media komunikasi community tb care ‘aisyiyah...

12
BERITA KOMUNITAS PEDULI TB Media Komunikasi Community TB Care ‘Aisyiyah “MENGUPAYAKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI TB” Edisi XIV, September 2015 SIAGA SATU MEREBAKNYA TB-DM Ibu Masfufah Sambil Berdagang, Cari Suspek Penanggulangan TB-HIV ‘Aisyiyah di Perbatasan Papua-PNG

Upload: donhan

Post on 07-Feb-2018

221 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

BERITA KOMUNITAS PEDULITBMedia Komunikasi Community TB Care ‘Aisyiyah

“MENGUPAYAKAN KEMANDIRIAN MASYARAKAT DALAM MENANGGULANGI TB”

Edisi XIV, September 2015

SIAGA SATUMEREBAKNYATB-DM

Ibu MasfufahSambil Berdagang,Cari SuspekPenanggulangan TB-HIV‘Aisyiyah di PerbatasanPapua-PNG

SUSUNAN REDAKSI

PENASIHAT

Prof. DR. Chamamah Soeratno, MscDra. St Noordjanah Djohantini, MM, MSi

Dr. Atikah M. Zaki, MARS

DEWAN REDAKSIDra. Noor Rochmah PratiknyaDr. Samhari Baswedan, MPA

ACSM PR TB ‘AisyiyahPENANGGUNG JAWAB

PELAKSANA Tim Teknis ACSM PR TB ‘Aisyiyah

KONTRIBUTOR TULISAN DAN FOTOSR Community TB Care ‘Aisyiyah

ILUSTRASI / KARIKATURSuherman

TATA LETAKNiken Pratiwi

PENGADAANPSM PR TB ‘Aisyiyah

ALAMAT REDAKSIJalan Dukuh Patra No.25Menteng Dalam, Tebet

Jakarta Selatan.Kode Pos 12870

Tlp/Fax (021) 8296478

Website: www.pr-tbaisyiyah.or.id; http://www.tbcareaisyiyah.org

@InfoTB_Aisyiyahinfotb Aisyiyah

cover : pattyintimidation.blogspot.com

AUTHORIZED PRINCIPAL RECIPIENT TB ‘AISYIYAH

DRA NOOR ROCHMAH PRATIKNYA

DARI REDAKSI

Edisi kali ini mengangkat tema TB-DM. Ini bukan isu baru memang, namun dirasakan penting mengingat ancaman bertambahnya pasien TB, melalui jalur pasien yang terlebih dahulu terjangkit penyakit kronis diabet. Bila penanganannya tidak dilakukan dengan baik, dikhawatirkan pasien TB-DM akan makin bertambah. Dalam laporan utama ini, selain up date seputar TB-DM, juga disajikan tips-tips pencegahannya (hal 4-5) dan dilengkapi dengan wawancara dengan figur terkait. Data dunia untuk TB-DM berikut informasi penting seputar TB-DM juga disajikan dalam halaman 6.

Di halaman 3, diulas kembali Talk Show tentang Indonesia Bebas TB di arena Muktamar ‘Aisyiyah ke-47. Talk Show yang menampilkan Authorized Principal Recipient TB ‘Aisyiyah berikut nara sumber kompeten ini diharapkan semakin membuka mata pentingnya program ini untuk masyarakat luas. Diharapkan memantik kesadaran dan semakin meningkatkan kerjasama berbagai

pihak untuk bersama-sama menanggulangi TB.

Di halaman 7, disajikan tulisan bagaimana pengembangan program TB yang didanai dari fund rising dan dikerjasamakan dengan berbagai eksponen lembaga masyarakat di perbatasan Papua-PNG. Sungguh menarik mereka harus menembus gunung-gunung dan dataran yang belum bisa dilewati kendaraan roda empat demi untuk memberikan layanan kesehatan dan bhakti sosial.

Pengembangan KMP di Kebon Pala yang dibina oleh SR PKPU (hal 11) menginspirasi lapisan masyarakat yang semakin sadar pentingnya kesehatan mandiri terkait TB. Dan akhirnya kisah kader berprestasi dan pasien yang telah sembuh masing-masing di halaman 8 dan 9, mudah-mudahan semakin menyemangati semua kader dan pembaca budiman untuk terus bekerja yang terbaik. Akhirnya selamat membaca dan terus berkarya.

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya atas rahmat dan hidayah-Nya, aktivitas kita bisa berjalan dengan lancar dan penuh keberkahan. Baru saja ‘Aisyiyah menggelar acara penting Muktamar ke-47 di Makassar, Agustus lalu. Banyak agenda yang dibahas dalam gelaran acara kolosal lima tahunan ini. Dalam kegiatan tersebut, berbagai laporan kegiatan baik Pimpinan Pusat dan Wilayah dipertanggung jawabkan. Melalui program TB ini , peran ‘Aisyiyah dalam mengedukasi umat semakin kokoh. Eksistensi tradisionalnya sebagai sayap perempuan Muhammadiyah yang utamanya berkhidmat di bidang pendidikan, sosial-keagamaan, dan kesehatan, kini semakin kukuh dengan keterlibatannya dalam isu-isu kesehatan nasional. ‘Aisyiyah telah berhasil mengepakkan sayap dengan memberikan konstribusi nyata menggarap lahan yang dulu diakui atau tidak lebih menjadi domain Pemerintah. Namun begitu peran tanggung jawab

