case report bph baru ppt
DESCRIPTION
ghgjgjhgjhg gjhgjhgjhg jgjhgjhgj hgjhgj hgjhgjhgjh gjgjhg jhgjh gjhgjTRANSCRIPT
-
CASE REPORT RETENSIO URIN E.C BENIGH HIPERPLASIA PROSTAT (BPH)
-
DISUSUN OLEH :
Icha Sukmatriani
1102009135
PEMBIMBING
dr. Hadiyana Suryadi, SpB
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN
KLINIK ILMU BEDAH RSU DR SLAMET GARUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 2 JUNI 2014 5 SEPTEMBER 2014
-
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. A
Umur : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki - laki
Status Perkawinan : Menikah
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Pasir Wangi
Pekerjaan : Buruh
Masuk RS : 26 Juni 2014
Keluar RS : 3 Juli 2014
No. CM : 67-59-60
Ruangan : Topaz
-
ANAMNESIS
Dilakukan secara: autoanamnesis
Tanggal : 27 Juni 2014
Tempat : Di ruangan Topaz
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan tidak dapat BAK sejak 10 hari SMRS.
-
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan tidak bisa BAK sejak 10 hari SMRS. Keluhan semakin lama semakin memberat sehingga pasien datang ke Rumah Sakit. Awalnya keluhan dirasakan tidak lancar BAK sejak 15 hari SMRS, semakin lama semakin kecil saat BAK dan tiba tiba tidak keluar sama sekali. Saat BAK harus mengedan namun tidak keluar dan mengeluh ingin sekali BAK. Saat BAK terasa nyeri dan terjadi peningkatan frekuensi ingin BAK. Keluhan tersebut membuat pasien tidak bisa tidur. Dan harus ke kamar mandi terus. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.
-
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien memiliki riwayat penyakit :
Penyakit Jantung (-)
Penyakit Asma (-)
Penyakit Diabetes Melitus (-)
Penyakit Hepatitis (-)
Penyakit Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Keluhan serupa pada keluarga pasien disangkal.
Keluarga pasien memiliki riwayat penyakit :
Penyakit Jantung (-)
Penyakit Asma (-)
Penyakit Diabetes Melitus (-)
Penyakit Hepatitis (-)
Penyakit Hipertensi (-)
-
Riwayat Alergi :
Pasien memiliki riwayat alergi :
Makanan (-)
Cuaca/suhu (-)
Debu (-),
Obat obatan (-)
PEMERISAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaan Umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
Nadi : 104 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,2 oC (aksila)
-
Organ Tubuh
Kepala : Normochepal,
Mata : Conjungtifa tidak anemis,
Sklera tidak ikterik,
eksoftalmus (-)
Hidung : Pernafasan cuping hidung
tidak ada, septum tidak
deviasi, tidak ada sekret
Telinga : Normal, Tidak ada serumen
Mulut : Sianosis per oral tidak ada,
Leher : Tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening dan tiroid
-
Jantung
Inspeksi : Iktus kordis terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba pada ICS 5
linea midclavikularis sinistra,
kuat angkat
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Dextra : Pada ICS 5 linea parastrenalis dextar.
Sinistra : Pada ICS 5 linea clavikularis sinistra.
Pinggang Jantung : Pada ICS 3 linea Parasternalis sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung S1, S2 normal.
Murmur (-) dan Gallop (-)
-
Pulmonal
Depan dan Belakang
Inspeksi : Simetris hemithoraks kanan
dan kiri simetris saat keadaan
statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus taktil dan fremitus vocal sama kanan dan kiri
Perkusi : perkusi sonor pada seluruh lapang paru, batas paru hepar ICS 6
Auskultasi : Veskular Breating Sound kanan = kiri, Ronki -/-, Wheezing -/-
-
Abdomen
Inspeksi : Perut datar lembut dan simetris
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani ke-4 quadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada suprapubic,
Nyeri Lepas (-), hepar dan lien
tidak teraba.
