caseee
TRANSCRIPT
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 1/36
1
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis atau TB adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini paling sering menyerang paru-paru walaupun pada
sepertiga kasus menyerang organ tubuh lain. Ini merupakan salah satu penyakit tertua yang
diketahui menyerang manusia. Tuberkulosis yang disebabkan oleh kompleks Mycobacterium
tuberculosis yang peka terhadap obat, praktis dapat disembuhkan apabila diterapi dengan
benar. Tuberkulosa akan mengakibatkan kematian dalam lima tahun pertama pada lebih dari
setengah kasus apabila tidak diberikan terapi yang adekuat.1
Tuberkulosis Paru (TB Paru) dikenal di seluruh dunia sebagai penyakit kronis yang
dapat menurunkan daya tahan fisik penderitanya secara serius. Hal ini disebabkan oleh
terjadinya kerusakan jaringan paru yang bersifat permanen. Di samping proses destruksi, terjadi
pula proses restorasi secara simultan atau penyembuhan jaringan paru sehingga terjadi
perubahan struktural yang bersifat menetap serta bervariasi yang menyebabkan berbagai
macam kelainan faal paru.2
Indonesia berada pada peringkat ke-3 terbesar di dunia dalam jumlah penderita
Tuberkulosis (TB), setelah India dan Cina. Di dunia diperkirakan penyakit ini dapatmenyebabkan kematian kurang lebih 8.000 orang per hari. Lebih dari 400 kematian yang
berhubungan dengan TB setiap harinya, atau 140.000 per tahun, dan kurang lebih ¼ juta
penduduk diduga terinfeksi TB setiap tahun.3
Penyakit tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya sangat
mudah, yaitu melalui batuk, bersin dan berbicara (drop nuclei). Penyebaran penyakit
tuberkulosis paru yang sangat mudah, rentan menjangkiti orang terdekat atau anggota keluarga
yang sedang menderita penyakit tersebut. Oleh karena itu, penyakit tuberkulosis harus
mendapat penanganan yang tepat karena penyakit ini menyerang tidak memandang kelompok
usia produktif, kelompok ekonomi lemah dan berpendidikan rendah.3
Beberapa faktor yang erat hubunganya dengan terjadinya infeksi basil tuberkulosis
yaitu adanya sumber penularan, jumlah basil yang cukup banyak dan terus menerus memapar
calon penderita, virulensi (keganasan basil serta daya tahan tubuh dimana daya tahan tubuh ini
mempunyai hubungan erat dengan faktor lingkungan, misalnya perumahan dan pekerjaan,
faktor imunologis). Ditambah lagi dengan keadaan penyakit yang memudahkan infeksi seperti
diabetes militus dan campak serta faktor genetik.
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 2/36
2
Berikut ini kami sampaikan laporan kasus laki-laki berusia 57 tahun dengan kasus baru
tuberkulosis paru on therapy OAT fase intensif disertai dengan hepatitis kronik, hiperurisemia
dan hemorrhoid. Kasus ini diangkat karena maraknya kasus serupa yang harus dihadapi di
masyarakat, kompetensi dokter umum yang harus dapat menanggulangi TB paru hingga tuntasdan dihadapkannya dokter pada pertimbangan-pertimbangan manfaat pengobatan dan efek
sampingnya. Semoga laporan ini menjadi pembelajaran yang berguna bagi kita semua.
BAB II
LAPORAN KASUS
2.1. IDENTIFIKASI
Nama : Tn. RH
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 3/36
3
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 57 tahun
Alamat : Jl. Mayor Zen Kel. Sel Lais Kec. Kalidoni
Pekerjaan : BuruhStatus : Menikah
No. Rekmed RS : 0000607219
Agama : Islam
MRS : 2 April 2012
Tanggal pemeriksaan : 3 April 2012
2.2. ANAMNESIS (AutoAnamnesis, 3 April 2012)
Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas sejak ± 1 hari SMRS
Keluhan Tambahan
Pasien mengeluh badan semakin lemas sejak ± 1 minggu SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 1 tahun SMRS, pasien mengeluh batuk. Batuk berdahak warna kuning.
Pasien juga mengeluh sesak nafas. Sesak hilang timbul dan biasanya muncul pada malam
hari. Sesak dipicu oleh cuaca dingin. Pasien terbiasa tidur dengan 2 bantal namun tidak
merasakan perbedaan jika tidur dengan 1 bantal ataupun tanpa bantal. Pasien masih bisa
mengerjakan aktivitas sehari-hari seperti mandi, makan, dan berjalan. Pasien juga
mengeluh keringat di malam hari. Kemudian pasien berobat ke Puskesmas, diberi obat
dan pasien sembuh. Beberapa hari kemudian pasien mengeluh adanya demam, demam
naik turun. Pasien juga mengeluh badan lemas, batuk, pilek, dan rambut rontok. BAK dan
BAB biasa. Pasien mengeluh nafsu makan berkurang dan berat badan turun drastis.
Kemudian pasien melakukan pemeriksaan darah di RS Pusri dan dikatakan menderita
demam thypoid. Pasien diberi obat dan mengalami perbaikan.
Sejak ± 3 bulan SMRS pasien mengeluh nyeri perut kanan atas, nyeri hilang
timbul, rasa kencang, dan nyeri tidak menjalar. Pasien juga mengeluh adanya BAB darah
(menetes), konsistensi keras, sebanyak ± ½ sendok teh tiap kali BAB. Pasien juga
mengeluh demam yang semakin tinggi dan hilang timbul, batuk berdahak warna kuning,
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 4/36
4
batuk pada siang dan malam hari. Pasien berobat ke Puskesmas, diberi obat dan keluhan
demam masih sering muncul. BAB berdarah tidak dikeluhkan oleh pasien karena malu
sehingga keluhan BAB berdarah tidak berkurang.
± 1 bulan SMRS, pasien berobat kembali dan diperiksa foto roentgen di RSPelabuhan dan sputum di Puskesmas. Hasil rontgen mengatakan bahwa pasien menderita
radang paru-paru kanan dan hasil sputum mengatakan pasien menderitan TB Paru.
Kemudian pasien diberi obat 6 bulan dan baru dimakan 29 hari. Nafsu makan terus
menurun dan badan terasa semakin lemas.