ini diambil, haruslah disadari tantangan ‘Aisyiyah semakin besar. Khusus untuk pemberantasan TB, meskipun kita bisa memenuhi dan bahkan melampaui target yang diberikan donor, namun harus disadari perkembangan TB yang berasosiasi dengan penyakit HIV, diabet (DM), TB-MDR semakin meluas. Ini artinya perlu penanganan penyakit yang makin kompleks dan usaha sosialisasi kepada masyarakat dan gerakan penanggulangan hingga penyembuhan yang lebih masif dan terarah. Disinilah pentingnya TB Care ‘Aisyiyah perlu terus menjalin networking dan melanjutkan lobi-lobi besar kepada eksekutif dan legislatif, agar program pemberantasan TB bisa diusung dari berbagai sisi dengan sumber daya manusia yang terlatih dan pendanaan yang maksimal. Karena itu, saya mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan baik di pusat maupun daerah yang telah bekerja keras demi mewujudkan Indonesia bebas TB. Demi Indonesia yang lebih baik, demi anak cucu yang lebih sehat dan sejahtera, dan yang tak kalah penting, menjadikan kerja ini sebagai lahan ibadah kepada Allah SWT. Pada kesempatan yang dihadiri ratusan ribu peserta dan penggembira dari pelosok nusantara, Community TB Care ‘Aisyiyah juga menggelar berbagai kegiatan, seperti pameran, games dan edukasi TB , Talk Show Indonesia Bebas TB serta penayangang Vidiotron kegiatan TB di sekitar arena muktamar. Hal ini dilakukan untuk terus memperluas upaya penaggulangan TB di masyarakat hingga Indonesia bebas TB.

Wassalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Dra Noor Rochmah PratiknyaAuthorized Principal Recipient TB ‘Aisyiyah

DARI REDAKSI

SIDOBINANGUN

02Edisi XIV, September 2015

ARTIKEL 03Edisi XIV, September 2015

Gegap gempita muktamar ke-47 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah diwarnai dengan berbagai program menarik. Ada Festival Theme Song, Pawai Ta’aruf dan Kendaraan Hias, Pameran Muktamar, dan

Jambore Nasional. Namun belumlah cukup melihat semaraknya, tanpa menyebut acara diskusi dan pencerahan yang menginspirasi publik. Apalagi kalau bukan, Talk Show yang digelar oleh Community TB Care ‘Aisyiyah yang membedah persoalan seputar Tubercolosis (TB).

Kegiatan yang mengangkat tema “Ayo Lakukan Sesuatu untuk Indonesia Bebas TB”, ini digelar di arena pameran dan bazar Muktamar Muhammadiyah/ ‘Aisyiyah, di Monumen Mandala, Jl. Jend. Sudirman, Makassar, Rabu, 5 Agustus 2015. Disebut mearik karena menghadirkan mereka yang kompeten di bidangnya. Ada Authorized Principle Recipient (APR) TB Care ‘Aisyiyah, Dra Noor Rochmah Pratiknya, dokter Munawarah, Kader TB, Siti Ihsaniyah, dan mantan pasien TB, Fitri.

Dalam kesempatan itu, Noor Rochmah menjelaskan latar belakang program TB Care ‘Aisyiyah yang tahun ini mengangkat tema “Ayo Lakukan Sesuatu Untuk Indonesia Bebas TB”. Tema ini dipilih untuk mendorong semua instansi dan masyarakat meningkatkan kesadaran dan kapasitasnya terlibat langsung serta berkolaborasi dalam upaya penanggulangan TB. Dengan semakin besarnya dukungan bagi upaya penanggulangan TB ini diharapkan apa yang menjadi cita-cita kita bersama yakni mewujudkan Indonesia bebas TB tidak jauh panggang dari api. Berdasarkan data WHO, jelasnya, Indonesia berada pada urutan ke-3 terbanyak penderita TB dunia.

Karena itu, lanjutnya, banyak bentuk kegiatan kongkrit yang menjadi perhatian Community TB Care ‘Aisyiyah itu antara lain, kegiatan penyadaran masyarakat (di antaranya melalui talk show), memperluas jaringan mencari suspek (berbagai penyuluhan di sekolah, kampus, balai desa, kelompok profesi), kegiatan pelayanan kesehatan langsung, hingga kegiatan yang mendorong masyarakat berpartisipasi aktif seperti pengumpulan dana (fund rising). “Kita sudah melakukan upaya-upaya kongkrit sejak mulai pencarian suspek, hingga pendampingan pasien TB hingga sembuh. Semua itu dilakukan oleh kader dan Pengawas Menelan Obat (PMO),” ungkapnya.

Perjuangan untuk sembuh dari penyakit TB tidaklah mudah. Ini bukan hanya disiplin pasien dalam meminum obat, tapi juga dukungan orang-orang terdekat yang memberikan dorongan ampuh untuk sembuh. Hal itu diakui oleh Fitri, penderita penyakit TB yang kini sudah dinyatakan sembuh. “Saya sempat dikucilkan,” tuturnya. Penyakit TB dalam masyarakat tertentu memang sering diasosiasikan dengan stigma miring penderita yang jauh dari kebenaran. Lantaran itu, orang kedua yang mendampingi si sakit menjadi vital. Peran inilah yang dijalankan kader TB dan PMO. “Berkat pendampingan yang konsisten, Alhamdulillah suami saya sembuh,” tutur St. Ihsaniyah.

Kegiatan ini dihadiri oleh sekitar 200-an orang, dari Gowa, Pinrang, Wajo, Sidrap, Soppeng dan Makassar, bahkan ada peserta dari Lampung, Sumatera Utara dan Bengkulu. Perjuangan ‘Aisyiyah memberantas TB patut diacungi jempol, sebab hingga saat ini, belum ada negara yang bebas dari TB. Dalam Global Report Tuberculosis 2014 yang dikeluarkan Organisasi kesehatan Dunia (WHO), pada 2013, diperkirakan ada sekitar lebih 9 juta kasus TB di dunia, termasuk kasus TB pada penderita HIV. Penyakit ini adalah pembunuh nomor dua setelah HIV yang pada 2008 menyebabkan 1,8 juta kematian. Menyedihkan, bahwa sepertiga dari 9 juta kasus belum tersentuh pelayanan medis.

