case tb + dm pkm tambora

18
1 BAB I LAPORAN KASUS I. IDENTITAS Nama : Tn. F Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 61 tahun Alamat : Jl. Latumenten RT 06/ RW 06 Pekerjaan : Tidak Bekerja Status perkawinan : Menikah Agama : Islam Pendidikan : SLTA Suku : Jawa Masuk RS : 25 Maret 2015 No MR : 3341/15 II. ANAMNESIS Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 Maret 2015 pukul 10.00 a. Keluhan Utama Pasien datang untuk kontrol gula darah b. Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke poli PTM Puskesmas Kecamatan Tambora untuk kontrol gula darah. Pada tanggal 27 februari 2015 pasien datang dengan keluahan batuk darah sejak ± 3 hari sebelum tanggal 27 februari 2015. Warna darah merah segar bercampur dengan dahak ± 100 cc, batuk lebih sering terjadi pada saat istirahat. Pasien sudah mengalami batuk berdahak ± 2 bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan dahak berwarna putih kental. Pasien juga mengaku adanya demam, demam yang dirasakan naik turun tidak beraturan. Pasien

Upload: dinda24

Post on 10-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas

TRANSCRIPT

Page 1: CASE TB + DM PKM TAMBORA

1

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. F

Jenis kelamin : Laki-laki

Umur : 61 tahun

Alamat : Jl. Latumenten RT 06/ RW 06

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Pendidikan : SLTA

Suku : Jawa

Masuk RS : 25 Maret 2015

No MR : 3341/15

II. ANAMNESIS

Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 25 Maret 2015 pukul 10.00

a. Keluhan Utama

Pasien datang untuk kontrol gula darah

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke poli PTM Puskesmas Kecamatan Tambora untuk kontrol gula darah.

Pada tanggal 27 februari 2015 pasien datang dengan keluahan batuk darah sejak ± 3 hari

sebelum tanggal 27 februari 2015. Warna darah merah segar bercampur dengan dahak ±

100 cc, batuk lebih sering terjadi pada saat istirahat. Pasien sudah mengalami batuk

berdahak ± 2 bulan yang lalu. Pasien mengeluhkan dahak berwarna putih kental. Pasien

juga mengaku adanya demam, demam yang dirasakan naik turun tidak beraturan. Pasien

Page 2: CASE TB + DM PKM TAMBORA

2

juga mengaku setiap batuk timbul nyeri di dada bagian kiri, nyeri dirasakan tajam namun

nyeri hilang saat tidak batuk. Kadang-kadang disertai sesak terutama saat batuk dan

berbaring, sesak tanpa bunyi “ngik”. Pasien mengeluh berkeringat banyak pada pagi dan

malam serta sering menggigil. Nafsu makan masih baik 3 kali sehari,pasien mengeluhkan

adanya mual namun tidak ada muntah, tidak ada nyeri ulu hati, pasien mengaku adanya

penurunan berat badan selama 6 bulan terakhir sekitar 14 kg. Pasien dirujuk ke RSUD

Cengkareng dan didiganosis TB paru. Saat ini pasien sedang dalam pengobatan TB paru

fase intensif.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku memiliki riwayat kencing manis ± sudah 2 tahun, pasien jarang

sekali menjaga makannya pada saat setelah didiganosis penyakit kenicng manis dan pasien

juga jarang kontrol akan penyakitnya. Pada saat sebelum didiganosis kencing manis pasien

mengaku mengeluhkan pasien sering merasa lapar dan banyak makan serta sering

terbangun di malam hari karena kencing selain itu pasien juga merasa sering sekali haus.

Serta terjadi penurunan berat badan dan kesemutan. Pasien menyangkal memiliki riwayat

penyakit darah tinggi, asma ataupun alergi baik terhadap obat-obatan ataupun terhadap

makanan.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengaku ayah pasien memang mempunyai penyakit kencing manis namun

pasien menyangkal keluarga memiliki penyakit yang lain seperti darah tinggi, alergi, dan

asma pada keluarga pasien. Namun pasien mengaku teman di tempat pekerjaan pasien

ada yang mengalami penyakit atau keluhan yang sama.

e. Riwayat Kebiasaan

Pasien mengaku merokok, tetapi saat ini sudah berhenti. Pasien tidak

mengkonsumsi alcohol dan tidak pernah mengkonsumsi narkoba. Os mengaku jarang

berolahraga, makan 3-4 kali/hari, dan suka begadang.

