juga yang ke pelayanan kesehatan lain

B. Rekapitulasi Penyebab Masalah

Berdasarkan analisis pendekatan sistem, maka didapatkan penyebab masalah

adalah sebagai berikut :

1. Yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, namun juga perawat yang

belum mendapatkan pelatihan mengenai P2ISPA

2. Belum semua tenaga medis dan perawat mendapatkan pelatihan P2ISPA

3. Kurangnya tingkat kepatuhan terhadap SOP

4. Kurang dipatuhinya SOP yang ada

5. Tidak terdapat media promosi seperti poster dan brosur tentang pneumonia untuk

masyarakat

6. Belum ada perencanaan untuk penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur

tentang pneumonia

7. Dalam pelaksanaan program petugas di MTBS kurang maksimal dalam

penggunaan SOP

8. Tidak ada umpan balik dalam pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan

pneumonia dari pelayanan kesehatan lain seperti RSU dan praktek dokter swasta

yang termasuk wilayah kerja Puskesmas Tempuran

9. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pneumonia

10. Tidak semua masyarakat berobat ke puskesmas, ada juga yang ke pelayanan

kesehatan lain

46

Page 47: Cakupan Pneumonia pada Balita

47

Page 48: Cakupan Pneumonia pada Balita

PROSES

P2Belum maksimalnya penggunaan SOP di MTBS

P1Belum ada perencanaan untuk penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur tentang pneumonia

P3Tidak adanya umpan balik dalam pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan lain

Money

MethodBelum maksimalnya

penggunaan SOP di MTBS

INPUT

LingkunganTidak semua masyarakat berobat ke

puskesmas, ada juga yang ke pelayanan kesehatan lain

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pneumonia

Material

.

ManYang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, namun terkadang perawat yang belum mendapatkan yang belum mendapatkan pelatihan mengenai P2ISPABelum semua tenaga medis dan perawat mendapatkan pelatihan P2ISPAKurangnya tingkat kepatuhan SOP di MTBS

pelatihan mengenai pneumonia.MachineTidak terdapat poster dan brosur tentang pneumonia yang dibagikan untuk masyarakat

Cakupan Balita dengan Pneumonia yang ditemukan/ditangani sesuai standar di Puskesmas Tempuran 12,74% dari target 100%

Gambar 5. Diagram Fish Bone

48

Page 49: Cakupan Pneumonia pada Balita

C. Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 24. Alternatif Pemecahan Masalah

PENYEBAB MASALAH ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH

1. Yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, namun juga perawat yang belum mendapatkan pelatihan mengenai P2ISPA

1. Usulan pelatihan bagi petugas kesehatan tentang P2ISPA

2. Belum semua tenaga medis dan perawat mendapatkan pelatihan P2ISPA

2. Usulan pelatihan bagi petugas kesehatan tentang P2ISPA

3. Kurangnya tingkat kepatuhan terhadap SOP

3. Penyegaran kembali penggunaan SOP kepada petugas kesehatan di MTBS

4. Kurang dipatuhinya SOP yang ada 4. Penyegaran kembali penggunaan SOP kepada petugas kesehatan di MTBS

5.Tidak terdapat media promosi seperti poster dan brosur tentang pneumonia untuk masyarakat

5.Membuat media promosi seperti poster atau brosur tentang pneumonia yang dibagikan untuk masyarakat

6. Belum ada perencanaan untuk penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur tentang pneumonia

6. Menyusun jadwal penyuluhan dan membuat poster dan brosur mengenai pneumonia untuk masyarakat

7. Dalam pelaksanaan program petugas di MTBS kurang maksimal dalam penggunaan SOP

7. Penyegaran kembali penggunaan SOP kepada petugas kesehatan di MTBS

8. Tidak ada umpan balik dalam pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan lain wilayah kerja Puskesmas Tempuran

8. Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain yang masih termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Tempuran

9. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pneumonia

9. Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pneumonia terkait cara penularan dan penanganannya

10. Tidak semua masyarakat berobat ke puskesmas, ada juga yang ke pelayanan kesehatan lain

10. Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain yang masih termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Tempuran

49

Page 50: Cakupan Pneumonia pada Balita

D. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Tabel 25. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

PENYEBAB MASALAHALTERNATIF PEMECAHAN

MASALAH1. Yang melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, namun juga perawat yang belum mendapatkan pelatihan mengenai P2ISPA