Ekstremitas Atas
Tonus : Normal
Massa : -/-
Gerakan : Aktif / Aktif
Kekuatan : 5/5
Edema : -/-
-
Ekstremitas Bawah
Tonus : Normal
Massa : -/-
Gerakan : Aktif / Aktif
Kekuatan : 5/5
Edema : -/-
STATUS LOKALIS
Abdomen
Inspeksi : Perut datar lembut dan simetris
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani ke-4 quadran abdomen
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada
suprapubic, Nyeri Lepas (-), DM (-)
-
Regio Supra Simpisis
VU teraba, NT (+)
Rectal Toucher
Spincter Ani : Kuat
Mukosa : Licin
Ampula Recti : Tidak kolaps
Teraba massa : (+)
Sulcus Prostatica : Batasnya menghilang
Batas atas Prostat : Teraba melengkung
Konsistensi prostat : Kenyal, tidak bernodul
Nyeri tekan (-), Darah (-), Lendir (-), Feces (-)
-
Pemeriksaan Penunjang lab tanggal (26 Juni 2014) Hasil Hematologi Darah lengkap Hemoglobin : 12,7 g/dl Hematokrit : 36% Leukosit : 6.640 / mm3 Trombosit : 203.000 /mm3 Eritrosit : 4.00 juta/mm3 AST (SGOT) : 36 U/L ALT (SGPT) : 24 U/L Ureum : 80 mg/dL Kreatinin : 1,1 mg/dL Gula Darah Sewaktu : 110 mg/dL
-
Elektrolit
Na : 142 mEq/L
K : 4,0 mEq/L
Cl : 115 mEq/L
Ca. Bebas : 3,99 mg/dL
Urine rutin
Kimia Urine
Berat Jenis Urine : 1.021
pH Urine : 5,0
Nitrit Urine : POS (+)
Protein Urine : POS (+)
Glukosa Urine : Negatif
Keton Urine : Negatif
Urobilinigen Urine : NORMAL
Billirubin Urine : Negatif
-
Pemeriksaan USG
Terjadwal tanggal 8 Juli 2014
Pasien di pulangkan dahulu.
Diagnosis Banding
Retensio Urin e.c Ca Prostat
Retensio Urine e.c Ca Buli - buli
Diagnosis Kerja
Retensio Urin e.c BPH
-
Penatalaksanaan Rawat konservatif
Kateterisasi Medikamentosa
Infus RL 20 gtt/menit Cefotaxime 2x1 gr IV Pranza 1x40 mg IV Paracetamol 3x1 PO
Prognosis
Quo ad Vitam : dubia Ad bonam Quo ad Fungsional : dubia Ad malam Quo ad Sanasionam : dubia Ad bonam
-
Ringkasan Laki laki 65 tahun datang dengan keluhan tidak
bisa BAK selama 10 hari, awalnya tidak lancar dan lama kelamaan mengecil sehingga tiba tiba berhenti. Saat BAK terasa sakit dan harus mengedan namun tidak keluar. Dari pemeriksaan fisik status lokalis ditemukan Abdomen saat inspeksi : Perut datar lembut dan simetris, Auskultasi : bising usus (+) normal, Perkusi : Timpani ke-4 quadran abdomen, Palpasi : Nyeri tekan (+) pada suprapubic, Nyeri Lepas (-), DM (-). Regio Supra Simpisis VU teraba, NT (+). Rectal Toucher Spincter Ani : Kuat, Mukosa : Licin, Ampula Recti : Tidak kolaps, Teraba massa : (+), Sulcus Prostatica : Batasnya menghilang, Batas atas Prostat : Teraba mendatar, Konsistensi prostat : Kenyal, tidak bernodul, Nyeri tekan (-), Darah (-), Lendir (-), Feces (-).
-
Dari pemeriksaan penunjang yaitu Laboratorium ditemukan Hematokrit : 36%, Ureum : 80 mg/dL, Cl : 115 mEq/L, Ca. Bebas : 3,99 mg/dL, Nitrit Urine : POS (+) dan Protein Urine : POS (+). Diagnosis Banding : Retensio Urin e.c Ca Prostat, Retensio Urine e.c Ca Buli buli. Diagnosis Kerja : Retensio Urin e.c BPH. Penatalaksanaan : Rawat konservatif : Kateterisasi, Medikamentosa : Infus RL 20 gtt/menit, Cefotaxime 2x1 gr IV, Pranza 1x40 mg IV, Paracetamol 3x1 PO. Prognosis : Quo ad Vitam : dubia Ad bonam, Quo ad Fungsional : dubia Ad malam, Quo ad Sanasionam : dubia Ad bonam.