Sejak ± 1 hari SMRS pasien mengeluh nyeri perut kanan atas, nyeri tidak
menjalar, nyeri hilang timbul < 1 menit dan merasa kencang seperti ditarik di bagian
tersebut. Pasien juga mengeluh badan semakin lemas, nafsu makan berkurang, mual (+),
muntah (-), demam tinggi dan hilang saat minum obat. Kemudian pasien dibawa ke
RSMH dan dirawat.
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat menderita asma sejak kecil (12 tahun) dan berobat dengan obat warung
(berobat sendiri)
- Riwayat hipertensi sejak ± 4 tahun yang lalu, tidak berobat teratur/ uncontrolled
- Riwayat menderita stroke ± 4 tahun yang lalu, menyerang bagian tubuh sebelah kanan
- Riwayat sakit maag sebelumnya ada, sejak 10 tahun yang lalu, berobat dengan membeli
obat warung ketika dirasakan gejala.
- Riwayat sakit kuning + 6 tahun sebelumnya
- Riwayat kencing manis disangkal
Riwayat Kebiasaan
- Kebiasaan merokok pada pasien disangkal
- Kebiasaan minum kopi dan jamu-jamuan disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat sakit jantung dalam keluarga ada, ayah dan ibu meninggal karena penyakit
jantung
- Riwayat hipertensi dalam keluarga ada, ayah dan ibu
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 5/36
5
- Riwayat kencing manis dalam keluarga disangkal
- Riwayat asma dalam keluarga disangkal
- Riwayat berinteraksi/kontak dengan penderita batuk kronis (batuk lama yang tidak
kunjung sembuh) ada.
2.3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 78 x/menit, regular, isi dan tegangan cukup
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 37.3 CO
Berat Badan Sebelumnya : 72 kg (Februari 2011)
Berat Badan Sekarang : 52 kg (April 2012)
Tinggi Badan : 173 cm
IMT : 17.37 kg/m2 (status gizi kurang)
Keadaan Spesifik
Kulit
Warna coklat kehitaman, efloresensi (-), jaringan parut (-), ikterus pada kulit (-), pigmentasi
normal, pucat pada telapak tangan dan kaki (-), eritema palmar (-), kulit kering (+),
pertumbuhan rambut normal, lapisan lemak tipis, dan keringat (-)
Kelenjar getah bening (KGB)
Tidak ada pembesaran KGB pada daerah submandibula, leher, subklavikula, aksilla dan
inguinal serta tidak ada nyeri penekanan.
Kepala
Bentuk oval, simetris, ekspresi sakit sedang, deformasi (-), nyeri tekan (-), pendarahan temporal
(-), rambut hitam dan sebagian putih (beruban), rambut mudah rontok (-).
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 6/36
6
Mata
Eksophtalmus dan endopthalmus (-), edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (+), sklera
ikterik (-), pupil isokor, refleks cahaya normal, shadow test (-), pergerakan mata ke segala arah
baik, edema subkonjungtiva (-)
Hidung
Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang dalam perabaan baik, tidak ditemukan
penyumbatan maupun perdarahan, selaput lendir dalam batas normal.
Telinga
Tophi (-), cairan atau sekret (-), nyeri tekan processus mastoideus (-), dan pendengaran baik.
Mulut
Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah (-), atrofi papil (-), hipertofi gingiva (-), gusi
berdarah (-), stomatitis (+), bau napas khas (-), faring tidak ada kelainan.
Leher
Kelenjar Gondok normal, trachea normal, tumor (-), pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-), dan
JVP (5-2) cmH2O
Dada
Bentuk dada simetris, sela iga melebar (+), nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-), spider
nevi (-), venektasi vena (-).
Paru-Paru
Depan Paru Kanan Paru Kiri
Inspeksi Statis : dinding dada kiri normal
Dinamis : pergerakan dinding
dada kiri normal
Statis : dinding dada kanan normal
Dinamis : pergerakan dinding dada
kanan normal
Palpasi Stem fremitus melemah di ICS
IV ke bawah, nyeri tekan (-)
Stem fremitus normal di seluruh
lapangan paru kanan
Perkusi Redup di ICS IV ke bawah Sonor di seluruh lapangan paru kanan
Auskultasi Vesikular (+) menurun dari ICS
IV ke bawah, wheezing (-), ronki
Vesikuler (+) normal, wheezing (-),
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 7/36
7
kering (+). ronki (-).
Belakang Paru Kanan Paru Kiri
Inspeksi Statis : dinding dada kiri normal
Dinamis : pergerakan dinding
dada kiri normal
Statis : dinding dada kanan normal
Dinamis : pergerakan dinding dada
kanan normal
Palpasi Stem fremitus melemah di ICS
IV ke bawah, nyeri tekan (-)
Stem fremitus normal di seluruh
lapangan paru kanan
Perkusi Redup di ICS IV ke bawah Sonor di seluruh lapangan paru kanan
Auskultasi Vesikular (+) menurun dari ICS
IV ke bawah, wheezing (-), ronki
kering (+).
Vesikuler (+) normal, wheezing (-),
ronki (-).
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V Midclavicular Sinistra , Thrill (-)
Perkusi: Batas atas jantung ICS II linea parasternal sinistra, batas kanan jantung linea
sternalis dextra ICS IV, batas kiri jantung linea midklavikularis sinistra ICS V
Auskultasi : HR = 78 x/menit, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar, venektasi vena (-)
Palpasi : Lemas, nyeri perut kanan atas (+), turgor normal, hepar tidak teraba, lien tidak
teraba. Nyeri Epigastrium (+), Murphy Sign (-)
Perkusi : Timpani (+), shifting dullness (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Genitalia
Tidak diperiksa
Ekstremitas
Ekstremitas superior :
Kanan :
Gerakan berkurang, kekuatan berkurang, sendi normal, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak tangan pucat (+), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (+), sianosis (-). Tremor (-), kelainan jari (-)
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 8/36
8
Kiri :
Gerakan normal, kekuatan normal, sendi normal, edema (-), jaringan parut (-), pigmentasi
normal, telapak tangan pucat (+), jari tabuh (-), turgor kembali lambat (+), sianosis (-). tremor
(-), kelainan jari (-)
Ekstremitas inferior :
Kanan :
Gerakan berkurang, kekuatan berkurang, sendi normal, jaringan parut (-), pigmentasi normal,
telapak kaki pucat (+), turgor kembali lambat (+), sianosis (-), venektasi vena (-), edema
pretibial dan pergelangan kaki (-).