1. India2. Cina3. INDONESIA4. Nigeria5. Afrika Selatan

MUKTAMAR ‘AISYIYAH 47

NEGARA DENGANPENDERITA TB TERBESAR

TALK SHowINDoNESIA BEBAS TB

6. Bangladesh7. Ethiopia8. Pakistan9. Filipina10. Kongo

LAPORAN UTAMA

Meskipun tidak dinisbahkan sebagai penyakit penyebab kematian manusia di urutan pertama dunia, penyakit TB tetaplah momok yang menakutkan. Situs Healthline.com menempatkan penyakit

ini di urutan ke-10 penyakit paling berbahaya dan bertanggung jawab atas melayangnya hampir sejuta jiwa penduduk dunia pada tahun 2012. Berada pada urutan pertama dan kedua adalah penyakit jantung dan stroke yang merenggut nyawa masing-masing sebesar 7,4 juta dan 6,7 juta jiwa. Sementara penyakit gula atau bahasa medisnya Diabetes Mellitus (DM) yang banyak dijumpai di Indonesia, berada di peringkat ke-8 dan diperkirakan menjadi penyebab kematian bagi 1,5 juta jiwa penduduk dunia.

Lantas, bagaimana bila dua penyakit ini, penyakit TB dan DM bertemu dalam diri seorang pasien? Nah, ini dia yang ditakutkan. Karena dua jenis penyakit ini bisa makin memperlemah pasien. Seorang penderita DM akan lebih mudah terinfeksi oleh Mycobacterium tuberculosis, bakteri penyebab TB. “DM bersifat kronis dan cenderung sistem kekebalan tubuh penderita menurun sehingga memiliki kemungkinan faktor resiko tiga kali lebih tinggi untuk menderita TB aktif,” jelas drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH, Kasubdit Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik, Direktorat PPTM, Kemenkes.

Tidak heran bila paramedis maupun aktivis yang bergelut dalam penanggulangan TB ketar-ketir karena menurut sebuah jurnal ilmiah yang dipublikasikan di Webmed Central Infectious Diseases, diperkirakan terjadi percepatan jumlah penderita TB-DM. Pada tahun 2011 jumlahnya “baru” 285 juta jiwa, namun 15 tahun ke depan bakal naik dua kali lipat menjadi 438 juta.

Pertanyaannya, sudahkah kita siap? Sudahkah kita mengantisipasi bahaya sinergi (komorbid) dua penyakit ini di Indonesia? Inilah kenapa TB-DM perlu diwaspadai, selain TB-HIV. Setidaknya karena beberapa alasan berikut. Pertama, kedua penyakit tersebut, seperti diungkapkan periset Palomino CJ dkk (2007), seringkali ditemukan secara bersamaan pada diri pasien, yaitu sekitar 42,1%, terutama pada orang dengan risiko tinggi menderita TB.

Kedua, penyakit DM ditengarai mempengaruhi gejala klinis TB serta berhubungan dengan respons lambat pengobatan TB dan tingginya mortalitas, serta terjadi peningkatan reaktivasi TB pada penderita DM. Ketiga, sebaliknya, menurut Dooley dan Chaisson (2009 yang dikutip oleh Prameswari, 2013) penyakit TB dapat memicu terjadinya “intoleransi glukosa dan memperburuk kontrol glikemik pada pasien dengan DM”.

Singkat cerita, menjadi gamblang bagi kita upaya pencegahan dan pengendalian TB-DM sangat penting untuk menurunkan tingkat kematian. Lantaran itu, penting untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara DM dan TB. Termasuk, bagaimana melihat gejalanya, pencegahan dan pengobatannya.

Keterkaitan DM-TB

Menurut Prameswari (2013), gelombang industrialisasi dan urbanisasi menjadi pemicu meningkatnya angka obesitas dan diabetes. Kalau dulu dunia khawatir kelaparan, saat ini justru penyakit berawal dari kelebihan makanan yang dikonsumsi yang ditengarai menyebabkan DM. Lompatan perkembangannya cukup mengkhawatirkan, bila tahun 2000 terdapat sekitar 171 juta penderita DM, diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 366 – 440 juta di tahun 2030.

Yang perlu dicatat, tiga perempat dari jumlah penderita diabetes tersebut hidup di negara berkembang. Indonesia sebagai Negara

berkembang tidak terlepas dari kekhawatiran ini. “Di Indonesia jumlah kasus DM diproyeksikan meningkat dari 9,1 juta pada tahun 2013 dan akan menjadi 21,9 juta kasus pada tahun 2030,” ungkap Dyah. Perkembangan pesatnya penyakit DM ini, tegas Dyah, akan menjadi ancaman bagi peningkatan penderita penyakit TB.

Sebaliknya, mereka yang terjangkit TB juga berpotensi terkena penyakit DM. Hasil penelitian yang dilakukan Alisjahbana dkk (2006) ditemukan 13% pasien TB ternyata memiliki DM. Dari jumlah ini ternyata 60% didiagnosis sebagai pasien DM baru. Hasil yang senada juga ditemukan di Tanzania. Di Tanzania dari 506 pasien TB paru dengan sputum bakteri tahan asam (BTA) positif, 9 di antaranya diketahui menderita DM.

Diagnosa dan Tatalaksana

Secara klinis, menurut Cahyadi dan Venti (2011), keluhan pada pasien DM dan TB bisa diketahui. Misalnya, pada pasien DM terjadi penurunan berat badan, badan terasa lemah, kesemutan, gatal, pandangan kabur, dan disfungsi ereksi pada pria. Sementara pasien yang terkena penyakit TB (khususnya paru) bisa diketahui dari sputum atau jaringan paru biakan.