-
Usulan Pemeriksaan
Pemeriksaan USG terjadwal tanggal 8 Juli 2014.
BNO
BNO IVP
Rongen Thorax
Tindakan dilakukan prostatektomy
-
FOLLOW UP TERLAMPIR
-
Permasalahan
1. Apakah diagnosis pada pasien ini sudah tepat?
2. Apakah Pengelolaan pada pasien ini sudah benar?
3. Bagaimana Prognosis pada Pasien ini?
-
Pembahasan
1. Pasien didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang disertai dengan pemeriksaan penunjang sebagai suatu pemeriksaan suportif dalam mendukung diagnosis kerja.
Dasar diagnosis pasien adalah
Anamnesis :
Keluhan tidak bisa BAK selama 10 hari, awalnya tidak lancar dan lama kelamaan mengecil sehingga tiba tiba berhenti.
Saat BAK terasa sakit dan harus mengedan namun tidak keluar.
-
Dari pemeriksaan fisik status lokalis ditemukan
Abdomen
inspeksi : Perut datar lembut dan
simetris,
Auskultasi : bising usus (+) normal,
Perkusi : Timpani ke-4 quadran abdomen,
Palpasi : Nyeri tekan (+) pada suprapubic, Nyeri Lepas (-), DM (-).
Regio Supra Simpisis : VU teraba, NT (+).
-
2. Pasien diberikan terapi
Rawat konservatif
Kateterisasi
Medikamentosa
Infus RL 20 gtt/menit
Cefotaxime 2x1 gr IV
Pranza 1x40 mg IV
Paracetamol 3x1 PO
-
3. Prognosis pada pasien ini
Quo ad Vitam : Ad bonam
Quo ad Fungsional : Ad malam
Quo ad Sanasionam : Ad bonam
-
ANATOMI KELENJAR PROSTAT
Organ genitalia pria yang terletak di sebelah inferior buli buli, di depan rectum dan membungkus uretra posterior
Mengelilingi uretra pars prostatica
Tebal: 2 cm, panjang: 3 cm, lebar: 4 cm
Berat 20 gram
-
Batas-batas prostat
Superior : collum vesica urinaria
Inferior : permukaan atas diafragma urogenitalis
Anterior : simfisis pubis
Posterior : permukaan anterior ampula recti
Lateral : serabut anterior m. levator ani
-
Kelenjar prostat terbagi atas 5 lobus :
Lobus medius
Lobus lateralis (2 lobus)
Lobus anterior
Lobus posterior
-
5 zona pada kelenjar prostat:
Zona Anterior atau Ventral
Zona Perifer
Zona Sentralis
Zona Transisional
Kelenjar-Kelenjar Periuretra .
-
Aliran Darah Prostat
Merupakan percabangan dari arteri pudenda interna, arteri vesikalis inferior dan arteri rektalis media.
Pembuluh vena mengikuti jalannya arteri dan bermuara ke pleksus sekeliling kelenjar. Pleksus vena mencurahkan isinya ke vena iliaca interna.
Pembuluh limfe mulai sebagai kapiler dalam stroma dan mengikuti pembuluh darah. Limfe terutama dicurahkan ke nodus iliaka interna dan nodus sakralis.
-
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat ( 25% dari seluruh volume ejakulat) dialirkan melalui duktus sekretorius bermuara di uretra posterior dikeluarkan bersama cairan semen yang lain pada saat ejakulasi.
Prostat mendapatkan inervasi otonomik simpatik dan parasimpatik dari pleksus prostatikus.
Pleksus prostatikus ( pleksus pelvikus ) menerima masukan serabut parasimpatik dari korda spinalis S2-4 dan simpatik dari nervus hipogastrikus ( T10-L2 ).