Page 3: CASE TB + DM PKM TAMBORA

3

III. PEMERIKSAAN FISIK

STATUS GENERALIS

Keadaan umum : tampak sakit ringan

Kesadaran : compos mentis

Tekanan darah : 100/70 mmHg

Nadi : 78 x/ menit

Pernapasan : 28 x/ menit

Suhu : 36,6 ˚ C

Status Gizi : Buruk

TB : 165

BB : 50

Sianosis : (-)

Dyspnoe : (-)

Edema : (-)

KEPALA

Normocephali, rambut hitam, tidak mudah rontok, distribusi merata

MATA

Pupil : Isokhor

Refleks cahaya : +/+

Konjungtiva : Anemis -/-

Sklera : Ikterik -/-

TELINGA

Bentuk : normal

Liang telinga : lapang

Serumen : -/-

Nyeri tarik auricular : -/-

Nyeri tarik tragus : -/-

HIDUNG

Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas

Septum : terletak ditengah dan simetris

BMI : 50/(1.65)2 = 18.3

UNDERWEIGHT

Page 4: CASE TB + DM PKM TAMBORA

4

Mukosa hidung : tidak hiperemis, konka nasalis eutrofi

Cavum nasi : perdarahan (-)

MULUT DAN TENGGOROKAN

Bibir : normal, tidak pucat,tidak sianosis

Gigi-geligi : lengkap

Mukosa mulut : oral hygiene cukup baik

Lidah : tidak kotor, deformitas (-)

Tonsil : T1/T1, tenang

Faring : hiperemis (-)

LEHER

KGB dan Tiroid TTM

THORAX

PARU

Inspeksi : simetris tidak ada hemithorax yang tertinggal, saat statis maupun

dinamis.

Palpasi : gerak simetris pada kedua hemithorax vocal fremitus +/+ suara kuat

Perkusi : sonor pada kedua hemithorax, batas paru-hepar pada sela iga IV pada line

midclavicularis dextra.

Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, rhonki -/+ minimal pada lapang paru atas,

wheezing -/-

JANTUNG

Inspeksi : tidak tampak pulsasi ictus cordis

Palpasi : ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas kanan jantung : ICS III,IV,V linea sternalis dextra

Batas kiri jantung : ICS V, 1 cm di lateral linea midclavicularis sinistra

Batas atas jantung : ICS II linea sternalis sinistra

Auskultasi : Bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)

Page 5: CASE TB + DM PKM TAMBORA

5

ABDOMEN

Inspeksi : datar, tidak terdapat striae dan kelainan kulit, tidak terdapat pelebaran

vena.

Palpasi : supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan (-)

Perkusi : timpani pada keempat kuadran abdomen, shifting dullness (-)

Auskultasi : bising usus 3x/ menit

EKSTREMITAS

Ekstremitas atas :

Kanan : tidak terdapat kelainan, akral hangat, oedem (-)

Kiri : tidak terdapat kelainan, akral hangat, oedem (-), terdapat tatto

Ekstremitas bawah :

Kanan : akral hangat, oedem (-)

Kiri : akral hangat, oedem (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 12 Maret 2015

HEMATOLOGI

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

Hemoglobin 15,4 g/dl P : 13 – 16, W : 12-14

Leukosit 10.2 Ribu/uL 5 – 10 ribu/uL

Trombosit 319 Ribu/uL 150 – 400 Ribu/uL

Hematocrit 47 % P : 40 - 48, W : 37-43

KIMIA DARAH

Pemeriksaan Hasil Satuan Rujukan

DIABETES

Glukosa 2 PP 354 Mg/dl <140

GDP 135 Mg/dl <110

HBA1C 9.1 % N : <6%

Page 6: CASE TB + DM PKM TAMBORA

6

Foto Thorax (12 Desember 2012)

SPS (16-19/03/2015)

Hasil : -/+/++

Foto rontgen

Diabetes :