Seberapa besar peluang pasien DM yang juga menderita TB akan berakhir dengan kematian? Sebelum ditemukan terapi dengan insulin, sebagian besar pasien DM akan meninggal karena TB paru bila mereka berhasil bertahan dari koma diabetes. Setelah diperkenalkan terapi insulin pada tahun 1922, TB masih tetap menjadi ancaman yang serius dan mematikan pada pasien DM. Namun, dengan pengobatan anti-TB yang efektif, proses penyembuhannya lebih baik.

Masih menurut Cahyadi dan Venti (2011), prinsip pengobatan TB paru pada pasien DM serupa dengan yang bukan pasien DM, dengan syarat kadar gula darah terkontrol. Prinsip pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT) dibagi menjadi dua fase, yaitu fase intensif yang berlangsung selama 2-3 bulan dan dilanjutkan dengan fase lanjutan selama 4-6 bulan. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pengobatan TB paru pada pasien DM, salah satunya adalah kontrol kadar gula darah dan efek samping obat anti-tubercolosis (OAT).

Namun demikian, seperti kata pepatah, mencegah lebih baik dari pada mengobati. Karena itu, tips-tips yang diberikan drg. Dyah berikut baik untuk disosialisasikan.

SIAGA SATUMEREBAKNYA TB-DM

04

• Menemukan penderita TB secara dini pada penyandang DM melalui screening saat didiagnosis DM dan setiap kunjunganlayanan DM

• Konsumsi makanan yang bergizi dan seimbang

• Latihan fisik (olahraga) secara teratur

PADA PENDERITA DMPENCEGAHAN TB

• Jaga lingkungan dan kebersihan rumah agar tidak lembab, sinar matahari dapat masuk

• Menutup mulut saat batuk dan bersin dengan sapu tangan atau masker

• Tidak meludah di sembarang tempat

Edisi XIV, September 2015

Drg. Dyah Erti Mustikawati, MPH, Kasubdit Pengendalian Diabetes Melitus dan Penyakit Metabolik, Direktorat PPTM, Kemenkes.

Apakah pengobatannya sama dengan mereka yang terkena hanya penyakit TB saja?Pada prinsipnya pengobatan TB-DM adalah sama dengan pengobatan TB tanpa DM.

Apa saja yang kira-kira bisa dikerjasamakan dengan komunitas seperti TB Care ‘Aisyiyah?Peran komunitas adalah terlibat dalam menyampaikan informasi untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang TB dan DM sehingga dapat ditemukan secara dini, diobati dan cara pencegahan. Komunitas juga juga bisa berperan mempromosikan dan melakukan penjangkauan langsung kekeluarga maupun lewat posbindu. Mendorong seluruh Keluarga dengan TB Atau DM, diarahkan untuk dirujuk ke Puskesmas untuk pemeriksaan skrining.

Berapa target Pemerintah sampai bisa mengurangi atau mengikis penyakit ini tahun lalu (2014)?Target khusus kasus TB-DM pemerintah belum ada. Namun pemerintah merekomendasikan bahwa semua pasien TB diskrining DM dan semua penyandang DM diskrining TB untuk menemukan kasus dan diobati sedini mungkin sesuai standar untuk menurunkan resiko kematian dan kekambuhan setelah pengobatan. Permasalahan Utama adalah mencoba menjangkau 70 persen pasien DM (70%x 9,1 juta = sekitar 6 juta) yang belum terdiagnosis dan 2/3 pasien TB yang belum terjangkau (2/3 x 1.000.000). Upaya Utama diarahkan unt secara aktif menjangkau mereka dan merujuk agar dapat dilakukan bidirectional skrining untuk menurunkan beban akibat TB-DM.

05

Berapa perkiraan jumlah penderita TB di Indonesia saat ini (2015)?Dari jumlah itu, berapa persen yang berkembang atau terkena DM?Berdasarkan Global Report TB tahun 2013 estimasi jumlah kasus baru TB di Indonesia sebesar 460.000 kasus, berdasarkan hasil SP TB 2013 sebesar 1 juta kasus dalam setahun sedangkan untuk jumlah kasus TB-DM belum ada laporan secara nasional. Penelitian yang dilakukan oleh Alisyahbana dkk, pada tahun 2013 di RS Hasan Sadikin dan klinik PPTI menemukan 13,2% pasien TB juga menderita DM dan Register TB-DM di 7 RS di Indonesia tahun 2014 yang dilakukan Balitbang Depkes menemukan 14,9% pasien TB juga menderita DM.

Di daerah mana saja penyebaran penyakit komorbid TB-DM ditemukan paling besar di Indonesia?Belum ada laporan secara nasional atau survei khusus tentang TB-DM di Indonesia, sehingga belum bisa diketahui di daerah mana jumlah kasus TB-DM terbesar.

PENDERITA DMBERISIKoTIGA KALI LIPATTERjANGKIT TB

Imag

e : w

ww

.thej

oint

blog

.com

Edisi XIV, September 2015

LAPORAN UTAMA

FAKTA TB-DM

FAKTA TB FAKTA DM

06

• Lebih dari 9 juta orang terjangkit TB tiap tahun• Lebih dari 1.5 juta meninggal karena

TB, sebagian besar korban di Negara berkembang

• Satu dati tiga orang terinfeksi TB laten. Mereka seumur-umur menanggung resiko berkembangnya TB dan bisa terjangkit secara aktif TB

• Diperkirakan 350 juta orang terkena diabet• Prevalensi diabet serupa baik di Negara-

negara maju maupun miskin• Lebih dari 80% kematian akibat DM terjadi

di Negara berpendapatan rendah maupun menengah

• Diperkirakan prevalensi DM dunia meningkat hingga 50% pada tahun 2030

HUBUNGAN ANTARA TB DAN DM• Orang yang memiliki kekebalan tubuh lemah,

akibat penyakit DM kronis, berisiko tinggi berkembangnya TB dari laten ke aktif

• Orang yang menderita DM 2-3 kali lebih berisiko disbanding orang yang tidak menderita DM

• Sekitar 10% kasus TB secara global terkait dengan DM

• Prosentasi yang besar penderita DM dan TB tidak terdiagnosa, atau terlambat terdiagnosa. Deteksi dini membantu peningkatan perawatan dan control kedua penyakit ini.