-
Stimulasi parasimpatik meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostat
Rangsangan simpatik pengeluaran cairan prostat ke dalam uretra posterior, seperti pada saat ejakulasi.
Sistem simpatik memberikan inervasi pada otot polos prostat, kapsula prostat, dan leher buli buli banyak terdapat reseptor adrenergik mempertahankan tonus otot polos tersebut.
-
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon testosteron di dalam sel sel kelenjar prostat hormon ini akan diubah menjadi metabolit aktif dihidrotestoteron ( DHT ) dengan bantuan enzim 5 reduktase.
Dihidrotestoteron memacu mRNA di dalam sel sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat.
-
BENIGN PROSTATE HYPERPLASIA
BPH adalah diagnosis klinis menggambarkan gejala BAK disebabkan obstruksi oleh prostat, meskipun beberapa pasien dengan BPH mempunyai pembesaran kelenjar yang minimal, dan beberapa pasien dengan prostat yang besar tidak memiliki gejala.
-
ETIOLOGI
Teori Dihidrotestosteron DHT dibentuk dari testosterone di dalam sel prostat oleh enzim 5-
reduktase dengan bantuan koenzim NADPH berikatan dengan reseptor androgen ( RA ) membentuk kompleks DHT-RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang menstimulasi pertumbuhan sel prostat. Aktivitas enzim 5- reduktase dan jumlah reseptor androgen lebih banyak pada BPH.
Ketidakseimbangan Antara Estrogen testosteron
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen relatif tetap perbandingan estrogen : testosteron . Estrogen di dalam prostat meningkatkan sensitifitas sel sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen, meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel sel prostat ( apoptosis ) proliferasi sel sel kelenjar prostat.
-
Interaksi Stroma Epitel Setelah sel sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel
sel stroma mensintesis suatu growth factor yang selanjutnya mempengaruhi sel sel epitel secara parakrin. Stimulasi itu menyebabkan terjadinya proliferasi sel sel epitel maupun sel stroma.
Berkurangnya Kematian Sel Prostat Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa,
penambahan jumlah sel sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang. Berkurangnya jumlah sel sel prostat yang mengalami apoptosis menyebabkan jumlah sel sel prostat secara keseluruhan menjadi meningkat sehingga menyebabkan pertambahan massa prostat.
Teori Sel Stem Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang
mempunyai kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. terjadinya proliferasi sel sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi produksi yang berlebihan sel stroma atau sel epitel.
-
PATOFISIOLOGI
-
MANIFESTASI KLINIS
Gejala iritatif
Frekuensi: sering miksi
Nokturia : terbangun untuk miksi pada malam hari
Urgensi : perasaan miksi yang sangat mendesak
Disuria : nyeri pada saat miksi
-
Gejala obstuktif
Pancaran melemah
Rasa tidak puas sehabis miksi
Terminal dribbling : menetes setelah miksi
Hesitancy : bila mau miksi harus menunggu lama
Terjadi karena detrusor membutuhkan waktu yang lama untuk dapat melawan resistensi uretra.
Straining : harus mengedan jika miksi
Intermittency: kencing terputus putus
Waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensio urin dan inkontinen karena overflow.
-
Skor Internasional gejala gejala prostat WHO ( Internasional Prostate Symptom Score, IPSS )
Keluhan pada bulan terakhir Tidak sama
sekali
< 1 - 5x > 5 - < 15x 15x > 15x Hampir selalu
Adakah anda merasa buli buli tidak kosong
setelah BAK
0
Berapa anda hendak BAK lagi dalam waktu 2
jam setelah BAK
0 1 2 3 4 5
Berapa kali terjadi air kencing berhenti
sewaktu BAK
0 1 2 3 4 5
Berapa kali anda tidak dapat menahan
keinginan BAK
0 1 2 3 4 5
Berapa kali arus air seni lemah sekali
sewaktu BAK
0 1 2 3 4 5
Berapa kali terjadi anda mengalami
kesulitan memulai BAK (harus mengejan)
0 1 2 3 4 5
Berapa kali anda bangun untuk BAK diwaktu
malam
0 1x 2x 3 x 4 x 5 x
Andaikata hal yang anda alami sekarang
akan tetap berlangsung seumur hidup,
bagaimana perasaan anda
Sangat
senang
Cukup senang Biasa saja Agak tidak
senang
Tidak
menyenangka
n
Sangat tidak
menyenangka
n
-
Jumlah nilai :
0 = baik sekali
1 = baik
2 = kurang baik
3 = kurang
4 = buruk
5 = buruk sekali
Setiap pertanyaan dihubungkan dengan keluhan miksi diberi nilai dari 0-5, sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1-7.