-Terkontrol : <6.5%

-Terkontrol sedang : 6.5 – 8%

-Tidak terkontrol : >8%

FUNGSI GINJAL

Ureum 19 Mg/dl 15-50

Kreatinin 0.9 Mg/dl <1.4

Asam urat 5,4 Mg/dl P : 3,4 – 7,0, W: 3,0 – 5,7

FUNGSI HATI

SGOT 16 U/l W : < 31, P : < 35

SGPT 16 U/l W : < 34, P : < 45

PROFIL LIPID

Kolesterol total 143 Mg/dl <200

Trigliserida 137 Mg/dl <150

Kolesterol HDL 35 Mg/dl Rendah < 40

Kolesterol LDL Direct 80 Mg/dl <100

Page 7: CASE TB + DM PKM TAMBORA

7

V. Masalah dan Penkajian

1. TB paru Sinistra BTA (+) kasus baru

Batuk kering sudah 2 bulan

Keringat malam

Sesak nafas

Nyeri dada

Penurunan BB kurang lebih 14 kg dalam jangka waktu 6 bulan

Ronki -/+ pada lapang atas paru kiri

Tes sputum BTA (+)

Pada pemeriksaan rontgen ditemukan bercak infiltrate di lapang atas paru kiri

2. Diabetes Mellitus tipe 2 tidak terkontrol

Anamnesis : riwayat DM sudah 2 tahun

Penurunan BB kurang lebih 14 kg dalam jangka waktu 6 bulan

Pemeriksaan GDP: 135

Pemeriksaan GD2PP : 354

HBA1C : 9,1 %

VI. Penatalaksanaan

1. Non Medikamentosa

Asupan gizi yang baik dari BMI/IMT didapatkan 18.3 kurang gizi maka

perhitungan gizinya

- Kebutuhan EMB = 1 kal x 52 x 24 jam = 1248

- EMB + aktivitas fisik : 1.76 fisik x 1248 = 2196

- Tambahan kalori untuk menaikan BB = 500

- Total : 2196 + 500 = 2696 kal

2. Medikamentosa

Tiap hari selama 56 hari RHZE (150/75/400/275) 3 tablet 4KDT

Glimepiride 1 x 2 mg

Metformin 2 x 500 mg

Page 8: CASE TB + DM PKM TAMBORA

8

Vastarel 1 x1

VII. Prognosis

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Fungsionam: : dubia ad bonam

Ad sanationam : dubia ad bonam

Page 9: CASE TB + DM PKM TAMBORA

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis Paru

Definisi

Penyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri

Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga

dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert

Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi

nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch

Pulmonum (KP).(5)

Gambar 1. Dikutip dari(5)

Epidemiologi

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin,

atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus

baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan,

Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC

yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di

Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global

yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai

555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan

kasus baru.(5)

Page 10: CASE TB + DM PKM TAMBORA

10

Cara Penularan

Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri

Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak

sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan

terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang

dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau

kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ

tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-

lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.(5)

Gambar2. Dikutip dari(5)

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera

akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian

reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di

sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di

sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-

bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.

Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang

hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini

akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak

ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber

Page 11: CASE TB + DM PKM TAMBORA

11

produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang

mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC. Meningkatnya penularan

infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain

memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan

masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya

epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan

jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi

TBC.(5)

Gejala

Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul

sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus

baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.

Gejala sistemik/umum

Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari

disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat

hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan.

Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).

Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus

(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang

membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan

sakit dada.

Page 12: CASE TB + DM PKM TAMBORA

12

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat

dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar

cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai

meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan

kesadaran dan kejang-kejang.

Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui

adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan

penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan – 5

tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan

30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.(5)

Diagnosis

Dalam diagnosis dicantumkan status klinis, status bakteriologis, status radiologis dan

status kemoterapi

Pasien dengan sputum BTA positif:

ditemukan BTA sekurang-kurangnya pada 2 x pemeriksaan mikroskopik, atau

Satu sediaan sputum positif disertai kelainan radiologis yang sesuai dengan TB aktif,

atau

Satu sediaan sputum positif disertai biakan positif

Pasien dengan sputum BTA negatif:

tidak ditemukan BTA sedikitnya pada 2 x pemeriksaan

mikroskopik tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif, atau

Pada pemeriksaan tidak ditemukan BTA sama sekali, tetapi pada biakan positif

TB ekstra paru

Pasien dengan kelainan histologis atau/ dengan gambaran klinis sesuai dengan TB aktif

atau

Pasien dengan satu sediaan dari organ ekstra paru menunjukkan hasil bakteri M.

tuberculosae.(6)

Page 13: CASE TB + DM PKM TAMBORA

13

Penatalaksanaan

Pengobatan dibagi dalam 2 tahap yakni:

Tahap intensif (initial phase), dengan 4-5 macam obat per hari, dengan tujuan:

mendapatkan konversi sputum lebih cepat

menghilangkan keluhan dan mencegah efek penyakit lebih lanjut

Mencegah timbulnya resistensi obat

Tahap lanjutan (continuation phase), dengan hanya memberikan dua macam obat per

hari atau secara intermiten dengan tujuan menghilangkan bakteri yang tersisa dan mencegah

kekambuhan.