Kiri :
Gerakan normal, kekuatan normal, sendi normal, jaringan parut (-), pigmentasi normal, telapak
kaki pucat (+), turgor kembali lambat (+), sianosis (-), venektasi vena (-), edema pretibial dan
pergelangan kaki (-).
2.4. DIAGNOSIS SEMENTARA
Kasus baru TB Paru on therapy OAT Fase intensif + Tumor Paru Dextra + Hipertensi
stage I + malnutrisi ringan
2.5. DIAGNOSIS BANDING
Kasus baru TB Paru on therapy OAT Fase intensif + Efusi Pleura Dextra + Hipertensi
stage I + malnutrisi ringan
Asma Bronchial + Efusi Pleura dextra + Syndrome Dispepsia
2.6. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin, kimia klinik, urin rutin, sputum BTA
- Elektrokardiografi
- Rontgen Thorax PA
- Rontgen Lateral Kanan
- CT - Scan Thorax
- USG Abdomen
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 9/36
9
2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Laboratorium
1. Hematologi Tanggal 2 April 2012
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1 Hemoglobin 11.3 g/dl L14-18 g/dl Menurun
2 Eritrosit 4.390.000/mm3 L 4.5-5.5 juta/mm3 Menurun
3 Hematokrit 34 vol % 40-48 vol% Menurun
4 MCH - 27-31 pg
5 MCV - 82-92 pg
6 MCHC - 32-36 %
7 Leukosit 5.800/mm3 5.000-10.000/mm3 Normal
8 LED 68 mm/jam L < 10 mm/jam Meningkat9 Retikulosit - 0.5 -1.5 %
10 Trombosit 513.000/mm3 200.000-500.000/mm3 Meningkat
11 Diff.Count
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
0
4
2
63
18
13
0-1
1-3
2-6
50-70
20-40
2-8
2. Kimia klinik
Tanggal 2 April 2012
No. Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi
1 BSS - < 200 mg/dl
2 Uric acid 17.9 mg/dl L 3.5-7 mg/dl Meningkat
3 Ureum 28 mg/dl 15-39 mg/dl Normal
4 Creatinin 1.2 mg/dl L 0.9-1.3 mg/dl Normal5 Protein Total 7.1 g/dl 6.0-7.8 g/dl Normal
6 Albumin 2.7 g/dl 3.5-5.0 g/dl Menurun
7 Globulin 4.4 g/dl 1.5-3.0 gr/dl Meningkat
8 SGOT 26 U/I < 40 U/I Normal
9 SGPT 13 U/I < 41 U/I Normal
10 Kalsium 2.04 2.02 – 2.60 Normal
11 Natrium 134 mmol/I 135-155 mmol/I Menurun
12 Kalium 4.7 mmol/I 3.5-5.5 mmol/I Normal
B. Pemeriksaan Elektrokardiografi
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 10/36
10
Tanggal 2 April 2012
Gambar :
Interpretasi :
Sinus rhytm, axis normal, gelombang P normal, PR interval 0,04 s, kompleks QRS, R/S di
V1 < 1, R di V1 + S di V5/V6 < 35, S-T change (-), T inverted (-), LV strain (-).
Kesan : EKG Normal
C. Pemeriksaan Rontgen Thorax
Tanggal 28 Febuari 2012
Gambar :
Interpretasi :
- Kondisi foto baik
- Tidak simetris
- Tulang – tulang dan sifat tissue baik
- Trachea ditengah- Sela iga melebar
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 11/36
11
- Diafragma tenting (-)
- Sudut costofrenikus kiri tajam
- Sudut costo frenikus kanan sulit dinilai
- CTR < 50 %- Parenkim paru :
Infiltrat di kedua lapangan paru
Kesan : TB paru
Tanggal 2 April 2012
Gambar :
Interpretasi :
- Kondisi foto baik
- Tidak simetris
- Tulang – tulang dan sifat tissue baik
- Trachea dieviasi ke kanan
- Sela iga melebar
- Diafragma tenting (-)
- Sudut costofrenikus tajam
- CTR < 50 %
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 12/36
12
- Parenkim paru :
Cavitas multiple > 4 cm
Fibro infiltrate di kedua paru
Perselubungan di basal paru kanan batas tak tegasKesan :
- TB paru lesi luas aktif
- Tumor paru TxNxMx
D. Pemeriksaan Rontgen Thorax Lateral
Tanggal 4 April 2012
Gambar :
Kesan : Efusi Pleura terloculated
D. Pemeriksaan USG Abdomen
Tanggal 5 April 2012
Gambar :
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 13/36
13
Interpreetasi :
- Hepar : Bentuk dan ukuran normal, tepi tajam, parenkim kasar homogen,
permukaan rata.
- GallBladder : Bentuk dan ukuran normal, dinding tipis, isi kosong
- Lien : Normal homogen
- Pankreas : Normal
- Ginjal : Bentuk 2 ukuran normal, batas cortex medulla jelas, batu (-)
- Pembesaran KGB para-aorta (-)
Kesan :
Curiga Hepatitis kronis
Saran :
Periksa HBsAg
8. DIAGNOSIS KERJA
Kasus baru TB paru lesi luas on therapy OAT fase intensif + Efusi Pleura terloculated +
Malnutrisi ringan + Hipoalbuminemia + Sindrom dyspepsia + Hiperuricemia
2.9. PENATALAKSANAANNon farmakologi :
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 14/36
14
- Istirahat
- Edukasi pasien dan keluarga
- Oksigen 3L/menit
- Diet lambung III TKTP 2600 kkal rendah purinFarmakologi :
- IVFD RL, D5%, GTT XX/m
- OAT Kat I FDC 1x4 tab fase intensif
- Allopurinol 1x300 g
- Donperidone 3x10
- Omeprazole 1x20 g
- B1,B6,B12 3x1
3.0. Rencana Pemeriksaan
- Pemeriksaan sputum 2 bulan kemudian
- Tes Faal Hati
2.10. PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : dubia ad bonam
- Quo ad Functionam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 15/36
15
A. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis
B. BIOMOLEKULER MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS
1. Morfologi dan struktur bakteri
Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang lurus atau sedikit melengkung, tidak
berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini berukuran lebar 0,3 – 0,6 µm. Dinding
Mycobacterium tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis ialah asam mikolat, lilin kompleks
(complex waves), terhalosa dimikolat yang disebut cord factor dan mycobacterial sulfolipids
yang berperan dalam virulensi. Asam mikolat adalah asam lemak berantai panjang (C60–C90)
yang dihubungkan dengan arabinogalaktan oleh ikatan glikolipid dan dengan peptidoglikan
oleh jembatan fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding bakteri tersebut adalah
polisakarida. Stuktur dinding bakteri yng kompleks tersebut menyebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis bersifat tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan
terhadap upaya penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol. Komponen
antigen ditemukan di dinding sel dan sitoplasma yaitu komponen lipid, polisakarida dan
protein.1
2. Biomolekuler
Genom Mycobacterium tuberculosis mempunyai kandungan Guanin (G) dan Cytosine
(C) terbanyak.