• Semua orang yang terkena TB harus discreening DM

• Screening ini perlu dipertimbangkan, khususnya di daerah yang memiliki prevalensi TB yang tinggi

• Pasien DM yang didiagnosa TB berisiko lebih tinggi mengalami kematian selama pengobatan TB dan TB bisa kambuh setelah pengobatan

• Diabetes diperumit oleh adanya penyakit menular, termasuk TB. Penting perawatan yang tepat untuk diabetes disediakan untuk orang-orang yang menderita TB /DM

APA YANG BISA DILAKUKAN ?

Sumber: WHO http://www.who.int/tb/publications/diabetes_tb.pdf

MEMBANGUN MEKANISME1• Mengatur sarana koordinasi DM dan kegiatan

TB• Melakukan pengawasan prevalensi penyakit

TB di antara orang-orang dengan DM di daerah yang tingkat terjangkitnya menengah dan tinggi.

• Melakukan pengawasan prevalensi diabetes pada pasien TB di semua negara

• Melakukan monitoring dan evaluasi kerjasama terkait DM dan kegiatan TB

MENDETEKSI DAN MENGELoLA TB PADA PENDERITA DM3• Screening Pasien TB untuk DM• Memastikan pengelolaan DM berkualitas tinggi di antara pasien TB

MENDETEKSI DAN MENGELoLA2• Mengintensifkan deteksi TB di antara orang

dengan diabetes• Pastikan pengendalian infeksi TB di fasilitas

pelayanan kesehatan di mana penyakit DM dikelola

• Memastikan pengobatan dan pengelolaan TB berkualitas tinggi pada orang dengan DM

KERjASAMA TB PADA PENDERITA DM

FAKTA TB-DM

Edisi XIV, September 2015

Penanggulangan TB-HIV ‘Aisyiyah di Perbatasan Papua-PNG

PENGEMBANGAN PROGRAM ‘AISYIYAH

Mendengar kata Papua, orang akan terbayang kekayaan alamnya yang melimpah, yang dibarengi dengan kondisi geografisnya yang bergunung-gunung dan sulit dijangkau. Namun, kendala

ini tidak menyurutkan peran ‘Aisyiyah. Sejak tahun 2009, organisasi yang mengedepankan program keagamaan, pendidikan, sosial, dan kesehatan ini sudah melakukan program penanggulangan TB di Papua melalui TB Care ‘Aisyiyah.

Bahkan, program yang digalakkan Tb Care ‘Aisyiyah ini tidak hanya menyentuh kota besar seperti Jayapura saja, tapi juga merambah hingga pelosok di perbatasan, seperti yang dilakukan di Kampung Mosso. Kampung ini terletak di Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, berbatasan langsung dengan Papua New Guinea (PNG).

Melihat medannya sangat sulit, karena belum bisa dijangkau dengan kendaraan roda empat.Tentu, TB Care ‘Aisyiyah di Jayapura tidak bisa melakukan kegiatan sosial dan kesehatan sendiri, melainkan bersama-sama dengan dukungan organisasi non Pemerintah (NGO) maupun Dinas Kesehatan setempat. Karena itu kegiatan ini tidak semata-mata untuk penyuluhan tentang TB tapi untuk keperluan yang lebih besar sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat, yakni penyuluhan pemberantasan TB sekaligus juga HIV/AIDS. “Ada juga pengobatan masal, pembagian sembako dan pemberian makanan tambahan (PMT) kepada pasien TB-HIV,” ungkap Pengurus Wilayah ‘Aisyiyah Papua Endang S. Handayani, M.Pd. Selain itu, layanan juga diberikan kepada masyarakat yang ingin melakukan Konseling dan Tes Sukarela (voluntary counseling and testing atau VCT) untuk HIV/AIDS.

Kegiatan ini didanai dari hasil fundraising sendiri dan dukungan mitra antara lain PKBI, Dompet Dhuafa, Puskesmas SKOW (untuk membantu pengobatan massal), dan Lazismu Kota Jayapura.Selain itu TB Care ‘Aisyiyah melibatkan Kader-Kader TB yang tergabung di Kelompok Masyarakat Peduli (KMP) TB Jopalala yang berada di Distrik Muara Tami.

Masyarakat Kampung Mosso menggunakan dua bahasa, bahasa Indonesia dan bahasa PNG. Menurut keterangan seorang warga disana, mereka lebih sering ke PNG untuk memerikasakan kesehatan. Dokter diPuskesmas SKOW kadang sulit dijumpai. “Kami sudah jauh-jauh berjalan kaki menuju Puskesmas, tetapi apa yang kami dapatkan hanya lelah dan kecewa,” keluh Mama Elizabet, warga setempat. Karena itu banyak warga

07

yang sangat antusias, begitu mendapat pelayanan kesehatan. Dan di luar dugaan, semua warga yang melakukan pemeriksaan kesehatan secara umum, juga mau untuk diperiksa terkait HIV.“Ini yang kami harapkan, karena Kampung Mosso merupakan wilayah perbatasan yang sangat rentan dengan HIV/AIDS,” tutur dr. Trisna yang bertugas di Puskesmas SKOW.