WHO berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori, yaitu:

Kategori I, ditujukan terhadap:

kasus baru dengan sputum positif

kasus baru dengan kerusakan parenkim yang luas

Kasus baru dengan bentuk TB ekstra paru berat

2 RHZE/ 4 RH (4R3H3) (6HE)

Kategori II:

kasus kambuh

kasus gagal dengan BTA positif

2 RHZSE/ 1 RHZE/ 5 R3H3E3

Kategori III:

kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas

kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I

2 RHZ / 4 RH (4R3H3) (6HE)(6)

Page 14: CASE TB + DM PKM TAMBORA

14

Diabetes Mellitus tipe 2

Definisi

Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa (gula sederhana) di

dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggung jawab dalam

mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga

bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Menurut kriteria diagnostik

PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita

diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200

mg/dL.Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan

kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam

sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-

140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun

karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi

progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak.

Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk

menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan

menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan.(7)

Etiologi

Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk

mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan respon yang tepat

terhadap insulin. Ada 2 tipe Diabetes Mellitus, yaitu:

1.Diabetes Mellitus tipe 1 (diabetes yang tergantung kepada insulin)

Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.

Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.

Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi

pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan

menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan

kecenderungan genetik.

Page 15: CASE TB + DM PKM TAMBORA

15

90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi

kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin

secara teratur.

2.Diabetes Mellitus tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung pada insulin, NIDDM)

Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal.

Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan

insulin relatif.

Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun

Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas dimana sekitar 80-90% penderita

mengalami obesitas.

Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga.(7)

Patofisiologi

Resistensi insulin berarti bahwa sel-sel tubuh tidak merespon tepat ketika insulin hadir.

Tidak seperti tipe 1 diabetes melitus, resistensi insulin umumnya "post-reseptor", yang berarti itu

adalah masalah dengan sel-sel yang merespon insulin daripada masalah dengan produksi insulin.

Lainnya yang berkontribusi faktor penting:

Peningkatan produksi glukosa hepatik (misalnya, dari glikogen -> konversi glukosa),

terutama pada saat yang tidak tepat (penyebab umum adalah gila tingkat insulin, seperti

yang mengontrol kadar fungsi ini dalam sel hati)

Penurunan glukosa dimediasi insulin transportasi di (terutama) otot dan jaringan adiposa

(reseptor dan post-reseptor cacat)

Gangguan fungsi sel beta-hilangnya-fase awal pelepasan insulin dalam respon terhadap

rangsangan hiperglikemik.

Tipe 2 mungkin tidak diketahui selama bertahun-tahun sebelum diagnosis, karena gejala

biasanya ringan (misalnya, tidak ada ketoasidosis, koma, dll) dan dapat sporadis. Namun,

komplikasi berat dapat hasil dari tidak benar dikelola diabetes tipe 2, termasuk gagal ginjal,

disfungsi ereksi, kebutaan, penyembuhan luka lambat (termasuk sayatan bedah), dan penyakit

arteri, termasuk penyakit arteri koroner. Onset tipe 2 telah paling sering terjadi pada usia

pertengahan dan usia lanjut, meskipun menjadi lebih sering terlihat pada remaja dan dewasa

Page 16: CASE TB + DM PKM TAMBORA

16

muda karena peningkatan obesitas anak dan tidak aktif. Jenis diabetes yang disebut MODY

semakin terlihat pada remaja, tapi ini diklasifikasikan sebagai diabetes akibat penyebab tertentu

dan bukan sebagai diabetes tipe 2.(8)

Gejala

Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent Diabetes

Melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh karena terjadinya

resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. Keadaan ini akan

menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali. Kegemukan dan riwayat

keluarga menderita kencing manis diduga merupakan faktor resiko terjadinya penyakit ini.

Insulin adalah hormon yang diproduksi oleh sel beta yang terdapat dalam pankreas. Pada

keadaan normal, kadar insulin dalam darah akan berfluktuasi tergantung kadar gula dalam darah.