C. EPIDEMIOLOGI
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini.
Pada tahun 1992 World Health Orgnization (WHO) telah mencanangkan tuberkulosis sebagai
“Global Emergency“.
Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta kasus baru tuberkulosis
pada tahun 2002, 3,9 juta kasus dengan hasil BTA (Basil Tahan Asam) positif. Sepertiga
penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah
terbesar kasus TB terjadi di Asia Tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun
bila dilihat dari jumlah penduduk dunia maka terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk. Di
Afrika hampir 2 kali lebih besar dari Asia Tenggara yaitu 350 kasus per 100.000 penduduk.2
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 16/36
16
Indonesia masih menempati urutan ke 3 di dunia untuk jumlah kasus TB setelah India
dan Cina. Setiap tahun terdapat 250.000 kasus baru TB dan sekitar 140.000 kematian akibat
TB. Di Indonesia Tuberkulosis adalah pembunuh nomor satu diantara penyakit menular dan
merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah penyakit jantung dan penyakit pernapasanakut pada seluruh kalangan usia.
D. PATOGENESIS
Kuman Myccobacterium tuberculosis yang masuk melalui saluran nafas akan bersarang
di jaringan paru sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut dengan sarang
primer atau afek primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru,
berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis regional
dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami nasib salah satu dari
yang berikut ini :
• Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali
• Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus
• Menyebar dengan cara :
o Perkontinuitatum, menyebar kesekitarnya
o Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan atau paru yang
disebelahnya atau tertelan
o Penyebaran secara hematogen dan limfogen, penyebaran ini berkaitan dengan
daya tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat
sembuh spontan, tapin bila daya tahan tubuh menurun penyebaran dapat
menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberculosis milier, meningitis
tuberculosis. Penyebaran melalui hematogen dapat menyebabkan tuberculosis
pada organ yang diserang tersebut seperti tulang, ginjal
Semua kejadian diatas merupakan proses tuberculosis primer. Tuberculosis post primer
muncul setelah bertahun-tahun kemudian setelah tuberculosis primer, biasanya terjadi pada
umur 15-45 tahun. Bentuk tuberculosis inilah yang akan menyebabkan masalah kesehatan
masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan.3
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 17/36
17
E. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS4
1. Berdasarkan hasil pemeriksaan TA sputum
a. Tuberkulosis paru BTA ( + ) adalah :
i. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
ii. Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan hasil BTA positif
dan kelainan radiologi menunjukkan ganbaran tuberculosis aktif
iii. Hasil pemeriksaan satu specimen dahak menunjukkan BTA positif dan
biakan positif
b. Tuberkulosis paru BTA (-)
i. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran
klinis dan radiologis menunjukkan tuberkulosis aktif
ii. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan
Myccobacterium tuberculosis positif
2. Berdasarkan tipe pasien (riwayat pengobatan sebelumnya)
a. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan
b. Kasus kambuh (relaps) adalah pasien TB yang sebelumnya pernah mendapatkan
pengobatan OAT dan telah dinyatakan sembuh, atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif
atau biakan positif
c. Kasus defaulted atau drop out adalah pasien yang telah menjalani pengobatan ≥
1 bulan dan tidak mengambil obat bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai
d. Kasus gagal adalah pasien BTA positif atau kembali menjadi positif pada akhir
bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir pengobatan
e. Kasus kronik adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif
setelah selesai pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik
f. Kasus bekas TB :
• Hasil pemeriksaan BTA negative (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif atau foto
serial menunjukkkan gambaran yang tetap.
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 18/36
18
• Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan mendapat
pengobatan OAT 2 bulan serta pada foto thorak ulang tidak ada perubahan
gambaran radiologi.
F. DIAGNOSIS5
1. Gejala TB
a. Gejala Utama
Batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih
b. Gejala tambah yang sering dijumpai :
• Dahak bercampur darah.
• Batuk darah
• Sesak nafas dan rasa nyeri dada
• Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun rasa kurang enak badan
(malaise) berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan deman meriang lebih dari
sebulan.
Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberkulosis .
Oleh sebab itu setiap orang yang datang dengan gejala tersebut diatas harus dianggap sebagai
seorang “ Suspek tuberkulosis “ atau tersangka penderita TBC dan perlu dilakukan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung.
2. Penemuan Penderita Tuberkulosis (TB)
a) Penemuan penderita tuberkulosis pada orang dewasa
Penemuan penderita TBC dilakukan secara pasif artinya penjaringan tersangka
penderita dilaksanakan pada mereka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan.
Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif baik oleh
petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka
penderita cara ini biasa dikenal dengan sebutan passive promotive case finding ( penemuan
penderita secara pasif dengan promosi yang aktif ). Selain itu semua kontak penderita TBC
Paru BTA positif dengan gejala sama harus diperiksa dahaknya. Seorang petugas kesehatan
diharapkan menemukan tersangka penderita sedini mungkin, mengingat tuberkulosis adalah
penyakit menular yang dapat mengakibatkan kematian. Semua tersangkas penderita harus
diperiksa 3 spesimen dahak dalam waktu 2 hari berturut-turut yaitu sewaktu pagi sewaktu
( SPS ).
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 19/36
19
b) Penemuan penderita tuberkulosis pada anak
Penemuan penderita tuberkulosis pada anak merupakan hal yang sulit sebagian besar
diagnosis tiberkulosis anak didasarkan atas gambar klinis gambar radiologis dan uji tuberkulin.
3. Diagnosis TB
(a) Diagnosis tuberkulosis pada orang Dewasa
Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA
pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BAT hasilnya positif.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto
rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC,
maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rantgen tidak
mendukung TBC maka pemeriksaan dahak SPS diulangi dan apabila fasilitas memungkinkan
maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan.
Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas
(misalnya kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan namun
gejala klinis tetap mencurigakan TBC ulangi pemeriksaan dahak SPS.