Masyarakat di Kampung Posso masih sulit diajak berkumpul. Karena itu untuk merangsang animo mereka, kegiatan sosial ini juga dilakukan pemberian sembako.Penduduk kampung Mosso yang rata-rata bekerja sebagai petani sangat gembira dengan bantuan ini. Paket sembako diperoleh dari bantuan Lazismu Kota Jayapura, yang pada kesempatan itu juga menyerahkan PMT untuk Pasien TB-HIV. Beruntung sekali, program ini juga disokong oleh satuan TNI. Medan yang begitu sulit untuk dijangkau, kehadiran mereka menawarkan bantuan untuk mengangkut sembako ke Kampung Mosso, sangat diapresiasi.

Kedepan, TB Care ‘Aisyiyah berharap bisa menggalang pendanaan dari perusahaan-perusahaan yang biasanya dialokasikan untuk CSR (corporate social responsibility). Di samping itu, agar komunikasinya menjangkau masyarakat lebih luas, akan bekerjasama dengan media (TV dan radio) agar program-programnya bisa diakses masyarakat luas.

Edisi XIV, September 2015

KISAH KADER TB KOMUNITAS

Masfufah begitu ia biasa dipanggil. Ibu yang tinggal di Desa Langgen, Kecamatan Adiwerna, Tegal, ini sehari-hari berprofesi sebagai pedagang keliling. Sore hari,

Ia menyempatkan waktunya untuk mengajar anak–anak baca tulis al-Qur’an di salah satu TPQ Aisyiyah di Tegal. Di tengah kesibukannya itu, ia kemudian bergabung menjadi kader TB sejak September 2014. Bermula ketika SSR TB Care Aisyiyah menyelenggarakan acara Retraining untuk menggantikan kader TB yang kurang aktif di Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal.

Ini adalah kali pertamanya berkecimpung di bidang kesehatan. Karena itu, ia sangat antusias menjalankan multi peran sebagai pedagang, pendidik, sekaligus penyuluh. “Banyak kendalanya, terutama rasa tidak percaya masyarakat. Banyak dari mereka yang menganggap penyuluhan saya sekadar jurus untuk melancarkan jualan obat yang saya bawa,” ungkapnya menyayangkan.

Meski mendapat respon kurang simpati di awalnya, namun ia pantang menyerah. Ia terus memberikan penyuluhan tentang apa itu TB dan bahayanya yang ditimbulkan jika tidak ditangani dengan benar, sambil berkeliling dari rumah ke rumah menawarkan dagangan.

Kecamatan Adiwerna tempat ia tinggal, merupakan salah satu kantung TB di Kabupaten Tegal. Mata pencaharian penduduknya kebanyakan buruh pabrik kerupuk, pabrik tahu, buruh konfeksi dan industri logam. Tidak heran bila mereka rentan sekali terkena TB.

Ibu MasfufahSambil Berdagang, Cari Suspek

08

Namun tidak mudah untuk menaklukkan hati sekaligus menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepadanya. Apalagi saat meminta mereka untuk memeriksakan ke UPK. “Ada-ada saja alasannya. Dari tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai buruh dan takut jika dimintai bayaran,” ungkapnya.

Dengan usaha keras akhirnya satu demi satu para suspek TB mau diajak berobat. Ia dengan senang hati bolak-balik mengantar pasien dengan becak, walaupun harus mengeluarkan biaya dari kocek pribadi. “Tidak masalah walaupun harus mengeluarkan sedikit biaya transport untuk ke UPK, yang paling penting tugas saya sebagai Kader TB yang harus memutus mata rantai penularan TB bisa berjalan. Walaupun tidak mudah,” ungkapnya tulus.

Semangatnya bertahan berkat dukungan dari keluarga terlebih suami yang dengan ikhlas mengijinkan dirinya untuk melayani masyarakat. Tidak jarang saat sedang di rumah mendapat panggilan dari suspek ataupun keluarga pasien. Menurutnya ridho suami adalah ridho Allah yang mempermudah tugasnya sebagai kader.

Masfufah berharap agar masyarakat lebih menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kesehatan dan lingkungan untuk mendukung Indonesia bebas TB. “Terlebih bantuan perbaikan gizi bagi pasien TB yang memang kebanyakan dari orang yang tidak mampu. Bersyukur saya karena SSR bisa memfasilitasi biaya rontgen serta Sembako yang berkesinambungan.” Ungkapnya.

Edisi XIV, September 2015

KISAH PASIEN TB

“Terima kasih ‘Aisyiyah,” ucap Rahman (40) tulus. Senyum hangat terpancar dari wajahnya yang berbinar. “Sekarang saya bisa kerja lagi,” sambung buruh bangunan yang pernah divonis menderita penyakit TB ini. Rahman tinggal di Kelurahan Karuwisi Utara, Kecamatan Panakukang, Kota Makassar. Tempat tinggalnya dikenal sebagai pemukiman yang sangat padat. Kondisi lingkungan tidak bersih, sanitasi buruk, drainase bermasalah serta kurangnya kepedulian dari masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan. Tidak heran bila wilayah ini sangat rentan terkena penyebaran berbagai jenis penyakit, termasuk TB. Lantaran terkena TB, tubuhnya menjadi kurus masai. Wajahnya terlihat lelah dan tidak bertenaga. Ia pun tidak sanggup mencari nafkah buat keluarga. Namun pelan tapi pasti, kini berat badannya kembali pulih, seperti sebelum terjangkit TB. Melihat perkembangan ini, keluarganya pun menyambut bahagia. Upaya mereka untuk membantu dan menyembuhkan penyakitnya berjalan dengan baik. “Selama melewati masa pengobatan, Rahman