Dari skor I-PSS dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu (1) ringan : skor 0-7, (2) sedang : skor 8-19, (3) berat : skor 20-35.
-
PEMERIKSAAN KLINIS
Digital Rectal Examination ( DRE ) Pada perabaan prostat harus diperhatikan :
Konsistensi pada pembesaran prostat kenyal
Adakah asimetri
Adakah nodul pada prostat
Apakah batas atas dapat diraba dan apabila batas atas masih dapat diraba biasanya besar prostat diperkirakan < 60 gr.
-
Derajat berat hipertrofi prostat berdasarkan gambaran klinis
Derajat Colok Dubur Sisa Volume Urin
I Penonjolan prostat, batas atas mudah diraba < 50 ml
II Penonjolan prostat jelas, batas atas dapat dicapai 50 100 ml
III Batas atas prostat tidak dapat diraba > 100 ml
IV Retensi urin total
-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium:
Sedimen urin
Kultur urin
Faal ginjal
Gula darah
-
Penanda tumor PSA (prostat spesifik antigen)
Pemeriksaan Prostat Spesifik Antigen ( PSA ) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya biopsi atau sebagai deteksi dini keganasan.
Bila nilai PSA < 4 ng/ml tidak perlu biopsi.
Bila nilai PSA 4 10 ng/ml, hitung Prostate Spesifik Antigen Density ( PSAD ): PSA serum dibagi dengan volume prostat Bila PSAD 0,15 maka sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 ng/ml.
-
Patologi Anatomi
kombinasi dari hiperplasia epitel dan stroma di prostat
-
IMAGING
Foto polos
Batu/kalkulosa prostat dan kadangkala menunjukan bayangan buli-buli yang penuh terisi urine Retensi urin
Pemeriksaan ultrasonografi transrektal (TRUS)
Digunakan untuk pengukur volume prostat, caranya antara lain :
Metode step planimetry. Yang menghitung volume rata-rata area horizontal diukur dari dasar sampai puncak.
Metode diameter. Yang menggabungkan pengukuran tinggi (H/height) ,lebar (W/width) dan panjang (L/length) dengan rumus : (H x W x L).
-
Sistoskopi
Ultrasonografi trans abdominal
Sistografi buli
-
DIAGNOSIS BANDING Diagnosa banding BPH
Kondisi Gejala
Diabetes mellitus Frekuensi, aliran dan volume urin normal
Sistitis , kanker buli, batu buli Gejala iritasi
Prostatitits
Divertikulum buli
Kondisi neurologis (injuri medulla
spinalis, kelainan medulla spinalis dsb)
Riwayat minum obat (antikolinergik,
antidepresan, dekongestan, tranquilezer)
Gejala iritasi dan obstruksi
Kanker prostat
Striktur uretra
Kontraktur/striktur buli
Gejala obstruksi
-
PENATALAKSANAAN
-
Watchful waiting
untuk pasien BPH dengan skor IPSS dibawah 7, yaitu keluhan ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari.
Medikamentosa
- Penghambat reseptor adrenergik : Mengendurkan otot polos prostat dan leher kandung kemih, yang membantu untuk meringankan obstruksi kemih disebabkan oleh pembesaran prostat di BPH.
- Penghambat 5 reduktase
sintesis protein dan replikasi sel-sel prostat menurun.
-
Bedah
Operasi transurethral: reseksi transuretral dari prostat (TURP)
Open surgery: dilakukan ketika kelenjar sangat membesar (>100 gram), ketika ada komplikasi, atau ketika kandung kemih telah rusak dan perlu diperbaiki.
-
TERIMA KASIH