• Kalau hasil SPS positif diagnosis sebagai penderita TBC BTA positif
• Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto rontgen dada untuk mendukung
diagnosis TBC
• Bila hasil rontgen mendukung TBC didiagnosis sebagai penderita TBC BTA negatif
rontgen positif
• Bila hasil rontgen tidak di dukung TBC penderita tersebut bukan TBC yang tidak
memiliki fasilitas rontgen penderita dapat dirujuk untuk foto rontgen dada.
G. PENGOBATAN6,7,8
1. Tujuan
• Menyembuhkan penderita
• Mencegah kematian
• Mencegah kekambuhan
• Menurunkan tingkat penularan
2. Prinsip pengobatan
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 20/36
20
Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup
dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman (termasuk kuman persister) dapat
dibunuh.Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan
sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut kosong. Aapabila paduan obat yang digunakantidak adekuat (jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan berkembang
menjadi kuman kebal obat (resisten). Untuk menjamin kepatuhan penderita menelan obat,
pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT=Direcly Observed Treatment)
oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO )
3. Jenis dan dosis OAT
a) Isoniasid ( H )
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 % populasi kuman dalam
beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan
metabolik aktif yaitu kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5 mg/kk
BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu diberikan dengan dosis 10 mg/kg
BB.
b) Rifampisin ( R )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister ) yang tidak
dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB diberikan sama untuk mengobatan harian
maupun intermiten 3 kal seminggu.
c) Pirasinamid ( Z )
Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel dengan suasana
asam. Dosis harian yang dianjurkan 25 mg/kg BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3
kali seminggu diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.
d) Streptomisin ( S )
Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan untuk
pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis yang sama penderita berumur sampai
60 tahun dasisnya 0,75 gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50
gr/hari.
e) Etambulol ( E)
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 21/36
21
Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB sedangkan
untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan dosis 30 mg/kg/BB.
Pengobatan TBC diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan :
Tahap Intensif Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan diawasi langsung
untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua OAT terutama rifampisin. Bila
pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi
tidak menular dalamkurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif menjadi
BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.
Tahap Lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum dalam jangka
waktu yang lebih lama, pengawasan ketat dalam tahap intensif sangat penting untuk mencegah
terjadinya kekebalan obat. Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister
( dormant ) sehingga mencegah terjadinya kekambuhan
4. Panduan OAT DI Indonesia
WHO dan IUATLD (Internatioal Union Against Tuberculosis and lung Disease) me-
rekomendasikan panduan OAT Standar, yaitu :
Kategori 1 :
- 2HRZE / 4 H3R3
- 2HRZE / 4 HR
- 2HRZE / 6 HE
Kategori 2:
- 2HRZES / HRZE /5H3R3E3
- 2HRZES / HRZE / 5HRE
Kategori 3:
- 2HRZ / 4H3R3
- 2 HRZ / 4 HR
- 2HRZ / 6 HE
Program Nasional Penanggulangan TBC di Indonesia menggunakan paduan OAT
Kategori 1 : 2 HRZE / 4H3R3
Kategori 2 : 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 22/36
22
Kategori 3 : 2 HRZ / 4H3R3
Disamping ketiga kategori ini disediakan paduan obat sisipan (HRZE). Paduan OAT ini
disediakan dalam bentuk paket kombipak dengan tujuan untuk memudahkam pemberian obat
dan menjamin kelangsungan (kontinuitas) pengobatan sampai selesai satu (1) paket untuk satu(1) penderita dalam satu (1) masa pengobatan.
a) Kategori -1 ( 2HRZE / 4H3R3 )
Tahap intensif terdiri dari Isoniasid ( H), Rifampisin ( R ), Pirasinamid ( Z) dan
Etambutol ( E ). Obat-obat tersebut diberikan setiap hari selama 2 bulan (2HRZE). Kemudian
diteruskan dengan tahap lanjutan yang terdiri dari isoniasid (H) dan Rifampisin (R) diberikan
tiga kali dalam seminggu selama 4 bulan (4H3R3).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru TBC Paru BTA Positif
- Penderita TBC Paru BTA negatif Rontgen positif yang “ sakit berat “ dan
- Penderita TBC Ekstra Paru berat.
b) Kategori –2 ( 2HRZES / HRZE / 5H3R3E3 )
Tahap intensif diberikan selama 3 bulan yang terdiri dari 2 bulan dengan Isoniasid (H),
Rifampisin (R), Pirasinamid (Z), dan Etambutol (E) setiap hari. Setelah itu diteruskan dengan
tahap lanjutan selama 5 bulan dengan HRE yang diberikan tiga kali dalam seminggu. Perlu
diperhatikan bahwa suntikan streptomisin diberikan setelah pemderita selesai menelan obat.
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita kambuh (relaps)
- Penderita Gagal (failure)
- Penderita dengan Pengobatan setelah lalai (after default)
c) Kategori –3 ( 2HRZ / 4H3R3 )
Tahap intensif terdiri dari HRZ diberikan setiap hari selama 2 bulan ( 2HRZ ) diteruskan
dengan tahap lanjutan terdiri dari HR selama 4 bulan diberikan 3 kali seminggu ( 4H3R3 ).
Obat ini diberikan untuk :
- Penderita baru BTA negatif dan rontgen positif sakit ringan
- Penderita ekstra paru ringan yaitu TBC kelenjar limfe (limfadenitis) pleuritis eksudativa
unilateral TBC kulit, TB tulang ( kecuali tulang belakang) sendi dan kelenjar aderenal.
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 23/36
23
d) OAT sisipan ( HRZE )
Bila pada akhir tahap intensif pengobatan penderita baru BTA positif dengan kategori 1 atau
penderita BTA positif pengobatan ulang dengan kategori 2 hasil pemeriksaan dahak masihBTA positif diberikan obat sisipan ( HRZE ) setiap hari selama 1 bulan
BAB IV
ANALISIS KASUS
A. Anamnesis
Pasien masuk dengan keluhan utama nyeri perut kanan atas. Nyeri ini tidak menjalar dan
seperti ditarik. Nyeri seperti ini akan timbul bila terjadi infiltrasi radang pada daerah yang
dimaksud. Berdasarkan hasil anamnesis, perut kanan yang dimaksud oleh pasien bisa juga
mengarah kepada daerah basal paru kanan. Ada kemungkinan terjadi infiltrasi sel radang yang
telah samapai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu
pasien menarik/melepaskan nafasnya. Namun tetap terdapat kemungkinan terjadinya gangguan
pada beberapa organ lain di antaranya colon, hati, empedu dan ginjal. Sehingga kami merasa
perlu melakukan pemeriksaan lebih lanjut
Os mengaku sering kontak/berinteraksi dengan penderita batuk lama yang tidak kunjung
sembuh. Interaksi ini terjadi di warung tempat os biasa bercengkerama dengan teman-
temannya. Os tinggal di rumah yang memiliki halaman sendiri (bukan bedeng), tinggal bersama
dengan istri dan anak bungsunya, ventilasi cukup, cukup mendapat sinar matahari, luas rumah
30x20 m2. Tidak ada anggota keluarga yang menderita gejala yang sama. Besar kemungkinan
sumber penularan didapat dari penderita batuk kronis tersebut (teman Os).