1. Usulan pelatihan bagi petugas kesehatan tentang P2ISPA

2. Belum semua tenaga medis dan perawat mendapatkan pelatihan P2ISPA

3. Kurangnya tingkat kepatuhan terhadap SOP

2. Sosialisasi penggunaan SOP kepada petugas kesehatan di MTBS

4. Kurang dipatuhinya SOP yang ada

5.Tidak terdapat media promosi seperti poster dan brosur tentang pneumonia untuk masyarakat

6. Belum ada perencanaan untuk penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur tentang pneumonia 3. Menyusun jadwal penyuluhan dan

membuat poster dan brosur mengenai pneumonia untuk masyarakat7. Dalam pelaksanaan program

petugas di MTBS kurang maksimal dalam penggunaan SOP

8. Tidak ada umpan balik dalam pencatatan dan pelaporan kasus balita dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan lain wilayah kerja Puskesmas Tempuran

4. Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain yang masih termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Tempuran

9. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pneumonia

5. Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pneumonia terkait cara penularan dan penanganannya10. Tidak semua masyarakat berobat

ke puskesmas, ada juga yang ke pelayanan kesehatan lain

50

Page 51: Cakupan Pneumonia pada Balita

E. Alternatif Pemecahan Masalah Terpilih

1) Mengadakan pelatihan bagi petugas kesehatan tentang P2ISPA

2) Sosialisasi penggunaan SOP kepada petugas kesehatan di MTBS

3) Menyusun jadwal penyuluhan dan membuat media promosi seperti poster dan

brosur mengenai pneumonia

4) Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain yang masih termasuk ke dalam

wilayah kerja Puskesmas Tempuran

5) Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pneumonia serta

melakukan pembagian poster dan brosur mengenai pneumonia

F. Penentuan Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah

Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka selanjutnya dilakukan

penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas alternatif

pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan metode matriks.

Penentuan pemecahan masalah dengan kriteria matriks menggunakan rumus :

M . I .VC

Tabel 26. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah

Penyelesaian Masalah Nilai Kriteria Nilai akhir UrutanM I V C (MxIxV/C)

1) Usulan pelatihan bagi petugas kesehatan tentang P2ISPA

4 5 3 3 20 2

2) Sosialisasi penggunaan SOP 3 4 4 2 24 13) Menyusun jadwal penyuluhan dan

membuat media promosi seperti poster dan brosur mengenai pneumonia

3 3 2 1 18 3

4) Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain yang masih termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Tempuran

3 2 4 4 6 5

5) Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pneumonia serta melakukan pembagian poster dan brosur mengenai pneumonia

2 5 3 4 7,5 4

Urutan prioritas masalah setelah dilakukan perhitungan dengan metode matriks

terdapat urutan skala prioritas penyelesaian masalah, yaitu :

51

Page 52: Cakupan Pneumonia pada Balita

1. Sosialisasi penggunaan SOP

2. Pelatihan bagi petugas kesehatan tentang P2ISPA

3. Menyusun jadwal penyuluhan dan membuat media promosi seperti poster dan

brosur mengenai pneumonia

4. Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pneumonia serta

melakukan pembagian poster dan brosur mengenai pneumonia

5. Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain yang masih termasuk ke dalam

wilayah kerja Puskesmas Tempuran

G. Strategi Pemecahan Masalah

Berdasarkan urutan prioritas masalah diatas, strategi pemecahan masalah yang

digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 27. Strategi Pemecahan Masalah

No. Strategi Pemecahan Masalah Bentuk Kegiatan

1 Sosialisasi penggunaan SOP - Pertemuan membahas SOP- Penilaian tingkat kepatuhan SOP

2. Pelatihan bagi petugas kesehatan tentang P2ISPA

- Usulan pelatihan ke Dinas Kesehatan tentang P2ISPA

3. Menyusun jadwal penyuluhan dan membuat media promosi seperti poster dan brosur mengenai pneumonia

- Penyusunan jadwal penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur tentang pneumonia

4. Mengadakan penyuluhan terhadap masyarakat mengenai pneumonia serta melakukan pembagian poster dan brosur mengenai pneumonia

- Penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit pneumonia, cara penularan, dan penanganan serta pembagian poster dan brosur tentang pneumonia

5. Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain yang masih termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas Tempuran

- Koordinasi dengan pelayanan kesehatan menggunakan pelaporan bulanan atau rapat koordinasi

52

Page 53: Cakupan Pneumonia pada Balita

53

Page 54: Cakupan Pneumonia pada Balita

Tabel 28. Plan Of Action

H. Penyusunan Rencana Kegiatan

No.Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Waktu Lokasi Pendanaan Metode