mengikutinya dengan tertib dan tidak rewel. Inilah yang membuat proses penyembuhannya dapat berjalan dengan baik dan lancar,” ujar Sarpiah (48), Pengawas Menelan Obat (PMO), yang juga kakak kandung Rahman. Diakui oleh keluarganya, pengobatan Rahman sedikit terlambat. Keluarga baru mengetahui ia menderita penyakit TB setelah dua bulan menderita penyakit ini. Keterlambatan inilah yang membuat kondisi Rahman menjadi lebih parah. Minimnya pengetahuan dan terbatasnya informasi terkait TB ini, membuat pihak keluarga tidak cepat mengambil langkah pengobatan untuk Rahman. Selama 6 bulan, Rahman menjalani proses pengobatan yang sesuai dengan prosedur bagi penderita TB. Didampingi oleh PMO dan kader TB dari Aisyiyah serta fasilitas pengobatan dari Puskesmas Karuwisi, Rahman mengalami kemajuan yang pesat. Tubuhnya kembali bugar. Ia kini siap menyingsingkan lengan untuk bekerja. Selamat tinggal TB.

“Terima Kasih ‘Aisyiyah!”Rahman:

09Edisi XIV, September 2015

ADvOKASI TB ‘AISYIYAH 10

Menjalankan program kemasyarakatan yang besar perlu dukungan semua pihak, khususnya pemangku kekuasaan. Inilah yang terus diupayakan oleh TB Care ‘Aisyiyah Muara Enim bersama dengan

Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah setempat ketika hendak mensosialisasikan program penanggulangan TB dan HIV di Kabupaten Muara Enim, di Sumatera Selatan. Pendekatan atau lobi pun dilakukan tidak sebatas kepada Pemerintah Daerah (Eksekutif) tapi juga DPRD (Legislatif).

Lobi Eksekutif Lobi tidak hanya berlangsung sekali, tapi beberapa kali. Pertamakali diterima oleh Sekda Muara Enim Taufik Rahman SH. “Kita sangat antusias atas hasil pemaparan penanggulangan TB. Karena program ini sesuai denga visi–misi Bupati menjadikan Muara Enim sebagai SMAS (Sehat, Mandiri, agamis, Sejahtera),” papar Taufik Rahman.

Setelah pertemuan itu, Pada kuartal ke-5 dan ke-6, tahun 2014, kembali lobi dilakukan. Untuk keperluan itu persiapan koordinasi antara SSR, PDA, dan SR Sumsel pun dilakukan. Setelah menunggu cukup lama untuk mendapatkan waktu yang pas, akhirnya seluruh tim bisa diterima Bupati pada 4 Desember 2014.

Presentasi berlangsung hangat, dari ‘Aisyiyah didampingi Tim Analisa Situasi (Anasis), sedang dari Bupati hadir Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Yang menggembirakan data yang disampaikan oleh TB Care ‘Aisyiyah diamini oleh kepala dinas terkait. “Temuan suspek semenjak adanya SSR TB Care Muara Enim meningkat sekitar 8 %,” ungkap dr. Yan Riyadi, MARS Kepala Dinas Kesahatan Muara Enim. Lebih lanjut ia menegaskan, Dinkes Muara Enim kini mengadopsi semua program teknis yang dijalankan TB Care ‘Aisyiyah.

Pada kuartal ke-7 dan ke-8, kembali lobi secara intensif dilakukan. Kali ini dimulai dengan pertemuan dengan Ir. Hasanudin Msi selaku Sekda Muara Enim yang baru. Setelah itu tim mendapatkan jadwal pertemuan dengan Bupati, pada tanggal 22 April 2015. Pertemuan berbuah dukungan tertulis Bupati yang intinya mendukung penuh program penanggulangan TB, TB-HIV, dan TB-MDR yang dilakukan jajaran PDA Muara Enim melalui TB Care Aisyiyah. Selain itu, bupati juga merekomendasikan kepada berbagai pihak terkait agar memberikan dukungan penuh dalam pelaksanaan program-program itu.

Lobi Legislatif Kegiatan lobi legislatif sudah dijadwalkan pada kuartal ke-5. Namun karena adanya perpindahan dan pergantian anggota DPRD TK II Muara Enim, pertemuan dengan DPRD belum bisa dilakukan, namun sudah sempat melakukan audiensi dengan Ketua DPRD TK II Muara Enim Aries HB. Ketua DPRD mengapresiasi kerja keras tim berikut capaian-capaiannya. Pada kesempatan itu juga beliau menyarankan untuk

PEMDA-DPRD MUARA ENIM

PRoGRAM TB CARE ‘AISYIYAHDUKUNG PENUH

berkoordinasi dengan ketua Komisi IV yang membidangi kesehatan dan ketenaga kerjaan. Setelah itu, sekitar awal Febuari 2015, lobi kembali dijalin dengan menemui Umam Pajri, Plt ketua komisi IV DPRD. Beliau berjanji aka mengagendakan pertemuan dengan anggota komisi IV. Setelah menunggu cukup lama, pertengahan April 2015, tim dihubungi dan dijadwalkan audiensi dengan anggota Komisi IV.

Pada pertemuan ini, seluruh Anggota Komisi IV hadir. Mereka sangat antusias untuk mengetahui profil dan kinerja SSR Muara Enim. Hadir pula dalam kesempatan ini, Dinas kesehatan Kabupaten Muara Enim, Unit Pelayanan Kesehatan, Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan Pimpinan Aisyiyah Muara Enim. “Saya sebagai anggota dewan sangat bangga ada Ormas yang peduli tentang kesehatan khususnya TB di Muara Enim. Ini kan domain Pemerintah, khususnya Dinkes. Tapi kini ada Ormas yang turun tangan langsung, jemput bola,” ujar Umam Fajri SS, Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Muara Enim. Dia pun berharap program ini bisa berkelanjutan. Di akhir pertemuan, Ketua DPRD TK II Muara Enim Aries HB menyetujui dan menandatangani empat butir pakta dukungan program yang dijalankan TB Care ‘Aisyiyah dan merekomendasikan kegiatan ini kepada semua pihak terkait.