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 24/36
24
Os pernah menderita sakit kuning sekitar + 6 tahun yang lalu, tidak disertai demam
tinggi, tidak bepergian ke daerah-daerah endemis malaria, perut membesar (-) dan gejala hilang
dengan sendirinya. Os tidak pernah operasi dan transfusi darah sebelumnya, namun mempunyai
tato yang dibuat menggunkan jarum suntik. Menurut kami, ini merupakan gejala hepatitis akut. Namun diperlukan pemeriksaan laboratorium untuk memasikannya. Hal ini dirasakan penting
karena akan menjadi pertimbangan tertentu jika pasien ini akan diterapi dengan OAT
mengingat efek samping yang akan ditimbulkan.
Os mengeluh demam yang naik turun namun tidak terlalu tinggi. Demam ini sempat
sembuh namun kembali berulang. Pada dasarnya demam disebabkan oleh suatu peradangan.
Peradangan ini disebabkan oleh oleh infeksi virus, bakteri dan kuman. Mengingat gejala
demam, batuk lama disertai penurunan nafsu makan pada pasien ini, salah satu penyebab yang
mungkin adalah infeksi M. Tuberkulosis. Pada pasien tuberkulosis, demam seperti ini sangat
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh dan berat ringannya infeksi kuman tuberkulosis yang masuk
Batuk yang dialami Os disebabkan oleh iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit
tidak sama, mungkin saja batuk baru timbul setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru
yakni setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan sejak peradangan bermula. Sifat batuk
dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah timbul perdangan menjadi
produktif (menghasilkan sputum). Batuk ini bisa berlanjut menjadi batuk darah, namun pada
pasien ini belum terjadi.
Untuk sesak, pasien memang telah memilki riwayat asma sejak kecil. Sehingga sesak
yang terjadi lebih disebabkan suatu hipersensitivitas saluran pernafasan terhadapa alergen.
Pemicu sesak pada pasien ini adalah cuaca dingin dan debu. Namun tidak boleh
dikesampingkan bahwa sesak juga dapat disebabkan oleh penyakit paru yang sudah lanjut
seperti infiltrat yang sudah meliputi setengah bagian bagian paru-paru.
Os memang terbiasa tidur dengan dua bantal, namun bukan disebabkan oleh sesak atau
keluhan patologis lainnya. Os juga terkadang tidur dengan 1 atau tanpa bantal dan tidak disertai
keluhan sesak. Nyeri dada kiri disangkal. Os tidak pernah terbangun pada malam hari karena
sesak. Riwayat bengkak air (edema) pada tungkai, perut dan wajah disangkal. Riwayat cuci
darah disangkal. Melalui anamnesis, kami ingin mengetahui apakah sesak ini berkaitan dengan
gangguan ginjal dan jantung.
Gejala menurunnya nafsu makan, badan lemas dan berat badan yang turun saling
berkaitan satu sama lain. Ketika infeksi kronis seperti TB menyebabkan penurunan nafsu
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 25/36
25
makan, maka asupan makanan untuk memenuhi kebutuhan kalori pun akan berkurang.
Kurangnya kalori menyebabkan tubuh terasa lemah dan semakin lemah. Kebutuhan energi
tubuh akan dicukupi melalui katabolisme glikogen, lemak dan protein. Sehingga bobot tubuh
akan ikut menurun seiring dengan penurunan nafsu makan.Os telah mengalami BAB berdarah (menetes) + sejak 6 tahun yang lalu namun tidak
pernah dikeluhkan dan diobati karena malu. Banyaknya darah yang dikeluarkan tiap kali BAB
adalah setengah sendok teh. BAB darah ini akan muncul bila kurang makan sayur, makan
makanan pedas dan makan daging. Os sering duduk lama karena pekerjaannya sebagai
pengemudi speedboat. Riwayat kanker pada keluarga diasangkal dan kebiasaan minum alkohol
disangkal. Besar kemungkinan gejala BAB darah ini merupakan gejala Hemorrhoid.
B. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik pasien ini ditemukan adanya penurunan berat badan.
Berat badan pasien sebelumnya 72 kg dan berat badan sekarang 52 kg, hal ini merupakan
ciri tampilan klinis penderita TB Paru. Tinggi badan pasien 173 cm. sehingga kebutuhan
kalori pasien ini (Rumus Harris-Benedict) :
Kebutuhan kalori = Basal Energy Expenditure (BEE) x 1.2-1.5
BEE laki-laki = 66.5 + 13.7 BB + 5.0 TB – 6.8 U
= 66.5 + 13.7 (52) + 5.0 (173) – 6.8 (57)
= 66.5 + 712.4 + 865 – 387.6
= 1256.3 + 500 kkal (ditambahkan pada pasien dengan malnutrisi)
= 1756.3 kkal
Pada hasil pemeriksaan paru kanan didapatkan adanya stem fremitus melemah di ICS IV
kebawah, redup di ICS IV ke bawah, vesicular + yang menurun dari ICS IV ke bawah. Hal
ini menunjukkan adanya kelainan paru seperti pada psien penderita TB Paru.
C. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan adanya penurunan hemogloblin, eritrosit,
hematokrit, ini menandai adanya anemia pada penderita ini. Pada pemeriksaan ini terdapat
peningkatan dari LED yang menandai adanya proses infeksi.