Tolak UkurProses Hasil

1. Pertemuan membahas SOP

Menyebarluaskan SOP Dokter, bidan, perawat baik yang terlatih maupun belum terlatih

Kepala puskesmasDokter yg telah terlatihKoordinator program P2ISPA

6 bulan sekali

Puskesmas Dana operasional puskesmas

Tatap muka, diskusi, tanya jawab

Terlaksananya pertemuan membahas SOP

Tersebarluaskan- nya SOP

2 Penilaian tingkat kepatuhan SOP

Menilai tingkat kepatuhan petugas terhadap SOP

Dokter, bidan, perawat

Petugas yang ditunjuk

4 bulan sekali

Puskesmas Dana operasional puskesmas

Pengamatan dan pengisian daftar tilik

Terlaksananya Penilaian tingkat kepatuhan SOP

Meningkatnya kepatuhan petugas terhadap SOP

3. Usulan pelatihan ke dinas kesehatan

Meningkatkan keterampilan petugas kesehatan tentang P2ISPA

Dokter, bidan, perawat

Dinas kesehatan

1 tahun sekali

Dinas Kesehatan

Dana operasional Dinas Kesehatan

Mengirimkan petugas kesehatan yang akan dilatih ke dinas kesehatan

Terlaksananya kegiatan pelatihan bagi petugas kesehatan

Meningkatnya keterampilan petugas kesehatan tentang P2ISPA

54

Page 55: Cakupan Pneumonia pada Balita

4. Penyusunan jadwal penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur

Didapatkan jadwal terstruktur untuk melakukan kegiatan penyuluhan dan pembuatan brosur tentang pneumonia

Masyarakat Desa Tempurejo

Koordinator program P2ISPA

1 tahun sekali

Puskesmas - Pembuatan jadwal penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur

Terlaksananya kegiatan penyusunan jadwal penyuluhan dan pembuatan brosur

Jadwal yang terstruktur untk kegiatan penyuluhan dan pembuatan poster dan poster tentang pneumonia

5. Penyuluhan dan pembagian poster dan brosur

Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pneumonia

Masyarakat Desa Tempurejo

Dokter fungsional, koordinator program P2ISPA, kader

6 bulan sekali

Balai Desa Tempurejo

Dana operasional Dinas Kesehatan

Tatap muka, tanya jawab

Terlaksananya kegiatan penyuluhan disetai pembagian poster dan brosur tentang pneumonia

Meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang penyakit pneumonia

6. Koordinasi dengan pelayanan kesehatan

Terdapat data balita dengan pneumonia yang ditangani/ditemukan dari seluruh pelayanan kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Tempuran

Praktek dokter swasta, klinik kesehatan, bidan praktek

Koordinator program P2ISPA

Setahun sekali

Puskesmas Dana operasional Dinas Kesehatan

Rapat, pengiriman data setiap bulan

Terlaksananya koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain

Terkumpulnya data balita dengan pneumonia yang ditemukan/ ditangani dari seluruh pelayanan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Tempuran

55

Page 56: Cakupan Pneumonia pada Balita

No KegiatanAgustus September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Pertemuan membahas SOP

2 Penilaian tingkat kepatuhan SOP

3 Pelatihan bagi petugas kesehatan program P2 ISPA tentang pneumonia dan penanganannya serta mensosialisasikan penggunaan SOP

4 Penyusunan jadwal penyuluhan dan pembuatan poster dan brosur tentang pneumonia

5 Penyuluhan kepada masyarakat mengenai penyakit pneumonia, cara penularan, dan penanganan serta pembagian brosur tentang pneumonia

6 Koordinasi dengan pelayanan kesehatan lain

Rapat

Laporan tertulis

I. Gantt Chart

56

Page 57: Cakupan Pneumonia pada Balita

BAB VIII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dalam menyusun SPM Puskesmas

Tempuran pada bulan Januari 2013 hingga Mei 2013, didapatkan hasil cakupan balita

dengan pneumonia yang ditemukan atau ditangani sesuai standar sebesar 12,74% dengan

target yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2010 adalah

sebesar 100%. Terdapat beberapa penyebab masalah, yaitu : petugas kesehatan yang

melakukan pemeriksaan awal tidak selalu dokter, tidak semua perawat telah

mendapatkan pelatihan khusus mengenai pneumonia, belum maksimalnya penggunaan

SOP di MTBS, tidak adanya media promosi seperti poster dan brosur untuk dibagikan

kepada masyarakat, tidak ada umpan balik dalam pencatatan dan pelaporan kasus balita

dengan pneumonia dari pelayanan kesehatan lain yang termasuk wilayah kerja

Puskesmas Tempuran, tidak semua masyarakat berobat ke puskesmas, melainkan ada

juga yang ke pelayanan kesehatan lain, dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

pneumonia.

Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan melaksanakan strategi pemecahan

masalah sebagai berikut, mensosialisasikan penggunaan SOP, pelatihan bagi petugas

kesehatan program P2ISPA tentang pneumonia dan penanganannya, koordinasi dengan

pelayanan kesehatan lain yang masih termasuk ke dalam wilayah kerja Puskesmas

Tempuran, serta penyuluhan dan pembuatan media promosi untuk dibagikan kepada

masyarakat tentang pneumonia.

B. Saran

Sehubungan untuk meningkatkan angka cakupan kasus balita dengan pneumonia

yang ditemukan atau ditangani sesuai standar di wilayah kerja Puskesmas Tempuran,

disarankan :

Petugas terkait menindaklanjuti rencana-rencana sesuai POA (plan of action).

Pengadaan buku-buku pedoman khusus mengenai penyakit pneumonia.

Kepada Kepala Puskesmas Tempuran beserta staf-staf terkait diharapkan untuk

meningkatkan komitmen dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

terutama dalam hal penemuan kasus pneumonia pada balita. Harapannya adalah

57

Page 58: Cakupan Pneumonia pada Balita

untuk mengurangi angka kematian, penderitaan, dan penularan pneumonia.

Sehingga pada pencapaian akhirnya mampu menurunkan angka kesakitan pada

balita dan menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera.

58

Page 59: Cakupan Pneumonia pada Balita

DAFTAR PUSTAKA

1. Anom S., Soedjajadi K, Lilis S., Determinan Sanitasi Rumah. Dalam; JURNAL

KESEHATAN LINGKUNGAN, VOL. 3, NO.1. Dinas Kesehatan Kabupaten Gianyar:

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya, 2006 : 49 − 58.

2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Pada World Pneumonia Day (Hari Pneumonia

Dunia) 2009. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2009. Cited 2013 July 4.

Available at : www.idai.co.id/kegiatanidai.asp

3. Wijaya Awi Muliadi. MDG 4, Angka Kematian Bayi Dan Angka Kematian Balita.

2009. Cited 2013 July 4. Available from:

http://www.infodokterku.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=53:mdg-4-angka-kematian-bayi-dan-angka-

kematian-balita&catid-35:opini-sebelumnya&Itemid=30

4. Dinkes Jateng. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011. Cited 2013 July

4.Available from: http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/profil2011/Bb%20I-

VI%202011.pdf

5. Departemen Kesehatan RI, 2008, Modul MTBS Revisi tahun 2008

6. Riskianti A. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pneumonia. Cited 2013 July 3.

Available from: http://www.lontar.ui.ac.id/file=digital/126560-S-5738-Faktor-faktor

%20yang-Literatur

7. Rasmliah. Infeksi Saluran Pernafasan Alut (ISPA) dan Penanggulangannya. Cited

2013 July 3. Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3775/1/fkm-rasmaliah9.pdf.

8. Wijaya Awi Muliadi. Kondisi Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian

Bayi (AKB), Angka Kematian Balita (AKBAL), Angka Kematian Ibu (AKI) Dan

Penyebabnya Di Indonesia. 2009. Cited 2013 July 4. Available from:

http://www.infodokterku.com/index.php?

option=com_content&view=article&id=92:kondisi-angka-kematian-neonatal-akn-

angka-kematian-bayi-akb-angka-kematian-balita-akbal-angka-kematian-ibu-aki-

dan-penyebabnya-di-indonesia&catid=36:yang-perlu-anda-ketahui&ltemid-28

9. Univ Sumatera Utara. Tinjauan Pustaka ISPA. Cited 2013 July 4. Available from:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19913/4/Chapter%20II.pdf

59

Page 60: Cakupan Pneumonia pada Balita

10. Pneumonia. 2007. Cited 2013 July 4.Available from:

http://www.infeksi.com/article.php?Ing-en&pg-48&id-14

11. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PDPI. Pneumonia Komuniti. Pedoman

Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. 2003.

12. Hartoyo, Mkes. Handout Instrumen Dalam Proses Pemecahan Masalah. Salaman,

Magelang, 2012.

13. Hartoyo, Mkes. Handout Manajemen Program/Pelayanan Di Puskesmas, Salaman.

Magelang, 2012.

60

Page 61: Cakupan Pneumonia pada Balita

LAMPIRAN

61