Edisi XIV, September 2015

KABAR KMP

Kebon Pala salah satu kelurahan di Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, merupakan salah satu daerah binaan TB SR Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU). Letaknya yang berada di

pinggir tol Jagorawi membuat daerah ini terkena dampak langsung polusi udara. “Warga di sekitar sini sering sekali batuk ,pilek , dan sesak nafas” Ujar Pudjiono Ketua KMP TB RW 05 Kebon Pala. Pak Pudji, begitu ia biasa dipanggil, merupakan tokoh masyarakat di situ dan bersama kader terbaik SR PKPU, Nuryanih, bahu membahu mendirikan Komunitas Masyarakat Peduli (KMP) TB Kebon Pala RW 05. Mereka mengajak para kader Jumantik untuk bergabung ke KMP TB Kebon Pala. “Kader Jumantik kami bekali dengan pot-pot dahak. Jadi ketika mereka berkeliling ada yang batuk, mereka berikan pot itu yang kemudian diberikan ke Puskesmas untuk diperiksa,” papar Nuryanih.

KMP Kebon Pala didirikan pada bulan November 2014. Namun kegiatan pemberantasan TB oleh orang-orang yang bergerak di KMP TB sudah berlangsung pada awal tahun 2014. Dengan Motto “RW 05 Sehat Mandiri” Pak Pudji dan kader KMP TB Kebon Pala ingin mengajak warga khususnya yang tinggal di RW 05, hidup sehat dan mandiri. Salah satunya melalui pijat akupuntur yang bisa membantu pasien TB. “Kebanyakan pasien TB akan mual-mual kalo minum obat TB. Nanti pasien itu diakupuntur. Titik yang menyebabkan mual akan ditusuk jarum akupuntur, jadi mereka tidak akan mual-mual kalau minum obat,” terangnya.

Selain akupuntur, kader-kader KMP TB Kebon Pala juga dibekali ilmu tentang TB. “Kalau ilmu TB itu diajari oleh Bu Nuryanih dan kader-kader TB PKPU yang sudah terlatih. Kader-kader KMP TB Kebon Pala ada yang bukan Kader TB, jadi butuh dilatih oleh Kader TB PKPU. Sehingga mereka bukan hanya memberi pot dahak saja,

tapi mereka juga bisa memberikan penyuluhan ke masyarakat,” terang Pudji.

Pada Kegiatan TB Day 2015 dengan tema “Ketuk 2015 pintu, berbagi, 2015 kg telur” KMP TB Kebon Pala mendapat penghargaan dari PKPU. Ini lantaran mereka berhasil mengumpulkan 491 kg telur untuk didonasikan ke pasien TB di wilayah Kebon Pala. “Dari PKPU sebenarnya sudah menyediakan 2015 kg telur untuk dibagikan dalam kegiatan ketuk 2015 pintu. Akan tetapi ada wilayah binaan kami yang menolak karena mereka sudah bisa fundraising sendiri, salah satunya KMP Kebon Pala ini. Jadi telur-telur yang direncanakan dibagikan ke daerah binaan kami, kami berikan ke luar wilayah yang bukan daerah binaan kami,” ungkap Ferry Suranto selaku kepala SR PKPU.

Ditanya bagaimana ia bisa mengumpulkan donasi telur sebanyak itu, Pudji menjelaskan bahwa dia berkeliling ke warga-warganya menginfokan tentang bahaya TB. Wilayah Kebon Pala, infonya, termasuk wilayah yang banyak pasien TB-nya. Seketika warga sekitar tergugah untuk berdonasi. Selain berkeliling kampung, Pudji juga menggalang donasi di rumahnya. “Setiap ada orang yang bertamu ke rumah, saya sodorkan proposal berbagi telur dan saya mejelaskan tentang TB. Saya ingin wilayah Kebon Pala ini bebas TB dan dan itu bisa terwujud dari usaha kerja keras kita sendiri warga Kebon Pala.”

“Kami dari PKPU salut sekali kepada KMP TB Kebon Pala dan Kader TB Kebon Pala. Kami berharap wilayah-wilayah yang lain bisa belajar dari mereka. Kita yakin Indonesia bisa Bebas TB kalau masyarakatnya peduli dan sama-sama bergerak bersama untuk menuntaskan TB,” ujar Ferry menutup pembicaraan.

KMP KeBon PAlA

11

BEBASKAN KAwASAN DARI TB

Edisi XIV, September 2015

C O M M U N I T Y T B C A R E ‘ A I S Y I Y A Hhttp://www.pr-tbaisyiyah.or.idhttp://www.tbcareaisyiyah.org

Jalan Dukuh Patra No.25 Menteng Dalam, Tebet Jakarta Selatan. Kode Pos 12870 Tlp/Fax (021) 8296478

@InfoTB_Aisyiyah

infotb Aisyiyah

[email protected]

LENSA FOTO

‘AISYIYAH KE-47DARI ARENA MUKTAMAR

Yang muda, yang antusias mempelajari

penanggulangan TB

Edukasi TB untuk anak-anak melalui gameStand TB Care ‘Aisyiyah tidak pernah sepi

pengunjung

Anggota DPD RI, AM Fatwa turut

memberikan dukungan penanggulangan TB ‘Aisyiyah

Kunjungan Ketua Dewan Pembina PR TB ‘Aisyiyah

Prof. Siti Chamamah Soeratno

Salah satu sisi ruang pameran Community

TB Care ‘Aisyiyah di Arena MuktamarFoto bersama seusai Talk Show Indonesia

Bebas TB