D. Penegakan Diagnosis
Differential diagnosis pada pasien ini adalah Kasus baru TB Paru o n therapy OAT
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 26/36
26
Fase intensif + Tumor Paru Dextra + Hipertensi stage I + malnutrisi ringan. Kasus baru TB
Paru on therapy OAT Fase intensif + Efusi Pleura Dextra + Hipertensi stage I + malnutrisi
ringan Asma Bronchial + Efusi Pleura dextra + Syndrome Dispepsia + Hipertensi stage I +
malnutrisi ringanDiagnosis TB paru ini ditegakkan berdasarkan gejala klinis dan atau riwayat penyakit
sebelumnya, pemeriksaan fisis, pemeriksaan bakteriologi, dan pemeriksaan radiologi. Terdapat
gejala klinis TB yang dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal (batuk lebih dari 2 minggu,
sesak napas, dan nyeri dada) dan gejala sistemik (demam, malaise, keringat malam, nafsu
makan menurun, dan penurunan berat badan). Pada pemeriksaan fisis thorax dapat ditemukan
vocal fremitus menurun pada dada kanan ICS IV ke bawah , perkusi dada kanan redup pada
ICS IV ke bawah dan bunyi tambahan berupa ronkhi kering pada paru kanan. Kesan dari foto
thorks AP adalah TB Paru lesi luas dan tumor paru TxNxMx, sedangkan foto thoraks lateral
kanan didapatkan efusi pleura terloculated. Gambaran ini dapat muncul akibat adanya infiltrat
pada kavitas parenkim paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Riwayat
penyakit sebelumnya menunjukkan bahwa pasien telah mengonsumsi OAT selama 29 hari,
berarti pasien ini termasuk dalam penderita TB kategori 1 fase intensif. Hasil pemeriksaan
spurtum pasien ini juga menunjukkan hasil positif yang berarti pasien ini merupakan pasien TB
dengn BTA positif
E. Terapi
Pengobatan pada pasien ini tetap mengacu pada pengobatan simptomatik dan terapi
OAT. Terapi OAT yang diberika adalah terapi OAT Kategori 1 untuk fase intensif, 1x4 tablet
FDC. Disamping itu juga diberikan allupurinol 1x300 mg untuk menekan efek samping
Pirazinamid berupa hiperurisemia, omeprazol 1x20 mg untuk melindungi mukosa lambung
karena pasien mengeluh nyeri ulu hati. terapi ulangan OAT yang sempat terputus, dan terapi
insulin untuk memperbaiki keadaan hiperglikemia pasien. Asam traneksamat diberikan untuk
mengatasi perdarahan pada pasien ini, oleh karena itu pemberian obat ini dihentikan ketika
keluhan batuk darah pada pasien ini sudah tidak ada. Ranitidine, yang merupakan golongan
obat antagonis H2 reseptor, diberikan pada pasien ini karena keluhan nyeri ulu hati pada pasien
ini. Nyeri ulu hati pada pasien ini mungkin disebabkan karena asupan oral yang tidak adekuat
akibat infeksi kronis yang dialami oleh pasien. Pengaturan diet pada pasien ini adalah diet
tinggi karbohidrat tinggi protein, karena pada pasien ini terjadi proses infeksi kronik sehingga
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 27/36
27
terjadi peningkatan energy expenditure. Di samping itu, terjadi anoreksia pada pasien ini akibat
penyakit kronik yang dialaminya, sehingga terjadi penurunan intake pada pasien ini.
F. Pemeriksaan LanjutanRencana pemeriksaan selanjutnya adalah pemeriksaan sputum BTA 3×, gram, dan
jamur. Adapun pengobatan OAT tetap dijalankan sebelum pemeriksaan sputum BTA 3×, gram,
dan jamur, mengingat pemeriksaan BTA di rumah sakit yang bersangkutan memerlukan waktu
yang lama dan kebutuhan pasien akan OAT tidak bisa menunggu. Hal ini didasarkan pada
riwayat pasien yang pernah mengkonsumsi OAT selama beberapa hari, namun tidak tuntas
berobat. Diperlukan juga pemeriksaan kultur dan sensitivitas OAT, mengingat banyak kasus
MDR (Multi Drug Resistant) TB sekarang ini. Namun, pemeriksaan tersebut tidak tersedia di
rumah sakit yang bersangkutan.
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 28/36
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Raviglion MC, O’Brien RJ. Tuberculosis. In: Harrison’s Principles of internal
medicine. 15th Edition. USA: McGraw-Hill, 2001.
2. Bahar A, Amin Z. Tuberkulosis paru. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2007. 988-993
3. Aditama TY, et al. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Tuberkulosis di Indonesia.
Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006
4. Alsagaff H, Mukty A. Tuberkulosis paru. Dalam: Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Jakarta: Airlangga, 2002. 73-108
5. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA, Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Mikrobiologi
Kedokteran, Buku II Edisi I Jakarta: Salemba Medika, 2005.
6. Departemen Kesehatan RI. Buku Pedoman Program Penanggulangan Tuberkulosis.
http://www.tbcindonesia.or.id [Diakses 30 Maret 2012]
7. WHO. Standar Internasional Penanganan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI, 2006
8. Permatasari A. Pemberantasan Penyakit TB Paru dan Strategi DOTS.
http://www.Adln.lib.unair.ac.id/go.php.id=jiptunair [Diakses 06 Maret 2012]
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 29/36
29
FOLLOW UP
Tanggal 3 April 2012
S Nyeri ulu hati
O : Keadaan umum Sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 130/80 mmHg
Nadi 86x/menit
Pernafasan 24x/menit
Temperatur 36.6 C
Kepala Konjungtiva pucat (-)
Sklera ikterik (-)Leher JVP (5-2)cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo Redup dari ICS IV ke bawah, vesicular
menurun dari ICS IV ke bawah, ronki
basah atas kanan dan kiri, wheezing (-)
Jantung HR 86x/menit, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba,
timpani, BU (+) N.
Ekstremitas Edema pretibial (-)
A Kasus baru TB Paru lesi luas on OAT
KAT I fase intensif
Syndrom Dyspepsia
P Istirahat
Edukasi pasien dan keluarga
Oksigen 3L/menit
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 30/36
30
IVFD RL : D5% 31 gtt xxx/menit
(mikro)
OAT Kat I FDC 1x4 tab
Omeprazole 1x20gVit B1, B6, dan B12 3x1
Tanggal 4 April 2012
S -
O : Keadaan umum Sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 130/80 mmHg
Nadi 94x/menit
Pernafasan 22x/menit
Temperatur 36.7 C
Kepala Konjungtiva pucat (-)
Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2) cmH2OPembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo Redup dari ICS IV ke bawah, vesicular
menurun dari ICS IV ke bawah, ronki
basah atas kanan dan kiri, wheezing (-)
Jantung HR 94x/menit, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba,
timpani, BU (+) N.