Kadar insulin akan meningkat sesaat setelah makan dan akan menurun begitu kita tidak

memakan sesuatu. Fungsi utama insulin adalah mendistribusikan glukosa yang terdapat dalam

darah ke seluruh tubuh guna di metabolisme untuk menghasilkan energi. Bila kadar gula atau

glukosa yang ada melebihi kebutuhan maka kelebihan itu akan disimpan dalam hati. Simpanan

glukosa ini akan dilepaskan jika diperlukan misalnya saat tubuh kita kelaparan.(9)

Saat seseorang menderita diabetes melitus tipe 2 maka ada dua kemungkinan yang terjadi

yaitu, sel beta yang terdapat dalam pankreas produksi insulinya tidak mencukupi atau

produksinya cukup namun tubuh resisten terhadap insulin. Kedua keadaan ini akan menyebabkan

kadar glukosa dalam darah akan meningkat. Sangatlah penting untuk mengetahui gejala diabetes

melitus tipe 2 secara dini sebab semakin dini pengobatan dilakukan maka akan semakin bagus

hasilnya dan semakin kecil kemungkinan terjadinya komplikasi. Berikut adalah beberapa gejala

diabetes melitus tipe 2 yang patut kita waspadai.(9)

Kelelahan yang luar biasa merupakan gejala yang paling awal dirasakan oleh penderita

diabetes melitus tipe 2. Pasien akan merasakan tubuhnya lemas walaupun tidak melakukan

aktifitas yang tidak terlalu berat. Jadi, bila anda selalu merasa lelah dan mengantuk meskipun

sebelumnya anda tidak begadang, ada baiknya anda segera menemui dokter.(9)

Penurunan berat badan secara drastis. Jika anda memakan makanan yang berlebihan

maka tubuh anda akan semakin gemuk. Kelebihan lemak dalam tubuh akan menyebabkan

resistensi tubuh terhadap insulin meningkat. Pada orang yang telah menderita diabetes, walaupun

Page 17: CASE TB + DM PKM TAMBORA

17

ia makan makanan secara berlebihan tubuhnya tidak menjadi gemuk dan malah mengurus hal ini

disebabkan karena otot tidak mendapatkan cukup energi untuk tumbuh.(9)

Gangguan penglihatan. Kadar gula yang tinggi dalam darah akan menarik cairan dalam

sel keluar, hal ini akan menyebabkan sel menjadi keriput. Keadaan ini juga terjadi pada lensa

mata, sehingga lensa menjadi rusak dan penderita akan mengalami gangguan penglihatan.

Gangguan penglihatan ini akan membaik bila diabetes melitus berhasil ditangani dengan baik.

Bila tidak tertangani, gangguan penglihatan ini akan dapat memburuk dan menyebabkan

kebutaan.(9)

Sering terinfeksi dan bila luka sulit sekali sembuh. Keadaan ini bisa terjadi karena kuman

tumbuh subur akibat dari tingginya kadar gula dalam darah. Selain itu, jamur juga sangat

menikmati tumbuh pada darah yang tinggi kadar glukosanya.(9)

Page 18: CASE TB + DM PKM TAMBORA

18

BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Bahar,A, Amin, Z. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III: Tuberkulosis Paru. Edisi 5.

Hal 2230-39. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2009.

IPD

2. Slamet, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III: Diagnosis dan Klasifikasi DM. Edisi

5. Hal 1880-83. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.2009.

IPD

3. Aditama, TY,. Chairil, AS,. 2002. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. Jakarta : Perkumpulan

Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia.

4. Daniel, M. Thomas. 1999. Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu penyakit dalam Edisi 13

Volume 2. Jakarta : EGC : 799-808

5. Medicastore.com. Informasi lengkap tentang TBC. Available at:

http://medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.html. Accesed on 21 Desember 2012

6. Kotak medis. Tuberculosis paru. Available at:

http://www.kotakmedis.com/2011/11/tuberkulosis-paru/. Accesed on 22 Desember 2012.

7. Medicastore.com. Diabetes The Silent Killer. Available at:

http://medicastore.com/diabetes/penyebab_diabetes_mellitus.php. Accesed on 23

Desember 2012.

8. Diabetes Melitus Tipe 2 Patofisiologi. Available at: http://www.news-

medical.net/health/Diabetes-Mellitus-Type-2-Pathophysiology-(Indonesian).aspx.

Accesed on 24 Desember 2012.

9. Blog Dokter. Tanda dan Gejala Kencing Manis (Diabetes Melitus tipe 2). Available at:

http://www.blogdokter.net/2008/08/09/tanda-dan-gejala-kencing-manis-diabetes-melitus-

tipe-2/. Accesed on 25 Desember 2012.