Ekstremitas Edema pretibial (-)
A Kasus baru TB Paru on OAT KAT I fase
intensif
Suspect tumor Paru dextra TxNxMx
Hyperuresemia
Syndrom Dyspepsia
HypoalbuminemiaP Istirahat
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 31/36
31
Edukasi pasien dan keluarga
Oksigen 3L/menit
Diet lambung III rendah purin
IVFD RL : D5% 31 gtt xxx/menit(mikro)
OAT Kat I FDC 1x4 tab
Allopurinol 1x300 g
Donperidone 3x10
Omeprazole 1x20g
Vit B1, B6, dan B12 3x1
Tanggal 5 April 2012
S Semalam demam
O : Keadaan umum Sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 130/80 mmHg Nadi 80x/menit
Pernafasan 22x/menit
Temperatur 36.4 C
Kepala Konjungtiva pucat (+)
Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2)cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo Redup dari ICS IV ke bawah, vesicular
menurun dari ICS IV ke bawah, ronki
basah atas kanan dan kiri, wheezing (-)
Jantung HR 80x/menit, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba,
timpani, BU (+) N.
Ekstremitas Edema pretibial (-)
A Kasus baru TB Paru on OAT KAT I faseintensif
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 32/36
32
Suspect tumor Paru dextra TxNxMx
Hyperuresemia
Syndrom Dyspepsia
HypoalbuminemiaP Istirahat
Edukasi pasien dan keluarga
Oksigen 3L/menit
Diet lambung III rendah purin
IVFD RL : D5% 31 gtt xxx/menit
(mikro)
OAT Kat I FDC 1x4 tab
Allopurinol 1x300 g
Donperidoe 3x10
Omeprazole 1x20g
Vit B1, B6, dan B12 3x1
Rencana Rontgen Thorax lateral
Rencana USG abdomen
Rencana CT Scan Thorax
Sitologi sputum
Tanggal 7 April 2012
S Semalam demam + nyeri ulu hati
berkurang
O : Keadaan umum Sakit sedangKesadaran Compos mentis
Tekanan darah 120/80 mmHg
Nadi 96x/menit
Pernafasan 22x/menit
Temperatur 36.4 C
Kepala Konjungtiva pucat (+)
Sklera ikterik (-)
Leher JVP (5-2)cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 33/36
33
Pulmo Redup dari ICS IV ke bawah, vesicular
menurun dari ICS IV ke bawah, ronki
basah atas kanan dan kiri, wheezing (-)
Jantung HR 80x/menit, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba,
timpani, BU (+) N.
Ekstremitas Edema pretibial (-)
A Kasus baru TB Paru on OAT KAT I fase
intensif
Suspect tumor Paru dextra TxNxMx
DD/ Loculated Pleural effusion posterior
Hyperuresemia
Syndrom Dyspepsia
Hypoalbuminemia
P Istirahat
Edukasi pasien dan keluarga
Oksigen 3L/menit
Diet lambung III rendah purin
IVFD RL : D5% 31 gtt xxx/menit
(mikro)
OAT Kat I FDC 1x4 tab
Allopurinol 1x300 g
Donperidone 3x10
Omeprazole 1x20g
Vit B1, B6, dan B12 3x1
Telah dilakukan rontgen thorax lateral
Telah dilakukan USG Abdomen curiga
Hepatitis B kronik, cek HBsAg
Telah dilakukan sitologi sputum I
Tanggal 9 April 2012
S Semalam demam
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 34/36
34
O : Keadaan umum Sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 130/80 mmHg
Nadi 78x/menit
Pernafasan 24x/menit
Temperatur 36.7 C
Kepala Konjungtiva pucat (+)
Sklera ikterik (+)
Leher JVP (5-2)cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo Stem fremitus kanan tertinggal, Redup
dari ICS IV ke bawah, vesicular
menurun dari ICS IV ke bawah, ronki
basah atas kanan dan kiri, wheezing (-)
Jantung HR 80x/menit, regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba,
timpani, BU (+) N.
Ekstremitas Edema pretibial (-)
A Kasus baru TB Paru on OAT KAT I
fase intensif
Suspect tumor Paru dextra TxNxMx
DD/loculated pleural effusion posterior
Hyperuresemia
Syndrom Dyspepsia
Hypoalbuminemia
Hepatitis B kronik
P Istirahat
Edukasi pasien dan keluarga
Oksigen 3L/menit
Diet lambung III rendah purin
IVFD RL : D5% 31 gtt xxx/menit
(mikro)
OAT Kat I FDC 1x4 tab
Allopurinol 1x300 g
Donperidone 3x10
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 35/36
35
Omeprazole 1x20g
Vit B1, B6, dan B12 3x1
Rencana CT Scan ThoraxPeriksa darah rutin dan kimia klinik
ulang
Telah dilakukan sitologi sputum II
Tanggal 10 April 2012
S Semalam demam
O : Keadaan umum Sakit sedang
Kesadaran Compos mentis
Tekanan darah 130/80 mmHg
Nadi 80x/menit
Pernafasan 24x/menit
Temperatur 36.4 C
Kepala Konjungtiva pucat (+)
Sklera ikterik (+)
Leher JVP (5-2)cmH2O
Pembesaran KGB (-)
Thorax
Pulmo Stem fremitus kanan tertinggal, Redup
dari ICS IV ke bawah, vesicular
menurun dari ICS IV ke bawah, ronki
basah atas kanan dan kiri, wheezing (-)
Jantung HR 80x/menit, regular, murmur (-),
gallop (-)Abdomen Datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba,
timpani, BU (+) N.
Ekstremitas Edema pretibial (-)
A Kasus baru TB Paru on OAT KAT I fase
intensif
Suspect tumor Paru dextra TxNxMx
Hyperuresemia
Syndrom DyspepsiaHypoalbuminemia
5/17/2018 CASEEE - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/caseee 36/36
36
P Istirahat
Edukasi pasien dan keluarga
Oksigen 3L/menit
Diet lambung III rendah purinIVFD RL : D5% 3:1 gtt xxx/menit
(mikro)
OAT Kat I FDC 1x4 tab
Allopurinol 1x300 g
Donperidone 3x10
Omeprazole 1x20g
Vit B1, B6, dan B12 3x1
Telah dilakukan sitologi sputum III
Tunggu hasil CT-Scan
Tunggu hasil laboratorium